• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Sosial Dan Ekonomi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kecil Tahu (Studi Kasus Kecamatan Medan Deli)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Faktor Sosial Dan Ekonomi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kecil Tahu (Studi Kasus Kecamatan Medan Deli)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tahu

Tahu merupakan salah satu makanan yang banyak digemari oleh masyarakat

Indonesia. Tahu tidak terbatas pada rasanya yang enak, tetapi juga dari harganya

yang relatif murah, mudah untuk membuatnya, dan kandungan proteinnya tinggi

yang mutunya setara dengan mutu protein hewani (Sarwono,2001)

Berikut ini adalah nilai giziyang terkandung didalam tahu.

Tabel 3. Nilai Gizi Tahu per 100 g

Zat Gizi Tahu (per 100g)

Protein (gram)

Lemak (gram)

Kalsium (mg)

Energi (kal)

Air (g)

7,8

4,6

124

68

84,8

Sumber : Khomsan dan Anwar, 2008

Dari tabel 3 maka dapat dilihat tahu memiliki kandungan protein dan zat gizi

lainnya cukup tinggi.

Tahu merupakan produk koagulasi protein kedelai. Oleh karena itu, kualitas dan

kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh varietas yang digunakan, proses pemeraman

(heating process), tipe bahan koagulasi, serta tekanan dan suhu koagulasi. Tahu

mengandung protein antara 6 – 9 persen dengan kadar air 84 – 88 persen

(2)

Tahu sering disebut sebagai makanan rakyat bergizi tinggi. Hal ini disebabkan

harga tahu yang relatif murah sehingga dapat dinikmati oleh semua kalangan,

mulai dari kalangan bawah, menengah, hingga atas. Di kota Medan sendiri sering

dijumpai penjual makanan yang berbahan baku tahu. Mulai dari penjual gorengan

tahu di pinggir jalan, hingga restoran atau rumah makan yang menyediakan

makanan yang berbahan dasar tahu (Aulia, 2012).

2.1.2 Industri Kecil

Menurut Badan Pusat Statistik (2011), industri pengolahan merupakan suatu

kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar menjadi

barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi

barang yang lebih tinggi nilainya. Penggolongan industri oleh BPS menurut

banyaknya tenaga kerja adalah sebagai berikut:

1. Industri besar, dengan jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih.

2. Industri sedang, dengan jumlah tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang.

3. Industri kecil, dengan jumlah tenaga kerja antara 5 sampai 19 orang.

4. Industri rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang.

Di dalam UU RI No. 20 Tahun 2008 Pasal 6, industri dibedakan berdasarkan asset

dan omsetnya sebagai berikut :

1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut :

Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau

memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga

(3)

2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut :

Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan

tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai

dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta

rupiah).

3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut :

Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil

penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus

juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar

rupiah).

Salah satu sektor industri yang termasuk dalam industri pengolahan hasil

pertanian adalah industri kecil tahu, dimana hasil pertanian berupa kedelai diolah

menjadi tahu. Kedelai yang berupa olahan tahu banyak diminati kalangan

masyarakat di Indonesia karena harganya yang terbilang cukup murah dan juga

memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Sehingga tidak heran jika permintaan

terhadap tahu cenderung naik. Sebagai makanan tradisional, kepopuleran tahu

juga telah menyebar di seluruh pelosok Nusantara. Penggemar tahu sangat banyak

(4)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Konsep Ketenagakerjaan/ Tenaga Kerja

Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut

tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun

untuk masyarakat. Jadi yang dimaksud tenaga kerja dalam penelitian ini yaitu

setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang yaitu

melakukan proses produksi tahu.

Dalam proses produksi sebagai suatu struktur dasar aktivitas perekonomian,

tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting karena tenaga kerja bertindak

sebagai pelaku ekonomi, berbeda dengan fakor produksi lainnya yang bersifat

pasif (seperti modal, bahan baku, mesin, dan tanah). Tenaga kerja berkemampuan

bertindak aktif dalam proses produksi (Adhadika, 2013).

Menurut Agusmidah (2010), tenaga kerja (manpower) terdiri dari angkatan kerja

dan angkatan bukan kerja. Dimana angkatan kerja atau laour force terdiri dari

golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur atau yang sedang mencari

pekerjaan. Sementara kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang

bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain – lain atau

penerima pendapatan.

Pekerja (employment) dibagi dalam dua kelompok, yaitu mereka yang sudah

bekerja secara penuh (full employment) dan mereka yang masih setengah

menganggur. Dimana pekerja penuh (full employment) adalah mereka yang sudah

(5)

minimal bekerja 40 jam kerja dalam satu minggu, memiliki upah sama dengan

upah minimum regional, bekerja sesuai dengan keahliannya dan pendidikannya.

Sedangkan setengah pengangguran adalah mereka yang sudah bekerja tetapi tidak

memenuhi kriteria sebagai pekerja penuh karena jam kerjanya kurang, upah

kurang dari UMR, tidak sesuai dengan keahlian dan latar belakang pendidikan,

dan produktivitasnya rendah ( Ahman dan Indriani, 2007 ).

2.2.2 Produktivitas

Produktivitas berhubungan dengan produksi keluaran secara efisien dan terutama

ditujukan kepada hubungan anatar keluaran dengan masukan yang digunakan

untuk menghasilkan keluaran tersebut. Biasanya suatu kombinasi atau campuran

masukan dapat digunakan untuk menghasilkan suatu tingkatan keluaran tertentu

(Mulyadi, 2007).

Produktivitas dapat diartikan sebagai “perbandingan” antara kuantitas barang dan

atau jasa yang dihasilkan dengan “kuantitas dana dan atau daya yang digunakan”

untuk mengahasilkan barang dan atau jasa tersebut. Dengan demikian maka

produktivitas dinyatakan dalam “perbandingan” atau “ratio” (Ruky, 2001).

Menurut Simanjuntak (2001), Produktivitas mengandung pengertian filosofis dan

definisi kerja. Secara filosofis, produktivitas mengandung pandangan hidup dan

sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Keadaan

hari ini harus lebih baik dari hari kemaren, dan mutu kehidupan besok harus lebih

baik dari hari ini. Sedangkan untuk definisi kerja, produktivitas merupakan

perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya

(6)

dari beberapa faktor produksi seperti tanah, gedung, mesin, peralatan, bahan

mentah dan sumber daya manusia sendiri.

Menurut Simanjuntak (2001) faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja

karyawan perusahaan dapat digolongkan pada dua kelompok, yaitu:

1. Yang menyangkut kualitas dan kemampuan fisik karyawan yang meliputi:

tingkat pendidikan, latihan, motivasi kerja, etos kerja, mental dan

kemampuan fisik karyawan.

2. Sarana pendukung, yang meliputi:

a. Lingkungan kerja, meliputi: produksi, sarana dan peralatan produksi,

tingkat keselamatan, dan kesejahteraan kerja.

b. Kesejahteraan karyawan, meliputi: manajemen dan hubungan industri.

2.2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja

2.2.3.1 Pengaruh Faktor Sosial Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

Pengaruh faktor sosial terhadap prosuktivitas tenaga kerja ini menjelaskan

seberapa besar pengaruh faktor sosial yang terdiri dari umur, tingkatan pendidikan

formal, dan pengalaman kerja terhadap produktivitas dari tenaga kerja industri

kecil tahu.

1. Pengaruh Umur Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

Menurut Simanjuntak (2001) peningkatan tingkat partisipasi kerja dipengaruhi

oleh faktor usia ini pada dasarnya dipengaruhi oleh dua hal yaitu :

1. Semakin tinggi tingkat umur, semakin kecil proporsi penduduk yang

bersekolah. Dengan kata lain proporsi penduduk yang sedang bersekolah

(7)

sedang bersekolah dalam kelompok umur dewasa. Dengan demikian, TPK

pada kelompok umur dewasa lebih besar daripada TPK pada kelompok

umur yang lebih muda.

2. Semakin tua seseorang, tanggung jawabnya terhadap keluarga menjadi

semakin besar. Banyak penduduk dalam usia muda terutama yang belum

menikah menjadi tanggungan orang tuanya, walaupun bukan sedang

bersekolah. Sebaliknya orang yang lebih dewasa, terutama yang sudah

menikah, pada dasarnya harus bekerja keras untuk menghidupi

keluarganya.

2. Pengaruh Pendidikan Formal Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin

tinggi juga tingkat produktivitas atau kinerja tenaga kerja tersebut (Simanjuntak,

2001).

Kualitas dari tenaga kerja dapat dilihat dari tingkat pendidikan dan pelayanan

perusahaan terhadap karyawan. Pendidikan yang dimiliki seseorang akan

mempengaruhi produktivitas kerjanya. Karena dengan pendidikan inilah

seseorang memiliki modal untuk melakukan produktivitas di dalam suatu

pekerjaan. Pendidikan merupakan salah satu hal yang dapat membuat masyarakat

bersaing dalam dunia kerja, karena diharapkan dengan semakin tinggi pendidikan

seseorang, maka produktivitas orang tersebut juga semakin tinggi. Untuk

meningkatkan produktivitas para tenaga kerja, maka diperlukan penghargaan serta

(8)

3. Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

Adanya tenaga kerja yang memiliki pengalaman kerja diharapkan memperoleh

pekerjaan sesuai dengan keahliannya. Semakin lama seseorang dalam pekerjaan

yang sesuai dengan keahliannya maka diharapkan akan mampu meningkatkan

produktivitasnya. Maka dapat dikatakan bahwa pengalaman kerja memiliki

pengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja (Adhadika, 2013).

Industri kecil tahu memerlukan pengalaman kerja serta kebiasaan dalam

memproduksi tahu karena memproduksi tahu tidak mudah, sehingga pengalaman

kerja akan memberikan kemudahan bagi tenaga kerja dan mempengaruhi

produktivitas tenaga kerja dalam memproduksi tahu dalam volume yang cukup

besar. Karena umumnya para pengrajin tahu dapat memproduksi 500 kg – 1

kwintal perhari sehingga membutuhkan tenaga kerja yang benar – benar

berpengalam

2.2.3.2Pengaruh Faktor Ekonomi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

Pengaruh faktor ekonomi terhadap prosuktivitas tenaga kerja ini menjelaskan

seberapa besar pengaruh faktor ekonomi yang terdiri dari upah dan jam kerja

terhadap produktivitas dari tenaga kerja industri kecil tahu.

1. Pengaruh Upah Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

Upah merupakan faktor yang sangat berpengaruh didalam masalah

ketenagakerjaan. Bila produktivitas tenaga kerja rendah maka tingkat upah juga

rendah dan demikian juga sebaliknya. Itulah sebabnya di negara – negara maju

tingkat upahnya tinggi karena disebabkan oleh tingkat produktivitas tenaga kerja

(9)

2. Pengaruh Jam Kerja Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja

Pengaruh jam kerja terhadap produktivitasnya apabila diartikan sebagai per input

tenaga kerja yang diukur output per jam kerja, maka jika semakin besar atau

tinggi jumlah jam kerja seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan per satu unit,

maka produktivitasnya semakin menurun produktivitasnya kerja seseorang biasa

berbeda walaupun dengan jumlah jam kerja yang sama. Hal ini disebabkan oleh

skill yang mereka miliki dan teknologi yang mereka gunakan. Dengan demikian

pengaruh jam kerja terhadap produktivitasnya tenaga kerja seseorang bisa negatif

atau positif (Djiuta, 2011).

2.3 Peneliti Terdahulu

Pada penelitian yang dilakukan Teddy Adhadika tahun 2013 dengan judul

“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Industri

Pengolahan Di Kota Semarang (Studi Kecamatan Tembalang Dan Kecamatan

Gunungpati)”, menyatakan bahwa empat variabel yang berpengaruh secara

signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja yaitu pendidikan, upah, insentif dan

pengalaman kerja dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,823 yang artinya

produktivitas tenaga kerja dapat dijelaskan oleh faktor variabel pendidikan, upah,

insentif dan pengalaman kerja sebesar 82,3 persen.

Penelitian yang dilakukan Adya Dwi Mahendra pada tahun 2014 dengan judul

“Analisis Pengaruh Pendidikan, Upah, Jenis Kelamin, Usia Dan Pengalaman

Kerja Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja (Studi Di Industri Kecil Tempe Di

Kota Semarang)” hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel upah, usia,

jenis kelamin dan pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

(10)

variabel pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas

tenaga kerja industri kecil tempe di Kota Semarang.

Penelitian yang dilkakukan oleh Tomas Aprilian dengan judul “Analisis

Produktivitas Tenaga Kerja Pada Pekerjaan Struktur Rangka Atap Baja (Studi

Kasus Proyek Pembangunan RSUD Dr. Moewardi Surakarta Jawa Tengah) yang

menyatakan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas

tenaga kerja.

2.4 Kerangka Pemikiran

Tinggi rendahnya suatu kualitas dari tenaga kerja akan sangat mempengaruhi

kinerja dari seorang tenaga kerja dalam meningkatkan hasil outputnya didalam

pekerjaannya, ini akan sangat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja tersebut.

Maka dalam penelitian ini produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor

sosial dan ekonomi. Dimana faktor sosialnya terdiri dari umur, tingkat pendidikan

formal dan juga pengalaman kerja, sementara faktor ekonominya terdiri dari upah

(11)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Mempengaruhi

2.5 Hipotesis

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Faktor Sosial yaitu umur, tingkat pendidikan formal dan pengalaman kerja

secara simultan dan parsial diduga berpengaruh signifikan terhadap

produktivitas tenaga kerja.

2. Faktor Ekonomi yaitu upah dan jam kerja secara simultan dan parsial

diduga berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja. Faktor Sosial :

• Umur

• Tingkat Pendidikan Formal

• Pengalaman Kerja

Faktor Ekonomi :

• Upah

• Jam Kerja

Produktivitas Tenaga Kerja

Gambar

Tabel 3. Nilai Gizi Tahu per 100 g
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Yang dapat menjadi Anggota adalah semua pekerja warga Negara Indonesia yang bekerja di sektor industri dan lapangan kerja Percetakan, Penerbitan, Penyiaran,

Bentuk-bentuk kearifan lokal masya- rakat Desa Pedalaman dalam menjaga kawasan danau Bekat Bekat di Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau menca- kup; Tradisi “Umpan Danau”,

Karena itu, terkait dengan potensi model pembelajaran TPS, perlu dilakukan kajian untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan keterampilan metakognitif siswa

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN SETELAH PAJAK3. TOTAL LABA (RUGI) KOMPREHENSIF TAHUN

To investigate the correlation of these proteoglycans with the cellular localization and phenotypic modulation of smooth muscle cells (SMCs), we analyzed the spatial and

Genetic variants at the cholesteryl ester transfer protein (CETP) locus have been associated with CETP activity and mass, as well as plasma high density lipoprotein cholesterol

[r]

1) Perhitungan Biaya Produksi Lemari Dua Pintu Pada Tabel 1 terlihat untuk biaya bahan baku dan jenis bahan baku yang digunakan setiap sampel berbeda-beda. Sabar Perabot