• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, TEPUNG DARAH SAPI DAN ARANG SABUT KELAPA DALAM BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata S.) DI TANAH REGOSOL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS TAHU, TEPUNG DARAH SAPI DAN ARANG SABUT KELAPA DALAM BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata S.) DI TANAH REGOSOL"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS

TAHU, TEPUNG DARAH SAPI DAN ARANG SABUT KELAPA

DALAM BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG MANIS

(

Zea mays

saccharata

S.) DI TANAH REGOSOL

SKRIPSI

Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

20120210098

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(2)

EFEKTIVITAS PELET NPK ORGANIK BERBAHAN AMPAS

TAHU, TEPUNG DARAH SAPI DAN ARANG SABUT KELAPA

DALAM BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG MANIS

(

Zea mays

saccharata

S.) DI TANAH REGOSOL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhmmadiyah Yogyakarta untuk memenuhi syarat sebagai Derajat Sarjana Pertanian

Disusun oleh : Wisnu Kuntoro Aji

20120210098

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(3)
(4)

MOTTO

Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. (Q.S. Al-Insyirah : 5-6)

“Pertolongan Allah tidak akan datang terlalu cepat, tetapi juga tidak akan terlambat. Pertolongan Allah akan datang tepat pada waktunya.”

(Gatot Supangkat)

“Gaco teteg.”

(Mulyono)

Keterbatasan hanyalah faktor pembatas milik orang-orang yang merasa kalah, kita diciptakan olehNya Yang Maha Adil dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berusahalah maka kita akan menjadi pemenang, walaupun kemenangan

kita dalam wujud yang berbeda-beda.

(5)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberi nikmat berupa kesehatan, kekuatan, petunjuk kemudahan dan bantuan sehingga saya dapat menyelesaikan amanah dan menghasilkan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang pertanian berkelanjutan.

Saya persembahkan skripsi ini untuk :

 Kedua orangtua saya (Bapak Kenti Sudaryono dan Ibu Alami).

 Segenap keluarga saya di Kabupaten Kendal (Keluarga Puryono Junaedi, Keluarga Puji Prapsilo, Keluarga Arif Wijayano dan Heri Priantoko).

 Kedua dosen pembimbing (Ir. Mulyono, M.P. dan Ir. Sukuriyati Susilo Dewi, M.S.).

 Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

 Semua teman-teman yang membantu dan memberi dukungan.

(6)

DAFTAR ISI

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 16

C. Metode Penelitian... 16

D. Cara Penelitian ... 17

E. Parameter yang Diamati ... 22

F. Analisis Data ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis ... 27

B. Hasil Jagung Manis ... 34

(7)

A. Kesimpulan... 38

B. Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel : Halaman

1. Jenis Bahan, Kandungan dan Perbandingan Bagian di Dalam Pelet ... 10

2. Kebutuhan Pupuk Tanaman Jagung Manis ... 21

3. Kebutuhan Unsur NPK Tanaman Jagung Manis ... 21

4. Kandungan Unsur pada Pelet NPK Organik yang Dibuat ... 21

5. Kandungan Unsur NPK dari Masing-Masing Perlakuan ... 21

6. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis ... 27

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar : Halaman

1. Grafik Perubahan Tinggi Tanaman Setiap Minggu ... 28

2. Grafik Perubahan Jumlah Daun Setiap Minggu... 29

3. Grafik Bobot Segar Brangkasan dan Bobot Kering Brangkasan ... 31

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran : Halaman

1. Skema Penelitian ... 42

2. Layout Penelitian ... 43

3. Kebutuhan Pupuk Urea, SP-36 dan KCl serta Kebutuhan Unsur N, P dan K Tanaman Jagung Manis ... 44

4. Kandungan N, P, dan K (%) dari Pelet NPK Organik ... 45

5. Jumlah Pelet NPK Organik yang Dibutuhkan Tanaman Jagung Manis ... 46

6. Kandungan Unsur NPK dari Masing-Masing Perlakuan ... 47

7. Hasil Sidik Ragam... 48

8. Deskripsi Jagung Manis Varietas Gendis... 52

(11)
(12)

INTISARI

Penelitian ini berjudul Efektivitas Pelet NPK Organik Berbahan Ampas Tahu, Tepung Darah Sapi dan Arang Sabut Kelapa dalam Budidaya Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata S.) di Tanah Regosol. Bertujuan untuk mengetahui peran pelet NPK organik dalam menggantikan NPK anorganik pada pemupukan Jagung Manis di tanah Regosol. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Maret sampai dengan Juni 2016.

Penelitian ini menggunakan metode percobaan lapangan, yang disusun dalam Rancangan Lingkungan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan rancangan perlakuan faktor tunggal yaitu dosis pelet NPK organik. Perlakuan tersebut meliputi : A = Pelet NPK organik 50 gram/tanaman (3,3 ton/hektar), B = Pelet NPK organik 60 gram/tanaman (4 ton/hektar), C = Pelet NPK organik 70 gram/tanaman (4,7 ton/hektar) dan D = Pupuk Urea 5,25 gram + SP-36 1,5 gram + KCl 1,5 gram/tanaman (Urea 350 kg + SP-36 100 kg + KCl 100 kg/hektar). Semua perlakuan diulang 3 kali dan diaplikasikan dengan metode placement. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar brangkasan, bobot kering brangkasan, bobot segar akar, bobot kering akar, panjang tongkol, bobot segar tongkol, diameter tongkol, jumlah larik biji per tongkol, rerata jumlah biji per larik dan potensi hasil panen (ton/hektar). Data hasil pengamatan dianalisis sidik

ragam (ANOVA) pada taraf α 5 %, bila terdapat pengaruh nyata dari perlakuan

yang diberikan, maka dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan (UJGD) pada taraf α 5 %.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelet NPK organik berbahan ampas tahu, tepung darah sapi dan arang sabut kelapa mampu menggantikan peran pupuk Urea, SP-36 dan KCl pada budidaya tanaman Jagung Manis di tanah Regosol. Pemberian pelet NPK organik dengan dosis 50 gram/tanaman (3,3 ton/hektar) merupakan dosis paling efisien bagi tanaman Jagung Manis di tanah Regosol. Kata kunci: pelet NPK organik, Jagung Manis, tanah Regosol

(13)

ABSTRACT

The research entitled Effectiveness of Organic Fertilizer Pellets from Soybean Curd Waste, Cow Blood Meal and Charcoal of Coconut Husks for

Cultivation of Sweet Corn (Zea mays saccharata S.) In Regosol Soil. The aim of

this research was studying the role of organic fertilizer pellets which contained Nitrogen (N), Phosphorous (P), and Potassium (K) to substitute inorganic fertilizer (Urea, SP-36 and KCl) on fertilization of Sweet Corn in Regosol soil. This research was conducted during March until June, 2016 at Research Field, Faculty of Agriculture, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

The research was designed by using a Completely Randomized Block Design with single factor that vary in the dose of organic fertilizer pellets, consist of 4 variations of dose which repeated 3 times. The treatments were A = 50 grams of organic fertilizer pellets/plant (3,3 tons/hectare); B = 60 grams of organic fertilizer pellets/plant (4 tons/hectare); C = 70 grams of organic fertilizer pellets/plant (4,7 tons/hectare); and D = Urea 5,25 grams + SP-36 1,5 grams + KCl 1,5 grams (Urea 350 kilograms + SP-36 100 kilograms + KCl 100 kilograms/hectare). The measured parameters were plant height, number of leaves, fresh weight of shoot, dry weight of shoot, fresh weight of root, dry weight of root, lenght of cob, fresh weight of cob, diameter of cob, number of cob rows, number of seed per row and production per hectare. The collected data were analyzed with

Analysis of Variance (ANOVA) α 5 % and for the advance test Duncan’s Multiple

Range Test (DMRT) α 5 % was used.

The results of this research showed that organic fertilizer pellets could replaced the use of Urea, SP-36 and KCl for Sweet Corn cultivation in Regosol soil. The application of organic fertilizer pellets with dose 50 grams/plant (3,3 tons/ha) is the most efficient dose Sweet Corn cultivation in Regosol soil.

(14)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jagung adalah tanaman pangan terpenting nomor tiga di dunia setelah

gandum dan padi. Biji Jagung menjadi makanan pokok sebagian penduduk Afrika

dan beberapa daerah di Indonesia, misalnya di pulau Madura dan Nusa Tenggara

(Academia, 2015). Menurut Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi

(BAPPEBTI) (2014), rata-rata kenaikan konsumsi Jagung nasional adalah 8 % per

tahun, sementara angka peningkatan produksi Jagung hanya 6 % per tahun. Dari

beberapa jenis Jagung yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat, Jagung Manis

merupakan salah satu jenis Jagung yang paling digemari.

Jagung Manis (Zea mays saccharata S.) merupakan jenis Jagung yang

khusus dipanen saat muda (65-70 hari setelah tanam) untuk dikonsumsi.

