KARYA TULIS ILMIAH
EVALUASI KLINIS KEBERHASILAN PERAWATAN KAPING
PULPA DIREK DENGAN BAHAN KALSIUM HIDROKSIDA
TIPE HARD SETTING DI RSGM UMY
Disusun untuk Memenuhi sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
HALAMAN JUDUL
Disusun oleh : Fina Maulida Haniy
20120340033
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
HALAMAN PENGESAHAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:Nama : Fina Maulida Haniy
NIM : 20120340033
Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmuah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, Juni 2016 Yang membuat pernyataan,
iv
MOTTO
“The greatest Jihad is to battle your own soul, to fight the evil within your
self”
Prophet Muhammad (PBUH)
“My biggest investation is my children””
My Mother
“Born with deficiency doesn’t mean as failed person because God never fails
”
Ella
"Happiness can be found, even in the darkest of times, if one only remembers
to turn on the light”
Albus Percival Wulfric Brian Dumbledore
“Books and cleverness! There are more important things : friendship and
bravery”
Hermione Granger
“Twenty years from now you will be more disappointed by the things you
didn’t do than by the ones you did do”
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul Evaluasi Klinis Keberhasilan Perawatan Kaping Pulpa Direk dengan Bahan Kalsium Hidroksida Tipe Hard Setting di RSGM UMY (Kajian pada Rekam Medis Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta). Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajad sarjana kedokteran gigi di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Selesainya karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis dalam penyusunan karya tulis ini, terutama kepada yang saya hormati:
1. dr. H. Ardi Pramono, Sp. An., M. Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. drg. Hastoro Pintadi, Sp.Pros selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Gigi FKIK UMY.
3. drg. Erma Sofiani, Sp.KG selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak waktu untuk bimbingan, dukungan, saran, motivasi, inspirasi, serta penuh kesabaran dan perhatian selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Dokter akan selalu menjadi inspirasi kami.
4. Kedua orang tua, Ibnu Darmawan, S.Pd., M.Pd dan Nur Afiyati Syurfa, S.Pd yang selalu menjadi alasan utama, memberikan doa-doa terbaik, dukungan moril, serta materiil tiada henti.
vi
6. Kakak kedua dan adik, Hafidz Nufi Hartanto, S.T dan Nainingsih Indar Zakiyati, yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan penuh, dan doa yang terus mengalir.
7. Teman-teman seperjuangan yang tangguh dan hebat Rosy, Kiki, dan Gilang. 8. Mbak Tati, Mbak Rizky, Mbak Wika, Mbak Husna, Mbak Vera, Mbak Elok
yang selalu membantu selama proses penelitian di ruang rekam medis RSGM UMY.
9. Hafida, yang selalu mengajari bagaimana pengetikan yang benar selama pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
10.Rosita, yang dengan sabar meminjamkan laptop selama pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
11.Ismi, terima kasih telah membantu dalam pengartian jurnal internasional. 12.Sany, Azka, Mega, Tia, Rani, Sofia, yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi kepada penulis.
13.Semua teman-teman angkatan 2012 yang selalu menginspirasi dan mendorong agar segera terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
14.Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan demi terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih memerlukan perbaikan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi peningkatan kualitas karya tulis ilmiah ini. Akhir kata penulis mengharapkan penelitian ini dapat berjalan lancar dan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Yogyakarta, Juni 2016
vii
DAFTAR ISI
viii
E. Variabel ... Error! Bookmark not defined. F. Definisi Operasional... Error! Bookmark not defined. G. Instrumen Penelitian... Error! Bookmark not defined. H. Jalannya Penelitian ... Error! Bookmark not defined. I. Cara Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. J. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. K. Alur Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Terminologi Diagnosis Pulpa ... 16 Tabel 2. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa
direk RSGM UMY berdasarkan usia. ... 37 Tabel 3. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa
direk RSGM UMY bersadarkan jenis kelamin. ... 38 Tabel 4. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa
direk RSGM UMY berdasarkan elemen gigi. ... 38 Tabel 5. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa
ix INTISARI
Pulpa merupakan pusat saraf dan pembuluh darah pada gigi yang sangat berperan penting dalam kesehatan gigi. Tindakan pembersihan karies maupun trauma dapat menyebabkan terbukanya pulpa, maka dari itu dilakukan tindakan perlindungan terhadap pulpa yaitu kaping pulpa. Kaping pulpa direk adalah tindakan perlindungan pulpa yang telah terjadi sedikit perforasi pulpa yang kemudian bahan kaping diaplikasikan langsung pada bagian perforasi tersebut. Salah satu bahan kaping pulpa adalah kalsium hidroksida hard setting, yang terkenal sebagai bahan kaping pulpa konvensional dan telah banyak digunakan. Keberhasilan perawatan kaping pulpa direk dapat dilihat melalui evaluasi klinis, histologis, dan radiografis. Evaluasi klinis bertujuan mengetahui kondisi pulpa yang telah dilakukan perawatan melalui pemeriksaan objektif dan subjektif. Penggunaan kalsium hidroksida hard setting sebagai bahan kaping direk di RSGM UMY termasuk dalam kategori tinggi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui evaluasi secara klinis keberhasilan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard
setting di RSGM UMY.
Metode penelitian evaluasi klinis kaping pulpa direk di RSGM UMY ini menggunakan data sekunder, yaitu data rekam medis pasien yang telah dilakukan perawatan kaping pulpa direk selama tahun 2011-2015 di RSGM UMY.
Hasil evalusi klinis kaping pulpa direk di RSGM UMY didapatkan bahwa keberhasilan dengan kategori baik sebesar 89,40%, kategori cukup sebesar 5,30% dan kategori kurang sebesar 5,30%. Perbedaan usia, jenis kelamin tidak terdapat pengaruh berarti dalam keberhasilan.
x
ABSTRACT
The pulp is the center of nerves and blood vessels in the tooth has important role in dental health. The cleaning action of caries or trauma can lead to pulp exposure, and therefore the treatment of protection the pulp is pulp capping. Direct pulp capping is pulp protection measures which has been a slight perforation of the pulp which is then capping material applied directly on the perforated section. One material pulp capping is hard setting calcium hydroxide, which is renowned as a capping material conventional pulp and has been widely used. Direct pulp capping successful treatment can be seen through evaluation of clinical, histological and radiographic. Clinical evaluation aims to determine the condition of the pulp that has been taken care through objective and subjective examination. The use of hard setting calcium hydroxide as a material direct pulp capping at the Dental Hospital UMY in the high category.
The purpose of this study was to determine the clinical evaluation of success direct pulp capping with calcium hydroxide material type of hard setting at the Dental Hospital UMY.
Methods clinical evaluation direct pulp capping at the Dental Hospital UMY using secondary data, the medical records of patients who had taken care direct pulp capping during the years 2011-2015 at the Dental Hospital UMY.
The results of the clinical evaluation direct pulp capping at the Dental Hospital UMY found that success with a good category as 89.40%, enough category of 5.30% and 5.30% less category. Differences in age, sex there is no consideratrion means in success.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pulpa merupakan jaringan ikat longgar yang komposisinya sama dengan
jaringan ikat tubuh lainnya yang tersusun oleh jaringan pembuluh darah dan
saraf (Hargreaves & Goodis, 2002). Empat fungsi utama pulpa antara lain
dentinogenik (berperan dalam pembentukan dentin), sistem pertahanan
(sebagai respon inflamasi jika terjadi paparan bakteri), fungsi sensori
(kemampuan menyampaikan nyeri jika terjadi luka), dan nutritif (menutrisi
metabolisme dentin) (Pansecchi et al., 2009).
