• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN MAKRO TERHADAP KINERJA INDUSTRI BATIK DI KECAMATAN WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN MAKRO TERHADAP KINERJA INDUSTRI BATIK DI KECAMATAN WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

THE INFLUENCE OF MACRO ENVIRONMENTAL FACTORS TO THE PERFORMANCE OF BATIK INDUSTRY IN SUBDISTRICT WIRADESA

REGENCY PEKALONGAN

Oleh

ARDIAN BAYU BAHTIAR 20120430151

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

THE INFLUENCE OF MACRO ENVIRONMENTAL FACTORS TO THE PERFORMANCE OF BATIK INDUSTRY IN SUBDISTRICT WIRADESA

REGENCY PEKALONGAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

ARDIAN BAYU BAHTIAR 20120430151

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(3)
(4)

Ilmu, niscaya Allah memudahkannya ke jalan menuju surga” (HR. Turmudzi)

“Diharamkan api neraka bagi tiap-tiap orang yang lemah lembut lagi murah senyum dan juga dermawan kepada saudara dan sesama”

(HR. Ahmad)

“Jangan pernah menyia-nyiakan masa mudamu akan tetapi dimasa mudamu jangan sampai menjadi penyesalan dimasa tuamu”

(5)

Dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Allah SWT, karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Tuhan penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do’a.

2. Bapak dan Ibu saya, yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan do’a dan tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang terucap dari orang tua. Ucapan terimakasih saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembaha bakti dan cinta ku untuk kalian bapak ibuku.

3. Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik. Terimakasih banyak Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan selalu terpatri di hati.

4. Saudara saya (Kakak dan Adik), yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, senyum dan do’anya untuk keberhasilan ini, cinta kalian adalah memberikan kobaran semangat yang menggebu, terimakasih dan sayang ku untuk kalian.

5. Sahabat dan Teman Tersayang, tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua tak kan mungkin aku sampai disini, terimakasih untuk canda tawa, tangis, dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan manis yang telah mengukir selama ini. Dengan perjuangan dan kebersamaan kita pasti bisa! Semangat!!

(6)

limpahan anugerah, hidayah dan rahmat-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada sang revolusioner peradaban yaitu Nabi besar Muhammad SAW., beserta seluruh keluarga, sahabat dan seluruh

pengikutnya.

Seiring berjalannya waktu, segala usaha dan upaya yang maksimal telah penulis lakukan demi terwujudnya skripsi yang berjudul “Pengaruh Faktor Lingkungan Makro terhadap Kinerja Industri Batik di Kecamatan Wiradesa

Kabupaten Pekalongan”

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini penulis tidak sendirian, namun banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi sehingga dalam penyelesaian skripsi ini berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini tak lupa penulis

mengucapkan banyak terimakasih dan dengan segala kerendahan hati kepada : 1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam penulisan skripsi

ini.

2. Terkhusus kepada kedua orang tua ku (Ibu dan Ayah) atas segala kesabaran, kasih sayang, dukungan dan do’a yang selalu mengalir tanpa henti.

(7)
(8)

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah Penelitian ... 7

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 8

D. Tujuan Penelitian... 8

E. Manfaat Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Landasan Teori ... 10

1. Kinerja Industri ... 10

2. Lingkungan Eksternal ... 13

3. Lingkungan Makro ... 14

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 17

C. Hubungan Antar Variabel ... 19

1. Hubungan Aspek Politik dan Hukum dengan Kinerja Industri ... 19

2. Hubungan Aspek Ekonomi dengan Kinerja Industri ... 20

3. Hubungan Aspek Teknologi dengan Kinerja Industri ... 21

4. Hubungan Aspek Sosial Budaya dengan Kinerja Industri ... 22

D. Kerangka Pemikiran ... 23

E. Hipotesis ... 23

(9)

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ... 25

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 25

F. Metode Analisis Data ... 26

1. Uji Normalitas ... 26

2. Uji Asumsi Klasik ... 27

3. Uji Model... 28

4. Analisis Regresi ... 29

5. Pengujian Hipotesis ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 31

1. Perkembangan Batik Pekalongan ... 35

2. Industri Kecil dan Menengah Batik ... 36

3. Karakteristik Responden Penelitian Pengrajin Industri Kecil dan Menengah Batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan ... 37

4. Tanggapan Responden Berdasarkan Daftar Pertanyaan ... 39

B. Uji Kualitas Instrumen ... 49

C. Hasil Penelitian ... 51

1. Uji Normalitas ... 51

2. Uji Asumsi Klasik ... 52

3. Uji Model (Goodness of Fit) ... 54

4. Analisis Regresi Linier Berganda ... 55

5. Pengujian Hipotesis ... 56

D. Pembahasan ... 57

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 62

A. Simpulan... 62

B. Saran ... 62

C. Keterbatasan Penelitian ... 63 DAFTAR PUSTAKA

(10)

2.1 Penelitian Terdahulu ... 17

4.1 Mata Pencaharian Penduduk Usia di Atas 15 Tahun di Kecamatan Wiradesa ... 32

4.2 Perekonomian di Kecamatan Wiradesa ... 33

4.3 Produk Unggulan di Kecamatan Wiradesa ... 33

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37

4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 38

4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 39

4.7 Tanggapan Responden Mengenai Stabilitas Pemerintah Mempengaruhi Kondisi Usaha Batik ... 40

4.8 Tanggapan Responden Mengenai Kebijakan Pemerintah Menentukan Perkembangan Usaha Batik ... 40

4.9 Tanggapan Responden Mengenai Perubahan Nilai Kurs Mata Uang Menentukan Harga-harga Bahan Baku ... 41

4.10 Tanggapan Responden Mengenai Tingkat Suku Bunga Pinjaman yang Diberikan Bank Menentukan Kemampuan Pengusaha Memenuhi Kewajibannya ... 42

4.11 Tanggapan Responden Mengenai Pertumbuhan Ekonomi Dapat MenentukanPerkembangan Usaha Industri Batik ... 43

4.12 Tanggapan Responden Mengenai Distribusi Pendapatan Menentukan Kemampuan Daya Beli Masyarakat untuk Membeli Produk Batik ... 43

4.13 Tanggapan Responden Mengenai Peningkatan Pengetahuan dan Inovasi Menentukan Hasil Produk Batik ... 44

4.14 Tanggapan Responden Mengenai Kecepatan Transfer Teknologi Membantu Kegiatan Pemasaran Bagi Industri Batik ... 45

4.15 Tanggapan Responden Mengenai Perubahan Gaya Hidup Masyarakat Merupakan Faktor Peningkatan Daya Beli Terhadap Produk Batik ... 46

4.16 Tanggapan Responden Mengenai Motif Batik Pekalongan Selalu Menyesuaikan dengan Permintaan Pasar ... 47

4.17 Tanggapan Responden Mengenai Jumlah Produksi Batik yang Dihasilkan Mengalami Peningkatan ... 48

4.18 Tanggapan Responden Mengenai Jumlah Pemasaran Produk Batik Memiliki Trend yang Meningkat ... 48

4.19 Rekapitulasi Hasi Uji Validitas dan Reliabilitas ... 50

(11)

4.23 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 54

4.24 Hasil Uji F ... 55

(12)

2.1 Kerangka Pemikiran ... 23

(13)
(14)
(15)

pelaku usaha industri kecil menengah (IKM) batik mengalami kesulitan untuk mengembalikan pinjaman akibat melonjaknya suku bunga lokal, selain itu adanya kesulitan dalam proses produksi akibat melonjaknya harga bahan baku yang berasal dari impor menyebabkan faktor lingkungan mempengaruhi kinerja industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh lingkungan makro terhadap kinerja industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Responden dalam penelitian ini adalah para pelaku IKM di bidang batik dan jumlah sampel yang ditetapkan sebanyak 97 responden yang tersebar dan dipilih di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan dengan menggunakan metode sampel populasi. Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi linear berganda.

Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kinerja (IKM) dan variabel independennya adalah lingkungan makro yang diukur dari aspek politik dan hukum, aspek ekonomi, aspek teknologi dan aspek sosial budaya. Dari penelitian tersebut menghasilkan semua variabel yang berpengaruh signifikan yaitu aspek politik dan hukum, aspek ekonomi, aspek teknologi dan aspek sosial budaya. Kata Kunci: Aspek politik dan hukum, aspek ekonomi, aspek teknologi, aspek

(16)

This research was motivated by the emergence of the phenomenon of the emergence of many businesses small and medium industries (SMI) batik it difficult to repay their loans due to a surge in local interest rates, in addition to the difficulties in the production process due to soaring raw material prices from imports causing environmental factors affect performance batik industry in Subdistrict Wiradesa Regency Pekalongan. The purpose of this study was to examine the effect of the macro environment on the performance of the batik industry in Subdistrict Wiradesa Regency Pekalongan. Respondents in this study were the perpetrators of SMEs in the field of batik and the number of samples is set at 97 respondents spread and been in Subdistrict Wiradesa Regency Pekalongan using population sampling method. The analytical method used is multiple linear regression method.

The dependent variable in this study is the performance (SMEs) and independent variable is measured macro environment of political and legal aspects, economic aspects, technological aspects and socio-cultural aspects. From these studies produce all variables that have a significant effect, namely the political and legal aspects, economic aspects, technological aspects and socio-cultural aspects.

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Belum kokohnya fundamental perekonomian Indonesia saat ini, mendorong pemerintah untuk terus memberdayakan Industri Kecil dan Menengah (IKM). Sektor ini mampu menyerap tenaga kerja cukup besar dan memberi peluang bagi IKM untuk berkembang dan bersaing dengan perusahaan yang lebih cenderung menggunakan modal besar (capital intensive). Eksistensi IKM memang tidak dapat diragukan lagi, karena

terbukti mampu bertahan dan menjadi roda penggerak ekonomi, terutama pasca krisis ekonomi. Disisi lain, IKM juga menghadapi banyak sekali permasalahan, yaitu terbatasnya modal kerja, sumber daya manusia yang rendah, dan minimnya penguasaan ilmu pengetahuan serta teknologi (Sudaryanto dan Hanim, 2002).

(18)

Kendala lain yang dihadapi IKM adalah keterkaitan dengan prospek usaha yang kurang jelas, serta perencanaan visi dan misi yang belum mantap. Hal ini terjadi karena umumnya IKM bersifat income gathering, yaitu menaikkan pendapatan, dengan ciri-ciri sebagai berikut: merupakan usaha milik keluarga, menggunakan teknologi yang masih relatif sederhana, kurang memiliki akses permodalan (bankable), dan tidak ada pemisahan modal usaha dengan kebutuhan pribadi.

Sesuai perkembangan dan pengaruhnya IKM selalu menjadi tonggak sejarah bagi perekonomian Indonesia, bahwa IKM merupakan penyokong perekonomian Negara yang tahan akan krisis ekonomi yang dimana di saat-saat dunia mengalami krisis di setiap Negara, IKM selalu tetap hidup dan berdiri menggerakkan perekonomian Negara Indonesia. Sesuai dengan teori ekonomi makro, perubahan ekonomi yang memengaruhi banyak rumah tangga (household), perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk memengaruhi target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan, namun IKM masih tetap bertahan.

(19)

dan fungsi strategis ini sesungguhnya dapat ditingkatkan dengan memerankan IKM sebagai salah satu pelaku industri komplementer bagi pengembangan perekonomian nasional dan bukan subordinari dari pelaku industri lainnya. Keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan IKM, berarti memperkokoh bisnis perekonomian masyarakat. Hal ini akan membantu mempercepat proses pemulihan perekonomian nasional, dan sekaligus sumber dukungan nyata terhadap pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi daerah itu sendiri.

Oleh sebab itu Industri Kecil Menengah (IKM) merupakan potensi bisnis yang sangat digalakkan oleh pemerintah. Karena semakin banyak masyarakat berwiraindustri maka semakin baik dan kokohnya perekonomian suatu daerah karena sumber daya lokal, pekerja lokal, dan pembiayaan lokal dapat terserap dan bermanfaat secara optimal.

Namun, meskipun IKM memiliki sejumlah kelebihan yang memungkinkan IKM dapat berkembang dan bertahan dalam krisis, tetapi sejumlah fakta juga menunjukkan bahwa tidak semua Industri kecil dapat bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi. Banyak IKM mengalami kesulitan untuk mengembalikan pinjaman akibat melonjaknya suku bunga lokal, selain itu adanya kesulitan dalam proses produksi akibat melonjaknya harga bahan baku yang berasal dari impor.

(20)

lingkungan jauh yang berada diluar organisasi namun menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi perusahaan.

Dalam hal ini, perkembangan Kabupaten Pekalongan dari berbagai aspek menjadikan Kabupaten Pekalongan sebagai daerah dengan lingkungan bisnis yang memiliki prospek untuk tumbuh dan kembang khususnya bagi Industri Kecil Menengah (IKM). Keberadaan IKM merupakan bagian terbesar dalam perekonomian nasional, dan menjadi indikator tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan lingkungan (lingkungan eksternal) yang terjadi mengakibatkan adanya peluang IKM untuk tumbuh dan berkembang.

Industri Kecil Menengah (IKM) batik merupakan salah satu jenis usaha yang dapat mewakili dan cukup prospektif dalam perkembangan Kabupaten Pekalongan yang telah ada sejak dahulu hingga saat ini. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya indutri batik yang berkembang di Kabupaten Pekalongan. Bahkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir ini, industri yang sedang berkembang dan menjadi salah satu ikon di Indonesia adalah industri batik. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia, patut dilestarikan kebudayaannya secara maksimal, dan batik merupakan industri kerajinan yang merupakan usaha turun-menurun dari generasi ke generasi.

(21)

Kabupaten Pekalongan digolongkan sebagai kota pesisir, dan produksi batik Kabupaten Pekalongan sangat beragam dan sangat dinamis didalam penerapan motif. Industri kecil maupun industri konveksi besar bersaing dalam pemasaran batik Pekalongan yang menyebar dan meluas di luar Kabupaten Pekalongan.

Batik telah menjadi topangan hidup bagi sebagian besar masyarakat di Kabupaten Pekalongan dan mendapatkan dukungan pemerintah dari segi bantuan dana IKM batik sampai pengalokasian pedagang batik yang dijadikan satu lokasi. Ini terbukti dengan keberadaan batik dalam lokasi yang telah ada, seperti Pasar Grosir Batik Wiradesa dan International Batik Center (IBC) Wiradesa. Bagi pecinta batik, Pekalongan merupakan tempat

yang tepat untuk mencari batik dan aksesorisnya, karena Pekalongan adalah tempat pasar serta grosir batik, baik batik asli (batik tulis) maupun batik cap, batik printing, batik painting maupun sablon dengan harga yang bervariasi.

Adapun Tabel data Presentase Industri Kecil Menengah (IKM) Batik di Kabupaten Pekalongan selama Tahun 2011–2015 sebagai berikut:

Tabel 1

Industri Kecil Menengah (IKM) Batik Kabupaten Pekalongan

Tahun 2011–2015

Tahun Kecil Menengah Jumlah %

Jumlah % Jumlah %

2011 765 - 330 - 1.095 -

(22)

Berdasarkan Tabel 1 tersebut menginformasikan bahwa IKM Batik di Kabupaten Pekalongan mengalami fluktuasi yang cenderung tidak stabil. Pada tahun 2012 jumlah pertumbuhan IKM batik mengalami peningkatan sebesar 1,00% dari tahun 2011. Pada tahun 2013 jumlah pertumbuhan IKM batik mengalami penurunan sebesar -0,63% dari tahun 2012, begitu juga pada tahun 2014 jumlah IKM batik mengalami jumlah pertumbuhan yang menurun sebesar -0,18% dari tahun 2013. Sedangkan pada tahun 2015 jumlah pertumbuhan IKM Batik mengalami peningkatan sebesar 0,64% dari tahun 2014. Hal ini menjadi indikasi awal bahwa percepatan perubahan lingkungan yang menimbulkan ketidakpastian lingkungan bisnis, diduga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan Usaha Kecil Menengah di Kabupaten Pekalongan. Dengan kata lain walaupun cukup prospektif, berbagai faktor lingkungan makro dapat mempengaruhi usaha ini, terlebih lagi usaha ini merupakan jenis usaha yang terbuka dan mudah dimasuki oleh kompetitor, serta dinamis akan perubahan lingkungan makro. Faktor-faktor lingkungan makro yang mempengaruhi kinerja industri batik di Kabupaten Pekalongan terdiri dari: politik dan hukum, ekonomi, teknologi dan sosial budaya.

(23)

akan tumbuh bilamana lingkungan aturan atau kebijakan mendukung, lingkungan makro ekonomi dikelola dengan baik, stabil, dan dapat diprediksi: informasi yang dapat dipercaya dan mudah diakses, dan lingkungan sosial mendorong dan menghargai keberhasilan usaha tersebut.

Tri Handayani (2013), mengungkapkan faktor lingkungan makro yang meliputi kekuatan politik dan hukum, kekuatan ekonomi, kekuatan teknologi serta kekuatan sosial budaya menjadi salah satu pertimbangan IKM makanan dalam menentukan strategi usaha demi mencapai keuntungan yang maksimal serta kinerja usaha yang baik.

Budi Lofian dan Sisno Riyoko (2014), menyimpulkan bahwa pengaruh faktor eksternal seperti kebijakan pemerintah, aspek sosial ekonomi, dan aspek peran lembaga terkait dan faktor internal seperti sumber daya manusia, aspek keuangan, teknik operasional dan aspek pasar berpengaruh terhadap kinerja IKM mebel rotan di Jepara.

Mengacu pada hasil penelitian terdahulu, tampak bahwa bukti empiris tersebut menunjukkan pentingnya lingkungan eksternal dalam mendukung

kinerja usaha. Penulis tertarik melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Faktor Lingkungan Makro terhadap Kinerja Industri Batik di Kecamatan

Wiradesa Kabupaten Pekalongan”.

B. Batasan Masalah Penelitian

(24)

penelitian ini. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Lingkungan makro diukur dengan menggunakan aspek politik dan hukum, ekonomi, teknologi, dan sosial budaya.

b. Kinerja industri diukur dengan rasio pertumbuhan usaha batik. C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Apakah aspek politik dan hukum berpengaruh terhadap kinerja industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan? b. Apakah aspek ekonomi berpengaruh terhadap kinerja industri batik

di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan?

c. Apakah aspek teknologi berpengaruh terhadap kinerja industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan?

d. Apakah aspek sosial budaya berpengaruh terhadap kinerja industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka dapat ditetapkan tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk menguji pengaruh aspek politik dan hukum terhadap kinerja industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. b. Untuk menguji pengaruh aspek ekonomi terhadap kinerja industri

(25)

c. Untuk menguji pengaruh aspek teknologi terhadap kinerja industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

d. Untuk menguji pengaruh aspek sosial budaya terhadap kinerja industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat,

diantaranya:

a. Manfaat Akademik

Bagi Pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan bukti empirik mengenai ada atau tidaknya pengaruh lingkungan makro yang meliputi aspek politik dan hukum, ekonomi, teknologi dan sosial budaya terhadap kinerja industri batik. Serta penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Industri Batik, yaitu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pengambilan kebijakan berkaitan dengan kinerja industri batik.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Kinerja Industri

Kinerja merupakan serangkaian kegiatan manajemen yang memberikan gambaran sejauh mana hasil yang sudah dicapai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam akuntabilitas publik baik berupa keberhasilan maupun kekurangan yang terjadi. Ivancevich (Ranto, 2007).

Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan mengerjakannya. Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan (Veithzal, 2004).

(27)

perusahaan tersebut mempunyai performa yang baik. Kinerja (Performance) perusahaan dapat dilihat dari tingkat penjualan, tingkat keuntungan, pengembalian modal, tingkat turn over dan pangsa pasar yang diraihnya.

Jenis kinerja dapat diklasifikasikan sebagai kinerja manusia, kinerja mesin dan kinerja organisasi dimana hasil kegiatan dilaksanakan secara efisien dan efektif.

Dalam menilai kinerja yang efektif dapat mempengaruhi dua hal yaitu produktivitas dan kualitas kerja yang dapat dinilai dengan melakukan langkah-langkah, (1) mendefinisikan pekerjaan, (2) menilai kinerja, dan (3) memberikan umpan balik dan adanya akuntabilitas yang jelas. Dessler (Ranto, 2007), menurut Kotter dan Hesket (Ranto, 2007), jenis kinerja terdiri dari dua yaitu (1) kinerja ekonomis, menghasilkan etos kerja yang kuat dan berkualitas, dan (2) kinerja unggul, menghasilkan produk unggulan.

(28)

berpengaruh terhadap kinerja dan tolok ukur yang digunakan (Hatmoko, 2000).

Kaplan dan Norton mengusulkan pengukuran kinerja bisnis dengan balance scorecard. Balance scorecard adalah metode penilaian kinerja perusahaan yang mengembangkan empat perspektif pengukuran, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan proses belajar dan pertumbuhan. Meskipun teknik pengukuran balance scorecard merupakan cara yang paling komprehensif, pelaksanaannya sulit karena melibatkan banyak pihak sehingga biayanya mahal dan makan waktu lama (Riyanti, 2003).

(29)

bersama-sama pertumbuhan dan kinerja keuangan memberikan diskripsi yang lebih kaya mengenai kinerja aktual dari perusahaan bila dibandingkan dengan menggunakan pengukuran secara sendiri-sendiri.

2. Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal (external environment) adalah segala sesuatu diluar batasan organisasi yang mungkin mempengaruhinya (Griffin, 2003). Lingkungan eksternal merupakan lingkungan yang berada diluar organisasi dan perlu dianalisis untuk menentukan kesempatan (opportunities) dan ancaman (threat) yang akan di hadapi perusahaan. Lingkungan merupakan faktor kontekstual penting yang mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Informasi dan struktur desentralisasi merupakan fungsi dari lingkungan, dan perlu adanya kesesuaian antara ketidakpastian

(30)

lingkungan (environment uncertainty). Ketidakpastian lingkungan mengacu pada kondisi lingkungan eksternal yang sulit diramal perubahannya.

Hal ini berhubungan dengan kemampuan anggota organisasi dalam pengambilan keputusan (decision ma-king) (Clark et al, 1994). Poter (1980) dalam Cantika (2006), mengemukakan bahwa lingkungan eksternal dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

1) Lingkungan Jauh, meliputi faktor-faktor politik, ekonomi, sosial dan teknologi.

2) Lingkungan Industri, meliputi aspek-aspek yang terdapat dalam konsep strategi bersaing (Competitive Stra-tegy) yang meliputi aspek hambatan masuk, aspek daya tawar pemasok, aspek daya tawar pembeli, ketersediaan barang subsitusi dan aspek persaingan dalam industri.

3. Lingkungan Makro

Lingkungan makro atau disebut juga lingkungan jauh, menurut Pearce (2000), lingkungan sosial, menurut Wheelen (2003), dan lingkungan makro. Lingkungan sosial termasuk kekuatan umum yang secara tidak langsung berhubungan dengan aktivitas organisasi jangka pendek, tetapi dapat dan sering mempengaruhi keputusan jangka panjang. Lingkungan sosial yang dimaksud yaitu (Wheelen, 2003):

1) Kekuatan Ekonomi 2) Kekuatan Teknologi

(31)

4) Kekuatan Sosial Budaya

Umar (2005), menyatakan bahwa lingkungan makro perusahaan terdiri dari faktor-faktor utama yang pada dasarnya di luar dan terlepas dari perusahaan. Faktor-faktor utama yang diperhatikan adalah faktor politik dan hukum, ekonomi, sosial budaya, dan teknologi.

Disamping itu Griffin (2003), menyatakan lingkungan ini sebagai lingkungan umum (general environment) dari suatu organisasi yang merupakan serangkaian dari dimensi dan kekuatan yang luas dan berada disekitar organisasi yang menciptakan keseluruhan konteks organisasi. Dimensi dan kekuatan ini tidak sepenuhnya terkait dengan organisasi tertentu lainnya. Lingkungan umum dari sebagian besar organisasi memiliki dimensi ekonomi, teknologi, sosial budaya, politik dan hukum, dan internasional.

Menurut Suryana (2009), lingkungan makro adalah lingkungan diluar perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan, yang meliputi:

1) Lingkungan Ekonomi

(32)

akan mempersulit para pengusaha dalam memproyeksikan usahanya. Demikian juga kenaikan suku bunga dan fluktuasi mata uang asing akan menyulitkan perusahaan dalam mengkalkulasikan keuangannya. 2) Lingkungan Teknologi

Kekuatan teknologi dan kecenderungan perubahan sangat berpengaruh terhadap perusahaan. Perubahan teknologi yang secara drastis dalam abad terakhir ini telah memperluas skala industri secara keseluruhan. Teknologi baru telah menciptakan produk-produk baru dan modifikasi produk lainnya. Demikian juga, bidang usaha jasa telah banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi dalam menciptakan barang dan jasa telah mampu memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar secara cepat. Oleh karena itu, kemampuan pesaing untuk menciptakan nilai tambah secara cepat melalui perubahan teknologi harus diperhatikan oleh perusahaan tersebut.

3) Lingkungan Sosiopolitik

(33)

pemerintah dalam bidang teknologi juga sangat berpengaruh terhadap kondisi perekonomian. Namun demikian, lingkungan ini akan sangat bermanfaat apabila wirausaha pandai memanfaatkan peluang dari lingkungan tersebut.

4) Lingkungan Demografi

Produk barang dan jasa yang dihasilkan seringkali dipengaruhi oleh perubahan demografi dan gaya hidup. Kelompok-kelompok masyarakat, gaya hidup, kebiasaan, pendapatan, dan struktur masyarakat bisa menjadi peluang. Pada prinsipnya, semua lingkungan diatas bisa menciptakan peluang bagi wirausaha.

[image:33.595.142.515.419.752.2]

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama/

Tahun Judul Variabel Metode Kesimpulan 1. Tri

Handaya ni, 2013 Pengaruh Lingkungan Makro Terhadap Kinerja Usaha (Studi Pada Usaha Kecil

Menengah Makanan Di Kota

Pekanbaru)

(34)

dinamis lingkungan makro yang terjadi semakin mendorong pelaku UKM Makanan untuk lebih jeli lagi dalam melihat perubahan lingkungan agar tercapai kinerja usaha baik dan

kelangsunga n usaha. 2. Sri Budi

Cantika Yuli, 2006 Analisis Perubahan Lingkungan Terhadap Kompetensi Usaha (Studi pada

Pengusaha Makanan dan Minuman Skala Kecil dan

Menengah di Kabupaten Malang dan Pasuruan) Lingkungan jauh, lingkungan industry dan lingkungan internal serta Kompetensi Usaha Analisis Regresi dan Pengujian Hipotesis Hasil analisis lingkungan jauh, lingkungan industry dan lingkungan internal memiliki pengaruh terhadap kompetensi usaha.

(35)

UMKM di Kios Pasar Bandar Kota Kediri

UMKM berpengaruh

signifikan terhadap kinerja usaha, dan modal kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja usaha. Sedangkan secara simultan karakteristik wirausaha, lingkungan usaha, dan modal kerja berpengaruh terhadap kinerja usaha

Berdasarkan Tabel 2.1 ada beberapa perbedaan dalam penelitian ini dibanding dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini penulis mengganti variabel dependennya yaitu kinerja industri batik. Dengan menggunakan objek dan lokasi yang diteliti berbeda yaitu Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan, karena potensi lokal yang dimiliki sangat memadai untuk digali dan lebih dikembangkan pengelolaannya.

C. Hubungan Antar Variabel

(36)

pendapatan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati dan melaksanakan tujuan tersebut. Kancah dunia politik di Indonesia sangat berpengaruh besar terhadap kemajuan ekonomi Negara ini. Dalam berbisnis sangatlah penting mempertimbangkan risiko politik dan pengaruhnya terhadap organisasi. Hal ini patut dipertimbangkan karena perubahan dalam suatu tindakan maupun kebijakan politik disuatu negara dapat menimbulkan dampak besar pada sektor keuangan dan perekonomian negara tersebut. Resiko politik umumnya berkaitan erat dengan pemerintahan serta situasi politik dan keamanan disuatu Negara.

Tiap pembentukan pola bisnis juga senantiasa berkait erat dengan politik dan hukum. Budaya politik dan hukum merupakan serangkaian keyakinan atau sikap yang memberikan pengaruh terhadap kebijakan dan administrasi publik disuatu Negara, termasuk didalamnya pola yang berkaitan dengan kebijakan ekonomi atau perilaku bisnis. Namun demikian, aspek ini akan sangat bermanfaat apabila industri kecil pandai memanfaatkan peluang dari aspek tersebut.

2. Hubungan Aspek Ekonomi dengan Kinerja Industri

(37)

terhadap perusahaan. Inflasi atau kenaikan harga-harga akan mempersulit para pengusaha dalam memproyeksikan usahanya. Demikian juga kenaikan suku bunga dan fluktuasi mata uang asing akan menyulitkan perusahaan dalam mengkalkulasikan keuangannya.

Sehingga aspek ekonomi memiliki hubungan dengan kinerja industri. Apabila kondisi perekonomian Negara yang stabil, maka kinerja industri akan mengalami peningkatan, sebaliknya kondisi perekonomian Negara tidak stabil maka akan kinerja industri akan mengalami penurunan.

3. Hubungan Aspek Teknologi dengan Kinerja Industri

Di dalam dunia usaha, peran teknologi yang handal tidak lagi diragukan dalam menunjang kemampuan unit usaha untuk memenangkan persaingan usaha. Penggunaan teknologi tersebut diharapkan mampu mendorong percepatan perputaran usaha dan operasional meningkatkan efisiensi kerja. Sehingga teknologi sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

(38)

tambah secara cepat melalui perubahan teknologi harus diperhatikan oleh perusahaan tersebut.

4. Hubungan Aspek Sosial Budaya dengan Kinerja Industri

(39)
[image:39.595.154.546.177.499.2]

D. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

E. Hipotesis

1. Diduga aspek politik dan hukum berpengaruh terhadap kinerja industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

2. Diduga aspek ekonomi berpengaruh terhadap kinerja industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

3. Diduga aspek teknologi berpengaruh terhadap kinerja industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

4. Diduga aspek sosial budaya berpengaruh terhadap kinerja industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

Aspek Politik dan Hukum

Aspek Ekonomi

Aspek Sosial Budaya Aspek Teknologi

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. IKM yang diamati adalah IKM Industri Batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan yang terdaftar pada Disperindagkop dan IKM Kabupaten Pekalongan terhitung tahun 2011 sampai tahun 2015. B. Jenis data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tanpa melalui perantara) (Cooper dan Schindler, 2011). Data primer yang diperoleh adalah hasil pengisian kuesioner oleh responden. C. Teknik Pengambilan Sampel

(41)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner, dimana kusioner atau angket berisi sejumlah pertnyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka dapat dijelaskan variabel operasional sebagai berikut:

1) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja industri yang diperoleh dari hasil kuesioner pengusaha batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan yang terdiri dari:

a) Peningkatan jumlah produksi selama tahun 2011 – 2015. b) Peningkatan jumlah pemasaran selama tahun 2011 – 2015. 2) Variabel independen dalam penelitian ini adalah lingkungan makro

yang diperoleh dari hasil kuesioner pengusaha batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan yang terdiri dari:

a) Aspek Politik dan Hukum, diukur dengan indikator:

(1)Stabilitas pemerintah mempengaruhi kondisi usaha batik. (2)Kebijakan pemerintah menentukan perkembangan usaha

batik.

(42)

(1)Perubahan nilai kurs mata uang menentukan harga-harga bahan baku.

(2)Tingkat suku bunga pinjaman yang diberikan bank menentukan kemampuan pengusaha memenuhi kewajibannya.

(3)Pertumbuhan ekonomi dapat menentukan perkembangan usaha industri batik.

(4)Distribusi pendapatan menentukan kemampuan daya beli masyarakat untuk membeli produk batik.

c) Aspek teknologi, diukur dengan indikator:

(1)Peningkatan pengetahuan dan inovasi menentukan hasil produk batik.

(2)Kecepatan transfer teknologi membantu kegiatan pemasaran bagi industri batik.

d) Aspek sosial budaya, diukur dengan indikator:

(1)Perubahan gaya hidup masyarakat merupakan faktor peningkatan daya beli terhadap produk batik.

(2)Motif batik Pekalongan selalu menyesuaikan dengan permintaan pasar.

F. Metode Analisis Data 1. Uji Normalitas

(43)

tidak (Imam Ghozali, 2005). Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik ada model regresi yang berdistribusi normal. Uji Normalitas untuk dibantu dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov.

Kriteria:

Nilai Asymp signifikansi > 5%, maka berdistribusi normal Nilai Asymp signifikansi < 5%, maka tidak berdistribusi normal 2. Uji Asumsi Klasik

Dalam penelitian ini model analisis yang digunakan adalah regresi untuk menguji hipotesis, sebelum melakukan uji ini yang diuji terlebih dahulu adalah asumsi klasik, karena secara teoritis model regresi penelitian ini akan menghasilkan nilai parameter apabila asumsi klasik regresi terpenuhi. Pada penelitian ini dilakukan empat pengujian asumsi klasik, yaitu multikolinieritas dan heterokedastisitas.

a) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas merupakan uji yang ditujukan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen) (Imam Ghozali, 2011). Uji Multikolineritas dilakukan dengan menghitung nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) dari tiap-tiap variabel independen. Jika

(44)

dengan melihat nilai VIF, jika nilai VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinieritas.

b)Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Imam Ghozali, 2011). Uji heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Dengan menggunakan uji Glejser, nilai absolut residual diregresikan pada tiap-tiap variabel independen. Masalah heteroskedastesitas terjadi jika ada variabel yang secara statistik signifikan.

Kriteria :

Nilai signifikansi > 5%, maka tidak terjadi heterokedastisitas Nilai signifikansi < 5%, maka terjadi heterokedastisitas. 3. Uji Model

Uji model dinilai dengan menggunakan: a) Uji Koefisien Determinasi

(45)

b) Uji Model Fit

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh dua atau lebih variabel (independen) kategorikal (Four Ways ore More ANOVA) dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Dalam penelitian ini uji statistik F digunakan untuk menguji model penelitian.

4. Analisis Regresi

Analisis regresi, digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Dalam penelitian ini analisis regresi dilakukan dengan menggunakan regresi untuk mengetahui pengaruh lingkungan makro terhadap kinerja industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Secara matematis dapat dibuat persamaan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e dimana:

Y = Kinerja industri batik X1 = Aspek politik dan hukum X2 = Aspek ekonomi

X3 = Aspek teknologi X4 = Aspek sosial budaya a = Konstanta

b1, b2, b3 dan b4 = koefisien

(46)

5. Pengujian Hipotesis

Uji statistik t ini (Imam Ghozali, 2011) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas (independen) secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. dapat digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini uji statistik t digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu:

Ha1: Ada pengaruh aspek politik dan hukum terhadap kinerja industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

Ha2: Ada pengaruh ekonomi terhadap kinerja industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

Ha3: Ada pengaruh teknologi terhadap kinerja industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

Ha4: Ada pengaruh sosial budaya terhadap kinerja industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis adalah

membandingkan signifikan dengan nilai α (derajat keyakinan).

Kriteria:

Apabila signifikan < α = 0,05, maka hipotesis diterima

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan secara rinci tentang karakteristik daerah penelitian dan profil Industri Kecil dan Menengah (IKM) Batik di Kabupaten Pekalongan. Karakteristik daerah penelitian meliputi lokasi dan potensi daerah. Profil pengrajin batik tulis meliputi keluarga dan pengalaman berbisnis dalam menjalankan usaha, serta pengetahuan informasi tentang ragam hias batik dan motif yang dipakai dalam usaha pembatikan ini, selain itu juga akan diuraikan tentang jenis-jenis batik yang ada.

(48)

Kauman, Bondansari, Kampil, Waru Lor, Waru Kidul, Wiradesa, Kadipaten, Delegtukang, Petukangan, Karangjati.

[image:48.595.174.480.387.620.2]

Data resmi pemerintah Kecamatan Wiradesa (Direktori Industri Pengolahan, Kabupaten Pekalongan, 2015) menyebutkan jumlah penduduk pada tahun 2015 sebanyak 64.072 jiwa, terdiri dari 32.020 laki-laki dan 32.052 perempuan. Banyaknya kepala keluarga menurut status pekerjaan sejumlah 13.162 kepala keluarga yang bekerja, dan 1.251 kepala keluarga yang tidak bekerja. Sedangkan sektor industri pengolahan menempati urutan pertama sebagai mata pencaharian penduduk usia di atas 15 tahun, dengan perincian seperti tabel berikut:

Tabel 4.1

Mata Pencaharian Penduduk Usia di Atas 15 Tahun di Kecamatan Wiradesa

Sektor Ekonomi Jumlah Pekerja > 15 Tahun

Industri Pengolahan 10.417

Perdagangan 7.717

Jasa 4.902

Pertanian Pangan 2.188

Peternakan 575

Perikanan 348

Perkebunan 203

Keuangan 16

Lain-lain 6.300

Jumlah 32.666

(49)
[image:49.595.177.484.112.484.2]

Tabel 4.2

Perekonomian di Kecamatan Wiradesa 1. Industri

a. Industri Kecil 288 unit

Tenaga Kerja 2.588 unit

b. Industri Besar 6 unit

Tenaga Kerja 2.959 unit

c. Industri Rumah Tangga 2.674 unit

Tenaga Kerja 4.394 unit

2. Perdagangan

a. Industri Perdagangan Menengah 435 unit

Tenaga Kerja 495 unit

b. Sarana Perdagangan

Pasar Lokal 1 buah

Pasar Regional 1 buah

Pasar Swalayan 5 buah

Pasar Grosir 2 buah

Pertokoan/Warung 705 buah

Sumber: Data sekunder Kecamatan Wiradesa. Tabel 4.3

Produk Unggulan di Kecamatan Wiradesa No. Produk Unggulan Lokasi

1. Kerajinan Batik Semua Kelurahan dan Desa

2. Pembuat Tahu Ds. Kadipaten, Ds. Wiradesa, Kel. Pekuncen 3. Pertanian Padi Ds. Kadipaten, Ds. Waru Kidul, Ds. Warulor 4. Kerajinan Rumah Ds. Kemplong (dari kantong bekas)

[image:49.595.151.512.525.662.2]
(50)
[image:50.595.113.509.145.727.2]

Gambar 4.1

(51)

1. Perkembangan Batik Pekalongan

(52)

memproduksi kain batik tulis sedikit dibandingkan dengan batik cap maupun sablon, ini terjadi karena proses pembuatannya yang lama yaitu mencapai 2-3 bulan dalam satu lembar kain batik tulis asli.

Batik pesisiran Pekalongan dibandingkan dengan daerah lainnya memiliki corak dan komposisi warna yang lebih kaya. Simbolisasi motifnya bernuansa pesisir. Misalnya motif bunga laut dan binatang laut. Pertemuan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu, dan Jepang, pada zaman lampau telah mewarnai perubahan pada motif dan tata warna seni batik. Motif yang paling terkenal saat ini adalah batik Jlamprang yang diilhami dari India dan Arab. Untuk batik encim dan klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Cina. Pada zaman penjajahan Jepang muncul batik Hokokai, yaitu batik dengan motif dan warna yang mirip kimono Jepang.

2. Industri Kecil dan Menengah Batik

(53)

konsumen batik, mereka dari kecil memang sudah terbiasa dengan usaha turun-temurun produksi pembatikan. Batik tulis memang sangat menjanjikan dan merupakan rintisan dari seni membatik pada jamannya, sehingga walaupun sekarang banyak berkembang mesin-mesin modern yang memproduksi batik dengan masal untuk menghasilkan banyak sekali produk dengan waktu yang singkat. Ini tidak membuat usaha batik terpuruk, melainkan semakin banyak yang mencintai batik, semakin besar permintaan atas batik, sehingga harganyapun selalu meningkat. 3. Karakteristik Responden Penelitian Pengrajin Industri Kecil dan

Menengah Batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan Mengetahui karakteristik responden penelitian, maka penulis sajikan tentang karakteristik responden penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia dan pendidikan. Dari penelitian diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

[image:53.595.198.499.589.699.2]

Untuk data hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin disajikan dalam tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase

(%) Laki-laki

Perempuan

69 28

71,13 28,87

Jumlah 97 100,00

(54)

Dari tabel 4.4 di atas dapat dijelaskan bahwa responden jenis kelamin laki-laki lebih dominan jumlahnya, yaitu sebanyak 69 orang (71,13%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 28 orang (28,87%).

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

[image:54.595.203.497.306.454.2]

Untuk data hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan umur disajikan dalam tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Umur Jumlah Persentase

(%) < 30 tahun

30 – 40 tahun > 40 tahun

12 49 36

12,37 50,52 37,11

Jumlah 97 100,00

Sumber: Data kusioner.

Dari tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar tingkat umur responden 30 sampai 40 tahun sebanyak 49 orang (50,52%).

(55)
[image:55.595.196.500.113.320.2]

Tabel 4.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

(%) SD SLTP SLTA/SMU D3 S1 S2 0 18 68 0 11 0 0,00 18,56 70,10 0,00 11,34 0,00

Jumlah 97 100,00

Sumber: Data kusioner.

Dari tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden adalah SLTA/SMU jumlahnya sebanyak 68 orang (70,10%).

4. Tanggapan Responden Berdasarkan Daftar Pertanyaan a. Aspek Politik dan Hukum

Politik dan hukum merupakan kegiatan dalam suatu sistem pembanguanan negara melalui pembagian-pembagian kekuasan atau pendapatan untuk mencapai tujuan yang telah di sepakati dan melaksanakan tujuan tersebut. Dalam berbisnis sangatlah penting mempertimbangkan resiko politik dan hukum pengaruhnya terhadap organisasi. Berikut tanggapan responden mengenai aspek politik dan hukum:

(56)
[image:56.595.197.515.113.281.2]

Tabel 4.7

Tanggapan Responden Mengenai

Stabilitas Pemerintah Mempengaruhi Kondisi Usaha Batik Tanggapan Jumlah Persentase

(%) Sangat setuju

Setuju Netral Tidak setuju

Sangat tidak setuju

15 56 25 1 0 15,46 57,73 25,78 1,03 0,00

Jumlah 97 100,00

Sumber: Data kusioner.

Dari tabel 4.7 dapat dijelaskan, sebagian besar responden pada pertanyaan ini memberikan tanggapan sangat setuju dan setuju sebanyak 71 orang atau 73,20%. Hal tersebut menunjukkan bahwa stabilitas pemerintah mempengaruhi kondisi usaha batik.

2) Tanggapan responden mengenai kebijakan pemerintah menentukan perkembangan usaha batik, tanggapan responden dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8

Tanggapan Responden Mengenai

Kebijakan Pemerintah Menentukan Perkembangan Usaha Batik

Tanggapan Jumlah Persentase (%) Sangat setuju

Setuju Netral Tidak setuju

Sangat tidak setuju

0 45 49 3 0 0,00 46,39 50,52 3,09 0,00

Jumlah 97 100,00

[image:56.595.194.510.528.708.2]
(57)

Dari tabel 4.8 dapat dijelaskan, sebagian besar responden pada pertanyaan ini memberikan tanggapan netral sebanyak 49 orang atau 50,52%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah menentukan perkembangan usaha batik.

b. Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi lokal, regional, nasional dan global akan berpengaruh terhadap peluang usaha. Hasil penjualan dan biaya perusahaan banyak dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi. Berikut tanggapan responde mengenai aspek ekonomi:

[image:57.595.204.507.472.657.2]

1) Tanggapan responden mengenai perubahan nilai kurs mata uang menentukan harga-harga bahan baku, tanggapan responden dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9

Tanggapan Responden Mengenai Perubahan Nilai Kurs Mata Uang Menentukan Harga-harga Bahan Baku Tanggapan Jumlah Persentase

(%) Sangat setuju

Setuju Netral Tidak setuju

Sangat tidak setuju

28 48 17 4 0 28,87 49,48 17,53 4,12 0,00

Jumlah 97 100,00

Sumber: Data kusioner.

(58)

menunjukkan bahwa perubahan nilai kurs mata uang menentukan harga-harga bahan baku.

[image:58.595.197.507.277.481.2]

2) Tanggapan responden mengenai tingkat suku bunga pinjaman yang diberikan bank menentukan kemampuan pengusaha memenuhi kewajibannya, tanggapan responden dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:

Tabel 4.10

Tanggapan Responden Mengenai

Tingkat Suku Bunga Pinjaman yang Diberikan Bank Menentukan Kemampuan Pengusaha Memenuhi

Kewajibannya

Tanggapan Jumlah Persentase (%) Sangat setuju

Setuju Netral Tidak setuju

Sangat tidak setuju

30 45 21 1 0 30,93 46,39 21,65 1,03 0,00

Jumlah 97 100,00

Sumber: Data kusioner.

Dari tabel 4.10 dapat dijelaskan, sebagian besar responden pada pertanyaan ini memberikan tanggapan sangat setuju dan setuju sebanyak 75 orang atau 77,32%. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat suku bunga pinjaman yang diberikan bank menentukan kemampuan pengusaha memenuhi kewajibannya.

(59)
[image:59.595.207.506.111.298.2]

Tabel 4.11

Tanggapan Responden Mengenai Pertumbuhan Ekonomi Dapat Menentukan

Perkembangan Usaha Industri Batik

Tanggapan Jumlah Persentase (%) Sangat setuju

Setuju Netral Tidak setuju

Sangat tidak setuju

19 58 13 7 0 19,59 59,79 13,40 7,22 0,00

Jumlah 97 100,00

Sumber: Data kusioner.

Dari tabel 4.11 dapat dijelaskan, sebagian besar responden pada pertanyaan ini memberikan tanggapan sangat setuju dan setuju sebanyak 77 orang atau 79,38%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat menentukan perkembangan usaha industri batik.

4) Tanggapan responden mengenai distribusi pendapatan menentukan kemampuan daya beli masyarakat untuk membeli produk batik, tanggapan responden dapat dilihat pada tabel 4.12:

Tabel 4.12

Tanggapan Responden Mengenai

Distribusi Pendapatan Menentukan Kemampuan Daya Beli Masyarakat untuk Membeli Produk Batik

Tanggapan Jumlah Persentase (%) Sangat setuju

Setuju Netral Tidak setuju

Sangat tidak setuju

21 60 8 8 0 21,64 61,86 8,25 8,25 0,00

Jumlah 97 100,00

[image:59.595.211.506.544.724.2]
(60)

Dari tabel 4.12 dapat dijelaskan, sebagian besar responden pada pertanyaan ini memberikan tanggapan sangat setuju dan setuju sebanyak 81 orang atau 83,51%. Hal tersebut menunjukkan bahwa distribusi pendapatan menentukan kemampuan daya beli masyarakat untuk membeli produk batik. c. Aspek Teknologi

Di dalam dunia usaha, peran teknologi yang handal tidak lagi diragukan dalam menunjang kemampuan unit usaha untuk memenangkan persaingan usaha. Penggunaan teknologi tersebut diharapkan mampu mendorong percepatan perputaran usaha dan operasional meningkatkan efisiensi kerja. Sehingga teknologi sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berikut tanggapan responden mengenai aspek teknologi:

[image:60.595.193.506.566.722.2]

1) Tanggapan responden mengenai peningkatan pengetahuan dan inovasi menentukan hasil produk batik, tanggapan responden dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut:

Tabel 4.13

Tanggapan Responden Mengenai Peningkatan Pengetahuan dan Inovasi Menentukan Hasil Produk Batik

Tanggapan Jumlah Persentase (%) Sangat setuju

Setuju Netral Tidak setuju

Sangat tidak setuju

14 55 26 2 0 14,43 56,70 26,81 2,06 0,00

Jumlah 97 100,00

(61)

Dari tabel 4.13 dapat dijelaskan, sebagian besar responden pada pertanyaan ini memberikan tanggapan sangat setuju dan setuju sebanyak 69 orang atau 71,14%. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan dan inovasi menentukan hasil produk batik.

