• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbedaan Pemasaran Pepaya Calina ke Pasar Ritel Moderen dan Pasar Tradisional pada Poktan Tirta Mekar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perbedaan Pemasaran Pepaya Calina ke Pasar Ritel Moderen dan Pasar Tradisional pada Poktan Tirta Mekar"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBEDAAN PEMASARAN PEPAYA CALINA KE

PASAR RITEL MODEREN DAN PASAR TRADISIONAL

PADA POKTAN TIRTA MEKAR

NOVITA PERMATASARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Perbedaan Pemasaran Pepaya Calina ke Pasar Ritel Moderen dan Pasar Tradisional pada Poktan Tirta Mekaradalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Novita Permatasari

(4)

ABSTRAK

NOVITA PERMATASARI. Analisis Perbedaan Pemasaran Pepaya Calina ke Pasar Ritel Moderen dan Pasar Tradisional pada Poktan Tirta Mekar. Dibimbing oleh AMZUL RIFIN.

Saat ini perkembangan jumlah gerai ritel moderen di Indonesia semakin pesat. Supermarket dan minimarket dapat dengan mudah dijumpai bahkan hingga ke desa-desa. Gerai ritel moderen tersebut menjual berbagai kebutuhan hidup mulai dari makanan, minuman hingga sayur dan buah. Tirta Mekar adalah salah satu poktan (poktan) yang menjual pepaya calina ke pasar ritel moderen dan pasar tradisional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara pemasaran pepaya ke ritel moderen dan ritel tradisional. Metode yang digunakan yaitu analisis pemasaran yang menggunakan analisis margin, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya. Tirta Mekar menjual pepayanya ke Alfamidi, Total Buah Segar, Ngesti, Istana Buah Segar dan pedagang pengecer yang biasa berjualan di pasar tradisional. Tirta Mekar menjual pepaya grade A dan B ke pasar ritel moderen tersebut dan pepaya grade C dijual ke pedagang pengecer di pasar tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan pemasaran pepaya calina ke pasar moderen dan pasar tradisional terletak pada harga jual pepaya dari poktan, kualitas, fungsi fisik yang dilakukan, biaya pemasaran oleh poktan, biaya pemasaran oleh pengecer, penanggungan risiko, sistem pembayaran dan margin pemasaran.

Kata Kunci : pasar ritel moderen, pasar tradisional, pepaya calina, Tirta Mekar. NOVITA PERMATASARI. The analysis of papaya’s marketing to modern retail market and traditional market in Tirta Mekar. Supervised by AMZUL RIFIN.

Recently, modern retail market in Indonesia have grown very rapidly. Supermarket and minimarket can be found easily even in the village. Modern retail market sell all human needs such as food, beverage even fresh fruit and

vegetable). Tirta mekar is a farmer group that sell it’s papaya to modern retail market and traditional market. The objectives of this research are to analyse the marketing differences between modern retail market and traditional market. This research used marketing analysis method such as marketing margin, farmer’s share, marketing cost and benefit cost ratio. Tirta mekar sell papaya to Alfamidi, Total Buah Segar, Ngesti, Istana Buah Segar and vendor or trader in traditional market. Tirta mekar sell papaya grade A and B to modern retail market and grade C is sold to traditional market. The result shown that the marketing differences

between modern retail market and traditional market can be seen from papaya’s price, papaya’s quality, physical function (marketing function), marketing cost, risk, payment system and marketing margin.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS PERBEDAAN PEMASARAN PEPAYA CALINA KE

PASAR RITEL MODEREN DAN PASAR TRADISIONAL

PADA POKTAN TIRTA MEKAR

NOVITA PERMATASARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi :Analisis Perbedaan Pemasaran Pepaya Calina ke Pasar Ritel Moderen dan Pasar Tradisional pada Poktan Tirta Mekar

Nama : Novita Permatasari NIM : H34100022

Disetujui oleh

Dr. Amzul Rifin SP, MA Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, M.Si Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah pemasaran, dengan judul Analisis Perbedaan Pemasaran Pepaya Calina ke Pasar Ritel Moderen dan Pasar Tradisional pada Poktan Tirta Mekar.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Amzul Rifin SP,MA selaku pembimbing, Ibu Tintin Sarianti SP,MM selaku dosen penguji utama dan Ibu Eva Yolynda Aviny SP,MM. selaku dosen penguji departemen. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Kiki selaku ketua poktan Tirta Mekar, sekretaris poktan Bapak M. Ruslan dan seluruh petani anggota poktan (Pak Abdul Manaf, Pak Edi, Pak Kurniadi, Pak Musa, Pak Kamal, Pak Didin, Pak Aning, Pak Samad, Pak Kurnia, Pak Madsai dan Pak Adun), Bapak Muslimin selaku manajer Toko Istana Buah Segar, Bapak Rafianto selaku staf di DC Alfamidi, dan para pedagang pepaya calina (Bapak Yusuf, Bapak Samsi dan Bapak H. Khodari) yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga dan teman-teman mentoring, Agribisnis 47 (Rahmi Yuniarti Ningsih, Vitalia Putri Asheri, Suhartini, Novade Nur Arif S, Suryani Nurfadillah, Resti Yanuar Akhir, Putri Amalia, Siti Nurjanah, Intan Rizkia) , Gemercik 47, An Naba 47, Ilma atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 7

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Pengertian pemasaran 11

Pemasaran buah segar 12

Fungsi-fungsi dalam pemasaran 12

Farmer’s share 13

Efisiensi pemasaran 13

Kerangka Pemikiran Operasional 15

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Jenis, Sumber dan Metode Pengambilan Data 17

Metode Analisis 17

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis saluran dan fungsi pemasaran

Saluran pemasaran pepaya calina grade A 23 Saluran pemasaran pepaya calina grade B 24 Saluran pemasaran pepaya calina grade C 26

Fungsi pemasaran pada pepaya grade A 27

Fungsi pemasaran pada pepaya grade B 29

Fungsi pemasaran pada pepaya grade C 30

Sistem penentuan harga, sistem pembayaran dan kerja sama antar

lembaga pemasaran 30

Analisis margin dan efisiensi pemasaran 33

Analisis margin pemasaran pepaya calina grade A 33 Analisis margin pemasaran pepaya calina grade B 34 Analisis margin pemasaran pepaya calina grade C 34

(10)

x

Rasio keuntungan terhadap biaya 35

Efisiensi pemasaran 35

Perbedaan pemasaran pepaya calina ke pasar ritel moderen

dan pasar tradisional 36

Pengaruh perbedaan tujuan pemasaran pepaya calina bagi petani 38 PENUTUP

Simpulan 38

Saran 39

DAFTAR PUSTAKA 40

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

1 Jumlah gerai pasar ritel moderen di Indonesia 1 2 Produksi pepaya beberapa daerah di Jawa Barat 4 3 Daftar kecamatan di Kabupaten Bogor yang membudidayakan pepaya 5 4 Daftar poktan di empat kecamatan tahun 2012 5

5 Karakteristik petani Poktan Tirta Mekar 19

6 Luas lahan dan jumlah pohon pepaya anggota Tirta Mekar 20 7 Fungsi pemasaran pada saluran pemasaran pepaya grade A 27 8 Fungsi pemasaran pada saluran pemasaran pepaya grade B 29 9 Fungsi pemasaran pada saluran pemasaran pepaya grade C 31 10 Perbedaan pemasaran pepaya pasar ritel moderen dan

pasar tradisional 38

DAFTAR GAMBAR

1 Marjin Pemasaran 14

2 Kerangka Operasional 16

3 Struktur Organisasi Poktan Tirta Mekar 18

4 Skema Aliran Pemasaran Pepaya Calina 22

DAFTAR LAMPIRAN

1 Biaya Pemasaran pepaya poktan grade A 42

2 Biaya Pemasaran pepaya Jasingagrade A 43

3 Biaya Pemasaran pepaya Pelabuhan Ratu grade A 44

4 Biaya Pemasaran pepaya poktan grade B 45

(11)

6 Biaya Pemasaran pepaya Pelabuhan Ratu grade B 47

7 Biaya Pemasaran pepaya poktan grade C 48

8 Farmer’s share 49

9 Rasio Keuntungan terhadap Biaya 50

(12)
(13)

1)

PT. Bank Mandiri (Persero).2012. Industry Update Volume 17, Agustus 2012

2) Perkembangan Baru Bisnis Ritel Modern di Indonesia. Indonesianconsume.blogspot.com

Februari 2013.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Saat ini di Indonesia pasar ritel moderen seperti swalayan, supermarket dan hipermarket dapat dengan mudah ditemukan, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan kota lainnya. Awalnya segmentasi dari pasar tersebut adalah masyarakat kalangan menegah ke atas. Namun, saat ini pasar ritel moderen tersebut sudah mulai menginginkan masyarakat kalangan menegah ke bawah juga menjadi konsumennya. Hal tersebut dapat dilihat banyaknya swalayan seperti Indomart, Alfamart dan Alfamidi yang mudah ditemukan bahkan di desa-desa yang tidak terletak di kota besar.