Pulpa akan kehilangan fungsinya jika mengalami peradangan. Salah satu
jenis peradangan pulpa adalah pulpitis reversibel. Pulpitis reversibel
merupakan peradangan pulpa dalam gigi yang dapat terjadi ketika melakukan
preparasi, pengambilan cetakan, tindakan restorasi, maupun faktor lain seperti
penyakit periodontal (Pansecchi et al., 2009). Salah satu gejala pulpitis
reversibel adalah dentin hipersensitif, yang ditandai dengan ketika adanya
sensitifitas jika terkena stimuli yang berlangsung cepat, namun hilang jika
stimuli dihentikan. Gejala lainnya sulit terlokalisir, secara radiografik
periradikuler terlihat normal, secara klinis perkusi negatif kecuali terdapat
trauma oklusal (Heasman, 2006). Pulpitis reversibel juga berpotensi
menyebabkan pulpa terbuka, pulpa terbuka dapat disebabkan karies maupun
perforasi selama preparasi. Perawatan untuk pulpitis reversibel adalah kaping
Menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat penting untuk mencegah
penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Gigi dan mulut yang
tidak sehat akan menimbulkan berbagai macam penyakit. Penyakit yang tidak
dirawat akan menimbulkan efek yang lebih buruk, seperti halnya pada pulpa
gigi. Pulpa gigi yang tidak sehat perlu dilakukan perawatan, berdasarkan
hadist riwayat Bukhari bahwa setiap penyakit telah diturunkan pula obatnya.
ً ءاَفِشً هَلًَلًَزْنَأ ًَِّإاَدً لًَلًَزْنَأ اَم
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan
penawarnya.” (HR Bukhari).
Perawatan pulpitis reversibel adalah kaping pulpa. Kaping pulpa
merupakan teknik perawatan pulpa vital yang bertujuan untuk
mempertahankan vitalitas jaringan pulpa untuk melindungi dari bakteri
dengan menambah kemampuan reparasi. Terdapat dua jenis perawatan kaping
pulpa indirek dan kaping pulpa direk.
Kaping pulpa indirek merupakan perawatan yang bertujuan untuk
melindungi pulpa karena jika pembersihan karies dilakukan preparasi penuh
maka akan menyebabkan terbukanya pulpa (Straffon, 2000). Kaping pulpa
direk merupakan prosedur perawatan pulpa yang terbuka dengan cara melapisi
pulpa dengan bahan yang biokompatibel untuk merangsang terbentuknya
jembatan dentin (Swarup, 2014). Pulpa yang terbuka dapat disebabkan oleh
3
mudahnya infeksi bakteri sehingga dapat menyebabkan pulpa inflamasi
(Komabayashi, 2015)
Karakteristik penyembuhan pulpa terbuka meliputi pembentukan
kembali jaringan yang rusak, diferensiasi sel odontoblas dari sel
subodontoblas dan memperbaiki jaringan dentin yang terbuka dengan
pembentukan jembatan dentin reparatif (Tzifas et al., 2000). Dentin reparatif
juga terbentuk karena trauma fisik atau kimia, odontoblas berperan penting
dalam pembentukan tersebut dan bertanggung jawab dalam menutrisi dentin.
Proses tersebut berlangsung hingga secara biologis pulpa aktif dan
merangsang reaksi defens, dilatasi, permeabilitas dan sel-sel inflamasi.
Stimulus yang berlangsung menyebabkan terjadinya modifikasi dan reparasi
dentin-pulpa (Pashley, 1996)
Indikasi perawatan kaping pulpa ditujukan pada gigi permanen dengan
pulpa normal setelah mengalami trauma mekanis seperti preparasi kavitas,
serta memungkinkan terjadi kontak langsung bahan kaping dengan jaringan
pulpa. Lesi jaringan pulpa harus bebas dari jaringan karies dan lebih kecil atau
mendekati 1mm (Babick et al., 2013). Bahan kaping pulpa antara lain kalsium
hidroksida, Glass Ionomer / Resin-Modifed Glass Ionomer, Adhesive system,
dan Mineral Trioxide Aggregate (MTA).
Bahan kaping pulpa yang ideal harus menunjukkan kemampuan kontrol
infeksi yang baik, daya rekat terhadap dentin sehingga mengurangi kebocoran
mikro, mudah diaplikasikan dan dapat merangsang pembentukan jembatan
kedokteran gigi sejak tahun 1921 dan telah menjadi “gold standart” dalam
perawatan kaping pulpa dan sukses digunakan selama lebih dari 10 tahun.
Keuntungan kalsium hidroksida yaitu mempunyai kemampuan antibakteri
yang baik. Penelitian menunjukan bahwa bakteri berkurang pada pulpa yang
terinfeksi setelah satu jam diaplikasikan kalsium hidroksida. Salah satu
kerugian dari kalsium hidroksida adalah tunnel defects, yaitu dentin reparatif
yang terbentuk menipis dengan ditandai adanya fibroblas dan kapiler.
Mekanisme kalsium hidroksida dalam kaping pulpa belum sepenuhnya
dimengerti tetapi beberapa pendapat menyatakan dikarenakan pH kalsium
hidroksida yang tinggi sehingga mengiritasi pulpa, yang mana merangsang
terjadinya perbaikan melalui protein yaitu Bone Morphogenic Protein (BMP)
dan Transforming Growth Factor-Beta One (TGF-β1) (Graham et al., 2006).
Sejak terbukanya pulpa, proses reparasi terjadi dan mensintesis kolagen.
Kolagen dalam jaringan pulpa meningkatkan aksi sitokin. Sintesis kolagen
akan ditingkatkan dengan transforming growth factor (TGF-β1) , (TGF-β2),
interleukin (IL)-1β5,11 sehinng terjadi sintesis fibroblast yang merupakan
kunci proses sembuhnya pulpa (Chan, 2005).
Kalsium hidroksida tersedia dalam berbagai bentuk sediaan bubuk yang
dicampur dengan air, salin, metil selulosa, gliserin, dan bentuk pasta dengan
metil selulosa (Pulpadent). Kalsium hidroksida bubuk dan pasta yang banyak
ditemui pada toko kedokteran gigi (Nirmala, 2005).
Hal yang mempengaruhi keberhasilan kaping pulpa direk antara lain
5
saliva sekitar area (Cox et al., 2001). Keberhasilan berdasarkan pemerikaan
klinis yang meliputi tes perkusi, untuk mengetahui terjadinya inflamasi di
ligamen periodontal, parsial atau total nekrosis pulpa, dan penyakit
periodontal. Tes palpasi yang positif dapat mengindikasikan terjadi inflamasi
di sekitar periapikal yang akhirnya menyebar hingga mukoperiosteum. Tes
termal, respon positif menunjukkan vitalitas pulpa (Murray & Garcia Godoy,
2006).
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hana M Jamjoom
pada tahun 2008 yang membandingkan dua material yaitu glass ionomer
dengan kalsium hidroksida. Pasien melakukan kontrol pada waktu 3 minggu, 3
bulan, dan 6 bulan setelah dilakukan perawatan. Hasil menunjukkan bahwa
pasien kaping pulpa menggunakan glass ionomer memiliki keberhasilan lebih
tinggi dibandingkan kalsium hidroksida. Keberhasilan yang lebih tinggi pada
penggunaan glass ionomer dapat disebabkan karena glaas ionomer
mempunyai kemampuan ikatan kimia yang kuat pada struktur gigi, sehingga
mencegah terjadinya kebocoran dan mempunya biokompatibel yang bagus
ketika digunakan pada struktur gigi yang mendekati pulpa (Murray et al.,
2002)
Penggunaan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM UMY sangat
tinggi sebagai bahan kaping pulpa direk maupun indirek. Hal ini menimbulkan
keinginan penulis untuk melakukan klinis pada perawatan pulpa kaping
menjadi bahan evaluasi keberhasilan perawatan kaping pulpa direk di RSGM
UMY.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu
masalah, yaitu :
Bagaimanakah evaluasi klinis keberhasilan kaping pulpa direk dengan
bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM UMY?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui evaluasi secara klinis
keberhasilan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard
setting di RSGM UMY.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi ilmu
pengetahuan terkait tingkat efektifitas bahan kalsium hidroksida tipe
hard setting sebagai bahan kaping pulpa khususnya kaping pulpa direk.
