• Tidak ada hasil yang ditemukan

Periode Pembungaan dan Aplikasinya dalam Taman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Periode Pembungaan dan Aplikasinya dalam Taman"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PERIODE PEMBUNGAAN POHON DAN APLIKASINYA

DALAM TAMAN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Periode Pembungaan Pohon dan Aplikasinya dalam Taman adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Nuriskha Noviawanti

(4)
(5)

ABSTRAK

NURISKHA NOVIAWANTI. Periode Pembungaan Pohon dan Aplikasinya dalam Taman. Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH.

Pohon merupakan salah satu vegetasi yang dapat menjadi daya tarik terhadap suatu lanskap. Beberapa pohon ada yang menunjukan karakter kuat terhadap warna yang dihadirkan dari bunga. Informasi dan studi mengenai jenis pohon serta periode pembungaan masih terbatas. Salah satu studi yang dapat dilakukan untuk mengetahui waktu pembungaan adalah studi fenologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui masa pembungaan pada pohon berbunga serta aplikasi penggunaannya dalam taman. Penelitian dilakukan selama 6 bulan dengan menggunakan 10 jenis pohon dari berbagai jenis famili. Penelitian ini menggunakan metode grid untuk menghitung persentase penutupan bunga pada tajuk dan metode regresi linear untuk mengetahui hubungan antara periode pembungaan dengan faktor iklim. Berdasarkan hasil analisis, 2 dari 10 jenis pohon menunjukkan hubungan signifikan antara persentase pembungaan dengan faktor iklim, yaitu spesies Samanea saman dan Tabebuia caraiba. Hasil tersebut menunjukkan pembungaan S. saman secara signifikan dipengaruhi oleh faktor iklim, antara lain, selisih suhu maksimum-minimum, lama penyinaran, dan hari hujan. Peningkatan nilai selisih suhu maksmimum-minimum dan lama penyinaran cenderung meningkatkan persentase bunga, sedangkan peningkatan hari hujan cenderung menurunkan persentase bunga S. saman. Pembungaan T. caraiba juga dipengaruhi secara signifikan oleh faktor iklim, yaitu lama penyinaran. Peningkatan nilai lama penyinaran cenderung meningkatkan jumlah persentase pembungaan T. caraiba. Hasil akhir dari penelitian ini berupa rekomendasi pengaplikasian penataan pohon berbunga dalam suatu desain taman.

Kata kunci: desain taman, fenologi, periode pembungaan, pohon berbunga

ABSTRACT

NURISKHA NOVIAWANTI. Flowering Period of Trees and Application in The Garden. Supervised by NIZAR NASRULLAH.

Trees is one of the vegetation that can be an attraction in landscape. Some trees show a strong character in color which is presented by flower. Nowadays, information and studies about the types of trees and flowering period is still limited. One of the studies that can be conducted to determine the time of flowering periode is phenology. This study aims to determine the flowering period of trees and the application in site design. The study was conducted for 6 months using 10 species of trees from the different types of families. This study used a grid method to count percentage of coverage flowers in the canopy and linear regression method to determine the relation between flowering periode and climatic factors. Based on the results, Samanea saman and Tabebuia caraiba

(6)

The result of this study showed the flowering of S. saman is significantly influenced by climatic factors, such as maximum-minimum temperature difference, daylight, and frequency of rain. The increasing of the temperature difference between minimum and maximum and daylight tends to increase flowers percentage of S. Saman, whereas the increasing of percentage frequency of rain tend to decrease it. Flowers percentage of T. caraiba also significantly influenced by daylight. The increasing of daylight tend to increase it flowers percentage. The final product of this study is a recommendation of application of flowering trees in a site design.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

PERIODE PEMBUNGAAN POHON DAN APLIKASINYA DALAM TAMAN

NURISKHA NOVIAWANTI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

Judul Skripsi : Periode Pembungaan dan Aplikasinya dalam Taman Nama : Nuriskha Noviawanti

NIM : A44090051

Departemen : Arsitektur Lanskap

Disetujui oleh

Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian ini adalah Periode Pembungaan Pohon dan Aplikasinya dalam Taman. Penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian dari Institut Pertanian Bogor.

Atas semua bimbingan, bantuan, dukungan, dan perhatian yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi hingga terselesaikan;

2. Ibu Dr Ir Indung Sitti Fatimah, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama masa perkuliahan.

3. Orang tua, kakak dan seluruh keluarga serta seluruh teman-teman ARL 46 atas doa, semangat dan kasih sayangnya;

4. Teman-teman yang telah membantu dalam pengambilan data diantaranya, Monika Agustia, Ramandini Puspita, Novita Tresna, Irma Lasmiana, Chika P, Zuhad Syafril dan Indra Bachtiar.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat.

Bogor, Juni 2014

(12)
(13)
(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN v

ABSTRAK v

PRAKATA i

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL i

DAFTAR GAMBAR i

DAFTAR LAMPIRAN iii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Kerangka Pikir Penelitian 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Batasan Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Pembungaan dan Faktor-faktornya 3

Pohon Berbunga 4

Taman 9

METODOLOGI 10

Waktu dan Tempat 10

Alat dan Bahan 11

Metode Penelitian 11

Analisis Data 13

Perumusan Rekomendasi 15

HASIL DAN PEMBAHASAN 16

Kondisi Umum Penelitian 16

Pembungaan 17

Rekomendasi 40

(16)

Simpulan 53

Saran 53

DAFTAR PUSTAKA 53

(17)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan famili yang diamati 11

2 Matriks Area Penelitian dan Aspek Penilaian Fungsi 13

3 Kriteria Penilaian Fungsi Tanaman 14

4 Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap Persentase

Bunga C. surinamensis 18

5 Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap Persentase

Bunga C. citrinus 20

6 Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap Persentase

Bunga C. siamea 22

7 Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap Persentase

Bunga C. manghas 25

8 Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap Persentase

Bunga J. acutifolia 27

9 Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap Persentase

Bunga L. speciosa 29

10 Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap Persentase

Bunga P. rubra 31

11 Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap Persentase

Bunga S. Saman 34

12 Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap Persentase

Bunga S. campanulata 36

13 Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap Persentase

Bunga T. caraiba 38

14 Daftar Nama Tanaman pada Tapak 41

15 Nilai Aspek Fungsi di Area bagian Barat 43

16 Nilai Aspek Fungsi di Area bagian Utara 44

17 Nilai Aspek Fungsi di Area bagian Timur 44

18 Nilai Aspek Fungsi di Area bagian Selatan 45

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pikir Penelitian 2

2 Lokasi Penelitian dan Titik Lokasi Bahan Penelitian 10 3 Ilustrasi Sudut Pengambilan Gambar dan Pengambilan Gambar di

Lapang 11

4 Penggunaan Aplikasi Software dan Contoh Perhitungan 12 5 Pola Perubahan Suhu antara Maret 2013 – Agustus 2013 16 6 Lama Penyinaran dan Kelembaban Udara antara Maret 2013 – Agustus

2013 16

7 Curah Hujan dan Hari Hujan antara Maret 2013 – Agustus 2013 17

8 Persentase Pembungaan C. surinamensis 17

9 C. surinamensis saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Tidak

(18)

10 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan C.

surinamensis 19

11 Persentase Pembungaan C. citrinus 20

12 C. citrinus saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Tidak berbunga

(kiri) 20

13 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan C.

citrinus 21

14 Persentase Pembungaan C. siamea 22

15 C. siamea saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Bunga Minimum

(kiri) 22

16 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan C.

siamea 23

17 Persentase Pembungaan C. manghas 24

18 C. manghas saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Bunga

Minimum (kiri) 24

19 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan C.

manghas 25

20 Persentase Pembungaan J. acutifolia 26

21 J. acutifolia saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Bunga

Minimum (kiri) 26

22 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan J.

acutifolia 27

23 Persentase Pembungaan L. speciosa 28

24 L. speciosa saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Bunga Minimum

(kiri) 28

25 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan L.

speciosa 29

26 Persentase Pembungaan P. rubra 30

27 P. rubra saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Bunga Minimum

(kiri) 31

28 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan P.

rubra 32

29 Persentase Pembungaan S. saman 33

30 S. saman saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Gugur Daun (kiri) 33 31 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan S.

saman 34

32 Persentase Pembungaan S. campanulata 35

33 S. campanulata saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Bunga

Minimum (kiri) 35

34 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan S.

campanulata 36

35 Persentase Pembungaan T. caraiba 37

36 T. caraiba saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Bunga Minimum

(kiri) 37

37 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan T.

