PENGARUH SUPLEMENTASI BERBAGAI ANTIOKSIDAN TERHADAP
PERFORMA DAN STATUS FISIOLOGIS AYAM BROILER YANG
DIBERI CEKAMAN TEMPERATUR TINGGI
SITI NURJANAH
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Suplementasi Berbagai Antioksidan Terhadap Performa dan Status Fisiologis Ayam Broiler yang Diberi Cekaman Temperatur Tinggi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Siti Nurjanah
ABSTRAK
SITI NURJANAH. Pengaruh Suplementasi Berbagai Antioksidan Terhadap Performa dan Status Fisiologis Ayam Broiler yang Diberi Cekaman Temperatur Tinggi. Pembimbing TOTO TOHARMAT dan SUMIATI.
Lingkungan temperatur yang tinggi menyebabkan heat stress pada ayam broiler. Antioksidan merupakan suplemen yang paling efisien yang dapat mencegah efek negatif dari heat stress. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh suplementasi berbagai antioksidan terhadap performa dan status fisiologis ayam broiler yang diberi cekaman terhadap temperatur tinggi. Sejumlah 48 ekor ayam broiler umur 10 hari dilakukan rancangan acak lengkap dengan 2x3 faktorial, 8 ulangan. Faktor pertama adalah perlakuan pakan dan faktor kedua adalah perlakuan temperatur lingkungan. Pakan yang diberikan adalah pakan komersial tanpa dan disuplementasi antioksidan. Perlakuan lingkunagn yang digunakan sebagai berikut: temperatur konstan pada 25 ˚C, temperatur bersiklus pada suhu 25-35-25 ˚C, dan temperatur konstan pada suhu 32 ˚C. Ayam broiler pada temperatur lingkungan yang tinggi memiliki konsumsi pakan, bobot badan, dan pertumbuhan bobot badan yang lebih rendah dibandingkan ayam broiler pada suhu lingkungan normal (P<0.01). Suplementasi antioksidan tidak memberikan efek terhadap performa dan fiologis ayam broiler. Suplementasi antioksidan meningkatkan yellowness pada otot dada (P<0.05). Suplementasi antioksidan dan perlakuan lingkungan tidak mempengaruhi kandungan malondialdehida. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa antioksidan tidak terbukti dapat mencegah efek negatif dari heat stress pada ayam broiler
Kata kunci: antioksidan, ayam broiler, heat stress
ABSTRACT
SITI NURJANAH. Effect of Antioxidants Supplementation on Performance and Physiological Status of Broiler Chickens Exposed to High Temperature. Supervised by TOTO TOHARMAT and SUMIATI.
treatments did not influence malondialdehyde (MDA) level. These results suggested that antioxidants did not alleviate the negative effect of heat stress on broiler chickens.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
PENGARUH SUPLEMENTASI BERBAGAI ANTIOKSIDAN TERHADAP
PERFORMA DAN STATUS FISIOLOGIS AYAM BROILER YANG
DIBERI CEKAMAN TEMPERATUR TINGGI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2014
Judul Skripsi : Pengaruh Suplementasi Berbagai Antioksidan Terhadap Performa dan Status Fisiologis Ayam Broiler yang Diberi Cekaman Terhadap Lingkungan Temperatur Tinggi
Nama : Siti Nurjanah NIM : D24090095
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Toto Toharmat, MAgrSc Pembimbing I
Dr Ir Sumiati, MSc Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 hingga Maret 2013 ini ialah suplementasi antioksidan pada ayam broiler, dengan judul Pengaruh Suplementasi Berbagai Antioksidan Terhadap Performa dan Status Fisiologis Ayam Broiler yang Diberi Cekaman Temperatur Tinggi.
Antioksidan dapat mengurangi dan mencegah kerugian akibat heat stress pada ayam broiler. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh suplementasi berbagai antioksidan terhadap performa dan status fisiologis ayam broiler yang diberi cekaman terhadap temperatur tinggi. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, namun demikian semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
METODE 2
Bahan 2
Alat 2
Lokasi dan Waktu 2
Prosedur Percobaan 2
Analisis Data 4
Peubah yang Diamati 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Mortalitas 5
Performa 6
Suhu Rektal 7
Bobot Hati dan Dada 8
Lipid Peroksidasi Darah, Hati dan Otot 9
Warna Daging 10
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 16
DAFTAR TABEL
1 Perlakuan pakan dan temperatur lingkungan 3
2 Mortalitas ayam broiler pada perlakuan temperatur lingkungan 5 3 Rataan performa ayam broiler yang disuplementasi antioksidan 6 4 Suhu rektal ayam broiler sebelum dan sesudah diberi perlakuan
temperatur lingkungan 7
5 Bobot hati dan bobot dada ayam broiler yang telah diberi perlakuan
temperatur lingkungan 8
6 Rataan kadar malondialdehida (MDA) pada plasma, hati, dan otot pada ayam broiler yang diberikan pakan tanpa dan disuplementasi antioksidan 9 7 Rataan warna otot ayam broiler yang diberi pakan tanpa dan
disuplementasi antioksidan pada temperatur lingkungan normal dan
tinggi 11
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil sidik ragam (ANOVA) pertumbuhan bobot badan ayam broiler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan 16 2 Hasil sidik ragam (ANOVA) konsumsi pakan ayam broiler yang diberi
perlakuan pakan dan temperatur lingkungan 16
3 Hasil sidik ragam (ANOVA) bobot badan ayam broiler umur 15 hari 16 4 Hasil sidik ragam (ANOVA) bobot badan ayam broiler umur 21 hari 16 5 Hasil sidik ragam (ANOVA) warna redness (a*) otot dada ayam broiler
yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan 16 6 Hasil sidik ragam (ANOVA) warna yellowness (b*) pada otot dada
ayam briler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan 17 7 Hasil sidik ragam (ANOVA) warna lightnes (L*) pada otot dada ayam
broiler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan 17 8 Hasil sidik ragam (ANOVA) warna redness (a*) pada otot kaki ayam
broiler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan 17 9 Hasil sidik ragam (ANOVA) warna yellowness (b*) pada otot kaki ayam
broiler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan 17 10 Hasil sidik ragam (ANOVA) warna lightness (L*) pada otot kaki ayam
broiler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan 17 11 Hasil sidik ragam (ANOVA) bobot hati ayam broiler yang diberi
perlakuan pakan dan temperatur lingkungan 18
12 Hasil sidik ragam (ANOVA) bobot dada ayam broiler yang diberi
perlakuan pakan dan temperatur lingkungan 18
13 Hasil sidik ragam (ANOVA) kandungan malondialdehida (MDA) hati ayam broiler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan 18 14 Hasil sidik ragam (ANOVA) kandungan malondialdehida (MDA)
plasma darah ayam broiler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur
lingkungan 18
15 Hasil sidik ragam (ANOVA) kandungan malondialdehida (MDA) otot dada ayam broiler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur
16 Hasil sidik ragam (ANOVA) suhu rektal ayam broiler (umur 15 hari) yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan 19 17 Hasil sidik ragam (ANOVA) suhu rektal ayam broiler (umur 21 hari)
yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan 19 18 Uji Chi-Squre mortalitas ayam broiler yang diberi perlakuan pakan dan
temperatur lingkungan 19
19 Foto kandang biotron 20
20 Foto panel kontrol kandang biotron 20
PENDAHULUAN
Industri peternakan ayam broiler di Indonesia memiliki kemajuan yang sangat pesat. Menurut data Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011) jumlah populasi ayam broiler atau ayam pedaging pada tahun 2011 mencapai 1 milyar ekor. Akan tetapi industri peternakan ayam broiler memiliki masalah dengan iklim tropis Indonesia. Suhu yang sangat tinggi pada musim kemarau maupun peralihan musim menyebabkan sebagian besar peternak mengalami kerugian yang diakibatkan oleh menurunnya performa hingga banyaknya ayam yang mati (Abidin dan Khatoon 2013).
Suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan terjadinya heat stress atau cekaman panas pada ayam broiler. Heat stress merupakan kondisi kesehatan dan fisiologis ternak yang terganggu akibat pengaruh dari lingkungan yang sangat ekstrim (Lesson dan Summers 2001). Suhu maksimum di Indonesia pada siang hari menurut data Badan Meteorologi dan Geofisika (2012) mencapai 35 ˚C-37 ˚C dengan kelembapan 70%-80%. Suhu nyaman bagi ayam broiler periode grower
untuk dapat tumbuh dengan baik adalah 24 ˚C (Weaver 2002). Suhu lingkungan yang tinggi bersamaan dengan kelembapan yang tinggi akan menimbulkan berbagai gejala stres pada ayam broiler (Daghir 1995). Heat stress dapat mempengaruhi performa ayam broiler seperti menurunnya efesiensi pakan, konsumsi pakan, dan pertumbuhan bobot badan. Selanjutnya heat stress dapat menurunkan kualitas daging serta meningkatkan kandungan malondialdehida (MDA) sebagai akibat dari stres oksidatif dalam tubuh (Azad et al. 2010b).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi kerugian akibat heat stress diantaranya sistem kandang dan manipulasi nutrisi. Solusi sistem kandang dengan menambahkan pendingin dinilai kurang efisien karena biayanya yang cukup mahal. Manipulasi nutrisi dianggap paling tepat dalam mengatasi masalah
heat stress. Suplemen yang sering digunakan dalam mengatasi heat stress adalah antioksidan. Antioksidan dapat mengurangi dan mencegah akibat dari oksidasi yang terjadi dalam tubuh ayam broiler ketika mengalami cekaman panas. Antioksidan adalah molekul atau senyawa yang berperan sebagai penangkal radikal bebas. Sebagian besar antioksidan merupakan elektron donor yang bereaksi dengan radikal bebas untuk merubahnya menjadi senyawa yang tidak berbahaya (Surai 2003).
Jenis antioksidan dapat berasal dari vitamin, mineral, metionina, dan nutrien mikro lainnya. Penelitian tentang keefektifan antioksidan telah banyak dilakukan. Penambahan vitamin E (100 ppm) yang berperan sebagai antioksidan mampu meningkatkan pertumbuhan bobot badan dan konversi pakan (Yuming et al. 2001). Penambahan vitamin E (250 ppm) dan A (15 000 IU) terbukti efektif untuk mengatasi heat stress pada broiler yang diberi cekaman panas 32 ˚C (Sahin
et al. 2002).
2
Akan tetapi masih sedikit informasi yang menjelaskan keefektifan vitamin E dengan jenis antioksidan lain untuk menangani heat stress pada ayam broiler. Disamping itu banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa antioksidan dapat berubah bentuk menjadi prooksidan yang dapat membahayakan tubuh (Mézes dan Balogh 2009; Polyakov et al. 2001). Dengan adanya hal tersebut, perlu dilakukan pengujian terhadap keefektifan antioksidan yang memiliki hubungan timbal balik satu sama lain serta membuktikan komposisi paling efektif yang digunakan untuk mengatasi efek negatif heat stress pada ayam broiler.
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh suplementasi berbagai antioksidan terhadap performa dan status fisiologis ayam broiler yang diberi cekaman terhadap lingkungan temperatur tinggi.
METODE
Bahan
Penelitian ini menggunakan 48 ekor day old chick (DOC) ayam broiler strain ROSS, yang berasal dari perusahaan pembibitan Zao (Miyagi, Jepang). Pakan yang digunakan merupakan pakan komersial yang memiliki kandungan protein kasar 23%, serat kasar 4%, lemak kasar 5%, kalsium 0.7%, dan Energi Metabolis 3 050 kkal/kg.
Alat
Jenis kandang yang digunakan adalah kandang electrically-heated batteries dan kandang biotron. Kandang electrically-heated batteries merupakan kandang kelompok, sedangkan kandang biotron merupakan kandang individu (Lampiran 19). Micro climate dapat diatur secara komputerisasi pada kandang biotron. Alat pengukur warna daging yang digunakan adalah Minolta Chroma meter CR-200 (Lampiran 21) dan spektofotometer digunakan untuk analisis kandungan malondialdehida.
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2013 hingga bulan Maret 2013, di Laboratorium Nutrisi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Tohoku, Jepang.
