ANALISIS PENGARUH ALGORITME
ENCODING
DAN
SPESIFIKASI AUDIO TERHADAP KINERJA AUDIO
STREAMING
PADA JARINGAN
MOBILE INTERNET
CDMA
WIDIAJIE RAMADHAN
DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh Algoritme Encoding dan Spesifikasi Audio Terhadap Kinerja Audio Streaming
pada Jaringan Mobile Internet CDMA adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015
Widiajie Ramadhan
ABSTRAK
WIDIAJIE RAMADHAN. Analisis Pengaruh Algoritme Encoding dan Spesifikasi Audio Terhadap Kinerja Audio Streaming pada Jaringan Mobile Internet CDMA. Dibimbing oleh HERU SUKOCO.
Kini teknologi jaringan telekomunikasi dan internet telah berkembang sangat pesat. Code division multiple access (CDMA) merupakan teknologi jaringan telekomunikasi berkecepatan tinggi hingga 3.1 Mbps yang memungkinkan pengguna layanan untuk melakukan kegiatan multimedia
streaming khususnya layanan audio streaming. Spesifikasi dan jenis algoritme
encoding yang digunakan pada file audio dapat berpotensi memiliki pengaruh terhadap kelancaran proses streaming itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk membangun sistem audio streaming melalui jaringan internet dan melakukan analisis pada kualitas hasil audio streaming berdasarkan algoritme encoding serta spesifikasi audio yang digunakan sesuai dengan standar quality of service (QoS). Percobaan yang dilakukan terdiri atas 4 skenario pergerakan dengan besar kecepatan, bit-rate, dan tipe encoding yang bervariasi. Kecepatan, bit-rate, dan
encoding yang digunakan masing-masing adalah 0-60 km/jam, 32-320 kbps, dan AAC, MP3, serta WMA. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa hasil terbaik diperoleh pada skenario 4 apabila file audio streaming tersebut menggunakan
encoding MP3 dengan bit-rate 320 kbps. Jika demikian maka pengguna akan mendapatkan layanan audiostreaming yang baik sesuai dengan QoS.
Kata kunci : audio streaming, CDMA, quality of service
ABSTRACT
WIDIAJIE RAMADHAN. Analysis of Effect of Encoding Algorithms and Audio Specification on Audio Streaming Performance over CDMA-based Internet Mobile Networking. Supervised by HERU SUKOCO.
Currently, telecommunications networks and internet technology have developed very rapidly. The Code Division Multiple Access (CDMA) is a high-speed telecommunications network technology up to 3.1 Mbps, which allows users to perform multimedia streaming activities, especially audio streaming services. Specifications and types of encoding algorithms used in audio files can affect the result of performance audio streaming. This study aims to build a streaming audio system over the internet. It also performs a performance analysis based on the quality of service (QoS) standards for audio encoding and specifications. The experiments involve four scenarios with several varieties of movement speed, bit-rate, and encoding types. The speed, bit-bit-rate, and encoding are of 0-60 km/h, 32-320 kbps, and AAC, MP3, and WMA, respectively. The best result is obtained if the audio streaming file used mp3 encoding with a bit-rate of 320 kbps. Therefore, according to the users obtained a good streaming audio service.
ANALISIS PENGARUH ALGORITME
ENCODING
DAN
SPESIFIKASI AUDIO TERHADAP KINERJA AUDIO
STREAMING
PADA JARINGAN
MOBILE INTERNET
CDMA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer
pada
Departemen Ilmu Komputer
WIDIAJIE RAMADHAN
DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Penguji :
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Algoritme Encoding dan Spesifikasi Audio Terhadap Kinerja Audio Streaming pada Jaringan Mobile
Internet CDMA Nama : Widiajie Ramadhan NIM : G64124059
Disetujui oleh
DrEng Heru Sukoco, SSi MT Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Buono, MSi MKom Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur, selalu dan senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah
subhanahu wa ta`ala atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan tugas akhir telah berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini sejak bulan Juli 2014 adalah Analisis Pengaruh Algoritme Encoding dan Spesifikasi Audio Terhadap Kinerja Audio Streaming pada Jaringan Mobile Internet CDMA.
Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak DrEng Heru Sukoco, SSi MT selaku dosen pembimbing yang ditengah-tengah kesibukannya telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan. Ibu Karlisa Priandana, ST MEng dan Ibu Dr Ir Sri Wahjuni, MT selaku penguji atas waktu, saran, dan koreksinya. Ungkapan terima kasih juga diucapkan kepada Ayahanda Iim Ruhimat dan Ibunda Rita Rosita, serta keluarga yang senantiasa memberikan doa, semangat, dan didikan serta dukungan moril, materil, dan spiritual. Terima kasih diucapkan juga kepada teman-teman Ilmu Komputer Alih Jenis angkatan 7 atas kebersamaannya selama ini. Serta terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen dan staf TU yang telah begitu banyak membantu baik selama pelaksanaan penelitian maupun pada masa perkuliahan.
Karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat digunakan untuk perbaikan di masa-masa yang akan datang.
Semoga karya ilmiah ini bermanfat.