caraiba 38

38 Masa Pembungaan Sepuluh Spesies Pohon yang diamati 40

(19)

40 Penanaman pada Area bagian Barat 43

41 Penanaman pada Area bagian Utara 43

42 Penanaman pada Area bagian Timur 44

43 Penanaman pada Area bagian Selatan 45

44 Lokasi Segmen dan Hasil Analisis Penilaian Fungsi Tanaman 45

45 Rencana Tapak 48

46 Rencana Penanaman 49

47 Ilustrasi Penanaman di Gedung Graha widya Wisuda 50 48 Ilustrasi Penanaman di Area Academic Event Plaza 51 49 Ilustrasi Penanaman di Area Parkir bagian Utara GWW 52

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lokasi, Diameter dan Tinggi Rata-rata Pohon 56

2 Data Iklim Wilayah Dramaga antara Bulan Maret 2013 - Agustus 2013 56 3 Persentase Pembungaan Sepuluh Spesies yang diamati antara Bulan

(20)
(21)
(22)
(23)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Vegetasi merupakan elemen penting dalam penataan suatu desain lanskap. Karakteristik dari vegetasi sangat variatif tergantung dengan jenisnya, untuk itu pemilihan jenis vegetasi dalam penataanya sangat penting karena mempengaruhi visual dari lanskap tersebut, baik dari bentuk tajuk, tekstur, maupun warna daun atau bunga. Pohon merupakan salah satu vegetasi yang dapat menjadi daya tarik terhadap suatu lanskap, beberapa pohon ada yang menunjukan karakter kuat dengan warna yang dihadirkan dari bunga. Variasi pohon dengan warna bunga ini cukup banyak, tetapi untuk menentukan jenis pohon yang sesuai untuk suatu taman masih sulit karena minimnya informasi dan studi mengenai jenis pohon serta periode pembungaannya.

Salah satu studi yang dapat dilakukan untuk mengetahui waktu pembungaan adalah studi fenologi. Fenologi adalah ilmu tentang periode fase-fase yang terjadi secara alami pada tumbuhan yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar seperti, lama penyinaran, suhu dan kelembaban udara (Fewless 2006). Mekarnya bunga dan flushing pada pohon merupakan kejadian fenologi yang dapat diamati pada musim semi di daerah empat musim (Delahaut 2004). Fenologi pembungaan suatu jenis tumbuhan adalah salah satu karakter penting dalam siklus hidup tumbuhan karena pada fase itu terjadi proses awal bagi suatu tumbuhan untuk berkembang biak. Suatu tumbuhan akan memiliki perilaku yang berbeda-beda pada pola perbungaan dan perbuahannya, akan tetapi pada umumnya diawali dengan pemunculan kuncup bunga dan diakhiri dengan pematangan buah (Tabla dan Vargas 2004). Pembentukan bunga diinduksi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi faktor umur dan ukuran tanaman, sedangkan faktor eksternal mencakup respon pembungaan akibat rangsangan lingkungan seperti panjang hari, suhu dan ketersediaan air (Erwin 2005). Faktor eksternal lain yang mempengaruhi diantaranya cahaya, kelembaban, curah hujan dan unsur hara, dan faktor internal lainnya yang mempengaruhi adalah faktor genetik dan fitohormon (Bermawie 2010).

Banyaknya bunga merupakan hal yang dapat diidentifikasi untuk mengetahui periode pembungaan. Informasi mengenai periode pembungaan pohon ini dapat diaplikasikan terhadap suatu lanskap atau taman seperti taman kampus untuk memperkuat karakteristik dan identitasnya. Menurut Neuman dan Kliment (2003) lanskap kampus haruslah menghasilkan identitas visual yang berbeda, sehingga memperjelas daerah lingkungan kampus serta memudahkan orientasi pengguna dalam menjelajahi kawasannya. Selain itu lanskap kampus juga harus menyediakan lingkungan yang nyaman dan dapat memberikan rangsangan positif kepada masyarakat dalam kampus.

(24)

2

kesan ruang yang didapat. Bunga pada pohon dapat ditonjolkan dengan penanaman rapat dan teratur sampai jarak tertentu dan menggunakan warna

monochromatic (Lestari 2005).

Fungsi identitas yang dihadirkan dalam bentuk penataan vegetasi ini juga dapat dimanfaatkan oleh kampus sebagai penanda acara atau perayaan yang diselenggarakan setiap tahunnya. Hal ini memberi nilai tambah suatu lanskap, dengan menyisipkan kenangan terhadap acara atau perayaan yang bertepatan dengan mekarnya beberapa pohon yang ditanam. Menurut Carter (2003) bagian penting dan menarik dari mengadakan acara di luar ruangan adalah keindahan alam dan saat mekarnya bunga-bunga sehingga perlu adanya rencana penanaman yang tepat agar suatu acara atau perayaan dapat menyatu dengan tapak, serta pemilihan vegetasi menjadi nilai penting untuk menciptakan pengalaman yang komperhensif.

Kerangka Pikir Penelitian

Periode pembungaan pohon dilakukan dengan mengamati 10 jenis pohon, dengan menggunakan studi fenologi untuk melihat perkembangaan dari pembungaan. Pengamatan pembungaan dilakukan selama satu periode dan hasil pengamatan akan dianalisis hubungannya dengan unsur iklim. Hasil penelitian akan menjadi rekomendasi suatu desain pada sebuah tapak. Berikut diagram alur penelitian yang akan dilakukan.

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

Faktor Internal Faktor Eksternal

Umur, Genetik dan Hormon Faktor Iklim dan Stres Air Faktor Iklim

Suhu, Curah Hujan, Lama Penyinaran, Kelembaban Udara dan Hari Hujan

Lama Waktu dan Distribusi Pembungaan Analisis Pembungaan dengan Faktor Iklim

Rekomendasi Jenis Pohon dalam Taman Taman Kampus

Rencana Tapak Periode Pembungaan

Faktor Pembungaan Studi Fenologi

(25)

3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui masa pembungaan pada pohon berbunga menarik dan pengaruh iklim terhadap pembungaan serta memberikan rekomendasi aplikasi penggunaannya pada taman atau lanskap kampus.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini didapatnya data mengenai periode, karakter serta jenis pembungaan pada pohon yang dapat digunakan dalam penataan suatu lanskap dan juga dapat dijadikan acuan bagi para stakeholder dalam bidang lanskap untuk memaksimalkan kualitas visual serta pengalaman yang berkesan bagi pengguna pada suatu lanskap.

Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada pembuatan model sebagai rekomendasi dari hasil studi. Jenis bahan penelitian yang digunakan juga dibatasi oleh jenis-jenis pohon yang memiliki bunga menarik yang berada di lokasi penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA

Pembungaan dan Faktor-faktornya

Setiap tumbuhan yang masih dalam tahap vegetatif akan mengalami perubahan ke tahap generatif yaitu tahap berbunga dan pada beberapa spesies mempunyai musim berbunga yang tetap. Menurut Bleasdale (1981) beberapa perubahan musim akan menginduksi tanaman dari fase vegetatif ke fase pembungaan. Pada beberapa spesies lain, meskipun pada musim yang memungkinkan untuk tumbuh, tidak terjadi pembungaan karena memerlukan sejumlah pertumbuhan vegetatif tertentu. Pembungaan adalah suatu mekanisme perubahan fase dari fase vegetatif ke vase reproduktif, dimana akan akan terjadi kompleksitas dari perkembangan seperti pembentukan bunga, buah dan biji. Hal tersebut ditandai dengan adanya proses-proses yang terjadi secara seksual dan fisiologi pembungaan tanaman diatur oleh faktor lingkungan secara ekologi meliputi suhu, fotoperiode dan curah hujan (Barus dan Syukri 2008).

(26)

4 Suhu

Suhu memberikan efek kualitatif dan kuantitatif terhadap perkembangan bunga. Suhu tinggi biasanya meningkatkan laju perkembangan bunga yang mengakibatkan anthesis dini (Kinet et al. 1985). Masa berbunga dapat dipengaruhi oleh suhu siang-malam, suhu rendah, suhu optimum, satuan panas, kuantitas dan kualitas cahaya atau panjang hari dan kombinasi dua atau lebih faktor. Di kawasan tropis suhu pada awal fase pertumbuhan vegetatif sampai akhir fase generatif relatif sama dan rata-rata lebih tinggi (terutama di dataran tinggi) (Yahya dan Krisantini 1988). Batas suhu untuk tingkat pertumbuhan tergantung pada jenis tanaman. Tanaman pada daerah tropis memiliki batas yang lebih tinggi dibanding pada daerah subtropis (Aitken 1974). Selain itu, suhu juga dapat menurun seiring dengan meningkatnya ketinggian suatu tempat. Sebaliknya semakin dekat dengan laut meningkatkan suhu moderat (Beverley 2004).

