• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi, Analisis Minyak Atsiri dan Antioksidan Adas (Foeniculum vulgare Mill.) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakterisasi, Analisis Minyak Atsiri dan Antioksidan Adas (Foeniculum vulgare Mill.) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISASI, ANALISIS MINYAK ATSIRI DAN

ANTIOKSIDAN ADAS (

Foeniculum vulgare

Mill.)

DI TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU

WAHYUNINGSIH

A24090049

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakterisasi, Analisis Minyak Atsiri dan Antioksidan Adas (Foeniculum vulgare Mill.) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

WAHYUNINGSIH. Karakterisasi, Analisis Minyak Atsiri dan Antioksidan Adas (Foeniculum vulgare Mill.) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Dibimbing oleh ANI KURNIAWATI.

Adas merupakan salah satu komoditas herbal penting yang banyak diperdagangkan di dunia karena penggunaannya yang luas di bidang kulinari, industri kosmetik maupun farmasi. Di Indonesia, adas masih sedikit dibudidayakan dan banyak tumbuh liar di daerah pegunungan di pulau Jawa. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS) merupakan salah satu kawasan yang ditumbuhi adas liar. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 hingga Januari 2014. Karakterisasi dilakukan di TN BTS, Jawa Timur dengan metode pengambilan contoh acak bertahap. Kandungan minyak atsiri dianalisis menggunakan GC-MS. Aktivitas antioksidan dianalisis menggunakan metode DPPH. Hasil karakterisasi menunjukkan adas TN BTS memiliki karakter morfologi dan agronomi yang mirip dengan adas yang telah dibudidayakan. Adas TN BTS menghasilkan rendemen minyak atsiri sebesar 4.17% dengan kandungan anethol 79.79%. Adas TN BTS memiliki kandungan antioksidan dengan IC50 10.4 mg mL-1 dan tingkat penghambatan radikal bebas mencapai 28.25%. Berdasarkan kandungan fenchone yang tinggi pada biji adas (13.99%), adas TN BTS termasuk kedalam varietas vulgare.

Kata kunci: adas, antioksidan, Foeniculum vulgare, karakterisasi, minyak atsiri

ABSTRACT

WAHYUNINGSIH. Characterization, Essential Oil and Antioxidant Analysis of Fennel (Foeniculum vulgare Mill.) at Bromo Tengger Semeru National Park. Supervised by ANI KURNIAWATI

Fennel is one of the important herbs commodities that traded in the world, due to its extensive use in culinary, cosmetic and pharmaceutical industries. Fennel is not wide cultivated in Indonesia and grows wild in many mountainous areas in Java. Bromo Tengger Semeru National Park (BTSNP) is one area that overgrown by wild fennel. The research had been conducting from March 2013 until January 2014. Characterization has done at Bromo Tengger Semeru National Park, East Java by gradually-random sampling method, contains oil and antioxidants were analyzed using GC-MS and DPPH method. The characterization results showed fennel BTSNP has the morphological and agronomic characters that similar to the fennel that had been cultivated. Fennel of BTSNP has oil content reaches 4.17% and anethol content reaches 79.79%. Fennel of BTSNP has an antioxidants with IC50 10.4 mg mL-1 with free radical inhibition rate reachs 28.25%. Based on the high content of fenchone in fennel fruits (13.99%), fennel of BTNSP included as varieties of vulgare.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

KARAKTERISASI, ANALISIS MINYAK ATSIRI DAN

ANTIOKSIDAN ADAS (

Foeniculum vulgare

Mill.)

DI TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU

WAHYUNINGSIH

A24090049

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Karakterisasi, Analisis Minyak Atsiri dan Antioksidan Adas (Foeniculum vulgare Mill.) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Nama : Wahyuningsih NIM : A24090049

Disetujui oleh

Dr. Ani Kurniawati, SP, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr.Ir. Agus Purwito, MSc.Agr Ketua Departemen

(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang berjudul “Karakterisasi, Analisis Minyak Atsiri dan Antioksidan Adas (Foeniculum vulgare Mill.) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru” merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memperoleh gelar sarjana. Sebagian hasil penelitian ini telah dipresentasikan dalam seminar Perhimpunan Hortikultura Indonesia (Perhorti) pada tanggal 9 Oktober 2013 di IPB Convention Center.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ani Kurniawati selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan, serta kepada Prof Dr Ir Soerjono Hadi Sutjahjo selaku pembimbing akademik yang juga telah banyak membimbing serta memberi nasehat. Penulis juga menyampaikan penghargaan kepada pihak Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTN BTS) yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di kawasan taman nasional. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih juga kepada Ibu Wiji, Pak Tri dan seluruh keluarga di Malang yang telah banyak membantu dan memberikan banyak kesan tidak terlupakan. Terakhir, terima kasih untuk sahabat yang selalu memberi dukungan dan semangat, Hilda Wahyuni dan Afidatus Sakinah, NAHDAN, Pelahab Buku, D’valu dan Socrates 46.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

Botani 3

Syarat Tumbuh dan Budidaya 3

Minyak Atsiri 4

Karakterisasi 5

Antioksidan 6

METODE 7 Waktu dan Tempat 7 Bahan dan Alat 7 Pelaksanaan 7 Analisis Data 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Kondisi Umum 9 Karakter Morfologi 10

Karakter Agronomi 13

Rendemen Minyak Atsiri 15

Profil Minyak Atsiri 15

Aktivitas Antioksidan 17

KESIMPULAN DAN SARAN 18 Kesimpulan 18 Saran 18 UCAPAN TERIMA KASIH 18

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 22

(12)

DAFTAR TABEL

1 Karakterisasi morfologi adas TN BTS, Manoko dan Cepogo 13 2 Karakterisasi agronomi adas TN BTS, Manoko dan Cepogo 14 3 Rendemen minyak atsiri adas dari beberapa daerah 15 4 Komponen bioaktif minyak adas Taman Nasional Bromo Tengger

Semeru (TN BTS) pada uji GC-MS 16

5 Perbedaan kandungan anethol adas liar Taman Nasional Bromo

Tengger Semeru dan adas budidaya 17

DAFTAR GAMBAR

1 Adas (Foeniculum vulgare Mill.) 3

2 Fenologi pembungaan adas (Bantain dan Chung 1994) 4

3 Batang tanaman adas 11

4 Daun adas 11

5 Bunga adas 12

6 Bentuk dan warna biji adas tua 12

7 Kromatogram minyak atsiri adas Taman Nasional Bromo Tengger

Semeru (TN BTS) hasil GC-MS 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Alat destilasi uap dan air 22

2 Peta kawasan TN BTS 22

3 Analisis contoh tanah di kawasan TN BTS 23

(13)
(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sepuluh tahun terakhir, 80% penduduk di negara berkembang mengandalkan obat berbasis tanaman (herbal) untuk kebutuhan perawatan kesehatan (FAO 2004). Permintaan global untuk berbagai jenis herbal terus meningkat, apalagi penggunaannya yang semakin bervariasi dalam makanan dan industri aromatik. Hal ini terungkap dari meningkatnya impor herbal yaitu dari 3 486 916 ton pada tahun 2009 menjadi 3 927 649 ton pada tahun 2011 (CAC 2012).

