• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VII SMP DIRGANTARA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VII SMP DIRGANTARA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR

SISWA KELAS VII SMP DIRGANTARA BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

OLEH NURLENA

Penelitian ini membahas peningkatan kemampuan menulis pantun dengan mempergunakan media gambar. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan

penggunaan media gambar yang tepat untuk meningkatkan prestasi pembelajaran siswa dan peningkatan prestasi menulis pantun dengan menggunakan media gambar pada siswa kelas VII SMP Dirgantara Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2009/2010.

Penelitian ini menggunakan desaign penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP Dirgantara Bandar Lampung Tahun Pelajaran

(2)

ii

gambar dan kegiatan observasi siswa. Penelitian tindakan dilakukan dalam dua siklus.

Hasil penelitian kemampuan menulis pantun sebagai berikut. Rata-rata

keseluruhan hasil tes menulis pantun berdasarkan media gambar siswa kelas VII data sebelum siklus 1 sebesar 65,2, setelah siklus 1 sebesar 68,4, dari siklus 2 sebesar 89,3. Berdasarkan hasil penelitian terjadi peningkatan kemampuan siswa

yang signifikan (berarti) pada menulis pantun. Disimpulkan bahwa media gambar dapat dijadikan sebagai media pembelajaran menulis pantun dalam pelajaran

(3)

iii

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR

SISWA KELAS VII SMP DIRGANTARA BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh NURLENA

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

(4)

iv

Judul PTK : Peningkatan Kemampuan Menulis Pantun Melalui Penggunaan Media Gambar Siswa Kelas VII SMP Dirgantara

Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011

Nama Mahasiswa : Nurlena

NPM : 0913066012

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, Komisi Pembimbing

Dr. Wini Tarmini, M.Hum. Drs. Iqbal Hilal, M.Pd.

NIP 19641011989032001 NIP 196001211988101001

Ketua Jurusan, Pendidikan Bahasa dan Seni

(5)

v

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Wini Tarmini, M.Hum. ...

Sekretaris : Drs. Iqbal Hilal, M.Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(6)

vi

RIWAYAT HIDUP

Nurlena dilahirkan pada tanggal 04 Mei, Tahun 1963 di Desa Kedaton, Kecamatan Kedaton, Kota Bandar Lampung, dari pasangan Bapak Abastoni dan

Ibu Yuha merupakan anak keempat dari sepuluh bersaudara.

Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 11 Tanjung Karang diselesaikan Tahun 1976, Sekolah Menengah Pertama di SMPN Kedaton diselesaikan Tahun 1980, dan

Sekolah Menengah Umum di SMAN 3 Tanjung Karang diselesaikan pada tahun 1983. Serta D2 Ketrampilan Jasa FKIP Unila Bandar Lampung selesai tahun 1986.

Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur S1

Dalam Jabatan.

Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti beberapa kegiatan, salah satunya yaitu Kegiatan Pemantapan Kemampuan Mengajar yang dilaksanakan di SMP

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang memiliki segala keindahan dan kesempurnaan yang hakiki yang telah menghamparkan cinta dan

kasih sayang kepada kami semua.

Dengan tidak mengurangi rasa syukur dan terimakasihku, kupersembahkan karyaku ini sebagai bukti dan cinta kasih sayangku pada orang-orang yang sangat

berharga dalam hidupku:

1. Bapak dan Ibu tercinta yang sejak dulu sampai saat ini selalu memberikan

limpahan kasih sayang, mendidik dan membimbingku, serta berdoa dan mendukung demi keberhasilanku.

2. Suamiku yang selalu memberikan cinta kasih sayang, pemikiran, motivasi, semangat dan doanya. Terima kasih telah bersedia menemani setiap langkahku dan semoga kebersamaan ini mendapatkan berkah dari Allah.

3. Anakku Yunita Elasari yang selalu mendoakan dan mendukungku serta memotivasiku selama ini dan menantikan keberhasilanku.

(8)

viii SANWACANA

Puji syukur peneliti haturkan ke hadirat Allah Yang Mahaagung atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Pantun Melalui Penggunaan Media Gambar Siswa Kelas VII SMP Dirgantara Bandar

Lampung”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad Solallohualaihiwasallam, beserta para sahabat, keluarga, dan pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.

Peneliti telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan PTK ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati sebagai wujud rasa hormat dan penghargaan atas segala bantuan, peneliti

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Wini Tarmini, M.Hum., selaku pembimbing I dalam menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dengan penuh ketegasan dan memberi

motivasi yang kuat, serta arahan yang membuat peneliti termotivasi untuk menyelesaikan PTK ini dengan segera;

(9)

ix

3. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., sebagai pembahas yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

ini;

4. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah;

5. Drs. Imam Rejana, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni; 6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Bahasa dan Seni FKIP Unila yang telah

membekali peneliti dengan ilmu, bimbingan, arahan, dan motivasi selama mengikuti perkuliahan;

7. Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Unila;

8. Bapak Drs. Sukarma Wijaya selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung yang telah memberi kesempatan peneliti untuk belajar di FKIP

Unila;

9. Guru-guru SMP Dirgantara Bandar Lampung, terutama Muriyanto selaku Kepala Sekolah yang telah banyak memberi motivasi dalam menyelesaikan

PTK ini;

10. Keluarga besarku yang selalu mendoakan dan memotifasi serta menantikan kesuksesanku;

11.Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2009/2010 di S-1 dalam jabatan atas segala dukungan dan kerjasamanya selama ini;

(10)

x

Semoga Allah membalas semua kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu, saudara, teman-teman, adik-adik serta orang-orang yang tidak bisa peneliti sebutkan satu

per satu. Penulis menyadari dalam penulisan PTK ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan PTK ini. Harapan penulis, karya kecil ini bisa

bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah.

Penulis

(11)

xi

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. (Qs. Al-insyirah :6)

“Orang yang paling pandai adalah orang yang mau berusaha dan berpikir maju serta selalu bersemangat”.

(Penulis)

“Tutur kata yang baik mencerminkan jati diri dan pribadi yang sesungguhnya”.

(12)
(13)

xiii

(14)

xiv

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel 1.1 Data Hasil Semester Kelas VII Tahun Pelajaran 2009/2010 . 4 2. Tabel 3.1 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa ... 44

3. Tabel 3.2 Instrumen Proses Pembelajaran oleh Guru ... 45 4. Tabel 3.4 Indikator Bobot Penilaian Kemampuan Indikator

Penulisan Pantun ... 47 5. Tabel 3.5 Tolak Ukur Penilaian Kemampuan Menulis Pantun ... 48

6. Tabel 4.1 Rata-Rata Skor Nilai Pada Penulisan Pantun Melalui Panggunaan Media Gambar ... 52 7. Tabel 4.2 Rata-Rata Skor Nilai Pada Penulisan Pantun Melalui

Panggunaan Media Gambar ... 55

6. Tabel 4.3 Frekuensi Tingkat Kemampuan Siswa Menulis Pantun

Melalui Penggunaan Media Gambar Siklus 1 ... 57

7. Tabel 4.4 Frekuensi Tingkat Kemampuan Siswa Menulis Pantun

Sebelum Siklus 1 ... 58

8. Tabel 4.5 Frekuensi Tingkat Kemampuan Menulis Pantun Melalui

Penggunaan Gambar Pada Aspek Membuat Pantun Siklus 1 59

9. Tabel 4.6 Frekuensi Kemampuan Menulis Pantun Melalui Penggunaan Gambar Pada Aspek Menentukan Syarat-Syarat Pantun

Siklus 1 ... 60

10. Tabel 4.7 Frekuensi Menulis Pantun Melalui Penggunaan Gambar

Pada Aspek Menyunting Pantun Siklus 1 ... 61

11. Tabel 4.8 Kemampuan Menulis Pantun Melalui Penggunaan Media

(16)

xvi

12 Tabel 4.9 Tingkat Kemampuan Siswa Menulis Pantun Melalui

Penggunaan Media Gambar Siklus 2 ... 64

13. Tabel 4.10 Frekuensi Tingkat Kemampuan Menulis Pantun Melalui Penggunaan Gambar Pada Aspek Membuat Pantun

Siklus 1 ... 65 14. Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Kemampuan Menulis Pantun

