MelaluiPendekatanSaintifik
DIREKTORAT PEMBINAAN SMA
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2014
Pembelajaran
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 2
C. Ruang Lingkup ... 3
D. Landasan Hukum ... 3
BAB II PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK ... 4
A. Prinsip Pembelajaran dan Penilaian ... 4
B. Pendekatan Pembelajaran Saintifik pada pembelajaran Geografi ... 5
C. Model Pembelajaran dalam Pembelajaran Geografi ... 17
1. Discovery Based Learning ... 17
2. Project Based Learning ... 20
3. Inkuiri Sosial ... 23
D. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Geografi ... 26
1. Penilaian Sikap ... 26
2. Penilaian Pengetahuan ... 28
3. Penilaian Ketrampilan ... 30
BAB III ANALISIS KOMPETENSI ... 33
A. Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi Inti ... 33
B. Keterkiatan Kompetensi Dalam Pembelajaran dan Penilaian. ... 34
BAB IV PENUTUP ... 49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan
tersebut disusun standar nasional pendidikan, terdiri atas: standar kompetensi
lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana prasarana, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses menyebutkan bahwa setiap pendidik pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itu setiap
satuan pendidikan perlu melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran dengan strategi yang
benar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi
lulusan.
Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya
seluruh kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013. Kurikulum memuat
apa yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran
merupakan cara bagaimana apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta
dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang
mengacu pada Silabus dan buku.
Strategi penilaian disiapkan untuk memfasilitasi guru dalam mengembangkan
teknik, bentuk, dan instrumen serta pedoman penilaian hasil belajar dengan
pendekatan autentik. Penilaian memungkinkan pendidik mampu menerapkan
program remedial bagi peserta didik yang tergolong pebelajar lambat dan
program pengayaan bagi peserta didik yang termasuk kategori pebelajar cepat.
Pemerintah melalui surat edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 tanggal 8 November 2013
menyatakan bahwa mulai tahun pelajaran 2014/2015 seluruh SMA sejumlah
12.637 wajib melaksanakan Kurikulum 2013 di kelas X dan kelas XI. Untuk
menyiapkan kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan
pembelajaran saintifik, serta melakukan penilaiain autentik, Pemerintah telah
melatih guru inti dan guru sasaran, serta menyediakan silabus, buku guru, dan
buku teks untuk peserta didik.
B. Tujuan
Secara umum tujuan penulisan naskah ini adalah membantu guru mata
pelajaran Geografi dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan
memafaatkan buku sumber yang ada. Secara khusus naskah ini bertujuan:
1. Memberikan rambu-rambu bagi guru dalam menganalisis kompetensi inti
dan kompetensi dasar.
2. Mengembangkan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3. Mengembangkan materi pembelajaran berdasarkan materi pokok dari
silabus.
4. Mengembangkan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan
saintifik berdasarkan kegiatan pembelajaran dari silabus.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup naskah ini terdiri atas:
1. Penjelasan tentang Pembelajaran Saintifik dan Penilaian Autentik
2. Langkah-langkah pembelajaran saintifik dalam mata pelajaran Geografi
3. Penilaian Autentik dalam pembelajaran Geografi
4. Penjelasan tentang Analisis Kompetensi
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013
tentang Standar Kompetensi Lulusan
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013
tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013
tentang Standar Penilaian
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013
tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA-MA
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A tentang
Implementasi Kurikulum
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor …. Tentang Silabus 10.Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.
156928/MPK.A/KR/2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013
BAB II
PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK
A. Prinsip Pembelajaran dan Penilaian
Karakteristik pembelajaran terkait erat dengan Standar Kompetensi Lulusan
dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka
konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai, dan Standar
Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan
pembelajaran yang dikembangkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup
materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran
mencakup pengembangan domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang memiliki karakteristik berbeda untuk masing-masing mata pelajaran.
Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Pencapain kompetensi tersebut
berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu,
guru harus merencanakan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum dengan
menggunakan pendekatan saintifik dan model pembelajaran yang mendorong
kemampuan peserta didik untuk melakukan penyingkapan/penelitian, serta
dapat menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok.
Pendidik disarankan untuk menggunakan menggunakan model pembelajaran
antara lain model inkuiri, discovery, problem, dan projek.
Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan perubahan
paradigma: (1) peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu;
(2) guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka
sumber belajar; (3) pendekatan tekstual menjadi pendekatan proses
sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran
berbasis konten menjadi pembelajaran berbasis kompetensi; (5)
pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu; (6) pembelajaran yang
kebenarannya multi dimensi; (7) pembelajaran verbalisme menjadi
keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan
fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); (9) pembelajaran yang
mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai
pebelajar sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai
dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun
kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); (11)
pembelajaranyang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;
(12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,
siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas; (13)
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual
dan latar belakang budaya peserta didik.
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut. (1) Objektif, berarti
penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas
penilai. (2) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara
terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
(3) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporannya. (4) Transparan, berarti prosedur penilaian,
kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua
pihak. (5) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada
pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan
hasilnya. (6) Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
B. Pendekatan Pembelajaran Saintifik pada pembelajaran Geografi
Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi
langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model
pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya
kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan
yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar
(Joice & Weil: 1996), bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana
pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik (Zamroni,
2000; & Semiawan, 1998).
Model ini juga tercakup penemuan makna (meanings), organisasi, dan struktur
dari ide atau gagasan, sehingga secara bertahap siswa belajar bagaimana
mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran berbasis
keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam
menemukan sendiri (discover) pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman
belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih
memberikan kesempatan bagi berkembangnya keterampilan berpikir tingkat
tinggi (Houston, 1988). Dengan demikian peserta didik lebih diberdayakan
sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam memburu informasi
dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan sebagai organisator dan
fasilitator pembelajaran.
Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi
membangun kompetensi dasar hidup siswa melalui pengembangan
keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan proses konstruksi pengetahuan
secara bertahap. Keterampilan proses sains pada hakikatnya adalah
kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tools) yaitu kemampuan yang
berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap individu dalam
mengembangkan diri (Chain and Evans: 1990).
Suatu pengetahuan ilmiah hanya dapat diperoleh dari metode ilmiah. Metode
ilmiah pada dasarnya memandang fenomena khusus (unik) dengan kajian
spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan pada simpulan. Dengan
demikian diperlukan adanya penalaran dalam rangka pencarian (penemuan).
Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus
berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan
terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.
1. Mengamati
2. Menanya
3. Mengumpulkan informasi
4. Mengasosiasi
5. Mengomunikasikan
Kelima langkah pembelajaran saintifik dalam berbagai kegiatan belajar
Geografi dapat dirinci sebagai berikut:
1. Mengamati
Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan
konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses
mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat,
mendengar, membaca, dan atau menyimak. Dalam kegiatan mengamati,
guru membuka kesempatan bagi peserta didik untuk secara luas dan
bervariasi melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak,
mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk
melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat,
membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan
tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Dalam pembelajaran geografi,
pengamatan dapat dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut, contoh:
Objek geografi
Fenomena alam
Fenomena sosial
Kegiatan mengamati dapat dilakukan melalui berbagai media yang dapat
diamati siswa, misalnya: surat kabar, video, gambar, grafik, bagan, dsb.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah seperti berikut ini.
Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video
perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan
observasi, dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale),
catatan anekdot (anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal
(mechanical device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang berisikan
nama-nama subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala
rentang , berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut
tingkatannya. Catatan anekdot dapat berupa catatan yang dibuat oleh
peserta didik dan guru mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang
ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi. Alat mekanik dapat
berupa berupa alat mekanik yang dapat dipakai untuk memotret atau
merekam peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh subjek atau
objek yang diobservasi.
2. Menanya
Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa
yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kegiatan menanya dapat
mengembangkan kompetensi kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk
hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Guru perlu membimbing peserta
didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil
dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.
Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat
hipotetik. Dari situasi dimana peserta didik dilatih menggunakan
pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan
pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan
pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah
pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu
peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu
semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk
mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang
ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang
tunggal sampai sumber yang beragam. Jika peserta didik merasa kesulitan
mengemukakan pikiran dan gagasannya, guru dapat mengajukan
pertanyaan yang dapat menjadi inspirasi bagi peserta didik. Pertanyaan
guru dimaksudkan untuk membimbing dan memandu peserta didik agar
pembelajaran dapat berjalan secara efektif. Misalnya: Bagaimana bumi
yang kita tempati terbentuk? Apa penyebab terjadinya banjir bandang di
Manado Januari 2014? Mengapa perlu dilakukan pembelajaran mitigasi
bencana alam di lingkungan sekolah?. Mengapa demikian?, dan
sebagainya. Diusahakan setelah ada pengamatan, yang bertanya bukan
guru, tetapi yang bertanya peserta didik. Berikut manfaat / fungsi
bertanya:
Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.
Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan
Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis,
sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Mendorong partisipasipeserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta
mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
3. Mengumpulkan Informasi/Mengeksplorasi
Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui
peningkatan pemahaman atas suatu fenomena. Strategi yang digunakan
adalah memperluas dan memperdalam pengetahuan yang menerapkan
strategi belajar aktif. Pendekatan pembelajaran yang berkembang saat ini
secara empirik telah melahirkan disiplin baru pada proses belajar. Tidak
hanya berfokus pada apa yang dapat peserta didik temukan, namun
sampai pada bagaimana cara mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Istilah
yang populer untuk menggambarkan kegiatan ini adalah “explorative learning”.