Tabel 1. Jumlah gerai pasar ritel moderen di Indonesia

Jenis Pasar Tahun

Ritel Moderen 2004 2010

Minimarket 5 604 gerai 16 922 gerai

Supermarket 956 gerai 1 077 gerai

Convinience Store 154 gerai 450 gerai

Hipermarket 68 gerai 154 gerai

Sumber: AC Nielsen (dalam PT. Bank Mandiri), 2012.1

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa jumlah gerai pasar ritel moderen terus meningkat mulai dari tahun 2004 hingga tahun 2010. Gerai pasar ritel moderen yang mengalami peningkatan paling pesat yaitu minimarket. Website Data Consult (Business Research Studies Report)2 mencatat jumlah gerai ritel moderen di Indonesia mengalami pertumbuhan hingga 17.57 persen per tahun dari tahun 2007 hingga tahun 2011. Tahun 2007 hanya terdapat 10 365 gerai ritel moderen dan tahun 2011 jumlahnya meningkat menjadi 18 152 gerai yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Kenaikan jumlah gerai tersebut disebabkan meningkatnya jumlah minimarket seperti Alfamart dan Indomart. Peningkatan jumlah dua pemain utama tersebut sangat cepat, baik melalui pengelolaan sendiri maupun sistem waralaba (franchise).

Jumlah gerai ritel moderen yang sudah ada saat ini, sekitar 78 persen melakukan ekspansi seperti Carrefour (Perancis), Giant (Malaysia) , Lotte (Korea Selatan), 7-Eleven (AS), Circle K (AS), dan Sogo (Jepang).

(14)

2

3) Daryanto, A. Revitalisasi Pasar Tradisional. Majalah Trobos, Agustus 2009.

Selain di Indonesia, di negara-negara berkembang lainnya pun sudah banyak berdiri pasar ritel moderen seperti swalayan, supermarket atau hipermarket yang menjual buah-buah segar untuk konsumsi rumah tangga. Pasar ritel moderen lokal di Indonesia mulai ada sejak tahun 1970-an dan masih terpusat di kota-kota besar, belum merambah ke wilayah pedesaan atau pinggiran kota. Pasar ritel moderen (terutama supermarket) bermerek asing mulai masuk ke Indonesia pada akhir tahun 1990-an karena adanya kebijakan investasi asing langsung (foreign direct investment) yang mulai dibuka pada tahun 1998 (Suryadarma et al. 2008).

Salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan pasar ritel moderen di negara-negara berkembang adalah meningkatnya investasi asing atau foreign direct investment (Reardon et al. 2005). Selain itu, bisa juga diakibatkan oleh pendapatan masyarakat yang meningkat, perubahan gaya hidup, urbanisasi, perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat, globalisasi, dan peran serta kaum wanita dalam dunia kerja (Daryanto, 2009 dalam Majalah Trobos)3. Kesuksesan dan perkembangan pasar ritel moderen yang pesat dapat dihubungkan dengan kemampuan mereka untuk menurunkan harga yang mengantarkan mereka bersaing dan mengalahkan pasar tradisional. Pasar ritel moderen juga lebih menekankan pada harga yang kompetitif dengan kualitas produk yang lebih tinggi. Tiga hal yang menjadi ciri perkembangan supermarket di wilayah Asia pada umumnya yaitu (1) sektor supermarket semakin banyak dikuasai oleh pihak asing, (2) supermarket berkembang dengan sangat cepat karena mengikuti tren yang berjalan di negara maju, (3) saat ini supermarket tidak hanya melayani konsumen kalangan menengah ke atas, tetapi juga berusaha melayani konsumen kalangan menengah ke bawah yang berada di wilayah pedesaan atau pinggiran (Reardon et al. 2005).

Reardon et al. (2005) membagi tingkat penyebaran supermarket ke dalam tiga gelombang. Gelombang pertama dimulai pada awal hingga pertengahan tahun 1990-an dan telah menyebabkan terbentuknya kekuatan besar pada ritel di akhir tahun 1990-an di negara Amerika bagian Selatan, Asia Timur, Eropa bagian utara dan tengah dan Afrika Selatan. Gelombang kedua dilanjutkan oleh negara-negara di Asia Tenggara, Eropa bagian selatan dan tengah dan Mexico. Gelombang ketiga atau gelombang terakhir dilalui oleh negara-negara seperti Nicaragua, Peru, Bolivia, Vietnam, China, India dan Rusia.

Keberadaan pasar ritel moderen menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup yang berkembang di masyarakat (Daryanto, 2009 dalam Majalah Trobos). Ketika pendapatan masyarakat semakin meningkat, maka mereka akan fokus pada kualitas dan keamanan makanan dan tempat berbelanja mereka. Pasar ritel moderen tidak hanya berfungsi sebagai tempat berbelanja. Saat ini, banyak pasar ritel moderen yang dilengkapi dengan food court, arena bermain anak dan area parkir yang luas, toilet dan mushola. Selain itu, pasar ritel moderen memiliki tata ruang, tata letak produk yang baik serta terjaga kebersihan tempatnya. Hal tersebut menyebabkan masyarakat menjadi lebih nyaman berbelanja ke pasar ritel moderen daripada ke pasar tradisional.

(15)

parkir, buruknya pengelolaan tempat pembuangan sampah, sirkulasi udara yang buruk dan banyaknya pedagang kaki lima yang merugikan para pedagang yang menyewa kios (SMERU 2007). Hal tersebutlah yang menyebabkan kalangan masyarakat tertentu enggan berbelanja ke pasar tradisional. Meskipun memiliki beberapa kelemahan, pasar tradisional tetap memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dengan pasar ritel moderen. Menurut Daryanto (2009), pasar tradisional memiliki tiga ciri khas yang membedakannya dari pasar ritel moderen yaitu (1) adanya proses tawar menawar antara pedagang dan pembeli dalam menentukan harga yang dapat menjalin kedekatan personal dan emosional sehingga dapat menciptakan trust (kepercayaan) diantara mereka, (2) para pedagang di pasar sudah mengetahui dengan persis keinginan (produk yang ingin dibeli) dari pelanggan mereka, (3) pasar tradisional mampu menawarkan produk dengan harga yang menarik pada barang atau produk khusus yang tidak didapatkan di supermarket.

Menurut AC Nielsen, pasar ritel moderen di Indonesia tumbuh sebesar 31.4 persen per tahun sedangkan pasar tradisional bukan mengalami pertumbuhan tetapi jumlahnya menyusut 8 persen per tahun (SMERU 2007). Hal tersebut tidak bisa dibiarkan terus menerus karena akan ada banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaaannya sebagai pedagang di pasar tradisional. Oleh karena itu, Daryanto (2009) menawarkan solusi revitalisasi pasar tradisional. Revitalisasi pasar tradisional bisa dilakukan dengan membenahi tata ruang dan tata letak para pedagang di pasar tradisional dan memperbaiki seluruh kelemahan yang menurunkan daya saing pasar tradisional. Selain itu, dukungan pemerintah pun diperlukan (terutama dalam membuat kebijakan) dan kerjasama antar pelaku usaha terkait.

Keberadaan pasar ritel moderen menjadi tantangan tersendiri bagi petani untuk memasarkan produknya. Para petani harus siap menjaga kualitas dan kuantitas produk mereka jika ingin memasarkan produknya ke pasar ritel moderen. Hal tersebut disebabkan karena mereka tidak mau menerima produk yang kualitasnya buruk. Spesifikasi produk harus sesuai dengan standar ritel moderen.

Awalnya, pasar moderen tersebut lebih banyak menjual makanan dan minuman siap konsumsi dan makanan setengah jadi yang siap diolah. Namun, beberapa waktu terakhir ini, pasar moderen tersebut juga banyak menjual buah dan sayuran segar seperti di pasar tradisional, tetapi dengan kualitas dan harga yang berbeda. Buah dan sayur yang dijual di swalayan atau supermarket biasanya memiliki kualitas yang bagus dan memiliki harga yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan buah dan sayur yang dijual di pasar tradisional. Selain itu, buah dan sayur yang dijual di pasar moderen dikemas sedemikian rupa sehingga menarik konsumen untuk membeli.

(16)

4

4)

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat [Internet].[diunduh Juni 2014].diperta-jabarprov.go.id

Tropika IPB (PKBT-IPB). Tanaman pepaya calina dapat dipanen pada usia delapan bulan dan tingginya baru mencapai satu meter. Jika dibandingkan dengan jenis pepaya lain, pepaya calina ini lebih sering dijual di swalayan, supermarket atau toko buah moderen daripada dijual ke pasar tradisional. Hal tersebut diakibatkan karena pepaya calina memenuhi standar untuk masuk ke swalayan atau supermarket.

Tanaman pepaya di Indonesia dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi dengan batas ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut. Menurut Kementan (2014), saat ini luas daerah yang ditanami pepaya (untuk orientasi bisnis) mencapai 52 250 hektare meliputi tanah pekarangan dan tanah tegalan dengan produksi 402 306 ton per tahun. Buah pepaya belum dapat diandalkan sebagai komoditi ekspor karena pepaya yang ada saat ini masih terbatas untuk mencukupi kebutuhan domestik.