Melalui Penggunaan Gambar Pada Aspek Menentukan

Syarat-Syarat Pantun Siklus 2. ... 67 15. Tabel 4.12 Frekuensi Menulis Pantun Melalui Penggunaan Gambar

Pada Aspek Menyunting Pantun Siklus 1 ... 68 16. Tabel 4.13 Kemampuan Menulis Pantun Melalui Penggunaan Media

Gambar Tiap-Tiap Aspek Indikator ... 69 17. Tabel 4.14 Data Hasil Observasi Siswa Kelas VII Siklus I ... 71

18. Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Nilai Observasi Kelas VII Siklus I ... 72 19. Tabel 4.16 Data Hasil Observasi Siswa Kelas VII Siklus 2 ... 72

20. Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Nilai Observasi Siswa Kelas VII

Siklus 2 ... 73 21. Tabel 4.18 Data Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 74

22. Tabel 4.19 Data Hasil Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Prasiklus,

(17)

xvii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1 Ketuntasan Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas VII Prasiklus,

Siklus Satu dan Siklus Dua ... 71

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Satu. ... 76

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Dua ... 81

3. Lembar Observasi Siswa ... 85

4. Lembar Observasi Guru ... 86

5. Hasil Rata-Rata Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siklus I ... 87

6. Hasil Rata-Rata Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siklus I ... 88

7. Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siklus Satu ... 89

8. Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siklus Dua ... . 91

9. Hasil Tes Kemampuan Menulis Pantun Prasiklus ... 93

10. Hasil Tes Kemampuan Menulis Pantun Aspek Menulis Pantun Siklus Satu ... 94

8. Hasil tes Kemampuan Menulis Pantun Aspek Menentukan Syarat-Syarat Pantun Siklus I ... 95

9. Hasil Tes Kemampuan Menulis Pantun Aspek Menyunting Pantun Siklus I ... 96

(19)

xix

12. Hasil Tes Kemampuan Menulis Pantun Aspek Menulis Pantun

Siklus Dua ... 99

13. Hasil tes Kemampuan Menulis Pantun Aspek Menentukan Syarat-Syarat Pantun Siklus Dua ... 100

14. Hasil Tes Kemampuan Menulis Pantun Aspek Menyunting Pantun Siklus Dua ... 101

15. Hasil Tes Kemampuan Menulis Pantun Siklus Dua ... 102

16. Gambar-Gambar Saat Proses Pembelajaran ... 103

(20)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan keterampilan ini, seorang penulis dapat berkomunikasi secara tidak langsung dengan pembaca untuk menyampaikan informasi yang berupa pesan, gagasan, keinginan, dan perasaan yang disusun dalam berbagai bentuk tulisan.

Menulis juga merupakan suatu kegiatan dan sekaligus keterampilan untuk menuangkan atau mengungkapkan gagasan, pikiran melalui tulisan. Oleh sebab itu dapat dikemukakan, bahwa menulis merupakan rangkaian proses, mulai dari memikirkan gagasan yang akan disampaikan kepada pembaca, sampai dengan menentukan cara mengungkapkan, atau menyajikan gagasan itu kedalam rangkaian kalimat.

Kegiatan menulis banyak sekali macamnya. Salah satu keterampilan menulis yang diajarkan di sekolah adalah menulis pantun, bahkan sudah menjadi salah satu Kompetensi Dasar (KD) pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VII semester ganjil. Pantun merupakan salah satu sastra lisan yang telah lama dikenal masyarakan Indonesia. Pantun dikenal diberbagai daerah di Indonesia dengan sebutan yang berbeda-beda.

(21)

sekarang kadang kurang memahami apa itu pantun, sehingga terlalu sering memakai pantun itu-itu saja dalam berbahasa sehari-hari, padahal pantun itu-itu sangat banyak. Setiap orang bisa membuat pantun yang baik dengan mengetahui ciri-ciri secara pasti, sebaliknya banyak juga orang yang suka membuat pantun bahkan dinyanyikan, direkam, dan diedarkan kedalam bentuk kaset atau keping CD. Akan tetapi pantun yang dibuat tersebut masih asal-asalan tidak sesuai dengan syarat-syarat pantun.

Adapun dalam pantun, pikiran dan perasaan itu dituangkan dalam tiga hal yaitu irama, bunyi, dan isi. Namun ketiga hal ini (irama, bunyi, dan isi) tidak selalu hadir bersama-sama dalam sebuah pantun. Hanya irama yang selalu ada dalam setiap pantun. (Sugiarto, 2009 : 14).

Puisi lama berbentuk pantun ini, dahulu digunakan masyarakat untuk mengungkapkan suatu maksud secara tidak langsung, karena sesuatu yang diungkapkan secara langsung atau dengan terus terang dianggap kasar dan memalukan. Dengan pantun, seseorang dapat menggambarkan perasaan yang sedang dialaminya, seperti perasaan sedih, senamg, dan rindu.

(22)

pengembangan pantun puisi telah lama dilakukan. Pantun dikembangkan melalui dunia pendidikan, yaitu disekolah-sekolah karena pantun merupakan puisi lama yang harus dilestarikan.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa harus mencapai empat aspek keterampilan berbahasa. Aspek tersebut meliputi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Selain itu siswa juga harus mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada setiap kompetensi dasar yang ideal adalah 65, artinya setiap siswa mencapai nilai 65. Sementara itu kriteria ketuntasan dalam kelas harus mencapai 75%, artinya jika jumlah siswa dalam satu kelas berjumlah 36 orang , maka idealnya 30 orang siswa harus mencapai nilai 65. Tapi padakenyataan siswa kelas VII SMP Dirgantara Bandar Lampung kemampuan menulis pantunnya masih rendah, yaitu nilai rata-rata 62,5. Jadi belum mencapai kriteria ketuntasan minimal nilai rata-rata-rata-rata 65 hal ini dapat dilihat dari pengamatan peneliti pada hasil semester kelas VII tahun pelajaran 2009 / 2010, seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.1. Data Hasil Semester Kelas VII Tahun Pelajaran 2009 / 2010

Kategori Interval Nilai

Siswa Jumlah siswa Persentase

(23)

Berdasarkan tabel 1.1, terlihat bahwa hanya terdapat 19,35 % siswa yang memiliki nilai dengan kategori baik, sedangkan siswa lainnya memiliki nilai cukup berjumlah 45,16 % , kategori kurang sebanyak 29,03 %, dan kategori sangat kurang sebanyak 6,45 %

Berdasarkan hasil observasi penelitian pendahuluan, selama ini guru lebih banyak menggunakan komunikasi verbal (lisan) sehingga siswa cenderung bosan. Biasanya guru hanya memberikan topik tulisan, kemudian menyuruh siswa mengerjakan tugas menulis dalam bentuk pantun dengan kurun waktu selama satu jam pelajaran. Setelah itu, pantun tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru sehingga sebagian besar siswa hanya dapat menghasilkan tulisan dalam bentuk penelitian yang kurang baik. Kemampuan siswa kelas VII SMP Dirgantara Bandar Lampung dalam menulis pantun masih terbatas pada menulis pantun yang sederhana dan kurang menggambarkan sesuai dengan pengertian dan syarat pantun itu sendiri. Pembelajaran keterampilan menulis pantun tanpa media kurang dapat mendorong terlaksananya kegiatan belajar mengajar menulis yang baik efektif dan efisien. Untuk mengatasi masalah kurangnya keterampilan menulis pantun, siswa peneliti melalui penggunaan media gambar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Solusi penggunaan media ini diperkuat oleh pendapat Hamalik, 1986 (dalam Arsyad 2009 : 15 ) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar , dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.

(24)

banyak tema yang dapat diplih utuk dikembangkan, dan semua siswa memperoleh kesempatan yang sama, selain itu mereka mendapatkan pengalaman yang berharga dan secara tidak langsung dapat meningkatkan minat mereka terhadap keterampilan menulis. Media gambar mudah dibuat dan tidak membutuhkan biaya besar, sehingga setiap guru bahasa indonesia dapat menerapkannya di kelas sesuai dengan topik pembelajaran. Dengan melihat fenomena yang terjadi di atas, penggunaan media gambar dapat menjadi salah satu cara yang dapat digunakan guru agar proses belajar mengajar khususnya membuat pantun dapat mencapai hasil belajar yang baik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

A. Bagaimanakah peningkatan kemampuanmenulis pantun melalui penggunaanmedia gambar siswa kelas VII SMP Dirgantara Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011?

B. Apakah penggunaan media gambar dapat meningkatkan proses dan hasil belajar menulis pantun pada ssiwa kelas VII SMP Dirgantara Bandar Lampung?

1.3 Tujuan Penelitian Tindakan

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis pantun melalui penggunaan media gambar siswa kelas VII SMP Dirgantara.

2. Mendeskripsikan proses dan hasil belajarkemampuan menulis pantun melalui penggunaan media gambar siswa kelas VII SMP Dirgantara.

(25)

Penelitian yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran di kelas memiliki mafaat praktis sebagai berikut.

a. Bagi siswa

Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman siswa terhadap pembelajaran menulis pantun

b. Bagi Guru

1. Memberikan sumbangan bagi guru dalam mengembangkan kemampuan menulis terutama dalam menulis patun yang didasarkan pada objek tertentu.

2. Memberikan arahan bagi guru untuk memanfaatkan media gambar dalam pembelajaran menulis Bahasa Indonesia

c. Bagi Sekolah

(26)

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kemampuan

Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri (

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995 : 623 ). Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa

kemampuan mencakup tiga hal, yakni : kesanggupan, kecakapan, dab kekuatan. Seseorang

dikatakan mempunyai kemampuan apabila sanggup dan bersedia untuk melakukan sesuatu.

Selain itu, ia juga harus kuat dan tidka mudah putus asa dalam mengerjakan sesuatu. Dengan

kata lain seseorang mempunyai kemampuan jika ia dapat menangkap sesuatu dengan benar, baik

yang didengar maupun yang dibaca, dan juga dapat memahami isinya serta mempunyai keahlian

dalam mengungkap dan mengerjakan sesuatu.

2.2 Menulis

2.2.1 Pengertian Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi

secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan 1985:3).

Dalam kegiatan menulis, seseorang dituntut untuk menguasai struktur bahasa dan kosakata.

Dengan menguasai dua hal tersebut seseorang dapat menyusun tulisannya secara sistematis

(27)

Menulis adalah sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai

mediumnya (Akhadiah, 1998:1.3).

Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan adalah merupakan

sebuah sistem komunikasi antar manusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang

dapat dilihat dan disepakati pemakainya.

Menulis adalah suatu kegiatan penyampaian atau komunikasi dengan menggunakan tulisan

sebagai alat atau medianya (Suparno,yunus 2006:1.3).

Menulis adalah sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang

diungkapkan dalam bahasa tulis. Menulis merupakan kegiatan untuk menyatakan pikiran dan

perasaan dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dan berfungsi

sebagai alat komunikasi secara tidak langsung (Rosidi, 2009:2).

Dari uraian tersebut dapatlah dikatakan bahwa menulis merupakan kegiatan seseorang untuk

menyampaikan gagasan kepada pembaca dalam bahasa tulis agar bisa dipahami oleh pembaca.

2.2.2 Tujuan Menulis

Tujuan menulis menurut Rosidi, (2009:5) adalah bermacam-macam, tergantung pada ragam

tulisan. Secara umum, tujuan menulis dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Memberitahukan atau Menjelaskan, adalah menjelaskan sesuatu kepada pembaca dengan

menunjukkan berbagai bukti konkret dengan tujuan menambah pengetahuan.

2. Meyakinkan atau Mendesak, adalah meyakinkan pembaca bahwa apa yang disampaikan

(28)

3. Menceritakan Penulis, adalah tulisan yang bertujuan untuk menceritakan sesuatu

kejadian kepada pembaca.

4. Mempengaruhi Pembaca, tulisan yang digunakan harus dapat mempengaruhi atau

membujuk pembaca agar mengikuti kehendak penulis dengan menampilkan bukti-bukti

yang sifatnya emosi (tidak nyata).

5. Menggambarkan Sesuatu, adalah penulis karangan deskripsi ingin agar pembaca

seolah-olah ikut merasa, melihat, meraba dan menikmati objek yang dilukiskan penulis.

2.2.3 Menulis Sebagai Proses

Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa

fase, yaitu fase prapenulisan (persiapan), penulisan pengembangan isi karangan, dan

pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan, Yunus, Suparno (2006:1.14)

Pendekatan proses dalam menulis terutama bagi penulis pemula, mudah diikuti. Dia akan dapat

memahami dan melakukan dengan cepat hal-hal yang harus dipersiapkan dan dilakukan dalam

menulis. Pendekatan ini pun sangat membantu pemahaman dan sikap baik bagi guru menulis

atau pun penulis itu sendiri, bahwa menulis merupakan suatu proses yang kemampuan,

pelaksanaan, dan hasilnya diperoleh secara bertahap. Artinya, untuk menghasilkan tulisan yang

baik umumnya orang melakukannya berkali-kali. Sangat sedikit penulis yang dapat

menghasilkan karangan yang benar-benar memuaskan dengan hanya sekali tulis, Barrs (dalam

yunus, suparno 2006:1.14).

Sebagai salah satunya keterampilan menulis, pantun merupakan karya sastra melayu lama atau

(29)

dilupakan oleh generasi muda. Hal ini disebabkan karena sebagian besar karya sastra melayu

lama berupa sastra, sehingga upaya pewarisan sastra jenis ini relatif lebih sulit dibanding dengan

karya sastra tertulis atau tercetak. Pantun mempunyai keunikan dan kekhasan sendiri, baik isi,

bunyi dan pengucapannya.

2.3 Pantun

2.3.1 Pengertian Pantun

Menurut Ambary (1983:24), pantun berarti : bagai, seperti, ibarat, umpama, laksana. Hal ini

dapat kita dengar pada bidal yang berbunyi sepantun (seumpama) laba-laba meramu dalam

badan sendiri.

Selanjutnya menurut Sugiarto (2009:12), pantun merupakan gubahan yang diuntai atau diikat

oleh ikatan tertentu. Ikatan-ikatan inilah yang membedakan dengan bentuk karya sastra lisan

yang lain dan merupakan ciri khas yang mudah dikenali.

Menurut Suprapto (2009:2), pantun dapat dilihat pada bagian ikatan yang terdiri atas sampiran

dan isi. Pada sampiran, yaitu dua baris pertama pada pantun umumnya melukiskan apa yang

diambil sebagai kiasan yang tersimpul di dalam isi pantun. Isi pantun yaitu ungkapan, gagasan,

pikiran, atau maksud tertentu yang sebenarnya, yang hendak disampaikan oleh seseorang.

Dari pendapat-pendapat tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa pantun adalah

perumpamaan yang diuntai oleh ikatan-ikatan tertentu dan terdiri atas sampiran dan isi pantun.

