• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Asam Lemak dan Jaringan Baby Fish Mas (Cyprinus carpio) pada Berbagai Umur Panen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profil Asam Lemak dan Jaringan Baby Fish Mas (Cyprinus carpio) pada Berbagai Umur Panen"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL ASAM LEMAK DAN JARINGAN BABY FISH MAS

(Cyprinus carpio) PADA BERBAGAI UMUR PANEN

LAURENSIUS SITANGGANG

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Profil Asam Lemak dan Jaringan Baby Fish Mas (Cyprinus carpio) pada Berbagai Umur Panen adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

(4)
(5)

5

ABSTRAK

LAURENSIUS SITANGGANG. Profil Asam Lemak dan Jaringan Baby Fish Mas (Cyprinus carpio) pada Berbagai Umur Panen. Dibimbing oleh AGOES M. JACOEB dan NURJANAH.

Ikan mas merupakan ikan air tawar yang disukai konsumen di Indonesia. Salah satu kandungan gizi penting yang terdapat pada ikan mas adalah asam lemak. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbedaan jenis dan jumlah asam lemak serta jaringan pada baby fish mas pada berbagai umur 3, 5, 7 minggu. Asam lemak yang diperoleh adalah SAFA 5 jenis, MUFA 1 jenis, dan PUFA 3 jenis. Asam lemak pada baby fish mas cenderung bervariasi pada setiap umur panen. Pengamatan jaringan baby fish mas menunjukkan bahwa jumlah dan ukuran myomerebaby fish mas secara kualitatif terlihat meningkat seiring dengan pertambahan umur panennya. Pencernaan baby fish mas dengan umur panen yang lebih tua memiliki lebih banyak sel penghasil mukus dan sel penyerap. Baby fish mas dengan umur panen yang lebih tua juga memiliki jaringan yang cenderung lebih stabil.

Kata kunci: Asam Lemak, Baby fish mas, Jaringan, Proksimat, Umur panen.

ABSTRACT

LAURENSIUS SITANGGANG. Fatty Acids and Tissue Profile in Baby Carp (Cyprinus carpio) by Different Age. Supervised by AGOES M. JACOEB and NURJANAH.

Common carp is a freshwater fish which commonly consumed by Indonesian people. One of important nutrient contained in carp fish is fatty acid. The aim of this study was to determine the differences in chemical composition, the type and amount of fatty acids, and the baby common carp tissue at various harvesting times. The results of the analysis of fatty acids was that the baby common carp contain 5 types of SAFA, 1 type of MUFA and 3 types of PUFA fatty acids. The fatty acids contained in baby carp tends to vary at each harvesting times. Based on the observations of baby common carp tissue, it can be concluded that the number and size of myomere in baby fish increased as the increasing of the harvest time. The digestive system of baby common carp fish also depends on its harvesting time, mucus-secreting cells and absorber cells production increased as the increasing of the age. Baby common carp with older harvesting time also tends to have a more stable tissue.

(6)
(7)

7

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)
(9)

PROFIL ASAM LEMAK DAN JARINGAN BABY FISH MAS

(Cyprinus carpio) PADA BERBAGAI UMUR PANEN

LAURENSIUS SITANGGANG

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(10)
(11)

v

Judul Skripsi : Profil Asam Lemak dan Jaringan Baby Fish Mas

(Cyprinus carpio) pada Berbagai Umur Panen

Nama : Laurensius Sitanggang

NIM : C34100066

Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Dr Ir Agoes M Jacoeb, Dipl-Biol Prof Dr Ir Nurjanah, MS

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Joko Santoso, M.Si Ketua Departemen

(12)
(13)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 dengan judul Profil Asam Lemak dan Jaringan Baby Fish Mas (Cyprinus carpio) pada Berbagai Umur Panen.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada :

1. Dr Ir Agoes M. Jacoeb, Dipl-Biol dan Prof Dr Ir Nurjanah, MS atas segala arahan dan bimbingan yang telah diberikan selama berlangsungnya penelitian.

2. Dr Dra Pipih Suptijah MBA selaku dosen penguji atas segala saran, arahan, perbaikan, motivasi dan semua ilmu yang telah diberikan.

3. Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

4. Dr Ir Iriani Setyaningsih, MS selaku Ketua Program Studi Departemen Teknologi Hasil Perairan.

5. Seluruh dosen dan staf departemen Teknologi Hasil Perairan yang telah membantu dan memfasilitasi penulis selama berkuliah.

6. Ayahanda T. Sitanggang, Ibunda L. Siboro, Kakak M. Manager Sitanggang, S. Rianita Sitanggang, RH. Oktavia Sitanggang dan seluruh keluarga, atas segala dukungan dan doa yang telah diberikan.

7. Bapak Ranta selaku laboran yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

8. Bapak Alfi selaku pensuplai baby fish mas umur 3, 5, dan 7 minggu yang digunakan dalam penelitian ini.

9. Beasiswa BBM dan BCA yang telah memberikan dukungan materil kepada penulis selama menjalani kegiatan studi di Institut Pertanian Bogor.