Bogor, April 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE PENELITIAN 3
Pembangunan Sistem 3
Perancangan Percobaan 4
Percobaan dan Pengambilan Data 4
Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Perancangan Lingkungan Sistem 8
Perancangan Percobaan 9
Percobaan dan Pengambilan Data 10
Analisis data 10
SIMPULAN DAN SARAN 22
Simpulan 22
Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 23
DAFTAR TABEL
1 Rekomendasi ITU-T G.114 untuk Packet Loss Ratio (ITU-T 2003) 5 2 Rekomendasi ITU-T G.114 untuk delay (ITU-T 2003) 6 3 Rekomendasi ITU-T G.114 untuk jitter (ITU-T 2003) 6 4 Rekomendasi ITU-T P800 untuk kategori MoS (ITU-T 1996) 7 5 Metriks kinerja kualitas suara pada skenario 1 11 6 Metriks kinerja kualitas suara pada skenario 2 13 7 Metriks kinerja kualitas suara pada skenario 3 16 8 Metriks kinerja kualitas suara pada skenario 4 20 9 Hasil encoding dan spesifikasi audio terbaik 22
DAFTAR GAMBAR
1 Alur penelitian 3
2 Topologi streaming 9
3 Proses pengambilan data menggunakan Wireshark 10
4 Throughput skenario 1 11
5 Packet loss ratio skenario 1 11
6 Delay skenario 1 12
7 Jitter skenario 1 12
8 Throughput skenario 2 14
9 Packet loss ratio skenario 2 14
10 Delay skenario 2 15
11 Jitter skenario 2 15
13 Packet loss rate skenario 3 17
12 Throughput skenario 3 17
14 Delay skenario 3 18
15 Jitter skenario 3 18
16 Throughput skenario 4 19
17 Packet loss ratio skenario 4 20
18 Delay skenario 4 20
19 Jitter skenario 4 21
DAFTAR LAMPIRAN
1 Data hasil capture skenario 1 23
2 Data hasil capture skenario 2 24
3 Data hasil capture skenario 3 25
4 Data hasil capture skenario 4 26
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Streaming adalah suatu teknologi yang memungkinkan pengguna untuk memainkan file audio atau video secara langsung maupun dengan prerecord dari sebuah mesin server melalui media internet (Kozamernik 2002). Saat ini teknologi
streaming multimedia telah banyak diaplikasikan untuk berbagai keperluan, mulai dari pendidikan hingga hiburan, namun untuk dapat menikmati layanan streaming
maka perangkat yang digunakan oleh pengguna harus terhubung pada jaringan internet. Teknologi jaringan telekomunikasi dan internet kini telah berkembang sangat pesat. code division multiple access (CDMA) merupakan salah satu teknologi jaringan telekomunikasi yang dapat mendukung koneksi internet berkecepatan tinggi (Garg 2007). Saat ini kecepatan maksimal internet pada jaringan CDMA yang menggunakan teknologi enhanced voice-data optimized
(EVDO) dapat mencapai hingga 3.1 Mbps. Dengan kecepatan tersebut maka pengguna layanan internet dapat melakukan kegiatan multimedia streaming
khususnya layanan audio streaming. Namun kecepatan maksimal umumnya sulit dicapai di semua area karena kecepatan akses internet nirkabel sangatlah bergantung kepada kekuatan sinyal yang didapat dan jumlah pengguna yang ada pada area tersebut. Oleh karena itu, kecepatan internet yang didapat oleh pengguna umumnya tidak dapat mencapai nilai maksimal (Masanggara 2012). Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas pada layanan audio streaming.
Spesifikasi dan jenis algoritme encoding yang digunakan pun dapat mempengaruhi hasil dari kinerja audio streaming itu sendiri. Algoritme encoding
audio yang umum digunakan saat ini berdasarkan pengamatan yang dilakukan diantaranya adalah MPEG-1 layer-3 audio (MP3), advance audio codec (AAC),
free losless audio codes (FLAC), dan windows media audio (WMA). Namun tidak semua file audio yang dihasilkan dari proses encoding tersebut dapat baik digunakan untuk audio streaming karena setiap encoding akan menghasilkan besaran ukuran file audio yang berbeda. Hal tersebut dapat berpengaruh pada kelancaran proses streaming.
Penelitian terkait sebelumnya telah dilakukan oleh Prayitno (2009), pada penelitiannya mengenai analisis pengaruh bit-rate terhadap multimedia streaming
didapat kesimpulan bahwa nilai bit-rate yang digunakan pada proses encoding
dan decoding akan berpengaruh terhadap delay dan packet loss yang terjadi selama proses streaming. Hal tersebut dikarenakan perubahan bit-rate pada proses
encoding dan decoding file multimedia akan berdampak pada besar ukuran file
yang dihasilkan, sehingga apabila digunakan untuk streaming, maka akan mempengaruhi kinerja dari streaming itu sendiri. Penelitian terkait selanjutnya dilakukan oleh Nur (2008) dengan melakukan analisis kualitas multimedia
Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan analisis pada pengaruh algoritme encoding dan spesifikasi audio yang digunakan pada file audio streaming agar dapat diketahui jenis algoritme encoding dan spesifikasi audio yang baik untuk dijadikan streaming sehingga pengguna dapat menikmati layanan
audio streaming dengan quality of service (QoS) yang baik. Pada penelitian ini dilakukan analisis pada file audio dengan encoding AAC, MP3, dan WMA serta spesifikasi bit-rate yang bervariasi pada jaringan mobile internet khususnya CDMA.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa saja jenis algoritme encoding dan spesifikasi file audio yang baik untuk dijadikan sebagai audio streaming pada jaringan CDMA. Serta bagaimana cara membangun sistem streaming yang dapat diakses melalui jaringan mobile internet, khususnya melalui jaringan CDMA.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun, menganalisis kinerja, dan menentukan spesifikasi audio terbaik pada sistem audio streaming di internet melalui akses jaringan CDMA berdasarkan algoritme encoding dan standar QoS.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan rekomendasi kepada host
mengenai jenis algoritme encoding dan spesifikasi audio yang terbaik untuk digunakan pada streaming di jaringan CDMA. Sehingga pengguna mendapatkan layanan audio streaming dengan kualitas baik.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini, yaitu:
1 Sistem operasi yang digunakan untuk server streaming adalah Microsoft Windows Server 2003.
2 Server streaming yang digunakan adalah perangkat lunak Microsoft Windows Media Services, dan Live555 Media Server.
3 Jenis algoritme encoding yang digunakan adalah AAC, MP3, dan WMA. 4 Mode streaming dilakukan secara unicast audio-on-demand (AoD). 5 Pengambilan data dilakukan menggunakan jaringan internet CDMA.
METODE PENELITIAN
Alur metode penelitian yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1.
Pembangunan Sistem
Tahap pembangunan sistem terbagi menjadi 3 bagian yakni: 1 Konfigurasi server streaming
Pada tahap ini, dilakukan pembangunan dan konfigurasi pada sebuah komputer untuk digunakan sebagai server streaming. konfigurasi yang dilakukan berupa instalasi server serta konfigurasi Internet Protocol (IP). Server streaming yang telah dibangun harus dapat diakses oleh klien menggunakan jaringan komputer maupun internet.
2 Konfigurasi bit-rate pada berkas audio
Pada tahap ini, dilakukan persiapan dan pemilihan terhadap audio yang akan digunakan, lalu dilakukan konversi pada audio tersebut menggunakan perangkat lunak Format Factory. Pada proses ini dilakukan encoding terhadap berkas audio dengan mengubah format pada audio sehingga dapat menghasilkan audio dengan jenis encoding dan nilai bit-rate lain yang bervariasi (Rahandi et al 2012). Bit-rate adalah suatu ukuran kecepatan bit
suatu data dari tempat satu ke tempat lain yang umumnya diukur dengan satuan waktu seperti kilobit per second (kbps), megabit per second (mbps) dan seterusnya. Semakin tinggi bit-rate yang digunakan maka akan semakin besar pula ukuran yang dihasilkan pada suatu file multimedia tersebut. Perhitungan
bit-rate terhadap ukuran file audio dengan encoding MP3 dapat dilakukan dengan menggunakan Persamaan 1 (Austerberry 2005).
( ) = [ × ]
8
(1) Sebagai contoh, untuk audio MP3 dengan durasi 60 detik dan bit-rate
�3 = [ 60 ×128]
8
= 960
3 Konfigurasi media player
Pada tahap ini, dilakukan konfigurasi berupa seting alamat streaming
yang akan dimainkan oleh klien pada aplikasi media player yang berada pada sisi klien, sehingga klien dapat memutar berkas audio yang disediakan oleh server streaming.