(30)

Pantun merupakan salah satu puisi asli Indonesia yang sudah sangat tua usianya. Pantun

berbahasa Indonesia (bahasa Melayu) mula-mula berkembang di daerah Minangkabau,

Sumatera. Beberapa daerah di Nusantara juga mengenal puisi dengan ciri-ciri seperti pantun

dengan istilah yang berbeda. Di Jawa misalnya dikenal dengan istilah Parikan.

(Suprapto,2009:4).

Sebagaimana halnya dengan mantera dan bidal, bentuk pantun ini pun merupakan hasil karya

bangsa Indonesia sendiri. Pantun telah lama telah lama tersebar dan mendarah daging pada diri

bangsa Indonesia sebelum masuknya kebudayaan Hindu.

2.3.3 Syarat-syarat Pantun

Pantun merupakan gubahan yang diuntai atau diikat oleh ikatan-ikatan tertentu. Ikatan-ikatan

inilah yang membedakan pantun dengan bentuk karya sastra lisan yang lain, dan merupakan ciri

khas yang mudah dikenali.

Adapun syarat-syarat pantun adalah :

1. Tiap bait biasanya terdiri atas empat baris.

2. Tiap-tiap baris terdiri atas 8-12 suku kata yang lazim berjumlah 10 buah

dalam tiap baris.

(31)

4. Hubungan baris : kedua baris pertama merupakan sampiran, sedangkan isinya terdapat pada

kedua baris terakhir.

5. Tiap bait mengandung pengungkapan makna tertentu(Ambary, 1983:24).

2.3.4 Antara Sampiran dan Isi

Sampiran pada pantun berisi lukisan tentang alam atau segala sesuatu yang dapat dijadikan

kiasan atau merupakan bayangan daripada yang tersirat dalam isi pantun.

Ada beberapa ahli berpendapat mengenai hubungan sampiran dengan isi pantun,

pendapat-pendapat itu adalah :

Abdullah bin A.Kadir Munsji, Ambary, (1983:27) mengemukakan bahwa sampiran itu tidak lain

daripada permainan kata belaka, sehingga tak ada hubungan sama sekali dengan isinya.

Djajadiningrat dalam Ambary (1983:27), mengatakan bahwa sampiran itu tidak semata-mata

permainan kata saja, melainkan mengandung maksud sakti magic.

Contoh :

Anak orang silang tinggi

Dibubut cara diemaskan

Harapkan burung terbang tinggi

Punai ditangan dilepaskan

(32)

Pendapat lain tentang pantun dikemukakan oleh William Marsden dan John Crawfurd dalam

Suprapto (2009:10), yaitu dalam dua baris pertama dalam satuan pantun tersembunyi suatu

kiasan dari kalimat berikutnya.

Abbe P.Faure dalam Suprapto (2009:11), mengemukakan bahwa mungkin dua baris pertama itu

berisi kiasan dan mungkin juga berguna untuk menetapkan irama dan sajak-sajak berikutnya.

Selanjutnya Hopykas dalam Sugiarto, (2009:13), mengemukakan bahwa pada pantun yang baik

hubungan makna tersembunyi dalam sampiran dan isi, sedangkan pada pantun biasa atau kurang

baik, hubungan tersebut semata-mata hanya untuk keperluan persamaan bunyi.

Terlepas dari masalah apakah terdapat hubungan makna antara sampiran dan isi, satu hal yang

sangat penting harus diakui adalah isi pantun suatu pesan yang ingin disampaikan oleh si

pemantun, (Sugiarto, 2009:14).

Dari beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa antara sampiran dan

isi pantun mempunyai beberapa kemungkinan, yaitu :

1. Sampiran merupakan kiasan, lambang, atau perumpamaan dari isi pantun.

Contoh :

Elok rupanya buah belimbing

Meski masam segar juga

Elok rupa beristri sumbing

Meski marah tertawa juga

(33)

2. Sampiran merupakan peribahasa, sedang isi pantun adalah maksud atau

artinya.

Contoh :

Berakit-rakit ke hulu

Berenang-renang ke tepian

Bersakit-sakit dahulu

Bersenang-senang kemudian

(Suprapto, 2009:12)

3. Sampiran mempunyai hubungan langsung dengan isi pantun.

Contoh :

Serumpun bambu di tepi kolam

Melambai jaya menjatuhkan bayang

Dilengkung angin duduk berburam

Tak ketentuan daunnya melayang

(Suprapto, 2009:12)

4. Sampiran berguna untuk menentukan irama dan sajak isi pantun yang terlukis pada dua baris

terakhir

Contoh :

Satu dan lima ada enam

Satu dan enam ada tujuh

Buah delima yang ditanam

Buah berangan hanya tumbuh

(34)

2.3.5 Irama dan Lagu Pantun

Hampir setiap pantun yang baik akan terasa enak dibaca dan didengarkan. Hal ini disebabkan

oleh ciri khas pantun yang memiliki irama atau lagu yang hampir sama. Demikian pula baris

kedua dan keempat juga memiliki lagu dan irama yang sama. Akan tetapi irama dan lagu baris

pertama sedikit berbeda dengan baris kedua.

Keindahan rasa hati menikmati pantun didukung oleh cara seseorang pada waktu membaca

pantun tersebut. Membaca pantun sedikit berbeda dengan cara membaca kalimat pada umumnya,

atau puisi pada khususnya.

2.3.6 Macam-Macam Pantun

Pantun dapat dipergunakan untuk menyatakan segala macam perasaan atau curahan hati, baik

untuk menyatakan perasaan senang, sedih, cinta, benci, jenaka, ataupun untuk menyatakan

nasihat agama, adat, dan sebagainya yang dapat dipergunakan oleh semua umur, baik anak-anak,

remaja ataupun orang tua. Oleh sebab itu, secara garis besar berdasarkan isinya, pantun dapat

dibagi tiga jenis, yaitu :

1. Pantun Kanak-kanak

Pantun anak-anak adalah pantun yang ditembangkan pada anak-anak bermain atau bersenda

gurau. Pantun anak dibagi menjadi dua bagian yakni :

a. Pantun dukacita

b. Pantun sukacita

(35)

Elok rupanya kumbang jati

Dibawa itik pulang petang

Tidak berkata besar hati

Melihat ibu sudah pulang

Besar buahnya pisang batu

Jatuh melayang selaranya

Saya ini anak yatim piatu

Sanak saudara tidak punya

(Eko Sugiarto, 2009:16)

2. Pantun Remaja

Pantun remaja berisi kehidupan remaja. Tema cinta sangat dominan dalam pantun ini. Oleh

karena itu H.C Klinkert menyebut pantun sebagai lagu cinta kasih. Pantun remaja terbagi

menjadi dua jenis, yaitu :

a. Pantun Nasib

Contoh :

Unggas undan siraja burung

Terbang ke desa segala menanti

Wahai badan apalah untung

Senantiasa bersusah hati

(Ambary, 1983:25)

b. Pantun Perkenalan

(36)

Beringin di kampung pulau

Pantau ayam tedung gambak

Hati ingin memandang pulau

Biduk ada pengayuh tidak

(Tim Generasi Cerdas, 2010:242)

c. Pantun Perpisahan / Perceraian

Contoh :

Darimana hendak kemana

Tinggi rumput dari padi

Tahun mana bulan mana

Dapat kita berjumpa lagi

(Tim Generasi Cerdas, 2010:229)

d. Pantun Berkasih-kasihan

Contoh :

Nagasari cempaka biru

Bunga rampai di dalam puan

Rasanya hati sangat rindu

Bilakah sampai kepada tuan

(37)

e. Pantun Beriba Hati

Contoh :

Dari Mentuk ke Batu Kampar

Saya tidak ke Jawa lagi

Bumi ditepuk langit ditampar

Saya tidak percaya lagi

(Ambary, 1983:26)

f. Pantun Jenaka

Contoh :