2. Manfaat bagi dokter gigi
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi
dokter gigi dalam pemilihan bahan untuk melakukan perawatan
kaping pulpa khususnya kaping pulpa direk.
b. Sebagai bahan evaluasi dalam tindakan perawatan kaping pulpa
7
3. Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu membantu peneliti untuk
menerapkan dan mengaplikasikan ilmu metodologi penelitian serta
menambah ilmu pengetahuan dan informasi baru bagi peneliti.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian evaluasi hasil kaping pulpa direk yang pernah dilakukan
antara lain :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Hana M. Jamjoom tahun 2008 yang
berjudul “Clinical Evaluation of Directly Pulp Capped Permanent Teeth
With Glass Ionomer Cement Materials”. Jenis penelitian yang dilakukan
adalah penelitian deskriptif observasional. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengevaluasi keefektifan resin modified glass ionomer
cement ketika digunakan sebagai bahan kaping pulpa direk pada gigi
permanen dibandingkan dengan kalsium hidroksida. Aplikasi bahan
kaping pulpa dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan klinis dan
radiografis. Pasien mendapat perlakuan dengan bahan yang berbeda secara
acak, lalu dilakukan recall untuk evaluasi secara klinis dan radiografis
selama 3 minggu, 3 bulan dan 6 bulan. Hasil penelitian tersebut
mendapatkan hasil bahwa kalsium hidroksida mempunyai kegagalan
lebih besar dibanding resin modified glass ionomer cement. Dapat
dibuktikan dalam hasil penelitian di periode 3 minggu kegagalan
sementara resin modified glass ionomer cement tidak mengalami
kegagalan sama sekali.
Beda penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
metode penelitiannya , penelitian ini menggunakan data primer sementara
penelitian yang akan dilakukan menggunakan data sekunder. Penelitian ini
membandingkan dua jenis material kaping pulpa direk kemudian
dievaluasi secara klinis sebelum perawatan maupun sesudah
perawatan, sedangkan penelitian yang akan dilakukan hanya
mengevaluasi klinis kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida.
2. Penelitian yang dilakuan oleh Peter E. Murray, Ph.D dan Franklin
Garcia-Godoy, DDS, MS tahun 2006 yang berjudul “The incidence of pulp
healing with direct capping materials”. Jenis penelitian yang dilakukan
adalah penelitian eksperimental. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
meneliti luka dan proses penyembuhan pulpa menggunakan kalsium
hidroksida, resin komposit, dan resin modified glass ionomer sebagai
bahan kaping pulpa direk serta membandingkan kelemahan tiap-tiap
material kaping. Hasil dari penelitian didapat kelemahan dari
masing-masing material yaitu tunnel defect sebesar 82% menggunakan kalsium
hidroksida, 42% menggunakan RMGI, dan 0% menggunakan resin
komposit. Operative debris terluas adalah menggunakan bahan kaping
kalsium hidroksida (77%), lalu RMGI (57%) dan resin komposit (29%).
Pulp inflamation terjadi di material kaping kalsium hidroksida(68%),
9
Beda penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
metode penelitian, penelitian yang akan dilakukan menggunakan data
sekunder tanpa hewan coba, selain itu evaluasi dari perawatan kaping
pulpa direk. Penelitian yang akan dilakukan mengevaluasi dari segi klinis
sementara penelitian ini mengevaluasi dari segi histologi.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Brita Willershausen, DDS, PhD dkk tahun
2010 yang berjudul “Retrospective study on direct pulp capping with
calcium hydroxide”. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian
eksperimental. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi nilai
rata-rata kesuksesan kaping pulpa direk menggunakan kalsium
hidroksida-based pada gigi permanen. Analisa statistik menggunakan teknik SPSS
15.0 dan SAS 9.2. Hasil dari penelitian dari total 2.164 kaping pulpa direk,
hanya 1.075 (49,7%) gigi yang ter-kaping dengan rinciain 533 laki-laki
dan 542 perempuan dengan rata-rata usia 37.1 ± 15.3. Setelah satu tahun,
80,1 % semua gigi menunjukkan gejala normal, lalu berfungsi pada akhir
tahun kedua sebanyak 75,2% dan menurun setelah tiga tahun ke angka
72,0%, tahun kelima 68,0%, menurun pada tahun kedelapan 58,7%.
Tercatat 172 kasus kegagalan yang berakhir dengan nekrosis.
Beda penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
jenis penelitian, penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian
observasional deskriptif karena menggunakan data sekunder berupa rekam
medis. Jenis penelitian ini merupakan penelitian ekperimental, karena
mengevaluasi penggunaan kalsium hidroksida sebagai bahan kaping
dengan cara membandingkan dengan bahan kaping pulpa lainnya,
sementara penelitian yang akan dilakukan evaluasi kalsium hidroksida
sebagai bahan kaping pulpa tanpa membandingkan dengan bahan kaping
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pulpa
Menurut kamus besar Kedokteran Gigi Mosby (2008), pulpa
merupakan bagian pusat dari gigi, terdiri dari pembuluh darah, saraf, dan
bagian selular, termasuk odontoblas yang membentuk dentin. Anatomi
pulpa dibagi menjadi dua bagian yaitu mahkota pulpa dan akar pulpa.
Mahkota pulpa terletak di kamar pulpa yang menjadi bagian dari
mahkota gigi, termasuk tanduk pulpa yang mulai dari incisal ridges
mengarah ke ujung tonjol. Akar pulpa terletak di kanal pulpa yang
merupakan akar gigi. Akar pulpa meneruskan jaringan periapikal dengan
menghubungkan foramen apikal, kanal asesori meneruskan kanal pulpa
dari dentin menuju jaringan periodontal (Roberson, 2006).
Gigi dengan kondisi pulpa normal tidak menunjukkan
gejala-gejala spontan jika terluka. Pulpa akan merespon tes dan gejala-gejala timbul
dari tes sedang (Cohen & Hargreaves, 2011).
2. Dentin
Pembentukan dentin atau dentinogenesis diawali dari sel yang
disebut odontoblas. Odontoblas merupakan bagian dari pulpa, namun
karena proses sitoplasmik sel panjang odontoblas (100-200 µm) dapat
mencapai tubulus dentin. Dentin merupakan bagian terluas gigi, secara
anatomi dentin dilindungi oleh email, mahkota gigi dan sementum.
Pembentukan dentin terjadi lebih awal dari pembentukan email.
Odontoblas memproduksi matriks kolagen sebagai tahap awal,
pembentukan pertama yaitu dentin yang dekat dengan permukaan pulpa.
Secara garis besar pembentukan dimulai dari tonjol atau area insisal gigi
menuju ke akar gigi. Area yang tidak termineralisasi pada badan
odontoblas disebut predentin. Dentin akan terus terbentuk hingga 3 tahun
setelah gigi tumbuh atau disebut dentin primer. (Roberson, 2006)
a. Dentin Sekunder
Dentin sekunder merupakan dentin yang terbentuk secara
kontinu setelah mahkota terbentuk secara penuh. Mulai terbentuknya
dentin sekunder berawal dari reaksi pulpa ketika terjadi kontak
dengan gigi antagonis selama mastikasi. Kandungan mineral dalam
dentin sekunder lebih kecil 6-10% dibandingkan dengan dentin
13
Menurut Rajendra (2012) dentin sekunder ada dua, yaitu :
1. Dentin Sekunder Fisiologis
Bentuk dentin sekunder fisiologis adalah regular,
hanya selapis pada kamar pulpa yang terus terbentuk
seiring umur gigi. Dentin sekunder merupakan hasil
faktor fisiologi yaitu umur dan erupi gigi, juga
terbentuk lebih lambat dibandingkan dengan dentin
primer.