Bogor merupakan salah satu daerah penghasil pepaya yang ada di Jawa Barat. Selain Bogor, terdapat beberapa daerah lain di Jawa Barat yang membudidayakan tanaman pepaya seperti Sukabumi, Bandung, Cianjur, Tasikmalaya dan Ciamis (Tabel 2). Daerah penghasil pepaya paling banyak di Jawa Barat yaitu ada di Sukabumi dan Bogor. Selama tahun 2010 hingga 2011 peningkatan produksi pepaya di Kabupaten Bogor sebesar 69 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan Sukabumi yang hanya 16 persen. Selain itu, produksi pepaya di Kabupaten Bogor lebih tinggi dibandingkan dengan produksi pepaya di Kota Bogor.

Tabel 2 Produksi pepaya beberapa daerah di Jawa Barat tahun 2011 (kuintal) No Kabupaten/Kota Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 1 Sukabumi 310 424 380 378 490 183 239 979 284 865 2 Bogor 210 687 122 376 84 819 57 645 188 613 3 Tasikmalaya 47 058 41 279 45 272 53 557 68 221 4 Ciamis 37 397 73 675 34 066 20 821 19 812 5 Garut 25 993 26 573 29 154 41 632 33 055 6 Kota Bogor 22 037 30 842 13 962 3 868 4 849 Sumber : Dinas Pertanian Jawa Barat (2011)4

(17)

Tabel 3 Daftar kecamatan di Kabupaten Bogor yang membudidayakan pepaya No Kecamatan Jumlah pohon Produksi (Kuintal)

1 Cijeruk 6 000 2 449

2 Rancabungur 5 655 2 804

3 Jasinga 6 435 2 779

4 Cibinong 5 367 2 449

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Bogor (2012).

Jika dilihat dari jumlah pohon pepaya , Kecamatan yang paling banyak pohon pepayanya adalah Kecamatan Jasinga kemudian Cijeruk, Rancabungur dan peringkat terakhir yaitu Cibinong. Kecamatan Jasinga memiliki tiga poktan yang tersebar di tiga desa yaitu Desa Cikopomayak, Desa Pangaur dan Desa Bangunjaya. Namun, jika dilihat dari produksi pepaya yang dihasilkan, Kecamatan Rancabungur memiliki produksi pepaya paling tinggi dan produksi pepaya paling rendah dimiliki oleh Kecamatan Cijeruk dan Cibinong. Selain Kecamatan Jasinga, tiga kecamatan lainnya pun memiliki poktan. Daftar poktan yang membudidayakan pepaya di empat kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 4 Daftar poktan di empat kecamatan tahun 2012

No Kecamatan Desa Poktan Jenis Pepaya 1 Cijeruk Cipicung Medal Jaya Bangkok

Cipelang Barokah Tani Bangkok 2 Rancabungur Mekarsari Tirta Mekar Calina 3 Jasinga Cikopomayak Bahagia Calina Pangaur Mekarwangi Calina Bangunjaya Darmabakti Calina 4 Cibinong Sukahati Sampora Lokal Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Bogor (2014).

Kecamatan Cijeruk memiliki dua poktan yang berada di dua desa yang membudidayakan pepaya bangkok. Kecamatan Cibinong memiliki satu poktan yang membudidayakan pepaya lokal. Dari keempat kecamatan tersebut hanya dua kecamatan yang membudidayakan pepaya calina yaitu Kecamatan Jasinga dan Rancabungur. Kecamatan Rancabungur memiliki sebuah desa yaitu Desa Mekarsari yang penduduknya membudidayakan pepaya terutama pepaya calina (california atau IPB-9). Desa Mekarsari memiliki satu poktan yang membudidayakan pepaya calina yaitu poktan Tirta Mekar yang dipimpin oleh Pak Kiki Wijarnako.

Perumusan Masalah

(18)

6

berdasarkan grade pepaya. Pepaya calina grade A dan B dipasarkan ke gerai ritel moderen sedangkan pepaya calina grade C dipasarkan ke pasar tradisional. Pemasaran pepaya calina berbeda dengan pepaya-pepaya jenis lainnya. Pepaya calina ini lebih sering dijual ke pasar moderen dibandingkan pasar tradisional. Pepaya calina lebih sering dipasarkan ke ritel moderen karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya bentuknya yang kecil dan rasanya yang manis disukai oleh konsumen dan pepaya calina tidak mudah busuk dibandingkan dengan pepaya jenis lainnya.

Tujuan pasar yang berbeda tersebut tentunya akan memiliki perbedaan dalam hal saluran, margin dan efisiensi pemasaran. Pemasaran buah yang ditujukan ke pasar ritel moderen biasanya memerlukan proses seleksi yang ketat, tidak semudah di pasar tradisional. Buah harus diberi grading dan standarisasi untuk bisa masuk ke pasar ritel moderen. Hal tersebut disebabkan pasar moderen tidak mau menerima buah dengan kualitas rendah atau buruk, karena segmentasi dari pasar moderen itu sendiri adalah masyarakat kalangan menengah ke atas yang sangat fokus dengan mutu dan kualitas buah, sehingga hanya buah-buah pilihan yang bisa masuk ke pasar moderen.

Dari penelitian yang dilakukan oleh World Bank (2007), pemasaran ke supermarket akan lebih menguntungkan bagi petani dan akan memberikan nilai tambah yang besar bagi produk tersebut. Sehingga sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti membuat hipotesis bahwa pemasaran pepaya calina ke pasar ritel moderen akan lebih menguntungkan bagi petani dibandingkan ke pasar tradisional.

Perrumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut;

1. Bagaimana perbedaan antara pemasaran pepaya calina ke pasar ritel moderen (swalayan/supermarket/hipermarket) dengan pemasaran pepaya calina ke pasar tradisional?

2. Bagaimana pengaruh perbedaan tujuan pemasaran pepaya (ke pasar ritel moderen dan pasar tradisional) bagi poktan Tirta Mekar?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan dari penelitian ini;

1. Mengidentifikasi dan menganalisis perbedaan pemasaran pepaya calina ke pasar ritel moderen dan ke pasar tradisional.

2. Menganalisis pengaruh perbedaan tujuan pemasaran pepaya bagi poktan Tirta Mekar.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti;

(19)

5) Budidaya Pepaya [Internet].[diunduh Maret 2014].cybex.deptan.go.id 6)

Bibit Pepaya IPB [Internet]. [diunduh Maret 2014]. Tersedia pada http://bibitpepayaipb.indonetwork.co.id/3786822

2. Penulis, dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi dan menganalisis masalah serta memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi,

3. Pihak lain, dapat menambah wawasan dan informasi sekaligus dapat menjadi referensi bagi akademisi yang akan melakukan penelitian selanjutnya

Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini terbatas pada; (1) pepaya calina segar, (2) penelitian analisis perbedaan pemasaran pepaya calina ke pasar ritel moderen dan pasar tradisional pada poktan Tirta Mekar fokus hanya pada poktan tersebut yang menjadi objek penelitian. Analisis melibatkan petani produsen dan supermarket atau swalayan yang menjadi tempat pemasaran pepaya calina. (3) penelitian ini menggunakan analisis tataniaga atau pemasaran yang mengkaji saluran, fungsi dan efisiensi pemasaran pepaya calina.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Departemen Pertanian5, terdapat beberapa jenis pepaya yang sering dibudidayakan oleh petani sebelum pepaya calina diteliti. Jenis pepaya tersebut antara lain yaitu pepaya jingga, pepaya semangka, pepaya mexico dan pepaya bangkok.

Pepaya jingga memiliki karakteristik kulit buah berwarna kuning, daging buah berwana merah, banyak mengandung air, dan cukup manis, berat per buah sekitar 1.50 kg dan cukup tahan terhadap kerusakan selama pengangkutan. Pepaya semangka memiliki karakteristik kulit buah berwarna kuning menarik, daging buah berwarna merah semangka, banyak mengandung air, dan berasa manis, buah berbentuk bulat seperti semangka, berat per buah sekitar 1 kg dan agak tahan terhadap kerusakan selama pengangkutan.Pepaya meksiko sering disebut juga pepaya solo atau pepaya tunggal karena memiliki ukuran buah yang kecil dan hanya cukup untuk satu orang. Jenis pepaya ini memiliki karakteristik buah berbentuk seperti avokad, bulat berleher, daging buah berwarna kuning dengan rasa manis, berat per buah sekitar 0.5 kg dan tahan terhadap kerusakan selama pengangkutan.Pepaya bangkok memiliki karakteristik buah berbentuk seperti pepaya cibinong, namun lebih bulat dan lebih besar, kulit buah kasar dan tidak rata atau berbenjol-benjol, daging buah berwarna jingga kemerahan, keras, dan memiliki rasa manis dan berat per buah sekitar 3.5 kg.

Hal yang membedakan pepaya calina dengan pepaya lainnya yaitu pepaya calina lebih sedikit mengandung air dibandingkan pepaya lainnya. Tekstur daging buah agak keras, tidak terlalu lembek. Hal tersebut yang menyebabkan pepaya calina bisa dijual ke supermarket. Dengan kandungan air yang sedikit menyebabkan pepaya calina tidak mudah busuk.

