• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Sistem Pakar Untuk Diagnosis Penyakit Mata.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Sistem Pakar Untuk Diagnosis Penyakit Mata."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

Nama : Reppy Reisa NIM : 08.41010.0188 Program : S1 (Strata Satu) Jurusan : Sistem Informasi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(2)

Mata merupakan suatu panca indra yang sangat penting dalam kehidupan manusia untuk melihat. Meskipun sangat penting, seringkali kita lalai untuk merawatnya secara baik yang dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat untuk mencegah penyakit itu. Selain itu, terbatasnya sarana pelayanan kesehatan mata di puskesmas dan rumah sakit, serta kurangnya tenaga dokter spesialis mata yang membuat gangguan mata tak tertangani sejak dini.

Untuk membantu masyarakat dalam hal ini dapat memanfaatkan teknologi pakar dengan metode sistem berbasis aturan dengan proses inferensi forward

chaining. Sistem ini dibangun dengan berbasis website untuk menyebarluaskan

informasi kepada masyarakat sehingga penanganan penyakit mata dapat dengan cepat dilakukan.

Berdasarkan hasil uji coba terhadap fitur dari aplikasi sistem didapatkan nilai angket dari skala 1-5 menghasilkan nilai sebesar 4.2 yang diperoleh dari 4 pengguna umum dan 1 pakar. Dari hasil nilai terlihat bahwa aplikasi sistem pakar ini dapat berjalan dengan baik, dapat digunakan dan memberikan informasi jenis penyakit mata beserta solusinya. Sesuai dengan rule yang ada di sistem.

(3)

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Pembatasan Masalah ... 2

1.4 Tujuan ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

1.6 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

2.1 Gejala Penyakit Mata ... 5

2.2 Teori Penyakit Mata ... 11

2.3 Sistem Pakar ... 14

2.4 Komponen Utama Sistem Pakar ... 15

2.4.1 User Interface ... 15

2.4.2 Inference Engine ... 16

(4)

2.7 Diagram Ketergantungan ... 18

2.8 Decision Table ... 18

2.9 Reduced Decision Table ... 19

2.10 Verifikasi ... 20

2.11Website ... 23

2.12PHP ... 23

2.13 MySql ... 24

BAB III PERANCANGAN SISTEM ... 26

3.1 Analisis Sistem ... 26

3.2 Perancangan Sistem Pakar ... 26

3.2.1 Perancangan Block Diagram ... 27

3.2.2 Perancangan Dependency Diagram ... 32

3.2.3 Perancangan Decision Table ... 40

3.2.4 Perancangan Reduksi Tabel ... 41

3.2.5 Perancangan Rule Base ... 42

3.2.6 Perancangan Desain Arsitektur ... 43

3.3 Perancangan Aplikasi Sistem Pakar ... 44

3.3.1 Perancangan Use Case ... 44

3.3.2 Perancangan Activity Diagram ... 46

(5)

3.5.1 Desain Form Utama ... 53

3.5.2 Form Daftar Akun ... 54

3.5.3 Desain Form Login ... 55

3.5.4 Desain Form Menu Setelah Login ... 56

3.5.5 Form Identifikasi Penyakit ... 57

3.5.6 Form Hasil Penyakit ... 58

3.5.7 Desain Form Rekam Medis ... 58

3.5.8 Form Maintanance Artikel ... 59

3.5.9. Form Maintanance Berita ... 59

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 61

4.1 Implementasi Sistem... 61

4.1.1 Kebutuhan Perangkat Keras ... 61

4.1.2 Kebutuhan Perangkat Lunak ... 62

4.1.3 Penjelasan Penggunaan Aplikasi ... 62

4.1.4 Form Utama ... 62

4.1.5 Form Daftar Akun ... 63

4.1.6 Form Login ... 64

4.1.7 Form Menu ... 64

4.1.8 Form Artikel ... 65

(6)

4.1.12 Form Kontak ... 69

4.1.13 Uji Coba Sistem ... 69

4.1.14 Uji Coba Login ... 69

4.1.15 Uji Coba Edit Profile ... 74

4.1.16 Uji Coba Form Identifikasi Penyakit ... 76

4.1.17 Uji Coba Maintanance Artikel Dan Berita ... 79

4.1.18 Uji Coba Kasus Jenis Penyakit Mata ... 82

4.2 Evaluasi ... 92

BAB V PENUTUP ... 93

5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95

(7)

Halaman

Gambar 2.1 Diagram Blok Umum Sistem Pakar ... 15

Gambar 2.2. Metode Forward Chaining ... 16

Gambar 2.3 Block Diagram Target Keputusan HMO ... 17

Gambar 2.4 Dependency Diagram HMO ... 18

Gambar 3.1 Detail Block Diagram Untuk Penyakit Katarak Juvenile... 27

Gambar 3.2 Detail Block Diagram Gejala Penyakit Katarak Kongenital ... 27

Gambar 3.3 Detail Block Diagram Gejala Penyakit Katarak Sinilis ... 28

Gambar 3.4 Detail Block Diagram Penyakit Gejala Gloukoma Sudut Terbuka ... 28

Gambar 3.5 Detail Block Diagram Penyakit Gejala Gloukoma Sudut Tertutup .. 29

Gambar 3.6 Detail Block Diagram Gejala Penyakit Mata Juling ... 29

Gambar 3.7 Detail Block Diagram Gejala Penyakit Timbilen ... 30

Gambar 3.8 Detail Block Diagram Gejala Penyakit Daging Tumbuh ... 30

Gambar 3.9 Block Diagram Gejala Penyakit Mata ... 31

Gambar 3.10 Lapangan Pandang Mengecil ... 35

Gambar 3.11 Dependency Diagram Jenis Penyakit Mata ... 39

Gambar 3.12 Desain Arsitektur Untuk Diagnosa Penyakit Mata ... 43

Gambar 3.13 Use Case Sistem ... 45

Gambar 3.14 Activity Diagram Pasien Unregister ... 46

Gambar 3.15 Activity Diagram Pasien Register ... 47

(8)

Gambar 3.19 Desain Form Utama ... 53

Gambar 3.20 Desain Form Daftar Akun ... 54

Gambar 3.21 Desain Form Login User ... 55

Gambar 3.22 Desain Form Login Admin ... 55

Gambar 3.23 Desain Form Setelah Login ... 56

Gambar 3.24 Desain Form Identifikasi Penyakit ... 57

Gambar 3.25 Desain Form Hasil Konsultasi ... 58

Gambar 3.26 Desain Form Rekam Medis ... 58

Gambar 3.27 Desain Form Maintanance Artikel ... 59

Gambar 3.28 Desain Form Maintanance Berita ... 59

Gambar 4.1 Form Utama... 63

Gambar 4.2 Form Daftar Akun ... 63

Gambar 4.3 Halaman Login Admin ... 64

Gambar 4.4 Form Login User ... 64

Gambar 4.5 Form Menu ... 65

Gambar 4.6 Form Artikel ... 65

Gambar 4.7 Form Berita ... 66

Gambar 4.8 Form Rekam Medis ... 67

Gambar 4.9 Form Identifikasi Penyakit ... 68

Gambar 4.10 Form kontak ... 69

(9)

Gambar 4.14 Form Admin Berhasil ... 72

Gambar 4.15 Uji Coba Login Gagal ... 74

Gambar 4.16 Tampilan User Sukses ... 75

Gambar 4.17 Pesan Data User Kosong ... 75

Gambar 4.18 Pesan Email Telah Terdaftar ... 76

Gambar 4.19 Form Identifikasi Penyakit ... 77

Gambar 4.20 Form Pertanyaan Yang Belum Diisi ... 78

Gambar 4.21 Uji Coba Laporan Hasil Diagnosis... 79

Gambar 4.22 Uji Coba Menjawab Pertanyaan Tidak Lengkap Berhasil ... 79

Gambar 4.23 Form Maintanance Artikel ... 80

Gambar 4.24 Form Proses Menambah dan Mengubah Artikel dan Berita ... 80

Gambar 4.25 Uji Coba Menambah Berhasil ... 81

Gambar 4.26 Uji Coba Ubah Berhasil ... 81

Gambar 4.27 Tampilan Proses Konsultasi Kasus 1 ... 83

Gambar 4.28 Tampilan Hasil Konsultasi Kasus 1 ... 83

Gambar 4.29 Lanjutan Tampilan Proses Konsultasi Kasus 2 ... 85

Gambar 4.30 Tampilan Hasil Konsultasi Kasus 2 ... 85

Gambar 4.31 Tampilan Proses Konsultasi Kasus 3 ... 86

Gambar 4.32 Tampilan Hasil Konsultasi Kasus 3 ... 87

Gambar 4.33 Tampilan Proses Konsultasi Kasus 4 ... 88

(10)

