• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Wilayah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Wilayah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP

PEMBANGUNAN MASYARAKAT WILAYAH PESISIR

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS

Oleh :

PANUSUNAN HARAHAP

117003066

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP

PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh :

PANUSUNAN HARAHAP

NIM : 117003066

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul : Analisis Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Wilayah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai

Nama Mahasiswa : Panusunan Harahap

Nomor Pokok : 117003066

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Erlina, SE. M.Si, Ph.D.Ak Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 08 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: Prof. Erlina, SE. M.Si, Ph.D.Ak

Anggota

: 1. Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE

2. Dr. Drs. Rujiman, MA

3. Ir. Supriadi, MS

(5)

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP

PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ABSTRAK

Strategi pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia (people centred development) dalam pelaksanaannya sangat mensyaratkan keterlibatan langsung dari masyarakat penerima program pembangunan (partisipasi pembangunan), karena hanya dengan adanya partisipasi dari masyarakat penerima program, maka hasil pembangunan tersebut akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Serdang Bedagai dengan mengambil lokasi penelitian di 5 (lima) kecamatan wilayah pesisir, yaitu Kecamatan Pantai Cermin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kecamatan Teluk Mengkudu dan Kecamatan Bandar Khalifah dan Kecamatan Perbaungan tentang analisis partisipasi masyarakat terhadap pembangunan wilayah pesisir Kabupaten Serdang Bedagai. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dan analisis deskriptif dengan jumlah sampel responden 99 orang dari 13.663 orang jumlah

populasi. Pengambilan sampel responden berdasarkan probability sampling. Dari

hasil penelitian dperoleh bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan wilayah pesisir, yaitu pendidikan, pekerjaan, pemahaman, dan peraturan secara simultan berpengaruh signifikan. Secara parsial variabel pendidikan dan pemahaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap partsipasi masyarakat, sedangkan variabel pekerjaan dan peraturan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap partisipasi masyarakat. Variabel partisipasi masyarakat yang meliputi pengambilan keputusan, pelaksanaan, menerima manfaat, dan menilai hasil program secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembangunan wilayah pesisir. Secara parsial variabel pengambilan keputusan dan menerima manfaat berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembangunan wilayah pesisir, sedangkan variabel pelaksanaan dan menilai hasil program berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pembangunan wilayah pesisir

(6)

ANALYSIS OF COMMUNITY PARTICIPATION OF COASTAL AREA DEVELOPMENT BEDAGAI SERDANG

ABSTRACT

Oriented development strategy of human development (people centered development) in its implementation so requires the direct involvement of program beneficiaries development (participation in development), because it is only with the participation of the beneficiaries of the program, the results of such development will be in accordance with the aspirations and needs of the community itself. Research conducted at Serdang Regency to take research sites in 5 (five) coastal districts, namely District Coast Mirror, District Tanjung Golkar, Noni Bay District and Sub-district and District Perbaungan Bandar Caliph of public participation in the analysis of coastal development Serdang regency. The method of analysis used in this study is multiple regression analysis and descriptive analysis with a sample of 99 respondents from a population of 13,663 people. Sampling of respondents based on probability sampling. From the research dperoleh that the factors that influence community participation in coastal development, namely education, employment, understanding, and regulation are simultaneously significant. In partial, education and understanding of the positive and significant impact on people's participation, while employment and regulatory variables but not significant positive effect on community participation. Variables include public participation decision-making, implementation, benefit, and assess program outcomes simultaneously positive and significant impact on coastal development. In partial decisions and receive the benefits of a positive and significant impact on coastal development, while the variable implementation and assess program outcomes is positive but not significant effect on coastal development

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul: “Analisis

Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Wilayah Pesisir Kabupaten

Serdang Bedagai. Tesis ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah

dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan, masukan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada

yang terhormat Ibu Prof. Erlina, SE. M.Si. Ph.D selaku Ketua Komisi

Pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua

Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan USU Medan

sekaligus Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi saran, dukungan,

pengetahuan dan bimbingan kepada penulis hingga tesis ini selesai.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M,Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Dr. Drs. Rujiman, MA., Ir. Supriadi, MS dan Agus Suriadi, S.Sos

M.Si, selaku dosen pembanding sekaligus penguji tesis yang telah

memberikan masukan-masukan demi kesempurnaan tesis ini

3. Seluruh Dosen Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan

Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas segala

keikhlasannya dalam memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman

4. Bapak Ir. H. Riadil Akhir Lubis, M.Si, Kepala Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara yang telah

memberikan izin bagi penulis untuk menyelelesaikan studi di Sekolah

(8)

5. Seluruh mahasiswa PWD kelas Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

(Bappeda) Angkatan 2011 dan staf administrasi atas keakrabannya, bantuan

dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.

6. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Alm.

Drs. H. Basyaruddin Harahap dan Ibunda Hj. Sri Banun Lubis yang telah

membesarkan, mendidik dan membimbing penulis hingga dewasa.

7. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada isteri tercinta

Hj. Erna Febiani Lubis, SH atas segala kesabaran dan ketabahannya

selama ini dalam mendampingi penulis serta dukungannya, sehingga tesis ini

dapat diselesaikan. Demikian pula kepada kedua putra-putri penulis,

masing-masing Nanda Nurlina Harahap dan Mirza Ramadhan Harahap yang

member support dan dorongan untuk menyelesaikan tesis ini.

8. Kakak dan adik penulis yang selalu memberikan support untuk menyelesaikan

pendidikan penulis

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna.

Penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan untuk penyempurnaan tesis ini.

Akhirnya atas segala kekurangan dalam penyusunan tesis, penulis menyampaikan

permohonan maaf yang sebesar-besarnya dan berharap semoga tesis ini dapat

bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan. Amiin.

Medan, Juni 2013

Penulis

(9)

RIWAYAT HIDUP

Panusunan Harahap lahir di Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal,

15 April 1963, dari pasangan Alm. Drs. H. Basyaruddin Harahap dengan Hj.

Sri Banun Lubis, dan merupakan anak kedua dari lima bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Dasar tahun 1976 di SD Negeri 10

Padangsidimpuan. Pada tahun 1979 menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama pada SMP Negeri XI Medan dan tahun 1982 menyelesaikan

pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Negeri 6 Medan. Pada Tahun

1990 menyelesaikan program Sarjana Muda di Akademi Teknologi Pekerjaan

Umum (ATPU) Bandung, Kemudian pada tahun 1992 menyelesaikan Sarjana S1

di Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan (STTL) Yogyakarta.

Pada tahun 1994 penulis menikah dengan Hj. Erna Febiani Lubis, SH

dan dikarunia 2 (dua) orang putra putri : Nanda Nurlina Harahap dan Mirza

Ramadhan Harahap. Sejak tahun 1993 sampai sekarang aktif bekerja di Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara. Bulan

September 2011 mengikuti pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara dalam bidang studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan

(10)

DAFTAR ISI

2.2. Teori Perencanaan Wilayah ... 16

2.3. Partisipasi Masyarakat ... 17

(11)

3.6.1. Uji Asumsi Klasik ... 49

3.6.1.1. Uji Normalitas ... 50

3.6.1.2. Uji Multikolinearitas ... 50

3.6.1.3. Uji Heteroskedastisitas ... 51

3.6.2. Pengujian Hipotesis ... 51

3.7. Definisi dan Batasan Operasional ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55

4.1.4. Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan Wilayah Pesisir ... 80

4.2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Wilayah Pesisir ... 91

(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

5.1. Kesimpulan ... 99

5.2. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

3.1. Populasi dan Sampel per Desa………... 44

3.2 Uraian Indikator Partisipasi Masyarakat dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi terhadap Pembangunan Wilayah Pesisir ………. 54 3.3. Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2010 ………... 57

