PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan Pasal 1 Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjaman, pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar BMT dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan.
Pembiayaan merupakan salah satu bentuk kegiatan utama dari suatu BMT (Baitul Ma’al Tanwil) dalam menyalurkan dana yang telah dihimpun oleh BMT tersebut, karena dari kegiatan pembiayaan dapat diperoleh pendapatan yang utama dan menjadi penunjang kelangsungan usaha BMT. Maka dari itu, suatu BMT dituntut untuk bertindak secara hati-hati dan menggunakan pertimbangan yang cermat dalam memberikan kredit kepada nasabah yang ingin mengajukan permohonan pembiayaan.
Disamping kegiatan menyalurkan dana, BMT juga memiliki kegiatan berupa menghimpun dana dalam bentuk simpanan atau tabungan dan deposito. Kegiatan inilah yang sebenarnya menentukan pertumbuhan suatu BMT, sebab volume dana yang berhasil dihimpun tentunya akan menentukan volume dana yang dapat digunakan dalam bentuk pembiayaan. Hal inilah yang membuat setiap BMT untuk selalu berusaha untuk meningkatkan produk dan pelayanan untuk lebih baim agar masyarakat menjadi lebih tertarik dan percaya untuk menyimpan uangnya di BMT.
pembiayaan yang disalurkan kepada nasabah, maka nasabah harus mengembalikan pembiayaan yang telah diberikan tersebut bersama margin dengan jangka waktu tertentu sesuai akad perjanjian yang telah disepakati sebelumnya antara nasabah dengan pihak BMT.
Namun produk pembiayaan ini, tidak lepas dari risiko-risiko yang dapat timbul di dalamnya. Setiap risiko yang muncul dapat mempengaruhi stabilitas suatu BMT atau bahkan menyebabkan kerugian. Terlebih lagi, masyarakat dinilai belum dapat menerima memehami ekonomi syariah. Kemudian dipengaruhi pula oleh karakteristik masyarakat sekitar yang berbeda-beda. Bagi suatu lembaga keuangan, risiko yang dapat menyebabkan kerugian seperti ini dapat menganggu stabilitas dari BMT tersebut.
Dengan munculnya risiko seperti itu, maka diperlukan penaksiran atau penentuan risiko dalam kegiatan penyaluran dana tersebut. Penentuan risiko atau risk assessment ini merupakan suatu analisis dan identifikasi terhadap suatu risiko serta membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko tersebut harus dikelola. Sehingga dapat dilakukan pengawasan dan penangan terhadap risiko produk pembiayaan tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko tersebut pada tingkat minimum, dengan mempetimbangkan biaya dan manfaat. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya pengaruh yang merugikan BMT akan menurun dan kelangsungan usaha BMT tersebut akan tetap terjaga dengan baik.
MANFAAT PENELITIAN
1) Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang objek yang diteliti.
2) Dapat digunakan sebagai bahan atau pengembangan untuk menyusun laporan penelitian dikemudian hari khususnya mengenai pembiayaan lambaga keuangan syariah.
3) Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam alternatif membuat suatu kebijakan-kebijakan berkaitan dengan pembiayaan dan dapt memberikan informasi yang dapat digunakan bahan pertimbangan dalam produk pembiayaan.
4) Dengan adanya penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi mengenai produk pembayaan dan lebih memperkenalkan ekonomi syariah. 5) Sebagai bahan perbandingan antara yang diperoleh secara teoritis
dengan aplikasi yang terjadi di perusahaan mengenai gambaran hasil analisis penentuan risiko dalam produk pembiayaan.
KAJIAN TEORITIS A. Pengertian Risiko
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah ‘risiko’. Berbagai macam risiko, seperti risiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, risiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika risiko-risiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal. Proses dan hasil dari suatu kegiatan juga jarang sekali dapat diperkirakan secara sempurna. Pada umumnya terdapat risiko yang mungkin dapat terjadi meskipun itu kecil.
B. Macam-macam Risiko
Menurut sifatnya risiko dibedakan tiga macam, yaitu:
1. Risiko murni, adalah risiko yang terjadi pasti akan menimbulkan kerugian dan terjadinya tanpa sengaja. Contohnya, kebakaran, bencana alam, pencurian dan penggelapan.