Elok bagian kota tua

Kiri kanan berbatang sapat

Elok berbini tua

Perut kenyang ajaran dapat

(Ambary, 1983:26)

g. Pantun Teka Teki

Contoh :

Kalau puan, puan cerana

Ambil gelas di dalam peti

Kalau tuan bijaksana

(38)

(Ambary, 1983:26)

3. Pantun Orang Tua

Pantun orang tua adalah pantun yang lazim digunakan oleh orang tua untuk memberikan

nasihat, kiasan, dan sindiran kepada kaum muda. Pantun ini dikelompokkan menjadi :

a. Pantun Adat

Contoh :

Kayu pantai di kota alam

Pantainya sendi-bersendi

Jika engkau pandai di alam

Patah tumbuh hilang berganti

(Ambary, 2009:26)

b. Pantun Nasihat

Contoh :

Parang ditetak ke batang sena

Balak buluk tarulah temu

Barang dikerja takkan sempurna

Bila tak penuh menaruh ilmu

(Sugiarto, 2009:19)

c. Pantun Agama

Contoh :

(39)

Jatuh melayang selaranya

Meski ilmu setinggi tegak

Tidak sembahyang apa gunanya

(Sugiarto, 2009:20)

d. Pantun Budi

Contoh :

Apa guna berkain batik

Kalau tidak dengan sujinya

Apa guna beristri cantik

Kalau tidak ada budinya

(Sugiarto, 2009:21)

2.3.7 Rima / Persajakan Pantun

Rima, sajak atu persamaan bunyi pada pantun dapat mendukung baiknya lagu dan irama pantun

tersebut. Pantun yang baik dari sisi lagu dan irama jika rima/sajak itu bagus pula. Pada umumnya

pantun hanya memiliki rima akhir saja. Akan tetapi jika pantun ini disusun dengan rima yang

teratur akan semakin bagus didengarnya. Teraturnya irama pantun yang baik bukan sekedar rima

akhir, tetapi juga rima tengah, jika perlu rima awal.

(Suprapto, 2009:7)

(40)

Gelak tersenyum rupa kakekku Melihat nenek duduk berbedak

(Suprapto,2009:7)

b. Bunga turi putih nan segar Dikumpulkan ibu buat sayuran Bila terus berlatih dan belajar Diharapkan nanti jadi teladan (Suprapto,2009:8)

2. Contoh Pantun Berirama Tengah dan Akhir a. Patah duku dengan ku ini

Rebah dilanggar serigala Apa dayaku sekarang ini Rimba dipagar gunung pula

(Suprapto, 2009:8)

b. Burung kecil burung gereja Bila dijual murah harganya Suami kecil tidak mengapa Beli baju murah harganya

(Suprapto, 2009:8)

(41)

Kalau bukan karena paku Karena apa binasa badan Kalau bukan karena laku

(Suprapto, 2009:8)

b. Berakit-rakit ke hulu Berenang-renang ke tepian Bersakit-sakit dahulu

Bersenang-senang kemudian

(Suprapto, 2009:8)

2.3.8 Cara Membuat Pantun

Hal penting yang harus diingat dalam membuat pantun adalah ciri-ciri pantun. Jika ciri-ciri

pantun dilupakan maka pantun yang dibuat akan kurang bagus untuk dibaca dan diperdengarkan,

(Suprapto, 2009:32).

Adapun cara membuat pantun menurut Suprapto, (2009:32), adalah:

Cara pertama:

1. Kita jangan ragu menuliskan keadaan alam atau sesuatu yang didekat kita untuk dua

baris sampiran pantun. Lihatlah apa yang ada di sekeliling kita. Misalnya, ada bunga

Soka di dalam vas. Tulis saja menjadi sampiran pantun

umpamanya:

(42)

Selanjutnya tentukan isinya dengan sajak akhirnya yang sesuai dengan sampiran tersebut.

... ah ... as Misalnya, kita membuat baris kalimat:

Jangan anda cepat marah Dinginkan hati yang panas Atau :

Semua kerjaan terasa mudah Karena biasa kerja keras Atau :

Jangan diturut rasa susah Agar tidak bertambah malas

3. Gabungkan antara sampiran dan isi yang kita tentukan tadi. Dapat pula kita

melakukan sedikit perubahan agar ada kesesuaian antara sampiran dan isinya. Misalnya

menjadi pantun berikut ini :

Bunga Saka Berwarna Merah Tumbuh Gersang di Dalam Vas Jangan Anda Cepat marah Diinginkan Hati yang Panas Atau :

(43)

Semua Kerja Terasa Mudah Karena Biasa Kerja Keras Atau :

Bunga Saka Berwarna Merah Tumbuh Layu di Dalam Vas Jangan diturut Rasa Susah Agar tidak Bertambah Malas

Cara kedua :

1. Tulislah terlebih dahulu isi pantun atau maksud yang hendak diungkapkandalam dua baris.

Umpamanya kita hendak memotivasi belajar kepada teman atau orang lain, maka dapat kita

tulis kalimat sebagai berikut :

Kalau anda memang sayang

Mari raih cita-cita dulu

2. Selanjutnya buatlah sampirannya dengan memperhatikan sajak/rima isi pantun.

Misalnya :

Daun Cemara Jatuh Melayang

Jatuh Melayang di atas Batu

3. Gabungkanlah sampiran dan isi pantun tersebut, jika perlu lakukan sedikitperubahan agar ada

kesesuaian sampiran dan isi.

Misalnya, menjadi pantun berikut ini :

Daun Cemara Jatuh Melayang

(44)

Kalau Anda Memang Sayang

Mari Raih Cita-Cita Dulu

Atau :

Kertas Dan Logam Dibuat Uang

Uang Banyak Di Dalam Saku

Kalau Anda Memang Sayang

Mari Raih Cita-Cita Dulu

2.4 Media Pembelajaran

Kata Media berasal dari bahasa latin medius yang berarti “tengah, perantara, atau pengantar”.

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima, (Arsyad, 2009:3).

Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang

membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau

sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara

khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat

grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memperoses dan menyusun kembali

informasi visual (ganda) atau verbal, (Geralach dalam Arsyad, 2009:3).

Sementara itu Briggs dalam arsyad (2009:4), menyatakan bahwa media adalah komponen

sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa

(45)

National Education Assocation (dalam Arsyad, 2009:5), mendefinisikan media adalah sebagai

bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual dan pendataanya, dengan

demikian media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar atau dibaca.

Association For Education and communication Technology (dalam Asnawir, 2009:11), media

adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi.

Dari definisi-definisi tersebut penulis menyimpulkan bahwa apa pun balasan yang diberikan, ada

persamaan-persamaan diantaranya yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses

belajar terjadi.

2.4.1 Landasan Teoretis Penggunaan Media Pendidikan

Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku dapat

terjadi karena interaqksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami

sebelumnya.

Bruner dalam Arsyad (2009:7), ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu:

1. Pengalaman langsung (enactive) adalah mengerjakan, misalnya arti kata ‘simpul’

dipahami dengan langsung membuat ‘simpul’.

2. Pengalaman piktorial/ gambar (iconic), misalnya kata ‘simpul’ dipelajari dari gambar,

lukisan, foto, atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat tali untuk membuat

‘simpul’ mereka dapat mempelajari dan memahaminya dari gambar, lukisan, foto atau

(46)

3. Simbol, siswa membaca atau mendengar kata ‘simpul’ dan mencoba mencocokanya

dengan ‘simpul’ pada image mental atau mencocokanya dengan pengalamanya membuat

simpul

Ketiga tingkat pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh pengalaman

(pengetahuan) keterampilan atau sikap yang baru.

Sebagai suatu proses komunikasi. Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan siswa dapat

menguasainyadisebut sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan ke dalam

simbol-simbol tertentu (encoding) dan siswa sebagai penerima menafsirkan simbol-simbol

tersebut sehingga dipahami sebagai pesan (decoding), Dale dalam Arsyad (2009:8).