4.1. Hasil pengujian validitas variabel penelitian ……… 68

4.2. Hasil Pengujian Reliabitas ……… 69

4.3. Kolmogorov – Smirnov Test ……… 72

4.4. Hasil Uji Multikolinieritas ……… 73

4.5. UJi Glesjer ……… 75

4.6. Koefisien Determinasi ……….. 76

4.7. Hasil Uji Simultan ……… 77

4.8.. Uji Statistik-t ………. 78

4.9. Kolmogorov – Smirnov Test ……… 82

4.10 Hasil Uji Multikolinieritas ……… 83

4.11. UJi Glesjer ……… 85

4.12 Koefisien Determinasi ……….. 86

4.13 Hasil Uji Simultan ……… 87

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1. Skema Batas Wilayah Pesisir ………... 36

2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian ……… 41

4.1. Peta Administrasi Kabupaten Serdang Bedagai……… 56

4.2. Peta Administrasi Kecamatan Perbaungan……… 59

4.3. Peta Administrasi Kecamatan Pantai Cermin……… 61

4.4. Peta Administrasi Kecamatan Teluk Mengkudu………... 63

4.5. Peta Administrasi Kecamatan Bandar Khalipah……… 65

4.6. Peta Administrasi Kecamatan Tanjung Beringin……….. 67

4.7. Normal P-Plot of Regression Standardized Residual………… 71

4.8. Histogram Partisipasi Masyarakat………. 71

4.9. Grafik scatterplots Partisipasi Masyarakat……… 75

4.10 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual………… 81

4.11. Histogram Pembangunan Wilayah Pesisir ……… 81

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Kuisioner Penelitian ……… 105

2. Tabulasi Data Skor Partisipasi Masyarakat ……… 108

3. Tabulasi Data Skor Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Partisipasi Masyarakat ……… 111

4 Hasil Uji Asumsi Klasik Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat ………... 114

5. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat ………... 116

6. Tabulasi Data Skor Pembangunan Wilayah Pesisir ……… 117

7. Hasil Uji Asumsi Klasik Pengaruh Partisipasi Masyarakat

terhadap Pembangunan Wilayah Pesisir ………. 120

8. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda pengaruh

Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan Wilayah

Pesisir ……….. 122

(16)

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP

PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ABSTRAK

Strategi pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia (people centred development) dalam pelaksanaannya sangat mensyaratkan keterlibatan langsung dari masyarakat penerima program pembangunan (partisipasi pembangunan), karena hanya dengan adanya partisipasi dari masyarakat penerima program, maka hasil pembangunan tersebut akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Serdang Bedagai dengan mengambil lokasi penelitian di 5 (lima) kecamatan wilayah pesisir, yaitu Kecamatan Pantai Cermin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kecamatan Teluk Mengkudu dan Kecamatan Bandar Khalifah dan Kecamatan Perbaungan tentang analisis partisipasi masyarakat terhadap pembangunan wilayah pesisir Kabupaten Serdang Bedagai. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dan analisis deskriptif dengan jumlah sampel responden 99 orang dari 13.663 orang jumlah

populasi. Pengambilan sampel responden berdasarkan probability sampling. Dari

hasil penelitian dperoleh bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan wilayah pesisir, yaitu pendidikan, pekerjaan, pemahaman, dan peraturan secara simultan berpengaruh signifikan. Secara parsial variabel pendidikan dan pemahaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap partsipasi masyarakat, sedangkan variabel pekerjaan dan peraturan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap partisipasi masyarakat. Variabel partisipasi masyarakat yang meliputi pengambilan keputusan, pelaksanaan, menerima manfaat, dan menilai hasil program secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembangunan wilayah pesisir. Secara parsial variabel pengambilan keputusan dan menerima manfaat berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembangunan wilayah pesisir, sedangkan variabel pelaksanaan dan menilai hasil program berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pembangunan wilayah pesisir

(17)

ANALYSIS OF COMMUNITY PARTICIPATION OF COASTAL AREA DEVELOPMENT BEDAGAI SERDANG

ABSTRACT

Oriented development strategy of human development (people centered development) in its implementation so requires the direct involvement of program beneficiaries development (participation in development), because it is only with the participation of the beneficiaries of the program, the results of such development will be in accordance with the aspirations and needs of the community itself. Research conducted at Serdang Regency to take research sites in 5 (five) coastal districts, namely District Coast Mirror, District Tanjung Golkar, Noni Bay District and Sub-district and District Perbaungan Bandar Caliph of public participation in the analysis of coastal development Serdang regency. The method of analysis used in this study is multiple regression analysis and descriptive analysis with a sample of 99 respondents from a population of 13,663 people. Sampling of respondents based on probability sampling. From the research dperoleh that the factors that influence community participation in coastal development, namely education, employment, understanding, and regulation are simultaneously significant. In partial, education and understanding of the positive and significant impact on people's participation, while employment and regulatory variables but not significant positive effect on community participation. Variables include public participation decision-making, implementation, benefit, and assess program outcomes simultaneously positive and significant impact on coastal development. In partial decisions and receive the benefits of a positive and significant impact on coastal development, while the variable implementation and assess program outcomes is positive but not significant effect on coastal development

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembangunan daerah mengandung dua dimensi, yaitu tujuan dan proses.

Tujuan pembangunan sudah pasti kondisi kehidupan yang lebih baik sebagaimana

yang diinginkan oleh masyarakat. Sedangkan proses untuk mencapai tujuan itu

dinyatakan dalam berbagai strategi pembangunan.

Perkembangan dan pembangunan kota sangat erat kaitannya dengan

masalah perencanaan dan pengembangan wilayah (Sirojuzilam, 2005).

Perkembangan dan kemajuan suatu wilayah tidak terlepas dari aspek pembentuk

wilayah. Aspek pembentuk tersebut meliputi sosial budaya, ekonomi, pemukiman,

kependudukan, dan sarana dan prasarana.

Secara sosial ekonomi, wilayah pesisir memiliki arti penting bagi

Indonesia karena sekitar 140 juta (60%) penduduk bermukim di wilayah pesisir

(Dahuri, 2000). Apalagi Indonesia adalah merupakan negara kepulauan terbesar di

dunia yang terdiri atas 17.528 pulau, dimana teritorial darat dan laut seluas 7,7

juta km2

Berbagai jenis flora dan fauna laut, serta potensi keindahan alam yang dan lebih 75 % wilayahnya adalah perairan laut, pantai dan pesisir

(Dahuri, 2000). Wilayah ini mengandung potensi kekayaan alam yang cukup

(19)

dengan teknologi dan manajemen pengelolaan sumber daya alam yang semakin

berkembang, tidak diikuti dengan tingkat kesejahteraan masyarakat wilayah

pesisir dan bahkan di sisi lain lingkungan semakin rusak (Nikijuluw, 2005).

Faktor lain yang juga perlu mendapat perhatian dalam persoalan ini,

bahwa orientasi pembangunan kita selama ini lebih cenderung ke wilayah daratan.

Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki wilayah pesisir dan laut yang luas,

tetapi perhatian pemerintah ke sektor ini baru dimulai tahun 1988, yaitu sejak

dideklarasikannya studi yang berjudul” Indonesia’s Marine Environment: A

Summary of Policies, Strategies, Actions and Issues” sebagai kerja sama

BAPPENAS dan lembaga CIDA (Bengen; 2004). Sejak inilah sektor kelautan dan

pesisir mulai mendapat perhatian.

Pada sisi lain, tahun 1999 pemerintah juga telah melakukan perubahan

besar tentang sistem pemeritahan daerah sebagaimana diatur sebelumnya pada

UU No. 5 Tahun 1974 diganti dengan UU No. 22 tahun 1999.Pada tahun 2004

kembali direvisi dan diganti dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang otonomi

daerah. Perubahan aturan ini memaknai akan perubahan kebijakan pengelolaan

sumber daya pesisir dan laut di Indonesia. Semangat yang dapat digaris bawahi

dari kelahiran UU tersebut adalah desentralisasi pengelolaan wilayah pesisir dan

laut kepada wilayah otonom.

Dengan demikian kehadiran UU No. 32 Tahun 2004 serta kelahiran DKP

diharapkan dapat menjadi modal dasar bagi pengelolaan sumber daya pesisir yang

berkelanjutan melalui suatu pola manajemen kelautan yang profesional dan

(20)

dapat lebih fokus kepada upaya pembangunan pedesaan melalui program-program

penyedian prasarana, pembangan agribisnis, industri kecil dan kerajian,

pengembangan kelembagaan, penguasaan teknologi dan pemanfaatan sumber

daya alam (Nugroho, 2004).

Selain masalah kemiskinan di wilayah pesisir juga terjadi berbagai

masalah lain, seperti; masalah eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dan

pelestariannya, masalah kesehatan, pendidikan dan lain-lain seperti budaya pesisir

yang diwarnai dengan sifat tunduk pada alam fisik (Saadah dkk, 2004).

Kebijaksanaan otonomi daerah melalui undang-undang No 32 tahun 2004

memberikan otonomi seluas-luasnya dalam arti, daerah diberikan kewenangan

mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan yang ditetapkan dalam

undang-undang (UU No 32 tahun 2004). Seiring dengan prinsip otonomi tersebut,

penyelengaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan

kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi

yang tumbuh dalam masyarakat.

Hal ini ditempuh dalam rangka mengembalikan harkat dan martabat

masyarakat di daerah, memberikan ruang politik yang lebih luas, peningkatan

kualitas demokrasi, peningkatan efisiensi pelayanan publik, peningkatan

percepatan pembangunan, penanggulangan kemiskinan dan diharapkan juga untuk

meningkatkan kualitas kepemerintahan dalam wujud kepemerintahan yang baik.

Akan tetapi implementasi sebuah kebijaksanaan bukanlah hal yang

(21)

pembangunan. Pemerintah daerah harus kreatif dan senantiasa menghidupkan

inisiatif, dan prakarsa masyarakat, melalui berbagai strategi yang dapat dilakukan.

Persoalannya adalah apakah pemerintah daerah dalam hal ini mampu

menggunakan peluang dan sekaligus tantangan yang diberikan oleh Undang-

Undang No 32 tahun 2004 tersebut.

Salah satu wilayah yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu wilayah

pesisir di Kabupaten Serdang Bedagai. Permasalahan khusus daerah pemekaran

wilayah pesisir Serdang Bedagai adalah masih rendahnya partisipasi masyarakat

khususnya dalam hal mempersiapkan pendidikan anak-anaknya hingga ke tingkat

SLTP dan SLTA yang ditunjukkan dengan Angka Partisipasi Murni (APM)

rata-rata dalam kurun waktu 3 tahun (tahun 2007-2009) terakhir yaitu 61,96% dan

54,47%, rendahnya tingkat kesehatan dan juga pendapatan perkapita masyarakat

pesisir yang masih belum meyamai rata-rata pendapatan perkapita masyarakat di

kawasan non pesisir Kabupaten Serdang Bedagai. Hal ini menunjukkan bahwa

fenomena ketidakmerataan distribusi pendapatan masih belum seimbang atau

masih dapat dijumpai adanya disparitas antara masyarakat wilayah pesisir dan

yang berdomisili di kawasan non pesisir misalnya perkotaan. (BPS Kabupaten

Serdang Bedagai; 2010).

Meski secara umum gambaran Kabupaten Serdang Bedagai senantiasa

memberikan warna prestasi yang baik, namun dalam berbagai aspek sosial

kemasyarakatan tentunya terdapat berbagai dimensi yang membutuhkan

pembenahan. Misalnya; fasilitas umum di wilayah pesisir Serdang Bedagai masih

(22)

Strategi pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia

(people centred development) dalam pelaksanaannya sangat mensyaratkan

keterlibatan langsung dari masyarakat penerima program pembangunan

(partisipasi pembangunan), karena hanya dengan adanya partisipasi dari

masyarakat penerima program, maka hasil pembangunan tersebut akan sesuai

dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri.

Partisipasi masyarakat akan terjadi apabila pelaku atau pelaksana program

pembangunan di daerahnya adalah orang-orang, organisasi, atau lembaga yang

telah mereka percaya integritasnya, serta apabila program tersebut menyentuh inti

masalah yang mereka rasakan dan dapat memberikan manfaat terhadap

kesejahteraan hidupnya.

Menurut Kuswartojo (1993) paratisipasi masyarakat dapat diartikan

sebagai keikutsertaan, keterlibatan, dan kebersamaan anggota masyarakat dalam

suatu kegiatan tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan

Maskun (1993) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat banyak sekali

ditentukan oleh kebutuhan masyarakat, interest masyarakat, adat istiadat dan

sifat-sifat komunal yang mengikat setiap anggota masyarakat satu sama lain.

Menumbuhkan respon akan kesadaran berpartisipasi dalam pembangunan

wilayah pesisir adalah sebuah kesulitan tersendiri. Kebanyakan masyarakat

kurang siap untuk berinisiatif dalam membuat perumusan kebutuhan serta

perencanaan sendiri, sehingga perumusan kebutuhan dan perencanaan dibuat oleh

(23)

pelaksanaan kegiatan program pembangunan wilayah pesisir ini lebih difokuskan

pada hasil daripada prosesnya, serta sumber dananya dari APBD Kabupaten

Serdang Bedagai yang menyebabkan masyarakat merasa apatis dengan kegiatan

ini.

Dalam pelaksanaan program pembangunan wilayah pesisir yang

seharusnya melibatkan seluruh warga masyarakat, adakalanya masih ada rasa

enggan dari masyarakat karena mereka merasa bahwa kegiatan itu hanya akan

memberikan manfaat bagi kelompok tertentu. Hasilnya adalah kegiatan-kegiatan

dari program pembangunan wilayah pesisir yang dilaksanakan pada akhirnya

kurang memuaskan disebabkan tidak sesuai dengan keinginan masyarakat

sehingga manfaatnya kurang begitu terasa secara langsung oleh semua

masyarakat.

Pemberian kewenangan kepada masyarakat setempat yang tidak hanya

untuk menyelenggarakan proyek atau program pembangunan, tetapi juga untuk

mengelola proyek tersebut akan mendorong masyarakat untuk mengerahkan

segala kemampuan dan potensinya demi keberhasilan proyek/program tersebut.

Pada gilirannya keberdayaan masyarakat setempat akan menjadi lebih baik

sebagai akibat dari meningkatnya kemampuan dan partisipasi masyarakat.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun permasalah dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor pendidikan, pekerjaan, pemahaman dan peraturan berpengaruh

terhadap partisipasi masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai dalam

(24)

2. Bagaimanakah pengaruh partisipasi masyarakat terhadap pembangunan

wilayah pesisir di Kabupaten Serdang Bedagai ?

1.3.Tujuan Penelitian

1. Menganalisis faktor-faktor pendidikan, pekerjaan, pemahaman dan peraturan

berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai

dalam pembangunan wilayah pesisir.

2. Menganalisis pengaruh partisipasi masyarakat terhadap pembangunan wilayah

pesisir di Kabupaten Serdang Bedagai.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Secara akademis penelitian ini diharapkan memperkaya khasanah penelitian di

bidang kemasyarakatan.

2. Secara praktis, dapat menjadi sumbangan serta masukan bagi Pemerintah

Kabupaten Serdang Bedagai dalam pembangunan wilayah pesisir.

3. Khusus bagi Penulis, sebagai pengalaman dalam mengadakan penelitian

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang memiliki tema

mengenai partisipasi masyarakat dan pembangunan masyarakat adalah Yunizar

(2001) dalam penelitiannya “Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan

Pengelolaan Sampah di Kota Binjai”. Variabel diteliti yaitu 1 variabel tidak

bebas yaitu partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah dan

8 variabel bebas yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, bangunan fisik, lamanya

menetap, luas pekarangan rumah, peraturan daerah, dan pemahaman dengan

metode analisis deskriptif dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian

menyimpulkan terdapat hubungan yang nyata antara faktor terhadap perubahan

partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah. Faktor

pendidikan, lamanya tinggal, dan pemahaman memberikan pengaruh yang

positif dan signifikan terhadap partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

pengelolaan sampah, sedangkan faktor pekerjaan, umur, bangunan fisik, luas

halaman dan peraturan daerah tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Siregar (2005) melakukan penelitian yang berjudul "Pengaruh Partisipasi

Masyarakat Terhadap Pembangunan Kebersihan Kota Medan". Fenomena yang

dikaji adalah pelaksanaan pembangunan kebersihan kota dibutuhkan peran dan

(26)

diteliti adalah partisipasi masyarakat dan pembangunan kebersihan dengan

menggunakan uji statistik model korelasi produk moment. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh hubungan positif antara partisipasi

masyarakat dengan pembangunan kebersihan Kota Medan.

Purba (2006) dalam penelitiannya “Pengaruh Tingkat Partisipasi

Masyarakat Terhadap Proyek Pemberdayaan Kecamatan Terpadu (P2KT) Dalam

Pengembangan Wilayah di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun”. Variabel

yang diteliti tingkat partisipasi, tingkat pendidikan, pendapatan dan kepentingan.

Metode yang digunakan uji linier sederhana, uji Wilcoxon dan uji linier berganda.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa 55 persen memiliki tingkat partisipasi

tinggi dan selebihnya sebanyak 45 persen berpartisipasi rendah. Tingkat

partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap keberhasil P2KT dengan nilai

koefisien sebesar 0,53 pada tingkat kepercayaan 5%.

Handayani (2007) melakukan penelitian Pengaruh Partisipasi Masyarakat

Terhadap Kelayakan Ekonomi Pembangunan Jalan Alternatif. Fenomena yang

dikaji adalah suatu pembangunan jalan layak dilaksanakan jika jalan tersebut

memberikan manfaat (benefit) yang lebih besar dari pada biaya (cost) yang

dikeluarkan. Pada pembangunan jalan di daerah pedesaan jumlah penerima

manfaat langsung kecil padahal nilai manfaat yang sulit dihitung dengan uang

(intangible cost) besar dan sangat dibutuhkan masyarakat. Sebagai usaha

meningkatkan nilai kelayakan pembangunan Jalan Alternatif Simpang Wotawati-

(27)

partisipasi masyarakat terhadap peningkatan kelayakan ekonomi pembangunan

jalan alternatif sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam

menentukan prioritas pembangunan wilayah. Penelitian ini menggunakan evaluasi

ekonomi terbatas dengan mengkaji manfaat jalan alternatif dari manfaat langsung

berupa penghematan biaya operasional dan pengurangan nilai waktu, manfaat

tidak langsung didapat dari peningkatan nilai lahan. Perhitungan biaya didasarkan

pada biaya pembangunan dan pemeliharaan. Evaluasi ekonomi dihitung dengan

dan tanpa partisipasi masyarakat. Bentuk partisipasi masyarakat dalam

membangun jalan alternatif yaitu ikut menyiapkan badan jalan dan lapisan

pondasi bawah. Analisis kelayakan dikaji dengan metode BCR, NPV dan IRR

dengan asumsi jalan dibangun selama 1 tahun (2008), umur rencana 10 tahun,

pertumbuhan lalu lintas 6% /tahun serta interest rate 15%/tahun. Dari hasil

penelitian ditinjau dengan metode BCR memperlihatkan peningkatan nilai

kelayakan sebesar 34.55% (kondisi tanpa partisipasi masyarakat = 0.7187, dengan

partisipasi = 0.9670), dengan metode NPV didapat peningkatan nilai kelayakan

sebesar 91.35% (kondisi tanpa partisipasi masyarakat = -(Rp 3.324.585.722),

dengan partisipasi = - (Rp287,467.005), sedangkan dengan metode IRR diperoleh

kenaikan nilai bunga pengembalian sebesar 9.0446% dari kondisi tanpa partisipasi

sebesar 4.644% menjadi 13.6886% pada kondisi dengan partisipasi masyarakat.

Meskipun nilai-nilai kelayakan masih memperlihatkan kondisi tidak layak

(BCR<1.0 ; NPV <0 ; irr < bunga bank berlaku), penelitian ini memperlihatkan

(28)

Simbolon (2007) dalam penelitiannya “Partisipasi Masyarakat Dalam

Program Pemberdayaan Kelurahan (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Belawan

Kota Medan). Adapun variabel dalam penelitian ini adalah kegiatan pembinaan

masyarakat dan partisipasi masyarakat dengan metode pendekatan kualitatif dan

analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum tingkat

partisipasi masyarakat Kecamatan Medan Belawan telah cukup baik. Perhatian

masyarakat terhadap Program Pemberdayaan Kelurahan yang dilaksanakan cukup

besar. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aktifitas yang dilakukan masyarakat

dalam program tersebut, baik dalam proses perencanaan maupun proses

pelaksanaan kegiatan.

Sitorus (2008) dalam tesis penelitian “ Partisipasi Masyarakat Dalam

Perencanaan Pembangunan Kecamatan Balige”, dengan variable penelitian

tingkat pendidikan dan pendapatan terhadap partisipasi masyarakat, dan

partisipasi masyarakat terhadap perencanaan pembangunan yang dianalisis

dengan uji regresi berganda dan analisis deskriptif, menyimpulkan bahwa

mayoritas responden mempunyai tanggapan tentang peran pemerintah desa,

lembaga masyarakat desa dan rencana pembangunan desa yang diukur dari aspek

transparansi, akuntabilitas, berkelanjutan, tepat guna dalam musrenbangdesa pada

kategori kurang baik berdasarkan hasil uji statistik, variable tingkat pendidikan

dan pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap partisipasi

masyarakat dalam perencanaan pembangunan, serta variable partisipasi

(29)

Sutami (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Partisipasi

Masyarakat Pada Pembangunan Prasarana Lingkungan Melalui Program

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kelurahan Marunda Jakarta

Utara”, variable dalam penelitian ini adalah partisipasi masyarakat, pembangunan

prasarana lingkungan, tingkat sosial ekonomi masyarakat dan Program

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK), dengan metode analisis deskriptif

kualitatif untuk menganalisis bentuk dan tingkat partsipasi masyarakat pada

pembangunan prasarana lingkungan, dan metode analisis kuantitatif, untuk

menganalisis pengaruh hubungan sosial ekonomi masyarakat dengan bentuk

partisipasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya antusiasme keterlibatan

masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan prasarana lingkungan dalam

berbagai bentuk. Keikutsertaan responden pada setiap tahapan pembangunan

prasarana lingkungan menunjukkan bahwa responden sudah melakukan kerjasama

yang baik dengan pemerintah sebagai penggagas adanya program PPMK. Indikasi

adanya kerjasama ini, menunjukkan bahwa bentuk partisipasi masyarakat telah

berada pada tingkat kemitraan (partnership), sedang keberadaan Program

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kelurahan Marunda Jakarta

Utara berada pada tingkat therapy.

Lubis (2011) melakukan penelitian yang berjudul "Pengaruh Otonomi

Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Studi Pada

Desa Pulau Jambu, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau)".

Fenomena yang dikaji partisipasi masyarakat merupakan suatu proses kegiatan

(30)

Untuk menyatukan kepentingan atau keterkaitan mereka terhadap organisasi atau

masyarakat yang bergabung dalam rangka pencapaian tujuan masyarakat tersebut.

Desa Pulau Jambu adalah salah satu Desa yang terletak diwilayah Kecamatan

Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau merupakan suatu bentuk

pemerintahan yang berfungsi sebagai tempat pelayanan dan meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan masyarakat desa. Organisasi ini

sangat menentukan maju atau mundurnya desa. Tujuan penelitian ini secara

umum adalah untuk mengetahui pengaruh otonomi desa terhadap partisipasi

masyarakat dalam pembangunan desa di Desa Pulau Jambu, Kecamatan Kampar,

Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Kuantitatif dengan pendekatan Korelasional, dimana data yang diperoleh

melalui 94 orang responden yang merupakan sampel yang diolah dengan

mengunakan statistik, kemudian disajikan dalam bentuk analisis ilmiah. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara otonomi desa terhadap

partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa yaitu 0.927 dari r tabel 0.927 >

0,207.

Listya (2011) melakukan penelitian Pengaruh Partisipasi Masyarakat

Terhadap Tingkat Keberhasilan Proyek Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten

Banyuwangi. Fenomena yang dikaji adalah penyediaan prasarana merupakan

bagian terpenting dalam upaya pengembangan dan pembangunan wilayah.

Tersedianya prasarana yang memadai dapat meningkatkan kegiatan sosial

(31)

pada kenyataannya kemampuan pemerintah dalam menyediakan prasarana

terbatas, sedang partisipasi masyarakat tidak muncul dengan sendirinya, perlu

terus-menerus didorong melalui suatu komunikasi pembangunan. Dalam arti

peran pemerintah dalam penyediaan fasilitas sarana dan prasarana secara langsung

semakin lama harus semakin dikurangi dan digantikan perannya sehingga dapat

merangsang dan mengarahkan peran organisasi non pemerintah dan masyarakat

dalam partisipasi pembangunan. Penelitian ini mengukur besarnya pengaruh

tingkat partisipasi masyarakat terhadap keberhasilan proyek pada proyek PNPM

Mandiri Pedesaan menurut masyarakat yang terlibat berdasarkan pada analisis

SEM(Structural Equation Modelling). Hal ini penting dilakukan agar masyarakat

itu yang mengelola dan mengorganisasikan sumber-sumber lokal baik yang

bersifat materil, pikiran, maupun tenaga dapat mempercepat penanggulangan

kemiskinan. Hasil dari penelitian ini antara lain variabel partisipasi masyarakat

yang paling berpengaruh di Kabupaten Banyuwangi adalah tahapan partisipasi.

Hal ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan proyek PNPM Mandiri

Perdesaan, masyarakat tidak terlalu mempertimbangkan bentuk partisipasi, karena

tahapan partisipasi merupakan proses awal yang paling penting tahu mengenai apa

yang menjadi kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Sedangkan

untuk tingkat keberhasilan proyek, variable yang paling berpengaruh adalah

kesesuaian tindakan aktor yang terlibat. Yang menunjukkan bahwa lebih

berpengaruh dibandingkan variable lainnya, yang mana menunjukkan besarnya

kekuatan masyarakat dalam suatu proyek dapat mencapai yang sesuai target pada

(32)

Muliani (2011) melakukan penelitian Partisipasi Masyarakat Miskin

terhadap Penanggulangan Kemiskinan dalam Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri (PNPM-M) Perkotaan di Desa Cadasngampar, Kecamatan

Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Fenomena yang dikaji adalah

kemiskinan sejak tahun 1970 sampai dengan tahun 2010. Angka jumlah

masyarakat miskin mengalami pengurangan yang kurang berarti, karena jumlah

orang miskin saat ini masih mencapai 37,02 juta jiwa atau 16 persen dari

penduduk Indonesia. Berbagai program bantuan pemberdayaan masyarakat telah

dilakukan sejak 1993 oleh pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM), tetapi program tersebut dikhawatirkan kurang efektif karena belum

menyentuh masyarakat miskinnya secara langsung. Salah satu program

pemberdayaan saat ini dinilai berhasil adalah Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri (PNPM-M), sehingga dapat dilakukan pengujian hubungan

efektivitas orang miskin, partisipasi dan pemberdayaan. Tujuan penelitian ini

ialah: (1) Mengkaji hubungan tingkat kemiskinan terhadap tingkat partisipasi

masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Perkotaan di desa Cadasngampar, dan (2) Mengkaji hubungan tingkat partisipasi

terhadap tingkat keberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di desa Cadasngampar. Penelitian

ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung oleh kualitatif. Metode yang

digunakan adalah metode survai. Peneliti mengambil 90 responden berdasarkan

(33)

dan analisis kualitatif sebagai penunjang hasil dari hasil kuantitaif. Partisipasi

masyarakat dianalisis berdasarkan 8 tingkat partisipasi menurut Arstein. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi tertinggi berada pada tingkat

konsultasi. Tingkat keberdayaan masyarakat dilihat dari perubahan pengeluaran

konsumsi dan non konsumsi antara sebelum dan sesudah pelaksanaan PNPM-M

Perkotaan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa PNPM-M Perkotaan tidak efektif

dalam menjangkau orang miskin di Desa Cadasngampar. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat kemiskinan dengan

tingkat partisipasi, serta tidak terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan

tingkat keberdayaan masyarakat.

2.2. Teori Perencanaan Wilayah

Perencanaan wilayah yang lebih terfokus pada prencanaan pembangunan

ekonomi berjalan seiring dengan dilaksanakannya community planning dan

participatory planning (Sirojuzilam, 2005). Jadi dengan demikian prrencanaan

wilayah adalah penerapan metode ilmiah dalam pembuatan kebijakan publik dan

upaya untuk mengkaitkan pengetahuan ilmiah dan teknis dengan

tindakan-tindakan dalam domain publik untuk mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat

yang lebih tinggi.

Menurut Tarigan (2005) perencanaan wilayah dapat berarti mengetahui

dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor

noncontrollbale yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas,

menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakanj dapat dicapai, serta mencari

(34)

Di sisi lain yang menjadi pokok perhatian dalam kerangka perencanaan

wilayah adalah cultural based yang mengacu kepada nilai-nilai yang berkembang

dan berakar dalam konteks kehidupan masyarakat. Dalam rangka mencapai tujuan

pembangunan, maka perlu dipikirkan komponen-komponen pembangunan yang

terdiri atas sumberdaya alam, sumberdaya manusia, modal dan teknologi.

Menurut Conyers dan Hills dalam Arsyad (1999) perencanaan adalah

suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau

pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumberdaya untuk mencapai

tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang.

Berdasarkan definisi di atas, Arsyad (1999) berpendapat ada empat elemen

dasar perencanaan, yaitu : 1) merencanakan berarti memilih; 2) perencanaan

merupakan alat pengalokasian sumberdaya; 3) perencanaan merupakan alat untuk

mencapai tujuan; dan 4) perencanaan berorientasi ke masa depan.

Namun Nitisastro dalam Arsyad (1999) perencanaan pada dasarnya

berkisar pada dua hal, pertama ialah penentuan pilihan secara sadar mengenai

tujuan konkret yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai

yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan, yang kedua ialah pilihan-pilihan di

antara cara-cara alternative yang efisien serta rasional guna mencapau

tujuan-tujuan tersebut. Nitisastro sangat menekankan tentang perlunya diperhatikan nilai

yang dimiliki masyarakat dalam proses perencanaan tersebut, yang notabene

(35)

Dari berbagai definisi di atas, perencanaan dapat dibagi atas dua versi

yaitu satu versi melihat perencanaan adalah suatu teknik atau profesi yang

membutuhkan keahlian dan versi yang satu lagi melihat perencanaan

(pembangunan) adalah kegiatan kolektif yang harus melibatkan seluruh

masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis cenderung

melihat perencanaan adalah suatu kegiatan kolektif yang harus melibatkan seluruh

masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Seperti diketahui bahwa

perencanaan pembangunan pada akhirnya harus mendapat persetujuan

masyarakat.

2.3. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi adalah keterlibatan-keterlibatan mental dan emosional

orang-orang dalam satu kelompok yang mendorongnya untuk memberikan

sumbangan kepada masyarakat dalam usaha mencapai tujuan serta turut

bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan (Sastropoetra, 1998).

Usman dalam Soedjono (1990) mengemukakan bahwa ada dua unsur

pokok mengapa partisipasi itu penting. Pertama, alasan etnis, yaitu dalam arti

pembangunan demi manusia berpartisipasi sebagai subjek, bukan menjadi objek.

Kedua, alasan sosiologis, yaitu bila perkembangan diharapkan berhasil dalam

jangka panjang, ia harus menyertakan sebanyak mungkin orang, kalau tidak

pembangunan pasti macet. Dari definisi diatas ada tiga unsur penting dari

konsep partisipasi tersebut, yaitu : (1) adanya keterlibatan mental dan emosional,

(36)

mendorong orang-orang untuk menerima tanggung jawab dalam aktivitas

kelompok.

