• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KLINIS KEBERHASILAN PERAWATAN KAPING PULPA DIREK DENGAN BAHAN KALSIUM HIDROKSIDA TIPE HARD SETTING DI RSGM UMY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI KLINIS KEBERHASILAN PERAWATAN KAPING PULPA DIREK DENGAN BAHAN KALSIUM HIDROKSIDA TIPE HARD SETTING DI RSGM UMY"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

EVALUASI KLINIS KEBERHASILAN PERAWATAN KAPING

PULPA DIREK DENGAN BAHAN KALSIUM HIDROKSIDA

TIPE HARD SETTING DI RSGM UMY

Disusun untuk Memenuhi sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

HALAMAN JUDUL

Disusun oleh : Fina Maulida Haniy

20120340033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

HALAMAN PENGESAHAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Fina Maulida Haniy

NIM : 20120340033

Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmuah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, Juni 2016 Yang membuat pernyataan,

(3)

iv

MOTTO

The greatest Jihad is to battle your own soul, to fight the evil within your

self”

Prophet Muhammad (PBUH)

“My biggest investation is my children””

My Mother

“Born with deficiency doesn’t mean as failed person because God never fails

Ella

"Happiness can be found, even in the darkest of times, if one only remembers

to turn on the light

Albus Percival Wulfric Brian Dumbledore

“Books and cleverness! There are more important things : friendship and

bravery”

Hermione Granger

“Twenty years from now you will be more disappointed by the things you

didn’t do than by the ones you did do”

(4)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul Evaluasi Klinis Keberhasilan Perawatan Kaping Pulpa Direk dengan Bahan Kalsium Hidroksida Tipe Hard Setting di RSGM UMY (Kajian pada Rekam Medis Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta). Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajad sarjana kedokteran gigi di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Selesainya karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis dalam penyusunan karya tulis ini, terutama kepada yang saya hormati:

1. dr. H. Ardi Pramono, Sp. An., M. Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. drg. Hastoro Pintadi, Sp.Pros selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Gigi FKIK UMY.

3. drg. Erma Sofiani, Sp.KG selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak waktu untuk bimbingan, dukungan, saran, motivasi, inspirasi, serta penuh kesabaran dan perhatian selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Dokter akan selalu menjadi inspirasi kami.

4. Kedua orang tua, Ibnu Darmawan, S.Pd., M.Pd dan Nur Afiyati Syurfa, S.Pd yang selalu menjadi alasan utama, memberikan doa-doa terbaik, dukungan moril, serta materiil tiada henti.

(5)

vi

6. Kakak kedua dan adik, Hafidz Nufi Hartanto, S.T dan Nainingsih Indar Zakiyati, yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan penuh, dan doa yang terus mengalir.

7. Teman-teman seperjuangan yang tangguh dan hebat Rosy, Kiki, dan Gilang. 8. Mbak Tati, Mbak Rizky, Mbak Wika, Mbak Husna, Mbak Vera, Mbak Elok

yang selalu membantu selama proses penelitian di ruang rekam medis RSGM UMY.

9. Hafida, yang selalu mengajari bagaimana pengetikan yang benar selama pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

10.Rosita, yang dengan sabar meminjamkan laptop selama pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

11.Ismi, terima kasih telah membantu dalam pengartian jurnal internasional. 12.Sany, Azka, Mega, Tia, Rani, Sofia, yang selalu memberikan dukungan dan

motivasi kepada penulis.

13.Semua teman-teman angkatan 2012 yang selalu menginspirasi dan mendorong agar segera terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.

14.Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan demi terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih memerlukan perbaikan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi peningkatan kualitas karya tulis ilmiah ini. Akhir kata penulis mengharapkan penelitian ini dapat berjalan lancar dan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, Juni 2016

(6)

vii

DAFTAR ISI

(7)

viii

E. Variabel ... Error! Bookmark not defined. F. Definisi Operasional... Error! Bookmark not defined. G. Instrumen Penelitian... Error! Bookmark not defined. H. Jalannya Penelitian ... Error! Bookmark not defined. I. Cara Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. J. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. K. Alur Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

(8)

iii

DAFTAR GAMBAR

(9)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Terminologi Diagnosis Pulpa ... 16 Tabel 2. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa

direk RSGM UMY berdasarkan usia. ... 37 Tabel 3. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa

direk RSGM UMY bersadarkan jenis kelamin. ... 38 Tabel 4. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa

direk RSGM UMY berdasarkan elemen gigi. ... 38 Tabel 5. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa

(10)
(11)

ix INTISARI

Pulpa merupakan pusat saraf dan pembuluh darah pada gigi yang sangat berperan penting dalam kesehatan gigi. Tindakan pembersihan karies maupun trauma dapat menyebabkan terbukanya pulpa, maka dari itu dilakukan tindakan perlindungan terhadap pulpa yaitu kaping pulpa. Kaping pulpa direk adalah tindakan perlindungan pulpa yang telah terjadi sedikit perforasi pulpa yang kemudian bahan kaping diaplikasikan langsung pada bagian perforasi tersebut. Salah satu bahan kaping pulpa adalah kalsium hidroksida hard setting, yang terkenal sebagai bahan kaping pulpa konvensional dan telah banyak digunakan. Keberhasilan perawatan kaping pulpa direk dapat dilihat melalui evaluasi klinis, histologis, dan radiografis. Evaluasi klinis bertujuan mengetahui kondisi pulpa yang telah dilakukan perawatan melalui pemeriksaan objektif dan subjektif. Penggunaan kalsium hidroksida hard setting sebagai bahan kaping direk di RSGM UMY termasuk dalam kategori tinggi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui evaluasi secara klinis keberhasilan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard

setting di RSGM UMY.

Metode penelitian evaluasi klinis kaping pulpa direk di RSGM UMY ini menggunakan data sekunder, yaitu data rekam medis pasien yang telah dilakukan perawatan kaping pulpa direk selama tahun 2011-2015 di RSGM UMY.

Hasil evalusi klinis kaping pulpa direk di RSGM UMY didapatkan bahwa keberhasilan dengan kategori baik sebesar 89,40%, kategori cukup sebesar 5,30% dan kategori kurang sebesar 5,30%. Perbedaan usia, jenis kelamin tidak terdapat pengaruh berarti dalam keberhasilan.

(12)

x

ABSTRACT

The pulp is the center of nerves and blood vessels in the tooth has important role in dental health. The cleaning action of caries or trauma can lead to pulp exposure, and therefore the treatment of protection the pulp is pulp capping. Direct pulp capping is pulp protection measures which has been a slight perforation of the pulp which is then capping material applied directly on the perforated section. One material pulp capping is hard setting calcium hydroxide, which is renowned as a capping material conventional pulp and has been widely used. Direct pulp capping successful treatment can be seen through evaluation of clinical, histological and radiographic. Clinical evaluation aims to determine the condition of the pulp that has been taken care through objective and subjective examination. The use of hard setting calcium hydroxide as a material direct pulp capping at the Dental Hospital UMY in the high category.

The purpose of this study was to determine the clinical evaluation of success direct pulp capping with calcium hydroxide material type of hard setting at the Dental Hospital UMY.

Methods clinical evaluation direct pulp capping at the Dental Hospital UMY using secondary data, the medical records of patients who had taken care direct pulp capping during the years 2011-2015 at the Dental Hospital UMY.

The results of the clinical evaluation direct pulp capping at the Dental Hospital UMY found that success with a good category as 89.40%, enough category of 5.30% and 5.30% less category. Differences in age, sex there is no consideratrion means in success.

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pulpa merupakan jaringan ikat longgar yang komposisinya sama dengan

jaringan ikat tubuh lainnya yang tersusun oleh jaringan pembuluh darah dan

saraf (Hargreaves & Goodis, 2002). Empat fungsi utama pulpa antara lain

dentinogenik (berperan dalam pembentukan dentin), sistem pertahanan

(sebagai respon inflamasi jika terjadi paparan bakteri), fungsi sensori

(kemampuan menyampaikan nyeri jika terjadi luka), dan nutritif (menutrisi

metabolisme dentin) (Pansecchi et al., 2009).