(20)

8

7) Ciri khas tanaman pepaya california IPB-9 berbuah lebat [Internet].[diunduh Maret

2014]. Tersedia pada http://agrobuah.com/ciri-khas-tanaman-pepaya-california-ipb9- berbuah-lebat/.HTML

bobot sekitar 1 kilogram per buah, berbentuk silindris, berukuran besar dengan panjang sekitar 23-24 cm dan diameter buah sekitar 9 cm. Karakteristik buah pepaya calina yang lainnya adalah daging buahnya berwarna jingga dengan rasa manis dan kulit buah berwarna hijau lumut. Produktivitas varietas pepaya calina ini adalah 69 – 79 ton per hektar per 4 bulan. Pepaya calina IPB-9 memiliki ciri khusus pada permukaan kulit buahnya yang sangat bagus dan berwarna hijau. Bila dibelah daging buahnya berwarna Jingga kemerahan yang lezat. Daging buahnya tebal dan lembut. Bobotnya 1.5 kg.

Deskripsi lain mengenai karakteristik dari tanaman pepaya calina ini yaitu7;

 Benihnya butiran berbentuk lonjong lebih kecil dibanding benih pepaya bangkok. Jika di semai daunnya pun ada perbedaannya warnanya.  Kehijauan muda dan umur di bawah tujuh bulan ujung daun sebagian ada

kuncirnya yang menjulang pendek di atas daun.

 Batang beruas pendek dan berpelepah seperti daun pepaya lainnya.  Setelah usia sekitar tiga bulan mulai bermunculan bunga. Setiap

tangkai banyak bermunculan dua jenis bunga yaitu bunga tidak bisa berbuah (kembang paes) dan bunga bisa berbuah.

 Kemampuan berbuah lebat. Jika di biarkan semua berbuah perpohon bisa sampai 30 hingga 50 buah. Maka harus dilakukan sortasi atau penjarangan, supaya berbuah yang seperti kita harapkan.

 Warna kulit luar hijau cerah jika buah menjelang masak warna kekuningan mulai muncul di sekitar tangkai.

 Warna daging dalamnya merah cerah .

 Rasa buahnya manis. Pengolahan tanpa tambahan pupuk pemanis bisa mencapai brik berkisat 10, jika di olah dengan pupuk pemanis bisa mencapai brik 14 manis lezat dan kesat.

 Daya tahan buah jika di simpan tanpa di bantu pengawet bisa bertahan hingga lima hari.

Selain itu, pepaya adalah buah yang tersedia sepanjang tahun (berbuah tidak mengenal musim. Hal tersebut menyebabkan pasar ritel moderen mau menjual buah pepaya calina di tokonya. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh pepaya calina disukai oleh konsumen kalangan menengah atas yang berbelanja di ritel moderen dan konsumen kalangan menengah bawah yang berbelanja di pasar tradisional. Hal tersebut menyebabkan pepaya calina dipasarkan ke pasar ritel moderen dan pasar tradisional.

(21)

Perbedaan pemasaran buah mangga ke pasar moderen dan tradisional dapat dilihat dari sisi kualitas, kuantitas, harga, sistem pembayaran, sortasi dan pengemasan. Hal tersebut telah diteiliti oleh Supriatna (2005) di daerah Jawa Barat yang menjadi sentra mangga yaitu Kabupaten Majalengka dan pada tahun 2006 di Kabupaten Cirebon. Semua petani mangga menjual mangganya ke pedagang pengumpul terlebih dahulu. Para petani tidak bisa menjual mangganya langsung ke pasar induk karena terkendala beberapa hal seperti volume mangga dan kontinuitas pengiriman. Para petani mangga tidak tergabung dalam poktan.

Supermarket hanya mau menerima mangga yang memiliki grade A atau B. Agar mangga bisa masuk ke supermarket, agen atau pedagang pengumpul harus menjual mangga ke perusahaan yang terdaftar sebagai supplier di supermarket tersebut. Mangga yang dibeli dari supplier, kemudian disortasi lagi oleh supermarket. Umumnya, supermarket menerima 95 persen mangga dan sisanya sebesar 5 persen dikembalikan kepada supplier. Mangga grade C dijual ke pasar tradisional yang berada Majalengka, Sumedang, Cirebon dan Indramayu. Mangga grade C berkualitas rendah, cepat busuk dan banyak cacat pada buah sehingga harus langsung sampai ke tangan konsumen. Oleh karena itu, rantai pemasaran mangga grade C lebih pendek jika dibandingkan dengan mangga

grade A dan B. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh pasar tradisional yaitu pembayaran pengambilan pertama dibayar pada pengambilan kedua. Jadi, supplier para pedagang tradisional harus kontinu memasok mangga jika ingin dibayar. Supermarket menggunakan sistem pembayaran nota. Pasar tradisional hanya melakukan sortasi tetapi tidak melakukan pengemasaan sedangkan supermarket melakukan sortasi dan pengemasan.

Nurasa dan Hidayat (2008) meneliti pemasaran jeruk di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Jeruk dari Karo tersebut dipasarkan hingga ke luar pulau Sumatra. Para petani terkadang memanen sendiri jeruk mereka atau pembeli (pedagang pengumpul) yang memanen jeruknya sendiri. jeruk medan tersebut biasa diklasifikasikan menjadi kelas A, AB, B, C dan D atau unyil dan kelas guli (anak jeruk). Perbedaan pemasaran jeruk ke pasar moderen dan pasar tradisional terlihat pada kualitas jeruk. Pasar moderen menginginkan jeruk yang berkualitas

grade A. Namun, karena jeruk grade A yang dihasilkan semakin sedikit, tidak jarang jeruk grade AB diklasifikasikan menjadi jeruk grade A. Pasar moderen yang lebih banyak dituju ialah pasar moderen yang berada di Jakarta atau Pulau Jawa. Agar jeruk dapat sampai ke supermarket, jeruk biasanya disalurkan ke pasar induk yang ada di daerah Jabodetabek. Dari pasar induk tersebutlah kemudian supplier supermarket membeli jeruk. Jeruk yang biasa dijual oleh para pedagang di pasar tradisional yaitu sebagian kecil grade B dan sebagian besar grade C.

(22)

10

rasio keuntungan terhadap biaya yang paling besar daripada saluran ke pasar tradisional (untuk Desa Babakan dan Desa Karacak) yaitu sebesar 3.21 dan 5.99.

World Bank (2007) meneliti rantai pemasaran tomat dari Jawa Barat (Cikajang, Lembang, Cisurupan, Pengalengan, Cigedug, Pasir Wangi, Ciwidey dan Pasir Jambu) ke pasar ritel moderen maupun pasar tradisional yang ada di Jakarta. Tim peneliti World Bank mengambil responden sebanyak 586 petani tomat. Perbedaan pemasaran tomat ke pasar ritel moderen dan pasar tradisional yaitu terletak pada kualitas tomat, harga tomat, fungsi pemasaran yang dilakukan dan biaya pemasaran. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terdapat lima saluran pemasaran tomat dari Jawa Barat ke Jakarta. Dua saluran pemasaran ke supermarket dan tiga saluran pemasaran ke pasar tradisional. Tomat yang dipasarkan ke supermarket selalu disortir terlebih dahulu oleh petani. Supermarket hanya mau membeli tomat grade A dan B. Tomat yang dipasarkan ke pasar tradisional tidak disortir terlebih dahulu. Pedagang pengumpul membeli secara borongan.

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, rantai pemasaran ke supermarket menciptakan nilai tambah yang besar yaitu Rp 3.2-3.8 juta per ton sedangkan nilai tambah yang diciptakan akibat memasarkan tomat ke pasar tradisional sebesar Rp 1.6-1.9 juta per ton. Dari kelima saluran, saluran pertama yang memiliki nilai tambah terbesar yaitu sebesar Rp 3.7-3.8 juta per ton. Hal tersebut menunjukkan bahwa petani lebih baik memasarkan tomatnya ke supermarket daripada ke pasar tradisional karena akan menciptakan nilai tambah yang besar.

Purba (2008) meneliti pendapatan usahatani dan saluran pemasaran pepaya calina di Desa Cimande dan Desa Lemahduhur, Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa di kedua desa tersebut terdapat dua saluran pemasaran pepaya calina yaitu (1) petani-supplier atau pedagang pengumpul-pedagang pengecer-konsumen akhir, (2) petani-pabrik. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepuluh orang petani pepaya calina. Para petani yang ada di kedua desa tersebut tidak tergabung dalam kelompok tani sehingga mereka memasarkan pepaya secara individu.

(23)

Saleh (2013) meneliti saluran pemasaran jambu kristal di Cikarawang. Para petani jambu kristal di Desa Cikarawang ada yang menjual jambunya ke ICDF dan ada yang menjual ke pedagang pengumpul. Perbedaan pemasaran jambu kristal ke supermarket dan pasar tradisional yaitu terletak pada lembaga pemasaran, kualitas, harga, sistem pembayaran, fungsi dan biaya pemasaran. Petani tidak bisa menjual langsung jambunya ke supermarket. Oleh karena itu, petani bekerja sama dengan ICDF. ICDF memasarkan jambu kristal ke supermarket di Kota Bogor.