Perancangan Percobaan
Pada tahapan ini dilakukan analisis terhadap skenario yang akan digunakan sehingga skenario tersebut dapat mewakili kondisi pergerakan klien pada proses
streaming dan variasi serta kombinasi dari berkas audio yang akan digunakan. Terdapat 4 skenario percobaan yang akan digunakan pada penelitian ini, yaitu: 1 Skenario 1:
Percobaan yang dilakukan mewakili kondisi pergerakan ketika klien sedang berada pada suatu ruangan (indoor) dengan posisi diam (0 km/jam).
2 Skenario 2:
Percobaan yang dilakukan mewakili kondisi pergerakan ketika klien sedang berada pada suatu ruang terbuka (outdoor) dengan posisi berjalan santai (0.15 km/jam).
3 Skenario 3:
Percobaan yang dilakukan mewakili kondisi pergerakan ketika klien sedang berada pada suatu kendaraan seperti mobil yang sedang melaju dengan kecepatan sedang (sekitar 30 hingga 40 km/jam).
4 Skenario 4:
Percobaan yang dilakukan mewakili kondisi pergerakan ketika klien sedang berada pada suatu kendaraan seperti mobil yang sedang melaju dengan kecepatan sedang (sekitar 60 hingga 70 km/jam).
Skenario tersebut akan digunakan ketika pengambilan data dilakukan sehingga hasil yang didapat sebisa mungkin mendekati kondisi nyata.
Percobaan dan Pengambilan Data
Tahapan percobaan dan pengambilan data dilakukan pada sisi klien. Proses
Analisis Data
Pada tahap ini dilakukan analisis untuk melihat hasil dari metriks kinerja yang didapat pada tahap sebelumnya, lalu dibandingkan dengan nilai pada QoS. QoS adalah kemampuan suatu jaringan dalam memberikan jaminan dan kinerja suatu layanan jaringan terhadap klien (Szigeti dan Hattingh 2004). Kriteria QoS untuk streaming dalam standar rekomendasi ITU-T adalah sebagai berikut :
1 Packet Loss Ratio.
Packet loss adalah jumlah paket yang hilang dalam proses pengiriman data sehingga paket yang dikirim dengan paket yang diterima akan berbeda jumlahnya. Packet loss ratio adalah rasio perbandingan antara paket yang dikirim dengan paket yang diterima dan dinyatakan dalam satuan persen (%). Semakin banyak packet loss ratio yang didapat maka semakin banyak paket yang tidak dapat diterima sebagaimana mestinya sehingga dapat dikatakan bahwa jaringan komunikasi data yang digunakan kurang bagus, namun sebaliknya apabila tidak ada packet loss ratio yang didapat maka dapat dikatakan bahwa jaringan komunikasi data yang digunakan sudah bagus. Rekomendasi kategori nilai QoS packet loss ratio untuk audio streaming
menurut ITU-T G.114 dapat dilihat pada Tabel 1. Semakin rendah nilai packet loss ratio maka QoS yang didapat akan semakin baik. Packet loss ratio dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2 (Talwalkar 2008).
� � =
−
× 100%
(2) Tabel 1 Rekomendasi ITU-T G.114 untuk Packet Loss Ratio (ITU-T 2003)
Kategori Packet Loss Ratio
Sangat baik 0%
Baik 3%
Buruk 15%
Sangat buruk 25%
2 Throughput
Throughput merupakan kemampuan yang sebenarnya pada suatu jaringan dalam melakukan pegiriman data. Throughput dapat dikatakan sebagai kondisi bandwidth yang sebenarnya. Throughput berbeda dengan bandwidth, jika bandwidth bersifat tetap, maka throughput bersifat dinamis sehingga jumlahnya akan tergantung dari trafik yang sedang terjadi pada jaringan tersebut. Throughput dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 3 (Talwalkar 2008).
( ) = ( )
( )
3 Delay
Delay adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal ke tujuan. Nilai delay dapat dipengaruhi oleh jarak media fisik atau waktu proses yang lama. Semakin rendah nilai delay maka QoS yang didapat akan semakin baik, rekomendasi kategori nilai QoS delay untuk audio streaming
menurut ITU-T G.114 dapat dilihat pada Tabel 2. Delay dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 4 (Szigeti dan Hattingh 2004).
� ( ) = −
�
(4) Keterangan:
Tr = waktu paket diterima (ms) Ts = waktu paket dikirim (ms) Pr = jumlah seluruh paket
Tabel 2 Rekomendasi ITU-T G.114 untuk delay (ITU-T 2003)
Kategori Besar delay
Jitter merupakan variasi waktu kedatangan paket data yang dikirimkan secara rutin dari suatu sumber (source) ke sumber lainnya (destination) pada jaringan komputer. Dengan kata lain, jitter merupakan selisih selang waktu kedatangan antar paket pada tempat tujuan. Nilai jitter sangat dipengaruhi oleh beban trafik, sehingga jika beban trafik dalam jaringan semakin besar maka nilai jitter pun akan semakin besar (Clark 2003). Semakin rendah nilai jitter
yang didapat maka QoS yang didapat akan semakin baik. Rekomendasi kategori nilai QoS jitter untuk audio streaming menurut ITU-T G.114 dapat dilihat pada Tabel 3. Nilai jitter dapat dihitung menggunakan Persamaan 5.
( ) = (| �2− �1 | +⋯+ | �+1− � |)
(5) Keterangan :
� = Jumlah delay pada sesi ke-i
N = Jumlah seluruh paket (banyaknya paket)
Tabel 3 Rekomendasi ITU-T G.114 untuk jitter (ITU-T 2003)
Kategori Besar jitter (ms)
Sangat Baik 0
Baik 0.1 – 75
Buruk 75.1 – 125
Selain QoS, kualitas suara juga digunakan sebagai kriteria yang menentukan baik buruknya kualitas streaming. Pada penelitian ini, penentuan kualitas suara dilakukan dengan menghitung persentase selisih ukuran file audio antara file audio dengan bit-rate maksimum yaitu 320 kbps dengan file audio lainnya yang memiliki bit-rate dibawah 320 kbps menggunakan persamaan (6) sehingga didapatkan nilai berupa persentase perbedaan kualitas berdasarkan ukuran file
audio. Pada penelitian ini, audio dengan bit-rate 320 kbps digunakan sebagai acuan kualitas terbaik untuk setiap file audio. Hal tersebut didasari oleh besarnya ukuran file yang dimiliki dibandingkan dengan audio yang memiliki bit-rate di bawah 320 kbps pada setiap encoding yang menandakan bahwa pada penelitian ini, audio dengan bit-rate 320 kbps pada setiap encoding merupakan audio yang memiliki kualitas tertinggi.