10. Stephanie Angkawijaya, Bianca Benning, Siti Mayang sari, Santoso, Arif Ridwan, Lia Maulinah dan Keluarga besar THP 47 atas segala bantuan, doa, semangat, dan dukungan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan skripsi ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Bogor, 11 Juli 2014

(14)
(15)

ix

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan ... 2

Manfaat ... 2

Ruang Lingkup Penelitian ... 2

METODE PENELITIAN ... 2

Waktu dan Lokasi Pelaksanaan ... 2

Bahan dan Alat ... 2

Prosedur Penelitian ... 3

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

Morfometrik Baby Fish Mas ... 8

Proksimat Baby Fish Mas ... 8

Asam Lemak Baby Fish Mas ... 10

Deskripsi Jaringan Baby Fish Mas ... 13

KESIMPULAN DAN SARAN ... 15

Kesimpulan ... 15

Saran ... 15

DAFTAR PUSTAKA ... 15

(16)

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir penelitian ... 3

2 Baby fish mas umur a) 3 minggu, b) 5 minggu, dan c) 7 minggu ... 8

3 Penampang melintang bagian posterior baby fish mas ... 13

4 Pusat tulang baby fish mas (perbesaran 400x) ... 13

5 Penampang melintang daging berkulit baby fish mas ... 14

6 Penampang melintang otot baby fish mas ... 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Contoh perhitungan asam lemak ... 19

(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan ikan air tawar yang disukai konsumen di Indonesia. Ikan mas awalnya dibawa ke Indonesia dari negeri Cina sebelum masehi. Ikan mas yang ada di perairan Indonesia merupakan ikan mas yang berasal dari Cina, Jepang, dan Eropa. Ikan ini hampir tersebar di seluruh provinsi antara lain Jawa Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tenggara. Usaha budidaya ikan mas telah menjadi sumber mata pencaharian masyarakat di daerah-daerah. Ikan mas memiliki nilai ekonomis tinggi dan digemari oleh masyarakat Jawa Barat (Handayani 2007). Ikan mas mempunyai prospek yang cerah sebagai bahan baku industri perikanan terutama pada bidang pangan, oleh karena itu upaya untuk mengoptimalkan potensi produksi harus mendapat perhatian (Dewantoro 2001). Ikan mas sebagai bahan pangan atau lauk pauk di Indonesia sudah sangat dikenal dan telah diolah menjadi berbagai jenis produk. Olahan ikan mas yang beragam ini mulai dari olahan tradisional misalnya pepes ikan, bekasam, ikan mas goreng hingga baby fish goreng.

Ikan mas merupakan bahan pangan yang mengandung protein 16%, lemak 0,2%-2,2%, mineral, vitamin, serta karbohidrat (Santoso 1999). Salah satu kandungan gizi penting yang terdapat pada ikan mas adalah asam lemak. Asam lemak merupakan asam organik berantai panjang yang mempunyai gugus karboksil (COOH) di salah satu ujungnya dan gugus metil (CH3) di ujung lainnya (Almatsier 2006). Asam lemak tidak jenuh contohnya adalah linoleat (omega-6) dan linolenat (omega-3). Asam linolenat memiliki turunan eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA) yang dibutuhkan oleh tubuh manusia karena memiliki beberapa manfaat untuk mencerdaskan otak, membantu masa pertumbuhan, dan menurunkan kadar trigliserida.

Asam lemak esensial yang merupakan bagian dari lemak adalah salah satu komponen penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Ikan tidak mampu mensintesis asam lemak esensial di dalam tubuhnya, sehingga asam lemak esensial ini harus disuplai dari pakan. Ikan memerlukan asam-asam lemak esensial yaitu asam lemak n-6 dan n-3 yang berguna bagi pertumbuhan yang normal dan optimum. Kebutuhan asam lemak esensial ikan air tawar dapat dipenuhi dengan asam lemak n-6 dan n-3. Kebutuhan asam lemak n-6 harus diimbangi dengan asam lemak n-3. Kisaran kebutuhan asam lemak n-6 ikan air tawar berkisar 0,5 – 1,0% (Hendriko 2007).

Produk olahan baby fish menggunakan bahan baku ikan berukuran 3-5 cm dan 5-8 cm. Ikan berukuran 1-3 cm dianggap terlalu kecil, sedangkan ikan berukuran 8-12 cm dipelihara lebih lanjut untuk dijadikan calon induk atau ikan konsumsi dewasa (Amri dan Khairuman 2007). Informasi gizi pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor selain perbedaan spesies, ukuran ikan, dan

kualitas pakan yang digunakan diantaranya umur ikan tersebut (Irianto dan Soesilo 2007). Pemanfaatan baby fish mas belum didukung dengan

(18)

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbedaan jenis dan jumlah asam lemak serta analisis jaringan pada baby fish mas berumur 3, 5, 7 minggu.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat mengenai komposisi kimia, jenis dan jumlah asam lemak serta jaringan baby fish mas pada berbagai umur panen sebagai data untuk pengembangan pendidikan dan penelitian.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah pengambilan contoh, preparasi, analisis proksimat (air, protein, lemak, asam amino, karbohidrat), analisis asam lemak serta jaringan pada baby fish mas segar, pengolahan data dan penyusunan laporan.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai bulan Januari 2014. Preparasi dan penentuan ciri-ciri morfometrik dilakukan di Laboratorium Pengetahuan Bahan Baku Industri Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan preparat jaringan dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis jaringan dilakukan di Laboratorium Terpadu, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis proksimat dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Analisis asam lemak dilakukan di Laboratorium Balai Besar Pascapanen, Bogor.

Bahan dan Alat

(19)

3

adalah pakan alami. Pakan alami yang digunakan adalah rotifera, moina, dan daphnia. Bahan yang digunakan untuk analisis proksimat meliputi akuades, HCl 0,1 N, NaOH 40%, katalis selenium, H2SO4, H3BO3 2%, kertas saring, kapas bebas lemak, pelarut heksana, indikator Brom Cresol Green – Methyl Red. Bahan yang digunakan untuk analisis asam lemak adalah NaOH 0,5 N dalam metanol, BF3, NaCl jenuh, n-heksana, dan Na2SO4 anhidrat.

