• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Organisasi Dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan Pada Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Kasus Pada Gapoktan Di Kabupaten Subang Dan Bogor Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi Organisasi Dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan Pada Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Kasus Pada Gapoktan Di Kabupaten Subang Dan Bogor Jawa Barat)"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM PENGEMBANGAN KINERJA

PENGURUS GAPOKTAN PADA PROGRAM PENGUATAN

LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT

(Kasus pada Gapoktan di Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor)

DENNY ESWANT KOSASIH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan pada Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Kasus pada Gapoktan di Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Denny Eswant Kosasih

(3)

RINGKASAN

DENNY ESWANT KOSASIH. Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan pada Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Kasus pada Gapoktan di Kabupaten Subang dan Bogor Jawa Barat) dibimbing oleh SARWITITI SARWOPRASODJO dan DJOKO SUSANTO

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai lembaga ekonomi petani terdiri dari beberapa kelompok tani yang memiliki berbagai karakteristik tertentu, sehingga komunikasi organisasi yang efektif sangat diperlukan. Terciptanya komunikasi organisasi yang baik, diharapkan iklim komunikasi Gapoktan akan lebih baik dan kepuasan komunikasi pengurus akan terpenuhi, sehingga Gapoktan lebih berdaya saing dan berkinerja tinggi.

Tujuan penelitian ini untuk (1) mendeskripsikan karakteristik pengurus Gapoktan, (2) menganalisis iklim komunikasi Gapoktan, (3) menganalisis kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan, (4) menganalisis hubungan antara komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan dengan iklim komunikasi dan hubungan iklim komunikasi organisasi dengan kepuasan komunikasi.

Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei. Sumber informasi penelitian ini adalah 4 pengurus Gapoktan (sekretaris, bendahara, ketua unit distribusi pangan, dan ketua unit cadangan pangan) di masing-masing Gapoktan (13 Gapoktan yakni 9 Gapoktan di Kabupaten Subang dan 4 Gapoktan di Kabupaten Bogor). Proses penarikan sampel diambil dengan cara sensus. Data dianalisis menggunakan uji korelasi rank Spearman.

Hasil yang diperoleh dari uji korelasi adalah (1) Sebagian besar Gapoktan memiliki Iklim komunikasi yang baik. Secara umum semua peubah iklim komunikasi organisasi Gapoktan yang meliputi kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan komunikasi ke bawah, mendengar dalam komunikasi ke atas dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi memiliki kategori tinggi, (2) Semakin tinggi pengalaman organisasi pengurus Gapoktan cenderung keterbukaan komunikasi ke bawah pengurus Gapoktan semakin tinggi, (3) Semakin baik dan beragam format pertemuan yang terjadi pada Gapoktan maka semakin tinggi perhatian pada tujuan berkinerja tinggi dan semakin tinggi pula kepercayaannya. Semakin jelas dan mudah dipahami materi yang disampaikan pada saat pertemuan maka semakin semakin tinggi perhatian pada tujuan berkinerja tinggi dan semakin tinggi pula kepercayaannya. Semakin sering komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan dilakukan maka akan semakin baik iklim komunikasi, (4) Semakin baik iklim komunikasi organisasi Gapoktan maka cenderung tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan semakin baik. Sebagian besar tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan tergolong tinggi.

(4)

SUMMARY

DENNY ESWANT KOSASIH. Organizational Communication in Performance

Development of Gapoktan’s Committee Members in Program of Strengthening

Community Food Distribution Social Organization (Case in District of Subang and Bogor). Supervisied by SARWITITI SARWOPRASODJO and DJOKO SUSANTO

Gapoktan, stands for gabungan kelompok tani, farmers group union, is a

farmer economical institution, consists of several farmer’s group have specific

characteristics, that an effective organizational communication is needed. The creation of good organizational communication, communication climate Gapoktan expected to be better communication and communication satisfaction of

Gapoktan’s committee members will be met, so Gapoktan more competitive and high performance.

The objective of study are: (1) to identify the characteristic of the

Gapoktan’s committee members, (2) to analyze the communication climate, (3) to

analyze the communication satisfaction, (4) to analyze the relationship between oganizational communication of performance development of the Gapoktan’s committee members and communication climate; and correlationship between communication climate and communication satisfaction.

The study was designed as a research survey. Resources of this research are four the Gapoktan’s committee members (secretary, treasurer, chairman of the food distribution unit, and chairman of the food reserves unit) in each Gapoktan (13 Gapoktan i.e. in distric of Subang (9 Gapoktan) and district of Bogor (4 Gapoktan)). The process of sampling collected by census sampling method. Spearman Rank Correlation has been used to analyze relationship.

The results showed that: (1) most Gapoktan have good communication climate . In general all climate variables Gapoktan organizational communication that includes trust, joint decision making, honesty, openness of communication down, hear the upward communication and attention to high performance objectives have high category, (2) the higher the organizational experience Gapoktan tend openness of communication down Gapoktan higher, (3) The better and diverse formats Gapoktan meeting that occurs in the higher attention to the goals of high performance and the higher the confidence . The more clear and easy to understand the material presented at the meeting , the more the higher the attention on high performance goals and the higher the confidence. The more frequent communication organizations in the development of performance Gapoktan done, the better the communication climate, (4) the better the communication climate Gapoktan then tends to level organizational communication satisfaction Gapoktan the better. Most Gapoktan communication satisfaction level is high.

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(6)
(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM PENGEMBANGAN KINERJA

PENGURUS GAPOKTAN PADA PROGRAM PENGUATAN

LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT

(Kasus pada Gapoktan di Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor)

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)

ii

(9)

iii

Judul Tesis : Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan pada Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Kasus pada Gapoktan Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor)

Nama : Denny Eswant Kosasih NIM : I352120201

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS Ketua

Prof (Ris) Dr Djoko Susanto, SKM Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Dr Ir Djuara P Lubis, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, M.Sc, Agr

(10)

iv

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni sampai Juli 2014 ialah Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan pada Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Kasus pada Gapoktan Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS dan Bapak Prof (Ris) Dr Djoko Susanto, SKM selaku pembimbing, serta Dr Ir Dwi Sadono, M.Si yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014

(11)

v

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

2 TINJAUAN PUSTAKA 7

Program Penguatan-LDPM 7

Karakteristik Pengurus Gapoktan 12

Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus

Gapoktan 12

Iklim Komunikas Organisasi Gapoktan 17

Kepuasan Komunikasi Pengurus Gapoktan 19

State of the Art Hasil Penelitian 21

Kerangka Pemikiran 23

Hipotesis 25

3 METODE 26

Desain Penelitian 26

Waktu dan Tempat Penelitian 26

Populasi dan Sampel Penelitian 26

Data dan Instrumentasi 27

Definisi Operasional 27

Validasi dan Reliabilitas Instrumen 30

Pengumpulan dan Analisis Data 31

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 32

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 32

Gambaran Umum Realisasi Program Penguatan-LDPM 34

Deskripsi Karakteristik Pengurus Gapoktan 44

Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus

Gapoktan 45

Iklim Komunikasi Organisasi Gapoktan 46

Tingkat Kepuasan Komunikasi Pengurus Gapoktan 49 Hubungan Karakteristik Pengurus Gapoktan dengan Iklim Komunikasi

Organisasi Gapoktan 52

Hubungan Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja

(12)

vi

Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi Gapoktan dengan Tingkat

Kepuasan Komunikasi Pengurus Gapoktan 54

5 SIMPULAN DAN SARAN 56

Simpulan 56

Saran 57

DAFTAR PUSTAKA 58

LAMPIRAN 61

RIWAYAT HIDUP 63

DAFTAR TABEL

1 Koefisien Alpha Cronbach 31

2 Koefisien Alpha Cronbach hasil uji coba kuesioner 31 3 Nilai maksimum, nilai minimum dan rataan format pertemuan

Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014 45 4 Nilai maksimum, nilai minimum dan rataan materi dan frekuensi

pertemuan Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang

tahun 2014 46

5 Nilai maksimum, nilai minimum dan rataan iklim komunikasi organisasi Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014 47 6 Nilai maksimum, nilai minimum dan rataan tingkat kepuasan

komunikasi pengurus Gapoktan di Kabupaten Bogor dan

Kabupaten Subang tahun 2014 49 7 Nilai korelasi karakteristik pengurus gapoktan dengan iklim

komunikasi organisasi Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014 52 8 Nilai korelasi komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja

pengurus dengan iklim komunikasi organisasi Gapoktan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Subang tahun 2014 53 9 Nilai korelasi iklim komunikasi organisasi Gapoktan dengan tingkat

kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan di Kabupaten Bogor dan

(13)

vii

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir program Penguatan-LDPM 8

2 Tahapan pelaksanaan program Penguatan-LDPM 9 3 Kerangka pemikiran komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan pada program Penguatan-LDPM 23

