• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISASI PLANLET ANGGREK TANAH (Spathoglottis plicata Blume) HASIL SELEKSI DENGAN ASAM FUSARAT SECARA IN VITRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KARAKTERISASI PLANLET ANGGREK TANAH (Spathoglottis plicata Blume) HASIL SELEKSI DENGAN ASAM FUSARAT SECARA IN VITRO"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KARAKTERISASI PLANLET ANGGREK TANAH

(Spathoglottis plicata Blume) HASIL SELEKSI DENGAN ASAM FUSARAT SECARA IN VITRO

Oleh

Christiana Eka Isharnani

Anggrek tanah (Spathoglottis plicata Blume) merupakan tanaman hias yang banyak disenangi oleh masyarakat luas karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Pemicu penurunan produksi tanaman anggrek tanah karena adanya jamur

Fusarium oxysporum atau yang lebih dikenal dengan penyakit layu fusarium. Penggunaan kultivar S. plicata yang resisten terhadap penyakit layu fusarium diharapkan merupakan alternatif pengendalian penyakit yang penting. Planlet

S. plicata yang resisten terhadap layu fusarium diseleksi secara in vitro dengan penambahan asam fusarat (AF) pada konsentrasi yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi asam fusarat toleran untuk seleksi planlet

S. plicata secara in vitro dan menganalisis karakter ekspresi spesifik planlet

S. plicata yang insensitif terhadap asam fusarat secara in vitro meliputi indeks stomata, kandungan klorofil total, klorofil a, klorofil b, dan aktivitas enzim peroksidase. Penelitian ini menggunakan medium Vacin and Went (VW) dengan penambahan AF pada konsentrasi yang terdiri dari 5 taraf perlakuan yaitu 0 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, dan 40 ppm. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dan data dianalisis menggunakan analisis ragam atau anova dilakukan pada taraf nyata 5% dan uji lanjut dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsenterasi AF toleran terhadap seleksi planlet anggrek tanah pada konsentrasi 40 ppm. Kandungan klorofil a, b dan total pada daun planlet anggrek tanah mengalami peningkatan secara nyata, semakin tinggi konsentrasi AF maka semakin tinggi kandungan klorofil a, b dan total pada daun planlet anggrek tanah. Peningkatan secara nyata aktivitas enzim peroksidase terjadi pada planlet anggrek tanah yang diimbas dengan asam fusarat dibandingkan kontrol. Indeks stomata daun planlet anggrek tanah yang diimbas dengan asam fusarat mengalami peningkatan secara signifikan dibandingkan kontrol.

Kata kunci: Spathoglottis plicata Blume., Asam Fusarat, Layu Fusarium,

(2)

KARAKTERISASI PLANLET ANGGREK TANAH

(Spathoglottis plicata Blume) HASIL SELEKSI DENGAN ASAM FUSARAT SECARA IN VITRO

Oleh

Christiana Eka Isharnani

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS

Pada Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Seputih Mataram, Lampung Tengah, Provinsi Lampung pada tanggal 8 Juni 1993, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari Bapak Robertus Harsoyo dan Ibu Veronica Nanik Setyani.

Penulis mulai menempuh pendidikan pertamanya di Taman Kanak-Kanak Abadi Perkasa Tulang Bawang pada tahun 1997. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Dasar Abadi Perkasa Tulang Bawang. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Abadi Perkasa Tulang Bawang pada tahun 2005. Setelah itu, pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Sugar Group di Lampung Tengah.

(6)

sebagai anggota Bidang Danus 2012-2013 dan bendahara Bidang Kominfo 2013-2014.

Penulis melakanakan Kuliah Kerja Nyata pada bulan Januari-Maret 2014 di Pugung Raharjo, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur. Pada tahun 2014 bulan Juli-Agustus, penulis melaksanakan Kerja Praktik di Divisi Field Technical Service (FTS) PT. Indolampung Perkasa, Sugar Group

Companies, Provinsi Lampung dengan judul “Identifikasi Gulma di Perkebunan

Tebu (Saccharum officinarum L) PT.Indolampung Perkasa Sebelum Masa Post

(7)
(8)

Be patient. Be patient. Be patient. Be patient.

God’s plan is always more beautiful than our

desire.

Sebab Aku ini mengetahui

rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai

kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu

rancangan damai sejahtera dan bukan

rancangan kecelakaan, untuk memberikan

kepadamu hari depan yang penuh harapan

(Yeremia 29:11)

If you study to ‘remember’, you will forget,

but if you study to ‘understand’, you will

(9)

SANWACANA

Salam Sejahtera.

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, karunia, dan

kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul: “KARAKTERISASI

PLANLET ANGGREK TANAH (Spathoglottis plicata Blume) HASIL SELEKSI DENGAN ASAM FUSARAT SECARA IN VITRO” tepat pada waktunya.

Penulis menyadari banyak sekali pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materil hingga terselesainya skripsi ini. Dengan terselesaikannya skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Endang Nurcahyani, M.Si., selaku Pembimbing I atas segala arahan, bimbingan, kesabaran, nasehat, semangat, motivasi, saran, dan atas

kepercayaan selama penulis melaksanakan penelitian hingga terselesainya skripsi ini.

(10)

4. Bapak Dr. Sumardi, M.Si., selaku Prmbimbing Akademik atas arahan, bimbingan, nasehat, dan semangat kepada penulis dalam menempuh pendidikan di Jurusan Biologi, FMIPA, Unila.

5. Kepala Laboratorium Botani yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian ini.

6. Bapak Ibu Dosen Jurusan Biologi FMIPA Unila yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu penulis mengucapkan terimakasih atas bimbingan dan ilmu yang sudah diberikan kepada penulis selama penulis melaksanakan studi di Jurusan Biologi.

7. Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

8. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

9. Karyawan dan staff laboran di Jurusan Biologi serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

(11)

11. Kedua orangtua yang ku cintai, Bapak (Robertus Harsoyo), Ibu (Veronica Nanik Setyani), adik yang kusayangi (Birgita Dwi Narimawati), mbak (Sih Rahayu Ningtyas) dan seluruh keluarga besarku terimakasih yang sedalamnya atas doa, nasihat, bimbingan, cinta dan kasih sayang yang tak terhingga, pengorbanan, semangat dan dukungan sehingga penulis mampu

menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

12. Teman-temanku Biologi angkatan 2011, Adi, Agra, Agung, iyan, Aini, Isro, Anggi, Astrid, Ayssca, Dany, Debby D, Debby S, Dewi, Diah, Dwi, Edel,eka, Fadil, Suci, Fenida, Cendana, Kadek, Sobran, Mardha, Maria, Melinda, Mery, Mirna, Nindia, Nori, Hani, Putri Ori, Rangga, Reni, Ria, Rilla, Riska, Robit,

Sa’adah, Siti, Tiara, Umi, Vista, Wayan, Wendy, Widamay, dan Yuliani

terimakasih atas kebersamaan, dukungan, motivasi, semangat untuk penulis. 13. Kakak tingkat 2008, 2009, 2010, adik-adik tingkat 2012, 2013, 2014, dan

seluruh Wadya Balad HIMBIO terimakasih atas dukungan dan kebersamaan bagi penulis.