Curah Hujan

Curah hujan merupakan elemen iklim yang sangat penting bagi tanaman karena mempengaruhi ketersedian sumber air dalam tanah. Musim hujan di wilayah Jawa menurut gerakan ITCZ (Inter Tropical Convergence Zone) masuk kedalam tipe monsoon, dengan intensitas curah hujan rendah pada bulan April-September dan tinggi antara bulan Oktober-Maret. Menurut Kinet et al. (1985) turunnya hujan setelah kemarau dapat menginisiasi kuncup bunga. Ketersedian air pada bulan dengan intensitas curah hujan rendah dapat menghambat laju fotosintesis karena daun akan menutup stomata jika kadar air tanah berkurang (Handoko 2009). Selain itu menurut Kozlowski (1965) cekaman air dari dalam memiliki efek yang signifikan terhadap perkembangan reproduksi pada pohon. Lama Penyinaran dan Panjang Hari

Lama penyinaran adalah periode (dalam jam) matahari bersinar cerah sedangkan panjang hari adalah periode dari matahari terbit sampai terbenam yang dihitung dalam jam. Lama penyinaran menentukan jumlah energi radiasi surya, sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui proses fotosintesis. Sebaliknya, panjang hari menentukan proses perkembangan tanaman melalui respon fotoperiodisme, yang tidak bergantung pada intensitas energi radiasi surya melainkan periode pencahayaannya mulai matahari terbit hingga terbenam. Faktor panjang hari dapat mempengaruhi perbedaan fase pembungaan karena pada bulan-bulan tertentu terdapat beberapa hari yang memiliki waktu siang lebih panjang. Tanaman yang berasal dari lintang tinggi umumnya sensitif terhadap fotoperiodisme, dapat berupa tanaman hari pendek atau tanaman hari panjang (Handoko, 2009).

Pohon Berbunga

(27)

5 Calliandra surinamensis Benth.

Memiliki nama umum Kaliandra dan berasal dari Suriname serta daerah lainnya di Amerika bagian utara-selatan (Missouri Botanical Garden 2013, Llamas 2003). Termasuk kedalam famili Fabaceae yang bentuknya berupa pohon rendah 3-5 m. Kaliandra dapat tumbuh pada daerah beriklim tropis di dataran rendah maupun tinggi. Daunnya majemuk berseling, menyirip, panjang 10-15 cm, lebar 1-3 cm dan berwarna hijau. Bunganya majemuk, berada di ujung cabang, bentuk bongkol, memiliki benang sari yang banyak, berbentuk rambu dan berwarna merah, panjang 11-16 cm. Merupakan tanaman evergreen yang berbunga sepanjang tahun, namun di daerah subtropis tanaman ini berbunga pada akhir musim dingin dan musim semi (Llamas 2003). Tanaman ini membutuhkan cahaya matahari penuh dan toleran terhadap tanah berjenis liat, lempung, pasir, sedikit basa, asam dan berdrainase baik. Tanaman ini juga memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi kering (Gilman dan Watson 1993). Bunga kaliandra biasanya dapat segar lebih lama dengan filtrasi sedikit cahaya dari kanopi pohon yang lebih tinggi pada waktu tengah hari (Llamas 2003).

Klasifikasi

Spesies : Calliandra surinamensis

Callistemon citrinus (Curtis) Skeels

Memiliki nama umum Sikat botol dan berasal dari daerah timur Australia (Llamas 2003). Termasuk kedalam famili Myrtaceae yang bentuknya berupa pohon rendah dengan tinggi 3-5 m. Sikat botol dapat tumbuh pada daerah tropis di dataran rendah dan tinggi. Daunnya tunggal memiliki warna atas hijau tua dan warna bawah hijau muda, pada waktu muda daun terlihat berwarna perunggu. Bunganya berbentuk silinder, tanpa petal dengan stamen warna merah berujung kuning, bentuknya seperti sikat. Tumbuh sebagai tanaman evergreen, berbunga sepanjang tahun dan pada zona wilayah subtropis bunga tumbuh pada musim semi dan musim panas. Adaptif terhadap kondisi tanah berdrainase baik, asam, sedikit basa, dan jenis tanah liat, lempung, dan berpasir. Tumbuh baik dengan paparan

Spesies : Callistemon citrinus

Cassia siamea Lam.

(28)

6

pohon sedang dengan ketinggian berkisar antara 10-12 m. Johar tumbuh subur pada daerah beriklim tropis di dataran rendah hingga mencapai ketinggian 1300 mdpl. Daunnya majemuk dan menyirip ganda dengan panjang tangkai 15-30 cm. Tiap helai daun terdiri dari 6-14 anak daun yang berbentuk bulat telur dan berwarna hijau. Bunga terkumpul dalam malai di ujung ranting dengan panjang 15-60 cm, terbagi rata 10-60 kuntum dalam beberapa tangkai. Mahkota bunga berwarna kuning cerah berjumlah 5 helai dan 10 benang sari dengan panjang maksimal 1 cm. Tanaman ini mulai berbunga dan berbuah pada umur 2-3 tahun. Merupakan jenis tanaman evergreen yang berbunga sepanjang tahun dan di wilayah subtropis berbunga pada musim panas. Pohon Johar ini memiliki banyak fungsi diantaranya digunakan sebagai tanaman hias, penaung, pengontrol erosi, reklamasi lahan tambang dan juga banyak digunakan sebagai tanaman sela dalam agroforestri serta industri kayu karena memiliki kayu yang kuat, serta daunnya dapat dijadikan pakan ternak. Saat ini pohon Johar dalam dunia lanskap telah banyak digunakan sebagai pohon peneduh di tepi jalan, pohon hias di taman-taman, bahkan untuk merehabilitasi lahan pertambangan (Joker 2000).

Klasifikasi

Spesies : Cassia siamea

Cerbera manghas L.

Memiliki nama umum Bintaro dan berasal dari daerah tropis di Asia, Australia, Madagaskar dan kepulauan sebelah barat samudra pasifik. Termasuk kedalam famili Apocynaceae yang bentuknya berupa pohon sedang 6-12 m. Bintaro dapat tumbuh pada dataran rendah maupun dataran tinggi dan memiliki toleransi terhadap salinitas yang tinggi. Daunnya berbentuk bulat telur (lonjong), tepi rata, ujung dan pangkal meruncing, tipis, permukaan licin, pertulangan menyirip, panjang 15-20 cm, lebar 3-5 cm, berwarna hijau tua, dan tersusun berselingan. Bunga Bintaro bersifat majemuk, berkelamin dua, terletak di ujung cabang, tangkai silindris, panjang 11 cm. Mahkota bentuk terompet, halus, putih, bunganya harum dengan mahkota berdiameter 3-5 cm dan berwarna putih (Rohimatun dan Suriati 2011). Bintaro biasanya banyak digunakan sebagai tanaman penghijauan daerah pantai serta peneduh kota, namun tanaman ini ternyata memiliki kandungan racun cerberin yang dapat menyebabkan kematian (Gaillard et al. 2004), sehingga penggunaan Bintaro pada suatu lanskap perlu diperhatikan penempatannya demi keamanan penggunanya.

Klasifikasi

(29)

7 Jacaranda acutifolia Bonpl.

Memiliki nama umum Jakaranda, yang berasal dari Brazil dan telah diintroduksi di negara tropis dan subtropis (Cowen 1950). Termasuk kedalam famili Bignoniaceae yang bentuknya berupa pohon sedang dengan tinggi berkisar antara 5-15 m. Jakaranda dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi pada ketinggian 1-600 mdpl. Memiliki ciri, daun majemuk menyirip rangkap dua. Bunga majemuk berwarna ungu, tersusun dalam malai pendek, rapat, paling panjang 10 cm. Kelopak bunganya berbentuk mangkuk dan berukuran 1.5 cm. Mahkota bunga setangkup tunggal dengan panjang 3-4 cm dan berambut. Pada daerah subtropis tanaman ini berbunga pada saat pertengahan musim semi sampai dengan musim panas. Pohon ini butuh waktu 10-15 tahun untuk tumbuh dari biji hingga berbunga (Llamas 2003). Jakaranda biasanya banyak ditanam sebagai tanaman pengarah jalan atau point of interest di suatu taman. Tanaman ini sangat cantik dan atraktif ketika jumlah bunga melebihi daun dan pada saat gugur

Spesies : Jacaranda acutifolia

Lagerstroemia speciosa (L.) Pers.