Kandungan gula pada biji Jagung Manis lebih tinggi bila dibandingkan dengan

jenis Jagung lainnya, yaitu antara 13 – 140 brix, selain itu tekstur biji Jagung Manis juga lebih lunak. Komoditi ini dikonsumsi oleh masyarakat berupa jagung

rebus, jagung bakar, sayur dan berbagai olahan Jagung Manis modern lainnya

seperti puding dan awetan Jagung Manis dalam kemasan kaleng, yang

kesemuanya memiliki nilai ekonomi lebih tinggi bila dibandingkan dengan

Jagung yang dipanen saat tua. Selain memiliki keunggulan dari aspek umur

panen, rasa dan nilai ekonomis, hijauan sisa panen tanaman Jagung Manis juga

dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Hal di atas menjadikan Jagung Manis

lebih prospektif untuk dikembangkan dan memiliki peluang pasar yang besar

(15)

2

semua jenis tanah termasuk di tanah Regosol, yaitu jenis tanah yang tergolong

kurang subur .

Luas lahan Regosol di Indonesia adalah 3,3 juta hektar yang tersebar di

Pulau Jawa, Sumatera dan Nusa Tenggara. Dengan luasan lahan Regosol tersebut,

sehingga berpotensi untuk pengembangan budidaya Jagung Manis. Tanah

Regosol merupakan jenis tanah yang masih muda, kandungan unsur pada tanah ini

cukup lengkap namun karena mudanya umur tanah, menjadikan unsur yang

terkandung di dalam tanah Regosol masih berupa mineral primer, sehingga belum

tersedia bagi tanaman. Kandungan N dan bahan organik pada tanah Regosol

umumnya rendah. Rendahnya kandungan bahan organik dan lempung

menyebabkan tanah Regosol mempunyai kapasitas pertukaran kation yang

rendah. Secara fisika tanah Regosol didominasi oleh fraksi pasir sehingga

kemampuan mengikat air dan unsur hara rendah. Untuk memperbaiki daya ikat

tanah Regosol terhadap air dan unsur hara, dapat dilakukan penambahan bahan

organik. Bahan organik berperan dalam memperbaiki sifat fisika, kimia serta

biologi tanah (Pauji, 2014).

Selama ini petani selalu menggunakan pupuk NPK buatan seperti Urea,

SP-36 dan KCl dalam budidaya Jagung Manis. Penggunaan pupuk tersebut secara

terus-menerus akan menyebabkan kerusakan lingkungan yang berdampak pada

penurunan kualitas lahan, misalnya kemampatan tanah akibat penggunaan pupuk

anorganik P secara terus-menerus. Selain itu, penggunaan pupuk Urea, SP-36 dan

KCl pada tanah Regosol juga mempunyai efisiensi yang rendah karena mudah

(16)

3

meningkatkan efisiensi pemupukan pada tanah Regosol adalah dengan

menggunakan pupuk organik yang bersifat lepas lambat (slow release). Pupuk

organik tersebut bisa dibuat dengan bahan-bahan yang dapat diperoleh dari limbah

misalnya ampas tahu, tepung darah sapi dan arang sabut kelapa.

Dalam praktik, penggunaan bahan-bahan di atas mengalami kendala dalam

hal pengangkutan maupun aplikasinya pada tanaman, sehingga perlu dicari

formulasi yang praktis dan mudah diaplikasikan. Salah satunya dengan dibuat

bentuk pelet. Bahan organik yang dibuat dalam bentuk pelet akan semakin bersifat

lepas lambat (slow release). Pelet yang dibuat dengan perekat dari lempung

Grumusol juga mampu mengikat lebih banyak air karena sebagian besar tanah

Grumusol terdiri dari fraksi lempung, sehingga cocok bila diaplikasikan pada

tanaman Jagung Manis di tanah Regosol yang memiliki daya ikat air rendah.

Menurut Asmoro dkk., (2008) ampas tahu mengandung sisa protein dari

kedelai yang tidak tergumpal. Umumnya masyarakat memanfaatkan ampas tahu

sebagai pakan ternak, namun setelah 12 jam ampas tahu akan berbau menyengat

dan tidak bisa digunakan sebagai pakan ternak, maka dari itu ampas tahu perlu

diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat seperti pupuk organik. Dalam ampas tahu

terkandung unsur N 1,24 %, P2O5 5,54 ppm dan K2O 1,34 %. Selain ampas tahu,

darah sapi adalah limbah yang mencemari lingkungan di sekitar rumah potong

hewan. Menurut Kompas (2013) setiap hari lebih dari 1000 ekor sapi disembelih

di Indonesia untuk dikonsusi dagingnya. Berat total darah sapi adalah 7,7 % dari

berat tubuh sapi. Darah sapi dapat diolah menjadi pupuk organik dalam bentuk

(17)

4

13,25 %, P 1,00 % dan K 0,60 %, sedangkan menurut Jamila (2016) darah sapi

juga mengandung Fe 2782 ppm dan Zn 3 %. Limbah lainnya adalah sabut kelapa.

Penelitian Waryanti, dkk (2014) menyatakan bahwa sabut kelapa mengandung

10,25 % K2O.

Pemberian pelet NPK organik berbahan ampas tahu, tepung darah sapi dan

arang sabut kelapa diharapkan mampu meningkatkan efisiensi pemupukan yang

selanjutnya berdampak pada peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman Jagung

Manis serta memperbaiki sifat tanah Regosol. Penggunaan pelet NPK organik

dengan bahan-bahan tersebut juga diharapkan mampu mengurangi penggunaan

pupuk anorganik berserta dampak lingkungan yang diakibatkannya serta dapat

mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah.

B. Perumusan Masalah

Semakin terbatasya ketersediaan lahan subur untuk budidaya tanaman,

menjadikan lahan Regosol sebagai salah satu tempat alternatif untuk

pengembagan usaha tani Jagung Manis. Dalam siklus hidupnya, tanaman Jagung

Manis memerlukan unsur hara makro berupa Nitrogen, Phospor dan Kalium

(NPK). Pada umumnya petani memenuhi kebutuhan usur NPK tanaman Jagung

Manis dengan pupuk Urea, SP-36 dan KCl. Seiring dengan dampak lingkungan

yang disebabkan oleh penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus serta

rendahnya efisiensi pemupukan dengan pupuk Urea, SP-36 dan KCl di tanah

Regosol, maka kebutuhan unsur NPK tanaman Jagung Manis digantikan oleh

pupuk pelet NPK organik berbahan ampas tahu, tepung darah sapi dan arang sabut

(18)

5

Bahan-bahan terserbut dipilih karena murah, mudah didapatkan serta

memanfaatkan limbah yang dapat mencemari lingkungan, dan yang terpenting

bahan-bahan tersebut mengandung unsur Nitrogen, Phospor dan Kalium yaitu

unsur hara makro yang diperlukan selama proses budidaya tanaman Jagung

Manis.

Formulasi pelet dipilih karena bersifat lepas lambat, mudah dibuat dan

diaplikasikan, sedangkan lempung Grumusol dipilih sebagai perekat karena

mudah didapatkan dan mampu mengikat air dan unsur hara dalam waktu lama,

sehingga cocok bila diaplikasikan di tanah Regosol yang mudah mengalami

pelindian unsur hara.

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui peran pelet NPK organik berbahan ampas tahu, tepung darah

sapi dan arang sabut kelapa dalam menggantikan pupuk Urea, SP-36 dan

KCl pada budidaya tanaman Jagung Manis di tanah Regosol.

2. Mendapatkan dosis pelet NPK organik berbahan ampas tahu, tepung darah

sapi dan arang sabut kelapa yang paling efisien untuk pemupukan tanaman

(19)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Jagung Manis

Jagung Manis (Zea mays saccharata S.) termasuk dalam keluarga

rumput-rumputan. Dalam sistematika (Taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman Jagung

Manis diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Graminae

Famili : Graminaeae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays saccharata S.

Menurut Dalmadi (2015) Jagung Manis dapat dipanen ketika berumur

65-70 HST. Dengan umur panen yang pendek, penanaman Jagung Manis dapat

meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) jagung dari 1-2 kali setahun menjadi 3-4

kali dengan sistem tanam sisip. Jagung Manis varietas Gendis dipilih karena

beberapa keunggulan, antara lain umurnya yang genjah dan memiliki ukuran

tongkol yang lebih berat (Dwi Puspitasari, 2016). Deskrispi Jagung Manis varietas

Gendis dapat dilihat pada lampiran 8. Untuk mencapai umur panen genjah serta

hasil yang maksimal, tanaman Jagung Manis memerlukan pemupukan yang sesuai

dengan kebutuhannya, yaitu pupuk yang mengandung unsur Nitrogen, Phospor

(20)

7

adalah : Urea 350 kg/hektar, SP-36 100−150 kg/hektar dan KCI 100 kg/hektar (Fachrista dan Isuukindarsyah, 2012).

Adapun manfaat pemupukan bagi tanaman Jagung Manis adalah :

1. Menjadikan daun tanaman lebih hijau, segar dan banyak mengandung butir

hijau daun yang penting bagi proses fotosintesis.

2. Mempercepat pertumbuhan tanaman.

3. Memacu pertumbuhan akar.

4. Menjadikan batang lebih tegak, kuat dan mengurangi risiko rebah.

5. Meningkatkan daya tahan terhadap serangan hama penyakit tanaman dan

kekeringan.

6. Memacu pembentukan bunga, mempercepat pemasakan biji sehingga panen

lebih cepat.

7. Menambah kandungan protein.

8. Memperlancar proses pembentukan gula dan pati.

9. Memperbesar jumlah buah/biji tiap tangkai.

10. Memperbesar ukuran buah.

Namun penggunaan pupuk anorganik yang terus-menerus pada budidaya

tanaman Jaung Manis akan memberi dampak buruk bagi lingkungan dan tanaman,

misalnya pencemaran air tanah karena penggunaan pupuk urea, pupuk anorganik

dengan kandungan N dan kemampatan tanah oleh pupuk anorganik dengan

kandungan P yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas. Penggunaan

pupuk organik dalam usaha tani Jagung Manis sangat direkomendasikan dan

(21)

8

memperbaiki sifat kimia, fisika, dan biologi tanah yang digunakan untuk budidaya

tanaman Jagung Manis.

B. Tanah Regosol

Tanah merupakan media tanam utama yang digunakan untuk budidaya

tanaman. Selain paling banyak keberadaannya, bercocok tanam dengan tanah

merupakan tradisi yang telah berlangsung sejak waktu lama. Tanah digunakan

sebagai media tanam utama karena di dalam tanah terkandung banyak unsur hara

yang diperlukan oleh tanaman. Di Indonesia terdapat beberapa jenis tanah yang

digunakan untuk budidaya tanaman, diantaranya adalah tanah Latosol, Grumusol

dan Regsol. Ketiga jenis tanah tersebut dapat dibedakan berdasarkan warna,

tekstur, serta kandungan unsur hara di dalamnya. Tanah Regosol merupakan hasil

erupsi gunung berapi yang berbutir kasar dan merupakan salah satu tanah marjinal

di daerah beriklim tropika basah yang mempunyai produktivitas rendah (Munir,

1996). Di Yogyakarta, jenis tanah ini mendominasi karena tanah Regosol di

Yogyakarta terbentuk dari sisa abu vulkanik Gunung Merapi yang mengalami

pelapukan. Tanah Regosol kurang subur bagi tanaman karena memiliki

kandungan hara yang rendah. Struktur tanah yang didominasi oleh fraksi pasir

menyebabkan daya ikat tanah Regosol akan air menjadi rendah. Menurut

Hardjowigeno (2007) tanah Regosol memiliki tekstur kasar dengan kadar pasir

lebih dari 60 %, pH sekitar 6-7. Butiran kasar pada tanah Regosol biasanya

berasal dari pasir sisa letusan gunung berapi.

Perbaikan Regosol perlu dilakukan untuk memperkecil faktor pembatas

(22)

9

baik bila digunakan sebagai lahan pertanian. Untuk menghindari kerusakan lebih

lanjut dan meluas diperlukan usaha konservasi tanah. Salah satu upaya

pengelolaan untuk meningkatkan produktivitas sumber daya lahan, perlu

diberikan bahan-bahan organik kepada lahan. Aplikasi pupuk organik pada tanah

Regosol merupakan salah satu cara untuk memperbaiki sifat fisika, kimia dan

biologi tanah Regosol, sehingga tanah Regosol menjadi lebih subur dan dapat

memacu peningkatan produktivitas tanaman yang ditanam di tanah Regosol.

C. Pupuk Pelet

Pupuk pelet merupakan pupuk dengan formulasi padat yang berbentuk

butiran-butiran dan sedikit memanjang. Menurut Isori (2009) pembuatan pupuk

dalam bentuk pelet bertujuan untuk memudahkan aplikasinya. Pupuk pelet

memiliki sifat slow release atau memiliki waktu terlarut yang relatif lama. Pupuk

pelet dapat terbuat dari campuran beberapa bahan yang memiliki kandungan

tertentu dengan perekat untuk menyatukan bahan-bahan yang dicampurkan.

Perekat yang biasa digunakan pada pupuk pelet organik adalah dari lempung

Grumusol.

Jenis perekat ditentukan berdasarkan beberapa aspek, yaitu 1) aspek

ekonomi bahwa lempung tanah Grumusol lebih murah daripada perekat lainnya

misalnya putih telur dan tepung tapioka, 2) aspek fisika, bahwa lempung tanah

Grumusol mampu mengikat air karena sebagian tanah Grumusol tersusun akan

fraksi lempung, 3) aspek kimia, bahwa lempung tanah Grumusol mempunyai

kadar bahan organik yang tinggi dan sebagian besar terdiri atas kadar anion (ion-)

(23)

10

Adapun jenis bahan, kandungan unsur dan perbandingan komposisi bagian

di dalam pelet yang akan dibuat disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Jenis Bahan, Kandungan dan Perbandingan Bagian di Dalam Pelet

Sumber : Asmoro, dkk., (2008), Sri Wahyuni (2014), Waryanti, dkk., (2014).

Tujuan penggunaan bahan-bahan di atas adalah untuk memenuhi

kebutuhan unsur N, P dan K dari tanaman Jagung Manis guna menggantikan

penggunaan pupuk Urea, SP-36 dan KCl. Bahan-bahan di atas dicampur dan

dibuat dalam formulasi pelet agar bersifat lepas lambat (slow release) sehingga

mampu melepas unsur N, P dan K secara perlahan ketika diaplikasikan pada

tanaman Jagung Manis yang ditanam di tanah Regosol. Pelepasan unsur hara dari

pelet secara slow release sangat bermanfaat bagi tanaman Jagung Manis karena

unsur Nitrogen, Phospor dan Kalium dari bahan penyusun pelet dapat diserap

secara perlahan dalam waktu lama dan dimanfaatkan dengan maksimal oleh

tanaman Jagung Manis.

D. Ampas Tahu

Industri tahu merupakan salah satu industri pengolah berbahan baku

kedelai yang penting di Indonesia. Keberadaan industri tahu hampir tidak dapat

dipisahkan dengan adanya suatu pemukiman (Pusteklin, 2002). Disamping

keberadaannya yang sangat penting, industri tahu juga mempunyai dampak yang

(24)

11

Industri tahu menghasilkan limbah berupa ampas yang masih mengandung

gizi. Dalam keadaan baru ampas tahu ini tidak berbau, namun setelah kurang lebih

12 jam akan timbul bau busuk secara berangsur-angsur yang sangat mengganggu

lingkungan. Bau busuk dari degradasi sisa-sisa protein menjadi amoniak, dapat

menyebar ke seluruh penjuru hingga mencapai radius beberapa kilometer

(Pramudyanto dan Nurhasan, 1991).

Pada umumnya, ampas tahu digunakan sebagai pakan ternak, namun

setelah 12 jam ampas tahu akan berbau menyengat sehingga tidak dapat

digunakan sebagai pakan ternak. Dalam hal ini ampas tahu perlu dimanfaatkan

menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat serta dapat mengurangi pencemaran

lingkungan. Salah satu rekomendasi pemanfaatan ampas tahu adalah sebagai

pupuk organik pada tanaman budidaya.

Berdasarkan penelitian Asmoro dkk., (2008) ampas tahu mengandung N

sebesar 1,24 %, 5,54 ppm P2O5 serta K2O sebesar 1,34 %. Selain mengandung

Nitrogen, Phospor dan Kalium, ampas tahu juga mengandung unsur-unsur mineral

mikro yaitu : Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm, Co kurang dari 1

ppm dan Zn lebih dari 50 ppm (Dijaya, A.S., 2003). Berasarkan kandungan unsur

dari ampas tahu, maka ampas tahu dapat dijadikan sebagai pupuk organik yang

dapat menggantikan kebutuhan unsur N, P, K serta unsur mikro dari pupuk

anorganik yang biasa digunakan oleh petani.

Untuk mengurangi bau menyengat yang disebabkan oleh degradasi

sisa-sisa protein menjadi amoniak dari ampas tahu, maka ampas tahu perlu dikering

(25)

12

sinar matahari selama 1-2 hari. Setelah ampas tahu kering, dilakukan pengukuran

kadar air dengan mengoven ampas tahu hingga bobotnya konstan. Setelah kadar

air ampas tahu diketahi, maka dapat ditentukan jumlah ampas tahu yang dihitung

dalam berat kering mutlak yang selanjutnya digunakan sebagai pedoman takaran

pembuatan pelet NPK organik.

E. Tepung Darah Sapi

Darah sapi banyak dijumpai di rumah potong hewan (RPH). Menurut

Kompas (2013) setiap hari lebih dari 1000 ekor sapi disembelih di Indonesia

untuk dikonsusi dagingnya dan sekitar 10.000.000 ekor sapi disembelih di

Indonesia saat Hari Raya Idul Adha. Menurut Sri Wahyuni (2014) Berat total

darah sapi adalah 7,7 % dari berat tubuh sapi. Biasanya darah sapi di RPH

ditampung dalam ember dan digumpalkan menjadi “didih/saren” untuk dijual dan

dikonsumsi oleh sebagian orang. Konsumen makanan berbahan dasar darah sapi

di Indonesia relatif sedikit karena haram dalam ajaran Islam yang merupakan

agama mayoritas di Indonesia. Menurut Agus (2012) Kehalalan produk (baik

dipakai atau dimakan) yang diedarkan dan dipasarkan di Indonesia merupakan

masalah serius yang perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Sehingga

tak heran apabila biasanya darah sapi dari RPH hanya dialirkan ke parit dan

menjadi limbah yang mencemari lingkungan.

Limbah darah sapi dapat diolah menjadi tepung darah dan dijadikan

sebagai pupuk organik. Metode pengolahan tepung darah sapi ada 2, yaitu metode

cooked dried blood meal (perebusan dan pengeringan) dan metode fermented

(26)

13

dipakai dalam pembuatan tepung darah sapi adalah cooked dried blood meal

karena prosesnya lebih mudah dan dapat dikerjakan dalam waktu yang lebih

singkat.

Cara membuat tepung darah dengan metode cooked dried blood meal

mula-mula darah segar dimasak selama 2 jam dengan suhu 800C, selanjutnya

dikeringkan dengan sinar matahari selama 2-3 hari, setelah kering lalu darah

digiling hingga menjadi tepung darah. Pembuatan tepung darah dengan metode

fermented dried blood meal mula-mula darah segar + 20 % molasses, disimpan

14 hari, dikeringkan sinar matahari selama 3-5 hari, digiling hingga menjadi

tepung darah. Tepung darah sapi mengandung N 13,25 %, P 1,00 % dan K 0,60

%. Protein yang terkandung pada tepung darah sapi akan cepat diuraikan oleh

mikroorganisme dalam tanah, sehingga tepung darah sapi sangat baik apabila

dijadikan pupuk organik (Sri Wahyuni, 2014). Sedangkan menurut Jamila (2016)

darah sapi juga mengandung Fe 2782 ppm dan Zn 3 %.

F. Arang Sabut Kelapa

Belakangan ini sabut kelapa menjadi limbah yang sangat umum bagi

masyarakat Indonesia. Bagian dari buah kelapa yang diambil untuk dimanfaatkan

sebagai bahan masakan adalah daging buah dan air kelapanya, sehingga sabut

kelapa dibuang begitu saja dan kurang dimanfaatkan. Oleh karena itu, studi

pemanfaatan sabut kelapa perlu dilakukan agar lebih memiliki nilai guna,

sehingga dapat mereduksi jumlah sabut kelapa dalam timbunan sampah.

Pemanfaatan sabut kelapa yang paling mudah, namun belum banyak

(27)

14

pupuk organik dari sabut kelapa. Tanaman membutuhkan berbagai macam unsur

hara untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Salah satu unsur hara

yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah besar (unsur hara makro) adalah

Kalium (K). Dalam penelitian Waryanti dkk., (2014) menyatakan bahwa sabut

kelapa mengandung unsur karbon (C) sehingga dapat dijadikan bahan karbon

aktif. Selain mengandung karbon, sabut kelapa juga mengandung K2O sebesar

10,25 %.

Kandungan K2O dalam sabut kelapa dapat digunakan sebagai pupuk organik

untuk memenuhi kebutuan unsur hara makro Kalium dalam budidaya tanaman

Jagung Manis. Untuk mempermudah proses pencampuran dengan bahan organik

lain dalam pembuatan pupuk organik, maka sabut kelapa diajdikan arang.

Pembuatan arang sabut kelapa dilakukan dengan metode pengarangan terkontrol

(pirolisis). Adapun langkah kerjanya adalah memotong sabut kelapa menjadi

bagian-bagian kecil. Untuk mengurangi kandungan tanin, sabut kelapa direndam

dalam air yang dicampuri tawas dengan perbandingan 1 sendok tawas/20 liter air.

Kemudian diamkan selama 1 hari, selanjutnya pisahkan sabut dan larutan air

tawas. Rendam kembali sabut kelapa ke dalam air bersih, dilakukan pengulangan

beberapa kali sampai air rendaman tidak berwarna merah. Setelah proses

perendaman selesai, sabut kelapa dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar

matahari selama 1-2 hari dan dimasukkan ke dalam drum bekas. Bakar potongan

sabutu kelapa hingga menjadi bara. Setelah semua bagian menjadi bara, maka

tutup rapat drum bekas yang digunakan sebagai tempat pembakaran sabut kelapa.

(28)

15

kelapa. Pembuatan arang sabut kelapa juga akan menambah unsur Karbon (C)

yang baik untuk tanaman budidaya khusunya tanaman Jagung Manis. Arang sabut

kelapa juga baik digunakan untuk media tanam sayuran dan tanaman hias

(Waryanti, dkk., 2014).

G. Hipotesis

Pelet NPK Organik berbahan ampas tahu, tepung darah sapi dan arang

sabut kelapa mampu menggantikan peran pupuk Urea, SP-36 dan KCl pada

budidaya tanaman Jagung Manis di tanah Regosol. Perlakuan A (Pelet 50

gram/tanaman (3,3 ton/hektar)) merupakan dosis pemupukan paling efisien bagi

(29)

16

III. TATA CARA PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2016.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ampas tahu,

tepung darah sapi, arang sabut kelapa, tawas, tanah Regosol, benih Jagung Manis

varietas Gendis, lempung Grumusol, pupuk Urea, pupuk SP-36, pupuk KCl dan

air.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari mesin pembuat

pelet, drum bekas, karung, cangkul, sekop, tali rafia, gembor, mika label

timbangan analitik, penggaris, jangka sorong, sabit, oven, cupu, gunting, spidol

dan pensil.

C. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental. Percobaan disusun

dalam Rancangan Lingkungan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dan

menggunakan rancangan perlakuan faktor tunggal yaitu dosis pelet NPK organik

yang terbuat dari campuran ampas tahu, tepung darah sapi, arang sabut kelapa dan

perekat dari lempung Grumusol dengan perbandingan komposisi masing-masing

(30)

17 Adapun perlakuannya terdiri dari :

A = Pelet NPK organik 50 gram/tanaman (3,3 ton/hektar).

B = Pelet NPK organik 60 gram/tanaman (4 ton/hektar).

C = Pelet NPK organik 70 gram/tanaman (4,7 ton/hektar).

D = Urea 5,25 gram + SP-36 1,5 gram + KCl 1,5 gram/tanaman (Urea 350 kg +

SP-36 100 kg + KCl 100 kg/hektar).

Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 12 unit percobaan.

Setiap unit percobaan terdiri dari 28 tanaman Jagung Manis, yaitu 5 tanaman

sampel dan 23 tanaman barrier. Dari 12 unit percobaan terdapat 336 tanaman

Jagung Manis, yaitu 60 tanaman sampel dan 276 tanaman barrier (Lampiran 2).

D. Cara Penelitian

1. Persiapan Bahan Pelet NPK Organik

a. Pengeringan Ampas Tahu

Ampas tahu diperas lalu dikering anginkan dengan cara dijemur di

bawah sinar matahari selama 1-2 hari. Setelah kering angin, dilakukan

pengukuran kadar lengas ampas tahu dengan cara :

i. Menimbang cupu kosong dan tutupnya (a gram).

ii. Mengambil sampel ampas tahu kering angin sebanyak setengah

volume cupu lalu ditimbang (b gram).

iii. Cupu berisi ampas tahu dimasukkan ke dalam oven pada suhu 1100

C selama 4 jam, setelah itu didinginkan dalam desikator lalu

ditimbang lagi (c gram). Kemudian dihitung kadar lengasnya

dengan rumus : −

(31)

18

b. Pembuatan Tepung Darah Sapi dengan Metode Cooked Dried Blood Meal

(Perebusan dan Pengeringan)

Cara membuat tepung darah dengan metode cooked dried blood

meal mula-mula darah segar dimasak selama 2 jam dengan suhu 800C

hingga mengantal, selanjutnya dikeringkan dengan sinar matahari selama

2-3 hari, setelah kering dan terbentuk gumpalan-gumpalan keras,

selanjutnya ditumbuk hingga menjadi tepung darah dan diayak

menggunakan mata saring 0,02 mm.

c. Pembuatan Serbuk Arang Sabut Kelapa

Pembuatan arang sabut kelapa dilakukan dengan metode pirolisis

(pengarangan terkontrol). Mula-mula sabut kelapa dipotong menjadi

bagian-bagian kecil, selanjutnya direndam dalam air yang dicampuri tawas

dengan perbandingan 1 sendok tawas/20 liter air. Kemudian diamkan

selama 1 hari, selanjutnya pisahkan sabut dan larutan air tawas. Rendam

kembali sabut kelapa kedalam air bersi, dilakukan pengulangan beberapa

kali sampai air rendaman tidak berwarna merah. Setelah proses

perendaman selesai, sabut kelapa dikeringkan dengan cara dijemur di

bawah sinar matahari selama 1-2 hari. Setelah kering, sabut kelapa

dimasukkan ke dalam drum bekas lalu dibakar hingga menjadi bara.

Ketika semua bagian sabut kelapa telah menjadi bara, drum ditutup rapat

dan ditunggu selama 60 menit hingga bara sabut kelapa menjadi arang.

(32)

19 2. Pembuatan Pelet NPK Organik

a. Komposisi Pelet NPK Organik

Pelet NPK organik dibuat dengan bahan ampas tahu, tepung darah

sapi, arang sabut kelapa dan perekat dari lempung Grumusol dengan

perbandingan berturut-turut 2:1:1:1.

b. Cara Pembuatan Pelet NPK Organik

Ampas tahu, tepung darah sapi, arang sabut kelapa dan perekat dari

lempung Grumusol dimasukkan ke dalam nampan dan dicampur hingga

homogen. Bahan yang sudah tercampur kemudian digiling dengan mesin

pembuat pelet. Pupuk pelet yang sudah digiling diletakkan dalam wadah

secara terurai kemudian dikering anginkan dalam suhu ruangan.

3. Persiapan Media Tanam

Lahan dengan jenis tanah Regosol dibajak menggunakan traktor, setelah

tanah gembur dan rata, biarkan selama 1 minggu, lalu dibuat blok dengan tali

rafia. Setelah terbentuk blok-blok tanaman, dibuat bedengan dengan tinggi 30

cm dan lebar 40 cm untuk setiap barisan tanaman. Langkah terakhir adalah

pembuatan saluran drainase mengelilingi lahan dengan menggunakan cangkul.

4. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang pada tanah dengan

tugal sedalam 5 cm, lalu masukkan 1 benih Jagung Manis ke dalam setiap

lubang tanam, setalah itu tutup kembali lubang tanam dengan tanah. Jarak

(33)

20 5. Pemeliharaan

a. Penyulaman

Penjarangan dilakukan pada 7 hari setelah tanam dengan cara

mengganti tanaman Jagung Manis yang mati atau tidak normal.

b. Penyiraman

Peyiraman dilakukan saat sore hari ketika tanaman Jagung Manis

membutuhkan tambahan air. Jumlah dan intensitas penyiraman

disesuaikan dengan melihat kondisi tanah agar jumlah air yang disiramkan

menjadi efektif. Penyiraman dilakukan dengan gembor.

c. Aplikasi Pelet NPK Organik

Pemberian pupuk pelet NPK organik dilakukan pada saat tanaman

Jagung berumur 14 hari. Pupuk pelet NPK organik diberikan dengan

metode placement atau lebih spesifiknya adalah ring placement. Caranya

dengan menugal tanah berbentuk melingkar sedalam 5 cm dengan jarak 5

cm dari batang tanaman Jagung Manis, pupuk dimasukkan dan ditutup

kembali dengan tanah. Dosis pelet NPK organik pada tanaman Jagung

diberikan sesuai dengan masing-masing perlakuan, yaitu : A = Pelet 50

gram/tanaman (3,3 ton/hektar), B = Pelet 60 gram/tanaman (4 ton/hektar),

C = Pelet 70 gram/tanaman (4,7 ton/hektar), dan D = Urea 5,25 gram +

SP-36 1,5 gram + KCl 1,5 gram/tanaman (Urea 350 kg + SP-36 100 kg +

(34)

21

Kebutuhan pupuk tanaman Jagung Manis adalah :

Tabel 1. Kebutuhan Pupuk Tanaman Jagung Manis No Jenis Pupuk Per Hektar Kebutuhan unsur NPK tanaman Jagung Manis adalah :

Tabel 2. Kebutuhan Unsur NPK Tanaman Jagung Manis

Kandungan unsur pada pelet NPK organik yang dibuat adalah :

Tabel 3. Kandungan Unsur pada Pelet NPK Organik

No Jenis Unsur Persentase dalam pelet

1 Nitrogen 3,15 %

2 Phospor 0,20 %

3 Kalium 2,71 %

Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 4.

Sedangkan kandungan unsur NPK dari masing-masing perlakuan adalah :

(35)

22

d. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Pengendalian terhadap hama dilakukan secara teknis dan juga

secara kimiawi tergantung pada jenis hama dan tingkat kerusakannya.

Pengendalian gulma dilakukan secara teknis dengan cangkul dan

mencabut gulma dengan tangan. Pengendalian terhadap penyakit

dilakukan secara kimiawi yang menyesuaikan pada penyakit yang

menyerang.

6. Panen

Jagung Manis dipanen dengan cara dipetik menggunakan tangan. Panen

dilakukan ketika tanaman Jagung Manis berumur 70 hari, ditandai dengan

tongkol yang sudah terisi penuh serta rambut Jagung telah berubah warna

menjadi kecokelatan.

E. Parameter yang Diamati

1. Parameter Pertumbuhan Vegetatif Tanaman :

a. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur setiap 7 hari sekali sejak tanaman berumur

7 hari sampai tanaman berumur 70 hari. Pengukuran dilakukan dengan

cara mengukur pangkal batang hingga titik tumbuh tanaman Jagung Manis

menggunakan penggaris.

b. Jumlah Daun (helai)

Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung

semua helai daun tanaman Jagung Manis, dilakukan setiap 7 hari sekali

(36)

23 c. Bobot Segar Brangkasan (gram)

Brangkasan adalah bagian tajuk tanaman Jagung Manis setelah

diambil tongkolnya (batang + daun). Bobot segar brangkasan diukur pada

saat tanaman Jagung Manis berumur 70 hari. Berat segar brangkasan yang

ditimbang adalah brangkasan dari tanaman korban. Pengamatan ini

dilakukan dengan menimbang bagian brangkasan tanaman Jagung Manis

ketika baru dicabut, namun sudah dibersihkan dari kotoran yang menempel

seperti tanah, pasir, dll.

d. Bobot Kering Brangkasan (gram)

Penimbangan bobot kering brangkasan dilakukan saat tanaman

Jagung Manis berumur 70 hari dengan cara mengeringkan brangkasan di

bawah sinar matahari, selanjutnya brangkasan dibungkus dengan kertas

dan dioven pada suhu 700 C hingga bobotnya konstan, selanjutnya

brangkasan ditimbang dengan timbangan analitik.

e. Bobot Segar Akar (gram)

Bobot segar akar diukur dengan cara mencabut secara perlahan

tanaman Jagung Manis agar akarnya tidak putus dan tertinggal di dalam

tanah, setelah dicabut, akar dicuci dan dibersihkan dari tanah atau kotoran

yang masih menempel. Setelah bersih, akar Jagung Manis dipisahkan dari

bagian tanaman dengan cara dipotong, selanjutnya akar Jagung Manis

ditimbang. Penimbangan berat segar akar dilakukan ketika tanaman Jagung

(37)

24 f. Bobot Kering Akar (gram)

Pengukuran bobot kering akar dilakukan saat tanaman Jagung

Manis berumur 70 hari dengan cara mencabut tanaman Jagung Manis,

mencuci akarnya hingga bersih, dikeringkan di bawah sinar matahari lalu

membungkusnya dengan kertas, selanjutnya akar dioven pada suhu 700 C

hingga beratnya konstan. Penimbangan berat kering, baik brangkasan

maupun akar bertujuan untuk mengetahui berapa banyak akumulasi bahan

kering hasil dari proses fotosintesis tanaman Jagung Manis, karena ketika

masih segar, akumulasi bahan hasil fotosintesis masih bercampur dengan

air yang terkandung dalam tubuh tanaman.

2. Parameter Hasil Jagung Manis :

a. Panjang Tongkol (cm)

Pengamatan panjang tongkol dilakukan pada saat tanaman berumur

70 hari dengan cara mengukur panjang tongkol berkelobot menggunakan

penggaris.

b. Bobot Segar Tongkol (gram)

Pengamatan bobot segar tongkol dilakukan pada saat tanaman

Jagung Manis berumur 70 hari dengan cara menimbang tongkol

masing-masing tanaman percobaan dengan timbangan analitik.

c. Diameter Tongkol (cm)

Pengukuran diameter tongkol dilakukan pada saat tanaman

(38)

25

Manis yang paling menggembung (diasumsikan yang diameternya paling

besar) dengan jangka sorong.

d. Jumlah Larikan Biji Per Tongkol

Pengamatan jumlah larikan biji per tongkol dilakukan setalah

panen dengan cara mengupas kelobot Jagung dari tongkolnya. Setelah

kelobot dikelupas, selanjutnya dilakukan penghitungan jumlah larikan biji

per tongkol.

e. Rerata Jumlah Biji Per Larik

Pengamatan rerata jumlah biji per larik dilakukan setelah panen

dengan cara mengupas kelobot Jagung dari tongkolnya. Setelah kelobot

dikelupas, selanjutnya dilakukan penghitungan jumlah biji per larik. Hasil

perhitungan jumlah biji dari beberapa larik selanjutnya direrata.

f. Potensi Hasil Panen (ton/hektar)

Penghitungan potensi hasil panen dilakukan dengan cara

mengkonversi hasil panen dari 4 tanaman Jagung Manis yang ditanam

dengan jarak tanam 75 cm × 20 cm. Dengan jarak tanam tersebut, maka

dapat dihitung potensi hasil panen (ton/hektar) dengan rumus :

Keterangan :

10000 : luas lahan 1 hektar (dalam m2).

(39)

26

F. Analisis Data

Data hasil pengamatan selanjutnya dianalisis sidik ragam pada taraf

kesalahan 5 % untuk mengetahui pengaruh dari setiap perlakuan yang diberikan.

Jaika ada pengaruh nyata antar perlakuan maka dilakukan uji lanjut dengan

menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan (UJGD) pada taraf kesalahan 5 %

(40)

27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting

dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

sepanjang daur hidup tanaman, proses ini bergantung pada tersedianya air, nutrisi

dan subtansi pertumbuhan lain serta lingkungan yang mendukung (Gardner dkk,

1991). Hasil pertumbuha vegetatif tanama Jagung Manis tersaji dalam tabel 6.

Tabel 1. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Perlakuan

(gram/ tanaman)

Tinggi Jumlah Bobot Bobot Bobot Bobot

Tanaman Daun Segar Kering Segar Kering

Brangkasan Brangkasan Akar Akar

(cm) (helai) (gram) (gram) (gram) (gram) menunjukkan tidak ada beda nyata berdasarkan hasil UJGD pada

taraf α 5%.

1. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan

sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

atau perlakuan yang diberikan (Sitompul dan Guritno, 1995). Berdasarkan data

pada tabel di atas, pemberian pelet NPK organik dengan berbagai dosis dan

pemberian pupuk NPK anorganik (Urea, SP-36 dan KCl) memberikan pengaruh

(41)

28

unsur Nitrogen berperan merangsang pertumbuhan batang yang akhirnya dapat

memacu pertumbuhan tinggi tanaman. Berdasarkan hal tersebut, maka dari semua

perlakuan yang diberikan, baik perlakuan pupuk pelet NPK organik di semua

dosis maupun perlakuan pupuk Urea + SP-36 + KCl dengan dosis anjuran

pemupukan tanaman Jagung Manis dapat mencukupi kebutuhan unsur Nitrogen

pada tanaman Jagung Manis. Unsur Nitrogen dari semua perlakuan yang

diberikan digunakan oleh tanaman Jagung Manis untuk merangsang pertumbuhan

dan pemanjangan batang. Pemanjangan batang tanaman Jagung Manis

berlangsung selama masa vegetatif yang diakhiri dengan munculnya bunga jantan.

Grafik pertumbuhan tinggi tanaman dari minggu ke-2 hingga minggu ke-10 dapat

dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman Setiap Minggu

Berdasarkan gambar di atas, tanaman Jagung Manis di semua perlakuan

mengalami pertumbuhan tinggi tanaman yang normal yaitu menyerupai huruf “S” atau sering disebut dengan Kurva Sigmoid. Pada minggu 2 hingga minggu

(42)

29

ke-5 hingga minggu ke-8 terjadi pertumbuhan tinggi tanaman eksponensial,

sedangkan dari minggu ke-8 hingga minggu ke-10 tanaman Jagung manis tidak

mengalami pertumbuhan tinggi tanaman karena masa vegetatif telah berakhir

yang ditandai dengan munculnya bunga jantan. Hal tersebut mengindikasikan

bahwa unsur Nitrogen dari perlakuan pelet maupun Urea dapat mencukupi

kebutuhan N tanaman Jagung Manis, setelah unsur N tercukupi, maka tinggi

tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dari tanaman Jagung Manis.

2. Jumlah Daun

Selain berperan penting dalam pemanjangan batang, unsur Nitrogen juga

berperan dalam pembentukan daun. Kegiatan pertumbuhan dan hasil tanaman

dipengaruhi oleh jumlah daun, karena sebagai tempat fotosintesis yang

menghasilkan energi untuk proses pertumbuhan tanaman. Berdasarkan tabel 6,

semua perlakuan memberi pengaruh yang sama terhadap jumlah daun tanaman

(43)

30

Berdasarkan grafik pada gambar 2, dapat dilihat bahwa terjadi pertambahan

jumlah daun secara stabil (linear) dari minggu ke-2 hingga minggu ke-8. Hal

tersebut terjadi karena setelah kebutuhan unsur Nitrogen terpenuhi, maka

pertambahan jumlah daun lebih banyak dipengaruhi oleh faktor genetik. Dari

semua dosis pelet NPK organik yang diberikan telah mampu mencukupi

kebutuhan unsur N bagi Tanaman Jagung Manis dan mampu meggantikan peran

pupuk Urea. Sama halnya dengan pertumbuhan tinggi tanaman, pertambahan

jumlah daun pada tanaman Jagung Manis juga terhenti setelah munculnya bunga

jantan. Hal tersebut dapat dilihat pada minggu ke-7 hingga minggu ke-10 tanaman

Jagung Manis tidak mengalami pertambahan jumlah daun.

3. Bobot Segar dan Bobot Kering Tanaman

Selain tinggi tanaman dan jumlah daun, bobot segar dan bobot kering

tanaman merupakan parameter pertumbuhan tanaman yang sering digunakan

untuk mengetahui besarnya fotosintat yang dibentuk dan disimpan oleh tanaman.

Sacara umum tanaman dibagi menjadi 2 bagian yaitu tajuk dan akar. Tajuk

tanaman Jagung Manis yang telah diambil tongkolnya biasa disebut dengan istilah

brangkasan. Menurut Lakitan (2003), bobot segar tanaman merupakan berat

tanaman saat masih hidup dan ditimbang langsung setelah panen sebelum

tanaman menjadi layu karena kehilangan kadar air. Syarat berlangsungnya

fotosintesis bagi tanaman yaitu tercukupinya air bagi tanaman yang diserap

melalui akar. Bobot segar suatu tanaman tergantung pada air yang terkandung

(44)

31

brangkasan disajikan pada gambar 3, sedangkan grafik bobot segar akar dan bobot

kering akar disajikan dalam gambar 4.

Gambar 3. Grafik Bobot Segar Brangkasan dan Bobot Kering Brangkasan

Gambar 4. Grafik Bobot Segar Akar dan Bobot Kering Akar

Semua perlakuan memberikan pengaruh yang sama terhadap bobot segar

brangkasan dan bobot segar akar. Pada parameter bobot segar tanaman, unsur

Nitrogen berperan dalam pembentuka klorofil dan protoplasma. Nitrogen pada

umumnya diserap tanaman dalam bentuk NH4+ atau NO3-, yang dipengaruhi oleh

262,12 284,38

303,86

275,24

64,94 62,09 68,36 57,26

A B C D

Bobot Segar Brangkasan (gram) Bobot Kering Brangkasan (gram)

55,55

69,20

43,38

52,76

13,78 18,09

10,60 12,32

A B C D

(45)

32

sifat tanah. Pada tanah dengan pengatusan baik seperti lahan Regosol yang

digunakan untuk budidaya Jagung Manis pada penelitian ini, unsur N diserap

tanaman dalam bentuk ion nitrat, karena sudah terjadi perubahan bentuk NH4+

menjadi NO3-, sebaliknya pada tanah tergenang tanaman cenderung menyerap

NH4+ (Havlin et al., 2005). Selain menyerap Nitrogen, tanaman menyerap unsur P

dalam bentuk ortofosfat primer (H2PO4) dan sebagian kecil dalam bentuk

ortofosfet sekunder (HPO4) (Barker and Pilbeam, 2007). Phospor berperan dalam

penyusunan senyawa untuk transfer energi (ATP dan nukleoprotein lain), untuk

sistem informasi genetik (DNA dan RNA), untuk membran sel (fosfolipid) dan

fosfoprotein, sedangkan Kalium diserap tanaman dalam bentuk ion K+ yang

berperan dalam pengaturan pergerakan stomata, peningkatan pertumbuhan

jaringan meristem dan pembentukan dinding sel. Kalium banyak terdapat dalam

sitoplasma (Gardner et al., 1991). Sedangkan menurut Handoyo (2010),

ketersediaan air di dalam tanah akan memaksimalkan pertumbuhan tanaman dan

meningkatkan bobot tanaman. Jumlah air yang diserap melalui akar tanaman

kemudian ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman.

Lain halnya dengan bobot segar yang banyak dipengaruhi oleh air, bobot

kering tanaman merupakan hasil asimilasi bersih CO2 yang dihasilkan selama

proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Oleh karena itu, parameter

bobot kering tanaman merupakan indikator pertumbuhan tanaman yang paling

representatif (Sitompul dan Guritno, 1995). Berdasarkan data pada tabel 6, dari

semua perlakuan menunjukkan pengaruh yang sama terhadap bobot kering akar,

(46)

33

pelet NPK organik dosis 70 gram/tanaman menunjukkan nilai bobot kering tajuk

yang paling tinggi. Disusul dengan perlakuan pelet NPK organik dosis 50

gram/tanaman dan 60 gram/tanaman, pemberian pelet NPK organik dosis 50

gram/tanaman dan 60 gram/tanaman memberikan pengaruh yang sama terhadap

bobot kering tajuk, sedangkan perlakuan pupuk Urea 5,25 gram + SP 36 1,5 gram

+ KCl 1,5 gram/tanaman menunjukkan nilai bobot kering tajuk yang paling

rendah.

