• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi siswa terhadap kandungan nilai moral dalam pengajaran akuntansi pada SMK Sanjaya Sleman : studi kasus siswa SMK Sanjaya, Jalan Kaliurang Km 17 Pakem, Sleman.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi siswa terhadap kandungan nilai moral dalam pengajaran akuntansi pada SMK Sanjaya Sleman : studi kasus siswa SMK Sanjaya, Jalan Kaliurang Km 17 Pakem, Sleman."

Copied!
219
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI SISWA TERHADAP KANDUNGAN NILAI MORAL

DALAM PENGAJARAN AKUNTANSI

PADA SMK SANJAYA SLEMAN

Sri Rejeki

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap kandungan nilai moral dalam pengajaran akuntansi pada SMK Sanjaya Sleman tahun ajaran 2007/2008. Mata pelajaran akuntansi yang diberikan oleh guru kepada siswa sebetulnya sarat dengan kandungan nilai moral, hendaknya guru mengintegrasikan nilai- nilai moral untuk perkembangan pribadi siswa agar mempunyai moral yang tinggi.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Data dikumpulkan dengan metode studi kasus pada bulan Mei 2008. Populasi penelitian adalah seluruh siswa-siswi SMK Akuntansi kelas X, XI, XII SMK Sanjaya Sleman yang berjumlah 110 responden. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang berisi angket pernyataan tertutup yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya pada SMK BOPKRI I Yogyakarta. Teknik analisis data menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I. Kriteria penilaian digolongkan menjadi 5 (lima) yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah.

(2)

ABSTRACT

STUDENT`S PERCEPTION TO THE MORAL VALUE CONTENT

IN THE ACCOUNTANCY LESSON

IN SMK SANJAYA, SLEMAN

Sri Rejeki

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2008

The aim of this research is to know the perception of the students to the moral value content in the accountancy class in SMK Sanjaya Sleman during academic year 2007 – 2008. In fact, the accountancy class which is given by the teachers is full of moral value. It is hoped that teachers integrate moral value in it in order to help personality development in such away that students have high moral standard.

This research is a descriptive research. The data are collected by survey method which was performed on May 2008. The population of the research is all of the students in the X, XI and XII grades of SMK Sanjaya, Sleman. They are all 110 respondents. The method to collect data is the questionnaire whose contents are closed inquiry. The validity and reliability of this method had been accredited by SMK BOPKRI I, Yogyakarta. Data technical analysis which is employed is the Penilaian Acuan Patokan (PAP) type I. Scoring criteria are classified into 5 criteria: very high, high, enough, low and very low.

(3)

PERSEPSI SISWA TERHADAP KANDUNGAN NILAI MORAL

DALAM PENGAJARAN AKUNTANSI

PADA SMK SANJAYA SLEMAN

Studi Kasus : Siswa SMK Sanjaya, Jalan Kaliurang Km 17 Pakem, Sleman

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Sri Rejeki

041334060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

Kupersembahkan skripsi ini dengan penuh cinta

J

kepada:

Ø

H ati Terkudus Yesus

Ø

Bunda Maria

Ø

Santa Yulia Billiart

Ø

Mathias W olf, SJ, dkk.

Ø

Para Suster DPP :

Sr. M. Yulita, Sr. M. Anita, Sr. M. Theresien, Sr. M. Mariani

Ø

Para Suster Komunitas Yogya:

Sr. M. Florine, Sr. M. Aquila, Sr. M. Clarista,

Sr. M. Fortunata, Sr. M. Theresiana.

Ø

Orang tuaku : Bapak H arso Suwarno (Alm.); Bapak Badrun, AMA.

Ibu W aliyem

Adik-adikku : Nugroho Santoso, Handiningsih,

W iwoho W inarso, Haris Jatmiko, S.E.

Iparku : Mey, Saleh, Karti, S.Pd.

Ponakanku : Nadiffa Khansa Nurlaili,

Johan Kurniawan Eka Santoso

(7)

U

MOTTO

Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkataanMu

(Lukas 1 : 38 )

Betapa baiknya Tuhan Yang Maha baik

(St.Yulia Billiart)

Kesamaan martabat manusia sebagai citra Allah

(Spiritualitas SPM)

(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 6 Agustus 2008 Penulis

(9)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : SRI REJEKI

Nomor Mahasiswa : 041334060

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul

” PERSEPSI SISWA TERHADAP KANDUNGAN NILAI MORAL DALAM PENGAJARAN AKUNTANSI PADA SMK SANJAYA SLEMAN ”

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 6 Agustus 2008 Yang menyatakan

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul: PERSEPSI SISWA TERHADAP KANDUNGAN NILAI MORAL DALAM PENGAJARAN AKUNTANSI PADA SMK SANJAYA SLEMAN.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, masukan, dorongan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu di kesempatan ini sudah selayaknya bagi penulis untuk menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Rm. Dr. Wiryono, Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta beserta staf, yang telah memberikan berbagai fasilitas serta kemudahan selama penulis mengikuti pendidikan.

2. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

(11)

5. Bapak Drs. Bambang Purnomo S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, dukungan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Muhadi, M. Pd., sebagai Dosen Penguji yang telah mengoreksi, memberi masukan, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. 7. Ibu B. Indah Nugraheni., SIP, S.Pd, M.Pd. sebagai Dosen Penguji yang

telah mengoreksi, memberi masukan, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

8. Segenap Dosen Program Studi Akuntansi ( Pak Sapto, Pak Wid, Pak Muhadi, Pak Bambang, Pak Bondan, Pak Herry, Bu Catur, Bu Indah,

Bu Rita, Bu Cornel, Bu Lina ) yang sabar telah membimbing penulis selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.

9. Staf Sekretariat (Mbak Aris , Pak Wawik ) yang sela lu melayani segala kebutuhan penulis yang menyangkut administrasi, dll. selama di USD. 10.Rm. Prof. Dr. Martin Sardi, OFM., yang telah meluangkan waktu untuk

mengoreksi dan memberi masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

11.Rm. Dr. C. B. Kusmaryanto, SCJ., yang telah meluangkan waktu untuk memberi inspirasi dan abstract demi kesempurnaan skripsi ini.

12.Kongregasi SPM yang telah memberi kesempatan untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kualitas pribadi dengan studi di Sanata Dharma. 13.Komunitas Studi SPM Yogyakarta yang telah mendukung, menyemangati,

(12)

14. Bapak Y. Supriyadi, Bc. Hk., S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMK Sanjaya Sleman yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

15.Orang tuaku tercinta (Pak Harso, alm., Pak Badrun, Bu Wal) dan

adik-adikku terkasih (Hoho, Caco, Hani, Miko) yang telah me ndoakan, mendukung sehingga skripsi ini selesai.

16.Teman-temanku PAK 2004 khususnya PAK B - 2004, terima kasih untuk segala kebaikan, keramahan, dukungan, dan kerjasamanya selama ini yang memungkinkan studiku dapat berjalan baik dan lancar. Semangat ya? 17. Sr. Franka, CB., Mas Banu yang telah memberi masukan yang berharga

dalam penyusunan skripsi ini serta pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun bagi kesempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan.

Yogyakarta, 6 Agustus 2008 Penulis

(13)

ABSTRAK

PERSEPSI SISWA TERHADAP KANDUNGAN NILAI MORAL

DALAM PENGAJARAN AKUNTANSI

PADA SMK SANJAYA SLEMAN

Sri Rejeki

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap kandungan nilai moral dalam pengajaran akuntansi pada SMK Sanjaya Sleman tahun ajaran 2007/2008. Mata pelajaran akuntansi yang diberikan oleh guru kepada siswa sebetulnya sarat dengan kandungan nilai moral, hendaknya guru mengintegrasikan nilai- nilai moral untuk perkembangan pribadi siswa agar mempunyai moral yang tinggi.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Data dikumpulkan dengan metode studi kasus pada bulan Mei 2008. Populasi penelitian adalah seluruh siswa-siswi SMK Akuntansi kelas X, XI, XII SMK Sanjaya Sleman yang berjumlah 110 responden. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang berisi angket pernyataan tertutup yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya pada SMK BOPKRI I Yogyakarta. Teknik analisis data menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I. Kriteria penilaian digolongkan menjadi 5 (lima) yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah.

(14)

ABSTRACT

STUDENT`S PERCEPTION TO THE MORAL VALUE CONTENT

IN THE ACCOUNTANCY LESSON

IN SMK SANJAYA, SLEMAN

Sri Rejeki

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2008

The aim of this research is to know the perception of the students to the moral value content in the accountancy class in SMK Sanjaya Sleman during academic year 2007 – 2008. In fact, the accountancy class which is given by the teachers is full of moral value. It is hoped that teachers integrate moral value in it in order to help personality development in such away that students have high moral standard.