Memiliki nama umum Bungur dan berasal dari Cina bagian selatan, dan menyebar ke daerah Asia selatan (Llamas 2003). Termasuk kedalam famili Lythraceae yang bentuknya berupa pohon tinggi dengan tinggi 12-18 m. Bungur dapat tumbuh pada dataran rendah maupun dataran tinggi. Memiliki ciri daun tunggal, bertangkai pendek, letak daun berseling, helaian daun berbentuk elips dan memanjang, tepi daun rata. Mahkota bunga bergelombang dan berwarna ungu atau merah muda. Pada daerah subtropis tanaman ini berbunga pada musim panas. Pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh cahaya matahari langsung dan tidak ternaungi. Adaptif terhadap jenis tanah liat, lempung, berpasir, berasam, beralkaline dan berdrainase baik. Toleransi terhadap kekeringan tinggi dan dapat tumbuh pada kondisi perkotaan yang memiliki tingkat polusi udara tinggi (Gilman dan Watson 1993).

Spesies : Lagerstroemia speciosa

Plumeria rubra L.

(30)

8

kedalam kategori pohon sedang dengan tinggi sekitar 6-10 m. Pohon ini dapat tumbuh di dataran rendah dan sedang. Memiliki ciri daun tunggal, berbentuk lonjong dengan ujung yang runcing, panjang daun mencapai 40 cm dan lebar 7 cm, dan berkumpul di ujung tangkai. Warna bunga bervariasi diantaranya putih, merah muda dan kuning. Jumlah mahkota bunga 5 dan memiliki aroma yang khas. Toleransi terhadap kekeringan tinggi, dan dapat tumbuh pada kondisi terkena cahaya matahari penuh, matahari parsial, atau teduh parsial (Gilman dan Watson 1994). Tajuk pohonnya sangat menarik dan bunganya tumbuh banyak sehingga memberikan kesan semarak pada taman. Tanaman ini biasanya banyak digunakan pada taman tropis seperti Taman Bali.

Klasifikasi Selatan (Staples dan Elvitch 2006). Termasuk kedalam famili Fabacea yang bentuknya berupa pohon tinggi dengan tinggi 10-25 m. Ki Hujan dapat tumbuh pada dataran rendah maupun dataran tinggi.. Memiliki ciri daun majemuk dan menyirip ganda. Tiap helai daun berbentuk bulat memanjang dengan panjang antara 2-6 cm dan lebar antara 1-4 cm dengan tepi daun rata. Bunga berwarna putih dengan bercak merah muda pada bagian bulu atasnya. Panjang bunga mencapai 10 cm dari pangkal bunga hingga ujung bulu bunga. Tabung mahkota berukuran 3,7 cm dan memiliki kurang lebih 20-30 benang sari yang panjangnya sekitar 3-5 cm. Ki hujan biasanya banyak ditanam pada ruang terbuka seperti taman-taman kota maupun pinggir jalan sebagai tanaman peneduh. Tajuknya sangat lebar menyerupai payung menjadi daya tarik terhadap pohon ini. Selain itu daya tarik Ki Hujan juga bertambah ketika saat musim berbunga, pohon ini dapat menghasilkan bunga yang banyak dan cantik pada bulan-bulan kering dimana curah hujan tidak terlalu besar (Staples dan Elvitch 2006).

(31)

9 membengkok, kemudian membelah berbetuk upih, panjangnya 4-7 cm. Mahkota bunga setangkup tunggal, berbentuk lonceng lebar, panjang tabung bunga 5-6 cm. Kecrutan membutuhkan paparan sinar matahari langsung untuk dapat tumbuh dengan baik. Tanaman ini sering digunakan sebagai penaung atau framing karena sangat atraktif dan memiliki warna bunga yang menarik serta ukuran bunga yang besar sehingga mudah terlihat dari kejauhan (Gilman dan Watson 1994).

Klasifikasi

Spesies : Spathodea campanulata

Tabebuia caraiba (Mart.) Bureau

Memiliki nama umum Tabebuia dan berasal dari Brazil, Paraguay, Argentina dan daerah Amerika Selatan lainnya (Llamas 2003). Termasuk kedalam famili Bignoniaceae yang bentuknya berupa pohon sedang dengan tinggi 5-8 m. Tabebuia dapat tumbuh pada dataran rendah maupun dataran tinggi dan toleran terhadap kekeringan. Daunnya berbentuk agak oval dan berwarna hijau yang dilapisi beludru keabu-abuan, sehingga terlihat berwarna abu-abu keperakan dari jauh. Bunga berwarna kuning dan berbentuk seperti terompet berukuran sekitar 7 cm dan tumbuh bergerombol sebanyak tiga kuntum pada bagian pucuk tangkainya. Tabebuia dapat tumbuh dengan baik, dengan persyaratan cahaya matahari penuh, matahari parsial atau teduh parsial (Gilman dan Watson 1994).

Klasifikasi

Spesies : Tabebuia caraiba

Taman

Taman merupakan lanskap yang dapat dinikmati oleh pengguna pada waktu luang untuk bersantai, menghilangkan rasa jenuh, menikmati pemandangan dengan kualitas visual yang baik serta menikmati suasana alami yang dapat menyegarkan pikiran. Menurut Morrow (1987), garden merupakan sebuah lahan yang dapat ditanam berbagai macam tanaman seperti sayuran, buah-buahan ataupun tanaman hias dan biasanya berada dekat dengan sebuah bangunan yang dikembangkan untuk kesenangan dan biasanya bersifat tertutup. Taman yang terdapat pada sebuah gedung merupakan taman yang di tata dengan sangat baik dan dengan pengelolaan yang tinggi untuk menjaga nilai estetika serta fungsionalnya. Salah satu taman yang dapat dimanfaatkan ruangnya secara maksimal adalah Taman kampus.

(32)

10

merupakan perlengkapan dan tempat kehidupan kampus. Oleh karena itu didalamnya harus tercipta suasana yang intim dan menyenangkan. Selain itu fungsi taman pada kampus juga dapat menjadi ruang berkumpul dan penyelenggaraan acara-acara kampus, salah satu contohnya adalah acara wisuda. Untuk menambah kesan semarak dan kenangan pada acara-acara tersebut, penataan ruang terbuka kampus sangatlah penting. Menurut Carter (2003) kenangan manusia baik individu maupun kelompok begitu sering terlokalisasi pada lanskap, bahkan ketika orang tidak dapat mengingat waktunya. Hal ini karena tempat tidak dapat terpisahkan dari kejadian atau peristiwa dalam suatu lanskap. Dalam penataannya, soft material dan hard material sangat berperan dalam menumbuhkan kesan tersebut. Soft material berupa tanaman dapat menciptakan suatu pengalaman yang komperhensif karena bagian menarik dari mengadakan acara di luar ruangan adalah keindahan alam dan pada saat bunga-bunga bermekaran (Carter 2003). Menurut Carpenter et al. (1975) penggunaan tanaman juga harus diperhatikan segi estetikanya dari bagian tanaman yang mempunyai keunikan dan keindahan tersendiri dari segi warna, aroma tekstur dan bentuk.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Maret 2013 dan berakhir bulan Agustus 2013. Penelitian dilakukan di Kecamatan Dramaga, Bogor. Lokasi ini dipilih karena terdapatnya beberapa jenis vegetasi pohon berbunga yang banyak digunakan pada lanskap-lanskap tertentu.

(33)

11 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pengambilan data dan pengolahan data, antara lain :

1 Kamera digital untuk pengambilan data

2 Software Adobe Photoshop untuk mengolah data dengan skala grid 3 Software SPSS untuk analisis regresi data

4 Software untuk mengolah gambar (Adobe Photoshop dan Google Sketchup) Bahan yang digunakan adalah 10 jenis pohon dari berbagai famili diantaranya : Caliandra surinamensis, Callistemon citrinus, Cerbera manghas, Jacaranda acutifolia, Lagerstroemia indica, Plumeria rubra, Samanea saman, Senna siamea, Spathodea champanulata, dan Tabebuia caraiba.

Metode Penelitian

Metode penelitian menggunakan metode deskriptif yang bertujuan membuat deskripsi tentang panjang masa pembungaan dan masa puncak berbunga pohon yang diamati. Penelitian dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu sampel yang akan diamati. Sampel pohon dipilih secara sengaja (purposive sampling) dengan syarat habitat dan kondisi tertentu, yaitu : berada pada kondisi relatif kering, tidak terendam, relatf terbuka dan soliter. Kondisi pohon yang dicari adalah pohon dewasa, sudah pernah berbunga, sehat dan ukuran pohon relatif seragam. Berikut tabel jenis pohon dan jumlah sampel yang diamati.