Prosedur Percobaan
Hewan Percobaan dan Perlakuan
3 kandang 27 ˚C. Adaptasi di kandang biotron dilakukan selama 3 hari. Perlakuan pakan dilakukan pada ayam broiler umur 13 hari. Selanjutnya, perlakuan temperatur lingkungan dilakukan pada ayam broiler umur 15 hari.
Gambar 1. Tahapan penelitian
Sejumlah 48 ekor ayam broiler berumur 10 hari dialokasikan ke dalam rancangan acak lengkap pola 2x3 faktorial, 8 ulangan. Faktor pertama adalah perlakuan pakan dan faktor kedua adalah perlakuan temperatur lingkungan. Pakan yang diberikan adalah pakan komersial tanpa (A0) dan disuplementasi dengan setelah mencapai suhu 35 ˚C selama 4 jam, suhu turun secara perlahan sebesar 1 ˚C setiap 40 menit hingga mencapai suhu 25 ˚C. Kelembapan yang digunakan pada kandang dengan suhu konstan adalah 55%. Pada kandang dengan suhu bersiklus, kelembapan yang digunakan adalah 65% hingga 80%.
Tabel 1 Perlakuan pakan dan temperatur lingkungan
Perlakuan Pakan
konstan pada 25 ˚C; ET25A1 = ransum dengan suplementasi berbagai antioksidan
dengan temperatur konstan pada 25 ˚C; ETCYA0 = ransum tanpa suplementasi
berbagai antioksidan dengan temperatur bersiklus pada suhu 25-35-25˚C; ETCYA1 = ransum dengan suplementasi berbagai antioksidan dengan temperatur
bersiklus pada suhu 25-35-25 ˚C. ET32A0 = ransum tanpa suplementasi berbagai
antioksidan dengan temperatur konstan pada suhu 32 ˚C; ET32A1 = ransum
dengan suplementasi berbagai antioksidan dengan temperatur konstan pada 25 ˚C.
Pertumbuhan Bobot Badan, Konsumsi Pakan, Konversi Pakan, dan Mortalitas
4
Pengukuran Bobot Hati dan Bobot Dada
Pada umur 21 hari, ayam broiler disembelih. Selanjutnya otot pectoralis superficialis dan hati ditimbang bobotnya.
Pengukuran Suhu Rektal
Suhu rektal diukur menggunakan termometer digital. Pengukuran dilakukan dengan cara memasukkan termometer ke dalam rektal ayam broiler hingga angka pada thermometer stabil. Semua ayam broiler diukur suhu rektalnya sebelum dilakukan perlakuan cekaman panas (15 hari) dan sebelum ayam broiler disembelih (21 hari).
Pengukuran Warna Daging
Pengukuran warna daging dilakukan setelah ayam disembelih (umur 21 hari) menggunakan Minolta Chroma meter CR-200, sesaat setelah ayam disembelih. Alat pengukur warna ditempelkan beberapa saat ke permukaan otot hingga angka stabil. Otot daging yang diukur warnanya pada penelitian ini adalah otot dada (pectoralis superficialis) dan otot kaki (iliotibialis lateris).
Kandungan Malondialdehida (MDA) pada Darah, Hati, dan Otot Dada Kandungan peroksidasi lipid yang akan diukur adalah plasma, hati dan otot dada dengan menggunakan metode Mujahid et al. (2007). Hati, otot dada, dan plasma diambil segera setelah ayam disembelih. Selanjutnya hati dan otot dada ditumbuk hingga menjadi serbuk dengan menggunakan nitrogen cair dan disimpan pada freezer -80 ˚C. Serbuk hati dan otot dada dihomogenkan dengan buffer (1.15% KCl) menggunakan physcotron. Darah yang diambil segera setelah ayam disembelih dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 150 µL heparin. Darah yang telah diambil disentrifuge 3 000 rpm selama 10 menit. Plasma darah diambil menggunakan micropipette ke dalam tabung affendorf.
Sebanyak 800 µL homogenat/plasma dicampurkan dengan 200 µL SDS 8.1%, 1.5 ml asam asetat 20% (pH 3.5), 50 µL butyl-hydroxyl toluene 0.8%, dan 1.5 ml 2-thiobarbituric acid 0.8%. Setelah divortex, sampel diinkubasi di dalam es selama 60 menit. Selanjutnya, dipanaskan pada 95 ˚C selama 60 menit di water bath. Sampel didinginkan beberapa saat dan ditambahkan dengan 1 ml H2O, 5 ml
campuran n-butanol dan pyridine (15:1, v v-1), dicampur secara sempurna dan divortex. Berikutnya, setelah dikocok menggunakan shaker selama 10 menit, sampel disentrifuse pada 3 000 rpm selama 10 menit dan diukur absorbansi menggunakan spektrofotometer pada 532 nm.
Analisis Data
5 Perlakuan temperatur bersiklus pada penelitian ini menyebabkan tingkat mortalitas hingga 87.5%. Sehubungan dengan hal tersebut peubah selain mortalitas dari perlakuan temperatur bersiklus tidak tersedia, sehingga analisis sidik ragam hanya dapat dilakukan tanpa temperatur bersiklus.
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah mortalitas, pertumbuhan bobot badan, konsumsi pakan, konversi pakan, bobot hati, bobot dada, suhu rektal, kandungan malondialdehida (MDA) pada darah, hati, dan otot, serta warna daging pada otot dada dan otot kaki.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mortalitas
Perlakuan temperatur lingkungan meningkatkan mortalitas secara signifikan (P<0.01), tidak ada interaksi diantara perlakuan pakan dan perlakuan temperatur lingkungan (Tabel 2). Hampir semua ayam broiler (15 hari) ETCY mengalami kematian pada hari pertama dilakukannya perlakuan temperatur lingkungan. Angka mortalitas pada ayam broiler tanpa dan disuplementasi antioksidan pada temperatur bersiklus adalah 87.5% dan 75% secara berturut-turut.
Tabel 2 Mortalitas ayam broiler pada perlakuan temperatur lingkungan
Perlakuan Mortalitas (%)a nyata pada taraf uji 1% (uji ordinal Chi-square).