ICDF membeli jambu kristal berdasarkan grade. Jambu kristal grade A dibeli dengan harga Rp 15 000 per kilogram, grade B dibeli dengan harga Rp 7 000 per kilogram dan grade C dijual dengan harga Rp 5 000 per kilogram. ICDF kemudian menjual jambu kristal ke pasar moderen dengan harga Rp 20 000 per kilogram. Jambu kristal yang dijual kepada pedagang di pasar tradisional tanpa

grade. Petani menjual jambunya dengan harga Rp 8 000 per kilogram. Pedagang pengecer tersebut menjual jambunya pada konsumen akhir dengan harga Rp 15 000 per kilogram. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh pasar moderen yaitu sistem pembayaran tempo sedangkan pedagang pengecer di pasar tradisional menggunakan sistem pembayaran secara tunai.

Perbedaan penelitian analisis perbedaan pemasaran pepaya calina ke pasar ritel moderen dan pasar tradisional pada poktan Tirta Mekar ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menganalisis perbedaan tujuan pemasaran pepaya calina ke pasar ritel moderen dan pasar tradisional. Perbedaan tersebut dianalisis menggunakan saluran, fungsi, margin, farmer’s share dan rasio kenutungan terhadap biaya. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis pengaruh perbedaan tujuan pemasaran tersebut bagi petani pepaya calina.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Pemasaran

Sistem agribisnis terdiri dari subsistem hulu, on farm, hilir (pengolahan dan pemasaran) serta dibantu oleh subsistem penunjang. Jika ditinjau dari aspek bisnis, maka yang perlu menjadi landasan petani atau pebisnis dalam usahanya adalah pasar. Para petani harus cerdas dalam melihat keadaan pasar konsumennya. Langkah pertama adalah memperhatikan peluang yang ada di pasar, kemudian baru memproduksi barang atau jasa yang dibutuhkan oleh konsumen. Pemasaran agribisnis dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memberikan kepuasan dari barang atau jasa yang dipertukarkan dari produsen ke konsumen akhir (Said dan Intan 2001).

(24)

12

produk dari petani produsen primer hingga sampai ke tangan konsumen akhir untuk dikonsumsi (Purcell (1979) dalam Asmarantaka (2012)).

Asmarantaka (2012) meninjau pengertian pemasaran dari dua aspek, yaitu aspek ilmu ekonomi dan aspek ilmu manajemen. Jika ditinjau dari aspek ilmu ekonomi, pemasaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem fungsi-fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas. Fungsi-fungsi tersebut merupakan aktivitas bisnis atau kegiatan produktif dalam mengalirnya produk pertanian dari petani produsen ke konsumen akhir. Jika ditinjau dari aspek ilmu manajemen, pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya terdapat individu atau kelompok untuk mendapatkan hal yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Pemasaran buah segar

Pemasaran buah segar lebih kompleks dan berisiko tinggi, mengingat buah merupakan produk pertanian yang memiliki karakteristik mudah rusak, volume banyak dan produksinya yang musiman (Gandhi dan Nambodhiri, 2004). Sebenarnya dalam praktek, buah dan sayuran segar dipasarkan secara berbeda jika dibandingkan dengan produk olahan. Hal tersebut disebabkan karakteristik buah segar yang akan mudah rusak jika tidak ditangani dengan baik. Perbedaan antara saluran tataniaga buah yang akan dikonsumsi oleh konsumen akhir dengan saluran tataniaga buah yang akan diolah di pabrik menjadi produk turunan yaitu terletak pada panjangnya saluran dan storage atau penyimpanan. Buah yang akan diolah lebih lanjut biasanya memiliki saluran tataniaga yang pendek yaitu para petani langsung menjual ke pabrik pengolahan (Kohls dan Uhls,2002) sedangkan buah yang akan dikonsumsi segar memiliki saluran tataniaga yang panjang dan kompleks.

Fungsi-fungsi dalam pemasaran

Pendekatan fungsi mengkaji aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh lembaga pemasaran guna menciptakan nilai tambah pada produk yang akan disalurkannya ke konsumen akhir (Asmarantaka, 2012). Terdapat tiga fungsi yang biasanya dilakukan oleh lembaga pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Pendekatan fungsi ini akan membantu pemahaman mengenai perbedaan biaya pemasaran pada komoditi pertanian yang beragam (Kohls dan Uhl,2002). Misalnya, produk yang mudah rusak akan membutuhkan biaya yang lebih mahal dibandingkan produk yang tidak mudah rusak.

Fungsi pertukaran (exchange function) yaitu aktivitas dalam perpindahan hak milik. Misalnya perpindahan produk dari petani ke pedagang pengumpul besar. Aktivitas yang termasuk ke dalam fungsi pertukaran yaitu pembelian, penjualan dan pengumpulan.

(25)

penyimpanan fokus pada cara membuat produk pertanian tersedia sepanjang waktu atau aktivitas menyimpan produk hingga produk tersebut siap untuk diolah. Aktivitas pengankutan fokus pada cara membuat produk pertanian tersedia di berbagai tempat, tempat konsumen berada. Hal yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah rute transportasi dan biaya transportasi.

Fungsi fasilitas (facilitating function) adalah fungsi yang akan memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik yang akan dijalankan oleh lembaga pemasaran. Fungsi fasilitas ini terdiri dari aktivitas standarisasi, pembiayaan, penanggungan risiko dan intelijen pemasaran (Kohls dan Uhl,2002). Aktivitas standarisasi adalah aktivitas yang mengelompokkan produk berdasarkan kualitas dan kuantitas yang diinginkan oleh konsumen berdasarkan standar yang berlaku. Aktivitas pembiayaan adalah cara mengalokasikan dana atau uang yang ada untuk membiayai aspek-aspek dalam pemasaran. Aktivitas penanggungan risiko adalah cara pelaku tataniaga menghadai risiko kehilangan yang mungkin akan terjadi. Risiko dalam hal ini biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu risiko fisik dan risiko pasar. Risiko fisik biasanya terjadi karena kerusakan produk yang diakibatkan kebakaran, kecelakaan, badai, atau gempa bumi. Risiko pasar terjadi karena terjadi perubahan nilai pada produk yang telah kita pasarkan. Intelijen pemasaran bertugas untuk mengumpulkan dan mengiterpretasi semua data mengenai pasar yang akan memperlancar proses pemasaran.

Farmer’share

Farmer’share merupakan presentase harga yang ditermia petani dibandingkan dengan harga yang diterima oleh konsumen akhir di tingkat ritel atau porsi dari nilai yang dibayar konsumen akhir yang diterima oleh petani (Asmarantaka, 2012). Umumnya, besaran farmer’s share dan marjin pemasaran berbeda-beda antar komoditi pertanian tergantung pada biaya yang dikeluarkan akibat melakukan fungsi-fungsi tataniaga untuk memberikan nilai tambah pada komoditi tertentu.

Efisiensi dan margin pemasaran

Secara teori, efisiensi pemasaran terjadi pada pasar yang mempunyai struktur pasar persaingan sempurna (PPS) yang pembeli dan penjual sama-sama memiliki alternatif dalam membeli produk maupun memasarkan produknya. Namun, dalam kenyataan, tentunya tidak ada pasar yang benar memiliki struktur persaingan sempurna. Menurut Asmarantaka (2012), ukuran efisiensi pemasaran adalah adanya kepuasan dari konsumen, produsen dan lembaga pemasaran yang terlibat dalam menyalurkan produk dari produsen hingga ke konsumen akhir.

(26)

14

Analisis margin pemasaran ini sering digunakan untuk menganalissi sistem pemasaran dari perspektif makro, yaitu menganalisis pemasaran produk (terutama produk pertanian) mulai dari petani produsen hingga sampai ke tangan konsumen akhir (Asmarantaka, 2012). Biasanya margin setiap saluran tataniaga berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan perlakuan atau penanganan produk sehingga terdapat perbedaaan biaya. Marjin pemasaran (dilihat dari perspektif makro atau sistem pemasaran) menggambarkan kondisi pasar ditingkat lembaga-lembaga yang berbeda, minimal terdapat dua tingkat pasar, yaitu pasar di tingkat petani dan pasar di tingkat konsumen akhir. Namun, terdapat asumsi yang berlaku, yaitu struktur pasar di setiap tingkat adalah pasar yang kompetitif atau pasar persaingan sempurna, sehingga kurva supply dan

demand di setiap pasar mempunyai slope yang sama dan jumlah transaksi (di setiap tingkat pasar) juga sama. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1 Marjin Pemasaran Sumber: Kohls dan Uhl (2002)

Menurut Kohls dan Uhl (2002), terdapat dua hal penting dalam memperbaiki efisiensi pemasaran yaitu transportasi dan pencegahan kehilangan (preventing loss). Transportasi memiliki peranan yang penting dalam menyalurkan buah segar ke tangan konsumen. Biasanya transportasi yang sering digunakan dalam menyalurkan buah segar adalah truk dan kereta api. Pencegahan kehilangan (preventing loss) sering terjadi karena kesalahan penanganan buah pasca panen. Hal tersebut biasanya terjadi karena temperatur yang tidak sesuai, waktu tunggu dan pengiriman yang lambat, buruknya cara pengepakan (packaging), dan buruknya koordinasi dengan pasar.