Tabel 1 Jenis dan famili yang diamati

Gambar 3 Ilustrasi Sudut Pengambilan Gambar dan Pengambilan Gambar di Lapang

No Spesies Famili Jumlah

1 Calliandra surinamensis Benth. Fabaceae 3

2 Callistemon citrinus (Curtis) Skeels Myrtaceae 3 3 Cassia siamea (Lam.) Irwin & Braneby Fabaceae 3

4 Cerbera manghas L. Apocynaceae 3

5 Jacaranda acutifolia Humb. & Bonpl. Bignoniaceae 3 6 Lagerstroemia speciosa (L.) Pers. Lythraceae 3

7 Plumeria rubra L. Apocynaceae 3

8 Samanea saman (Jacq.) Merr. Mimosaceae 3

(34)

12

Pengamatan sampel dilakukan dengan mengamati pohon dan mengambil gambar pohon dari sisi yang berbeda sebanyak 2 atau 3 kali, dengan jarak pengamatan sesuai dengan tinggi pohon. Pengambilan gambar disesuaikan dengan sudut pandang manusia yaitu 45o-70o. Gambar yang didapat kemudian diolah dengan software adobe photoshop untuk menentukan jumlah grid bunga dan jumlah grid tajuk (Gambar 3). Penerapan penggunaan software sebagai berikut. Perhitungan dilihat berdasarkan persentase penutupan bunga yaitu bagian bunga atau tajuk yang terproyeksikan ke dalam grid. Kemudian dihitung dengan rumus sebagai berikut :

∑ grid bunga

Persentase penutupan bunga = x 100 %

∑ grid tajuk

Contoh perhitungan :

Tanda merah merupakan bunga yang muncul pada sisi pohon yang diamati (Gambar 4). Sehingga persentase penutupan bunga dapat dihitung sebagai berikut :

∑ grid bunga

= x 100 %

∑ grid tajuk

217

= x 100 %

376

= 57.7 %

Hasil nilai persentase penutupan bunga merupakan persentase pembungaan pada pohon.

Gambar 4 Penggunaan Aplikasi Software dan Contoh perhitungan

Pengambilan data dilakukan dua kali dalam sebulan pada minggu kedua dan minggu keempat selama 6 bulan untuk masing-masing sampel pohon dan menjadi rata-rata untuk data bulan. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh unsur iklim yang terdiri dari suhu, lama penyinaran, curah hujan, kelembaban dan hari hujan terhadap pembungaan.

(35)

13 Analisis Data

Tahap pengolahan data dilakukan dengan menganalisis hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi dan untuk memberikan model aplikasi periode pembungaan maka dilakukan analisis kondisi tapak yang telah diinventarisasi menggunakan analisis penilaian fungsi tanaman.

Analisis Hubungan Pembungaan Pohon dengan Faktor Iklim

Analisis hubungan pembungaan pohon dengan faktor iklim dilakukan menggunakan analisis regresi sederhana dengan menggunakan software SPSS

Statistics 17.0. Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk melihat hubungan yang terjadi diantara variabel bebas (independen) yaitu faktor iklim diantaranya suhu, lama penyinaran, curah hujan, hari hujan dan kelembaban udara dengan variabel terikat (dependen) yaitu persentase pembungaan pohon. Berikut model persamaan regresi sederhana :

Keterangan :

Y = Jumlah persentase pembungaan pada pohon

a = Konstanta regresi

b = Koefisien

X = Variabel faktor iklim

Berdasarkan hasil analisis akan didapat nilai R2 dan P-value. Nilai R2 atau koefisien determnasi adalah besarnya keragaman di dalam variabel Y yang dapat dijelaskan oleh model regresi. Nilai R2 berkisar antara 0-1 dan jika nilai dikalikan 100% maka hal ini menunjukan persentase keragaman variabel Y dapat dijelaskan oleh model regresi. Semakin besar nilai R2, semakin baik model regresi yang diperoleh, sedangkan jika model regresi menunjukan angka signifikansi atau P-value sebesar < 0.05, maka persamaan regresi dapat dipergunakan untuk memprediksi nilai Y.

Analisis Penilaian Fungsi Tanaman

Analisis penilaian fungsi tanaman dilakukan untuk menentukan nilai efektifitas tanaman yang sudah terpenuhi di lapangan dan yang belum, sehingga dapat diketahui jenis vegetasi yang dapat dipertahankan dan dapat diganti dengan rekomendasi vegetasi hasil pengamatan. Penilaian aspek fungsi tanaman dilakukan dengan penilaian sendiri berdasarkan hasil pengamatan di lapang yaitu di daerah sekitar Gedung Graha Widya Wisuda (GWW) dan pelataran Academic Event Plaza (AEP). Tabel 2 menunjukan dominansi aspek yang dinilai pada area studi yang telah ditentukan. Selanjutnya penilaian fungsi tanaman ditentukan dengan metode skoring dengan kriteria pada tabel 3. Kriteria ini dibuat berdasarkan kriteria ideal dalam penentuan fungsi tanaman yang mengacu pada Carpenter (1975) dan Desyana (2011).

Tabel 2 Matriks Area Penelitian dan Aspek Penilaian Fungsi

(36)

14

Tabel 3 Kriteria Penilaian Fungsi Tanaman No. Fungsi Kriteria Penilaian Penilaian di

Lapangan

3.Sesuai orientasi penanaman terhadap arah sinar matahari

4.Tinggi pohon dari sedang sampai tinggi

5.Tidak mempunyai buah besar 6.Pohon tidak gugur daun

Jumlah

1.Pohon mempunyai tajuk kolumnar atau batang tegak dan tampak jelas 2.Pohon ditanam berjejer ditepi jalan 3.Jarak antar tanaman teratur

4.Berbaris kontinu menunjukan arah 5.Memudahkan orientasi

2.Ditanam berbaris atau membentuk massa

3.Tertata memenuhi kaidah penataan untuk estetika, terutama terdapat

unity/tema

4.Tertata memenuhi kaidah penataan untuk estetika, terdapat pengulangan dan gradasi

5.Tertata memenuhi kaidah penataan untuk estetika, terdapat efek spesial/ kontras

6.Tertata memenuhi kaidah penataan untuk estetika, terlihat harmonis/seimbang

(37)

15 Penilaian skoring dilakukan dengan membandingkan luas area tapak dengan kriteria penilaian yang terpenuhi di lapang sesuai standar penilaian yaitu:

nilai 1 : Sangat jelek, bila isi pemenuhan kriteria dari luas area yang diamati < 40%;

nilai 2 : Jelek, bila isi pemenuhan kriteria dari luas area yang diamati 41 < 60%; nilai 3 : Cukup baik, bila isi pemenuhan kriteria dari luas area yang diamati 61 <

80%;

nilai 4 : Sangat baik, bila isi pemenuhan kriteria dari luas area yang diamati > 81%.

Nilai yang telah didapatkan dihitung sesuai bobot masing-masing kriteria yang telah ditetapkan. Penilaian dari masing-masing kriteria tersebut dijumlahkan sehingga didapat nilai total untuk setiap komponen aspek. Nilai total yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai ideal atau total maksimum yang diperoleh dari masing-masing komponen aspek lalu diubah dalam bentuk persentase sehingga didapat total bobot penilaian atau efektifitas fungsi tanaman yang dikelompokkan kembali menjadi 4 kategori sebagai berikut:

 Sangat buruk, bila pemenuhan kriteria ≤ 40%

 Buruk, bila pemenuhan kriteria 41 ≤ 60%

 Baik, bila pemenuhan kriteria 61 ≤ 80%

 Sangat baik, bila pemenuhan kriteria ≥ 81% Perumusan Rekomendasi

(38)

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Penelitian

Kecamatan Dramaga terletak di wilayah Bogor Barat dengan luas wilayah 2.437.636 Ha dengan batas wilayah sebelah Utara dengan Kecamatan Rancabungur, sebelah Selatan dengan Kecamatan Tamansari/Ciomas, sebelah Barat dengan Kecamatan Ciampea dan sebelah Timur dengan Kecamatan Bogor Barat. Kecamatan Darmaga berada pada ketinggian 142-200 mdpl dan memiliki tipe iklim Af (tropika basah) menurut klasifikasi Koppen dengan ciri-ciri sebagai berikut : suhu udara rata-rata bulan terdingin 18.3 oC (A), tidak ada bulan dengan rata-rata curah hujan < 60 mm (f) dan suhu udara rata-rata bulanan terpanas > 22

o

C (a). Tanah di daerah kecamatan Dramaga umumnya termasuk dalam golongan Latosol cokelat kemerahan (Asmawati 2005).

