• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Produksi Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Diberi Pakan Berprotein 38,5%, 42,5%, dan 46,5% pada Sistem Kolam Air Mengalir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja Produksi Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Diberi Pakan Berprotein 38,5%, 42,5%, dan 46,5% pada Sistem Kolam Air Mengalir"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA PRODUKSI

IKAN SIDAT

Anguilla

bicolor bicolor

DIBERI PAKAN BERPROTEIN 38,5 %, 42,5 %, DAN 46,5%

PADA SISTEM KOLAM AIR MENGALIR

MUGNI MAULANA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kinerja Produksi Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Diberi Pakan Berprotein 38,5 %, 42,5 %, dan 46,5% pada Sistem Kolam Air Mengalir” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Mugni Maulana

(4)

ABSTRAK

MUGNI MAULANA. Kinerja Produksi Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor

Diberi Pakan Berprotein 38,5 %, 42,5 %, dan 46,5% pada Sistem Kolam Air Mengalir. Dibimbing oleh TATAG BUDIARDI dan NUR BAMBANG PRIYO UTOMO.

Ikan sidat merupakan komoditas perikanan bernilai jual tinggi dan disukai pasar internasional, namun produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar. Permasalahan paling sering terjadi pada budidaya ikan sidat adalah pertumbuhan lambat, konversi pakan tinggi, serta tingkat kelangsungan hidup rendah. Masalah tersebut mempengaruhi kinerja produksi yaitu dengan meningkatnya waktu pemeliharaan dan biaya produksi. Pakan ikan merupakan faktor penting dalam kegiatan budidaya. Pemberian pakan dengan kadar protein yang tepat diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sehingga dapat mengurangi biaya produksi dan meningkatkan kinerja produksi.

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan pakan yang memiliki kadar protein berbeda, yaitu 38,5%, 42,5%, dan 44,5%, yang masing-masing diulang 2 kali. Ikan dipelihara pada 6 kolam beton berukuran 2 m x 2 m x 1,8 m. Ikan dipelihara pada sistem air mengalir dengan debit 30 L/menit. Ikan sidat yang digunakan memiliki bobot 65,3 ± 2,73 g/ekor dengan kepadatan 10 kg/m3. Pakan diberikan 4 kali sehari, yaitu pukul 06.00, 11.00, 16.00 dan 21.00

secara at satiation. Ikan dipelihara selama 30 hari dengan pengambilan contoh setiap 15 hari sekali.

Parameter yang digunakan meliputi kelangsungan hidup, laju pertumbuhan, koefisien keragaman bobot, konversi pakan dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan kadar protein pakan tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup, dan koefisien keragaman, tetapi berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan, jumlah konsumsi pakan dan rasio konversi pakan. Perlakuan terbaik (P<0,05) adalah pakan dengan kadar protein 46,5% menghasilkan laju pertumbuhan 0,63%, dan konversi pakan sebesar 2,18.

(5)

ABSTRACT

MUGNI MAULANA. Peformance Production Fish Eel Anguilla bicolor bicolor

give Feed Protein 38,5 %, 42,5 %, and 46,5% in Pond Flow Water System.

Supervised by TATAG BUDIARDI and NUR BAMBANG PRIYO UTOMO.

Eel is a commodity that high value and favored international markets, but production still can not fill market demand. The problems most often occur in the cultivation of eels is on a slow growth, high feed conversion, and low survival rates. The problems affecting the production performance is by increasing maintenance time and cost of production. Fish feed is an important factor in cultivation. Feeding with appropriate levels of protein is expected to increase growth so as to reduce production costs and improve production performance.

This study uses a completely randomized design with treatments of feed that has a different protein content, i.e. 38.5%, 42.5%, and 44.5%, respectively repeated 2 times. Fish reared in concrete ponds dimensions 2 m x 2 m x 1.8 m as many as six in a pool of water flowing at the rate of 30 L/min. Eel fish used have a weight of 65.3 ± 2.73 g/fish with a density of 10 kg/m3. Feed given 4 times a

day, ie at 05.00, 11:00, 16:00 and 21:00 are at satiation method. Fish maintained for 30 days with sampling every 15 days.

Parameters used include survival, growth rate, diversity coefficient weights, feed conversion and water quality. The results showed differences in the protein content of the feed did not significantly affect survival, and diversity coefficient, but the real effect on the growth rate, feed intake and feed conversion. The best treatment (P<0.05) is the feed with protein content of 46.5% resulted in a 0.63% growth rate and ratio feed conversion of 2.18.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

KINERJA PRODUKSI IKAN SIDAT

Anguilla bicolor bicolor

DIBERI PAKAN BERPROTEIN 38,5 %, 42,5 %, DAN 46,5%

PADA SISTEM KOLAM AIR MENGALIR

MUGNI MAULANA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul skripsi : Kinerja Produksi Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Diberi Pakan Berprotein 38,5%, 42,5%, dan 46,5% pada Sistem Kolam Air Mengalir

Nama : Mugni Maulana

NIM : C14090051

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si. Pembimbing I

Dr. Ir. Nur Bambang PU, M.Si. Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Sukenda, M.Sc. Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 ini adalah Kinerja Produksi Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Diberi Pakan Berprotein 38,5%, 42,5%, dan 46,5% pada Sistem Kolam Air Mengalir.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Tatag Budiardi, MSi dan Bapak Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo, MSi selaku pembimbing, serta Bapak Deni Firmansyah dan Bapak Farid Wiyardi selaku pemilik PT Laju Banyu Semesta yang telah memberikan izin penggunaan tempat serta fasilitas sehingga penelitian ini bisa berjalan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada rekan-rekan yang banyak membantu selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua, serta seluruh keluarga dan sahabat, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Rancangan Percobaan 2

Prosedur Penelitian 2

Parameter Pengamatan 3

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

KESIMPULAN DAN SARAN 9

Kesimpulan 9

Saran 9

DAFTAR PUSTAKA 10

LAMPIRAN 12

(12)

DAFTAR TABEL

1 Hasil analisis proksimat 3

2 Parameter kualitas air, satuan, dan alat ukur 5

3 Parameter produksi ikan sidat Anguilla bicolor bicolor 6 4 Kisaran kualitas air media pemeliharaan ikan sidat Anguilla bicolor

bicolor 7

DAFTAR GAMBAR

1 Survival rate ikan sidat 6

2 Pertumbuhan bobot mutlak ikan sidat 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sketsa kolam pembesaran ikan sidat 12

2 Prosedur analisis proksimat pakan 12

3 Analisis statistik derajat kelangsungan hidup 15

4 Analisis statistik laju pertumbuhan harian 15

5 Analisis statistik jumlah konsumsi pakan 15

6 Analisis statistik koefisien keragaman 16

7 Analisis statistik konversi pakan 16

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan sidat merupakan komoditas perikanan yang bernilai jual tinggi yaitu sekitar 12-15 US$/kg sidat hidup dan disukai pasar internasional (Ringuet 2002). Produksi sidat dunia pada tahun 2000 mencapai 200.000 ton dengan nilai US$ 300.000.000 dan pada tahun 2010 mencapai 250.000 ton (FAO 2015). Negara-negara seperti Jepang, Hongkong, Jerman, Italia merupakan konsumen ikan sidat sehingga potensi ikan sidat sebagai komoditas ekspor sangat tinggi (Affandi 2005). Jepang mengimpor sidat tahun 1999 sebesar 65 ton dan meningkat pada tahun 2001 menjadi 85 ton (Ringuet 2002). Hal ini tentunya menjadi bukti bahwa sidat merupakan komoditas potensial ekspor yang kompetitif.

Ikan sidat membutuhkan pakan dengan kandungan nutrisi yang seimbang untuk tumbuh secara optimal. NRC (1993) menyatakan, pakan yang dibuat dari bahan baku yang mengandung nutrien dan energi yang cukup akan berguna dalam pertumbuhan, reproduksi, dan kesehatan ikan. Ketika terjadi kekurangan nutrien dan energi maka pertumbuhan ikan akan menurun dan mudah terserang penyakit.

Penggunaan energi pada ikan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi. Energi diperoleh dari proses katabolisme yaitu perombakan ikatan kimia melalui proses reaksi oksidasi dari senyawa kompleks, yaitu protein, lemak, dan karbohidrat menjadi senyawa yang lebih sederhana (asam amino, asam lemak, dan glukosa) sehingga dapat diserap oleh tubuh untuk digunakan atau disimpan (Campbell et al. 2008). Kebutuhan ikan akan protein dipengaruhi oleh beberapa faktor. Watanabe (1988) menyatakan bahwa kebutuhan ikan akan protein ditentukan oleh faktor ukuran ikan, suhu air, frekuensi pemberian pakan, energi dalam pakan, dan kualitas protein yang ada. Kandungan protein yang optimal untuk ikan dipengaruhi oleh keseimbangan protein dan energi, komposisi asam amino, kecernaan protein, dan sumber energi dalam pakan. Ketika energi berkurang maka protein akan dirombak oleh tubuh untuk dijadikan sebagai sumber energi sehingga pertumbuhan ikan akan terhambat mengingat fungsi utama protein untuk ikan yakni pembentukan sel baru. Pakan yang memiliki protein yang tepat diharapkan dapat meningkatkan asupan nutrisi pakan pada benih ikan sidat, sehingga mampu memperkecil rasio konversi pakan, meningkatkan laju pertumbuhan, dan mengurangi kematian ikan.

(14)

2

Perumusan Masalah

Nutrien yang terkandung dalam pakan ikan adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Nutrien utama yang dibutuhkan ikan untuk dapat tumbuh secara optimal adalah protein karena hampir 65-75% bobot kering tubuh ikan merupakan protein (Halver 1989). Protein merupakan kumpulan dari asam amino esensial dan nonesensial yang berantai dan membentuk ikatan peptida (NRC 1993). Jika kebutuhan ikan akan protein tidak mencukupi maka pertumbuhan akan berhenti dan terjadi penurunan bobot tubuh karena protein pada jaringan tubuh akan dipecah kembali untuk mempertahan fungsi jaringan tubuh yang lebih penting (NRC 1993). Salah satu cara untuk meningkatkan kinerja produksi dan pertumbuhan yaitu dengan pemberian protein yang tepat dalam pakan pasta supaya dapat memperkecil konversi pakan, meningkatkan laju pertumbuhan, dan mengurangi kematian ikan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar protein pakan terbaik bagi produksi ikan sidat pada sistem budidaya air mengalir melalui kajian kelangsungan hidup, pertumbuhan, rasio konversi pakan, serta kualitas air.

Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah pemberian pakan dengan kadar protein yang tepat pada media pemeliharaan yang baik akan menghasilkan kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan rasio konversi pakan terbaik sehingga kinerja produksi ikan sidat menjadi maksimal.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah merekomendasikan pakan dengan kadar protein yang tepat pada budidaya air mengalir supaya dapat meminimalkan kematian ikan dan konversi pakan, serta memaksimalkan pertumbuhan.

METODE

Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (Walpole 1990) dengan tiga perlakuan dan masing-masing menggunakan 2 ulangan. Perlakuan tersebut adalah pakan pasta dengan kadar protein 38,5%, 42,5%, dan 46,5%.

Prosedur Penelitian

Pembuatan Pakan

(15)

3 (binder) dalam pakan dengan kadar 5%. Pakan kemudian dianalisis proksimat yang terdiri dari analisis protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), kadar air, dan kadar abu. Hasil analisis proksimat dalam bobot kering tertera pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil analisis proksimat pakan uji

Komposisi Nutrien Kandungan pakan berprotein

1)BETN = bahan ektrak tanpa nitrogen Persiapan Wadah

Wadah yang digunakan pada penelitian ini adalah kolam beton berukuran 2 m x 2 m x 1,8 m sebanyak 6 unit menggunakan sistem air mengalir dengan debit 30 L/Menit. Persiapan penelitian meliputi persiapan komponen kolam, pembersihan komponen kolam, pengisian air, dan stabilisasi sistem. Pada kolam sistem air mengalir, air dari sungai masuk ke dalam kolam pemeliharaan melalui melalui saluran air yang didesain secara seri, kemudian dikeluarkan melalui saluran pembuangan dan dialirkan ke sungai kembali (Lampiran 1).

Pemeliharaan Ikan

Ikan sidat yang digunakan dalam penelitian ini memiliki bobot sekitar 50 sampai 90 gram/ekor. Bobot ikan sidat diukur dengan mengambil 20 sampel sehingga dapat diperoleh bobot rata-rata. Penebaran pada masing-masing kolam dilakukan sesuai dengan rancangan percobaan. Pakan diberikan secara at satiation

(sekenyangnya) dengan frekuensi 4 kali dalam sehari, yaitu pukul 07.00, 12.00, 16.00, dan 21.00 WIB. Pengelolaan kualitas air pada kolam air mengalir dilakukan dengan pengambilan sisa pakan, pembersihan saluran inlet, pembersihan kotoran yang ada di kolam, dan pergantian air sebanyak 20% per hari. Pengukuran kualitas air meliputi parameter suhu, dan DO dilakukan setiap hari, sedangkan pH, (total ammonium nitrogen/TAN), nitrit, nitrat, dan alkalinitas dilakukan 14 hari sekali.

Parameter Pengamatan

(16)

4

Derajat Kelangsungan Hidup

Persentasi kelangsungan hidup (KH) adalah perbandingan jumlah ikan yang hidup sampai akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan, yang dihitung dengan rumus Goddard (1996):

100

Keterangan: KH = Persentasi kalangsungan hidup (%)

N0 = Jumlah ikan yang ditebar pada awal pemeliharaan (ekor)

Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan (ekor) Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian (LPH) adalah persentase pertambahan bobot ikan setiap harinya, yang dihitung dengan rumus Zonneveld (1990):

LPH = 1100

Wt = Bobot ikan rata-rata pada waktu t pemeliharaan (g)

Wo = Bobot ikan rata-rata pada waktu awal pemeliharaan (g)

t = Waktu pemeliharaan (hari) Koefisien Keragaman Bobot

Variasi ukuran dalam penelitian ini berupa variasi bobot ikan yang dinyatakan dalam koefisien keragaman (KK) dan dihitung menggunakan rumus Walpole (1990):

KK = (YS) x

Keterangan: KK = Koefisien keragaman (%) S = Simpangan baku

Y = Rata-rata contoh Jumlah Konsumsi Pakan

Jumlah konsumsi pakan ikan (JKP) ikan diukur dengan cara menimbang jumlah pakan yang dimakan setiap harinya selama penelitian dan dihitung dengan rumus sebagai berikut Watanabe (1988):

(17)

5 Konversi Pakan

Pada penelitian ini perhitungan rasio konversi pakan (RKP) menggunakan rumus dari Takeuchi (1988):

W0 = Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (gram) F = Jumlah total pakan selama pemeliharaan (gram)

Kualitas air

Pengukuran parameter kualitas air dilakukan setiap hari untuk parameter suhu dan oksigen terlarut. Parameter pH, nitrit, nitrat, amonia, dan alkalinitas, dilakukan 3 kali selama penelitian yaitu hari ke-0, hari ke-14, dan hari ke-28. Tabel 2. Parameter kualitas air, satuan, dan alat ukur

Parameter Satuan Alat ukur

Suhu oC Termometer digital

Oksigen terlarut mg/L DO-meter

pH - pH-meter/lakmus

(18)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penelitian ini menghasilkan data berupa parameter produksi yang meliputi kelangsungan hidup (KH), laju pertumbuhan harian (LPH), jumlah konsumsi pakan (JKP), koefisien keragaman (KK), dan rasio konversi pakan (RKP) serta parameter kualitas air yang meliputi suhu, pH, DO, nitrit, nitrat, TAN dan alkalinitas.

Parameter kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, jumlah konsumsi pakan, koefisien keragaman, serta rasio konversi pakan hasilnya disajikan pada Tabel 3. Hasil penelitian secara statistik menunjukkan, bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup, dan koefisien keragaman ikan sidat selama pemeliharaan. Nilai terbaik untuk laju pertumbuhan harian (LPH) terdapat pada pakan berprotein 46,5% yaitu sebesar 0,63%, jumlah konsumsi pakan (JKP) sebanyak 29,18 kg, dan rasio konversi pakan (RKP) sebesar 2,18. Tabel 3 Parameter produksi ikan sidat Anguilla bicolor bicolor

Parameter Protein aAngka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf uji 5% (uji selang berganda Tukey).

Kelangsungan hidup turun secara gradual dari awal pemeliharaan sampai dengan pemeliharaan hari ke-30 (Gambar 1). Namun demikian, nilai tersebut masih relatif tinggi berkisar antara 97,14 % hingga 98,10 %.

(19)

7 Ikan sidat terus tumbuh selama pemeliharaan (Gambar 2). Kurva pertumbuhan dari awal sampai akhir penelitian relatif linier. Pada akhir pemeliharaan dilihat bahwa kandungan dengan pakan protein 42,5 % menghasilkan bobot ikan lebih tinggi daripada perlakuan lainnya.

Gambar 2 Pertumbuhan bobot mutlak ikan sidat Anguilla bicolor bicolor pada perlakuan pakan berprotein 38,5%, 42,5%, dan 46,5% dalam 30 hari pemeliharaan

Pengukuran parameter kualitas air pada kolam air mengalir dengan debit 30 L/menit selama penelitian adalah suhu, DO, dilakukan setiap hari untuk parameter amonia, nitrit, nitrat, alkalinitas, dan pH pengukuran dilakukan setiap 15 hari sekali hasilnya disajikan pada Tabel 4. Hasil analisis menunjukkan nilai kualitas air selama penelitian relatif sama antar perlakuan.

Tabel 4 Kisaran kualitas air media pemeliharaan ikan sidat Anguilla bicolor pada pakan dengan kadar potein 38,5%, 42,5 %, 46,5%, dan sungai

Parameter Perlakuan Sungai

38,50% 42,00% 46,50% (inlet)

Suhu (0C) 24,05 ± 0,039 24.12 ± 0,002 23,49 ± 0,009 24,12

DO (mg/L) 5,36 ± 0,01 5,36 ± 0,34 5,25 ± 0,41 6,99

TAN (mg/L) 0,500 ± 0,010 0,570 ± 0,047 0,590 ± 0,071 0,750

Nitrit (mg/L) 0,250 ± 0,001 0,280 ± 0,023 0,280 ± 0,056 0,070

Nitrat (mg/L) 0,430 ± 0,062 0.360 ± 0,004 0,470 ± 0,067 0,270

Alkalinitas (mg/L) 149,30 ± 18,86 140,00 ± 5,66 142,70 ± 1,89 149,30

(20)

8

Pembahasan

Kelangsungan hidup (KH) adalah persentase perbandingan jumlah ikan yang hidup hingga akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan. Nilai SR merupakan tolok ukur keberhasilan dalam budidaya. Kelangsungan hidup ikan sidat yang dipelihara pada semua perlakuan semakin menurun seiring dengan waktu pemeliharaan. Kelangsungan hidup ikan selama penelitian sangat baik, yaitu berkisar antara 97,14% hingga 98,10%. Hal ini menunjukkan bahwa ikan mampu beradaptasi dengan baik terhadap kondisi lingkungan pemeliharaan dan jenis pakan yang diberikan. Hal ini relatif lebih baik jika dibandingkan dengan penelitian Bakeer (2006) yang menghasilkan kelangsungan hidup ikan sidat pada perlakuan level pemberian pakan berprotein sama, yaitu berkisar antara 90% hingga 100%.

Pertumbuhan merupakan salah satu komponen yang penting dalam produktivitas. Secara umum pertumbuhan merupakan ekspresi dari pertambahan volume, bobot basah, ataupun bobot kering terhadap suatu satuan waktu tertentu (Effendi 1979, Hartnoll 1982). Pertumbuhan erat kaitannya dengan ketersediaan protein dalam pakan, sehingga pertumbuhan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya protein pakan (Watanabe 1988). Tabel 4 menunjukkan laju pertumbuhan perlakuan protein pakan 46,5% yaitu sebesar 0,63% yang lebih tinggi 1,7 kali dibandingkan dengan protein pakan 38,5% yaitu sebesar 0,38%, serta 1,3 kali dibandingkan dengan protein pakan 42,5% yaitu sebesar 0,5%. Tulay et al.(2005) melaporkan bahwa pertumbuhan yang didapat dari hasil penelitan ikan sidat eropa yang diberi pakan dengan kadar protein pakan berkisar antara 35% hingga 47% memperoleh pertumbuhan 0,27% hingga 0,33%. Hal ini menujukkan bahwa kadar protein pakan berkorelasi positif dengan laju pertumbuhan sehingga kadar protein berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan sidat. Hal ini didukung oleh penelitian Gad et al. (1985) yang menyatakan, bahwa kadar protein minimum untuk tumbuh maksimal ikan sidat pada stadia fingerling di suhu 25 0C adalah

45%.

Koefisien keragaman (KK) bobot menggambarkan tingkat keragaman bobot ikan pada akhir pemeliharaan, yaitu semakin tinggi nilai koefisien keragaman maka tingkat keseragaman bobot semakin kecil. Koefisien keragaman bobot ikan selama penelitian yaitu berkisar antara 9,94% hingga 14,43%. Brett et al. (2001) melaporkan bahwa koefisien keragaman bobot yang didapat dari hasil penelitian ikan sidat australia ekor pendek pada fase glass eel berkisar 15% hingga 47%. Koefisien keragaman bobot ikan sidat yang dipelihara tidak berbeda nyata antar perlakuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan pakan yang cukup meningkatkan peluang ikan untuk mendapatkan pakan secara merata.

(21)

9 bersifat karnivora dan membutuhkan protein yang lebih tinggi dibandingkan herbivora dan omnivora.

Nilai konversi pakan adalah jumlah kilogram pakan yang dibutuhkan untuk membentuk satu kilogram daging. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan kadar protein pakan akan menurunkan rasio konversi pakan. Costas (2009) melaporkan bahwa FCR yang didapat dari hasil penelitan ikan sidat eropa dengan protein pakan 54,5% yang dipelihara di kolam pembesaran sistem intensif menghasilkan FCR berkisar antara 1,8 hingga 2,6. Nose dan Arai (1972) dalam Webster (2002) melaporkan bahwa Anguilla japonica yang muda atau masih kecil membutuhkan lebih dari 45 % protein murni berbasis kasein. Tibbets et al (2000) dalam Webster (2002) memperkirakan bahwa level optimum protein untuk juvenil sidat Amerika yaitu 47 % dengan pakan berbasis tepung ikan herring. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pakan dengan kadar protein 46,5% lebih baik dibandingkan dengan pakan dengan kadar protein yang lebih rendah.

Data kualitas air selama penelitian berada pada kisaran yang sesuai dengan kriteria pemeliharaan ikan sidat. Hal ini didukung oleh penelitian Tesch (2003) yaitu kisaran parameter kualitas air optimum pada pemeliharaan ikan sidat, yaitu pH 7-8, suhu 23-26 (0C), DO minimal 5 mg/L, TAN maksimal 1 mg/L. Nitrit bersifat lebih tidak beracun dibandingkan amoniak dan tidak mematikan bagi ikan, dengan kadar toleransi sampai 0,5 mg/L (Knosche 1994). Alkalinitas yang baik bagi kehidupan ikan pada umumnya yaitu berkisar antara 20-300 mg/L (Boyd 1988). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas air selama penelitian masih dalam kondisi optimal bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan sidat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pakan dengan kadar protein 38,5%, 42,5%, dan 46,5% tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup, dan koefisien keragaman, namun berpengaruh nyata tehadap laju pertumbuhan harian, jumlah konsumsi pakan, dan konversi pakan. Pakan dengan kadar protein 46,5% merupakan pakan terbaik bagi produksi pembesaran ikan sidat pada sistem kolam air mengalir dengan debit 30 L/menit.

Saran

(22)

10

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R. 2005. Strategi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Sidat Anguilla spp. di Indonesia. J Iktiologi Indonesia 5 (2): 77–81.

Bakeer MN. 2006. Growth and Survival of Eel (Anguilla anguilla) Fingerlings fed at Different Intake Levels. Journal of the Arabian Aquaqulture Society. Vol 1 (2): 131-141.

Boyd CE. 1988. Water Quality in Warm Water Fish Ponds. Fourth Printing. Alabama (US): Auburn University Agriculture Experiment Station. 359 p. Brett AI, Gooley GJ, Sena SDS, Larkin BJ, Collins RA. 2001. Preliminary

observations on the tank and pond culture of the glass eels of the Australian shortfin eel, (Anguilla australis) Richardson. International Journal of Aquaculture Research. Vol 32 (2): 833-848.

Campbell NA, Reece JB, Urry LA, Wasserman SA, Minorsky PV, Jackson RB. 2008. Biologi Jilid 1(Edisi Kedelapan). Terjemahan : D. T. Wulandari. Penerbit Erlangga. Jakarta. 414 halaman.

Costas K, Cosmas N. 2009. Growth rate and feed conversion efficiency of intensively cultivated European eel (Anguilla anguilla L.). International Journal of Fisheries and Aquatic Studies. Vol 1(1).

Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusatama.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2015. Anguilla japonica [internet]. [diunduh 28 Februari 2015]. Tersedia pada: www.fao.org/fishery/ culturedspecies/Anguilla_japonica/en#tcNA00EA.

Gad D, Avshalom H, Dan L. 1985. Effect of protein level in purified diet and of density, ammonia and O2, level on growth of juveneli european eels (Anguilla

anguilla L.). International Journal of Aquaculture Engineering. Vol 46 (1): 193-200.

Goddard S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. New York (US): Chapman and Hall.

Halver JE. 2002. Fish Nutrition. New York (US): Academic Press.

Hartnoll RG 1982. Growth In The Biology Crustacea. Volume 2. Embryiology, morphology and genetics. New York (US): Academic Press.

Knosche R. 1994. An effective biofilter type for eel culture in resirculation system. International journal of Aquaculture Engineering. Elsevier Applied Science. Vol 13 (1): 365-276.

[NRC] National Research Council. 1993. Nutrien Requirement of Fish. Washington DC (US): National Academy Press.

Ngueku BB. 2013. Water monitoring in fish pond. International Journal of Fisheries and Aquatic Studies. Vol 2 (3): 31-32

(23)

11 Takeuchi T. 1988. Laboratory work chemical evaluation of dietary nutrition. In Watanabe T, ed. Fish Nutrition and Mariculture. JICA Textbook the General Aquaculture Course. Tokyo (JP): Kanagawa Internat. Fish. Training Center. p 179-229.

Tesch FW. 2003. The Eel Biology and Management of Anguillid Eels. British (UK): Blackwell Publishing.

Tülay A, Nazmi T, Erdal N, Yusuf S. 2005. Some Growth Parameters on European Eel (Anguilla anguilla L., 1758) Fed with Different Feeds. International Journal of Fisheries and Science. Vol 22 (1): 215–219

Walpole RE. 1990. Pengantar Statistika. Terjemahan: Sumantri B. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 516 halaman.

Watanabe T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. Tokyo (JP): Departement of Aquatic Bioscience, Tokyo University of Fisheries, JICA.

Webster CD, Lim C. 2002. Nutrien Requirement and Feeding of Finfish for Aquaculture. Kentucky (US): Aquaculture Research Center.

(24)

12

Lampiran 1 Sketsa kolam pembesaran ikan sidat selama penelitian

Lampiran 2 Prosedur analisis proksimat (Takeuchi, 1988) A.Prosedur analisis kadar air

1. Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 1000C selama 1 jam kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X1) Kadar Air

2. Bahan ditimbang 2-3 gram (A)

3. Cawan dan bahan dipanaskan dalam oven pada suhu 1100C selama 4-6 jam

kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2)

Kadar Air % =X − XA � %

B.Prosedur analisis kadar abu

1. Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 1000C selama 1 jam dan kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X1)

2. Bahan ditimbang 2-3 gram (A)

3. Cawan dipanaskan dalam tanur pada suhu 6000C sampai menjadi abu kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 30 menit dan ditimbang (X2)

Kadar Abu % =X − XA � %

C.Prosedur analisis kadar protein 1. Tahap oksidasi

1) Sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan kedalam labu Kjehdahl.

2) Katalis (K2SO4+CuSO4,5H2O) dengan rasio 9:1 ditimbang sebanyak 3

gram dan dimasukkan ke dalam labu kjehdahl.

3) 10 mL H2SO4 pekat ditambahkan ke dalam labu kjehdahl, kemudian labu

tersebut dalam rak oksidasi pada suhu 4000C selama 3-4 jam sampai

(25)

13 4) Larutan didinginkan lalu ditambahkan air destilasi 100 mL, kemudian larutan dimasukkan kedalam labu takar dan diencerkan dengan akuades sampai voulume larutan mencapai 100 mL.

2. Tahap Destilasi

1) Beberapa tetes H2SO4 dimasukkan kedalam labu, sebelumnya labu diisi

setengahnya dengan akuades untuk menghindari kontaminasi oleh amoniak lingkungan. Kemudian didihkan selama 10 menit.

2) Erlenmeyer diisi 10 mL H2SO4 0,05 N dan ditambahkan 2 tetes indikator metilred diletakkan di bawah pipa pembuangan kondesor dengan cara dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan.

3) 5 mL larutan sampel dimasukkan kedalam tabung destilasi melalui corong yang kemudian dibilas dengan akuades dan ditambahkan 10 mL NaOH 30 % lalu dimasukkan melalui corong tersebut dan ditutup.

3. Tahap titrasi

1) Larutan hasil destilasi dititrasi dengan larutan NaOH 0,05 N. 2) Volume hasil titrasi dicatat.

3) Prosedur yang sama juga dilakukan pada blanko.

Kadar protein (%)= 0,0007 x 6,25 x (ν BLANKO –ν SAMPLE) x 20 x100%

A

D.Prosedur analisis serat kasar

1. Kertas saring dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada suhu 1100C.

Setelah itu didinginkan kedalam desikator selama 15 menit dan ditimbang (X1)

2. Sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram (A) dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml

3. H2SO4 0,3 N sebanyak 50 ml ditambahkan kedalam Erlenmeyer kemudian

dipanaskan di atas pembakar Bunsen selama 30 menit. Setelah itu NaOH 1,5 N sebanyak 25 ml ditambahkan ke dalam Erlenmeyer dan dipanaskan kembali selama 30 menit.

4. Larutan dan bahan yang telah dipanaskan kemudian disaring dalam corong Buchner dan dihubungkan pada pompa vakum untuk mempercepat filtrasi. 5. Larutan dan bahan yang ada pada corong buchner kemudian dibilas secara

berturut-turut dengan 50 mL air panas, 50 mL H2SO4 0,3 N, 50 ml air panas,

dan 25 ml aseton.

6. Kertas saring dan residu bahan dimasukkan dalam cawan porselin, lalu dipanaskan dalam oven 105-1100C selama 1 jam kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2).

7. Bahan dipanaskan dalam tanur pada suhu 6000C hingga berwarna putih,

netralkan panas dalam oven, dinginkan, dan timbang (X3)

(26)

14

E.Prosedur analisis kadar lemak 1. Metode ekstraksi Soxhlet

1) Labu ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 1100C dalam waktu 1

jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang bobot labu tersebut (X1)

2) Sampel ditimbang sebanyak 3-5 gram (A), dan dimasukkan ke dalam selongsong tabung filter dan dimasukkan ke dalam Soxhlet dan pemberat diletakkan diatasnya.

3) N-hexan 100-150 mL dimasukkan ke dalam Soxhlet sampai selongsong terendam dan sisa N-hexan dimasukkan ke dalam labu.

4) Labu yang telah dihubungkan dengan soxhlet dipanaskan di atas water bath sampai cairan yang merendam sampel soxhlet berwarna bening. 5) Labu dipanaskan dan tetap dipanaskan hingga N-hexan menguap.

6) Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven selama 60 menit, kemdian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2).

2. Metode Folch

1) Sampel ditimbang sebanyak 2-3 gram (A) dan dimasukkan ke dalam gelas homogenizer dan ditambahkan larutan kloroform / metanol (20xA), sebagian disisakan untuk membilas pada saat penyaringan.

2) Sampel dihomogenizer selama 5 menit, kemudian disaring dengan pompa vakum.

3) Sampel yang telah disaring tersebut dimasukkan dalam labu pemisah yang telah diberi larutan MgCl2 0,03 N (0,2 x C), kemudian dikocok

dengan kuat minimal selama 1 menit. Labu yang berisi sampel ditutup dengan alumunium foil dan didiamkan selama 1 malam.

4) Labu silinder dikeringkan dalam oven terlebih dahulu pada suhu 1100C selama 1 jam, didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (X1).

5) Lapisan bawah yang terdapat dalam labu pemisah disaring ke dalam labu silinder kemudian dievaporator sampai kering. Sisa kloroform / metanol yang terdapat dalam labu ditiup dengan menggunakan pompa vakum. 6) Setelah sisa kloroform/metanol dalam labu habis, labu dimasukkan ke

dalam oven selama 1 jam, didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (X2).

(27)

15 Lampiran 3 Analisis statistika derajat kelangsungan hidup

a. Anova

P>0,05 artinya perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup

Lampiran 4 Analisis statistika laju pertumbuhan harian a. Anova

Sumber Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 0.063 2 0.031 93.8 0.002

Sisa 0.001 3 0

Total 0.064 5

P<0,05 artinya perlakuan berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup

b. Uji Tukey

Lampiran 5 Analisis statistika jumlah konsumsi pakan a. Anova

P<0,05 artinya perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi pakan

(28)

16

Lampiran 6 Analisis statistika koefisien keragaman a. Anova

Sumber Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 34.967 2 17.484 1.388 0.374

Sisa 37.78 3 12.593

Total 72.748 5

P>0,05 artinya perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap koefisien keragaman

Lampiran 7 Analisis statistika konversi pakan a. Anova

Sumber Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 1.007 2 0.503 103.411 0.002

Sisa 0.015 3 0.005

Total 1.021 5

P<0,05 artinya perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah konversi pakan b. Uji Tukey

Perlakuan N α = 0,05

C B A

38,5% 2 2.19

42,5% 2 2.62

46,5% 2 3.19

(29)

1

Harga total Penyusutan per tahun

Komponen Satuan 38,5% 42,5% 46,5% 38,5% 42,5% 46,5% 38,5% 42,5% 46,5%

Harga total per tahun tiap perlakuan

(30)

2

Biaya Variabel

Jumlah Harga total per tahun tiap perlakuan

Komponen 38,5% 42,5% 46,5% Satuan

Harga

satuan 38,5% 42,5% 46,5%

Benih 1200 1200 1200 Kg 500000 3600000000 3600000000 3600000000

Plastik benih 1 1 1 Kg 15000 90000 90000 90000

Karet 0.5 0.5 0.5 kg 10000 30000 30000 30000

biaya

transportasi 1 1 1 Trip 100000 600000 600000 600000

PK 2 2 2 Botol 6000 72000 72000 72000

Pakan* 3200 2600 2200 Kg 22500 384000000 351000000 330000000

3984792000 3951792000 3930792000

38,5% 42,5% 46,5%

Biaya operasional 3991459000 3958459000 3937459000

Penerimaan pertahun 7200000000 7200000000 7200000000

Keuntungan 3208541000 3241541000 3262541000

R/C 1.804 1.819 1.829

(31)

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Subang pada tanggal 01 Mei 1992, dari pasangan H. Sutiman dan Hj. Anengsih. Pada tahun 2003 menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Ciasem dan di tahun 2006 lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Ciasem. Pada tahun 2009 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Ciasem. Pada tahun 2009 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan kuliah (S1) di program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 1  Kelangsungan hidup ikan sidat Anguilla bicolor bicolor pada
Gambar 2 Pertumbuhan bobot mutlak ikan sidat Anguilla bicolor bicolor pada

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka mendekatkan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta memperpendek proses pelayanan guna mewujudkan pelayanan yang cepat, mudah, murah, transparan dan

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Proses mementingkan orang lain ini menjadi fase yang paling penting untuk menjadikan sebuah perilaku menolong menjadi lebih optimal, karena tanpa ini, maka relawan

Ketika active router dari masing – masing VLAN sudah dapat kembali bekerja secara normal, kondisi ( state ) dari active router tersebut akan berubah menjadi dari Init menjadi

Tanda ini biasanya merupakan tanda dini dari OMSK tipe maligna, sedangkan pada kasus yang sudah lanjut dapat terlihat; abses atau fistel retro aurikuler (belakang telinga),

ANALISIS KETERLAMBATAN PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH DENGAN KONSEP LEAN CONSTRUCTION.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil S1. © Mufqi Fauzi

Dimana pada tiap sudut kemiringan diukur intensitas radiasi yang diterima, temperatur permukaan dan lingkungan, kecepatan angin lingkungan, serta daya keluarannya..