• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Pasar Produk “Oriza” Pemulen Nasi dengan Pendekatan Riset Aksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Pasar Produk “Oriza” Pemulen Nasi dengan Pendekatan Riset Aksi"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PASAR PRODUK “ORIZA” PEMULEN

NASI DENGAN PENDEKATAN RISET AKSI

RAYZA PRANADIPA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengembangan Pasar Produk ‘Oriza’ Pemulen Nasi dengan Pendekatan Riset Aksi” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Rayza Pranadipa

(4)

ABSTRAK

RAYZA PRANADIPA. Pengembangan Pasar Produk “Oriza” Pemulen Nasi dengan Pendekatan Riset Aksi. Dibimbing oleh ONO SUPARNO dan SUTRISNO KOSWARA.

Produk Oriza pemulen nasi merupakan salah satu inovasi yang prospektif untuk dikembangkan. Produk Oriza dapat digunakan untuk memperbaiki tekstur nasi merah. Sebuah model bisnis dapat dibuat untuk memastikan kelayakan bisnis dari produk Oriza pada segmentasi konsumen nasi merah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada konsumen nasi merah, serta mencarikan solusi untuk permasalahan tersebut sehingga didapatkan model bisnis terbaik. Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu pengujian permasalahan dan pengujian solusi. Metode pengumpulan data pada kedua tahapan tersebut digunakan pendekatan riset aksi. Data yang digunakan adalah data primer yang didapatkan melalui wawancara terhadap 50 responden. Hasil pengujian permasalahan didapatkan 74% responden adalah konsumen potensial yang memiliki permasalahan utama berupa tekstur yang kasar, rasa yang hambar, dan aroma yang tidak enak. Produk Oriza menawarkan solusi terhadap permasalahan tersebut. Hasil pengujian solusi menunjukkan bahwa sebanyak 96% responden menyatakan pengembangan produk Oriza sudah sesuai dan dibutuhkan bagi konsumen beras merah. Model bisnis terbaik didapatkan setelah kesembilan komponen sudah sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Kata kunci: produk Oriza, beras merah, model bisnis, riset aksi

ABSTRACT

can be made to ensure the feasibility of the Oriza product on segmentation of red rice consumers. The objectives of this study were to identify the problems that occur on red rice consumers, as well as to find solutions to these problems, so the best business model was obtained. The study consisted of two phases, namely test the problem and test the solution. Method of data collection on both phases used action research approach. The data used were primary data obtained through interviews to 50 respondents. Test the problem results show that 74% of respondents were potential customers who have main problems of rough texture, bland flavour, and unpleasant aroma. Oriza product offered solutions to these problems. Test the solution results show that 96% of respondents stated that Oriza product development was appropriate and necessary for consumers of red rice. The best business model was obtained after nine components of the business model were appropriate with consumers needs.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknologi Industri Pertanian

PENGEMBANGAN

PASAR PRODUK “ORIZA” PEMULEN

NASI DENGAN PENDEKATAN RISET AKSI

RAYZA PRANADIPA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengembangan Pasar Produk “Oriza” Pemulen Nasi dengan Pendekatan Riset Aksi

Nama : Rayza Pranadipa NIM : F34100076

Disetujui oleh

Prof Dr Ono Suparno, STP, MT Pembimbing I

Ir Sutrisno Koswara, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti

Ketua Departemen Teknologi Industri Pertanian

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah Pengembangan Pasar Produk Oriza Pemulen Nasi dengan Pendekatan Riset Aksi.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ono Suparno, STP, MT dan Bapak Ir Sutrisno Koswara, MSi selaku pembimbing, serta Bapak Dr Ir Aji Hermawan, MM dan Ibu Dr Ir Titi Candra Sunarti, MSi yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada

Recognition and Mentoring Program (RAMP) IPB sebagai pihak yang mendanai penelitian ini serta Kardinah sebagai mitra selama melakukan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh responden yang bersedia membantu penelitian ini, serta mahasiswa TIN angkatan 47, mahasiswa skripsi technopreneur, golongan praktikum P2, dan teman-teman lain atas dorongan semangat dan doanya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 3

Pengumpulan data 3

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Hipotesis Kanvas Model Bisnis 5

Ukuran Pasar (Market Size) 10

Pengujian Permasalahan (Test The Problem) 12

Pengujian Solusi (Test The Solution) 13

Verifikasi Model Bisnis 20

SIMPULAN DAN SARAN 23

Simpulan 23

Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24

LAMPIRAN 25

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jenis-jenis permasalahan pada beras merah 12

2 Pembaruan komponen kanvas model bisnis setelah pengujian

permasalahan 13

3 Permasalah pada konsumen nasi merah dan solusi yang ditawarkan 15 4 Pembaruan komponen kanvas model bisnis setelah pengujian solusi 20

DAFTAR GAMBAR

1 Proses Customer Development (Blank dan Dorf 2012) 3

2 Diagram alir tahapan penelitian 4

3 Ukuran pasar untuk produk Oriza 11

4 Persentase perbandingan konsumen yang potensial untuk pasar produk

Oriza 13

5 Grafik persentase tempat pembelian beras merah 14 6 Grafik persentase pernah atau tidaknya responden konsultasi gizi 14

7 Presentasi Produk Oriza 15

8 Customer work flow; (a) sebelum dan (b) sesudah adanya produk Oriza 16 9 Persentase penerimaan pelanggan terhadap proposisi nilai produk ; (a)

meningkatkan kepulenan, (b) meningkatkan cita rasa, (c) memperbaiki

aroma. 17

10 Persentase penerimaan pelanggan terhadap kemasan ; (a) bentuk

kemasan dan (b) desain kemasan. 19

11 Persentase penerimaan konsumen terhadap saluran distribusi pasar

swalayan 19

12 Persentase penerimaan konsumen terhadap harga produk sebesar Rp

1 500 19

13 Persentase kesesuaian produk terhadap segmen pelanggan 20

DAFTAR LAMPIRAN

1 Daftar pertanyaan pada pengujian permasalahan produk Oriza 25 2 Daftar pertanyaan pada pengujian solusi produk Oriza 27 3 Pembobotan faktor pembelian produk oleh konsumen 29 4 Data sebaran pasar potensial dan tidak potensial untuk produk Oriza 31

5 Hipotesis kanvas model bisnis 33

6 Pembaruan kanvas model bisnis pertama 34

7 Pembaruan kanvas model bisnis kedua 35

8 Analisis biaya produksi produk Oriza 36

9 Biaya Non Produksi 38

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produk Oriza pemulen nasi merupakan salah satu produk inovasi yang prospektif untuk dikembangkan. Produk Oriza merupakan produk inovasi yang masuk ke dalam terbitan 102 Inovasi Indonesia Paling Prospektif tahun 2010. Produk Oriza diinovasikan oleh staf pengajar Institut Pertanian Bogor (IPB), Ir Sutrisno Koswara, MSi dan Ir Agus Sutejo, MSi. Produk Oriza merupakan bahan tambahan pangan berbentuk bubuk yang terbuat dari tepung berkadar amilopektin tinggi, zat besi, kalsium dan aroma pandan. Produk Oriza digunakan pada waktu beras akan dimasak baik dengan rice cooker ataupun dengan panci kukus. Produk Oriza mempunyai keunggulan yakni membuat nasi pera menjadi lebih pulen dan menambah aroma pandan. Selain itu, produk Oriza juga menyumbangkan sekitar 40 % kebutuhan kalsium dan 100 % kebutuhan zat besi per hari. Penambahan kedua nutrisi tersebut dikarenakan semakin meningkatnya jumlah penderita osteoporosis dan anemia gizi di Indonesia. Bahan baku produk Oriza mudah didapatkan dan proses pembuatannya pun sederhana. Produk Oriza dapat diaplikasikan bagi konsumen rumah tangga maupun bisnis seperti katering atau restoran untuk memastikan mutu dan konsistensi nasi yang disajikan. Produk Oriza juga dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu dan konsistensi bagi beras miskin (raskin) (BIC 2010).