Retail price

Farm price

Price

Quantity Farm Supply

Retail Supply

Q0 x

y

A

(27)

Kerangka Pemikiran Operasional

(28)

16

Gambar 2 Kerangka Operasional Pemasaran pepaya calina di

Poktan Tirta Mekar

Pasar ritel moderen Pasar tradisional

Analisis perbedaan pemasaran pepaya calina ke pasar ritel moderen

dan pasar tradisional

Analisis perbedaan:

 Saluran pemasaran

 Fungsi pemasaran

 Margin pemasaran

Farmer’s share

 Rasio keuntungan terhadap biaya

Rekomendasi

(29)

METODE PENELITIAN

Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai analisis perbedaan pemasaran pepaya calinake pasar ritel moderen dan pasar tradisional ini dilakukan di salah poktan yang berada di Desa Mekarsari, Kecamatan Rancabungur yaitu poktan Tirta Mekar. Penelitian ini akan berlangsung sekitar 2 bulan, mulai dari bulan Februari 2014 hingga April 2014.

Sumber, Jenis Dan Metode Pengumpulan Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini bersumber dari para petani dan pedagang pepaya calina yang ada di saluran pemasaran. Jenis data yang akan digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari wawancara langsung dengan para petani dan pedagang di saluran tersebut dengan menggunakan panduan kuesioner. Data sekunder berasal dari literatur-literatur yang relevan dengan penelitian ini dan juga dari lembaga-lembaga seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor. Metode sampling yang digunakan yaitu snowball sampling.

Metode Analisis

Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif dan kualitatif. Metode analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung margin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya untuk menentukan saluran pemasaran pepaya calina yang paling efisien. Analisis kualitatif digunakan untuk melihat fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh setiap saluran tataniaga.

MT = Pr – Pf= biaya-biaya + lembaga =

Keterangan :

MT : marjin total,

Pr : harga di tingkat konsumen akhir, Pf : harga di tingkat petani produsen,

lembaga : profit lembaga pemasaran akibat adanya sistem pemasaran, Mi : marjin pemasaran di tingkat lembaga ke-i, dimana i=1,2,3,...,n.

Selain menggunakan perhitungan margin, efisiensi dapat juga dihitung menggunakan rumus atau profit dibagi dengan biaya. Dengan menghitung margin dan rasio profit terhadap biaya, maka dapat ditentukan, saluran pemasaran jeruk impor yang sudah efisien dan yang belum efisien.

Farmer’s share : (Pr/Pf) x 100% Keterangan

Pr : harga di tingkat ritel

(30)

18

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Poktan Tirta Mekar terbentuk sejak tahun 1989. Saat itu, poktan diketuai oleh Pak Edi. Namun, kegiatan poktan kurang berjalan dengan baik. Nama poktan ada, namun tidak ada kegiatan. Kemudian, Pak Edi memberikan jabatan ketua poktan kepada anaknya yaitu Pak Kiki Wijanarko. Poktan Tirta Mekar mulai kembali aktif pada tahun 2010. Berikut ini adalah struktur organisasi poktan tirta mekar;

Gambar 3. Struktur Organisasi Poktan Tirta Mekar

Selain sebagai tempat untuk berorganisasi, poktan Tirta Mekar juga berperan sebagai lembaga pemasaran pepaya calina bagi para petani anggota. Poktan juga mempunyai posisi tawar yang tinggi dalam menentukan harga jual pepaya. Hal tersebut dikarenakan poktan memberi fasilitas bibit pepaya calina dan pupuk kepada para petani anggota, sehingga harga jual pepaya ditentukan oleh poktan. Oleh karena itu, petani dan poktan telah membuat kesepakatan bahwa pepaya calina harus dijual seluruhnya kepada poktan, tidak ke lembaga pemasaran lain.

Fungsi-fungsi dalam pemasaran seperti fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas juga lebih banyak dilakukan oleh poktan dibandingkan dengan individu petani pepaya. Para petani memperoleh beberapa manfaat engan bergabungnya mereka ke dalam poktan Tirta Mekar yaitu mendapat fasilitas bibit pepaya dan pupuk, mendapat kepastian pasar karena poktan sudah bekerjasama dengan supermarket dan pedagang pepaya calina sehingga petani tidak kebingungan menjual pepayanya.

KETUA

Kiki Wijanarko

BENDAHARA

Edy Suyanto

SEKRETARIS

M. Ruslan

HUMAS

Kurnia

REGU PENGENDALI HAMA

Manaf

PEMASARAN

(31)

Hingga saat ini, poktan Tirta Mekar memiliki anggota sebanyak 14 orang. Petani-petani yang tergabung dalam poktan tersebut adalah petani-petani yang membudidayakan pepaya calina atau pepaya IPB-9. Karakteristik dari petani yang berada di poktan Tirta Mekar dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Karakteristik petani Poktan Tirta Mekar

Karakteristik Petani Jumlah Presentase

Jenis Kelamin

Laki-Laki 11 Orang 100%

Usia

26-35 Tahun 5 Orang 45%

36-45 Tahun 4 Orang 36%

51-60 Tahun 1 Orang 9%

61-75 Tahun 1 Orang 9%

Total 11 Orang 100%

Pendidikan

Tamat SD 6 Orang 55%

Tamat SMP 3 Orang 27%

Tamat SMA 2 Orang 18%

Total 11 Orang 100%

Pengalaman Bertani

<5 Tahun 3 Orang 27%

5-15 Tahun 5 Orang 45%

24-27 Tahun 3 Orang 27%

Total 11 Orang 100%

Lama Usahatani Pepaya

<5 Tahun 3 Orang 27%

5-15 Tahun 7 Orang 64%

>20 Tahun 1 Orang 9%

Total 11 Orang 100%

Sumber : Data primer (diolah), 2014.

Jumlah petani yang aktif adalah 11 orang. Seluruh petani berjenis kelamin laki-laki dan sudah menikah. Usia petani lebih banyak pada 26-35 tahun (sebanyak 45%). Sebanyak 55% petani adalah lulusan sekolah dasar (SD). Selain itu, untuk pengalaman bertani lebih banyak pada interval 5-15 tahun, sama halnya dengan waktu (lamanya) usahatani pepaya. Selain berprofesi sebagai petani pepaya, para petani tersebut mempunyai pekerjaan sampingan seperti pedagang kecil-kecilan. Menurut ketua poktan, sebenarnya dahulu banyak petani yang membudidayakan pepaya. Namun saat ini hanya sedikit yang membudidayakan pepaya. Petani pepaya yang tergabung dalam poktan pun dahulu bisa mencapai 20-an orang, tetapi saat ini hanya 11 orang.

(32)

20

kendala dalam budidaya pepaya adalah serangan hama penyakit yang belum ada obatnya. Ketua poktan bahkan pernah mengalami gagal panen karena tanaman pepaya seluas dua hektare mati terserang penyakit. Hal tersebutlah yang menyebabkan jarang sekali ditemui kebun pepaya dalam satu hamparan luas. Hal tersebut ditujukan untuk mengurangi risiko tanaman terkena penyakit.

Meskipun risiko yang dihadapi oleh para petani cukup tinggi, namun para petani di poktan Tirta mekar tidak putus asa untuk terus membudidayakan pepaya calina. Poktan Tirta Mekar ini dapat dikatakan berhasil dalam pemasaran pepaya calina. Poktan mampu memasarkan pepaya kepada Total Buah Segar, Supermarket Ngesti, Toko Istana Buah Segar, dan Alfamidi. Poktan dapat memasarkan pepaya ke Alfamidi berkat bantuan dari Dinas Pertanian dan penyuluh terkait, sedangkan untuk toko buah moderen lainnya, itu merupakan usaha coba-coba poktan untuk memasarkan pepaya calina ke toko-toko buah moderen yang telah disebutkan tadi. Selain ke toko-toko tersebut, poktan juga menjual pepaya kepada pedagang besar yang ada di Mangga Dua. Kemudian pedagang besar tersebut memasarkan pepaya calina ke mall-mall moderen yang ada di Jakarta seperti Sogo dan Trans Market. Data anggota poktan Tirta Mekar beserta luas lahan dan jumlah pohon pepaya yang dimiliki dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6 Luas lahan dan jumlah pohon pepaya anggota Tirta Mekar

No Nama Luas Lahan (m2) Jumlah Pohon Pepaya (Pohon)

1 Abdul Manaf 500 150

2 Edi 27 500 3 800

3 Kurniadi 2 000 300

4 Musa 1 800 275

5 Kamal 1 000 300

6 Didin S 1 000 300

7 Aning 3 000 500

8 M. Ruslan 5 000 700

9 Samad 1 700 250

10 Kurnia 2 000 500

11 Kiki 20 000 3 000

Sumber : Data Primer (2014)

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Saluran dan Fungsi Pemasaran

Pepaya calina yang berasal dari para petani poktan selalu dipasarkan melalui poktan Tirta Mekar. Dalam hal ini, poktan juga berperan sebagai lembaga pemasaran. Alasan petani harus menjual pepaya ke poktan adalah memang sudah ada kesepakatan di awal antar seluruh anggota poktan dan petani sering dibantu dalam hal pengadaan bibit dan pupuk. Semua pepaya hasil panen dijual ke poktan tanpa melalui proses sortasi atau petani lebih sering menyebutnya dengan sistem borongan. Pepaya calina para petani diberi harga Rp 2 000-2 500 per kilogram. Namun karena pada bulan Januari-Februari hasil panen pepaya calina sedang sedikit, pepaya calina dibeli dengan harga Rp 2 500 per kilogram.

Para anggota poktan Tirta Mekar juga bekerja sebagai karyawan di poktan Tirta Mekar. Ada yang bekerja untuk memetik pepaya, menyortasi pepaya, mengemas pepaya hingga mengantarkan pepaya ke tujuan pembeli. Para pelaku pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran pepaya calina ini yaitu;

 Poktan Tirta Mekar

Selain berfungsi sebagai wadah bagi para petani untuk berorganisasi, poktan tersebut juga berfungsi sebagai lembaga pemasaran. Poktan Tirta Mekar dapat juga disebut sebagai pedagang pengumpul tingkat desa. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, semua petani pasti menjual pepayanya kepada poktan. Petani menjual pepayanya kepada poktan tanpa melalui proses sortasi. Namun, poktan menjual pepaya dengan melakukan sortasi terlebih dahulu. Pepaya yang telah dipanen dibedakan menjadi grade A, grade B dan grade C. Pepaya calina grade A memiliki bobot antara 1-1.7 kilogram. Pepaya calina grade B memiliki bobot antara 700-900 gram. Pepaya calina grde C memiliki bobot dibawah 700 gram dan terdapat sedikit cacat pada kulit luar.

 Pedagang besar

Terdapat satu pedagang besar yang terlibat dalam pemasaran pepaya calina yaitu pedagang besar di Jakarta yang biasa memasarkan pepaya calina grade A.

 Swalayan Alfamidi

Poktan Tirta Mekar dapat memasarkan pepaya calina ke Alfamidi berkat bantuan dari Dinas Pertanian. Biasanya, ada pegawai khusus yang mengantarkan pepaya calina ke gudang Alfamidi di Tangerang.

 Total Buah Segar

Total Buah Segar adalah swalayan yang menjual buah-buahan dan sayuran segar impor maupun lokal. Toko tersebut terletak di Jalan Soleh Iskandar, Bogor. Total Buah Segar biasa memasarkan pepaya calina grade

A.

 Istana Buah Segar

(34)

22

paling laris di toko tersebut dan dicari banyak konsumen. Toko tersebut biasa memasarkan pepaya calina grade B.

 Ngesti

Supermarket Ngesti merupakan supermarket yang menjual berbagai macam kebutuhan rumah tangga termasuk buah pepaya calina. Supermarket Ngesti terletak di Baranangsiang, Bogor. Supermarket Ngesti biasa memasarkan pepaya calina grade B.

 Pedagang pengecer

Pedagang pengecer di Pamulang yang biasa memasarkan pepaya calina grade B, pedagang pengecer di Tangerang dan Kemang yang biasa memasarkan pepaya calina grade C.

Berdasarkan identifikasi di lapangan, saluran pemasaran pepaya calina berdasarkan grade A, B dan C yang dimiliki oleh Poktan Tirta Mekar, yaitu;

(35)

: saluran pemasaran pepaya grade B : saluran pemasaran pepaya grade C Saluran pemasaran pepaya calina grade A

Jumlah pepaya calina yang dihasilkan oleh poktan Tirta Mekar pada bulan Januari sampai Februari berjumlah 12 674 kilogram pepaya (12.674 ton pepaya). Dari hasil panen tersebut, menurut petani biasanya terdiri dari grade A sebanyak 40 persen (5069.6 kilogram pepaya), grade B sebanyak 30 persen (3802.2 kilogram pepaya) dan grade C sebanyak 30 persen (3802.2 kilogram pepaya).

Selama bulan Januari-Februari 2014, poktan Tirta Mekar membeli pepaya calina dari Jasinga sebanyak 8 kali (satu kali per minggu selama dua bulan). Pepaya calina yang dibeli setiap minggu berjumlah 600 kilogram dan dibeli dengan harga Rp 4 800 per kilogram untuk grade A dan pepaya grade B dibeli dengan harga Rp 3 500 per kilogram. Selain dari Jasinga, selama bulan Januari-Februari 2014, poktan Tirta Mekar membeli pepaya calina dari Pelabuhan Ratu sebanyak 8 kali (satu kali per minggu selama dua bulan). Pepaya calina yang dibeli setiap minggu berjumlah 1 500 kilogram dan dibeli dengan harga Rp 4 800 per kilogram dan Rp 3 500 per kilogram untuk pepaya grade B.

Menurut hasil perhitungan penjualan, biasanya alokasi pepaya grade A yaitu sebanyak 80 persen (13 847.68 kilogram pepaya) dijual kepada pedagang besar di Jakarta, 16 persen (2 769.54 kilogram pepaya) dijual kepada Alfamidi dan 4 persen dijual kepada Total Buah Segar (692.38 kilogram pepaya).

 Saluran 1

Petani-Poktan Tirta Mekar-Total Buah Segar-konsumen akhir

Poktan Tirta Mekar menjual pepaya calina grade A kepada Total Buah Segar dengan harga Rp 7 000 per kilogram. Kelompok Tirta Mekar menjual pepaya calina pada Total Buah Segar sebanyak 692.38 kilogram selama bulan Januari-Februari 2014. Pepaya calina diantarkan oleh dua orang pegawai poktan menggunakan mobil pick up pada hari Senin dan Jumat. Ketika pepaya calina sampai di toko Total Buah Segar, pepaya langsung diturunkan oleh pegawai poktan, kemudian ditimbang oleh pegawai Total Buah. Setelah itu, pegawai poktan diberikan faktur. Faktur ditukarkan kembali pada hari pengiriman yaitu Senin atau Jumat sekaligus pengembalian barang apabila ada pepaya yang tidak terjual (barang sisa).

Poktan Tirta Mekar bisa menjual pepaya mereka kepada Total Buah Segar karena Tirta Mekar menggunakan sistem ‘coba-coba’. Saat itu mereka mencoba menawarkan pepaya calina pada Total Buah, kemudian Total Buah menyukai kualitas pepaya yang ditawarkan maka terjadilah jual beli pepaya rutin seminggu dua kali setiap hari Senin dan Jumat. Harga pepaya ditentukan melalui negosiasi atau tawar menawar. Total Buah Segar menjual pepaya calina grade A dengan harga Rp 9 800 per kilogram.

 Saluran 2

(36)

24

Poktan Tirta Mekar menjual pepaya calina grade A kepada Alfamidi dengan harga Rp 6 500 per kilogram. Kelompok Tirta Mekar menjual pepaya calina kepada Alfamidi sebanyak 2 769.54 kilogram selama bulan Januari-Februari 2014. Pepaya calina tersebut juga diantarkan oleh pegawai ke poktan menggunakan mobil pick up. Pepaya calina biasanya diantar pada hari Senin dan Kamis pada jam 5 pagi. Ketika sampai di gudang Alfamidi di daerah Tangerang, pepaya dibongkar oleh pegawai gudang, kemudian ditimbang oleh pegawai gudang. Setelah itu pegawai poktan mendapatkan faktur untuk ditukarkan pada pengiriman berikutnya. Poktan Tirta Mekar bisa menjual pepaya calina pada Alfamidi karena mereka dibantu oleh Dinas Pertanian. Harga pepaya calina ditentukan melalui proses negosiasi atau tawar menawar. Swalayan Alfamidi menjual pepaya calina grade A tersebut dengan harga Rp 9 950 per kilogram.

 Saluran 3

Petani-Poktan Tirta Mekar-pedagang besar-supermarket-konsumen akhir Poktan Tirta Mekar menjual pepaya calina grade A kepada pedagang besar dengan harga Rp 6 500 per kilogram. Kelompok Tirta Mekar biasa menjual pepaya calina kepada pedagang besar tersebut sebanyak 13 847.68 kilogram selama bulan Januari-Februari 2014. Pepaya calina tersebut dijemput oleh pedagang ke poktan menggunakan mobil

pick up setiap hari Senin dan Kamis.

Poktan Tirta Mekar bisa menjual pepaya calina pada pedagang besar tersebut karena saat pedagang besar sedang mencari petani atau supplier pepaya yang ditemukan adalah poktan Tirta Mekar. Dalam seminggu, poktan Tirta Mekar bisa menjual pepaya calina ke pedagang besar tersebut hingga 7 000 kilogram. Kemudian pedagang besar tersebut memasarkan pepayanya lagi ke supermarket-supermarket besar di daerah Jakarta. Harga pepaya calina ditentukan dengan cara negosiasi. Pedagang besar tersebut biasanya membayar pepaya calina secara tunai atau kontan. Supermarket di Jakarta tersebut biasa menjual kembali pepaya calina

grade A tersebut dengan harga Rp 14 900 per kilogram. Saluran pemasaran pepaya calina grade B

Selama bulan Januari-Februari 2014, Tirta Mekar menghasilkan pepaya calina grade B sebanyak 3802.2 kilogram pepaya. Menurut hasil perhitungan penjualan, biasanya alokasi pepaya grade B yaitu sebanyak 20 persen (1672.44 kilogram pepaya) dijual kepada Supermarket Ngesti, 28 persen (2341.42 kilogram pepaya) dijual kepada Istana Buah Segar, 48 persen (4013.86 kilogram pepaya ) dijual kepada pedagang di Pamulang dan 4 persen (334.488) dijual langsung pada konsumen.