Hasil penelitian (Azad et al. 2010b) terhadap ayam broiler yang diberikan suhu bersiklus (32–24–32 ˚C) dengan kelembapan 55% tidak mempengaruhi mortalitas. Berbeda dengan penelitian ini yang digunakan kelembapan hingga 65%–85% menghasilkan mortalitas yang sangat tinggi pada ayam broiler. Termoregulasi pada ayam broiler terjadi pada periode starter (1 minggu) yang sangat rentan terhadap kelembapan yang tinggi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa faktor kelembapan harus lebih diperhatikan, terutama pada area panas dan lembap (Lin et al. 2006). Lin et al. (2005) menjelaskan bahwa ayam broiler sangat sensitif terhadap perubahan kelembapan tinggi, rendah, bahkan suhu
thermoneutral.
6
Tabel 3 Rataan performa ayam broiler yang disuplementasi antioksidan
Peubah
928±57a 895±56a 753±79b 774±66b TN <0.01 TN
PBB (g ekor-1) 457±15a 441±29a 288±50b 313±73b TN <0.01 TN Konsumsi
pakan (g ekor
-1
)
599±34a 556±41a 431±36b 446±70b TN <0.01 TN
Konversi pakan
1.31±0.05bc 1.26±0.08c 1.53±0.27a 1.46±0.20ab TN <0.01 TN
A : Perlakuan pakan
ET: Perlakuan temperatur lingkungan TN: Tidak nyata
temperatur yang tinggi. Ayam broiler memiliki respon terhadap aklimasi panas, yang secara otomatis mengatur mekanisme fisiologis untuk mengurangi sistem kerja metabolisme, menurunkan temperatur untuk mengaktifkan efektor penghilang panas, dan meningkatkan kapasitas dari sistem evaporasi (Garriga et al.
2005).
Performa
Bobot badan ayam broiler pada umur 15 hari pada penelitian ini tidak berbeda nyata (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa pada masa adaptasi kandang (umur 11 hari) dan adaptasi pakan yang disuplementasi berbagai antioksidan (umur 13 hari) tidak mempengaruhi bobot badan ayam broiler. Berbeda dengan bobot badan ayam broiler pada umur 21 hari yang telah diberi perlakuan suhu berbeda nyata pada P<0.01. Tidak terdapat interaksi diantara penambahan antioksidan dan temperatur lingkungan.
7
40.84±0.09b 40.97±0.18b 41.31±0.22a 41.27±0.20a TN <0.001 TN
Suhu rektal (21 h, ˚C)
40.78±0.34b 40.89±0.21b 42.32±0.31a 42.36±0.33a TN <0.001 TN
A : Perlakuan pakan
ET: Perlakuan temperatur lingkungan TN: Tidak nyata
menurunnya konsumsi pakan dan berakibat pada menurunnya pertumbuhan bobot badan.
Nilai konversi ransum didapatkan dari hasil perbandingan antara ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan pada kurun waktu tertentu. Semakin tinggi nilai konversi ransum menunjukkan bahwa untuk meningkatkan bobot badan persatuan berat membutuhkan pakan yang tinggi. Nilai konversi ransum pada suhu normal (ET25) dan suhu tinggi (ET32) adalah 1.3 dan 1.5 secara berturut-turut. Nilai konversi tersebut dinilai lebih baik dibandingkan penelitian sebelumnya yang menghasilkan nilai konversi ransum ayam broiler yang berada pada suhu ruang 24 ˚C mencapai 1.84 (Kusnadi 2006). Hal ini diperkirakan karena genetik ayam broiler yang digunakan berbeda (NRC 1994).
Ayam broiler yang diberikan suplementasi antioksidan memiliki performa yang sedikit lebih baik dibandingkan tanpa disuplementasi antioksidan pada temperatur tinggi (ET32). Hasil tersebut berbeda dengan performa ayam broiler yang diberikan suplementasi antioksidan pada temperatur lingkungan dengan suhu 25 ˚C (Tabel 3). Hal ini disebabkan kebutuhan dasar ayam broiler terhadap antioksidan. Ayam broiler yang diberi cekaman panas lebih membutuhkan suplementasi antioksidan dibandingkan ayam broiler pada suhu lingkungan normal. Heat stress menurunkan kadar vitamin A (McDowell 1989), vitamin C dan vitamin E pada serum (Sahin et al. 2003).
Suhu Rektal
Ayam broiler merupakan hewan homeotermis, yaitu hewan yang mampu mengendalikan suhu tubuh, namun mekanisme homeotermis tersebut hanya berfungsi secara efisien pada zona termoneutral (Weaver 2002). Pada saat ayam broiler berada pada suhu yang ekstrim, ayam broiler terengah-engah (panting),
8
2.29±0.22a 2.30±0.31a 1.94±0.24b 2.28±0.82a TN <0.05 TN
Bobot
Lin et al. (2005) menjelaskan bahwa suhu dan kelembapan mempengaruhi suhu rektal. Suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan peningkatan suhu tubuh yang disebabkan penerimaan panas dari lingkungan lebih besar dibandingkan dengan kemampuan tubuh untuk membuang panas, sehingga keseimbangan pelepasan panas tubuh terganggu (Sugito dan Delima 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi berbagai antioksidan tidak berpengaruh secara nyata terhadap suhu rektal ayam broiler. Hal ini disebabkan suhu lingkungan lebih memiliki peran penting terhadap suhu rektal dibandingkan pengaruh pakan (Abu-Dieyeh 2006).
Bobot Hati dan Dada
Hati merupakan organ ayam yang terletak diantara gizzard dan empedu (North 1987). Rataan bobot hati normal ayam broiler berkisar 1.7% - 2.8% dari bobot badan (Putnam 1991). Bobot hati ayam broiler pada suhu normal, baik yang disuplemetasi berbagai antioksidan maupun tidak disuplementasi antioksidan mencapai 2.30±0.31% dan 2.29±0.22% secara berturut-turut. Bobot tersebut sesuai dengan bobot hati ayam broiler pada kondisi normal. Rangsangan dari luar seperti suhu lingkungan yang terlalu ekstrim dapat mempengaruhi ukuran hati (Nabib 1987). Hasil penilitian ini menunjukkan bahwa temperatur lingkungan mempengaruhi bobot hati (P<0.05), namun tidak ada interaksi diantara dua faktor perlakuan. Bobot hati ayam broiler tanpa disuplementasi antioksidan pada ET32 memiliki bobot paling rendah dibandingkan semua perlakuan (Tabel 5).