Produk Oriza dapat diaplikasikan ke seluruh jenis beras termasuk beras merah. Penggunaan beras merah semakin populer beberapa tahun terakhir dikarenakan beras merah mempunyai kandungan nutrisi yang lebih baik dibandingkan beras putih yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat. Beras merah kaya akan serat, protein, vitamin B kompleks, asam folat, dan asam lemak esensial. Warna merah pada beras merah berasal dari zat warna antosianin yang merupakan pigmen tanaman yang dapat memberikan warna merah. Antosianin termasuk ke dalam komponen flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan dan antikanker. Serat yang terkandung dalam beras merah relatif banyak dan mudah diserap oleh usus, sehingga dapat mengurangi kerja usus dalam membuang sisa-sisa makanan di dalam tubuh. Kandungan asam folat yang terdapat dalam beras merah juga mampu menurunkan kadar homosistein penyebab kepikunan dan penumpulan kecerdasan (Indrasari 2006). Beras merah juga merupakan golongan nasi dengan sifat hipoglikemik yakni mempunyai indeks glikemik antara rendah hingga sedang. Sebagai contoh, beras merah varietas Aek Sibundong mempunyai indeks glikemik sedang yakni 56 sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes maupun menu makanan diet (Indrasari 2009). Beras dengan IG rendah umumnya mempunyai tekstur nasi yang pera sehingga tidak disukai oleh konsumen. Hal tersebutlah yang menjadi masalah bagi sebagian konsumen terutama bagi yang terbiasa mengonsumsi nasi pulen. Permasalahan yang dialami konsumen tersebutlah yang akan diatasi oleh keunggulan dari produk Oriza, sehingga konsumen nasi merah akan dapat menikmati khasiat dari nasi merah dengan mutu organoleptik yang baik.

(12)

2

menyusun granula pati dengan pola tertentu. Struktur amilosa yang lurus akan cenderung berada pada daerah amorf sedangkan amilopektin berantai pendek akan membentuk double helix dan menyusun daerah kristalin (Tester et.al 2004). Pada saat pemasakan, granula pati akan mengembang dan menghancurkan struktur kristalin. Proses penghancuran tersebut dinamakan proses gelatinisasi. Proses gelatinisasi mudah terjadi pada pati yang mengandung amilopektin yang tinggi karena amilopektin mempunyai struktur yang bercabang dan sukar berikatan dengan sesamanya. Gelatinisasi akan menyebabkan pati menjadi lebih basah, lengket, dan cenderung sedikit menyerap air (Rashmi dan Urooj 2003). Sifat pati tersebut yang membuat tekstur nasi menjadi pulen. Oleh karena itu, penambahan amilopektin akan dapat meningkatkan kepulenan nasi.

Pengembangan pasar dengan pendekatan riset aksi memungkinkan dibuatnya sebuah model bisnis yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Menurut Kartowagiran (2005), Riset aksi adalah penelitian yang dilakukan secara bersamaan oleh peneliti dan respondennya untuk melakukan perbaikan pada sesuatu permasalahan dan menerapkannya langsung pada kelompok masyarakat yang dituju. Pendekatan riset aksi ini akan mengonversi permasalahan yang terjadi pada konsumen nasi merah menjadi sebuah solusi yang sesuai dengan permasalahan tersebut. Pengembangan pasar yang dilakukan mengacu pada model

customer development yang dikembangkan oleh Blank dan Dorf (2012). Model

customer development menggambarkan cara terbaik untuk memulai suatu bisnis. Model ini juga dapat menguji dan mengoreksi asumsi dalam waktu yang cepat.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada konsumen nasi merah, mencarikan solusi untuk permasalahan tersebut, sehingga didapatkan model bisnis terbaik. Model bisnis yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi sebuah startup business yang dapat dikembangkan menjadi sebuah industri.

Ruang Lingkup Penelitian

Model customer development yang dikembangkan Blank dan Dorf (2012) terdiri atas empat tahapan yaitu tahapan pencarian konsumen (customer discovery), validasi pasar (customer validation), kreasi pasar (customer creation) dan tahap pendirian perusahaan (company building). Tahapan pertama dan kedua dalam

customer development adalah proses menguraikan dan mencari model bisnis. Tahapan ketiga dan keempat merupakan eksekusi dari model bisnis yang telah dikembangkan, diuji dan terbukti pada tahapan pertama dan kedua. Proses

customer development dapat dilihat pada Gambar 1.

(13)

3

Gambar 1 Proses Customer Development (Blank dan Dorf 2012)

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang bersifat deskriptif dan menekankan kepada makna yang dapat menggambarkan realitas sosial yang kompleks. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang berbentuk deskriptif kualitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Tahapan pelaksanaan penelitian mengacu pada tahapan pencarian konsumen. Diagram alir tahapan pencarian konsumen yang diadopsi dari Blank dan Dorf (2012) secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.

Pengumpulan data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada tahapan pengujian permasalahan dan pengujian solusi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam (in depth interview). Pada tahapan pengujian permasalahan, wawancara dilakukan terhadap 50 responden yang mengonsumsi nasi merah. Tahapan pengujian permasalahan ini dilakukan pada tanggal 1 - 28 Februari 2014. Jenis pertanyaan yang digunakan pada tahapan pengujian permasalahan ini adalah jenis pertanyaan terbuka. Daftar pertanyaan dapat dilihat pada Lampiran 1.

(14)

4

Mulai

Penyusunan Hipotesis Kanvas Model Bisnis :

1. Customer segments

2. Value propositions

3. Channels

4. Customer relationships

5. Revenue streams

6. Key resources

7. Key activities

8. Key partnerships

9. Cost Structure

Pengujian Permasalahan

- Desain pengujian - Wawancara responden - Pemahaman masalah

- Pengetahuan tentang target pasar

Pengujian Solusi

- Pembaruan kanvas model bisnis pertama

- Pembuatan presentasi produk - Wawancara responden

- Pembaruan kanvas model bisnis kedua

Verifikasi Kanvas Model Bisnis

Apakah model bisnis sudah

layak?

Selesai Ya Tidak

(15)

5

Analisis Data

Data hasil dari wawancara dilakukan analisis data dengan menggunakan teknik reduksi dan kategorisasi. Menurut Miles dan Huberman (1994), teknik reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Teknik ini mempermudah dalam menyimpulkan masalah-masalah yang kebanyakan dialami oleh responden dan solusi seperti apa yang dibutuhkan oleh mereka. Cara reduksi data yaitu seleksi ketat terhadap data, membuat ringkasan, atau uraian singkat, dan menggolongkan data-data tersebut (kategorisasi).

Teknik kategorisasi digunakan untuk menggolongkan pernyataan dari responden yang diwawancarai. Teknik ini meliputi penggolongan konsumen potensial atau tidak potensial dari produk yang dikembangkan dan penggolongan segmentasi pasar. Hasil analisis data dan informasi tersebut akan menentukan pada tahap penelitian berikutnya. Hasil analisis data tersebut kemudian disesuaikan dengan hipotesis kanvas model bisnis yang telah dibuat. Apabila hasil analisis tidak sesuai dengan hipotesis maka dilakukan pivot. Pivot adalah proses penyesuaian model bisnis dengan mengubah seluruh maupun sebagian komponen dari kanvas model bisnis sebelumnya. Pivot dilakukan terus menerus selama terdapat perubahan pada setiap tahapan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hipotesis Kanvas Model Bisnis

Bisnis model adalah sebuah konsep yang menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana sebuah perusahaan menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai. Konsep ini memungkinkan perusahaan mendeskripsikan dan memikirkan perusahaannya, pesaingnya, dan perusahaan lainnya (Osterwalder dan Pigneur 2012).

(16)

6

sebagai salah satu metode untuk menciptakan kesesuaian antara produk dengan aspek bisnisnya. Hipotesis kanvas model bisnis dapat dilihat pada Lampiran 5.

Segmen Pelanggan (Customer Segments)

Osterwalder dan Pigneur 2012 menjelaskan bahwa segmen pelanggan adalah kelompok orang atau organisasi berbeda yang ingin dijangkau atau dilayani oleh perusahaan. Pelanggan merupakan inti dari semua model bisnis. Pelanggan memberikan keuntungan kepada perusahaan sehingga perusahaan mampu bertahan dalam waktu lama. Untuk lebih memuaskan pelanggan, Perusahaan dapat mengelompokkan pelanggan dalam beberapa segmen yang berbeda berdasarkan kesamaan kebutuhan, perilaku, atau atribut lain. Perusahaan harus memutuskan segmen mana yang dilayani dan mana yang diabaikan.

Beras merah pada dasarnya merupakan makanan yang baik untuk masyarakat. Nutrisi yang terkandung dalam beras merah jauh lebih baik dibandingkan dengan beras putih. Beberapa tahun terakhir ini, konsumsi nasi yang terbuat dari beras merah dipopulerkan sebagai bagian dari gaya hidup sehat. Menurut Yuliati et al. (2012), Konsumen yang mengonsumsi nasi merah sebagian besar didasarkan pada faktor kesehatan yang meliputi faktor penyakit yang diderita, keinginan untuk memiliki pencernaan yang lebih baik, dan lain lain. Konsumsi beras merah berhubungan dengan faktor pendidikan, pendapatan, dan kesadaran. Akan tetapi, hanya faktor kesadaran yang menjadi berpengaruh nyata terhadap pola konsumsi beras merah. Konsumen tersebut mempunyai motivasi tertentu sehingga harus menerima karakter organoleptik dari nasi merah. Berdasarkan hal tersebut, segmen yang tepat untuk produk Oriza mengerucut pada konsumen yang sadar akan manfaat kesehatan dari beras merah.