Tabel 2.1 Decision Table Set 1 ... 19

Tabel 2.2 Reduced Decision Table Set ... 20

Tabel 3.1 Decision Table Rule Set 5 ... 40

Tabel 3.2 Reduced Decision Table Set 1 ... 41

Tabel 3.3 User ... 51

Tabel 3.4 Artikel ... 51

Tabel 3.5 Berita ... 52

Tabel 3.6 Fungsi Obyek Desain Menu Utama ... 53

Tabel 3.7 Fungsi Obyek Desain Form Daftar Akun ... 54

Tabel 3.8 Fungsi Obyek Desain Form Login Pasien, Pakar Dan Admin ... 55

Tabel 3.9 Fungsi Obyek Desain Form Menu Setelah Login ... 56

Tabel 3.10 Fungsi Obyek Desain Form Identifikasi Penyakit ... 57

Tabel 3.11 Fungsi Obyek Desain Form Identifikasi Penyakit ... 58

Tabel 3.12 Fungsi Obyek Desain Form Maintanance Artikel Dan Berita ... 60

Tabel 4.1 Data Pengguna ... 70

Tabel 4.2 Evaluasi Uji Coba Form Login ... 70

Tabel 4.3 Laporan List User... 73

Tabel 4.4 Laporan Penyakit ... 73

Tabel 4.5 Evaluasi Maintenance User ... 74

(11)
(12)

1.1 Latar Belakang Masalah

Mata merupakan suatu panca indra yang sangat penting dalam kehidupan manusia untuk melihat. Jika mata mengalami gangguan atau penyakit mata, maka akan berakibat sangat fatal bagi kehidupan manusia. Jadi sudah mestinya mata merupakan anggota tubuh yang perlu dijaga dalam kesehatan sehari-hari.

Meskipun sangat penting, seringkali kita lalai untuk merawatnya secara baik yang dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat untuk mencegah penyakit itu. Selain itu, terbatasnya sarana pelayanan kesehatan mata di puskesmas dan rumah sakit, serta kurangnya tenaga dokter spesialis mata yang bisa memeriksa dan melakukan operasi mata, membuat gangguan mata tak tertangani sejak dini.

Untuk membantu masyarakat dalam mendapatkan informasi mengenai penyakit mata dan memberikan solusi untuk menangani penyakit tersebut, maka diperlukan perangkat lunak bantu mendeteksi penyakit mata secara dini sebelum berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter mata. Alat bantu tersebut dapat berupa sebuah aplikasi sistem pakar dengan menggunakan metode sistem berbasis aturan dengan proses inferensi forward chaining. Sistem ini dibangun dengan berbasis

website untuk menyebarluaskan informasi kepada masyarakat sehingga

(13)

ditampilkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan agar dapat mendiagnosa jenis penyakit. Perangkat lunak sistem pakar dapat mengenali jenis penyakit mata setelah user melakukan konsultasi dengan menjawab beberapa pertanyaan-pertanyaan yang ditampilkan oleh aplikasi sistem pakar serta dapat membantu memberi kesimpulan awal beberapa jenis penyakit mata yang diderita oleh pasien dan membantu memberikan solusi sementara sebelum pengguna berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter mata.

Aplikasi sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit mata diharapkan dapat membantu masyarakat dalam mendapatkan informasi seputar mata dan melakukan identifikasi penyakit mata beserta mendapatkan solusi sementara sebelum pengguna berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter mata.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana membangun sistem pakar diagnosis penyakit mata dan penanganannya dengan menerapkan metode sistem berbasis aturan dengan proses inferensi forward chaining.

2. Bagaimana membangun aplikasi sistem pakar diagnosis penyakit mata.

1.3 Pembatasan Masalah

Batasan masalah dalam pembuatan sistem ini adalah:

(14)

1.4 Tujuan

Tujuan dari pembuatan sistem pakar ini adalah:

1. Membangun sistem pakar diagnosis penyakit mata dan penanganannya dengan menerapkan metode sistem berbasis aturan dengan proses inferensi forward

chaining.

2. Membangun aplikasi sistem pakar diagnosis penyakit mata.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa nilai manfaat, antara lain: 1. Pembuatan aplikasi berbasis web ini di harapkan dapat diaplikasikan di

praktek spesialis mata.

2. Aplikasi berbasis web ini di harapkan dapat membantu pasien dalam mendapatkan informasi penyakit mata dan solusinya.

1.6 Sistematika Penulisan

Laporan Tugas Akhir (TA) ini ditulis dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dari pembuatan sistem dan manfaat penelitian .

Bab II : Landasan Teori

(15)

teori tentang sistem pakar dan metode sistem berbasis aturan dengan proses inferensi forward chaining.

Bab III : Perancangan Sistem

Bab ini berisi tentang perancangan sistem yang meliputi tentang use

case, activity diagram, class diagram, desain arsitektur yang

menunjukkan hubungan antar elemen, analisis sistem, perancangan sistem berbasis aturan terdiri dari block diagram, dependency

diagram, decision table, reduced decision table, rule base. Dalam

bab ini juga dilengkapi dengan struktur tabel dan desain antarmuka sistem pakar diagnosis penyakit mata.

Bab 1V : Evaluasi dan Implementasi

Bab ini berisi penjelasan tentang implementasi dan hasil evaluasi dari sistem pakar yang dibuat, berupa gambar proses aplikasi yang terjadi pada sistem.

Bab V : Penutup

(16)

1.1 Gejala Penyakit Mata

Berdasarkan hasil konsultasi dengan Prof Dr Diany Yogiantoro SpM, gejala-gejala dari penyakit mata yang sering terjadi di kehidupan masyarakat antara lain: katarak yang terdiri atas: katarak juvenile, katarak kongenital, katarak sinilis; gloukoma yang terdiri atas: gloukoma sudut terbuka, gloukoma sudut tertutup; mata juling; timbilen; dan daging tumbuh. Adapun gejala dari masing-masing penyakit mata adalah sebagai berikut:

1. Katarak Juvenile, gejalanya adalah: a. Penurunan ketajaman.

b. Penglihatan ganda. c. Mata gatal.

d. Penglihatan kabur.

e. Pupil tampak putih/ abu-abu. f. Mata merah.

g. Silau pada matahari. h. Usia > 1 th - <50 th. Solusi:

(17)

lapisan mata diangkat dan diganti dengan lensa mata yang baru ( buatan/ lensa intraokuler ).

2. Katarak Kongenital, gejalanya adalah: a. Pupil tampak putih/ abu-abu. b. Usia < 1 th.

Solusi:

Operasi katarak dibutuhkan sesegara mungkin untuk memastikan bahwa pengelihatan cukup jelas sehingga memungkinkan perkembangan normal dari sistem indera pengelihatan bayi. Ahli mengatakan waktu yang optimum untuk pembedahan katarak adalah antara enam minggu hingga tiga bulan sejak kelahiran bayi. Pastikan berdiskusi tentang aspek-aspek yang perlu diperhatikan tentang kapan waktu pelaksanaan bedah katarak dengan dokter bedah mata. Rehabilitasi pasca operasi dengan kaca mata, lensa kontak, atau keduanya biasanya diibutuhkan untuk meraih hasil terbaik. Pada kasus tertentu, lensa kontak terpasang dengan baik pada permukaan mata (kornea) biasanya berguna untuk mengembalikan pengelihatan setelah lensa alami diangkat dengan pembedahan. Selain itu, kaca mata dapat membantu pengelihatan sebagai pengganti dari lensa buatan atau lensa kontak. Karena agak sulit meyakinkan anak yang masih kecil untuk mau menggunakan lensa kontak, Anda dapat mencoba beberapa strategi ini:

(18)

memberi pujian tentang penampilan. Jika Anda orang tua dan tidak membutuhkan kaca mata, mempertimbangkan menggunakan kaca mata normal dapat menginspirasi anak untuk meniru Anda. Pertimbangan penggunaan gagang kaca mata yang lentur dan pas di gunakan di belakang telinga untuk meyakinkan kaca mata anak anda tidak rusak, hilang atau mudah terlepas. Untuk melindungi mata dari cedera, pasien sebaiknya menggunakan kacamata hitam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh.

3. Katarak Sinilis, gejalanya adalah: a. Penurunan ketajaman.

b. Penglihatan ganda.

c. Pupil tampak putih/ abu-abu. d. Penglihatan kabur.

e. Silau pada matahari. f. Usia > 50 th.

Solusi:

Dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan sebelum dilakukan pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya tajam penglihatan. Pengobatannya dengan operasi/ pembedahan yaitu dengan cara lapisan mata diangkat dan diganti dengan lensa mata yang baru ( buatan / lensa intraokuler ).

4. Gloukoma Sudut Terbuka, gejalanya adalah:

a. Lapangan pandang mengalami pengecilan secara perlahan. b. Sakit kepala.

(19)

Solusi:

Obat tetes mata golongan beta bloker biasanya digunakan untuk mengatasi glaukoma sudut terbuka. Obat tetes mata golongan beta bloker, seperti timolol, betaxolol, carteolol, atau metipranolol, dapat mengurangi pembentukan cairan di dalam mata. Pilocarpine dapat diberikan untuk memperkecil pupil dan meningkatkan pengaliran cairan dari bilikanterior. Epinephrine untuk memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi pembentukan cairan juga dapat diberikan.

Jika glaukoma tidak dapat diatasi dengan obat-obatan atau efek sampingnya tidak dapat ditolerir oleh penderita, maka dilakukan pembedahan untuk meningkatkan pengaliran cairan dari bilik anterior. Digunakan sinar laser untuk membuat lubang di dalam iris atau dilakukan pembedahan untuk memotong sebagian iris (iridotomi).

5. Gloukoma Sudut Tertutup, gejalanya adalah:

a. Lapangan pandang mengalami pengecilan secara mendadak. b. Mata merah.

c. Sakit kepala.

d. Tajam penglihatan menurun. e. Mual + muntah.

f. Tampak pelangi bila melihat lampu. g. Usia > 50 th.

Solusi:

(20)

(misalnya acetazolamide). Tetes mata pilocarpine menyebabkan pupil mengecil sehingga iris tertarik dan membuka saluran yang tersumbat. Untuk mengontrol tekanan intraokuler bisa diberikan tetes mata beta blocker. Setelah suatu serangan, pemberian pilocarpine dan beta blocker serta inhibitor karbonik anhiDrase biasanya terus dilanjutkan. Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan manitol intravena (melalui pembuluh darah).

Terapi laser untuk membuat lubang pada iris akan membantu mencegah serangan berikutnya dan seringkali bisa menyembuhkan penyakit secara permanen. Jika glaukoma tidak dapat diatasi dengan terapi laser, dilakukan pembedahan untuk membuat lubang pada iris. Jika kedua mata memiliki saluran yang sempit, maka kedua mata diobati meskipun serangan hanya terjadi pada salah satu mata.

6. Mata Juling, gejalanya adalah: a. Gerakan mata tidak terkoordinasi. b. Penglihatan ganda.

c. Usia > 1 th. Solusi:

Pengobatan yang dilakukan untuk penderita mata juling tergantung dari tipe mata juling tersebut. Biasanya dimulai dengan terapi pemulihan kesatuan titik pandang dan penggunaan kacamata/ lensa kontak, lalu dilanjutkan dengan melakukan tindakan operasi untuk memperbaiki otot penggerak mata.

(21)

b. Warna kemerahan. c. Kelopak sakit bila diraba. d. Semua usia.

Solusi:

Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari. Berikan Antibiotik topikal (salep), seperti: Gentamycin. Obat topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter.

Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited) dalam 1-2 minggu.

8. Daging Tumbuh, gejalanya adalah: a. Mata kering.

b. Penglihatan kabur. c. Mata merah.

d. Selaput tumbuh berbentuk segitiga di area kornea mata. e. Semua usia.

Solusi:

Sudah ada bintik yang tumbuh di area kornea, apalagi mendekati tepi pupil mata, maka satu-satunya jalan adalah dengan melakukan pembedahan. Sebab jika masalah ini dibiarkan akan mengganggu pandangan penderita.

(22)

pengobatan selama dua bulan, bila pterigiumnya sudah bersih, pengobatan dapat dihentikan. Namun bila belum bersih, pengobatan harus dilanjutkan hingga bersih supaya pterigium tidak muncul kembali.

2.2 Teori Penyakit Mata

Penyakit mata dapat menimpa siapa saja baik muda maupun tua. Cara penanganan dan pencegahan macam-macam penyakit mata ini pun berbeda, tergantung penyebabnya. Jenis penyakit mata banyak ragamnya dan penyebabnya namun dengan penangannya yang baik akan mempercepat proses penyembuhan. Berikut pembahasan tentang penyakit mata katarak, gloukoma, timbilen, mata juling, dan daging tumbuh:

1. Katarak

Katarak merupakan suatu keadaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi keruh. (Sidarta, 2004).

(23)

a. Katarak juvenile: katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 50 tahun. Merupakan lanjutan dari katarak kongenital yang makin nyata. b. Katarak kongenital: katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun/

Kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir.

c. Katarak Senilis: katarak yang dialami orang berusia lanjut atau di atas 50 tahun karena faktor degenerasi.

2. Glaukoma

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan. (Medicastore: 1999).

Penjelasan tentang jenis penyakit mata Glaukoma, sebagai berikut: a. Glukoma Primer Sudut Terbuka

Biasanya terjadi pada penderita usia lanjut. Jaringan trabekula sebagai saluran keluar akan tersumbat dan menyebabkan tekanan dalam bola mata meningkat secara perlahan. Peningkatan tekanan secara perlahan ini menyebabkan kerusakan saraf mata secara perlahan pula, maka penderita penyakit ini disebut Glaukoma Primer Sudut Terbuka Kronis. Jenis glaukoma ini akan merusak tajam penglihatan secara perlahan-lahan dan tanpa rasa sakit, sehingga penderita tidak menyadari keadaan matanya dan akhirnya terjadi kebutaan atau kerusakan saraf mata yang sudah tidak dapat ditolong lagi. b. Glaukoma Primer Sudut Tertutup

(24)

dan menyebabkan berbagai gejala klinis. Bila tidak diobati segera, maka glaukoma ini akan menyebabkan kebutaan.

3. Mata Juling

Strabismus (Mata juling) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan

penyimpangan abnormal dari letak satu mata terhadap mata yang lainnya, sehingga garis penglihatan tidak paralel dan pada waktu yang sama, kedua mata tidak tertuju pada benda yang sama. Penyakit matat juling biasanya dialami oleh anak-anak yang berusia 1-3 tahun. Penyebab mata juling antara lain karena: faktor bawaan, ketidakseimbangan otot dan saraf mata yang mengatur pergerakan mata (kelainan otot atau saraf mata), trauma mata (tertusuk benda tajam atau tumpul), infeksi virus atau bakteri, misalnya akibat infeksi toksoplasma yang ditularkan melalui kucing atau daging yang mengandung kuman toksoplasma yang tidak dimasak dengan baik. Beberapa jenis strabismus:

a. Esotropia : mata melenceng ke arah dalam.

b. Eksotropia : mata melenceng ke arah luar.

c. Hipertropia : mata melenceng ke arah atas.

d. Hipotropia : mata melenceng ke arah bawah.

4. Timbilen (Hordeolum)

(25)

mata bagian atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh kuman Stafilokokus (Staphylococcus aureus). Penyebaran kuman tersebut antara lain melalui udara. Ada dua jenis timbilen, yang pertama hordeolum

externum, benjolannya terlihat di luar kelopak mata, yang kedua, hordeolum

internum yang hanya berupa benjolan yang berada di dalam kelopak mata.

5. Daging Tumbuh ( Pterygium)

Pterygium adalah munculnya suatu timbunan atau selaput pada mata

yang bentuknya seperti segitiga dengan puncak berada di arah kornea mata.

Pterygium oleh sebagian orang dikenal sebagai “daging tumbuh” di selaput

bening mata. Penyebab pterygium diduga karena factor iritasi dari luar seperti: sinar matahari, panas, debu dan angin. Karena itu untuk mencegah timbulnya pterigium dapat dilakukan dengan cara menghindari paparan sinar matahari (ultraviolet) dengan memakai kacamata hitam, topi atau payung.

2.3 Sistem Pakar

sistem pakar adalah sekumpulan program yang memanipulasi pangkalan pengetahuan (knowledge base) untuk menyelesaikan masalah-masalah pada bidang khusus yang memerlukan keahlian manusia. Sistem pakar bekerja berdasarkan pengetahuan yang dimasukkan oleh seorang atau beberapa orang pakar dalam rangka mengumpulkan informasi sampai sistem pakar dapat menentukan jawabannya (Patterson, 1990).

(26)

memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seoarang pakar dalam bidang tersebut.

2.4 Komponen Utama Sistem Pakar

Menurut Gonzales (1993) sistem pakar mempunyai 3 komponen utama, yaitu mesin referensi (User Interface), basis pengetahuan (Knowledge Base), dan mesin inferensi (Inference Engine). Model sistem pakar dapat dijelaskan melalui diagram Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diagram Blok Umum Sistem Pakar

Sistem pakar mengumpulkan dan menyimpan informasi atau pengetahuan beberapa pakar yang dibutuhkan sebagai tambahan pengetahuan kedalam komputer. Informasi ini disebut sebagai basis pengetahuan. Cara kerja sistem pakar dalam pengumpulan informasi awal tentang suatu masalah umumnya diawali dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada user, bagian ini disebut sebagai user interface. Untuk menjawab pertanyaan, user diminta untuk memilih salah satu alternative pada menu yang ditampilkan. Jika sistem pakar telah menerima masukan yang diperlukan maka mesin inferensi sistem pakar akan melacak solusi/ kesimpulannya, sehingga sesuai dengan informasi yang telah ditanyakan.

User User

Interface

Inference Engine

(27)

2.4.1 User Interface

User interface adalah kemungkinan seseorang untuk memasukkan instruksi dan informasi kedalam sistem pakar dan menerima informasi dari sistem pakar.

2.4.2 Inference Engine

Inference engine adalah bagian dari sistem pakar yang melakukan penalaran dengan menggunakan isi knowledge base berdasarkan urutan tertentu. Selama proses konsultasi antar sistem dan user. Inference engine menguji aturan-aturan dari knowledge base satu demi satu, dan saat kondisi aturan-aturan itu benar, tindakan tertentu diambil dan jika saat kondisi aturan itu salah akan dikesampingkan.

2.4.3 Knowledge Base

Knowledge base adalah data atau pengetahuan yang diperlukan untuk membuat suatu keputusan. Knowledge base terdiri dari 2 bagian , yaitu fakta dan aturan.

2.5 Forward Chaining

Menurut Arhami (2005) Forward Chaining adalah pendekatan yang dimotori data (data-Driven). Dalam pendekatan ini pelacakan dimulai dari informasi masukan, dan selanjutnya mencoba menggambarkan kesimpulan. Pelacakan ke depan mencari fakta yang sesuai dengan bagian IF dari aturan

IF-Then. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat alur dari metode Forward Chaining pada

(28)

Observasi

Gambar 2.2. Metode Forward Chaining

Pada gambar 2.2 menunjukan pangkalan kaidah yang terdiri dari 5 buah kaidah yaitu Kaidah A, Kaidah B, Kaidah C, Kaidah D, Kaidah E. sedangkan pangkalan data terdiri dari pengawalan fakta yaitu Fakta 1, Fakta 2, dan Fakta 3.

Observasi pertama-tama melacak Kaidah A dan Kaidah B. inference

engine mulai melakukan pelacakan, mencocokkan Kaidah A dalam pangkalan

pengetahuan terhadap informasi yang ada di dalam pangkalan data, yaitu Fakta A dan Fakta 2. Jika pelacakan pada Kaidah A tidak ada yang cocok dengan Fakta 1, maka terus bergerak menuju Kaidah C yang kemudian menghasilkan kesimpulan, demikian seterusnya.

2.6 Block Diagram

Langkah awal yang dilakukan alam menerjemahkan suatu bidang ilmu ke dalam sistem berbasis aturan yaitu melalui diagram blok (block diagram). Menurut Dologite (1993) diagram blok merupakan susunan dari aturan-aturan yang terdapat di dalam sebuah bidang ilmu.

Dengan membuat diagram blok di dalam sistem berbasis aturan maka dapat diketahui urutan kerja sistem dalam mencari keputusan. Contoh block

(29)

Member ID Gambar 2.3 Block Diagram Target Keputusan HMO

2.7 Diagram Ketergantungan

Setelah diketahui urutan kerja sistem dalam mencari keputusan dari diagram blok, langkah selanjutnya adalah membuat diagram ketergantungan (dependency diagram). Menurut Dologite (1993) dependency diagram adalah suatu relasi yang menunjukkan hubungan atau ketergantungan antara inputan jawaban, aturan-aturan (rule), nilai-nilai dan direkomondasikan ke dalam sistem berbasis pengetahuan. Contoh dependency diagram dapat dilihat pada Gambar 2.4.

(30)

2.8 Decision Table

Dari data-data yang diolah dan dibuat diagram ketergantungan, langkah berikutnya adalah pembuatan decision table. Menurut Dologite (1993) decision

table adalah sebuah tabel yang menyajikan nilai-nilai pada hasil fase antara atau

rekomondasi KBS. Sebagai contoh decision table dapat dilihat Tabel 2.1.

Step 1: Plan

Condition: Member_status (ok, not_ok) = 2

Reason (new_case, follow_up_case, information_other) = 3

Problem (serious, non_serious) = 2

Rows: 2 x 3 x 2 = 12

Step 2: Completed Desion Table

Tabel 2.1 Decision Table Set 1 Rule Member

Status

Reason Problem Concluding

Recommendation for

Serious Information other

A6 Ok Information

other

Non serious Information other

A7 Not ok New_case Serious Non member

Serious Non member

A12 Not ok Information other

(31)

2.9 Reduced Decision Table

Setelah didapatkan nilai dari decision table akan direduksi untuk mendapatkan nilai dari kondisi terakhir. Menurut Dologite (1993) reduced

decision table adalah pembuatan tabel yang nilai-nilainya didapat dari mereduksi

decision table. Sebagai contoh dari mereduksi decision table dapat dilihat pada

Tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2 Reduced Decision Table Set

Rule Member

Status

Reason Problem Concluding

Recommendation

- Information other

B6 Not ok - - Non member

2.10 Verifikasi

(32)

itu terbebas dari error. Berikut ini adalah beberapa metode pemeriksaan rules dalam suatu basis pengetahuan (Gonzales, 1993).

1. Redundant Rules

Redundant rules terjadi jika dua rules atau lebih mempunyai premise dan

conclusion yang sama.

Contoh :

Rules 1: if the humidity is high and the temperature is hot

Then there will be thunderstorms

Rules 2: if the temperature is hot and the humidity is high

Then there will be thunderstromes

2. Conflicting Rules

Conflicting rules terjadi jika dua rules atau lebih mempunyai premise yang

sama, tetapi mempunyai conclusion yang berlawanan. Contoh:

Rules 1: if the temperature is hot and the humidity is high

Then there will be sunshine

Rules 2: if the temperature is hot and the humidity is high

Then there will be sunshine

3. Subsumed Rules

Subsumed rules terjadi jika rules tersebut mempunyai constraint yang lebih

atau kurang tetapi mempunyai conclusion yang sama. Contoh:

Rules 1: if the temperature is hot and the humidity is high

(33)

Rules 2: if the temperature is hot

Then there will be thunderstromes

4. Circular Rules

Circular rules adala suatu keadaan dimana terjadinya proses perulangan dari

suatu rules. Ini dikarenakan suatu premise dari salah satu rule merupakan

conclusion dari rule yang lain, atau kebalikannya.

Contoh:

Rules 1: if X and Y are brothers

Then X and Y have the some parents

Rules 2: if X and Y have the same parents

Then X and Y are brothers

5. Unnecessary if Condition

Unnecessary if condition terjadi jika dua rules atau lebih mempunyai

conclusion yang sama, tetapi salah satu dari rule tersebut mempunyai premise

yang tidak perlu dikondisikan dalam rule karena tidak mempunyai pengaruh apapun.

Contoh:

Rules 1: if the patient has the pink spots and the patient has a fever

Then the patient has measles

Rules 2: if the patient has the pink spots and the patient does not have fever

Then the patient has measles

6. Dead-end Rules

Dead-end rules adalah suatu rule yang conclusion-nya tidak diperlukan oleh

(34)

Contoh:

Rules 1: if the gauge reads empety

Then the gas tank

7. Missing Rules

Missing rules merupakan suatu aturan yang ditandai dengan fakta yang tidak

pernah digunakan dalam proses inference engine.

8. Unreachable Rules

Unreachable rules merupakan suatu aturan yang gejalanya tidak akan pernah

ada.

2.11 Website

Website adalah kumpulan halaman dari sebuah situs. Situs berada di

World Wide Web atau sering disingkat WWW. World Wide Web adalah jaringan

komputer yang sangat besar dan menyediakan berjuta-juta informasi.

Website dapat berfungsi untuk membuat pengumuman atau pemberitahuan, memberikan pelayanan kepada customer, membagi file dan foto, dan berkomunikasi langsung dengan customer yang berada di belahan dunia manapun.

2.12 PHP

PHP (Personal Home Page ) adalah salah satu bahasa pemrograman dalam pembuatan web. PHP bersifat server side dan bisa dikoneksikan dengan

database seperti MySQL, SQL server,Oracle dsb. Karena PHP bersifat server

side, maka untuk dapat menjalankan PHP pada browser, maka terlebih dahulu

(35)

Keunggulan dari PHP, antara lain:

1. Bahasa pemrograman PHP adalah sebuah bahasa script yang tidak melakukan sebuah kompilasi dalam penggunaanya.

2. Dalam sisi pemahaman PHP adalah bahasa scripting yang paling mudah karena referensi yang banyak.

3. PHP adalah bahasa open source yang dapat digunakan di berbagai mesin (linux, unix, windows) dan dapat dijalankan secara runtime melalui console serta juga dapat menjalankan perintah – perintah sistem.

2.13 MySql

MySQL adalah sebuah Relational Database Management System (RDMS). Program ini bertindak sebagai server yang mengijinkan lebih dari satu pengguna untuk mengakses beberapa basis data.

Berikut ini beberapa keistimewaan yang dimiliki oleh MySQL (Dwi, 2003):

1. Portability: dapat berjalan stabil pada berbagai sistem operasi (windows,

Linux, Mac OS dan lain-lain).

2. Open Source: didistribusikan secara gratis, di bawah lisensi GPL sehingga dapat di pergunakan secara Cuma-Cuma tanpa dipungut biaya.

3. Multiuser: dapat digunakan oleh beberapa user dalam waktu yang bersamaan

tanpa mengalami masalah atau konflik.

4. Performance Tuning: memiliki kecepatan yang menakjubkan dalam

(36)

5. Column Types: memiliki tipe kolom yang sangat kompleks, seperti

signed/unsigned integer, fload, double, char, varchar, text, blob, date, time,

datetime, timestamp, year, set serta enum.

6. Command dan Functions: memiliki operator dan fungsi secara penuh yang

mendukung perintah SELECT dan WHERE dalam query.

7. Security: memiliki beberapa lapisan sekuritas seperti level subnetmark, nama

host, dan izin akses user dengan sistem perizinan yang mendetail serta

password terenkripsi.

8. Scalability dan Limits: mampu menangani database dalam skala besar, dengan

jumlah records lebih dari 50 juta dan 60 ribu table serta 5 miliar baris. Selain itu, batas indexs yang dapat ditampung mencapai 32 indeks pada tiap tabelnya.

9. Connectivity: dapat melakukan koneksi dengan client menggunakan protokol

TCP/IP, Unix soket (Unix), atau Named Pipes (NT).

10.Localisation: dapat mendeteksi pesan kesalahan (error code) pada client

dengan mengunakan lebih dari dua puluh bahasa.

11.Interface: memiliki interface terhadap berbagai aplikasi dan bahasa

pemrograman dengan mengunakan fungsi API (Aplication Programming

Interface).

12.Lients dan Tools : dilengkapi dengan berbagai tool yang dapat digunakan

untuk administrasi database, dan pada setiap tool yang ada disertakan petunjuk online.

(37)

26

Pada bab ini berisi tentang perancangan sistem yang dibuat dimulai dari analisis sistem, perancangan sistem pakar, perancangan aplikasi sistem pakar, struktur tabel, dan desain antarmuka.

3.1 Analisis Sistem

Aplikasi sistem pakar berbasis web ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam mendapatkan informasi dan melakukan identifikasi penyakit mata. Adapun spesifikasi kebutuhan aplikasi yang diperlukan untuk membantu masyarakat dalam mendapatkan informasi, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Memiliki fitur artikel dan berita yang digunakan untuk menampilkan

informasi seputar mata.

2. Memiliki fitur identifikasi penyakit yang digunakan untuk melakukan konsultasi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan. 3. Memiliki fitur rekam medis yang digunakan untuk menampilkan hasil

konsultasi yang dilakukan user setelah melakukan konsultasi.

3.2 Perancangan Sistem Pakar

Dalam melakukan perancangan aturan ada beberapa tahap yang harus dilakukan, agar aplikasi dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan. Adapun tahap-tahap dalam perancangan sistem pakar adalah block diagram, dependency

(38)

3.2.1 Perancangan Block Diagram

Dibawah ini contoh block diagram penyakit mata yang nantinya akan dijadikan rule dalam metode sistem berbasis aturan dengan proses inferensi

forward chaining.

Gambar 3.1 Detail Block Diagram Untuk Penyakit Katarak Juvenile

Pada gambar 3.1 dapat dilihat bahwa penyakit katarak juvenile memiliki gejala-gejala yaitu penurunan ketajaman, penglihatan ganda, mata gatal, penglihatan kabur, pupil tampak warna putih/abu-abu, mata merah, silau pada matahari, usia > 1 tahun - <50 tahun.

Katarak

(39)

Katarak Sinilis

Penurunan

ketajaman

Penglihatan

ganda

Pupil tampak

warna putih/

abu-abu

Silau pada

matahari

Penglihatan kabur

Usia > 50 th

Gambar 3.3 Detail Block Diagram Gejala Penyakit Katarak Sinilis

Pada gambar 3.3 penyakit katarak sinilis memiliki gejala penurunan ketajaman, penglihatan ganda, pupil tampak warna putih/abu-abu, penglihatan kabur, silau pada matahari, usia > 50 tahun.

Gloukoma sudut terbuka

Lapangan pandang mengalami

pengecilan secara perlahan Sakit kepala Usia > 50 th

(40)

Gloukoma sudut

Sakit kepala

Usia > 50 th

Tajam

Gambar 3.5 Detail Block Diagram Penyakit Gejala Gloukoma Sudut Tertutup Pada gambar 3.5 penyakit gloukoma sudut tertutup memiliki gejala lapangan pandang mengalami pengecilan secara mendadak, mata merah, sakit kepala, tajam penglihatan menurun, mual + muntah, tampak pelangi bila melihat lampu, usia > 50 tahun.

Mata juling

Gerakan mata tidak

terkoordinasi Penglihatan ganda Usia > 1 th

Gambar 3.6 Detail Block Diagram Gejala Penyakit Mata Juling

(41)

Timbilen

Benjolan pada kelopak mata

Warna kemerahan

Kelopak sakit

bila diraba Semua usia

Gambar 3.7 Detail Block Diagram Gejala Penyakit Timbilen

Pada gambar 3.7 penyakit timbilen memiliki gejala benjolan pada kelopak mata, warna kemerahan, kelopak sakit bila diraba, semua usia.

Daging tumbuh

Mata kering

Timbunan/ selaput tumbuh pada

mata yang bentuknya seperti

segitiga di kornea mata

Semua usia Penglihatan

kabur Mata merah

Gambar 3.8 Detail Block Diagram Gejala Penyakit Daging Tumbuh

(42)

Penyakit Mata

Gejala pada Mata Gejala pada kondisi badan Gejala pada fisik mata Usia

Sakit

Tampak Pelangi apabila melihat lampu Gangguan kornea mata Kondisi

kelopak mata

Gambar 3.9 Block Diagram Gejala Penyakit Mata

(43)

kondisi badan terdiri dari sub parameter sakit kepala, mual dan muntah. Pada parameter gejala pada fisik organ terdiri dari sub parameter warna kemerahan daerah kelopak mata, benjolan pada kelopak mata, pupil tampak warna putih atau abu-abu, timbunan atau selaput tumbuh di area kornea, gerakan mata tidak terkoordinasi. Dan parameter usia yaitu pada usia berapa saat mengalami gejala-gejala pada mata.

3.2.2 Perancangan Dependency Diagram

Dependency diagram menunjukan hubungan atau ketergantungan antara

inputan pertanyaan, rules, nilai dan rekomondasi yang dibuat oleh prototype

Knowledge Based System (KBS). Saat menggunakan Forwad Chaining, dimulai

dari satu set data yang dikumpulkan melalui observasi dan akan didapatkan kesimpulan. Pendekatan ini cocok untuk masalah diagnostik yang memiliki sejumlah kecil kesimpulan yang dapat ditarik (Gonzales, 1993). Dependency

diagram untuk sistem pakar ini dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Dependency diagram pada Gambar 3.11 memiliki empat set. Hasil Set 1

merupakan set dari parameter gangguan penglihatan yang memiliki enam konklusi sementara, yaitu:

- Kualitas penglihatan menurun, melihat ganda, berbayang atau melihat bintik-bintik.

- Sudut pandang mengecil secara perlahan - Berbayang atau melihat bintik-bintik.

(44)

- Tidak sesuai - Normal

Set 2 merupakan set dari parameter gangguan kornea mata yang memiliki empat konklusi sementara, yaitu:

- Iritasi & merah saja

- Iritasi & mata merah & mata gatal - Iritasi & mata merah & mata kering - Tidak sesuai

- Normal

Set 3 merupakan set dari parameter gejala pada mata yang memiliki tujuh konklusi sementara, yaitu:

- berbayang atau melihat bintik-bintik, kualitas penglihatan menurun, melihat ganda, mata gatal, mata merah, sensitif pada cahaya.

- kualitas penglihatan menurun, melihat ganda, berbayang atau melihat bintik-bintik, sensitif pada cahaya.

- penglihatan mengecil secara perlahan.

- penglihatan mengecil secara mendadak, mata merah, kualitas penglihatan menurun, tampak pelangi bila melihat lampu.

- melihat ganda.

- mata kering, berbayang atau melihat bintik-bintik, mata merah.

(45)

Set 4 merupakan set dari parameter gejala pada kondisi badan yang memiliki tiga konklusi sementara, yaitu:

- Sakit kepala saja.

- Sakit kepala + mual & muntah. - Tidak sesuai

- Normal

Set 5 merupakan set dari parameter kondisi pada kelopak mata yang memiliki dua konklusi sementara, yaitu:

- Infeksi bakteri. - Normal

Set 6 merupakan set dari parameter gejala pada fisik mata yang memiliki lima konklusi sementara, yaitu:

- Kemerahan, terdapat benjolan, sakit bila diraba. - Pupil tampak putih atau abu-abu

- Gerakan mata tidak terkoordinasi. - Selaput tumbuh.

- Tidak sesuai - Normal

Set 7 memiliki konklusi akhir, yaitu katarak juvenile, katarak kongenital, katarak sinilis, gloukoma sudut terbuka, gloukoma sudut tertutup, mata juling, timbilen, daging tumbuh. Dari Inputan gejala penyakit mata:

(46)

- Penurunan ketajaman: Mata dapat terlihat tanpa kelainan dari luar akan tetapi pasien mengeluh turunnya penglihatan secara mendadak, hal ini dapat terjadi akibat hal-hal berikut:

o Amaurosis fugaks: merupakan keadaaan penglihatan gelap sementara, yang biasanya mengenai satu mata. Penglihatan gelap hanya berjalan dalam beberapa menit yang kemudian normal kembali.

o Oklusi arteri retina sentral: penyumbatan arteri retina sentral akan menyebabkan keluhan penglihatan tiba-tiba gelap tanpa terlihatnya kelainan pada mata luar.

untuk menentukan tingkat keparahan adalah lama pasien mengidap gejala tersebut selama 1 minggu. Ada tiga katagori parah (5-7 hari), sedang (3-4 hari), dan tidak parah (0-2 hari).

- Penglihatan ganda: suatu keadaan dimana dengan kedua mata terlihat sebuah benda menjadi dua. Untuk memastikan apakah seseorang melihat ganda sebaiknya tutup kelopak satu mata. Bila terlihat benda menjadi satu maka disebut sebagai lihat ganda.

(47)

Gambar 3.10 Lapangan Pandang Mengecil

- Mata merah: mata merah dapat dibagi menjadi mata merah dengan penglihatan normal, mata merah dengan penglihatan menurun, mata merah dengan penglihatan turun mendadak. Mata merah juga memberikan gejala khusus seperti penglihatan menurun, mata kotor, tekanan bola mata yang meningkat seperti pada glaukoma. untuk membedakan tingkat keparahan adalah perbandingan warna merah dan warna jernih/ putih pada lensa mata semakin besar persen maka warna merah akan semakin dominan dan bisa dikatakan semakin parah pula. Dan dengan demikian dibagi menjadi tiga katagori tidak dominan (0-25%), sedang (30-50%), dominan (55-100%). - Mata gatal: yang menimbulkan mata gatal seperti mata lelah, mata merah,

alergi, mata kering. untuk mebedakan tingkat keparahan adalah lama pasien mengidap gejala tersebut selama 3 hari. Dengan demikian dibagi menjadi 3 katagori jarang (0-1 kali), sedang (2-6 kali), sering (7-10 kali).

(48)

- Tampak pelangi bila melihat lampu: melihat pelangi di sekitar sumber cahaya (lampu).

- Silau pada matahari: silau akan terjadi bila mata tidak dapat mengatur jumlah sinar masuk mata. Perasaan silau terjadi pada penderita dengan katarak dini, hal ini diakibatkan sinar akan dipantulkan tidak beraturan oleh lensa yang keruh.

- Mual dan muntah: mual muntah bisa juga merupakan gejala suatu penyakit yang lebih serius. untuk mebedakan tingkat keparahan adalah lama pasien mengidap gejala tersebut selama 3 hari. Dengan demikian dibagi menjadi 3 katagori jarang (0-1 kali), sedang (2-6 kali), sering (7-10 kali).

- Sakit kepala: sakit kepala merupakan keluhan yang sering ditemukan pada penderita sakit mata. Keluhan sakit kepala dapat disebabkan oleh kelainan mata, kelelahan mata, perlunya memakai kacamata. Sakit kepala akibat kelainan mata dapat disebabkan perasaan silau yang berat, mata yang berbakat juling, kelainan kacamata tertentu. untuk menentukan tingkat keparahan adalah lama pasien mengidap gejala tersebut selama 1 minggu. Ada tiga katagori parah (5-7 hari), sedang (3-4 hari), dan tidak parah (0-2 hari).

- Warna kemerahan di kelopak mata: kelopak bengkak dan merah yang dapat pada kelopak atas ataupun bawah.

- Benjolan pada kelopak mata: tanda-tandanya kelopak bengkak dan merah yang dapat pada kelopak atas ataupun kelopak bawah.

(49)

- Pupil tampak warna putih/abu-abu: biasanya pada mata normal manik mata atau pupil berwarna hitam dan penderita dengan katarak manik matanya akan kelihatan putih. Untuk membedakan tingkat keparahan adalah perbandingan warna hitamdan warna putih pada lensa mata semakin besar persen maka warna putih akan semakin dominan dan bisa dikatakan semakin parah pula. Dan dengan demikian dibagi menjadi tiga katagori tidak dominan (0-25%), sedang (30-50%), dominan (55-100%).

- Selaput tumbuh di area kornea mata: tanda-tandanya dapat dengan keluhan, dapat tanpa keluhan, merah, dan berbentuk segitiga dengan puncak di daerah selaput bening (kornea).

(50)

-Set 1

Penglihatan kabur

(ya, tdk)

Penurunan ketajaman

(tdk parah 0-2h, sedang 3-4h, parah 5-7h)

Penglihatan ganda

(ya, tdk)

Lap. pandang mengecil

(tdk parah 0h, sedang 1-3h, parah 4-7h)

Gangguan penglihatan

-kualitas penglihatan menurun,melihat ganda, berbayang/ melihat bintik” -sudut pandang mengecil scr perlahan -berbayang/ melihat bintik” -sudut pandang mengecil scr mendadak, kualitas penglihatan menurun -melihat ganda

-iritasi & mata merah &mata gatal -iritasi & mata kering & mata merah -Tidak terdeteksi

-normal

Tampak pelangi bila melihat lampu

(ya, tdk) penglihatan menurun, melihat ganda, mata gatal, mata merah, sensitif pada cahaya

-kualitas penglihatan menurun, melihat ganda, berbayang/melihat bintik”, sensitif pada cahaya

-penglihatan mengecil scr perlahan ) -penglihatan mengecil scr mendadak, mata merah, kualitas penglihatan menurun, tampak pelangi bila melihat lampu

(sering 7-10x, sedang 2-6x, jarang0-1x)

Sakit kepala

(tdk parah 0-2h, sedang 3-4h, parah 5-7h)

Set 4

Warna kemerahan di kelopak mata

(ya, tdk)

Benjolan pada kelopak mata

(ya, tdk)

Kelopak sakit saat di raba

(ya, tdk)

Pupil tampak putih/abu”

(dominan 55-100%, sedang 30-50%, tdk 0-25%)

Selaput tumbuh di area kornea

(ya, tdk)

(51)

3.2.3 Perancangan Decision Table

Decision table dibuat untuk menunjukan hubungan antar nilai-nilai pada

hasil fase antara rekomondasi akhir knowledge base system. Decision berikut merupakan contoh, berdasarkan perancangan dependency diagram. Salah satu contoh perancangan decision table untuk rule set 5 yaitu kondisi kelopak mata. Langkah 1: Plan

Kondisi : Warna kemerahan di kelopak mata? ( ya, tidak) = 2 Benjolan pada kelopak mata? ( ya, tidak) = 2 Kelopak sakit bila diraba? (ya, tdk) = 2 Baris : 2 x 2 x 2 = 8

Langkah 2: Complete Decision Table

Tabel 3.1 Decision Table Rule Set 5

(52)

Dalam Tabel 3.1 rencana decision table adalah untuk rangkaian aturan akhir yang terkait dengan dua kondisi yang memiliki sejumlah nilai. Warna kemerahan di kelopak mata memiliki dua nilai yaitu ya, tidak. Benjolan pada kelopak mata memiliki dua nilai yaitu ya, tidak. Kelopak sakit bila diraba memiliki dua nilai yaitu ya, tidak.

3.2.4 Perancangan Reduksi Tabel

Pada sistem ini perancangan reduksi untuk setiap decision table dilakukan secara manual. Perancangan reduksi berdasarkan decision table pada Tabel 3.1 menghasilkan parameter seperti Tabel 3.2 berikut. Perancangan reduksi tabel dilakukan dengan mengikuti prosedur yang digambarkan dalam Irawan (2007).