14. Keluarga besar KKN Pugung Raharjo di Lampung Timur dan kelompok KKN (Decka, Della, Bily, Bella, Denta, Christin, Darmawan, dan Deni) untuk kebersamaan, semangat, serta dukungan yang besar bagi penulis. 15. Teman-teman kosan Putri Angga (Nori, Mbak Ely, Mbak Tori, dan Mbak

Alen) terimakasih atas motivasi dan kebersamaan untuk penulis.

16. Teman-teman dari SMA Sugar Group (Agata, Amanda, Yeni, Nur, Miranda, Topan, Wahyu, dan Enggal) untuk semangat, doa, dan dukungannya bagi penulis.

(12)

dalam penyusunan skripsi ini dan jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandarlampung, Juni 2015 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Kerangka Pikir ... 4

E. Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Sejarah Tanaman Anggrek Tanah ... 6

B. Taksonomi Tanaman Anggrek Tanah ... 6

C. Morfologi Tanaman Anggrek Tanah ... 8

D. Nilai Ekonomi Anggrek Tanah ... 9

E. Penyakit Layu Fusarium ... 11

F. Asam Fusarat ... 12

G. Ketahanan Terimbas ... 13

H. Perbanyakan Tanaman Secara In Vitro ... 14

I. Biosintesis Klorofil ... 15

III. METODE PENELITIAN ... 17

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

B. Alat dan Bahan Penelitian ... 17

C. Rancangan Percobaan ... 18

D. Bagan Alir Penelitian ... 19

E. Pelaksanaan Penelitian ... 20

1. Persiapan Medium Tanam ... 20

(14)

3. Penanaman Planlet dalam Medium Seleksi Asam Fusarat ... 21

4. Pengamatan ... 21

a. Persentase Jumlah Planlet yang Hidup ... 21

b. Visualisasi Planlet ... 22

c. Analisis Kandungan Klorofil ... 22

d. Analisis Aktivitas Enzim Peroksidase ... 23

e. Analisis Stomata ... 23

F. Analisis Data ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

A.Seleksi Anggrek Tanah dengan Asam Fusarat ... 25

a. Persentase Jumlah Planlet Hidup ... 26

b. Visualisasi Planlet ... 27

B.Analisis Kandungan Klorofil ... 30

a. Kandungan Klorofil a ... 30

b. Kandungan Klorofil b ... 31

c. Kandungan Klorofil Total ... 33

C.Analisis Aktivitas Enzim Peroksidase ... 35

D.Indeks Stomata ... 38

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 42

A. Simpulan ... 42

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

1. Tata Letak Satuan Percobaan ... 18

2. Persentase Jumlah Planlet Hidup Hasil Seleksi dengan Asam Fusarat ... 26

3. Persentase dan Visualisasi Planlet Hasil Seleksi dengan Berbagai Konsentrasi Asam Fusarat ... 28

4. Kandungan Klorofil a Daun Planlet Angrek Tanah ... 31

5. Kandungan Klorofil b Daun Planlet Anggrek Tanah ... 32

6. Kandungan Klorofil Total Daun Planlet Anggrek Tanah ... 33

7. Aktivitas Enzim Peroksidase Planlet Anggrek Tanah yang Tidak Diimbas (Kontrol) dan Diimbas Asam Fusarat (10, 20, 30, dan 40 ppm) ... 36

8. Indeks Stomata Planlet Anggrek Tanah dengan Berbagai Konsentrasi Asam Fusarat ... 40

9. Komposisi Medium Vacin and Went (VW) ... 51

(16)

11.Analisis Ragam Single Factor Kandungan Klorofil a

Daun Planlet Anggrek Tanah ... 55

12.Analisis Ragam Single Factor Kandungan Klorofil b

Daun Planlet Anggrek Tanah ... 55

13.Analisis Ragam Single Factor Kandungan Klorofil total

Daun Planlet Anggrek Tanah ... 56

14.Analisis Ragam Single Factor Aktivitas Peroksidase

Daun Planlet Anggrek Tanah ... 57

15.Analisis Ragam Single Factor Indeks Stomata Daun

(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

1. Bunga Anggrek Tanah (Spathoglottis plicata Blume) ... 7

2. Perkembangan Produk Anggrek di Indonesia (1997-2011) ... 10

3. Distribusi Produksi Anggrek di Indonesia (1997-2011) ... 10

4. Rumus Struktur Klorofil ... 16

5. Bagan Alir Penelitian ... 19

6. Planlet Anggrek Tanah yang Ditanam pada Medium VW dengan Berbagai Konsentrasi Asam Fusarat Umur 1 Minggu... 25

7. Pertumbuhan Planlet Anggrek Tanah Umur 4 Minggu pada Berbagai Konsentrasi Asam Fusarat... 29

8. Penampang Melintang Daun Planlet Anggrek Tanah ... 39

9. Grafik Kandungan Klorofil a Daun Planlet Anggrek Tanah ... 58

(18)

11.Grafik Kandungan Klorofil Total Daun Planlet

Anggrek Tanah ... 58

12.Grafik Perbandingan Aktivitas Enzim Peroksidase Planlet Anggrek yang Tidak Diimbas (Kontrol) dan Diimbas Asam Fusarat (10, 20, 30, dan 40 ppm) ... 59

13.Grafik Perbandingan Indeks Stomata Daun Planlet Anggrek Tanah yang Tidak Diimbas (Kontrol) dan Diimbas Asam Fusarat (10, 20, 30, dan 40 ppm) ... 59

14.Kurva Hubungan Konsentrasi Asam Fusarat Dengan Kandungan Klorofil a Daun Planlet Anggrek Tanah ... 60

15.Kurva Hubungan Konsentrasi Asam Fusarat Dengan Kandungan Klorofil b Daun Planlet Anggrek Tanah ... 60

16.Kurva Hubungan Konsentrasi Asam Fusarat Dengan Kandungan Klorofil Total Daun Planlet Anggrek Tanah ... 60

17.Kurva Hubungan Konsentrasi Asam Fusarat Dengan Aktivitas Peroksidase Daun Planlet Anggrek Tanah ... 61

18.Kurva Hubungan Konsentrasi Asam Fusarat Dengan Indeks Stomata Daun Planlet Anggrek Tanah ... 61

19.Planlet Anggrek Tanah (Spathoglottis plicata) ... 62

20.Penimbangan Bahan-Bahan Medium Seleksi VW ... 62

21.Pembuatan Medium Seleksi VW ... 62

(19)

vii

23.Medium VW Steril ... 63

24.Pembuatan Konsentrasi Asam Fusarat ... 63

25.Penambahan Asam Fusarat dalam Medium Seleksi ... 64

26.Pengambilan Planlet Anggrek Tanah dari Botol Kultur ... 64

27.Penanaman Planlet Anggrek Tanah pada Medium VW dengan Berbagai Konsentrasi Asam Fusarat yang Berbeda ... 64

28.Planlet Anggrek Tanah pada Medium Seleksi Minggu I ... 65

29.Penimbangan Daun Planlet Anggrek Tanah untuk Analisis Kandungan Klorofil ... 65

30.Pembuatan Ektrak Daun Planlet Anggrek Tanah ... 65

31.Ekstrak Daun Planlet angrek Tanah untuk Uji Klorofil ... 66

32.Pengambilan Daun Planlet Anggrek Tanah ... 66

33.Penimbangan Daun Planlet Anggrek Tanah untuk Uji Aktivitas Peroksidase ... 66

34.Spektrofotometer untuk Uji Kandungan Klorofil dan Aktivitas Peroksidase ... 67

35.Pengambilan Data Klorofil dan Aktivitas Peroksidase Daun Planlet Anggrek Tanah ... 67

(20)

37.Pemotongan Daun Planlet Anggrek Tanah untuk Dimasukkan

dalam Larutan Kloralhidrat ... 68

38.Potongan Daun Planlet Anggrek Tanah Direndam dalam

Larutan Kloralhidrat ... 68

39.Pengamatan Stomata pada Daun Planlet Anggrek Tanah ... 68

40.(A).Micrometer Perbesaran 10x10 pada Mikroskop

(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan dengan keragaman varietas dan jenis tanaman hortikultura, misalnya tanaman anggrek. Anggrek merupakan tanaman hias yang sangat indah dan menarik karena bentuk, warna, dan ukuran bunga yang beragam. Selain itu, anggrek banyak disenangi dan disukai masyarakat luas karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi

(Ramadiana et al., 2008).

Tanaman anggrek pada dasarnya berkembang biak dengan biji. Di samping itu, anggrek dapat dibiakkan dengan metode kultur jaringan yaitu teknik menumbuh-kembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan, atau organ dalam kondisi aseptik secara in vitro (Yusnita, 2010). Pengembangan anggrek dengan kultur jaringan dapat menghasilkan planlet dalam jumlah banyak dan waktu yang relatif singkat. Hasil seperti ini tidak dapat ditemukan dalam perbanyakan secara konvensional (Panjaitan, 2005).

(22)

angka produksi anggrek nasional meningkat sebesar 92,86% (Anonymous, 2012a). Pemerintah Indonesia berupaya mendorong pengembangan anggrek melalui peningkatan ekspor non migas tetapi upaya tersebut belum

menunjukkan hasil yang maksimal. Di Indonesia, diharapkan anggrek dapat meningkatkan pendapatan petani dan devisa negara

(Widiastoety et al., 2009).

Pembudidayaan tanaman anggrek memiliki banyak kendala yang dihadapi seperti timbulnya penyakit dari jamur patogen, bakteri, ataupun virus yang menyerang bagian-bagian pada tubuh tanaman anggrek (Djatnika, 2012). Beberapa penyakit pada tanaman anggrek yang disebabkan oleh jamur,

bakteri, dan virus adalah busuk hitam, busuk akar, layu fusarium, busuk lunak, bercak daun, busuk daun, Cymbidium mosaic, dan bercak bercincin. Penyakit layu fusarium merupakan salah satu kendala dalam budidaya tanaman anggrek tanah. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum (Fo) yang dapat menyerang akar yang terluka (Anonymous, 2004a).

(23)

3

pathogenesis dan general terhadap tumbuhan sehingga bisa diaplikasikan untuk banyak tanaman. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penambahan AF pada medium sebagai komponen seleksi berkorelasi dengan tingkat ketahanan tanaman terhadap fusarium pada tingkat lapang. Pendekatan seleksi in vitro

dilaporkan telah menghasilkan banyak varietas tanaman tahan diantaranya pada tanaman semangka (Bacon et al., 1996), pisang ambon (Soesanto dan

Rahayuniati, 2009), melon (Sujatmiko et al., 2012), dan vanili (Nurcahyani et al., 2012).

Penggunaan AF dalam konsentrasi yang toleran, sejauh ini belum pernah dilaporkan secara pasti dan tepat dalam pengimbasan ketahanan planlet

Spathoglottis plicata, oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang konsentrasi AF yang toleran terhadap ketahanan planlet Spathoglottis plicata.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui konsentrasi asam fusarat toleran untuk seleksi planlet

S. plicata secara in vitro.

2. Mengetahui dan menganalisis karakter ekspresi yang spesifik pada planlet

S. plicata yang insensitif terhadap asam fusarat secara in vitro.

C. Manfaat Penelitian

(24)

dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang pemuliaan dan penyakit tanaman.

D. Kerangka Pikir

Anggrek tanah (Spathoglottis plicata) merupakan salah satu tanaman komoditas hortikultura yang memiliki nilai jual yang tinggi di Indonesia. Penyakit layu fusarium merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan penurunan produktivitas anggrek tanah. Fusarium oxysporum secara umum dapat bertahan di dalam tanah sebagai klamidospora yang merupakan bentuk modifikasi dari miselium. Patogen ini dalam bentuk klamidospora dapat bertahan hingga bertahun-tahun, sehingga menyebabkan pengendalian serangan Fo menggunakan fungisida tidak efektif (Zitter, 1998).

Kultivar yang resisten terhadap infeksi Fo dapat diidentifikasi melalui seleksi secara in vitro dalam medium dengan penambahan asam fusarat (Bacon et al., 1996). Asam fusarat (5-n-butylpicolinic acid) merupakan fitotoksin

non-spesifik yang dihasilkan oleh Fo dan menyebabkan gejala layu serta busuk pada berbagai tanaman (Landa et al., 2002).

Bouizgarne et al. (2006) menyatakan konsentrasi asam fusarat toksik (di atas 10-5 M) menyebabkan kematian tanaman, tetapi konsentrasi non toksik (di bawah 10-6 M) justru membantu mengimbas sintesis fitoaleksin, suatu bentuk respon tanaman untuk menghambat aktivitas patogen. Penggunaan asam fusarat sebagai agen penyeleksi dalam seleksi in vitro dapat

(25)

5

sehingga setelah diregenerasikan menjadi tanaman dapat menghasilkan galur yang resisten atau toleran terhadap infeksi patogen (Nurcahyani et al., 2014).

E. Hipotesis

1. Terdapat konsentrasi asam fusarat yang toleran untuk seleksi planlet S. plicata secara in vitro.

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Tanaman Anggrek Tanah

Pada tahun 1928, biji anggrek berhasil ditumbuhkan melalui kultur in vitro oleh R.E. Holtum dengan menggunakan formula Knudson. Hasil persilangan Holtum yang pertama kali berbunga adalah hibrida Spathoglottis. Sejak tahun 1970-an, beberapa spesies yang tumbuh di Malaysia seperti Spathoglottis affinis, S. aurea, S. graculis, S. hardingiana, S. microchilina, dan S. plicata mulai banyak dibudidayakan di Singapura (Gunadi, 1986).

B. Taksonomi Tanaman Anggrek Tanah

Nama genetik Spathoglottis berasal dari bahasa Yunani; spathe berarti belati dan glossa atau glotta berarti lidah, mengacu pada karakteristik labellum dari genus Spathoglottis (Davis dan Steiner 1982). Jenis Spathoglottis plicata

berwarna ungu sering banyak dijumpai. Sekitar 40 spesies terdapat di Asia Tenggara dan Papua Nugini, 7 spesies di antaranya asli Filipina. Nama spesifik

(27)

7

Menurut Dressler dan Dodson (2000), klasifikasi anggrek tanah (Spathoglottis plicata) adalah sebagai berikut.

Divisio : Magnoliophyta Classis : Liliopsida Sub-classis : Lilidae

Ordo : Orchidales

Familia : Orchidaceae Genus : Spathoglottis

Species : Spathoglottis plicata Blume

Tanaman ini memiliki bunga yang berwarna ungu dan tumbuh pada tandan yang terletak di antara daun. Anggrek tanah ini tumbuh pada temperatur 28 °C ± 2 ºC dengan temperatur minimum 15 °C, memiliki perawatan insentif

akan kebutuhan air, umumnya dapat tumbuh pada bermacam-macam keadaan tanah (Anonymous, 2010).

Gambar 1. Bunga Anggrek tanah (Spathoglottis plicata Blume) T= Tepala, C= Column, dan L= Labellum

(28)

Anggrek Spathoglottis yang sudah lama dikenal di Indonesia memiliki ukuran bunga yang bervariasi, dari yang kecil dan sempit sampai besar dan lebar dengan panjang tangkai bunga yang beragam pula. Spathoglottis tumbuh sempurna bila kebutuhan hidupnya tercukupi, seperti cahaya, air, udara, suhu, dan unsur hara. Spathoglottis tumbuh baik di bawah naungan maupun tanpa naungan, bergantung spesiesnya. Tanaman muda atau bibit memerlukan cahaya lebih sedikit daripada tanaman dewasa. Jumlah cahaya yang tepat ditandai dengan daun berwarna hijau muda, permukaan daun mengkilap, tanaman tumbuh segar dan rajin berbunga (Anonymous, 2006).

Anggrek Spathoglottis plicata dapat di gunakan sebagai tanaman model dalam proses pengimbasan ketahanan dikarenakan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) dapat tumbuh dengan cepat dan (2) mudah dibudidayakan (Anonymous, 2008).

C. Morfologi Tanaman Anggrek Tanah

Anggrek Spathoglottis plicata biasanya digunakan sebagai tanaman penutup tanah dan tanaman hias hortikultura. Secara umum, S. plicata memiliki karakteristik antara lain: sistem perakaran serabut, berumbi semu kecil, memiliki 4-8 daun yang berlipat membujur, bunga tandan menancap pada sisi samping umbi atau pangkal umbi, dan bertangkai panjang (Anonymous, 2008).

(29)

9

daun pelindung yang jelas, daun kelopak, dan daun mahkota lebih kurang sama. Bibir bunga bertaju tiga, berkuku, dan terdapat penebalan berupa dua tonjolan pada pangkal kuku (Dressler, 1990).

D. Nilai Ekonomi Anggrek

Sejalan dengan globalisasi ekonomi, maka usaha peningkatan dan penganekaragaman produk anggrek menjadi sangat penting, karena akan mempermudah perluasan pasar dengan meningkatnya kemampuan bersaing di pasar dalam dan luar negeri. Apabila tidak mampu melakukan hal tersebut, maka di dalam negeripun komoditas anggrek tidak akan mampu bersaing dengan produk yang masuk (Anonymous, 2004b).

Perkembangan produk anggrek di Indonesia sejak tahun 1999 berkecendrungan meningkat. Pada thaun 2004, produksi anggrek nasional meningkat 8,03 juta tangkai dibandingkan tahun 1999. Pada tahun 2011, angka produksi anggrek nasional meningkat sebesar 92,96% dibandingkan tahun 2004. Secara

(30)

Perkembangan produksi anggrek di Indonesia disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Perkembangan produk anggrek di Indonesia (1997-2011) (Anonymous, 2012a).

Distribusi produksi anggrek di Indonesia hanya tersebar di 7 propinsi. Selama tahun 2007-2011, ketujuh propinsi tersebut berkontribusi hingga 85% rata-rata produksi anggrek Indonesia. Propinsi Jawa barat memiliki kontribusi terbesar mencapai 27,48% terhadap rata-rata produksi anggrek Indonesia. Sedangkan, DKI Jakarta hanya mampu berkontribusi 8,08% dari rata-rata produksi anggrek nasional, diikuti oleh Bali yang berkontribusi sebesar 6,28%

(Anonymous, 2012a).

Produksi anggrek per propinsi disajikan pada Gambar 3.

(31)

11

E. Penyakit Layu Fusarium

Fusarium oxysporum (Fo) merupakan salah satu jamur tanah atau biasa disebut

soil in habitant. Jamur ini sukar dibebaskan pada tanah yang sudah terinfeksi karena bersifat tular tanah (Semangun, 2001). Klasifikasi jamur penyebab layu fusarium menurut Semangun (2001) adalah sebagai berikut.

Divisio : Ascomycota Classis : Sordariomycetes Ordo : Hypocrales Familia : Nectriaceae

Genus : Fusarium

Species : Fusarium oxysporum

Fusarium oxysporum dapat menyebabkan penyakit layu fusarium dan mematikan bagi tanaman. Spora dari Fo sangat sulit diberantas karena dapat bertahan di udara dalam jangka waktu yang lama (Djaenuddin, 2003).

Akar yang terinfeksi akan busuk sampai pangkal batang. Floem dan xilem akan bewarrna ungu sampai merah jambu muda jika akar rimpang dipotong

(Semangun, 2001).

Koloni Fusarium berwarna merah muda hingga biru violet dan bagian tengah bewarna lebih gelap dibandingkan pada bagian pinggir. Tekstur koloni

berbentuk seperti wol saat konidium terbentuk (Fran & Cook, 1998). Fusarium oxysporum tersusun atas mikrokonidium dan makrokonidium. Jamur ini

(32)

serta jaringan parenkim dekat terjadinya infeksi (Semangun, 2001).

F. Asam Fusarat

Jamur Fusarium heterosporum Nee. menghasilkan metabolit sekunder berupa senyawa asam fusarat (AF). Asam fusarat atau 5-n-butylpicolinic acid adalah salah satu fitotoksin non-spesifik yang dihasilkan oleh jamur penyebab gejala layu serta busuk di berbagai tanaman (Landa et al., 2002).

Asam Fusarat dapat menghambat pertumbuhan sel diantaranya menghambat respirasi pada mitokondria, menurunkan ATP pada membran plasma dan mereduksi polifenol oksidase (Van den Bulk, 1991). Selain itu, AF mampu mempengaruhi fungsi organel dari sel tanaman yaitu mitokondria sehingga proses respirasi terganggu, menghambat kerja dari enzim kristalin katalase dan membran sel (Vesonder dan Hesseltime, 1981).

Menurut Sukmadjaja et al. (2003), AF dapat berperan dalam penghambatan oksidasi sitokinin, mereduksi aktivitas polifenol oksidase sehingga

menghambat pertumbuhan, serta menyebabkan klorosis pada daun muda. Konsentrasi AF non toksik (di bawah 10-6 M) dapat mengimbas sintensis fitoaleksin yaitu respon tanaman dalam penghambatan aktivitas patogen, sedangkan konsentrasi toksik dari AF dapat menyebabkan kematian

(Bouizgarne et al., 2006). Ketahanan planlet terhadap toksin memiliki korelasi yang positif dengan ketahanan tanaman terhadap Fusarium

(33)

13

G. Ketahanan Terimbas

Dalam penanganan atau pengendalian secara hayati dapat dilakukan melalui proses interaksi secara langsung maupun tidak langsung antara populasi patogen dan agens hayati (Agrios, 2005). Untuk mendapatkan tanaman yang resisten dari suatu patogen adalah dengan menggunakan agens penginduksi seperti asam fusarat. Ketahanan yang diperoleh dari suatu agens penginduksi dikenal dengan ketahanan sistemik terinduksi atau ketahanan terimbas.

Pada dasarnya, ketahanan terimbas dalam pelaksanaannya lebih efisien karena bersifat tidak spesifik terhadap jenis patogen. Ketahanan terimbas merupakan mekanisme ketahanan melalui proses inokulasi tanaman secara hayati sehingga terjadilah suatu bentuk peningkatan terhadap inokulasi berikutnya (Agrios, 2005). Peningkatan enzim peroksidase termasuk kelompok Pathogenesis Related-protein (PR-protein) dapat menggambarkan terjadinya mekanisme ketahanan tanaman terhadap suatu infeksi patogen (Agrawal et al., 1999).

Pathogenesis Related-protein (PR-protein) merupakan suatu protein spesifik pada tanaman yang berperan dalam mempertahankan kelangsungan kehidupan tanaman, khususnya dalam menangkal serangan dari mikroorganisme atau suatu virus patogen yang berbahaya bagi tanaman tersebut

(Soedjanaatmadja, 2008). Menurut van Loon et al. (1994) peroksidase

(34)

dengan asam fusarat akan mengaktivasi gen peroksidase sebagai mekanisme ketahanan. Asam fusarat pada konsentrasi non-toksik dapat mengakibatkan peningkatan dan pengaktifan O2 dan H2O2. Aktivitas dari H2O2 berhubungan dengan peroksidase dalam biosintesis lignin. H2O2 merupakan pendonor peroksidase untuk pembentukan lignin (Bouizgarne et al., 2006; Kuzniak et al., 1999).

Pengimbasan ketahanan tanaman anggrek tanah terhadap penyakit layu

fusarium dengan menggunakan AF yakni senyawa non-toksik yang dihasilkan oleh Fusarium oxysporum justru lebih efisien dibandingkan dengan

menggunakan beberapa fungsida yang tidak ramah lingkungan. Suatu ketahanan terimbas perlu diberikan pada tanaman yang belum terinfeksi patogen. Dalam proses ketahanan terimbas ini akan mengurangi gejala dari patogen karena terjadinya perubahan biokimia di dalam tanaman (Baker dan Paulizt, 1993).

H. Perbanyakan tanaman secara in vitro

Kultur in vitro merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam medium buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya

(Teng et al., 1997).

(35)

15

kemampuan totipotensi dimana setiap sel tersebut apabila diletakkan dalam lingkungan yang sesuai maka dapat tumbuh menjadi tanaman yang sempurna. Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dan waktu yang relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologis dan morfologis sama persis dengan tanaman induknya. Secara in vitro, suatu eksplan atau bagian dari tumbuhan dapat berkembang menjadi tanaman yang sempurna yang memiliki organ yang lengkap. Pembentukan organ pada tanaman secara in vitro dengan secara langsung apabila suatu eksplan diinduksi langsung membentuk organ tanpa pembentukan kalus terlebih dahulu. Selanjutnya, sel-sel yang sudah terinduksi dapat melanjutkan pertumbuhannya menjadi embrio. Setelah itu, embrio dapat berkembang menjadi tanaman utuh (Hendaryono et al., 2012)

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara in vitro membutuhkan komponen penting seperti medium (Gunawan, 1997). Medium berperan dalam penyediaan air, vitamin, dan zat pengatur tumbuh (Wattimena et al., 1992). Faktor lingkungan yang mendukung perkembangan kultur jaringan antara lain pH, kelembapan, cahaya, dan temperatur. Faktor terebut berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel tanaman (Nugroho, 2000).

I. Biosintesis klorofil

(36)

Klorofil a bersifat kurang polar dan bewarna biru hijau, sedangkan klorofil b bersifat polar dan bewarna kuning hijau (Anonymous, 2012).

Gambar 4. Rumus Strukur Klorofil

(Sumber: Anonymous, 2012b)

Jalur biosintesis klorofil terbagi atas beberapa tahap. Tahap pertama adalah konversi asam glutamat menjadi 5-aminolevulinic acid (ALA). Molekul ALA akan berkondensasi membentuk porpobilinogen (PGB), kemudian akan

membentuk cincin pirol. Tahap berikutnya adalah perakitan struktur porphyrin dari molekul PGB yang melibatkan enam enzimatis yang menghasilkan

(37)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2015 di Laboratorium Botani (ruang penelitian in vitro), Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat – alat Penelitian

Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah aluminium foil,

Autoclave,Laminar Air Flow Cabinet (LAF) merk ESCO, pinset, scalpel, mata pisau scalpel, kertas filter,Erlenmeyerberukuran 50 ml, cawan petri berdiameter 10 cm, corong, botol kultur berukuran 250 ml, gelas ukur bervolume 100 ml dan 500 ml, kertas label, mikroskop, mikropipet, pipet tip, spektrofotometri (Shimudzu UV 800), tabung reaksi, rak tabung reaksi, timbangan analitik Ohaus, tisu, waterbatt, dan kamera Canon Ixus 951S.

2. Bahan – bahan penelitian

(38)

acid) from Giberella fujikuroi}, alkohol 70 %, akuades, Benzine Amino Purine (BAP), Indole-3-Acetic Acid (IAA), sukrosa, Plant Preservative Mixture (PPM), Kalium Hidroksida (KOH), Asam Chlorida (HCl), Formalin Aseto Alkohol (FAA), dan bahan kimia medium VW (Vacin & Went) padat yang komposisinya disajikan dalam Lampiran 1.

C. Rancangan Percobaan

Rancangan Penelitian ini disusun dengan pola dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu konsentrasi asam fusarat yang terdiri atas 5 taraf yaitu: 0 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, dan 40 ppm. Masing-masing konsentrasi dilakukan 5 kali ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 3 eksplan

S. plicata dalam setiap botol kultur. Tabel 1. Tata letak satuan percobaan

K5U1 K4U5 K3U4 K1U2 K2U4

K4U1 K5U2 K2U3 K1U3 K1U4

K3U1 K4U2 K5U3 K3U5 K2U5

K2U1 K3U2 K4U3 K5U4 K1U5

K1U1 K2U2 K3U3 K4U4 K5U5

Keterangan :

K1 : Konsentrasi 0 ppm (kontrol) K2 : Konsentrasi 10 ppm

(39)

19

D. Bagan Alir Penelitian

Penelitian terdiri atas beberapa tahap, yaitu: 1) Penanaman planlet S. plicata

umur 2 bulan ke dalam medium VW yang sudah ditambahkan AF sesuai konsentrasi; 2) Penentuan kisaran konsentrasi asam fusarat toleran untuk seleksi planlet S. plicata secara in vitro; 3) analisis karakter ekspresi yang spesifik pada planlet S. plicata meliputi persentase jumlah planlet yang hidup, visualisasi planlet, analisis kandungan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total, serta analisis indeks stomata. Tahap penelitian ini disajikan dalam bentuk bagan alir seperti tercantum pada Gambar 3.

Gambar 5. Bagan alir penelitian Karakterisasi planlet: spesifik planlet S. plicata:

kandungan klorofil a, b, dan total, indeks stomata, dan enzim stomata, dan enzim peroksidase

Terbentuknya

ketahanan pada planlet

S. plicata hasil pengimbasan AF Seleksi planlet S. plicata

dengan AF pada berbagai konsentrasi

Planlet S. plicata yang tahan tidak

menunjukkan layu dan tetap tumbuh

(40)

E. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian meliputi beberapa tahap sebagai berikut. 1. Persiapan medium tanam

Medium yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vacint & Went (VW) padat. Pembuatan medium tanam VW sebanyak 1 liter adalah dengan cara memipet sejumlah larutan stok (Lampiran 1), kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 1 liter. Akuades ditambahkan sampai tanda (1 liter) dan pH diatur sampai 5,5. Untuk mendapatkan pH 5,5 dilakukan penambahan KOH 1 N atau HCl 1 N. Larutan tersebut kemudian dipindahkan ke dalam wadah yang lebih besar kemudian ditambahkan agar-agar sebanyak 7 g/l, sukrosa 30 g/l, dan PPM 0,5 ml/l. Larutan medium dipanaskan untuk melarutkan agar-agar (sambil diaduk) sampai mendidih. Penambahan ZPT dilakukan setelah larutan medium diangkat, kemudian dituangkan ke dalam botol kultur sebanyak 20 ml/botol. Sterilisasi medium dengan

menggunakan autoklaf dengan tekanan 17,5 psi, 121 0C selama 15 menit.