Proposisi Nilai (Value Propositions)

Proposisi nilai didefinisikan sebagai gabungan antara produk dan layanan yang menciptakan nilai untuk segmen pelanggan yang dilayani oleh perusahaan. Proposisi nilai ini merupakan manfaat yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pelanggan. Proposisi nilai dapat memecahkan masalah pelanggan atau memuaskan kebutuhan pelanggan. Proposisi nilai ini dapat menjadi alasan pelanggan untuk beralih dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Proposisi nilai harus inovatif dan mewakili sebuah penawaran baru (Osterwalder dan Pigneur 2012).

Beras merah sudah mempunyai nilai tambah yang bagus dibandingkan beras putih dari segi khasiat dan kandungan yang dimilikinya. Akan tetapi, tekstur yang pera dan keras menjadi kelemahan tersendiri yang membuat beras merah kurang diminati oleh konsumen.

Proposisi nilai untuk mengatasi kelemahan tersebut dibutuhkan sehingga menghasilkan bisnis dengan peningkatan penjualan yang baik. Proposisi nilai yang ditawarkan harus menjawab permasalahan yang dialami oleh segmen pelanggan yang dituju. Oleh sebab itu, produk Oriza memiliki hipotesis proposisi nilai yang ditawarkan sebagai berikut:

(17)

7 - Memperbaiki rasa nasi merah. Nasi merah mempunyai rasa yang hambar dan tidak manis saat dikunyah di dalam mulut. Produk Oriza juga akan memperbaiki rasa dari nasi merah menjadi agak manis, sehingga nikmat untuk dimakan.

- Menambah aroma pandan. Beras merah merupakan beras yang tidak disosoh dan masih terselimuti oleh kulit ari. Hal tersebutlah yang menyebabkan nasi merah mempunyai aroma yang kurang enak seperti aroma gabah. Produk Oriza akan menambah aroma pandan yang berfungsi untuk menutupi aroma gabah pada nasi merah. Selain itu, penambahan aroma pandan juga untuk meningkatkan selera makan. - Menambah kalsium. Penambahan kalsium ini didasarkan pada program

fortifikasi pangan yang diterapkan oleh pemerintah.

Saluran (Channels)

Saluran menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan berkomunikasi dengan segmen pelanggan yang dilayani dan menjangkau segmen pelanggannya untuk memberikan proposisi nilai. Saluran berperan penting sebagai penghubung antara perusahaan dengan pelanggan. Saluran memiliki beberapa fungsi, diantaranya : meningkatkan kesadaran pelanggan atas produk dan jasa perusahaan, membantu pelanggan mengevaluasi proposisi nilai perusahaan, memungkinkan pelanggan membeli produk dan jasa yang spesifik, memberikan proposisi nilai kepada pelanggan, dan memberikan dukungan purna jual kepada pelanggan (Osterwalder dan Pigneur 2012).

Produk Oriza menggunakan saluran distribusi berupa pasar swalayan, pasar tradisional, dan bermitra dengan ahli gizi. Pemilihan saluran tersebut diharapkan mampu menjangkau konsumen nasi merah. Asumsi tersebut dikarenakan menurut Yuliati et al. (2012), jumlah konsumen nasi merah yang melakukan pembelian beras merah di pasar, baik pasar tradisional maupun pasar modern/swalayan menempati porsi yang cukup besar. Selain itu, pemilihan ahli gizi didasarkan pada hubungan faktor pendidikan dan kesadaran terhadap tingkat konsumsi beras merah. Untuk itu, ahli gizi diharapkan dapat menjual produk sekaligus memberikan edukasi tentang manfaat dari konsumsi nasi merah.

Hubungan Pelanggan (Customer Relationships)

(18)

8

A. Akuisisi Pelanggan (Get Customers)

Akuisisi pelanggan dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya promosi, pembuatan artikel, demo produk serta bekerja sama dengan institusi terkait. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai media, mulai dari media online

(jejaring sosial, website, dll), media periklanan, dan promosi langsung ke segmen pelanggan. Promosi ini juga dilakukan dengan pembuatan komunitas pada jejaring sosial. Dengan komunitas tersebut, konsumen dapat saling bertukar informasi mengenai beras merah.

Akuisisi pelanggan juga dilakukan dengan pembuatan artikel yang bertemakan manfaat beras merah dan disisipkan pengenalan produk Oriza. Pembuatan artikel ini dapat memberikan edukasi kepada konsumen sehingga semakin banyak konsumen yang beralih dari beras putih ke beras merah. Semakin banyaknya konsumen yang beralih ke beras merah maka semakin besar pula pelanggan yang akan didapatkan.

Demo produk juga dilakukan dengan membagikan produk gratis kepada para segmen pelanggan agar segmen pelanggan tertarik untuk membeli produk. Pelanggan yang mendapatkan sampel produk gratis juga akan memberikan testimoni yang dapat mempengaruhi pelanggan lain untuk membeli produk Oriza. Demo produk ini dapat dilakukan pada komunitas-komunitas diabetes maupun program diet. Pelanggan akan lebih percaya dengan produk baru apabila sudah melihat bukti nyata dari apa yang telah dipromosikan.

Akuisisi pelanggan dari produk Oriza juga akan bekerja sama dengan institusi terkait untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap produk. Institusi yang akan diajak kerja sama adalah Institut Pertanian Bogor (IPB), Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) dan komunitas-komunitas diabetes yang ada di Indonesia. Kerja sama dengan komunitas ini dalam hal edukasi konsumen tentang keunggulan beras merah dan mempromosikan produk.

B. Retensi Pelanggan (Keep Customers)

Retensi pelanggan produk Oriza dilakukan dengan cara program menjaga mutu produk Oriza dan layanan pelanggan. Penjagaan mutu dilakukan untuk menjaga kepercayaan pelanggan terhadap produk Oriza. Layanan pelanggan diberikan sebagai wujud perhatian perusahaan kepada pelanggan dalam bentuk survei kepuasan yang berupa saran dan kesan terhadap produk dan layanan yang diberikan. Layanan pelanggan ini dapat melalui SMS, telepon, dan email.

C. Peningkatan Penjualan (Grow Customers)

Peningkatan penjualan dilakukan dengan cara melakukan pengembangan terhadap produk dan peningkatan layanan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Pengembangan produk bisa meningkatkan penjualan dengan mengambil pelanggan dari pasar lain.

Aliran Pendapatan (Revenue Streams)

(19)

9 arus pendapatan yang didasarkan pada proposisi nilai yang siap dibayarkan oleh pelanggan. Mekanisme penetapan arus pendapatan dapat dilakukan berbagai cara, seperti daftar harga yang tetap, penawaran, pelelangan, kebergantungan pasar, kebergantungan volume, atau manajemen hasil. Arus pendapatan dapat dibangun dari beberapa cara seperti penjualan aset, biaya penggunaan, biaya berlangganan, biaya penyewaan, dan lisensi.

Aliran pendapatan yang akan didapatkan dari produk Oriza berasal dari penjualan produk. Hipotesis kanvas model bisnis produk Oriza menawarkan harga jual produk Oriza yakni Rp 1 500 /kemasan.

Sumber Daya Utama (Key Resources)

Sumber daya utama adalah aset-aset penting yang harus dimiliki sebuah perusahaan agar model bisnisnya dapat berfungsi. Sumber daya ini memungkinkan sebuah perusahaan dapat menciptakan dan menawarkan proposisi nilai, menjangkau pasar, mempertahankan hubungan dengan segmen pelanggan, dan memperoleh pendapatan. Sumber daya utama ini dibagi ke dalam empat kategori, yaitu sumber daya yang berbentuk fisik, finansial, intelektual, dan manusia. Sumber daya utama tersebut dapat dimiliki secara pribadi oleh perusahaan tersebut ataupun disewa dari mitra utama (Osterwalder dan Pigneur 2012).

Sumber daya utama yang diperlukan dalam hipotesis kanvas model bisnis produk Oriza diantaranya bahan baku, fasilitas produksi (ruang produksi dan alat-alat produksi), sumber daya manusia, paten, merek dagang, dan finansial. Produk Oriza sudah dipatenkan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2002 dengan nomor paten S00200200006 (Sutejo dan Koswara 2002). Paten tersebut menjaga produk Oriza agar tidak ditiru oleh pihak lain. Merek dagang yang digunakan pada produk pemulen nasi ini adalah Oriza. Oriza diambil dari nama latin beras.