� %
= ( − ) 100%
(6) Keterangan:
Audio A = Audio dengan bit-rate tertinggi
Audio B = Audio dengan bit-rate lebih rendah dari audio A
Tabel 4 Rekomendasi ITU-T P800 untuk kategori MoS (ITU-T 1996) Kategori Definisi Rasio kualitas audio
(%) Sangat
Baik
Suara vokal sangat jelas, suara musik sangat jernih, dan Tidak ada noise
0 - 40 Baik Suara vokal jelas, suara musik
jernih, dan tidak ada noise 41 - 60 Buruk Suara vokal jelas, suara musik
kurang jernih, ada sedikit noise 61 - 80
Sangat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembangunan Sistem
1 Konfigurasi server streaming
Server streaming yang digunakan pada penelitian ini merupakan sebuah komputer personal (PC) yang ditempatkan di kampus IPB Dramaga. Server yang digunakan untuk streaming pada penelitian ini memiliki spesifikasi sebagai berikut :
Perangkat keras :
 Intel Pentium Core i7 3,4 GHz
 RAM sebesar 512 MB
 Harddisk berkapasitas 80 GB
 Monitor
 Mouse dan keyboard
 NIC yang terhubung dengan internet Perangkat lunak :
 Sistem operasi Windows Server 2003 Service Pack 2
 Windows Media Services (versi 9)
 Live555 media server (versi 0.84)
Pada penelitian ini digunakan 2 perangkat lunak sebagai server streaming
yakni Windows Media Service yang merupakan aplikasi dari Microsoft Windows Server 2003 yang dapat berfungsi sebagai server streaming, selain itu Windows Media Service dapat melakukan streaming file audio dengan format WMA. Selain itu digunakan pula perangkat lunak Live555 media sever, yaitu perangkat lunak berbasiskan open source yang dapat digunakan sebagai server streaming dengan tampilan berupa command line interface (CLI). Perangkat lunak Live555 media server ini dapat dijalankan pada komputer dengan sistem operasi Windows Server 2003 (http://www.live555.com). Komputer server ini dapat melakukan streaming dengan format audio berupa MP3, WMA, dan AAC dengan bit-rate yang bervariasi dalam suatu jaringan komputer lokal maupun internet. moving picture expert group-1 audio layer III
atau lebih dikenal dengan MP3 merupakan format kompresi audio yang dapat menghasilkan kualitas suara yang setara dengan kualitas compact disc audio
(CD). Bit-rate yang dapat digunakan pada audio dengan encoding MP3 berkisar antara 32 kbps hingga 320 kbps (Simon 2007). advanced audio / codes
(AAC) merupakan salah satu format berkas audio terkompresi secara loosy. Pada audio dengan format encoding AAC, bit-rate yang dapat digunakan berkisar antara 16 kbps hingga 320 kbps. Pada bit-rate rendah (dibawah 64 kbps), AAC umumnya memiliki kualitas suara yang lebih baik dibandingkan dengan format MP3 dengan bit-rate yang sama (Austerberry 2005). Format
2 Konfigurasi bit-rate pada audio
File audio yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebuah lagu dengan format awal WAV berdurasi 32 detik lalu dilakukan konversi audio
menggunakan perangkat lunak Format Factory (FF). Format Factory adalah perangkat lunak berbasis freeware yang dikembangkan oleh pcFreeTime, perangkat lunak ini berfungsi untuk melakukan konversi encoding baik audio maupun video dijital (http://pcfreetime.com). Proses yang dilakukan pada tahap ini adalah re-encoding pada berkas audio, sehingga berkas audio tersebut berganti format menjadi AAC, MP3, dan WMA dengan nilai bit-rate
bervariasi masing-masing sebesar 32 kbps, 64 kbps, 96 kbps, 128 kbps, 192 kbps, 224 kbps, 256 kbps, dan 320 kbps. Pemilihan nilai variasi bit-rate yang digunakan merupakan nilai yang memiliki overlap antara bit-rate MP3, AAC, dan WMA.
3 Konfigurasi media player pada klien
Klien harus memasukkan alamat protokol internet yang digunakan pada server streaming agar klien dapat memainkan file audio dari server streaming
tersebut. Sebagai contoh, agar klien dapat memainkan file audio streaming
dengan spesifikasi bit-rate 128 kbps dan format audio yang digunakan adalah MP3 maka alamat yang harus dimasukkan adalah rtsp://streaming.ncc.ipb.ac.id/m128. mp3.
Perancangan Percobaan
Pada penelitian ini dilakukan 4 skenario percobaan streaming yang mewakli kondisi nyata posisi pergerakan klien pada proses streaming sebenarnya sesuai dengan topologi jaringan yang ditunjukkan pada Gambar 2. Tanda v mewakili besar kecepatan pergerakan klien pada saat melakukan akses streaming. Pada skenario 1, nilai v yang digunakan adalah 0 km/jam, pada skenario 2, nilai v yang digunakan adalah 0.15 km/jam, pada skenario 3, nilai v yang digunakan adalah 30 hingga 40 km/jam, dan pada skenario 4, nilai v yang digunakan adalah 60 hingga 70 km/jam.
Gambar 2 Topologi streaming
Masing-masing percobaan pada setiap skenario dilakukan dengan menggunakan 24 berkas audio dengan spesifikasi bit-rate dan format atau
encoding bervariasi antara 32 hingga 320 kbps sesuai dengan berkas audio yang dihasilkan pada tahap konfigurasi bit-rate.
Percobaan dan Pengambilan Data
Percobaan streaming dilakukan sesuai dengan skenario yang telah ditentukan pada rancangan percobaan. Pengambilan data dilakukan pada komputer klien menggunakan perangkat lunak Wireshark Network Protocol Analyzer atau yang lebih dikenal dengan sebutan Wireshark. Wireshark merupakan sebuah perangkat lunak yang digunakan untuk menangkap paket-paket jaringan dan menampilkan informasi yang terdapat pada setiap paket yang ditangkapnya (https://wireshrark.org 2015). Proses pengambilan data menggunakan perangkat lunak Wireshark ditunjukkan pada Gambar 3. Data dalam bentuk metriks kinerja yang didapat pada skenario 1, 2, 3, dan 4 dapat dilihat pada Lampiran 1, 2, 3, dan 4.