 Saluran 1

Petani-Poktan Tirta Mekar-supermarket Ngesti-konsumen akhir

(37)

672.44 kilogram selama bulan Januari-Februari 2014. Pepaya calina tersebut juga diantarkan oleh dua orang pegawai ke poktan menggunakan mobil pick up. Setelah mengantarkan pepaya calina ke Total Buah Segar, kemudian pegawai mengantarkan pepaya calina ke supermarket Ngesti. Ketika sampai di supermarket Ngesti, pepaya dibongkar oleh pegawai poktan, kemudian ditimbang oleh pegawai Ngesti. Setelah itu pegawai poktan mendapatkan faktur untuk ditukarkan pada pengiriman berikutnya.

Poktan Tirta Mekar bisa menjual pepaya calina pada supermarket

Ngesti karena mereka juga menggunakan sistem ‘coba-coba’. Saat itu mereka mencoba menawarkan pepaya calina kepada Ngesti, kemudian Ngesti cocok dengan kualitas pepaya yang ditawarkan, maka terjadilah jual beli pepaya calina secara rutin setiap hari Senin dan Jumat. Harga pepaya calina ditentukan melalui proses negosiasi atau tawar menawar. Supermarket Ngesti menjual pepaya calina grade B tersebut dengan harga Rp 6 500 per kilogram.

 Saluran 2

Petani-Poktan Tirta Mekar-Istana Buah Segar-konsumen akhir

Poktan Tirta Mekar biasa menjual pepaya calina grade B kepada Istana Buah Segar dengan harga Rp 5 000 per kilogram. Kelompok Tirta Mekar biasa menjual pepaya calina kepada Istana Buah Segar sebanyak 2 341.42 kilogram selama bulan Januari-Februari 2014. Pepaya calina tersebut juga diantarkan oleh dua orang pegawai ke poktan menggunakan mobil pick up. Setelah mengantarkan pepaya calina ke Total Buah Segar dan supermarket Ngesti, toko terakhir yang dituju adalah Istana Buah Segar. Ketika sampai di Istana Buah Segar, pepaya dibongkar oleh pegawai poktan, kemudian ditimbang oleh pegawai Istana Buah Segar. Setelah itu pegawai poktan mendapatkan faktur untuk ditukarkan pada pengiriman berikutnya.

Poktan Tirta Mekar bisa menjual pepaya calina pada Istana Buah

Segar karena mereka juga menggunakan sistem ‘coba-coba’. Saat itu mereka mencoba menawarkan pepaya calina kepada Istana Buah Segar, kemudian toko tersebut cocok dengan kualitas pepaya yang ditawarkan, maka terjadilah jual beli pepaya calina secara rutin setiap hari Senin dan Jumat. Harga pepaya calina ditentukan melalui proses negosiasi atau tawar menawar. Istana Buah Segar menjual pepaya calina grade B tersebut dengan harga Rp 6 500 per kilogram.

 Saluran 3

Petani-Poktan Tirta Mekar-pedagang pengecer di Pamulang-konsumen akhir

(38)

26

Poktan Tirta Mekar menjual pepaya calina kepada pedagang tersebut karena memang sudah langganan. Pepaya dibayar dengan cara tunai. Harga pepaya calina ditentukan melalui proses negosiasi. Pepaya calina

grade B ini dijual kembali oleh pedagang pengecer dengan harga Rp 8 000 per kilogram.

 Saluran 4

Petani-poktan Tirta Mekar-konsumen akhir

Poktan Tirta Mekar menjual pepaya calina grade B pada konsumen langsung saat pameran di Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor yang rutin dilaksanakan pada minggu pertama awal bulan. Tirta Mekar biasa menjual pepaya dengan harga Rp 7 000 per kilogram. Kelompok Tirta Mekar menjual pepaya calina pada saat pameran tersebut sebanyak 334.488 kilogram selama bulan Januari-Februari 2014.

Saluran pemasaran pepaya calina grade C

Selama bulan Januari-Februari 2014, Tirta Mekar menghasilkan pepaya calina grade C sebanyak 3 802.2 kilogram. Menurut hasil perhitungan penjualan pada keadaan normal, biasanya alokasi pepaya grade C yaitu sebanyak 75 persen (2 851.65 kilogram pepaya) dijual kepada pedagang di Tangerang, dan 25 persen (950.55 kilogram pepaya) dijual kepada pedagang di Kemang.

 Saluran 1

Petani-Poktan Tirta Mekar-pedagang pengecer di Tangerang-konsumen akhir.

Poktan Tirta Mekar menjual pepaya calina grade C kepada pedagang pengecer buah-buahan di Tangerang. Pedagang tersebut menjual buah melon, semangka dan pepaya. Tirta Mekar menual pepaya kepada pedagang tersebut dengan harga Rp 2 500 per kilogramnya. Kemudian pedagang tersebut menjual kembali pepayanya dengan harga Rp 6 000 per kilogram. Pedagang tersebut biasa menjual buah di Pasar Cengkareng dengan menggunakan mobil bak terbuka.

Pepaya tersebut biasanya diantar oleh satu orang pegawai poktan. Poktan Tirta Mekar menjual pepaya calina kepada pedagang tersebut karena memang sudah langganan. Pepaya dibayar dengan cara tunai. Harga pepaya calina ditentukan melalui proses negosiasi.

 Saluran 2

Petani-poktan Tirta Mekar-pedagang pengumpul-pedagang di pasar- konsumen akhir

Poktan Tirta Mekar menjual pepaya calina grade C kepada pedagang pengumpul di Kemang dengan harga Rp 2 500 per kilogram. Kelompok Tirta Mekar biasa menjual pepaya calina kepada pedagang tersebut sebanyak 2 500 kilogram per satu kali kirim. Pepaya calina tersebut juga diantarkan oleh dua orang pegawai ke poktan menggunakan mobil pick up.

(39)

tunai. Harga pepaya calina ditentukan melalui proses negosiasi. Pepaya calina grade C ini dijual kembali oleh pedagang pengecer dengan harga Rp 5 000 per kilogram.

Fungsi pemasaran pada saluran pemasaran pepaya calina grade A

Fungsi pemasaran yang dilakukan untuk pepaya grade A, umumnya dilakukan oleh poktan Tirta Mekar, Total Buah Segar, Alfamidi dan pedagang besar di Jakarta. Fungsi pertukaran, fisi dan fasilitas yang dilakukan oleh lembaga pemasaran tersebut dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Fungsi pemasaran pada saluran pemasaran pepaya grade A Saluran Fungsi-Fungsi Pemasaran

Dan Pertukaran Fisik Fasilitas

Lembaga

Jual beli Simpan Angkut Kemas Sortasi Risiko Pembiayaan informasi pasar

Keterangan : - tidak dilakukan √ selalu dilakukan

Fungsi pemasaran di tingkat petani dan poktan Tirta Mekar

Saat panen, petani pepaya calina tidak melakukan pemanenan pepaya sendiri. Pepaya calina yang ada di kebun petani dipanen oleh pegawai poktan dan petani tidak terlibat dalam proses pemanenan. Petani hanya menunggu timbangan hasil panen pepaya mereka dan menunggu dibayar oleh ketua poktan sehingga fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani hanya aktivitas jual atau fungsi pertukaran.

Gambar

Tabel 4 Daftar poktan di empat kecamatan tahun 2012
Gambar  1 Marjin Pemasaran
Gambar 2  Kerangka Operasional Analisis perbedaan:
Gambar 3. Struktur Organisasi Poktan Tirta Mekar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Enakmen Kesalahan Jenayah Syariah 1995 Negeri Sabah contohnya telah memperuntukkan kesalahan berkaitan murtad dengan istilah “percubaan murtad” seperti yang

Namun Pemerintah Kabupaten Bantul melalui Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian juga mengeluarkan anggaran dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBD)

51 105 7SF051 30 FIRDINY FIRENSIA UTAMA SMPK IPEKA INTERNASIO

Dari. 'Gambar 8 terlihat nilai impedansi berubah dengan penambahan arang tetapi perubahannya tidak terlalu berarti karena perubahannya kecil sekali Penambahan arang

Ruang-ruang luar berfungsi sebagai simpul-simpul yang mengikat bangunan-bangunan yang ada di sekitarnya, baik bangunan baru maupun bangunan lama. Penempatan ruang luar yang sangat

bahwa dengan mengontrol/mengendalikan pengaruh kemampuan awal (X), secara signifikan hasil belajar IPA (Y) peserta didik yang belajar menggunakan metode pembelajaran

1999 dalam Dahlanuddin (2002), bahwa sebagian besar populasi kambing di dunia dimiliki oleh peternak tradisional dengan skala kecil ( small holder farming ). Ini

Fokus dalam penelitian ini adalah; (1) Peningkatan daya saing UMKM “keripik tempe rohani” melalui Comparative Advantagedi sentra keripik tempe Sanan, dilihat dari