2. Dentin Sekunder Reparatif
Merupakan dentin yang terbentuk pada sekitar
kamar pulpa hasil iritasi atau atrisi seperti bruxism dan
kontak oklusi pada gigi antagonis. Trauma tersebut
menstimulasi protekssi alami seperti dentin sekunder.
b. Dentin Tersier
Dentin tersier adalah jaringan yang terbentuk sebagai hasil
respon rangsangan eksternal yang kuat pada gigi, misalnya
peradangan yang berat. Pembentukan dentin tersier terjadi oleh peran
odontoblas sekunder yang terdiferensiasi dari sel dalam pulpa yang
tidak terdiferensiasi. Dentin tersier memiliki struktur yang ireguler
dan terlokalisir pada tubulus dentinalis. Pembentukan pertama dentin
tersier melalui proses diferensiasi odontoblas sekunder yang
selanjutnya pembentukan menghasilkan jaringan dengan tubulus
Dentin tersier disubklasifikasikan menjadi dentin reaksioner dan
reparatif. Dentin reaksioner merupakan matriks dentin tersier yang
merespon terhadap stimulus ringan sehingga menimbulkan kenaikan
aktivitas sel odontoblas yang berperan dalam pembentukan dentin.
Dentin reparatif merupakan matriks dentin tersier yang disekresikan
oleh dentin baru setelah terjadi rangsang yang berat sehingga
meyebabkan kematian sel odontoblas yang berperan dalam
pembentukan dentin primer dan sekunder (Smith, 2002).
Gambar 2. Dentin
3. Penyakit Pulpa
a. Pulpitis Reversibel
Pulpitis reversibel merupakan peradangan pulpa yang tidak
parah, jika penyebab radang dihilangkan maka pulpa akan kembali
sehat. Faktor-faktor penyebab pulpitis reversibel antara lain erosi,
karies, atrisi, kesalahan prosedur operator, fraktur email sehingga
menyebabkan dentin terbuka (Walton & Torabinejad, 2008). Ketika
15
dihentikan, rasa sakit sulit terlokalisir, radiografik periradikuler
terlihat normal, perkusi negatif kecuali terdapat trauma oklusal
(Heasman, 2006).
c. Pulpitis Irreversibel
Pulpitis irreversibel merupakan peradangan pulpa hingga
menyebabkan kemampuan pertahanan pulpa tidak dapat
memperbaiki pulpa normal kembali (Rukmo, 2011). Gejala pulpitis
irreversibel adalah nyeri spontan, jika diberi stimulus menimbulkan
nyeri tajam dan nyeri berlanjut hingga 30 detik atau lebih setelah
stimulus dihilangkan, nyeri tidak terlokalisir jelas, nyeri semakin
terasa dengan posisi berbaring (Babick et al., 2013).
d. Pulpitis Hiperplastik
Pulpitis hiperplastik ditandai dengan adanya polip yang
berasal dari inflamasi kronik pulpa muda hingga ke permukaaan
oklusal. Histologisnya inflamasi terjadi pada sel epitel permukaan,
sel epitel tersebut tumbuh ke permukaan membentuk polip (Walton
& Torabinejad, 2008). Pulpitis hiperplastik biasanya terjadi pada gigi
permanen muda ditandai dengan adanya jaringan polip kemerahan
dan terasa sakit selama mastikasi (Ingle, 2002)
e. Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa merupakan kategori diagnosis klinis kematian
pulpa gigi. Pulpa tidak merespon tes vitalitas dan asimtomatik.
menyebabkan saraf pulpa tidak berfungsi kembali. Pulpa yang sudah
nekrosis jika tidak dirawat akan menyebabkan penyakit ke dalam
jaringan periradikuler (Cohen & Hargreaves, 2011).
Tabel 1. Terminologi Diagnosis Pulpa
Pulpa dengan kondisi normal tidak akan menunjukkan hasil
positif pada tes perkusi dan tes palpasi, akan tetapi akan
menunjukkan tes positif pada tes elektrik dan termal karena gigi
masih vital. Pada pulpitis reversibel akan menunjukkan respon ngilu
pada tes suhu dingin, sedangkan pulpitis irreversibel durasi ngilu
lebih lama dan terkadang disertai nyeri spontan. Pulpa yang nekrosis
akan menunjukkan hasil negatif pada tes vitalitas namun masih
kemungkinan menunjukkan hasil positif pada tes perkusi karena Diagnosis
Pulpa
Keluhan Utama Riwayat Elektrik Termal Perkusi Palpasi
Pulpa Normal Tidak ada Tidak ada
17
jaringan periodontal disekitar gigi terganggu. Dapat dilihat pada
tabel 1 Terminologi Diagnosis Pulpa.
2. Pupitis Reversibel
Pulpitis reversibel merupakan peradangan pulpa yang tidak parah,
jika penyebab radang dihilangkan maka pulpa akan kembali sehat.
Faktor-faktor penyebab pulpitis reversibel antara lain erosi, karies, atrisi,
kesalahan prosedur operator, fraktur email sehingga menyebabkan dentin
terbuka (Walton & Torabinejad, 2008).
a. Karies
Karies adalah multifaktorial, menyebar, penyakit infeksi yang
awalnya disebabkan oleh interaksi kariogenik oral flora dengan
karbohidrat pada permukaan gigi yang lama. Karies ditandai dengan
demineralisasi dan hilangnya struktur permukaan gigi (Roberson,
2006).
b. Erosi
Erosi gigi adalah hilangnya jaringan gigi akibar proses kimia
tanpa pengaruh bakteri, merupakan penyakit multifaktoral dan
seringkali dipengaruhi oleh gaya hidup. Erosi dapat pula dipengaruhi
karena respon asam yang didapat dari faktor instriksik dan ekstrinsik.
Faktor ekstrinsik asam dapat berasal dari diet seseorang, air kolam
renang, dan obat. Faktor intrinsik berasal dari asam lambung (Lussi,
c. Atrisi dan Abrasi
Atrisi dapat didefinisikan sebagai hilangnya jaringan email,
dentin, atau restrasi karena kontak antar gigi. Atrisi dipengaruhi oleh
kebiasaan atau dikarenakan adanya kelainan aktivitas mastikasi.
Abrasi terjadi karena adanya proses biomekanik seperti menggosok
gigi (Lopez-Frias et al., 2012).
3. Perawatan Kaping Pulpa
Kaping pulpa merupakan prosedur alternatif perawatan
endodontik dengan cara medikamen diaplikasikan secara langsung pada
pulpa terbuka atau pada dentin yang tersisa untuk menjaga vitalitas
pulpa dan mengurangi iritasi yang meluas. (Hilton, 2010).
Ada dua teknik perawatan kaping pulpa yaitu :
a. Kaping Pulpa Indirek
Kaping pulpa indirek dapat dilakukan jika terdapat karies yang
cukup dalam mendekati pulpa tetapi gigi tidak mempunyai riwayat
sakit spontan dan respon normal terhadap tes vitalitas. Pulpa terbuka
harus dihindari, karena jika terjadi akan lebih baik dilakukan
perawatan kaping pulpa direk. Indikasi pulpa kaping indirek antara
lain tidak ada riwayat nyeri spontan, pulpa dalam kondisi vital, tidak
ada riwayat nyeri berlanjut setelah diberi stimuli suhu dan radiograf
menunjukkan tidak adanya lesi periradikuler (Summit et al., 2006).
Kontraindikasi pulpa kaping indirek yaitu jika sudah terjadi perforasi
19
luksasi berlebihan, nyeri spontan yang tajam dan tidak hilang selama
30 detik atau lebih, pada radiograf terdapat radiolusen pada periapikal
(Ingle, 2002).
Teknik kaping pulpa indirek mula-mula gigi dianastesi
terlebih dahulu, lalu isolasi gigi menggunakan rubber dam. Preparasi
gigi menggunakan excavator atau bur bulat besar low
speed-handpiece dengan menyisakan dentin yang sehat. Aplikasi kalsium
hidroksida sebagai liner menyeluruh pada permukaan dentin yang
sehat, ditumpat menggunakan amalgam, glass ionomer cement,
komposit (Summit et al., 2006).