Gambar 3 Proses pengambilan data menggunakan Wireshark
Analisis Data
Dari pengambilan data tersebut maka di dapat hasil capture berupa metriks kinerja QoS yaitu throughput (kbps), packet loss ratio (%), delay (ms), jitter (ms), dan kualitas suara untuk masing-masing file audio. Hasil dan analisis dari metriks kinerja untuk setiap skenario adalah sebagai berikut:
Skenario 1
Gambar 4 Throughput skenario 1
Gambar 5 Packet loss ratio skenario 1
Tabel 5 Metriks kinerja kualitas suara pada skenario 1
Encoding Bit-rate (kbps)
MP3 (kbps) 34,14 67,46 100,55 134,27 196,47 241,78 254,96 337,03
WMA (kbps) 35,95 65,98 92,68 130,77 195,66 227,11 261,75 294,25
Gambar 6 Delay skenario 1
Gambar 7 Jitter skenario 1
Gambar 4, 5, 6, dan 7, serta Tabel 5 menunjukkan bahwa algoritme
encoding dan spesifikasi audio terbaik pada skenario 1 terdapat pada file audio yang menggunakan encoding WMA dengan spesifikasi bit-rate 256 kbps. Hal tersebut dikarenakan pada skenario 1, file audio yang menggunakan encoding
WMA dengan bit-rate 256 kbps memiliki kombinasi metriks kinerja yang berada pada batas baik menurut rekomendasi ITU-T. Besar throughput yang didapat
32 64 96 128 192 224 256 320
MP3 (ms) 259,23 130,22 104,15 78,05 53,42 26,12 28,05 26,18
WMA (ms) 265,9 159,71 114,95 81,78 55,31 48,11 41,98 37,05 AAC (ms) 169,58 73,65 47,15 40,39 34,49 32,53 23,77 32,49
0 50 100 150 200 250 300
D
el
ay
(m
s)
32 64 96 128 192 224 256 320
MP3 (ms) 127,27 84,52 51,68 55,56 43,06 26,78 16,98 19,98
WMA (ms) 248,59 108,29 102,62 59,31 45,39 46,35 26,31 24,4 AAC (ms) 92,14 82,4 60,15 44,39 30,75 28,7 26,61 25,96
0 50 100 150 200 250
Ji
tt
er
pada skenario 1 ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar tersebut menunjukkan bahwa pada skenario 1secara keseluruhan nilai throughput yang didapat sudah cukup baik, hal tersebut dapat dilihat dari besar nilai yang didapat sudah melampaui nilai bit-rate yang digunakan, meskipun pada encoding WMA dengan
bit-rate 96 kbps dan 320 kbps nilai throughput yang diperoleh hanya 92.68 kbps dan 294.25 kbps. Banyaknya packet loss yang diperoleh pada skenario 1 ditunjukkan pada Gambar 5. Dapat dilihat pada Gambar 5 bahwa pada encoding
MP3 dengan bit-rate 128 kbps, encoding WMA dengan bit-rate 256 kbps, dan
encoding AAC dengan bit-rate 128 kbps memiliki nilai packet loss sebesar 0.0% atau dengan kata lain tidak ada paket streaming yang hilang selama proses
streaming skenario 1 berlangsung pada ketiga encoding dan bit-rate tersebut. Besar delay yang diperoleh pada skenario 1 ditunjukkan pada Gambar 6. Pada Gambar 6 terlihat bahwa pada encoding WMA dengan bit-rate 256 kbps diperoleh delay sebesar 41.98 ms, nilai tersbut jauh lebih rendah dibandingkan dengan encoding MP3 dengan bit-rate 128 kbps yang mendapatkan delay sebesar 104.15 ms. Besar jitter yang didapat pada skenario 1 ditunjukkan pada Gambar 7, pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa jitter yang didapat pada audio yang
jitter tersebut menunjukkan bahwa file audio streaming yang menggunakan algoritme encoding WMA dengan bit-rate 256 kbps pada skenario 1 masih dalam batas baik untuk QoS menurut standar rekomendasi ITU-T, dan merupakan kombinasi metriks kinerja terbaik jika dibandingkan dengan file audio lain yang ada pada skenario 1. Tabel 5 menunjukkan bahwa kualitas suara yang dihasilkan pada audio WMA dengan bit-rate 256 kbps juga berada pada kategori baik.
Skenario 2
Metriks kinerja yang didapat pada skenario 2 yakni throughput, packet loss rate, delay, dan jitter yang masing-masing ditunjukkan pada visualisasi dalam bentuk Gambar yang dapat dilihat pada Gambar 8, 9, 10, dan 11. Kualitas suara untuk masing-masing file audio berdasarkan nilai bit-rate yang digunakan pada skenario 2 ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Metriks kinerja kualitas suara pada skenario 2
Gambar 8 Throughput skenario 2
Gambar 9 Packet loss ratio skenario 2
32 64 96 128 192 224 256 320
MP3 (kbps) 33,56 67,6 100,2 132,55 198,79 223,05 245,72 327,9
WMA (kbps) 37 68,59 100,49 133,3 198,24 228,52 260,64 322,33
AAC (kbps) 39,23 74,24 109,78 143,4 205,74 240,81 277,49 343,33 0
50 100 150 200 250 300 350
Throughput
(k
bps)
32 64 96 128 192 224 256 320
MP3 (%) 1,5 0,4 0,6 1,4 1,2 0,8 2,1 0,1
WMA (%) 2,1 0,9 2,3 0 0 0 1,9 0,3
AAC (%) 5,9 2,2 0,7 2,5 7,5 6,8 0,4 0,1 0
1 2 3 4 5 6 7 8
Rat
io
(%
Gambar 10 Delay skenario 2
Gambar 11 Jitter skenario 2
Gambar 8, 9, 10, dan 11, serta Tabel 6 menunjukkan bahwa algoritme
encoding dan spesifikasi audio terbaik pada skenario 2 terdapat pada file audio yang menggunakan encoding MP3 dengan spesifikasi bit-rate 320 kbps. Hal tersebut dikarenakan pada skenario 2, file audio yang menggunakan encoding
MP3 dengan bit-rate 320 kbps memiliki kombinasi metriks kinerja yang berada
32 64 96 128 192 224 256 320
MP3 (ms) 261,65 130,24 104,5 79,06 52,79 28,31 29,1 26,91
WMA (ms) 257,13 152,68 105,45 80,22 55,2 47,75 42,08 33,83 AAC (ms) 175,69 74,56 47 41,21 34,3 32,5 23,94 23,21
0 50 100 150 200 250 300
D
el
ay
(m
s)
32 64 96 128 192 224 256 320
MP3 (ms) 81,92 35 43,78 29,79 34,78 30,88 17,04 15,11
WMA (ms) 233,81 151,54 95,52 105,97 47,44 41,62 62,21 34,54 AAC (ms) 62,78 81,64 60,37 43,37 33,1 30,25 24,54 23,63
0 50 100 150 200 250
Ji
tt
er
(m
pada batas baik menurut rekomendasi ITU-T. Besar throughput yang diperoleh pada skenario 2 ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar tersebut menunjukkan bahwa pada skenario 2 secara keseluruhan nilai throughput yang diperoleh sudah cukup baik, hal tersebut dapat dilihat dari besar nilai yang diperoleh sudah melampaui nilai bit-rate yang digunakan, meskipun pada encoding MP3 dengan