This research is a descriptive research. The data are collected by survey method which was performed on May 2008. The population of the research is all of the students in the X, XI and XII grades of SMK Sanjaya, Sleman. They are all 110 respondents. The method to collect data is the questionnaire whose contents are closed inquiry. The validity and reliability of this method had been accredited by SMK BOPKRI I, Yogyakarta. Data technical analysis which is employed is the Penilaian Acuan Patokan (PAP) type I. Scoring criteria are classified into 5 criteria: very high, high, enough, low and very low.

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK... xi

ABSTRACT... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

DAFTAR TABEL... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xxi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 7

C. Batasan Masalah... 8

(16)

F. Manfaat Penelitian... 9

G. Definisi Operasional... 10

BAB II. TINJAUAN TEORETIK ... 12

A. Persepsi... 12

1. Pengertian Persepsi ... 12

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi... 14

3. Syarat Terjadinya Persepsi... 15

B. Nilai Moral... 16

1. Nilai... 16

a. Definisi dan Pengertian N ilai... 16

b. Tanggapan dan Peranan Nilai ... 18

2. Moral ... 19

a. Definisi dan Pengertian Moral... 19

b. Pembagian dari Moral ... 20

C. Pengajaran Akuntansi pada Sekolah Menengah Kejuruan ... 29

1. Pengajaran Akuntansi... 29

a. Pengajaran... 29

b. Definisi Akuntansi ... 30

c. Pengajaran Akuntansi ... 33

2. Sekolah Menengah Kejuruan... 40

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 42

A. Jenis Penelitian... 42

(17)

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 42

D. Populasi dan Sampel ... 43

E. Instrumen Penelitian... 44

F. Teknik Pengumpulan Data... 46

G. Pengujian Validitas da Reliabilitas ... 46

1. Pengujian Validitas ... 46

2. Pengujian Reliabilitas... 49

H. Teknik Analisis Data ... 52

BAB IV. GAMBARAN UMUM SMK SANJAYA SLEMAN... 55

A. Sejarah SMK Sanjaya ... 55

B. Tujuan Pendidikan SMK Sanjaya ... 57

C. Sistem Pendidikan SMK Sanjaya ... 59

D. Struktur Kurikulum Pendidikan Kejuruan (SMK)... 62

E. Struktur Organisasi SMK Sanjaya ... 67

F. Sumber Daya Manusia ... 68

G. Data Siswa ... 73

H. Kondisi Fisik dan Lingkungan... 74

I. Fasilitas/ Peralatan Sekolah... 75

J. Majelis Sekolah... 77

K. Hubungan SMK dengan Instansi Lain ... 78

L. Usaha-Usaha Peningkatan Kualitas Lulusan... 79

BAB V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 80

A. Deskripsi Data... 81

(18)

2. Deskripsi Data Berdasar per Nilai Moral... 85

B. Analisis Data ... 101

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 128

BAB VI. PENUTUP... 140

A. Kesimpulan... 140

B. Keterbatasan... 142

C. Saran ... 143

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran I Instrumen Penelitian ... 147

2. Lampiran II Data Induk Validitas, Reliabilitas ... 159

3. Lampiran III Output Validitas, Reliabilitas ... 162

4. Lampiran IV Data Induk Penelitian... 163

5. Lampiran V Output Mean, Median, Modus, Standar Deviasi... 166

6. Lampiran VI Output Frekuensi Tabel Berdasar per Butir Pernyataan ... 172

7. Lampiran VII Output Frekuensi Tabel Berdasar per Nilai Moral ... 180

8. Lampiran VIII Tabel r dan Tabel F ... 184

(20)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1. Rincian Siswa Kelas Akuntansi SMK Sanjaya Sleman... 43

2. Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Kandungan Nilai Moral ... 45

3. Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Kandungan Nilai Moral... 48

4. Tabel 3.4. Nilai Cronbach`s Alpha Kandungan Nilai Moral ... 51

5. Tabel 3.5. Pengolahan Data dengan Skala Likert... 52

6. Tabel 3.6. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I ... 54

7. Tabel 4.1. Struktur Kurikulum SMK/ MAK ... 64

8. Tabel 4.2. Daftar Ketua Program Studi... 69

9. Tabel 4.3. Daftar Guru Tetap... 69

10. Tabel 4.4. Daftar Guru Tidak Tetap ... 70

11. Tabel 4.5. Daftar Guru Wali Kelas ... 71

12. Tabel 4.6. Daftar Jumlah Siswa ... 73

13. Tabel 5.1. Deskripsi Data tentang Interval Kelas ... 82

14. Tabel 5.2. Frekuensi Responden Berdasarkan Total Skor Pernyataan... 83

15. Tabel 5.3. Deskripsi Data Nilai Moral pada Pengajaran Akuntansi... 84

16. Tabel 5.4. Deskripsi Data tentang Interval kelas... 86

17. Tabel 5.5. Frekuensi Responden Nilai Religiositas... 86

18. Tabel 5.6. Deskripsi Data Nilai Religiositas ... 87

19. Tabel 5.7. Frekuensi Responden Nilai Kerendahan Hati ... 88

(21)

21. Tabel 5.9. Frekuensi Responden Nilai Demokrasi... 89

22. Tabel 5.10. Deskripsi Data Nilai Demokrasi... 89

23. Tabel 5.11. Frekuensi Responden Nilai Sosialitas ... 90

24. Tabel 5.12. Deskripsi Data Nilai Sosialitas ... 91

25. Tabel 5.13. Frekuensi Responden Nilai Kebenaran... 91

26. Tabel 5.14. Deskripsi Data Nilai Kebenaran... 92

27. Tabel 5.15. Frekuensi Responden Nilai Keberanian ... 93

28. Tabel 5.16. Deskripsi Data Nilai Keberanian ... 93

29. Tabel 5.17. Frekuensi Responden Nilai Keadilan... 94

30. Tabel 5.18. Deskripsi Data Nilai Keadilan... 94

31. Tabel 5.19. Frekuensi Responden Nilai Kejujuran... 96

32. Tabel 5.20. Deskripsi Data Nilai Kejujuran... 96

33. Tabel 5.21. Frekuensi Responden Nilai Tanggungjawab ... 97

34. Tabel 5.22. Deskripsi Data Nilai Tanggungjawab ... 97

35. Tabel 5.23. Frekuensi Responden Nilai Kehati-hatian... 98

36. Tabel 5.24. Deskripsi Data Nilai Kehati- hatian ... 99

37. Tabel 5.25. Frekuensi Responden Nilai Nilai Kepentingan Umum di atas Kepentingan Pribadi... 100

38. Tabel 5.26. Deskripsi Data Nilai Nilai Nilai Kepentingan Umum di atas Kepentingan Pribadi... 100

39. Tabel 5.27. Kategori Penyusunan Kuesioner ... 101

(22)

41. Tabel 5.29. Tanggapan Responden tentang Nilai Kerendahan Hati (B) ... 106 42. Tabel 5.30. Tanggapan Responden tentang Nilai Demokrasi (C)... 108 43. Tabel 5.31. Tanggapan Responden tentang Nilai Sosialitas (D) ... 110 44. Tabel 5.32. Tanggapan Responden tentang Nilai Kebenaran (E) ... 112 45. Tabel 5.33. Tanggapan Responden tentang Nilai Keberanian (F) ... 114 46. Tabel 5.34. Tanggapan Responden tentang Nilai Keadilan (G) ... 116 47. Tabel 5.35. Tanggapan Responden tentang Nilai Kejujuran (H) ... 118 48. Tabel 5.36. Tanggapan Responden tentang Nilai Tanggungjawab (I)... 120 49. Tabel 5.37. Tanggapan Responden tentang Nilai Kehati- hatian (J)... 122 50. Tabel 5.38. Tanggapan Responden tentang Nilai Kepentingan Umum

di atas Kepentingan Pribadi (K) ... 124 51. Tabel 5.39. Frekuensi Responden Berdasarkan Total Skor Pernyataan... 126 52. Tabel 5.40. Deskripsi Data “ Persepsi Siswa Terhadap Kandungan Nilai

(23)

DAFTAR GAMBAR

(24)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu fenomena yang menonjol di tengah-tengah terpuruknya bangsa Indonesia sampai saat ini ialah tindak korupsi. Menurut Transparency International, indeks persepsi korupsi (Corruption Perception Index/CPI)

Indonesia tahun 2006 adalah 2,4; meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 2,2. Nilai indeks ini juga ikut mendongkrak urutan Indonesia satu peringkat dari negara terkorup keenam (dari 159 negara) pada 2005 menjadi ketujuh (dari 163 negara) pada tahun 2006. Meski demikian, nilai CPI yang masih di bawah level angka 3, Indonesia masih dikategorikan sebagai negara yang kondisinya sangat parah dalam tindak korupsi. (Koran Tempo, 13 November 2006). Bahkan, pada tahun 2002 untuk tingkat Asia, Indonesia berada di urutan pertama.

Di akhir milenium kedua, khususnya pada masa orde baru, angka korupsi Indonesia tercatat cukup fantastis. Lima kasus terbesar yang muncul pada waktu itu antara lain kasus import gandum (800 trilyun rupiah), kasus Freeport (200 trilyun rupiah), kasus dana non-budgeter (200 triltun rupiah), kasus listrik swasta (160 trilyun rupiah) dan mark-up dana BUMN (150 trilyun rupiah). Diperkirakan masih ada sekitar 1.200 bentuk korupsi yang

(25)

milyar Dollar AS, mulai tahun 1967 sampai 1997. (http://www.geocities.com/frontnasional/kasusorba.htm)

Maraknya tindak korupsi di Indonesia, pasca lengsernya rezim Soeharto – baik di sektor publik maupun sektor swasta – dan menyebar secara sistemik serta susah dibuktikan. Bahkan, masyarakat akan berhadapan dengan praktek-praktek korupsi ketika mereka membutuhkan pelayanan publik. Di masa- masa mendatang praktek tindak korupsi di Indonesia akan semakin memburuk dan berpengaruh terhadap setiap proyek pembangunan.

Fenomena di atas semakin mengejutkan ketika tindak korupsi banyak dilakukan oleh kaum intelektual yang menduduki posisi penting di lingkungan eksekutif, yudikatif maupun legislatif. Khusus untuk lembaga legislatif, secara global diketemukan empat modus tindak korupsi, yaitu penggelembungan batas alokasi penerimaan anggota dewan (mark-up), penggandaan item penerimaan anggota dewan melalui berbagai strategi, peng-ada-ada-an pos penerimaan anggaran yang sebenarnya tidak diatur dalam PP

110/2000 dan pelaksanaan program kegiatan dewan. (Tempo Interaktif, 16 September 2001).

Meski tidak terdapat hubungan yang signifikan antara korupsi dengan tingkat pendidikan, namun adanya kecenderungan bahwa angka indeks korupsi akan semakin tinggi apabila tindak korupsi itu dilakukan oleh mereka

(26)

membangun budaya amoral?” Menurut Paul Bond, ilmu pengetahuan yang diperoleh manusia selama menjalani proses pendidikan ternyata berkembang tanpa diiringi dengan wisdom/kebijaksanaan. Lebih lanjut ia me nguraikan bahwa kehebatan ilmu pengetahuan hanya menjadikan manusia dapat menikmati kebebasan dan kepuasan lahiriah. Akibatnya, manusia seringkali menolak dan mengesampingkan dimensi rahmat Allah. Ia mengusulkan perlunya internalisasi nilai-nilai moral ke dalam ilmu pengetahuan atau pendidikan. (Paul Bond, http://www.inspiredbooks.net/kww.htm)

(27)
(28)

Dalam praktek pendidikan di Indonesia, kecerdasan emosional lebih besar porsinya (dalam kurikulum) pada jenjang pendidikan TK dan SD; namun berkurang pada SLTP dan SMU/ SMK; serta mencapai porsi minimal pada pendidikan di Perguruan Tinggi. Selama ini, sistem pendidikan Indonesia terlanjur lebih menekankan keberhasilan penguasaan intelektual (Intelligence Quotient atau IQ) tanpa diimbangi keseimbangan Emotional Quotient (EQ).

(29)

Memang, para pendidik dan pengelola sekolah menyadari bahwa cukup lama sekolah formal hanya menekankan soal perkembangan pengetahuan/ kognitif dan sempit hanya menekankan dan mengejar UAN (Ulangan Akhir Nasional). Sekolah dan orang tua bangga kalau siswanya mempunyai UAN tinggi dan sedih dan malu jika UAN nya rendah. Maka mati- matian sekolah dan orang tua memaksakan les pengetahuan agar anak ber-UAN tinggi. Akibatnya nilai –nilai moral/ kemanusiaan yang lain kurang mendapatkan tempat dalam pendidikan sekolah formal. Pendidikan sosialitas, religiositas, rasa keadilan, kejujuran, tanggungjawab, demokrasi, dll. kurang mendapatkan tempat. Bila ada, hanya ditekankan kepada aspek pengetahuan kurang sampai pada praktek dan pengalaman. Tidak mustahil bila banyak anak muda meski sangat pandai dalam bidang ilmu pengetahuan, mereka tidak bermoral dan berbuat hal- hal yang merugikan banyak orang.

(30)

Melalui pola pendidikan yang menyelaraskan perkembangan IQ dan EQ diharapkan dapat menghasilkan manusia-manusia yang berilmu

pengetahuan, beretika moral, menjunjung tinggi martabat manusia dan berguna dalam kehidupan bermasyarakat. Hal tersebut selaras dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 3. Dalam UU Sisdiknas tersebut disebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan demikian, sekolah – pada khususnya – dan pendidikan – pada umumnya – harus menjadi wahana agar individu (peserta didik) mengetahui, merasakan dan menjalankan nilai-nilai moral melalui latihan yang terus menerus sepanjang rentang pendidikan itu berlangsung dalam setiap pembelajaran yang ada di sekolah. Jika tidak, maka sekolah (betapapun tingginya) hanya menjadi tempat untuk mengetahui (to achieve knowledge, not wisdom).

B. Identifikasi Masalah

(31)

saja, proses internalisasi nilai- nilai moral pada kaum terdidik hendaknya sudah dimulai sedari dini. Namun, dalam tulisan ini, penulis membatasi diri untuk melakukan penelitian siswa tentang proses internalisasi nilai-nilai moral dalam setiap proses pengajaran bidang studi akuntansi di Sekolah Menengah Kejuruan. Mengapa harus demikian? Karena, menanamkan nilai- nilai moral kepada peserta didik bukan hanya menjadi tanggung jawab pendidik yang mengampu bidang studi agama, kewarganegaraan, atau bimbingan dan konseling; namun menjadi tanggung jawab semua pendidik, termasuk pendidik bidang studi akuntansi. Untuk itu, penulis ingin mengetahui persepsi siswa tentang kandungan nilai moral yang diperoleh melalui proses pengajaran bidang studi akuntansi di sekolah, khususnya SMK Sanjaya Sleman.

Berdasarkan paparan yang telah penulis uraikan, penulis dalam tulisan ini bermaksud untuk mengadakan penelitian yang berkaitan dengan kandungan nilai moral yang disampaikan oleh para pendidik dalam proses pengajaran bidang studi akuntansi di Sekolah Menengah Kejuruan. Oleh sebab itu, skripsi ini berjudul “PERSEPSI SISWA TERHADAP KANDUNGAN NILAI MORAL DALAM PENGAJARAN AKUNTANSI PADA SMK

SANJAYA SLEMAN.”

C. Batasan Masalah

(32)

tanggungjawab, nilai keha ti- hatian dan nilai kepentingan umum di atas kepentingan pribadi yang ditanamkan guru akuntansi pada siswa pada SMK Sanjaya Sleman.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti adalah:

Bagaimanakah persepsi siswa terhadap kandungan nilai moral dalam pengajaran akuntansi pada SMK Sanjaya Sleman ?

E. Tujuan Penelitian

Dalam penulisan ini, ada dua hal pokok yang hendak disorot oleh penulis, pertama, memperluas wawasan tentang pelbagai isu yang sedang merebak dalam bidang akuntansi serta memperkembangkan pelbagai materi yang telah dipelajari oleh penulis selama perkuliahan.

Kedua, menambah wawasan bagi penulis sebagai calon pendidik dan juga para pendidik bidang studi akuntansi di Sekolah Menengah Kejuruan khususnya berkaitan dengan nilai- nilai moral dalam pengajaran akuntansi.

F. Manfaat Penelitian

(33)

1. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat memperluas wawasan mengenai isu- isu yang sedang merebak dalam bidang akuntansi terutama yang berkaitan dengan moral, mengungkapkan ide, gagasan, dan kepedulian akan pelaksanaan pengajaran nilai moral di sekolah, serta mengembangkan materi- materi yang telah dipelajari di bangku kuliah.

2. Bagi para Pendidik Akuntansi

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan para pendidik secara khusus SMK dalam pengajaran akuntansi dengan menggali lebih jauh kandungan nilai moral dalam pelajaran akuntansi.