Suhu rata-rata selama waktu penelitian sebesar 26 oC, dengan suhu udara maksimum sebesar 32 oC dan suhu udara minimum sebesar 22.8 oC. Kelembaban udara rata-rata sebesar 82-85 % dan lama penyinaran sebesar 64 % (Stasiun Klimatologi Darmaga 2013).

Gambar 5 Pola Perubahan Suhu antara Maret 2013 – Agustus 2013

(39)

17

Gambar 7 Curah Hujan dan Hari Hujan antara Maret 2013 – Agustus 2013 Pembungaan

Pembungaan pada masing-masing spesies dilihat berdasarkan hasil persentase pembungaan yang dihitung. Persentase pembungaan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah persentase penutupan bunga terhadap tajuk. Hasil pengamatan menunjukan pada puncak pembungaan bunga hanya muncul pada sebagian area tajuk, tidak ada spesies yang pada puncak pembungaan menutupi seluruh tajuk permukaan.

Calliandra surinamensis Benth.

C. surinamensis merupakan tanaman yang berbunga sepanjang tahun. Selama periode pengamatan dari Bulan Maret 2013 sampai Agustus 2013 Kaliandra mengalami pembungaan setiap bulannya dan memiliki persentase 5-30.2 %. Puncak pembungaan terjadi pada bulan Mei dan Agustus 2013, sedangkan pembungaan terendah terjadi pada bulan April sebesar 5 % (Gambar 8). Pada saat puncak tertinggi pembungaan pada bulan Mei, curah hujan pada bulan tersebut sangat tinggi yaitu sebesar 399.3 mm. Berdasarkan hasil analisis regresi (Tabel 4), persentase pembungaan C. surinamensis tidak nyata dipengaruhi faktor iklim.

(40)

18

Gambar 9 C. surinamensis saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Tidak Berbunga (kiri)

Kaliandra memiliki warna bunga yang menarik dengan dominasi berwarna putih pada bagian bawah dan warna merah muda pada bagian ujungnya. Berdasarkan hasil pengamatan bunga Kaliandra muncul satuan pada ujung cabang dan distribusi pembungaan menyebar keseluruh tajuk.

Tabel 4 Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap Persentase Bunga

C. surinamensis

Berdasarkan grafik hubungan (Gambar 10) didapatkan peningkatan hari hujan cenderung menurunkan persentase pembungaan, sedangkan peningkatan curah hujan, lama penyinaran dan kelembaban udara cenderung meningkatkan persentase pembungaan. Peningkatan unsur lama penyinaran dengan pembungaan Kaliandra pada bulan Mei dan Agustus menunjukkan nilai yang cukup besar untuk mempengaruhi jumlah bunga pada bulan tersebut. Menurut Llamas (2003) Kaliandra sangat menyukai paparan sinar matahari penuh untuk tumbuh optimal dan umumnya tanaman yang mendapat cahaya lebih banyak dapat lebih mudah berbunga dibanding dengan tanaman yang kekurangan cahaya (Darjanto dan Satifah 1990).

Faktor iklim Regresi R2 Sig. F

(Tmax-Tmin) y = 3.091x - 15.733 0.058 0.645

T rata-rata y = -3.764x + 111.097 0.021 0.782

Curah hujan y = 0.05x - 0.076 0.347 0.219

Lama penyinaran y = 0.344x - 8.936 0.168 0.419

Hari hujan y = -0.723x + 28.409 0.144 0.458

(41)

19

Gambar 10 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan C. surinamensis

Callistemon citrinus (Curtis) Skeels

(42)

20

Gambar 11 Persentase Pembungaan C. citrinus

Sikat botol merupakan jenis pohon yang dapat berbunga sepanjang tahun. Distribusi pembungaan C. citrinus atau Sikat Botol tersebar keseluruh tajuk dan bunga muncul pada ujung-ujung cabang. Cabang-cabangnya yang terlihat menjurai sangat cocok sekali ditanam dekat water feature, namun perlu sedikit pemangkasan agar struktur batang dan tajuknya tetap kuat.

Gambar 12 C. citrinus saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Tidak Berbunga (kiri)

Tabel 5 Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap Persentase Bunga

C. citrinus 18

21.07

0.86

13.93

18.55

5.33

0 5 10 15 20 25

M A M J J A

%

Bun

g

a

Bulan

Faktor iklim Regresi R2 Sig. F

(Tmax-Tmin) y = -4.667x + 56.520 0.207 0.365

T rata-rata y = 1.369x - 22.682 0.004 0.900

Curah hujan y = -0.021x + 18.562 0.098 0.546 Lama penyinaran y = -0.377x + 37.096 0.315 0.247

Hari hujan y = 0.909x - 6.292 0.355 0.212

(43)

21 Berdasarkan grafik (Gambar 13) dapat dilihat peningkatan unsur iklim hari hujan cenderung meningkatkan jumlah pembungaan Sikat Botol. Peningkatan unsur iklim yang lain yaitu selisih suhu maksimum dengan minimum dan lama penyinaran cenderung menurunkan jumlah persentase pembungaan. Penurunan jumlah bunga terhadap persentase nilai lama penyinaran yang tinggi pada bulan Mei dan Agustus menunjukan bahwa Sikat botol tidak menyukai kondisi iklim yang kering. Menurut Llamas (2003), beberapa genus Callistemon memang menyukai kondisi iklim yang lembab dan berdrainase baik.

Gambar 13 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan

C. citrinus

Cassia siamea (Lam.) Irwin & Braneby

(44)

22

Gambar 14 Persentase Pembungaan C. siamea

Gambar 15 C. siamea saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Bunga Minimum (kiri)

Distribusi pembungaan C. siamea atau Johar biasanya pada bagian atas tajuk dan bunganya muncul pada ujung cabang. Tanaman ini berbunga sepanjang tahun di daerah tropis dengan ketinggian maksimal 1300 mdpl. Johar dapat tumbuh pada suhu 20-31 oC dan tidak dapat tumbuh pada suhu dibawah 10 oC (Joker 200).

Tabel 6 Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap Persentase Bunga

C. siamea

0.83

2.38

3.8

4.98

3.85

1.29

0 1 2 3 4 5 6

M A M J J A

%

Bun

g

a

Bulan

Faktor iklim Regresi R2 Sig. F

(Tmax-Tmin) y = -0.882x + 11.084 0.184 0.396

T rata-rata y = 0.134x + 0.646 0.001 0.957

Curah hujan y = -0.003x + 3.692 0.054 0.657

Lama penyinaran y = -0.067x + 7.138 0.247 0.316

Hari hujan y = -0.003x + 2.913 0.0007 0.987

(45)

23

Gambar 16 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan

C. siamea

Berdasarkan grafik (Gambar 16) pembungaan C. siamea cenderung menurun dengan peningkatan nilai selisih suhu maksimum dengan minimum, lama penyinaran dan kelembaban udara. Peningkatan nilai curah hujan juga cenderung menurunkan persen bunga, dapat dilihat pada pembungaan bulan Juni yang menunjukan bahwa jumlah curah hujan terendah menyebabkan pembungaan maksimum pada bulan tersebut. Penurunan tersebut dapat terjadi oleh beberapa sebab yaitu curah hujan yang deras dapat memicu rontoknya bunga dan curah hujan yang terjadi dapat mempengaruhi kadar air dalam tanah, jumlah kadar air yang banyak dapat menghambat pembungaan. Menurut Ashari (2002), terdapat beberapa spesies yang terhambat pembungaan akibat kadar air yang berlebih diantaranya pinus, apel dan olive.

Cerbera manghas L.

(46)

24

pembungaan terendah terjadi pada bulan Mei 2013 (Gambar 17). Berdasarkan hasil regresi pembungaan C. manghas tidak nyata dipengaruhi faktor iklim.

Gambar 17 Persentase Pembungaan C. manghas

Gambar 18 C. manghas saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Bunga Minimum (kiri)

C. manghas atau yang biasa disebut dengan bintaro memiliki ciri-ciri berbunga pada bagian ujung cabang dan tumbuh bergerombol. Tanaman ini dibawah naungan terasa lembab karena tajuknya yang cukup masif. Berdasarkan hasil pengamatan, distribusi pembungaan tumbuh mengacak tidak menutupi tajuk secara menyeluruh. Pada pengamatan minggu pertama pada bulan Mei 2013, Bintaro mengalami pembungaan terendah hal itu dikarenakan pada saat pengamatan bintaro hanya menunjukan masa berbuah saja.