Adas (Foeniculum vulgare Mill.) merupakan salah satu komoditi yang banyak diperdagangkan di dunia sebagai bumbu maupun herbal. Pada tahun 2008, produksi global mencapai 90 000 ton dengan 64.5% diproduksi oleh India. Rata-rata permintaan global mencapai 20 000 ton dengan negara pengimpor terbesar adalah Amerika (Swani 2008). Indonesia termasuk salah satu negara pengekspor biji adas. Menurut data FAO (2013) ekspor biji adas beserta ketumbar dan kembang lawang dari Indonesia pada tahun 2009 sebanyak 612 ton dan pada tahun 2011 turun menjadi 62 ton. Sentra produksi adas di Indonesia diantaranya adalah daerah Lembang dan Boyolali.

Tanaman adas dapat dimanfaatkan dalam berbagai penggunaan. Daun dapat dijadikan untuk saus ikan, garnis, lalap, salad, atau olahan sayur lain yang memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Minyak atsiri dari biji adas biasa digunakan sebagai tambahan dalam pembuatan parfum, sabun, industri farmasi dan kosmetik. Minyak adas (Fennel oil) juga biasa digunakan sebagai penambah cita rasa pada daging, es krim, permen, kue, minuman tanpa alkohol dan pasta gigi (HSA 2005). Biji adas sebagai obat tradisional biasa digunakan untuk memperbaiki rasa obat (corrigens), sebagai antiinflamasi, analgesik, karminatif, diuretik, antispasmodik, antidiabetik dan memiliki efek estrogenik serta menyembuhkan penyakit lainnya (Choi dan Hwang 2004; HSA 2005; El-Soud et al. 2011; Soegiarso dan Evacuasiany 1998).

Menurut hasil penelitian Gulfraz et al. (2008) minyak adas dan ekstrak etanol maupun methanol biji adas kaya akan senyawa trans-anethole yang efektif untuk melawan bakteri Candida albican, Escherichia coli dan Pseudomonas putida serta organisme lain yang sejenis. Di masa depan, ekstrak biji adas dan minyaknya dapat digunakan sebagai pengganti anti bakteri sintesis. Selain sebagai antimikroba, adas diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang kuat. Ekstrak air dan etanol biji adas sebanyak 100 mg menunjukan 99.1% dan 77.5% penghambatan perokdasi dalam sistem asam linoleat. Nilai ini lebih besar dari

pada antioksidan standar α-tocopherol (36.17%) pada dosis yang sama (Oktay et

al. 2002).

(15)

2

Informasi keragaman tanaman dapat diperoleh melalui identifikasi dan karakterisasi pada tingkat morfologi maupun agronomi. Karakterisasi tanaman pada tingkat morfologi diperlukan terutama untuk keperluan identifikasi fenotipe dan perubahannya terkait dengan ekotipe atau perubahan-perubahan lingkungan (Marzuki et al. 2008).

Identifikasi dan dokumentasi plasma nutfah adas sebelumnya telah dilakukan oleh Bermawie dan Azizah (1996) pada adas asal Cepogo, Jawa Tengah (400-1400 m dpl) dan adas asal Manoko (1200 m dpl), Jawa Barat. Selain daerah tersebut, diketahui bahwa adas tumbuh secara liar dan massive di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur (2100-2200 m dpl). Karakterisasi pada adas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru diperlukan untuk melengkapi informasi keragaman tanaman adas. Identifikasi dan karakterisasi yang lengkap sangat berguna dalam upaya perlindungan plasma nutfah, pengembangan varietas, dan perlindungan indikasi geografis atau ekotipe tanaman (Marzuki et al. 2008).

Selain keragaman morfologi dan agronomi, potensi lain adas juga perlu diketahui sebagai bahan seleksi pemuliaan dalam pengembangan varietas unggul. Potensi yang dimiliki adas adalah sebagai penghasil minyak atsiri dan sebagai antioksidan. Tanaman dengan kandungan minyak atsiri dan aktivitas antioksidan yang tinggi juga dapat digunakan sebagai tetua untuk memperoleh variatas unggul.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan karakter morfologi dan agronomi tanaman adas di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

2. Mendapatkan rendemen dan profil minyak atsiri biji adas di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

3. Membandingkan karakter morfologi dan agronomi serta rendemen minyak atsiri adas liar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan adas yang sudah dibudidayakan.

(16)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani

Tanaman adas (Foeniculum vulgare Mill.) dari famili Umbelliferae merupakan tanaman yang berasal dari Eropa Selatan dan daerah Mediterania. Genus Foeniculum mempunyai tiga spesies yaitu F. vulgare (adas), F. azoricum (adas bunga digunakan sebagai sayuran) dan F. dulce (adas manis digunakan juga sebagai sayuran). F. vulgare mempunyai sub spesies yaitu F. vulgare var. dulce dan F. vulgare var. vulgare (Rusmin dan Melati 2007). Adas merupakan tanaman herba tahunan. Tinggi tanaman yang telah berbunga mencapai 2 m. Batang berbentuk galah dengan alur sejajar. Daun berbentuk jarum yang tersebar, berwarna hijau sampai biru dengan panjang 1-14 cm, pelepah daun berbentuk silinder terbuka dengan panjang 2-15 cm. Perbungaan terminal berbentuk payung berganda, diameter hingga 20 cm tetapi biasanya lebih kecil. Panjang tangkai bunga mencapai 24 cm, tangkai pokok 5-70 tiap payung. Buah bulat telur sampai silindris, warna buah hijau, kuning hingga cokelat (Ruma 2001). Bentuk perbungaan tanaman adas diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Adas (Foeniculum vulgare Mill.)

Syarat Tumbuh dan Budidaya

(17)

4

Tanaman adas diperbanyak secara generatif (benih). Benih dipanen dari buah yang sudah masak dengan kriteria berwarna hijau terang (masak fisiologis). Perlakuan irigasi penuh meningkatkan produksi minyak sebesar 115% dibandingkan tanpa irigasi. Irigasi penuh terutama dilakukan pada stadia akhir pembungaan, dimana irigasi pada stadia ini berkontribusi pada 80% hasil produksi minyak (Bantain dan Chung 1994) (Gambar 2).