Hal tersebut dapat terjadi karena pada perlakuan pelet NPK dosis 70

gram/tanaman memiliki kandungan unsur K yang paling tinggi bila dibandingkan

dengan perlakuan lainnya, sedangkan kandungan unsur K paling rendah terdapat

pada perlakuan Urea 5,25 gram + SP-36 1,5 gram + KCl 1,5 gram (Lampiran 6).

Semakin tinggi ketersediaan unsur K, akan meningkatkan pertumbuhan jaringan

meristem dan pembentukan dinding sel pada tanaman Jagung Manis, selain itu

tanaman yang menyerap ion K+ dengan dosis yang cukup, penyerapan akan airnya

cenderung lebih sedikit. Hal tersebut yang menjadikan bobot segar brangkasan

pada semua perlakuan tidak berbeda nyata, namun dengan perbedaan jumlah

unsur K menjadikan bobot kering brangkasan berbeda secara nyata.

Selain dipengaruhi oleh besarnya unsur K, perbedaan bobot kering

brangkasan juga dipengaruhi oleh unsur-unsur mikro yang terdapat di dalam pelet

NPK organik. Selain mengandung unsur N, P dan K, pelet NPK organik juga

mengandung unsur-unsur mikro seperti Fe, Cu, Mn dan Zn. Unsur-unsur mikro

tersebut antara lain berasal dari bahan-bahan pembuat pelet NPK organik seperti

(47)

34

dan Zn lebih dari 50 ppm (Dijaya, A.S., 2003). Selain berasal dari ampas tahu,

unsur-unsur mikro juga terdapat pada darah sapi yang mengandung unsur Fe 2782

ppm dan Zn 3 % (Jamila, 2016). Menurut Nasih (2016), Fe merupakan unsur

mikro yang diserap tanaman dalam bentuk ion feri (Fe3+) ataupun fero (Fe2+).

Peran unsur Fe pada tanaman antara lain sebagai pelaksana pemindahan elektron

dalam proses metabolisme. Cu atau tembaga merupakan unsur mikro yang diserap

oleh tanaman dalam ion Cu++ yang berperan sebagai aktivator dan pembawa

enzim, membantu kelancaran proses fotosintesis serta pembentuk klorofil. Mn

diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Mn++ yang berperan dalam sintesa

klorofil, sebagai koenzim, aktivator beberapa enzim respirasi dalam reaksi

metabolisme Nitrogen dan fotosintesis, sedangkan unsur Zn diserap oleh tanaman

dalam bentuk ion Zn++. Peran Zn pada tanaman antara lain sebagai pengaktif

enzim anolase, aldolase, asam okasalt dekarboksilase, lestimase, sistein

desulfihidrase, selain itu unsur Zn juga berperan dalam biosintesis auksin.

Unsur-unsur mikro tersebut beserta perannya dalam tanaman yang menjadikan hasil

asimilasi bersih CO2 pada perlakuan pelet NPK organik menjadi lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan pupuk Urea, SP-36 dan KCl.

B. Hasil Jagung Manis

Hasil produksi merupakan tujuan utama dari budidaya tanaman Jagung

Manis. Pada penelitian ini, Jagung Manis dipanen pada umur 70 hari setelah

tanam (HST) serta ditandai dengan tongkol yang sudah terisi penuh dan warna

rambut Jagung telah berubah mejadi kecokelatan. Adapun parameter yang diamati

(48)

35

diameter tongkol, jumlah larik biji per tongkol, rerata jumlah biji per larik dan

potensi hasil panen yang dikonversikan dalam satuan ton/hektar. Hasil Jagung

Manis disajikan dalam tabel 7.

Tabel 2. Hasil Jagung Manis Perlakuan

(gram/ tanaman)

Panjang Bobot Diameter Jumlah Rerata Potensi

Tongkol Segar Tongkol Larik Jumlah Hasil menunjukkan tidak ada beda nyata berdasarkan hasil UJGD pada

taraf α 5%.

Berdasarkan data pada tabel 7, pemberian pupuk Urea 5,25 gram + SP-36

1,5 gram + KCl 1,5 gram/tanaman memberikan pengaruh yang paling baik

terhadap panjang tongkol Jagung Manis. Perlakuan Urea 5,25 gram + SP-36 1,5

gram + KCl 1,5 gram/tanaman menghasilkan tongkol yang lebih panjang karena

perlakuan ini memiliki kandungan unsur Nitrogen dan Phospor yang lebih tinggi

dibandingkan perlakuan pelet NPK organik, namun perlakuan pelet NPK organik

di semua dosis memiliki kandungan Kalium yang lebih tinggi dibandingkan

perlakuan pupuk Urea 5,25 gram + SP-36 1,5 gram + KCl 1,5 gram/tanaman

(Lampiran 6).

Pada fase pembentukan tongkol dan biji, Nitrogen berperan penting dalam

sintesa protein. Apabila proses sintesa protein berlangsung dengan baik, maka

(49)

36

maupun diameter tongkol (Tarigan, 2007). Phospor berperan dalam memperbesar

ukuran tongkol, dan pembentuk Adenosin Triphospat (ATP) yang mejamin

ketersediaan energi untuk pertumbuhan, sehingga pembentukan asimilat dan

pengangkutannya ke tempat penyimpanan dapat berjalan dengan baik, sedangkan

Kalium berperan sebagai katalisator pembentukan protein, pembentukan

karbohidrat, meningkatkan ukuran dan berat biji serta rasa manis yang dihasilkan

oleh biji Jagung Manis. (Afandie dan Nasih, 2002).

Berdasarkan kandungan unsur NPK dari masing-masing perlakuan serta

peran masing-masing unsur dalam pembentukan biji dan tongkol, menjadikan

perlakuan Urea 5,25 gram + SP-36 1,5 gram + KCl 1,5 gram/tanaman memiliki

ukuran tongkol yang lebih panjang karena memiliki kandungan unsur Nitrogen

dan Phospor yang lebih tinggi daripada perlakuan pelet NPK organik di semua

dosis, namun dari semua perlakuan yang diberikan tidak menunjukkan pengaruh

yang berbeda nyata terhadap bobot segar tongkol, diameter tongkol, jumlah larik

biji per tongkol, rerata jumlah biji per larik dan yang terpenting adalah pada

potensi hasil panen Jagung Manis (ton/hektar), karena potensi hasil penen

merupakan tujuan utama dari budidaya tanaman Jagung Manis.

Berdasarkan data hasil Jagung Manis di atas, maka pemberian pelet NPK

organik dengan dosis 50 gram/tanaman, 60 gram/tanaman dan 70 gram/tanaman

mampu menyediakan unsur Nitrogen, Phospor dan Kalium bagi tanaman Jagung

Manis untuk proses sintesa protein dalam pembentukan tongkol dan pengisian biji

(50)

37

gram + KCl 1,5 gram/tanaman dalam fase pembentukan tongkol dan biji Jagung

Manis.

Pelet NPK Organik berbahan ampas tahu, tepung darah sapi dan arang sabut

kelapa yang diberi perekat lempung Grumusol terbukti bersifat lepas lambat,

mengingat pupuk pelet NPK organik hanya diaplikasikan sekali pada awal tanam

namun mampu menyediakan unsur Nitrogen, Phospor dan Kalium bagi tanaman

Jagung Manis dari awal masa vegetatif hingga akhir masa generatif. Tidak seperti

pupuk Urea dan KCl yang diaplikasikan 2 kali, yaitu setengah dosis pada awal

tanam dan setengah dosis pada awal masa generatif. Peningkatan dosis pupuk

pelet NPK organik berbahan ampas tahu, tepung darah sapi dan arang sabut

kelapa dari dosis 50 gram/tanaman (3,3 ton/hektar), 60 gram/tanaman (4

ton/hektar) hingga 70 gram/tanaman (4,7 ton/hektar) tidak diikuti dengan

(51)

38

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pelet NPK organik berbahan ampas tahu, tepung darah sapi dan arang sabut

kelapa mampu menggantikan peran pupuk Urea, SP-36 dan KCl pada

budidaya tanaman Jagung Manis di tanah Regosol.

2. Pemberian pelet NPK organik 50 gram/tanaman (3,3 ton/hektar) merupakan

dosis paling efisien bagi tanaman Jagung Manis di tanah Regosol.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis dan interval antar

perlakuan yang lebih tinggi untuk mengetahui efisiensi pelet NPK organik

(52)

38

DAFTAR PUSTAKA

Academia. 2015. Produksi Jagung Indonesia.

http://www.academia.edu/9756070/Pertumbuhan_Produksi_Ekspor_Im por_Konsumsi_dan_Cadangan_Jagung_Indonesia. Diakses 5 April 2015.

Afandie, R. dan Nasih, W.Y. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta. 224 hal.

Agus. 2012. Membangun Kesadaran Konsumsi Makanan Halal.

http://riau.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=11491. Diakses 6 Peningkatan Hasil Tanaman Petsai (Brassica chinesis). Jurnal Bioteknologi 5 (2): 51-55, November 2008, ISSN: 0216-6887.

BAPPEBTI. 2014. Gudang SRG Solusi Jagung Impor.

http://www.bappebti.go.id/id/edu/articles/detail/2989.html. Diakses 6 April 2015.