2. Risiko spekulatif, adalah risiko yang sengaja ditimbulkan oleh yang bersangkutan agar menguntungkan bagi pihak tertentu. Contohnya, utang piutang dan perdagangan berjangka.
dan angin topan. Risiko ini dibagi menjadi dua, yaitu risiko khusus dan risiko dinamis. Risiko khusus merupakan risiko yang bersumber pada peristiwa yang mandiri dan umumnya mudah diketahui penyebabnya, seperti kapal kandas dan pesawat jatuh. Sedangkan risiko dinamis merupakan risiko yang timbul karena perkembangan dan kemajuan masyarakat di bidang ekonomi, ilmu dan teknologi, seperti risiko penerbangan luar angkasa.
Sedangkan menurut sumber atau penyebab timbulnya, terdiri dari:
1. Risiko intern, adalah yang berasal dalam suatu perusahaan itu sendiri, seperti kerusakan aktiva karena kesalahan karyawan dan kecelakaan kerja. 2. Risiko eksten, adalah risiko yang berasal dari luar suatu perusahaan,
seperti pencurian, persaingan dalam bisnis, fluktuasi harga, dan sebagainya.
C. Pengertian Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (2002;180), terdapat konsep dasar dari pengendalian internal, diantaranya:
2. Pengendalian internal bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan personil lain.
3. Pengendalian internal diharapkan mampu memberikan keyakian memadai, bukan keyakian mutlak, bagi manajemen dan dewan komisaris entitas. Keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengendalian internal dan pertimbangan manfaat dan pengorbanan dalam pencapaian tujuan pengendalian menyebabkan pengendalian internal tidak dapat memberikan keyakinan mutlak.
4. Pengendalian internal ditunjukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan: pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.
Adapun pengertian pengendalian internal yang dikutip oleh Soekrisno Agoes(2004:75) dari IAI (2001:319.2) sebagai berikut:
Pengendalian internal merupakan ”suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memedai tentang pencapaian tiga golongan berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
seberapa jauh dapat dipercayai data akuntansi, mendorong efisien operasi dan menunjang dipatuhinya kebijaksanaan pimpinan.
D. Tujuan Pengendalian Internal
Dengan adanya danya sistem pengendalian internal, kemungkinan-kemungkinan pemborosan dan penyelewengan dapat ditekan seminimal mungkin.
Tujuan utama dari pengendalian internal adalah:
1. Mengamankan harta perusahaan.
2. Menjamin terhadap terjadinya hutang yang tidak layak 3. Menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi perusahaan. 4. Meningkatkan efisiensi operasi perusahaan.
5. Mendorong ditaatinya kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan pimpinan perusahaan.
Adapun tujuan sistem pengendalian internal menurut Warren, Reeve, & Fees (www.wordpress.com) adalah :
1. Menjaga kekayaan organisasi
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi 3. Mendorong efisiensi
E. Unsur-unsur Pengencalian Internal
Unsur-unsur pengendalian internal sebagaimana dijelaskan oleh Mulyadi(1998:175-185) terdapat lima unsur, yaitu;
1. Lingkungan Pengendalian (Control
Environment)
Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang pengendalian. Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua unsur pengendalian internal, yang membentuk disiplin dan struktur.
2. Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansiyang diterima umum.
Penaksiran risiko manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan adalah penaksiran risiko yang terkandung dalam asersi tertentu dalam laporan keuangan dan desain dan implementasi aktivitas pengendalian yang ditujukan untuk mengurangi risiko tersebut pada tingkat minimum dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat.
Sistem akuntansi diciptakan untuk mengidnetifikasi, merakit, menggolongkan, mengalisis, mencatat, dan melaporkan transaksi suatu entitas, serta menyelenggarakan pertanggungjawaban kekayaan utang entitas tersebut. Oleh karena itu, sistem akuntansi yang efektif dapat memberikan keyakinan memadai bahwa transaksi yang dicatat atau terjadi adalah:
Sah.
Telah diotorisasi.
Telah dicatat.
Telah dinilai secara wajar.
Telah digolongkan secara wajar.
Telah dicatat dalam periode yang seharusnya.
Telah dimasukkan ke dalam buku pembantu dan telah diringkas dengan benar.