Selanjutnya Koentjaraningrat (1990), berpendapat bahwa partisipasi

berarti memberi sumbangan dan turut menentukan arah atau tujuan

pembangunan, dimana ditekankan bahwa partisipasi itu adalah hak dan

kewajiban bagi masyarakat. Affan (1993) memberikan pengertian bahwa

partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota sistem sosial secara kolektif dalam

proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan keputusan tersebut. Jika

dikaitkan dengan daerah tertentu, partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan

masyarakat sebagai suatu sistem sosial dalam daerah/wilayah tertentu, secara

mental, emosional, material baik secara perorangan (individual) maupun

berkelompok dalam suatu kondisi tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang

sudah disepakati bersama antara penyelenggara negara dan masyarakat

tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan, bahwa partisipasi

merupakan suatu keterlibatan seseorang atau masyarakat untuk berperan secara

aktif dalam suatu kegiatan, khususnya kegiatan pembangunan untuk menciptakan,

melaksanakan serta memelihara lingkungan yang bersih dan sehat.

Pada hakekatnya partisipasi masyarakat itu merupakan sesuatu yang

seharusnya, karena hasil pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah

bersama-sama dengan masyarakat adalah untuk kesejahteraan masyarakat

(37)

harus memberikan respon dalam bentuk partisipasi secara aktif dalam proses

pembangunan tersebut.

Partispasi masyarakat secara umum terbagi dalam 8 (delapan) tingkatan

menurut Arstein (dalam Panudju, 1999) tingkatan-tingkatan tersebut, adalah:

1. Manipulation

Merupakan tingkatan partisipasi yang paling rendah karena masyarakat

hanya dipakai namanya saja sebagai anggota dalam berbagai badan penasehat.

Tidak ada peran yang nyata, karena hanya diselewengkan sebagai.publikasi oleh

pihak penguasa.

2. Theraphy

Pada tingkatan ini, masyarakat diperlakukan seolah-olah seperti proses

penyembuhan pasien penyakit jiwa dalam grup terapi. Masyarakat terlibat dalam

banyak kegiatan, namun hal tersebut hanya ditujukan untuk mengubah pola pikir

masyarakat daripada mendapatkan informasi atau usulan-usulan.

3. Informing

Merupakan tahap pemberian informasi kepada masyarakat tentang

hak-hak, tanggung jawab dan berbagai pilihan. Biasanya hanya diberikan secara satu

arah, dari penguasa ke rakyat, tanpa adanya kemungkinan umpan balik, Pada

tingkat ini masyarakat diberi limpahan kewenangan untuk mempengaruhi rencana

bagi kepentingan masyarakat. Biasanya dilakukan dengan cara media berita,

pamflet, poster dan tanggapan atas pertanyaan.

(38)

Mengundang opini masyarakat, setelah memberi informasi kepada

mereka. Apabila konsultasi tidak disertai dengan cara-cara partisipasi yang lain,

maka tingkat keberhasilannya akan rendah, mengingat tidak adanya jaminan

kepedulian terhadap ide-ide masyarakat. Tahap ini biasanya dilakukan dengan

cara pertemuan lingkungan, survei tentang pola pikir masyarakat dan dengar

pendapat publik.

5. Placation

Pada tingkat ini masyarakat mulai mempunyai pengaruh, meskipun dalam

beberapa hal masih ditentukan oleh penguasa. Beberapa anggota masyarakat yang

dianggap mampu dimasukkan sebagai anggota dalam badan kerjasama. Usul-usul

dari masyarakat berpenghasilan rendah dapat dikemukakan, tetapi sering tidak

diperhitungkan karena kemampuan dan kedudukannya relatif rendah atau jumlah

mereka terlalu sedikit bila dibandingkan dengan anggota-anggota instansi

pemerintah lainnya.

6. Partnership

Pada tingkat ini, atas kesepakatan bersama, kekuasaan dalam berbagai hal

dibagi antara masyarakat dengan pihak penguasa. Disepakati juga pembagian

tanggung jawab dalam perencanaan, pengendalian keputusan, penyusunan

kebijaksanaan dan pemecahan berbagai permasalahan yang dihadapi. Setelah

adanya kesepakatan tersebut maka tidak dibenarkan adanya perubahan-perubahan

(39)

7. Delegated Power

Pada tingkat ini masyarakat diberi limpahan kewenangan untuk membuat

keputusan pada rencana atau program tertentu. Masyarakat berhak menentukan

program-program yang bermanfaat bagi mereka. Untuk memecahkan masalah,

pemerintah harus mengadakan tawar-menawar tanpa adanya tekanan.

8. Citizen Control

Pada tingkat ini masyarakat mempunyai kekuatan untuk mengatur

program atau kelembagaan yang berkaitan dengan kepentingan mereka.

Masyarakat mempunyai kewenangan penuh di bidang kebijaksanaan, aspek-aspek

pengelolaan dan dapat mengadakan negosiasi dengan "pihak-pihak luar" yang

hendak melakukan perubahan.

Menurut Siagian (1995) partisipasi terdapat dua jenis yaitu partisipasi aktif

dan partisipasi pasif. Partisipasi pasif dapat berupa perilaku masyarakat yang

tidak ikut berperan aktif dalam setiap pembangunan yang ada di masyarakat.

Partisipasi aktif merupakan suatu tindakan yang nyata untuk turut serta dalam

memenuhi ketaatan dan kerelaan pada kepentingan bersama, yang dapat

berbentuk pengorbanan materi atau tenaga sebagai bentuk rasa tanggungjawab

kepada kepentingan yang jauh lebih luas dan lebih penting

Partisipasi penuh (full participation) adalah masyarakat mengikuti seluruh

kegiatan partisipasi dari pengambilan keputusan sampai dengan menilai hasil

program, sedangkan partisipasi sebagian (partial participation) masyarakat

(40)

Masyarakat hanya dapat diharapkan ikut ambil bagian dalam suatu

kegiatan adalah bila masyarakat yang bersangkutan merasa dirinya

berkepentingan dan diberi kesempatan untuk ambil bagian. Dengan kata lain

partisipasi tidak mungkin optimal jika diharapkan dari mereka yang merasa tidak

berkepentingan terhadap suatu kegiatan, dan juga tidak optimal jika mereka yang

berkepentingan tidak diberi keleluasaan untuk ambil bagian.

Mubyarto dalam Soedjono (1990) menyatakan pula bahwa partisipasi

sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai dengan

kemampuan setiap orang tanpa mengorbankan kepentingan diri. Berkaitan

dengan kemampuan tersebut Davis dalam Sastropoetra (1998) mengemukakan

enam jenis partisipasi, sebagai berikut : (1) pikiran (psychological participation),

(2) tenaga (physical participation), (3) pikiran dan tenaga (psycological

participation and physical participation), (4) keahlian (participation with skill),

(5) barang (material participation), dan (6) uang (money participation). Davis

juga menyebutkan macam-macam bentuk partisipasi sebagai berikut : (1)

konsultasi, (2) sumbangan berupa uang atau barang, (3) sumbangan dalam

bentuk kerja yang biasanya dilakukan oleh tenaga ahli setempat, (4) aksi massa,

(5) mengadakan pembangunan dikalangan keluarga dari masyarakat setempat,

(6) mendirikan proyek sifatnya berdikari dan dibiayai seluruhnya oleh masyarakat

setempat, (7) mendirikan proyek yang juga dibiayai oleh sumbangan dari luar

(41)

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dalam menyongsong tahun

2000 White dalam Sastropoetra (1998), mengemukakan 10 buah alasan

tentang pentingnya partisipasi, yaitu :

a. Dengan partisipasi banyak hasil yang dapat dicapai.

b. Dengan partisipasi pelayanan diberikan dengan biaya efisien.

c. Dengan partisipasi harga diri diperhitungkan.

d. Partisipasi dapat menjadi katalisator untuk pembangunan berkelanjutan.

e. Dengan partisipasi timbulnya rasa tanggung jawab.

f. Dengan partisipasi aspirasi masyarakat tersalurkan.

g. Dengan partisipasi pekerjaan dilaksanakan dengan arah yang benar.

h. Dengan partisipasi semua potensi yang dimiliki masyarakat dapat dihimpun

dan dimanfaatkan.

i. Dengan paartisipasi ketergantungan keahlian kepada orang lain dapat

dibebaskan.

j. Dengan partisipasi dapat menyadarkan manusia terhadap penyebab dari

kemiskinan, dan menimbulkan kesadaran untuk mengatasinya.