2. Persiapan medium seleksi

Medium Vacint & Went (VW) ditambah asam fusarat (AF) dengan

(41)

21

medium diinkubasikan selama 7 hari pada suhu kamar (25 oC) untuk

memastikan bahwa AF telah tersaring dengan baik. Apabila dalam waktu 7 hari tidak terjadi kontaminasi pada medium, maka medium dapat

digunakan.

3. Penanaman planlet dalam medium seleksi asam fusarat

Eksplan yang digunakan berupa planlet steril. Planlet-planlet dari botol kultur dikeluarkan dengan scalpel steril dan satu-persatu diletakkan di atas cawan petri berdiameter 10 cm, kemudian planlet dipilah satu-satu, setelah itu ditanam pada masing-masing botol kultur yang berisi medium perlakuan yang telah ditentukan seperti pada butir 2) di atas. Masing-masing

konsentrasi dilakukan 5 kali ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 3 eksplan S. plicata dalam setiap botol kultur.

4. Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada akhir minggu ke-4 dan dievaluasi untuk mengetahui konsentrasi AF yang toleran untuk seleksi planlet S. plicata secara in vitro. Setelah 4 minggu inkubasi, planlet yang masih hidup di dalam botol kemudian dikarakterisasi dengan parameter sabagai berikut.

a. Persentase jumlah planlet yang hidup

Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah planlet S. plicata

yang hidup yaitu: Jumlah planlet hidup Jumlah seluruh planlet (Nurcahyani, 2014)

(42)

b. Visualisasi planlet, meliputi warna tunas yang terbentuk dengan klasifikasi sebagai berikut: hijau, hijau dengan bagian tertentu berwarna cokelat, cokelat.

c. Analisis kandungan klorofil

Bahan untuk analisis klorofil menggunakan daun planlet S. plicata yang sudah diimbas dengan AF, menggunakan metode Harbourne (1987) dengan spektrofotometer. Adapun langkah kerjanya sebagai berikut.

Daun planlet S. plicata yang seragam sebanyak 0,1 g dihilangkan ibu tulang daunnya, kemudian digerus dengan mortar (pestle) dan ditambahkan 10 mL aseton 80%. Setelah itu larutan disaring dengan kertas Whatmann No. 1, dan dimasukkan ke dalam flakon serta ditutup rapat.

Larutan sampel dan larutan standar (aseton 80%) di ambil sebanyak 1 mL, kemudian dimasukkan dalam kuvet. Setelah itu dilakukan pembacaan serapan dengan spektrofotometer UV pada panjang

gelombang (λ) 646 nm dan 663 nm, dengan ulangan tiap sampel

sebanyak 3 kali. Kandungan klorofil dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

(43)

23

d. Analisis aktivitas enzim peroksidase

Aktivitas enzim peroksidase dianalisis dengan metode dari Saravanan et al. (2004). Dibuat campuran 1,5 mL 0,05 M pirogalol, 0,5 mL ekstrak enzim dari daun planlet Spathoglottis plicata, dan 0,5 mL 1% H2O2. Campuran diendapkan dalam suhu kamar dan dimasukkan ke dalam kuvet berukuran 0,5 mL. Spektrofotometer (Shimudzu UV 800) diatur dengan panjang gelombang 420 nm dan dibaca dari nol. Aktivitas enzim dihitung dalam U/mg/min. Satu unit adalah aktivitas berubahnya Optimal Density (OD) 420 nm pada spektrofotometer per menit.

e. Analisis Stomata

Pembuatan preparat stomata dengan metode dari Ruzin (1999) sebagai berikut.

Dibuat potongan-potongan segi empat dari daun planlet S. plicata dengan sisi ± 5 mm dan dimasukkan ke dalam tabung berisi larutan kloralhidrat dalam air (5:1). Tabung dipanasi dalam waterbath selama ± 10-15 menit hingga potongan daun tersebut transparan. Potongan daun diletakkan dalam larutan khloralhidrat pada gelas benda. Permukaan yang ada stomatanya diletakkan disebelah atas, kemudian ditutup dengan gelas penutup. Preparat diamati pada 5 bagian daerah yang berlainan. Tiap sel epidermis (E) ditandai dengan (x), tiap stoma (S) ditandai dengan (O). Indeks stomata besarnya dihitung dengan rumus: S

E + S

(44)

F. Analisis Data

(45)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini meliputi:

1. Konsentrasi asam fusarat toleran untuk seleksi planlet anggrek tanah secara in vitro adalah 40 ppm.

2. Planlet anggrek tanah yang diimbas asam fusarat memiliki karakter ekspresi yang berbeda dengan planlet anggrek tanah yang tidak diimbas asam fusarat.

a. Kandungan klorofil a, b, dan total pada daun planlet anggrek tanah yang diimbas asam fusarat mengalami peningkatan secara nyata dibandingkan kontrol. Semakin tinggi konsentrasi asam fusarat yang diberikan, maka semakin meningkat kandungan klorofil a, b, dan total. b. Peningkatan secara nyata aktivitas enzim peroksidase terjadi pada

planlet anggrek tanah yang diimbas dengan asam fusarat dibandingkan kontrol. Hal tersebut berbanding lurus dengan semakin meningkatnya cekaman asam fusarat yang diberikan.

c. Indeks stomata pada daun planlet anggrek tanah yang diimbas dengan asam fusarat mengalami peningkatan secara nyata dibandingkan daun planlet anggrek tanah yang tidak diimbas dengan asam fusarat

(46)

B.Saran

Perlu adanya peningkatan konsentrasi asam fusarat dan infeksi

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Abeles, F.B., C.L. Biles, and L.J. Dunn. 1990. Induction of Peroxidases as a Response to Environmental Stimuli. Monograph. British Soc. Plant Grow Regulation. (Abstract)

Agrawal, A.A., S. Tuzun, and E. Bent. 1999. Induced Plant Defenses Againts Phatogens and Herbivores, Biocemistry, Ecology, and Agryculture. APS Press, St. Paul. Minessota. 390p.

Agrios, G.N. 2005. Plant Pathology. 5thed. Elsevuer Academic Press, California. Amilah dan Y. Astuti. 2006. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Taoge dan Kacang

Hijau pada Media Vacin and Went (VW) terhadap Pertumbuhan

Kecambah Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis L.). Bulletin Penelitian.

No. 09.

Anonymous. 2004a. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. UGM Press. Yogyakarta. 29-30. 850 p.

_________. 2004b. Direktorat Tanaman Hias. http://www.litbang.pertanian.go.id /special/komoditas/files/0104-ANGGREK.pdf. Diakses pada 4 November 2014

Anonymous. 2006. Varietas Baru Anggrek Spathoglottis yang Menawan. Balai Penelitian Tanaman Hias. Warta Penelitian dan Pengembangan

Pertanian. Vol.28, No.3.

Anonymous. 2008. Anggrek. Bidang Pemberdayaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta. 17 p.

Anonymous. 2009. Survei Pertanian Produksi Tanaman Sayur dan Buah-buahan di Indonesia. BPS: Jakarta.

__________. 2010. http://www.petanimudabogor.com/product/41/445/Anggrek- Tanah-Spathoglottis-plicata#/image-product/img1346-341639906.jpg. Diakses pada 20 Oktober 2014.

(48)

Anonymous. 2012b. Klorofil. http://www.seafast.ipb.ac.id.hijau-klorofil.pdf. Diakses pada 18 November 2014

Arai, M. and M. Takeuchi. 1993. Influence of Fusarium Wilt toxin(s) on

Carnation cell. Plant Cells, Tissue and Organ Culture (34). Pp: 287-293. Artlip, T.S. and E.A. Funkhouser. 1995. Protein Synthetic Responses to

Environmental Stresses. In M. Pessarakli (Ed). Handbook of Plant and Crop Physiology. Marcel Dekker,. Inc., New York. pp.627-644

Bacon, C.W., J. K. Porter, W.P. Norred, and J.F. Leslie. 1996. Production of Fusaric Acid by Fusarium Species. Applied and Enviromental

Microbiology 62. Pp: 4039-4043.

Baker, R. and T.C. Paulitz. 1993. Theoritical basic for microbial interaction leading to bioligical control of soil borne pathogen. St Paul Minn. Pp: 50-70

Bouizgarne, B., H. El-Maarouf Bouteau, C. Frankart, D. Reboutier, K. Madiona, A. M. Pennarun, M. Monestiiez, J. Trouverie, Z. Amiar, J. Briand, M. Brault, J.P Rona, Y. Ouchdouch, and I. El Hadrami. 2006. Early physiological responses of Arabidopsis thaliana cells to fusaric acid: Toxic and Signalling effects. New Phytopathologist 169. Pp: 209-218. Czerpak, R., P. Dobrzyn, A. Krotke, and E. Kicinska. 2002. The effect of auxins

and salicylic acid on chlorophyll and carotenoid contents in Wolffia arrhiza (L.) Wimm. (Lemnaceae) growing on media of various trophicities. Pol. J. Environ. Stud.11, 231-235.

Damayanti, F. 2010. Peningkatan Ketahanan Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.) Hasil Kultur Jaringan Terhadap Penyakit Layu Fusarium Melalui Seleksi Asam Fusarat. Jurnal Ilmiah Faktor Exacta. 3(4):310-319.

Davis, R.S and M.L. Steiner. 1982. Philippines Orchids. Entrient Press, Atlagmalolos, Bulacan. 270 pp.

Djaenuddin, N., 2003. Bioekologi dan Pengelolaan Penyakit Layu Fusarium:

Fusarium oxysporum. Balai Penelitian Tanaman Serelia. Maros. Pp: 67-71. Djatnika, I. 2012. Seleksi Bakteri Antagonis untuk Mengendalikan Layu Fusarium

pada Tanaman Phalaenopsis. J. Hort. 22 (3). Pp: 276-284.

Dressler, R. L. 1990. The Orchids, Natural History and Classification. Harvard University Press. Cambridge, Massachusetts. 332 p.

Dressler, R. and C. Dodson. 2000. Classification and phylogeny in Orchidaceae.

(49)

46

Fahn A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Edisi ke-3. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 943 p.

Fran, F., and N.B. Cook. 1998. Fundamental of Diagnostic Mycology. WB Sanders Company. Philadelphia. 283 p.

Gunawan, L.W. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman. PAU Bioteknologi IPB Bogor. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . Bogor. 396 p.

Gunadi, T. 1986. Anggrek dari Benua ke Benua. Angkasa, Jakarta. 129 p. Hadi, H. 2003. Analisis Genetik Sifat Ketahanan Tanaman Karet Terhadap

Penyakit Gugur Daun Corynespora. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Hamza, A., A. Derbalah, and M. El-Nady. 2012. Identification and Mechanism of

Echinochloa crus-galli Resistance to Fenoxapro-p-ethyl with respect to Physiological and Anatomical Differences. Scientific World Journal. 2012: 1-8

Han. H.S., and K.D. Lee. 2005. Plant growth promoting rhizobacteria effect on antioxidant status, photosynthesis, Mineral uptake and growth of lettuce under soil salinity. Research Journal of Agriculture and Biological Sciences. 1(3): 210-215

Harbourne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Terjemahan: Padmawinata K & Sudiro I. Penerbit ITB Bandung. pp: 259-261

Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. ITB. Bandung

Hendaryono, P. Daisy, Sriyanti, dan A. Wijayarni. 2012. Teknik Kultur jaringan. Penerbit: Kanisius. Pp: 26-31.

Holtum, R.E. and 1. Enoch. 1972. Flora of Malaya. Orchid. Gov Printing Office, Singapura 1: 759 p.

Kuzniak, E., J. Patykowski, and H. Urbanek. 1999. Involvement of the

antioxidative system in tomato responses to fusaric acid treatment. Journal of phytopathology. 147: 385-390

Kuzniak, E. 2001. Effects of Fusaric Acid on Reactive Oxygen Species (ROS) and antioxidants in Tomato Cell Cultures. Journal of Phytopathology. 149: 575-582

(50)

rhizobacteria and Fusarium oxysporum. Canadia Journal of Microbiology.

48: 971-985.

Lestari, N.K.D., I.A. Astarini, dan I.G.M.O. Nurjaya. 2012. Perubahan Anatomi Stomata Daun Lili Trumpet (Lilium Longiflorum) Setelah Pemaparan Radiasi Sinar X. Jurnal Metamorfosa I. 1: 1-5

Matsumoto, K., M.L. Barbosa, L.A.C. Souza, and J.B. Teixeira. 1995. Race 1 fusarium wilt tolerance on banana plants selected by fusaric acid.

Euphytica. 84:67-71

Nugroho A. 2000. Pedoman Pelaksanaan Kultur Jaringan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nurcahyani, E., I. Sumardi, B. Hadisutrisno, dan E. Suharyanto. 2012. Penekanan Perkembangan Penyakit Busuk Batang Vanili (Fusarium oxysporum f. sp.

vanillae) Melalui Seleksi Asam Fusarat Secara In Vitro.Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika. Terakreditasi SK No. 110/DIKTI/Kep/2009. ISSN: 1411-7525. Vol. 12 /No. 1: 12-22

Nurcahyani, E. 2013. Karakterisasi Planlet Vanili (Vanilia planifolia Andrews.) Hasil Seleksi In Vitro dengan Asam Fusarat Terhadap Fusarium

oxysporum f.sp. vanillae. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Disertasi. (Tidak dipublikasikan).

Nurcahyani, E., B. Hadisutrisno, I. Sumardi, dan E. Suharyanto. 2014. Identifikasi galur planlet vanili (Vanilla planifolia Andrews) Resisten terhadap infeksi Fusarium oxysporum f. sp. vanillae hasil seleksi in vitro denganasam fusarat. Prosiding Seminar Nasional: “Pengendalian Penyakit Pada Tanaman Pertanian Ramah Lingkungan”. Perhimpunan Fitopatologi Indonesia Komda Joglosemar-Fakultas Pertanian UGM. ISBN 978- 602-71784-0-3./2014 Hal. 272- 279.

Panjaitan, E. 2005. Respons Pertumbuhan Tanaman Anggrek (Dendrobium sp.) Terhadap Pemberian BAP dan NAA Secara In Vitro. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. Vol.3. No. 3. Pp: 45-51.

Phabiola, T.A. dan K. Khalimi. 2012. Pengaruh Aplikasi Formula Pantoea agglomerans Terhadap Aktivitas Antioksidan dan Kandungan Klorofil Daun Tanaman Strowberi. Jurnal Agrotrop. 2(2):125-131.

Peruanskii, Y.V., I.M. Savich, and T.L. Tazhibaeva. 1991. Relative content and amino acid composition of the iso peroxidases in leaves of wheat and maize sedlings as criterion of resistance to low temperature stress.

(51)

48

Purwati, R.D., U.S. Budi, dan Sudarsono. 2007. Penggunaan asam fusarat dalam seleksi in vitro untuk resistensi abaka terhadap Fusariumoxysporum f.sp. cubense. Jurnal Littri. 13(2): 64-72.

Radwan, D.E.M., and D.M. Soltan., 2012. The Negative Effects of Clethodium in Photosynthesis and Gas Exchange Status of Maize Plants are

Ameliorated by Salicylic Acid Pretreatment. Photosynthatica. pp : 012-016.

Ramadiana, S., A.P. Sari, Yusnita dan D. Hapsoro. 2008. Hibridisasi, Pengaruh Dua Jenis Media Dasar dan Pepton Terhadap Perkecambahan Biji dan Pertumbuhan Protokorm Anggrek Dendrobium Hibrida secara In Vitro. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II Universitas Lampung.17-18 Agustus.

Rao, M.V., and P.S. Dubey. 1990. Biochemical aspects (antioxidans) for development of tolerance in plants growing at different low levels of of ambient air pollutans. Environmental Pollution. 64:55-56 (Abstract). Rompas, Y., H.L. Rampe, dan M.J. Rumondor. 2011. Struktur Sel Epidermis dan

Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Suku Orchidaceae. Jurnal bioslogos.

1(1): 1-19.

Ruzin, S.E. 1999. Plant Microtechnique and Microscopy. Oxford University Press. New York. 307 p.

Saravanan, T., R. Bhaskaran, and M. Muthusamy. 2004. Pseudomonas fluorescens Induced Enzymological Changes in Banana Roots (cv. Rasthali) against Fusarium Wilt Disease. Plant Pathology Journal. 3: 72-80.

Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta. 754 p.

Soedjanaatmadja, R. U. M. S. 2008. Peranan Pathogenesis Related (PR)-Protein dan Fitohormon dalam Menjaga Kelangsungan Kehidupan Tanaman serta Meningkatkan Produktivitas Hasil Pertanian. Universitas Padjajaran. Bandung.

Soesanto, L. dan R.F. Rahayuniati. 2009. Pengimbasan Ketahanan Bibit Pisang Ambon Kuning Terhadap Penyakit Layu Fusarium Dengan Beberapa Jamur Antagonis. J.HPT Tropika. Vol. 9 No.2. Pp:130-140.

(52)

Sukmadjaja, D., I. Mariska, E.G. Lestari, M. Tombe, dan M. Kosmiatin. 2003. Pengujian planlet abaka hasil seleksi terhadap F. Oxysporum. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor. Sujatmiko, B., E. Sulistyaningsih, dan R.H. Murti. 2012. Studi Ketahanan Melon

(Cucumis melo L.) Terhadap Layu Fusarium Secara In Vitro Dengan Asam Salisilat. Ilmu Pertanian. Vol.15 No.2. Pp: 1-18

Sumardi, I., dan A. Pudjoarinto. 1994. Struktur dan Perkembangan Tumbhan. Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta.

Taiz, L. and E. Zeiger. 1998. Plant Physiology. Sunderland: Sinauer Associates, Inc. Publishers.

Teng, W. L., L. Nicholson. and M. C . Teng. 1997. Micropropagation of

Spathoglottis plicata. Plant Cell Reports Pp: 831-835 .

Van den Bulk, R.W. 1991. Application of cell and tissue and in vitro selestion for disease resistance breeding – a review. Euphytica. Pp: 269-28

Van Loon, L.C., W.S. Pierpoint, Th. Boller, and V. Conejero. 1994.

Recommendations for naming plant phatogenesis-related proteins. Plant Molecular Biology Report. 12:245-264.

Vesonder, R.F. and C. W. Hesseltime. 1981. Metabolites of Fusarium. In P. E. Nelson., T.A. Toussoun., R. J. Cool, editor. Fusarium: Disease, Biology and Taxonomy. London: The Pennsylvania State University Press. Pp: 350-364.

Wahyudi, T., T.R. Panggabean, dan Pujiayanto. 2008. Kakau Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Hlm. 1-151 Wattimena, G. A., L.W. Gunawan, N.A. Mattjik, E. Syamsudin, N.M. Wiendi,

dan A. Ernawati. 1992. Bioteknologi Tanaman. Laboratorium Kultur Jaringan, Pusat antar Universitas Bioteknologi- IPB. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bogor. Widiastoety, D., N. Solvia dan M. Soedarjo. 2009. Potensi Anggrek Dendrobium

dalam Meningkatkan Variasi dan Kualitas Anggrek Bunga Potong. Jurnal Litbang Pertanian. Pp: 101-106.

Woelaningsih, S. 2001. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan II. Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta

(53)

50

Yusnita, 2010. Perbanyakan In Vitro Tanaman Anggrek. Penerbit: Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Zhou, B.W., S.Y. Liu, D.Y. Chen, Q. Yu, J. Yang, and C. Wang. 1992.

Peroxidase in relation to varietal resistance to virus disease in rapeseed (Brassica napus). (Abstract). Oil Crops of China 2: 52-54.

Zitter, T.A. 1998. Vegetable crops: Fusarium disease of cucubits fact sheet.

Gambar

Gambar 3. Distribusi produksi anggrek di Indonesia (1997-2011)
Gambar 4. Rumus Strukur Klorofil
Gambar 5. Bagan alir penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis pada penelitian ini adalah Kemampuan pemahaman matematis siswa yang mengikuti pembelajaran geometri berbantuan program WinGeom lebih baik dari pada kemampuan

Untuk mengetahui cara dalam mentakhrij Hadis, maka hal yang pertama ialah metode atau jalan untuk mencapai penelitian suatu hadis, maka dari itu, Ulama berbeda

Mencermati bentuk penafsiran dalam S}afwah al-Tafa>si>r, dapat dinyatakan bahwa meskipun kitab ini merupakan perpaduan dari dua metode, yaitu bi> al-ma’s\u>r dan

Berdasarkan pra survay yang dilakukan di Desa Pulau Komang Sentajo terlihat masih kurang berjalannya koordinasi atau hubungan kerja antara Kepala Desa Pulau

Pred sestavo zapisnika mora pooblaščena oseba, ki opravlja davčni inšpekcijski nadzor, o rezultatu davčnega inšpekcijskega nadzora pisno seznaniti zavezanca za davek, tako da ga

Menurut WJS.Poerwardaminta (Poerwardaminta 2003, hlm. 731) berpendapat bahwa pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu, baik orang maupun benda

96 bahwa aspek lokasi dalam pelaksanaan e-procurement di Provinsi Kalimantan Barat tidak berpengaruh secara signifikan terhadap provider dalam mengikuti suatu