Barker AV and DJ Pilbeam. 2007. Hand Book of Plant Nutrition. CRC Press. New York.

Dalmadi. 2015. Penggunaan Benih Jagung Umur Genjah merupakan Upaya Meminimalkan Kegagalan Panen. http://cybex.pertanian.go.id

/materipenyuluhan/detail/10038/penggunaan-benih-jagung-umur-genjah-merupakan-upaya-untuk-meminimalkan-kegagalan-panen.html. Diakses 15 Desember 2015.

Dijaya, A.S. 2003. Penggemukan Itik Jantan Potong. Penebar Swadaya. Cetakan Pertama. Jakarta.

(53)

39

Fachrista dan Isuukindarsyah . 2012. Jagung.

http://babel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content &view=article&id=163:Jagung. Diakses 6 April 2015.

Gardner, F. P., R. B. Dearce dan R. L. Michell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya (terjemahan Herawati Susilo). UI Press. Jakarta. 428 hal.

Havlin JL, JD Beaton, SL Tisdale and WL Nelson. 2005. Soil Fertility and

Fertilizers. An introduction to nutrient management. Seventh Edition.

Pearson Education Inc. Upper Saddle River, New Jersey.

Handoyo, G. C. 2010. Respon Tanaman Caisin (Brassica chinensis) Terhadap Pupuk Daun NPK (16-20-25) di Dataran Tinggi. Skripsi. Fakultas Pertanian. Jurusan Budidaya Pertanian. Institute Pertanian Bogor. Bogor. 56 hal.Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademia Pressindo. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademia Pressindo. Jakarta.

Isori. 2009. Pupuk Organik Pelet (POP). http://www.isori.com/2009/07/19/pupuk-organik-pelet-pop. Diakses 6 April 2015.

Jamila. 2016. Pemanfaatan Darah dari Limbah RPH. Mata Kuliah Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak. Fakultas Peternakan UNHAS. Makassar. 10 hal.

Kompas. 2013. Sapi, Kambing, dan Babi.

http://kompasiana.com/2013/10/15/sapi-kambing-dan-babi-600707.html. Diakses 6 April 2015.

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama di Indonesia. P.T. Pustaka Jaya. Jakarta.

Nasih. 2016. Unsur Hara Makro dan Mikro.

http://www.nasih.ugm.ac.id/pnt3404/4%209417.doc. Diakses 20 Juli 2016.

Pauji, D. 2014. Jenis Tanah yang Ada di Indonesia. http://www.jenis-tanah-yang-ada-di-indonesia.html. Diakses 6 April 2015.

Pramudyanto dan Nurhasan. 1991. Penanganan Limbah Pada

(54)

40

Pusteklin. 2002. Penelitian Dasar Teknologi Tepat Guna

Pengolahan Limbah Cair. Yogyakarta: Pusteklin.

Setyamidjaja, Djoehana M.Ed. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Pusat Pendidikan dan Latihan Pertanian : Bogor.

Sitompul, S. M. Dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta, hal. 24.

Sri Wahyuni. 2014. Pembuatan Tepung Darah. Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan Bogor. http://www.pasca.unpak.ac.id. Diakses 28 April 2015.

Suprapti, L. 2005. Pembuatan Tahu. Yogyakarta: Kanisius.

Sutejo, M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Tarigan, H. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Green Giant dan Pupuk Daun Super Bionik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.) . Jurnal Agrivigor 23 (7): 78-85.

Triawati, A. 2010. Kualitas Ligkungan Sekitar Pabrik Tahu dan Pemanfaatan Limbah Tahu Sebagai Pupuk Cair Organik dengan Penambahan EM4

(Effective Microoganism). Surabaya. Tugas Akhir, Fakultas Kesehatan

Masyarakat, UNAIR. Surabaya.

(55)

42

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Skema Penelitian

Tahap 1. Persiapan Alat dan Bahan

Tahap 2. Pembuatan Pelet

(56)

43

2. Layout Penelitian

Blok I Blok II Blok III

Tanaman sampel (dipilih 5 tanaman) Petak produksi

Tanaman barrier

- Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan. - Setiap perlakuan diulang 3 kali. - Sehingga diperoleh 12 unit percobaan.

- Setiap unit percobaan terdiri dari 28 tanaman Jagung Manis (5 tanaman sampel dan 23 tanaman barrier).

- Total : 336 tanaman Jagung Manis (60 tanaman sampel dan 276 tanaman barrier).

B C D

D A B

C D A

(57)

44 Dalam 1 hektar lahan terdapat 66666 tanaman Jagung Manis.

Kebutuhan pupuk per tanaman Jagung :

- Urea

B. Kebutuhan Unsur N, P dan K Tanaman Jagung Manis - Kebutuhan unsur N :

(58)

45

4. Kandungan N, P, dan K (%) dari Pelet NPK Organik yang Dibuat

Pelet NPK organik dibuat dari ampas tahu, tepung darah sapi, arang sabut kelapa dan perekat dari lempung Grumusol dengan perbandingan komposisi :

Ampas tahu : 2 Arang sabut kelapa :1

Tepung darah sapi : 1 Perekatdari lempung Grumusol: 1

A. Kandungan N :

i. Kandungan N ampas tahu adalah 1,24 % (Asmoro, dkk., 2008). × 1,24 % = 0,5 %.

ii. Kandunan N tepung darah sapi adalah 13,25 % (Sri Wahyuni, 2014). × 13,25 % = 2,65 %.

i. Ampas tahu mengandung K 1,34 % (Asmoro dkk., 2008) × 1,34 % = 0,54 %.

ii. Kandungan K tepung darah sapi adalah 0,60 % (Sri Wahuni, 2014) × 0,60 % = 0,12 %.

iii. Unsur K pada arang sabut kelapa 10,25 % (Waryanti dkk., 2014). × 10,25 % = 2,05 %.

(59)

46

5. Jumlah Pelet NPK Organik yang Dibutuhkan Tanaman Jagung Manis

Tanaman Jagung Manis membutuhkan 161 kg N/hektar atau 2,41 gram N/tanaman, 36 kg P/hektar atau 0,54 gram P/tanaman dan 60 kg K/hektar atau 0,90 gram K/tanaman (Lampiran 2).

Pelet NPK organik yang dibuat mengandung 3,15 % N, 0,2 % P dan 2,71 % K (Lampiran 4).

Dengan jarak tanam 75 × 20 cm, dalam 1 hektar terdapat 66666 tanaman Jagung Manis.

Maka kebutuhan unsur hara bagi tanaman Jagung Mnais dapat terpenuhi dengan pemberian pelet sebanyak :

x 161 kg = 5111,11 kg pelet NPK organik/hektar. Maka kebutuhan pelet NPK organik/tanaman adalah: P/tanaman (tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan P tanaman Jagung Manis yaitu sebesar 0,54 gram P/tanaman).

- K :

x 5111,11 = 138,51 kg K/hektar, atau

= 2,08 gram

(60)

47

6. Kandungan Unsur NPK dari Masing-Masing Perlakuan

Berdasarkan perhitungan di atas, maka kandungan unsur N, P dan K dari masing-masing perlakuan adalah:

A. Perlakuan (A) : 50 gram pelet NPK organik/tanaman.

.

.

.

B. Perlakuan (B) : 60 gram pelet NPK organik/tanaman.

.

.

.

C. Perlakuan (C) : 70 gram pelet NPK organik/tanaman.

.

.

.

Gambar

Tabel 1. Kebutuhan Pupuk Tanaman Jagung Manis
Tabel 1. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis
Grafik pertumbuhan tinggi tanaman dari minggu ke-2 hingga minggu ke-10 dapat
Tabel 2. Hasil Jagung Manis
+4

Referensi

Dokumen terkait

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN  (RPP ) Sekolah : SMK NEGERI 1 MAS UBUD Mata Pelajaran : FOOD AND BEVERAGES Kelas/Semester : XII

Setelah itu acara langsung saja di buka ole peneliti sebagai awalan dan menyampaikan tujuan dari kegiatan pendidikan tersebut yaitu belajar mengenai pengurangan

Untuk mencipatakan generasi yang unggul pastilah memerlukan sebuah landasan yang kuat untuk menuntun dan membimbing ke arah yang lebih baik.. 6 bertanggung jawab

Sujud Tilawah adalah sujud bacaan, maksudnya dalah sujud yang yang dilakukan baik di dalam sholat ataupun di luar sholat sewaktu membaca atau mendengar bacaan

Nilai coefficient dari sales growth sebesar -0.116592 dan nilai probabilitas dari SG sebesar 0.1598 nilai tersebut lebih besar dari nilai α (0.05) sehingga dapat

Metode penelitian yang digunakan adalah studi literature yang terkait dengan proses pencucian bijih timah menggunakan shaking table serta melakukan pengumpulan data

Pendidikan Karakter dalam Tafsir Al-Huda mentransmisikan nilai-nilai budi pekerti Jawa yang merupakan akumulasi dari cipta-rasa- karsa yang dilandasi kegiatan berpikir atau olah

Dosen Universitas Negeri Yogyakarta Sekretaris LP Ma’arif NU PWNU