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas.
5. Pemantauan
Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja struktur pengendalian internal sepanjang waktu. Pemantuan dilaksanakan oleh personel yang semestinya melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain maupun pengoperasian pengendalian, pada waktu yang tepat, untuk menentukan apakah struktur pengendalian internal beroperasi sebagaimana yang diharapkan, dan untuk menentukan apakah struktur pengendalian internal tersebut telah memerlukan perubahan krena terjadinya perubahan keuangan.
F. Pengertian Risk Assessment
Menurut Sukrisno Agoes(2004:75), menjelaskan bahwa risk assessment atau penaksiran risiko adalah “identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola”.
pengendalian internal entitas dalam rangka pencegahan atau pendeteksian salah saji material di dalam laporan keuangan”.
Risiko yang relevan dengan laporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas dan malaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan.
Kemudian Mulyadi(1998:179) menjelaskan bahwa penaksiran risiko harus mencakup pertimbangan khusus terhadap risiko yang dapat timbul dari perubahan keadaan, seperti:
1. Bidang baru bisnis atau transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi yang belum pernah dikenal.
2. Perubahan standar akuntansi. 3. Hukum dan peraturan baru.
4. Perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem dan teknologi baru yang digunakan untuk pengolahan informasi.
5. Pertumbuhan pesat entitas yang menuntut perubahan fungsi pengolahan dan pelaporan informasi dan personel yang terlibat di dalam fungsi tersebut.
1. Menentukan sasaran dan tujuan organisasi.
2. Menaksir risiko (mengidentifikasi, menganalisa/mengukur serta menetapkan prioritas risiko).
3. Menetapkan kontrol yang dibutuhkan untuk mengendalikan risiko yang ada.
G. Pengertian Pembiayaan
Pengertian pembiayaan menurut Muhammad(2005:17), yaitu ”pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sndiri maupun lembaga”. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang direncanakan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.
Dalam kaitannya dengan perbakan syariah atau istilah teknisnya, kegiatan
pembiayaan ini disebut sebagai aktiva produktif. Menurut Ketentuan Bank
Indonesia aktiva produktif adalah ”penanaman dana Bank Syariah baik dalam
rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat
berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara,
komitmen dan kontijensi pada rekening administratif serta Sertifikat Wadi’ah
Bank Indonesia”(Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003 tanggal 19 Mei
2003).
Dalam buku Manajemen Pembiayaan Bank Syariah,
Muhammad(2005:17-18) menjelaskan bahwa secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu tujuam pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan
untuk meningkatkan mikro. Secara makro, pembiayaan bertujuan untuk:
1. Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak dapat akses secara
ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses
ekonomi. Dengan demikian dapat meningkatkan taraf ekonominya.
2. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh dengan melakukan aktivitas pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan kepada pihak minus dana, sehingga dapat tergulirkan.
3. Meningkatkan produktivitas, artinya dengan adanya pembiayaan dapat memberikan peluang bagi masyarakat guna meningkatkan daya produksinya. Sebab upaya produksi tidak akan dapat berjalan tanpa adanya dana.
4. Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya sektor-sektor usaha malalui penambahan dana pembiayaan, maka sektor usaha tersebut akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti menambah atau membuka lapangan kerja baru.
Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk:
1. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha menginginkan mampu mencapai laba yang maksimal. Untuk dapat menghasilkan laba maksimal maka mereka membutuhkan dana yang cukup.
2. Upaya menimilkan risiko, artinya usaha yangdilakukan agar mampu menghasilkan laba yang maksimal, maka pengusaha harus mampu meminimalkan risiko yang mungkin timbul. Contohnya seperti risiko kekurangan modal usaha dapat ditanggulangi melalui tindakan pembiayaan. 3. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat
dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan sumber daya manusia ada, sedangkan sumber daya modal tidak ada. Maka dipastikan diperlukan pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber daya ekonomi. 4. Penyaluran kelebihan dana, artinya dalam kehidupan masyarakat ini terdapat
pihak yang memiliki kelebihan sementara pihak yang kekurangan. Dalam kaitannya dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam penyeimbangan dan penyaluran kelebihan dana dari pihak yang kelbihan (surplus) kepada pihak yang kekurangan (minus) dana.