DAFTAR LAMPIRAN

(14)
(15)

1

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan nasional. Tiga alasan utama yang melandasi pentingnya ketahanan pangan yaitu: (i) akses atas pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, beragam dan bergizi bagi setiap orang merupakan salah satu pemenuhan hak azasi manusia; (ii) konsumsi pangan dan gizi yang cukup merupakan basis bagi pembentukan sumberdayamanusia untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif; serta (iii) ketahanan pangan merupakan basis bagi ketahanan ekonomi, bahkan bagi ketahanan nasional suatu negara yang berdaulat. Ketahanan pangan nasional salah satunya dicirikan dengan ketersediaan pangan yang cukup secara makro (BKP 2014).

Indonesia sebagai wilayah sentra produksi pertanian yang sangat luas, khususnya padi dan jagung, tersebar pada topografi beragam, sementara Gapoktan yang berada di wilayah tersebut memiliki keterbatasan sarana prasarana (produksi, pengolahan, penyimpanan), kepemilikan sarana yang sangat bervariasi, waktu panen yang tidak bersamaan pada beberapa wilayah, dan iklim yang kurang mendukung pada saat tanam maupun panen raya. Dengan kondisi tersebut, petani, kelompoktani maupun Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) selalu dihadapkan pada berbagai masalah antara lain: 1) keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan, pendistribusian/pemasaran setelah panen; 2) rendahnya posisi tawar petani pada saat panen raya yang bersamaan dengan datangnya hujan, dan 3) keterbatasan akses pangan (beras) untuk dikonsumsi saat mereka menghadapi paceklik karena tidak memiliki cadangan pangan yang cukup. Dampak dari ketidakberdayaan petani, Poktan dan/atau Gapoktan tersebut yang tidak dapat melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan dan pendistribusian/pemasaran hasil produksinya, maka dapat mempengaruhi: 1) ketidakstabilan harga untuk komoditas gabah/beras dan jagung di wilayah sentra produksi pada saat terjadi panen raya, dan 2) kekurangan pangan (beras) pada saat musim paceklik ataupun gagal panen (BKP 2014).

Gapoktan sebagai wadah atau gabungan dari Poktan dan petani di wilayahnya harus mampu mengatasi kelangkaan akses pangan pada saat anggotanya menghadapi gagal panen ataupun paceklik melalui pembangunan cadangan pangan. Hal ini sejalan dengan UU No. 18 tahun 2012 tentang Pangan (Pasal 23) yang menjelaskan bahwa dalam mewujudkan Kedaulatan, Kemandirian dan Ketahanan Pangan, Pemerintah menetapkan Cadangan Pangan Nasional, yang mana Cadangan Pangan Nasional terdiri dari Cadangan Pangan Pemerintah, Cadangan Pangan Pemerintah Daerah, dan Cadangan Pangan Masyarakat. Selanjutnya pada pasal 33 dijelaskan bahwa masyarakat mempunyai hak dan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan Cadangan Pangan Masyarakat. Sementara itu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memfasilitasi pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat sesuai kearifan lokal (BKP 2014).

(16)

2

panen raya dan masalah aksesibilitas pangan, Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan, sejak Tahun 2009 telah melaksanakan kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM). Melalui kegiatan Penguatan-LDPM, Pemerintah menyalurkan dana bantuan sosial (bansos) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan mekanisme disalurkan langsung kepada rekening Gapoktan, diharapkan Gapoktan sebagai organisasi sosial yang ada di pedesaan agar mampu dan berdaya dalam melakukan aktivitas pendistribusian pangan, serta penyediaan cadangan pangan. Melalui fasilitas penguatan modal usaha, diharapkan Gapoktan bersama-sama dengan anggotanya mampu secara swadaya melakukan aktifitas antara lain membangun sarana untuk penyimpanan, mengembangkan usaha di bidang pemasaran pangan dan menyediakan pangan minimal bagi kebutuhan anggotanya.

Penentuan jumlah Gapoktan kepada masing-masing provinsi ditetapkan oleh tim pusat. Penetapan Gapoktan sesuai dengan kriteria ditentukan oleh tim pembina provinsi di masing-masing provinsi. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penerima dana Bansos Penguatan-LDPM sejak tahun 2009 sampai 2013 telah memperoleh alokasi jumlah Gapoktan sebanyak 138 Gapoktan. Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor merupakan penerima dana bansos untuk kegiatan Penguatan-LDPM tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 Kabupaten Subang memperoleh alokasi dana bansos untuk 9 Gapoktan dan Kabupaten Bogor untuk 4 Gapoktan, untuk Gapoktan penumbuhan tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 telah memasuki tahap pasca kemandirian, sedangkan Gapoktan penumbuhan tahun 2012 memasuki tahap kemandirian.

Meskipun dalam pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM telah ditetapkan konsep dan langkah operasional untuk mewujudkan Gapoktan yang mandiri pada tahun ke-3, namun dalam kenyataannya kematangan dan kesiapan Gapoktan pada tahap mandiri dan pasca mandiri untuk menjadi organisasi yang mandiri dan berkelanjutan dalam menjalankan perannya sebagai lembaga distribusi pangan masyarakat yang mampu untuk berperan dalam menjaga stabilitas harga pangan pokok di tingkat petani sangat berbeda antar Gapoktan dan masih mengalami permasalahan. Permasalahan yang dijumpai di lapangan di antaranya: (1) pemanfaatan dana bansos masih ada yang tidak sesuai dengan rencana usaha Gapoktan; (2) Gapoktan kesulitan memiliki jaringan pemasaran yang baik; (3) laporan Gapoktan tidak dibuat dan disampaikan secara periodik; (4) pembukuan dan administrasi dalam pengelolaan LDPM yang belum sesuai Modul/Pedoman yang telah ditentukan dan (5) Pendamping belum optimal dalam melakukan pendampingan dan pembinaan Gapoktan (BKPD 2013).

(17)

3 menjadi salah satu pengaruh paling penting dalam pengembangan kinerja pengurus organisasi, karena iklim komunikasi mempengaruhi usaha organisasi. Iklim komunikasi organisasi adalah gabungan dari persepsi-persepsi, suatu evaluasi makro mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon karyawan terhadap karyawan lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antarpersonal dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut (Pace & Faules 2010).

Keberadaan iklim komunikasi organisasi juga dapat mempengaruhi cara hidup anggotanya, kepada siapa berbicara, siapa yang disukai, bagaimana perasaannya, bagaimana kegiatan kerjanya, bagaimana perkembangannya, apa yang ingin dicapainya, dan bagaimana cara menyesuaikan diri dengan organisasi. Bahkan menurut Redding iklim komunikasi organisasi jauh lebih penting dari pada ketrampilan semata–mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif (Pace & Faules 2010). Hasil penelitian Ratundo dan Sackett (dalam Pace & Faules 2010), kinerja merupakan semua tindakan atau perilaku yang dikontrol oleh individu dan memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan dari organisasi. Karena itulah, komunikasi dalam organisasi perlu ditingkatkan agar kinerja pengurus/karyawan pun meningkat. Pada akhirnya, tujuan-tujuan organisasi dapat tercapai.

Dalam upaya mencapai pengembangan kinerja pengurus Gapoktan yang baik, maka tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan merupakan faktor yang sangat penting, karena tingkat kepuasan komunikasi merupakan hasil dari sejumlah proses yang bersifat internal dan eksternal bagi pengurus Gapoktan yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dalam hal melaksanakan kegiatan usaha Gapoktan. Dengan perkatan lain, tingkat kepuasan komunikasi merupakan salah satu faktor determinan bagi kinerja pengurus Gapoktan, yang mana tingkat kepuasan komunikasi berfungsi sebagai kekuatan potensial yang ada dalam diri seseorang yang dapat dikembangkan sendiri atau oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar pada imbalan non material yang dapat mempengaruhi kinerjanya. Pengurus Gapoktan akan mengeluarkan segala kemampuan dan energinya dalam rangka memenuhi tujuan Gapoktan dengan cara mengembangkan kinerjanya sejauh pengurus Gapoktan mendapatkan kepuasan batiniah yang diidamkannya. Pemikiran seperti ini dapat digunakan untuk menerangkan perbedaan-perbedaan dalam intensitas perilaku, yang mana perilaku-perilaku yang lebih intens dianggap sebagai hasil dari tingkat kepuasan komunikasi yang lebih intensif pula. Secara keseluruhan, kepuasan komunikasi berhubungan dengan pengalaman berkomunikasi seseorang di dalam organisasi.

(18)

4

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian yang mengkaji mengenai hubungan karakteristik pengurus Gapoktan dan komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan dengan iklim komunikasi dan hubungan iklim komunikasi dengan tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan pada pelaksanaan Penguatan-LDPM.

Perumusan Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial hidup tidak lepas dari kehidupan berkelompok atau berorganisasi, sehingga manusia cenderung melaksanakan semua aktivitas komunikasi yang berkaitan dengan hidupnya sepanjang itu menguntungkan dirinya. Dewasa ini, dalam proses pembangunan banyak menggunakan kelompok sebagai media untuk mencapai tujuan pembangunan. Banyak faktor yang menyebabkan kita termotivasi untuk masuk ke dalam organisasi tertentu. Biasanya organisasi terbentuk atas dasar kesamaan tertentu, khususnya kebutuhan akan keamanan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.

Program Penguatan-LDPM dilaksanakan melalui pendekatan pemberdayaan Gapoktan. Gapoktan dibina dan dibimbing agar melalui unit usaha yang dikelolanya mampu mengatasi permasalahan petani anggotanya, khususnya masalah ketidakmampuan anggotanya dalam mengakses pangan di saat paceklik, masalah harga pangan yang jatuh saat panen raya, dan masalah pembiayaan/modal usaha. Melalui upaya pemberdayaan, diharapkan Gapoktan sebagai organisasi petani di pedesaan dapat tumbuh dan berkembang menjadi prime mover dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani (BKP 2014).

Terciptanya aktivitas komunikasi organisasi yang baik diharapkan dapat meningkatkan kemandirian Gapoktan, sehingga Gapoktan mampu mengembangkan unit usaha yang dikelolanya dalam (i) meningkatkan kerja sama yang transparan antara Gapoktan (pengurus dan anggota) dengan unit-unit usaha yang dikelolanya; (ii) menghimpun, mengembangkan dan memupuk dana yang dikelola oleh masing-masing unit usaha Gapoktan dari usaha bisnis yang dikelolanya; (iii) menerapkan aturan dan sanksi yang telah dirumuskan dan ditetapkan sendiri secara musyawarah; (iv) meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam hal membuat administrasi (AD/ART), pembukuan, pemantauan secara partisipatif; (v) pengawasan internal; serta (vi) mengembangkan kemitraan serta melakukan negosiasi dengan pihak lain untuk memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya (BKP 2014).

Pengurus sebagai aset utama organisasi Gapoktan perlu juga diperhatikan kepuasannya, termasuk kepuasan dalam kepuasan komunikasi. Menurut Scot dan Mitchell (dalam Robbins 2008), dalam suatu organisasi, komunikasi menjalankan 4 fungsi utama yaitu sebagai kendali (kontrol atau pengawasan), motivasi, pengungkapan emosional dan informasi. Seorang karyawan yang tidak puas terhadap komunikasi yang tempat bekerja, termasuk komunikasi dengan atasan dan rekan kerja, akan cenderung mengeluh, mangkir dari pekerjaan, sehingga akhirnya akan menurunkan kinerjanya. Kinerja tiap karyawan tidak sama karena dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya usia, jenis kelamin, masa kerja, latar belakang pendidikan, dan lain-lain.

(19)

5 komunikasi organisasi yang meliputi kepercayaan, kejujuran, pembuatan keputusan bersama, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, dan keterbukaan dalam komunikasi ke atas. Penelitian yang mengkaji hubungan iklim komunikasi organisasi dan kepuasan komunikasi dilakukan oleh Abiseno (2009) dan Irsyadi (2003). Temuan dalam penelitian ini yaitu secara keseluruhan, karyawan mempunyai kepuasan yang cukup tinggi dan faktor-faktor iklim komunikasi yang berpengaruh dalam pemenuhan kepuasan komunikasi karyawan perusahaan adalah faktor pengambil keputusan yang partisipatif, faktor tujuan prestasi yang tinggi dan faktor kepercayaan.

Menurut Pace & Faules (2010) iklim komunikasi organisasi dibentuk oleh 6 faktor yaitu kepercayaan, pembuat keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, dan perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi. Jika enam hal tersebut berjalan dengan baik dalam suatu organisasi, maka organisasi tersebut akan memiliki iklim komunikasi yang baik pula. Jika iklim komunikasinya baik, maka pengurus dalam organisasi tersebut akan memiliki kepuasan komunikasi yang baik pula, namun belum tentu seluruh faktor iklim komunikasi tersebut berpengaruh pada kepuasan komunikasi.

Faktor sehat atau tidaknya iklim komunikasi organisasi dapat kita lihat salah satunya melalui penyebaran informasi ataupun kebijakan dari manajemen tingkat atas kepada karyawannya melalui komunikasi vertikal, yaitu komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas (Mulyana & Rakhmat 2001). Menurut Steers (1985) peubah-peubah yang berhubungan dengan efektivitas organisasi adalah (1) karakteristik organisasi, termasuk struktur dan teknologi; (2) karakteristik lingkungan, termasuk lingkungan intern dan ekstern; (3) karakteristik karyawan; dan (4) kebijakan praktik manajemen.

Penelitian yang mengkaji kepuasan komunikasi telah banyak diteliti diantaranya Emeralda (2002), Mazir (2002), Irsyadi (2003), Arifin (2005), Rahardjowibowo (2006), dan Primadini (2012), hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa kepuasan komunikasi berhubungan dengan kinerja maupun produktivitas karyawan dalam suatu perusahaan. Salah satu faktor tingkat kepuasan komunikasi yaitu kecukupan informasi dan kualitas media, di mana informasi yang cukup jelas dan detail bagi karyawan menyelesaikan pekerjaannya dan adanya rasa tanggung jawab serta media penyampaian yang sesuai dengan kapasitas karyawan memudahkan pekerjaan dalam penerimaan informasi pengerjaan sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan. Penelitian yang mengkaji tentang Gapoktan juga telah diteliti diantaranya Hariadi (2007), Sandyatma (2012), dan Akbar (2012), hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa partisipasi anggota Gapoktan masih kurang dalam pelaksanaan kegiatan usaha Gapoktan.

(20)

6

Kabupaten Subang dan Kabupaten Bogor, akan menganalisis hubungan karakteristik pengurus Gapoktan dan komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan dengan iklim komunikasi serta hubungan iklim komunikasi dengan tingkat kepuasan pengurus Gapoktan, yang selanjutnya secara rinci dirumuskan sebagai berikut:

1. Sejauhmana hubungan karakteristik pengurus Gapoktan dan komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan dengan iklim komunikasi.

2. Sejauhmana hubungan iklim komunikasi dengan tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan iklim komunikasi Gapoktan pada program Penguatan-LDPM.

2. Menganalisis hubungan antara karakteristik pengurus Gapoktan dengan iklim komunikasi organisasi Gapoktan pada program Penguatan-LDPM.

3. Menganalisis hubungan antara komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus dengan iklim komunikasi organisasi Gapoktan pada program Penguatan-LDPM.

4. Menganalisis tingkat kepuasan komunikasi pengurus Gapoktan dan hubungannya dengan iklim komunikasi organisasi Gapoktan pada program Penguatan-LDPM.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka penelitian ini diharapkan berguna:

1. Secara akademis, hasil penelitian diharapkan memberikan sumbangan pemikiran ilmiah bagi pengembangan disiplin ilmu komunikasi pembangunan pertanian dan pedesaan khususnya yang berkaitan dengan komunikasi organisasi.

2. Secara praktis, bagi peneliti hasil penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan pemahaman dan menjadi referensi untuk penelitian lanjutan yang berhubungan dengan komunikasi organisasi.

(21)

7

2

TINJAUAN PUSTAKA

Program Penguatan-LDPM

Pada saat panen raya, wilayah-wilayah di daerah sentra produksi padi dan jagung pada umumnya selalu dihadapkan pada masalah jatuhnya harga gabah/beras dan jagung sehingga petani selaku produsen pangan selalu dihadapkan pada posisi yang kurang menguntungkan. Ditambah lagi pada saat musim paceklik, sebagai konsumen petani dihadapkan pada permasalahan sulitnya akses pangan dan kredit pangan bagi petani miskin. Permasalahan lain yang tidak kalah pentingnya sering dihadapi oleh petani adalah: (1) keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan, pendistribusian/ pemasaran; dan (2) posisi tawar petani yang rendah pada saat panen raya yang bersamaan dengan datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya dengan harga rendah kepada para pedagang perantara (BKP 2014).

Dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan petani, kelompoktani, dan/atau Gapoktan terhadap jatuhnya harga gabah, beras dan/atau jagung di saat panen raya dan masalah aksesibilitas pangan, pemerintah melalui Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, sejak Tahun 2009 telah melaksanakan kegiatan Penguatan-LDPM. Melalui kegiatan Penguatan-LDPM, Pemerintah menyalurkan dana bansos dari APBN kepada Gapoktan dalam rangka memberdayakan kelembagaan tersebut agar mereka mampu dan berdaya dalam melakukan aktivitas pendistribusian pangan, serta penyediaan cadangan pangan. Melalui fasilitas penguatan modal usaha, diharapkan Gapoktan bersama-sama dengan anggotanya mampu secara swadaya melakukan aktifitas antara lain membangun sarana untuk penyimpanan, mengembangkan usaha di bidang pemasaran pangan, dan menyediakan pangan minimal bagi kebutuhan anggotanya.

Program Penguatan-LDPM bertujuan untuk (BKP 2014) :

1. Memberdayakan Gapoktan agar mampu mengembangkan unit usaha distribusi atau pemasaran atau pengolahan hasil dan unit pengelola cadangan pangan, antara lain dalam hal: (i) mengembangkan sarana penyimpanan (gudang) sendiri, (ii) menyediakan cadangan pangan (gabah/beras dan/atau pangan pokok lokal spesifik lainnya) minimal bagi kebutuhan anggotanya di saat menghadapi musim paceklik, dan (iii) menjaga stabilisasi harga gabah; beras dan/atau jagung di saat panen raya melalui kegiatan pembelian-penjualan. 2. Mengembangkan usaha ekonomi di wilayah melalui peningkatan usaha

pembelian dan penjualan gabah, beras dan/atau jagung.

3. Meningkatkan nilai tambah produk petani anggotanya melalui kegiatan penyimpanan atau pengolahan atau pengemasan dan lain-lain.

4. Memperluas jejaring kerja sama distribusi/pemasaran yang saling menguntungkan dengan mitra usaha, baik di dalam maupun di luar wilayahnya.

(22)

8

usahanya sehingga terjadi perputaran ekonomi di unit usahanya maupun di wilayahnya melalui kegiatan usaha pembelian, pengolahan, penyimpanan, pengemasan dan penjualan gabah/beras dan/atau jagung, serta mengembangkan jejaring pemasaran dengan mitranya baik di dalam maupun di luar wilayahnya.

Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah tersebut dalam pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM adalah untuk mewujudkan stabilisasi harga pangan di tingkat petani dan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani melalui: (i) pengembangan unit-unit usaha (unit usaha distribusi atau pemasaran atau pengolahan dan pengelolaan cadangan pangan); dan (ii) pembangunan sarana penyimpanan milik Gapoktan agar dapat meningkatkan posisi tawar petani, meningkatkan nilai tambah produksi petani dan mendekatkan akses masyarakat terhadap sumber pangan. Kebijakan tersebut diarahkan untuk: (i) mendukung upaya petani memperoleh harga yang lebih baik pada saat panen raya; (ii) meningkatkan kemampuan petani memperoleh nilai tambah produk pangan dan usahanya melalui kegiatan pengolahan/pengepakan/pemasaran sehingga terjadi perbaikan pendapatan di tingkat petani anggotanya; dan (iii) memperkuat kemampuan Gapoktan dalam pengelolaan cadangan pangan sehingga mampu mendekatkan akses pangan anggotanya saat menghadapi paceklik atau tidak ada panen (BKP 2014).

Sasaran penerima dana Bansos Kegiatan Penguatan-LDPM adalah Gapoktan yang berada di daerah sentra produksi padi dan/atau jagung dengan kriteria sebagai berikut (BKP 2012):

(1) Memiliki organisasi kepengurusan yang masih aktif (Ketua, Sekretaris, Bendahara) dan sah;

(2) Gapoktan yang bersangkutan tidak mendapat penguatan modal atau fasilitasi lain untuk kegiatan yang sama/sejenis pada saat yang bersamaan atau mendapat modal pada tahun sebelumnya (terkecuali kegiatan yang diprogramkan secara bertahap dan saling mendukung);

(3) Memiliki unit usaha distribusi hasil pertanian atau unit usaha pemasaran dan atau unit usaha pengolahan/Rice Milling Unit, yang berpengalaman dalam jual-beli (gabah/beras/jagung), serta pengolahan (pengeringan, pembersihan, penggilingan, pengepakan);

(4) Mempunyai gudang milik Gapoktan untuk menampung gabah/beras/ jagung dengan kapasitas 30 sampai 40 ton;

(5) Jika Gapoktan tidak memiliki gudang maka Gapoktan dengan menggunakan dana bansos dapat membangun gudang di atas lahan milik Gapoktan yang diperoleh/dibeli secara bersama-sama, atau hibah, atau bantuan pemerintah daerah yang disahkan dihadapan notaris;

(6) Memiliki SumberdayaManusia (SDM) yang mampu mengelola dan memfasilitasi kegiatan usaha bersama;

(7) Memiliki potensi pengembangan usaha (keinginan untuk memperluas usaha) bagi kepentingan anggota kelompok dan penguatan cadangan pangan secara mandiri dan berkelanjutan;

(8) Tidak bermasalah dengan perbankan, kredit atau sumber permodalan lainnya; (9) Ketua Gapoktan bersedia mengirimkan laporan setiap minggu pada hari

(23)

9 (10)Jika di lokasi yang bersangkutan belum terbentuk Gapoktan yang memenuhi kriteria tersebut di atas, maka kegiatan ini dapat dilaksanakan oleh Poktan yang telah dikukuhkan oleh Camat/Kepala BPP/Koordinator Penyuluh dan memenuhi kriteria di atas. Selanjutnya Poktan tersebut diarahkan berkembang menjadi Gapoktan.

Dukungan pemerintah dalam rangka pemberdayaan Gapoktan di daerah sentra produksi, dengan meningkatnya kegiatan pembelian-penjualan diharapkan mampu meminimalkan tingkat fluktuasi harga di wilayah pada saat panen raya sehingga terwujud stabilisasi harga di tingkat petani. Dengan terkendalinya tingkat harga pangan di wilayah tersebut diharapkan mampu mengatasi inflasi, dan memotivasi bekerjanya mekanisme pasar secara efektif dan efisien. Kerangka pikir program Penguatan-LDPM terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pikir program Penguatan-LDPM

Kegiatan Penguatan-LDPM yang bersumber dari Dana APBN akan diberikan kepada Gapoktan selama 3 tahun yaitu: (a) Tahap Penumbuhan pada tahun ke-1, (b) Tahap Pengembangan pada tahun ke-2, (c) Tahap Kemandirian pada tahun 3, (d) Tahap Pasca Kemandirian tahun 4. Dana Bansos tahun ke-1 dan ke-2 disalurkan langsung ke rekening Gapoktan untuk penguatan dan pemberdayaan Gapoktan. Tahun ke-3 dan ke-4 akan dialokasikan dana APBN untuk pembinaan tahap akhir menuju pasca kemandirian (Gambar 2).

Pada Tahap Penumbuhan, alokasi dana per Gapoktan sebesar Rp 150 juta diperuntukkan: (a) pembangunan atau renovasi gudang milik Gapoktan untuk penyimpanan pangan; (b); penguatan modal usaha Gapoktan untuk dapat melakukan pembelian-penjualan gabah/beras/jagung dari petani anggotanya Unit Cadangan

Pangan Terwujudnya stabilitas harga pangan wilayah

Terwujudnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani

Unit Usaha Pengolahan

B A N S O S + Pendampingan

Akses pangan meningkat

Rendahnya posisi tawar petani pada saat panen raya

Rendahnya nilai tambah produk pertanian

Terbatasnya modal usaha Gapoktan

Terbatasnya akses pangan (beras) pada saat masa paceklik

Permasalahan

Modal usaha dan manajemen meningkat

Gapoktan

Unit Usaha Distribusi/Pemasaran

/ Pengolahan

Nilai tambah produk meningkatPosisi tawar

meningkat Harga di petani

(24)

10

dan/atau di luar anggotanya pada saat panen raya minimal sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah/beras dan/atau Harga Referensi Daerah (HRD) untuk jagung dalam rangka mendorong stabilisasi harga pangan; dan (c) penguatan Gapoktan untuk dapat melakukan pengadaan gabah/beras dan/atau jagung, dan/atau pangan pokok lokal spesifik lainnya sebagai cadangan pangan.

Gambar 2 Tahapan pelaksanaan program Penguatan-LDPM

Untuk Tahap Pengembangan dana sebesar Rp 75 juta per Gapoktan disalurkan ke Gapoktan pada tahap pengembangan (tahun kedua) yang sudah dievaluasi kelayakannya untuk mendapat tambahan modal dari Bansos tahun kedua. Dana sebesar Rp 75 juta tersebut digunakan untuk: (a) pembelian-penjualan gabah/beras/jagung dari petani anggotanya dan/atau di luar anggotanya pada saat panen raya dalam rangka stabilisasi harga pangan; dan atau (b) untuk pengadaan gabah/beras dan/atau jagung dan/atau pangan pokok lokal spesifik lainnya dalam rangka memperkuat cadangan pangan. Apabila Gapoktan pada Tahap Penumbuhan belum memenuhi persyaratan untuk dapat masuk ke Tahap Pengembangan, maka Dana Bansos sebesar Rp 75 juta belum dapat dicairkan menunggu sampai Gapoktan dinyatakan siap untuk dapat masuk dalam Tahap Pengembangan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota dan ditetapkan oleh Tim Pembina Provinsi sesuai dengan hasil evaluasi.

(25)

11 sehingga Gapoktan tersebut dianggap mampu untuk masuk dalam Tahap Pengembangan. Pada tahap Kemandirian dan Pasca Kemandirian Gapoktan diharapkan sudah dapat secara mandiri melangsungkan keberlanjutan kegiatan yang diindikasikan dengan bertambahnya modal dan perputaran usaha jual beli gabah/beras/jagung. Pembinaan masih terus dilakukan pada tahap ini oleh pendamping, Tim Teknis Kabupaten/Kota, Tim Pembina Provinsi, dan Tim Pusat hingga ke tahap exit strategy (BKP 2014).

Dukungan yang diberikan oleh pemerintah merupakan modal awal bagi Gapoktan Tahap Penumbuhan dan modal tambahan bagi Gapoktan Tahap Pengembangan dan unit-unit usaha yang dikelolanya sehingga mampu meningkatkan usahanya, mampu memupuk dan mengembangkan modal yang telah diberikan dan sekaligus mampu mendekatkan akses pangan bagi anggotanya melalui cadangan pangan. Dengan semakin meningkatnya posisi tawar petani, nilai tambah produk pertanian dan akses pangan petani terhadap pangan maka diharapkan pendapatan dan kesejahteraan petani juga akan semakin meningkat. Dampak akhir dari seluruh dukungan pemerintah tersebut melalui kegiatan Penguatan-LDPM adalah mampu meningkatkan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani sehingga petani mempunyai semangat untuk melakukan kegiatan produksi secara berkelanjutan dan dapat memberikan kontribusi terhadap ketahanan pangan wilayah.

Gapoktan akan memperoleh bimbingan dari pendamping, Tim Teknis Kabupaten/Kota maupun Tim Pembina Provinsi secara partisipatif, sehingga diharapkan mereka secara mandiri mampu untuk: (i) menemukenali permasalahan yang dihadapi pada saat menghadapi panen raya dan pada saat menghadapi musim paceklik; (ii) merumuskan dan memutuskan cara yang tepat secara musyawarah dan mufakat jatuhnya harga di tingkat petani; (iii) mengatasi kebutuhan pangan anggotanya di saat mereka menghadapi paceklik atau tidak ada panen; dan (iv) mencari pasar atau mitra usaha di dalam maupun di luar wilayahnya yang dapat memberikan keuntungan bagi anggotanya. Selanjutnya Gapoktan (pengurus, anggota dan unit usahanya) disadarkan agar mereka mampu: (i) untuk menghilangkan ketergantungan dari pihak lain; (ii) untuk tumbuh menjadi Gapoktan yang mandiri; (iii) untuk berkembang secara swadaya dan berkelanjutan dalam mengembangkan usahanya secara produktif.

Strategi keberlanjutan kegiatan Penguatan-LDPM setelah memasuki Tahap Kemandirian dilakukan oleh Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota untuk:

a. Mengintegrasikan dan menginternalisasikan kegiatan-kegiatan pada instansi terkait untuk memperoleh dukungan fasilitasi sarana prasarana Gapoktan (berupa lantai jemur, alat pengering, pengemasan, mesin jahit karung, timbangan, penggilingan/Rice Milling Unit, dan lain-lain).

b. Melanjutkan pembinaan di bidang administrasi dan teknis (penyimpanan, pengolahan, pemasaran dan lain-lain) baik melalui dukungan APBD provinsi maupun kabupaten/kota.

c. Mendorong terbentuknya wadah asosiasi Gapoktan di kabupaten/kota dan provinsi dalam rangka pengembangan jejaring pemasaran gabah, beras, dan/atau jagung.

(26)

12

e. Mengamankan aset yang dimiliki Gapoktan, agar dana belanja bansos dari APBN tidak menjadi milik perorangan maupun pengurus tetapi tetap terus berkembang untuk kesejahteraan anggotanya.

Karakteristik Pengurus Gapoktan

Faktor-faktor penentu prestasi kerja individu dalam organisasi adalah faktor individu dan faktor kerja lingkungan organisasi. Hal ini sesuai dengan teori konvergensi William Stren, dalam teorinya tersebut, sebenarnya merupakan perpaduan dari pandangan teori heriditas dari Schopenhauer dan teori lingkungan dari Jhon Locke. Schopenhaure dalam teori heriditasnya berpandangan bahwa hanya faktor individu (termasuk keturunannya) yang sangat menentukan seseorang individu mampu berprestasi atau tidak, sedangkan Jhon Locke dalam teori lingkungan berpandangan bahwa hanya faktor lingkungan yang sangat menentukan seorang individu mampu berprestasi atau tidaknya (Mangkunegara, 2010).

Menurut Mangkunegara (2010) secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisiknya, dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka individu tersebut memiliki konsentrasi yang baik, yang merupakan modal utama indvidu manusia dalam melaksanakan kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi.