Gambar 3. Kaping Pulpa Indirek
b. Kaping Pulpa Direk
Kaping pulpa direk didefinisikan sebagai pelapis luka pada
pulpa normal terbuka secara klinik tanpa adanya tanda dan gejala
penyakit pulpa yang parah. Prosedur ini noninvasif, termasuk
perawatan sederhana dalam melindungi jaringan sehat pulpa
terjadi perforasi pulpa karena mekanis atau karena karies (Walton &
Torabinejad, 2008). Kontraindikasi kaping pulpa direk dengan pulpa
terbuka dikarenakan karies. Bakteri karies yang dapat masuk ke dalam
pulpa akan sulit mempertahankan pulpa sehat kembali (van-Noort,
2008).
Teknik kaping pulpa direk mula-mula gigi di bersihkan
menggunakan 0,2% larutan chlorhexidine, lalu gunakan rubber dam
untuk mengisolasi gigi. Kavitas oklusal dipreparasi menggunakan bur
bulat diamond dengan high-speed handpiece. Kavitas oklusal
sedalam 3.0-3.5 mm, 4.0-4.5 mm lebar mesiodistal dan 3.0-3.5mm
lebar fasiolingual. Dimensi kavitas dicek menggunakan digital caliper
untuk menyesuaikan dengan standar ukuran kavitas. Haemostasis
tercapai dengan mengaplikasikan cotton pellet yang lembab dengan
larutan saline kemudian dikeringkan menggunakan cotton pellet.
Bagian pulpa yang terbuka diaplikasikan menggunakan bahan kaping
pulpa secara langsung, setelah itu ditumpat menggunakan bahan
tumpatan seperti resin komposit atau GIC sebagai liner (Parolia et
21
Gambar 4. Kaping Pulpa Direk
4. Bahan Kaping Pulpa
Beberapa bahan kaping pulpa yang dikenal adalah :
a. Zinc Oxide Eugenol (ZOE)
Zinc Oxide Eugenol (ZOE) sudah bertahun-tahun digunakan
dalam kedokteran gigi sebagai material base, liners, semen dan
tumpatan sementara. ZOE kurang efektif sebagai bahan kaping pulpa
karena eugenol yang dilepaskan bersifat toksik. Penelitian gigi yang
dikaping menggunakan ZOE menunjukkan inflamasi kronik, pulpa
tidak sembuh dan tidak terbentuknya dentin reparaitf setelah 12
minggu dirawat (Hilton, 2010).
b. Mineral Trioxide Aggregate (MTA)
MTA telah terbukti tidak hanya menjadi salah satu material
yang sangat bagus untuk jaringan ikat tetapi juga berkontribusi
mencegah terjadinya kebocoran bakteri. Keberhasilan MTA sebagai
bahan kaping pulpa cukup bagus tanpa adanya kebocoran bakteri.
Beberapa penelitian menunjukkan MTA efektif sebagai bahan
kaping pulpa dan terbukti MTA memperbaiki jaringan tanpa adanya
c. Resin Modified-Glass Ionomer Cement (RM-GIC)
RM-GIC merupakan modifikasi GIC. Penelitian in vitro
menunjukkan bahwa RM-GIC mengurangi terjadinya kebocoran
mikro. Keberhasilan RM-GIC sebagai bahan kaping pulpa cukup
bagus seperti kalsium hidroksida, serta RM-GIC terbukti membentuk
jembatan dentin setelah 21 hari pada jaringan pulpa kera. Efek
samping RM-GIC sebagai bahan kaping belum teruji secara klinis
(Huang & Chang, 2002).
d. Kalsium Hidroksida
Penggunaan kalsium hidroksida Ca(OH)2 pertama bentuk
sediaan seperti bubur, terdiri dari campuran kalsium hidroksida dan
air yang selanjutnya berubah menjadi pasta menggunakan metil
selulosa yang lebih mudah digunakan. Tahun 1960 kalsium
hidroksida hard-setting semen diperkenalkan, kalsium hidroksida
bereaksi dengan agen salisilat ester. Kalsium hidroksida tipe hard
setting terdiri dari two-paste system atau single paste-system yang
terdiri dari kalsium-hidroksida-terisi-dimetakrilat dan terpolimer
menggunakan cahaya (van- Noort, 2008).
Perbedaan kalsium hidroksida tipe hard setting dengan non
setting adalah mudah larut dan menghilang di bawah restorasi secara
bertahap yang dapat mengurangi fungsi restorasi, sementara tipe
hard setting lebih rendah daya larutnya. Kendala pembuatan adalah
23
terapeutik dan tidak mudah larut begitu saja. Pasta kalsium
hidroksida dengan ketebalan 1.0-1.5 mm yang bersentuhan dengan
pulpa dapat menyebabkan nekrosis. Sebuah penelitian menunjukkan
bahwa pembentukan jembatan bukan berasal dari semen yang
diaplikasikan, melainkan dari tingginya pH sebesar 12,5 yang
menyebabkan pulpa merespon (van-Noort, 2008)
5. Mekanisme terbentuknya dentin tersier
Pembentukan dentin tersier terjadi pada hari ke 60 dan terus
berlanjut di hari berikutnya (Hargreaves & Goodis, 2002). Jembatan
dentin merupakan dentin tersier yang dibentuk oleh sel odontoblas ketika
pulpa terbuka. Proses pembentukan dentin reparatif tergantung pada sel
pulpa untuk mendeteksi adanya luka sehingga menginisiasi respon
perbaikan (Murray et al., 2006). Proses terbentuknya dentin tersier
merupakan dentin pengganti, tergantung dari seberapa mampu dalam
merespon dan berapa banyaknya jumlah matriks dentin baru terbentuk.
Secara keseluruhan, dentin pengganti dibentuk oleh pre-existing
odontoblas, lalu dentin reparatif dibentuk oleh diferensiasi sel
odontoblas yang baru (Smith et al., 1995).
Pembentukan dentin jika disederhanakan dimulai dari terbukanya
pulpa yang menyisakan kurang dari 0,01mm jaringan dentin sehingga
melukai sel odontoblas, selanjutnya terjadi reduksi odontoblas hingga
Odontoblasoid digantikan oleh terbentuknya jembatan dentin (Murray et
al., 2006).
6. Evaluasi klinis
Evaluasi klinis merupakan salah satu indikator berhasil atau
tidaknya suatu perawatan yang dapat dilakukan pada selang waktu
tertentu setelah perawatan dilakukan. Evaluasi klinis subjektif dapat
diketahui berdasarkan keluhan pasien. Tes klinis objektif dapat dilakukan
melalui tes suhu dilakukan untuk mengetahui vitalitas pulpa, dapat
menggunakan Endo-Ice frozen gas, Chlor Etil yang diaplikasikan di atas
permukaan bukal gigi selama 5 detik. Tes Perkusi untuk memprediksi
keterlibatan jaringan periradikuler yang mengindikasikan perubahan
menuju pulpitis irreversibel, hal itu ditandai timbul rasa nyeri saat
perkusi. Tes palpasi untuk memprediksi perluasan tulang periradikuler,
tes ini menggunakan dau jari tangan pada sulkus bukal. Sakit yang timbul
pada tes palpasi mengindikasikan infeksi yang meluas hingga endoseam
(M. Jamjoom, 2008).
B. Landasan Teori
Pulpa yang terluka dapat disebabkan oleh karies dentin, preparasi
kavitas, abrasi, erosi, atrisi, perosedur tumpatan yang dapat menyebabkan
peradangan pulpa atau disebut dengan pulpitis. Pulpitis yang memungkinkan
pulpa kembali normal disebut pulpitis reversibel.
