• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KAIN KATUN DENGAN POLIESTER PADA BUSANA KULIAH DITINJAU DARI ASPEK KENYAMANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KAIN KATUN DENGAN POLIESTER PADA BUSANA KULIAH DITINJAU DARI ASPEK KENYAMANAN"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBEDAAN KAIN KATUN DENGAN POLIESTER

PADA BUSANA KULIAH DITINJAU DARI ASPEK

KENYAMANAN

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Konsentrasi Tata Busana

oleh

Delima Suardiningsih 5401406050

JURUSAN TEKNOLOGI JASA DAN PRODUKSI

FAKULTAS TEKNIK

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang, 14 Juni 2013

(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang yang beriman dan berilmu” (QS. Mujadilah [58]: 11).

“Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu akan datang kemudahan” (QS. Alam Nasrah).

Persembahan

Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT.

Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Ayah, ibu, dan adikku adikku

tersayang

2. Sahabat dan teman-teman terbaikku

3. Teman-teman seperjuangan TJP Prodi PKK, Tata Busana Angkatan 2006,

(5)

v

PRAKATA

Assalamu’alaikum Wr. Wb,

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang selalu melindungi dan melimpahkan rahmat, nikmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Kain Katun Dengan Poliester Pada Busana Kuliah Ditinjau Dari Aspek Kenyamanan”. skripsi ini mengenai kenyamanan kain adalah hal paling penting dalam jenis kain sebelum proses pembuatan busana, dan secara umum kenyamanan kain memiliki sifat mudah menyerap keringat, memiliki kelangsaian yang sesuai kebutuhan, serta tidak terdapat muatan listrik statis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan kain katun dengan poliester pada busana kuliah ditinjau dari aspek kenyamanan dan persentase tingkat kenyamanannya.

Skripsi ini disusun sebagai persyaratan kelengkapan untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) untuk mencapai gelar sarjana pendidikan program studi PKK S1 Konsentrasi Tata Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Penyusunan skripsi ini banyak menghadapi kendala-kendala karena berbagai keterbatasan, peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang,

2. Dekan Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang,

3. Ketua Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang,

(6)

vi

5. Dra. Sri Endah Wahyuningsih, M.Pd dan Dra. Hj. Uchiyah Achmad, M.Pd, dosen pembimbing yang penuh kesabaran, ketulusan telah mengorbankan waktu, tenaga serta pikiran yang sangat berharga untuk memberikan perhatian, petunjuk dan dorongan yang berguna bagi peneliti dalam menyusun skripsi ini,

6. Bapak dan ibu dosen, Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang yang memberikan bekal ilmu pengetahuan, 7. Pemimpin PT. Wirako Aspas Ditex (Textileone) yang telah memberikan ijin

penelitian,

8. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan rahmat-Nya atas kebaikan semua pihak yang telah membantu baik material maupun spiritual kepada peneliti. Maka kritik dan saran dari pembaca sangat berguna untuk perbaikan penelitian dimasa datang. Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Semarang, 14 Juni 2013

(7)

vii

ABSTRAK

Suardiningsih, Delima. 2013. Perbedaan Kain Katun Dengan Poliester Pada Busana Kuliah Ditinjau Dari Aspek Kenyamanan. Skripsi, Program Studi PKK Konsentrasi Tata Busana, Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dra. Sri Endah Wahyuningsih, M.Pd. Pembimbing II: Dra. Hj. Uchiyah Achmad, M.Pd.

Kata kunci: Studi Eksperimen, Busana Kuliah, Kenyamanan Kain Poliester.

Busana merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang memenuhi syarat, dan memerlukan pengetahuan tentang bahan tekstil, model, cara membuat, dan pemeliharaan. Kenyamanan kain merupakan hal paling penting dalam jenis kain sebelum proses pembuatan busana, dan secara umum kenyamanan kain memiliki sifat mudah menyerap keringat, memiliki kelangsaian yang sesuai kebutuhan, serta tidak terdapat muatan listrik statis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan kain katun dengan poliester pada busana kuliah ditinjau dari aspek kenyamanan dan persentase tingkat kenyamanannya.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian desain eksperimen, populasi penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang menjalani masa kuliah dan telah lulus mata kuliah analisis mutu tekstil, sampel dalam penelitian ini adalah kain Nina Klein dari 100% serat poliester dari Toko Textileone, Yogyakarta. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner oleh 15 orang panelis yang sebelumnya dilakukan uji laboraturium yang sudah memiliki SNI. Data dianalisis menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji t-test.

Hasil penelitian dengan menggunakan analisis uji-t diperoleh keseluruhan tingkat kenyamanan kain poliester dan kain katun thitung = (11,610), ttabel = (2,05).

Hasil data penelitian ternyata thitung lebih besar dari pada ttabel dengan demikian Ha

(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Penegasan Istilah ... 3

1.3.1 Studi Eksperimen ... 3

1.3.2 Pembuatan Busana Kuliah ... 4

1.3.3 Kenyamanan Kain Poliester ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Sejarah Kain ... 7

2.2 Kain Katun ... 7

2.3 Sifat-sifat Kain Katun ... 8

(9)

ix

2.5 Sifat-sifat Kain Poliester ... 11

2.6 Kenyamanan Kain ... 13

2.6.1 Dekomposisi Kain ... 14

2.6.2 Evaluasi Kenyamanan Kain ... 18

2.7 Pembuatan Busana Kuliah ... 24

2.7.1 Desain Busana ... 25

2.7.2 Pola Busana ... 27

2.7.3 Pemotongan ... 28

2.7.4 Penjahitan ... 28

2.7.5 Penyelesaian ... 28

2.8 Kerangka Berpikir ... 29

2.9 Hipotesis Penelitian ... 31

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Objek Penelitian ... 32

3.1.1 Populasi Penelitian ... 32

3.1.2 Teknik Pengambilan Sampel ... 33

3.1.3 Variabel Penelitian ... 33

3.2 Metode Penelitian ... 34

3.2.1 Desain Eksperimen ... 35

3.2.2 Prosedur Pelaksanaa Eksperimen ... 37

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.3.1 Penilaian Subjektif ... 40

3.3.2 Penilaian Objektif ... 42

3.4 Instrumen Pengumpulan Data ... 42

3.4.1 Metode Angket (kuesioner) ... 42

3.4.2 Panelis Agak Terlatih ... 43

3.4.3 Validitas Instrumen ... 43

3.4.4 Reliabilitas Instrumen ... 44

(10)

x

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 49

4.1.1 Deskripsi Data Hasil Uji Inderawi ... 49

4.1.2 Uji Prasyarat ... 63

4.2 Pembahasan ... 67

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 70

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ... 71

5.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Deskripsi Data Hasil Uji Inderawi Pada Busana Kuliah ... 50

4.2 Persentase Penilaian Panelis Agak Terlatih Terhadap Busana Kuliah ... 51

4.3 Nilai Persentase Uji Panelis Daya Serap Kain ... 52

4.4 Nilai Persentase Uji Panelis Daya Kelangsaian Kain ... 56

4.5 Nilai Persentase Uji Panelis Daya Muatan Listrik Kain ... 60

4.6 Hasil Uji Homogenitas Data Uji Inderawi Busana Kuliah ... 64

4.7 Hasil Uji Normalitas Data Uji Inderawi Busana Kuliah ... 64

4.8 Hasil Uji T-test Data Uji Inderawi Terhadap Busana Kuliah ... 65

4.9 Nilai Rata-rata Uji Inderawi Indikator Kenyamanan Kain ... 66

4.10 Nilai Rata-rata Persentase Hasil Uji Inderawi Secara Keseluruhan ... 67

(12)

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Grafik Daya Serap Air Soal no. 1 ... 53

4.2 Grafik Daya Serap Air Soal no. 2 ... 54

4.3 Grafik Daya Serap Air Soal no. 3 ... 54

4.4 Grafik Daya Serap Air Soal no. 4 ... 55

4.5 Grafik Daya Serap Air Soal no. 5 ... 55

4.6 Grafik Daya Kelangsaian Kain Soal no. 1 ... 57

4.7 Grafik Daya Kelangsaian Kain Soal no. 2 ... 58

4.8 Grafik Daya Kelangsaian Kain Soal no. 3 ... 58

4.9 Grafik Daya Kelangsaian Kain Soal no. 4 ... 59

4.10 Grafik Daya Kelangsaian Kain Soal no. 5 ... 59

4.11 Grafik Daya Muatan Listrik Soal no. 1 ... 61

4.12 Grafik Daya Muatan Listrik Soal no. 2 ... 62

4.13 Grafik Daya Muatan Listrik Soal no. 3 ... 62

4.14 Grafik Daya Muatan Listrik Soal no. 4 ... 63

(13)

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Penampang Serat Katun ... 8

2.2 Penampang Serat Poliester ... 11

2.3 Pengujian Kelangsaian Kain Dengan Menggunakan Drapemeter ... 21

2.4 Bentuk Dari Muatan Listrik Statis Pada Kain ... 23

2.5 Desain Busana Kuliah ... 27

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Ukuran Standar Wanita Dewasa ... 74

2. Keterangan Pola Dasar BusanaSkala 1:6 ... 75

3. Pola Dasar Busana Skala 1:6 ... 77

4. Pola Lengan Skala 1:6 ... 78

5. Pecah Pola Busana Skala 1:6 ... 79

6. Pola Lapisan ... 80

7. Rancangan Harga ... 81

8. Rancangan Bahan ... 82

9. Tata Tertib Penyelesaian Busana Kuliah ... 83

10. Kisi-Kisi Instrument Kenyamanan Kain ... 87

11. Lembar Pedoman Penilaian ... 90

12. Surat Permohonan Ijin Uji Panelis Kepada Dra. Sicilia Sawitri, M. Pd. ... 93

13. Surat Permohonan Ijin Uji Panelis Kepada Dr. Ir. Hj. Rodia Syamwil, M. Pd. ... 94

14. Surat Permohonan Ijin Uji Panelis Kepada Dra. Urip Wahyuningsih, M. Pd. ... 95

15. Lembar Penilaian Instrument Penelitian Kenyamanan Kain Dra.Sicilia Sawitri, M. Pd. ... 96

16. Lembar Penilaian Instrument Penelitian Kenyamanan Kain Dr. Ir. Hj. Rodia Syamwil, M. Pd. ... 98

17. Lembar Penilaian Instrument Penelitian Kenyamanan Kain Dra.Urip Wahyuningsih, M. Pd. ... 100

18. Hasil Data Penilaian Soal ... 102

19. Perhitungan Koefisien Reliabilitas Soal ... 103

20. Pedoman Wawancara Seleksi Calon Panelis ... 104

(16)

xvi

22. Tabulasi Skor Hasil Wawancara Calon Panelis ... 108

23. Pengantar Lembar Penilaian Tingkat Kenyamanan Busana Kuliah Uji Inderawi ... 109

24. Surat Pernyataan Kesediaan Panelis Uji Coba ... 110

25. Lembar Penelitian Tingkat Kenyamanan Busana Kuliah ... 111

26. Daftar Nama Calon Panelis Agak Terlatih (Uji Inderawi) ... 113

27. Data Uji Inderawi Panelis Agak Terlatih ... 114

28. Data Daya Serap Kain antara Kain Poliester dan Kain Katun ... 117

29. Uji Normalitas Data Daya Serap Kain Busana 463 (Kain Poliester) ... 118

30. Uji Normalitas Data Daya Serap Kain Busana 395 (Kain Katun) ... 119

31. Uji Kesamaan Dua Varians Daya Serap Kain antara Kain Poliester dan Kain Katun ... 120

32. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Daya Serap Kain antara Kain Poliester dan Kain Katun ... 121

33. Data Daya Kelangsaian Kain antara Kain Poliester dan Kain Katun ... 122

34. Uji Normalitas Data Kelangsaian Busana 463 (Kain Poliester) ... 123

35. Uji Normalitas Data Kelangsaian Busana 395 (Kain Katun) ... 124

36. Uji Kesamaan Dua Varians Daya Kelangsaian Kain antara Kain Poliester dan Kain Katun ... 125

37. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Daya Kelangsaian Kain antara Kain Poliester dan Kain Katun ... 126

38. Data Daya Muatan Listrik Statis antara Kain Poliester dan Kain Katun ... 127

39. Uji Normalitas Data Daya Muatan Listrik Statis Busana 463 (Kain Poliester) ... 128

(17)

xvii

41. Uji Kesamaan Dua Varians Daya Muatan Listrik Statis antara

Kain Poliester dan Kain Katun ... 130

42. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Daya Muatan Listrik Statis antara Kain Poliester dan Kain Katun ... 131

43. Keseluruhan Data Kenyamanan Kain antara Kain Poliester dan Kain Katun ... 132

44. Keseluruhan Data Uji Normalitas Kenyamanan Busana 463 (Kain Poliester) ... 133

45. Keseluruhan Data Uji Normalitas Kenyamanan Busana 395 (Kain Katun) ... 134

46. Keseluruhan Uji Kesamaan Dua Varians Kenyamanan Kain antara Kain Poliester dan Kain Katun ... 135

47. Keseluruhan Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Kenyamanan Kain antara Kain Poliester dan Kain Katun... 136

48. Tabulasi Data Persentase Total ... 137

49. Surat Permohonan Ijin Observasi ... 138

50. Surat Ijin Penelitian ... 139

51. Surat Keterangan Selesai Observasi dari Textileone ... 140

52. Surat Laporan Uji Laboraturium ... 141

53. Surat Keterangan Pembimbing ... 144

54. Formulir Pembimbing Penulisan Skripsi ... 145

55. Foto Textileone ... 147

(18)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Busana merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Perhatian manusia terhadap busana sangat besar, karena busana dipergunakan selama hidupnya. Busana yang melekat pada diri seseorang adalah cermin jiwa dan watak seseorang. Busana sangat penting bagi kehidupan manusia, karena busana berguna untuk menjaga kesusilaan, selain itu busana berguna untuk melindungi diri dari pengaruh luar yang tidak baik untuk kesehatan seseorang sebagai alat melindungi kulit dari sengatan matahari serta melindungi dari udara dingin dan alat memperindah serta mempercantik diri (Arifah A. Riyanto, 2003:90).

Busana yang memenuhi syarat tidaklah mudah, hal itu memerlukan pengetahuan tentang bahan tekstil, model, cara membuat, waktu memakai dan cara pemeliharaannya serta tidak lepas dari rasa keindahan, kesopanan dan fungsi kesehatan. Pengetahuan tentang bahan tekstil yang dimaksud merupakan pengetahuan pada kualitas suatu bahan tersebut sesuai kebutuhan terutama pada kenyamanan kain.

Kenyamanan kain merupakan hal paling penting dalam jenis kain sebelum proses pembuatan busana. Kenyamanan suatu busana dapat mempengaruhi kulit tubuh dalam melakukan suatu kegiatan yang dihadapkan pada cuaca, misalnya pengaruh suhu tubuh terhadap lingkungannya. Maka dari itu, kenyamanan suatu kain sangat penting dalam mempengaruhi kesehatan, dan keamanan.

(19)

Khususnya pada busana yang memiliki aktivitas yang banyak dan membutuhkan suatu busana dengan kenyamanan kain yang cukup tinggi. Dari hal tersebut busana dapat diidentikan dalam busana sesuai kesempatan sehari-hari adalah busana kuliah, busana kerja, dll (Arifah A. Riyanto, 2003:90). Dalam hal ini penulis mengambil busana kuliah sebagai alat untuk mendapat penilaian dari panelis, karena busana kuliah khususnya dipakai pada mahasiswa yang sudah menempuh mata kuliah ilmu tekstil dan digunakan saat beraktivitas.

Kenyamanan dalam busana berfungsi mempertahankan diri dari berbagai tantangan alam misalnya dari panas, hujan, sengatan matahari dan sebagainya. Salah satu yang dapat dijadikan alat untuk melindungi badan, yaitu apabila bahan, model, warna dan sesuai dengan iklim dan cuaca, kondisi lingkungan dimana busana itu dipergunakan (Arifah A. Riyanto, 2003:90).

Suatu bahan dengan banyak pori sangat cocok untuk daerah beriklim hangat, karena dengan pergerakan udara yang bebas bisa memberikan ventilasi yang diperlukan. Tetapi dengan pori ikat berperan memberikan efek breathing ketika tidak terdapat angin. Pelindung panas pada pakaian untuk konsumen dibuat sesuai dengan ketebalan kain, ada 2 hal penting yang dapat mempengaruhi kenyamanan adalah tipe benang dan permukaan kain (Dorothy Siegert Lyle, 1977:158).

(20)

Dahulu masyarakat beranggapan bahwa kain katun merupakan kain yang tidak panas bila dipakai, sedangkan kain poliester panas bila dipakai. Anggapan diatas tidak selamanya benar. Adanya perkembangan zaman, mesin yang modern, dan bahan baku tekstil yang telah merubah anggapan tersebut. Bahkan saat ini bahan poliester memiliki banyak kelebihan sebagai berikut yaitu lembut dan enak dipakai, kesan nyaman dan rapi, serta mudah perawatannya (Mohamad Ansori, 2011).

Berkaitan dengan uraian diatas, maka mendorong peneliti untuk mencoba meneliti serta membuktikan bahwa presepsi tersebut tidak selamanya seperti itu, dengan judul “PERBEDAAN KAIN KATUN DENGAN POLIESTER PADA

BUSANA KULIAH DITINJAU DARI ASPEK KENYAMANAN”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dapat dipaparkan sebagai berikut:

1.2.1 Apakah Ada Perbedaan Kain Katun Dengan Poliester Pada Busana Kuliah Ditinjau Dari Aspek Kenyamanan?

1.2.2 Berapa Besar Persentase Tingkat Kenyamanannya?

1.3 Penegasan Istilah

Penegasan Istilah dalam skripsi ini dimaksud untuk menghindari salah penafsiran terhadap judul skripsi dan memberikan gambaran yang lebih jelas kepada para pembaca. Istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1.3.1 Studi Eksperimen

Studi merupakan dimana peneliti dengan sengaja mengalokasikan berbagai tingkat independen variabel (faktor penelitian) kepada subyek penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh independen variabel tertentu terhadap dependen variabel.

(21)

Tujuan penelitian eksperimen adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mrngontrol semua variabel yang relevan (Sumadi Suryabrata, 2006:92).

1.3.2 Pembuatan Busana Kuliah

Pembuatan adalah proses, cara, dan perbuatan membuat. Busana adalah pakaian, baju. Busana adalah salah satu kebutuhan pokok manusia, perhatian manusia terhadap busana sangat besar, karena busana dipergunakan selama hidupnya. Busana merupakan sesuatu yang dipakai manusia dengan tujuan melindungi tubuh dari pengaruh luar.

Busana berasal dari bahan atau kain yang dibuat melalui proses penjahitan dengan metode tertentu dan sesuai dengan desain tertentu yang telah ditetapkan. Jadi pembuatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses mengerjakan bahan baku menjadi barang siap pakai.

Busana kuliah merupakan busana yang dipakai dalam suatu perkuliahan. Busana ini mirip seperti busana kerja dengan kerah tetapi tidak perlu memakai blazer atau jas kerja cukup hanya kaos atau blus berkerah dengan model yang sederhana dan tidak terlalu formal atau lebih bersifat santai.

Busana kuliah memiliki ciri-ciri, model yang sederhana, warna bahan muda, cerah, tidak menyolok, bahan menyerap keringat, dan mudah pemeliharaannya (Marwiyah, 2006:3).

Perbedaan busana kerja dan busana kuliah sebagai berikut busana yang dikenakan untuk pergi ke sekolah atau untuk kuliah. Busana biasanya berupa seragam dengan mode yang praktis, serta bahan yang kuat, sedang busana kuliah bergaya lebih kasual dan trendy. Akan tetapi pada busana kerja merupakan busana yang dipergunakan untuk bekerja, busana kerja memiliki karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan jenis pekerjaannya, misalnya: montir, guru, dokter, pekerja bangunan dsb.

(22)

1.3.3 Kenyamanan Kain Poliester

Kenyamanan merupakan sesuatu sifat rasa aman dan nyaman pada seseorang pada benda dan keadaan yang di hadapinya. Kain poliester merupakan jenis kain bersifat sintetis dan termasuk dalam serat buatan yang banyak digunakan dalam industri khususnya industri tekstil kerena sifatnya yang mudah didapat, murah dan dapat diproduksi dalam jumlah banyak.

Menurut (Mohamad Ansori, 2011), kain poliester pada umumnya tidak nyaman, akan tetapi dengan perkembangan zaman disertai modifikasi dan desain modern. Kain poliester bisa disesuaikan dan memberikan kesan nyaman dan rapi bagi sipemakai.

Bagi peneliti hal tersebut menjadi suatu langkah maju bagi ilmu tekstil, dan dengan mengubah bahan poliester dibuat hampir menyerupai desain wool walaupun tidak sama dengan aslinya, sehingga menimbulkan efek gerimis pada kain dan meminimalisir ketidak nyamanan pada kain poliester.

Dari ringkasan tersebut diatas penelitian ini diberi dengan judul:

“PERBEDAAN KAIN KATUN DENGAN POLIESTER PADA BUSANA

KULIAH DITINJAU DARI ASPEK KENYAMANAN”.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

1.4.1 Untuk Mengetahui Ada Tidaknya Perbedaan Kain Katun Dengan Poliester Pada Busana Kuliah Ditinjau Dari Aspek Kenyamanan.

(23)

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1.5.1 Bagi peneliti memberikan lebih banyak pengetahuan mengenai analisis mutu tekstil dan kualitas bahan khususnya kain poliester,

1.5.2 Bagi jurusan tata busana dalam meningkatkan pengetahuannya mengenai bahan tekstil,

1.5.3 Bagi masyarakat sebagai bahan masukan dan informasi bahwa kain poliester sekarang nyaman dipakai,

(24)

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Sejarah Kain

Kain merupakan jenis bahan tekstil yang diolah sedemikian rupa dengan menyilangkan benang lusi dan benang pakan. Serat tekstil dapat dikelompokkan atas dua yaitu serat alam dan serat buatan. Untuk serat buatan dibagi menjadi dua yaitu serat setengah buatan dan serat sintetis (Goet Poespo, 2005:9).

Seiring berkembangnya minat serta selera konsumen terhadap variasi warna tekstil dan kenyamanan kain merupakan hal penting yang harus diperhatikan, yang merupakan era globalisasi sebagai gelombang menuju perubahan modernitas pada saat ini sudah melanda sendi kehidupan termasuk peningkatan kebutuhan kain. Warna-warna indah yang telah dihasilkan akan menimbulkan daya tarik yang tinggi bagi konsumennya yang mempunyai kekuatan tersendiri dan dapat menciptakan suasana tertentu bagi konsumen, dan kenyamanan kainnya juga menjadi utama dalam menghadapi cuaca yang tidak menentu.

Serat tekstil dapat dikelompokkan atas dua yaitu serat alam dan serat buatan. Untuk serat buatan dibagi menjadi dua yaitu serat setengah buatan dan serat sintetis (Goet Poespo, 2005:9).

2.2 Kain Katun

(25)

Katun merupakan suatu bahan yang tidak tetap, sehingga sulit untuk di ketahui sifat penampilanya. Kain katun adalah yang paling murah dari bahan serat alami lainnya. Dahulu ada suatu pemikiran bagi pabrik-pabrik tekstil untuk mencampur bahan katun dengan poliester, hal itu akan memberikan suatu bahan yang memiliki tampilan serupa katun dengan perbaikan daya lentingnya. Karena ada kandungan sintetisnya, maka akan berpengaruh juga terhadap pemilihan jenis benang jahit, serta temperatur setrika, dan tetu saja cara pemeliharaan/ pencuciannya (Goet Poespo, 2005:69).

Membujur Melintang

Gambar 2.1

Penampang serat poliester bentuk melintang serat poliester seperti bentuk buncis dan sepatu roda dengan bagian yang kosong dan penampang membujur seperti

pita pipih (Sugiarto dan Shigeru Watanabe, 2003:228).

2.3 Sifat-Sifat Kain Katun

(26)

Menurut Goet Poespo (2005:76), kain katun memiliki sifat kuat (bahkan ketika basah masih menyerap), menarik panas tubuh, kusut, susut atau mengerut (kecuali ditangani dengan baik), rusak oleh matahari, keringat dan lapuk.

2.4 Kain Poliester

Dalam pembuatan benang poliester diproduksi dalam dua bentuk berbeda: serat filamen reguler dan serat filamen tekstur. Kain poliester, terutama pada tingkat kenyamanannya merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk meningkatkan nilai jual, dan memberikan rasa nyaman pada kulit tubuh pemakainya. Sifat-sifat kain poliester bervariasi tergantung komposisi mereka, struktur web dan pengolahan, namun beberapa fitur umum ditemukan dengan hampir semua kain poliester.

Berikut ini merupakan karakteristik bahan poliester yaitu Asal bahan: produk-produk petroleum, Konstruksi bahan (bobot bahan bervariasi luas), Penyempurnaan warna bahan: susah atau tidak luntur, Jatuhnya bahan: filamen yang halus, bahan rajutan baik sekali, Tekstur bahan: variasi dan luas, Kegunaan bahan: gaun, setelan (Suits), pakaian sport, kemeja, celana, pakaian dalam, bahan pelapis, gorden, benang-benang, isian untuk bantalan, pakaian anak-anak, Macam dan lebar bahan (Crepe, Double knit), dan lebar kain 115 cm, 150 cm (Goet Poespo, 2005:79).

(27)

Poliester merupakan serat buatan manusia pertama yang digunakan dalam kain, diseluruh dunia. Hal ini cenderung menjadi serat murah untuk memproduksi dan karakteristik umum dan ketersediaan tanaman berbasis non telah memungkinkan untuk menciptakan kain dan pakaian murah yang mengubah industri tekstil pada tahun 1941. Inovasi terbesar di poliester adalah penemuan terbaru dari mikrofiber. Penemuan ini memungkinkan produsen poliester untuk mengubah tekstur dan nuansa poliester menjadi kain yang super-lembut tahan lama, ringan.

Kain poliester ada yang terbuat dari serat filamen asli yang licin dan lurus yang dikenal sebagai poliester regular, namun ada pula kain poliester yang dibuat dari benang filamen poliester yang dibuat keriting dan bergelombang, yang dikenal sebagai poliester tekstur. Proses atau penteksturan bertujuan meningkatkan daya serap, fleksibilitas, dan kemampuan menyimpan udara, sehingga diharapkan kain akan lebih nyaman dipakai.

Poliester merupakan istilah umum yang menggambarkan suatu serat yang diproduksi adalah setiap zat panjang rantai polimer sintetik di mana setidaknya 85% (berat) polimer merupakan ester dan asam tereftalat (FRR.Mallory, eHow.com).

Poliester ditemukan oleh J. T. Dickson dan J. R. Whinfield dari Calico Prointers Association dan dikembangkan pertama kali oleh I.C.I di Inggris dengan nama dagang Terylene. Selanjutnya serat ini kembangkan pula di Amerika oleh Du Pont Co, dengan nama dagang Dacron. Saat ini sudah terdapat banyak sekali jenis poliester (Rodia Syamwil dan Adhi Kusumastuti, 2009:25).

(28)

Serat poliester di buat dari hasil reaksi asam terftalat dengan etilena glikol menjadi ester etilenaglikol tereftalat, yang selanjutnya dipolimerisasikan secara kondensasi menjadi poliester. Poliester pertama-tama dibuat dalam bentuk chips kemudian dipintal dengan metode pemintalan leleh menjadi benang filamen poliester.

Membujur Melintang

Gambar 2.2.

Penampang serat poliester bentuk melintang serat poliester seperti silinder dan penampang membujur bulat (Tim Fakultas Teknik, 2001).

2.5 Sifat-sifat Kain Poliester

(29)

Menurut (FRR.Mallory, eHow.com, 2010), kain poliester memiliki sifat biaya murah, kekuatan yang unggul dan ketahanan, ringan, hidrofobik yang memiliki efek kelembaban kering atau bergerak menjauh dari sentuhan, akan tetapi memiliki titik lebur yang sangat tinggi, apakah tahan terhadap pewarna, pelarut dan bahan kimia yang paling; noda tahan; menolak peregangan dan menyusut, cepat kering, keriput, jamur dan tahan abrasi; mempertahankan lipatannya panas-set dan lipatan dan mudah untuk mencuci.

Selain sifat-sifat diatas, kain dari serat buatan dapat dibuat macam-macam efek timbul, dapat dibuat lipatan, ukuran baju dapat stabil tak berubah dan kain-kain yang berupa kain-kain rajutan tak perlu dikelim. Adapun keburukannya antara lain lipatan-lipatan yang terjadi sukar dihilangkan. Walaupun kelompok serat di atas berbeda dalam komposisi kimia dan struktur namun mempunyai sifat-sifat yang hampir sama. Walaupun banyak masyarakat yang tidak mengetahui jenis kain poliester, tetapi mereka tanpa sadar sering menggunakan pakaian yang menggunakan jenis kain poliester murni maupun campuran.

Karakteristik kainnya yang baik membuat poliester mudah diterima masyarakat, dan sampai saat ini masih merupakan serat paling dominan didunia (Rodia Syamwil dan Adhi Kusumastuti, 2009:25).

(30)

2.6 Kenyamanan Kain

Pada umumnya konsumen kurang memikirkan tentang kenyamanan,dalam memilih pakaian, konsumen lebih memilih model dan jenis kebutuhan rasa hangat dan dingin (sejuk). Pilihan serat dan pola kain mempengaruhi kenyamanan. Salah satu hal yang menjadi pertanyaan bagi konsumen yaitu membedakan rajutan dari tenunan pada berat kain yang sama adalah terdapat banyak pori dalam rajutan dan patokan dari suatu kerapatan. Pori dalam suatu rajutanlah yang membuat kain lebih mudah dilalui udara.

Pengaruh kenyamanan diatas dimaksud dalam ketebalan kain ditentukan oleh benang dengan lapisan poliester pada kain. Ketebalan dengan memggunakan benang tempel yang tidak saja menjulur tetapi juga benang menonjol dari permukaan kain. Ada juga cara lain yang digunakan dalam merajut benang yang bisa mempengaruhi kenyamanan pada kain.

Kenyamanan adalah hal utama yang dibutuhkan orang dalam memakai pakaian, terutama bila pakaian tersebut dipakai dalam waktu yang relatif panjang, misalnya kekantor, kekampus, bepergian, dsb. Kenyamanan kain secara umum di tentukan oleh kemampuan kain tersebut menyerap keringat pemakai, kelembutan kain tersebut ketika bersentuhan dengan kulit sipemakai, kemampuan kain tersebut untuk dilalui oleh udara, serta tidak terdapat muatan listrik yang mengganggu kulit tubuh pemakainya.

(31)

Dahulu masyarakat beranggapan bahwa kain katun merupakan kain yang tidak panas bila dipakai, sedangkan kain poliester panas bila dipakai. Anggapan diatas tidak selamanya benar. Adanya perkembangan zaman, mesin yang modern, dan bahan baku tekstil yang telah merubah anggapan tersebut. Bahkan saat ini bahan poliester memiliki banyak kelebihan sebagai berikut yaitu lembut dan enak dipakai, kesan nyama dan rapi, serta mudah perawatannya (Mohamad Ansori, 2011).

2.6.1 Dekomposisi Kain

Dekomposisi merupakan suatu konstruksi kain. Alat dan bahan: Gunting, Penggaris, Timbangan, Jarum, Kain poliester. Tujuan untuk menentukan konstruksi kain tenun yang meliputi:

2.6.1.1 Anyaman Kain Tenun

Anyaman merupakan faktor yang turut menentukan karakteristik suatu kain, karena itu untuk keperluan melengkapi identifikasi kain perlu diketahui konstuksi anyaman. Kain dibuat dengan prinsip penyilangan antara benang lusi dan benang pakan. Pada dasarnya terdapat tiga macam tenunan dasar, yaitu tenunan polos, tenunan keper, tenunan satin.

2.6.1.1.1 Anyaman Polos

Anyaman ini merupakan anyaman yang paling sederhana yang mempunyai rapat paling kecil, atau gambar anyaman yang paling mudah yaitu benang lusi dan pakan satu dari satu naik atau turun, sehingga jumlah silangan paling banyak.

(32)

2.6.1.1.2 Anyaman Keper

Anyaman dapat diamati dari permukaan kain berupa garis miring yang tidak ptus-putus, garis miring ke kiri menjadi keper kiri dan garis miring ke kanan menjadi keper kanan, garis miring yang dibentuk oleh benang lusi menjadi keper lusi dan garis miring yang dibentuk oleh benang pakan menjadi keper pakan.

“Tenunan Keper”

2.6.1.1.3 Anyaman Satin

Anyaman satin menonjolkan salah satu efek lusi atau pakan efek lusi menjadi satin lusi, tetal tinggi, lembut rata, mengkilap dan padat.

“Tenunan Satin”

Dalam penelitian kain yang dipakai merupakan “Tenunan Keper” dengan efek gerimis dipermukaan kain. Menurut Hasil Laporan Uji Laboraturium Pengujian Balai Besar Tekstil, kain poliester merk “Nina Klein” memiliki Dekomposisi Kain, sebagai berikut:

2 2

Anyaman Muka I: Keper /1 dan Anyaman Muka II: Keper \1

2 2

(33)

2.6.1.2 Berat Kain

Berat kain (g/m2) dapat ditentukan sebagai berikut, (Adhi Kusumastuti 2007): 1. Tentukan arah benang lusi pakan,

2. Gunting kain dalam bentuk bujur sangkar sepanjang 10 cm ke arah lusi dan 10 cm kearah pakan,

3. Timbang berat kain tersebut dengan timbangan analitis, 4. Hitung rata-rata berat kain per meter persegi:

a

1+

a

2

+ a

3

x 100% 3

Standart Konstruksi: Kain Berat ( >250 gram/m2) Kain ½ Berat (161-250 gram/m2) Kain Medium (141-160 gram/m2) Kain Ringan ( 0-140 gram/m2)

Menurut Hasil Laporan Uji Laboraturium Pengujian Balai Besar Tekstil, kain poliester merk “Nina Klein” memiliki standart konstruksi Kain ½ Berat yaitu (197,7 gram/m2). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 53 halaman 141.

2.6.1.3 Tetal Benang

Tetal benang merupakan istilah untuk menyatakan jumlah benang lusi dan pakan setiap inchi atau cm, ada beberapa cara atau alat yang dapat dipakai untuk menentukan atau menghitung jumlah benang lusi dan pakan.

(34)

2.6.1.4 Perubahan Panjang Benang Akibat Tenunan

Panjang benang akan berubah karena proses pertenunan. Jadi, terdapat perbedaan antara panjang benang sebelum ditenun dengan panjang benang setelah di tenun. Perubahan panjang benang tersebut dapat dinyatakan dengan cara

Crimp, yaitu perubahan panjang benang dari keadaan lurus menjadi panjang benang dalam kain tenun terhadap panjang kain (Adhi Kusumastuti 2007). Crimp

dapat ditentukan sebagai berikut:

1. Ambil benang dari setiap sisi persegi, masing-masing sisi 5 helai.

2. Kelompokkan masing-masing benang lusi menjadi 10 helai dan benang pakan 10 helai, dengan panjang rata-rata 10 cm.

3. Setiap helai benang diregang lurus pada permukaan mistar untuk menghitung panjang rata-ratanya, misalnya c cm.

Maka Crimp benang ditentukan dengan rumus: % 100 10

10

%crimp c

Menurut Hasil Uji Laboraturium, Kain Poliester Merk “Nina Klein” Memiliki %Crimp (Lusi 4,4% dan Pakan10,6%)

2.6.1.5 Nomor Benang Setelah Mengalami Tenunan

Nomor benang setelah menjadi kain umumnya tidak tepat sama dengan nomor benang aslinya. Proses-proses persiapan, pertenunan, dan finishing mempengaruhi perubahan berat benang untuk panjang yang sama.

Seperti halnya panjang benang, nomor benang pun akan mengalami proses pertenunan. Penentuan setelah mengalami proses pertenunan. Penentuan nomor benang dari kain tenun dipakai hanya untuk memperkirakan nomor benang yang dipakai (Adhi Kusumastuti, 2007). Nomor benang dapat ditentukan sebagai berikut:

(35)

2. Sepuluh helai benang lusi sepanjang 10 cm yang telah diukur Crimpnya ditimbang dengan timbangan analitis, misalnya y gram. Maka kehalusan benang tersebut dapat dihitung sebagai berikut:

) ( 10 panjang c

gram y Nm

10 ( )

9000 c panjang gram y D

Menurut Hasil Uji Laboraturium, Kain Poliester Merk “Nina Klein” Memiliki D.Lusi 31,5.

2.6.2 Evaluasi Kenyamanan Kain

Pengetahuan tentang evaluasi bahan-bahan tekstil mempunyai peranan yang sangat penting dalam industri maupun perdagangan tekstil. Kenyamanan yang dimaksud adalah mudah menyerap keringat dan tidak menimbulkan listrik statis, cocok dipakai pada udara lembab dan panas (Goet Poespo, 2005:67).

2.6.2.1 Pengujian Daya Serap Air

Daya serap adalah salah satu faktor yang menentukan kegunaan kain untuk tujuan tertentu. Misalnya kain pembalut, handuk dan kain-kain yang akan di celup karena kerataan hasil pencelupan bergantung pada daya serap kain.

Daya serap merupakan hampir semua serat menyerap uap air sampai batas tertentu. Jumlah uap air yang diserap oleh serat berbeda-beda, tergantung dari kelembaban relatif, suhu udara, dan seratnya (Goet Poespo,2005:67).

Tujuan dilakukan pengujian ini adalah untuk mengetahui kemampuan daya serap kain terhadap air. Pengujian ini meliputi:

2.6.2.1.1 Pengujian daya basah (wettability)

(36)

Pengujian daya basah dilakukan sebagai berikut:

1. Regang kain perca pada pembidangan hingga permukaan kain cukup tegang. 2. Tetesi permukaan kain tersebut dalam posisi mendatar dan jalankan stopwatch

pada waktu yang bersamaan dengan saat penetesan air.

3. Amati saat ketika tetesan air menghilang dari permukaan kain karena terserap oleh kain. Pada saat itu juga matikan stopwatch. Catat waktu pembasahan. 4. Lakukan sampai 3 kali pengukuran dan ambil harga rata-ratanya sebagai waktu

pembasahan rata-rata.

Daya basah dapat ditentukan dengan standar sebagai berikut: Waktu pembasahan 0 - 2 detik daya basah tinggi Waktu pembasahan 2 - 5 detik daya basah sedang Waktu pembasahan > 5 detik daya basah rendah

Menurut Hasil Uji Laboraturium, kain poliester merk “Nina Klein” memiliki waktu pembasahan 1 detik yang merupakan daya basah tinggi.

2.6.2.1.2 Pengujian daya resap (wet pick up)

Pengujian daya resap bermaksud mengukur kemampuan kain menyimpan air secara normal bila kain tersebut direndam dalam air. Daya resap dinyatakan dalam %WPU yang menunjukkan perbandingan berat air yang ada dalam kain dengan berat kain dalam keadaan kering.

Pengujian daya resap dilakukan sebagai berikut:

1. Timbang satu per satu contoh uji dan hitung berat rata-rata kain 10x10 cm dalam keadaan kering (Bk).

2. Rendam ketiga helai contoh uji tersebut dalam air selama 10 menit.

3. Aduk-aduk beberapa kali selama perendaman tersebut agar seluruh bagian kain terbasahi merata.

4. Angkat kain tersebut dan tiriskan hingga tidak ada lagi air yang menetes. 5. Timbang masing-masing contoh uji dalam keadaan basah tersebut dan hitung

(37)

Hitung %WPU dengan rumus berikut: % 100 % Bk Bk Bb WPU

Standart penilaian: 0 - 10 % rendah

11 - 30% sedang

31 - 70% tinggi

Menurut Hasil Uji Laboraturium, kain poliester merk “Nina Klein” memiliki %WPU sebanyak 61% yang merupakan tinggi.

2.6.2.1.3 Pengujian daya kapilaritas (capillarity)

Kain merupakan suatu bahan berpori (phorous) yang bersifat kapiler. Kapilaritas merupakan peristiwa naik atau turunnya zat cair pada bahan yang terdiri atas beberapa pembuluh halus akibat gaya adhesi atau kohesi (kumpulanistilah.com 2011), misalnya menetesnya air di ujung kain atau air meresap keatas kain. Peristiwa tersebut terjadi karena naik turunnya air melalui celah kain. Kapilaritas menunjukkan kemampuan perambatan air pada kain karena kapilaritas dari kain tersebut. Makin tinggi daya kapilaritas berarti makin tinggi pula daya serap air kain tersebut.

Pengujian daya kapilaritas dilakukan sebagai berikut:

1. Gunting contoh uji berupa 3 lembar pita ukuran 25x2.5 cm2 memanjang ke arah lusi dan 3 lembar memanjang kearah pakan. Beri tanda pada jarak 5 cm dari salah satu ujung pipa.

2. Isi piala gelas masing-masing sebanyak 250 cc, kemudian bubuhi pewarna dan aduk hingga rata.

3. Celupkan contoh uji hingga batas (5 cm) ke dalam air dengan posisi vertikal. 4. Amati rambatan pewarna pada pipa hingga maksimum dan tidak bergerak lagi. 5. Ukur waktu perambatan maksimum dengan bantuan stopwatch dan hitung

waktu perambatan rata-rata dari ketiga contoh uji (t).