Karakteristik pelaku komunikasi merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri yang dimiliki seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungannnya. Menurut Rakhmat (2005) karakteristik itu dibentuk oleh faktor biologis yang mencakup genetis, sistem syaraf serta sistem hormonal, dan faktor sosio-psikologis berupa komponen-komponen konatif yang berhubungan dengan kebiasaan dan afektif.

Menurut Hunt (dalam Muhammad 2009) organisasi sesungguhnya digerakkan oleh orang. Orang yang membimbing, mengelola, mengarahkan dan menyebabkan pertumbuhan organisasi. Orang yang memberikan ide-ide baru, program baru dan arah yang baru. Kebanyakan dari orang dewasa menghabiskan waktu kerjanya kira-kira 50 sampai 60 persen dalam organisasi sebagai anggota organisasi. Berdasarkan penjelasan tentang karakteristik individu, maka dapat dikatakan bahwa karakteristik pengurus Gapoktan merupakan ciri kepribadian seseorang yang ada sejak lahir dan berkembang sesuai perkembangan lingkungan.

Berdasarkan penjelasan tentang karakteristik individu, maka dapat dikatakan bahwa karakteristik pengurus Gapoktan adalah ciri kepribadian atau sifat yang dimiliki pengurus Gapoktan yang ada sejak lahir dan berkembang sesuai perkembangan lingkungan.

Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Kinerja Pengurus Gapoktan Menurut Muhammad (2009) terdapat berbagai macam persepsi yang berbeda dari para ahli komunikasi organisasi antara lain :

(27)

13 pengelola, d) komunikasi downward (dari atas ke bawah), e) komunikasi

upward (dari bawah ke atas), f) komunikasi horizontal g) keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan evaluasi program. (2) Persepsi Katz & Kahn, berpendapat bahwa komunikasi organisasi merupakan

arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam organisasi. (3) Persepsi Zelko & Dance, menyatakan bahwa komunikasi organisasi adalah

suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal.

(4) Persepsi Thayer, memperkenalkan tiga sistem komunikasi dalam organisasi yaitu: a) berkenaan dengan kerja organisasi b) berkenaan dengan pengaturan organisasi, c) berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi. (5) Persepsi Greenbaunm menjelaskan bahwa komunikasi organisasi termasuk

arus komunikasi formal dan informal dalam organisasi, memandang peranan komunikasi terutama sebagai koordinasi pribadi, tujuan organisasi dan masalah menggiatkan aktivitas.

Menurut Goldhaber (1990) definisi komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung satu dengan lainnya untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah. Definisi ini mengandung 7 konsep kunci yaitu: (1) Proses

Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling menukar pesan di antara anggotanya. Karena gejala henti-hentinya maka dikatakan sebagai suatu proses.

(2) Pesan

Pesan merupakan susunan simbol yang penuh arti tentang orang, objek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang. Untuk berkomunikasi seseorang harus sanggup menyusun suatu gambaran mental, memberi gambaran itu nama dan mengembangkan suatu perasaan terhadapnya. Komunikasi tersebut efektif kalau pesan yang dikirim itu diartikan sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si pengirim.

(3) Jaringan

Organisasi terdiri dari satu seri orang yang tiap-tiapnya menduduki posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan dari orang-orang ini sesamanya terjadi melewati suatu set jalan kecil yang dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi ini mungkin mencakup hanya 2 orang, beberapa orang, atau keseluruhan organisasi. Hakikat dan luas dari jaringan ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain hubungan peranan, arah dan arus pesan, hakikat seri dari arus pesan, dan isi dari pesan.

(4) Tergantung

Konsep kunci komunikasi organisasi ke-4 adalah keadaan yang saling tergantungan satu bagian dengan bagian lainnya. Hal ini terjadi menjadi sifat dari suatu organ isasi yang merupakan suatu sistem terbuka. Bila suatu bagian darin organisasi mengalami gangguan maka akan berpengaruh kepada bagian lainnya dan mungkin juga kepada seluruh sistem organisasi.

(5) Hubungan

(28)

14

Dengan kata lain jaringan melalui mana jalannya pesan dalam suatu organisasi dihubungkan oleh manusia. Oleh karena itu hubungan manusia dalam organisasi yang memfokuskan kepada tingkah laku komunikasi dari orang yang terlibat dalam suatu hubungan perlu dipelajari. Sikap, kemampuan, moral dari seseorang pengurus misalnya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hubungan yang bersifat organisasi.

(6) Lingkungan

Lingkungan merupakan semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam suatu sistem. Lingkungan ini dapat dibedakan atas lingkungan internal dan lingkungan eksternal, yang termasuk lingkungan internal adalah anggota, pengurus, tujuan organisasi, produk dan sebagainya. Lingkungan eksternal dari organisasi adalah langganan, saingan, teknologi dan sebagainya.

(7) Ketidakpastiaan.

Ketidakpastian merupakan perbedaan informasi yang tersedia dengan informasi yang diharapkan, misalnya suatu organisasi memerlukan informasi mengenai aturan pemerintah yang berpengaruh kepada produksi barang-barangnya. Jika organisasi ini banyak informasi mengenai hal ini maka organisasi akan lebih pasti memproduksi hasil organisasinya yang sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pemerintah. Tetapi bila organisasi tidak memperoleh informasi tersebut maka organisasi ragu-ragu memproduksi barang-barangnya apakah sesuai dengan standar yang ditentukan. Untuk mengurangi faktor ketidakpastian ini organisasi menciptakan dan menukar pesan di antara anggota, melakukan suatu penelitian, pengembangan organisasi, dan menghadapi tugas-tugas yang kompleks dengan integritas yang tinggi. Ketidakpastian dalam suatu organisasi juga disebabkan oleh terlalu banyaknya informasi yang diterima daripada sesungguhnya diperlukan untuk menghadapi lingkungan organisasi tersebut.

Menurut Muhammad (2009) setiap organisasi dalam mencapai tujuannya mempunyai struktur yang mengatur hubungan hierarki antar berbagai elemen yang diatur berdasarkan kesepakatan tiap organisasi yang digambarkan dalam struktur organisasi. Struktur organisasi membakukan prosedur kerja dan membagi tugas dan fungsinya berdasarkan ruang lingkup dan tujuan organisasi. Dalam kaitan antara komunikasi dan organisasi terlihat bahwa proses komunikasi dalam organisasi merupakan jaringan informasi secara vertikal dan horizontal dalam berbagai tingkatan atau subsistem dari proses komunikasi yang terjadi dalam sistem yang lebih besar (sistem dan suprasistem).

(29)

15 DeVito (1997) mengemukakan bahwa komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai pesan di dalam organisasi, baik di dalam kelompok formal maupun informal. Komunikasi formal merupakan komunikasi yang disetujui oleh organisasi dan sifatnya berorientasi pada organisasi sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya tidak pada organisasinya sendiri, tetapi lebih pada para anggotanya secara individual. Mulyana & Rakhmat (2001) mengatakan bahwa komunikasi organisasi terjadi dalam suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi serikali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi dan dapat juga terkait komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas dan komunikasi horizontal.

DeVito (1997) mengatakan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih dalam mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Menurut Effendy (2003), komunikasi adalah upaya sistematis untuk pembentukan pendapat dan sikap. Pelaksanaan kegiatan pembangunan, bukan hanya hasil dari kegiatan pembangunannya yang perlu dioptimalkan, tetapi proses dalam pencapaian tujuan juga perlu diperhatikan. Dalam hal ini, tinjauan komunikasi berperan dalam pengambilan keputusan suatu proses pembangunan. Komunikasi mempengaruhi hubungan-hubungan sosial serta proses-proses yang berlangsung di dalamnya. Proses komunikasi yang terjadi dipengaruhi oleh faktor ketepatan sumber maupun penerima, yaitu keterampilan berkomunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial dan budaya dari sumber dan penerima (Berlo 1960).

Komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai pesan di dalam organisasi-di dalam kelompok formal maupun informal organisasi (DeVito 1997). Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Berkaitan dengan itu Katz dan Kahn mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti dalam suatu organisasi. Kemudian Zelko & Dance mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal (Muhammad 2009).

Menurut Udeoba (2012) komunikasi organisasi adalah aliran informasi, persepsi, dan pemahaman antara berbagai anggota organisasi. Goldhaber (1990) memberikan definisi komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Definisi ini mengandung tujuh konsep kunci yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan, dan ketidakpastian.

(30)

16

Menurut DeVito (1997) komunikasi organisasi dapat bersifat formal maupun informal. Komunikasi formal dalam organisasi adalah proses penyampaian atau penerimaan pesan yang disetujui oleh organisasi bersangkutan dengan orientasi pada pencapaian tujuan organisasi. Isi pesan komunikasi formal dalam suatu organisasi dapat ditemukan berupa cara kerja di dalam organisasi, cara meningkatkan produktivitas organisasi, kebijakan organisasi, perencanaan organisasi, nilai dan aturan yang disosialisasikan, serta perilaku atau upaya-upaya yang harus dilakukan di dalam organisasi. Selain itu, dapat juga dilihat dalam bentuk komunikasi tercetak seperti memo, surat-surat resmi, etiket, rapat-rapat untuk mengambil keputusan organisasi dan sebagainya. Komunikasi informal dalam organisasi adalah komunikasi yang disetujui secara sosial, tetapi tidak berorientasi pada organisasi sebagai suatu kesatuan individu, tetapi lebih diorientasikan pada anggota organisasi secara individual.

Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekelompok individu dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu. Efektif tidaknya organisasi dalam mencapai tujuannya tergantung kepada sinergi atau kerjasama individu dan kelompok. Sikap dan perilaku individu dalam organisasi semakin diperlukan untuk mendorong efektivitas organisasi yang merupakan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan (Hidayat 2013). Thoha (1998) berpendapat bahwa komunikasi sangat berperan dalam suatu organisasi, karena organisasi merupakan kumpulan orang-orang yang selalu membutuhkkan komunikasi dengan sesamanya. Selanjutnya, semakin besar dan semakin kompleks suatu organisasi maka akan semakin kompleks juga komunikasinya.

Berlo (1960) mengatakan bahwa komunikasi berhubungan dengan organisasi sosial melalui tiga cara:

1. Sistem sosial dihasilkan lewat komunikasi;

2. Bila suatu sistem sosial telah berkembang, ia menentukan organisasi anggota-anggotanya;

3. Pengetahuan mengenai suatu sistem sosial dapat membantu kita membuat prediksi yang akurat mengenai orang-orang tanpa mengetahui lebih banyak dari pada peranan-peranan yang mereka duduki dalam sistem.

Newstroom dan Davis (2000) menggambarkan komunikasi sebagai bagian tak terpisahkan dari organisasi dan suatu organisasi tidak dapat exist tanpa komunikasi. Tanpa komunikasi para anggota tidak dapat mengetahui pekerjaan/tugas mereka, manajemen tidak dapat menerima input-input informasi, supervisor atau ketua-ketua tim tidak dapat memberikan instruksi-instruksi, koordinasi kerja menjadi tidak mungkin dilakukan, kerjasama juga tidak mungkin terjadi, dan organisasi pada akhirnya akan collaps.

Komunikasi organisasi dalam mengembangkan kinerja pengurus Gapoktan

dilakukan beberapa pertemuan seperti rapat, pelatihan, pendampingan, pembinaan dan temu usaha. Pertemuan-pertemuan tersebut merupakan bentuk-bentuk komunikasi yang ada di dalam Gapoktan. Menurut Muhammad (2009) berdasarkan jumlah interaksi yang terjadi dalam komunikasi organisasi dapat dibedakan atas 3 kategori yaitu komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok kecil, dan komunikasi publik.

(31)

17 atau topik pengajaran yang bermanfaat bagi pembelajar. Materi tersebut harus: a) sesuai dengan kebutuhan pembelajar; b) dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; c) tersusun dengan baik, logis dan jelas; d) konsisten dengan tujuan keseluruhan; e) menantang, menyenangkan dan penting bagi pembelajar.

Kincaid & Schramm (1987) berpendapat bahwa tujuan dasar dalam komunikasi antar manusia adalah mencapai pengertian bersama yang lebih luas dan mendalam. Komunikasi tidak lain adalah bicara tentang apa, dikomunikasikan kepada siapa, bilamana, mengapa dan bagaimana, selalu merupakan pertimbangan dan penentu dalam merancang suatu pesan agar dapat sampai ke tempat yang dituju. Dengan demikian karakteristik pesan yang dikomunikasikan harus jelas, lengkap dan memiliki metode yang tepat, diulang seperlunya, dirasakan bermanfaat kepada kedua belah pihak, relevan dan terpercaya sehingga frekuensi pertemuan yang dilakukan pengurus Gapoktan penting untuk diperhatikan. Frekuensi pertemuan adalah seberapa seringnya pengurus melakukan pertemuan baik secara formal maupun informal seperti rapat, pelatihan, pendampingan, pembinaan, dan temu usaha pada Gapoktan mengenai kegiatan Penguatan-LDPM. Gapoktan menjadi lembaga pintu gerbang (gateway institution) yang menjadi penghubung petani satu desa dengan lembaga-lembaga lain di luarnya. Gapoktan diharapkan berperan untuk fungsi-fungsi pemenuhan permodalan pertanian, pemenuhan sarana produksi, pemasaran produk pertanian, dan termasuk menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan petani (Syahyuti 2007). Berdasarkan penjelasan komunikasi organisasi di atas, komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan merupakan komunikasi yang dilakukan oleh pengurus baik di dalam maupun di luar Gapoktan dalam rangka pengembangan kinerja pengurus Gapoktan.

Iklim Komunikasi Organisasi Gapoktan

Konsep mengenai iklim komunikasi organisasi (organization communication climate) telah mendapat perhatian secara luas dengan berbagai definisi, karena faktor tersebut sangat mempengaruhi tingkah laku anggota suatu organisasi. Kegiatan dari suatu organisasi ditentukan oleh adanya komunikasi antaranggota atau antarkelompok dan masyarakat melalui interaksi, baik secara verbal, nonverbal, lisan maupun tulisan. Aktivitas komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi secara perlahan-lahan akan membentuk suatu iklim komunikasi organisasi. Menurut Pace & Faules (2010) iklim komunikasi organisasi merupakan persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi. Keberadaan iklim komunikasi organisasi dapat mempengaruhi cara hidup anggotanya, kepada siapa berbicara, siapa yang disukai, bagaimana kegiatan kerja dan perkembangannya, apa yang ingin dicapai dan bagaimana cara beradaptasi.

Dennis mendefinisikan iklim komunikasi sebagai “a subjectively experienced quality of the internal environment of an organization which

embraces members’ perception of messages and messages-related events

(32)

18

Jablin (dalam Goldhaber 1990) mengemukakan bahwa pengukuran iklim komunikasi organisasi terkait dengan berbagai aspek antara lain: kebenaran, pengaruh, mobilitas, keinginan berinteraksi, pengarahan dari atasan, rasa puas, dan sebagainya. Salah satu faktor penting dalam proses komunikasi organisasi adalah tingkat kepuasan anggota dalam memperoleh informasi untuk memenuhi kebutuhannya dalam mengembangkan kegiatannya dalam upaya mencapai tujuan bersama.

Hasil penelitian Redding (dalam Goldhaber 1990) menunjukkan bahwa iklim komunikasi lebih luas dari persepsi pengurus terhadap kualitas hubungan dan komunikasi dalam organisasi serta tingkat pengaruh dan keterlibatan. Redding mengemukakan lima dimensi penting dari iklim komunikasi yaitu:

(1) Supportiveness atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting.

(2) Partisipasi membuat keputusan.

(3) Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia. (4) Keterbukaan dan keterusterangan.

(5) Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.

Muhammad (2009) mengemukakan bahwa iklim komunikasi sebagai kualitas pengalaman yang bersifat obyektif mengenai lingkungan internal organisasi yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi. Pokok persoalan utama dari iklim komunikasi organisasi adalah persepsi mengenai sumber komunikasi dan hubungannya dalam organisasi, dan persepsi mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi. Karena ada hubungan iklim organisasi dengan iklim komunikasi maka peran dari faktor-faktor yang ada di dalam suatu organisasi sangat mempengaruhi proses komunikasi dalam suatu organisasi.

Menurut Pace & Faules (2010) tentang inventaris iklim organisasi, terdapat 6 faktor yang mempengaruhi iklim organisasi yaitu:

(1) Kepercayaan

Anggota organisasi disemua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang ada di dalamnya kepercayaan, kenyakinan, kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan.

(2) Pembuatan Keputusan Bersama

Anggota organisasi di semua tingkat dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka. Anggota organisasi pun harus diberi kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen di atas mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.

(3) Kejujuran

Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para pegawai

mengatakan “apa yang ada dalam pikiran mereka” tanpa mengindahkan

(33)

19 (4) Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

Anggota organisasi harus relatif mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan

perusahaan, organisasinya, para pemimpin dan rencana-rencana. (5) Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

Anggota organisasi di semua tingkat dalam organisasi harus mendengarkan saran-saran atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan anggota organisasi di setiap tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan.

(6) Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi.

Anggota organisasi di semua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi, produktivitas tinggi, biaya rendah dan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya.

Pokok persoalan utama dari iklim komunikasi adalah menyangkut persepsi mengenai sumber komunikasi dan hubungannya dalam organisasi, persepsi mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi dan persepsi mengenai organisasi itu sendiri. Iklim komunikasi organisasi memiliki pengaruh yang cukup penting bagi motivasi kerja dan masa kerja pegawai dalam organisasi. Iklim komunikasi yang positif cenderung meningkatkan dan mendukung komitmen pada organisasi dan iklim komunikasi yang kuat seringkali menghasilkan praktik-praktik pengelolaan dan pedoman organisasi yang lebih mendukung (Pace dan Faules 2010). Berdasarkan penjelasan tentang iklim komunikasi di atas, iklim komunikasi organisasi Gapoktan adalah kondisi atau suasana komunikasi di lingkungan Gapoktan yang terkait dengan pengurus, anggota dan publik.

Kepuasan Komunikasi Pengurus Gapoktan

Menurut Redding kepuasan komunikasi adalah semua tingkat kepuasan seoarang karyawan atau anggota organisasi mempersepsi lingkungan komunikasi secara keseluruhan. Istililah kepuasan komunikasi digunakan untuk menyatakan keseluruhan tingkat kepuasan yang dirasakan anggota organisasi dalam lingkungan total organisasinya (Muhammad 2009). Menurut Jablin, salah satu kekeliruaan yang sering dibuat oleh para peneliti yang meneliti tentang iklim komunikasi adalah bertindihnya makna iklim komunikasi dan kepuasan komunikasi. Padahal iklim komunikasi dan kepuasan komunikasi mempunyai makna yang berbeda. Iklim komunikasi mendeskripsikan lingkungan kerja, sedangkan yang dimaksud kepuasan komunikasi adalah reaksi dan perasaan terhadap lingkungan tersebut (Goldhaber 1990).

(34)

20

kepuasan anggota terhadap komunikasi dalam organisasi. Kepuasan menggambarkan suatu konsep individu dan konsep mikro sedangkan iklim merupakan konsep makro dan konsep gabungan. Kepuasan juga menggambarkan evaluasi atas suatu keadaan internal afektif, sedangkan iklim merupakan deskripsi kondisi eksternal bagi individu. Iklim terdiri dari suatu citra gabungan entitas atau fenomena global, seperti komunikasi atau organisasi. Kepuasan menggambarkan reaksi afektif individu atas hasil-hasil yang diinginkan yang berasal dari komunikasi yang terjadi dalam organisasi.

Istilah kepuasan komunikasi digunakan untuk menyatakan keseluruhan tingkat kepuasan yang dirasakan pegawai dalam lingkungan awal komunikasinya. Meskipun komunikasi terlihat bertumpang tindih dengan iklim komunikasi, kepuasan komunikasi ini cenderung memperkaya gagasan iklim dengan menyoroti tingkat individu dan pribadi.

Analisis Down dan Hazen (dalam Muhammad 2009) mengidentifikasi bahwa kepuasan komunikasi terdiri dari 8 dimensi, yakni :

1. Sejauhmana komunikasi dalam organisasi memotivasi dan merangsang para pegawai untuk memenuhi tujuan organisasi dan untuk berpihak kepada organisasi.

2. Sejauhmana penyelia terbuka pada gagasan, mau mendengarkan dan menawarkan bimbingan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan.

3. Sejauhmana para individu menerima informasi tentang lingkungan kerja saat itu

4. Sejauhmana pertemuan-pertemuan diatur dengan baik, pengarahan tertulis singkat dan jelas, dan jumlah komunikasi dalam organisasi cukup.

5. Sejauhmana terjadi desas-desus dan komunikasi horizontal yang cermat dan mengalir bebas.

6. Sejauhmana informasi tentang organisasi sebagai suatu keseluruhan memadai. 7. Sejauhmana para bawahan responsif terhadap komunikasi ke bawah dan

memperkirakan kebutuhan penyelia.

Kepuasan komunikasi menunjukkan bahwa pengurus merasa memiliki kecukupan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan dan organisasi secara keseluruhan, nyaman dengan hubungan-hubungan dalam organisasi, menggunakan media komunikasi yang berkualitas demi menjalin hubungan yang harmonis dalam organisasi.

Secara keseluruhan, kepuasan berhubungan dengan perbedaan antara apa yang diinginkan dari sudut pandang komunikasi organisasi dengan apa yang seseorang miliki dalam kaitan tersebut. Kepuasan tidak berhubungan dengan keefektifan pengungkapan pesan, tetapi bila pengalaman berkomunikasi memenuhi keinginan seseorang, biasanya hal itu dipandang sebagai memuaskan. Meskipun tidak efektif sepanjang berkaitan dengan nukuran, pengungkapan, dan penafsiran pesan, hal itu juga dikatakan sebagai kepuasan. Karyawan mungkin merasa memerlukan jenis informasi tertentu atau informasi yang ingin disampaikan kepada karyawan lain. Bila informasi dikomunikasikan dengan cara yang sesuai dengan keinginan karyawan lain tersebut, maka karyawan akan mengalami kepuasan dalam berkomunikasi.

Gambar

Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambar 1 Kerangka pikir program Penguatan-LDPM
Gambar 2 Tahapan pelaksanaan program Penguatan-LDPM
Gambar 3 Kerangka pemikiran komunikasi organisasi dalam pengembangan

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dikarenakan aroma kopi yang mengundang selera membuat konsumen menginginkannya lagi, walaupun pada awalnya tidak berniat melakukan pembelian ulang, namun dengan

Proses pencocokkan dilakukan setelah data-data citra wajah yakin telah di-training dan telah tersimpan dalam basis data, sehingga data-data tersebut dapat digunakan

yang telah diencerkan dituangkan ke dalam lobang sarang yang dipilih. Volume racun yang dituangkan disesuaikan dengan diameter lobang sarang. Semakin besar lobang

Berdasarkan analisis hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa keefektifan model pembelajaran Advance Organizer (AO)berkategori efektif dalam meningkatkan hasil

Dukungan Masyarakat Dan Sumber Informasi Yang Di Peroleh Terhadap Wacana Pemekaran Rumbai Tahun 2014 Fenomena keinginan masyarakat pada berbagai wilayah untuk

Dari hasil analisis didapatkan ada hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas dengan proses penyembuhan luka dengan ( P value 0,030), tingginya pengetahuan yang di miliki

implementasi, dari kedua kasus tersebut berdasarkan hasil evaluasi dalam setiap kunjungan selalu mengalami kemajuan, pada kasus I hari pertama ibu masih nyeri pada

Ekstrak kental kulit batang faloak dengan konsentrasi 2 % diformulasi dalam 2 formula, yang berbeda pada konsentrasi setil alkohol yang kemudian dilakukan uji