Alat yang digunakan pada penentuan ciri-ciri morfometrik adalah mistar ukur dan neraca digital. Alat yang digunakan dalam pembuatan preparat dan analisis jaringan adalah mikrotom putar Yamoto RV-240, mikroskop cahaya Olympus CX41 dan kamera Olympus DP21. Analisis proksimat menggunakan blender, plastik, neraca digital, cawan porselen, oven, desikator, tabung reaksi, gelas erlenmeyer, tabung kjeldahl, tabung sokhlet, pemanas, destilator, buret, dan tanur. Alat yang digunakan untuk analisis asam lemak adalah homogenizer, evaporator, erlenmeyer (ekstraksi asam lemak), corong pisah dan botol vial (metilasi), serta perangkat kromatografi gas.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah persiapan contoh dan morfometrik ikan. Tahap kedua meliputi analisis proksimat, asam lemak dan analisis jaringan pada baby fish mas. Diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1Diagram alir penelitian Pengambilan Sampel dan Pengukuran Morfometrik

(20)

Tahap pertama yang dilakukan adalah mengeringkan cawan porselen dalam oven pada suhu 102-105oC hingga diperoleh berat konstan selama 15 menit. Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator (kurang lebih 30 menit) dan dibiarkan sampai suhu ruang kemudian ditimbang. Sampel ikan baby fish mas ditimbang seberat 5 g, selanjutnya cawan yang telah diisi sampel dimasukkan ke dalam oven pada suhu 102-105oC selama 6 jam. Cawan tersebut dimasukkan ke dalam desikator dan dibiarkan sampai suhu ruang kemudian ditimbang. Perhitungan kadar air sebagai berikut:

Keterangan:

A= Berat cawan porselen kosong (g)

B= Berat cawan porselen dengan sampel(g)

C= Berat cawan porselen dengan sampel setelah dikeringkan (g) 2) Analisis kadar abu (AOAC 2005 nomor 920.153)

Cawan porselen dibersihkan kemudian dikeringkan dalam oven bersuhu sekitar 105oC selama 30 menit. Cawan porselen tersebut dimasukkan ke dalam desikator (30 menit) dan ditimbang. Baby fish mas yang sudah dicacah ditimbang sebanyak 5 g, kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselen, selanjutnya dibakar di atas kompor listrik sampai tidak berasap dan dimasukkan ke dalam tanur pengabuan pada suhu 600oC selama 6 jam. Cawan dimasukkan ke dalam desikator dibiarkan sampai suhu ruang kemudian ditimbang. Perhitungan kadar abu sebagai berikut:

Keterangan:

A= Berat cawan porselen kosong (g)

B= Berat cawan porselen dengan sampel (g)

C= Berat cawan porselen dengan sampel setelah dikeringkan (g). 3) Analisis kadar protein (AOAC 2005 nomor 981.10)

(21)

5

ditampung dalam labu Erlenmeyer 125 mL yang berisi campuran 10 mL asam borat (H3BO3) 2% dan 2 tetes indikator bromcherosol green-methyl red yang berwarna merah muda. Setelah volume destilat mencapai 10 mL dan berwarna hijau kebiruan, maka proses destilasi dihentikan. Destilat selanjutnya dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Volume HCl terpakai dalam titrasi dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis seperti sampel. Kadar protein dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Kadar protein = x 100%

Keterangan: a = volume titran sampel (mL) b = volume titran blanko = 0 mL N HCl = 0,11 N

FK = faktor konversi = 6,25 4) Analisis kadar lemak (AOAC 2005 nomor 985.15)

Sampel baby fish mas seberat 5 g (W1) dimasukkan ke dalam kertas saring dan dimasukkan ke dalam selongsong lemak, kemudian dimasukkan ke dalam soxhlet kemudian labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya (W2) disambungkan dengan soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak heksana. Tabung ekstraksi dipasang pada alat destilasi soxhlet lalu dipanaskan pada suhu 80oC menggunakan pemanas listrik selama 6 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak menguap.

Saat destilasi, pelarut akan tertampung di soxhlet dan dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak. Labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 15 menit, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan (W3).

Perhitungan kadar lemak:

Keterangan: W1 = Berat sampel (g) W2 = Berat labu kosong (g)

W3 = Berat labu lemak dengan lemak (g) 5) Analisis karbohidrat

Kadar karbohidrat dilakukan secara by difference, yaitu hasil pengurangan dari 100% dengan kadar air, abu, protein, dan lemak sehingga kadar karbohidrat tergantung pada faktor pengurangan. Kadar karbohidrat dapat dihitung menggunakan rumus:

Karbohidrat (%)= 100% - (% abu + % air + % lemak + % protein) Analisis asam lemak (AOAC 1984 butir 28.060/GC)

1. Ekstraksi asam lemak

Tahap pertama dilakukan ekstraksi soxhlet untuk asam lemak, dan ditimbang sebanyak 20-30 mg lemak dalam bentuk minyak.

(22)

Detektor : FID

Prinsip analisis komposisi asam lemak dengan kromatografi gas adalah dengan mengubah komponen asam lemak menjadi senyawa volatil metil ester yang akan dideteksi oleh detektor ionisasi nyala api (FID) dalam bentuk kromatogram. Jenis dan jumlah asam lemak yang ada pada contoh dapat diidentifikasi dengan membandingkan peak kromatogram contoh dengan peak kromatogram asam lemak standar (Retention time dan luas) yang telah diketahui jenis dan konsentrasinya, kemudian dihitung kadar asam lemaknya. Kadar asam lemak dihitung dengan rumus sebagai berikut :

% asam lemak = konsentrasi puncak sampel konsentrasi total asam lemak 100% Analisis histologis (Angka et al. 1990)

Pengamatan jaringan daging baby fish mas diawali dengan pembuatan preparat. Pembuatan preparat dilakukan dengan metode parafin. Tahap pembuatan preparat meliputi fiksasi, dehidrasi, clearing, impregnasi, embedding, blocking, trimming, pemotongan jaringan, pewarnaan, serta perekatan jaringan menggunakan mounting agent.

(23)

7

dengan tahap impregnasi dan embedding. Tahap Impregnasi adalah perendaman sampel ke dalam xilol:parafin (1:1) dalam gelas piala selama 45 menit. Embedding adalah perendaman sampel di dalam parafin cair selama 45 menit. Kedua proses ini berlangsung di dalam oven pada suhu 60 oC.