bit-rate 256 kbps nilai throughput yang didapat kurang dari bit-rate yang digunakan yaitu 245.72 kbps. Banyaknya packet loss yang didapat pada skenario 2 ditunjukkan pada Gambar 9. Dapat dilihat pada Gambar 9 bahwa pada encoding
MP3 dengan bit-rate 320 kbps dan encoding AAC dengan bit-rate 320 kbps memiliki nilai packet loss yang sama yaitu sebesar 0.1%, besar nilai tersebut menandakan bahwa terdapat paket streaming yang hilang selama proses
streaming skenario 2 berlangsung meskipun jumlahnya sangatlah rendah dan masih dalam batas rekomendasi ITU-T untuk kategori baik, nilai packet loss
sebesar 0.0% pada skenario 2 berada pada audio yang mengguakan algoritme
encoding WMA dengan bit-rate sebesar 224 kbps. Besar delay yang diperoleh pada skenario 2 ditunjukkan pada Gambar 10. Pada Gambar 10 terlihat bahwa terdapat 2 encoding yang memiliki kualitas suara dalam kategori sangat baik dan nilai packet-loss sebesar 0.1 %. Encoding tersebut adalah MP3 dengan bit-rate
320 kbps dan AAC dengan bit-rate 320 kbps. Pada audio yang menggunakan
encoding MP3 dengan bit-rate 320 kbps, besar delay yang didapat adalah sebesar 26.91 ms, nilai tersebut sedikit lebih tinggi apabila dibandingkan dengan encoding
AAC dengan bit-rate 320 kbps yang mendapatkan delay sebesar 23.21 ms. Besar
jitter yang didapat pada skenario 2 ditunjukkan pada Gambar 11. Dapat dilihat pada Gambar 8 bahwa jitter yang diperoleh pada audio yang menggunakan
encoding MP3 dengan bit-rate 320 kbps sangatlah rendah jika dibandingkan dengan encoding lainnya yaitu sebesar 15.11 ms. Nilai throughput, packet-loss,
delay, dan jitter tersebut menunjukkan bahwa file audio streaming yang menggunakan algoritme encoding MP3 dengan bit-rate 320 kbps pada skenario 2 masih dalam batas baik untuk QoS menurut standar rekomendasi ITU-T , dan merupakan kombinasi metriks kinerja terbaik jika dibandingkan dengan file audio lain yang ada pada skenario 2. Tabel 6 menunjukkan bahwa kualitas suara yang dihasilkan pada audio MP3 dengan bit-rate 320 kbps juga berada pada kategori sangat baik.
Skenario 3
Metriks kinerja yang didapat pada skenario 3 yakni throughput, packet loss rate, delay, dan jitter yang masing-masing ditunjukkan pada visualisasi dalam bentuk Gambar yang dapat dilihat pada Gambar 9, 10, 11, dan 12. Kualitas suara untuk masing-masing file audio berdasarkan nilai bit-rate yang digunakan pada skenario 3 ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 7 Metriks kinerja kualitas suara pada skenario 3
Gambar 13 Packet loss rate skenario 3
32 64 96 128 192 224 256 320
MP3 (%) 1,5 0 0 0 0,5 0 0,1 0,1
WMA (%) 2,1 1,3 2,9 0,2 0 0,1 0,5 0
AAC (%) 3,4 0 0,1 0,8 0,2 0 0,2 0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
Rati
o
(
%)
32 64 96 128 192 224 256 320
MP3 (kbps) 34,21 68,75 101,5 135,8 200,2 245,7 273,7 337,6
WMA (kbps) 34,03 65,1 98,26 128,8 195,1 224,7 260,2 321,1 AAC (kbps) 39,62 74,34 110,2 143,6 208,9 240,8 277,8 343,3
0 50 100 150 200 250 300 350
Throughput
(
kbps
)
Gambar 14 Delay skenario 3
Gambar 15 Jitter skenario 3
Gambar 12, 13, 14, dan 15, serta Tabel 7 menunjukkan bahwa algoritme
encoding dan spesifikasi audio terbaik pada skenario 3 terdapat pada file audio yang menggunakan encoding AAC dengan spesifikasi bit-rate 320 kbps. Hal tersebut dikarenakan pada skenario 3, file audio yang menggunakan encoding
AAC dengan bit-rate 320 kbps memiliki kombinasi metriks kinerja yang berada pada batas baik menurut rekomendasi ITU-T. Besar throughput yang diperoleh pada skenario 3 ditunjukkan pada Gambar 12. Gambar tersebut menunjukkan bahwa pada skenario 3 secara keseluruhan nilai throughput yang diperoleh sudah
32 64 96 128 192 224 256 320
MP3 (ms) 262,4 130,04 104,4 78,12 52,4 26,08 26,12 26,13
WMA (ms) 285,39 161,49 107,8 83,15 55,81 48,61 42,29 33,84
AAC (ms) 171,43 72,83 46,57 40,51 34,01 32,53 23,87 23,2
0
MP3 (ms) 333,72 200,41 165,86 126,68 38,08 27,54 28,36 29,55
WMA (ms) 153,37 145,66 106,3 117,38 75,01 69,64 44,18 57,33
AAC (ms) 67,09 82,86 60,14 45,14 30,65 29,06 25,95 25,67
cukup baik, hal tersebut dapat dilihat dari besar nilai yang didapat sudah melampaui nilai bit-rate yang digunakan. Banyaknya packet loss yang didapat pada skenario 3 ditunjukkan pada Gambar 13. Dapat dilihat pada Gambar 13 bahwa pada encoding AAC dengan bit-rate 320 kbps dan encoding WMA dengan
bit-rate 320 kbps memiliki nilai packet loss yang sama yaitu sebesar 0.0% atau dengan kata lain tidak ada paket streaming yang hilang selama proses streaming
skenario 3 berlangsung pada encoding dan bit-rate tersebut. Besar delay yang didapat pada skenario 3 ditunjukkan pada Gambar 14. Gambar 14 menunjukkan bahwa pada encoding AAC dengan bit-rate 320 kbps mendapatkan delay sebesar 23.20 ms, nilai tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan encoding
lainnya terutama encoding WMA dengan bit-rate 320 kbps yang mendapatkan
delay sebesar 33.84 ms. Besar jitter yang diperoleh pada skenario 3 ditunjukkan pada Gambar 15. Gambar 15 menunjukkan bahwa jitter yang diperoleh pada audio yang menggunakan encoding AAC dengan bit-rate 320 kbps sangatlah rendah yaitu sebesar 25.67 ms, nilai jitter tersebut merupakan nilai yang paling rendah apabila dibandingkan dengan encoding lainnya pada skenario 3. Nilai
throughput, packet-loss, delay, dan jitter tersebut menunjukkan bahwa file audio
streaming yang menggunakan algoritme encoding AAC dengan bit-rate 320 kbps pada skenario 3 masih dalam batas baik untuk QoS menurut standar rekomendasi ITU-T, dan merupakan kombinasi metriks kinerja terbaik jika dibandingkan dengan file audio lain yang ada pada skenario 3. Tabel 7 menunjukkan bahwa kualitas suara yang dihasilkan pada audio AAC dengan bit-rate 320 kbps juga berada pada kategori sangat baik.