2.4.2 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu

keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian dan isi pelajaran pada saat ini. Selain

membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa

meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan

penafsiran data, dan memadatkan informasi, (Arsyad, 2009:16).

Media pembelajaran, menurut Kemp dan Dayton dalam Arsyad, (2009:19), dapat memenuhi tiga

fungsi utama, yaitu :

1. Memotivasi, media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama dan hiburan.

2. Menyajikan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian

informasi dihadapan sekolompok siswa. Isi dan bentuk penyajian bersifat sangat umum,

(47)

3. Memberi instansi, dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan

siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga

pembelajaran dapat terjadi.

Kemp dan Dayton dalam Arsyad, (2009:21), mengemukakan beberapa hasil penelitian yang

menunjukan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di

kelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung, sebagai berikut :

1. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar

penyajian melalui media menerima pesan yang sama.

2. Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian

dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan.

3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkan teori belajar dan prinsip-prinsip

psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik dan penguatan.

4. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media

hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran

dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinanya dapat diserap oleh siswa.

5. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan.

6. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan terutama jika

media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.

7. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat

(48)

8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif, beban guru untuk penjelasan yang

berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga ia

dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses belajar mengajar.

Selain memiliki kegunaan seperti apa yang dikemukakan di atas, media pembelajaran juga

memiliki manfaat praktis, sebagai berikut di bawah ini.

1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat

memperlancar danmeningkatkan proses dan hasil belajar.

2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga

dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan

lingkunganya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan

kemampuan dan minatnya.

3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu. Contohnya

jika guru ingin menugasi siswa untuk mendeskripsikan tentang suatu pasar atau kebun

binatang, maka guru tidak perlu mengajak untuk mendatangi pasar atau kebun binatang

tersebut.

4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang

peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi

langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkunganya. Misalnya melalui karya wisata,

kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.

Dari manfaat praktis tersebut, siswa akan lebih mudah untuk membuat pantun karena penyajian

pesannya lebih jelas, perhatian siswa akan lebih fokus, ruang lingkup pemilihan lebih terbatas,

(49)

2.5 Media Gambar

Media berbasis visual (gambar) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar.

Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula

menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan

dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada kompleks yang bermakna

dan siswa harus berinteraksi dengan visual itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi,

(Arsyad, 2009:91).

Levie dan Levie dalam Arsyad, (2009:9), meyimpulkan bahwa stimulus visual (gambar)

membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali,

mengingat kembali, menghubung-hubungkan fakta dan konsep.

Levie dan Livie dalam Arsyad, (2009:16), mengemukakan empat fungsi media pembelajaran,

khususnya media visual, yaitu :

1. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian

siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan media visual yang

ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

2. Fungsi efektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar

(atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat mengugah

emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.

3. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang

mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan

(50)

4. Fungsi kompensitoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media

visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah

dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dengan

mengingatkannya kembali.

Dari uraian tersebut di atas, penulis menyimpulkan siswa akan lebih mudah dalam pembuatan

pantun dengan menggunakan media gambar karena siswa akan lebih mudah mengingat,

mengenali, menghubungkan fakta dan konsep. Selain itu siswa akan lebih berkonsentrasi dalam

pelajaran membuat pantun. Gambar juga akan dapat menggugah kreatifitas, memperlancar dalam

pencapaian tujuan dalam pembuatan pantun karena siswa akan lebih mudah memberikan konteks

terhadap apa yang akan dituliskannya.

1.5.1 Kelebihan Media Gambar

a. Lebih konkrit dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah, jika dibanding

dengan bahasa verbal.

b. Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu

c. Dapat mengatasi keterbatasan mata.

d. Memperjelas masalah dalam bidang apa saja dan dapat digunakan untuk semua orang

tanpa memandang umur, (Asnawin, 2002:50).

2.5.2 Kelemahan Media Gambar

a. Kelebihan dan penjelasan guru dapat menyebabkan timbulnya penafsiran yang berbeda

(51)

b. Penghayatan tentang materi kurang sempurna karena media gambar hanya menampilkan

persepsi indera mata yang tidak cukup buat untuk menggerakan seluruh kepribadian,

sehingga materi yang dibahas kurang sempurna.

c. Tidak meratanya penggunaan gambar tersebut bagi anak-anak dan kurang efektif dalam

penglihatan. Biasanya anak yang paling depan lebih sempurna mengamati gambar,

(52)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut

juga Classroom Action Research (CAR) dengan kajian berdaur ulang yang terdiri dari empat

tahapan yakni ; perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Hubungan keempatnya dipandang

sebagai siklus.

Penelitian dilaksanakan dari hasil pengamatan penulis dalam pembelajaran menulis pantun di

kelas VII SMP Dirgantara Bandar lampung semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011 masih

rendah belum mencapai KKM yang telah ditetapkan, yaitu ; 6,5.

Penelitian tindakan kelas dilakukan secara per siklus, dan banyaknya siklus disesuaikan dengan

kebutuhanya. Akhir penelitian adalah tercapainya tujuan pembelajaran menulis telah tercapai

KKM yang telah ditetapkan. Dalam setiap siklus diawali dengan penentuan masalah,

perencanaan, skenario pembelajaran yang meliputi tujuan, jenis kegiatan guru dan siklus, lembar

observasi, panduan wawancara, teknis pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Dirgantara Bandar Lampung pada siswa kelas VII semester

(53)

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011, dimulai dari bulan

Oktober sampai dengan bulan Desember 2010.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Dirgantara Bandar

Lampung dengan jumlah siswa 30 orang. Penulis memilih kelas ini karena nilai rata-rata dalam

menulis pantun sebagai salah satu indikator kompetensi dasar, dan siswa yang tuntas masih

rendah.

3.4 Prosedur Penelitian

Penelitian ini menekankan pada perbaikan proses pembelajaran yang dilaksanakan seiring

dengan kegiatan pembelajaran yang telah diprogramkan di sekolah. Dimana dari perbaikan

proses ini diharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik seperti yang diharapkan. Dalam

pelaksanaan penelitian ini meliputi beberapa langkah-langkah atau prosedur penelitian

diantaranya harus melewati beberapa siklus, membuat rencana penelitian, melakukan tindakan

atau pelaksanaan kegiatan di dalam kelas, melakukan evaluasi dari hasil penelitian dan

melakukan refleksi terhadap penelitian yang telah dilaksanakan.

3.4.1 Siklus 1

A. Perencanaan

(54)

1) Melakukan observasi awal untuk melihat pembelajaran Bahasa Indonesia yang selama ini

berlangsung di kelas VII SMP Dirgantara Bandar Lampung.

2) Menyusun Rencana Pelaksanakan Pembelajaran (RPP) siklus I yang terdiri dari tujuan

pembelajaran, materi pembelajaran, metode pelajaran, dan langkah-langkah kegiatan

pembelajaran (lihat lampiran I)

3) Membuat instrumen soal siswa untuk melihat kemampuan siswa dalam menulis pantun.

4) Memilih gambar sebagai media pembelajaran menulis pantun.

B. Tindakan

Proses tindakan berlangsung di kelas VII pada jam pelajaran Bahasa Indonesia selama 2 kali

pertemuan (4 x 40 menit) dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

Langkah-langkah dalam pembelajaran menulis pantun.

Pertemuan Pertama

a). Kegiatan Awal (15 menit)

1. Guru mengkondisikan kelas,

2. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran

3. Guru menjelaskan tentang syarat-syarat pantun,

4. Guru membangkitkan motivasi belajar siswa dengan cara memperlihatkan gambar,

5. Guru membacakan sebait pantun sebagai contoh.

6. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok

(55)

1. Guru membagikan gambar anak berangkat sekolah kepada siswa agar masing-masing

siswa dapat melihat lebih jelas.