2.3.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

Menurut Slamet (1993), faktor-faktor internal yang mempengaruhi partisipasi

masyarakat adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan

mata pencaharian. Sedangkan menurut Sastropoetro (1998) sebagai berikut :

a. Pendidikan, kemampuan membaca dan menulis, kemiskinan, kedudukan

sosial dan percaya terhadap diri sendiri.

(42)

c. Kecendrungan untuk menyalah artikan motivasi, tujuan dan kepentingan

organisasi penduduk yang biasanya mengarah kepada timbulnya persepsi yang

salah terhadap keinginan dan motivasi serta organisasi penduduk seperti hanya

terjadi di beberapa Negara.

d. Tersedianya kesempatan yang lebih baik di luar pedesaan.

e. Tidak terdapatnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai program

pembangunan.

Adapun persyaratan melaksanakan partisipasi masyarakat secara efektif,

Sastropoertro (1998), berpendapat :

a. Perlu waktu untuk berpartisipasi sebelum berlangsungnya suatu kegiatan.

b. Subjek partisipasi perlu relevan dengan kepentingan manusianya/

masyarakatnya.

c. Orang-orang yang berpartisipasi haruslah mempunyai kemampuan, seperti

halnya kecerdasan dan pengetahuan.

d. Tidak ada salah satu pihak pun yang bias/merasa dirinya terganggu karena

partisipasi.

e. Biaya kegiatan partisipasi tidak boleh melampaui nilai ekonomi atau

sejenisnya.

f. Partisipasi adalah memutuskan untuk melaksanakan kegiatan.

Adapun 4 (empat) hal/kondisi yang mendukung partisipasi masyarakat,

menurut Moeljarto (1997) adalah :

(43)

b. Adanya struktur kepemimpinan yang cocok, karena para pemimpin desa

mempunyai kepentingan yang sama dengan si miskin sendiri atau karena

adanya persaingan yang signifikan untuk kedudukan kepemimpinan dari

mereka yang mewakili kepentingan kaum elit.

c. Pembentukan kelompok di luar koperasi (kerjasama) yang berbasis pedesaan.

d. NGO-NGO memainkan peranan yang bersifat mendukung.

Sementara itu, menurut Ife (1995), faktor-faktor yang mendorong

masyarakat berpartisipasi adalah :

a. Masyarakat akan berpartisipasi jika mereka merasa masalah atau kegiatan itu

penting baginya (First, people will participated if they feel, he issue or activity

is important).

b. Mereka akan berpartisipasi jika akan menimbulkan suatu perubahan dan

adanya nilai tambah bagi dirinya (The second condition for participation is

that people must feel that their action will make a difference).

c. Adanya perbedaan bentuk dari partisipasi masyarakat diakui sesuai dengan

nilai-nilai yang mereka miliki (This implies the third condition for

participation, namely that different forms of participation must be

acknowledged and valued).

d. Masyarakat mungkin berpartisipasi jika mereka mendapatkan dukungan atau

dorongan (The fourth condition for participation is that people must be

(44)

e. Masyarakat akan berpartisipasi jika diciptakan suatu struktur dan proses yang

memungkinkan terjadinya partisipasi (The final condition for participation is

that structures and processes must not be alienating).

Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi dalam partisipasi masyarakat

menurut Moeljarto (1997), yaitu :

1. Kurangnya perhatian yang murni terhadap persamaan sosial.

2. Kekhawatiran terhadap aksi bersama

3. Kurangnya akses kesempatan rakyat

4. Pendekatan pembangunan yang terpecah-pecah

Secara umum ada 3 (tiga) hambatan yang terjadi dalam menumbuhkan

partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan, yaitu :

1. Belum dipahaminya akan makna sebenarnya dari konsep partisipasi oleh

pihak perencana dan pelaksana pembangunan. Kesan yang timbul selama ini

adalah bahwa keterlibatan masyarakat, terutama bila telah dilakukan

pertemuan secara formal antara aparat dan kelompok masyarakat maka

partisipasi telah muncul. Padahal untuk mengetahui secara dalam keinginan

mereka (masyarakat), maka tidak cukup hanya dilakukan pertemuan yang

kadangkala hanya dilakukan sekali dengan sekelompok orang, tetapi harus

dilakukan melalui pertemuan-pertemuan yang intensif dan mendalam.

2. Reaksi balik yang datang dari masyarakat sebagai akibat dari diperlakukannya

pembangunan sebagai ideologi bagi negara kita.

(45)

rakyat untuk berpartisipasi. Peraturan perundang-undangan yang pada masa

sebelumnya cenderung membatasi ruang gerak masyarakat untuk

berpartisipasi.

2.3.2. Partisipasi Dalam Pembangunan

Partisipasi merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan

pembangunan. Tanpa adanya partisipasi aktif dari masyarakat pelaksanaan

pembangunan yang berorientasi pada perwujudan kesejahteraan rakyat tidak akan

terwujud, karena masyarakatlah yang lebih tahu akan kebutuhannya dan cara

mengatasi permasalahan pembangunan yang terjadi dalam masyarakat.

Menurut Moeljarto (1997), partisipasi menjadi amat penting, terdapat

beberapa alasan pembenar bagi partisipasi masyarakat dalam pembangunan,

karena :

1. Rakyat adalah focus central dan tujuan akhir pembangunan, partisipasi

merupakan akibat logis dari dalil tersebut.

2. Partisipasi menimbulkan harga diri dan kemampuan pribadi untuk dapat turut

serta dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat.

3. Partisipasi menciptakan suatu lingkungan umpan balik arus informasi tentang

sikap, aspirasi, kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa keberadaannya akan

tidak terungkap. Arus informasi ini tidak dapat dihindari untuk berhasilnya

pembangunan.

4. Pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan dimulai dari di mana rakyat

berada dan dari apa yang mereka miliki.

(46)

6. Partisipasi akan memperluas jangkauan pelayanan pemerintah kepada seluruh

masyarakat.

7. Partisipasi menopang pembangunan.

8. Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif baik bagi aktualisasi

potensi manusia maupun pertumbuhan manusia.

9. Partisipasi merupakan cara yang efektif membangun kemampuan masyarakat

untuk pengelolaan program pembangunan guna memenuhi kebutuhan khas

daerah.

10.Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak demokratis individu untuk

dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri.

Partisipasi masyarakat menjadi penting dalam setiap perencanaan,

program dan kegiatan sosial (Adi, 2001), karena :

1. Merupakan suatu sarana untuk memperoleh informasi mengenai kondisi,

kebutuhan dan sikap masyarakat setempat. Tanpa informasi ini, maka program

tidak akan berhasil.

2. Masyarakat akan lebih antusias terhadap program/kebijakan pembangunan,

apabila mereka dilibatkan dalam perencanaan dan persiapan sehingga mereka

akan menganggap bahwa program atau kebijakan tersebut adalah mereka. Hal

ini perlu untuk menjamin program diterima oleh masyarakat, khususnya dalam

program yang bertujuan untuk merubah masyarakat dalam cara berfikir,

merasa dan bertindak.

(47)

dilibatkan dalam proses pembangunan dimaksudkan untuk memberi

keuntungan pada manusia.

Menurut Supriatna (2000), tanpa partisipasi pembangunan justru akan

mengganggu manusia dalam upayanya untuk memperoleh martabat dan

kemerdekaannya. Pentingnya partisipasi masyarakat juga diungkapkan oleh

Kartasasmita (1997), diperlukan peningkatan partisipasi rakyat dalam proses

pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Pernyataan

tersebut diperkuat dengan oleh Conyers (1994), menyebutkan ada tiga alasan

utama mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat yang sangat penting

dalam pelaksanaan pembangunan yaitu :

1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi

mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa

kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.

2. Bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program

pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan

perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek

tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut.

Kepercayaan semacam ini adalah penting khususnya bila mempunyai tujuan

agar dapat diterima oleh masyarakat.

3. Merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam

pembangunan masyarakat mereka sendiri. Dapat dirasakan mereka pun

mempunyai untuk turut ‘urun rembug’ (memberikan saran) dalam menentukan

(48)

Menurut Tjokromidjoyo (1996), ada 4 (empat) aspek penting dalam

rangka partisipasi pembangunan, yaitu :

1. Terlibatnya dan ikut sertanya rakyat tersebut sesuai dengan mekanisme proses

politik dalam suatu negara, turut menentukan arah, strategi dan kebijaksanaan

pembangunan yang dilakukan pemerintah.

2. Meningkatnya artikulasi (kemampuan) untuk merumuskan tujuan-tujuan dan

terutama cara-cara dalam merencanakan tujuan itu yang sebaiknya.

3. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten dengan

arah, strategi dan rencana yang telah ditentukan dalam proses politik.

4. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif dalam

pembangunan yang berencana.

Partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan ini pada

dasarnya dimaksudkan untuk memungkinkan individu, kelompok serta

masyarakat memperbaiki keadaan mereka sendiri, karena mereka sendirilah yang

tahu akan apa yang menjadi kebutuhannya tersebut. Di samping juga mereka

merasa memiliki dan bertanggung jawab tentang apa yang telah mereka hasilkan

dan apa yang telah dimanfaatkan tersebut.

Hal ini terlihat dalam istilah “bottom up planning” (perencanaan dari

bawah), keterlibatan pada “grassroots” (sampai pada masyarakat yang paling

bawah), “democratic planning” (perencanaan demokratis) dan “participatory

planning”. Dalam usaha meningkatkan partisipasi masyarakat, perlu diketahui

(49)

1. Pertukaran informasi, hal ini terutama bertujuan untuk memungkinkan adanya

kebersamaan antara pengambil keputusan dan rakyat untuk memungkinkan

rakyat biasa yang secara bersama mengembangkan ide-ide dan keinginan.

2. Pendidikan, ini berhubungan penyebaran informasi secara terinci dari suatu

rencana sehingga memungkinkan masyarakat mengerti akan rencana tersebut.

3. Bangunan dukungan (support building) ini terutama melibatkan kegiatan yang

bersifat menciptakan suasana yang baik sehingga memungkinkan tidak terjadi

benturan di antara kelompok-kelompok masyarakat dan antara kelompok

masyarakat dan pemerintah.

4. Proses pembuatan keputusan yang terbuka, ini terutama bertujuan untuk

memungkinkan masyarakat biasa memberikan ide-ide baru atau pilihan ide

dalam proses perencanaan.

5. Masukan dari masyarakat, sebagai suatu usaha mengumpulkan dan

mengidentifikasikan sikap dan pendapat dari kelompok masyarakat.

2.4. Pembangunan Masyarakat

Pengembangan masyarakat adalah suatu aktivitas pembangunan yang

berorientasi pada kerakyatan dengan syarat menyentuh aspek-aspek keadilan,

keseimbangan sumberdaya alam, partisipasi masyarakat, dan jika memungkinkan

berdasarkan prakarsa komunitas (Korten, 1990). Selanjutnya Dharmawan (2006)

mengungkapkan bahwa pengembangan masyarakat merupakan suatu perubahan

yang terencana dan relevan dengan persoalan-persoalan lokal yang dihadapi oleh

(50)

sesuai dengan kapasitas, norma, nilai, persepsi dan keyakinan anggota komunitas

setempat, dimana prinsip-prinsip resident participation dijunjung tinggi.

Prinsip-prinsip pengembangan masyarakat meliputi pembangunan terpadu,

melawan ketidakberdayaan struktural, Hak Azasi Manusia (HAM), keberlanjutan,

pemberdayaan, kaitan masalah pribadi dan politis, kepemilikan oleh komunitas,

kemandirian, ketidaktergantungan pada pemerintah, keterkaitan, tujuan jangka

pendek dan visi jangka panjang, pembangunan yang bersifat organik, kecepatan

pembangunan, keahlian dari luar, pembangunan komunitas, kaitan proses dan

hasil, intergritas proses, tanpa kekerasan, keinklusifan, konsensus, kerjasama,

partisipasi, dan perumusan tujuan (Gunardi et al, 2006).

Lima karateristik dari pengembangan masyarakat (community

development), yaitu :

1. Berdasarkan pada kondisi dimana pemerintah menjadi terbuka kepada upaya

keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, tingkat

keterlibatan masyarakat yang menggambarkan tingkat keterbukaan, secara

efektif diatur oleh pemerintah.

2. Aktivitas pengembangan masyarakat dibangun terutama sekitar

masalah-masalah sosial, dimana orang dalam masyarakat berhubungan secara mudah.

Di lain pihak, melalui manajemen masyarakat, terpadu suatu komponen

ekonomi dan atau teknik yang kuat. Mesipun demikian, proyek manajemen

masyarakat tetap melaksanakan usaha-usaha yang dapat diidentifikasi secara

(51)

3. Bercirikan masyarakat lokal yang memiliki keutamaan atau kekuasaan, dapat

diidetifikasi secara jelas dan mengandung muatan diri.

4. Proses pengembangan masyarakat diarahkan kepada kepuasan terhadap

kebutuhan masyarakat.

5. Berpusat pada kegiatan pelatihan yang netral secara politik dan terpisah dari

berbagai pertikaian atau debat politik (Hikmat, 2001)

Kegiatan pengembangan masyarakat ini harus mendasarkan pada

perspektif ekologi dengan prinsip holistik (menyeluruh dari segala aspek

lingkungan), sustainabillity (kelestarian kegiatan), diversity (keanekaragaman),

dan equilibrium (keseimbangan). Konsekuensi dari perspektif ekologikal ini

melukiskan bahwa prinsip holistik akan mengarahkan pada pemikiran untuk

memusatkan pada filosofi lingkungan, menghormati hidup dan alam, menolak

solusi yang linier, dan perubahan yang terus menerus. Prinsip sustainability akan

membawa pada konsekuensi untuk memperhatikan konservasi, mengurangi

konsumsi, tidak mementingkan pertumbuhan ekonomi, pengendalian

perkembangan teknologi dan anti kapitalis. Prinsip diversity membawa

konsekuensi pada penilaian terhadap perbedaan, jawaban atau alternatif yang

tidak tunggal, desentralisasi, jaringan kerja dan komunikasi lateral serta

penggunaan teknologi tepat guna. Sementara prinsip equilibrium akan membawa

pada perspektif isu-isu global atau lokal, energi yin dan yang, gender, hak dan

pertanggungjawaban, kedamaian dan kooperatif (Ife dalam Hikmat, 2001).

Selain prinsip ekologikal, kegiatan pengembangan masyarakat juga harus

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 2.1. Skema Batas Wilayah Pesisir
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

serbuk gergaji terhadap laju pembakaran. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin  kecil  ukuran  partikel  maka  laju  pembakaran  pun  akan  semakin  kecil. 

A (2007) menunjukan hasil bahwa kunyit dapat menjadi pengawet alami karena memiliki senyawa antimikroba, selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Damayanti, E

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, R&amp;D sebagai pihak yang memiliki tugas melakukan riset dan penelitian akan menseleksi berbagai produk dari beberapa pemasok

Tahap akhir meliputi pengumpulan dan analisis data serta menyimpulkan hasil, menganalisa data dari hasil penelitian yang digunakan untuk mengetahui apakah sediaan

Penulisan Laporan Tugas Akhir dengan judul ”PERANCANGAN KOLOM KOMPOSIT PADA STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BRESING KONSENTRIK KHUSUS” disusun guna melengkapi syarat untuk

Sasaran dari Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang akan dibuat adalah siswa – siswi Madrasah Aliyah Laboratorium (MAL) Kota Jambi dan MAN Sungai Gelam.. Melalui

Hasil Penelitian adalah sebagai berikut ini, (1) ada perbedaan penggunaan e-learning berbantuan edmodo pada kelas eksperimen dengan pembelajaran konvensional pada

Pemberdayaan Masyarakat Penambang Emas Tradisional Untuk Peningkatan Produksi dan Pengolahan Limbah di Kecamatan Selogiri, Kabupaten