9
Tabel 6 Rataan kadar malondialdehida (MDA) pada plasma, hati, dan otot pada ayam broiler yang diberikan pakan tanpa dan disuplementasi antioksidan
suplementasi antioksidan yang berada pada suhu normal (A0ET25) memiliki nilai
bobot badan dan bobot dada tertinggi, begitu pula ayam broiler tanpa suplementasi antioksidan yang berada pada suhu tinggi memiliki nilai bobot badan dan bobot dada terendah dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini sesuai dengan penjelasan Resnawati (2004) bahwa bobot dada dipengaruhi oleh bobot badan dan bobot karkas ayam broiler.
Lipid Peroksidasi Darah, Hati dan Otot
Perlakuan pakan dan perlakuan temperatur lingkungan tidak mempengaruhi kadar malondialdehida (MDA) pada plasma, hati, dan otot dada (Tabel 6). Tidak terdapat interaksi diantara perlakuan pakan dan temperatur lingkungan. Meskipun tidak ada perbedaan yang nyata pada kadar MDA pada semua perlakuan, kadar MDA pada ayam broiler yang disuplementasi antioksidan pada temperatur lingkungan tinggi (ET32) lebih rendah dibandingkan dengan ayam broiler tanpa disuplementasi antioksidan. Kadar MDA pada hati lebih tinggi dibandingkan pada plasma dan otot dada, hal tersebut membuktikan bahwa hati merupakan organ tubuh yang paling banyak terjadi proses oksidasi.
Secara normal reactive oxygen species (ROS) diproduksi oleh tubuh dari berbagai macam mekanisme enzimatik dan nonenzimatik yang beraksi pada sel dan mitokondria (Fellenberg dan Speisky 2006; Sheu 2006). Heat stress
menyebabkan perubahan metabolik pada oksidasi substrat dan menghasilkan ROS di mitokondria lebih tinggi dibandingkan kondisi normal (Mujahid et al. 2007). ROS dihasilkan di dalam sel, seperti superoksida (O2-•), hidrogen peroksida
(H2O2), radikal hydroksil (HO•), radikal alkoxyl (RO•), radikal peroxyl (ROO•),
singlet oksigen (1O2), radikal nitrit oksida (NO•)2, peroxynitrite (ONOO-)3, dan
10
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan ROS sebagai prooksidan dalam tubuh menyebabkan terjadinya stres oksidatif. Ayam broiler yang diberi cekaman panas hingga 32 ˚C, tidak terindikasi mengalami stres oksidatif, jika dilihat dari kandungan malondialdehida yang tidak terdapat perbedaan nyata. Oksidasi lemak menghasilkan malondialdehida pada tubuh (Adly 2010). Peroksidasi lipid merupakan indikator yang baik dalam menentukan terjadi kerusakan oksidatif di tingkat sel pada hewan yang mengalami heat stress (Azad et al. 2010a; Mujahid et al. 2005). Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ayam broiler yang disuplementasi antioksidan memiliki kadar MDA yang lebih rendah dibandingkan tanpa disuplementasi antioksidan. Penelitian sebelumnya menghasilkan bahwa suplementasi vitamin E (150 IU kg-1) dan selenium (0.1 ppm) (Sodhi et al. 2008) dan suplementasi vitamin E (250 ppm) dengan vitamin A (15 000 IU) dapat menurukan kadar MDA ayam broiler (Sahin et al. 2002).
Ketidakefektifan suplementasi berbagai antioksidan dari penelitian ini dapat disebabkan dari reaksi antioksidan yang berubah menjadi prooksidan atau radikal bebas di dalam sel (Miller et al. 1996; Mortensen et al. 2001; Penniston dan Tanumihardjo 2006; Pinchuk et al. 2012; Polyakov et al. 2001). Kadar MDA pada plasma, hati dan otot dada pada penelitian ini menunjukkan bahwa suplementasi berbagai antioksidan yang diberikan belum optimum. Keefektifan antioksidan tidak hanya tergantung reaksi kimia dengan radikal bebas namun juga tergantung interaksi diantara semua jenis antioksidan (Niki et al. 1995; Tesoriere
et al. 1996; Sies dan Stahl 1995).
Warna Daging
Rataan warna otot ayam broiler yang diberi pakan tanpa dan disuplementasi antoksidan pada temperatur lingkungan normal dan tinggi ditampilkan pada Tabel 7. Suplementasi antioksidan mempengaruhi redness (a*) dan yellowness (b*) pada otot dada dan redness (a*) pada otot kaki. Terdapat interaksi diantara perlakuan pakan dan temperatur lingkungan pada a* (redness) dan b* (yellowness) otot dada.
11
Tabel 7 Rataan warna otot ayam broiler yang diberi pakan tanpa dan disuplementasi antoksidan pada temperatur lingkungan normal dan tinggi
Lightness (L*) 42.53±1.06 43.33±1.42 42.56±1.20 42.04±1.35 TN TN TN
Redness (a*) 4.88±0.89a 3.58±0.46b 3.74±0.75b 3.96±0.93b <0.05 TN <0.01 Yellowness
(b*)
2.79±0.86b 3.94±0.83a 2.93±0.90b 2.35±0.80b <0.05 TN <0.01
Otot kaki
Lightness (L*) 46.10±2.00 46.10±2.15 45.59±1.30 46.79±1.59 TN TN TN
Redness (a*) 6.96±0.98a 6.00±1.13b 5.49±0.92b 5.08±0.42b <0.05 <0.01 TN
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa nilai yellowness otot dada pada ayam broiler yang diberi suplementasi antioksidan lebih rendah dibandingkan kontrol (Lohakare et al.2005). Komponen oksidasi lipid pada jaringan otot merupakan penyebab utama dari menurunnya kualitas daging setelah penyembelihan. Aktifitas antioksidan mampu mencegah terjadinya oksidasi mioglobin menjadi metmioglobin sehingga dapat mencegah penurunan kualitas daging (Guo et al. 2001). Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa suplementasi antioksidan tidak memberikan efek yang menguntungkan untuk warna daging (Kim et al. 2010; Ryu et al. 2005). Suplementasi antioksidan pada ayam broiler yang berada pada suhu lingkungan tinggi (32 ˚C) memiliki nilai yellowness yang lebih rendah dibandingkan perlakuan lain. Namun, nilai yellowness pada ayam broiler yang disuplementasi antioksidan yang berada pada temperatur lingkungan normal (25 ˚C) lebih tinggi secara signifikan dibandingkan ayam broiler tanpa disuplementasi antioksidan.