Sampel yang telah dilakukan embedding dalam parafin cair lalu di blok (dicetak agar mudah dipotong) dengan parafin cair yang kemudian dibekukan. Proses ini membutuhkan cetakan yang dapat dibuat dari kertas yang kaku, misalnya kertas kalender, dengan ukuran 2x2x2 cm3. Parafin cair dituangkan ke dalam cetakan hingga memenuhi sekitar 1/8 bagian cetakan dan dibiarkan hingga sedikit membeku. Sampel kemudian disusun dalam cetakan dan dituangi parafin cair hingga terendam. Selanjutnya dibiarkan membeku dalam suhu ruang selama 24 jam. Setelah parafin beku dengan sempurna, blok parafin dikeluarkan dari cetakan lalu dilakukan trimming menggunakan silet.

Pemotongan jaringan dilakukan menggunakan mikrotom putar setebal

4 μm. Pita-pita parafin yang terbentuk diambil dengan jarum kemudian diletakkan di permukaan air hangat (45oC-50oC). Pita-pita parafin kemudian direkatkan pada gelas obyek dan dibiarkan hingga mengering.

Proses pewarnaan dilakukan menggunakan hematoksilin dan eosin. Pewarnaan diawali dengan perendamaan gelas obyek ke dalam xilol I dan xilol II masing-masing selama 2 menit, dilanjutkan perendaman dalam alkohol absolut (100%), 95%, 90%, 80%, 70%, dan 50% masing-masing selama 2 menit. Setelah itu, obyek dibilas dengan akuades selama 2 menit. Kemudian obyek dimasukkan ke dalam pewarna hematoksilin selama 7 menit dan dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kelebihan zat warna yang tidak diserap. Obyek direndam kembali dalam pewarna eosin selama 3 menit dan dicuci kembali dengan akuades. Preparat jaringan kemudian direndam dalam alkohol 50%, 70%, 85%, 90%, 100%, 100%, xilol I, xilol II masing-masing selama 2 menit.

Proses selanjutnya adalah penutupan gelas obyek dengan pemberian mounting agent atau Canada Balsam pada gelas obyek dan ditutupi dengan gelas penutup kemudian dikeringkan selama 24 jam. Pengamatan preparat awetan dilakukan dengan mikroskop cahaya Olympus CX41 dengan perbesaran 400x. Proses pengambilan gambar dilakukan dengan Kamera Olympus DP21.

Analisis Data Proksimat dan Asam Lemak

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan satu faktor yaitu perbedaan umur panen sebagai faktor perlakuan, dengan tiga kali ulangan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis data Anova microsoft excel dan perangkat lunak Statistical Package for Social Science (SPSS). Model matematika rancangan acak lengkap pola faktorial menurut Stell dan Torrie (1995) adalah sebagai berikut:

Yijk = μ + αi + εi

Keterangan :

Yijk = nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k (k= 1, 2) yang memperoleh

kombinasi perlakuan faktor α (frekuensi pencucian) taraf ke-i (i= 1, 2).

μ = nilai tengah populasi.

αi = pengaruh faktor umur panen ( 3 minggu, 5 minggu, 7 minggu).

(24)

tiga kali sehari. Ikan ditransportasikan ke laboratorium dengan meletakkan ikan dalam kantong plastik besar berisi air dan diberi udara (oksigen). Pengukuran morfometrik dilakukan untuk mengetahui panjang total dan tinggi badan ikan. Gambar baby fish mas dapat dilihat pada Gambar 2. Hasil morfometrik dan berat rata-rata baby fish mas disajikan pada Tabel 1.

Gambar 2 Baby fish mas umur a) 3 minggu, b) 5 minggu, dan c) 7 minggu Tabel 1 Morfometrik dan berat rata-rata baby fish mas pada berbagai umur panen

Parameter

Umur panen

3 minggu 5 minggu 7 minggu

Berat (g) 0,31±0,10 0,52±0,07 2,00±0,23

Panjang total (cm) 2,78±0,27 3,33±0,12 5,14±0,25 Tinggi badan (cm) 0,72±0,08 0,91±0,07 1,5±0,07

Bobot baby fish mas pada umur panen dua, tiga dan empat minggu berturut-turut sebesar 0,31 g, 0,52 g, dan 2,00 g. Bobot baby fish mas selalu meningkat pada setiap pemanenan, begitu juga dengan panjang total dan tinggi badan ukuran selalu bertambah pada setiap umur panennya. Pertumbuhan merupakan hasil perkembangan yang harmonis dari rangka, otot, jaringan adipose, dan jaringan-jaringan perekat yang merupakan komponen utama tubuh ikan. Setiap ikan mempunyai ukuran yang berbeda-beda, tergantung pada umur, jenis kelamin, dan keadaan lingkungan hidupnya. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan diantaranya adalah makanan, pH, suhu, dan salinitas. Faktor-faktor tersebut, baik secara sendiri maupun bersama-sama, mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan ikan (Munandar 2008).

Proksimat Baby Fish Mas

Komposisi kimia suatu bahan dapat diketahui dengan menggunakan suatu metode yaitu analisis proksimat. Analisis proksimat meliputi baby fish mas umur panen 3, 5, dan 7 minggu. Tabel 2 menunjukkan hasil analisis proksimat baby fish mas.

(25)

9

Tabel 2 Komposisi kimia baby fish mas pada berbagai umur panen

Parameter 3 minggu 5 minggu 7 minggu

Dewasa*

%bb %bk %bb %bk %bb %bk

%bb

Air 80,77±0,04 82,72±0,06 81,98±0,96

75,48

Abu 1,59±0,16 8,25±0,84 1,94±0,12 11,25±0,63 3,06±0,14 17,03±1,43 1,50

Lemak 4,34±0,05 22,56±0,25 2,32±0,18 13,44±0,96 1,37±0,27 7,56±1,43 2,35

Protein 12,24±0,11 63,68±0,46 11,12±0,11 64,38±0,66 12,39±0,02 68,88±3,55 15,20

Karbohidrat 1,06±0,18 5,51±0,96 1,89±0,18 10,93±1,07 1,2±0,76 6,53±3,74

Ayas dan Ozugul (2011) perbedaan kadar air dapat disebabkaan oleh jenis, umur biota, perbedaan kondisi lingkungn hidup dan tingkat kesegaran organisme tersebut. Tingginya kadar air pada daging disebabkan oleh kemampuan bahan untuk mengikat air yang disebut water holding capacity (WHC). Hal ini menunjukkan baby fish mas merupakan bahan pangan yang bersifat mudah rusak (high perishable food). Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan daya terima, kesegaran dan daya simpan bahan tersebut (Winarno 2008).

Kadar Protein

Kadar protein baby fish mas mengalami kenaikan pada umur 3 sampai 7 minggu, namun masih lebih rendah dibandingkan mas dewasa. Afkhami et al. (2011) menemukan kadar protein ikan mas dewasa sebesar 15,20% dalam penelitiannya. Perbedaan kadar protein yang didapat menurut Georgiev et al. (2008) disebabkan oleh protein daging yang bersifat tidak stabil dan mempunyai sifat dapat berubah dengan berubahnya kondisi lingkungan. Pramono et al. (2007) menyatakan bahwa kandungan protein sangat dipengaruhi oleh jenis ikan, umur, ukuran ikan, kualitas protein pakan, kecernaan pakan dan kondisi lingkungan.

Kadar Lemak

(26)

Kadar Abu

Hasil kadar abu baby fish mas menunjukkan peningkatan, yakni pada umur 3 minggu sebesar 1,59% menjadi 1,94% dan 3,10% pada umur panen 5 dan 7 minggu. Kandungan kadar abu tertinggi pada baby fish mas terdapat pada umur 7 minggu. Kadar abu yang lebih tinggi pada ikan balita disebabkan oleh adanya laju pertumbuhan tulang yang tinggi, sedangkan pada ikan dewasa pertumbuhan jaringan lain terjadi lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan tulang (Rasmussen dan Ostenfeld 2000). Selain itu mineral juga berperan untuk meningkatkan kerja syaraf dalam menyampaikan impuls, memperlancar osmoregulasi dan sebagai kofaktor dalam memperlancar kerja enzim dalam tubuh hewan air (Aslianti dan Priyono 2009).

Kadar Karbohidrat

Kadar karbohidrat baby fish mas umur 3 minggu sebesar 1,06%, umur 5 minggu sebesar 1,99%, dan 1,20% untuk umur 7 minggu. Kandungan karbohidrat pada ikan umumnya hanya berkisar 0,1-1% (Nurjanah dan Abdullah 2009). Kadar karbohidrat ikan sangatlah rendah dan dipengaruhi oleh kondisi ikan sebelum dan selama penangkapan, yang dapat menyebabkan penurunan kadar glikogen sehingga kadar karbohidrat juga mengalami penyusutan.

Asam Lemak Baby Fish Mas

Baby fish mas pada berbagai umur panen mengandung 9 jenis asam lemak yang tergolong dalam asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid/SAFA), asam lemak tidak jenuh tunggal (Monounsaturated Fatty acid/MUFA), dan asam lemak tak jenuh jamak (Polyunsaturated Fatty Acid/PUFA). Contoh perhitungan analisis asam lemak disajikan pada Lampiran 2. Komposisi asam lemak baby fish mas disajikan pada Tabel 3

Tabel 3 Kandungan asam lemak pada baby fish mas pada berbagai umur panen

Asam Lemak Hasil Ikan mas dewasa*

3minggu 5 minggu 7 minggu

Asam lemak jenuh

Laurat 0,36 ± 0,04 0,16 ± 0,02 0,41±0,15 tt

Miristat 3,32 ± 0,11 2,47 ± 0,33 4,29 ± 0,76 0,21

Palmitat 32,68 ± 0,80 27,38 ±5,09 3,47 ± 0,44 22,58

Stearat tt 0,78 ± 0,16 1,87 ± 0,33 0,21

(27)

11

*Yazeed (2013) tt (tidak terdeteksi)

Tabel 3 menunjukkan bahwa asam lemak yang terkandung dalam baby fish mas terdiri dari asam lemak jenuh, yaitu laurat (C12:0), miristat (C14:0), palmitat (C16:0), dan stearat (C18:0). Asam lemak tidak jenuh tunggal, yaitu oleat (C18:1), serta asam lemak tak jenuh jamak, yaitu linoleat (C18:2, n-6), linolenat (C18:3, n-3) dan arakidonat.

Asam lemak jenuh tertinggi pada baby fish mas berumur 3 minggu, yaitu 36,36%, dan terendah pada baby fish mas berumur 7 minggu, yaitu 10,04% dari total asam lemak ikan. Asam lemak tak jenuh tunggal tertinggi pada ikan berumur 5 minggu, yaitu 43,03%, dan terendah pada ikan berumur 7 minggu, yaitu 20,59% dari total asam lemak ikan. Asam lemak tak jenuh jamak tertinggi pada baby fish mas dengan umur panen 7 minggu, yaitu 44,25%, dan terendah pada ikan berumur 3 minggu, yaitu 17,93% dari total asam lemak ikan. Keragaman komposisi asam lemak ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu spesies, pakan, letak geografis, serta umur dan ukuran ikan tersebut (Ozogul dan Ozogul 2012).

Asam lemak jenuh yang terkandung dalam baby fish mas adalah laurat, pada umur 3 minggu sebesar 32,68%, umur 5 minggu sebesar 27,38%, dan pada umur 7 minggu sebesar 3,47%. Kadar palmitat pada umur 7 minggu berbeda nyata dari umur 3 dan 5 minggu. Stearat pada ketiga umur panen saling berbeda (P< 0,05) pada umur 3 minggu tidak terdeteksi, umur 5 minggu sebesar 0,78%, dan umur 7 minggu sebesar 1,87%. Kadar stearat pada semua umur saling berbeda nyata. Hasil analisis statistik asam lemak ditunjukkan pada Lampiran 2. Palmitat terdapat dalam kadar tertinggi pada baby fish mas dengan umur panen 3 minggu, yaitu 32,68%, dan kadar terendah pada ikan berumur 7 minggu, yaitu 3,47%. Menurut Osman et al. (2007), palmitat merupakan asam lemak jenuh yang paling banyak terdapat dalam minyak ikan.

(28)

berbeda nyata dari umur 3 minggu. Linolenat pada ketiga umur panen berbeda (P< 0,05) yaitu pada ikan dengan umur panen 3 minggu sebesar 1,07%, umur 5 minggu sebesar 1,30%, dan pada umur 7 minggu sebesar 7,68%. Kadar linolenat pada umur 5 dan 7 minggu berbeda nyata dari umur 3 minggu. Arakidonat pada

ketiga umur panen berbeda (P< 0,05) yaitu pada ikan dengan umur panen 3 minggu sebesar 1,40%, umur 5 minggu sebesar 1,49%, dan pada umur 7 minggu

sebesar 2,73%. Kadar arakidonat pada umur 5 dan 7 minggu berbeda nyata dari umur 3 minggu. Hasil analisis statistik asam lemak ditunjukkan pada Lampiran 2.

Asam lemak tak jenuh jamak (PUFA) baby fish mas didominasi oleh linoleat (C18:2, n-6), yaitu tertinggi pada ikan berumur 7 minggu (33,84%), dan terendah pada ikan berumur 3 minggu (15,46%). Kandungan linolenat (C18:3, n-3) tertinggi pada ikan berumur 7 minggu (7,68%). Kandungan arakidonat tertinggi pada ikan berumur 7 minggu, yaitu 2,73%. Menurut Connor et al. (1992), tingginya asam linoleat dapat menghambat laju biosintesis DHA dari asam linolenat. Menurut Crawford (1993), proses biosintesis tersebut akan berjalan lambat, kurang efisien, dan berubah menurut umur. Kandungan asam lemak tak jenuh jamak yang dikandung ikan mas lebih besar apabila dibandingkan dengan beberapa jenis ikan air tawar lain diantaranya ikan mas, patin, dan tilapia. Berdasarkan penelitian Rahman et al. (1994), kandungan linoleat dan linolenat ikan mas sebesar 15,6% dan 0,12%, patin 9,97% dan 0,94%, dan tilapia mengandung linoleat sebesar 5,09%, namun tidak mengandung linolenat. Menurut Osman et al. (2007), ikan air tawar memiliki kandungan asam lemak tak jenuh jamak yang lebih rendah daripada ikan air laut. Perbedaaan tersebut dapat disebabkan oleh fakta bahwa ikan air tawar lebih banyak mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan sedangkan ikan air laut mengkonsumsi zooplankton yang kaya akan PUFA.

(29)

13

Deskripsi Jaringan Baby Fish Mas

Potongan melintang baby fish mas bagian posterior berumur 3, 5 dan 7 minggu memperlihatkan adanya jaringan tulang belakang yang terdiri dari

spinal cord, neural, notochord, sel-sel bervakuola, centrum, hemal, dan arteri dorsal serta jaringan otot yang terdiri dari blok miotom dan myoseptum. Gambar 3 dan 4 menunjukkan blok-blok myotome terlihat jelas pada baby fish mas umur 3 minggu. Kiessling et al. (2006) memaparkan otot lurik ikan teleostei terdiri dari lembaran panjang otot (miotom) pada kedua sisi tubuh dari kepala hingga ekor. Setiap myotome dibatasi oleh septum, di mana serat otot sejajar dengan sumbu tubuh.

Gambar 3 Penampang melintang bagian posterior baby fish mas (perbesaran 100x) 1: blok myotome; 2: perimysium; 3: centrum; 4: dorsal artery; 5: hemal; 6: sel-sel bervakuola; 7: notochord; 8: neural; 9: spinal cord.

Gambar 4 Pusat tulang baby fish mas (perbesaran 400x) 8

2 1 a

3

4

5 6

7 9

Centrum selubung notochord

(30)

Gambar 5 Penampang melintang daging berkulit baby fish mas (perbesaran 400x)

Gambar 5 menunjukkan jaringan kulit baby fish mas umur panen 3 minggu, yang memperlihatkan adanya sel mukus, myomere dan myoseptum.

Myomere pada umur 3 minggu sudah terlihat jelas, namun jarang. Tayel et al. (2013) memaparkan pada kulit ikan terdiri atas epidermis, dermis, dan

lapisan hipodermal. Kulit meliputi lapisan otot yang terutama terdiri dari segmen-segmen myomere. Setiap myomere dianggap sebagai otot dan serat yang sejajar sumbu panjang tubuh.

Gambar 6 Penampang melintang otot baby fish mas. a) umur 5 minggu (perbesaran100x) (1) daging merah, (2) linea lateralis (3) daging putih (4) otot hipaksial (5) otot epaksial.

b) umur 7 minggu (perbesaran 400x).

Gambar 6 menunjukkan jaringan otot baby fish mas umur 5 minggu dan 7 minggu yang terdiri dari daging putih yang terdiri dari myomere yang semakin kompak beserta myoseptumnya dan linea lateralis serta jaringan epitel. Diameter myomere pada daging putih cenderung membesar dibanding myomere pada daging merah. Hal ini sesuai dengan pemaparan Kiessling et al. (2006) bahwa semua ikan memiliki dua jenis utama serat otot gerak yakni merah dan putih, pada ikan teleostei otot aksial sebagian besar terdiri dari serat otot putih yang ditutupi oleh lapisan tipis dari serat otot lambat (merah) dengan lapisan serat merah muda antara otot diantara otot putih dan otot merah. Myomere pada baby fish mas berumur 7 minggu mengalami degradasi, hal ini diduga belum kuatnya jaringan

3

1 2

Myomere

Pembuluh darah kapiler 4

5

(31)

15

akibat larutan fiksatif dan dehidrasi pada analisis histologis. Johnston (1999) memaparkan perkembangan otot ikan berbeda dengan hewan lainnya, perkembangan otot ikan berlangsung selama hidup ikan tersebut. Perkembangan otot dapat digolongkan menjadi hyperplasia dan hypertropi, hyperplasia yakni perkembangan ukuran serat otot mulai fase post embrionik hingga mencapai diamter maksimum, sedangkan hypertropy yakni pertambahan jumlah serat otot akibat pembentukan serat baru (Kiessling et al. 2006).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Asam lemak jenuh total yang terdiri dari laurat, miristat, palimitat, dan stearat, berturut-turut dari umur 3, 5, dan 7 minggu pada baby fish mas mengalami penurunan. Asam lemak tak jenuh tunggal terdiri dari oleat yang berturut-turut umur 3 minggu dan 5 minggu mengalami kenaikan, sedangkan pada umur 7 minggu mengalami penurunan. Asam lemak tak jenuh jamak terdiri dari linoleat, linolenat dan archinidonat, dengan jumlah total berturut-turut pada umur 3, 5, dan 7 minggu mengalami kenaikan.

Jaringan baby fish mas pada berbagai umur panen cenderung menunjukkan perbedaan. Jumlah dan ukuran myomer baby fish mas secara kualitatif terlihat meningkat seiring dengan pertambahan umur panennya. Pencernaan baby fish mas dengan umur panen yang lebih tua memiliki lebih banyak sel penghasil mukus dan sel penyerap.

Saran

Penelitian selanjutnya perlu dilakukan analisis parameter biometrik yang lain untuk mempertegas perbedaan antar umur panen, perbaikan metode preparasi histologis, analisis histologis pada struktur ultra sel dengan TEM, dan perbaikan metode derivatisasi untuk mempertegas hasil asam lemak.

DAFTAR PUSTAKA

Ackman RG. 1994. Seafood lipids. Di dalam: Shahidi F, Botta JR, editor. Seafoods: Chemistry, Processing Technology & Quality. London (GB): Blackie Academic & Professional. Chapman & Hall.

Afkhami M, Mokhlesi A, Bastami KD, Khoshnood R, Eshaghi N, Ehsanpour M. 2011. Survey of some chemical compositions and fatty acids in cultured common carp (Cyprinus carpio) and grass carp (Ctenopharyngodon idella), Noshahr, Iran. World Journal of Fish and Marine Sciences 3 (6): 533-538. Alemu LA, Malese, AY, Gulelat DH. 2013. Effect of endogenous factors on

(32)

Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington (US): The Association of Official Analytical Chemist, Inc.

[AOAC] Association of Official Analytic Chemist. 1984. Official Method of Analysis of The Analytical of Chemist. Arlington, Virginia, USA : Association of Official Analytical Chemist, Inc

Aslianti T, Priono A. 2009. Increasing vitality and survival rate of orange spotted grouper, Epinephelus coioides seed fed vitamin c and calcium fortified diet. Torani Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan 19(1): 74–81

Ayas D, Ozugul Y. 2011. The chemical composition of carapace meat of sexually mature blue crab (Callinectes sapidus, Rathbun 1896) in the Mersin Bay. J. Fisheries Sci., 38: 645-650.

Connor WE, Neuringer M, Reisbick S. 1992. Essential fatty acids: the importance of n-3 fatty acids in the retina and brain. Nutr. Rev 50: 21-29.

Crawford MA. 1993. The role of essential fatty acids in neural development: implications for perinatal nutrition. Am. J. Clin. Nutr 57: 703-710.

Dewantoro E. 2001. Rasio RNA/DNA, karakter morfometrik, dan komposisi daging ikan mas (Cyprinus carpio L.) strain sinyonya, karper kaca, dan hibridanya. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Georgiev L, Penchev G, Dimitrov D, Pavlov A. 2008. Structural changes in common carp (Cyprinus carpio) fish meat during freezing. Bulgarian Journal of Veterinary Medicine. 2 (2) : 131-136.

Handayani R. 2007. Optimalisasi distribusi pemasaran ikan mas hidup dari waduk cirata, Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Program Studi Manajeman Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Hendriko. 2007. Pengaruh kadar asam lemak n-6 dan n-3 pakan yang berbeda terhadap kinerja pertumbuhan benih ikan batak (Labeobarbus soro). [skripsi]. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Irianto HE, Soesilo I. 2007. Dukungan teknologi penyediaan produk perikanan. Di dalam: Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia 2007. Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, November 21, 2007.

Jabeen F, Chaudhry AS. 2011. Chemical compositions and fatty acid prifiles of three freshwater fish species. Food chemistry. (125): 991-996.

Johnston IA.1999. Muscle development and growth: potential implications for flesh quality in fish. Aquaculture. 177: 99–115

Kiessling A, Ruohonen K, Bjørnevik M. 2006. Muscle fibre growth and quality in fish. Arch. Tierz., Dummerstorf 49 (2006): 137-146.

(33)

17

mineral composition of ostrich meat as influenced by muscle. J. Food Chem. 117: 207–211.

Muchtadi D, Palupi NS, Astawan M. 1993. Metabolisme Zat Gizi. Pusat Antar Universitas, IPB. Bogor (ID): Pustaka Sinar Harapan.

Munandar A. 2008. Kemunduran mutu ikan nila (Oreochromis niloticus) pada penyimpanan suhu rendah dengan perlakuan cara kematian dan penyiangan. [skripsi]. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Nurjanah, Nurhayati T, Abdullah A, Raharjo AP. 2009. Pengaruh Umur Panen Terhadap Komposisi Asam Lemak Ikan Gurami (Osphronemus gouramy). Seminar Nasional Perikanan Indonesia Hal: 355-362.

Osman F, Jaswir I, Khaza’ai H, Hashim R. 2007. Fatty acid profiles of fin fish in Langkawi Island, Malaysia. J. Oleo Science 56:107-113.

Ozogul Y, Simsek A, Balikci E, Kenar M. 2012. The effects of extraction methods on the contents of fatty acids, especially EPA and DHA in marine lipids. Int J Food Sci Nutr. 63(3): 326-31.

Ozugul Y, Ozugul F. 2007. Fatty acid profiles of commercially important fish species from the mediterranean, agean dan black seas. Food Chemistry. Vol. 100 (4): 1634-1638.

Pramono TB, Sanjayasari D, Soedibya PHT. 2007. Optimasi pakan dengan level protein dan energi protein untuk pertumbuhan calon induk ikan

senggaringan (Mystus nigriceps). Jurnal PROTEIN 15(2): 153-157.

Rahman SA, Huah TS, Hassan O, Daud NM. 1994. Fatty acid composition of some Malaysian freshwater fish. Food Chem. 54:45-49.

Rasmussen RS, Ostenfeld TH. 2000. Effect of growth rate on quality traits and feed utilisation of rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) and brook trout (Salvelinus fontinalis). Aquaculture. 184:327-337. doi:10.1016/S0044-8486(99)00324-5.

Santoso J, Nurjanah, Sukarno, Sinaga SR.1999. Kemunduran mutu ikan nila merah (Oreochromis sp.) selama penyimpanan pada suhu Chilling. Buletin THP. Vol 6 (1): 1-4.

Tayel SI, Ibrahim SA, Mahmoud SA. 2013. Histopathological and muscle composition studies on Tilapia zillii in relation to water quality of Lake Qarun, Egypt. Journal of Applied Sciences Research. 9(6): 3857-3872 Thoha. 2004. Asam lemak esensial untuk optimalisasi fungsi otak balita [tesis].

Bogor: Program Pascasarjana, Program Studi Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.

(34)
(35)

19

Lampiran 1Contoh perhitungan asam lemak Palmitat

% asam lemak= x 100%

konsentrasi total asam lemak = total sampel – pengotor = 100 – (81,3437 + 13,5568) = 100 – 94,9005

= 5,1 % palmitat = x 100%

= 3,645%

Lampiran 2 Hasil analisis statistik asam lemak

(36)

7

minggu 3 .3430

3

minggu 3 .3593

Sig. 1.000 .861

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

Miristat

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

Palmitat

(37)

21

a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000. Stearat

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

Oleat

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

Linoleat

(38)

7

minggu 3 7.6830

Sig. .708 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

Arachidonat Duncan

umur

N

Subset for alpha = .05

1 2 1

3

minggu 3 1.3993

5

minggu 3 1.4853

7

minggu 3 2.7260

Sig. .815 1.000

(39)

23

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Laurensius Sitanggang dilahirkan pada tanggal 14 April 1992 di Subang. Penulis adalah anak keempat dari pasangan Bapak T. Sitanggang dan Ibu L. Siboro. Penulis memulai jenjang pendidikan formal di Sekolah Dasar Yos Sudarso Subang tahun 1999-2004. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Yos Sudarso Subang tahun 2004-2007. Pendidikan menengah atas ditempuh penulis di SMA Negeri 3 Subang tahun 2007-2010.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dengan program studi Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor tahun 2010. Selama kuliah penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan antara lain BEM Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan divisi Pengembangan Budaya Olahraga dan Seni tahun 2011-2012, Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Perikanan (HIMASILKAN) divisi Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa tahun 2012-2013. Penulis juga pernah meraih juara 3 Kejuaraan Nasional Handball antar kampus tahun 2011-2012, meraih penghargaan sebagai pemain terbaik dalam PORIKAN cabang bola basket Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan tahun 2013-2014, meraih juara 2 pada Olimpiade Mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada cabang bola basket tahun 2012-2013.

Penulis melaksanakan dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Profil

Asam Lemak dan Jaringan Baby Fish Mas (Cyprinus carpio) pada Berbagai Umur

Panen” sebagai salah satu syarat dalam memperoleh sarjana perikanan di

(40)
(41)
(42)

Gambar

Gambar struktur
Gambar 2 Baby fish mas umur a) 3 minggu, b) 5 minggu, dan c) 7 minggu
Tabel 2 Komposisi kimia baby fish mas pada berbagai umur panen
Gambar 3 Penampang melintang bagian posterior baby fish mas (perbesaran
+2

Referensi

Dokumen terkait

Makassar, 19 Agustus 2014 Pokja Ulp/Panitia Pengadaan Barang/Jasa Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Kota Makassar Tahun

Pekanbaru, 18

Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada reaksi pasar modal Indonesia terhadap penerbitan Indeks SRI-KEHATI bila diukur dengan abnormal return, dan hasil ini konsisten

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian. di Fakultas Pertanian Universitas

Untuk perhitungan tulangan lentur sloof diambil pada bentang dengan moment. terbesar dari perhitungan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dalam mengembangkan kreativitas siswa dapat dilakukan dengan bermain ansambel angklung dan membuat aransamen lagu yang dibuat

Kata Kunci : puisi, apresiasi puisi, media musikalisasi puisi. Pembelajaran sastra di sekolah menengah pertama, khususnya dalam kemampuan mengapresiasi puisi merupakan

Penelitian Yusuf (2011) menemukan bahwa kualitas kehidupan kerja merupakan suatu pola-pola perilaku atau kondisi yang dalam konsep perilaku organisasi dapat