Muhammad(2005:22-25) menguraikan mengenai jenis-jenis pembiayaan dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa aspek, diantaranya:
1. Pembiyaan Menurut Tujuan
Pembiayaan menurut tujuannya dibedakan menjadi:
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha.
b. Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk melakukan investasi atau pengadaaan barang konsumtif.
2. Pembiayaan Menurut Jangka Waktu
Pembiayaan menurut jangka waktunya dibedakan menjadi:
a. Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun.
b. Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun.
c. Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu lebih dari 5 tahun.
Jenis pembiayaan pada bank syariah atau BMT diwujudkan dalam bentuk aktiva produktif dan aktiva tidak produktif, yaitu:
1. Jenis aktiva produktif
a. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi:
1) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak derdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Aplikasi : pembiayaan modal kerja, pembiayaan proyek, pembiayaan ekspor.
2) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian di antara pemilik dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan di antara pemilik dana/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Aplikasi : pembiayaan modal kerja dan pembiayaan ekspor.
b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang). Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi:
1) Pembiayaan Murabahah
pembiayaan investasi/barang modal, pembiayaan konsumtif, pembiayaan modal kerja dan pembiayaan ekspor.
2) Pembiayaan Salam
Pembiayaan salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dulu. Aplikasi : pembiayaan sektor pertanian dan produk manukfakturing.
3) Pembiayaan Istishna
Pembiayaan istishna adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual. Aplikasi : pembiayaan konstruksi/proyek/produk manufakturing.
c. Pembiayaan dengan prinsip sewa. Untuk jenis pembiayaan ini diklasifikasikan menjadi pembiayaan:
1) Pembiayaan Ijarah
Pembiayaan ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa. Aplikasi : pembiayaan sewa.
2) Pembiayaan Ijarah Muntahiya Biltamlik/Wa Iqtina
d. Surat Berharga Syariah
Surat berharga syariah adalah surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan di pasar uang dan/atau pasar modal antara lain wesel, obligasi syariah, sertifikat dana syariah dan surat berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah.
e. Penempatan
Penempatan adalah penanaman dana bank syariah atau BMT pada bank syariah atau BMT lainnya dan/atau Bank Perkeriditan Syariah antara lain dalam benuk giro, dan/atau tabungan wadi’ah, deposito berjangka dan/atau tabungan mudharabah, pembiayan yang diberikan, Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank (Sertifikat IMA) dan/atau bentuk-bentuk penempatan lainnya berdasarkan prinsip syariah.
f. Penyertaan Modal
Penyertaan modal adalah penanaman dana Bank syariah dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah, termasuk penanaman dana dalam bentuk surat utang koversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity options) atau jenis transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah yang berakibat bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah.
perundang-undangan yang berlaku antara lain sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan.
g. Penyertaan Modal Sementara
Penyertaan modal sementara adalah penyertaan modal bank syariah dalam perusahaan untuk mengatasi kegagalan pembiayaan dan/atau piutang (debt to equity swap) sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku, termasuk dalam surat utang konvensi (convertible bonds) dengan saham opsi saham (equity options) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan nasabah.
h. Transaksi Rekening Administratif
Transaksi rekening administratif adalah komitmen dan kontijensi (Off Balance Sheet) berdasrkan prinsip syariah yang terdiri atas bank garansi, akseptasi/endosemen. Irrevocable Letter of Credit (L/C), yang masih berjalan, akseptasi wesel impor atas L/C berjangka, standby L/C dan garansi lain bersdasarkan prinsip syariah.
i. Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI)
SWBI adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana jangka pendek dengan prinsip syariah.
2. Jenis aktiva tidak produktif
a.Pinjaman Qardh
KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini yang mengambil judul Analisis Risk Assessment terhadap Risiko Produk Pembiayaan pada BMT (Baitul Ma’al Tanwi
l).
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat ditarik, yaitu :1. Risk assesment berperan besar terhadap
risiko produk pembiayaan dikarenakan pengukuran-pengukuran risiko sangat penting saat menentukan bahwa produk pembiayaan layak atau tidak untuk diberikan kepada nasabah.
2. Risk assesment meminimalisir tingkat risiko kerugian akibat dari produk pembiayaan.