Perawatan pulpitis reversibel adalah perawatan kaping pulpa. Tujuan
25
yang tersisa. Pulpitis reversibel yang perforasi hingga terbukanya pulpa
dilakukan perawatan kaping pulpa direk. Teknik kaping pulpa direk adalah
meletakkan bahan material langsung pada titik perforasi, sehingga diharapkan
dapat terbentuk jembatan dentin untuk melindungi pulpa.
Salah satu bahan kaping pulpa adalah kalsium hidroksida yang sudah
dikenal dengan “gold standard” karena selalu berhasil dalam perawatan
kaping pulpa. Kalsium hidroksida dikenal sebagai antibakteri yang baik,
dibuktikan dengan hilangnya bakteri pada permukaan pulpa setelah satu jam
diaplikasikan kalsium hidroksida. Kemampuan kalsium hidroksida didukung
oleh konsentrasi pH yang tinggi yaitu 12,5 sehingga merespon pulpa untuk
membentuk dentin reparatif. Kalsium hidroksida berdasarkan sediaannya
terdapat kalsium hidroksida tipe hard setting yang memiliki keuntungan tidak
mudah larut dan paling sering digunakan untuk perawatan kaping pulpa.
Keberhasilan kaping pulpa direk tidak selamanya baik, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan setelah dilakukan perawatan. Perawatan yang
tidak tepat dapat menyebabkan kebocoran mikro dan tunnel defect, hal
tersebut menyebabkan infeksi meluas hingga terjadi pulpitis irreversibel
bahkan nekrosis pulpa. Keberhasilan kaping pulpa direk dapat dilihat dari
evaluasi klinis melalui sondasi, palpasi, perkusi, tes suhu. Tes suhu
menggunakan chlor etil dan yang terespon adalah saraf A-delta pada pulpa,
normal jika pasien terasa beberapa saat dan menghilang 10-30 detik setelah
stimulus dihilangkan. Respon dingin yang terasa sakit mengindikasikan
respon mengindikasikan nekrosis pulpa. Perkusi merupakan tes untuk
mengetahui adanya inflamasi atau tidak pada jaringan periapikal. Palpasi
merupakan tes untuk mengetahui ada tidaknya inflamasi di bawah tulang, tes
tersebut menggunakan jari menelusuri tulang dan deteksi adanya tenderness
atau tidak, jika ditemukan adanya tenderness maka terindikasi terjadi
28 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian desain penelitian yang digunakan adalah
observasional deskriptif dengan cara mengevaluasi secara klinis hasil
perawatan kaping pulpa direk menggunakan data sekunder rekam medis
pasien.
1. Status Keberhasilan
Baik : Bila anamnesis dan hasil pemeriksaan objektif tidak
menunjukkan keluhan dan gejala.
Cukup : Bila pada pemeriksaan subjektif tidak didapatkan keluhan,
namun pada pemeriksaan objektif terdapat satu pemeriksaan
menunjukkan kepekaan (+).
Kurang : Bila pada pemeriksaan subjektif tidak didapatkan keluhan,
namun pada pemeriksaan objektif terdapat dua pemeriksaan
menunjukkan kepekaan (+).
Buruk : Bila pada pemeriksaan subjektif menunjukkan hasil positif dan
pemeriksaan objektif menunjukkan kepekaan (+).
Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. HOS Cokroaminoto No.17,
29
B. Sumber Data
Data penelitian bersumber dari data sekunder, data sekunder
merupakan data rekam medis pasien perawatan kaping pupa direk di RSGM
UMY tahun 2011-2015.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah pasien laki-laki dan perempuan
semua usia yang telah dilakukan perawatan kaping pulpa direk dengan
kalsium hidroksida oleh mahasiswa tingkat profesi RSGM UMY pada 5
tahun terakhir (2011-2015).
2. Sampel
Besarnya sampel yang digunakan pada penelitian ini sesuai dengan
jumlah data rekam medis pasien perawatan kaping pulpa direk dalam
waktu 5 tahun terakhir.
D. Kriteria Penelitian
Kriteria penelitian terdiri atas kriteria inklusi dan ekslusi:
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien RSGM UMY dengan perawatan kaping pulpa direk
b. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan segala usia
c. Rekam medis 5 tahun terakhir pasien yang telah dilakukan perawatan
kaping pulpa direk dengan diagnosa pulpitis reversibel
2. Kriteria Eksklusi
b. Perawatan kaping pulpa direk yang gagal dan menjadi pulpitis
irreversibel
E. Variabel
1. Variabel Pengaruh
a. Kalsium hidroksida tipe hard setting
2. Variabel Terpengaruh
a. Evaluasi klinis perawatan kaping pulpa direk
3. Variabel Terkendali
a. Pasien yang telah dilakukan perawatan kaping pulpa direk
b. Pasien dengan perforasi kurang atau mendekati 1mm
4. Variabel Tidak Terkendali
a. Kebiasaan pasien
b. Sikap dan perilaku individu terhadap kesehatan gigi
c. Kontaminasi bakteri pada pulpa
d. Terjadi kebocoran mikro
e. Jenis tumpatan permanen
f. Ketebalan kalsium hidroksida
F. Definisi Operasional
1. Kaping pulpa direk
Kaping pulpa direk adalah perawatan preventif yang ditujukan
untuk melindungi pulpa yang telah terjadi perforasi dari kontaminasi
bakteri, sehingga pulpa dapat membentukan jaringan dentin baru.
31
tidak lebih dari 1mm, tidak terjadi perdarahan, dan kondisi pulpa
masih sehat.
2. Kalsium hidroksida tipe hard setting
Dycal merupakan salah satu merk dagang kalsium hidroksida
tipe hard setting. Dycal terdiri dari dua komponen yaitu based dan
katalis, based terdiri dari disacylate ester, butylene glycol, calcium
phosphate, calcium tungsate, zinc oxide, iron oxide. Katalis terdiri
dari calcium hydroxide, ethyl toluenesulfona mide, zinc stearate,
titanium dioxide, zinc oxide, iron oxide. Cara penggunaannya adalah
dengan perbandingan based dan katalis 1:1 diaduk menggunakan
spatula agat diatas paper pad selama kurang lebih 10 detik hingga
homogen. Kalsium hidroksida diaplikasikan menggunakan ball
aplicator ke dalam cavitas paling dalam.
3. Evaluasi klinis
Evaluasi klinis adalah evaluasi keberhasilan suatu perawatan
yang dilakukan secara klinis berupa pemeriksaan subjektif dan
pemeriksaan objektif. Pemeriksaan subjektif merupakan apa yang
dirasakan pasien sehingga diperlukan pemeriksaan menunjang lainnya
yaitu pemeriksaan subjektif berupa sondasi, perkusi, palpasi dan tes
vitalitas. Keberhasilan kaping pulpa direk secara klinis adalah tidak
adanya pulpa inflamasi yang dapat diketahui melalui pemeriksaan
perkusi, palpasi, tidak adanya pembengkakan, tes vitalitas positif
G. Instrumen Penelitian
Alat dan Bahan
1. Alat
a. Kertas
Untuk menyalin data rekam medis
b. Bolpoin
Untuk menulis data rekam medis
c. Buku logbook
Untuk mencatat perjalanan penelitian
d. Laptop
Untuk mengetik dan menyimpan data yang terkumpul
2. Bahan
a. Rekam Medis (data sekunder pasien)
H. Jalannya Penelitian
1. Tahap pre-penelitian
a. Pembuatan proposal Karya Tulis Ilmiah
b. Melakukan survei data awal penelitian ke RSGM UMY yang
menjadi lokasi penelitian
c. Mengurus surat perizinan penelitian ke RSGM UMY yang menjadi
lokasi penelitian
d. Mempersiapkan alat dan bahan
33
a. Membuat surat perizinan menggunakan rekam medis sebagai
bahan penelitian.
b. Melakukan pendataan tentang identitas responden yang meliputi
nama, umur, dan jenis kelamin
c. Melaksanakan penelitian dengan mengevaluasi pasien yang telah
dilakukan perawatan kaping pulpa direk secara klinis dan melihat
data sekunder (Rekam Medis)
d. Skoring penilaian keadaan kondisi gigi responden sebelum dan
sesudah perawatan
e. Melakukan analisis data dengan komputer.
I. Cara Pengumpulan Data
Data mengenai evaluasi secara klinis didapatkan dan disalin melalui
rekam medis pasien dengan langsung melihat rekam medis pasien RSGM
UMY.
J. Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
perawatan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard
setting di Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
berdasarkan hasil klinis pasien setelah perawatan ialah dengan analisa
K. Alur Penelitian
Subjek penelitian: rekam medis pasien
Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan Subjektif
Sebelum perawatan kaping pulpa indirek
Setelah perawatan kaping pulpa direk
Hasil
Analisis Data
Kesimpulan
Surat perijinan rekam medis
37 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
A. Hasil Penelitian
Penelitian telah dilakukan di RSGM UMY mengenai evaluasi
keberhasilan perawatan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium
hidroksida hard setting berdasarkan analisis pemeriksaan klinis objektif
dan pemeriksaan klinis subjektif. Pengambilan sampel dilakukan dengan
cara melihat dari rekam medis yang telah disimpan antara tahun 2011
sampai 2016. Sampel yang diperolah sejumlah 41 sampel dengan jumlah
sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi 38 sampel, 3 sampel yang tidak
sesuai dengan kriteria inklusi dikarenakan pasien tidak pernah datang
untuk kontrol. Responden dibagi dalam empat karakteristik yaitu
berdasarkan usia, jenis kelamin, elemen gigi dan posisi gigi. Berikut tabel
ditribusi karakteristik responden :
Tabel 2. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY berdasarkan usia.
Usia Baik Cukup Kurang Jumlah Presentase
10-20 Tahun 12 0 2 14 36,84%
21-30 Tahun 17 2 0 19 50,00%
41-50 Tahun 4 0 0 4 10,53%
>50 Tahun 1 0 0 1 2,63%
Tabel 2 menunjukkan distribusi hasil pemeriksaan klinis pada
pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY berdasarkan usia, dari
38 pasien terdapat 14 pasien berusia 10-20 tahun, 19 pasien berusia 21-30
tahun. Kategori pasien berusia 10-20 tahun terdapat 12 pasien dengan
kategori baik, dan 2 pasien dengan kategori kurang. Kategori pasien
berusia 21-30 tahun pada pemeriksaan klinis terdapat 17 pasien kategori
baik dan 2 pasien kategori cukup. Kategori pasien berusia 41-50 tahun
pada pemeriksaan klinis. Pasien berusia diatas 50 tahun berada pada
kategori baik.
Tabel 3. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY bersadarkan jenis kelamin.
Jenis Kelamin Baik Cukup Kurang Jumlah Presentase
Laki-laki 10 1 1 12 31,57%
Perempuan 24 1 1 26 68,43%
Tabel 3 menunjukkan distribusi hasil pemeriksaan klinis pada
pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY berdasarkan jenis
kelamin, dari 38 pasien terdapat 12 pasien laki-laki dan 26 perempuan.
Pada kategori jenis kelamin laki-laki hasil pemeriksaan klinis terdapat 10
pasien dengan hasil kategori baik, dan terdapat satu pasien dengan
kategori cukup, dan satu pasien dengan kategori kurang. Jenis kelamin
perempuan terdapat 24 pasien dengan kategori baik, terdapat satu pasien
dengan kategori cukup, dan satu pasien dengan kategori kurang.
Tabel 4. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY berdasarkan elemen gigi.
Elemen Gigi Baik Cukup Kurang Jumlah Presentase
Anterior 13 2 0 15 39,47%
39
Tabel 4 menunjukkan distribusi hasil pemeriksaan klinis pada
pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY berdasarkan elemen
gigi, dari 38 elemen terdapat 15 elemen gigi anterior, dan 23 elemen gigi
posterior. Kategori lemen gigi anterior pada pemeriksaan klinis terdapat 13
kategori baik, dan terdapat dua elemen dengan kategori cukup. Kategori
elemen gigi posterior pada pemeriksaan klinis terdapat 21 elemen dengan
kategori baik, dan terdapat dua elemen gigi dengan kategori kurang.
Tabel 5. Distribusi hasil pemeriksaan klinis pada pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY berdasarkan posisi gigi.
Tabel 5 menunjukkan distribusi hasil pemeriksaan klinis pada
pasien perawatan kaping pulpa direk RSGM UMY berdasarkan posisi gigi,
dari 38 gigi terdapat 23 gigi pada maksila, dan 15 gigi pada mandibula.
Kategori gigi pada maksila hasil pemeriksaan klinis terdapat 21 gigi
dengan kategori baik, dan terdapat dua elemen dengan kategori cukup.
Kategori gigi pada mandibula hasil pemeriksaan klinis terdapat 13 gigi
dengan kategori baik, dan terdapat dua elemen gigi dengan kategori
kurang.
Posisi Gigi Baik Cukup Kurang Jumlah Presentase
Maksila 21 2 0 23 60,53%
B.Pembahasan
Penelitian untuk mengetahui keberhasilan perawatan kaping pulpa
direk berdasarkan pemeriksaan klinis dilaksanakan mulai bulan Januari
sampai dengan bulan April 2016 di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Asri
Medical Center, jalan Hos Cokroaminoto, Yogyakarta. Penelitian
dilakukan dengan mencari data sekunder yaitu rekam medis pasien yang
telah dilakukan perawatan kaping pulpa direk berdasarkan diagnosa pasien
yaitu pulpitis reversibel. Pasien dirawat oleh mahasiswa klinik Program
Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
dan telah melakukan beberapa kali kunjungan kontrol. Sebelum
melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi terhadap beberapa
mahasiswa klinik karena banyaknya data yang sulit terdeteksi melalui
sistem. Penelitian dilakukan oleh 2 mahasiswa dan dibantu oleh admin
sistem rekam medis Rumah Sakit Gigi dan Mulut Asri Medical Center.
Data yang diperoleh terdapat dua kategori yaitu pemeriksaan
subjektif dan pemeriksaan objektif. Pemeriksaan klinis subjektif dan
objektif diperoleh berdasarkan penilaian pemeriksaan klinis Rukmo
Mandojo dengan kriteria baik, cukup dan kurang. Kriteria baik bila
pemeriksan subjektif tidak menunjukkan ada keluhan dan gejala, kriteria
cukup bila pada pemeriksaan subjektif tidak didapatkan keluhan, namun
pada pemeriksaan objektif terdapat satu pemeriksaan menunjukkan
kepekaan (+), kriteria kurang bila pada pemeriksaan subjektif tidak
41
pemeriksaan menunjukkan kepekaan. Buruk adalah ketika pemeriksaan
subjektif menunjukkan hasil positif dan pemeriksaan objektif
menunjukkan kepekaan (+).
Berdasarkan tabel 1 hasil penelitian pemeriksaan klinis perawatan
kaping pulpa direk menunjukkan bahwa dari 38 pasien yang telah dirawat,
34 pasien menunjukkan hasil yang baik. Hasil yang cukup banyak tersebut
sesuai dengan peran kalisum hidroksida yang secara klinis dan histologis
sangat baik sebagai bahan kaping pulpa direk maupun indirek. Kalsium
hidroksida mampu merangsang terbentuknya dentin tersier oleh pulpa, dan
secara klinis dibuktikan bahwa kesuksesan kalsium hidroksida dalam
perawatan kaping pulpa direk sebesar 80% (Duda, 2008). Pada kriteria
cukup dan kurang didapatkan sebanyak 2 pasien, hal tersebut
kemungkinan terjadi dikarenakan prosedur klinis. Prosedur klinis yang
sangat penting pada saat perawatan kaping pulpa adalah isolasi.
Dilaporkan bahwa prosedur tanpa isolasi rubber dam kemungkinan 60%
terjadi spesimen abses dan 40% menunjukkan adanya inflamasi kronis.