Suplementasi antioksidan berpengaruh secara nyata terhadap nilai redness
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Suplementasi dari campuran berbagai antioksidan pada penelitian ini tidak efektif dalam mencegah efek negatif dari heat stress pada ayam broiler. Ayam broiler pada umur pertumbuhan lebih rentan mengalami kematian terutama pada suhu yang bersiklus dengan kelembapan yang tinggi.
Saran
Penelitian selanjutnya disarankan untuk menemukan jenis dan komposisi optimum dalam penggunaan antioksidan untuk mendapatkan performa terbaik pada ayam broiler. Selain itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi respon ayam broiler terhadap suhu bersiklus dengan kelembapan yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin Z, Khatoon A. 2013. Heat stress in poultry and the beneficial effect of ascorbic acid (vitamin C) supplementation during periods of heat stress.
World’s Poult Sci J. 69:135-152.
Abu-Dieyeh ZHM. 2006. Effect of high temperature per se on growth performance of broilers. Int J Poult Sci. 5(1):19-21.
Adly Amira AM. 2010. Oxidative stress and disease: an update review. Res J Immunol. 3(2):129-145.
Allen CD, Russel MS, Fletcher DL. 1997. The relationship of broiler breast meat color and pH to shelf-life and odor development. Poult Sci. 76:1042-1046. Azad MAK, Kikusato M, Azharul MH, Toyomizu M. 2010a. Effect of chronic
heat stress on performance and oxidative damage in different strains of chickens. J. Poult. Sci. 47:333-337.
Azad MAK, Kikusato M, Maekawa T, Shirakawa H, Toyomizu M. 2010b. Metabolic characteristic and oxidative damage to skeletal muscle in broiler chickens exposed to chronic heat stress. Compar Biochem Physiol. 155:401-406.
[BMKG] Badan Meteorologi dan Geofisika. 2012. Rata-rata Iklim [Internet]. [diunduh 2012 Sep 05]. Tersedia pada http://iklim.bmg.go.id/normal.asp. Daghir NJ. 1995. Poultry Production in Hot Climates: Present Status and Future
of the Poultry Industry in Hot Region. Cambridge (US): CABI.
Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011. Jakarta (ID): Karya Cemerlang.
13 Feng J, Zhang M, Zheng S, Xie P, Ma A. 2008. Effects of high temperature on multiple parameters of broilers in vitro and in vivo. Poult Sci. 87:2133-2139. Gallo-Torres DC. 1980. Absorption, Blood Transport and Metabolism of Vitamin E. In: A Comprehensive Treatise. Machlin LJ, editor. New York (US): Marcel Dekker.
Garriga C, Hunter RR, Amat C, Planas JM, Mitchell MA, Moretó M. 2005. Heat stress increase apical glucose transport in the chicken jejunum. Anim J Physiol Reful Integr Comp Physiol. 290:R195-R201.
Guo Y, Tang Q, Yuan J, Jiang Z. 2001. Effects of supplementation with vitamin E on the performance and the tissue peroxidation of broiler chicks and the stability of thigh meat against oxidative deterioration. Anim Feed Sci Tech.
89:165-173.
Hidiroglou N, Gilani GS, Long L, Zhao X, Madere R, Cockell K, Belonge B, Ratnayake WMN, Peace R. 2004. The influence of dietary vitamin E, fat, and methionine on blood cholesterol profile, homocysteine levels, and oxidizability of low density lipoprotein in the gerbil. J Nutr Biochem. 15:730-740.
Kim JY, Park WY, Choi IH. 2010. Effects of dietary a-tocopherol, selenium, and their different combinations on growth performance and meat quality of broiler chickens. Poutl Sci. 89:603-608.
Kusnadi E. 2006. Suplementasi vitamin C sebagai penangkal cekaman panas pada ayam broiler. JITV. 2(4):249-253.
Leeson S, JD Summers. 2001. Nutrition of the Chicken. Ed ke-4. Ontarion (CA) : University Books, Guelph.
Levander OA, Morris VC. 1970. Interactions of methionine, vitamin E and antioxidants in selenium toxicity in the rat. J Nutr. 100:1111-1118.
Lin H, Jiao HC, Buyse J, Decuypere E. 2006. Strategies for pereventing heat stress in poultry. World’s Poult Sci J. 62:71-85.
Lin H, Zhang HF, Jiao HC, Sui SJ, Gu XH, Zhang ZY, Buyse J, Decuypere E. 2005. Thermoregulation responses of broiler chickens to humidity at difference ambient temperatures one week of age. Poult Sci. 84:1166-1172. Lohakare JD, Choi JY, Kim JK, Yong JS, Shim YH, Hahn TW, Chae BJ. 2005.
Effects of dietary combinations of vitamin A, E and methionine on growth performance, meat quality and immunity in commercial broilers Asian-Aust J Anim Sci. 18(4):316-523.
McDowell LR. 1989. Vitamins in Animal Nutrition: Comparative Aspects to Human Nutrition. California (US): Academy Pr.
Mézes M, Balogh K. 2009. Prooxidant mechanisms of selenium toxicity – a review. Acta Biol Szeged. 53:15-18.
Miller NJ, Sampson J, Candeias LP, Bramley PM, Rice-Evans CA. 1996. Antioxidant activities of carotenes and xanthophylls. FEBS Lett. 384:240-242.
Mortensen A, Skibsted LH, Truscott TG. 2001. The interaction of dietary carotenoids with radical species. Archives Biochem Biophys. 385(1):13-19. Mujahid A, Pumford NR, Bottje W, Nakagawa K, Miyazawa T, Akiba Y,
14
Mujahid A, Yoshiki Y, Akiba Y, Toyomizu M. 2005. Superoxide radikal production in chicken skeletal muscle induced by acute heat stress. Poult Sci. 84:307-314.
Nabib R. 1987. Patologi Khusus Veteriner. Ed ke-3. Bogor (ID): IPB Pr.
Niki E, N Noguchi, H Tsuchihashi, N Gotoh. 1995. Interaction among vitamin C, vitamin E, and β-karoten. Am J Clin Nutr. 62:1322S-1326S.
North MO. 1987. Commercial Chicken Production. Connecticut (US): Springer. [NRC] National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry.
Washington DC (US): National Academis Pr.
Penniston KL, Tanumihardjo SA. 2006. The acute and chronic toxic effects of vitamin A. Am J Clin Nutr. 83:191-201.
Pinchuk I, Shoval H, Dotan Y, Lichtenberg D. 2012. Evaluation of antioxidants: scope, limitations and relevance of assays. Chem Phys Lipids. 165:638-647. Putnam PW. 1991. Handbook of Animal Science. San Diego (US): Academy Pr. Polyakov NE, Leshina TV, Konovalova TA, Kispert LD. 2001. Carotenoids as
scavengers of free radicals in a fenton reaction: antioxidants or pro-oxidants ?. Free Radical Biol Med. 31(3):398-404.
Quinteiro-Filho WM, Ribeiro A, Ferraz-de-Paula V, Pinheiro ML, Sakai M, Sá LRM, Ferreira AJP, Palermo-Neto J. 2010. Heat stress impairs performance parameters, induces intestinal injury, and decrease macrophage activity in broiler chickens. Poult Sci. 89:1905-1914.
Rémignon H, Le Bihan-Duval E. 2003 Meat quality problem associated with selection for increased production. Di dalam: Muir WM, Aggrey SE, editor.
Poultry Genetics, Breeding and Biotechnology. London (GB): CABI. hlm 53-66.
Resnawati H. 2004. Bobot potongan karkas dan lemak abdomen ayam ras pedaging yang diberi ransum mengandung tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus). Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner [Internet]. 2004 Agust 4-5; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Balitnak. hlm 473-477; [diunduh 2012 Des 2]. Tersedia pada: http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/semnas/pro04-75.pdf
Ryu YC, Rhee MS, Lee KM, Kim BC. 2005. Effects of different levels of dietary suplemental selenium on performance, lipid oxidation, and color stability of broiler chicks. Poult Sci. 84:809-815.
Sahin K, Sahin N, Sari M, Gursu MF. 2002. Effects of vitamins E and A suplementation on lipid peroxidation and concentration of some mineral in broilers reared under heat stress (32 ˚C). Nutr Research. 22:723-731.
Sahin K, Sahin N, Onderci M, Gursu MF, Issi M. 2003. Vitamin C and E can alleviate negative effects of heat stress in Japanese quails. Food Agri Envi.1(2):244-249.
Scheuermann GN, Bilgili SF, Hess JB, Mulvaney DR. 2003. Breast muscle development in commercial broiler chickens. Poult Sci 82:1648-1658. Sheu S, Nauduri D, Anders MW. 2006. Targeting antioxidants to mitochondria: a
new therapeutic direction. Bioch et Biophysica Acta. 1762:256-265.
15 Sodhi S, Sharma A, Brar APS, Brar RS. 2008. Effect of α-tocopherol and selenium on antioxidant status, lipid peroxidation and hepatopathy induced by malathion in chicks. Pesticide Bioch Phys. 90:82-86.
Steel RGD, Torrie JH. 1980. Principles and Procedures of Statistics. Ed ke-2. New York (US): McGraw-Hill.
Stephanie L, Berrong, Kenneth WW. 1998. Effects of genetic variation on total plasma protein, body weight gains, and body temperature responses to heat stress. Poult Sci. 77:379-385.
Surai PF. 2003. Natural Antioxidants in Avian Nutrition and Reproduction. Nottingham (GB): Nottingham Univ Pr.
Sugito, Delima M. 2009. Dampak cekaman panas terhadap pertambahan bobot badan, rasio heterofil, limfosit, dan suhu tubuh ayam broiler. JKH. 3(1):216-224.
Tesoriere L, Bongiorno A, Pintaudi AM, D’Anna R, D’Arpa D, Livrea MA. 1996. Synergistic interactions between vitamin A and vitamin E against lipid peroxidation in phosphatidylcholine liposomes. Archives Biochem Biophys. 326(1):57-63.
Walliman T, Tokarsa-Schlattner M, Neumann D, Epand RM, Epand RF, Andres RH, Widmer HR, Hornemann T, Saks V, Agarkova I et al. 2007. The Phosphocreatin Circuit: Molecular and Cellular Physiologi of Creatin Kinases, Sensitivity to Free Radicals, and Enhancement by Creatine Supplementation. Molecular System Bioenergetics. Weinheim (DE): Willey-VCH.
Weaver WD Jr. 2002. Poultry housing. Di dalam: Bell DD, Weaver WD Jr, editor.
Commercial Chicken Meat and Egg Production. Ed ke-5. New York (US): Springer. hlm 101-128.
16
Lampiran 1 Hasil sidik ragam (ANOVA) pertumbuhan bobot badan ayam broiler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan
JK db KT F Sig.
Perlakuan pakan 180.975 1 180.975 0.080 0.779 Perlakuan suhu 175661.463 1 175661.463 78.059 0.000
Pakan * suhu 3459.040 1 3459.040 1.537 0.225
Galat 63010.674 28 2250.381
Total 4736688.910 32
Lampiran 2 Hasil sidik ragam (ANOVA) konsumsi pakan ayam broiler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan
JK db KT F Sig.
Perlakuan pakan 1658.880 1 1658.880 0.739 0.397 Perlakuan suhu 154512.405 1 154512.405 68.809 0.000
Pakan * suhu 6652.811 1 6652.811 2.963 0.096
Galat 62874.912 28 2245.533
Total 8483137.420 32
Lampiran 3 Hasil sidik ragam (ANOVA) bobot badan ayam broiler umur 15 hari
JK db KT F Sig.
Lampiran 4 Hasil sidik ragam (ANOVA) bobot badan ayam broiler umur 21 hari
JK db KT F Sig.
Perlakuan pakan 297.680 1 297.680 0.070 0.793
Perlakuan suhu 173313.281 1 173313.281 40.855 0.000
pakan * suhu 5853.620 1 5853.620 1.380 0.250
Galat 118779.648 28 4242.130
Total 2.275E7 32
Lampiran 5 Hasil sidik ragam (ANOVA) warna redness (a*) otot dada ayam broiler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan
17 Lampiran 6 Hasil sidik ragam (ANOVA) warna yellowness (b*) pada otot dada ayam briler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan
JK db KT F Sig. ayam broiler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan
JK db KT F Sig.
Lampiran 8 Hasil sidik ragam (ANOVA) warna redness (a*) pada otot kaki ayam broiler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan
JK db KT F Sig. ayam broiler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan
JK db KT F Sig. ayam broiler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan
18
Lampiran 11 Hasil sidik ragam (ANOVA) bobot hati ayam broiler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan
JK db KT F Sig.
Perlakuan pakan 0.300 1 0.300 3.229 0.083
Perlakuan suhu 0.263 1 0.263 2.826 0.104
Pakan * suhu 0.263 1 0.263 2.826 0.104
Galat 2.604 28 0.093
Total 158.750 32
Lampiran 12 Hasil sidik ragam (ANOVA) bobot dada ayam broiler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan
JK db KT F Sig.
Perlakuan pakan 0.000 1 0.000 0.001 0.977
Perlakuan suhu 2.365 1 2.365 6.620 0.016
Pakan * suhu 0.090 1 0.090 0.253 0.619
Galat 10.004 28 0.357
Total 895.510 32
Lampiran 13 Hasil sidik ragam (ANOVA) kandungan malondialdehida (MDA) hati ayam broiler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan
JK db KT F Sig.
Perlakuan pakan 25.777 1 25.777 0.070 0.793
Perlakuan suhu 975.695 1 975.695 2.665 0.115
Pakan * suhu 44.070 1 44.070 0.120 0.731
Galat 9518.341 26 366.090
Total 212764.590 30
Lampiran 14 Hasil sidik ragam (ANOVA) kandungan malondialdehida (MDA) plasma darah ayam broiler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan
JK db KT F Sig.
Perlakuan pakan 0.393 1 0.393 0.198 0.661
Perlakuan suhu 0.586 1 0.586 0.294 0.592
Pakan * suhu 0.129 1 0.129 0.065 0.801
Galat 49.754 25 1.990
19 Lampiran 15 Hasil sidik ragam (ANOVA) kandungan malondialdehida (MDA) otot dada ayam broiler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan
JK db KT F Sig.
Perlakuan pakan 71.700 1 71.700 2.316 0.139
Perlakuan suhu 7.703 1 7.703 0.249 0.622
Pakan * suhu 1.163 1 1.163 0.038 0.848
Galat 866.744 28 30.955
Total 8932.630 32
Lampiran 16 Hasil sidik ragam (ANOVA) suhu rektal ayam broiler (umur 15 hari) yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan
JK db KT F Sig.
Perlakuan pakan 0.038 1 0.038 0.402 0.531
Perlakuan suhu 18.150 1 18.150 193.143 0.0001
Pakan * suhu 0.008 1 0.008 0.083 0.775
Galat 2.631 28 0.094
Total 55373.790 32
Lampiran 17 Hasil sidik ragam (ANOVA) suhu rektal ayam broiler (umur 21 hari) yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan
JK db KT F Sig.
Perlakuan pakan 0.020 1 0.020 0.585 0.451
Perlakuan suhu 1.201 1 1.201 35.128 0.0001
Pakan * suhu 0.061 1 0.061 1.791 0.192
Galat 0.958 28 0.034
Total 54056.960 32
Lampiran 18 Uji Chi-Squre mortalitas ayam broiler yang diberi perlakuan pakan dan temperatur lingkungan
Nilai db Sig.
Pearson Chi-Square 35.657 2 0.001
Rasio 40.630 2 0.001
20
Lampiran 19 Foto kandang biotron
Lampiran 20 Foto panel kontrol kandang biotron
21
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung tanggal 11 bulan Juli tahun 1991. Penulis merupakan anak keempat dari Bapak Emid Tarmidi dan Ibu Imas Rukmini. Penulis menyelesaikan sekolah menengah pertama di MTs Persatuan Islam no 31 Banjaran pada tahun 2003-2006 kemudian sekolah menengah atas di MA Persatuan Islam no 67 Tasikmalaya tahun 2006-2009 dan diterima di Institut Pertanian Bogor pada bulan Juni 2009 Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan melalui jalur Beasiswa Kementerian
Agama. Selama menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah aktif di organisasi UKM Keilmiahan FORCES sebagai Sekretaris Departemen Service periode 2010-2011 dan sebagai staf Departemen Research and Education periode 2011-2012, Himpunan Mahasiswa Ilmu Nutrisi Peternakan (HIMASITER), dan CSS MoRA IPB sebagai Ketua Departemen KOMINFO periode 2011-2012. Selain kegiatan keorganisasian, penulis juga sempat mengikuti kegiatan pertukaran pelajar JYPE (Junior Program in English) di Tohoku University, Jepang tahun 2012-2013. Penulis menerima dana penelitian untuk program kreatifitas mahasiswa (PKM-P) yang berjudul “Produksi Prebiotik dari Kulit Pisang dan Bungkil Inti Sawit Menggunakan Isolat Bakteri Rumen untuk Menekan Aktivitas Salmonella typhimurium pada Broiler” tahun 2011. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Formulasi Ransum pada tahun ajaran 2013-2014.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Kementerian Agama RI dan JASSO Scholarship yang telah memberikan beasiswa selama perkuliahan dan penelitian. Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof Dr Ir Toto Toharmat, MAgrSc sebagai dosen pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi atas bimbingan dan arahan baik di bidang akademik maupun non akademik. Kepada Dr Ir Sumiati M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi atas saran dan bimbingan selama penulisan skripsi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof Toyomizu Masaaki, Assoc Prof Motoi Kikusato serta anggota laboratorium Animal Nutrition di Universitas Tohoku atas bimbingan, bantuan dan kerjasamanya selama penelitian. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Despal, Spt MSc. selaku dosen pembahas pada seminar hasil yang dilaksanakan pada 20 Juni 2013. Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Dr Ir Asep Sudarman MRur.Sc. dan Ir Niken Ulupi MS. selaku dosen penguji sidang ujian akhir sarjana pada 14 Februari 2014.
22