Skenario 4
Metriks kinerja yang didapat pada skenario 4 yakni throughput, packet loss rate, delay, dan jitter yang masing-masing ditunjukkan pada visualisasi dalam bentuk Gambar yang dapat dilihat pada Gambar 16, 17, 18, dan 19. Kualitas suara untuk masing-masing file audio berdasarkan nilai bit-rate yang digunakan pada skenario 4 ditunjukkan pada Tabel 8.
Gambar 16 Throughput skenario 4
32 64 96 128 192 224 256 320
MP3 (kbps) 33,83 67,7 100,47 133,95 200,77 241,93 272,87 337,99
WMA (kbps) 37,46 66,92 100,13 130,18 200,81 255,88 267,75 324,71 AAC (kbps) 39,31 73,92 110,15 143,53 209,73 242,16 279,29 343,19
Gambar 17 Packet loss ratio skenario 4
Gambar 18 Delay skenario 4
Tabel 8 Metriks kinerja kualitas suara pada skenario 4
Encoding Bit-rate (kbps)
MP3 259,57 132,32 104,23 78,23 52,27 26,21 26,1 26,1
WMA 256,12 157,81 105,94 82,33 54,05 48,37 41,03 33,52 AAC 165,36 75 46,66 40,58 33,82 32,36 23,7 23,22
Gambar 19 Jitter skenario 4
Gambar 16, 17, 18, dan 19, serta Tabel 8 menunjukkan bahwa algoritme
encoding dan spesifikasi audio terbaik pada skenario 4 terdapat pada file audio yang menggunakan encoding MP3 dengan spesifikasi bit-rate 320 kbps. Hal tersebut dikarenakan pada skenario 4, file audio yang menggunakan encoding
MP3 dengan bit-rate 320 kbps memiliki kombinasi metriks kinerja yang berada pada batas baik menurut rekomendasi ITU-T. Besar throughput yang diperoleh pada skenario 4 ditunjukkan pada Gambar 16. Gambar tersebut menunjukkan bahwa pada skenario 4 nilai throughput yang didapat sudah cukup baik, hal tersebut dilihat dari besar nilai yang didapat sudah melampaui nilai bit-rate yang digunakan. Banyaknya packet loss yang diperoleh pada skenario 4 ditunjukkan pada Gambar 17. Dapat dilihat pada Gambar 17 bahwa pada encoding MP3 dengan bit-rate 320 kbps dan encoding AAC dengan bit-rate 256 kbps memiliki nilai packet loss yang sama yaitu sebesar 0.0% atau dengan kata lain tidak ada paket streaming yang hilang selama proses streaming skenario 4 berlangsung pada encoding dan bit-rate tersebut. Banyaknya delay yang didapat pada skenario 4 dapat dilihat pada Gambar 18. Pada Gambar 18 ditunjukkan bahwa pada
encoding MP3 dengan bit-rate 320 kbps mendapatkan delay sebesar 26.10 ms, nilai tersebut memang lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai delay pada audio yang menggunakan encoding AAC dengan bit-rate 256 kbps yaitu sebesar 23.70 ms dan mendapatkan packet-loss yang sama sebesar 0.0%. Meski demikian, nilai delay tersebut masih dalam batas kategori sangat baik menurut rekomendasi ITU-T. Besar jitter yang didapat pada skenario 4 ditunjukkan pada Gambar 16. Gambar 19 menunjukkan bahwa jitter yang didapat pada audio yang menggunakan encoding MP3 dengan bit-rate 320 kbps sangatlah rendah yaitu sebesar 14.64 ms, nilai jitter tersebut merupakan nilai yang paling rendah apabila dibandingkan dengan encoding lainnya pada skenario 4. Nilai throughput, packet-loss, delay, dan jitter tersebut menunjukkan bahwa file audio streaming yang menggunakan algoritme encoding MP3 dengan bit-rate 320 kbps pada skenario 4
32 64 96 128 192 224 256 320
MP3 (ms) 26,17 208,52 34,94 26,11 20,22 18,85 22,7 14,64
WMA (ms) 122,27 121,4 92,98 108,27 100,09 67,94 74,15 62,37 AAC (ms) 70,52 85,19 60,87 43,96 31,37 29,2 24,32 23,47
masih dalam batas baik untuk QoS menurut standar rekomendasi ITU-T, dan merupakan kombinasi metriks kinerja terbaik jika dibandingkan dengan file audio lain yang ada pada skenario 4. Tabel 8 menunjukkan bahwa kualitas suara yang dihasilkan pada audio MP3 dengan bit-rate 320 kbps juga berada pada kategori sangat baik.
Dari 4 skenario tersebut terdapat 4 hasil encoding dan spesifikasi audio terbaik yaitu encoding WMA dengan bit-rate 256 kbps, encoding MP3 dengan
bit-rate 320 kbps, encoding AAC dengan bit-rate 320 kbps, dan encoding MP3 dengan bit-rate 320 kbps yang dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Hasil encoding dan spesifikasi audio terbaik
Encoding
WMA MP3 AAC MP3
Bit-rate (kbps) 256 320 320 320
Throughput (kbps) 261.75 327.90 343.33 337.99
Packet Loss Ratio
(%) 0.0 0.1 0.0 0.0
Delay (ms) 41.98 26.91 23.20 26.10
Jitter (ms) 26.31 15.11 25.67 14.64
Kualitas Suara Baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat 4 algoritme encoding dan spesifikasi audio terbaik pada penelitian ini. Dari Tabel 9 maka dapat diketahui bahwa dari 4
encoding dan spesifikasi tersebut terdapat 1 encoding dan spesifikasi yang paling baik untuk streaming yaitu file audio yang menggunakan algoritme encoding
MP3 dengan spesifikasi bit-rate 320 kbps. Hal tersebut dikarenakan dari 4 hasil
encoding dan spesifikasi terbaik yang diperoleh, encoding MP3 dengan spesifikasi
bit-rate 320 kbps memiliki kombinasi metriks kinerja yang sangat rendah seperti jumlah packet loss rate sebesar 0.0%, lalu jumlah delay yang didapat yaitu sebesar 26.10 ms, dan jitter sebesar 14.64 ms. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
file audio streaming yang menggunakan encoding MP3 dengan bit-rate 320 kbps masih dalam batas baik untuk QoS menurut standar rekomendasi ITU. Kualitas suara yang dihasilkan pada audio MP3 dengan bit-rate 320 kbps juga berada pada kategori sangat baik.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Server streaming yang dibangun pada penelitian ini telah berfungsi dengan baik. Hal tersebut ditunjukan oleh klien yang dapat melakukan akses streaming
Besar nilai throughput yang didapat pada setiap skenario rata-rata sudah melebihi nilai yang digunakan, hal tersebut mengindikasikan bahwa kecepatan jaringan telekomunikasi dan internet CDMA sudah bagus, namun adanya packet loss yang didapat juga mengindikasikan bahwa koneksi internet menggunakan teknologi jaringan telekomunikasi CDMA masih kurang stabil.