21.25

9.87

0.05

4.81

7.95 8.92

0 5 10 15 20 25

M A M J J A

%

Bung

a

(47)

25 Tabel 7 Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap Persentase Bunga

C. manghas

Gambar 19 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan

C. manghas

Dilihat dari grafik (Gambar 19), pembungaan Bintaro cenderung meningkat terhadap peningkatan unsur hari hujan. Grafik pembungaan tanaman (Gambar 17) menunjukan grafik U, dengan persentase pembungaan terendah pada bulan Mei dan curah hujan tertinggi pada bulan tersebut. Tingginya hujan dari bulan Maret hingga Mei dapat diindikasikan mengurangi jumlah bunga. Menurut Ashari (1990), hujan lebat dapat menyebabkan sebagian besar dari kuncup-kuncup bunga

(48)

26

dan bunga-bunga baru mekar mati dan gugur, namun ada sebagian bunga berhasil melakukan penyerbukan sehingga pada bulan Mei tersisa beberapa buah hasil penyerbukan tersebut.

Jacaranda acutifolia Humb. & Bonpl.

Pembungaan J. acutifolia terjadi setiap bulan selama periode pengamatan dari Bulan Maret - Agustus 2013 dengan persentase pembungaan berkisar antara 0.1-30 %. Puncak pembungaan terjadi pada bulan Maret 2013 sedangkan pembungaan terendah terjadi pada bulan Juni 2013 (Gambar 20). Berdasarkan hasil regresi pembungaan J. acutifolia tidak nyata dipengaruhi faktor iklim.

Gambar 20 Persentase Pembungaan J. acutifolia

Jakaranda merupakan tanaman yang sangat menarik jika digunakan pada suatu lanskap, karena pada saat pembungaan maksimum tanaman ini akan menggugurkan daunnya, menyisakan bunga-bunga pada cabangnya dan sebagian bunga rontok menutupi tanah seperti karpet ungu. Sekilas tanaman ini seperti mati tetapi yang sebenarnya sedang dalam proses pembungaan. Distribusi pembungaan tanaman ini menyebar acak keseluruh tajuk. Ketika tidak dalam masa pembungaan daun-daun muda tumbuh pada setiap tangkainya dan baru terlihat bentuk tajuk yang sebenarnya.

Gambar 21 J. acutifolia saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Bunga Minimum (kiri)

30.58

15.17

2.02

0.06 1.42

2.7

0 5 10 15 20 25 30 35

M A M J J A

%

Bung

a

(49)

27 Tabel 8 Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap Persentase Bunga

J. acutifolia

Gambar 22 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan

J. acutifolia

Jika hanya melihat tren persentase pembungaan, (Gambar 22) pembungaan Jakaranda cenderung meningkat dengan peningkatan nilai unsur iklim yaitu suhu rata-rata dan hari hujan. Berdasarkan pengamatan, jumlah bunga semakin menurun dari bulan Maret hingga bulan Juni kemudian kembali naik sedikit pada bulan Juli dan Agustus. Menurut Llamas (2003) beberapa spesies Jakaranda diketahui menyukai daerah yang lembab untuk tumbuh optimal. Curah hujan dan

(50)

28

hari hujan yang tinggi pada bulan Maret hingga Mei, menyebabkan kondisi yang lembab pada bulan tersebut.

Lagerstroemia speciosa (L.) Pers.

Pembungaan L. speciosa terjadi setiap bulan selama periode pengamatan dari Bulan Maret - Agustus 2013 dengan persentase pembungaan berkisar antara 0.1-15 %. Puncak pembungaan terjadi pada bulan Maret 2013 sedangkan pembungaan terendah terjadi pada bulan Agustus 2013 (Gambar 23). Berdasarkan hasil regresi faktor iklim menunjukan tidak berpengaruh nyata terhadap pembungaan L. speciosa.

Gambar 23 Persentase Pembungaan L. speciosa

Gambar 24 L. speciosa saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Bunga Minimum (kiri)

15.65

12.53

5.22

1.6

0.53 0.05

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

M A M J J A

%

Bung

a

(51)

29 Tabel 9 Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap Persentase Bunga

L. speciosa

Bunga L. speciosa atau Bungur memiliki ciri tumbuh pada ujung-ujung tangkai dan tumbuh tegak secara vertikal. Distribusi pembungaan rata-rata terjadi pada bagian ujung pohon dan tumbuh secara bergerombol. Ketika pembungaan maksimum pohon ini sebagian gugur bunga dan membentuk seperti karpet bunga berwarna merah muda. Setelah mengalami pembungaan maksimum tanaman ini meranggas seperti kering menggugurkan daunnya dan menyisakan bakal buah dari hasil pembungaan.

Gambar 25 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan

(52)

30

Grafik pembungaan (Gambar 23) Bungur juga mengalami penurunan jumlah persentase pembungaan dari bulan Maret hingga Agustus. Berdasarkan grafik hubungan unsur iklim (Gambar 25), peningkatan nilai suhu rata-rata dan hari hujan cenderung meningkatkan jumlah bunga. Grafik pola persentase pembungaan Bungur juga sama dengan spesies sebelumnya yaitu Jakaranda. Jika dilihat dari pola musim serta kecenderungan peningkatan jumlah bunga terhadap hari hujan, Bungur memiliki karakter pembungaan yang menyukai iklim basah. Pengurangan jumlah bunga berubah seiring dengan perubahan musim. Menurut Darjanto dan Satifah (1990), hujan pertama yang cukup besar disertai kelembaban udara relatif tinggi dan suhu udara yang menurun beberapa derajat, dapat merangsang pembungaan.

Plumeria rubra L.

P. rubra selama periode pengamatan dari Bulan Maret - Agustus 2013 memiliki persentase pembungaan berkisar antara 8-17 %. Puncak pembungaan terjadi pada bulan Maret dan Agustus 2013, sedangkan pembungaan terendah terjadi pada bulan Mei 2013 (Gambar 26). Berdasarkan hasil analisis regresi, pembungaan P. rubra tidak dipengaruhi secara nyata olehfaktor iklim. Jika dilihat dari grafik persentase pembungaan, pada bulan Mei saat pembungaan terendah, curah hujan terjadi cukup besar mengakibatkan rontoknya sejumlah bunga.

(53)

31

Gambar 27 P. rubra saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Bunga Minimum (kiri)

P. rubra atau yang biasa dikenal dengan Kamboja merupakan tanaman yang berbunga sepanjang tahun. Pada saat puncak pembungaan, Kamboja memiliki jumlah daun yang lebih banyak dibanding saat pembungaan rendah (Gambar 27). Pada saat pembungaan rendah jumlah daun cenderung berkurang dan sehingga bentuk percabangan dari tajuk dapat terlihat, hal itu dapat menambah estetika suatu taman. Namun fungsi Kamboja sebagai penaung pada saat pembungaan rendah berkurang, sehingga fungsi penaung pada pohon Kamboja yang efektif adalah pada saat pembungaan maksimum.

Tabel 10 Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap Persentase Bunga P. rubra

Faktor iklim Regresi R2 Sig. F

(Tmax-Tmin) y = 1.234x + 1.102 0.084 0.578

T rata-rata y = 0.447x + 0.972 0.003 0.921

Curah hujan y = -0.002x + 13.26 0.007 0.872

Lama penyinaran y = 0.071x + 8.098 0.064 0.629

Hari hujan y = 0.113x + 10.233 0.032 0.736

RH y = 0.361x – 17.855 0.017 0.806

y = 1.234x + 1.102 R2 = 0.084

%

B

un

ga

(Tmax-Tmin) (oC)

y = 0.447x + 0.972 R2 = 0.003

%

B

un

ga

(54)

32

Gambar 28 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan

P. rubra

Pola grafik persentase pembungaan Kamboja juga memiliki persamaan dengan pola grafik persentase pembungaan Bintaro. Kedua grafik menunjukan penurunan jumlah bunga pada bulan yang sama yaitu pada bulan Mei dan kembali meningkat pada bulan selanjutnya. Pembungaan kamboja diduga dipengaruhi oleh perubahan musim, dari musim penghujan ke musim kemarau, namun selama musim kemarau tersebut masih terjadi hujan sehingga menginsiasi pembungaan kembali. Menurut Kushwaha et al. (2011) hujan yang terjadi terus menerus pada musim kemarau akan menyebabkan perubahan pembungaan.