Pendekatan belajar yang eksploratif tidak hanya berfokus pada bagaimana
mentransfer ilmu pengetahuan, pemahaman, dan interpretasi, namun
harus diimbangi dengan peningkatan mutu materi ajar. Dalam hal ini
peserta didik menyusun dan memvalidasi informasi sebagai input bagi
kegiatan belajar. Peta Konsep yang dikembangkan menunjukan
kompleksitas kegiatan eksplorasi dalam proses pembelajaran yang
mengharuskan adanya proses dialog yang : (1) interaktif (2) adaptif,
interaktif dan reflektif (3) menggambarkan tingkat-tingkat penguasaan
meningkatkan keterampilan menyelesaikan tugas sehingga memperoleh
pengalaman yang bermakna.
Mengintegrasikan pendekatan ini dengan lima faktor yang menyebabkan
kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna, yaitu belajar aktif, belajar
konstruktif, belajar intens, belajar autentik, dan kolaboratif yang
menegaskan pernyataan bahwa pembelajaran eksploratif lebih
menekankan pada pengalaman belajar dari pada pada materi pelajaran.
Eksplorasi merupakan proses kerja dalam memfasilitasi proses belajar
peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu. Peserta didik menghubungkan
pikiran yang terdahulu dengan pengalaman belajarnya. Mereka
menggambarkan pemahaman yang mendalam untuk memberikan respon
yang mendalam juga. Bagaimana membedakan peran masing-masing
dalam kegiatan belajar bersama. Mereka melakukan pembagian tugas
seperti dalam tugas merekam, mencari informasi melalui internet serta
memberikan respon kreatif dalam berdialog. Di samping itu peserta didik
menindaklanjuti penelusuran informasi dengan membandingkan hasil
telaah. Secara kolektif, mereka juga dapat mengembangkan hasil
penelusuran informasi dalam bentuk grafik, tabel, diagram serta
mempresentasikan gagasan yang dimiliki.
Pelaksanaan kegiatan mngumpulkan data (eksplorasi) pada mata pelajaran
ilmu-ilmu sosial dapat dilakukan melalui kerja sama dalam kelompok kecil.
Bersama teman sekelompoknya peserta didik dalam menelusuri informasi
yang mereka butuhkan, merumuskan masalah dalam kehidupan nyata,
berpikir kritis untuk menerapkan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan yang
nyata dan bermakna. Melalui kegiatan mengumpulkan data (eksplorasi)
peserta didik dapat mengembangkan pengalaman belajar, meningkatkan
penguasaan ilmu-ilmu sosial, serta menerapkannya untuk menjawab
fenomena yang ada. Peserta didik juga dapat mengeksploitasi informasi
4. Mengasosiasi/Menalar/Mengolah Informasi
Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi
yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada
yang bertentangan. Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan
berikutnya yaitu memeroses informasi untuk menemukan keterkaitan satu
informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan
informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang
ditemukan. Kegiatan ini dapat mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin,
taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan
kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Mengasosiasi adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas
fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan Mengasosiasi sering juga disebut menalar. Penalaran
dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak
selalu tidak bermanfaat. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan
sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud
merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak
bermanfaat.
a. Cara menalar
Seperti telah dijelaskan di muka, terdapat dua cara menalar, yaitu
penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif
merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena atau
atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Kegiatan
menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi inderawi
Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan
dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum
menuju pada hal yang bersifat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal
dengan pola silogisme. Cara kerja menalar secara deduktif adalah
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk kemudian
dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis,
silogisme alternatif. Pada penalaran deduktif tedapat premis, sebagai
proposisi menarik simpulan. Penarikan simpulan dapat dilakukan
melalui dua cara, yaitu langsung dan tidak langsung. Simpulan secara
langsung ditarik dari satu premis, sedangkan simpulan tidak langsung
ditarik dari dua premis.
Contoh:
Fauna endemik Indonesia bagian timur bercorak fauna Benua Australia
Walabi adalah fauna endemik Indonesia bagian timur bercorak fauna Benua Australia
Kanguru pohon adalah fauna endemik bagian timur bercorak fauna Benua Australia
Kasuari adalah fauna endemik Indonesia bagian timur. bercorak fauna Benua Australia
Fauna endemik Indonesia bagian timur bercorak fauna Benua Australia contohnya: walabi, kanguru, kasuari.
b. Analogi dalam Pembelajaran
Selama proses pembelajaran, guru geografi dan peserta didik sering
kali menemukan fenomena yang bersifat analog atau memiliki
persamaan. Dengan demikian, guru dan peserta didik adakalanya
menalar secara analogis. Analogi adalah suatu proses penalaran dalam
pembelajaran dengan cara membandingkan sifat esensial yang
Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran ilmu-ilmu sosial,
karena hal itu akan mempertajam daya nalar peserta didik. Seperti
halnya penalaran, analogi terdiri dari dua jenis, yaitu analogi induktif
dan analogi deklaratif. Kedua analogi itu dijelaskan berikut ini.
Analogi induktif disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua
fenomena atau gejala. Atas dasar persamaan dua gejala atau
fenomena itu ditarik simpulan bahwa apa yang ada pada fenomena
atau gejala pertama terjadi juga pada fenomena atau gejala kedua.