Tidak semua spesifikasi dan algoritme encoding audio cocok untuk digunakan pada server streaming. Algoritme encoding dan spesifikasi audio yang terbaik cenderung mendapatkan besaran nilai yang sesuai dengan standar QoS. Pada penelitian ini, algoritme encoding dan spesifikasi audio terbaik untuk
streaming terdapat pada audio yang menggunakan encoding MP3 dengan bit-rate
320 kbps. Hal tersebut dikarenakan hasil pada metriks kinerja audio tersebut cenderung berada pada batas baik untuk QoS menurut standar rekomendasi ITU-T, dan cenderung mendapatkan hasil metriks kinerja yang baik dibandingkan dengan encoding dan spesifikasi audio lainnya.
Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah untuk dilakukan kembali analisis terhadap audio MP3, AAC, dan WMA dengan durasi lebih dari 32 detik.
DAFTAR PUSTAKA
Hantoro K. 2014. Pengembangan model quality of experience untuk IPTV secara empiris [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Https://www.wireshark.org/ [diunduh 2015 Jan 3].
[ITU] International Telecommunication Union. 2003.One-way transmission time G.114 [standar]. Tersedia pada : http:// itu.int/rec/T-REC-G.114/en. [ITU] International Telecommunication Union. 1996.Methods for objective
and subjective assessment of quality P.800 [standar]. Tersedia pada : http:// itu.int/rec/T-REC-P.800-199608-I/en.
Kozamernik F. 2002. Media streaming over the internet. [internet]. [diunduh 2014 Mei 24].Tersedia pada: http://173.230.153.85/view.php?id=tech.ebu.ch/docs /techreview/trev_292kozamernik.pdf&k=dsl%20streaming%20movies.pdf. Massanggara DA. 2012. Analisis Pengaruh Spesifikasi Video Terhadap Kinerja
Video Streaming Pada Jaringan Internet Mobile [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Prayitno A. 2009. Analisa Pengaruh Bit-rate Terhadap Delay dan Packet-loss untuk aplikasi video streaming[skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia. Rahandi A, Rachmawati D, Sembiring S. 2012. Analisis dan implementasi
kompresi file audio dengan menggunakan algoritme run length encoding. [Internet]. [diunduh 2014 Agu 15]. Tersedia pada: http://download.portalgaruda.org/ article.php?article=59113&val=4147. Simon B. 2007. Studi steganografi dalam file MP3. [Internet]. [diunduh 2014 Jun
10]. Tersedia pada : http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/33 57940/Makalah1-054libre.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAJ56TQJRTWSMTN PEA&Expires=1403711618&Signature=egKbm2Gqr%2BFDdVp%2BPlrTw axk%2B4Q%3D.
Sumara IK. 2013. Analisis kualitas audio streaming menggunakan virtual private LAN service Pada Jaringan Multi-Protocol Label Switch. [Internet]. [diunduh 2014 Jun 25]. Tersedia pada : http://www.cs.unud.ac. id/files/file/skripsi/138 4715809/F01_1384715207_Proposal%20%20I%20Kadek%20Sumara%20(0 908605067).docx.
Szigeti T, Hattingh C. 2004. End-to-End QoS Network Design. Indianapolis (US): Cisco Press.
Lampiran 1 Data hasil capture skenario 1 Audio MP3
Metriks performa Bit-rate (Kbps)
32 64 96 128 192 224 256 320
Metriks Performa Bit-rate (Kbps)
Lampiran 4 Data hasil capture skenario 4 Audio MP3
Metriks Performa Bit-rate (Kbps)
Lampiran 5 Proses perhitungan kualitas suara
Tabel ukuran file l audio (KB) dengan durasi masing-masing 32 detik
Bit-rate
Tabel perbandingan kualitas audio MP3
Dengan bit-rate 320 kbps yang dipilih sebagai bit-rate terbesar pada audio MP3. Penentuan kualitas untuk audio MP3 32 kbps menggunakan persamaan (6) adalah sebagai berikut :
= (1325− 133)
Selisih ukuran dengan audio 320
kbps (%) Kualitas Suara 256 1060 ((1324-1060)/1324)*100 = 19.93 Sangat Baik 320 1325 ((1324-1324)/1324)*100 = 0 Sangat baik
Tabel perbandingan kualitas audio AAC
Dengan bit-rate 320 kbps yang dipilih sebagai bit-rate terbesar pada audio AAC. Penentuan kualitas untuk audio AAC 32 kbps menggunakan persamaan (6) adalah sebagai berikut :
= (1325− 133)
Bit-rate (kbps)
Ukuran file(KB)
Selisih ukuran dengan audio 320
kbps (%) Kualitas Suara 32 133 ((1324-133)/1324)*100 = 89.95 Sangat buruk 64 264 ((1324-264)/1324)*100 = 80.00 Sangat Buruk 96 398 ((1324-398)/1324)*100 = 69.93 Buruk 128 530 ((1324-530)/1324)*100 = 59.96 Baik 192 795 ((1324-795)/1324)*100 = 39.95 Sangat baik 224 927 ((1324-927)/1324)*100 = 29.98 Sangat baik 256 1060 ((1324-1060)/1324)*100 = 19.93 Sangat baik 320 1324 ((1324-1324)/1324)*100 = 0 Sangat baik
Tabel perbandingan kualitas audio WMA
Dengan bit-rate 320 kbps yang dipilih sebagai bit-rate terbesar pada audio WMA. Penentuan kualitas untuk audio WMA 32 kbps menggunakan persamaan (6) adalah sebagai berikut :
Bit-rate Ukuran file(KB)
Selisih ukuran dengan audio 320
kbps (%) Kualitas Suara 32 154 ((2279-154)/2279)*100 = 93.24 Sangat buruk 64 289 ((2279-289)/2279)*100 = 87.31 Sangat buruk 96 457 ((2279-457)/2279)*100 = 79.94 Buruk 128 573 ((2279-573)/2279)*100 = 74.85 Buruk 192 1142 ((2279-1142)/2279)*100 = 49.89 Baik 224 1142 ((2279-1142)/2279)*100 = 49.89 Baik 256 1142 ((2279-1142)/2279)*100 = 49.89 Baik 320 2279 ((2279-2279)/2279)*100 = 0 Sangat baik
= (2279− 154)
2279 100% = 93.24 %