Samanea saman (Jacq.) Merr.

Pembungaan S. saman selama periode pengamatan dari Bulan Maret - Agustus 2013 terjadi hanya pada bulan tertentu dengan persentase pembungaan berkisar antara 0-15 %. Puncak pembungaan terjadi pada bulan Agustus 2013 sedangkan pembungaan terendah terjadi pada bulan Mei 2013 dan pada bulan April 2013 S. saman tidak mengalami pembungaan (Gambar 29). Berdasarkan hasil regresi pembungaan S. saman dipengaruhi secara nyata oleh faktor iklim yaitu selisih suhu maksimum dengan minimum, lama penyinaran dan hari hujan.

(55)

33

Gambar 29 Persentase Pembungaan S. saman

Gambar 30 S. saman saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Gugur Daun (kiri)

S. saman atau Ki hujan merupakan jenis pohon yang memiliki pola percabangan menyebar (spread). Distribusi pembungaannya juga menyebar diseluruh atas tajuk pohon dan berbunga pada tiap ujung cabangnya. Menurut Staples dan Elvitch (2006) di daerah pulau Jawa, pembungaan Ki hujan biasanya terjadi pada bulan Agustus – April. Hal ini sesuai dengan pengamatan yang dilakukan, dimana pada bulan Agustus Ki hujan mengalami pembungaan maksimal. Hal ini disebabkan pada bulan Agustus terjadi defisit air karena jumlah hari hujan hanya berlangsung 12 hari dan terjadi lama penyinaran tertinggi dari selama bulan pengamatan yaitu 86 %. Sebelum terjadinya pembungaan yang tinggi Ki hujan akan menggugurkan seluruh daun sehingga pohon terlihat seperti mati kering, namun setelah itu secara menyeluruh muncul daun baru berwarna hijau muda yang membentuk tajuk kembali dan diiringi dengan munculnya bunga-bunga di seluruh bagian atas tajuk.

0.03

0 0.11 0.13 1.08

15.3

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

M A M J J A

%

Bun

g

a

(56)

34

Tabel 11 Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap Persentase Bunga S. Saman

Gambar 31 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan

S. saman

Berdasarkan grafik (Gambar 31) peningkatan suhu rata-rata dan hari hujan cenderung menurunkan persentase pembungaan pohon. Peningkatan unsur iklim lainnya yaitu selisih suhu maksimum dengan minimum dan lama penyinaran cenderung meningkatkan jumlah bunga pohon. Peningkatan unsur lama penyinaran dapat terlihat pada bulan Agustus yang memiliki nilai lama penyinaran

Faktor iklim Regresi R2 Sig. F

Tanda * menunjukan pengaruh nyata pada taraf 5%

(57)

35 yang lebih besar dibanding bulan lain. Pengaruh lain dapat diduga dari minimnya curah hujan pada bulan Juni yang mempengaruhi kadar air dalam tanah, sehingga mempengaruhi tanaman untuk menggugurkan daun yang terjadi pada bulan Juli. Pada saat gugur daun diiringi pula terjadinya curah hujan yang cukup besar, sehingga menginsiasi pertumbuhan bunga dan daun pada bulan berikutnya. Hal itu terjadi karena untuk pembentukan primordial bunga hingga menjadi kuncup bunga diperlukan air dan zat makanan (Darjanto dan Satifah, 1990).

Sphatodea campanulata Beauv.

Pembungaan S. campanulata juga terjadi setiap bulan selama periode pengamatan dari Bulan Maret - Agustus 2013 dengan persentase pembungaan berkisar antara 6-17 %. Puncak pembungaan terjadi pada Maret 2013 sedangkan pembungaan terendah terjadi pada bulan Juli 2013 (Gambar 32). Berdasarkan hasil regresi pembungaan S. campanulata tidak dipengaruhi secara nyata oleh faktor iklim. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rahmania (2005) bahwa pembungaan S. campanulata tidak dipengaruhi oleh faktor iklim.

Gambar 32 Persentase Pembungaan S. campanulata

Gambar 33 S. campanulata saat Puncak Pembungaan (kanan) dan saat Bunga Minimum (kiri)

17

13.5

6.5 6.43 6.82 6.3

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

M A M J J A

%

Bun

g

a

(58)

36

Berdasarkan pengamatan distribusi pembungaannya S. campanulata atau Kecrutan menyebar secara acak pada seluruh tajuk dan berbunga pada ujung-ujung cabang. Pada daerah tropis Kecrutan akan berbunga sepanjang tahun, namun di daerah empat musim pohon ini hanya berbunga pada musim dingin dan semi.

Tabel 12 Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap Persentase Bunga S. campanulata

Gambar 34 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan

(59)

37 Dilihat dari grafik (Gambar 34) peningkatan suhu rata-rata dan hari hujan cenderung meningkatkan jumlah persentase bunga. Jumlah hari hujan selama periode pengamatan cenderung menurun, sehingga mempengaruhi ketersediaan sumber air dalam tanah. Kekurangan air tersebut dapat mempercepat pembungaan beberapa jenis tanaman, seperti pada pohon leci dan jeruk (Ashari 2002). Hal ini juga kemungkinan berpengaruh pada tanaman S. campanulata.

Tabebuia caraiba (Mart.) Bureau

T. caraiba selama periode pengamatan dari Bulan Maret - Agustus 2013 memiliki persentase pembungaan berkisar antara 0.05-3.83 %. Puncak pembungaan terjadi pada bulan Agustus 2013 sedangkan pembungaan terendah terjadi pada bulan Juni dan Juli 2013 (Gambar 35). Berdasarkan hasil regresi, pembungaan T. caraiba dipengaruhi secara nyata oleh faktor iklim yaitu lama penyinaran. Jenis ini merupakan tanaman yang berasal dari wilayah Amerika Selatan dengan perbedaan beberapa derajat dari ekuator. Menurut Yahya dan Krisantini (1988), beberapa tanaman tropika ternyata juga berespon terhadap fotoperiode atau panjang hari yang menunjukan perubahan 5 sampai 15 derajat dari ekuator. Hal ini diduga juga mempengaruhi pola pembungaan Tabebuia yang beradaptasi di Indonesia.

Gambar 35 Persentase Pembungaan T. caraiba

(60)

38

Distribusi pembungaan pada T. caraiba atau Tabebuia menyebar acak di seluruh tajuk, bunganya tumbuh bergerombol pada cabang-cabangnya. Jenis pohon ini merupakan pohon evergreen, namun di daerah empat musim, pohon berbunga pada saat musim dingin dan musim semi dan terkadang sebelum terjadinya pembungaan pohon akan mengugurkan daunnya.

Tabel 13 Rekapitulasi Analisis Regresi Pengaruh Iklim terhadap Persentase Bunga T. caraiba

Gambar 37 Grafik Hubungan Unsur Iklim dengan Persentase Pembungaan

T. caraiba

Tanda * menunjukan pengaruh nyata pada taraf 5%

Gambar

Tabel 1  Jenis dan famili yang diamati
Tabel 3  Kriteria Penilaian Fungsi Tanaman
Gambar 5  Pola Perubahan Suhu antara Maret 2013  – Agustus 2013
Gambar 8  Persentase Pembungaan C. surinamensis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Persoalan yang muncul juga adalah dalam bentuk kurangnya partisipasi dan kontribusi masyarakat terhadap kelembagaan pesantren yang dibuktikan dengan lambanya proses

Hasil belajar kelas eksperimen (menerapkan model pembelajaran bilingual preview review berbasis inquiry) lebih baik daripada hasil belajar siswa pada kelas

Hasil ini sejalan dengan penelitian Puspitasari (2012) dan Subagjo (2013) yang menyatakan bahwa pengetahuan aparat Inspektorat tentang pengelolaan keuangan daerah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) kontribusi pemanfaatan perpustakaaan terhadap hasil belajar auditing,2) kontribusi intensitas belajar terhadap

Irwandar (dalam Teuku, 2006:269) berpendapat bahwa secara alamiah imajinasi manusia mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat sensualitas. Membuka bagian tubuh seperti

Dengan melakukan studi penelusuran ( tracer study ) lulusan tersebut peneliti dapat mengetahui masa tunggu kerja, proses pencarian kerja pertama, aspek yang mempengaruhi

Haastattelemieni itsenäisesti seksityötä tekevien naisten ja lisäaineistona käyttämieni naishenkilöiden puheenvuoroista ja kertomuksista on noussut vahvasti

Penulis ucapkan rasa syukur kepada ALLAH SWT yang selalu memberikan kesehatan dan keselamatan pada diri penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis dengan judul: