• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN DI KOTAMADYA SURABAYA, KABUPATEN PACITAN DAN KABUPATEN PROBOLINGGO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN DI KOTAMADYA SURABAYA, KABUPATEN PACITAN DAN KABUPATEN PROBOLINGGO."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Progdi Ilmu Ekonomi Pembangunan

Oleh :

IWAN DAVID KURNIAWAN 0411010194/FE/EP

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

USULAN PENELITIAN

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN DI

KOTAMADYA SURABAYA, KABUPATEN PACITAN DAN KABUPATEN

PROBOLINGGO

Yang diajukan

Iwan David Kurniawan 0411010194/FE/EP

Telah disetujui Untuk diseminarkan oleh

Pembimbing Tanggal : ...

Drs Ec Wiwin Priana MT NIP. 030 217 166

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan

Drs Ec Marseto NIP 030 205 349

(3)

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN DI

KOTAMADYA SURABAYA, KABUPATEN PACITAN DAN KABUPATEN

PROBOLINGGO

Yang diajukan

Iwan David Kurniawan 0411010194/FE/EP

disetujui Untuk ujian lesan oleh:

Pembimbing Tanggal : ...

Drs Ec Wiwin Priana MT NIP. 030 217 166

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan

Drs Ec Marseto NIP 030 205 349

(4)

iii

USULAN PENELITIAN

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN DI

KOTAMADYA SURABAYA, KABUPATEN PACITAN DAN KABUPATEN

PROBOLINGGO

Yang diajukan

Iwan David Kurniawan 0411010194/FE/EP

Disetujui untuk di seminarkan oleh:

Pembimbing Tanggal : ...

Drs Ec Wiwin Priana MT NIP. 030 217 166

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim

(5)

Kami bersyukur telah dapat menyelesaikan skripsi ini meskipun kami telah sibuk dalam pekerjaan akan tetapi kami bertekat untuk menyelesaikannya, Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat terakhir akademis di Perguruan Tinggih Universitas pembangunan nasional Veteran Jawa Timur Fakultas Ekonomi Khususnya Progdi Ilmu Ekonomi Pembangunan. Dalam Penelitian ini peneliti mengambil judul “ Analisis Pertumbuahan Ekonomi dan Pendapatan perkapita di Kotamadya Surabaya, Kabupaten Pacitan Dan Kabupaten Probolinggo

Peneliti menyadari bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan . Hal ini disebabkan masih terbatasnmya kemampuan kami dan kesibukan kami serta pengetahuan kami,

Atas terselesainya skripsi ini. Kami menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar besar-besarnya kepada :

1, Bapak Prof.Dr, Ir Teguh MP, Selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur,

2, Bapak Dr Dhani Ichsanudin Nur SE, MM Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur,

3. Bapak Drs Ec Marseto DS Msi Selaku Ketua Progdi Ekonomi Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur

4. Bapak Drs. Ec Wiwin Priana MT Sebagai Dosen Pembangunan Ekonomi yang telah membimbing, dan mengarahkan tenaga untuk menyelesaikan skripsi ini,

(6)

5. Ayah dan ibu yang telah membesarkan kami sampai membiaya kuliah sampai selesai, 6. Terima lasih teman-teman David yang sudah membantu david menyelesaikan tugas ahir yakni sekripsi, Yanthi terimakasih yang sudah mengasih semangat kepada

David.buat menyelesaikan skripsi ini.

. Dan akhirnya kami mengucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu atas terselesainya skripsi ini Semoga tuhan membalas budi yang layak.

Dan akhir kata semoga skripsi ini menjadi berguna bagi pembaca dan pengelola skripsi ini maka kami mengucapkan syukur

Wassalamu’alaikum wr wb

Surabaya Nopember 2010

Peneliti

(7)

Daftar Isi... iii

Daftar Tabel... vii

Daftar Lampiran... ix

Abstrak... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 6

1.3. Tujuan Peneliti... 6

1.4. Manfaat Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu... 8

2.2. Landasan Teori... 12

2.2.1. Konsep Perencanaan Daerah... 12

2.2.1.1. Perencanaan Pembangunan... 15

2.2.1.2. Konsep Pembangunan Regional... 16

2.2.1.3. Uraian Sektor... 20

2.2.2. Pertumbuhan Ekonomi... 21

2.2.3. Produk Domestik Regional Bruto... 24

(8)

2.3. Sembilan Faktor PDRB... 27

2.4. Kerangka Pikir... 28

2.5. Paradigma... 29

2.6. Hepotesa... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 31

3.2. Jenis dan Sumber Data... 32

3.3. Prosedur Pengumpulan dan Pengelolahaan Data... 33

3.4. Teknis Analisis... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian... 35

4.1.1. Jawa Timur……….. 35

4.1.1.1. Gambaran Umum Jawa Timur………... 35

4.1.1.2. Luas Wilayah………. 35

4.1.1.3. Kondisi……….. 36

4.1.2. Kondisi Umum Kota Madya Surabaya……….. 36

4.1.2.1. Letak Geografis……… 36

4.1.2.2. Struktur Pemerintahan……….. 37

4.1.2.3. Penduduk………. 37

4.1.3. Kondisi Umum Kabupaten Pacitan……… 38

(9)

4.1.4. Kondisi Umum Kabupaten Probolinggo………. 39

4.1.4.1. Letak Geografis……… 39

4.1.4.2. Penduduk………. 40

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian………. 40

4.2.1. Pertumbuhan Ekonomi……….... 40

4.2.1.1. Propinsi Jawa Timur………. 40

4.2.1.2. Kotamadya Surabaya……… 41

4.2.1.3. Kabupaten Pacitan……… 42

4.2.1.4. Kabupaten Probolinggo……… 42

4.2.2. Pendapatan Perkapita……….. 43

4.2.2.1. Propinsi Jawa Timur………. 43

4.2.2.2. Kotamadya Surabaya……… 44

4.2.2.3. Kabupaten Pacitan……… 45

4.2.2.4. Kabupaten Probolinggo……… 45

4.2.3. jumlah penduduk……… 46

4.2.3.1. Propinsi Jawa Timur………. 46

4.2.3.2. Kotamadya Surabaya……… 47

4.2.3.3. Kabupaten Pacitan……… 48

4.2.3.4. Kabupaten Probolinggo……… 48

4.3. Analisis………... 49

(10)

4.3.1. Analisis Indeks Williamson………. 49

4.3.1.1.1. IW Surabaya……….. 50

4.3.1.1.2. IW Kabupaten Pacitan………... 51

4.3.1.1.3. .IW Kabupaten Probolinggo………. 51

4.3.2. Pendapatan Perkapita Dengan Pertumbuhan Ekonomi………….. 51

4.3.2.1. Tabel IW Pendapatan Perkapita Dengan Pertumbuhan Ekonomi Di Kotamadya Surabaya, Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Probolinggo……….. 51

4.3.2.1.1. IW Pendapatan Perkapita Dengan Pertumbuhan Ekonomi Di Kotamadya Surabaya………. 52

4.3.2.1.2. IW Pendapatan Perkapita Dengan Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Pacitan………. 52

4.3.2.1.3. IW Pendapatan Perkapita Dengan Pertumbuhan Ekonomi Di Kotamadya Probolinggo……… 52

4.3.3. Analisis Tipologi Daerah……….. 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………. 56

5.2. Saran………. 58 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

TABEL 2 pertumbuhan ekonomi di kotamadya Surabaya 2004-2008….. 41

TABEL 3 pertumbuhan ekonomi di kabupaten pacitan 2004-2008…….. 42

TABEL 4 pertumbuhan ekonomi di kabupaten probolinggo 2004-2008.. 43

TABEL 5 pendapatan perkapita jawa timur 2004-2008……… 44

TABEL 6 pendapatan perkapita kotamadya surabaya2004-2008………. 44

TABEL 7 pendapatan perkapita kabupaten pacitan 2004-2008………… 45

TABEL 8 pendapatan perkapita kabupaten probolinggo 2004-2008….… 46

TABEL 9 perkembangan jumlah penduduk di jawa timur 2004-2008….. 46

TABEL 10 perkembangan jumlah penduduk di kotamadya Surabaya 2004-2008 ……….. 47

TABEL 11 perkembangan jumlah penduduk kabupaten pacitan 2004-2008 ……….. 48

TABEL 12 perkembangan jumlah penduduk kabupaten probolinggo 2004-2008 ……….. 49

TABEL 13 analisis IW pendapatan perkapita dengan penduduk kotamadya surabaya, Kabupaten pacitan dan kabupaten probolinggo………... 50

TABEL 14 IW pendapatan perkapita dengan pertumbuhan ekonomi di kotamadya Surabaya, kabupaten pacitan dan kabupaten probolinggo……. 51 TABEL 15 rata-rata pertumbuhan ekonomi dan rata-rata perkembangan pendapatan

Perkapita di jawa timur, kotamadya Surabaya, kabupaten pacitan dan

(12)

Kabupaten probolinggo………. 53

(13)

ix

Lampiran 2 Gambar Pertanian dan Kerajinan Kabupaten Pacitan.

Lampiran 3 Gambar Investasi Kecil Menengah(UKM) Kabupaten Probolinggo. Lampiran 4 IW Pendapatan Perkapita dengan Penduduk di Kotamadya Surabaya. Lampiran 5 IW Pendapatan Perkapita dengan Penduduk di Kabupaten Pacitan. Lampiran 6 IW Pendapatan Perkapita dengan Penduduk di Kabupaten Probolinggo. Lampiran 7 IW Pertumbuhan Ekonomi dengan Pendapatan Perkapita di Kotamadya

Surabaya.

Lampiran 8 IW Pertumbuhan Ekonomi dengan Pendapatan Perkapita di Kabupaten Pacitan.

(14)

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN DI KOTAMADYA SURABAYA, KABUPATEN PACITAN DAN

KABUPATEN PROBOLINGGO Oleh:

IWAN DAVID KURNIAWAN

ABSTRAKSI

Ukuran maju dan tidaknya suatu Negara saat ini bukan diukur dari suatu kekuatan militer atau angkatan bersenjatanya tetapi lebih ditekankan pada Kemajuan Ekonomi biasanya adalah Pendapatan Nasional/ PDB.

Pembangunan ekonomi dinegara-negara berkembang biasanya menitik beratkan pertumbuhan ekonomi dan negara berkembang pertumbuhan ekonominya tinggi, akan tetapi pendapatan perkapitanya rendah artinya pertumbuhan ekonomi di Negara berkembang tidak memperhatikan pembagian pendapatan atau pemerataan. Ini berbeda dengan Negara-Negara yang sudah maju pertumbuhan ekonominya rendah tetapi pemerataananya tinggi.

Metode Analisis dokumentasi ditekan kan dengan Indeks Williamson dan Tipe Daerah. Demikian juga dengan skripsi ini yang mengambil 3 wilayah daerah yang mempunyai karakteristik pendapatan perkapita yang berbeda seperti Surabaya pendapatan perkapita tinggi, kabupaten probolinggo Pendapatan perkapita menengah dan kabupaten Pacitan Pendapatan perkapita rendah.

Dari hasil penelitian ini dilihat tipe Daerah maka kotamadya Surabaya tipe daerah maju dan makmur, kabupaten Pacitan termasuk daerah maju tetapi tidak makmur sedangkan

Kabupaten Probolinggo termasuuk daerah maju dan makmur,

Kata Kunci : Pendapatan Perkapita. Pertumbuhan Ekonomi dan Tipe Daerah

(15)

1.1. Latar belakang

Ukuran maju dan tidaknya suatu negara saat ini di bukan diukur dari suatu kekuatan militer atau angkatan bersenjatanya tetapi lebih di tekankan pada kemajuan ekonomi biasanya adalah Pendapatan Nasional /PDB, Pertumbuhan Ekonomi/ Growth, dan Pendapatan Perkapita pertumbuhan ekonomi menitik beratkan pada bidang-bidang kesejahteraan di masing-masing daerah yang merupakan pendapatan perkapitanya tidak imbang dengan daerah-daerah lain hal tersebut di karenakan perumbuhan ekonominya di tiap-tiap wilayah, pertumbuhan ekonomi merupakan proses perubahan yang di lakukan oleh tiap-tiap kabupaten/kota, karena pembangunan merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari kemajuan kabupaten/kota untuk menjadikan daerah tersebut lebih maju,sedangkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan merupakan rangkaian upaya pembangunan yang di lakukan secara terus menerus dan juga meliputi ospek Kehidupan Daerah, Kabupaten dan Kota.

Beberapa ciri dari pembangunan ekonomi sebagai adanya peningkatan pendapatan nasional yang nyata. Peningkatan tersebut berarti Gross Domestic Product (jumlah produksi barang dan jasa yang dihasilkan

oleh suatu Negara dalam kurun waktu tertentu) atau GDP-nya lebih tinggi dari pada kenaikan jumlah penduduk sehingga peningkatan kesejahteraan

(16)

2

masyarakat adalah nyata termasuk peningkatan pendapatan perkapita disertai dengan perubahan struktur ekonomi suatu negara tersebut dan terjadi dalam jangka waktu yang panjang.(Jhingan, 2000 : 5)

Pembangunan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan adalah dari, oleh dan untuk masyarakat yang di lakukan oleh semua ospek kehidupan dan di arahkan untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Pertumbuhan di lakukan secara berencana, menyeluruh, terarah, terpadu, dan berkelanjutan dalam rangkaian peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahtraan taraf hidup masyarakat setempat.

(17)

Penelitian tentang distribusi pendapatan biasanya dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi (peningkatan pendapatan) dimana terdapat hubungan negatif diantara keduanya. Artinya semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi maka, akan semakin timpang distribusi pendapatannya.(Yuwono, 1997 : 17)

Salah satu indikasi dari pertumbuhan adalah terjadinya pertumbuhan ekonomi (economic growth) yang di tujukan oleh pertumbukan ekonomi dan kesejahteraan. Keberhasilan pertumbuhan ekonomi akan dapat mempertinggih kemampuan daerah tersebut dalam perubahan dalam segala bidang sektor. Salah satu tujuan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjangnya adalah mensejahterakan masyarakatnya/ daerah.

Dan pertumbuhan ini dapat digunakan sebagai alat tolak ukur untuk mengurangi ketimpangan pendapatan regional yaitu melalui efek sabar dari pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang akan berpengaruh ke daerah-daerah lainnya.(Booth dalam Utomo, 2004 : 56)

(18)

4

Kota, ketimpangan sektoral dan ketimpangan pendapatan antar penduduk (pendapatan perkapita).

Ukuran keberhasilan pembangunan ekonomi telah dicapai oleh propinsi Jawa Timur salah satunya dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan dalam perkembangan PDRB. Pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita tersebut merupakan indicator makro ekonomi yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi, potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pembangunan ekonomi yang terjadi bagi daerah. Indicator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah dicapai, dan berguna untuk menentukan arah pembangunan di masa yang akan datang.

Dari perhitungan sektor-sektor ekonomi tersebut, kondisi struktur ekonomi dari suatu daerah Negara dapat ditentukan. Suatu daerah dikatakan agraris bila peran sektor pertanian sangat dominant dalam PDRB-nya, demikian pula sebaliknya dikatakan sebagai daerah industri apabila yang lebih dominan adalah sektor industrinya

Dari sembilan sektor ekonomi diatas dapat dikelompokkan menjadi kelompok sektor primer (pertanian dan pertambangan), kelompok sektor sekunder (industri, Listrik gas air bersih, dan kontruksi), kelompok sektor tersier (perdagangan, pengangkutan, keuangan, dan jasa-jasa lainnya). (BPS: Provinsi Jawa Timur)

(19)

diteliti pula. Tentang pertumbuhan ekonomi, untuk melihat pendapatan perkapita atau senjang atau tidak maka digunakan suatu indek yang dinamakan Analisis WilliamSon.

Dari ulasan mengenai laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahtraan dalam analisis WilliomSon di tiap-tiap daerah, dapat disimpulkan bahwa setiap kabupaten mempunyai atau memiliki tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang senjang/ tidak senjang.

Oleh karena itu dalam rangka pemerataan tiap daerah untuk menjadikan daerah yang belum maju atau belum sejahtera menjadi daerah yang maju dan sejahtera, di adakan penelitian-penelitian di tiap daerah. Pemerataan pandapatan berdasarkan potensi masing-masing daerah.

Daerah yang diteliti miliputi 3 daerah di Propinsi Jawa Timur. yang mempunyai karakteristik berbeda dilihat pendapatan perkapita yang paling tinggi adalah kotamadya Surabaya yang paling kecil adalah kabupaten Pacitan dan yang tengah tengah adalah kabuten Probolinggo.

(20)

6

1.2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada Wilayah-wilayah yang mempunyai ketimpangan pendapatan di tiap daerah-daerah dan dampak perekonomian?

2. Apakan Pertumbuhan ekonomi kabupaten mempunyai dampak terhadap pendapatan perkapita di masyarakar dimasing - masing daerah?

3. Apakah kabupaten/ kotamadya memiliki tipe-tipe daerah yang sama di masing-masing daerah tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui sektor mana yang lemah dalam ketimpangan perwilayah di kotamadya Surabaya kabupaten Pacitan dan Kabupaten Probolinggo.

2. Untuk mengetahui sekto mana yang pakah pertumbuhan ekonomi bermanfaat dan berguna terhadap pembagian-pembagian pendapatan per kapita di tiga (3) daerah tersebut.

(21)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat ilmiah diharapkan dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat praktis diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi pihak yang berkepentingan.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Pada penelitian sebelumnya akan dikemukakan mengenai penelitian yang telah dilakukan oleh :

1. Ratna (2010) dengan judul Analisis Tipologi daerah di SWP IX peneletian ini menggunakan variabel yang sama yaitu Pendapatan Perkapita Pertumbuhan ekonomi tahun 2004 sampai 2008. Bahwa dari SWP IX dimana daerah mempunyai tipe daerah tumbuh tetapi tidak sejahtera.

2. Wibowo (2003) dengan judul penelitian“ Analisis Pertumbuhan Ekonomi Antar Wilayah Kabupaten / Kotamadya di Jawa Timur” periode tahun 1987 sampai 2001. Penelitian tersebut menggunakan variabel Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur sebagai variabel terikat (Y), sedangkan variabel bebasnya antara lain, Pertumbuhan PDRB = X1' PDRB per kapita = X2' Investasi = X2' . Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis location Quotient. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi antar wilayah di Jawa Timur di pengaruhi juga oleh investasi swasta yang tidak merata.

3. Wedhahuditama (2003), dalam penelitiannya membahas tentang Identifikasi Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan PDRB Jawa Timur 1980-1986 dan implikasinya terhadap pembangunan

(23)

4. Kuncoro dan Aswadi (220) Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 17, No. 1, dengan judul :”Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan : Studi Empiris di Kalimantan Selatan tahun 1993-1999” dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah Dummy Variabel, dimana 1 = Kawasan andalan; 0 = Kawasan bukan andalan sebagai variabel terikat (Y), sedangkan variabel bebasnya antara lain X1 = Spesialisasi daerah, alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai variabel terikat (Y) sedangkan variabel bebasnya antara lain X1 = Pertumbuhan PDRB, X2 = PDRB perkapita, X3 = Spesialisasi daerah, alat analisis Tipologi Klassen,Location Quotient, Indeks Spesialisasi Regional,

Model Logit (Binary Logistic Regression), dan Multinomial Logistic

Regression. Dan hasil dari penelitian ini adalah pertimbangan penetapan

(24)

10

dalam penetapan kawasan andalan di Kalimantan Selatan. Analisis Tipologi Klasen menunjukkan, dari tiga daerah di kawasan andalan

(25)

daerah maju tapi tertekan, daerah berkembang cepat, dan daerah relatif tertinggal.

(26)

12

anggaran pengeluaran diprioritaskan pada komoditi tersebut. Sektor Pertanian termasuk ke dalam sektor maju tapi tertekan. Sektor-sektor yang masuk ke dalam sektor potensial untuk berkembang adalah Sektor Listrik, Gas dan Air Minum, Sektor Keuangan, Asuransi dan Sewa Rumah, dan Sektor Pemerintahan dan Jasa. Sayang sekali menurut hasil analisis ternyata banyak sektor-sektor di Provinsi NAD yang termasuk ke dalam sektor relatif tertinggal. Sektor-sektor tersebut adalah Sektor Industri Pengolahan, Sektor pengolahan, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan Sektor Angkutan dan Komunikasi.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Konsep Tentang Daerah

Suatu daerah dapat diklasifikasikan berdasarkan dasar-dasar / tujuan pembentukan daerah itu sendiri. Adapun konsep daerah dibedakan menjadi 3 pengertian sebagai berikut : (Tarigan, 2002)

(27)

menurut homogenitas tersebut berguna bagi perencanaan sektoral. Dalam hal ini daerah-daerah yang memiliki kesamaan dalam sektor yang dibahas dapat dijadikan suatu wilayah daerah. Dengan demikian dapat dibuat satu pusat pelayanan yang menangani masalah yang sama dengan program penanganan yang hampir sama pula.

(28)

14

3. Ketiga, daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berbeda dibawah suatu administrasi tertentu seperti satu propinsi, kabupaten, desa dan sebagainya. Daerah menurut pengertian ini disebut daerah administrasi atau daerah perencanaan. Konsep daerah berdasarkan administrasi pemerintah biasanya terikat pada sejarah yang telah ditetapkan berdasarkan undang-undang, sehingga tidak mudah dirubah. Berdasarkan sejarah pembentukannya tersebut, maka daerah administrative di Indonesia terbagi atas daerah Propinsi, Kabupaten / Kota, Kecamatan, Desa / Kelurahan, dan Dusun / Lingkungan. Dengan demikian dapat ditetapkan batas-batas daerah secara jelas, batas ini seringkali menggunakan kondisi di lapangan yang memiliki ciri-ciri yang jelas, seperti sungai, laut, gunung, jurang, jalan, batas hutan, dan lain-lain.

(29)

2.2.1.1. Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pembangunan mempunyai peranan penting didalam mewujudkan tujuan pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu Negara. “Perencanaan adalah suatu persiapan langkah dan kegiatan yang disusun atas pemikiran yang logis untuk mencapai tujuan yang ditentukan” (Sitanggang, 1999)

Perencanaan pada dasarnya berkisar pada dua hal yaitu : Pertama adalah penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan kongkrit yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan. Kedua adalah pilihan-pilihan diantara cara-cara alternatif yang efisien secara-cara rasional guna mencapai tujuan-tujuan tersebut (Nitisastro dalam Arsyard, 1999). Tujuan perencanaan adalah mengadakan suatu perekonomian nasional yang diatur, yang direncanakan tujuannya dan jalannya (Hatta dalam Arsyard, 1999).

(30)

16

2.2.1.2. Konsep Pembangunan Regional

Apabila kita, menganalisa tentang masalah perekonomian daerah merupakan pekerjaan yang sulit bila dibandingkan dengan menganalisis terdapat dua teori mengenai konsep pembangunan yaitu, pertama, berasal dari tentang perekonomian nasional. Keadaan yang demikian dapat timbul karena :

1. Pertama, karena data mengenai daerah masih sangat terbatas, apalagi apabila daerah tersebut dibedakan berdasarkan pengertian daerah nodal, dimana daerah diartikan sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonom, dimana pengaruh yang timbul dari satu beberapa pusat kegiatan ekonomi, dimana pengaruh yang timbul dari satu atau beberapa pusat-pusat kegiatan ekonomi digantikan dengan pengaruh dari pusat lainnya.

2. Kedua, data yang ada mengenai perekonomian daerah sangat sukar dikumpulkan, karena perekonomian daerah lebih terbuka daripada perekonomian nasional. Sehingga mengakibatkan aliran-aliran yang masuk maupun keluar dari suatu daerah sangat sukar diperoleh.

Pembangunan daerah dapat diartikan sebagai semua kegiatan pembangunan yang ada atau dilakukan di daerah yang unsurnya terdiri dari : pertama kegiatan dan proyek pembangunan daerah itu sendiri diluar yang telah direncanakan oleh pemerintah pusat.

(31)

bertanggung jawab dititikberatkan pada daerah Kabupaten / Kota, meningkatnya kemandirian dan kemampuan daerah dalam merencanakan dan mengelola pembangunan di daerah dan makin terkoordinasinya pembangunan antar sektor dan antar daerah serta antar pembangunan sektoral dengan pembangunan daerah.

Masalah pokok pembangunan daerah terletak pada penekanan-penekanan kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endegeoneous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif yang berasal dari daerah dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.

Terdapat dua teori mengenai konsep pembangunan yaitu : 1. Konsep pembangunan dari atas (top-down planning)

(32)

18

2. Konsep pembangunan dari bawah (bottom-up planning)

Konsep ini didasarkan pada mobilitas maksimal sumber-sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan yang tujuan utamanya adalah pemenuhan kebutuhan pokok bagi masyarakat daerah itu. Adapun wujud pembangunannya adalah proyek-proyek kecil dengan sistem padat karya (labor intensive system), menggunakan teknologi tepat guna dan potensi-potensi daerah itu sendiri, perencanaan pembangunannya dilakukan dari bawah. (Syamsi, 1986 : 40).

Salah satu aspek pembangunan regional adalah pembangunan ekonomi yang bertujuan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur ekonomi. Menurut Hoover dan Fisher (dalam Hadi Prayitno, 1996 : 225), pembangunan ekonomi regional dapat melalui beberapa tahapan yang meliputi :

1. Subsistensi ekonomi

Dalam tahap ini masyarakat hanya dapat memenuhi kebutuhannya sendiri pada tingkat cukup untuk hidup sehari-hari. Kehidupan penduduk sebagian besar masih tergantung pada sektor pertanian dan mengumpulkan hasil alam .

2. Pengembangan transportasi dan spesialisasi lokal.

(33)

pemasarannya masih terbatas dan tergantung pada daerah pertanian yang bersangkutan.

3. Perdagangan Antar Daerah.

Pada tahap ini telah terjadi perkembangan perdagangan antar daerah. Hal ini mungkin saja terjadi karena telah terjadi perbaikan di bidang transportasi dan perubahan di sektor kegiatan dari arah peningkatan produksi jenis ekstenfikasi menjadi pertanian yang lebih dititik beratkan pada intensifikasi.

4. Industrialisasi.

Dengan makin bertambahnya penduduk dan menurunnya potensi produksi pertanian serta kegiatan ekstratif lainnya, daerah dipaksa untuk mengembangkan sumber pendapatan dan lapangan kerja, yaitu melalui industrialisasi dengan lebih menitik beratkan pada kegiatan-kegiatan yang menyangkut industri manufaktur serta pertambangan dan galian. 5. Spesialisasi Daerah.

Pada tahap ini daerah telah sampai pada tingkat spesialisasi kegiatan, baik barang dan jasa untuk keperluan penjualan ke daerah lain termasuk tenaga ahli dan jasa-jasa khusus.

6. Aliran Faktor Produksi Antar Daerah.

(34)

20

2.2.1.3. Uraian Sektoral

1. Sektor listrik, gas, dan air bersih meliputi subsektor listrik ; subsektor gas Kota: dan air bersih.

2. Sektor pembangunan / kontruksi meliputi semua kegiatan pembangunan fisik konstruksi, baik berupa gedung, jalan, jembatan, pelabuhan, terminal, dam, irigasi, eksplorasi minyak bumi maupun jaringan listrik, gas, air minum, telepon dan sebagainya.

3. Sektor perdagangan dan komunikasi meliputi subsektor perdagangan besar dan eceran ; subsektor hotel ; dan subsektor restoran.

4. Sektor pengangkutan dan komunikasi meliputi subsektor angkutan rel ; subsektor angkutan jalan raya ; subsektor angkutan laut ; subsektor angkutan penyeberangan ; sektor angkutan udara ; subsektor jasa penunjang angkutan ; subsektor pos dan telekomunikasi ; subs ektor jasa penunjang telekomunikasi.

5. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan meliputi subsektor lembaga keuangan bukan bank ; subsektor penunjang keuangan ; subsektor sewa bangunan ; dan subsektor jasa perusahaan.

(35)

2.2.2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam Gross Domestic Product (GDP), tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih

besar atau lebih kecil daripada tingkat pertambahan penduduk, atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi berlaku atau tidak. Sedangkan pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat dalam jangka panjang yang melebihi dari tingkat pertambahan penduduk. (Sukirno, 1980 : 14), tetapi pada umumnya, para ahli ekonomi memberikan pengertian yang sama dengan pembangunan ekonomi yaitu sebagai kenaikan dalam Gross Domestic Product. Dalam penggunaan yang lebih umum, pertumbuhan

ekonomi biasanya digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi di Negara maju, sedangkan pembangunan ekonomi digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi di Negara berkembang. Suatu perekonomian dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila pendapatan perkapita menunjukkan kecenderungan / mengalami suatu kenaikan dalam jangka panjang dan kegiatan ekonomi secara rata-rata meningkat dari tahun ke tahun.

(36)

22

tahun 2006 pertumbuhan paling besar ditunjukkan oleh Kabupaten Gresik yang pada tahun 2001 merupakan daerah yang paling sedikit pertumbuhan ekonominya menjadi daerah dengan pertumbuhan ekonomi terbesar kedua setelah Kabupaten Mojokerto dengan persentase sebesar 6,88 % dan Kabupaten Mojokerto sendiri mengalami pertumbuhan sebesar 7,30 %. Sedangkan daerah paling kecil pertumbuhan ekonominya adalah Kota Mojokerto dengan persentase 3,81 %. (Anonim, 2006 : 137).

“Pola pertumbuhan ekonomi regional tidaklah sama dengan apa yang lazim ditemukan pada pertumbuhan nasional”, hal ini disebabkan pada analisa pertumbuhan ekonomi regional lebih ditekankan pada pengaruh perbedaan karakteristik space terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam teori pertumbuhan ekonomi regional faktor-faktor yang mendapat perhatian utama adalah keuntungan lokasi, aglomerasi migrasi, dan arus lalu lintas modal antar wilayah. Secara umum, pendapat-pendapat dalam bidang teori pertumbuhan regional dapat dibagi dalam empat kelompok besar yaitu : Export Base –Models, Noe-Classic, jalur pemikiran ala Keynes, dan model

Core Periphery. (Syafrizal, 1985 : 331)

Export Base –Models pandangannya berdasarkan pada sudut teori

(37)

ekonominya harus disesuaikan dengan keuntungan lokasi yang dimilikinya dan tidak harus sama dengan strategi pembangunan pada tingkat nasional (Syafrizal, 1985 : 332).

Model Neo-Classic berdasarkan pada peralatan fungsi produksi, yaitu bahwa unsur-unsur yang menentukan pertumbuhan ekonomi regional adalah Modal, Tenaga kerja dan Kemajuan Teknologi. Dalam model ini terdapat hubungan antara tingkat pertumbuhan suatu Negara dengan perbedaan kemakmuran suatu daerah (disparitas regional) pada Negara yang bersangkutan. Dikatakan bahwa pada saat pembangunan baru dimulai (di Negara sedang berkembang), tingkat perbedaan antar wilayah cenderung menjadi tinggi, sedangkan bila proses pembangunan telah berjalan dalam waktu lama, maka perbedaan tingkat kemakmuran antar wilayah cenderung menurun. Hal ini disebabkan masih belum lancarnya fasilitas perhubungan dan komunikasi serta masih kuatnya tradisi yang mengalami mobilitas penduduk dan modal antar daerah (Syafrizal. 1985 : 333).

Jalur pemikiran ala Keynes menamakan pendapatan sebagai model Cumulative Causation, penganut pemikiran ini berpendapat bahwa

peningkatan pemerataan pembangunan antar daerah tidak dapat hanya diserahkan pada kekuatan pasar sebagaimana yang dikemukakan oleh kaum Neo-klasik, tetapi hal ini baru akan dapat dilakukan melalui campur tangan

(38)

24

Model Core Periphery menekankan analisanya pada hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antara pembangunan kota (core) dan desa (periphery). Menurut teori ini, gerak langkah pembangunan daerah perkotaan akan lebih banyak ditentukan oleh keadaan desa-desa sekitarnya. Sebaliknya corak pembangunan daerah pedesaan tersebut juga dapat ditentukan oleh arah pembangunan daerah perkotaan. Dengan demikian aspek interaksi antar daerah sangat ditonjolkan (Syafrizal, 1985 : 334).

Adapun teori pusat pertumbuhan (growth pole theory) memandang lokasi industri sebagai fungsi dari cabang penting industri tersebut. Wilayah semacam inilah yang akan mampu mengembangkan wilayah-wilayah di sekitarnya. Tidak mengherankan bahwa konsep yang dikemukakan adalah pengembangan industri di wilayah tertinggal. Intervensi diarahkan kepada lokasi industri. Tujuan intervensi ialah menciptakan hubungan antar wilayah yang memiliki perbedaan reit pertumbuhan. Instrument program mencakup subsidi, pengembangan wilayah industri, serta penyediaan akses modal kerja langsung dari pemerintah. (Syafrizal, 1985 : 335).

2.2.3. Produk Domestik Regional Bruto

(39)

mengukur perkembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah, kontribusi sektor, ketimpangan pendapatan dan sebagainya.

Metode perhitungan PDRB dapat dibagi dalam dua metode tidak langsung adalah perhitungan yang menggunakan data daerah atau data asli yang menggambarkan kondisi daerah dan digali dari sumber daerah itu sendiri. Sedangkan metode tidak langsung adalah perhitungan dengan menggunakan data dari sumber nasional yang dialokasikan ke masing-masing daerah.

Metode langsung dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan yaitu pendekatan produksi ; pendekatan pendapatan ; dan pendekatan pengeluaran, yang selanjutnya dijelaskan sebagai berikut :

1. Menurut pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan menjadi sembilan sektor atau lapangan usaha, yaitu sektor pertanian ; pertambangan dan penggalian ; industri pengolahan ; listrik gas dan air bersih ; konstruksi ; perdagangan, hotel dan restoran ; pengangkutan dan komunikasi ; jasa keuangan, persewaan dan jasa perusahaan ; dan jasa-jasa.

(40)

26

Balas jasa faktor produksi tersebut adalah upah dan gaji ; sewa tanah ; bunga modal ; dan keuntungan.

3. Menurut pendekatan pengeluaran, PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir, yaitu : konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah ; pembentukan modal tetap domestik bruto ; perubahan stock ; ekspor netto , dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Angka-angka pendapatan regional dalam beberapa tahun akan menggambarkan adanya kenaikan atau penurunan tingkat pendapatan masyarakat di daerah tersebut. Kenaikan / penurunan itu dapat dibedakan oleh dua faktor :

a. Kenaikan / penurunan riil yaitu kenaikan / penurunan tingkat pendapatan yang tidak dipengaruhi oleh faktor perubahan harga. Bila terjadi kenaikan riil pendapatan penduduk didaerah tersebut meningkat, artinya kenaikan PDB tidak tercampur dengan inflasi. b. Kenaikan / penurunan pendapatan yang disebabkan karena adanya

faktor perubahan harga. Bila terjadi kenaikan pendapatan yang hanya disebabkan karena adanya inflasi (karena ada kenaikan harga) maka walaupun pendapatan meningkat tetapi jumlah barang yang mampu dibeli belum tentu meningkat,.

(41)

didalamnyamasih ada unsur inflasi dinamakan PDRB atas harga dasar berlaku. (Tarigan, 2005 : 25)

Untuk mengetahui apakah daya beli masyarakat meningkat atau tidak, maka pendapatannya harus dibandingkan dalam nilai konstan. Harga konstan artinya harga produk didasarkan pada tahun tertentu. Tahun yang dijadikan patokan harga itu disebut tahun dasar. Pada tahun 1995, BPS baru saja menggeser tahun dasar bagi penentuan harga konstan yaitu dari tahun 1983 menjadi tahun 1993 (Tarigan, 2005 : 21).

2.3. Sembilan Faktor PDRB

Pertumbuhan ekonomi di perlukan guna menggerakkan dan memacu pembangunan di berbagai bidang sekaligus pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Ada sembilan (9) sektor ekonomi atau kelompok lapangan usaha yang umumnya dapat dihitung dalam PDB atau PDRB jika dalam lingkup regional / daerah. Adapun kesembilan sektor tersebut yaitu (Anonim, 2004 : 12) :

1. Sektor pertanian,

2. Sektor pertambangan dan penggalian, 3. Sektor industri pengolahan,

4. Sektor listrik, gas dan air bersih, 5. Sektor bangunan,

(42)

28

8. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, 9. Sektor jasa-jasa.

(BPS : Provinsi Jawa Timur, 2004 : 12).

2.4. Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini indikator pertama yang digunakan adalah produk pendapatan perkapita di 3 daerah yaitu Kotamadya Surabaya,Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Probolinggo, dapat diketahui daerah saja yang menuju ketimpangan maupun ketidaktimpangan. IW (Indeks Williamson) Kemudian dapat di analisa pengaruh investasi dengan pendapatan perkapita dan kemudian dapat dicari Tipe daerah menjadi empat bagian, yaitu :

1. Daerah ekonomi tumbuh dan Sejahtera. 2. Daerah ekonomi tapi tidak Sejahtera.

(43)

2.5. Paradigma (Gambar)

KERANGKA BERPIKIR

Pertumbuhan Ekonomi Pendapatan Perkapita

IW

Senjang Tidak senjang

Tipologi Daerah

(44)

30

2.6 Hepotesa

a) Di duga bahwa 3 (tiga) wilayah Kotamadya Surabaya, Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Probolinggo satu sama lain dengan daerah lain tidak timpang di dalm pendapatan perkapita.

b) Di duga pertumbuhan ekonomi mempunyai manfaat banyak bagi sektor pendapatan perkapita di Kotamadya Surabaya, Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Probolinggo.

(45)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Yang dimaksud dengan definisi operasional dan pengukuran variabel adalah mendefinisikan konsep yang akan dioperasionalkan kedalam penelitian dan kemudian dilakukan sebuah pengukuran berdasarkan teori-teori yang ada maupun pengalaman-pengalaman empiris. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi salah pengertian terhadap variabel yang dibahas serta memudahkan dalam penerapan data yang digunakan. Penelitian ini dalam menganalisis permasalahan menggunakan variabel-variabel dari alat analisis tipologi daerah. Variabel tersebut terdiri atas : 1. PDRB Perkapita Wilayah.

Adalah total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah (regional) dibagi dengan jumlah penduduk dalam waktu satu tahun daerah yang digunakan. Dalam hal ini adalah Daerah wilayah kota mady Surabaya, kabupaten pacitan dan kabupaten Probolinggo. (Dengan satuan Rupiah)

2. IW menjadi acuan Indek Williamson per-wilayah di Kotamadya Surabaya, Kabupaten Pacitan dan Probolinggo.(Dengan satuan Indek) 3. Pertumbuhan ekonomi per-wilayah di Kotamadya Surabaya, Kabupaten

Pacitan dan Kabupaten Probolinggo.

(46)

32

Adalah kenaikan PDRB wilayah tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari pada dinyatakan dalam satu persen.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan berasal dari sumber data sekunder, data tersebut adalah :

1. Data PDRB Propinsi Jawa Timur menurut lapangan usaha, PDRB perkapita Propinsi Jawa Timur mulai Tahun 2008 sampai Tahun 2009 atas harga dasar konstan. Dan tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur.

2. Data Laju pertumbuhan Ekonomi Kotamadya Surabaya, Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Probolinngo Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2009. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur.

3. Data Pendapatan Perkapita di Kotamadya Surabaya, Kabupaten Pacitan , dan Kabupaten Proboliggo Propinsi Jawa Timur Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik Produksi Jawa Timur.

(47)

3.3. Prosedur Pengumpulan dan Pengelolaan Data

Untuk melengkapi data guna menganalisis permasalahan, maka data dikumpulkan dan diolah melalui prosedur sebagai berikut :

1. Metode Dokumentasi

Melalui metode ini data dikumpulkan dari berbagai literatur, laporan penelitian, jurnal dan lainnya yang mendukung penelitian ini.

2. Pengolahan Data

Data yang berhubungan dengan obyek penelitian disusun untuk selanjutnya diolah dengan menggunakan alat analisis matematis yang berupa Indek WilliamSam yang kemudian dilakukan pengamatan selama kurun waktu tertentu.

3.4. Teknis Analisis

Analisis yang digunakan adalah 1) Indek Williamson

IW = (Y1Y)2 fi/n Kabupaten/Kotamadya

Y1 = PDRB Perkapita Wilayah Y = PDRB Jawa Timur

Y1 = Jumlah penduduk di masing-masing wilayah

nduduk Propinsi

akin kecil Indek WilliamSon makin tidak timpang dan sebaliknya. akabupaten/lkota

(48)

34

dengan Pendapatan Perkapita Jawa

aten dengan Pertumbuhan Ekonomi Kab : G Prop)

Tabel : Tipe Daerah

> PK Prop Prop

2) Mencari Tipologi Daerah dengan membandingkan - Pendapatan perkapita Kabupaten

Timur ( PK Kab : PK Jatim ) - Per tumbuhan ekonomi Kabup

Jawa Timur (G

PK Kab PK Kab < PKI G Kab > G Prop Daerah Tumbuh dan

Sejahtera.

Daerahb Tumbuh tapi tidak Sejahtera. G Kab < G Prop Daerah tidak tumbuh tapi

Sejahtera.

(49)

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Jawa Timur

4.1.1.1. Gambaran Umum Dari Jawa Timur

Provinsi Jawa Timur merupakan satu provinsi yang terletak di pulau

Jawa selain Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) Banten,

Jawa Barat, Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi

Jawa Timur dan 7,12 hingga 8,48 Lintang Selatan.

Batas daerah disebelah utara berbatasan dengan Pulau Kalimantan atau

tepatnya dengan Provinsi Kalimantan Selatan sebelah selatan berbatasan

dengan perairan terbuka yaitu Samudera Indonesia, sedangkan disebelah barat

berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah.

4.1.1.2. Luas Wilayah

Secara umum Provinsi Jawa Timur dapat dibagi 2 bagian besar, yaitu

Jawa Timur daratan dan Pulau Madura. Dimana luas wilayah Jawa Timur

daratan hampir mencakup 90 persen dari seluruh luas wilayah Provinsi Jawa

Timur, sedangkan luas Pulau Madura hanya sekitar 10 persen.

(50)

4.1.1.3. Kondisi

Luas wilayah Provinsi Jawa Timur yang mencapai 47.156 km terbagi

menjadi 38 (tiga puluh delapan) Kabupaten / Kota 29 (dua puluh sembilan)

Kabupaten dan 9 (sembilan) Kota.

4.1.2. Kondisi Umum Kotamadya Surabaya 4.1.2.1. Letak Geografis

Kotamadya Surabaya yang terletak di antara garis Bujur Timur 111˚25’

dan 112˚09’ dan di antara garis Lintang Selatan 6˚59’ dan 7˚37’, dengan luas

wilayah lebih dari 2 ribu kaki km² berbatasan dengan:

a. Selatan : Kabupaten Madiun, Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Ngawi

b. Utara : Kabupaten Gresik.

c. Timur : Kabupaten Lamongan

d. Barat : Provinsi Jawa Tengah.

Tipologi Kota Surabaya menunjukkan bahwa di sepanjang daerah

aliran Sungai Bengawan Solo merupakan daerah dataran rendah, sedangkan

dibagian selatan merupakan dataran tinggi disepanjang kawasan Gunung

Anyar, Bromo dan Semeru.

Dilihat secara keseluruan 81,29% dari luas wilayah Kota Surabaya

berada pada ketinggian 25 m dan lebih dari lainnya sebanyak 18,71% berada

pada ketinggian di bawah 25 m. luas wilaya dengan kemiringan kurang dan 2%

merupakan yang terluas, kemudian dengan kemiringan antara 2 sampai dengan

(51)

menyalurkan aspirasi masyarakat ke pihak eksekutif. keberadaan dewan

perwakilan rakyat Daerah (DPRD) sebagai wakil rakyat sangat di harapkan

dapat memperjuangkan terwujudnya suatu pemerintahan yang bersih dan

berwibawa. Timbulnya pengaduan masyarakat terhadap penyelenggaraan

pemerintahan dapat di katakan sebagai salah satu indikator tingkat kepercayaan

masyarakat kepada pemerintah.

Pengaduan masyarakat tersebut tidak seluruhnya di sampaikan kepada

pihak eksekutif, Dari 55 pengaduan masyarakat yang terjadi pada tahun 2008

tercatat sebanyak 65,45% yang di teruskan Kepada Bupati.sedangkan pada

tahun 2008 sebanyak 70,59% dan pada tahun 2009 sebanyak 11,70%.

4.1.2.3. Penduduk

Penduduk Kotamadya Surabaya menurut hasil registrasi penduduk akhir

tahun 2008 jumlahnya tercatat sebanyak 1.198.365 orang dan kurang dari

0,01% adalah Penduduk dengan status Warga Negara Asing. Komposisi

penduduk adalah 49,47% . Adalah penduduk laki-laki dan sisanya adalah

(52)

penduduk perempuan 50,53%. Dibandingkan tahun sebelumnya , jumlah

penduduk tersebut menunjukan kenaikan sekitar 0,34%.

Berdasarkan komposisi penduduk di atas, maka secara umum akan

terlihat rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kota Surabaya berada di

bawah angka 100, tepat nya adalah angka 100, tepat nya 97,90.

Dengan terus bertambah nya jumlah penduduk pada setiap tahunnya.

Sedangkan luas wilayah tidak berubah, maka angka kepadatan penduduk akan

terus bergerak naik seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

4.1.3. Kondisi Umum Kabupaten Pacitan 4.1.3.1. Letak Geografis

Kabupaten Pacitan yang terletak di antara garis Bujur Timur 110˚55’

dan 110˚25’ dan di antara garis Lintang Selatan 07˚55’ dan 8˚17’, dengan luas

wilayah lebih dari 1.389,87 km berbatasan dengan :

a. Selatan : Samudra Indonesia

b. Utara : Kabupaten Ponorogo dan Wonogiri (Jawa Tengah)

c. Timur : Kabupaten Trenggalek

d. Barat : Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah)

Kabupaten Pacitan sebagian besar adalah bukit-bukit dan gunung terjadi

serta termasuk Dalam deretan pegunungan seribu yang membujur sepanjang

pulau jawa.

(53)

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai wakil rakyat sangat di

harapkan dapat memperjuangkan terwujud nya sustu pemerintahan yang bersih

dan berwibawa. Timbulnya pengaduan masyarakat terhadap penyelenggaraan

pemerintah dapat dikatakan sebagai salah satu indikator tingkat kepercayaan

masyarakat kepada pemerintah.

4.1.3.3. Penduduk

Penduduk Kabupaten Pacitan menurut hasil registrasi penduduk akhir

tahun 2008 jumlah nya tercatat sebanyak 549.069 anak laki-laki lebih kecil dari

pada anak perempuan.

Dengan terus bertambahnya jumlah penduduk pada setiap tahunnya,

sedangkan luas wilayah tidak berubah, maka angka kepadatan penduduk akan

terus bergerak naik seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

4.1.4. Kondisi Umum Kabupaten Probolinggo 4.1.4.1. Letak Geografis

Kabupaten Probolinngo terletak di antara garis Bujur Timur 7˚40́́’ dan

8˚10’ dan di antara garis Lintang Selatan 112˚50’ dan 113˚30’ dengan luas

wilayah 1.696,16 km. .

(54)

a. Selatan : Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember

b. Utara : Selat Madura

c. Timur : Kabupaten Situbondo

d. Barat : Kabupaten Pasuruan

4.1.4.2. Penduduk

Penduduk ini di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2007 sebesar

1.042,370. Orang, dan pada tahun 2008 sebesar 1.043,671 berati ada kenaikan

0,12%

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Pertumbuhan Ekonomi 4.2.1.1. Provinsi Jawa Timur

Provinsi Jawa Timur pertumbuhan ekonominya dari tahun ke tahun bias

di lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 2004-2008 (Persen) Tahun Pertumbuhan Ekonomi Perkembangan

2004 5,83% -

2005 5,84% 0,01%

2006 5,80% -0,04%

2007 6,11% 0,31%

2008 5,90% -0,21%

Sumber BPS Jawa Timur 2009

(55)

rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Timur (5,83+5,84+5,80+6,11+5,90:5),

maka besarnya 5,89%.

4.2.1.2. Kotamadya Surabaya

Pertumbuhan ekonomi Kotamadya Surabaya dari tahun 2004 sampai

tahun 2008 juga berfluktuasi seperti Jawa Timur untuk lebih jelasnya kita lihat

tabel berikut ini :

Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Kotamadya Surabaya 2004-2008(%) Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%) Perkembangan (%)

2004 6,80 -

2005 7,35 0,55

2006 6,64 -0,71

2007 6,78 0,14

2008 6,69 0,09

Sumber : BPS Jawa Timur 2009

Pertumbuhan ekonomi di Kotamadya Surabaya dari tahun 2004 – 2008

berfluktuasi pada tahun 2005 pada tahun 2007 naik 0,15% dan penurunan pada

tahun 2006 sebesar 0,71 dan 2008 sebesar 0,09% pertumbuhan rata_rata

sebesar 6,85%

(56)

4.2.1.3. Kabupaten Pacitan

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pacitan dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan untuk lebih jelas nya dapat di lihat tabel berikut ini :

Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pacitan

Tahun Pertumbuhan ekonomi(%) Perkembangan(%)

2004 3,94 -

2005 3,97 0,3

2006 4,16 0,10

2007 5,12 0,96

2008 5,18 0,06

Sumber: BPS Jawa Timur 2009

Dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Pacitan mengalami peningkatan pada tahun 2005 meningkat 0,03%

pada tahun 2006 meningkat 0,19% dan pada tahun 2007 meningkat 0,96% pada

tahun 2008 meningkat 0,06%. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Pacitan tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 sebesar 4,47%.

4.2.1.4. Kabupaten Probolinggo

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Probolinggo dari tahun 2004

sampai dengan tahun 2008 berfluktuasi untuk labih jelas nya dapat di lihat

dalam tabel berikut ini :

(57)

2006 5,44 0,69

2007 5,97 0,53

2008 5,73 -0,24

Sumber : BPS Jawa Timur 2009

Dari tabel di atas terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Probolinggo berfluktuasi yaitu peningkatannya pada tahun 2006 sebasar

0,69%dan pada tahun 2007 meningkat 0,53% tetapi mengalami penurunan

pada tahun 2005 turun 0,28% dan tahun 2008 mengalami penurunan 0,24%.

Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Probolinggo sebesar 5,38%.

4.2.2. Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita adalah ukuran kesejahtraan bila pendapatan

perkapita tinggih maka daerahtersebut sejahtra dari daerah yang lain.

4.2.2.1. Pendapatan Perkapita Jawa Timur

Dari tahun 2004 sampai tahun 2008 pendapatan perkapita di Jawa

Timur mengalami peningkatan dan rata-rata pendapatan perkapita Jawa Timur

ini menjadi standar bagi kabupaten-kabupaten lainya bila kabupaten tersebut

lebih rendah pendapatan perkapitanya dibanding Jawa Timur tergolong rendah

atau daerah miskin Untuk lebih jelas nya dapat di lihat dalam tabel berikut ini.

(58)

Tabel 5. Pendapatan Perkapita Jawa Timur Tahun 2004-2008 (Rupiah) Tahun Pendapatan Perkembangan(%)

2004 9.401.579 -

2005 11.057.370 17,61

2006 12.826.920 15,99

2007 14.496.200 13,02

2008 16.756.560 15,59

Sumber :BPS Jawa Timur 2009

Pendapatan perkapita Jawa Timur dari tahun 2004 sampai tahun 2008

peningkatanya rata-rata sebesar 15,55%.

4.2.2.2. Pendapatan Perkapita Kotamadya Surabaya

Pendapatan perkapita di Kotamadya Surabaya mulai tahun 2004

sampai tahun 2008 juga mengalami peningkatan untuk lebih jelas nya dapat di

lihat dalam tabel di bawah ini

Tabel 6. Pendapatan Perkapita Kotamadya Surabaya Tahun 2004-2008 (dalam bentuk rupiah)

Tahun Pendapatan perkapita(Rp) Perkembangan(%)

2004 33.174.740 -

2005 39.801.850 19.97

2006 46.584.580 17.04

2007 53.416.080 14.66

2008 62.080.680 16.22

Sumber : BPS Jawa Timur 2009

Dari tabel tersebut pendapatan perkapita Kotamadya Surabaya

meningkat rata-rata sebesar 16,97%

(59)

tahun 2004 sampai pada tahun 2008pendapatan perkapitanya mengalami

kenaikan untuk lebih jelas nya dapat di lihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 7. Pendapatan Perkapita Kabupaten Pacitan 2004-2008 (dalam rupiah)

Tahun Pendapatan perkapita(Rp) Perkembangan(%)

2004 2.907.180, -

2005 3.410.600 17,30

2006 3.914.110 14,78

2007 4.371.200 10,45

2008 5.003.270 14,45

Sumber : BPS Jawa Timur 2009

Di lihat tabel di atas ternyata perkembangan pendapatan perkapita di

Kabupaten Pacitan mengalami peningkatan yaitu rata-rata meningkat sebesar

14,24% dari tahun 2004-2008.

4.2.2.4. Pendapatan Perkapita Kabupaten Probolinggo

Kabupaten Probolinggo merupakan Kabupaten dengan pendapatan

perkapita dalam ukuran yang di tenggah-tenggah di Propinsi Jawa Timur untuk

lebih jelas nya dapat di lihat di bawah tabel berikut ini:

(60)

Tabel 8. Pendapatan Perkapita Kabupaten Probolinggo Pada Tahun 2004-2008 (dalam bentuk rupiah)

Tahun Pendapatan perkapita(Rp) Perkembangan(%)

2004 6.989.300 -

2005 8.131.800 16,33

2006 9.490.180 16,71

2007 10.761.450 13,39

2008 12.477.170 15,94

Sumber : BPS Jawa Timur 2009

Dari tabel diatas pendapatan perkapita di Kabupaten Probolinggo dari

tahun 2004-2008 rata-rata mengalami peningkatan sebesar 15,59%.

4.2.3. Jumlah penduduk

4.2.3.1. Jumlah Penduduk di Jawa Timur

Penduduk di Jawa Timur merupakan jumlah penduduk terbesar di

Indonesia dan dari tahun ketahun mengalami peningkatan yang cukup besar

untuk itu dapat di lihat perkembangan penduduk Indonesia dari tahun 2004

sampai tahun 2008 sebagai berikut :

Tabel 9. Perkembangan Jumlah Penduduk Di Jawa Timur Pada Tahun 2004-2008 (dalam jiwa)

Tahun Jumlah penduduk(jiwa) Perkembangan(%)

2004 36.281.160 -

2005 36.481.809 0,55

2006 36.690.600 0,57

2007 36.895.571 0,55

2008 37.094.836 0,54

Sumber : BPS Jawa Timur 2009

(61)

0,55%.

4.2.3.2. Perkembangan Penduduk di Kotamadya Surabaya

Perkembangan penduduk di Kota madya Surabaya seperti di Propinsi

Jawa Timur perkembangannya dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 tidak

mencapai 1 % untuk itu dapat di lihat dalam tabel berikut di bawah ini :

Tabel 10. Jumlah Dan Berkembangnya Penduduk Surabaya Pada Tahun 2004-2008 (dalam jiwa)

Tahun Jumlah penduduk(jiwa) Perkembangan(%)

2004 2.610.140 -

2005 2.622.023 0,46

2006 2.625.298 0,11

2007 2.630.113 0,03

2008 2.630.079 0,15

Sumber : BPS Jawa Timur 2009

Jadi dapat di lihat dari tabel 10 ternyata perkembangan penduduk di

Kotamadya Surabaya pada periode tahun 2004 sampai periode tahun 2008

tidak mencapai 0,5 % yaitu rata-rata pertahun perkembanganya sebesar

0,18%.

(62)

4.2.3.3. Perkembangan Penduduk Kabupaten Pacitan

Kabupaten Pacitan merupakan kabupaten paling jauh dari pusat ibu kota

Propinsi (Surabaya) merupakan kabupaten dengan pendapatan perkapita nya

terendah tetapi perkembangan penduduk nya cukup besar dari daerah-daerah

lainya yanga ada di Jawa Timur untuk lebih jelas nya dapat di lihat dari tabel

berikut di bawah ini

Tabel 11. Perkembangan Penduduk Pacitan 2004-2008

Tahun Jumlah penduduk(orang) Perkembangan (%)

2004 549.342 -

2005 551.290 0,35

2006 553.321 0,36

2007 555.262 0,35

2008 557.029 0,31

Sumber : BPS Jawa Timur 2009

Dari tabel di atas ternyata perkembangan rata-rata dari tahun2004

sampai tahun 2008 sebesar 0,34% lebih tinggih dari Surabaya ,tetapi lebih

rendah dari jawa timur

4.2.3.4. Perkembang Penduduk di Kabupaten Probolinggo

Kabupaten Probolinggo merupakan kbupaten dengan tingkat

pendapatan perkapita menengah, untuk melihat perkembangan penduduk di

daerah tersebut maka dapat di perlihat kan suatu tabel di bawah ini:

(63)

2005 1.040.370 0,11

2006 1.041.370 0,11

2007 1.042.323 0,09

2008 1.043.671 0,12

Sumber :BPS Jawa Timur 2009

Di lihat daritabel di atas ternyata Kabupaten Probolinggo perkembangan

penduduk nya lebih kecil dari Surabaya, Kabupaten Pacitan yaitu rata-rata

perkembangan pertahunnya mulai dari tahun 2004 sampai tahun 2008 sebesar

0,01%.

4.3. Analisis

Dalam analisis untuk pembuktian hipotesa di gunakan 2 (dua) cara yaitu

mengunakan :

1. Indeks Williamson

2. Tipologi Daerah

4.3.1. Analisis indeks Wililamson

Dalam menganalisis mengunakan Indeks Williamson ada (dua )analisis

yaitu:

1. Indeks Williamson pendapatan perkapita dengan penduduk,

2. Indeks Williamson pendapatan perkapita dengan pertumbuhan ekonomi

(64)

Dalam menganalisa dengan indeks willam son maka dapat di rumuskan

4.3.1.1. Tabel Analisis Iw Pendapatan Perkapita Dengan Penduduk Di Kotamadya Surabaya, Kabupaten Pacitan Dan Kabupaten Probolinggo

Sumber Tabel 5.6.7.8.9.10.11.12 (diolah) 2004-2008

4.3.1.1.1. IW Kotamadya Surabaya

Dari tabel diatas terlihat bahwa IW Surabaya tahun 2004-2008 semakin

besar, ini berate bahwa pembagian pendapatan perkapita di Surabaya besar

kesenjanganya.

(65)

semakin besar ini artinya bahwa pendapatan perkapita di Kabupaten Pacitan

semakin tidak merata pembagiannya.

4.3.1.1.3. IW Kabupaten Probolinggo

Dari tabel diatas maka bisa kita simpulkan terlihat bahwa indek

WilliamSon Kabupaten Probolinggo semakin menurun ini artinya semakin

tidak senjang dalam pembagian pendapatan perkapita.

4.3.2 Pendapatan Perkapita Dengan Pertumbuhan Ekonomi

4.3.2.1. Tabel IW Pendapatan Perkapita Dengan Pertumbuhan Ekonomi Di Kotamadya Surabaya, Kabupaten Pacitan Dan Kabupaten Probolinggo.

Tahun IW Kotamadya surabaya

IW Kabupaten pacitan

IW Kabupaten probolinggo

2004 0.268 0.266 0.137

2005 0.389 0.257 0.193

2006 0.241 0.217 0.193

2007 0.189 0.106 0.0569

2008 0.227 0.075 0.025

Sumber tabel:1.2.3.4.5.6.7.8 (diolah)

(66)

4.3.2.1.1. IW Pendapatan Perkapita Dengan Pertumbuhan Ekonomi Di Kotamadya Surabaya.

Dari tabel diatas ternyata Indek Williamson , menunjukan angkanya

semakin turun ini artinya pertumbuhannya bermanfaat bagi kesejahteraan

masyarakat Kotamadya Surabaya dan kadang tidak bermanfaat.

4.3.2.1.2. IW Pendapatan Perkapita Dengan Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Pacitan

Dari tabel diatas ternyata Indek Williamson, kabupaten pacitan

menunjukan angka yang semakin turun ini artunya pertumbuhan ekonominya

dapat membuat masyarakat Kabupaten Pacitan sejahtera.

4.3.2.1.3. IW Pendapatan Perkapita Dengan Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Probolinggo

Dari tabel diatas maka dapat kita simpulkan bahwa Indek Williamson

menunjukan fluktuasi artinya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Probolinggo

kadang bermanfaat dan kadang tidak bermanfaat.

(67)

Surabaya, Pacitan, dan Probolinggo. Untuk itu dapat kita buat suatu tabel

sebagai berikut:

Tabel 18. Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi Dan Rata-Rata Perkembangan Pendapatan Perkapita Di Jawa Timur, Kotamadya Surabaya, Kabupaten Pacitan, Dan Kabupaten Probolinggo

Daerah Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi

Rata-Perkembangan Pendapatan perkapita

Jawa timur 5,89%(Gp) 15,55%(Pkp)

Surabaya 6,85%(Gk) 16,97%(Pkk)

Pacitan 4,47%(Gk) 14,24%(Pkk)

probolinggo 5,38%(Gk) 15,59%(Pkk)

Sumber Tabel 1,2,3,4,5,6,7,8

Keterangan :

Gp = Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten /

Kotamadya

Pkp = Pendapatan Perkapita Provinsi

Pkk = Pendapatan Perkapita Kabupaten/ Kotamadya

Dari tabel tersebut maka dapat kita buat tipe daerah sebagai berikut :

(68)

Tabel 19 Kriteria Tipe Daerah:

Gp>Gk Gp<GP

Pkp>Pkk Daerah tumbuh tapi tidak

sejahtera

Pkp>Pkk Daerah tidak tumbuh tapi sejahtera Daerah tumbuh dan sejahtera

Dari perhitungan tabel 18 dan criteria tabel 19 maka dapat kita lihat tipe

Daerah Kotamadya Surabaya :

Gp = 5,89% < Gk = 6,85%

Pkp = 15,55%< Pkk = 16,97%

Maka Kotamadya Surabaya termasuk daerah = Tumbuh dan Sejahtera

Karena : Kotamadya Surabaya merupakan daerah pusat pertumbuhan di Jawa Timur

banyak indutri dan pusat perdagangan, sehingga Kotamadya Surabaya tipe Daerah

tumbuh dan Sejahtera.

Kabupaten Pacitan :

Gp = 5,87% > Gk = 4,47%

Pkp = 15,55% > Pkk = 14,24%

Berarti kabupaten pacitan termasuk daerah=Tidak Tumbuh dan Daerah Tidak

Sejahtera.

Karena : Kabupaten Pacitan adalah Daerah yg terpencil dibandingkan dengan

Daerah-daerah lain di Jawa Timur , Daerah ini mempunyai potensi pertanian dan

(69)

55 Kabupaten Probolinggo :

Gp = 5,89% > Gk = 5,38%

Pkp = 15,55% > Pkk = 15,59%

Maka Kabupaten Probolinggo termasuk daerah =Tidak Tumbuh Tapi Sejahtera.

Karena : Kabupaten Probolinggo banyak Investasi usaha kecil menengah(UKM)

sehingga pertumbuhan ekonominya tidak besar tetapi Pendapatan Perkapitanya besar,

(70)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil analisis pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan di Kotamadya Surabaya, Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Probolinggo yang telah di lakukan terlebih dahulu maka dapat di simpulkan Dan di uraian pada bab IV maka dapat disimpulkan sebagai beriku:

1. Dengan mengunakan teknis analisa pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan maka dapat di tentukan sekto-sektor perdapatan perkapitanya, cenderung untuk mempercepat laju pendapatan perkapita, berikut ini rincian kesimpulan dari perhitungan dari pendapatan perkapita pada masing-masing daerah kawasan satuan daerah pembangunan:

a. Kotamadya Surabaya mempunyai sektor-sektor yang berflutuasi terhadap potensi pendapatan perkapita di dalam bidang perekonomian Kota madya Surabaya, adapun sektor yang sangat berpengaruh dalam pendapatan perkapita Kota madya Surabaya meliputi pendapatan perkapitanya, kadang senjang dan kadang tidak senjang, hal itu terjadi di pembagian pendapatan perkapitanya dari tahun 2004-2008

b. Kabupaten Pacitan mempunyai pembagian sektor-sektor pendapatan perkapita terhadap potensi pendapatan perkapita didalam bidang

(71)

c. Kabupaten Probolinggo mempunyai pembagian sektor-sektor pendapatan perkapita terhadap potensi pendapatan perkapita di dalam bidang perekonimian Kabupaten Probolinggo, adapun sektor yang sangat berpengaruh dalam pendapatan perkapita kabupaten Probolinggo meliputi pendapatan perkapita, biasa dikatakan pendapatan perkapitanya semakin kecil hal itu terjadi karena kesenjangannya menuju merata dari tahun 2004-2008

2. Dengan mengunakan teknis analisa pendapatan perkapita masing-masing daerah apakah pendapatan perkapita bermanfaat bagi sektor-sektor Kabupaten atau Kota maka dapat di tentukan pendapatan perkapitanya cenderung untuk bermanfaat atau tidak bermanfaat maka kita simpulkan dari perhitungan pendapatan perkapita pada daerah-daerah tersebut:

a. Kotamadya Surabaya pertumbuhan ekonomi nya kadang bermanfaat kadang tidak bermanfaat bagi pemerataan pendapatan perkapita. b. Kabupaten Pacitan pertumbuhan ekonominya bermanfaat bagi

(72)

  58

c. Kabupaten Probolinggo bisa dikatakan bermanfaat bagi masyarakat pertumbuhan ekonomi nya.

3. Dengan mengunakan teknis analisa pendapatan perkapita maka dapat di tentukan sekto-sektor daerah tersebut merupakan tipe daerah cepat tumbuh atau sulit tumbuh maka dapat kami simpulkan sebagai berikut: a. Kotamadya Surabaya termasuk tipe daerah tumbuh dan sejahtera b. Kobupaten Pacitan termasuk tipe daerah yang tidak tumbuh dan

tidak sejahtera.

c. Kabupaten Probolinggo termasuk tipe daerah tidak tumbuh tapi sejahtera.

5.2. Saran

Dari kesimpulan data tersebut maka dapat di buat saran sebagai berikut:

1. Pembangunan ekonomi di Kotamadya Surabaya, Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Probolinggo di harapkan dapat membuat masyarakat terutama di bidang pendapatanya agar merata maka kebijakan pemerintahan dalam hal pembangunan daerah sangat berprngaru bagi masyarakat daerah, tersebut menyentuh masyarakat kecil.

(73)

ekonomi daerah jadi perencanaan harus matang sehingga tujuan dari pembangunan ekonomi dapat tercapai..

(74)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim BPS Jawa timur

Arsyad Lincoln, 2006. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, BPFE Yogyakarta.

Aziz, 2008, Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya Di Indonesia, Edisi Revisi, Lembaga Penerbit FE-VI, Jakarta.

Dewi, 2000, Peranan Industri Disatuan Wilayah Pembangunan I Gerbang Kertasusila Dalam Menunjang Pertumbuhan Ekonimijawa Timur, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, Surabaya.

Iqomadin, 2004, Analisis Ekonomi Regional Disatuan Wilayah Pembangunan I Gerbangkertasusila Penerapan Teori Basis Ekonomi Tahun 1993-1996. Skripsi Fakultas Universitas Airlangga, Surabaya.

Kusumadewa, 2007, Analisis Lokasi Untuk Perencanaan Pusat-Pusat Pelayanan, Prisma No. 11 Edisi Bulan November, Jakarta.

Listyowati, 2008, Analisis Aspek-Aspek Aglomerasi Ekonomi di Surabaya, Skripsi Fakultas Universitas Airlangga, Surabaya.

Mudrajad K. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah Penerbit Erlangga Jakarta. Prasojo, Dwi Agus, 2004, Peranan Pengeluaran Pemerintah Pusat Untuk Daerah

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Tingkat I Jawa Timur Tahun 1990-1991, Skripsi Fakultas Universitas Airlangga, Surabaya.

Rosyidi,2007 Kajian Ekonomi Dalam Pembangunan Daerah Di Indonesia, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta.

Sophiayani, Rahman, 2007, Implementasi Pembangunan Daerah Tingkat II Dalam Kaitan Pengembangan Perwilayahan Pembangunan Di Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) VIII Madiun, Skripsi Fakultas Universitas Airlangga, Surabaya.

Sukirno, Sadono, 2006, Beberapa Aspek Dalam Persoalan Pembangunan dan Otonomi Daerah, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Gambar

Tabel 1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 2004-2008 (Persen)
Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Kotamadya Surabaya 2004-2008(%)
Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pacitan
Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Probolinggo 2004-2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Munculnya kode etik profesi IT memberikan adanya tanggung jawab yang tinggi bagi para pengemban profesi bidang komputer untuk menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai

Pasangkan komponen-komponen seperti MCB, saklar tunggal, stop kontak, dan lampu pijar sesuai dengan tata letak yang telah dibuat dengan menggunkan kapur tulis3. Potong pipa sesuai

Oleh karena itu sayur dan buah yang rentan terhadap chilling injury akan mengalami penyimpanan di suhu rendah dalam waktu yang singkat dan suhu rendah ini tidak dapat digunakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) perbedaan hasil belajar antara kelompok mahasiswa yang diterima dari pola seleksi PMBT, UMPN dan

Sebuah chip ATmega16U2 (ATmega8U2 pada papan Revisi 1 dan Revisi 2) yang terdapat pada papan digunakan sebagai media komunikasi serial melalui USB dan muncul

The result of this research shows that potential customers or visitors that come from direct traffic source has the highest duration/visit average, followed by search and

Dihubungkan dengan fungsi sekunder hukum pidana, dapat dikemukakan bahwa dalam tindak pidana yang mengatur penyidik khusus, penyidik diberikan kewenangan administratif,

Asam oksalat dapat dibuat dari bahan yang mengandung selulosa dan dengan cara oksidasi menggunakan asam nitrat.. Oksidasi adalah interaksi antara