[image:61.595.208.504.341.519.2]

2) Tanggapan responden mengenai kecepatan transfer teknologi membantu kegiatan pemasaran bagi industri batik, tanggapan responden dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut:

Tabel 4.14

Tanggapan Responden Mengenai Kecepatan Transfer Teknologi Membantu Kegiatan Pemasaran Bagi Industri

Batik

Tanggapan Jumlah Persentase (%) Sangat setuju

Setuju Netral Tidak setuju

Sangat tidak setuju

5 40 47 5 0 5,15 41,24 48,46 5,15 0,00

Jumlah 97 100,00

Sumber: Data kusioner.

Dari tabel 4.14 dapat dijelaskan, sebagian besar responden pada pertanyaan ini memberikan tanggapan netral sebanyak 47 orang atau 48,45%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecepatan transfer teknologi membantu kegiatan pemasaran bagi industri batik.

d. Aspek Sosial Budaya

(62)

yang dihasilkan sering kali dipengaruhi oleh perubahan sosial dan budaya berupa demografi dan gaya hidup. Berikut tanggapan responden mengenai aspek sosial budaya:

[image:62.595.207.505.357.488.2]

1) Tanggapan responden mengenai perubahan gaya hidup masyarakat merupakan faktor peningkatan daya beli terhadap produk batik, tanggapan responden dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut:

Tabel 4.15

Tanggapan Responden Mengenai Perubahan Gaya Hidup Masyarakat Merupakan Faktor Peningkatan Daya Beli

Terhadap Produk Batik

Tanggapan Jumlah Persentase (%) Sangat setuju

Setuju Netral Tidak setuju

Sangat tidak setuju

31 50 14 2 0 31,96 51,55 14,43 2,06 0,00

Jumlah 97 100,00

Sumber: Data kusioner.

Dari tabel 4.13 dapat dijelaskan, sebagian besar responden pada pertanyaan ini memberikan tanggapan sangat setuju dan setuju sebanyak 81 orang atau 83,51%. Hal tersebut menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup masyarakat merupakan faktor peningkatan daya beli terhadap produk batik. 2) Tanggapan responden mengenai motif batik Pekalongan selalu

(63)
[image:63.595.205.505.181.311.2]

Tabel 4.16

Tanggapan Responden Mengenai Motif Batik Pekalongan Selalu Menyesuaikan dengan Permintaan Pasar

Tanggapan Jumlah Persentase (%) Sangat setuju

Setuju Netral Tidak setuju

Sangat tidak setuju

15 66 15 1 0

15,46 68,05 15,46 1,03 0,00

Jumlah 97 100,00

Sumber: Data kusioner.

Dari tabel 4.16 dapat dijelaskan, sebagian besar responden pada pertanyaan ini memberikan tanggapan sangat setuju dan setuju sebanyak 81 orang atau 83,51%. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif batik Pekalongan selalu menyesuaikan dengan permintaan pasar.

e. Kinerja Industri

Berikut tanggapan responden mengenai kinerja industri:

(64)
[image:64.595.203.506.116.281.2]

Tabel 4.17

Tanggapan Responden Mengenai Jumlah Produksi Batik yang Dihasilkan Mengalami Peningkatan

Tanggapan Jumlah Persentase (%) Sangat setuju

Setuju Netral Tidak setuju

Sangat tidak setuju

18 63 15 1 0 18,56 64,95 15,46 1,03 0,00

Jumlah 97 100,00

Sumber: Data kusioner.

Dari tabel 4.17 dapat dijelaskan, sebagian besar responden pada pertanyaan ini memberikan tanggapan sangat setuju dan setuju sebanyak 81 orang atau 83,51%. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah produksi batik yang dihasilkan mengalami peningkatan.

2) Tanggapan responden mengenai jumlah pemasaran produk batik memiliki trend yang meningkat, tanggapan responden dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut:

Tabel 4.18

Tanggapan Responden Mengenai Jumlah Pemasaran Produk Batik Memiliki Trend yang Meningkat

Tanggapan Jumlah Persentase (%) Sangat setuju

Setuju Netral Tidak setuju

Sangat tidak setuju

25 58 14 0 0 25,77 59,80 14,43 0,00 0,00

Jumlah 97 100,00

[image:64.595.205.506.529.695.2]
(65)

Dari tabel 4.18 dapat dijelaskan, sebagian besar responden pada pertanyaan ini memberikan tanggapan sangat setuju dan setuju sebanyak 83 orang atau 85,57%. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah pemasaran produk batik memiliki trend yang meningkat.

B. Uji Kualitas Instrumen

(66)
[image:66.595.139.515.109.733.2]

Tabel 4.19

Rekapitulasi Hasi Uji Validitas dan Reliabilitas No. Item Pertanyaan r hitung Nilai

Standar Ket. 1. Stabilitas pemerintah mempengaruhi

kondisi usaha batik

0,899 0,30 Valid 2. Kebijakan pemerintah menentukan

perkembangan usaha batik

0,853 0,30 Valid

Koef. Reliabilitas α = 0,693 atau > 0,60 Keterangan : Reliabel 1. Perubahan nilai kurs mata uang

menentukan harga-harga bahan baku

0,766 0,30 Valid 2. Tingkat suku bunga pinjaman yang

diberikan bank menentukan kemampuan pengusaha memenuhi kewajibannya

0,668 0,30 Valid

3. Pertumbuhan ekonomi dapat menentukan perkembangan usaha industri batik

0,676 0,30 Valid

4. Distribusi pendapatan menentukan kemampuan daya beli masyarakat untuk membeli produk batik

0,613 0,30 Valid

Koef. Reliabilitas α = 0,614 atau > 0,60 Keterangan : Reliabel 1. Peningkatan pengetahuan dan

inovasi menentukan hasil produk batik

0,849 0,30 Valid

2. Kecepatan transfer teknologi membantu kegiatan pemasaran bagi industri batik

0,844 0,30 Valid

Koef. Reliabilitas α = 0,605 atau > 0,60 Keterangan : Reliabel 1. Perubahan gaya hidup masyarakat

merupakan faktor peningkatan daya beli terhadap produk batik

0,902 0,30 Valid

2. Motif batik Pekalongan selalu menyesuaikan dengan permintaan pasar

0,847 0,30 Valid

Koef. Reliabilitas α = 0,686 atau > 0,60 Keterangan : Reliabel 1. Jumlah produksi batik yang

dihasilkan mengalami peningkatan

0,850 0,30 Valid 2. Jumlah pemasaran produk batik

memiliki trend yang meningkat

(67)

Berdasarkan pada Tabel 4.9 dapat ditunjukkan bahwa seluruh item pertanyaan pada variabel penelitian memiliki nilai r hitung lebih besar dari 0,30 (nilai r standar) sehingga item-item pertanyaan layak digunakan sebagai instumen penelitian.

Hasil uji reliabilitas diketahui bahwa semua nilai Alpha adalah lebih besar dari 0,60, sehingga semua variabel dinyatakan reliabel. Dengan demikian jawaban responden terhadap indikator pernyataan dapat digunakan dalam penelitian ini.

C. Hasil Penelitian 1. Uji Normalitas

[image:67.595.168.498.557.729.2]

Untuk pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat bahwa suatu data berdistribusi normal atau tidak didalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai data berdistribusi normal atau tidak. Salah satu cara untuk melihat normalitas data dibantu dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov, hasil dari uji KS dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut:

Tabel 4.20

Hasil Uji Normalitas Menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov Unstandardized

Residual N

Normal Parameters ᵃ·ᵇ Most Extreme Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

(68)

Berdasarkan tabel 4.20 dapat diketahui bahwa nilai Asymp signifikansi (2-tailed) berada di atas level of significance 5%, yaitu sebesar 0,451, maka dapat dijelaskan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal.

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas merupakan uji yang ditujukan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Hasil dan analisis uji multikolinieritas dapat dilihat pada tolerance value atau VarianceInflation Factors (VIF). Batas tolerance value adalah 0,10 dan Variance Inflation

Factors (VIF) adalah lebih dari 10 (Ghozali, 2011). Jika nilai tolerance value di atas 10% atau nilai VIF di bawah 10, maka tidak

[image:68.595.171.512.526.661.2]

terjadi multikolinieritas. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.21 berikut:

Tabel 4.21

Hasil Uji Multikolinieritas Model

Coliniearity Statistics

Tolerance VIF 1 (Constant)

Politik & Hukum Ekonomi Teknologi Sosial Budaya ,659 ,620 ,767 ,563 1,517 1,613 1,303 1,777 Sumber: Data hasil kuisioner yang diolah.

(69)

nilai Variance Inflation Factors (VIF) di bawah 10, jadi dapat disimpulkan tidak terdapat multikolieritas antar variabel independen dalam model regresi.

b. Uji Heterokedastisitas

[image:69.595.130.511.421.578.2]

Indikasi terjadi heteroskedastisitas ditunjukkan dengan nilai signifikansi. Apabila nilai signifikansi variabel independen lebih kecil daripada nilai signifikansi yang ditentukan 5% berarti terjadi heterokedastisitas. Namun, apabila signifikansi variabel independen lebih besar daripada nilai signifikansi yang ditentukan 5% berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heterokedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.22 berikut:

Tabel 4.22

Hasil Uji Heterokedastisitas Menggunakan Uji Glejser

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std.

Error Beta 1 (Constant)

Politik & Hukum Ekonomi Teknologi Sosial Budaya ,021 ,052 ,017 ,040 -,055 ,355 ,043 ,022 ,037 ,043 ,152 ,101 ,127 -,175 ,060 1,221 ,788 1,094 -1,292 ,951 ,225 ,433 ,277 ,200 Sumber: Data hasil kusioner yang diolah.

(70)

3. Uji Model (Goodness of Fit) a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

[image:70.595.191.500.447.522.2]

Menghitung koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa proporsi (bagian) atau persentase kontribusi aspek politik dan hukum, aspek ekonomi, aspek teknologi dan aspek sosial budaya dalam menjelaskan variabel dependen kinerja industri. Besaran R2 dapat diketahui dari angka R Square yang didefinisikan sebagai koefisien determinasi dan merupakan besaran yang paling lazim digunakan untuk mengukur kebaikan (goodness of fit) sesuai garis regresi, nilai koefisien determinasi adalah diantara 0 sampai 1 dan semakin mendekati 1 adalah semakin baik atau fit. Uji koefisien determinasi (R2) dapat dilihat pada tabel 4.23 berikut:

Tabel 4.23

Hasil Uji Koefisien Determinasi Model R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,795ª ,631 ,615 ,659

Sumber: Data hasil kusioner yang diolah.

Berdasarkan tabel 4.23 di atas, dapat diketahui persentase kontribusi aspek politik dan hukum, aspek ekonomi, aspek teknologi dan aspek sosial budaya sebesar 0,615 atau 61,50% dalam menjelaskan variabel dependen kinerja industri, sedangkan (100,00%

(71)

b. Uji Model (Uji F)

[image:71.595.155.515.225.324.2]

F test signifikan maka model regresi tersebut fit, sehingga dapat digunakan sebagai alat analisis. Hasil F test dapat dilihat pada tabel 4.24 berikut:

Tabel 4.24 Hasil Uji F Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. 1 Regression

Residual Total

68,527 39,988 108,515

4 92 96

17,132 ,435

39,414 ,000ᵇ

Sumber: Data hasil kusioner yang diolah.

Dari hasil output di atas, bahwa uji ANOVA atau F test diperoleh sebesar 39,414 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh

karena tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 0.05 (5%), maka model regresi layak digunakan sebagai alat prediksi yang baik.

4. Analisis Regresi Linier Berganda

(72)
[image:72.595.126.513.116.274.2]

Tabel 4.25

Hasil SPSS Analisis Regresi Linier Berganda dan Nilai t-Hitung

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B

Std.

Error Beta 1 (Constant)

Politik & Hukum Ekonomi Teknologi Sosial Budaya ,404 ,164 ,148 ,168 ,361 ,642 ,077 ,040 ,066 ,077 ,166 ,297 ,182 ,395 ,630 2,13 3,70 2,53 4,68 ,530 ,036 ,000 ,013 ,000 Sumber: Data hasil kusioner yang diolah.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi linier berganda dengan menggunakan analisis SPSS (terlampir), diperoleh persamaan sebagai berikut:

Y = 0,404 + 0,164X1 + 0,148X2 + 0,168X3 + 0,361X4 + e

Hasil persamaan regresi diperoleh nilai koefisien aspek politik dan hukum, aspek ekonomi, aspek teknologi dan aspek sosial budaya memiliki nilai positif atau meningkatkan kinerja industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

5. Pengujian Hipotesis

a. Berdasarkan Tabel 4.25, untuk variabel aspek politik dan hukum memiliki nilai signifikansi sebesar 0,036 lebih kecil dari 0,05 (α = 5%), maka aspek politik dan hukum berpengaruh signifikan terhadap kinerja industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. b. Berdasarkan Tabel 4.25, untuk variabel aspek ekonomi memiliki nilai

(73)

c. Berdasarkan Tabel 4.25, untuk variabel aspek teknologi memiliki nilai signifikansi sebesar 0,013 lebih kecil dari 0,05 (α = 5%), maka aspek teknologi berpengaruh signifikan terhadap kinerja industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

d. Berdasarkan Tabel 4.25, untuk variabel aspek sosial budaya memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (α = 5%), maka aspek sosial budaya berpengaruh signifikan terhadap kinerja industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

D. Pembahasan

Penelitian ini menggunakan data primer yang variabel dependennya dan variabel independennya memakai skala Likert yang diolah menggunakan metode regresi liniear berganda, tujuan untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan makro terhadap kinerja industri batik di Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel aspek politik dan hukum, aspek ekonomi, aspek teknologi dan aspek sosial budaya memiliki nilai positif atau meningkatkan k

Gambar

Tabel 1 Industri Kecil Menengah (IKM) Batik
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas, penting untuk mengkaji besarnya biaya, penerimaan dan pendapatan, serta faktor-faktor internal dari pengusaha khususnya faktor sosial ekonomi

Tinggi rendahnya tingkat pendidikan anak sangat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi orang tua yang dilihat dari aspek pendapatan, pendidikan dan jumlah keluarga bagi

Dari teori diatas dapat ditarik kesimpulan, biaya produksi adalah biaya- biaya yang dikeluarkan untuk mengubah faktor produksi (bahan baku dan tenaga kerja langsung) menjadi

melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH F AKTOR MODAL, BIAYA TENAGA KERJA DAN OMZET PENJUALAN TERHADAP TINGKAT KEUNTUNGAN PADA SENTRA INDUSTRI KONVEKSI DI

Hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa secara bersama – sama variabel makro ekonomi (inflasi, Kurs Rupiah/USD), dan variabel fundamental perusahaan (CR, DER, ROA, ROE )

Penelitian ini bertujuan untuk untuk menganalisis pengaruh faktor ekonomi makro yaitu risiko sistematis, inflasi, bi rate dan kurs serta kinerja keuangan

Pengaruh yang rendah ini dapat dilihat dari variabel kepuasan aspek pekerjaan itu sendiri dan peluang promosi yang rendah, guru tidak puas akan pekerjaannya,

1) Lingkungan kerja di dalam suatu peru- sahaan sangat penting untuk diperhatikan oleh manajemen perusahaan. Penyusunan suatu sistem produksi yang baik tidak akan dapat