2. Secara kelompok siswa membuat pantun berdasarkan gambar yang telah dibagikan dengan

memperhatikan syarat pantun.

3. Siswa yang memiliki kelompoknya membaca pantun yang telah dibuat.

4. Siswa mencermati dan mengamati pantun yang dibaca.

5. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya.

6. Guru bertanggung jawab dengan siswa.

c). Kegiatan Akhir

1. Guru memberi penguatan kembali tentang syarat-syarat pantun.

2. Guru dan siswa melakukan refleksi dengan tes evaluasi kemampuan.

3. Guru menutup pembelajaran.

Pertemuan Kedua

a). Kegiatan Awal (15 menit)

1. Guru mengkondisikan kelas.

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai

3. Guru mengadakan observasi

4 Guru dan siswa mengadakan tanya jawab mengenai pelajaran sebelumnya

5. Guru menjelaskan kembali syarat-syarat pantun

6. Guru menugaskan seorang siswa sebagai model untuk membaca pantun.

b). Kegiatan Inti (50 menit)

1. Guru membagikan gambar anak berdoa kepada setiap siswa.

(56)

3. Siswa menukarkan pantun yang telah dibuatnya kepada teman sebangku untuk disunting.

4. Siswa membaca pantun yang telah disunting di depan.

5. Guru dan siswa bertanya jawab tentang pantun yang telah dibaca.

6. Guru mengadakan tes evaluasi kemampuan.

c). Kegiatan Akhir (15 menit)

1. Guru mengadakan refleksi.

2. Guru menyimpulkan penulisan pantun.

3. Guru menutup pembelajaran.

C. Observasi dan Evaluasi

Observasi terhadap pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan pengamatan di kelas dan tes

evaluasi kemampuan menulis pantun berdasarkan media gambar. Setelah semua siswa

menguasai materi yang diberikan oleh guru, kemudian guru menyediakan evaluasi tes formatif

yang dikerjakan siswa secara individu. Berdasarkan evaluasi ini guru memperoleh data hasil

belajar kemampuan menulis pantun siswa.

D. Refleksi

Hasil yang didapat dari tahap pelaksanaan dan evaluasi dikumpulkan kemudian analisis

observasi guru merefleksi diri apakah kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dapat

(57)

untuk merencanakan siklus kedua dan juga digunakan sebagai acuan rencana perbaikan tindakan

untuk siklus kedua.

Siklus 2

A. Perencanaan

Pada tahap ini penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus 2 yang terdiri dari tujuan

pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, dan langkah-langkah kegiatan

pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran ini sudah ditetapkan Musyawarah

Kepala Sekolah (MKKS) Bandar Lampung.

2) Membuat instrumen soal siswa untuk melihat kemampuan siswa dalam membuat pantun.

3) Menyiapkan gambar sebagai media pembelajaran.

4) Membuat lembar penilaian.

B. Tindakan

Proses tindakan berlangsung di kelas VII pada jam pembelajaran Bahasa Indonesia selama 2 kali

pertemuan (4 x 40 menit) dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

Langkah-langkah dalam pembelajaran menulis pantun.

Pertemuan Pertama

a). Kegiatan Awal (15 menit)

1) Guru mengkondisikan kelas

2) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran

(58)

4) Guru memotivasi siswa dengan menampilam sebuah gambar

5) Guru membacakan sebait pantun

6) Guru bertanya jawab dengan siswa

b). Kegiatan Inti (50 menit)

1) Guru membagikan gambar anak berangkat sekolah kepada siswa

2) Siswa ditugaskan untuk membuat pantun berdasarkan gambar yang telah dibagikan

3) Siswa membacakan pantun yang telah dibuatnya.

4) Siswa mengamati dan mencermati pantun yang dibacakan.

5) Siswa mengomentari pantun yang telah dibaca.

6) Guru dan siswa bertanya jawab.

c). Kegiatan Akhir (15 menit)

1) Guru memberikan tes tertulis kepada siswa untuk melihat sudah sejauh mana kemampuan

siswa dalam membuat pantun

2) Guru melakukan refleksi dengan cara tes lisan (non tulisan) untuk melihat kecepatan

siswa dalam merespon pertanyaan yang diajukan

3) Guru menutup pembelajaran

Pertemuan Kedua

a). Kegiatan Awal (15 menit)

1) Guru mengkondisikan kelas (memberi salam antara guru dan murid, absensi, dan doa

bersama). Hal ini dilakukan untuk melihat berapa banyak siswa yang hadir.

(59)

3) Guru mengadakan observasi untuk melihat berapa banyak siswa yang sudah mengerti

tentang syarat-syarat pantun dan juga sudah mampu membuat pantun

4) Guru dan siswa bertanya jawab mengenai pelajaran sebelumnya.

5) Guru mengiatkan kembali kembali syarat-syarat pantun karena masih ada sebagian siswa

yang belum mengerti.

6) Guru menugaskan seorang siswa sebagai model untuk membaca pantun.

b). Kegiatan Inti (50 menit)

1) Guru membagikan gambar anak yang sedang berdoa kepada siswa (lihat pada lampiran).

2) Berdasarkan gambar yang telah dibagikan, siswa ditugaskan untuk membuat pantun.

3) Siswa menukarkan pantun yang telah dibuatnya kepada teman sebangku untuk disunting.

4) Siswa membacakan pantun yang telah disunting untuk dikomentari.

5) Guru dan siswa bertanya jawab.

6) Guru mengadakan tes evaluasi kemampuan

c). Kegiatan Akhir (15 menit)

1) Guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran menulis pantun

2) Guru mengadakan refleksi

3) Guru menutup pembelajaran

C. Observasi dan Evaluasi

Observasi terhadap pelaksanaan tindakan siklus 2 dilakukan berdasarkan pengamatan di kelas

dan tes evaluasi kemampuan menulis pantun melalui penggunaan media gambar. Setelah itu guru

(60)

D. Refleksi

Yang didapat dari tahap pelaksanaan siklus ke-2 kemudian dievaluasi serta dianalisis. Dari hasil

observasi siklus kedua ini guru merefleksikan diri, apakah kegiatan pembelajaran telah dilakukan

dan menganalisis kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa. Hasil analisis ini merujuk pada,

apakah telah terjadi titik jenuh terhadap pemberian perilaku yaitu pembelajaran menggunakan

media gambar.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini dapat dikumpulkan melalui alat tes dan non tes. Namun teknik pengumpulan

data dalam penelitian yang dibuat penulis dalam penelitian ini hanya menggunakan alat tes saja.

Hasil belajar yang digunakan adalah tes kemampuan menulis pantun melalui penggunaan

gambar.

Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Menugasi siswa menulis pantun melalui penggunaan media gambar.

2. Menugasi siswa untuk menyunting pantun.

3. Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa.

4. Guru mengevaluasi pekerjaan siswa secara keseluruhan dengan menggunakan indikator

penilaian yang sudah ditentukan.

1.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Penelitian

ini menggunakan beberapa instrumen yang disesuaikan dengan sifat data yang diambil, seperti:

lembar observasi siswa, lembar observasi aktivitas guru, tes hasil belajar, dan penilaian RPP.

(61)

Observasi siswa adalah mengamati, melihat, dan menilai aktivitas siswa pada saat pembelajaran

berlangsung. Lembar observasi siswa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa

No Unsur yang Dinilai Kriteria Penilaian Skor Maks Skor

1. Keantusiasan Siswa

Semua siswa terlihat antusias.

Ada 3-5 siswa yang tidak antusias.

Ada 6-8 siswa yang tidak antusias.

Ada 9-11 siswa yang tidak antusias.

Ada >11 siswa yang tidak antusias.