Pulpa akan kehilangan fungsinya jika mengalami peradangan. Salah satu

jenis peradangan pulpa adalah pulpitis reversibel. Pulpitis reversibel

merupakan peradangan pulpa dalam gigi yang dapat terjadi ketika melakukan

preparasi, pengambilan cetakan, tindakan restorasi, maupun faktor lain seperti

penyakit periodontal (Pansecchi et al., 2009). Salah satu gejala pulpitis

reversibel adalah dentin hipersensitif, yang ditandai dengan ketika adanya

sensitifitas jika terkena stimuli yang berlangsung cepat, namun hilang jika

stimuli dihentikan. Gejala lainnya sulit terlokalisir, secara radiografik

periradikuler terlihat normal, secara klinis perkusi negatif kecuali terdapat

trauma oklusal (Heasman, 2006). Pulpitis reversibel juga berpotensi

menyebabkan pulpa terbuka, pulpa terbuka dapat disebabkan karies maupun

perforasi selama preparasi. Perawatan untuk pulpitis reversibel adalah kaping

(14)

Menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat penting untuk mencegah

penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Gigi dan mulut yang

tidak sehat akan menimbulkan berbagai macam penyakit. Penyakit yang tidak

dirawat akan menimbulkan efek yang lebih buruk, seperti halnya pada pulpa

gigi. Pulpa gigi yang tidak sehat perlu dilakukan perawatan, berdasarkan

hadist riwayat Bukhari bahwa setiap penyakit telah diturunkan pula obatnya.

ً ءاَفِشً هَلًَلًَزْنَأ ًَِّإاَدً لًَلًَزْنَأ اَم

Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan

penawarnya.” (HR Bukhari).

Perawatan pulpitis reversibel adalah kaping pulpa. Kaping pulpa

merupakan teknik perawatan pulpa vital yang bertujuan untuk

mempertahankan vitalitas jaringan pulpa untuk melindungi dari bakteri

dengan menambah kemampuan reparasi. Terdapat dua jenis perawatan kaping

pulpa indirek dan kaping pulpa direk.

Kaping pulpa indirek merupakan perawatan yang bertujuan untuk

melindungi pulpa karena jika pembersihan karies dilakukan preparasi penuh

maka akan menyebabkan terbukanya pulpa (Straffon, 2000). Kaping pulpa

direk merupakan prosedur perawatan pulpa yang terbuka dengan cara melapisi

pulpa dengan bahan yang biokompatibel untuk merangsang terbentuknya

jembatan dentin (Swarup, 2014). Pulpa yang terbuka dapat disebabkan oleh

(15)

3

mudahnya infeksi bakteri sehingga dapat menyebabkan pulpa inflamasi

(Komabayashi, 2015)

Karakteristik penyembuhan pulpa terbuka meliputi pembentukan

kembali jaringan yang rusak, diferensiasi sel odontoblas dari sel

subodontoblas dan memperbaiki jaringan dentin yang terbuka dengan

pembentukan jembatan dentin reparatif (Tzifas et al., 2000). Dentin reparatif

juga terbentuk karena trauma fisik atau kimia, odontoblas berperan penting

dalam pembentukan tersebut dan bertanggung jawab dalam menutrisi dentin.

Proses tersebut berlangsung hingga secara biologis pulpa aktif dan

merangsang reaksi defens, dilatasi, permeabilitas dan sel-sel inflamasi.

Stimulus yang berlangsung menyebabkan terjadinya modifikasi dan reparasi

dentin-pulpa (Pashley, 1996)

Indikasi perawatan kaping pulpa ditujukan pada gigi permanen dengan

pulpa normal setelah mengalami trauma mekanis seperti preparasi kavitas,

serta memungkinkan terjadi kontak langsung bahan kaping dengan jaringan

pulpa. Lesi jaringan pulpa harus bebas dari jaringan karies dan lebih kecil atau

mendekati 1mm (Babick et al., 2013). Bahan kaping pulpa antara lain kalsium

hidroksida, Glass Ionomer / Resin-Modifed Glass Ionomer, Adhesive system,

dan Mineral Trioxide Aggregate (MTA).

Bahan kaping pulpa yang ideal harus menunjukkan kemampuan kontrol

infeksi yang baik, daya rekat terhadap dentin sehingga mengurangi kebocoran

mikro, mudah diaplikasikan dan dapat merangsang pembentukan jembatan

(16)

kedokteran gigi sejak tahun 1921 dan telah menjadi “gold standart” dalam

perawatan kaping pulpa dan sukses digunakan selama lebih dari 10 tahun.

Keuntungan kalsium hidroksida yaitu mempunyai kemampuan antibakteri

yang baik. Penelitian menunjukan bahwa bakteri berkurang pada pulpa yang

terinfeksi setelah satu jam diaplikasikan kalsium hidroksida. Salah satu

kerugian dari kalsium hidroksida adalah tunnel defects, yaitu dentin reparatif

yang terbentuk menipis dengan ditandai adanya fibroblas dan kapiler.

Mekanisme kalsium hidroksida dalam kaping pulpa belum sepenuhnya

dimengerti tetapi beberapa pendapat menyatakan dikarenakan pH kalsium

hidroksida yang tinggi sehingga mengiritasi pulpa, yang mana merangsang

terjadinya perbaikan melalui protein yaitu Bone Morphogenic Protein (BMP)

dan Transforming Growth Factor-Beta One (TGF-β1) (Graham et al., 2006).

Sejak terbukanya pulpa, proses reparasi terjadi dan mensintesis kolagen.

Kolagen dalam jaringan pulpa meningkatkan aksi sitokin. Sintesis kolagen

akan ditingkatkan dengan transforming growth factor (TGF-β1) , (TGF-β2),

interleukin (IL)-1β5,11 sehinng terjadi sintesis fibroblast yang merupakan

kunci proses sembuhnya pulpa (Chan, 2005).

Kalsium hidroksida tersedia dalam berbagai bentuk sediaan bubuk yang

dicampur dengan air, salin, metil selulosa, gliserin, dan bentuk pasta dengan

metil selulosa (Pulpadent). Kalsium hidroksida bubuk dan pasta yang banyak

ditemui pada toko kedokteran gigi (Nirmala, 2005).

Hal yang mempengaruhi keberhasilan kaping pulpa direk antara lain

(17)

5

saliva sekitar area (Cox et al., 2001). Keberhasilan berdasarkan pemerikaan

klinis yang meliputi tes perkusi, untuk mengetahui terjadinya inflamasi di

ligamen periodontal, parsial atau total nekrosis pulpa, dan penyakit

periodontal. Tes palpasi yang positif dapat mengindikasikan terjadi inflamasi

di sekitar periapikal yang akhirnya menyebar hingga mukoperiosteum. Tes

termal, respon positif menunjukkan vitalitas pulpa (Murray & Garcia Godoy,

2006).

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hana M Jamjoom

pada tahun 2008 yang membandingkan dua material yaitu glass ionomer

dengan kalsium hidroksida. Pasien melakukan kontrol pada waktu 3 minggu, 3

bulan, dan 6 bulan setelah dilakukan perawatan. Hasil menunjukkan bahwa

pasien kaping pulpa menggunakan glass ionomer memiliki keberhasilan lebih

tinggi dibandingkan kalsium hidroksida. Keberhasilan yang lebih tinggi pada

penggunaan glass ionomer dapat disebabkan karena glaas ionomer

mempunyai kemampuan ikatan kimia yang kuat pada struktur gigi, sehingga

mencegah terjadinya kebocoran dan mempunya biokompatibel yang bagus

ketika digunakan pada struktur gigi yang mendekati pulpa (Murray et al.,

2002)

Penggunaan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM UMY sangat

tinggi sebagai bahan kaping pulpa direk maupun indirek. Hal ini menimbulkan

keinginan penulis untuk melakukan klinis pada perawatan pulpa kaping

(18)

menjadi bahan evaluasi keberhasilan perawatan kaping pulpa direk di RSGM

UMY.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu

masalah, yaitu :

Bagaimanakah evaluasi klinis keberhasilan kaping pulpa direk dengan

bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM UMY?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui evaluasi secara klinis

keberhasilan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard

setting di RSGM UMY.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi ilmu

pengetahuan terkait tingkat efektifitas bahan kalsium hidroksida tipe

hard setting sebagai bahan kaping pulpa khususnya kaping pulpa direk.

