• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Lama Fermentasi dengan Media Trametes sp. terhadap Uji Organoleptik, Kadar Air, Lemak dan Protein pada Limbah Daun Nenas di Lampung Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Lama Fermentasi dengan Media Trametes sp. terhadap Uji Organoleptik, Kadar Air, Lemak dan Protein pada Limbah Daun Nenas di Lampung Tengah"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulisdilahirkan di Branti Raya, Lampung Tengah pada 18Januari 1991, putra pertama (duabersaudara) daripasanganBapakSutrisnodanIbuMunirah.

Penulismenyelesaikanpendidikantamankanak-kanakdi TK Bustanul Ulum Terbanggi Besar 1997;sekolahdasar di SDBustanul Ulum Terbanggi

Besar2003;sekolahmenengahpertamadi SMP Bustanul Ulum Terbanggi Besar 2006;sekolahmenengahatasdi SMA Negeri 1 Terbanggi Besar2009.

PenulisterdaftarsebagaimahasiswaS1 Program StudiPeternakan, FakultasPertanian, Universitas Lampung 2009

melaluijalurSeleksiNasionalMasukPerguruanTinggiNegeri (SNMPTN).

Penulis melaksanakan PraktikUmumdi KPSBU Lembang, Jawa Barat pada Januari-Februari 2012. Pada Juni-Agustus2012, penulis

melaksanakanKuliahKerjaNyata (KKN) di desaBanjar Manis, Kecamatan Gisting, Tanggamus.

Selamamasastudi, penulisterdaftar sebagai

(5)

2013/2014; serta Asisten Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak pada tahun ajaran 2013/2014.

MOTTO MOTTO MOTTO MOTTO

Cinta dunia itu adalah kegelapan dan cahanya adalah ketaqwaan

Dosa itu kegelapan dan cahanya adalah taubat

Akhirat itu kegelapan dan cahanya adalah amal Sholeh

Kubur itu kegelapan dan cahanya adalah kalimah syahadat

Syiratal mustaqim itu kegelapan dan cahanya adalah keimanan

(6)

MOTTO MOTTO MOTTO MOTTO

Cinta dunia itu adalah kegelapan dan cahanya adalah ketaqwaan

Dosa itu kegelapan dan cahanya adalah taubat

Akhirat itu kegelapan dan cahanya adalah amal Sholeh

Kubur itu kegelapan dan cahanya adalah kalimah syahadat

Syiratal mustaqim itu kegelapan dan cahanya adalah keimanan

(7)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,atas segala nikmat karunia, ridho dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat serta pengikutnya, semoga mendapatkan syafa’at di hari akhir.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Lama Fermentasi Trametes sp. terhadap Uji Organoleptik, Kadar Air, Lemak, dan Protein Daun Nenas di Lampung Tengah“ adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Peternakan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S., selaku Ketua Jurusan Peternakan, Universitas Lampung;

(8)

4. Bapak Ir. Yusuf Widodo, M.P., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Liman, S.Pt., M.Si., selaku Penguji Utama pada ujian skripsi. Terima kasih untuk masukan dan saran-saran pada seminar usul terdahulu;

6. Dewi P. Widiarini, selaku Pembimbing Lapang atas ketersediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses pengambilan sample di lapangan;

7. Bapak Liman, S.Pt., M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik kepada Penulis selama menempuh pendidikan;

8. PT. Great Giant Pineapple atas izin dan fasilitas serta bantuan yang diberikan selama penulis mengambil sampel;

9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, atas ilmu yang telah diberikan kepada Penulis selama menempuh pendidikan, serta staff administrasi Jurusan Peternakan;

10. Bapak dan ibu tersayang serta adik-adik, yang telah memberikan restu, do’a, nasehat, perhatian, kesabaran, kasih sayang, materil serta dukungan yang tak henti-hentinya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan;

11. Echa, Gita,Febri, Richard, teman seperjuangan, terima kasih atas bantuan dan banyak lagi lainnya selama melaksanakan penelitian;

(9)

Wayan, Akhmad, I Nyoman, Nendy, Darwin, Olyvia, angkatan ’07, ’08, ‘10, ‘11, ’12, dan seluruh mahasiswa Jurusan Peternakan, Universitas Lampung atas motivasi, bantuan, kebersamaan, dan kasih sayang yang telah diberikan;

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang membacanya. Amin.

Bandar Lampung, 10 September 2014 Penulis

(10)
(11)
(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan nutrisi daun nenas segar Smooth cayene (% BK) ... 19

2. Uji aroma daun nenas dengan lama fermentasi yang berbeda ... 29

3. Uji warna daun nenas dengan lama fermentasi yang berbeda ... 31

4. Uji tekstur daun nenas dengan lama fermentasi yang berbeda ... 33

5. Kadar air daun nenas dengan lama fermentasi yang berbeda (% berdasarkan bahan segar) ... 35

6. Kadar lemak daun nenas dengan lama fermentasi yang berbeda (% berdasarkan bahan kering)... 37

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bentuk struktur lignin ... 10

2. Bagan zat-zat makanan pakan menurut Metode Weende ... 15

3. Skema tata letak percobaan ... 20

4. Biakan murni Trametes sp. ... 21

5. Daun nenas yang digunakan sebagai sample ... 21

6. Bagian tanaman yang disisihkan ... 21

7. Tata alur percobaan ... 28

10. Grafik regresi linier kadar air (bahan segar) daun nenas terfermentasi ... 36

11. Grafik regresi linier kadar lemak daun nenas terfermentasi... 38

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama yang mempengaruhi produksi ternak ruminansia. Pakan ruminansia sebagian besar berupa hijauan, namun persediaan hijauan semakin berkurang dari tahun ketahun. Hal ini disebabkan antara lain oleh meningkatnya harga bahan baku makanan ternak, dan semakin menyusutnya lahan bagi pengembangan produksi hijauan akibat penggunaaan lahan untuk keperluan pangan dan tempat pemukiman. Disamping itu secara umum di Indonesia ketersediaan hijauan pakan juga dipengaruhi oleh iklim, sehingga pada musim kemarau terjadi kekurangan hijauan pakan ternak dan sebaliknya dimusim hujan jumlahnya melimpah. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan penggunaan bahan pakan alternatif yang berasal dari limbah pertanian dan perkebunan.

(15)

2

29,12%, abu 5,64%, lemak kasar 5,08%, dan BETN 39,60% (berdasarkan bahan kering).

Namun, ada keterbatasan dalam penyerapan nutrisi dari daun nenas ini jika dimanfaatkan sebagai pakan ternak dalam keadaan segar, yaitu tinggi kandungan serat kasarnya. Pemberian serat kasar yang terlalu tinggi tidak dapat terserap secara optimal oleh saluran pencernaan ternak ruminansia, maka dibutuhkan suatu metode pengolahan pakan yang dapat merenggangkan ikatan selulosa dan

hemiselulosa yang sangat kompleks dalam daun nenas tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan ataupun perlakuan terhadap limbah daun nenas, agar dapat merenggangkan ikatan selulosa dan hemiselulosa yang sangat kompleks dalam limbah daun nenas tersebut. Salah satu metode pengolahan pakan yang dapat diterapkan adalah perlakuan fermentasi.

Saat ini telah ditemukan sejenis jamur yang mampu mendegradasi senyawa lignin, yaitu kelompok White-rot fungi yang mampu menggunakan selulosa sebagai sumber karbon untuk substrat pertumbuhannya dan mampu mendegradasi lignin. Jamur pendegradasi lignin yang paling aktif adalah white-rot fungi seperti

Trametes versicolor (Jonsson et al., 1989) mampu merombak hemisellulosa,

sellulosa, dan lignin. Selanjutnya dijelaskan bahwa lignin tersebut dirombak menjadi CO2 dan H2 O. Enzim yang berperan didalamnya, yaitu

Lignin-peroksidase (LIPs), Manganese-Lignin-peroksidase (MNPs) dan Laccase ( Srinivasan et

al., 1995).

(16)

3

kecernaan dan ketersediaan zat-zat gizi bagi ternak yang pada akhirnya akan menurunkan kandungan serat kasar serta meningkatkan kecernaannya. Oleh sebab itu kondisi optimum untuk masing-masing jamur (lama fermentasi) perlu ditentukan untuk mendapatkan satu perlakuan pengolahan yang terbaik.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pengaruh lama fermentasi Trametes sp. terhadap kadar air, kadar lemak, dan kadar protein daun nenas;

2. Mengetahui pengaruh lama fermentasi terbaik pada daun nenas dengan penambahan Trametes sp. melalui uji organoleptik.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah jenis pakan alternatif bagi ternak ruminansia dan metode pengolahan limbah yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas gizi dan limbah daun nenas.

D. Kerangka Pemikiran

Berkurangnya ketersediaan pakan hijauan saat ini menimbulkan permasalahan bagi usaha ternak ruminansia. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan pemberian pakan alternatif yang berasal dari limbah pertanian dan agroindustri. Limbah daun nenas yang belum termanfaatkan secara maksimal dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak sebagai pengganti hijauan, akan tetapi limbah daun nenas memiliki kandungan serat kasar yang cukup tinggi, sehingga mempunyai daya cerna yang rendah. Rendahnya kecernaan ini

(17)

4

yang tidak dapat dimanfaatkan oleh ternak ruminansia. Ruminansia tidak mampu mencerna atau mendegradasi ikatan lignin. Selulosa dan hemiselulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel tanaman dan hampir tidak pernah ditemui dalam keadaan murni di alam, melainkan berikatan dengan bahan lain yaitu lignin yang membentuk lignoselulosa dan lignohemiselulosa. Selulosa dan hemiselulosa pada kompleks lignoselulosa danlignohemiselulosa tidak dapat dihidrolisis oleh enzim selulase dan hemiselulase kecuali bila ikatan kompleks ini bisa

direnggangkan.

Perlunya proses pengolahan pada limbah yang akan dijadikan sebagai pakan alternatif bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari limbah tersebut (kandungan gizi, kecernaan dan palatabilitas). Mengacu pada penelitian saudara Purnomo (2011) salah satu cara pengolahan terbaik yaitu dapat dilakukan adalah fermentasi dengan menggunakan Trametes sp. Penambahan jamur dalam fermentasi hijauan berfungsi untuk melepaskan ikatan antara lignin dan karbohidrat yang kemudian dilanjutkan dengan perombakan pada ligninnya. Lignin tersebut akan berubah, sehingga karbohidrat yang terlepas lebih banyak dan kemanfaatannya bagi ternak juga akan meningkat. Jamur pendegradasi lignin yang paling aktif adalah white-rot fungi, seperti Trametes sp. yang mampu merombak ikatan antara

hemisellulosa, dan sellulosa dari limbah tanaman. Kemudian, lignin dirubah menjadi CO2 dan H2O. Jamur white-rot mampu mendegradasi lignin dan mengoksidasi senyawa-senyawa fenol karena adanya enzim. Enzim yang berperan didalamnya, yaitu Lignin-peroksidase (LIPs), Manganese-oksidasing peroksidase (MNPs), Laccase, cytochrome P450 monooxygase system, dan

(18)

5

Penambahan jamur Trametes sp. ke dalam fermentasi daun nanas, diharapkan akan terjadi pelepasan ikatan lignin dan karbohidrat, sehingga akan meningkatkan kecernaan dan ketersediaan zat-zat gizi bagi ternak yang pada akhirnya akan menurunkan kandungan serat kasar serta meningkatkan kecernaannya. Oleh sebab itu kondisi optimum untuk masing-masing kapang (lama fermentasi) perlu ditentukan untuk mendapatkan satu perlakuan pengolahan yang terbaik.

D. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini yaitu :

1. Terdapat pengaruh lama fermentasi Trametes sp. terhadap kadar air, kadar lemak, dan kadar protein daun nenas;

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Nanas

Nenas (Ananas comusus (L.) Merr.) merupakan tanaman buah berbentuk semak yang berasal dari Amerika Selatan (Ashari 1995). Tanaman nenas mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-15. Buah nenas biasanya tumbuh di perakaran yang terbatas, menyukai tanah yang banyak mengandung bahan organik dan mampu menyimpan air pada ketiak daunnya, sehingga dapat bertahan pada keadaan yang kering dalam waktu yang relatif lama dan tidak perlu terlalu sering disiram.

Tanaman nenas termasuk ke dalam keluarga Bromeliaceae yang merupakan tanaman herba tahunan atau dua tahunan ( Wee dan Thongtham, 1997). Nenas merupakan tanaman monokotil dan bersifat merumpun. Bagian utama tanaman nenas terdiri dari daun, batang, bunga, buah dan akar. Daun tanaman nenas berurat sejajar dan pada tepinya tumbuh duri yang menghadap ke arah ujung daun.

(20)

7

dengan menggunakan tunas samping yang berkembang menjadi cabang-cabang vegetatif, pada cabang tersebut kelak dihasilkan buah (Setiawan, 2000). Buah nanas dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup) Ordo : Farinosae (Bromeliales)

Famili : Bromoliaceae Genus : Ananas

Spesies : Ananas comocus ( L ) merr Sinonim : A. sativus schult

Nama Simplisia : Ananas fruktus. (Setiawan, 2000)

B. Limbah Daun Nenas

Limbah nenas terdiri dari dua tipe yaitu sisa tanaman nenas yang terdiri dari daun, tangkai, buah, dan batang. Limbah pengalengan nanas yang terdiri dari kulit, mahkota, pucuk, inti buah, dan ampas nenas.

Daun nenas adalah limbah yang paling banyak dihasilkan dari tanaman nenas. Bentuk daun nenas panjang, liat dan tidak mempunyai tulang daun utama. Pada daunnya ada yang tumbuh dari duri tajam dan ada yang tidak berduri. Tetapi ada pula yang durinya hanya ada di ujung daun. Duri nenas tersusun rapi menuju ke satu arah menghadap ujung daun.

(21)

8

merah tua bergaris atau coklat kemerah-merahan. Sedangkan permukaan daun bagian bawah berwarna keputih-putihan atau keperak-perakan. Jumlah daun tiap batang tanaman sangat bervariasi antara 70-80 helai yang tata letaknya seperti spiral, yaitu mengelilingi batang mulai dari bawah sampai ke atas arah kanan dan kiri .

Dari segi nutrisi, daun nenas segar memiliki kandungan nutrisi berupa protein kasar 9,05%, serat kasar 29,12%, abu 5,64%, lemak kasar 5,08%, dan BETN 39,60% (berdasarkan bahan kering). Kandungan serat (NDF) yang relatif tinggi memungkinkan bahan tersebut digunakan untuk menggantikan rumput sebagai pakan dasar.

C. Selulosa

Selulosa adalah zat penyusun tanaman yang terdapat pada struktur sel. Kadar selulosa dan hemiselulosa pada tanaman pakan yang muda mencapai 40% dari bahan kering. Bila hijauan makin tua proporsi selulosa dan hemiselulosa makin bertambah (Tillman et all., 1998).

(22)

9

Selulosa dan hemiselulosa juga merupakan penyusun jaringan tumbuhan yang tersusun dari gula yang berbeda. Selulosa adalah polimer liner yang tersusun dari D-glukosa yang diikat oleh β-1,4 glikosida membentuk celobiosa (Sanchez, 2009). Senyawa ini didegradasi oleh enzim mikroba menjadi oligosakarida kemudian menjadi glukosa.

D. Lignin

Lignin sangat tahan terhadap degradasi kimia dan enzimatik. Lignin sering digunakan sebagai “marker” penanda didalam eksperimen studi kecernaan pada ternak ruminansia karena sifatnya yang tidak larut tersebut. Lignin bukan

karbohidrat, tetapi sangat berhubungan erat dengan senyawa-senyawa karbohidrat. Kulit kayu, biji, serat kasar, batang dan daun mengandung lignin yang berupa substansi kompleks oleh adanya lignin dan polisakarida yang lain. Kadar lignin akan bertambah dengan bertambahnya umur tanaman. Tanaman pakan

mengandung selulosa 20-30%, hemisellulosa 14-20% dan pektin kurang dari 10% serta lignin 2-12% (Young, 1986).

(23)

10

Gambar 1. Bentuk struktur lignin

Degradasi bahan organik dipengaruhi adanya lignin dan silika yang terdapat pada dinding sel secara bersama-sama membentuk senyawa kompleks dengan sellulosa dan hemisellulosa. Senyawa kompleks ini sulit ditembus oleh enzim mikroba sehingga akan menghambat kecernaan dinding sel dan selanjutnya menurunkan kecernaan isi sel termasuk bahan organik didalamnya. Lignin merupakan komponen yang tidak dicerna, sehingga mempengaruhi kecernaan serat kasar (Van Soest, 1976).

E. Hemiselulosa

(24)

11

juga berikatan silang dengan lignin membentuk jaringan kompleks dan memberikan struktur yang kuat.

F. Trametes sp.

Klasifikasi jamur jenis ini adalah sebagai berikut : Kingdom : Fungi

Division : Basidiomycota Class : Hymenomycetes Ordo : Aphyllophorales Family : Polyporaceae Genus : Trametes

Species : Trametes versicolor

Adapun ciri-ciri jamur jenis ini adalah sebaga iberikut :

a) Warna coklat keputih-putihan hingga putih kekuningan dengan tepi bergerigi;

b) Permukaan badan buah jamur berbulu;

c) Jamur tidak memiliki tangkai, langsung melekat pada kayu; d) Teksturnya menyerupai kulit;

e) Pada badan jamur terlihat zonasi pertumbuhan jamur;

f) Bentuk basidiokarpa/badan buah seperti ekor kalkun yang sedang menggeliat.

(25)

12

buah (Basidiokarpa). Wood dan Stevens (1996) mengemukakan bahwa pori jamur ini memiliki ukuran 4-6 x 1,5-2,5 µm, berbentuk silindrikal berliku yang ramping, permukaan halus, hyaline/hymeniumnya berwarna putih hingga kuning pucat dalam lapisannya.

Nama lain dari jamur ini adalah Turkey tail. Nama ini diberikan karena jamur ini memiliki badan buah yang menyerupai miniature dari ekor kalkun yang sedang menggeliat. Jenis jamur ini merupakan salah satu jamur yang paling banyak dijumpai didunia. Selain pori, bagian yang dapat diidentifikasi adalah teksturnya (konsistensinya) yang berbentuk seperti kulit. Hal inilah yang membedakan dengan genus Ganoderma yang berbentuk daging. Tekstur jamur ini dikatakan demikian karena apabila kita mengoyak badan jamur samahalnya dengan

mengoyak kulit kita. Pada badan jamur terlihat zonasi pertumbuhan jamur, hal ini menandakan umur jamur. Satu lingkaran menandakan bahwa jamur tersebut telah melewati satu musim. Jadi, zonasi tersebut akan bertambah setiap musimnya.

Warna dari jamur yang ditemukan adalah coklat keputih-putihan dengan tepi yang bergerigi dan warna yang lebih muda (putihkekuningan). Namun warna ini tidak dapat dijadikan acuan utama dalam mengidentifikasi jamur. Perbedaan warna disebabkan karena intensitas cahaya matahari. Permukaan buah badan jamur ini berbulu, hal ini dapat dirasakan langsung dengan perabaan. Jamur ini tidak memiliki tangkai, namun langsung melekat pada kayu.

(26)

13

kemampuan mendegradasi lignin.Pada umumnya white-rot mensintesis 3 macam enzim, yaitu Lignin-peroksidase (LIPs), Manganese-peroksidase (MNPs) dan Laccase. Ketiga enzim tersebut sangat berperan dalam proses degradasi lignin

(Srinivasan et al., 1995). Enzim-enzim tersebut juga mampu mengoksidasi senyawa-senyawa fenol. Trametes versicolor mampu mengekskresikan lignin-peroksidase dan manganese-lignin-peroksidase ke dalam medium, sedangkan kelompok brown- rot fungi hanya mampu mensintesis lignin-peroksidase saja.

Jamur white rot menguraikan lignin melalui proses oksidasi menggunakan enzim phenol oksidase (Sanchez, 2009) menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga dapat diserap oleh mikroorganisme. Selulosa dan hemiselulosa juga merupakan penyusun jaringan tumbuhan yang tersusun dari gula yang berbeda. Selulosa adalah polimer linier yang tersusun dari D-glukosa yang diikaat oleh b-1,4 glycosida membentuk celobiosa. Senyawa ini didegradasi oleh enzim mikroba menjadi oligosakarida kemudian menjadi glukosa.

G. Fermentasi

(27)

14

tinggi dari pada bahan aslinya karena adanya enzim yang dihasilkan dari mikroba itu sendiri (Winarno dan Fardiaz, 1980).

Fermentasi yang dilakukan dengan menggunakan jamur, merupakan salah satu pengolahan yang memungkinkan terjadinya peningkatan pemanfaatan pakan berserat kasar tinggi, karena aktivitas dari jamur memungkinkan terjadinya perombakan terhadap komponen bahan yang sulit dicerna. Judoamidjojo et al., (1992) mengatakan bahwa pada dasarnya teknologi fermentasi adalah upaya manusia untuk mencapai kondisi optimal agar proses fermentasi dapat

memperoleh hasil yang maksimal serta sesuai dengan target yang direncanakan secara kualitatif maupun kuantitatif.

Kemampuan mikroba untuk tumbuh dan membentuk produk fermentasi

dipengaruhi oleh zat makanan seperti sumber karbon, nitrogen, oksigen, vitamin, dan mineral. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah pH media, temperatur, kadar air, dan aerasi (Tarigan, 1988).

H. Analisis Proksimat

(28)

15

Pakan

Air Bahan Kering

Abu Bahan Organik

Protein Bahan Organik Tanpa Nitrogen

Lemak Karbohidrat

Serat Kasar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen Gambar 2. Bagan zat-zat makanan pakan menurut Metode Weende

Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Selain itu, manfaat dari analisis proksimat adalah dasar untuk formulasi ransum dan bagian dari prosedur untuk uji kecernaan. Zat gizi sangat diperlukan oleh hewan untuk pertumbuhan, produksi, reproduksi, dan hidup pokok. Makanan ternak berisi zat gizi untuk kebutuhan energi dan fungsi-fungsi di atas, tetapi setiap ternak kandungan zat gizi yang dibutuhkannya berbeda-beda.

(29)

16

I. Air

Banyaknya kadar air dalam suatu bahan pakan dapat diketahui bila bahan pakan tersebut dipanaskan pada suhu 105⁰C. Bahan kering dihitung sebagais elisih

antara 100% dengan persentase kadar air suatu bahan pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap (Anggorodi, 1994). Kadar air adalah persentase

kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry basis). Metode pengeringan melalui oven sangat memuaskan untuk sebagian besar makanan, akan tetapi beberapa makanan seperti silase, banyak sekali bahan-bahan atsiri (bahan yang mudah terbang) yang bisa hilang pada pemanasan tersebut (Winarno, 1997).

J. Lemak

Kandungan lemak suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan metode soxhlet, yaitu proses ekstraksi suatu bahan dalam tabung soxhlet (Soejono, 1990). Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni. Selain mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak eter juga mengandung waks (lilin), asam organik, alkohol, dan pigmen, oleh karena itu fraksi eter untuk menentukan lemak tidak sepenuhnya benar (Anggordi, 1994). Penetapan kandungan lemak dilakukan dengan larutan heksan sebagai pelarut. Fungsi dari n heksana dalah untuk

mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari kuning menjadi jernih (Mahmudi, 1997).

K. Protein

(30)

17

nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25 diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen. Kelemahan analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang digunakan. Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan protein, kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan kedua, bahwa kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar nitrogen protein tidaks elalu 16% (Soejono, 1990). Menurut Siregar (1994) senyawa-senyawa non protein nitrogen dapat diubah menjadi protein oleh mikrobia, sehingga kandungan protein pakan dapat meningkat dari kadar awalnya. Sintesis protein dalam rumen tergantung jenis makanan yang dikonsumsi oleh ternak. Jika konsumsi N

(31)

III. METODE KERJA

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Maret-Juni 2013, bertempat di Laboratorium Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Pembuatan Inokulum Murni

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,6 gram MgSO4, 0,5 gram KCL, 5 gram NH4NO3, 0,01 gram FeSO4, 1 gram glukosa, 5 gram peptone, 1 gram yeast ekstrak, jamur Trametes spyang diperoleh dari Laboratorium Pathologi Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah kompor listrik, panci, spatula, tabung reaksi, dan botol tempat tumbuhnya media Trametes sp.

2. Analisis Proksimat Limbah Daun Nenas Terfermentasi

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun limbah daun nenas yang berasal dari PT Great Giant Pineapple merupakan varietas nenas Smooth cayene atau yang dikenal dengan nama nenas Bogor. Daun nenas

yang telah dipotong-potong ± 2-3 cm sebanyak 16 kg ditimbang

(32)

19

gram. Bahan penelitian lainnya adalah H2SO4, HCl, indicator metal blue, dan chloroform. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kantong plastik, pisau, timbangan digital 2.000 gram, penggiling/penepung (Disk mill),

dandang, nampan, ember, botol plastik, kain lap, ayakan (Shifter), alat-alat analisis proksimat, seperti oven, tanur, alat kjeldahl apparatus, buret, gelas ukur, labu kjeldahl, alat soxhlet apparatus, desikator, kertas saring, cawan porselein, tang penjepit, botol semprot, gelas, botol semprot, erlenmeyer, dan corong kaca.

C. Metode Penelitian

Sampel daun nenas segar varietas Smooth cayene memiliki kandungan nutrisi seperti disajikan pada Tabel 4.

Tabel 1. Kandungan nutrisi daun nenas segar Smooth cayene (% BK)

Komponen Air

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan yang dilakukan adalah :

R0 : Penyimpanan 0 hari R1 : Penyimpanan 2 hari R2 : Penyimpanan 4 hari R3 : Penyimpanan 6 hari

(33)

20

R2U4 R3U2 R3U4 R0U3

R2U2 R0U2 R0U1 R1U2

R1U1 R3U3 R2U3 R3U1

R0U4 R1U3 R2U1 R1U4

Gambar 3. Skema tata letak

D. Analisis Data

Data yang dihasilkan dianalisis ragam pada taraf nyata 5% dan atau 1%. Apabila dari analisis ragam menunjukkan hasil yang nyata, maka analisis dilanjutkan dengan uji polynomial orthogonal. Untuk uji organoleptik menggunakan uji lanjut BNT.

E. Pelaksanaan Penelitian

1. Pembuatan Inokulum Murni

Membuat larutan mineral atau tumbuh dengan cara mencampur 0,6 g Mg SO4, 0,5 g KCl, 5 g NH4 NO3, 0,001 g CuSO4, 0,01 g Fe SO4 dan air sehingga menjadi 1000 ml. Dilanjutkan dengan membuat larutan inokulum dengan cara mencampur 1 g glukosa, 5 g peptone, 1 g yeast ekstrak.

(34)

21

Gambar 4. Biakan murni Trametes sp.

2. Persiapan Daun Nenas

Daun nenas dipotong-potong sepanjang ± 2 cm. Kemudian disterilisasi selama 1 jam. Selanjutnya, didiamkan sampai dingin.

Gambar 5. Daun nenas yang digunakan sebagai sample Bagian tanaman nenas yang disisihkan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Bagian tanaman nenas yang disisihkan 3. Pelaksanaan Percobaan

(35)

22

b. Menimbang sebanyak ± 1 kg daun nenas yang sudah dikukus; c. Menuangkan kedalam ember/wadah;

d. Menambahkan inokulum murni sebanyak 50 ml; e. Memasukkan sample kedalam kantung plastik;

f. Menutup dan mengikat kantung plastik, lalu dilubangi, kemudian ditimbang;

g. Menyimpan sample disuatu ruangan sesuai dengan tata letak (diinkubasi);

h. Memanen sesuai dengan perlakuan;

4. Panen Fermentasi Daun Nenas

a. Menimbang setiap sample dalam kantung plastik yang telah diinkubasi dan yang sesuai dengan lama inkubasi;

b. Membuka tali rafia, kemudian hasil fermentasi dituang kedalam nampan dan dijemur dibawah sinar matahari ± 4 hari;

c. Setelah kering, kemudan digiling menjadi tepung;

d. Pengambilan sampel dan disimpan kedalam botol plastik serta diberi label;

e. Selanjutnya dianalisis kadar air, lemak, protein, dan serat kasar.

F. Analisis Proksimat 1. Kadar Air

Cara kerja analisis kadar air (Fathul, 1999) yaitu:

(36)

23

b. Mendinginkan cawan porselin di dalam desikator selama 15 menit; c. Menimbang cawan porselin dan mencatat bobotnya (A);

d. Memasukkan sample analisis ke dalam cawan porselin sekitar 1 gram dan kemudian mencatat bobotnya (B);

e. Memasukkan cawan porselin berisi sample di dalam oven dengan suhu 1050C selama ≥ 6 jam;

f. Mendinginkan di dalam desikator selama 15 menit;

g. Menimbang cawan porselin berisi sample analisis tersebut (C); h. Menghitung kadar air dengan rumus sebagai berikut:

KA = × %

Keterangan:

KA : kadar air (%)

A : bobot cawan porselin (gr)

B : bobot cawan porselin berisi sample sebelum di oven (gr) C : bobot cawan porselin berisi sample setelah di oven (gr)

2. Kadar Lemak

Cara kerja analisis kadar lemak (Fathul, 1999) yaitu:

a. Memanaskan kertas saring dalam oven 1050C selama 1 jam, lalu mendinginkannya dalam desikator. Kemudian mencatat bobotnya (A); b. Menambahkan sampel dalam kertas saring lalu mencatat bobotnya (B); c. Melipat kertas saring tersebut dan menggunakannya untuk membungkus

(37)

24

d. Memasukkan kertas saring yang berisi sampel ke dalam alat sochlet dan menambahkan chloroform, kemudian menghubungkan dengan labu didih dan sochlet dengan kondensor;

e. Mengalirkan air ke dalamnya, lalu memanaskan selama 6 jam;

f. Mematikan alat pemanas dan kran air lalu mengambil kertas saring berisi residu;

g. Memanaskan kertas saring berisi residu di oven 1050C selama 6 jam dan mendinginkan di dalam desikator selama 15 menit lalu mencatat bobotnya (D);

h. Menghitung kadar lemak dengan rumus sebagai berikut:

KL = × %

Keterangan:

KL : kadar lemak (%) A : bobot kertas saring (g)

B : bobot kertas saring berisi sampel sebelum dipanaskan (g) C : bobot kertas saring berisi sampel sesudah dipanaskan (g) D : bobot kertas saring berisi residus etelah dipanaskan (g)

Melakukan analisis dua kali (duplo), kemudian menghitung rata-rata kadar lemak dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Kadar lemak (%) =

Keterangan:

(38)

25

3. Kadar Protein

Cara kerja analisis kadar protein kasar (Fathul, 1999) yaitu:

a. Menimbang kertas saringbiasa (6 x 6 cm) dan mencatat bobotnya (A); b. Memasukkan sampel sebanyak ± 1 gram dan mencatat bobotnya (B); c. Melipat kertas saring tersebut dan digunakan untuk membungkus sampel; d. Memasukkan kertas saring yang berisi sampel ke dalam labu Kjeldahl dan

menambahkan 15 mL H2SO4 pekat (melakukan di ruang asam);

e. Menambahkan katalis ke dalam labu Kjeldahl 0,2 gram atau secukupnya; f. Menyalakan alat destruksi dan mengerjakan proses destruksi;

g. Mematikan larutan destruksi apabila sampel berubah menjadi larutan jernih;

h. Mendiamkan sampel sampai dingin (tetap di ruang asam); i. Menambahkan 200 ml air suling kedalam labu Kjeldahl;

j. Menyiapkan 25 ml larutan H3BO32% di gelas erlenmeyer, kemudian ditetesi 2 tetes indikator metilblue red (2 ; 1). Ujung alat kondensor dimasukkan ke dalam gelas tersebut dan harus dalam keadaan terendam; k. Mengalirkan air ke alat destilasi lalu menyalakan alat destilasi dan

mengerjakan proses destilasi;

l. Menambahkan 50 ml NaOH 45% ke dalam labu Kjeldahl tersebut secara cepat (sekaligus) dan hati-hati, jangan digoyang atau dikocok;

m.Mengamati larutan yang terdapat di dalam gelas erlenmeyer;

n. Mengangkat ujung alat kondensor yang terendam apabila larutan telah menjadi sebanyak 2/3 bagian dari gelas tersebut;

(39)

26

p. Membilas ujung alat kondensor dengan air suling; q. Menyiapkan peralatan untuk titrasi;

r. Mengisi buret dengan larutan HCl 0,1 N. Mengamati angka pada buret dan mencatatnya (L1);

s. Melakukan titrasi dengan perlahan-lahan. Mengamati larutan yang terdapat pada gelas erlenmeyer;

t. Menghentikan titrasi bila larutan berubah dari hijau menjadi warna keunguan;

u. Mengamati angka pada buret dan mencatatnya (L2);

v. Melakukan hal yang sama pada blanko (tanpa sampel analisis); w.Menghitung presentase nitrogen dengan rumus sebagai berikut:

N = × × / .

×

%

Keterangan:

N : besarnya kandungan nitrogen (%) Lblanko : volume titran untuk blanko (ml) Lsampel : volume titrasi untuk sampel (ml) N asam : normalitas HCl sebesar 0,1 N : berat atom nitrogen sebesar 14 A : bobot kertas saring biasa (gr)

(40)

27

Keterangan:

KP : kadar protein kasar (%) N : kandungan nitrogen (%)

Fp : angka faktor protein untuk pakan nabati sebesar 6,25 Melakukan analisis dua kali (duplo), kemudian melakukan perhitungan rata-rata kadar protein kasar menggunakan rumus berikut:

Rata-rata kadar protein kasar (%) =

Keterangan:

KP1 : kadar protein kasarulangan 1 (%) KP2 : kadar protein kasarulangan 2 (%)

G. Peubah yang Diamati

(41)

28

Inkubasi selesai

Analisis proksimat : Kadar Air, Kadar abu dan

kadar serat kasar

Gambar 7. Tata alur percobaan Tambahkan

Inkubasi pada suhu ruang selama 0, 2, 4, 6 hari

(42)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah :

1. Perlakuan dengan lama penyimpanan 0 hari, 2 hari, 4 hari, dan 6 hari

berpengaruh sangat nyata (P<1%) terhadap kandungan kadar air, protein, dan organoleptik dan berpengaruh nyata (P<5%) terhadap kadar lemak;

2. Lama fermentasi Trametes sp. erat hubungannya pada kadarair, protein, dan lemak;

3. Perlakuan terbaik uji organoleptik pada perlakuan R3 (6 hari).

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah :

1. Supaya ada penelitian lanjutan fermentasi daun nenas dengan menggunakan Trametes sp.untuk mengetahui kandungan lignin dari daun nenas terfermentasi

tersebut;

2. Berdasarkan hasil analisis proksimat daun nenas, daun nenas dapat digunakan sebagai pengganti rumput sebagai pakan hijauan;

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Ashari, S. 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. UI. Jakarta.

Blanchette R.A. 1995. Degradation of Lignocellulose Complex in Wood. Can. J. Bot. 73 (Suppl. 1):S999-S1010.

Brauns, F.E. 1952. The Chemistry of Lignin. Academic Press New York. Dalimartha Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor : Trubus Agriwidya.

Devendra, C. 1980. Utilization of Feeding Stuffs fromThe Oil Palm. Interaksi : Feedingstuffs for Livestock in South East Asia. Malaysia Society of Animal Production. Serdang Selangor. Malaysia.

Fathul, F. 1999. Penentuan Kualitas dan Kuantitas Zat Makanan dalam Bahan Makanan Ternak. Penuntun Praktikum Pengetahuan Bahan Makanan ternak. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Fengel, D., and Wegener. 1995. Kayu: Kimia, Ultra Struktur, Reaksi-reaksi. Translated from The English by H. Sastrohamidjojo. Yogyakarta, Gadjah mada University Press.

Gandjar, I, W.Sjamsuridzal, A. Oetari. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Higuchi, T. 1980. Lignin Structure and Morphological Distribution in Plant Cell Wall. In: Lignin Biodegradation, Microbiologi, Chemistry, and Potention

Application, Vol. 1. Ed. K. Kick, T. Higuchi and H. Chang. CRC Press. Boca Raton, Florida : 1-19.

(44)

Jonsson, L., O. Karlsson, K. Lundquist, and P. O. Nyman. 1989. Trametes Versicolor Ligninase: Isozyme Sequence Homology and Substrate Specificity. Elsevier Science Publishers Biomedical Division. Vol. 247 (1):143-146. Judoamidjojo, M., A.A. Darwis, dan E.G. Sa’id. 1992. Teknologi Fermentasi. Rajawali Pers. Jakarta.

Martawidjaja, M dan M. Rangkuti. 1988. Pengaruh Suplementasi Bungkil Bii Kapuk dengan Hijauan Dasar Rumput Gajah pada Anak Domba. Proceeding Pertemuan Ilmiah Ruminansia. Jilid 2. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. Mahmudi, M. 1997. Penurunan Kadar Limbah Sintesis Asam Fosfat

Menggunakan Cara Ekstraksi Cair-Cair dengan Solven Campuran Isopropanol dan n-Heksan. Semarang: Universitas Diponegoro.

Orth, A.B., D.J. Royse, and M. Tien. 1993. Ubiquity of Lignin Peroxidase among Various Wood-Degrading Fungi. Applied and Environmental Microbiology, 59 (12) : 4017-4023.

Paul, E.A. 1992. Organic Matter Decompositionn. Encyclopedia of Microbiology, Vol.3. Academic Press. Inc.

Purwanto, D. 2012. Penambahan Urea, Phanerochaete Chrysosporium, dan Trametes Sp. Terhadap Kandungan Serat Kasar dan Neutral Detergent Fiber Pelepah Daun Sawit Sebagai Pakan Hijauan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.

Sanchez, C. 2009. Lignocellulosic Residues : Biodegradation andBioconversion by Fungi. Biotechnology Advances 27.

Siregar, S. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.

Soejono, M. 1990. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Srinivasan, C, T.M.D. Souza, K. Boominatahan, and C.A.Reddy. 1995. Demonstration of Laccase in the Whi Rot Basidiomycete Phanerochaete chrysosporium. Apliedand Environmental Microbiology, 61 (2): 4274-4227. Sudarmaji, Slamet, Haryono, dan B. Suhadi. 1996. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada. Liberty, Yogyakarta.

(45)

Tarigan, J. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosukojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Van Soest, P. J. 1982. Nutritional Ecology of The Ruminant Metabolism Chemistry and Forage and Plant Fiber. Cornell University. Oregon. USA. Wee YC and Thongtham MLC. 1997. Ananas comocus (L). Merr. Di dalam: Verheij EWM, Coronel RE (editor). Buah-buahan yang dapat dimakan. Prosea. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wood, M dan F. Stevens. 1996. Trametes versicolor. http://www.rrich.com (diakses : 12 Desember 2012).

(46)
(47)

47

Tabel 8. Hasil analisis ragam kadar air daun nenas terfermentasi

SK db JK KT F hitung Ft abel

0,05 0,01 Perlakuan 3 462,03 154,01 83,86 3,49 5,95

Galat 12 22,04 1,84

Total 15 484,07

Keterangan ** = sangat nyata

Tabel 9. Sidik regresi kadar air daun nenas terfermentasi

SK db JK KT Fhitung F tabel

0,05 0,01 Perlakuan 1 403,38 403,38 69,99 4,60 8,86

Galat 14 80,69 5,76

Total 15 484,07

Keterangan ** = sangat nyata

Tabel 10. Hasil analisis ragam kadar lemak daun nenas terfermentasi

SK db JK KT F hitung F tabel

Tabel 11. Sidik regresi kadar lemak daun nenas terfermentasi

SK db JK KT F hitung F tabel

Tabel 12. Hasil analisis ragam kadar protein daun nenas terfermentasi

SK db JK KT F hitung F tabel

0,05 0,01 Perlakuan 3 194,38 64,79 25,35** 3,49 5,95

Galat 12 30,67 2,56

(48)

48

Keterangan ** = sangat nyata

Tabel 13. Sidik regresi kadar protein daun nenas terfermentasi

SK db JK KT F hitung F tabel

0,05 0,01 Perlakuan 1 185,65 185,65 65,97** 4,60 8,86

Galat 14 39,40 2,81

Total 15 225,05

Keterangan ** = sangat nyata

Tabel 14. Analisis ragam uji aroma daun nenas terfermentasi

SK db JK KT F hitung F tabel

0,05 0,01 Perlakuan 3 9,61 3,20 320** 3,49 5,95

Galat 12 0,07 0,01

Total 15 9,68

Keterangan ** = sangat nyata

Tabel 15. Uji lanjut BNT aroma daun nenas terfermentasi

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

BNT (0,05) = t(0,05) √2(KT(g)/r = 0,12 BNT (0,01) = t(0,01) √2(KT(g)/r = 0,16

Kesimpulan beda nilai tengah dengan uji BNT

(49)

49

Tabel 16. Analisis ragam uji warna daun nenas terfermentasi

SK db JK KT F hitung F tabel

0,05 0,01 Perlakuan 3 2,47 0,82 3,78* 4,60 8,86

Galat 12 0,29 0,22

Total 15 2,76

Keterangan * = nyata

Tabel 17. Uji lanjut BNT warna daun nenas terfermentasi

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

BNT (0,05) = t(0,05) √2(KT(g)/r = 0,72 BNT (0,01) = t(0,01) √2(KT(g)/r = 1,01

Kesimpulan beda nilai tengah dengan uji BNT

Perlakuan keterangan

Tabel 18. Analisis ragam uji tekstur daun nenas terfermentasi

SK db JK KT F hitung F tabel

0,05 0,01 Perlakuan 3 3,05 1,02 12,31** 3,49 5,95

Galat 12 0,11 0,08

Total 15 3,16

(50)

50

Tabel 19. Uji lanjut BNT tekstur daun nenas terfermentasi

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

BNT (0,05) = t(0,05) √2(KT(g)/r = 0,44 BNT (0,01) = t(0,01) √2(KT(g)/r = 0,62

Kesimpulan beda nilai tengah dengan uji BNT

Perlakuan keterangan

R0 R1 R2 R3

Rataan 1,00 1,35 1,90 2,10

R0 0,35 0,90 1,10 R1 vs R2, R3

,R4

R1 0,55 0,75 R2 vs R3, R4

R2 0,20 R3 vs R4

P0 P1 P2 P3

(51)

Gambar

Gambar 1.  Bentuk struktur lignin
Gambar 2.  Bagan zat-zat makanan pakan menurut Metode Weende
Gambar 6. Bagian tanaman nenas yang disisihkan
Gambar 7. Tata alur percobaan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha meminjam metodologi pemikiran An-Naim dalam bukunya Dekontruski Syariah dalam melakukan reinterpretasi nash-nash Al-Qur’an yang sering

Proses seleksi siswa dilanjutkan dengan xberdasarkan kriteria sikap, kedisiplinan, siswa pada lingkungan sekolah, serta keaktifan siswa pada organisasi sekolah

Kedua tabel di atas menunjukkan bahwa ketebalan lapis tambahan yang diperlukan berdasarkan program everseries nilainya lebih besar dari pada nilai kete- balan yang dihasilkan

Bentuk tersebut diaplikasikan pada desain environment dengan ukuran yang berskala besar sehingga menciptakan bentuk yang terlihat baru namun menyerupai bentuk yang sudah ada

Adapun hasil dari penelitian ini adalah bahwa penambahan pinjaman yang disyaratkan terhadap pelanggan menurut perspektif Wahbah az-Zuhaili adalah riba dan dilarang dalam

Osteomyelitis akut adalah infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh infeksi lokal akut atau trauma tulang, biasanya disebabkan oleh escherichia coli, staphylococcus aureus,

Berdasarkan hasil analisis regresi, pada variabel profitabilitas diperoleh nilai B sebesar - 295,614, nilai t -1,547 dan nilai signifikansi sebesar 0,587 lebih besar dari

rekrutmen dan seleksi itu sendiri telah menyita waktu, biaya dan tenaga, tetapi juga karena menerima orang yang salah untuk suatu jabatan akan berdampak pada efisiensi,