3. Bagi peneliti yang berminat pada penanaman moral di sekolah agar mendapat masukan tentang pelaksanaan pendidikan nilai moral

G. Definisi Operasional

Agar penelitian ini lebih mudah dipahami, maka perlu dijelaskan definisi operasional beberapa istilah:

1. Persepsi

Persepsi adalah pengolahan informasi yang diterima oleh indra terlebih dahulu diorganisasikan dan ditafsirkan, sehingga individu bisa mengenali dan menilai obyek.

2. Nilai

(34)

3. Moral

Moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang / kelompok dalam mengatur tingkah lakunya (Bertens, 1992, 7).

4. Pengajaran Akuntansi

Pengajaran akuntansi adalah proses belajar- mengajar tentang pelajaran akuntansi pada sekolah Menengah Kejuruan yang berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap rasionalitas, teliti, jujur, dan bertanggungjawab melalui prosedur pencatatan, pengelompokkan, pengikhtisaran transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan dan penafsiran perusahaan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

5. SMK Sanjaya Sleman

SMK Sanjaya adalah salah satu SMK yang terletak di Jl. Kaliurang Km.17, Sukunan, Pakembinangun, Pakem, Sleman, dan

(35)

BAB II

TINJAUAN TEORETIK

Berkaitan dengan tulisan berjudul “PERSEPSI SISWA TERHADAP KANDUNGAN NILAI MORAL DALAM PENGAJARAN AKUNTANSI

PADA SMK SANJAYA SLEMAN ” penulis akan menjabarkan beberapa tinjauan teoretik. Sebagai sistematika, penulis mencoba merumuskannya menjadi tiga pokok besar: Pertama, Persepsi yang meliputi: pengertian persepsi, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, syarat terjadinyan persepsi ; Kedua, Nilai moral: definisi pengertian nilai, tanggapan dan peranan nilai, moral, pembagian moral,. Ketiga, Pengajaran Akuntansi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK): pengertian pengajaran, akuntansi, SMK.

A. PERSEPSI

1. Pengertian Persepsi

Setiap manusia mempunyai berbagai macam indera, bagi manusia sangatlah mudah kiranya melakukan perbuatan yang berkaitan dengan indera, manusia melihat, mendengar, mencium, merasakan dan menyentuh yakni proses yang semestinya ada. Informasi yang masuk dari organ-organ penginderaan terlebih dahulu diorganisasikan dan ditafsirkan sebelum dapat dimengerti, proses ini dinamakan persepsi (Soenardi, 1998, 83).

(36)

menilai obyek. Dalam kehidupan setiap hari siswa terhadap pengajaran di sekolah berupa pengalaman yang konkrit dari perkembangan pertumbuhan badan, psikologi, kognitif dan sosialnya.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 675) persepsi diartikan sebagai suatu tanggapan (penerimaan langsung atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindera). Menurut Branca , Woodwort, dan Marquis (Walgito, 1994: 53), persepsi merupakan suatu proses di mana proses tersebut didahului dengan proses penginderaan. Proses penginderaan ini terjadi karena manusia berinteraksi dengan lingkungan, baik secara fisik maupun sosial, sehingga manusia perlu menyerap unsur dari luar yang berupa rangsangan atau stimulus melalui inderanya. Dengan demikian, penginderaan adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh ind ividu melalui alat indera.

Menurut Thoha (2005:141) persepsi adalah suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungan bahwa obyek tersebut bergerak. Jadi, persepsi merupakan langkah berikutnya dari suatu proses penginderaan. Dengan kata lain, persepsi dapat menambah dan mengurangi kejadian yang sesungguhnya diinderakan oleh seseorang. Winkel (1986: 161) mendefinisikan persepsi sebagai pengamatan secara global, kemampuan untuk membedakan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain berdasarkan ciri-ciri fisik obyek itu, misalnya ukuran, warna, dan bentuk.

(37)

dimilikinya atau dengan kata lain pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi data indera (Kartini dan Gulo, 1987).

Berdasarkan berbagai definisi di atas, persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang untuk mengetahui, mengintepretasikan, dan mengevaluasi obyek yang dipersepsikan, sehingga terbentuklah gambaran mengenai obyek yang dipersepsikan. Dalam kenyataannya, setiap orang dihadapkan pada sejumlah obyek dan peristiwa. Obyek dan peristiwa tersebut tidak mempunyai arti apa-apa jika orang tidak mengintepretasikan atau menafsirkannya. Persepsi terhadap suatu obyek dan peristiwa antara individu yang satu dengan yang lainnya belum tentu sama, walaupun obyek dan peristiwa sama.

2. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Thoha (2005: 147) ada tiga faktor yang mempengaruhi perkembangan persepsi seseorang, antara lain:

a. Psikologi

Persepsi seseorang dipengaruhi oleh keadaan psikologisnya. Jika keadaan psikologis seseorang normal, maka persepsinya pun akan obyektif

b. Famili

(38)

c. Kebudayaan

Kebudayaan yang berlaku di tempat seseorang individu tinggal akan membentuk dan mempengaruhi sikap, nilai, dan cara memandang seseorang dalam memahami keadaan dunia ini.

3. Syarat Terjadinya Persepsi

Agar individu dapat menyadari dan dapat mengadakan persepsi, ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi, yaitu:

a. Adanya Obyek yang dipersepsi

Obyek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat dibedakan menjadi dua yaitu stimulus yang datang dari luar, yang langs ung mengenai alat indera atau reseptor. Sedangkan, stimulus yang datang dari dalam langsung mengenai syaraf penerima yang berfungsi sebagai reseptor.

b. Alat indera atau reseptor

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. c. Perhatian

Perhatian merupakan langkah pertama dari suatu persepsi. Perhatian merupakan penyeleksian terhadap stimulus.

(39)

B. NILAI MORAL

1. Nilai

a. Definisi dan Pengertian Nilai

Pengertian tentang nilai, pada umumnya orang sudah mengetahuinya, meskipun kadang masih kabur. Nilai (dari bahasa Inggris: value) dan ada orang yang memakai istilah “Goods” dan “Values”.

Dengan istilah “nilai” dapat dimaksudkan “Sifat” dari suatu hal, benda atau pribadi , contoh: keadaan yang baik, buku yang baik, orang yang baik. Tapi juga dapat dimaksudkan hal, benda, atau pribadi itu sendiri sebagai pemilik dari sifat itu: keadaan itu, buku itu, orang itu begitu bernilai sehingga merupakan nilai itu sendiri (Piet Go, 1990, 2-5). Jadi “nilai” tak hanya dapat dimaksudkan sifat baik tertentu yang patut dikejar, melainkan juga pemilik sifat itu sendiri. Keduanya merupakan kesatuan yang memang dapat dibedakan dan harus dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Sifat baik tidak otonom dan independen berada sendiri, melainkan melekat pada subyek pemilik yag disebut “apa yang baik”.

Untuk lebih memperjelas pengertian nilai ini, menurut Max Scheler (Wahana, 2004, 43) ada beberapa pokok keberadaan nilai, yang secara mendasar membedakan yang ada (being) dari nilai (value).

1). Keberadaan Nilai dalam Realitas

(40)

menyenangkan, yang diinginkan, minat, yang termasuk pada gejala psikis. Jadi nilai termasuk pada pengalaman pribadi. Kedua nilai merupakan hakikat. Perkiraan nilai sebagai yang tidak sementara (intemporality) yaitu nilai tergolong pada obyek ideal, yang merupakan hakekat atau esensi. Ketiga, melihat nilai yang tak berada bukan pada dirinya sendiri, melainkan berada dalam benda-benda yang mengandungnya (carrier of value), nilai seolah-olah merupakan bagian dari benda yang bernilai tersebut, misal: keindahan tidak melayang di udara, melainkan menyatu pada obyek fisik, contoh: kain, marmer, perunggu.

2). Keberadaan Nilai sebagai Kualitas

Di sini, nilai membutuhkan sesuatu untuk mewujudkannya atau sesuatu sebagai pembawa nilai (carrier of value) tersebut, maka nilai tampak hanya sebagai kualitas dari pembawanya, misal: keindahan dari suatu gambar, kegunaan dari suatu alat (makanan, parfum, dll.).

3). Subyektivitas dan Obyektivitas Nilai

Permasalahan nilai hadir dalam kehidupan kita sehari-hari, di pasar, di lembaga perwakilan, keluarga-keluarga sederhana, meski dengan bahasanya masing- masing. Menurut para ahli (filosofis) ada dua pandangan: Pertama, Pandangan Subyektif: Cara pandang (penilaian) jika menerima

(41)

terjadi pada permasalahan penilaian. Yang bersifat subyektif adalah penangkapan nilai, sedangkan nilai secara obyektif sudah ada sebelum ditangkap.

b. Tanggapan dan Peranan Nilai

1). Tanggapan Manusia Terhadap Nilai

Dalam perwujudannya nilai tidak berada pada dirinya sendiri, melainkan selalu tampak pada kita sebagai yang ada pada pembawa nilai, atau obyek bernilai. Manusia bukanlah penerima pasif impresi (kesan) terhadap suatu nilai, namun dinamis. Setelah nilai dapat ditangkap pikiran, kemudian dirasakan melalui intuisi emosional. Dalam menangkap dan memaha mi nilai, kita dapat merasakan hal yang sebenarnya dengan terang dan jelas, kemudian kita akan mengadakan proses tindakan, dan nilai dapat diketahui hanya melalui tindakan kita.

Demikian pula dalam hal moral, kita memperluas dan memperdalam penangkapan kita akan nilai- nilai moral melalui proses tindakan moral. Kita memahami kenyataan sikap moral kita tidak dengan suatu intuisi diri murni yang mendahuluinya, yang lepas sama sekali dari tindakan, melainkan hanya melalui tindakan kita sendiri.

2). Peranan Nilai bagi Manusia

(42)

2. Moral

a. Definisi dan Pengertian Moral

Moral dapat ditelusuri dari kata Latin mos (jamak: moris) sebagai akar kata moral yang berarti adat-istiadat, kebiasaan, kelakuan atau cara hidup yang baik. Dalam bahasa Inggris dan banyak bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia (pertama kali dimuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988), kata mores masih dipakai dalam arti yang sama. Jadi, etimologi kata “etika” sama dengan etimologi kata “moral”, karena keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan. Hanya bahasa asalnya berbeda: etika dari bahasa Yunani, moral berasal dari bahasa Latin.

Jadi, moral yaitu nilai- nilai dan norma- norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya (Bertens, 1992, 7). Misal, perbuatan seseorang tidak bermoral. Dengan demikian dimaksudkan bahwa kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Jadi bukan mengenai baik-buruknya begitu saja, misal sebagai

(43)

penilaian moral selalu berbobot. Kita tidak dilihat dari salah satu segi, melainkan sebagai manusia. Apakah seseorang adalah dosen yang baik, warga negara yang taat dan selalu bicara sopan belum mencukupi untuk menentukan apakah dia itu betul-betul seorang manusia yang baik. Barangkali ia seorang yang munafik. Atau ia mencari keuntungan. Apakah kita ini baik atau buruk itulah yang menjadi permasalahan bidang moral. b. Pembagian dari Moral

Moralitas manusia ada empat bagian:

1).Kebebasan manusia sebagai dasar moralitas ( berhubungan dengan tanggungjawab).

2). Kesadaran moral dalam diri yang terungkap dalam suara hati 3). Prinsip moral dasar (teori normatif).

4). Sikap-sikap dasar hati yang perlu dikembangkan agar kepribadian moral semakin kuat.

1). Kebebasan manusia sebagai dasar moralitas

Ada dua arti kata kebebasan, yaitu pertama, kebebasan yang kita terima dari orang lain (kebebasan sosial). Kedua kebebasan dalam arti kemampuan untuk menentukan tindakan kita sendiri (kebebasan eksistensial).

a). Kebebasan Sosial

(44)

dalam hubungan dengan orang lain. Yang mengancam kebebasan kita bukan kekuatan-kekuatan alam yang buta, bukan juga suatu tindakan kebetulan seseorang, melainkan maksud dan kehendak orang lain. Jadi kebebasan sosial adalah keadaan di mana kemungkinan kita untuk bertindak tidak dibatasi dengan sengaja oleh orang lain.

b). Kebebasan Eksistensial

Kebebasan eksistensial adalah kemampuan manusia untuk menentukan dirinya sendiri. Sifatnya positif. Artinya, kebebasan itu tidak menekankan segi bebas dari apa, melainkan bebas untuk apa. Kebebasan itu mendapat wujudnya yang positif dalam tindakan yang disengaja. Tindakan dilakukan dengan maksud dan tujuan tertentu, dengan kesadaran bahwa tergantung pada kitalah apakah kegiatan itu kita lakukan atau tidak. 2). Kesadaran moral dalam diri yang terungkap dalam suara hati

(45)

ketaatan kita terhadap suara hati. Jadi suara hati di sini adalah kesadaranku akan kewajiban dan tanggungjawabku sebagai manusia dalam situasi konkret.

3). Prinsip moral dasar (teori normatif).

Menurut Magnis (1992, 129-139) ada tiga prinsip moral dasar: pertama, Prinsip sikap baik, prinsip ini mendahului dan mendasari semua

(46)

baik, dengan melanggar hak orang. Ketiga, Prinsip hormat terhadap diri sendiri, manusia wajib untuk selalu memperlakukan diri sebagai sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri. Prinsip ini berdasar bahwa manusia adalah person, pusat berpengertian dan berkehendak, yang memiliki kebebasan dan suara hati, makhluk berakal budi. Sebagai manusia tidak pernah boleh dianggap sebagai sarana semata- mata demi suatu tujuan, maka manusia wajib untuk memperlakukan dirinya sendiri dengan hormat. Kita wajib menghormati martabat kita sendiri.

4). Sikap-sikap dasar hati yang perlu dikembangkan agar kepribadian moral semakin kuat.

(47)

harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Yang pertama, bertanggungjawab berarti suatu sikap terhadap tugas yang membebani kita, kita terikat untuk menyelesaikannya demi tugas itu sendiri meskipun orang tidak melihat. Yang kedua, sikap tanggungjawab mengatasi segala etika peraturan. Jadi bukan sekedar boleh atau tidak, tapi terikat pada yang perlu, nilai yang akan dihasilkan. Yang ketiga, Wawasan orang yang bersedia untuk bertanggungjawab secara prinsipil tidak terbatas. Ia bersedia mengerahkan tenaga dan kemampuan, bertanggungjawab di mana diperlukan, bersikap positip, kreatif, kritis dan obyektif. Yang keempat, kesediaan untuk bertanggungjawab termasuk kesediaan untuk diminta, untuk memberikan, pertanggungjawaban atas tindakan-tindakannya, atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya.

Ketiga, kebenaran moral, kebenaran moral berarti kita tak pernah

(48)

permainan yang kita sadari sebagai tidak jujur, korup, atau melanggar keadilan. Benar secara moral berarti kita tidak dapat “dibeli” oleh mayoritas, bahwa kita tidak pernah akan rukun hanya demi kebersamaan kalau kerukunan itu melanggar keadilan, tapi tetap mencari yang hakiki.

Keempat, keberanian moral, sikap mandiri pada hakikatnya

merupakan kemampuan untuk selalu membentuk penilaian sendiri terhadap suatu masalah moral. Maka kemandirian terutama merupakan keutamaan intelektual atau kognitif. Sebagai ketekadan dalam bertindak sikap mandiri ini yang disebut keberanian moral. Keberanian moral menunjukkan diri dalam tekad untuk tetap mempertahankan sikap yang telah diyakini sebagai kewajiban pun pula apabila tidak disetujui atau secara aktif dilawan oleh lingkungan. Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suara hati yang menyatakan diri dalam kesediaan untuk mengambil risiko konflik. Keberanian moral berarti berpihak pada yang lebih lemah melawan yang kuat, yang memperlakukannya dengan tidak adil. Keberanian moral tidak menyesuaikan diri dengan kekuatan-kekuatan yang ada kalau itu berarti mengkompromikan kebenaran dan keadilan.

Kelima, kerendahan hati, kerendahan hati adalah kekuatan batin

(49)

memberikan penilaian moral terbatas. Dengan rendah hati, kita bersedia untuk memperhatikan dan menanggapi setiap pendapat lawan, bahkan seperlunya mengubah pendapat kita sendiri, karena penilaian moral kadang digelapkan pengaruh emosi-emosi dan ketakutan-ketakutan yang ada dalam diri kita. Jadi penilaian kita terbatas, maka tidak memutlakkannya. Orang yang rendah hati tidak merasa diri penting, maka berani untuk mempertaruhkan diri kita sudah meyakini sikapnya sebagai tanggungjawabnya.

Keenam, sosialitas adalah sikap yang perlu dikembangkan manusia

dalam kehidupan bersama dan dijadikan sebagai nilai hidup. Manusia sebagai makhluk sosial perlu mengembangkan kepekaan dan nilai- nilai dalam kehidupan bersama. Nilai adalah suatu sikap yang diyakini dan mengarah kepada kebaikan dalam hidup baik bagi diri sendiri maupun bagi sesama. Manusia tidak dapat hanya memikirkan dan memperhatikan diri sendiri namun juga harus memperhatikan dan menghargai manusia lain. Dalam kerangka hidup bersama inilah perlu dikembangkan sosialitas.

Ketujuh, Kejujuran, dasar setiap usaha untuk menjadi orang kuat

(50)

terpuji, sepi ing pamrih dan rame ing gawe menjadi sarana kelicikan dan penipuan jika tidak berakar dalam kejujuran yang bening. Bersikap jujur terhadap orang lain berarti dua: yang pertama, sikap terbuka, kedua bersikap fair. Bersikap terbuka berarti kita muncul sebagai diri kita sendiri, sesuai dengan keyakinan kita, tidak menyembunyikan wajah kita sebenarnya, tidak menyesuaikan kepribadian dengan harapan orang lain, tidak egois. Terbuka berarti: orang boleh tahu, siapa kita ini. Terhadap orang lain orang jujur bersikap wajar atau fair: memperlakukannya menurut standart-standart yang diharapkannya dipergunakan orang lain terhadap dirinya. Tetapi kita akan dapat jujur pada orang lain apabila kita jujur pada dirinya sendiri. Dengan kata lain, kita berhenti membohongi diri sendiri dengan bersandiwara, berasionalisasi, mengadakan show berlebihan, tidak mengkompensasikan perasaan minder dengan menjadi otoriter dan menindas orang lain.

Kedelapan, nilai demokrasi yang pokok adalah non diskriminatif

(51)

orang menghargai hak orang lain dan tidak melanggar yang menjadi hak asasi orang lain (hak hidup, hak bicara, hak berkelompok, dll.).

Kesembilan, nilai keadilan. Adil pada hakekatnya berarti kita memberikan kepada siapa saja yang me njadi haknya. Karena semua orang sama nilainya sebagai manusia, maka tuntutan paling dasariah keadilan ialah perlakuan yang sama terhadap semua orang, tentunya dalam situasi sama. Jadi prinsip keadilan adalah mengungkapkan kewajiban untuk memberikan perlakuan yang sama terhadap semua orang dalam situasi yang sama dan menghormati hak semua pihak yang bersangkutan. Keadilan secara lebih luas dan konseptual perlu diperkenalkan. Adil bukan sekedar sama saja. Keadilan pada kenyataannya mempunyai sifat multidimensional dan bertujuan untuk perkembangan dan kesejahteraan hidup manusia.

Sepuluh, nilai kehati- hatian adalah suatu sikap yang hati-hati maksudnya memiliki daya ketelitian, kecermatan dan penuh perhitungan dalam menghadapi kesulitan/permasalahan, kemauan keras untuk mencapai sesuatu secara optimal, sungguh-sungguh, dan yakin bahwa segala sesuatu butuh proses dan usaha maksimal. Maka menjalankan tugas membutuhkan ketekunan dan ketelitian dalam waktu yang cukup panjang merupakan wahana untuk mengukurnya.

Sebelas, nilai kepentingan umum di atas kepentingan pribadi

(52)

berjalan selaras. Berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan bersama dan masyarakat, turut menentukan keselarasan hidup bersama, mentaati aturan bersama di atas aturan sendiri, meninggalkan keegoisan/pribadi untuk mencapai dan menciptakan keadaan yang kondusif umum.

Berdasar pengertian di atas, tampak bahwa orang yang bermoral adalah orang yang memiliki sikap batin yang baik dan melakukan perbuatan (tindakan) yang baik pula. Dengan demikian, bicara soal moral berarti usaha mengkaitkan dua dimensi sekaligus, yaitu dimensi batiniah dan lahiriah. Maksudnya, sikap batin – yang seringkali dikaitkan dengan hati – seseorang yang baik baru dapat dilihat oleh orang lain setelah terwujud dalam perbuatan lahiriah yang baik pula. Dengan kata lain, seseorang baru dapat dinilai bermoral secara tepat apabila sikap batin ma upun sikap lahirnya ditinjau secara bersama-sama. Disinilah letak kesulitannya. Mengapa? Karena, manusia hanya dapat menilai sesamanya dari sisi luarnya saja, yaitu dari perbuatan yang dilakukannya; sementara menilai hatinya, manusia hanya bisa menduga-duga saja. (Al. Purwa Hadiwardoyo, 1990, 13-14)

C. Pengajaran Akuntansi pada Sekolah Menengah Kejuruan

1. Pengajaran Akuntansi

a. Pengajaran

(53)

oleh masyarakat. Hal tersebut semakin tampak ketika para orangtua telah mengalihkan peranan dan fungsi pendidikan rumah (keluarga) pada sebuah institusi yang bernama sekolah (Imam Barnadib, 2002, 54). Realitas tersebut

dapat terjadi karena pihak orangtua sudah tidak punya cukup waktu untuk melaksanakan pendidikan rumah secara efisien dan efektif. Misalnya : setiap orangtua dihadapkan pada tuntutan profesiona lisme di pelbagai bidang kehidupan yang digelutinya. Selain itu, pelembagaan pendidikan secara formal melalui institusi sekolah kini kian marak bermunculan (Hendrik Berbybe dalam Sindhunata, 2001, 27). Salah satu bentuk sekolah yang ada di Indonesia adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

b. Definisi Akuntansi

(54)

Dilihat dari sudut pandang pemakai, akuntansi dapat didefinisikan sebagai suatu disiplin yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi (Al. Haryono Yusuf, 2006). Informasi yang dihasilkan akuntansi diperlukan untuk: (1) membuat perencanaan yang efektif, pengawasan dan pengambilan keputusan oleh manajemen, (2) pertanggungjawaban organisasi kepada para investor, kreditur, badan pemerintah dan sebagainya. Komite Accounting Principles Board (APB) dalam Suwarjono (2002) mendefinisikan akuntansi sebagai berikut:

“Accounting is the art of recording, classfying, and summarizing in a significant manner and in terms of money, transaction and events which are, in part at least, of financial character, and interpreting the results there of.”

(55)

“Seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif suatu unit organisasi dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik.”

Ahli yang berbeda mendefinisikan akuntansi dari dua segi, yaitu dari segi informasi yang diberikan dan aktivitas akuntan. Bila ditinjau dari segi informasi yang diberikan, akuntansi dapat didefinisikan sebagai berikut: suatu system keterangan keuangan yang memberikan informasi yang sangat dibutuhkan agar suatu organisasi dapat beroperasi secara efisien dan dapat mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya. Informasi ini penting artinya untuk: (1) perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan yang efektif. (2) Melaporkan akuntabilitas organisasi pada para penanam modal, kreditor, pemerintah, dan pihak –pihak lainnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan sistematika pencatatan, pengklasifikasian, peringkasan, pelaporan dan interpretasi transaksi keuangan untuk kepentingan perorangan, pengusaha, pemerintah, maupun anggota masyarakat lainnya.

(56)

c. Pengajaran Akuntansi

Proses pengajaran akuntansi dilakukan melalui pendekatan belajar tuntas karena mata pelajaran Akuntansi:

1) Merupakan suatu siklus sehingga ketrampilan yang satu berkaitan dengan ketrampilan yang lain

2) Lebih mengutamakan target pencapaian melalui pelatihan yang dialami langsung siswa

Sehubungan dengan nilai moral yang mendapat tekanan dalam pengajaran akuntansi berkaitan dengan konsep-konsep akuntansi. Konsep dasar merupakan karakteristik yang dianggap mempengaruhi atau membentuk perilaku dalam lingkungan. Konsep dasar akuntansi merupakan landasan konseptual untuk menjelaskan atau menjadi acuan perlakuan akuntansi dalam mencapai tujuan pelaporan keuangan.

Konsep-konsep dasar akuntansi dikemukakan Suwardjono (1989:49-73) meliputi:

1) Konsep kesatuan usaha

Konsep ini menyatakan bahwa dalam akuntansi, perusahaan dipandamg sebagai usaha kesatuan usaha atau badan usaha yang berdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri, dan terpisah dari pemilik dan pihak lain yang menanamkan dana dalam perusahaan.

2) Konsep kontinuitas usaha

(57)

dilikuidasi maka dianggap perusahaan akan berlangsung terus sampai waktu yang tidak terbatas.

3) Konsep kos sebagai bahan olah akuntansi

Konsep ini menyatakan bahwa bahan olahan akuntansi adalah kos yang merupakan jumlah rupiah kesepakatan dalam transaksi pertukaran.

4) Konsep kos berdaya erat

Konsep ini menyatakan bahwa kos (sebagai bahan olah akuntansi) bersifat mudah bergerak dan dapat dipecah-pecah atau digabungkan kembali seakan-akan kos tersebut mempunyai daya saling mengikat antara satu dengan yang lainnya.

5) Konsep upaya dan hasil

Konsep ini menyatakan bahwa kos merupakan pengukur upaya dan pendapatan merupakan pengukur hasil.

6) Konsep bukti berdaya uji dan obyektif

Setiap transaksi keuangan harus didukung oleh bukti transaksi yang kuat dan sah. Laporan keuangan akan mempunyai tingkat manfaat dan tingkat keandalan yang cukup tinggi apabila data keuangan di dalamnya didukung oleh bukti-bukti yang obyektif dapat diuji kebenarannya.

Sedangkan menurut Belkaoui (2000: 178-189) prinsip-prinsip akuntansi meliputi:

a). Prinsip Kos

(58)

pemerolehan semua barang dan jasa, expenses, kos dan ekuitas. Kos menunjukkan harga pertukaran atau imbalan moneter yang diberikan untuk memperoleh barang dan jasa.

b). Prinsip Revenue

Revenue berasal dari penjualan barang atau pemberian jasa dan diukur dengan beban yang ditanggung pelanggan, klien, atau penyewa barang dan jasa yang disediakan untuk mereka.

c). Prinsip Penandingan

Prinsip Penandingan menyatakan bahwa expense harus diakui pada periode yang sama dengan revenue, yaitu dalam periode tertentu sesua i dengan prinsip revenue, dan expenses yang terkait kemudian diakui. d). Prinsip Obyektivitas

Pengukuran obyektivitas merupakan ukuran yang tidak bersifat personal, dalam pengertian bebas dari bias personal pengukurannya. Obyektivitas merujuk pada realitas eksternal yang independen dari orang yang menerimanya.

e). Prinsip Konsistensi

(59)

f). Prinsip Pengungkapan penuh

Pengungkapan data akuntansi meliputi penuh (full), wajar (fair) dan cukup (adequate). Pengungkapan penuh mensyaratkan bahwa laporan keuangan didesain dan dibuat untuk menggambarkan secara akurat peristiwa ekonomi yang telah mempengaruhi perusahaan untuk suatu periode dan memuat informasi yang memadai untuk membuat laporan berguna dan tidak menyesatkan bagi rata-rata investor.

g). Prinsip Konservatisme

Prinsip konservatisme merupakan prinsip pengecualian atau modifikasi dalam arti bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan untuk penyajian data akuntansi yang relevan dan reliable. Prinsip ini menunjukkan bahwa lebih disukai melaporkan nilai terendah untuk asset dan revenue dan nilai tertinggi untuk utang dan expenses.

h). Prinsip Materialitas

Prinsip ini menyatakan bahwa transaksi dan peristiwa yang tidak memiliki dampak ekonomi signifikan dapat diatasi dengan cara yang paling tepat, apakah transaksi dan peristiwa tersebut sesuai dengan prinsip berterima umum atau tidak dan perlu diungkapkan.

Adapun makna dari konsep dan prinsip nilai moral di atas dalam pengajaran akuntansi dapat diimplementasikan sebagai berikut:

a) Konsep Kesatuan Usaha

(60)

mempertanggungjawabkan hidup ini/ modal kepadaNya dengan cara berdoa, berbakti padaNya dengan sepenuh hati, pikiran, waktu, dan hormat pada ciptaan lain yaitu orang tua dan sesama kita.

b) Konsep Kontinuitas Usaha

Konsep ini mengandung nilai kerendahan hati. Kita tidak tahu kehidupan itu berakhir, yang pasti adalah hidup ada batasnya. Maka demi kehidupan kita wajib hidup yang baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

c) Konsep Kos sebagai Bahan olah Akuntansi

Konsep ini mengandung nilai demokrasi. Nilai yang membentuk sikap tidak diskriminatif dalam kehidupan bersama. Setiap orang mendapat perlakuan dan penghargaan yang sama tanpa pembedaan dalam suatu keputusan. Jadi keputusan yang benar mengandung arti sepakat antara yang satu dengan yang lain.

d) Konsep Kos Berdaya Erat

Konsep ini mengandung nilai sosialitas. Sosialitas adalah keadaan yang membuat manusia untuk menjadi berkembang satu dengan yang lain dalam hidup bersama dalam mencapai tujuan hidup bersama. Jadi manusia disamping unik, pribadi juga sosial dalam arti tidak bisa melulu hidup sendiri tapi membutuhkan orang lain.

e) Konsep Bukti Berdaya Uji dan Obyektif

(61)

membedakan kita dengan ciptaan lain adalah akal budi, yang bisa membedakan mana yang benar dan yang salah salah. Sehingga manusia diharapkan mampu mengusahakan hal yang benar dan itu dapat diketahui dengan bukti obyektif, bukan subyektif.

f) Prinsip Revenue

Prinsip ini mengandung nilai keberanian. Keberanian merupakan sikap mandiri yang terungkap dalam tindakan nyata yang beresiko. Dalam hal ini setiap orang yang ingin mendapatkan sesuatu, harus mengadakan tindakan dan setiap tindakan pasti mengandung resiko/ konsekuensi. g) Prinsip Penandingan

Prinsip ini mengandung nilai keadilan. Secara sederhana pelaksanaan kewajiban dan penerimaan hak merupakan bagian dari keadilan yang nyata dalam kehidupan yang paling dasar, yaitu perlakuan yang sama terhadap semua orang dalam situasi yang sama.

h) Prinsip Obyektivitas

(62)

i) Prinsip Konsistensi

Konsep ini mengandung nilai tanggungjawab. Dalam hidup kita selalu dihadapkan 2 alternatif, kalau tidak hitam-putih, terang-gelap, siang-malam, dsb. Dan kita wajib mengadakan pilihan hanya satu , lainnya dikorbankan demi pertanggungjawaban kita pada hidup kita pada Tuhan, diri sendiri dan sesama.

j) Prinsip Konservatisme

Prinsip ini mengandung nilai kehati- hatian. Kita sebagai makhluk sosial dalam keseharian harus mengambil keputusan. Keputusan yang benar dan baik tidak lepas dari sikap hati-hati dan sikap ini perlu perhitungan, karena segala keputusan mengandung resiko dan tanggungjawab. Kehati- hatian merupakan bagian penting untuk pengembangan dan pertahanan hidup, sehingga selalu mengusahakan yang terbaik penuh tanggungjawab dengan batasan yang ada.

k) Prinsip Materialitas

(63)

2. Sekolah Menengah Kejuruan

Sekolah Menengah Kejuruan merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu, kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, melihat peluang kerja dan mengembangkan diri di kemudian hari.

(64)

pada SMK program keahlian akuntansi. Jika diperhatikan dari struktur kurikulum SMK, mata diklat normatif memiliki 960 jam pelajaran, mata diklat adaptif diajarkan sebanyak 1460 jam pelajaran, serta mata diklat produktif diajarkan sebanyak 2470 jam pelajaran.

Untuk mencapai tujuan pendidikan pada SMK program keahlian akuntansi, yaitu menghasilkan lulusan yang mampu bekerja sebagai tenaga terampil tingkat menengah di bidang pembukuan perusahaan, maka penyelenggaraan pendidikan yang mencakup akuntansi perusahaan jasa, akuntansi perusahaan dagang, dan akuntansi perusahaan manufaktur. Sistem pembelajaran teoritis dan praktek di kelas dan praktek kerja lapangan dengan terjun di dunia usaha dan dunia industri.

(65)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif dan dikategorikan sebagai metode penelitian survei. Menurut Furchan (1982: 415):

Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan. Penelitian diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi pada waktu penyelidikan itu dilakukan. Dalam penelitian deskriptif, tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan seperti yang dapat ditemui dalam penelitian eksperimen. Tujuan penelitian ini adalah untuk melukiskan variabel atau kondisi “apa yang ada” dalam suatu situasi atau hanya terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya sehingga hanya sekedar mengungkapkan fakta.

Jenis penelitian deskriptif yang digunakan peneliti adalah studi kasus, yaitu jenis penelitian tentang subyek tertentu di mana subyek tersebut terbatas maka kesimpulan yang diperoleh hanya terbatas pada subyek yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian : SMK Sanjaya Sleman 2. Waktu Penelitian : Bulan Mei 2008

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek penelitian

(66)

2. Obyek penelitian

Persepsi Siswa terhadap Kandungan nilai moral dalam pengajaran akuntansi.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini sebagai populasi adalah siswa-siswi Akuntansi kelas X AK, XI AK, XII AK Sanjaya Sanjaya tahun ajaran 2007-2008, yang keseluruhannya berjumlah 116 siswa. Saat penelitian diadakan responden yang mengikuti 110 orang karena 6 siswa tidak masuk sekolah. Perincian jumlah siswa menurut kelas disajikan dalam tabel 3.1.

Tabel 3. 1

Rincian Siswa Kelas Akuntansi SMK Sanjaya Sleman

Tahun Ajaran 2007/2008

Kelas Jumlah siswa

X AK 53

XI AK 26

XII AK 37

Jumlah 116

(67)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah kuesioner yang mengungkap persepsi siswa terhadap kandungan nilai moral dalam pengajaran akuntansi. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup, yaitu kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban sehingga responden tinggal memilih dari alternatif yang ada (Arikunto, 1998: 140-141). Kuesioner ini terdiri dari dua bagian, yaitu: (1) bagian pengantar, identitas, dan petunjuk pengisian, dan (2) isi kuesioner itu sendiri. Alasan penelitian menggunakan kuesioner lebih efisien dari segi waktu dan pendanaan, serta lebih praktis dari segi pelaksanaanya dibanding dengan metode pengumpulan data lainnya.

(68)

Tabel 3. 2

Kisi-kisi Kuesioner Kandungan Nilai Moral

Pernyataan Jumlah

No. Indikator Positip Negatif Item

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Konsep Kesatuan Usaha Konsep Kontinuitas Usaha Konsep Kos sebagai Bahan Olah Akuntansi

Konsep Kos Berdaya Erat Konsep Bukti Berdaya Uji dan Obyektif Prinsip Revenue Prinsip Penandingan Prinsip Obyektivitas Prinsip Konsistensi Prinsip Konservatisme Prinsip Materialitas

1, 2, 3 4, 5 7, 8 10, 11 13, 14 16, 17 19, 20 22, 23 25, 26 28, 29 31, 32 0 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Jumlah

33

(69)

dilakukan melalui angket/ kuesioner dengan skala Likert, dijabarkan menjadi indikator variabel kemudian dijadikan sebagai titik tolak penyusunan angket, berbentuk pernyataan. Jawaban setiap instrumen ini, memiliki gradasi dari tertinggi (sangat positif) sampai pada terendah (sangat negatif), yang jika dinyatakan dengan kata-kata berupa: Sangat sering, Sering, Jarang, Tidak Pernah. Untuk keperluan analis secara kuantitatif, maka jawaban tersebut diberi skor:

Pernyataan Positif: Pernyataan Negatif:

* Sangat Sering dengan skor 4 Tidak Pernah dengan skor 4 * Sering dengan skor 3 Jarang dengan skor 3 * Jarang dengan skor 2 Sering dengan skor 2

* Tidak Pernah dengan skor 1 Sangat Sering dengan skor 1

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Peneliti membuat angket yang berisi daftar pertanyaan yang digunakan untuk mengungkap data tentang persepsi terhadap kandungan nilai moral dalam pengajaran akuntansi.

G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

1. Pengujian Validitas

(70)

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid, apabila mampu menunjukkan apa yang diinginkan (Arikunto, 2002: 145). Menurut Arikunto (2002: 146) untuk menguji validitas setiap butir kuesioner dalam penelitian digunakan teknik korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

Xi = Skor butir pernyataan ke- i (i=1,2,3)

XTOT = Skor Total

n = Jumlah responden

Untuk mengetahui apakah instrumen penelitian tersebut valid atau tidak, maka ketentuannya sebagai berikut:

§ Jika r hitung > dengan taraf keyakinan 95 % maka instrumen penelitian dikatakan valid.

§ Jika r hitung < dengan taraf keyakinan 95 % maka instrumen penelitian dikatakan tidak valid.

Adapun syarat suatu instrument penelitian adalah harus dapat diukur derajat ketepatan tentang isi atau arti sebenarnya dari apa yang diukur (validitas) dan taraf kepercayaan yang ditujukan oleh instrument (reliabilitas).

Perhitungan taraf validitas dilakukan dengan memberi skor pada setiap butir dan mentabulasi data uji coba. Selanjutnya proses perhitungan dilakukan dengan komputer program SPSS (Statistical Program for Social

2 2 2 2 ) ( )

( i TOT TOT

(71)

Science) versi 13,0 for Windows, yang merupakan program olah data statistik.

Pengujian terhadap validitas butir ini dilakukan dengan menggunakan Uji Korelasi Produk Moment Pearson. Untuk menguji apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak, maka hasil uji r hitung dapat dibandingkan dengan r tabel dengan taraf signifikansi.

Adapun taraf signifikan yang digunakan yaitu: 95% dengan N = 92. Dari hasil perhitungan dk = n – 2 dan a = 0,05 (dk = 92 – 2 = 90, a = 0,05) diperoleh

r

tabel sebesar 0,207 (lampiran VIII hal. 184). Pernyataan

dinyatakan valid atau korelasinya signifikans jika

r

hitung

> r

tabel(0,207),

sebaliknya pernyataan dinyatakan tidak valid jika

r

hitung

< r

tabel(0,207).

Berdasarkan uji tingkat validitas pada variabel persepsi siswa terhadap kandungan nilai moral pada pengajaran akuntansi dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini:

Tabel 3. 3

Hasil Uji Validitas Kandungan Nilai Moral

No. Butir

r

hitung

r

tabel Kesimpulan

1 0,449 0,207 valid

2 0,235 0,207 valid

3 0,512 0,207 valid

4 0,368 0,207 valid

5 0,333 0,207 valid

6 0,232 0,207 valid

7 0,454 0,207 valid

8 0,412 0,207 valid

9 0,314 0,207 valid

10 0,526 0,207 valid

11 0,382 0,207 valid

(72)

13 0,275 0,207 valid

14 0,218 0,207 valid

15 0,241 0,207 valid

16 0,221 0,207 valid

17 0,436 0,207 valid

18 0,400 0,207 valid

19 0,443 0,207 valid

20 0,601 0,207 valid

21 0,212 0,207 valid

22 0,443 0,207 valid

23 0,538 0,207 valid

24 0,350 0,207 valid

25 0,501 0,207 valid

26 0,431 0,207 valid

27 0,233 0,207 valid

28 0,461 0,207 valid

29 0,473 0,207 valid

30 0,361 0,207 valid

31 0,251 0,207 valid

32 0,282 0,207 valid

33 0,222 0,207 valid

Sumber: Data primer diolah Juni 2008

Hasil uji validitas dari tabel tersebut di atas, menunjukkan bahwa dari 33 (tiga puluh tiga) butir yang digunakan dalam instrument penelitia n dinyatakan valid karena

r

hitung

> r

tabel (0,207).

2. Pengujian Reliabilitas

(73)

a. Teknik Pengujian Reliabilitas

Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut koefisien reliabilitas atau

r

tt

.

Koefisien reliabilitas dinyatakan

dalam suatu bilangan koefisien antara -1,00 sampai dengan 1,00. Metode yang digunakan untuk menentukan taraf reliabilitas alat yang digunakan adalah Cronbach’s Alpha. Cronbach’s Alpha merupakan teknik pengujian reliabilitas suatu test atau angket yang paling sering digunakan oleh karena dapat digunakan pada test-test atau angket-angket yang jawaban atau tanggapannya berupa pilihan. (Kountour, 2003:158). Cronbach’s Alpha diperoleh melalui rumus sebagai berikut:

Dimana:

a = Cronbach’s Alpha N = banyaknya pertanyaan = variance dari pertanyaan = variance dari skor

Sedangkan rumus yang digunakan untuk menghitung varian adalah:

Dimana:

n = jumlah responden

x = nilai skor yang dipilih (total nilai dari nilai- nilai butir pernyataan





Σ

=

1

22
(74)

Bila hasil a hitung yang dicapai > a tabel, maka koefisien sebagai alat pengukur dalam penelitian memenuhi syarat reliabilitas. Tetapi bila hasil a hitung yang dicapai < a tabel, maka koefisien sebagai alat pengukur dalam penelitian tidak memenuhi syarat reliabilitas.

b. Hasil Uji Reliabilitas

Reliabitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,600 (Nugroho, 2005:72). Perhitungan taraf reliabilitas dilakukan dengan memberi skor pada setiap butir dan mentabulasi data uji coba. Selanjutnya proses perhitungan dilakukan dengan komputer program SPSS (Statistical Program for Social Science) versi 13,0 for Windows, yang merupakan program olah data statistik. Hasil pengujian reliabilitas disajikan dalam tabel 3.4 dibawah ini:

Tabel 3. 4

Nilai Cronbach’s Alpha Kandungan Nilai Moral Variabel Cronbach’s Alpha

Kandungan Nilai Moral

Gambar

Tabel  3. 1
tabel  3.3  di bawah ini:
tabel 3.4 dibawah ini:
Tabel  3. 5
+7

Referensi

Dokumen terkait