Sept Okt Nov Des Jan Feb Maret April

Penanaman

Gambar 2 Fenologi pembungaan adas (Bantain dan Chung 1994)

Pemupukan diberikan dengan mempertimbangkan hara makro yang diserap oleh tanaman. Penelitian Rivale dan Sudiarto (1998) di tanah andosol K.P Manoko, Lembang menunjukkan bahwa pada tingkat hasil panen 600-900 kg ha-1 tahun-1, hara makro yan terangkut adalah 18.31-27.46 kg N, 6.59-9.88 kg P2O5, 16.85-25.27 kg K2O, dan 9.99-14.99 kg CaO. Sedangkan untuk pembentukan seluruh bagian vegetatif tanaman dengan bobot panen basah 900 g per tanaman, adalah 56.68 kg N, 11.73 kg P2O5, 63.32 K2O dan 30 kg CaO ha-1. Hasil penelitian Januwati dan Pitono (1998) menunjukan bahwa pemberian fosfor dengan dosis 300 kg TSP ha-1 dan kalium yang berdosis 300 kg KCl ha-1 cenderung akan menghasilkan pertumbuhan lebih baik.

Minyak Atsiri

Komposisi minyak atsiri tergantung pada faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi tanaman seperti: kondisi lingkungandan iklim; musim koleksi; umur tanaman; tahap pematangan buah atau data genetik (Aprotosaie et al. 2010). Minyak atsiri adas terdapat pada berbagai bagian tanaman, tapi pada tanaman dewasa 95% minyaknya terdapat pada buah. Hidrodestilasi buah adas menghasilkan minyak 1.9-9.3% (Ruma 2001).

Minyak atsiri yang paling penting dari varietas dulce adalah anethol (50-80%), limone (5%), fenchone (5%), estragole (methyl-chavicol), safrol, alfphapinene (0.50%), champene, beta-pinene, beta-myrcene, dan beta p-cymen.

(18)

5 Varietas vulgare yang tidak dibudidayakan kadang-kadang mengandung lebih banyak minyak atsiri, tetapi karena mengandung fenchone (12-22%) harganya lebih murah dibandingkan varietas dulce (Hasanah 2004).

Gulfraz et al. (2008) menemukan sebanyak 33 senyawa dalam minyak adas menggunakan GC-MS. Trans-anthole adalah komponen utama minyak (70.1%) diikuti oleh fenchone (6.9%) dan metilchavicol (4.8%), namun kadar senyawa lainnya rendah. Analisis ekstrak etanol dan methanol buah adas menunjukkan asam linoleat (56.0%) diikuti oleh asamoleat (5.2%), sedangkan senyawa lainnya terdapat dalam konsentrasi rendah.

Penelitian yang dilakukan oleh Stefanini et al. (2006) pada adas varietas vulgare, menemukan bahwa periode terbaik untuk mendapatkan senyawa trans-anethole adalah dalam biji kering di musim panas (78.25%), limonene dalam batang atau daun di musim semi (42.30%), dan fenchone dalam biji hijau di musim gugur (16.98%) diikuti musim panas (15.08%). Sementara pada adas varietas dulce, buah harus dipetik saat masih hijau untuk mendapatkan kandungan minyak yang banyak (15.4%), karena saat biji masih hijau merupakan stadia perkembangan di mana terdapat biomassa terbesar kadar minyak atsiri terbanyak.

Damayanti dan Setyawan (2012) telah mengekstraksi adas tipe Cepogo, asal Boyolali menggunakan steam destilation dan menghasilkan dua jenis minyak yaitu minyak adas keruh dan jernih. Tiga komponen utama dari sampel minyak yang jernih adalah anethole (47.51%), estragole (22.41%), dan α-fensone (21.92%) sedangkan komponen sampel minyak adas keruh adalah anethole (52.38%), estragole (21.37%), dan α-fensone (15.74%).

Karakterisasi

Karakterisasi adalah mendiskripsikan plasma nutfah tanaman. Karakterisasi menentukan ekspresi karakter morfologi atau agronomi yang diwariskan melalui protein biji atau penanda molekuler. Karakterisasi plasma nutfah sangat penting untuk memberikan informasi tentang ciri-ciri aksesi, menjamin pemanfaatan yang maksimum dari koleksi plasma nutfah ke pengguna akhir. Pencatatan dan penyusunan data karakteristik penting yang membedakan aksesi dalam suatu spesies, memungkinkan suatu fenotip dapat dibedakan dengan mudah dan cepat. Hal ini memungkinkan pengelompokan aksesi secara sederhana, pengembangan koleksi inti, identifikasi plasma nutfah yang berharga untuk program pemuliaan dan menambah wawasan yang lebih baik mengenai komposisi koleksi dan keragaman genetik (CGIAR 2011).

(19)

6

Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang melindungi sel melawan kerusakan akibat spesies oksigen reaktif, seperti oksigen singlet, superoksida, radikal peroksil, radikal hidroksil dan peroxynitrite. Ketidakseimbangan antara antioksidan dan spesies oksigen reaktif menghasilkan stress oksidatif yang menyebabkan kerusakan sel. Stres oksidatif telah dikaitkan dengan kanker, penuaan, aterosklerosis, cederaiskemik, peradangan dan penyakit neurodegeneratif seperti parkinson dan alzheimer (Buhler dan Miranda 2000).

Terdapat dua jenis uji yang digunakan secara luas untuk studi antioksidan yang berbeda. Salah satunya adalah uji terkait dengan peroxidasi lipid, termasuk uji asam thiobarbituric (TBA), malonaldehyde/uji kromatografi cair (MA/HPLC), malonaldehyde/ uji gas kromatografi (MA/GC), uji pemutihan β-karoten dan uji diena terkonjugasi. Uji lain yang terkait dengan penangkapan elektron atau radikal, termasuk uji 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH), uji 2,2 '-azinobis (3-ethylbenzothiazoline-6-sulfonat) (ABTS), uji antioksidan listrik(FRAP), uji besi oksidasi-xylenol orange (FOX), uji tiosianat (FTC) besi, dan aldehida/uji asam karboksilat (ACA) (Moon dan Shibamoto 2009). Thaipong et al. (2006) juga menggunakan uji ORAC (Oxygen Radical Absorption capasity) untuk menentukan kapasitas antioksidan pada ekstrak buah jambu.

Sebuah metode yang cepat, sederhana dan murah untuk mengukur kapasitas antioksidan adalah dengan penggunaan radikal bebas 2,2-Diphenyl-1-pikrilhidrazil (DPPH). DPPH secara luas digunakan untuk menguji kemampuan senyawa untuk bertindak sebagai penangkap radikal bebas atau donor hidrogen, dan mengevaluasi aktivitas antioksidan dari makanan. Metode DPPH dapat digunakan untuk sampel padat atau cair dan tidak spesifik untuk komponen antioksidan tertentu, tetapi berlaku untuk seluruh kapasitas antioksidan pada contoh (Prakash et al. 2012).

Sumber antioksidan alami banyak terdapat pada tanaman buah dan sayuran. Suhendra dan Arnata (2009) menemukan bahwa biji adas memiliki potensi aktivitas antioksidan. Penelitian mereka menemukan bahwa aktivitas antioksidan biji adas dengan menggunakan pelarut etil asetat lebih baik dibanding menggunakan pelarut etanol pada pengujian dengan metode TBA dan DPPH. Aktivitas tertinggi diperoleh pada konsentrasi pelarut 90%.

(20)

7

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 hingga Januari 2014. Karakterisasi dilakukan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur. Uji aktivitas antioksidan dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB. Analisis rendemen minyak atsiri dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Bogor. Identifikasi profil minyak atsiri dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Jakarta. Analisis contoh tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanaman adas dan biji adas dari kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Alat yang digunakan adalah meteran, penggaris, timbangan analitik, plastik, label, GPS, oven, alat penggiling, peralatan destilasi (Lampiran 1), Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS).

Pelaksanaan

Karakterisasi

Penelitian menggunakan metode survei, yaitu karakterisasi pada beberapa tanaman adas yang dilakukan secara in situ pada habitat aslinya di TN BTS. Pengambilan contoh dilakukan secara acak multitahap, yaitu kawasan habitat adas dibagi menjadi tiga blok, setiap blok diambil 15 tanaman contoh yang telah berbunga secara acak sehingga jumlah sampel adalah 45 tanaman contoh yang mewakili populasi seluruh kawasan. Tanaman contoh yang terpilih dikarakterisasi menggunakan penanda morfologi tanaman yang mengacu pada hasil penelitian Bermawie dan Azizah (1996) serta UPOV (2001).

(21)

8

Rendemen Minyak Atsiri

Rendemen minyak atsiri didapatkan menggunakan cara destilasi uap dan air. Sebanyak 2.4 kg biji adas kering dihancurkan kemudian dikukus di dalam ketel menggunakan api langsung dengan tekanan uap sama dengan tekanan udara luar, yaitu 1 atm.

Profil Minyak Atsiri

Sebanyak 1 µl sampel minyak adas digunakan untuk analisis komponen dengan GC-MS. Instrumen yang digunakan adalah Agilent 6890 GC dengan auto sampler dan detector Agilent 5973 MSD. Kondisi GC: Kolom kapiler HP WAX (dimensi 25 m x 0.25 mm x 0.25 µm), injeksi split, gas pembawa Helium dengan laju alir 0.6 µl menit-1 (konstan), suhu program 60 oC selama 1 menit kemudian dinaikan 3 oC menit-1 hingga 150 oC selama 2 menit, suhu akhir dinaikan 15 oC menit-1 hingga 240 oC selama 20 menit, suhu injector 250 oC, suhu interface 280 o

C. Kondisi MS: Energi ionisasi 70 eV, suhu sumber ion 230 oC.

Uji Aktivitas Antioksidan

Biji adas yang telah dipanen dioven pada suhu 40 oC hingga massa konstan atau kadar air 7%. Setelah dioven, biji kemudian digiling hingga ukuran 60-80 mesh (Stefanini et al. 2006). Buffer asetat 100 mM (pH 5.5) sebanyak 1.5 mL ditempatkan pada tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2.85 ml etanol PA, 1 mL DPPH 10 mM dalam metanol dan 0.045 mL ekstrak biji adas. Campuran dicampur dengan vortex dan disimpan pada ruang gelap dengan suhu kamar selama 20 menit.Absorbansi dibaca pada panjang gelombang 517 nm. Sebagai standar digunakan asam askorbat dengan konsentrasi 25; 50; 100; 200; 400 mg mL-1. satuan aktivitas antioksidan dinyataakan dalam AEAC (Ascorbic acid Equivalent Antioxidant) (Kubo et al 2002). Aktivitas penangkapan radikal bebas dihitung sebagai persentase berkurangnya warna DPPH dengan menggunakan persamaan :

- ] x

Aktivitas antioksidan ekstrak ditentukan oleh besarnya hambatan serapan radikal DPPH melalui perhitungan persentase inhibisi serapan DPPH dengan menggunakan rumus:

Keterangan: A kontrol: Serapan radikal DPPH pada 517 nm

A sampel: Serapan radikal DPPH yang tersisadi dalam serum pada 517 nm

(22)

9

Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari beberapa lokasi dan hasil penelitian sebelumnya. Data kondisi agroklimat kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru diperoleh dari Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Data curah hujan bulanan diperoleh dari pos hujan Poncokusumo, stasiun klimatologi Karangploso, Malang. Data hasil rendemen minyak atsiri dan kandungan anethol adas dari daerah lain dikutip dari beberapa penelitian sebelumnya. Rendemen minyak dan kandungan anethol adas dari Boyolali dikutip dari hasil penelitian Damayanti dan Setyawan (2012). Rendemen minyak atsiri adas dari Semarang dan Salatiga dikutip dari hasil penelitian Kridati et al. (2012), sedangkan rendemen minyak atsiri dan kandungan anethol adas dari Cipanas, Lembang dan daerah Jawa dikutip dari hasil penelitian Risfaheri dan Ma’mun (1998).

Analisis Data

Data karakter morfologi dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan keadaan morfologi tanaman sesuai data hasil karakterisasi. Data karakter agronomi, rendemen minyak atsiri, profil minyak atsiri dan aktivitas antioksidan dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Data karakterisasi morfologi dan agronomi yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan data karakterisasi dua tipe adas yang sudah diteliti oleh Bermawie dan Azizah (1996). Data rendemen dan kadar anethol minyak atsiri adas dibandingkan dengan data sekunder.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian dilaksanakan di sebagian padang savana kawasan gunung Bromo, Jawa Timur. Lokasi padang savana gunung Bromo adalah dasar lava dari kaldera Tengger. Kaldera tersebut berdiameter kurang lebih 10 km dan di dalamnya terdapat beberapa buah gunung, yaitu gunung Bromo, gunung Batok, gunung Kursi, gunung Watangan dan gunung Widodaren. Lokasi ini merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS) yang secara geografis terletak antara 7.54o dan 8.13o LS, dan antara 112.51o dan 113.04o BT. Secara administrasi pemerintahan termasuk ke dalam empat wilayah kabupaten, yaitu kabupaten Malang, Probolinggo, Lumajang dan Pasuruan.

(23)

10

Data curah hujan dua tahun terakhir dikutip dari Pos hujan Poncokusumo, stasiun klimatologi Karangploso, Malang. Data menunjukan terjadi bulan kering selama enam bulan antara bulan Mei hingga bulan Oktober, dan enam bulan basah antara bulan November hingga April. Rata-rata curah hujan selama dua tahun terakhir sekitar 1900 mm tahun-1 (Lampiran 4). Suhu kawasan berkisar antara 3-20 oC.

Adas tumbuh di lahan terbuka sehingga penerimaan cahaya matahari tidak terganggu oleh adanya vegetasi lain. Populasi vegetasi yang cukup mendominasi adalah alang-alang (Imperata cylindrica Beauv.) dan tanaman paku (Pteris sp.). Soejono (1998) telah menginventarisasi vegetasi lain yang tumbuh di TN BTS, yaitu Blume lacera (Burm.f.) DC, Sporobolus sp., Boraginaceae, Emilia sp., Polygala sp., Herminium lanceum (Thunb. ex Swartz) J.Vuyk, dan Microtis uniflora (Forst.f) Rchb.f.

Karakter Morfologi

Keragaman karakter tanaman yang terbentuk pada suatu ekosistem dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan dan interaksi antara keduanya. Keragaman karakter di lapangan merupakan sumber materi genetik yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat tanaman (Tapsi 2013). Adas biasanya dibudidayakan di pulau Jawa pada ketinggian 1600-2400 m dpl. Adas juga dapat tumbuh liar dan biasa ditemukan di tepi sungai, danau atau tanggul daerah pembuangan dan merupakan tanaman khas di palung sungai (Rusmin dan Melati 2007). Adas liar ditemukan tumbuh cukup massive di padang savana kawasan TN BTS. Hasil identifikasi karakter morfologi tanaman adas liar yang tumbuh di kawasan TN BTS diuraikan sebagai berikut:

1. Batang

(24)

11

Gambar 3 Batang tanaman adas

Daun

Daun adas muncul dari setiap buku dengan letak daun membentuk sudut. Daun berbentuk jarum (acerosus) yang menyebar dan mengeluarkan bau aromatis (Gambar 4). Pangkal daun berupa pelapah berbentuk silinder terbuka. Daun muda berwarna hijau muda terang sedangkan daun tua berwarna hijau gelap. Ujung daun membentuk sedikit lekukan.

Gambar 4 Daun adas

Bunga

Perbungaan adas berupa bunga payung majemuk/payung berganda (double inflorescene). Bunga berupa payung (umbel) dimana pada satu ibu tangkai bunga (peduncle) terangkai beberapa anak tangkai bunga (pedicle) dengan panjang hampir sama. Anak tangkai bunga ini muncul dari tengah-tengah ibu tangkai bunga (rachis). Pada ujung anak tangkai bunga, muncul lagi anak tangkai bunga kedua yang mengulang dengan pola dasar yang sama (Gambar 5).

(25)

12

Gambar 5 Bunga adas liar

Biji

Biji adas adalah buah yang telah mengering (Bermawi dan Azizah 1996). Biji berbentuk bulat lonjong (Gambar 6). Satu buah adas terdapat dua biji yang setangkup. Biji muda berwarna hijau sedangkan biji tua berwarna abu-abu kehijauan. Biji berwarna cokelat kopi setelah mengering. Biji memiliki bau aromatis.

Gambar 6 Bentuk dan warna biji adas tua

Karakter morfologi adas liar di TN BTS yang telah diidentifikasi memiliki karakter yang sama dengan karakter adas tipe Manoko (Jawa Barat) dan tipe Cepogo (Jawa Tengah) yang telah dikarakterisasi oleh Bermawi dan Azizah (1996) pada ketinggian 1200 m dpl. Hal ini menunjukan bahwa perbedaan lingkungan tumbuh tidak mempengaruhi terjadinya keragaman pada karakter morfologi tanaman adas, sehingga dapat dikatakan adas memiliki kestabilan karakter morfologi yang cukup tinggi. Hasil ini sejalan dengan penelitian Bernath et al. (1996) yang menunjukan bahwa karakter morfologi adas dari 13 daerah berbeda di Hungaria memiliki kestabilan yang juga tinggi. Karakteristik morfologi tanaman adas yang tumbuh di TN BTS dengan dua tipe adas lainnya selengkapnya disajikan pada Tabel 1.

(26)

13

Tabel 1 Karakteristik morfologi adas TN BTS, Manoko dan Cepogo

No Karakter TN BTS Manoko1 Cepogo1

Batang

3 Warna batang muda hijau pucat hijau muda

pucat

hijau muda pucat

Daun

4 Warna daun tua hijau gelap hijau gelap hijau gelap

5 Warna daun muda hijau muda hijau muda

terang

hijau muda terang

6 Letak daun bersudut tidak diketahui tidak diketahui

7 Lekukan ujung daun weak tidak diketahui tidak diketahui

Bunga

8 Posisi benang sari

terhadap putik

lebih tinggi lebih tinggi lebih tinggi

9 Warna mahkota kuning kuning cerah kuning cerah

10 Warna putik kuning terang,

11 Warna tepung sari kuning cerah kuning cerah kuning cerah

12 Jumlah mahkota 5 helai 5 helai 5 helai

13 Jumlah putik 1 buah 1 buah 1 buah

14 Jumlah tepung sari 5 helai 5 helai 5 helai

15 Ukuran bunga tunggal 2 mm 2.8-3.4 mm 2.8-3.4 mm

16 Bunga jantan steril tidak ada tidak diketahui tidak diketahui

Biji

17 Warna biji muda hijau muda hijau muda Hijau muda

18 Warna biji tua coklat kopi coklat kopi Coklat kopi

1

Hasil penelitian Bermawie dan Azizah (1996)

Karakter Agronomi

(27)

14

Tabel 2 Karakter agronomi dari adas TN BTS, Manoko dan Cepogo

No Karakter TN BTS Manoko1 Cepogo1

Rataan Kisaran Rataan Kisaran Rataan Kisaran

1 Jumlah ruas 19.8 15-27 18.26 13-25 16.94 9-21

2 Tinggi tanaman (cm) 221.37 179-281 123.47 76-210 151.67 70-220

3 Jumlah batang per

26.71 14-38 30.06 15-47 31.74 15-42

8 Diameter tandan bunga

Hasil penelitian Bermawie dan Azizah (1996)

Data menunjukkan bahwa tanaman adas TN BTS memiliki karakter jumlah ruas paling banyak dan tinggi tanaman paling tinggi diantara dua tipe adas lainnya, sedangkan karakter agronomi untuk organ generatif (komponen hasil), rata-rata memiliki nilai yang lebih kecil dari dua tipe adas lainnya. Hal ini dapat disebabkan kondisi lingkungan di TN BTS sangat mendukung perkembangan vegetatif tanaman, yaitu kadar N dalam tanah pada kawasan taman nasional yang cukup tinggi hingga mencapai 0.35%. Menurut Kridati et al. (2012) kondisi lingkungan yang menyebabkan fase vegetative lebih dominan daripada fase generatif pada tanaman adalah jumlah kadar N dalam tanah yang melebihi normal, yaitu lebih dari 0.1%.

(28)

15

Rendemen Minyak Atsiri

Adas menghasilkan komoditas utama berupa minyak atsiri. Rendemen minyak atsiri yang terkandung dalam biji menjadi salah satu faktor utama untuk mendapatkan varietas unggul. Hasil destilasi adas TN BTS diperoleh rendemen minyak sebesar 4.17%. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya pada adas dari daerah lain (Tabel 3). Penelitian Damayanti dan Setyawan (2012) pada penyulingan adas asal Boyolali (400-1400 m dpl) menghasilkan rendemen minyak atsiri sebesar 2.02%. Penelitian Kridati et al. (2012) pada adas budidaya di daerah Semarang (900-1000 m dpl) dan Salatiga (620 m dpl) menghasilkan rendemen minyak atsiri masing-masing sebesar 3.10% dan 3.57%.

Risfaheri dan Ma’mun (1998) menganalisis karakteristik minyak adas dari

dua varietas berbeda, yaitu varietas vulgare (adas pahit) yang diperoleh dari daerah Cipanas (1500 m dpl), Lembang (1200 m dpl) dan daerah Jawa serta varietas dulce yang diperoleh dari pedagang (adas manis). Hasil penelitiannya menunjukan rendemen minyak adas verietas vulgare dari Cipanas dan Lembang menghasilkan rendemen minyak atsiri masing-masing sebesar 3.83% dan 3.23%, sedangkan rendemen minyak varietas dulce menghasilkan rendemen sebesar 2.23%. Menurut Hasanah (2004) adas varietas vulgare yang tidak dibudidayakan menghasilkan rendemen minyak atsiri lebih tinggi. Jumlah rendemen minyak atsiri juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan waktu pemanenan. Semakin tinggi tempat tumbuh semakin besar kandungan minyaknya (Risfaheri dan

Ma’mun 1998). Waktu pemanenan yang baik adalah pada siang hari saat

fotosintesis sedang berlangsung maksimal sehingga biosintesis minyak atsiri juga berlangsung optimal (Kridati et al. 2012).

Tabel 3 Rendemen minyak atsiri adas dari beberapa daerah

Asal adas Rendemen minyak (%)

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru 4.17

Boyolali1 2.02

Hasil penelitian Damayanti dan Setyawan (2012) 2

Hasil penelitian Kridati et al. (2012) 3

Hasil penelitian Risfaheri dan Ma’mun (1998)

Profil Minyak Atsiri

(29)

16

Komponen kimia diidentifikasi berdasarkan retention time (RT). Hasil kromatogram minyak astsiri adas TN BTS dari GC-MS ditunjukan pada gambar 7.

Gambar 7 Kromatogram minyak atsiri adas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS) hasil GC-MS

Hasil kromatogram pada minyak atsiri adas menunjukan adanya enam komponen utama (Tabel 4). Anethol merupakan komponen dengan kadar paling tinggi (79.79%), diikuti fenchone (13,99%) dan estragole (2.77%), sedangkan komponen lain memiliki kadar yang rendah. Anethol dan fenchone merupakan komponen penting yang menentukan kualitas minyak adas. Kandungan anethol pada adas varietas vulgare berkisar antara 61-70% dan kandungan fenchone dapat mencapai 20%, sedangkan kandungan anethol pada adas varietas dulce berkisar antara 84-90% dengan kandungan fenchone kurang dari 5% (Bernath et al. 1996). Fenchone merupakan sejenis keton yang berbau seperti kamfer dan menyebabkan

rasa pahit pada minyak adas (Risfaheri dan Ma’mun 1998), hal ini yang

menyebabkan adas varietas vulgare disebut adas pahit (bitter fennel). Berdasarkan kadar fenchone yang cukup tinggi (13.99%), maka adas liar di TN BTS termasuk adas varietas vulgare.

Tabel 4 Komponen bioaktif minyak adas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS) pada uji GC-MS

Puncak Retention time Area (%) Komponen

1 4.234 1.17 α-pinene

2 8.339 0.46 limonene

3 15.916 13.99 fenchone

4 29.997 2.77 estragole

5 38.721 79.79 anethol

(30)

17 Kandungan anethol pada adas TN BTS lebih tinggi dibandingkan dengan adas dari daerah lain yang telah diidentifikasi oleh Damayanthie dan Setyawan (2012) serta Risfaheri dan Ma’mun (1998) (Tabel 5). Hasil ini sejalan dengan penelitian Conforti et al. (2006) dimana adas liar memiliki kandungan anethol lebih tinggi dibandingkan dengan adas yang telah dibudidayakan. Faktor yang mempengruhi kualitas minyak atsiri pada adas adalah kondisi iklim dan penyimpanan. Suhu atmosfer dan suhu permukaan tanah yang rendah serta curah hujan yang tinggi pada awal fase vegetatif tanaman menentukan tingginya jumlah monoterpene pada minyak atsiri adas (Aprotosaie et al. 2010). Penyimpanan biji adas selama tiga bulan pada suhu kamar menyebabkan komponen anethol mengalami oksidasi dan reduksi menjadi p-anisaldehid, anis keton dan benzyl metilketon (Agusta dan Harapini 1998).

Tabel 5 Perbedaan kandungan anethol adas liar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS) dengan adas budidaya

Asal adas Kadar anethol (%)

TN BTS 79.79

Boyolali1 47.51

Cipanas 2 43.10

Lembang 2 28.30

1

Hasil penelitian Damayanti dan Setyawan (2012) 2

Hasil penelitian Risfaheri dan Ma’mun (1998)

Aktivitas Antioksidan

(31)

18

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Tanaman adas liar di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki karakter morfologi yang mirip dengan adas yang telah dibudidayakan, namun memiliki karakter agronomi (komponen hasil) yang lebih kecil. Adas memiliki kestabilan karakter morfologi yang tinggi. Adas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki kuantitas dan kualitas minyak atsiri yang baik. Berdasarkan kandungan anethol dan fenchone pada minyaknya, adas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru termasuk kedalam varietas vulgare.

Saran

Eksplorasi tanaman adas diseluruh wilayah Indonesia masih perlu dilakukan untuk mengumpulkan dan mengidentifikasi sumber genetik yang ada. Karakterisasi pada tingkat genetik diperlukan untuk memastikaan adanya keragaman pada semua tipe adas secara genetik. Pengujian kandungan minyak atsiri masih diperlukan dengan menggunakan lebih banyak contoh dan perbandingan sehingga diperoleh hasil yang lebih akurat. Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan beberapa metode lainnya juga diperlukan untuk mengklarifikasi ulang hasil yang telah didapatkan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTN BTS) selaku badan pengelola taman nasional atas izin yang diberikan untuk mengadakan penelitian di kawasan taman nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Afify AEMR, El-Beltagi HS, Hamama HSE, Sidky MM, Mostafa OFA. 2011. Distribution of trans-anethole and estragole in fennel (Foeniculum vulgareMill) of callus induced from different seedling parts and fruits. Not Sci Biol. 3(1):79-86.

Agusta A, Harapini M. 1998. Perubahan komposisi komponen kimia minyak adas (Foeniculum vulgare Mill.) karena penyimpanan. Warta Tumbuhan Indonesia. 4(1): 16-18

(32)

19 Aprotosoaie AC, Spac A, Hancianu M, Miron A, Tanasescu VF, Dorneanu V, Stanescu U. 2010. The chemical profile of essential oils obtained from fennel fruits (Foeniculum vulgare Mill.). Farmacia. 58(1):46-53.

Bantain M, Chung B. 1994. Effects of irrigation and nitrogen on the yield components of fennel (Foeniculum vulgare Mill.). Aust. J. Exp. Agric. 34(6): 845-849. doi: 10.1071/EA9940845.

Bermawie N, Azizah N. 1996. Karakterisasi dan dokumentasi plasma nutfah adas (Foeniculum vulgare MILL.).Laporan Bagian Proyek Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Cimanggu (ID): Balitro.

Bernath J, Nemeth E, Kattaa A, Hethelyi E. 1996. Morphological and chemical evaluation of fennel (Foeniculum vulgare Mill.) population of different origin.J. Essent. Oil Res. 8:247-253.

Buhler DR, Miranda C. 2000. Antioxidant activities of flavonoids. Linus Pauling Institute. [Internet]. [diunduh 2013 Feb 25]; hlm 1. Tersedia pada http://lpi.oregonstate.edu/f-w00/flavonoid.html

[CAC] Codex Alimentarius Commission. 2012. Join FAO/WHO Food Standart Programme Codex Alimentarius Commission. Rome (IT): CAC.

[CGIAR] Consultative Group on International Agriculture Research. 2011. Characterization. [Internet]. Montpellier (FR): SGRP. hlm 1; [diunduh 2013 Jan 4]. Tersedia pada http://cropgenebank.sgrp.cgiar.org/index.php? option=comcontent&view=article&id=47&Itemid=205

Choi EM, Hwang JK. 2004. Anti imflamatory, analgesic and antioxidant activities of the fruit of Foeniculum vulgare. Fitoterapia. 75(6):557-556.

Conforti F, Statti G, Uzunov D, Menichini F. 2006. Compartive chemical composition and antioxidant activities of wild and cultivated Laurus nobilis L. leaves and Foeniculum vulgare subsp. piperitum (Ucria) coutinho seeds. Biol. Pharm. Bull. 29(10):2056-2064.

Damayanti A, Setyawan E. 2012. Essential oil extraction of fennel seed (Foeniculum vulgare) using steam distillation. Int. J. Sci. Eng. 3(2):12-14. [FAO] Food and Agriculture Organization. 2004. Trade in Medical Plants. Rome

(IT): FAO Corporate Document Repository.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2013. Crops and Livestock Products, Trade (FAOSTAT) Dataset. [Internet]. Rome (IT): FAO. [diunduh 2014 Feb 20]. Tersedia pada http://data.fao.org/dataset-data-filter?entryId=88ac1019-febf-4771-a89b7af36f595024&tab=data&type=Dimensionmember&uuidRe source=99319968-793d-4c6d-a86a-43abe5a12873

El-Soud NA, El-Laithy N, El-Saeed G, Wahby MS, Khalil M, Morsy F, Shaffie N. 2011. Antidiabetic activities of Foeniculum vulgare Mill. Essential oil in streptozocin induced diabetic rats. Maced J Med Sci. doi.10.3889/ MJMS.1957-5773.2011.0173.

Gulfraz M, Mahmood S, Minhas N, Jabeen N, Kausar R, Jabeen K, Arshad G. 2008. Composition and antimicrobial properties of essential oil of Foeniculum vulgare. Afr J Biotechnol. 7(24):4364-4368.

Hasanah M. 2004. Perkembangan teknologi budidaya adas (Foeniculum vulgare Mill.). J Litbangtan. 23(4):139-144.

[HSA] Herb Society of America. 2005. Fennel. Kirtland (US): HSA.

(33)

20

Kridati EM, Prihastanti E, Haryanti S. 2012. Rendemen minyak atsiri dan diameter organ serta ukuran sel minyak tanaman adas (Foeniculum vulgare Mill.) yang dibudidayakan di kabupaten Semarang dan kota Salatiga. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 20(1):1-17.

Kubo I, Masuda N, Xiao P, Haraguchi H. 2002. Antioxidant Activity of Dodecyl Gallate.J. Agric. Food Chem. 50:3533-3539.

Marzuki I, Uluputty MR, Aziz SA, Surahman M. 2008. Karakterisasi morfoekotipe dan proksimat Pala Banda (Myristica fragrans Houtt.). Bul Agron. 36(2):146-152.

Moon JK, Shibamoto T. 2009. Antioxidant assays for plant and food components. J. Agric. Food Chem. 57(5):1655-1666.

Oktay M, Gülçin İ, Küfrevioğlu Oİ. 2002. Determination of in vitro antioxidant

activity of fennel (Foeniculum vulgare) seed extracts. Lebensm.-Wiss. U.-Technol. 36(2003):263-271.

Rivale AA, Sudiarto. 1998. Volume beberapa hara makro terangkut tanaman adas (Foeniculum vulgare Mill.). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 4(1): 26-27. Ruma MTL. 2001. Adas (Foeniculum vulgare Miller.). Di dalam: Sutarno H,

Atmowidjojo S, editor. Tantangan Pengembangan dan Fakta Jenis Tanaman Rempah; [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Bogor (ID): Prosea Indonesia-Yayasan Prosea. hlm 13-15.

Rusmin D, Melati. 2007. Adas tanaman yang berpotensi dikembangkan sebagai bahan obat alami. Warta Puslitbangtri. 13(2):21

Shahat AA, Ibrahim AY, Hendawy SF, Omer EA, Hammouda FM, Rahman AFH, Saleh MA. 2011. Chemical composition, antimicrobial and antioxidant activities of essential oils from organically cultivated fennel cultivars. Molecules. 16:1366-1377.

Soegiarso NC, Evacuasiany E. 1998. Efek estrogenik dari ekstrak biji Foeniculum vulgare Mill. (Adas). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 4(1):13.

Soejono. 1998. Habitat adas (Foeniculum vulgare Mill.) di kawasan gunung bromo, jawa timur. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 4(1):21-22.

Stefanini MB, Ming LC, Marques MOM, Facanali R, Meireles MAA, Moura LS, Marchese JA, Sousa LA. 2006. Essential oil constituents of different organs of fennel (Foeniculum vulgare var. vulgare). Rev Bras Pl Med Botucatu. 8: 193-198.

Suhendra L, Arnata IW. 2009. Potensi aktivitas antioksidan biji adas (Foeniculum vulgare Mill) sebagai penangkap radikal bebas. Agrotecno. 15(2):66-71. Swani P. 2008. Seed spices-a bird’s eye view. Worls Spice Congress. [Internet];

(34)

21 Tapsi S. 2013. Karakterisasi Kandungan Bioaktif dan Persepsi Masyarakat terhadap Pucuk Kemang (Mangifera kemanga Blume.) sebagai Sayuran Indigeneus [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Thaipong K, Boonprakob U, Crosby K, Louis CZ, Byrne DH. 2006. Comparison of ABTS, DPPH, FRAP, and ORAC assays for estimating antioxidant activity from guava fruits extracs. Journal of Food Composition and Analysis. 19(2006) 669–675.

[UPOV] International Union for the Protection of New Varieties of Plants. 2001. Guidelines for The Conduct of Tests for Distincness, Uniformity and Stability: Fennel (Foeniculum vulgare Miller). Geneva (CH): UPOV.

(35)

22

LAMPIRAN

Lampiran 1 Alat destilasi uap dan air

(36)

23 Lampiran 3 Analisis contoh tanah di kawasan TN BTS

Jenis analisis Keterangan

Tekstur (pipet)

Pasir 54 %

Debu 19%

Liat 27%

pH

H2O 4.9

KCL 4.4

Bahan Organik

C 3.34%

N 0.35%

C/N 10

HCl 25%

P2O5 120 mg 100g-1

K2O 41 mg 100g-1

Bray 1 P2O5 401.7 ppm

Morgan K2O 247 ppm

Nilai tukar kation (NH4-Acetat 1N, pH7)

Ca 6.05 cmolc kg-1

Mg 0.77 cmolc kg-1

K 0.47 cmolc kg-1

Na 0.74 cmolc kg-1

Jumlah 8.03 cmolc kg-1

KTK 16.48 cmolc kg-1

KB 49%

KCl 1 N

Al3+ 0.48

(37)

24

Lampiran 4 Data curah hujan bulanan selama dua tahun terakhir dari Pos hujan Poncokusumo, stasiun klimatologi Karangploso, Malang

No Tahun Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Total

1 2013 CH 338 460

HH 26 18

HM 115 75

2 2012 CH 402 307 343 107 58 0 0 0 0 59 212 346 1834

HH 23 17 18 12 6 0 0 0 0 7 16 27 126

HM 50 40 110 18 30 0 0 0 0 24 40 40 110

3 2011 CH 197 236 301 314 150 0 0 0 0 55 283 429 1965

HH 19 12 23 22 16 0 0 0 0 5 23 23 143

HM 25 79 32 33 22 0 0 0 0 30 23 60 79

Keterangan :

(38)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 7 September 1991.Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Diarso dan Ibu Romdiyah. Penulis telah menempuh pendidikan sekolah menengah atas di SMA N 1 Kajen. Pada tahun 2009 penulis telah diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen Agronomi dan Hortikultura melalui jalur SNPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Selama menempuh kuliah, penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan diantaranya: sebagai staff di Kementerian Lingkungan Hidup, Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (BEM KM IPB) periode 2009/2010; sebagai bendahara Departemen Eksternal BEM Fakultas Pertanian periode 2010/2011; sebagai Ketua Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa BEM Fakultas Pertanian periode 2011/2012. Penulis juga aktif diberbagai kepanitiaan dan aktif mengikuti berbagai kegiatan seminar.

Gambar

Gambar 2  Fenologi pembungaan adas (Bantain dan Chung 1994)
Gambar 3  Batang tanaman adas
Gambar 6  Bentuk dan warna biji adas tua
Tabel 1  Karakteristik morfologi adas TN BTS, Manoko dan Cepogo
+4

Referensi

Dokumen terkait

Di ayat 22-24 dikatakan: “Kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang

Dalam peneltian ini diketemukan bahwa pemberian grasi atau pengampunan yang diberikan oleh Presiden terhadap narapidana narkoba transnasional, merupakan kewenangan

Reaktor plug flow Adalah suatu alat yang digunakan untuk mereaksikan suatu reaktan dalam hal ini fluida dan mengubahnya menjadi produk dengan

5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat, mengandung arti bahwa secara langsung dan jelas negara telah mengakui hak

Berdasarkan Paparan diatas, Penulis merasa tertarik untuk meneliti Analisis Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Petani Kopi Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Produksi dan

Apabila jasa yang dilaksanakan dapat diselesaikan dengan satu kegiatan tunggal atau dalam suatu jangka waktu yang relatif pendek, tidak akan timbul

Perayaan maulid nabi adalah tradisi yang banyak corak dalam pelaksanaan. Jika ditinjau dari sejarah pengadaannya tidak ada suatu tanggal khusus pengadaan maulid nabi,

Pada edisi pertama terdiri satu jilid, kemudian pada edisi kedua oleh penerbit yang sama dicetak menjadi dua jilid dengan ukuran lebih kecil. Karya tafsir ini