5

Ada 3-5 siswa yang tidak aktif.

Ada 6-8 siswa yang tidak aktif.

Ada 9-11 siswa yang tidak aktif.

Ada >11 siswa yang tidak aktif.

5

Semua siswa mandiri dalam menulis.

Ada 3-5 siswa yang tidak mandiri dalam menulis.

Ada 6-8 siswa yang tidak mandiri dalam menulis.

Ada 9-11 siswa yang tidak mandiri dalam menulis.

Ada lebih dari 11 siswa yang tidak mandiri dalam menulis.

1.6.2 Instrumen Proses Pembelajaran oleh Guru

Data aktivitas guru diperoleh dari lembar observasi yang diamati selama kegiatan pembelajaran

Bahasa Indonesia melalui media kartu gambar berlangsung di sekolah.

Table 3.2 Instrumen Proses Pembelajaran oleh Guru

(62)

1 2 3 4 5

3.Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 4.Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain

yang relevan

5.Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai

dengan hirarki belajar dan karakteristik siswa 6.Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan

B Pendekatan/Strategi Pembelajaran

7.Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa

C Pemanfaatan Sumber Belajar/Media

Pembelajaran

13.Menggunakan media secara efektif dan efesien

14.Menghasilkan pesan yang menarik

15.Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media

D Pembelajaran yang Memicu dan Memilihara

Keterlibatan Siswa

16.Menumbuhkan partisipasi siswa dalam

pembelajaran

17.Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon

siswa

18.Menumbuhkan kerjasama dan antusiasme

siswa dalam belajar

E Penilaian Proses dan Hasil Belajar

19.Memantau kemajuan belajar selama proses 20.Melakukan penilaian akhir sesuai dengan

kompetensi (tujuan)

F Penggunaan Bahasa

21.Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara

jelas, baik, dan benar

(63)

sesuai

III PENUTUP

23.Melakukan refleksi atau membuat rangkuman

dengan melibatkan siswa

24.Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remedial/pengayaan

Jumlah

3.6.3 Instrumen Penilaian Kegiatan Menulis Pantun

Kriteria penilaian dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis Pantun Melalui Penggunaan Media Gambar

a. Siswa menuliskan 4 syarat pantun b. Siswa menuliskan 3 syarat pantun c. Siswa menuliskan 2 syarat pantun d. Siswa menuliskan 1 syarat pantun e. Siswa tidak menulis syarat pantun

5

a. Siswa menuliskan 4 syarat pantun b. Siswa menuliskan 3 syarat pantun c. Siswa menuliskan 2 syarat pantun d. Siswa menuliskan 1 syarat pantun e. Siswa tidak menulis syarat pantun

5

pantun a.Siswa menemukan 4 masalah dan mampumemperbaiki 4 kesalahan tersebut b. Siswa menemukan 4 masalah dan

mampu memperbaiki3 kesalahantersebut

(64)

Skor yang diperoleh Skor Maksimal

mampu memperbaiki 1 kesalahan tersebut

e.Siswa manemukann 4 masalah dan tidak mampu memperbaiki.

2

1

Dari kriteria penilaian tersebut adalah sebagai berikut.

1. Siswa mampu menunjukkan jumlah baris dalam tiap baitnya, yaitu biasanya satu bait terdiri

dari empat baris.

2. Siswa mampu menunjukkan sajaknya yaitu bersajak ab, ab.

3. Siswa mampu menunjukkan hubungan baris, yaitu baris pertama sampiran dan baris kedua

isi.

4. Siswa mampu menunjukkan tiap baitnya mengandung pengungkapan makna tertentu.

Kriteria penilaian tersebut sudah menjadi aturan penilaian yang ada di dalam Rencana

Pelaksanaan pembelajaran (RPP) sekolah.

1.7 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Membaca, menandai dan menskor setiap lembar hasil pekerjaan siswa menulis pantun.

2. Menjumlah skor keseluruhan hasil pembelajaran siswa.

3. Menentukan tingkat kemampuan siswa menulis pantun.

4. Menghitung tingkat kemampuan menulis pantun, dengan rumus :

Nilai Akhir (NA) = X Skor Ideal (100)

5. Menentukan tingkat kemampuan siswa berdasarkan tolak ukur.

Tabel 3.5 Tolak Ukur Penilaian Ketrampilan Menulis Pantun

No Rentang Nilai Keterangan

1 85% - 100% Baik Sekali

(65)

3 60% - 74% Cukup

4 40% - 59% Kurang

5 0% - 39% Gagal

(Nurgiyantoro, 2001: 399)

1.8 Indikator Keberhasilan

Siklus dalam penelitian ini akan berakhir apabila keterampilan menulis pantun yang diperoleh

telah mencapai ketuntasan klasikal yaitu, 75% siswa telah memperoleh nilai rata-rata 65,00 yang

(66)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis data pada Bab IV, temuanya yang diperoleh dalam penelitian

kemampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP Dirgantara Bandar Lampung

adalah rata-rata nilai hasil tes kemampuan menulis pantun berdasarkan media

gambar siswa kelas VII 2010/2011 adalah 68,4 (siklus 1), dan 87 (siklus 2).

Selanjutnya, hasil observasi selama pembelajaran bahasa Indonesiamelalui

penggunaan media gambar siswa menjadi antusias belajar dan memiliki

kemampuan menulis pantun yang lebih baik. Ditunjukan dengan hasil observasi

oleh observer pada tiap siklus. Selain itu juga terjadi peningkatan yang signifikan

dalam kemampuan siswa menulis pantun melalui penggunaan media gambar pada

siklus dari siklus I ke siklus II.

Selanjutnya nilai rata-rata kemampuan siswa menulis pantun untuk tiap-tiap

indikator adalah sebagai berikut :

1. Untuk indikator membuat pantun, secara keseluruhan umumnya siswa sudah

dapat menulis pantun, secara keseluruhan termasuk dalam kategori baik dalam

menulis pantun dengan menggunakan media gambar yaitu 72% (siklus 1), dan

89,3% (siklus 2).

2. Untuk indikator menentukan syarat-syarat pantun, secara keseluruhan

Gambar

Tabel 1.1. Data Hasil Semester Kelas VII Tahun Pelajaran 2009 / 2010
Tabel 3.1 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa
Tabel 3.3Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis Pantun Melalui                   Penggunaan Media Gambar
Tabel 3.5 Tolak Ukur Penilaian Ketrampilan Menulis Pantun

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti paparkan maksud dari Bapak B.H.R bahwa strategi pemasaran yang di lakukan oleh Bank Muamalat Indonesia KC

Ada beberapa komponen utama pada mesin penyuwir daging, yaitu motor listrik yang merupakan sumber penggerak dari mesin penyuwir tersebut, poros penyuwir untuk

Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai jenis fauna tanah yang ditemukan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, menganalisis keanekaragaman fauna tanah

Penelitian Pengaruh Komposisi Resin Alami Terhadap Suhu Pelorodan Lilin Untuk Batik Warna Alam bertujuan untuk mendapatkan komposisi lilin klowong yang sesuai

Hasil penelitian menunjukkan kincir air breastshot dengan jumlah sudu 16 buah lebih baik dalam memanfaatkan energi air dibandingkan ketika menggunakan sudu 8

Suomen suorite digitalouden yrittäjyysdynamii- kassa on kokonaisuutena ottaen keskivertoa verrokkimaihin nähden (Suomi, Ruotsi, Tanska, Saksa, Alankomaat ja Yhdistynyt

Penelitian tersebut berusaha mengungkapkan bagaimana persepsi masyarakat sebagai peserta JKN terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit Islam Sunan Kudus,

Bila suatu produksi beton tidak mempunyai data hasil uji yang memenuhi persyaratan : mewakili bahan-bahan, prosedur pengawasan mutu dan kondisi yang serupa