2. Manfaat bagi dokter gigi

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi

dokter gigi dalam pemilihan bahan untuk melakukan perawatan

kaping pulpa khususnya kaping pulpa direk.

b. Sebagai bahan evaluasi dalam tindakan perawatan kaping pulpa

(19)

7

3. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu membantu peneliti untuk

menerapkan dan mengaplikasikan ilmu metodologi penelitian serta

menambah ilmu pengetahuan dan informasi baru bagi peneliti.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian evaluasi hasil kaping pulpa direk yang pernah dilakukan

antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Hana M. Jamjoom tahun 2008 yang

berjudul “Clinical Evaluation of Directly Pulp Capped Permanent Teeth

With Glass Ionomer Cement Materials”. Jenis penelitian yang dilakukan

adalah penelitian deskriptif observasional. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengevaluasi keefektifan resin modified glass ionomer

cement ketika digunakan sebagai bahan kaping pulpa direk pada gigi

permanen dibandingkan dengan kalsium hidroksida. Aplikasi bahan

kaping pulpa dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan klinis dan

radiografis. Pasien mendapat perlakuan dengan bahan yang berbeda secara

acak, lalu dilakukan recall untuk evaluasi secara klinis dan radiografis

selama 3 minggu, 3 bulan dan 6 bulan. Hasil penelitian tersebut

mendapatkan hasil bahwa kalsium hidroksida mempunyai kegagalan

lebih besar dibanding resin modified glass ionomer cement. Dapat

dibuktikan dalam hasil penelitian di periode 3 minggu kegagalan

(20)

sementara resin modified glass ionomer cement tidak mengalami

kegagalan sama sekali.

Beda penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

metode penelitiannya , penelitian ini menggunakan data primer sementara

penelitian yang akan dilakukan menggunakan data sekunder. Penelitian ini

membandingkan dua jenis material kaping pulpa direk kemudian

dievaluasi secara klinis sebelum perawatan maupun sesudah

perawatan, sedangkan penelitian yang akan dilakukan hanya

mengevaluasi klinis kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida.

2. Penelitian yang dilakuan oleh Peter E. Murray, Ph.D dan Franklin

Garcia-Godoy, DDS, MS tahun 2006 yang berjudul “The incidence of pulp

healing with direct capping materials”. Jenis penelitian yang dilakukan

adalah penelitian eksperimental. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

meneliti luka dan proses penyembuhan pulpa menggunakan kalsium

hidroksida, resin komposit, dan resin modified glass ionomer sebagai

bahan kaping pulpa direk serta membandingkan kelemahan tiap-tiap

material kaping. Hasil dari penelitian didapat kelemahan dari

masing-masing material yaitu tunnel defect sebesar 82% menggunakan kalsium

hidroksida, 42% menggunakan RMGI, dan 0% menggunakan resin

komposit. Operative debris terluas adalah menggunakan bahan kaping

kalsium hidroksida (77%), lalu RMGI (57%) dan resin komposit (29%).

Pulp inflamation terjadi di material kaping kalsium hidroksida(68%),

(21)

9

Beda penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

metode penelitian, penelitian yang akan dilakukan menggunakan data

sekunder tanpa hewan coba, selain itu evaluasi dari perawatan kaping

pulpa direk. Penelitian yang akan dilakukan mengevaluasi dari segi klinis

sementara penelitian ini mengevaluasi dari segi histologi.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Brita Willershausen, DDS, PhD dkk tahun

2010 yang berjudul “Retrospective study on direct pulp capping with

calcium hydroxide”. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian

eksperimental. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi nilai

rata-rata kesuksesan kaping pulpa direk menggunakan kalsium

hidroksida-based pada gigi permanen. Analisa statistik menggunakan teknik SPSS

15.0 dan SAS 9.2. Hasil dari penelitian dari total 2.164 kaping pulpa direk,

hanya 1.075 (49,7%) gigi yang ter-kaping dengan rinciain 533 laki-laki

dan 542 perempuan dengan rata-rata usia 37.1 ± 15.3. Setelah satu tahun,

80,1 % semua gigi menunjukkan gejala normal, lalu berfungsi pada akhir

tahun kedua sebanyak 75,2% dan menurun setelah tiga tahun ke angka

72,0%, tahun kelima 68,0%, menurun pada tahun kedelapan 58,7%.

Tercatat 172 kasus kegagalan yang berakhir dengan nekrosis.

Beda penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

jenis penelitian, penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian

observasional deskriptif karena menggunakan data sekunder berupa rekam

medis. Jenis penelitian ini merupakan penelitian ekperimental, karena

(22)

mengevaluasi penggunaan kalsium hidroksida sebagai bahan kaping

dengan cara membandingkan dengan bahan kaping pulpa lainnya,

sementara penelitian yang akan dilakukan evaluasi kalsium hidroksida

sebagai bahan kaping pulpa tanpa membandingkan dengan bahan kaping

(23)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pulpa

Menurut kamus besar Kedokteran Gigi Mosby (2008), pulpa

merupakan bagian pusat dari gigi, terdiri dari pembuluh darah, saraf, dan

bagian selular, termasuk odontoblas yang membentuk dentin. Anatomi

pulpa dibagi menjadi dua bagian yaitu mahkota pulpa dan akar pulpa.

Mahkota pulpa terletak di kamar pulpa yang menjadi bagian dari

mahkota gigi, termasuk tanduk pulpa yang mulai dari incisal ridges

mengarah ke ujung tonjol. Akar pulpa terletak di kanal pulpa yang

merupakan akar gigi. Akar pulpa meneruskan jaringan periapikal dengan

menghubungkan foramen apikal, kanal asesori meneruskan kanal pulpa

dari dentin menuju jaringan periodontal (Roberson, 2006).

Gigi dengan kondisi pulpa normal tidak menunjukkan

gejala-gejala spontan jika terluka. Pulpa akan merespon tes dan gejala-gejala timbul

dari tes sedang (Cohen & Hargreaves, 2011).

(24)

2. Dentin

Pembentukan dentin atau dentinogenesis diawali dari sel yang

disebut odontoblas. Odontoblas merupakan bagian dari pulpa, namun

karena proses sitoplasmik sel panjang odontoblas (100-200 µm) dapat

mencapai tubulus dentin. Dentin merupakan bagian terluas gigi, secara

anatomi dentin dilindungi oleh email, mahkota gigi dan sementum.

Pembentukan dentin terjadi lebih awal dari pembentukan email.

Odontoblas memproduksi matriks kolagen sebagai tahap awal,

pembentukan pertama yaitu dentin yang dekat dengan permukaan pulpa.

Secara garis besar pembentukan dimulai dari tonjol atau area insisal gigi

menuju ke akar gigi. Area yang tidak termineralisasi pada badan

odontoblas disebut predentin. Dentin akan terus terbentuk hingga 3 tahun

setelah gigi tumbuh atau disebut dentin primer. (Roberson, 2006)

a. Dentin Sekunder

Dentin sekunder merupakan dentin yang terbentuk secara

kontinu setelah mahkota terbentuk secara penuh. Mulai terbentuknya

dentin sekunder berawal dari reaksi pulpa ketika terjadi kontak

dengan gigi antagonis selama mastikasi. Kandungan mineral dalam

dentin sekunder lebih kecil 6-10% dibandingkan dengan dentin

(25)

13

Menurut Rajendra (2012) dentin sekunder ada dua, yaitu :

1. Dentin Sekunder Fisiologis

Bentuk dentin sekunder fisiologis adalah regular,

hanya selapis pada kamar pulpa yang terus terbentuk

seiring umur gigi. Dentin sekunder merupakan hasil

faktor fisiologi yaitu umur dan erupi gigi, juga

terbentuk lebih lambat dibandingkan dengan dentin

primer.

2. Dentin Sekunder Reparatif

Merupakan dentin yang terbentuk pada sekitar

kamar pulpa hasil iritasi atau atrisi seperti bruxism dan

kontak oklusi pada gigi antagonis. Trauma tersebut

menstimulasi protekssi alami seperti dentin sekunder.

b. Dentin Tersier

Dentin tersier adalah jaringan yang terbentuk sebagai hasil

respon rangsangan eksternal yang kuat pada gigi, misalnya

peradangan yang berat. Pembentukan dentin tersier terjadi oleh peran

odontoblas sekunder yang terdiferensiasi dari sel dalam pulpa yang

tidak terdiferensiasi. Dentin tersier memiliki struktur yang ireguler

dan terlokalisir pada tubulus dentinalis. Pembentukan pertama dentin

tersier melalui proses diferensiasi odontoblas sekunder yang

selanjutnya pembentukan menghasilkan jaringan dengan tubulus

(26)

Dentin tersier disubklasifikasikan menjadi dentin reaksioner dan

reparatif. Dentin reaksioner merupakan matriks dentin tersier yang

merespon terhadap stimulus ringan sehingga menimbulkan kenaikan

aktivitas sel odontoblas yang berperan dalam pembentukan dentin.

Dentin reparatif merupakan matriks dentin tersier yang disekresikan

oleh dentin baru setelah terjadi rangsang yang berat sehingga

meyebabkan kematian sel odontoblas yang berperan dalam

pembentukan dentin primer dan sekunder (Smith, 2002).

Gambar 2. Dentin

3. Penyakit Pulpa

a. Pulpitis Reversibel

Pulpitis reversibel merupakan peradangan pulpa yang tidak

parah, jika penyebab radang dihilangkan maka pulpa akan kembali

sehat. Faktor-faktor penyebab pulpitis reversibel antara lain erosi,

karies, atrisi, kesalahan prosedur operator, fraktur email sehingga

menyebabkan dentin terbuka (Walton & Torabinejad, 2008). Ketika

(27)

15

dihentikan, rasa sakit sulit terlokalisir, radiografik periradikuler

terlihat normal, perkusi negatif kecuali terdapat trauma oklusal

(Heasman, 2006).

c. Pulpitis Irreversibel

Pulpitis irreversibel merupakan peradangan pulpa hingga

menyebabkan kemampuan pertahanan pulpa tidak dapat

memperbaiki pulpa normal kembali (Rukmo, 2011). Gejala pulpitis

irreversibel adalah nyeri spontan, jika diberi stimulus menimbulkan

nyeri tajam dan nyeri berlanjut hingga 30 detik atau lebih setelah

stimulus dihilangkan, nyeri tidak terlokalisir jelas, nyeri semakin

terasa dengan posisi berbaring (Babick et al., 2013).

d. Pulpitis Hiperplastik

Pulpitis hiperplastik ditandai dengan adanya polip yang

berasal dari inflamasi kronik pulpa muda hingga ke permukaaan

oklusal. Histologisnya inflamasi terjadi pada sel epitel permukaan,

sel epitel tersebut tumbuh ke permukaan membentuk polip (Walton

& Torabinejad, 2008). Pulpitis hiperplastik biasanya terjadi pada gigi

permanen muda ditandai dengan adanya jaringan polip kemerahan

dan terasa sakit selama mastikasi (Ingle, 2002)

e. Nekrosis Pulpa

Nekrosis pulpa merupakan kategori diagnosis klinis kematian

pulpa gigi. Pulpa tidak merespon tes vitalitas dan asimtomatik.

(28)

menyebabkan saraf pulpa tidak berfungsi kembali. Pulpa yang sudah

nekrosis jika tidak dirawat akan menyebabkan penyakit ke dalam

jaringan periradikuler (Cohen & Hargreaves, 2011).

Tabel 1. Terminologi Diagnosis Pulpa

Pulpa dengan kondisi normal tidak akan menunjukkan hasil

positif pada tes perkusi dan tes palpasi, akan tetapi akan

menunjukkan tes positif pada tes elektrik dan termal karena gigi

masih vital. Pada pulpitis reversibel akan menunjukkan respon ngilu

pada tes suhu dingin, sedangkan pulpitis irreversibel durasi ngilu

lebih lama dan terkadang disertai nyeri spontan. Pulpa yang nekrosis

akan menunjukkan hasil negatif pada tes vitalitas namun masih

kemungkinan menunjukkan hasil positif pada tes perkusi karena Diagnosis

Pulpa

Keluhan Utama Riwayat Elektrik Termal Perkusi Palpasi

Pulpa Normal Tidak ada Tidak ada

(29)

17

jaringan periodontal disekitar gigi terganggu. Dapat dilihat pada

tabel 1 Terminologi Diagnosis Pulpa.

2. Pupitis Reversibel

Pulpitis reversibel merupakan peradangan pulpa yang tidak parah,

jika penyebab radang dihilangkan maka pulpa akan kembali sehat.

Faktor-faktor penyebab pulpitis reversibel antara lain erosi, karies, atrisi,

kesalahan prosedur operator, fraktur email sehingga menyebabkan dentin

terbuka (Walton & Torabinejad, 2008).

a. Karies

Karies adalah multifaktorial, menyebar, penyakit infeksi yang

awalnya disebabkan oleh interaksi kariogenik oral flora dengan

karbohidrat pada permukaan gigi yang lama. Karies ditandai dengan

demineralisasi dan hilangnya struktur permukaan gigi (Roberson,

2006).

b. Erosi

Erosi gigi adalah hilangnya jaringan gigi akibar proses kimia

tanpa pengaruh bakteri, merupakan penyakit multifaktoral dan

seringkali dipengaruhi oleh gaya hidup. Erosi dapat pula dipengaruhi

karena respon asam yang didapat dari faktor instriksik dan ekstrinsik.

Faktor ekstrinsik asam dapat berasal dari diet seseorang, air kolam

renang, dan obat. Faktor intrinsik berasal dari asam lambung (Lussi,

(30)

c. Atrisi dan Abrasi

Atrisi dapat didefinisikan sebagai hilangnya jaringan email,

dentin, atau restrasi karena kontak antar gigi. Atrisi dipengaruhi oleh

kebiasaan atau dikarenakan adanya kelainan aktivitas mastikasi.

Abrasi terjadi karena adanya proses biomekanik seperti menggosok

gigi (Lopez-Frias et al., 2012).

3. Perawatan Kaping Pulpa

Kaping pulpa merupakan prosedur alternatif perawatan

endodontik dengan cara medikamen diaplikasikan secara langsung pada

pulpa terbuka atau pada dentin yang tersisa untuk menjaga vitalitas

pulpa dan mengurangi iritasi yang meluas. (Hilton, 2010).

Ada dua teknik perawatan kaping pulpa yaitu :

a. Kaping Pulpa Indirek

Kaping pulpa indirek dapat dilakukan jika terdapat karies yang

cukup dalam mendekati pulpa tetapi gigi tidak mempunyai riwayat

sakit spontan dan respon normal terhadap tes vitalitas. Pulpa terbuka

harus dihindari, karena jika terjadi akan lebih baik dilakukan

perawatan kaping pulpa direk. Indikasi pulpa kaping indirek antara

lain tidak ada riwayat nyeri spontan, pulpa dalam kondisi vital, tidak

ada riwayat nyeri berlanjut setelah diberi stimuli suhu dan radiograf

menunjukkan tidak adanya lesi periradikuler (Summit et al., 2006).

Kontraindikasi pulpa kaping indirek yaitu jika sudah terjadi perforasi

(31)

19

luksasi berlebihan, nyeri spontan yang tajam dan tidak hilang selama

30 detik atau lebih, pada radiograf terdapat radiolusen pada periapikal

(Ingle, 2002).

Teknik kaping pulpa indirek mula-mula gigi dianastesi

terlebih dahulu, lalu isolasi gigi menggunakan rubber dam. Preparasi

gigi menggunakan excavator atau bur bulat besar low

speed-handpiece dengan menyisakan dentin yang sehat. Aplikasi kalsium

hidroksida sebagai liner menyeluruh pada permukaan dentin yang

sehat, ditumpat menggunakan amalgam, glass ionomer cement,

komposit (Summit et al., 2006).

Gambar 3. Kaping Pulpa Indirek

b. Kaping Pulpa Direk

Kaping pulpa direk didefinisikan sebagai pelapis luka pada

pulpa normal terbuka secara klinik tanpa adanya tanda dan gejala

penyakit pulpa yang parah. Prosedur ini noninvasif, termasuk

perawatan sederhana dalam melindungi jaringan sehat pulpa

(32)

terjadi perforasi pulpa karena mekanis atau karena karies (Walton &

Torabinejad, 2008). Kontraindikasi kaping pulpa direk dengan pulpa

terbuka dikarenakan karies. Bakteri karies yang dapat masuk ke dalam

pulpa akan sulit mempertahankan pulpa sehat kembali (van-Noort,

2008).

Teknik kaping pulpa direk mula-mula gigi di bersihkan

menggunakan 0,2% larutan chlorhexidine, lalu gunakan rubber dam

untuk mengisolasi gigi. Kavitas oklusal dipreparasi menggunakan bur

bulat diamond dengan high-speed handpiece. Kavitas oklusal

sedalam 3.0-3.5 mm, 4.0-4.5 mm lebar mesiodistal dan 3.0-3.5mm

lebar fasiolingual. Dimensi kavitas dicek menggunakan digital caliper

untuk menyesuaikan dengan standar ukuran kavitas. Haemostasis

tercapai dengan mengaplikasikan cotton pellet yang lembab dengan

larutan saline kemudian dikeringkan menggunakan cotton pellet.

Bagian pulpa yang terbuka diaplikasikan menggunakan bahan kaping

pulpa secara langsung, setelah itu ditumpat menggunakan bahan

tumpatan seperti resin komposit atau GIC sebagai liner (Parolia et

(33)

21

Gambar 4. Kaping Pulpa Direk

4. Bahan Kaping Pulpa

Beberapa bahan kaping pulpa yang dikenal adalah :

a. Zinc Oxide Eugenol (ZOE)

Zinc Oxide Eugenol (ZOE) sudah bertahun-tahun digunakan

dalam kedokteran gigi sebagai material base, liners, semen dan

tumpatan sementara. ZOE kurang efektif sebagai bahan kaping pulpa

karena eugenol yang dilepaskan bersifat toksik. Penelitian gigi yang

dikaping menggunakan ZOE menunjukkan inflamasi kronik, pulpa

tidak sembuh dan tidak terbentuknya dentin reparaitf setelah 12

minggu dirawat (Hilton, 2010).

b. Mineral Trioxide Aggregate (MTA)

MTA telah terbukti tidak hanya menjadi salah satu material

yang sangat bagus untuk jaringan ikat tetapi juga berkontribusi

mencegah terjadinya kebocoran bakteri. Keberhasilan MTA sebagai

bahan kaping pulpa cukup bagus tanpa adanya kebocoran bakteri.

Beberapa penelitian menunjukkan MTA efektif sebagai bahan

kaping pulpa dan terbukti MTA memperbaiki jaringan tanpa adanya

(34)

c. Resin Modified-Glass Ionomer Cement (RM-GIC)

RM-GIC merupakan modifikasi GIC. Penelitian in vitro

menunjukkan bahwa RM-GIC mengurangi terjadinya kebocoran

mikro. Keberhasilan RM-GIC sebagai bahan kaping pulpa cukup

bagus seperti kalsium hidroksida, serta RM-GIC terbukti membentuk

jembatan dentin setelah 21 hari pada jaringan pulpa kera. Efek

samping RM-GIC sebagai bahan kaping belum teruji secara klinis

(Huang & Chang, 2002).

d. Kalsium Hidroksida

Penggunaan kalsium hidroksida Ca(OH)2 pertama bentuk

sediaan seperti bubur, terdiri dari campuran kalsium hidroksida dan

air yang selanjutnya berubah menjadi pasta menggunakan metil

selulosa yang lebih mudah digunakan. Tahun 1960 kalsium

hidroksida hard-setting semen diperkenalkan, kalsium hidroksida

bereaksi dengan agen salisilat ester. Kalsium hidroksida tipe hard

setting terdiri dari two-paste system atau single paste-system yang

terdiri dari kalsium-hidroksida-terisi-dimetakrilat dan terpolimer

menggunakan cahaya (van- Noort, 2008).

Perbedaan kalsium hidroksida tipe hard setting dengan non

setting adalah mudah larut dan menghilang di bawah restorasi secara

bertahap yang dapat mengurangi fungsi restorasi, sementara tipe

hard setting lebih rendah daya larutnya. Kendala pembuatan adalah

(35)

23

terapeutik dan tidak mudah larut begitu saja. Pasta kalsium

hidroksida dengan ketebalan 1.0-1.5 mm yang bersentuhan dengan

pulpa dapat menyebabkan nekrosis. Sebuah penelitian menunjukkan

bahwa pembentukan jembatan bukan berasal dari semen yang

diaplikasikan, melainkan dari tingginya pH sebesar 12,5 yang

menyebabkan pulpa merespon (van-Noort, 2008)

5. Mekanisme terbentuknya dentin tersier

Pembentukan dentin tersier terjadi pada hari ke 60 dan terus

berlanjut di hari berikutnya (Hargreaves & Goodis, 2002). Jembatan

dentin merupakan dentin tersier yang dibentuk oleh sel odontoblas ketika

pulpa terbuka. Proses pembentukan dentin reparatif tergantung pada sel

pulpa untuk mendeteksi adanya luka sehingga menginisiasi respon

perbaikan (Murray et al., 2006). Proses terbentuknya dentin tersier

merupakan dentin pengganti, tergantung dari seberapa mampu dalam

merespon dan berapa banyaknya jumlah matriks dentin baru terbentuk.

Secara keseluruhan, dentin pengganti dibentuk oleh pre-existing

odontoblas, lalu dentin reparatif dibentuk oleh diferensiasi sel

odontoblas yang baru (Smith et al., 1995).

Pembentukan dentin jika disederhanakan dimulai dari terbukanya

pulpa yang menyisakan kurang dari 0,01mm jaringan dentin sehingga

melukai sel odontoblas, selanjutnya terjadi reduksi odontoblas hingga

(36)

Odontoblasoid digantikan oleh terbentuknya jembatan dentin (Murray et

al., 2006).

6. Evaluasi klinis

Evaluasi klinis merupakan salah satu indikator berhasil atau

tidaknya suatu perawatan yang dapat dilakukan pada selang waktu

tertentu setelah perawatan dilakukan. Evaluasi klinis subjektif dapat

diketahui berdasarkan keluhan pasien. Tes klinis objektif dapat dilakukan

melalui tes suhu dilakukan untuk mengetahui vitalitas pulpa, dapat

menggunakan Endo-Ice frozen gas, Chlor Etil yang diaplikasikan di atas

permukaan bukal gigi selama 5 detik. Tes Perkusi untuk memprediksi

keterlibatan jaringan periradikuler yang mengindikasikan perubahan

menuju pulpitis irreversibel, hal itu ditandai timbul rasa nyeri saat

perkusi. Tes palpasi untuk memprediksi perluasan tulang periradikuler,

tes ini menggunakan dau jari tangan pada sulkus bukal. Sakit yang timbul

pada tes palpasi mengindikasikan infeksi yang meluas hingga endoseam

(M. Jamjoom, 2008).

B. Landasan Teori

Pulpa yang terluka dapat disebabkan oleh karies dentin, preparasi

kavitas, abrasi, erosi, atrisi, perosedur tumpatan yang dapat menyebabkan

peradangan pulpa atau disebut dengan pulpitis. Pulpitis yang memungkinkan

pulpa kembali normal disebut pulpitis reversibel.

Perawatan pulpitis reversibel adalah perawatan kaping pulpa. Tujuan

(37)

25

yang tersisa. Pulpitis reversibel yang perforasi hingga terbukanya pulpa

dilakukan perawatan kaping pulpa direk. Teknik kaping pulpa direk adalah

meletakkan bahan material langsung pada titik perforasi, sehingga diharapkan

dapat terbentuk jembatan dentin untuk melindungi pulpa.

Salah satu bahan kaping pulpa adalah kalsium hidroksida yang sudah

dikenal dengan “gold standard” karena selalu berhasil dalam perawatan

kaping pulpa. Kalsium hidroksida dikenal sebagai antibakteri yang baik,

dibuktikan dengan hilangnya bakteri pada permukaan pulpa setelah satu jam

diaplikasikan kalsium hidroksida. Kemampuan kalsium hidroksida didukung

oleh konsentrasi pH yang tinggi yaitu 12,5 sehingga merespon pulpa untuk

membentuk dentin reparatif. Kalsium hidroksida berdasarkan sediaannya

terdapat kalsium hidroksida tipe hard setting yang memiliki keuntungan tidak

mudah larut dan paling sering digunakan untuk perawatan kaping pulpa.

Keberhasilan kaping pulpa direk tidak selamanya baik, ada beberapa

hal yang perlu diperhatikan setelah dilakukan perawatan. Perawatan yang

tidak tepat dapat menyebabkan kebocoran mikro dan tunnel defect, hal

tersebut menyebabkan infeksi meluas hingga terjadi pulpitis irreversibel

bahkan nekrosis pulpa. Keberhasilan kaping pulpa direk dapat dilihat dari

evaluasi klinis melalui sondasi, palpasi, perkusi, tes suhu. Tes suhu

menggunakan chlor etil dan yang terespon adalah saraf A-delta pada pulpa,

normal jika pasien terasa beberapa saat dan menghilang 10-30 detik setelah

stimulus dihilangkan. Respon dingin yang terasa sakit mengindikasikan

(38)

respon mengindikasikan nekrosis pulpa. Perkusi merupakan tes untuk

mengetahui adanya inflamasi atau tidak pada jaringan periapikal. Palpasi

merupakan tes untuk mengetahui ada tidaknya inflamasi di bawah tulang, tes

tersebut menggunakan jari menelusuri tulang dan deteksi adanya tenderness

atau tidak, jika ditemukan adanya tenderness maka terindikasi terjadi

(39)
(40)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian desain penelitian yang digunakan adalah

observasional deskriptif dengan cara mengevaluasi secara klinis hasil

perawatan kaping pulpa direk menggunakan data sekunder rekam medis

pasien.

1. Status Keberhasilan

Baik : Bila anamnesis dan hasil pemeriksaan objektif tidak

menunjukkan keluhan dan gejala.

Cukup : Bila pada pemeriksaan subjektif tidak didapatkan keluhan,

namun pada pemeriksaan objektif terdapat satu pemeriksaan

menunjukkan kepekaan (+).

Kurang : Bila pada pemeriksaan subjektif tidak didapatkan keluhan,

namun pada pemeriksaan objektif terdapat dua pemeriksaan

menunjukkan kepekaan (+).

Buruk : Bila pada pemeriksaan subjektif menunjukkan hasil positif dan

pemeriksaan objektif menunjukkan kepekaan (+).

Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. HOS Cokroaminoto No.17,

(41)

29

B. Sumber Data

Data penelitian bersumber dari data sekunder, data sekunder

merupakan data rekam medis pasien perawatan kaping pupa direk di RSGM

UMY tahun 2011-2015.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah pasien laki-laki dan perempuan

semua usia yang telah dilakukan perawatan kaping pulpa direk dengan

kalsium hidroksida oleh mahasiswa tingkat profesi RSGM UMY pada 5

tahun terakhir (2011-2015).

2. Sampel

Besarnya sampel yang digunakan pada penelitian ini sesuai dengan

jumlah data rekam medis pasien perawatan kaping pulpa direk dalam

waktu 5 tahun terakhir.

D. Kriteria Penelitian

Kriteria penelitian terdiri atas kriteria inklusi dan ekslusi:

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien RSGM UMY dengan perawatan kaping pulpa direk

b. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan segala usia

c. Rekam medis 5 tahun terakhir pasien yang telah dilakukan perawatan

kaping pulpa direk dengan diagnosa pulpitis reversibel

2. Kriteria Eksklusi

(42)

b. Perawatan kaping pulpa direk yang gagal dan menjadi pulpitis

irreversibel

E. Variabel

1. Variabel Pengaruh

a. Kalsium hidroksida tipe hard setting

2. Variabel Terpengaruh

a. Evaluasi klinis perawatan kaping pulpa direk

3. Variabel Terkendali

a. Pasien yang telah dilakukan perawatan kaping pulpa direk

b. Pasien dengan perforasi kurang atau mendekati 1mm

4. Variabel Tidak Terkendali

a. Kebiasaan pasien

b. Sikap dan perilaku individu terhadap kesehatan gigi

c. Kontaminasi bakteri pada pulpa

d. Terjadi kebocoran mikro

e. Jenis tumpatan permanen

f. Ketebalan kalsium hidroksida

F. Definisi Operasional

1. Kaping pulpa direk

Kaping pulpa direk adalah perawatan preventif yang ditujukan

untuk melindungi pulpa yang telah terjadi perforasi dari kontaminasi

bakteri, sehingga pulpa dapat membentukan jaringan dentin baru.

(43)

31

tidak lebih dari 1mm, tidak terjadi perdarahan, dan kondisi pulpa

masih sehat.

2. Kalsium hidroksida tipe hard setting

Dycal merupakan salah satu merk dagang kalsium hidroksida

tipe hard setting. Dycal terdiri dari dua komponen yaitu based dan

katalis, based terdiri dari disacylate ester, butylene glycol, calcium

phosphate, calcium tungsate, zinc oxide, iron oxide. Katalis terdiri

dari calcium hydroxide, ethyl toluenesulfona mide, zinc stearate,

titanium dioxide, zinc oxide, iron oxide. Cara penggunaannya adalah

dengan perbandingan based dan katalis 1:1 diaduk menggunakan

spatula agat diatas paper pad selama kurang lebih 10 detik hingga

homogen. Kalsium hidroksida diaplikasikan menggunakan ball

aplicator ke dalam cavitas paling dalam.

3. Evaluasi klinis

Evaluasi klinis adalah evaluasi keberhasilan suatu perawatan

yang dilakukan secara klinis berupa pemeriksaan subjektif dan

pemeriksaan objektif. Pemeriksaan subjektif merupakan apa yang

dirasakan pasien sehingga diperlukan pemeriksaan menunjang lainnya

yaitu pemeriksaan subjektif berupa sondasi, perkusi, palpasi dan tes

vitalitas. Keberhasilan kaping pulpa direk secara klinis adalah tidak

adanya pulpa inflamasi yang dapat diketahui melalui pemeriksaan

perkusi, palpasi, tidak adanya pembengkakan, tes vitalitas positif

(44)

G. Instrumen Penelitian

Alat dan Bahan

1. Alat

a. Kertas

Untuk menyalin data rekam medis

b. Bolpoin

Untuk menulis data rekam medis

c. Buku logbook

Untuk mencatat perjalanan penelitian

d. Laptop

Untuk mengetik dan menyimpan data yang terkumpul

2. Bahan

a. Rekam Medis (data sekunder pasien)

H. Jalannya Penelitian

1. Tahap pre-penelitian

a. Pembuatan proposal Karya Tulis Ilmiah

b. Melakukan survei data awal penelitian ke RSGM UMY yang

menjadi lokasi penelitian

c. Mengurus surat perizinan penelitian ke RSGM UMY yang menjadi

lokasi penelitian

d. Mempersiapkan alat dan bahan

(45)

33

a. Membuat surat perizinan menggunakan rekam medis sebagai

bahan penelitian.

b. Melakukan pendataan tentang identitas responden yang meliputi

nama, umur, dan jenis kelamin

c. Melaksanakan penelitian dengan mengevaluasi pasien yang telah

dilakukan perawatan kaping pulpa direk secara klinis dan melihat

data sekunder (Rekam Medis)

d. Skoring penilaian keadaan kondisi gigi responden sebelum dan

sesudah perawatan

e. Melakukan analisis data dengan komputer.

I. Cara Pengumpulan Data

Data mengenai evaluasi secara klinis didapatkan dan disalin melalui

rekam medis pasien dengan langsung melihat rekam medis pasien RSGM

UMY.

J. Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan

perawatan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard

setting di Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

berdasarkan hasil klinis pasien setelah perawatan ialah dengan analisa

(46)

K. Alur Penelitian

Subjek penelitian: rekam medis pasien

Pemeriksaan Objektif

Pemeriksaan Subjektif

Sebelum perawatan kaping pulpa indirek

Setelah perawatan kaping pulpa direk

Hasil

Analisis Data

Kesimpulan

Surat perijinan rekam medis

(47)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

A. Hasil Penelitian

Penelitian telah dilakukan di RSGM UMY mengenai evaluasi

keberhasilan perawatan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium

hidroksida hard setting berdasarkan analisis pemeriksaan klinis objektif

dan pemeriksaan klinis subjektif. Pengambilan sampel dilakukan dengan

cara melihat dari rekam medis yang telah disimpan antara tahun 2011

sampai 2016. Sampel yang diperolah sejumlah 41 sampel dengan jumlah

sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi 38 sampel, 3 sampel yang tidak

sesuai dengan kriteria inklusi dikarenakan pasien tidak pernah datang

untuk kontrol. Responden dibagi dalam empat karakteristik yaitu

berdasarkan usia, jenis kelamin, elemen gigi dan posisi gigi. Berikut tabel

ditribusi karakteristik responden :

Tabel 2. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY berdasarkan usia.

Usia Baik Cukup Kurang Jumlah Presentase

10-20 Tahun 12 0 2 14 36,84%

21-30 Tahun 17 2 0 19 50,00%

41-50 Tahun 4 0 0 4 10,53%

>50 Tahun 1 0 0 1 2,63%

Tabel 2 menunjukkan distribusi hasil pemeriksaan klinis pada

pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY berdasarkan usia, dari

38 pasien terdapat 14 pasien berusia 10-20 tahun, 19 pasien berusia 21-30

(48)

tahun. Kategori pasien berusia 10-20 tahun terdapat 12 pasien dengan

kategori baik, dan 2 pasien dengan kategori kurang. Kategori pasien

berusia 21-30 tahun pada pemeriksaan klinis terdapat 17 pasien kategori

baik dan 2 pasien kategori cukup. Kategori pasien berusia 41-50 tahun

pada pemeriksaan klinis. Pasien berusia diatas 50 tahun berada pada

kategori baik.

Tabel 3. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY bersadarkan jenis kelamin.

Jenis Kelamin Baik Cukup Kurang Jumlah Presentase

Laki-laki 10 1 1 12 31,57%

Perempuan 24 1 1 26 68,43%

Tabel 3 menunjukkan distribusi hasil pemeriksaan klinis pada

pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY berdasarkan jenis

kelamin, dari 38 pasien terdapat 12 pasien laki-laki dan 26 perempuan.

Pada kategori jenis kelamin laki-laki hasil pemeriksaan klinis terdapat 10

pasien dengan hasil kategori baik, dan terdapat satu pasien dengan

kategori cukup, dan satu pasien dengan kategori kurang. Jenis kelamin

perempuan terdapat 24 pasien dengan kategori baik, terdapat satu pasien

dengan kategori cukup, dan satu pasien dengan kategori kurang.

Tabel 4. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY berdasarkan elemen gigi.

Elemen Gigi Baik Cukup Kurang Jumlah Presentase

Anterior 13 2 0 15 39,47%

(49)

39

Tabel 4 menunjukkan distribusi hasil pemeriksaan klinis pada

pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY berdasarkan elemen

gigi, dari 38 elemen terdapat 15 elemen gigi anterior, dan 23 elemen gigi

posterior. Kategori lemen gigi anterior pada pemeriksaan klinis terdapat 13

kategori baik, dan terdapat dua elemen dengan kategori cukup. Kategori

elemen gigi posterior pada pemeriksaan klinis terdapat 21 elemen dengan

kategori baik, dan terdapat dua elemen gigi dengan kategori kurang.

Tabel 5. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY berdasarkan posisi gigi.

Tabel 5 menunjukkan distribusi hasil pemeriksaan klinis pada

pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY berdasarkan posisi gigi,

dari 38 gigi terdapat 23 gigi pada maksila, dan 15 gigi pada mandibula.

Kategori gigi pada maksila hasil pemeriksaan klinis terdapat 21 gigi

dengan kategori baik, dan terdapat dua elemen dengan kategori cukup.

Kategori gigi pada mandibula hasil pemeriksaan klinis terdapat 13 gigi

dengan kategori baik, dan terdapat dua elemen gigi dengan kategori

kurang.

Posisi Gigi Baik Cukup Kurang Jumlah Presentase

Maksila 21 2 0 23 60,53%

(50)

B.Pembahasan

Penelitian untuk mengetahui keberhasilan perawatan kaping pulpa

direk berdasarkan pemeriksaan klinis dilaksanakan mulai bulan Januari

sampai dengan bulan April 2016 di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Asri

Medical Center, jalan Hos Cokroaminoto, Yogyakarta. Penelitian

dilakukan dengan mencari data sekunder yaitu rekam medis pasien yang

telah dilakukan perawatan kaping pulpa direk berdasarkan diagnosa pasien

yaitu pulpitis reversibel. Pasien dirawat oleh mahasiswa klinik Program

Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

dan telah melakukan beberapa kali kunjungan kontrol. Sebelum

melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi terhadap beberapa

mahasiswa klinik karena banyaknya data yang sulit terdeteksi melalui

sistem. Penelitian dilakukan oleh 2 mahasiswa dan dibantu oleh admin

sistem rekam medis Rumah Sakit Gigi dan Mulut Asri Medical Center.

Data yang diperoleh terdapat dua kategori yaitu pemeriksaan

subjektif dan pemeriksaan objektif. Pemeriksaan klinis subjektif dan

objektif diperoleh berdasarkan penilaian pemeriksaan klinis Rukmo

Mandojo dengan kriteria baik, cukup dan kurang. Kriteria baik bila

pemeriksan subjektif tidak menunjukkan ada keluhan dan gejala, kriteria

cukup bila pada pemeriksaan subjektif tidak didapatkan keluhan, namun

pada pemeriksaan objektif terdapat satu pemeriksaan menunjukkan

kepekaan (+), kriteria kurang bila pada pemeriksaan subjektif tidak

(51)

41

pemeriksaan menunjukkan kepekaan. Buruk adalah ketika pemeriksaan

subjektif menunjukkan hasil positif dan pemeriksaan objektif

menunjukkan kepekaan (+).

Berdasarkan tabel 1 hasil penelitian pemeriksaan klinis perawatan

kaping pulpa direk menunjukkan bahwa dari 38 pasien yang telah dirawat,

34 pasien menunjukkan hasil yang baik. Hasil yang cukup banyak tersebut

sesuai dengan peran kalisum hidroksida yang secara klinis dan histologis

sangat baik sebagai bahan kaping pulpa direk maupun indirek. Kalsium

hidroksida mampu merangsang terbentuknya dentin tersier oleh pulpa, dan

secara klinis dibuktikan bahwa kesuksesan kalsium hidroksida dalam

perawatan kaping pulpa direk sebesar 80% (Duda, 2008). Pada kriteria

cukup dan kurang didapatkan sebanyak 2 pasien, hal tersebut

kemungkinan terjadi dikarenakan prosedur klinis. Prosedur klinis yang

sangat penting pada saat perawatan kaping pulpa adalah isolasi.

Dilaporkan bahwa prosedur tanpa isolasi rubber dam kemungkinan 60%

terjadi spesimen abses dan 40% menunjukkan adanya inflamasi kronis.

Perawatan kaping pulpa direk tanpa menggunakan rubber dam

meningkatkan terjadinya bakteri invasi (Kitasako, 1999). Faktor lain

penyebab terbukanya pulpa adalah faktor mekanik dan karies,

keberhasilan yang disebabkan oleh kesalahan mekanik lebih besar yaitu

7,8% dari pada disebabkan karies sebesar 66,7% (Horsted, 2010).

Berdasarkan tabel 2 hasil penelitian pemeriksaan klinis perawatan

(52)

baik paling banyak ditunjukkan pada usia 21-30 tahun yaitu sebanyak 19

orang. Menurut penelitian Monica dkk (2015) pasien dengan usia 20-30

mempunyai keberhasilan yang tinggi karena sel di dalam pulpa yang

banyak sehingga memungkinkan proses penyembuhan berjalan dengan

baik. Pasien usia diatas 50 tahun yaitu sebanyak satu pasien menunjukkan

kategori baik, hal tersebut dapat saja terjadi dikarenakan hasil pemeriksaan

klinis yang kurang tepat. Tidak terdapat efek yang berarti pada pulp testing

usia lanjut, hal tersebut dikarenakan secara histologi ditemukannya

kalsifikasi saraf pulpa sehingga menurunkan densitas saraf seiring

berjalannya usia (Harkins,1997).

Berdasarkan tabel 3 hasil penelitian pemeriksaan klinis perawatan

kaping pulpa direk berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa pasien

paling banyak adalah jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 24. Dalam

penelitian perempuan lebih peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut

dibandingkan dengan laki-laki. Hal tersebut juga diungkapkan oleh

Ambarwati (2012) bahwa perempuan lebih mengutamakan estetik

dibanding laki-laki, sehingga perempuan lebih memperhatikan kesehatan

giginya. Dalam tabel 3 juga menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan klinis

yang menunjukkan kategori baik terbanyak dialami oleh pasien wanita.

Hal tersebut dapat terjadi karena salah satu faktor yaitu faktor hormon.

Hormon yang berperan estrogen dan progesteron dapat memicu

meningkatkan sekresi saliva. Sekresi saliva yang meningkat akan

(53)

43

HCO3, florida dan lain-lain yang dapat mencegah bakteri berkembang

biak di dalam rongga mulut sehingga dapat membantu keberhasilan

perawatan kaping pulpa direk (Pardede, 2004).

Berdasarkan tabel 4 distribusi hasil klinis perawatan kaping pulpa

direk berdasarkan elemen gigi anterior dan posterior menunjukkan

bahwa gigi yang berada pada posisi posterior lebih banyak dilakukan

perawatan kaping pulpa dibandingkan gigi anterior. Menurut literatur, gigi

posterior terdapat fisura-fisura yang merupakan bagian yang sangat rentan

sebagai tempat bakteri berkumpul, hal lain yang mendukung adalah

fisura-fisura ini lebih sulit dibersihkan saat menggosok gigi (Wang, 2012).

Presentase elemen gigi anterior lebih rendah dibandingkan dengan gigi

posterior, hal tersebut terjadi kemungkinan dikarenakan posisi gigi anterior

yang sangat mudah dijangkau saat menggosok gigi, dan letak gigi

anterior rahang bawah terletak dekat dengan duktus kelenjar saliva

submandibularis dan sublingualis sehingga sekresi kelenjar saliva

melindungi dan membersihkan plak bakteri pada gigi anterior rahang

bawah (Chukwu, 2004)

Berdasarkan tabel 5 distribusi hasil klinis perawatan kaping pulpa

direk berdasarkan posisi gigi menunjukkan bahwa gigi yang berada pada

posisi mandibula berada pada kategori kurang sebanyak 2. Hal ini

kemungkinan terjadi karena lokasi sisa-sisa makanan mudah

tersangkut pada gigi-geligi rahang bawah sehingga menyebabkan bakteri

(54)

faktor yang sangat mempengaruhi terjadi kegagalan perawatan kaping

pulpa, yaitu dapat terjadi bacterial leakage. Bacterial leakage selama

preparasi sangat berpengaruh pada ketahanan restorasi, jika hal tersebut

terjadi maka tidak dapat dihindari hal-hal seperti inflamasi,

diskolorisasi margin, sensitifitas, karies sekunder bahkan berakhir

(55)
(56)

46 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian keberhasilan klinis perawatan kaping

pulpa direk RSGM UMY tinggi tahun 2011-2015 dapat ditarik

kesimpulan:

1. Terdapat keberhasilan perawatan dilihat dari evaluasi klinis sebelum

dan sesudah perawatan

2. Keberhasilan kaping pulpa direk berdasarkan evaluasi klinis yang

masuk kategori baik sebesar 89,40%, kategori cukup sebesar 5,30% dan

kategori kurang sebesar 5,30%.

3. Usia, jenis kelamin tidak memberikan pengaruh berarti pada

keberhasilan perawatan kaping pulpa direk.

B. Saran

1. Beberapa perawatan kaping pulpa direk yang dilakukan mahasiswa

profesi tidak melakukan kontrol setelahnya. Saran untuk hal tersebut

adalah operator benar-benar melakukan re-call kepada pasien agar

pasien datang kembali untuk kontrol sehingga tidak ada perawatan yang

sia-sia.

2. Mahasiswa tingkat profesi sebaiknya mengisi data rekam medis secara

detail dan lengkap.

3. Prosedur perawatan hendaknya menggunakan rubber dam, karena

penggunaan rubber dam sebagai isolasi terbukti mengurasi penetrasi

(57)

47

4. Penambahan keterangan perawatan pada sistem rekam medis. Dalam

penilitian ditemukan bahwa dalam sistem online rekam medis hanya

menuliskan kasus berdasarkan diagnosa, lebih baik jika rincian

perawatan ikut dalam keterangan sistem rekam medis.

5. Melakukan penelitian keberhasilan menggunakan bahan kaping pulpa

(58)

47

Daftar Pustaka

Ambarwati, F. E. (2012). Pengaruh Pemberian Larutan Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Pembentukan Plak Gigi. Naskah Skripsi.

Babick et al. (2013). Endodontic Diagnosis. Endodontics Colleagues for Excellence. Chicago: American Association of Endodontic.

Babbush, C. A., Fehrenbach, M. J., Emmons, M., & Nunez, D. W. (2008). Dental Dictionary (2nd ed). USA: Mosby Elsevier. 97.

Chan C, l. W. (2005). Effects of TGF-beta on the growth, collagen synthesis and collagen lattice contraction of human dental pulpa fibroblast in vitro. Arch Oral Bio, 50(5), 469-479.

Chukwu GA, O. A. (2014). Dental caries and extractions of permanent teeth in Jos, Nigeria. African Journal of Oral Health, 1(1), 31-36.

Cohen, S., & Hargreaves, K. M. (2011). Pathways of The Pulp (Vol. 9). Texas: Mosby Elsevier.

Cox CF, Tarim B, Kopel H, Gurel G & Hafez A. (2001). Technique sensitivity; Biological factors contributing to clinical success with various restorative materials. Adv Dent, 15(1), 85-89.

Duda S, Dammaschke T. (2008). Alternative Calcium Hidroxide for Pulp Capping. Quintessence, 59, 1327-1334.

Goodell, G., Patricia, A., Commander., Moss., Dwight. (2005). Pulpal and periradicular diagnosis. Nav Dent School Journal, 27(9), 15-18.

Graham L, Cooper P, Cassidy N, Nor J, Sloan A, Smith A. (2006). The effect of calcium hydroxide on solubilisation of bio-active dentine matrix components. Journal of Biomaterials, 27(14), 2875-2873.

Hargreaves, K., & Goodis, H. (2002). Pulp As a Connective Tissue. Dalam S. a. Bender's, Dental Pulp (hal. 95-98). China: Quintessence Publishing Co, Inc.

Harkins, SW C. C. (1997). The perception of induced dental pain in young and elderly women. J Gerontol, 32(4), 428-435.

Gambar

Gambar 1. Anatomi Gigi
Gambar 2. Dentin
Tabel 1. Terminologi Diagnosis Pulpa
Gambar 3. Kaping Pulpa Indirek
+6

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul ”Gambaran Pasien

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun karya tulis ilmiah dengan judul

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis berkesempatan untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah yang berjudul

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul :