• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMBINASI DOSIS PUPUK SLURRY CAIR DAN PUPUK KIMIA PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KOMBINASI DOSIS PUPUK SLURRY CAIR DAN PUPUK KIMIA PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.)"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KOMBINASI DOSIS PUPUK SLURRY CAIR DAN PUPUK KIMIA PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) Oleh

Cindy Margaretha

Kacang hijau merupakan salah satu komoditi tanaman pangan di Indonesia yang mengalami penurunan produksi beberapa tahun terakhir. Pemupukan yang imbang dan tepat dosis merupakan salah satu upaya peningkatan produksi kacang hijau. Pupuk kimia saja tidak dapat dijadikan sebagai sumber unsur hara utama bagi tanaman. Pupuk Slurry cair berasal dari kotoran sapi mengandung unsur hara lengkap dan dapat diserap tanaman lebih cepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan pupuk slurry cair dan kombinasinya dengan pupuk kimia dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau. Penelitian dilaksanakan di Desa Muara Putih, Kecamatan Natar, Lampung Selatan sejak November 2013 hingga Januari 2014. Penelitian ini dirancang dalam

(2)

pupuk Slurry Cair dan pupuk kimia memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan pupuk kimia saja. Hal ini ditunjukan perlakuan E (Urea 12,5 kg ha-1, SP-36 15 kg ha-1, KCl 12,5 kg ha-1, Slurry Cair 2 liter ha-1) yang memberikan hasil terbaik dalam meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot bintil akar, bobot berangkas, jumlah polong, serapan hara NPK, dan bobot kering biji kacang hijau.

(3)

PENGARUH KOMBINASI DOSIS PUPUK SLURRY CAIR DAN PUPUK KIMIA PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.)

Oleh

CINDY MARGARETHA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PENGARUH KOMBINASI DOSIS PUPUK KIMIA DAN PUPUK SLURRY CAIR PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.)

(Skripsi)

Oleh

Cindy Margaretha 1014121015

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata letak percobaan di lapangan. ... 22

2. Perkembangan tinggi tanaman akibat pengaruh pemupukan slurry cair dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 31

3. Tanaman kacang hijau pada 1 MST. ... 84

4. Tanaman kacang hjau pada 3 MST. ... 84

5. Tanaman kacang hijau pada 5 MST. ... 85

6. Tanaman kacang hijau perlakuan D3 pada 7 MST. ... 85

7. Tanaman kacang hijau yang akan dipanen. ... 86

8. Polong kacang hijau yang dihasilkan oleh perlakuan A. ... 86

9. Polong kacang hijau yang dihasilkan oleh perlakuan B. ... 87

10. Polong kacang hijau yang dihasilkan oleh perlakuan C. ... 87

11. Polong kacang hijau yang dihasilkan oleh perlakuan D. ... 88

12. Polong kacang hijau yang dihasilkan oleh perlakuan E. ... 88

13. Polong kacang hijau yang dihasilkan oleh perlakuan F. ... 89

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2Tujuan Penelitian.. ... 4

1.3Landasan Teori... 4

1.4Kerangka Pemikiran ... 6

1.5Hipotesis . ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1Botani Tanaman Kacang Hijau ... 9

2.2Pupuk Organik dan Slurry Cair ... 11

2.3 Pupuk Kimia ... 14

2.3.1 Nitrogen (N) ... 14

2.3.2 Fosfor (P) ... 15

2.3.3 Kalium (K) ... 16

III. BAHAN DAN METODE ... 18

3.1Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

3.2Bahan dan Alat ... 18

3.3Metode Penelitian ... 20

3.4Pelaksanaan Penelitian ... 21

(7)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1Pengaruh Pupuk Slurry Cair dan Kombinasinya dengan Pupuk Kimia terhadap Tinggi Tanaman Kacang Hijau. ... 28

4.2 Pengaruh Pupuk Slurry Cair dan Kombinasinya dengan Pupuk Kimia terhadap Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau. ... 32

4.3 Pengaruh Pupuk Slurry Cair dan Kombinasinya dengan Pupuk Kimia terhadap Jumlah dan Bobot Bintil Akar pada Tanaman Kacang Hijau. ... 35

4.4. Pengaruh Pupuk Slurry Cair dan Kombinasinya dengan Pupuk Kimia terhadap Bobot Berangkasan Kering Tanaman Kacang Hijau. ... 37

4.5. Pengaruh Pupuk Slurry Cair dan Kombinasinya dengan Pupuk Kimia terhadap Jumlah Polong Tanaman Kacang Hijau. ... 39

4.6. Pengaruh Pupuk Slurry Cair dan Kombinasinya dengan Pupuk Kimia terhadap Bobot Seratus butir Tanaman Kacang Hijau. ... 41

4.7. Pengaruh Pupuk Slurry Cair dan Kombinasinya dengan Pupuk Kimia terhadap Serapan Hara N P K Tanaman Kacang Hijau. .. 44

(8)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan Pupuk Slurry Cair. ... 19 2. Kombinasi Perlakuan Dosis Pupuk Kimia dan Slurry Cair. ... 20 3. Hasil analisis kandungan hara didalam tanah sebelum

aplikasi pupuk. ... 27 4. Uji beda nyata terkecil pengaruh pupuk slurry cair

dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap tinggi

tanaman pada 3 MST ... 28 5. Uji beda nyata terkecil pengaruh pupuk slurry cair

dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap tinggi

tanaman pada 4 MST ... 29 6. Uji beda nyata terkecil pengaruh pupuk slurry cair

dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap tinggi

tanaman pada 5 MST ... 29 7. Uji beda nyata terkecil pengaruh pupuk slurry cair

dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap jumlah daun

pada 3 MST ... 33 8. Uji beda nyata terkecil pengaruh pupuk slurry cair

dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap jumlah daun

pada 5 MST ... 34 9. Uji beda nyata terkecil pengaruh pupuk slurry cair

dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap jumlah dan bobot

bintil akar kacang hijau. ... 36 10. Uji beda nyata terkecil pengaruh pupuk slurry cair

dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap bobot berangkasan

kering kacang hijau. ... 38 11. Uji beda nyata terkecil pengaruh pupuk slurry cair dan kombinasinya

(9)

12. Uji beda nyata terkecil pengaruh pupuk slurry cair dan

kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap bobot seratus butir biji

kacang hijau. ... 42 13. Uji beda nyata terkecil pengaruh pupuk slurry cair dan

kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap

serapan hara N tanaman. ... 44 14. Uji beda nyata terkecil pengaruh pupuk slurry cair dan

kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap

serapan hara P tanaman. ... 46 15. Uji beda nyata terkecil pengaruh pupuk slurry cair dan

kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap

serapan hara K tanaman. ... 47 16. Uji beda nyata terkecil pengaruh pupuk slurry cair dan

kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap

serapan hara K tanaman. ... 50 17. Data curah hujan bulan Oktober – Desember 2013. ... 60 18. Deskripsi kacang hijau varietas Vima-1. ... 60 19. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair

terhadap tinggi tanaman (cm) kacang hijau pada 3 MST. ... 61 20. Uji homogenitas tinggi tanaman kacang hijau pada 3 MST. ... 61 21. Analisis ragam tinggi tanaman kacang hijau pada 3 MST. ... 62 22. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair

terhadap jumlah daun (helai) kacang hijau pada 3 MST. ... 62 23. Uji homogenitas jumlah daun tanaman kacang hijau

pada 3 MST. ... 63 24. Analisis ragam jumlah daun tanaman kacang hijau

pada 3 MST. ... 63 25. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair

(10)

v

28. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair

terhadap jumlah daun (helai) kacang hijau pada 4 MST. ... 65 29. Uji homogenitas jumlah daun tanaman kacang hijau

pada 4 MST. ... 66 30. Analisis ragam jumlah daun tanaman kacang hijau

pada 4 MST. ... 66 31. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair

terhadap tinggi tanaman (cm) kacang hijau pada 5 MST. ... 67 32. Uji homogenitas tinggi tanaman kacang hijau pada 5 MST. ... 67 33. Analisis ragam tinggi tanaman kacang hijau pada 5 MST. ... 68 34. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair

terhadap jumlah daun (helai) kacang hijau pada 5 MST. ... 68 35. Uji homogenitas jumlah daun tanaman kacang hijau

pada 5 MST. ... 69 36. Analisis ragam jumlah daun tanaman kacang hijau

pada 5 MST. ... 69 37. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair

terhadap jumlah bintil akar kacang hijau. ... 70 38. Uji homogenitas jumlah bintil akar pada tanaman

Kacang hijau. ... 70 39. Analisis ragam jumlah bintil akar pada tanaman

Kacang hijau. ... 71 40. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair

terhadap bobot bintil akar kacang hijau. ... 71 41. Uji homogenitas bobot bintil akar pada tanaman

Kacang hijau. ... 72 42. Analisis ragam bobot bintil akar pada tanaman

Kacang hijau. ... 72 43. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair

(11)

44. Uji homogenitas bobot 100 butir biji kacang hijau. ... 73 45. Analisis ragam bobot 100 butir biji kacang hijau. ... 74 46. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair

terhadap serapan hara N pada tanaman kacang hijau. ... 74 47. Uji homogenitas serapan hara N tanaman kacang hijau. ... 75 48. Analisis ragam serapan hara N tanaman kacang hijau. ... 75 49. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair

terhadap serapan hara P pada tanaman kacang hijau. ... 76 50. Uji homogenitas serapan hara P tanaman kacang hijau. ... 76 51. Analisis ragam serapan hara P tanaman kacang hijau. ... 77 52. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair

terhadap serapan hara K pada tanaman kacang hijau. ... 77 53. Uji homogenitas serapan hara K tanaman kacang hijau. ... 78 54. Analisis ragam serapan hara K tanaman kacang hijau. ... 78 55. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair

terhadap jumlah polong saat panen kacang hijau. ... 79 56. Uji homogenitas jumlah polong saat panen kacang hijau. . ... 79 57. Analisis ragam jumlah polong saat panen kacang hijau. ... 80 58. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair

terhadap bobot berangkasan kering kacang hijau. ... 80 59. Uji homogenitas bobot berangkasan kering kacang hijau. . ... 81 60. Analisis ragam bobot berangkasan kering kacang hijau. ... 81 61. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair

(12)
(13)
(14)

Barang siapa yang ingin mendapatkan mutiara paling indah, maka ia harus

berani terjun ke laut yang paling dalam

- (Bung Karno)

“Siapa yang bersungguh

-sungguh pasti akan berhasil, Siapa yang bersabar akan

beruntung, Siapa yang menanam akan menuai yang ditanam

(15)
(16)

Tanpa mengurangi rasa syukurku pada Allah SWT,

kupersembahkan karya kecilku untuk:

Keluargaku tercinta

Mama, Papa, Adik-adikku, Doni Keriahen Barus dan Sahabat-sahabatku yang selalu mendoakan dan mengharapkan keberhasilanku atas kasih sayang, perhatian,

dan dorongan semangatnya takkan aku lupa.

Teman-temanku

Atas dukungan dan bantuannya sehingga karya ini dapat selesai

Serta

Almamater tercinta FAKULTAS PERTANIAN

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, 30 Januari 1993, sebagai anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Ferdy Chandra dan Ibu Fertia Dewi

Marhamah.

Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar Pertiwi Teladan Kota Metro pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kota Metro pada tahun 2007, serta Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Kota Metro pada tahun 2010. Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten dosen praktikum Teknologi Benih dan Kewirausahaan Pertanian, dibidang ekstrakulikuler, penulis pernah aktif dalam organisasi Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian (LS MATA) sebagai anggota.

Pada tahun 2013 penulis melakukan Praktik Umum (PU) di PT. Great Giant

(18)

SANWACANA

Rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan, rahmat, hidayah, serta segala nikmat yang tak terhingga. Pada kesempatan ini, dengan segenap kerendahan hati dan rasa hormat, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Yafizham, M.S., selaku pembimbing pertama, yang telah

memberikan motivasi, ide-ide cemerlang, bimbingan, dan pengorbanan selama penulis merencanakan, melaksanakan penelitian hingga penulisan skripsi ini berakhir.

2. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku pembimbing kedua, atas segala motivasi, ide dan bimbingan selama penulis menjalankan penelitian hingga penulisan skripsi ini berakhir.

3. Bapak Dr. Ir. Agus Karyanto, M.Sc., dan Bapak Prof. Dr. Ir Sutopo Ghani Nugroho, M. Sc (Alm)., selaku penguji atas segala petunjuk, saran, serta pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ir Sutopo Ghani Nugroho, M. Sc (Alm)., atas segala motivasi dan semangat yang diberikan kepada penulis semasa kuliah.

(19)

Universitas Lampung.

7. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

8. Adik-adikku tercinta; Chelsia Federika, Cintya Okta Ferdita dan Ferdinand Chandra Dinata yang telah memberikan cinta dan kasih sayang serta motivasi yang penuh perhatian.

9. Doni Keriahen Barus, S.P., atas kesabaran dan kesetiaanya dalam menemani, memberi semangat dan dorongan kepada penulis selama ini.

10.Ayu Dwi Lestari, Indah Puspita Dewi, dan teman-teman angkatan 2010, atas semua kritik, saran, bantuan kalian sehingga penulisan skripsi ini berjalan dengan lancar.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis

(20)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Kacang hijau dapat dikonsumsi dalam berbagai macam olahan seperti tauge (sayur), bubur dan kue-kue tradisional. Kacang hijau mengandung banyak vitamin dan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita. Oleh karena itu, permintaan produksi kacang hijau mengalami peningkatan setiap tahunnya seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Hal ini berbanding terbalik dengan hasil produksi kacang hijau di Indonesia khususnya di provinsi Lampung yang terus menurun dari tahun ke tahunnya.

Pada tahun 2012, luas panen kacang hijau di provinsi Lampung mencapai 3.576 ha menghasilkan 3.212 ton, sedangkan pada tahun 2013 luas panen di provinsi Lampung menurun hingga 3.260 ha dan hasil produksi juga menurun mencapai 2.928 ton (Badan Pusat Statistik, 2013). Produksi kacang hijau akan terus mengalami penurunan apabila tidak dilakukan upaya perbaikan di dalam proses budidaya.

(21)

memiliki banyak kendala antara lain yaitu harganya mahal, merusak sifat fisik dan biologi tanah, dan menyebabkan degradasi lahan pertanian sehingga efisiensinya menurun akibat sebagian besar pupuk hilang melalui pencucian, fiksasi atau penguapan.

Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus menyebabkan peranan pupuk kimia tersebut menjadi tidak efektif. Kurang efektifnya peranan pupuk kimia disebabkan tanah pertanian yang sudah jenuh oleh residu sisa bahan kimia.

Astiningrum (2005) menyatakan bahwa pemakaian pupuk kimia secara berlebihan dapat menyebabkan residu yang berasal dari zat pembawa (carier) pupuk nitrogen yang tertinggal dalam tanah sehingga akan menurunkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Menurut Sutanto (2006), pemakaian pupuk kimia yang terus menerus menyebabkan ekosistem biologi tanah menjadi tidak seimbang, sehingga tujuan pemupukan untuk mencukupkan unsur hara di dalam tanah tidak tercapai.

Menurut Sutanto (2002), pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami daripada bahan pembenah buatan/sintesis. Pada umumnya pupuk organik mengandung hara makro N, P, K rendah, tetapi mengandung hara mikro dalam jumlah cukup yang sangat diperlukan tanaman.

Pupuk organik terdiri dari dua macam jenis, yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Pupuk organik mengandung unsur nitrogen yang berfungsi

(22)

3

cair dapat meningkatkan suplai unsur hara pada tanaman dibandingkan dengan pupuk kimia.

Pemberian pupuk organik cair melalui daun akan lebih efisien dibandingkan dengan pemberian pupuk organik padat melalui tanah. Beberapa jenis pupuk organik cair (POC) selain memiliki unsur hara (makro dan mikro) yang

dibutuhkan oleh tanaman juga mengandung hormon yang sangat berperan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman (Ade Wachjar dan Luga Kadarisman, 2007). Hal ini juga di nyatakan oleh Oman (2003), bahwa sludge (pupuk organik cair dari ampas kotoran sapi yang berasal dari biogas (slurry) sangat baik untuk dijadikan pupuk karena mengandung berbagai macam unsur yang dibutuhkan oleh

tumbuhan seperti P, Mg, Ca, K, Cu, dan Zn.

Dengan dikembangkannya pupuk slurry sebagai salah satu pupuk organik cair, maka diharapkan penggunaannya dapat dijadikan sebagai alternatif pupuk organik cair yang dapat dikombinasikan dengan pupuk kimia sehingga meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau.

(23)

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk slurry cair dan kombinasinya dengan pupuk kimia dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau.

1.3 Landasan Teori

Kacang hijau adalah salah satu tanaman yang termasuk komoditi palawija yang sangat disukai oleh masyarakat Indonesia. Permintaan akan kebutuhan kacang hijau di dalam negeri terus meningkat setiap tahunnya. Namun, permintaan

produksi kacang hijau yang terus meningkat tidak sebanding dengan data produksi kacang hijau nasional yang semakin menurun. Menurut Purba S dan Las (2002), penurunan produksi di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah produktivitas lahan yang masih rendah dan luas areal penanaman panen yang masih belum meningkat. Kombinasi dari kedua faktor tersebut memastikan laju pertumbuhan produksi dari tahun ke tahun yang terus menurun.

(24)

5

Respon tanaman terhadap pemberian pupuk akan meningkat bila menggunakan dosis pupuk yang tepat. Setiap tanaman perlu mendapatkan pemupukan dengan dosis yang sesuai agar terjadi keseimbangan unsur hara didalam tanah yang dapat menyebabkan tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta

menghasilkan produksi yang optimal. Efisiensi pemupukan yang optimal dapat dicapai apabila pupuk diberikan dalam jumlah yang sesuai kebutuhan tanaman (Katriani dkk., 2011).

Sutanto (2002) mengungkapkan bahwa untuk meningkatkan produktivitas kacang hijau harus mengaplikasikan pupuk organik dan pupuk kimia pada lahan

pertanaman. Penerapan pemberian pupuk kimia secara terus menerus dapat

memberikan dampak yang negatif bagi unsur hara yang ada di dalam tanah. Unsur hara tersebut akan terikat oleh molekul kimia sehingga proses regenerasi humus akan semakin berkurang. Hal ini akan berdampak pada berkurangnya daya dukung tanah pada proses produksi yang dilakukan tanaman. Oleh sebab itu, maka perlu aplikasi pupuk organic cair yang dapat menjadi alternatif lain yang lebih bijaksana dan tetap ramah lingkungan sehingga akan memberikan dampak yang positif bagi proses produksi tanaman.

(25)

pupuk slurry cair yang langsung disemprotkan pada daun akan lebih mudah diserap oleh tanaman, sehingga unsur hara yang terkandung didalam pupuk slurry cair dapat langsung diserap oleh tanaman secara maksimal.

Selain mengandung berbagai macam bahan organik yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan tanaman, pupuk slurry cair juga mengandung berbagai macam mikroba pro biotik yang membantu menyuburkan lahan dan menambah nutrisi serta mengendalikan penyakit pada tanah. Apabila kesuburan dan kesehatan tanah terjaga, maka produktifitas tanaman pun akan lebih baik.

Beberapa mikroba yang terkandung dalam bio-slurry diantaranya adalah mikroba selulitik yang bermanfaat untuk pengomposan, mikroba penambat nitrogen yang bermanfaat untuk menangkap dan menyediakan nitrogen dan mikroba pelarut fosfat yang bermanfaat untuk melarutkan dan menyediakan fosfor yang siap serap. Kelebihan dari pupuk slurry yang mengandung unsur hara yang lengkap ini diharapkan dapat membantu meningkatkan produktivitas tanaman kacang hijau (BIRU, 2011).

1.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan terhadap perumusan masalah.

(26)

7

membantu meningkatkan produksi tanaman kacang hijau. Penggunaan pupuk kimia yang terus menerus dapat memberikan dampak negatif bagi kesuburan tanah dan agroekosistem lingkungan. Sehingga diperlukan pupuk organik sebagai alternatif dari proses pemupukan yang ramah lingkungan dan memberikan

dampak positif bagi proses pertumbuhan tanaman. Pupuk organik yang dapat diaplikasikan pada tanaman dapat berupa pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

Pupuk organik cair dapat dibuat dari bahan-bahan organik berbentuk cair (limbah organik cair) dengan cara mengomposkan dan memberi aktivator pengomposan sehingga dapat dihasilkan pupuk organik cair yang stabil dan mengandung unsur hara lengkap.

Pengunaan pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat di antaranya dapat meningkatkan pembentukan klorofil daun, meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap

kekeringan. Apabila pembentukan klorofil daun dan vigor tanaman daun meningkat maka akan meningkatkan pula pertumbuhan tanaman sehingga produksi kacang hijau juga diharapkan akan meningkat.

(27)

maka kebutuhan nutrisi tanaman akan terpenuhi, sehingga diharapkan pertumbuhan dan hasil produksi tanaman akan meningkat.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah penggunaan pupuk slurry cair dan

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Kacang Hijau

Tanaman kacang hijau merupakan tanaman leguminoseae yang memiliki banyak varietas. Jasmani (2006) mengungkapkan klasifikasi tanaman kacang hijau sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Ordo : Leguminales Family : Leguminoseae Genus : Phaseolus

Spesies : Phaseolus radiatus L.

(29)

menggantung berbentuk, panjangnya mencapai 15 cm, sering lurus berbulu atau tanpa bulu dan berwarna hitam atau coklat soga (towny brown) berisi sampai 20 butir biji yang bundar. Biji berwarna hijau, memiliki warna yang kusam atau berkilap. Perkecambahannya secara epigeal. Menurut Suprapto (2007), tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian sangat bevariasi antara 30 – 60 cm. Cabangnya menyamping pada batang utama, berbentuk bulat dan berbulu, berwarna hijau dan ada yang ungu. Daun tanaman kacang hijau termasuk trifoliat (dalam satu tangkai terdapat 3 helai daun), letaknya berselingan dan berbentuk oval berwarna hijau muda sampai hijau tua (Fachruddin, 2000).

Menurut Suprapto (2007), bunga kacang hijau termasuk bunga sempurna (hermaprodite), dapat menyerbuk sendiri, berbentuk kupu-kupu dan berwarna kuning. Biasanya berbunga 30 – 70 hari, dan polongnya menjadi tua 60 – 120 hari setelah tanam. Perontokan bunga banyak terjadi, mencapai 90%. Persilangan masih juga terjadi sampai 5%. Bunga biasanya diserbuki pada malam hari, sebelum mekar pagi hari berikutnya. Polong berbentuk silindris dengan panjang antara 6 – 15 cm dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam atau coklat. Setiap polong berisi 10 – 15 biji. Biji kacang hijau berbentuk bulat kecil dengan bobot (berat) tiap butir 0,5 mg – 0,8

mg atau berat per 1000 butir antara 36 g – 78 g dan berwarna hijau.

Arsyad (2003) mengungkapkan bahwa faktor iklim seperti curah hujan, suhu, radiasi

surya, dan kelembaban sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.

Tanaman kacang-kacangan membutuhkan air yang cukup selama pertumbuhannya

(30)

11

pertumbuhan tanaman. Apabila air irigasi tidak tersedia, maka curah hujan 100 – 200

mm /bulan dinilai cukup bagi pertumbuhan tanaman.

Kacang hijau dapat ditanam di daerah iklim hangat dan di daerah subtropik. Sebagian

besar genotipnya memperlihatkan tanggapan terhadap hari pendek. Kacang hijau

adalah tanaman musim hangat dan tumbuh dibawah suhu rata-rata yang berkisar 20 –

400C dengan suhu optimumnya 20 300C (Fachrudin, 2000).

2.2 Pupuk Organik dan Slurry Cair

Pupuk organik adalah bahan organik yang umumnya berasal dari tumbuhan atau hewan, ditambahkan ke dalam tanah secara spesifik sebagai sumber hara, pada umumnya mengandung nitrogen (N) yang berasal dari tumbuhan dan hewan (Sutanto, 2002).

Peraturan Menteri Pertanian No. 28/Permentan/SR.130/5/2009 menyatakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair dan dapat diperkaya dengan bahan mineral alami atau mikroba yang bermanfaat

memperkaya hara, bahan organik tanah, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mempunyai kandungan unsur, terutama nitrogen (N), phospor (P), dan kalium (K) sangat sedikit, tetapi mempunyai peranan lain yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan tanaman (Suriawiria, 2003).

(31)

(2) meningkatkan kapasitas tukar kation tanah sehingga kation-kation hara yang penting tidak mudah mengalami pencucian dan tersedia bagi tanaman, (3) memperbaiki agregat tanah sehingga terbentuk struktur tanah yang lebih baik untuk respirasi dan pertumbuhan akar, (4) meningkatkan kemampuan mengikat air sehingga keter- sediaan air bagi tanaman lebih terjamin, dan (5)

meningkatkan aktivitas mikroba tanah (Hardjowigeno, 2003).

Pupuk organik cair dapat dibuat dari bahan-bahan organik berbentuk cair dengan cara mengomposkan dan memberi aktivator pengomposan sehingga dapat dihasilkan pupuk organik cair yang stabil dan mengandung unsur hara lengkap. Pupuk cair dapat diproduksi dari limbah industri peternakan (limbah cair dan setengah padat atau slurry) yaitu melalui pengomposan dan aerasi. Pupuk organik cair dapat diklasifikasikan atas pupuk kandang cair, biogas, pupuk cair dari

limbah organik, pupuk cair dari limbah kotoran manusia, dan mikroorganisme efektif (Parnata, 2005).

Pupuk organik cair yang merupakan keluaran (effluent) dari instalasi biogas baik digunakan untuk tanaman darat maupun tanaman air. Pupuk organik yang baik memiliki beberapa ciri yaitu N harus berada dalam bentuk persenyawaan organik, tidak meninggalkan sisa asam organik di dalam tanah, dan mempunyai

persenyawaan C yang tinggi (Capah, 2006).

(32)

13

Sludge berasal dari biogas (slurry) sangat baik untuk dijadikan pupuk karena mengandung berbagai macam unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan seperti P, Mg, Ca, K, Cu, dan Zn (Oman, 2003).

slurry merupakan campuran air dan serat atau bahan organik. Komposisi slurry setelah proses fermentasi adalah 70-80% air dan 20-30% zat kering. Bio-slurry juga mengandung nutrisi makro yang diperlukan oleh tanaman seperti NPK dan nutrisi pelengkap nutrisi utama seperti Kalsium, Magnesium dan Sulfur. Bio-slurry yang secara material berkualitas baik (matang) memiliki ciri-ciri seperti (1) tidak menimbulkan bau yang menyengat seperti kotoran segar, (2) tidak atau sedikit mengandung gelembung gas, dan (3) memiliki warna yang lebih gelap dibandingkan kotoran segar. Sedangkan pemakaian Bio-slurry pada dasarnya memberikan manfaat sebagai berikut (1) memperbaiki struktur fisik tanah menjadi lebih gambur, (2) meningkatkan kemampuan tanah mengikat atau menahan air lebih lama yang bermanfaat, (3) meningkatkan kesuburan tanah, dan (4) meningkatkan aktivitas cacing dan mikroorganisme tanah yang bermanfaatan untuk tanah dan tanaman (BIRU, 2011).

(33)

2.3 Pupuk Kimia

Pupuk kimia adalah pupuk yang mengandung satu atau lebih senyawa anorganik. Fungsi utama pupuk kimia adalah sebagai penambah unsur hara atau nutrisi tanaman. Dalam aplikasinya, sering dijumpai beberapa kelebihan dan kelemahan pupuk kimia. Beberapa manfaat dan keunggulan pupuk kimia antara lain adalah mampu menyediakan hara dalam waktu relatif lebih cepat, menghasilkan nutrisi tersedia yang siap diserap tanaman, kandungan jumlah nutrisi lebih banyak, tidak berbau menyengat, praktis dan mudah diaplikasikan. Sedangkan kelemahan dari pupuk kimia adalah harga relatif mahal, mudah larut dan mudah hilang,

menimbulkan polusi pada tanah apabila diberikan dalam dosis yang tinggi. Unsur yang paling dominan dijumpai dalam pupuk kimia adalah unsur N, P, dan K (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Pupuk kimia mengandung banyak unsur hara makro, namun unsur hara mikro yang terkandung di dalamnya cukup sedikit. Penggunaan pupuk kimia secara berlebihan juga akan menimbulkan dampak negatif bagi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Lingga dan Marsono, 2011).

2.3.1 Nitrogen (N)

(34)

15

Sumber utama nitrogen (N) adalah nitrogen bebas (N2) di atmosfir. Nitrogen

memiliki sifat yang mudah larut dalam air. Tanaman menyerap N dalam bentuk nitrat (NO3-) dan amonium (NH4-). Nitrogen digunakan pada tanaman untuk

membantu proses pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti pembentukan daun, batang, dan akar. Selain itu N juga berperan penting dalam pembentukan klorofil yang berguna untuk proses fotosintesis serta

pemberian setelah fase pembungaan pada tanaman biji-bijian mempunyai fungsi untuk meningkatkan hasil (Widawati dkk., 2010).

2.3.2 Fosfor (P)

Fosfor merupakan unsur hara kedua yang penting bagi tanaman setelah nitrogen. Fosfor kadarnya di dalam tanaman lebih rendah dari N, K, dan Ca. Hal ini disebabkan retensi yang tinggi terhadap unsur P di dalam tanah menyebabkan konsentrasinya di dalam larutan tanah cepat sekali berkurang (Leiwakabessy dkk., 2003). Menurut Nurul Hidayat (2008), tanaman kacang-kacangan memerlukan P pada jumlah besar pada semua tingkat pertumbuhan terutama pada awal

pertumbuhan dan pembungaan. Pemupukan P akan merangsang pembentukan bintil akar oleh bakteri Rhizobium, sehingga akan meningkatkan hasil fiksasi N. Apabila terjadi kekurangan P akibat retensi di dalam tanah, tanaman akan menunjukkan gejala di dalam jaringan yang tua terlebih dahulu baru diangkut ke bagian-bagian meristem atau jaringan yang lebih muda. Peranan fosfor (P) dalam tanaman digunakan dalam pembentukan protein terutama dalam transfer

(35)

mempercepat matangnya buah, dan memperkuat tubuh tanaman (Kartika Rahmawati., 2004).

2.3.3 Kalium (K)

Menurut Aries Firmansyah (2008), kalium ialah unsur penyusun pupuk KCl yang dibutuhkan oleh tanaman sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, terutama untuk tanaman palawija. Peranan kalium bagi tanaman antara lain diperlukan untuk struktur sel, asimilasi karbon, fotosintesis, pembentukan pati, sintesa protein dan translokasi gula dalam tubuh tanaman. Sedangkan untuk tanaman kacang-kacangan fungsi kalium adalah dapat menurunkan jumlah polong hampa dan meningkatkan hasil tanaman yang meliputi jumlah cabang, buku subur dan jumlah polong bernas. Peranan utama kalium (K) dalam tanaman adalah sebagai aktivator berbagai enzim.

Unsur K mempunyai fungsi yang sangat penting pada proses fisiologis tanaman seperti aktifitas enzim, pengaturan sel turgor, fotosintesis, transport hasil

fotosintesis, transport hara dan air, serta metabolisme pati dan protein. Di samping itu unsur K juga berfungsi dalam permeabilitas dinding sel tanaman. Apabila tanaman kekurangan unsur K akan dapat menurunkan kekuatan batang dan ketahanan tanaman terhadap terjangkitnya hama dan penyakit (Mono Rahardjo, 2012).

(36)

17

(37)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 sampai Januari 2014.

3.2 Bahan dan Alat

(38)

19

Tabel 1. Kandungan Pupuk Slurry Cair.

Analisis Slurry Cair Standar Mutu Pupuk Organik SNI

Sumber: Biogas Rumah (BIRU) 2011 dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 28/Permentan/OT.140/2/2009.

Selain kandungan diatas, hasil analisa BIRU (2011) menunjukkan bahwa pupuk slurry cair juga mengandung asam amino, asam organik, asam humat, vitamin B-12, hormon auksin, hormon sitokinin, antibiotik, hara mikro (Fe, Cu, Zn, Mn, Mo).

(39)

3.3 Metode Penelitian

Percobaan ini terdiri atas 6 perlakuan yang merupakan kombinasi dosis antara pupuk organik Slurry cair dan pupuk anorganik (Urea, SP36, dan KCl), masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (Tabel 2). Homogenitas ragam diuji dengan Uji Bartlet, aditivitas data diuji dengan Uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi data dianalisis dengan sidik ragam, perbedaan nilai tengah perlakuan diuji dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 1% dan 5%.

Tabel 2. Kombinasi Perlakuan Dosis Pupuk Kimia dan Slurry Cair. Kombinasi

(40)

21

Pada perlakuan A (kontrol) tanaman kacang hijau tidak diberikan pupuk organik maupun anorganik. Perlakuan B (100 % pupuk kimia) tanaman kacang hijau hanya diberikan pupuk anorganik saja sesuai dosis anjuran. Perlakuan C

(kombinasi dari 75% pupuk anorganik dan 25% pupuk organik) tanaman kacang hijau diberikan pupuk anorganik sebanyak 75% dari dosis anjuran, dan diberikan 25% pupuk organik dari dosis anjuran. Perlakuan D (kombinasi dari 50% pupuk anorganik dan 50% pupuk organik) tanaman kacang hijau diberikan pupuk

anorganik dengan dosis 50% dari dosis anjuran, dan pupuk organik sebanyak 50% dari dosis anjuran. Perlakuan E (kombinasi dari 25% pupuk anorganik dan 75% pupuk organik) tanaman kacang hijau diberikan pupuk anorganik sebanyak 25% dari dosis anjuran dan pupuk organik sebanyak 75% dari dosis anjuran. Perlakuan F (100% pupuk organik) tanaman kacang hijau hanya diberikan pupuk organik saja sesuai dosis anjuran. Pupuk slurry cair yang digunakan bisa didapatkan di kios-kios pertanian dengan harga yang cukup terjangkau.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

1. Pembuatan petak percobaan

(41)

U

I

II

III

Gambar 1. Tata letak percobaan

2. Penanaman kacang hijau

Tanaman kacang hijau ditanam dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm. Penanaman kacang hijau dilakukan dengan memasukan 3-4 benih kacang hijau ke dalam setiap lubang tanam, kemudian pada 1 minggu setelah tanam (MST) dilakukan penjarangan, sehingga tersisa satu tanaman yang sehat. Selain itu untuk

menghindari serangan hama terhadap benih maka saat penanaman diberikan furadan 3G.

3. Aplikasi pupuk

Aplikasi pupuk Urea dilakukan sebanyak dua kali. Aplikasi Urea pertama (setengah dosis) dilakukan pada saat tanam bersamaan dengan pupuk SP 36 dan KCl. Aplikasi pupuk Urea kedua dilaksanakan saat tanaman mulai berbunga. Aplikasi pupuk slurry cair dilakukan dengan cara menyemprotkan pada daun tanaman kacang hijau sebanyak dua kali, yaitu setengah dosis pada saat tanaman berumur 25 HST dan sisanya pada saat tanaman berumur 35 HST. Aplikasi pupuk

C B A D E F

D F A C B E

(42)

23

slurry dilakukan dua kali berdasarkan anjuran dari Yayasan Rumah Enegi BIRU (Biogas Rumah).

4. Pemeliharaan

a. Pengairan

Karena lahan yang digunakan merupakan lahan tadah hujan maka pengairan mengandalkan curah hujan dan bila tidak ada hujan dilakukan penyiraman.

b. Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma dilakukan dengan menggunakan herbisida pra tumbuh setelah pengolahan lahan.

c. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pestisida diaplikasikan jika tingkat serangan hama dan penyakit telah merusak lebih dari 20% tanaman budidaya.

5. Panen

(43)

3.5 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong, bobot berangkasan kering, jumlah bintil akar, bobot bintil akar, bobot 100 butir dan analisis serapan N, P, dan K pada tanaman.

a) Tinggi tanaman

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada 3, 4 dan 5 MST (Minggu Setelah Tanam) dengan cara mengukur tinggi tanaman dari pangkal batang (permukaan tanah) hingga titik tumbuh tanaman. Pengukuran dilakukan dalam satuan centi meter dengan jumlah tanaman contoh 10 tanaman/ petak.

b) Jumlah daun per tanaman

Pengamatan jumlah daun dilakukan pada 3, 4 dan 5 MST.

c) Jumlah polong per tanaman

Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan menghitung jumlah polong pada 10 tanaman sampel per petak percobaan.

d) Jumlah bintil akar per tanaman

(44)

25

e) Bobot bintil akar per tanaman

Bintil akar yang telah dihitung jumlahnya, kemudian dihitung dengan

menggunakan timbangan elektrik untuk mengetahui bobot bintil akar dari masing-masing sampel.

f) Bobot berangkasan kering

Pengambilan sampel bobot berangkasan dilakukan saat fase vegetatif maksimum dengan memotong tanaman kacang hijau tepat pada permukaan tanah kemudian dioven dengan suhu 700C selama 72 jam kemudian ditimbang bobotnya.

g) Bobot 100 butir biji

Bobot 100 butir dilakukan dengan menimbang biji kacang hijau kering pada setiap petakan sebanyak 100 butir secara acak. Penimbangan dilakukan dengan timbangan digital.

h) Bobot biji kering per hektar

(45)

i) Serapan N, P, dan K

(46)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa kombinasi dosis pupuk slurry cair dan pupuk kimia sebesar 12,5 kg urea ha-1, 15 kg SP-36 ha-1, 12,5 kg KCl ha-1, 2 liter Slurry cair ha-1 memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau yang menunjukkan peningkatan hasil yaitu sebesar 0,5 ton ha-1.

5.2. Saran

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan beberapa hal yaitu:

1. Menggunakan kombinasi dosis pupuk Slurry cair dan pupuk kimia sebesar 12,5 kg urea ha-1, 15 kg SP-36 ha-1, 12,5 kg KCl ha-1, 2 liter pertumbuhan dan produksi kacang hijau.

(47)

PUSTAKA ACUAN

Astiningrum, M. 2005. Manajemen Persampahan, Majalah Ilmiah Dinamika Universitas Tidar Magelang 15 Agustus 2005. Magelang. 8 hlm. Badan Pusat Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 2012.

Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Varietas Vima 1

(http://www.balitbang.deptan.go.id). Diakses pada tanggal 16 Februari 2014.

Badan Pusat Statistik dan Direktoral Jenderal Tanaman Pangan. 2012. Data Produksi Kacang Hijau Indonesia (http://www.bps.go.id). Diakses pada tanggal 18 Juni 2013.

Bahar, Abdul. 2002. Pengaruh Takaran (Dosis) Inokulum Rhizo-plus pada

Inokulasi Benih terhadap Perbintilan Akar dan Pertumbuhan Tiga Varietas Kedelai. Skripsi Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Trunojoyo. Bangkalan. 36 hal.

BIRU. 2012. Pedoman dan Pengguna Pengawas Pengelolaan dan Pemanfaatan Bio-slurry. Jakarta

Capah, RL. 2006. Kandungan nitrogen dan fosfor pupuk organik cair dari sludge instalasi gasbio dengan penambahan tepung tulang ayam dan tepung darah sapi. [Skripsi]. Program Studi Teknologi Produksi Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor

Dobermann, A. dan T. Fairhurst. 2000. Rice : Nutrient Disorders & Nutrient Management. Potash & Potash Institute/Potash & Potash Institute of Canada. 191 hal. Eagle A.J., A.J. Bird, W.R. Horwath

(48)

55

Hairiah, K. H. Widianto, S.R. Utami, D. Supragoyo, Sunaryo, S.M. Sitompul., B. Lusiana., R. Mulia., M.Van Noordwijk dan G. Cadisch, 2000. Pengelolaan Tanah Masam Secara Biologi. ICRAF. Bogor

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta

Hidayat, N. 2008. Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) Varietas Lokal Madura pada Berbagai Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Fosfor. Jurnal Agrovigor. Volume 1 Nomor 1.

Fajri, H. 2012. Pengaruh Varietas Dan Dosis Pupuk SP-36 terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L. ). Jurnal Agrista Vol. 16 No. 1, 2012

Firmansyah, A. 2008. Upaya Peningkatan Produktivitas Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) Varietas Panderman Melalui Dosis dan Waktu Pemberian Kalium. [Skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Jamilah dan Safridar, N . 2012. Pengaruh Dosis Urea, Arang Aktif dan Zeolit

terhadap Pewrtumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.). Jurnal Agrista Vol. 16 No. 3. Universitas Jabal Ghafur Sigli.

Jasmani. 2006. Respon Kacang Hijau (Phaseolus radiatus) Varietas Walet

terhadap Jarak Tanam dan Pemupukan Phospor. [Skripsi]. Program Studi Agronomi. Fakultas Manajemen Agribisnis. Universitas Mercu Buana Jumini, Nurhayati, dan Murzani. 2011. Efek Kombinasi Dosis Pupuk N P K dan

Cara Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis.

Universitas Syiah Kuala Darussalam. Banda Aceh. Jurnal Floratek 6: 165 - 170

Katriani, Syam’un, E dan Tandipada, D. 2011. Pertumbuhan dan Produksi Jagung pada Berbagai Konsentrasi Azotobacter dan Paket Pemupukan N,P,K. Jurnal Agronomika. Universitas Hasanuddin Makassar. Vol 1 No.2, 65-70

Kurniadi, P.F., H. Yetti., dan E. Anom. 2013. Peningkatan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata L.) dengan Pemberian Pupuk Ayam dan NPK. Pertanian. Karya Ilmiah. Riau. 14 hlm

Leiwakabessy, F. M., Wahjudin, U. M., dan Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah.Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan.

(49)

Lingga, P, dan Marsono, 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta

Listyanto, A. 2008. Identifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jati di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi. Skripsi. UMS

Marselius O., 2010. Pemanfaatan Limbah Cair Biogas Sebagai Pupuk Organik Untuk Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir. ) Di Daerah Transmigrasi Masni-Manokwari). [Skripsi]. Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian. Jurusan Tanah. Universitas Negeri Papua

Maulidia, O. R. 2013. Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos dan Kombinasinya dengan Pupuk Kimia Terhadap Pertumbuhan, Serapan Hara, serta Produksi Tanaman Ubi Kayu. Skripsi. Bandar lampung. 87 hal

Musnamar, E. I. 2007. Pupuk Organik Cair Padat Pembuatan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta

Oman. 2003. Kandungan Nitrogen (N) Pupuk Organik Cair Dari Hasil Penambahan Urine Pada Limbah (Sludge) Keluaran Instalasi Gas Bio Dengan Masukan Feces Sapi.Skripsi Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak diterbitkan

Pardono. 2009. Pengaruh Pupuk Organik Air Kencing Sapi dan Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Panjang (Vigna Sinensis L.). Jurnal Agrosains 11(1): 11-14

Parnata, Ayub. S. 2005. Panduan Budi Daya dan Perawatan Anggrek. Jakarta: Argo Media Pustaka

Pitojo, S. 2010. Benih Kacang Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Purba S. dan Las I. 2002, Regionalisasi Opsi Strategi Peningkatan Produksi Beras. Makalah disampaikan pada Seminar IPTEK padi Pekan Padi Nasional di Sukamandi 22 Maret 2002.

Purwa. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta Rahmawati, Kartika. 2004. Respon Dua Varietas Kacang Tanah (Arachis

hypogea L.) Akibat Perbedaan Takaran Pupuk P-SP 36 pada Tanah Regosol. Skripsi Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo (Tidak Dipublikasikan). Bangkalan. 58 hal.

(50)

57

Rizqiani, N.F., E. Ambarwati, dan N.W. Yuwono. 2007. Pengaruh Dosis dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan HasilBuncis (Phaseolus vulgaris L.) Dataran Rendah. Jurnal Ilmu Tanah danLingkungan. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Vol. 7 : 43 – 53 Rizwan, M. 2010. Evaluasi Pupuk NPK dan Pupuk Organik Terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang (Arachis hypogaea L). Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu. Fakultas Pertanian UISU Medan.

Sahari, P. 2005. Pengaruh jenis dan dosis pupuk kandang Terhadap pertumbuhan danhasil tanaman Krokot Landa (talinum

triangulare willd.). Skripsi :di Publikasikan.FakultasPeratanian. UniveritasSebelasMaret.Surakarta.

Sufardi. 2010. Mengenal Unsur Hara Tanaman. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Suriawiria, U. 2003. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Buangan Secara Biologis. PT. Alumni. Bandung

Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Menuju pertanian alternatif dan berkelajuan. Kanisius. Jakarta

Sutanto, R. 2006. Penerapan Pertanian Organik (Pemasyarakatan dan Pengembangannya). Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Sutedjo, M. M. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta Tan, K.H., 2004 . Dasar-dasar Kimia Tanah. Diterjemahkan oleh D.H

Goenadi.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Tarigan, K. 2009. Pengaruh pupuk terhadap Optimasi Produksi Padi Sawah. Universitas Sumatra Utara, Medan.

Wachjar, A dan Kadarisman, L. 2007. Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik Cair dan Pupuk Anorganik serta Frekuensi Aplikasinya terhadap Pertumbuhan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) Belum Menghasilkan. Jurnal. Agron. (35) (3) 212 – 216

Widawati, Suliasih, A. Muharam. 2010. Pengaruh Kompos yang Diperkaya Bakteri Penambat Nitrogen dan Pelarut Fosfat terhadap Pertumbuhan Tanaman Kapri dan Aktivitas Enzim Fosfatase dalam Tanah. Jurnal Hortikultura 20(3): 207-215

(51)

Pemanfaatan Hasil Samping ndustri Etanol Serta Peluang Pengembangan Industri Integratednya. Jakarta

Wijanarko, A. dan Sudaryono. 2006. Pengaruh Residu SP-36 terhadap Hasil Kedelai di Ultisol Lampung Tengah. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Lampung

Zebua, S.J. 2012. Kualitas Benih Kacang Hijau (Vigna radiata) Pada

(52)

59

(53)

Tabel 17. Data Curah Hujan Bulan Oktober – Desember 2013 Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan

Oktober 136 9

November x x

Desember 309 18

Sumber: Badan Meteotologi Klimatologi Dan Geofisika Stasiun Klimatologi Masgar Lampung, 2014.

Tabel 18. Deskripsi Kacang Hijau Varietas Vima-1 Nama Varietas Vima - 1

SK MMC 157d-Kp-1

Tahun 2008

Tetua Persilangan buatan tahun 1996 VC 1973 A x VC 2750 A

Rataan Hasil 1,76 t/ha Potensi Hasil 1,38 t/ha

Pemulia M.Anwari, Rudi Iswanto, Rudi Soehendi, Hadi Purnomo dan Agus Supeno

Kadar Protein 28,02 % basis kering Kadar Lemak 0,40 % basis kering Kadar Pati 67,62 % basis kering

(54)

61

Tabel 19. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair terhadap tinggi tanaman (cm) kacang hijau pada 3 MST.

Keterangan: A = Kontrol.

Tabel 20. Uji homogenitas tinggi tanaman kacang hijau pada 3 MST.

Perlakuan Db 1/Db JK S2 log S2 (n-1)* log S2 Keterangan: A: Kontrol. B: Urea 50 kg/ha, SP-36 60 kg/ha, KCl 50 kg/ha.

C: Urea 37,5 kg/ha, SP-36 45 kg/ha, KCl 37,5 kg/ha, Slurry Cair 1 L/ha. D: Urea 25 kg/ha, SP-36 30 kg/ha, KCl 25 kg/ha, Slurry Cair 1,5 L/ha. E: Urea 12,5 kg/ha. SP-36 15 kg/ha, KCl 12,5 kg/ha, Slurry Cair 2 L/ha. F: Slurry Cair 2,5 L/ha.

Perlakuan Kelompok Jumlah Rerata

(55)

Tabel 21. Analisis ragam tinggi tanaman kacang hijau pada 3 MST.

Keterangan; tn : Tidak berbeda nyata pada taraf 5% ** : Berbeda nyata pada taraf 1%

Tabel 22. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair terhadap jumlah daun (helai) tanaman kacang hijau pada 3 MST

Perlakuan Kelompok Jumlah Rerata

(56)

63

Tabel 23. Uji homogenitas jumlah daun tanaman kacang hijau pada 3 MST. Perlakuan Db 1/Db JK S2 log S2 (n-1)* log S2 Keterangan: A: Kontrol. B: Urea 50 kg/ha, SP-36 60 kg/ha, KCl 50 kg/ha.

C: Urea 37,5 kg/ha, SP-36 45 kg/ha, KCl 37,5 kg/ha, Slurry Cair 1 L/ha. D: Urea 25 kg/ha, SP-36 30 kg/ha, KCl 25 kg/ha, Slurry Cair 1,5 L/ha. E: Urea 12,5 kg/ha. SP-36 15 kg/ha, KCl 12,5 kg/ha, Slurry Cair 2 L/ha. F: Slurry Cair 2,5 L/ha.

Tabel 24. Analisis ragam jumlah daun tanaman kacang hijau pada 3 MST.

SK Db JK KT F hitung F Tabel

(57)

Tabel 25. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair terhadap tinggi tanaman (cm) kacang hijau pada 4 MST.

Perlakuan Kelompok Jumlah Rerata

1 2 3

Tabel 26. Uji homogenitas tinggi tanaman kacang hijau pada 4 MST.

Perlakuan Db 1/Db JK S2 log S2 (n-1)* log S2 Keterangan: A: Kontrol. B: Urea 50 kg/ha, SP-36 60 kg/ha, KCl 50 kg/ha.

(58)

65

Tabel 27. Analisis ragam tinggi tanaman kacang hijau pada 4 MST.

SK Db JK KT F

Keterangan; tn : Tidak Berbeda Nyata pada Taraf 5% ** : Berbeda Nyata pada Taraf 1%

Tabel 28. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair terhadap jumlah daun (helai) tanaman kacang hijau pada 4 MST.

Perlakuan Kelompok Jumlah Rerata

(59)

Tabel 29. Uji homogenitas jumlah daun tanaman kacang hijau pada 4 MST. Keterangan: A: Kontrol. B: Urea 50 kg/ha, SP-36 60 kg/ha, KCl 50 kg/ha.

C: Urea 37,5 kg/ha, SP-36 45 kg/ha, KCl 37,5 kg/ha, Slurry Cair 1 L/ha. D: Urea 25 kg/ha, SP-36 30 kg/ha, KCl 25 kg/ha, Slurry Cair 1,5 L/ha. E: Urea 12,5 kg/ha. SP-36 15 kg/ha, KCl 12,5 kg/ha, Slurry Cair 2 L/ha. F: Slurry Cair 2,5 L/ha.

Tabel 30. Analisis ragam jumlah daun tanaman kacang hijau pada 4 MST.

SK Db JK KT F hitung F Tabel

(60)

67

Tabel 31. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair terhadap tinggi tanaman (cm) kacang hijau pada 5 MST.

Perlakuan Kelompok Jumlah Rerata

1 2 3

Tabel 32. Uji homogenitas tinggi tanaman kacang hijau pada 5 MST.

Perlakuan Db 1/Db JK S2 log S2 (n-1)* log S2 Keterangan: A: Kontrol. B: Urea 50 kg/ha, SP-36 60 kg/ha, KCl 50 kg/ha.

(61)

Tabel 33. Analisis ragam tinggi tanaman kacang hijau pada 5 MST.

Keterangan; tn : Tidak Berbeda Nyata pada Taraf 5% ** : Berbeda Nyata pada Taraf 1%

Tabel 34. Pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair terhadap jumlah daun (helai) tanaman kacang hijau pada 5 MST.

Perlakuan Kelompok Jumlah Rerata

(62)

69

Tabel 35. Uji homogenitas jumlah daun kacang hijau pada 5 MST.

Perlakuan Db 1/Db JK S2 log S2 (n-1)* Keterangan: A: Kontrol. B: Urea 50 kg/ha, SP-36 60 kg/ha, KCl 50 kg/ha.

C: Urea 37,5 kg/ha, SP-36 45 kg/ha, KCl 37,5 kg/ha, Slurry Cair 1 L/ha. D: Urea 25 kg/ha, SP-36 30 kg/ha, KCl 25 kg/ha, Slurry Cair 1,5 L/ha. E: Urea 12,5 kg/ha. SP-36 15 kg/ha, KCl 12,5 kg/ha, Slurry Cair 2 L/ha. F: Slurry Cair 2,5 L/ha.

Tabel 36. Analisis ragam jumlah daun tanaman kacang hijau pada 5 MST.

(63)

Tabel 37. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair terhadap jumlah bintil akar pada tanaman kacang hijau.

Perlakuan Kelompok Jumlah Rerata

1 2 3

Tabel 38. Uji homogenitas jumlah bintil akar pada tanaman kacang hijau. Perlakuan Db 1/Db JK S2 log S2 (n-1)* log S2 Keterangan: A: Kontrol. B: Urea 50 kg/ha, SP-36 60 kg/ha, KCl 50 kg/ha.

(64)

71

Tabel 39. Analisis ragam jumlah bintil akar pada tanaman kacang hijau.

SK Db JK KT F hitung F Tabel

Keterangan; tn : Tidak Berbeda Nyata pada Taraf 5% ** : Berbeda Nyata pada Taraf 1%

Tabel 40. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair terhadap bobot bintil akar (g) pada tanaman kacang hijau.

Perlakuan Kelompok Jumlah Rerata

(65)

Tabel 41. Uji homogenitas bobot bintil akar (g) pada tanaman kacang hijau. Keterangan: A: Kontrol. B: Urea 50 kg/ha, SP-36 60 kg/ha, KCl 50 kg/ha.

C: Urea 37,5 kg/ha, SP-36 45 kg/ha, KCl 37,5 kg/ha, Slurry Cair 1 L/ha. D: Urea 25 kg/ha, SP-36 30 kg/ha, KCl 25 kg/ha, Slurry Cair 1,5 L/ha. E: Urea 12,5 kg/ha. SP-36 15 kg/ha, KCl 12,5 kg/ha, Slurry Cair 2 L/ha. F: Slurry Cair 2,5 L/ha.

Tabel 42. Analisis ragam bobot bintil akar (g) pada tanaman kacang hijau.

SK Db JK KT F hitung F Tabel

Keterangan; tn : Tidak Berbeda Nyata pada Taraf 5% * : Berbeda Nyata pada Taraf 5%

(66)

73

Tabel 43. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair terhadap bobot 100 butir (g) pada tanaman kacang hijau.

Perlakuan Kelompok Jumlah Rerata

1 2 3

Tabel 44. Uji homogenitas bobot 100 butir (g) pada tanaman kacang hijau. Perlakuan Db 1/Db JK S2 log S2 (n-1)* Keterangan: A: Kontrol. B: Urea 50 kg/ha, SP-36 60 kg/ha, KCl 50 kg/ha.

(67)

Tabel 45. Analisis ragam bobot 100 butir (g) pada tanaman kacang hijau.

Keterangan; tn : Tidak Berbeda Nyata pada Taraf 5% ** : Berbeda Nyata pada Taraf 1%

Tabel 46. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair terhadap serapan hara N (%) pada tanaman kacang hijau.

Perlakuan Kelompok Jumlah Rerata

(68)

75

Tabel 47. Uji homogenitas serapan hara N (%) pada tanaman kacang hijau. Perlakuan Db 1/Db JK S2 log S2 (n-1)* log S2 Keterangan: A: Kontrol. B: Urea 50 kg/ha, SP-36 60 kg/ha, KCl 50 kg/ha.

C: Urea 37,5 kg/ha, SP-36 45 kg/ha, KCl 37,5 kg/ha, Slurry Cair 1 L/ha. D: Urea 25 kg/ha, SP-36 30 kg/ha, KCl 25 kg/ha, Slurry Cair 1,5 L/ha. E: Urea 12,5 kg/ha. SP-36 15 kg/ha, KCl 12,5 kg/ha, Slurry Cair 2 L/ha. F: Slurry Cair 2,5 L/ha.

Tabel 48. Analisis ragam serapan hara N (%) pada tanaman kacang hijau.

(69)

Tabel 49. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair terhadap serapan hara P (%) pada tanaman kacang hijau.

Perlakuan Kelompok Jumlah Rerata

1 2 3

Tabel 50. Uji homogenitas serapan hara P (%) pada tanaman kacang hijau. Perlakuan Db 1/Db JK S2 log S2 (n-1)* log S2 Keterangan: A: Kontrol. B: Urea 50 kg/ha, SP-36 60 kg/ha, KCl 50 kg/ha.

(70)

77

Tabel 51. Analisis ragam serapan hara P (%) pada tanaman kacang hijau.

SK Db JK KT F hitung F Tabel

Keterangan; tn : Tidak Berbeda Nyata pada Taraf 5% ** : Berbeda Nyata pada Taraf 1%

Tabel 52. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair terhadap serapan hara K (%) pada tanaman kacang hijau.

Perlakuan Kelompok Jumlah Rerata

(71)

Tabel 53. Uji homogenitas serapan hara K (%) pada tanaman kacang hijau. Keterangan: A: Kontrol. B: Urea 50 kg/ha, SP-36 60 kg/ha, KCl 50 kg/ha.

C: Urea 37,5 kg/ha, SP-36 45 kg/ha, KCl 37,5 kg/ha, Slurry Cair 1 L/ha. D: Urea 25 kg/ha, SP-36 30 kg/ha, KCl 25 kg/ha, Slurry Cair 1,5 L/ha. E: Urea 12,5 kg/ha. SP-36 15 kg/ha, KCl 12,5 kg/ha, Slurry Cair 2 L/ha. F: Slurry Cair 2,5 L/ha.

Tabel 54. Analisis ragam serapan hara K (%) pada tanaman kacang hijau.

SK Db JK KT F hitung F Tabel

Keterangan; tn : Tidak Berbeda Nyata pada Taraf 5% * : Berbeda Nyata pada Taraf 5%

(72)

79

Tabel 55. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair terhadap jumlah polong saat panen pada tanaman kacang hijau.

Perlakuan Kelompok Jumlah Rerata

1 2 3

Tabel 56. Uji homogenitas jumlah polong saat panen pada tanaman kacang hijau. Keterangan: A: Kontrol. B: Urea 50 kg/ha, SP-36 60 kg/ha, KCl 50 kg/ha.

(73)

Tabel 57. Analisis ragam jumlah polong saat panen pada tanaman kacang

Keterangan; tn : Tidak Berbeda Nyata pada Taraf 5% * : Berbeda Nyata pada Taraf 5%

** : Berbeda Nyata pada Taraf 1%

Tabel 58. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair terhadap bobot kering brangkasan (kg ha-1) pada tanaman kacang hijau.

Perlakuan Kelompok Jumlah Rerata

(74)

81

Tabel 59. Uji homogenitas bobot kering brangkasan (kg ha-1) pada tanaman kacang hijau.

Gabungan 3.506,195 3,545 42,538

X2 = 1,701; FK= 5,861; X2 terkoreksi= 0,290; X2 tabel= 11,07 Homogen Keterangan: A: Kontrol. B: Urea 50 kg/ha, SP-36 60 kg/ha, KCl 50 kg/ha.

C: Urea 37,5 kg/ha, SP-36 45 kg/ha, KCl 37,5 kg/ha, Slurry Cair 1 L/ha. D: Urea 25 kg/ha, SP-36 30 kg/ha, KCl 25 kg/ha, Slurry Cair 1,5 L/ha. E: Urea 12,5 kg/ha. SP-36 15 kg/ha, KCl 12,5 kg/ha, Slurry Cair 2 L/ha. F: Slurry Cair 2,5 L/ha.

Tabel 60. Analisis ragam bobot kering brangkasan pada tanaman kacang hijau.

SK Db JK KT F

(75)

Tabel 61. Data pengaruh kombinasi dosis pupuk kimia dan pupuk slurry cair terhadap bobot kering biji (kg ha-1) pada tanaman kacang hijau.

Perlakuan Kelompok Jumlah Rerata

1 2 3

Tabel 62. Uji homogenitas bobot kering biji (kg ha-1) pada tanaman kacang hijau.

Perlakuan Db 1/Db JK S2 log S2 (n-1)* log

Gabungan 23594,978 4,373 52,474

X2 = 6,638; FK= 5,861; X2 terkoreksi= 1,133; X2 tabel= 11,07 Homogen Keterangan: A: Kontrol. B: Urea 50 kg/ha, SP-36 60 kg/ha, KCl 50 kg/ha.

(76)

83

Tabel 63. Analisis ragam bobot kering biji (kg ha-1) pada tanaman kacang hijau.

SK Db JK KT F

Hitung

F Tabel 0,01 0,05 Kelompok 2 14.813,98 7.406,99 0,28 tn 7,56 4,10

Perlakuan 5 3.516.520,81 703.304,16 26,21 ** 5,64 3,33 Galat 10 268.325,76 26.832,58

Non

aditivitas 1 0,01 0,01 0,00 tn 10,04 4,96 Sisa 9 268.325,75 29.813,97

(77)

Gambar 3. Tanaman Kacang Hijau pada 1 MST

(78)

85

Gambar 5. Tanaman Kacang Hijau 5 MST

(79)

Gambar 7. Tanaman Kacang Hijau yang Akan di panen.

(80)

87

Gambar 9. Polong kacang hijau yang dihasilkan oleh perlakuan B

(81)

Gambar 11. Polong yang dihasilkan oleh perlakuan D

(82)

89

Gambar 13. Polong kacang hijau yang dihasilkan oleh perlakuan F

Gambar

Tabel 2. Kombinasi Perlakuan Dosis Pupuk Kimia dan Slurry Cair.
Gambar 1. Tata letak percobaan
Tabel 48. Analisis ragam serapan hara N (%) pada tanaman kacang hijau.
Tabel 50. Uji homogenitas serapan hara P (%) pada tanaman kacang hijau.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tanggung jawab pialang asuransi berpedoman pada kontrak asuransi yang telah dibuat untuk melakukan kewenangan dalam penyelesaian klaim asuransi disamping itu pialang

Penambahan grafit hingga 5% berat pada komposit AI/grafit menaikkan densitas relatifnya, sedangkan penambahan hingga 7,5 dan 10% berat justru menurunkan densitasnya seperti

Rezultati Kruskal-Wallis testa koji se odnose na intenzitet efekta ovisno o izvoru svjetla za zelenu boju umetnutog segmenta, Semimatte papir kao medij te „crnu“

Dimana jumlah H 2 O yang terkondensasi setelah proses pembakaran tergantung dari besarnya kadar air dalam briket tersebut, apabila kadar air yang terkandung

Dari hasil penelitian dengan metode diatas, penulis memperoleh jawaban atas permasalahan yang ada bahwa Polresta Malang kesulitan dalam mengungkap tindak pidana

Hasil analisis statistik penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh bermakna dari pemberian ekstrak terhadap kerusakan tubulus seminiferus maupun pembesaran diameter

3.3.1.9 DFD Level 1 Proses 6.0 Olah Data Tagihan ADMINISTRATOR Data tagihan Data tagihan Data tagihan Data tagihan Data tagihan 6.2 Simpan data 6.3 Update data 6.4 Hapus

Setelah kereta api melewati pintu perlintasan, sensor ketiga yaitu sensor infra merah aktif untuk mengirim sinyal ke kendali mikrokontroler untuk membuka palang