Analogi induktif merupakan suatu “metode menalar” yang sangat
bermanfaat untuk membuat suatu simpulan yang dapat diterima
berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua
fenomena atau gejala khusus yang diperbandingkan
Contoh:
Sinar matahari adalah merupakan unsur-unsur yang memengaruhi cuaca dan iklim.
Kelembaban udara merupakan unsur-unsur yang memengaruhi cuaca dan iklim.
Angin merupakan unsur yang memengaruhi cuaca dan iklim.
Curah hujan merupakan unsur-unsur yang memengaruhi cuaca dan iklim.
Awan merupakan yang memengaruhi cuaca dan iklim.
Sinar matahari, kelembaban udara, angin, curah hujan dan awan merupakan unsur-unsur yang memengaruhi cuaca dan iklim.
Analogi deklaratif merupakan suatu “metode menalar” untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu fenomena atau gejala yang
belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal.
Analogi deklaratif ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru, fenomena,
atau gejala menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan
Contoh:
Transmigrasi antar pulau dan antar daerah dapat dilaksanakan karena
adanya kerjasama yang baik, koordinasi antara departemen serta
adanya kemauan masyarakat dalam menyongsong kehidupan dan
harapan hidup yang lebih baik.
Peningkatan kualitas penduduk Indonesia perlu didukung oleh variabel:
pendidikan yang bermutu, kesehatan dan gizi yang baik, perbaikan
penghasilan di semua sektor.
c. Hubungan Antarfenomena
Seperti halnya penalaran dan analogi, kemampuan menghubungkan
antarfenomena atau gejala sangat penting dalam pembelajaran, karena
hal itu akan mempertajam daya nalar peserta didik. Disinilah esensi
bahwa guru geografi dan peserta didik dituntut mampu memaknai
hubungan antarfenomena atau gejala, khususnya hubungan
sebab-akibat.
Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau
beberapa fakta yang satu dengan satu atau beberapa fakta yang lain.
Suatu simpulan yang menjadi sebab dari satu atau beberapa fakta itu
atau dapat juga menjadi akibat dari satu atau beberapa fakta tersebut.
Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif, yang
disebut dengan penalaran induktif sebab-akibat. Penalaran induktif
sebab akibat terdiri dari tiga jenis.
Hubungan sebab–akibat. Pada penalaran hubungan sebab-akibat, hal-hal yang menjadi sebab dikemukakan terlebih dahulu, kemudian ditarik
simpulan yang berupa akibat.
Contoh:
Adanya uap air yang dibawa naik oleh udara melewati lereng pegunungan mengakibatkan hujan orografis.
Adanya angin panas yang melewati puncak pegunungan menyebabkan daerah yang dilaluinya menjadi daerah bayangan
hujan (DBH).
Hubungan akibat–sebab. Pada penalaran hubungan akibat-sebab, hal-hal yang menjadi akibat dikemukakan terlebih dahulu, selanjutnya
ditarik simpulan yang merupakan penyebabnya.
Contoh :
Udara atau angin di belahan bumi utara berbelok ke arah kanan ketika mendekati garis lintang nol (ekuator) derajat disebabkan oleh
adanya rotasi bumi.
Sedimentasi aluvial disebabkan oleh mengendapnya tanah dan batuan yang diangkut oleh air sungai dari daerah hulu, tengah
sampai ke bagian hilir.
Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2. Pada penalaran hubungan sebab-akibat 1 –akibat 2, suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat yang pertama menjadi penyebab, sehingga menimbulkan
akibat kedua. Akibat kedua menjadi penyebab sehingga menimbulkan
akibat ketiga, dan seterusnya.
Contoh:
Erupsi Gunung Sinabung yang berlangsung selama empat bulan dapat menutup lahan perkebunan potensial masyarakat selanjutnya
dapat pula menyebabkan kesuburan di kemudian hari. Dari
kesuburan lahan atau tanah di kaki gunung tersebut mampu
menyebabkan aktivitas penduduk setempat bermatapencaharian
sebagai petani sayuran dan buah-buahan.
5. Mengomunikasikan
Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang
ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan
menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru
mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil
konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau
grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengomunikasikan
pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui
presentasi, membuat laporan, dan/atau unjuk karya.
C. Model Pembelajaran dalam Pembelajaran Geografi
Model-model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran
Geografi sehingga dapat membangkitkan kreativitas dan keingintahuan peserta
didik, antara lain Discovery Based Learning, Project Based Learning,
dan Inquairy Social.
1.