Langkah 3: Reduced Decision Table

Tabel 3.2 Reduced Decision Table Set 1

Rule Warna

decision table pada Tabel 3.1. Dalam baris A1-A4 pada Tabel 3.1, masalah yang

(53)

“Ya” yang menunjukan pada kondisi kelopak mata akibat infeksi bakteri sedangkan gejala benjolan pada kelopak mata dan kelopak sakit bila diraba

memiliki nilai “Ya” dan “Tidak”. Seperti terlihat dalam Tabel 3.1, apabila gejala

benjolan pada kelopak mata dan kelopak sakit bila diraba bernilai “Ya” atau

Tidak“, kondisi kelopak mata menunjukan adanya infeksi bakteri. Hal ini berarti

nilai “Ya” atau “Tidak” pada gejala benjolan pada kelopak mata dan kelopak

sakit bila diraba tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi kelopak

mata. kondisi ini disebut kondisi “don’t care” yang ditandai oleh tanda “-“ pada

Tabel 3.2 (Irawan, 2007). Dengan mereduksi A1 efeknya adalah meringkas A1, A2, A3, A4 ke dalam aturan B1. Untuk hasil perancangan reduksi pada setiap

decision table selengkapnya dapat dilihat di lampiran 2-8.

3.2.5 Perancangan Rule Base

Setelah membuat decision table dan mereduced decision table, langkah selanjutnya adalah membuat rule. Di bawah ini merupakan salah satu contoh dari pembuatan rule secara manual.

Rule 1 berasosiasi dengan B1 pada tabel 3.2: If Warna kemerahan di kelopak mata = ya Then kondisi kelopak mata = infeksi bakteri Rule 2 berasosiasi dengan B2 pada tabel 3.2:

If Warna kemerahan di kelopak mata = tidak And Benjolan pada kelopak mata = ya

(54)

If Warna kemerahan di kelopak mata = tidak And Benjolan pada kelopak mata = tidak And kelopak sakit bila diraba = ya

Then kondisi kelopak mata = infeksi bakteri Rule 4 berasosiasi dengan B4 pada tabel 3.2:

If Warna kemerahan di kelopak mata = tidak And Benjolan pada kelopak mata = tidak And kelopak sakit bila diraba = tidak

Then kondisi kelopak mata = normal

3.2.6 Perancangan Desain Arsitektur

Desain arsitektur seperti terlihat pada Gambar 3.12 menggambarkan

- penanganan pada jenis penyakit mata

(55)

Penjelasan dari desain arsitektur pada Gambar 3.12 adalah sebagai berikut:

1. Admin: bertugas untuk maintenance informasi atau data yang ada pada

aplikasi sistem pakar seperti artikel tentang penyakit mata, profil user dll.

Admin tidak bisa merubah rule yang terdapat pada aplikasi sistem pakar ini

karena rule ini bersifat statis.

2. Rule based system: berfungsi untuk memproses gejala yang telah di-input oleh

user dan kemudian akan dihasilkan suatu output yaitu hasil diagnosis penyakit

dan penanganannya.

3. User: berfungsi untuk berinteraksi dengan sistem, yaitu dengan menginputkan

fakta-fakta untuk mendapatkan suatu kesimpulan.

3.3 Perancangan Aplikasi Sistem Pakar 3.3.1 Perancangan Use Case

Use case seperti terlihat pada Gambar 3.13 menggambarkan

(56)

Gambar 3.13 Use Case Sistem

Pada Gambar 3.13 pasien terdiri dari pasien unregister dan pasien

register. Pasien unregister hanya dapat memilih home, memilih berita. memilih

artikel dan post/reply. Pasien register melakukan daftar terlebih dahulu untuk dapat login setelah login dapat memilih rekam medis untuk riwayat diagnosa, memilih identifikasi penyakit untuk menjawab pertanyaan, memilih artikel, berita dan memilih kontak untuk informasi kontak pakar. Admin melakukan login dan memilih dashboard untuk melihat informasi web dan grafik penyakit mata, mengecek laporan atau melihat laporan diagnosa pasien, dan mengelola data artikel dan berita. Spesialis/ Pakar sebelum login atau sudah login dapat memilih artikel, berita untuk post/reply.

Pasien

Memilih rekam medis Riwayat diagnosa

<<include>>

Memilih identifikasi penyakit Menjawab pertanyaan

(57)

3.3.2 Perancangan Activity Diagram

Activity diagram merupakan gambaran dari urutan aktivitas dalam

sebuah proses. Terdapat empat activity diagram, diantaranya terdapat pasien

unregister, pasien register, admin, spesialis/ pakar yang dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

.

Gambar 3.14 Activity Diagram Pasien Unregister

Pada Gambar 3.14 menggambarkan Pasien unregister hanya bisa memilih artikel, berita dan memberikan post/reply.

Pasien unregister Sistem

Display page

Post/ reply

Memilih artikel

Memilih berita

(58)

Gambar 3.15 Activity Diagram Pasien Register

Pada Gambar 3.15 menggambarkan Pasien register yang dapat memilih artikel, berita, memilih rekam medis untuk melihat riwayat diagnosa, memilih

Pasien register Logineer Sistem

Fill login form

Login data

Wrong message

Display page

Post/reply

Tampil riwayat diagnosa

Tampil pertanyaan

Jawab pertanyaan

Tampil hasil penyakit dan solusi

Database

Check valid

tdk

ya Memilih artikel

Memilih berita

Memilih rekam medis

Memilih identifikasi penyakit

menampilkan pertanyaan

Menerima jawaban

Mencari hasil penyakit dan solusi

Memilih kontak

(59)

identifikasi penyakit untuk menjawab pertanyaan, memilih kontak untuk mengetahui kontak spesialis.

Gambar 3.16 Activity Diagram Admin

Pada Gambar 3.16 menggambarkan Admin yang dapat memilih

dashboard untuk mengetahui informasi web dan grafik penyakit mata, memilih

Admin Logineer Sistem

Fill login form

Login data

Wrong message

Display page

Tampil informasi

Maintanance

Tampil laporan

Database

Memilih berita tdk

ya

Memilih dashboard

Memilih artikel

Memilih laporan

(60)

artikel dan berita untuk maintenance, memilih laporan untuk melihat laporan pasien yang melakukan identifikasi penyakit.

Gambar 3.17 Activity Diagram Spesialis/ Pakar

Pada Gambar 3.17 menggambarkan Spesialais yang dapat memilih artikel dan berita untuk menjawab pertanyaan pasien.

3.3.3 Perancangan Class Diagram

Class diagram seperti terlihat pada Gambar 3.18 menggambarkan

struktur dari sebuah sistem yang memiliki tiga area pokok yaitu nama kelas, atribut dan metode/ oprasi.

Spesialis/ Pakar Logineer Sistem

Fill login form

Login data

Wrong message

Diplay page

Post/ reply

Database

Check valid

tdk

ya Memilih artikel

Memilih berita

(61)

Gambar 3.18 Class Diagram

Gambar 3.18 menggambarkan kelas pasien dan spesialis terdapat atribut nama, alamat, TTL, JK, email, password, dan status. Kelas pasien terdapat kelas artikel, berita, rekam medis, identifikasi penyakit, dan kontak, sedangkan kelas spesialis terdapat kelas artikel dan berita. Dan untuk kelas admin melakukan oprasi view dashboard, update artikel, update berita, dan view laporan. Pasien, admin, dan spesialis melakukan login dengan atribut username dan password.

3.4 Struktur Tabel

Struktur tabel merupakan penjabaran dan penjelasan dari suatu database. Dalam struktur tabel dijelaskan fungsi dari masing-masing tabel dan field yang ada, juga tipe dari setiap field beserta dengan konstrainnya. Struktur tabel dari aplikasi sistem pakar ini adalah sebagai berikut:

(62)

1. Nama : User Primary Key : Email Foreign Key : -

Fungsi : Menyimpan data pengguna aplikasi

Tabel 3.3 User

No Field Type Length Key Keterangan

1 Email Text 50 PK Email

2 Nama depan Text 50 - Nama depan pengguna

3 Nama belakang Text 50 - Nama belakang pengguna

4 Alamat Text 50 - Alamat pengguna

5 Tanggal lahir Datetime 15 - Tanggal lahir pengguna

6 JK Text 25 - Jenis kelamin

7 Status Text 16 - Status user

2. Nama : Artikel Primary Key : IdArtikel Foreign Key : -

Fungsi : Menyimpan data artikel

Tabel 3.4 Artikel

No Field Type Length Key Keterangan

(63)

No Field Type Length Key Keterangan

2 TglArtikel Datetime - - Tanggal

3 Judul Artikel Text 50 - Judul

4 Deskripsi Text 50 - Deskripsi

5 Content Text 1000 Isi artikel

3. Nama : Berita

Primary Key : IdBerita Foreign Key : -

Fungsi : Menyimpan data berita

Tabel 3.5 Berita

No Field Type Length Key Keterangan

1 Id Berita Varchar 15 PK Id berita

2 Tgl Berita Date/Time - - Tanggal

3 Judul Berita Varchar 50 - Judul

4 Deskripsi Varchar 50 - Deskripsi

5 Content Text 1000 Isi berita

3.5 Desain Antarmuka

(64)

3.5.1 Desain Form Utama

Desain form utama adalah form pertama saat penguna pertama kali menjalankan aplikasi sistem pakar ini. Desain form utama dapat dilihat pada Gambar 3.19.

Sistem Pakar Diagnosa Mata

Beranda Artikel Berita

Picture

Login

Username:

Password:

Login Sign up

Berita Terbaru

Artikel Terbaru

Selanjutnya Selanjutnya Selanjutnya

Gambar 3.19 Desain Form Utama

Tabel 3.6 Fungsi Obyek Desain Menu Utama

No Nama Obyek Tipe Obyek Fungsi

1. Username Textbox Memasukan data Username

2. Password Textbox Memasukan data Password

3. Login Button Untuk menampilkan form berikutnya

(65)

3.5.2 Form Daftar Akun

Desain form ini digunakan untuk membuat data user yang baru pertama kali mengakses aplikasi sistem pakar ini. Desain form ini dapat dilihat pada

Gambar 3.20 Desain Form Daftar Akun

Tabel 3.7 Fungsi Obyek Desain Form Daftar Akun

No Nama Obyek Tipe Obyek Fungsi

1. Nama Depan TextBox Mengisi nama depan 2. Nama Belakang TextBox Mengisi nama belakang

3. Alamat TextBox Mengisi alamat user

4. Tanggal Lahir DateTime Mengisi tanggal lahir

5. Jenis Kelamin RadioButton Memilih jenis kelamin

6. Email TextBox Mengisi email

(66)

3.5.3 Desain Form Login

Desain form login ini terdapat dua form login yaitu form login user pasien, pakar dan admin. Form login ini digunakan untuk masuk ke dalam sistem.

User pasien dan pakar yang memiliki ID bisa langsung masuk jika tidak maka

harus mendaftar terlebih dahulu. Desain form login user pasien dan pakar dapat dilihat pada Gambar 3.21. dan untuk form login admin dapat dilihat pada Gambar 3.22.

Login

Username:

Password:

Login Sign up

Gambar 3.21 Desain Form Login User

Login

Username:

Password:

Login

Gambar 3.22 Desain Form Login Admin

Tabel 3.8 Fungsi Obyek Desain Form Login Pasien, Pakar Dan Admin

No Nama Obyek Tipe Obyek Fungsi

1. Username Textbox Memasukan data Username

2. Password Textbox Memasukan data Password

(67)

3.5.4 Desain Form Menu Setelah Login

Gambar 3.23 Desain Form Setelah Login

Tabel 3.9 Fungsi Obyek Desain Form Menu Setelah Login

No Nama Obyek Tipe Obyek Fungsi

1. Edit profile Button Memanggil form edit profile

2. Sign out Button Keluar dari aplikasi

3. Login Button Untuk menampilkan form berikutnya

4. Sign up LinkLabel Menampilkan form daftar akun

5. Artikel MenuStrip Menampilkan form artikel

6. Berita MenuStrip Menampilkan form berita

7. Rekam medis MenuStrip Menampilkan form rekam medis

8. Identifikasi

penyakit

MenuStrip Menampilkan form identifikasi

penyakit/ menjawab pertanyaan yang

(68)

3.5.5 Form Identifikasi Penyakit

Gambar 3.24 merupakan desain form yang digunakan pasien untuk konsultasi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang di sediakan.

Ya

Gambar 3.24 Desain Form Identifikasi Penyakit

Tabel 3.10 Fungsi Obyek Desain Form Identifikasi Penyakit No. Nama Obyek Tipe Obyek Fungsi

1. Pertanyaan Text Untuk pertanyaan

2. Tidak RadioButton Untuk menjawab pertanyaan “Tidak”

3. Ya RadioButton Untuk menjawab pertanyaan “Ya”

4. Tidak parah RadioButton Untuk menjawab pertanyaan “Tidak parah”

5. Sedang RadioButton Untuk menjawab pertanyaan “Sedang”

6. Parah RadioButton Untuk menjawab pertanyaan “Parah”

7. Jarang RadioButton Untuk menjawab pertanyaan “Jarang”

8. sering RadioButton Untuk menjawab pertanyaan “sering”

9. <1 th RadioButton Untuk menjawab pertanyaan “<1 th”

10. > 1th-<50 th RadioButton Untuk menjawab pertanyaan “> 1th-<50 th”

(69)

No. Nama Obyek Tipe Obyek Fungsi

12. Batal Button Untuk membatalkan menjawab pertanyaan

3.5.6 Form Hasil Penyakit

Gambar 3.25 merupakan desain form hasil konsultasi setelah pasien menjawab pertanyaan yang di sediakan.

Nama pasien: xxx

Jenis kelamin:xxx

Tanggal lahir:xxx

Nama penyakit:xxx

Solusi:xxx

Gambar 3.25 Desain Form Hasil Konsultasi

3.5.7 Desain Form Rekam Medis

Pada form ini adalah form rekam medis pasien setelah pasien melakukan konsultasi dengan menjawab pertanyaan yang telah disediakan. Desain form rekam medis dapat dilihat pada Gambar 3.26.

Cetak

Tanggal Penyakit Solusi

Gambar 3.26 Desain Form Rekam Medis

Tabel 3.11 Fungsi Obyek Desain Form Identifikasi Penyakit No. Nama Obyek Tipe Obyek Fungsi

(70)

3.5.8 Form Maintanance Artikel

Gambar 3.27 merupakan desain form yang digunakan untuk menambah atau mengubah artikel yang dilakukan oleh admin.

Form Maintanance Artikel Gambar 3.27 Desain Form Maintanance Artikel

3.5.9. Form Maintanance Berita

Gambar 3.28 merupakan desain form yang digunakan untuk menambah atau mengubah berita yang dilakukan oleh admin.

Form Maintanance Berita

(71)

Tabel 3.12 Fungsi Obyek Desain Form Maintanance Artikel Dan Berita No. Nama Obyek Tipe Obyek Fungsi

1. Judul TextBox Untuk memasukan judul

2. Deskripsi TextBox Untuk memasukan deskripsi singkat

3. Konten artikel TextBox Untuk memasukan artikel secara keseluruhan

4. Image Button Untuk memasukan gambar

4. Publish RadioButton Untuk Posting artikel “iya” atau “tidak”

5. Simpan Button Untuk menyimpan artikel

(72)

61 4.1 Implementasi Sistem

Dalam tahap ini dijelaskan mengenai implementasi perangkat lunak yang dibangun, dikembangkan menggunakan PHP ( Personal Home Page ) yang terintegrasi dengan MYSQL sebagai database.

Implementasi program adalah implementasi dari analisis dan desain sistem yang dibuat sebelumnya. Sehingga diharapkan dengan adanya implementasi ini dapat dipahami jalannya suatu sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit mata. Terlebih dahulu user harus mempersiapkan baik dari segi perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software), agar aplikasi sistem pakar berjalan dengan baik tanpa terjadi hambatan.

4.1.1 Kebutuhan Perangkat Keras

Perangkat keras adalah komponen fisik peralatan yang membentuk sistem komputer. Adapun perangkat keras yang digunakan dalam pengujian ini memiliki spesifikasi sebagai berikut:

a. Processor Pentium III atau lebih. b. Memory 1Gb.

Gambar

Tabel 2.1 Decision Table Set 1
Tabel 2.2 Reduced Decision Table Set
Gambar 3.2 Detail  Block Diagram Gejala Penyakit Katarak Kongenital
Gambar 3.4 Detail Block Diagram Penyakit Gejala Gloukoma Sudut Terbuka
+7

Referensi

Dokumen terkait

Majelis hakim dalam pertimbangannya telah sesuai dengan memperhatikan dan berdasarkan Pasal 1 angka 13 dan Pasal 48 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun

Ketertarikan penulis untuk memilih objek dan lokasi ini untuk mengetahui kepercayaan masyarakat Desa Kampung Tinggi terhadap Ajimat , yang sampai saat ini masih eksis

Implikasi positif perubahan sosial di Kecamatan Pelayangan juga terlihat dari perkembangan visi politik masyarakat setempat, yaitu melalui keterlibatan anggota masyarakat dalam

interpersonal orang tua secara sederhananya adalah komunikasi yang dibagun oleh orang tua kepada anak-anaknya sehingga timbul interaksi yang saling memahami satu sama lain dan

Informasi-informasi yang ada di berbagai sumber mediapun dapat dengan mudah diakses, tetapi sayangnya ada informasi-informasi yang seharusnya belum untuk diketahui

a) Tingkat kekumuhan di permukiman yang teridentifikasi kumuh dibagi menjadi tiga kelas, yaitu ringan, sedang dan berat. Permukiman kumuh ringan memiliki persentase

Kesimpulannya konsumsi protein hewani pada bayi usia 6-24 bulan di Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya tinggi.Disarankan agar dilakukan penyuluhan kepada ibu

TAPM yang berjudul "Pengaruh Motivasi Guru dan Persepsi Guru terhadap Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMA Negeri di Pulan Batam" adalah hasil karya