Perawatan kaping pulpa direk tanpa menggunakan rubber dam
meningkatkan terjadinya bakteri invasi (Kitasako, 1999). Faktor lain
penyebab terbukanya pulpa adalah faktor mekanik dan karies,
keberhasilan yang disebabkan oleh kesalahan mekanik lebih besar yaitu
7,8% dari pada disebabkan karies sebesar 66,7% (Horsted, 2010).
Berdasarkan tabel 2 hasil penelitian pemeriksaan klinis perawatan
baik paling banyak ditunjukkan pada usia 21-30 tahun yaitu sebanyak 19
orang. Menurut penelitian Monica dkk (2015) pasien dengan usia 20-30
mempunyai keberhasilan yang tinggi karena sel di dalam pulpa yang
banyak sehingga memungkinkan proses penyembuhan berjalan dengan
baik. Pasien usia diatas 50 tahun yaitu sebanyak satu pasien menunjukkan
kategori baik, hal tersebut dapat saja terjadi dikarenakan hasil pemeriksaan
klinis yang kurang tepat. Tidak terdapat efek yang berarti pada pulp testing
usia lanjut, hal tersebut dikarenakan secara histologi ditemukannya
kalsifikasi saraf pulpa sehingga menurunkan densitas saraf seiring
berjalannya usia (Harkins,1997).
Berdasarkan tabel 3 hasil penelitian pemeriksaan klinis perawatan
kaping pulpa direk berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa pasien
paling banyak adalah jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 24. Dalam
penelitian perempuan lebih peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut
dibandingkan dengan laki-laki. Hal tersebut juga diungkapkan oleh
Ambarwati (2012) bahwa perempuan lebih mengutamakan estetik
dibanding laki-laki, sehingga perempuan lebih memperhatikan kesehatan
giginya. Dalam tabel 3 juga menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan klinis
yang menunjukkan kategori baik terbanyak dialami oleh pasien wanita.
Hal tersebut dapat terjadi karena salah satu faktor yaitu faktor hormon.
Hormon yang berperan estrogen dan progesteron dapat memicu
meningkatkan sekresi saliva. Sekresi saliva yang meningkat akan
43
HCO3, florida dan lain-lain yang dapat mencegah bakteri berkembang
biak di dalam rongga mulut sehingga dapat membantu keberhasilan
perawatan kaping pulpa direk (Pardede, 2004).
Berdasarkan tabel 4 distribusi hasil klinis perawatan kaping pulpa
direk berdasarkan elemen gigi anterior dan posterior menunjukkan
bahwa gigi yang berada pada posisi posterior lebih banyak dilakukan
perawatan kaping pulpa dibandingkan gigi anterior. Menurut literatur, gigi
posterior terdapat fisura-fisura yang merupakan bagian yang sangat rentan
sebagai tempat bakteri berkumpul, hal lain yang mendukung adalah
fisura-fisura ini lebih sulit dibersihkan saat menggosok gigi (Wang, 2012).
Presentase elemen gigi anterior lebih rendah dibandingkan dengan gigi
posterior, hal tersebut terjadi kemungkinan dikarenakan posisi gigi anterior
yang sangat mudah dijangkau saat menggosok gigi, dan letak gigi
anterior rahang bawah terletak dekat dengan duktus kelenjar saliva
submandibularis dan sublingualis sehingga sekresi kelenjar saliva
melindungi dan membersihkan plak bakteri pada gigi anterior rahang
bawah (Chukwu, 2004)
Berdasarkan tabel 5 distribusi hasil klinis perawatan kaping pulpa
direk berdasarkan posisi gigi menunjukkan bahwa gigi yang berada pada
posisi mandibula berada pada kategori kurang sebanyak 2. Hal ini
kemungkinan terjadi karena lokasi sisa-sisa makanan mudah
tersangkut pada gigi-geligi rahang bawah sehingga menyebabkan bakteri
faktor yang sangat mempengaruhi terjadi kegagalan perawatan kaping
pulpa, yaitu dapat terjadi bacterial leakage. Bacterial leakage selama
preparasi sangat berpengaruh pada ketahanan restorasi, jika hal tersebut
terjadi maka tidak dapat dihindari hal-hal seperti inflamasi,
diskolorisasi margin, sensitifitas, karies sekunder bahkan berakhir
46 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian keberhasilan klinis perawatan kaping
pulpa direk RSGM UMY tinggi tahun 2011-2015 dapat ditarik
kesimpulan:
1. Terdapat keberhasilan perawatan dilihat dari evaluasi klinis sebelum
dan sesudah perawatan
2. Keberhasilan kaping pulpa direk berdasarkan evaluasi klinis yang
masuk kategori baik sebesar 89,40%, kategori cukup sebesar 5,30% dan
kategori kurang sebesar 5,30%.
3. Usia, jenis kelamin tidak memberikan pengaruh berarti pada
keberhasilan perawatan kaping pulpa direk.
B. Saran
1. Beberapa perawatan kaping pulpa direk yang dilakukan mahasiswa
profesi tidak melakukan kontrol setelahnya. Saran untuk hal tersebut
adalah operator benar-benar melakukan re-call kepada pasien agar
pasien datang kembali untuk kontrol sehingga tidak ada perawatan yang
sia-sia.
2. Mahasiswa tingkat profesi sebaiknya mengisi data rekam medis secara
detail dan lengkap.
3. Prosedur perawatan hendaknya menggunakan rubber dam, karena
penggunaan rubber dam sebagai isolasi terbukti mengurasi penetrasi
47
4. Penambahan keterangan perawatan pada sistem rekam medis. Dalam
penilitian ditemukan bahwa dalam sistem online rekam medis hanya
menuliskan kasus berdasarkan diagnosa, lebih baik jika rincian
perawatan ikut dalam keterangan sistem rekam medis.
5. Melakukan penelitian keberhasilan menggunakan bahan kaping pulpa
47
Daftar Pustaka
Ambarwati, F. E. (2012). Pengaruh Pemberian Larutan Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Pembentukan Plak Gigi. Naskah Skripsi.
Babick et al. (2013). Endodontic Diagnosis. Endodontics Colleagues for Excellence. Chicago: American Association of Endodontic.
Babbush, C. A., Fehrenbach, M. J., Emmons, M., & Nunez, D. W. (2008). Dental Dictionary (2nd ed). USA: Mosby Elsevier. 97.
Chan C, l. W. (2005). Effects of TGF-beta on the growth, collagen synthesis and collagen lattice contraction of human dental pulpa fibroblast in vitro. Arch Oral Bio, 50(5), 469-479.
Chukwu GA, O. A. (2014). Dental caries and extractions of permanent teeth in Jos, Nigeria. African Journal of Oral Health, 1(1), 31-36.
Cohen, S., & Hargreaves, K. M. (2011). Pathways of The Pulp (Vol. 9). Texas: Mosby Elsevier.
Cox CF, Tarim B, Kopel H, Gurel G & Hafez A. (2001). Technique sensitivity; Biological factors contributing to clinical success with various restorative materials. Adv Dent, 15(1), 85-89.
Duda S, Dammaschke T. (2008). Alternative Calcium Hidroxide for Pulp Capping. Quintessence, 59, 1327-1334.
Goodell, G., Patricia, A., Commander., Moss., Dwight. (2005). Pulpal and periradicular diagnosis. Nav Dent School Journal, 27(9), 15-18.
Graham L, Cooper P, Cassidy N, Nor J, Sloan A, Smith A. (2006). The effect of calcium hydroxide on solubilisation of bio-active dentine matrix components. Journal of Biomaterials, 27(14), 2875-2873.
Hargreaves, K., & Goodis, H. (2002). Pulp As a Connective Tissue. Dalam S. a. Bender's, Dental Pulp (hal. 95-98). China: Quintessence Publishing Co, Inc.
Harkins, SW C. C. (1997). The perception of induced dental pain in young and elderly women. J Gerontol, 32(4), 428-435.