Discovery Based Learning
Discovery learning adalah teori belajar yang menempatkan peserta didik
sebagai pembelajar aktif dalam membangun pengetahuan yang
diharapkan. Langkah-langkah operasionalnya adalah sebagai berikut.
a. Menciptakan stimulus
Kegiatan penciptaan stimulus (rangsangan) dilakukan pada saat
peserta didik melakukan aktivitas mengamati fakta atau fenomena
dengan cara melihat, mendengar, membaca, atau menyimak. Fakta
yang disediakan dimulai dari yang sederhana hingga kompleks atau
fenomena yang menimbulkan kontroversi. Disamping itu, guru
menyiapkan instruksi-instruksi yang jelas untuk penugasan dalam
setiap tahapan. Selain itu, pendidik dapat memulai kegiatan
pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca
buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat membantu peserta
didik dalam mengeksplorasi bahan. Ketika memberikan stimulus, guru
dapat menggunakan teknik bertanya, dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan peserta didik pada
didik terlibat secara aktif dalam bereksplorasi
b. Menyiapkan pernyataan masalah
Tahap kedua, guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengidentifikasi masalah-masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran. Kemudian peserta memilih salah satu masalah dan
dirumuskan dalam bentuk pernyataan singkat.
c. Mengumpulkan data/mencoba
Tahap ketiga, ketika eksplorasi berlangsung, peserta didik
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya pernyataan masalah tersebut.
Pembuktian ini dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan
(collecting) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji
coba dan sebagainya. Dengan demikian, peserta didik secara aktif
menemukan pengetahuan baru yang berhubungan dengan
permasalahan yang dihadapi.
d. Mengolah Data
Tahap keempat, peserta didik melakukan pengolahan data dan
informasi yang telah diperoleh baik melalui wawancara, observasi, dan
metode lainnya, lalu ditafsirkan. Semua informasi yang telah
dikumpulkan, semuanya diolah, diacak, dan diklasifikasikan.
e. Memverifikasi data
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar atau tidaknya jawaban atas pernyataan
masalah. Verifikasi bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan
baik dan kreatif. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau
informasi yang ada, pernyataan terdahulu itu kemudian dicek, apakah
terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
f. Menarik kesimpulan
sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku
untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi, dirumuskan
prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik
kesimpulan, peserta didik harus memperhatikan proses generalisasi
yang menekankan pentingnya penguasaan materi pelajaran atas
makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari
pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan
generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
Pemilihan model discovery learning memerlukan persyaratan pendukung
untuk mereduksi kelemahan yang sering ditemukan, antara lain:
a. secara klasikal, peserta didik memiliki pengetahuan awal yang lebih
baik pada keterampilan berbicara dan menulis. Bagi peserta didik yang
kurang terampil, akan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan
hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan sehingga
pada gilirannya akan menimbulkan frustrasi;
b. jumlah peserta didik tidak terlalu banyak, untuk memudahkan dalam
membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah
lainnya;
c. pemilihan materi dengan kompetensi dominan pada pemahaman;
d. perlu fasilitas memadai seperti sumber, media, dan peralatan
pembelajaran.
Manfaat pemilihan model discovery learning antara lain:
a. membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha
penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung
bagaimana cara belajarnya;
b. menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer pengetahuan karena
pemerolehannya bersifat pribadi;
penyelidikan dan berhasil;
d. memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai
dengan dengan keecepatannya sendiri;
e. menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya dengan
melibatkan akal dan motivasinya;
f. membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya karena
memperoleh kepercayaan diri bekerjasama dengan yang lainnya;
g. membantu peserta didik menghilangkan keraguan karena mengarah
pada kebenaran yang final yang dialami dalam keterlitbatan
kegiatannya;
h. mendorong peserta didik berpikir secara intuitif, inisiatif, dalam
merumuskan hipotesis;
i. dapat mengembangkan bakat, motivasi, dan keingintahuan;
j. kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan belajar dari
berbagai jenis sumber belajar.
2.
Project Based Learning
Pembelajaran berbasis proyek (PBL) merupakan metode belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktivitas secara nyata. Langkah-langkah operasionalnya sebagai
berikut:
a. Menentukan pertanyaan mendasar.
Pada tahapan ini, guru memberikan pertanyaan yang dapat memberi
penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas dengan cara
mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai
dengan sebuah investigasi mendalam. Guru diharapkan dapat
mengangkat topik yang relevan untuk para peserta didik sesuai dengan
tuntutan kompetensi. Penyiapan pertanyaan dapat dilakukan diawal
b. Mendesain perencanaan proyek
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dan peserta
didik. Dengan demikian, peserta didik diharapkan akan merasa
“memiliki” proyek tersebut. Perencanaan terdiri dari aturan main,
pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab
pertanyaan esensial, pengintegrasian berbagai subjek yang mungkin,
dan alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian
proyek.
c. Menyusun Jadwal
Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas
dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
membuat timeline untuk menyelesaikan proyek,
membuat deadline penyelesaian proyek,
membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru,
membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan
meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
d. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek
Pendidik bertanggungjawab untuk memonitor aktivitas peserta didik
selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain,
pemdidik berperan sebagai mentor pada saat peserta didik beraktivitas.