Bahan baku yang digunakan produk Oriza diantaranya, pati termodifikasi, kalsium laktat, dan esens pandan. Pati termodifikasi yang digunakan mempunyai kadar amilopektin yang tinggi. Selain itu, pati termodifikasi tersebut juga mempunyai sifat resisten terhadap panas, mempunyai viskositas tinggi, lebih resisten terhadap retrogradasi, dan tingkat suspensi yang tinggi. Kalsium laktat berfungsi sebagai penambah zat kalsium pada produk Oriza. Selain itu, kalsium laktat juga berfungsi sebagai pengental, pembangkit, dan penstabil (BPOM 2013). Esens pandan digunakan untuk memberikan aroma pandan.

Aktivitas Utama (Key Activities)

Aktivitas utama adalah tindakan-tindakan terpenting yang harus dikuasai oleh perusahaan agar model bisnisnya dapat berlangsung dengan baik. Seperti halnya sumber daya utama, aktivitas utama juga diperlukan agar perusahaan dapat menciptakan dan menyalurkan proposisi nilai kepada pelanggan, menjangkau pasar, mempertahankan hubungan pelanggan, dan memperoleh pendapatan. Aktivitas utama ini dapat dikategorisasikan menjadi produksi, pemecahan masalah dan jaringan (Osterwalder dan Pigneur 2012).

(20)

10

baku dengan spesifikasi yang diberikan serta melakukan pengawasan terhadap mutu bahan baku yang dikirim oleh penyuplai. Proses produksi dilakukan untuk mengonversi bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Proses produksi produk Oriza dimulai dari penggilingan tepung berkadar amilopektin tinggi, pencampuran tepung dengan bahan lain seperti kalsium laktat, dan esens pandan, serta pengemasan produk (Sutejo dan Koswara 2002). Selain itu, pengujian mutu produk juga dilakukan pada tahapan ini untuk memastikan bahwa produk sudah sesuai standar yang ditetapkan. Pemasaran produk Oriza dilakukan sesuai kanvas model bisnis pada blok saluran dan hubungan pelanggan.

Mitra Utama (Key Partnerships)

Mitra utama adalah perusahaan lain yang membantu dalam menjalankan model bisnis. Mitra dibentuk untuk mengoptimalkan model bisnis, mengurangi risiko, atau memperoleh sumber daya mitra. Kemitraan dibagi menjadi empat jenis yakni, aliansi strategis antara non pesaing, kemitraan strategis antara pesaing, usaha patungan untuk menciptakan bisnis baru, dan hubungan antara pembeli dan pemasok untuk menjamin ketersediaannya pasokan (Osterwalder dan Pigneur 2012).

Mitra utama yang dibutuhkan dalam hipotesis kanvas model bisnis produk Oriza diantaranya, pemasok pati termodifikasi, pemasok kalsium laktat, pemasok esens pandan, pemasok kemasan alumunium foil, pasar swalayan, pasar tradisional dan ahli gizi.

Struktur Biaya (Cost Structure)

Osterwalder dan Pigneur (2012) menjelaskan bahwa struktur biaya adalah semua biaya yang dibutuhkan untuk mengoperasikan model bisnis. Struktur biaya ini mencakup biaya terpenting yang dikeluarkan pada saat menciptakan dan memberikan nilai, mempertahankan hubungan pelanggan, dan menghasilkan pendapatan. Perhitungan biaya tersebut dilakukan setelah menentukan sumber daya utama, aktivitas utama, dan kemitraan.

Metode analisis biaya yang digunakan untuk menghitung cost structure

adalah metode full costing. Metode full costing disebut juga metode absorption costing. Metode full costing adalah keseluruhan biaya yang dibebankan pada setiap produk, baik biaya langsung, maupun biaya tidak langsung. Metode full costing ini digunakan untuk memperkirakan harga penjualan normal yang dikehendaki perusahaan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Komponen yang terlibat dalam penghitungan biaya produksi dengan metode full costing yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik tetap, dan biaya overhead pabrik variabel (Warindrani 2006).

Ukuran Pasar (Market Size)

Ukuran pasar adalah tahapan awal yang dilakukan untuk memperkirakan berapa besar peluang pasar yang bisa dikuasai apabila model bisnis berjalan dengan baik. Produk Oriza mempunyai gambaran pasar yang diukur berdasarkan

(21)

11

Total Addressable Market (TAM)

Pasar utama dari produk Oriza adalah konsumen beras merah. Beras merah akan semakin populer karena dijadikan sebagai bagian dari gaya hidup sehat. Kepopuleran beras merah ini akan meningkatkan jumlah konsumen beras merah. Selain itu, peningkatan juga terjadi pada intensitas orang tersebut mengonsumsi nasi merah juga akan semakin meningkat. TAM yang dihitung untuk produk Oriza mengarah kepada jumlah penjualan beras merah di Indonesia. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2013), produksi padi di Indonesia mencapai 71 291 494 ton/tahun dan menurut Badan Pusat Statistik (2013), persentase penjualan beras merah di Indonesia berkisar pada 0.1 % dari seluruh penjualan beras. Angka tersebut merupakan angka rata-rata penjualan di beberapa wilayah Indonesia. Berdasarkan kedua data tersebut dapat disimpulkan angka penjualan beras merah di seluruh Indonesia mencapai 71 291 ton/tahun atau setara dengan 71 291 000 kg/tahun.

Setiap kemasan produk Oriza dapat digunakan untuk 250 g beras merah, sehingga dibutuhkan 285 164 000 kemasan/tahun. Apabila produk Oriza dijual dengan harga Rp 1 500 per kemasan, maka pendapatan yang diterima sebesar Rp 427 746 000 000 /tahun.

Served Available Market (SAM)

Served available market dari produk Oriza merupakan konsumen nasi merah yang menginginkan tekstur yang lebih pulen. SAM tersebut dapat dihitung dengan pendekatan hasil wawancara tahapan pengujian masalah yaitu 38 dari 50 atau 76 % responden menyatakan bahwa nasi merah mempunyai tekstur yang lebih pera dibandingkan nasi putih. Berdasarkan data tersebut, SAM dari produk Oriza adalah 76 % dari TAM atau sekitar 54 181 160 kg/tahun. Jumlah kemasan produk Oriza yang dibutuhkan adalah 216 724 640 kemasan/tahun atau setara dengan Rp 325 086 960 000 /tahun.

Target Market (TM)

Target market dari produk Oriza diasumsikan 10 % dari SAM. TM ini difokuskan pada penjualan di Pulau Jawa. Selain itu, penentuan target market ini juga didasarkan pada faktor distribusi dan pemasaran produk. Permintaan pasar tersebut sejumlah 5 418 116 kg/tahun beras merah. Produk Oriza yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasar adalah 21 672 464 kemasan/tahun. Jumlah pendapatan yang diterima perusahaan sebesar Rp 32 508 696 000 /tahun.

(22)

12

Pengujian Permasalahan (Test The Problem)

Pengujian permasalahan dilakukan untuk menguji hipotesis pada seluruh komponen kanvas model bisnis. Proposisi nilai merupakan salah satu hal yang menjadi alasan konsumen dalam membeli produk. Apabila proposisi nilai tersebut sesuai dengan permasalahan yang dialami, kemungkinan produk akan dibeli juga tinggi. Untuk itu, pengujian permasalahan dibutuhkan untuk menyesuaikan proposisi nilai terhadap masalah konsumen. Selain proposisi nilai, komponen lain pada kanvas model bisnis juga diuji kebenaran/kesesuaiannya dengan kondisi yang terjadi pada pelanggan.

Hasil pengujian permasalahan menunjukkan terdapat sembilan permasalahan yang dialami konsumen nasi merah. Permasalahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Dari sembilan permasalahan yang dialami konsumen, tiga permasalahan mempunyai frekuensi yang lebih besar dari frekuensi permasalahan yang lain. Permasalahan tersebut diantaranya tekstur nasi merah yang keras, rasa yang hambar, dan aroma yang tidak enak. Permasalahan tersebut menjadi permasalahan utama yang akan diselesaikan. Ketiga permasalahan tersebut sesuai dengan hipotesis kanvas model bisnis yang dibuat.

Berdasarkan pengujian permasalahan, terdapat proposisi nilai yang tidak sesuai yakni menambah kalsium. Dari 50 responden yang diwawancarai, 57 % responden sudah memenuhi kebutuhan kalsiumnya dari susu, sayur, buah ataupun suplemen. Responden yang tidak memenuhi kalsiumnya dikarenakan beberapa alasan yakni malas, ada alergi terhadap makanan tertentu ataupun tidak suka dengan makanan tertentu. Akan tetapi, proposisi nilai menambah kalsium tetap dimasukkan ke dalam kanvas model bisnis sebagai tindak lanjut dari program fortifikasi pangan yang dibuat oleh pemerintah.

Tabel 1 Jenis-jenis permasalahan pada nasi merah

No. Jenis Permasalahan Frekuensi

1 Tekstur nasi yang keras 38

(23)

13 dengan faktor prioritas konsumen dalam membeli sebuah produk. Pembobotan untuk masing-masing faktor dapat dilihat pada Lampiran 3. Konsumen yang potensial adalah konsumen yang melewati batas nilai yang ditentukan yaitu > 2. Nilai tersebut dijadikan batas karena nilai 2 merupakan nilai tengah antara 1-3 yang menjadi nilai dari masing-masing parameter. Data sebaran pasar dapat dilihat pada Lampiran 4.

Gambar 4 Persentase perbandingan konsumen yang potensial untuk pasar produk Oriza

Pengujian Solusi (Test The Solution)

Pembaruan Kanvas Model Bisnis Pertama

Hipotesis kanvas model bisnis yang tidak sesuai dengan hasil pengujian permasalahan akan disesuaikan pada tahapan ini. Pembaruan model bisnis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran model bisnis yang dibutuhkan oleh konsumen. Pembaruan kanvas model bisnis juga menjadi dasar untuk tahapan pengujian selanjutnya sampai didapatkan model bisnis yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan konsumen. Beberapa komponen kanvas model bisnis yang mengalami perubahan diantaranya pada komponen segmen pelanggan, proposisi nilai, saluran, dan mitra utama. Perubahan kanvas model bisnis dapat diamati pada Tabel 2. Kanvas model bisnis yang telah diperbarui secara lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 6.

Tabel 2 Pembaruan komponen kanvas model bisnis setelah pengujian permasalahan

No. Komponen Model Bisnis Awal Pembaruan Model Bisnis

1. Segmen pelanggan Konsumen yang sadar akan manfaat dari beras merah menjadi konsumen yang belum lama mengonsumsi nasi

Potensial 74% Tidak

(24)

14

merah. Hal tersebut dikarenakan 31 dari 37 responden yang potensial merupakan konsumen yang baru mengonsumsi nasi merah kurang dari lima tahun. Konsumen yang baru mengonsumsi nasi merah ini belum terbiasa dengan karakter dari nasi merah, sehingga konsumen tersebut membutuhkan suatu solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.

Proposisi nilai produk Oriza bertambah satu proposisi nilai yaitu tidak meningkatkan nilai indeks glikemik (IG) secara signifikan. Hal tersebut didapatkan dari saran-saran responden selama proses wawancara pada tahapan pengujian permasalahan. Proposisi nilai tersebut diminta responden karena beras merah juga dikonsumsi oleh penderita diabetes. Penderita diabetes dianjurkan untuk mengonsumsi nasi yang mempunyai indeks glikemik rendah hingga sedang. Oleh karena itu, produk Oriza diharapkan tidak meningkatkan nilai indeks glikemik (IG) secara signifikan.

Saluran distribusi juga mengalami perubahan. Berdasarkan data hasil wawancara pengujian permasalahan menunjukkan bahwa 25 dari 50 responden membeli beras merah di pasar swalayan (Gambar 5). Responden lebih membeli beras merah di pasar swalayan dikarenakan lebih keseragaman mutu beras merah yang dijual di pasar swalayan dan kemudahan pasar swalayan untuk dijangkau. Pada Gambar 6 juga ditunjukkan bahwa sebagian besar konsumen tidak rutin bahkan tidak pernah konsultasi gizi, sehingga alternatif saluran distribusi melalui ahli gizi tidak sesuai. Untuk itu, saluran distribusi difokuskan pada pasar swalayan. Pasar swalayan yang dimaksud mencakup mini market, super market, dan hyper market.

Gambar 5 Grafik persentase tempat pembelian beras merah

Gambar 6 Grafik persentase pernah atau tidaknya responden konsultasi gizi Swalayan

50%

Tradisional 35%

Perorangan 15%

Ya 37%

(25)

15

Pembuatan Presentasi Produk

Setelah pembaruan model bisnis, langkah selanjutnya adalah pembuatan presentasi solusi produk. Presentasi solusi yang dibuat berupa solusi yang nyata dan sesuai dengan permasalahan yang terjadi pada konsumen. Setiap proposisi nilai yang ditawarkan harus menjawab permasalahan utama konsumen. Solusi-solusi yang ditawarkan oleh produk Oriza dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Permasalah pada konsumen nasi merah dan solusi yang ditawarkan

No. Permasalahan Utama Solusi yang ditawarkan

1. Tekstur nasi yang pera Membuat produk dengan bahan dasar pati termodifikasi berkadar amilopektin tinggi yang dapat memulenkan nasi.

2. Rasa yang hambar Menambahkan pati termodifikasi sehingga nasi lebih terasa enak.

3. Aroma yang tidak enak Menambahkan aroma pandan untuk menyamarkan aroma nasi merah.

Produk Oriza dibuat dengan bentuk bubuk yang digunakan pada saat memasak. Produk Oriza ini dikemas dengan kemasan sekali pakai. Satu kemasan produk Oriza dapat digunakan untuk memasak 250 g atau dua cup nasi merah. Penentuan ukuran penggunaan produk Oriza didasarkan pada hasil pengujian permasalahan yang menunjukkan bahwa 72 % responden membutuhkan satu hingga dua cup beras dalam sekali masak. Presentasi produk Oriza secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Presentasi Produk Oriza

Adanya produk Oriza akan mengubah customer work flow. Customer works flow merupakan langkah-langkah yang dilewati konsumen untuk menikmati suatu produk. Customer works flow sebelum dan sesudah adanya produk Oriza dapat dilihat pada Gambar 8.

(26)

16

khasiat dari beras merah. Untuk porsi yang sama, nasi merah yang menggunakan produk Oriza akan mempunyai khasiat yang lebih baik dibandingkan nasi merah hasil pencampuran beras merah dengan beras putih. Hal tersebut dikarenakan konsumen dapat mengonsumsi nasi merah yang lebih pulen dari murni beras merah. Selain itu, penggunaan produk Oriza yang hanya 2 % dari jumlah beras yang dimasak diharapkan tidak meningkatkan nilai IG secara signifikan dibandingkan dengan pencampuran beras putih yang mencapai 50 % dari total beras yang dimasak.

Produk Oriza juga mempunyai kelemahan yakni mempunyai harga yang relatif lebih tinggi. Penggunaan produk Oriza membutuhkan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan mencampur beras putih. Akan tetapi, berdasarkan hasil wawancara, responden menyatakan bahwa harga bukan merupakan faktor yang utama dalam membeli produk. Responden lebih memprioritaskan pada faktor manfaat produk tersebut. Selain itu, produk Oriza yang merupakan golongan bahan tambahan pangan (BTP) menjadi suatu hal yang dipertimbangkan oleh konsumen. BTP dianggap sebagai bahan tambahan yang membahayakan kesehatan, sehingga diperlukan sosialisasi kepada konsumen tentang keamanan penggunaan produk Oriza.

Gambar 8 Customer work flow; (a) sebelum dan (b) sesudah adanya produk Oriza

Konsumen

Beras merah dan beras putih dibeli

(27)

17

Pengujian Solusi

Pada tahapan ini, solusi produk akan diuji kepada 50 responden potensial untuk mengetahui tingkat diterimanya produk. Responden akan diberikan pertanyaan mengenai kesesuaian proposisi nilai dengan permintaan responden. Pertanyaan yang diajukan mengenai apakah produk Oriza sudah dapat memulenkan nasi merah, meningkatkan cita rasa nasi merah, memperbaiki aroma, memiliki bentuk yang sesuai, dan desain yang menarik. Selain penerimaan produk, tahapan ini juga menguji ketertarikan responden terhadap produk Oriza, harga yang dapat dibayarkan responden terhadap produk, dan saluran distribusi yang dapat dijangkau.

Pengujian terhadap produk Oriza langsung dibuktikan dengan dimasak pada beras merah. Responden diberikan dua sampel nasi. Kedua nasi ditambahkan air yang sama dan dimasak dengan menggunakan rice cooker. Pembeda dari kedua nasi tersebut adalah salah satu dari nasi tersebut ditambahkan produk Oriza. Responden diminta untuk mencoba kedua nasi tersebut dan membedakan dari segi tekstur, rasa, dan aroma. Hasil dari wawancara terhadap pengujian produk dapat dilihat pada Gambar 9.

(28)

18

Berdasarkan hasil pengujian solusi, responden secara umum menyukai nasi merah yang menggunakan produk Oriza. Konsumen menyukai tekstur dikarenakan tekstur nasi merah yang menggunakan produk Oriza dinilai lebih lembut, lebih pulen, dan mudah ditelan. Aroma yang dihasilkan juga tidak mengeluarkan aroma gabah, melainkan aroma pandan yang dapat meningkatkan selera makan. Rasa yang dihasilkan juga tidak hambar dan menyerupai nasi putih. Konsumen yang kurang menyukai dari segi rasa beranggapan bahwa rasa yang dihasilkan kurang menyerupai nasi putih. Hal tersebut dikarenakan produk Oriza dibuat tidak menggunakan penyedap rasa ataupun pemanis. Konsumen yang kurang menyukai aroma dikarenakan lebih menyukai aroma beras alami dibandingkan dengan penambahan aroma pandan.

Proposisi nilai lain yang ditawarkan produk Oriza adalah tidak meningkatkan nilai indeks glikemik (IG) secara signifikan. Proposisi nilai ini harus diuji secara klinis di laboratorium. Akan tetapi, pengujian nilai IG belum dilakukan karena terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Faktor utama yang mempengaruhi respons indeks glikemik adalah pati. Namun, pati bukan faktor tunggal penentu perubahan glukosa dalam darah. Komponen karbohidrat lain yang dapat mempengaruhi indeksi glikemik adalah daya cerna pati dan serat pangan (Indrasari 2008). Dengan pendekatan kandungan pati, indeks glikemik dapat diperkirakan. Produk Oriza mempunyai kandungan utama berupa pati. Penambahan produk Oriza dalam memasak nasi hanya 2 % dari jumlah beras. Penambahan dalam jumlah yang sedikit tersebut diharapkan tidak meningkatkan nilai IG secara signifikan, sehingga masih dalam rentang nilai IG yang rendah.

Pertanyaan selanjutnya mengenai kemasan. Responden ditawarkan bentuk kemasan praktis sekali pakai. Kemasan yang dipakai berbahan dasar alumunium foil dengan easy open. Secara umum, responden setuju dengan bentuk kemasan yang ditawarkan karena kemasan sekali pakai memudahkan konsumen dalam menggunakan produk tersebut. Konsumen juga tidak perlu menakar produk yang akan digunakan untuk memasak nasi merah. Pada nilai desain kemasan, responden diberikan desain kemasan yang sudah dilengkapi informasi-informasi mengenai produk, komposisi, cara penggunaan, dan jaminan produk. Berdasarkan hasil pengujian solusi, sebanyak 48 konsumen cukup puas dan menyukai desain produk Oriza. Beberapa saran responden mengenai kemasan adalah untuk memperbaiki gambar ilustrasi agar lebih menarik, warna latar belakang yang lebih menarik, dan informasi-informasi yang tercantum lebih diperjelas. Hasil wawancara mengenai kesukaan terhadap bentuk dan desain kemasan secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 10.

(29)

19

Gambar 10 Persentase penerimaan pelanggan terhadap kemasan ; (a) bentuk kemasan dan (b) desain kemasan.

Gambar 11 Persentase penerimaan konsumen terhadap saluran distribusi pasar swalayan

Harga produk yang ditawarkan untuk produk Oriza ini adalah Rp 1 500 untuk penggunaan pada 250 g beras. Berdasarkan hasil pengujian solusi, sebanyak 37 responden (74 %) setuju dengan harga yang ditawarkan. Responden yang tidak setuju menginginkan harga produk yang beragam mulai dari Rp 500 – 5 000. Konsumen yang menginginkan harga rendah berpendapat dengan harga yang lebih rendah, produk Oriza dapat dijangkau oleh semua kalangan. Sedangkan konsumen yang menginginkan harga yang lebih tinggi berpendapat semakin tinggi harga akan menunjukkan kualitas dari produk. Responden juga menyarankan untuk mengemas produk dengan kemasan sekunder dengan isi 5-10 kemasan. Hasil wawancara mengenai harga produk secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Persentase penerimaan konsumen terhadap harga produk sebesar Rp 1 500

(30)

20

Harga jual yang ditawarkan tersebut merupakan harga jual yang dibayarkan oleh konsumen. Harga jual tersebut sudah termasuk keuntungan 25 % yang diterima oleh saluran distribusi yakni pasar swalayan (mini market, super market, dan hyper market). Harga tersebut juga termasuk biaya produksi produk Oriza sebesar Rp 497 dan biaya non produksi.

Pertanyaan selanjutnya berkaitan dengan kesesuaian produk dengan segmen pelanggan yang dilayani. Berdasarkan hasil wawancara responden, 48 responden (96 %) setuju jika produk Oriza dibutuhkan untuk konsumen nasi merah. Responden sangat antusias dengan adanya produk Oriza. Produk Oriza dinilai mampu mengatasi kelemahan nasi merah. Responden bisa mendapatkan manfaat nasi merah sekaligus mutu organoleptik yang baik. Persentase mengenai kesesuaian produk terhadap segmen pelanggan dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Persentase kesesuaian produk terhadap segmen pelanggan

Pembaruan Kanvas Model Bisnis Kedua

Data hasil pengujian solusi selanjutnya dianalisis untuk menyesuaikan kembali kanvas model bisnis versi satu. Terdapat beberapa perubahan karena saran-saran yang diberikan oleh responden. Perubahan tersebut terjadi pada saluran, aliran pendapatan dan mitra utama. Pembaruan model bisnis kanvas model bisnis produk Oriza dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Pembaruan komponen kanvas model bisnis setelah pengujian solusi

No. Komponen Model Bisnis Awal Pembaruan Model Bisnis

1. Saluran Pasar swalayan Pasar swalayan dan apotek 2. Aliran pendapatan Penjualan produk Rp 1 500

Verifikasi model bisnis dilakukan untuk memastikan ketepatan model bisnis yang dihasilkan dari seluruh pengujian. Verifikasi ini juga memastikan bahwa model bisnis yang dihasilkan dapat ditingkatkan ke skala besar. Menurut Blank dan Dorf (2012), terdapat tiga hal yang harus dipastikan yaitu kecocokan produk

(31)

21 dengan pasar, segmen pelanggan dan cara mencapainya, serta kemampuan model bisnis menghasilkan uang.

Verifikasi : kecocokan produk dengan pasar

Kecocokan produk dengan pasar akan melihat kesesuaian antara komponen proposisi nilai dan segmen pasar yang dilayani. Menurut Blank dan Dorf (2012), terdapat tiga komponen sebagai parameter kecocokan produk dengan pasar. Ketiga komponen tersebut adalah apakah permasalahan atau kebutuhan yang diselesaikan merupakan suatu hal yang mendesak atau penting bagi kebanyakan pelanggan, apakah produk menyelesaikan masalah atau memenuhi kebutuhan pelanggan, serta apakah ada pelanggan yang cukup besar yang dijadikan peluang bisnis.

Komponen pertama adalah apakah permasalahan atau kebutuhan yang diselesaikan merupakan suatu hal yang mendesak atau penting bagi kebanyakan pelanggan. Berdasarkan hasil seluruh pengujian, permasalahan utama yang dialami responden dalam mengonsumsi beras merah adalah tekstur nasi merah yang pera, rasa nasi merah yang hambar, dan aroma nasi merah yang kurang enak. Hal ini yang menyebabkan sebagian besar masyarakat kurang tertarik mengonsumsi nasi merah meskipun kandungan beras merah lebih baik dibandingkan beras putih. Berdasarkan responden yang diwawancarai, masalah serupa tidak hanya dialami oleh mereka, tetapi kerabat dan saudara mereka juga mengalami masalah serupa. Beberapa responden telah mencoba solusi untuk mengatasi permasalahannya dengan mencampur beras merah dan beras putih, akan tetapi solusi tersebut membuat nasi yang dimakan memiliki nilai IG yang tinggi. Untuk itu, produk Oriza ini dibuat untuk mengatasi permasalahan yang terjadi seperti nasi merah yang pera, rasa yang hambar, dan aroma yang kurang enak. Nasi yang dimasak dengan produk Oriza tidak akan meningkatkan nilai IG secara signifikan. Dengan solusi tersebut, produk Oriza bisa menarik minat masyarakat yang kurang tertarik dengan beras merah karena tekstur, aroma, dan rasanya.

Komponen kedua adalah apakah produk dapat menyelesaikan masalah atau memenuhi kebutuhan pelanggan dan seberapa besar pelanggan dengan senang hati mau membayar produk yang ditawarkan. Berdasarkan pengujian solusi, responden menyukai nasi merah yang dimasak dengan produk Oriza. Responden juga menyukai presentasi produk Oriza. Responden tertarik untuk mencoba pada beras merah mereka dengan meminta sampel produk. Sebagian responden juga bersedia membayarkan produk tersebut meskipun tahap tersebut belum dilakukan penjualan. Responden juga meminta untuk segera dikabarkan apabila produk tersebut sudah dijual di pasaran. Antusias konsumen yang tinggi terhadap produk Oriza mendorong keyakinan bahwa konsep produk Oriza yang ditawarkan benar-benar menarik minat responden.

(32)

22

dari seluruh penjualan beras Indonesia atau setara dengan 71 291 000 kg/tahun. Akan tetapi, jumlah tersebut akan terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat. Selain itu, dari 50 responden yang diwawancarai 74 % merupakan pasar potensial yang membutuhkan produk Oriza. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan produk Oriza sebagai pemulen nasi merah merupakan peluang bisnis yang besar.

Verifikasi : segmen pelanggan dan cara mencapainya

Strategi yang diterapkan pada model bisnis produk Oriza untuk mendapatkan konsumen adalah promosi, pembuatan artikel, demo produk serta bekerja sama dengan institusi terkait. Berdasarkan hasil wawancara pengujian permasalahan, responden sering mengakses informasi-informasi baik berasal dari internet ataupun majalah. Selain itu, responden juga lebih percaya dengan produk baru apabila mendapatkan testimoni dari orang lain. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa konsumen dari produk Oriza adalah konsumen yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi sehingga ingin menggali informasi dari apapun atau siapapun. Strategi mendapatkan pelanggan yang diterapkan oleh model bisnis produk Oriza ini sesuai dengan kebiasaan pelanggan, sehingga produk Oriza lebih mudah dikenal oleh pelanggan.

Produk Oriza juga disalurkan melalui pasar swalayan dan apotek-apotek. Berdasarkan hasil pengujian permasalahan dan pengujian solusi, sebagian besar pelanggan membeli beras merah pada saluran pasar swalayan. Hal tersebut dimanfaatkan untuk memperkenalkan produk Oriza di saluran yang sama. Pelanggan bisa membeli beras merah sekaligus produk Oriza di satu tempat yang sama. Pemilihan pasar swalayan juga dianggap sebagai tempat yang mudah dijangkau oleh konsumen dan mudah mempromosikan produk yang baru. Apotek dipilih karena sebagian pelanggan merupakan penderita diabetes yang biasa membeli obat di apotek. Hal tersebut dianggap sebagai peluang untuk memperkenalkan produk Oriza. Saluran distribusi yang ditetapkan pada model bisnis produk Oriza ini diharapkan mampu memperkenalkan produk dan menjangkau segmen pelanggan.

Verifikasi : kemampuan model bisnis menghasilkan uang

(33)

23 meningkat seiring meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi nasi merah sebagai bagian dari gaya hidup sehat.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pengembangan pasar dengan pendekatan riset aksi menghasilkan model bisnis yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dengan pendekatan riset aksi, permasalahan dan solusi yang dibuat bisa secara langsung ditanggapi oleh konsumen. Perubahan model bisnis dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan informasi pada tahapan pengujian permasalahan dan solusi oleh responden. Berdasarkan pengujian permasalahan, sebanyak 74 % merupakan konsumen potensial untuk produk Oriza dengan permasalahan utama yaitu tekstur nasi merah yang pera, rasa nasi merah yang hambar, dan aroma nasi merah yang kurang enak. Berdasarkan permasalahan tersebut, solusi yang ditawarkan adalah produk Oriza dengan proposisi nilai yaitu meningkatkan kepulenan nasi, meningkatkan cita rasa nasi, menambah aroma pandan, menambah kalsium, dan tidak meningkatkan indeks glikemik (IG) secara signifikan.

Hasil pengujian solusi dari bisnis model yang telah diperbarui, sebanyak 96% responden yang diwawancarai puas dan setuju produk Oriza sesuai dengan kebutuhan konsumen beras merah. Responden juga setuju produk Oriza mampu meningkatkan kepulenan nasi, meningkatkan cita rasa, dan meningkatkan aroma. Bentuk kemasan kecil sekali pakai dengan jenis alumunium foil juga disukai konsumen sebagai bentuk kemasan yang sesuai dengan produk Oriza. Selain bentuk, responden juga menyukai desain kemasan produk Oriza. Harga Rp 1 500 yang ditawarkan bagi produk Oriza juga disetujui oleh responden bahwa harga tersebut merupakan harga yang sesuai untuk proposisi nilai yang ditawarkan oleh produk Oriza. Saluran distribusi yang dianggap sesuai sebagai tempat penjualan produk Oriza adalah pasar swalayan. Pembaruan model bisnis setelah tahapan pengujian solusi telah diverifikasi dan sesuai dengan keadaan pasar.

Saran

(34)

24

DAFTAR PUSTAKA

[BIC] Business Innovation Center. 2010. 102 Inovasi Indonesia. Jakarta (ID) : Onemedia Progressio Center.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2013. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengatur Keasaman. Jakarta (ID) : BPOM

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Luas Panen-Produktivitas-Produksi Tanaman Padi Seluruh Indonesia. Jakarta (ID) : Badap Pusat Statistik.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Survei Volume Penjualan Eceran Beras. Jakarta (ID) : Sistem Informasi Rujukan Statistik.

Blank S, Dorf B. 2012. The Startup Owner’s Manual : The Step-by-Step Guide for Building a Great Company. California (US) : K&S Ranch, Inc. Publisher. Indrasari SD. 2006. Padi aek sibundong : pangan fungsional. Warta Penelitian

dan Pengembangan Pertanian 28(6):1-3.

Indrasari SD. 2009. Beras untuk penderita diabetes. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31(2):5-7.

Indrasari SD, Purwani EY, Wibowo P, Jumali. 2008. Nilai indeks glikemik beras beberapa varietas padi. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 27(3):127-134. Kartowagiran. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Tindakan. Yogyakarta (ID).

Universitas Negeri Yogyakarta.

Osterwalder A, Pigneur Y. 2012. Business Model Generation. Sihandrini NR, penerjemah. Jakarta (ID): PT Elex Media Kumputindo. Terjemahan dari:

Business Model Generation.

Miles HB, Huberman AM. 1994. Qualitative Data Analysis. Thousand Oaks, California (US) : Sage.

Rashmi S, Urooj A. 2003. Effect of processing on nutritionally important starch fraction in rice varieties. J Food Sci Nutr 54(1):27-36.

Sutejo A, Koswara S, penemu; Institut Pertanian Bogor. 2002 Jan 17. Suplemen Beras. Paten Indonesia ID S00200200006.

Tester RF, Karkalas J, Qi X. 2004. Starch-composition, fine structure and architecture. Journal of Cereal Science 39(2):151-165.

Warindrani AK. 2006. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta (ID) : Graha Ilmu. Yuliati LN, Retnaningsih, Aprilia D. 2012. Pengaruh kelompok acuan terhadap

(35)

25 Lampiran 1 Daftar pertanyaan pada pengujian permasalahan produk Oriza

Tahap Pengujian Masalah (Test The Problem) Untuk Produk Pemulen Nasi

A.Identitas Responden

Nama :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Usia :

Profesi :

B.Pertanyaan Umum

1. Apa alasan Anda mengkonsumsi nasi merah?

2. Sejak kapan Anda mengkonsumsi nasi merah? Seberapa rutin mengkonsumsinya?

3. Di mana Anda biasa membeli beras merah?

4. Bagaimana cara Anda memasak beras merah tersebut?

5. Berapa banyak beras merah yang dibutuhkan dalam sekali masak?

6. Apakah Anda menyeleksi dari segi kesehatan makanan yang dibeli (jajanan, snack, makanan berat)?

(36)

26

8. Apakah Anda suka membaca artikel kesehatan? Dari mana sumbernya?

C.Test The Problem

1. Menurut Anda, apa kelemahan nasi merah dibandingkan nasi putih secara umum?

2. Bagaimana cara Anda mengatasi kelemahan tersebut?

3. Apakah Anda rutin mengkonsumsi buah, sayur, susu, dan suplemen kesehatan? (alasan)

4. Apakah Anda suka menggunakan bahan tambahan pangan saat memasak, bagaimana tanggapan Anda mengenai bahan tambahan pangan?

5. Menurut Anda, apakah diperlukan perubahan pada nasi merah agar menjadi lebih baik lagi?

(37)

27 Lampiran 2 Daftar pertanyaan pada pengujian solusi produk Oriza

Tahap Pengujian Solusi (

Test The Solution

) Untuk Produk

Pemulen Nasi

A. Identitas Responden

Nama :

Jenis kelamin :

Alamat :

Usia :

Profesi :

B. Uji Penerimaan Produk

Proposisi produk

1. Apakah anda setuju produk pemulen nasi dapat memulenkan nasi merah? A.Setuju B. Ragu-ragu C. Tidak Setuju Saran :

2. Apakah anda setuju nasi merah yang ditambahkan produk pemulen nasi memiliki aroma yang lebih baik?

A.Setuju B. Ragu-ragu C. Tidak Setuju Saran :

3. Apakah anda setuju nasi merah yang ditambahkan produk pemulen nasi memiliki rasa yang lebih nikmat?

A.Setuju B. Ragu-ragu C. Tidak Setuju Saran :

4. Apakah anda setuju produk pemulen nasi dikemas dengan kemasan sekali pakai?

A.Setuju B. Ragu-ragu C. Tidak Setuju Saran :

5. Apakah anda menyukai desain kemasan dari produk pemulen nasi?

A. Suka B. Ragu-ragu C. Tidak Suka

Saran :

(38)

28

1. Dengan fitur-fitur yang ditawarkan oleh produk pemulen nasi, apakah produk tersebut dibutuhkan bagi pengkonsumsi nasi merah?

A.Setuju B. Ragu-ragu C. Tidak setuju Saran :

Saluran distribusi

1. Apakah anda setuju jika produk pemulen nasi dijual di pasar swalayan? A.Setuju B. Ragu-ragu C. Tidak Setuju Saran :

Harga yang ditawarkan

1. Jika harga produk pemulen nasi adalah Rp 1 500, apakah anda akan membelinya?

(39)

29 Lampiran 3 Pembobotan faktor pembelian produk oleh konsumen

(40)

30

No. Intensitas konsumsi

Kebutuhan produk

Harga

produk Akses

42 3 4 1 2

43 3 4 2 1

44 3 4 2 1

45 2 4 3 1

46 4 2 3 1

47 3 4 2 1

48 3 4 2 1

49 1 4 2 3

50 1 4 3 2

149 175 90 87

(41)

31 Lampiran 4 Data sebaran pasar potensial dan tidak potensial untuk produk Oriza

(42)

32

No. Nama

Intensitas Konsumsi

Keinginan Perubahan

mutu

Harga yang Dapat Dibayarkan

Akses terhadap

Produk Skor

Potensial/ Tidak Potensial

30% 35% 18% 17%

37 IDR 3 3 2 2 2.65 Potensial

38 SK 3 2 2 2 2.3 Potensial

39 SN 3 2 2 1 2.13 Potensial

40 ERN 3 1 1 3 1.94 Tidak Potensial

41 FAU 3 3 2 3 2.82 Potensial

42 MC 2 3 3 2 2.53 Potensial

43 YT 3 3 3 3 3 Potensial

44 ST 3 3 3 2 2.83 Potensial

45 LL 3 2 2 2 2.3 Potensial

46 RES 3 3 2 3 2.82 Potensial

47 DA 3 1 1 3 1.94 Tidak Potensial

48 DJP 3 2 1 3 2.29 Potensial

49 FM 3 2 1 3 2.29 Potensial

50 CTR 3 2 3 3 2.65 Potensial

Keterangan : pemberian skor masing-masing parameter mengikuti ketentuan berikut.

Skor Intensitas Keinginan Harga Akses

(43)
(44)

34

(45)
(46)

36

Lampiran 8 Analisis biaya produksi produk Oriza

A. Biaya Tetap

Nama alat Kuantitas Satuan Harga satuan Harga beli Nilai sisa Umur

pakai

Penyusutan per bulan

Miller Mill 3 Unit Rp 3 600 000 Rp 10 800 000 Rp 1 080 000 24 Rp 405 000

Timbangan 4 Unit Rp 500 000 Rp 2 000 000 Rp 200 000 24 Rp 75 000

Automatic sealer 2 Unit Rp 59 000 000 Rp 118 000 000 Rp 11 800 000 36 Rp 2 950 000

Dryer 2 Unit Rp 15 000 000 Rp 30 000 000 Rp 3 000 000 36 Rp 750 000

Loyang 4 Unit Rp 50 000 Rp 200 000 Rp 20 000 12 Rp 15 000 Sewa bangunan 1 Unit Rp 30 000 000 Rp 30 000 000 Rp 3 000 000 12 Rp 2 250 000 Kendaraan 2 Unit Rp 150 000 000 Rp 300 000 000 Rp 30 000 000 60 Rp 4 500 000

(47)

37

B. Biaya Produksi

C. Harga Pokok Produksi

Biaya produksi Rp 897 978 970

Jumlah produksi 1 807 000 kemasan/bulan

atau 361 400 kotak/bulan Harga pokok produksi per kemasan Rp 497

Harga pokok produksi per kotak Rp 2 486

Komponen Kuantitas Satuan Harga Jumlah

Bahan Baku

Pati modifikasi 8 041 Kg Rp 33 000 Rp 265 357 950 Kalsium laktat 398 Kg Rp 100 000 Rp 39 754 000 Esens pandan 199 Liter Rp 306 000 Rp 60 823 620 Asam sitrat 398 Kg Rp 50 000 Rp 19 877 000 Kemasan alufo 1 807 000 Buah Rp 200 Rp 361 400 000 Kemasan sekunder 361 400 Buah Rp 300 Rp 108 420 000 Kemasan distribusi 9 035 Buah Rp 1 000 Rp 9 035 000

Tenaga Kerja

Buruh/pekerja 6 Orang Rp 2 400 000 Rp 14 400 000 Karyawan 2 Orang Rp 3 000 000 Rp 6 000 000

Overhead Variabel

Biaya listrik Rp 1 566 400 Biaya pemeliharaan

bangunan Rp 200 000 Biaya pemeliharaan

alat Rp 200 000

Overhead Tetap

Biaya penyusutan Rp 10 945 000

(48)

38

Lampiran 9 Biaya Non Produksi

Biaya Non Produksi

Komponen Jumlah

Selling cost

Distribusi Rp 50 000 000 Pemasaran Rp 60 000 000

Administrative cost

Administrasi dan keperluan kantor

Rp 5 000 000

Total Rp 115 000 000

Biaya non produksi Rp 115 000 000 / bulan Jumlah produksi 1 807 000 kemasan/bulan

Atau 361 400 kotak/bulan Biaya non produksi per

kemasan Rp 64

Biaya non produksi per

(49)

39 Lampiran 10 Analisis keuntungan perusahaan

A. Keuntungan per kemasan

Harga jual Rp 1 500 Biaya produksi Rp 497

Biaya non produksi Rp 64 (-) Keuntungan kotor Rp 939

Keuntungan saluran distribusi

(25 % dari harga jual) Rp 375 (-) Keuntungan per kemasan Rp 564

Jumlah produksi per bulan 1 807 000 (x) Keuntungan perusahaan

per bulan Rp 1 019 148 000

B. Keuntungan per Kotak

Harga jual Rp 7 500 Biaya produksi Rp 2 486

Biaya non produksi Rp 319 (-) Keuntungan kotor Rp 4695

Keuntungan saluran distribusi

(25 % dari harga jual) Rp 1875 (-) Keuntungan per kotak Rp 2820

Jumlah produksi per bulan 361 400 (x) Keuntungan perusahaan

per bulan Rp 1 019 148 000

(50)

40

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Juli 1992 dari pasangan Alm. Zulfrin Effendy Pohan dan Rahmawati. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dengan kakak bernama Zara Andriani dan adik bernama Raynaldi Argadipa. Penulis menempuh studi di SD Negeri Kaliabang Tengah 3 1998-2004, SMP Negeri 19 Kota Bekasi 2004-2007, dan SMA Negeri 2 Kota Bekasi 2007-2010. Pada tahun 2010, Penulis melanjutkan pendidikan Strata 1 pada perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor. Penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama di IPB, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Penerapan Komputer pada tahun 2012 dan asisten mata kuliah Teknologi Pati, Gula, dan Sukrokimia pada tahun 2014. Selain itu, penulis juga tergabung dalam kegiatan SWEET (Student With Education Entrepreneur TPB) bidang perikanan pada tahun 2010. Penulis juga mengikuti himpunan profesi di Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri (HIMALOGIN) sebagai wakil ketua pada tahun 2011-2012 dan sebagai kepala bidang Riset dan Pengembangan Departemen Technopreneur

pada tahun 2012-2013.

Gambar

Gambar 2  Diagram alir tahapan penelitian
Gambar 3  Ukuran pasar untuk produk Oriza
Tabel 1  Jenis-jenis permasalahan pada nasi merah
Tabel 2  Pembaruan komponen kanvas model bisnis setelah pengujian permasalahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

BAB I berisi pendahuluan yang membahas tentang latar belakang mengapa saya tertarik meneliti “Penggunaan pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013 dengan model

[r]

Selama berabad abad kebudayaan hindu tumbuh dan berkembang di Indonesia, akan tetapi seiring dengan perkembangan jaman kebudayaan Hindu mulai terkikis oleh

Sesuai hasil penelitian ada hubungan yang signifikan antara Tingkat Kecemasan Menghadapi Menstruasi dengan Tingkat Dismenorea pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Bantul

Ibu bayi / anak balita, bumil, Posyandu,community Feeding bulin,bufas, ibu menyusui Center ( CFC ), kelas ibu, rumah.. Ibu bayi / anak balita, balita Posyandu,community Feeding

[r]

Penilaian proses PKPM mengandungi 3 konstruk iaitu pra pentaksiran (12 item), proses pentaksiran (28 item), penskoran dan penyimpanan eviden (13 item), manakala bagi penilaian