Rubrik dapat digunakan untuk mempermudah proses monitoring dan
merekam keseluruhan aktivitas peserta didik.
e. Menguji hasil
Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur
ketercapaian kompetensi dasar, serta mengevaluasi kemajuan masing-
pemahaman yang sudah dicapai peserta didik dan membantu pendidik
dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman
Pada akhir pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses
refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap
ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan
pengalamannya selama menyelesaikan proyek. guru dan peserta didik
mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama
proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya diperoleh suatu temuan
baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada
tahap awal pembelajaran.
Pemilihan model Project Based Learning memerlukan dukungan
persyaratan untuk mereduksi kendala yang sering terjadi, antara lain:
a. peserta didik terbiasa dengan aktivitas pemecahan masalah sehingga
proyek tidak memakan waktu terlalu lama;
b. dukungan sarana dan perasarana memadai termasuk perlatan belajar
di laboratorium;
c. pengaturan waktu dan jadwal kegiatan yang terkontrol;
d. perlunya kejelasan tugas dan hasil yang diharapkan dari kegiatan
proyek.
Manfaat pemilihan model pembelajaran Project Based Learning, antara
lain:
a. meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar;.
b. mendorong kemampuan peserta didik melakukan pekerjaan penting;
c. mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan
masalah dan berpikir kritis;
d. mengembangkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, dan
e. memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan
praktik dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu serta
sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas;
f. melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki dan kemudian
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
g. membuat suasana belajar menyenangkan sehingga peserta didik
maupun guru menikmati proses pembelajaran.
3.
Inkuiri Sosial
Inkuiri sosial merupakan strategi pembelajaran dari kelompok sosial (social
family) subkelompok konsep masyarakat (concept of society). Subkelompok
ini didasarkan pada asumsi bahwa metode pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan anggota masyarakat ideal yang dapat hidup dan dapat
mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat. Wina Sanjaya
(2007) tahapan proses pembelajaran inkuiri sosial dapat dilaksanakan
dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Orientasi
Guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses
pembelajaran, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir
memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang
sangat penting. Keberhasilan pembelajaran inkuiri sosial sangat
tergantung pada kamauan siswa untuk beraktivitas menggunakan
kemampuannya dalam memecahkan masalah; tanpa kemauan dan
kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan
dengan lancar. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapam
orientasi ini adalah: (a) menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar
yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.; (b) menjelaskan
pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan
dengan merumuskan kesimpulan; dan (c) menjelaskan pentingnya
topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan
motivasi belajar siswa.
b. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan
teka-teki itu. Dikatakan teka-teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji
disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong
untuk mencari jawaban yang tepat. Poses mencarl jawaban itulah yang
sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses
tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga
sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah,
diantaranya: (a) masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.
(b) masalah yang dikaji adaIah masalah yang mengandung teka-teki
yang jawabannya pasti. dan (c) konsep-konsep dalam masalah adalah
konsep-konsep yang sudah diketahui terilebih dahulu oleh siswa.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap
anak adalah (dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau
dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dan
suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis bukan
sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang
kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan
logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi
Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan
akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
d. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi
pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental
yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses
pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam
belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan
menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran
guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang
dibutuhkan.
e. Menguji Hipotesis
Proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat
keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji
hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan banya berdasarkan
argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan
dan dapat dipertanggungjawabkan.
f. Merumuskan kesimpulan
Proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil
pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gongnya
dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena banyaknya
data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak
fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk
mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu
D. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Geografi
Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif
untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output)
pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar
secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input – proses – output) tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik,
bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan
dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah
(scientific approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum
2013. Penilaian autentik mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar
peserta didik, baik dalam rangka mengamati/mengobservasi, menanya,
mencoba, menalar, membangun jejaring atau mengomunikasikan. Penilaian
autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual,
memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka yang
meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
1.
Penilaian Sikap
Penilaian kompetensi sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri,
penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian
antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale)
yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
Contoh kompetensi inti dan kompetensi dasar sikap spiritual dan sosial
sebagai berikut:
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Prilaku
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Prilaku
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban
dilengkapi pedoman penskoran. Tes uraian mampu memberikan multi
jawaban yang memiliki nilai kebenaran yang sama. Tes uraian menuntut
peserta didik mampu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi, atas materi yang sudah dipelajari. Tes
tertulis semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat
mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau
kompleks. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. Instrumen
penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan
secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
Tes lisan adalah tes yang menuntut siswa memberikan jawaban secara
lisan. Pelaksanaan Tes lisan dilakukan dengan mengadakan tanya jawab
secara langsung antara pendidik dan peserta didik.
Instrumen penugasan dapat berupa pekerjaan rumah dan/atau tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik, baik secara individu atau kelompok,
sesuai dengan karakteristik tugas.
Penilaian pengetahuan pada pembelajaran geografi mencakup kompetensi
inti 3 (pengetahuan), kompetensi dasar pengetahuan.
Contoh kompetensi inti dan kompetensi dasar pengetahuan sebagai
berikut:
Kompetensi Inti Kompetensi
Dasar Kompetensi Materi Pokok
Kompetensi Inti Kompetensi
Dasar Kompetensi Materi Pokok kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
geografi dan contoh terapannya
Aspek geografi
3.
Penilaian Ketrampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu
kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan
penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau
skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. Tes praktik adalah
penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu
aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. Untuk
melaksanakan tes praktik diperlukan penyusunan rubrik penilaian.
Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan
dalam waktu tertentu. Penilaian projek dilakukan oleh pendidik untuk tiap
akhir bab atau tema pelajaran. Penyelesaian tugas dimaksud berupa
investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk
proyek. Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru
meliputi penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan
data, analisis data, dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat
menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan
penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
Penilaian ketrampilan juga dapat dilakukan melalui penilaian portofolio.
Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai
kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat
reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi,
dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya
tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian
peserta didik terhadap lingkungannya. Penilaian portofolio merupakan
penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai
sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat
dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara
berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi
berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan
peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa
karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil
tes (bukan nilai), atau informasi lain yang relevan dengan keterampilan
yang dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu. Fokus penilaian
portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau
kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama
dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Penilaian ketrampilan pada pembelajaran geografi mencakup kompetensi
inti ketrampilan, dan kompetensi dasar ketrampilan.
Kompetensi Inti Kompetensi
Dasar Kompetensi
Konten
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
4.1Menyajikan contoh penerapan pengetahua n dasar geografi pada kehidupan sehari-hari dalam bentuk tulisan.
Mengolah,
Menalar, dan
Menyajika n
Contoh penerapan pengetahuan dasar geografi pada
BAB III
ANALISIS KOMPETENSI
A. Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi Inti
Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada pencapaian kompetensi
yang dirumuskan dalam standar kompetensi lulusan, kompetensi inti dan
kompetensi dasar. Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam
menyiapkan pembelajaran adalah melakukan analisis pada ketiga kompetensi
itu. Dari analisis itulah akan diperoleh penjabaran materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan penilaian yang diperlukan. Standar kompetensi
lulusan adalah muara utama pencapaian yang dituju semua mata pelajaran
pada jenjang tertentu. Sedangkan kompetensi inti adalah pijakan pertama
pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada tingkat kompetensi
tertentu. Penjabaran kompetensi inti untuk tiap mata pelajaran tersaji dalam
rumusan kompetensi dasar.
Rumusan standar kompetensi lulusan seperti yang tercantum pada Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013 untuk tingkat SMA
sebagai berikut.
Tabel 3.1.
Standar Kompetensi Lulusan
Dimensi Kualifikasi Kemampuan
Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.
Kompetensi inti tingkat SMA terdiri atas dua tingkatan, yaitu tingkat
kompetensi ke lima yang mencakup kelas X dan kelas XI, dan tingkat
kompetensi keenam untuk kelas XII. Rumusan kompetensi yang relelevan bagi
kelas X sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun
2013 tentang Standar Isi adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2.
Rumusan Standar Kompetensi Inti Kelas X
Kompetensi Deskripsi Kompetensi
Sikap Spiritual
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
Sikap Sosial 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
Pengetahuan 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
Keterampilan 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan
B. Keterkiatan Kompetensi Dalam Pembelajaran dan Penilaian.
Keterkiatan antar kompetensi dalam pembelajaran dan penilaian dapat
Penjelasan gambar;
1. Keterkaitan antar kompetensi dalam pembelajaran dan penilaian.
a. KI-3 dan KI-4 merupakan kompetensi pengetahuan dan keterampilan
yang harus dicapai oleh peserta didik melalui kegiatan pembelajaran
(though curriculum) yang akan memberikan pengalaman belajar secara
langsung (direct teaching) kepada peserta didik.
b. KI-1 dan KI-2 merupakan kompetensi sikap religius dan sikap sosial
yang harus dicapai peserta didik sebagai dampak pengiring (nurturant
effects) yang merupakan pengalaman belajar tidak langsung (indirect
teaching)
c. Keempat kompetensi tersebut harus merupakan hasil pembelajaran
secara utuh atau terpadu.
2. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
a. Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti.
Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu
matapelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok
sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:
1) kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam
rangka menjabarkan KI-1;
2) kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka
3) kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam
rangka menjabarkan KI-3; dan
4) kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam
rangka menjabarkan KI-4.
b. Indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur
dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar
tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator
pencapaian kompetensi mencakup kompetensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan
Dalam penyusunan indikator pencapaian kompetensi perlu diperhatikan
hal-hal berikut ini:
1) Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional yang terukur,
didalamnya terdapat dua unsur, yaitu tingkat kompetensi dan
konten (pengetahuan dan keterampilan);
2) Penyusunan indikator mengacu pada kompetensi inti, kompetensi
dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam
silabus;
3) Tingkat kompetensi indikator harus mencapai tingkat kompetensi
minimal yang tercantum pada kompetensi dasar maupun
kompetensi inti dan dapat dikembangkan hingga ke tingkat yang
paling tinggi untuk mencapai target pencapaian kompetensi sesuai
dengan karakteristik dan daya dukung sekolah dan lingkungannya;
4) Tingkat kompetensi pada aspek sikap adalah menerima,
menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan;
5) Tingkat kompetensi pada aspek pengetahuan adalah mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevalasi, dan
mengkreasi;
6) Tingkat kompetensi pada aspek keterampilan adalah mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta, dan
7) Keseluruhan indikator yang disusun memadai untuk mencapai
Contoh pengembangan indikator pencapaian kompetensi mata
pelajaran geografi.
1) Kompetensi Spiritual
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
Indikator
2) Kompetensi Sosial
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
3) Kompetensi Pengetahuan
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar fisik dan aspek sosial geografi
Menentukan aspek fisik dan aspek sosial geografi dalam kehidupan sehari-hari
Menentukan aspek fisik dan aspek sosial geografi dalam obyek studi geografi
Menganalisis cabang ilmu geografi dan ilmu bantu geografi yang berkaitan dengan aspek fisik dan aspek sosial geografi
4) Kompetensi Ketrampilan
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar aspek fisik dan aspek sosial geografi dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Inti Kompetensi aspek fisik dan aspek sosial geografi yang berkaitan dengan cabang ilmu geografi dan ilmu bantu geografi
3. Materi Pokok dan Materi Pembelajaran
Pengembangan materi pokok memperhatikan; potensi peserta didik,
relevansi dengan karakteristik daerah, tingkat perkembangan fisik,
intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik, kebermanfaatan
bagi peserta didik, struktur keilmuan, aktualitas, kedalaman, dan keluasan
materi pembelajaran, relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan
tuntutan lingkungan; dan alokasi waktu. Materi pembelajaran
dikembangkan sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar pengetahuan,
materi pokok dalam silabus, dan materi pembelajaran dalam buku guru dan
buku siswa. Guru dapat mengembangkan materi pembelajaran yang sudah
tercantum di silabus sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Pengembangan materi pembelajaran merujuk pada materi pokok dalam
silabus dan kompetensi dasar yang termuat dalam kompetensi inti ketiga
(pengetahuan). Hasil pengembangan materi pembelajaran harus mencakup
pengetahuan factual, konsepgual, dan procedural (untuk kelas X), serta
pengatabuan metakognitif (untuk kelas XI dan XII)
a. Pengetahuan factual adalah pengetahuan tentang Fakta, fenomena,
kejadian, atau peristiwa yang dapat dilihat, didengar, dibaca, disentuh,
atau diamati atau materi yang berupa nama-nama objek, nama
tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau
Contoh:
Fenomena alam (peristiwa bencana alam seperti gempa bumi,
tsunami, tanah longsor, banjir dll).
Fenomena sosial/kehidupan (kemiskinan, kelaparan, migrasi
penduduk, aktivitas penduduk di kaki gunung Merapi.
Pengetahuan konseptual adalah pengetahuan tentang ide yang
mempersatukan fakta-fakta yang berupa pengertian, definisi,
hakikat, dan inti isi, misalnya tentang lokasi,jarak, keterjangkauan,
morfologi, aglomerasi, interaksi interdependensi, keterkaitan
keruangan, nilai kegunaan, diferensi area, dan pola.
b. Pengetahuan prosedural yang merupakan pengetahuan tentang
sederetan langkah yang bertahap dan sistematis. Langkah prosedural
merupakan bagian dari kompetensi pada aspek keterampilan.
Contohnya antara lain keterampilan dasar pembuatan peta,
menganalisis keruangan, pengindaeraan jauh, dan tahapan dalam
proses kerja system informasi geografi (SIG).
Untuk selanjutnya, materi pembelajaran juga harus mempertimbangkan
materi yang dapat melatih peserta didik dalam penguasaan Lower Oerder
Thinking Skills (LOTS) dan Higher Order Thinking Skills (HOTS),
integrasi Muatan Lokal dan materi bahan aktualisasi pembebelajaran dalam
kegiatan Kepramukaan.
a. Menyebutkan Flora dan fauna yang terdapat di Indonesia (LOTS);
b. Pola persebaran flora dan fauna yang terdapat di Indonesia (HOTS).
c. Menganalisis pengaruh erupsi Gunung Sinabung terhadap persebaran
flora dan fauna di wilayah Propinsi Sumatera Utara (materi integrasi
muatan lokal)
d. Peserta didik membuat laporan tentang pemanfaatan flora dan fauna
di sekitar lingkungan tempat tinggal.
Melalui kegiatan ini diharapkan dapat memupuk nilai-nilai
kepramukaan diantaranya: kecintaan kepada alam, kecintaan kepada
tanah air, tanggung jawab dll. (contoh aktualisasi geografi dalam