(38)

7. Hitung daya kapilaritas dengan membagi tinggi perambatan dengan waktu dengan rumus:

t h C

Dimana: c = daya kapilaritas

h = tinggi perambatan (cm) t = waktu perambatan (detik)

Daya basah dapat ditentukan dengan standar sebagai berikut: Waktu pembasahan 0 - 2 detik daya basah tinggi Waktu pembasahan 2 - 5 detik daya basah sedang Waktu pembasahan > 5 detik daya basah rendah

Menurut Hasil Uji Laboraturium, kain poliester merk “Nina Klein” memiliki waktu pembasahan 0 detik yang merupakan daya basah tinggi.

2.6.2.2 Pengujian daya kelangsaian kain

Pemilihan kain harus disesuaikan dengan pemakaiannya. Kelangsaian (drape) berarti kemampuan kain untuk memberikan kenampakan indah waktu dipakai. Pengujian kelangsaian kain ditujukan untuk mengetahui kemampuan jatuhnya karena beratnya sendiri. Tidak semua bahan pakaian mempunyai daya langsai yang baik. Kelangsaian diukur dengan drapemetre (Adhi Kusumastuti 2007).

Drape Rendah Drape Tinggi

[image:38.595.92.512.127.665.2]

Gambar 2.3

(39)

Koefisien kelangsaian ditentukan sebagai berikut:

1. Ambil kain berbentuk lingkaran dengan diameter 10 inch (25.4 cm) sebanyak 3 buah.

2. Letakkan kain tersebut dengan titik pusat tepat pada titik pusat cakra penyangga alat drapemetre.

3. Amati jatuhnya kain atau proyeksi jatuhnya kain rata-rata dengan mengukur jarak terjauh dan terdekat ujung kain dari pusat lingkaran untuk dihitung rata-ratanya.

Koefisien kelangsaian (F) ditentukan dengan mengukur luasnya:

C S C P A A A A F

Dimana As : luas contoh

AC : luas cakra penyangga

AP : luas proyeksi contoh setelah diatas cakra

Kenyamanan kain ditentukan berdasar standar berikut: F 0,7 - 1 kelangsaian tinggi (sangat nyaman) F 0,4 - 0,69 kelangsaian sedang (cukup nyaman) F 0,0 - 0,39 kelangsaian rendah (kurang nyaman)

Menurut Hasil Uji Laboraturium, kain poliester merk “Nina Klein” memiliki F 0,65 yang merupakan kelangsaian sedang (cukup nyaman).

2.6.2.3 Pengujian muatan listrik statis kain

(40)

Tujuan pengujian ini untuk mengetahui besar kandungan muatan listrik statis yang terdapat pada bahan tekstil.Adanya listrik statis yang menyebabkan kain tidak nyaman dipakai, kotoran mudah melekat, dan mengganggu kesehatan. Kain yang mengandung muatan listrik statis dalam kadar yang tinggi kurang nyaman dipakai karena: Dapat menarik bulu-bulu pada kulit apabila sering bergesekan dengan kulit, Mengganggu kesehatan karena mengubah gaya listrik dalam tubuh, Kain mudah menarik kotoran halus di permukaan kain, Kain tergulung atau terlipat, Melekat satu sama lain ketika dipakai.

[image:40.595.90.511.169.661.2]

Gambar 2.4

Bentuk dari muatan listrik statis pada kain (Dorothy Siegert Lyle, 1977)

Pengujian muatan listrik statis dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Gunting kain dengan ukuran 10x5 cm sebanyak 3 buah.

2. Gosok kain tersebut dengan setrika dingin sebanyak 10 kali dengan arah gosokan searah.

3. Ukur waktu lepasnya kain dari permukaan setrika dengan stopwatch.

4. Lakukan hal yang sama dengan setrika panas pada temperatur yang sesuai dengan jenis kain.

5. Hitung waktu lekat rata-rata dari masing-masing tiga kali pengukuran dingin dan panas.

6. Tentukan kenyamanan kain berdasar standar waktu lekat rata-rata (td) muatan

(41)

Kenyamanan kain berdasarkan standar waktu lekat rata-rata (td) muatan listrik statis berikut ini:

td > 5 detik tinggi (tidak nyaman) td 3 - 5 detik sedang (cukup nyaman) td 0 - 2.59 detik rendah (nyaman)

Menurut Hasil Uji Laboraturium, kain poliester merk “Nina Klein” memiliki td 0 detik rendah (nyaman).

2.7 Pembuatan Busana Kuliah

Busana merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, karena fungsi dasarnya yang melindungi tubuh dan terpenuhinya unsur kesusilaan, disamping fungsi lain seperti; alat untuk mengekspresikan diri dan menunjukkan status sosial seseorang. Pengertian busana secara umum, adalah segala sesuatu yang dikenakan oleh seseorang dari ujung rambut sampai ujung kaki, termasuk pelengkap busana, tata rias wajah dan tata rias rambutnya.

Pada awalnya, tujuan seseorang mengenakan busana hanya untuk melindungi tubuh dari pengaruh cuaca atau iklim sekitarnya, kemudian kebutuhan tersebut berkembang untuk memenuhi rasa kesusilaan dan rasa keindahan, serta merupakan cermin kebudayaan suatu daerah atau masyarakat tertentu.

Namun seiring perkembangan zaman, tujuan berbusana saat ini menjadi semakin kompleks selain dari yang tersebut diatas, sebagai berikut: (1) Memenuhi unsur etika dan estetika, (2) Menutupi aurat bagi kaum muslim, (3) Menutupi cacat atau kekurangan pada tubuh, (4) Menunjukkan identitas seseorang, (5) Menunjukkan status sosial ekonomi, (6) Menjadi gaya hidup (lifestyle) seseorang.

Jenis busana yang beraneka ragam, membuat para ahli busana menggolongkannya menjadi 2 bagian, yaitu: (1) Busana Dalam, biasanya dipakai langsung mengenai badan, atau dikenakan sebelum mengenakan busana luar (Underwear), misalnya: celana dalam, BH (Breast Holder, singlet, korset, long torso) dsb, (2) Busana Luar, biasanya dipakai setelah mengenakan busana Lingeri

(42)

Busana luar, atau busana yang tampak dikenakan oleh seseorang, juga ada bermacam-macam jenisnya, dan biasanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi pemakainya. Secara umum pembuatan busana meliputi pembuatan desain, pola, memotong, menjahit dan penyempurnaan. Nilai pakaian tergantung dari teknik pembuatan pakaian yang diterapkan pada kain bermutu tinggi. Dalam beberapa tahun ini, standarisasi busana telah mengalami kemajuan, dan hasil produksi masa telah memenuhi pasaran secara meningkat, yang bermutu tinggi, telah membuka pintu bagi industri pada masa mendatang (Sugiarto dan Shigeru Watanabe 2003).

Kenyamanan berbusana dipengaruhi oleh desain yang akan digunakan pada suatu kesempatan dan dengan didukung oleh pemilihan bahan yang cocok serta hasil pembuatan. Pada saat dipakai bisa menimbulkan rasa percaya diri dan tidak menggagu kesehatan terutama pada bahan dan pemakaiannya.

2.7.1 Desain Busana Kuliah

Desain busana kuliah yang dikenakan bergaya lebih casual dan trendy. Busana kuliah dipilih model sederhana, warna muda, cerah, tidak menyolok, bahan menyerap keringat, mudah pemeliharaannya (Marwiyah, 2006).

Busana digolongkan menjadi tiga macam yaitu: berdasarkan kesempatan, umur dan jenis kelamin. Penggolongan busana yang sering mengalami masalah dengan penggolongan busana berdasarkan kesempatan, karena penggolongan busana ini merupakan penampilan kita sehari-hari, sedangkan penggolongan berdasarkan umur dan jenis kelamin lebih jelas perbedaannya.

(43)

Namun kebanyakan dari mereka memilih rok dan blus atau kemeja dan celana. Hal ini disebabkan karena rok, blus dan kemeja, celana dalam pemakaiannya dapat diselang-selingi, berarti bahwa dengan memiliki dua lembar rok atau celana pemakaiannya dapat divariasikan dengan tetap memperhatikan keserasiannya.

(44)
[image:44.595.72.546.111.634.2]

Gambar 2.5 Desain Busana Kuliah

2.7.2 Pola Busana

Pola busana merupakan suatu potongan kain atau kertas yang dipakai sebagai contoh untuk membuat busana. Berfungsi untuk menjahit busana sesuai model yang dikehendaki. Ada dua cara pembuatan pola yaitu system draping dan system konstruksi yang harus dilakukan seseorang sebelum membuat pakaian. Sebelum membuat pola, terlebih dahulu menentukan ukurannya. Proses pembuatan pola dapat dilihat pada lampiran 1-5 halaman 65-70.

Kerah Rebah Kupnat

Belahan Kancing Lengan Puff Panjang Kerah Rebah

(45)

2.7.3 Pemotongan

Pemotongan merupakan proses memotong kain atau bahan pakaian yang akan digunakan dengan alat pemotong kain sesuai pola yang sudah ditentukan. Sebelum dilakukan proses memotong kain dilakukan terlebih dahulu dengan mendesain suatu pakaian yang kemudian diukur atau menurut ukuran standar yang sudah ditentukan, dan kemudian pembuatan pola sesuai ukuran dan desain pakaian yang sudah ditentukan juga sebelumnya (Sugiarto dan Shigeru Watanabe, 2003). Dalam proses pemotongan, terlebih dahulu meletakkan pola diatas kain dan membuat sebuah rancang bahan sebelum memulai memotong agar tidak terjadi kesalahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 73.

2.7.4 Penjahitan

Proses penjahitan menjahit bagian-bagian yang telah di potong satu demi satu untuk menghasilkan pakaian, dan merupakan proses utama dalam membuat pakaian. Proses penjahitan menggunakan mesin jahit dan dijahit sesuai garis pola yang sudah di tentukan dengan suatu teknik menjahit yang sudah ditentukan pula (Sugiarto dan Shigeru Watanabe, 2003). Pada proses penjahitan dapat dilihat langkah-langkahnya pada lampiran 9 halaman 74-76.

2.7.5 Penyelesaian

Kegiatan penyelesaian akhir yang meliputi pemeriksaan (inspection), pembersihan (triming), penyetrikaan (pressing) serta melipat dan mengemas. Tujuannya adalah agar pakaian yang dibuat terlihat rapi dan bersih. Kegiatan ini dilakukan setelah proses menjahit dengan mesin (Ernawati, Izwerni dan Weni Nelmira, 2008:366).

(46)

penyelesaian pada suatu pakaian di lakukan dengan membersihkan dan memotong benang dan kotoran yang tidak diperlukan dan masih menempel pada pakaian, menyetrika atau merapikan pakaian tersebut, serta pengemasan. Dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 77.

2.8 Kerangka Berpikir

Setiap orang memenuhi kebutuhan pakaian dengan cara yang berbeda-beda, baik dalam menentukan bahan pakaian, model dan cara mendapatkan pakaian. Perkembangan teknologi yang canggih telah memberikan kemajuan dibidang mode khususnya di bagian tekstil. Bahan dasar busana disebut juga dengan kain. Kain ini terbentuk dari serat tekstil yang diolah sedemikian rupa sehingga tercipta kain yang kita lihat dipasaran. Kain yang beredar di pasaran banyak jenis dan kualitasnya. Sebagai orang yang berkecimpung di bidang busana, kita harus dapat memilih bahan tekstil sesuai dengan yang dibutuhkan. Agar tidak keliru dalam memilih bahan maka kita harus mempunyai pengetahuan tentang bahan tekstil.

Kebutuhan masyarakat terhadap bahan tekstil sekarang ini semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan meningkatnya kebutuhan serat tekstil, karena serat merupakan bahan baku atau bahan utama dalam pembuatan tekstil. Pada umumnya serat tekstil dapat digolongkan kedalam dua jenis yang utama yaitu serat alam dan serat buatan. Serat alam adalah serat yang berlangsung sudah tersedia di alam atau disebut juga “natural fiber”. Serat buatan atau disebut juga “synthetic fibers” adalah serat yang sepenuhnya dibuat dengan mereaksikan zat -zat kimia, serat buatan digolongkan menjadi dua yaitu serat setengah buatan dan serat sintetis.

(47)

Kenyamanan kain merupakan hal paling penting dalam pemilihan jenis kain sebelum proses pembuatan busana. Kenyamanan suatu kain dapat mempengaruhi kulit tubuh dalam melakukan suatu kegiatan yang dihadapkan pada cuaca, pengaruh suhu tubuh terhadap lingkungannya. Maka dari itu, kenyamanan suatu kain sangat penting dalam mempengaruhi kesehatan, dan keamanan pemakainya.

Kenyamanan suatu kain dilihat dari daya serap air dan berbagai indikator yang mendukung. Daya menyerap air lebih banyak lebih nyaman dipakai, cepat menyerap keringat dan tidak menimbulkan listrik statis. Selain itu, kain nyaman dapat dirasakan tahan terhadap kuman yang menempel pada kain yang menyebabkan rasa gatal ditubuh. Nyaman dalam pakaian adalah suatu hubungan timbal balik dengan pengaruh yang rumit oleh kelembaban, gerakan udara, dan berhubungan dengan perpindahan panas, radiasi (Dorothy Siegert Lyle, 1977:176).

Secara umum pembuatan pakaian meliputi tiga proses, yaitu memotong, menjahit dan penyempurnaan kain yang telah dibuat melalui proses pemintalan, perajutan atau pertenunan, pencelupan untuk produksi pakaian sebagai produk akhir. Hal ini memegang peranan penting karena nilai pakaian tergantung dari teknik pembuatan pakaian yang diterapkan pada kain bermutu tinggi.

Pembuatan adalah proses, cara, perbuatan membuat. Busana adalah pakaian, baju. Busana adalah salah satu kebutuhan pokok manusia, perhatian manusia terhadap busana sangat besar, karena busana dipergunakan selama hidupnya. Busana merupakan sesuatu yang dipakai manusia dengan tujuan melindungi tubuh dari pengaruh luar.

(48)

2.9 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawabannya baru menggunakan teori (Sugiyono, 2008:159).

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris (Sumadi Suryabrata, 2006:21).

2.9.1 Hipotesis Kerja (Ha)

Ada Perbedaan Kain Katun Dengan Poliester Pada Busana Kuliah Ditinjau Dari Aspek Kenyamanan dan Berapa Besar Persentase Tingkat Kenyamanannya. 2.9.2 Hipotesis Nol (Ho)

(49)

32

BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006). Metode merupakan suatu cara atau strategi yang digunakan dalam kegiatan penelitian sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Hal yang akan dibahas dalam metode penelitian ini adalah metode penentuan objek penelitian, pendekatan penelitian, metode pengumpulan data, instrumen pengumpulan data dan metode analisis data.

3.1 Metode Penentuan objek Penelitian

Beberapa hal yang akan diungkap dalam penentuan objek penelitian meliputi populasi penelitian, teknik pengambilan sampel, dan variabel penelitian yang meliputi variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol.

3.1.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian yang memiliki kesamaan karakteristik (Suharsimi Arikunto, 2006:130). Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari pada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas. Populasi dalam penelitian ini merupakan mahasiswa yang sedang menjalani masa kuliah dan telah lulus mata kuliah analisis mutu tekstil. Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang (Winiati Pudji Rahayu, 1997:9). Calon panelis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang telah lulus mata kuliah ilmu tekstil digunakan untuk uji jumlahnya berkisar 15 orang yang dipilih setelah calon panelis mengikuti seleksi panelis dengan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk melakukan penelitian.

(50)

3.1.2 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel penelitian ini adalah sebagian populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006). Sampel dalam penelitian ini adalah kain 100% poliester dengan merk “Nina Klein” yang didapat di salah satu toko tekstil dikota Yogyakarta dengan nama “Textileone”. Kemudian dibuat suatu busana kuliah untuk dijadikan alat atau bahan penelitian.

Sampel yang dipilih memiliki label sebagai berikut: (Poliester Fiber) yang berarti kain dibuat dari serat poliester, (anti crease) yang berarti tidak akan kusut kalau dipakai, dan (face colour) yang berarti warna tidak luntur. Dari label diatas keterangan tersebut menurut (Goet Poespo, 2005:56-57)

Teknik pengambilan sampel digunakan untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2008:217). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah simpel random sampling, yaitu teknik penentuan sampel yang dalam pengambilan sampelnya dilakukan secara acak sehingga subjek didalam populasi dianggap sama dengan menggunakan suhu ruangan. Dengan demikian maka penelitian memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk dipilih menjadi sampel.

3.1.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:118). Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Muchamad Fauzi, 2009:145). Dalam penelitian ini digunakan tiga jenis variabel yaitu:

3.1.3.1 Variabel Bebas (x)

(51)

3.1.3.2 Variabel Terikat (y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam percobaan ini adalah busana kuliah. Dengan indikator reaksi busana pada keringat, reaksi busana terhadap gesekan kulit dan kotoran, dan busana terhadap indra peraba. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 78, dan lampiran 11 halaman 82, lampiran 25 halaman 103.

3.1.3.3 Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang ikut mempengaruhi eksperimen tetapi dapat dikendalikan agar tidak mempengaruhi variabel terikat. Variabel control dalam penelitian ini adalah standar kenyamanan kain katun pada pemakaian busana kuliah. Dengan indikator Daya serap kain, Daya kelangsaian kain, dan Daya muatan listrik statis.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu cara yang digunakan dalam kegiatan peneliian untuk menyelesaikan masalah yang diteliti. Metode penelitian yang akan dilaksanakan didalam penelitian adalah metode eksperimen.

(52)

E X O1 R

K O2

3.2.1 Desain Eksperimen

Desain eksperimen yaitu suatu rancangan percobaan (dengan tiap langkah tindakan yang betul-betul terdefinisikan) sedemikian sehingga informasi yang berhubungan dengan atau diperlukan untuk persoalan yang sedang diteliti dapat dikumpulkan (Sudjana, 2002:1).

Desain eksperimen merupakan langkah-langkah yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya dapat diperoleh sehingga akan membawa kepada analisis obyektif dan kesimpulan yang berlaku untuk persoalan yang sedang dibahas (Sudjana, 2002:1)

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain acak sempurna (DAS). Dimana dalam perlakuan dikenakan sepenuhnya secara acak pada unit-unit eksperimen (Sudjana, 2002:15), dapat dilihat pada pola berikut:

Pola:

Keterangan:

E : kelompok eksperimen yaitu kelompok yang dikenakan perlakuan eksperimen

K : kelompok kontrol yaitu kelompok yang digunakan sebagai pembanding X : perlakuan

R : random

O1 : hasil observasi sesudah perlakuan kelompok eksperimen

O2 : hasil observasi sesudah perlakuan kelompok kontrol

(Suharsimi Arikunto, 2006:87)

(53)

Kelompok eksperimen adalah kelompok-kelompok sampel busana yang dikenai perlakuan berupa mengganti dengan bahan kain poliester. Kelompok kontrol disini yaitu kain katun yang merupakan kelompok tidak dikenai perlakuan dan sebagai pembanding dari kelompok eksperimen.

[image:53.595.89.521.201.722.2]

Kemudian dilakukan penilaian (uji inderawi dan uji laboratorium), setelah melakukan uji tersebut dapat dilakukan analisis data untuk mengetahui tingkat kenyamanan kain poliester. Pola desain acak sempurna dapat dilihat dalam skema desain eksperimen berikut:

Gambar 3.1. Skema Desain Eksperimen Populasi

Kelompok Eksperimen Sampel

Kelompok Kontrol

Kain Katun [K]

Kain Poliester [P]

Penilaian

Hasil

Analisis

Kesimpulan

(54)

Keterangan:

K1 : Kelompok kontrol dengan pengulangan 1 kali K2 : Kelompok kontrol dengan pengulangan 2 kali K3 : Kelompok kontrol dengan pengulangan 3 kali P1 : Kelompok eksperimen dengan pengulangan 1 kali P2 : Kelompok eksperimen dengan pengulangan 2 kali P3 : Kelompok eksperimen dengan pengulangan 3 kali

3.2.2 Prosedur Pelaksanaan Eksperimen

Prosedur pelaksaan eksperimen merupakan langkah-langkah yang telah ditentukan dalam melaksanakan percobaan pembuatanbusana kuliah. Adapun prosedur pelaksanaan eksperimen meliputi waktu dan tempat eksperimen, jenis dan jumlah bahan dan alat serta tahap-tahap eksperimen.

3.2.2.1 Tempat dan waktu ekperimen

Eksperimen dilakukan dirumah ruang laboratorium TJP UNNES, yang berada di Sekaran Gunung Pati, Semarang.

3.2.2.2 Jenis dan jumlah bahan

Dalam percobaan ini jenis dan jumlah bahan yang digunakan setiap percobaan sebagai berikut:

Kain Poliester : 1,50 meter Kain Katun : 1,50 meter Benang Jahit : 2 buah Kertas Pola : 5 Lembar Kapur Jahit : 1 buah Karbon Jahit : 2 buah

3.2.2.3 Peralatan eksperimen

Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan eksperimen menggunakan peralatan yang higienis dan kondisi yang baik. Adapun peralatan tersebut yaitu:

Mesin Jahit : 1 buah Jarum Pentul : 1 buah

Gunting Kain : 1 buah Rader : 1 buah

(55)

Pensil : 1 buah Spidol : 1 buah

Penggaris : 1 buah Penghapus : 1 buah

3.2.2.4 Tahap-tahap Pelaksanaan Eksperimen

Eksperimen dalam pembuatan busana kuliah ini meliputi beberapa tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian.

3.2.2.4.1 Tahap persiapan

Menyiapkan semua alat dan bahan tersebut diatas yang diperlukan dalam pembuatan Busana Kuliah.

3.2.2.4.2 Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan pembuatan busana kuliah dengan bahan kain poliester, sebagai berikut:

1. Buatlah pola sesuai desain dan ukuran yang sudah ditentukan dan disiapkan, kemudian potong dengan menggunakan gunting kertas sesuai pola yang sudah dibuat.

2. Letakkan pola pada kain dengan bantuan jarum pentul, kemudian potong dengan menggunakan gunting kain sesuai pola yang diletakkan tetapi dengan tambahan kampuh.

3. Tandai kain yang sudah dipotong dengan menggunakan rader dan karbon, kemudian jahit kain tersebut membentuk suatu busana.

3.2.2.4.3 Tahap penyelesaian

(56)
[image:56.595.89.522.155.732.2]

Kemudian diujikan secara subjektif dan objektif. Secara garis besar dapat dilihat pada skema berikut:

Gambar 3.2. Skema Tahap-Tahap Pembuatan Busana Kuliah Tahapan persiapan

Persiapan alat

Pembuatan pola busana tambah kampuh

Tahapan pelaksanaan

Tahapan penyelesaian

Gunting pola busana

Menyiapkan ukuran standar

Rader kain yang sudah dipotong

Sambung bagian lengan dan kerah Jahit bagian bahu

Letakkan pola pada kain

Gunting kain mengikuti pola

Jahit bagian sisi belakang dan bagian depan

Selesaikan bagian kampuh dan merapikan tiras

Pengujian Subyektif dan Obyektif Pengemasan

(57)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menurut Sugiyono (2011:137) pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai seting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya data dapat dikumpulkan pada seting alamiah pada laboratorium, dirumah, seminar dan diskusi. Dilihat dari teknik atau cara dapat dengan wawancara, kuesioner, pengamatan, dan gabungan ketiganya.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penilaian. Metode penilaian didalam eksperimen ini terdiri dari penilaian subjektif dan penilaian objektif. Penilaian subjektif dilakukan dengan uji validitas dan reabilitas yang berlokasi diUNNES, sedangkan penilaian objektif dilakukan dengan eksperimen.

Uji organoleptik merupakan suatu uji yang bersifat subjektif. Uji ini dapat diperbandingkan dengan uji yang bersifat objektif yaitu dengan suatu pengukuran menggunakan instrument fisik, kimiawi atau mikrobiologi. Uji ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh hubungannya antara pengukuran subjektif yaitu menggunakan indra dengan pengukuran objektif yaitu menggunakan suatu alat ukur tertentu (Winiati Pudji. R, 1997:175).

3.3.1 Penilaian Subjektif

(58)

3.3.1.1 Uji Inderawi

Uji inderawi merupakan uji organoleptik yaitu suatu pengujian terhadap sifat karakteristik bahan dengan menggunakan indera manusia termasuk indera penglihatan, penciuman, perasa, dan peraba. Dalam hal ini perlu dilakukan pengujian inderawi, diperlukan instrumen sebagai alat ukur yaitu panelis agak terlatih dengan mengetahui tentang cara-cara penilaian. Dalam penelitian ini pengujian inderawi menggunakan tipe pengujian dengan uji skoring (Winiati Pudji. R, 1997:1).

Dalam penelitian ini uji inderawi digunakan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas sampel “Busana Kuliah”. Hasil eksperimen meliputi indikator daya serap air, kelangsaian kain, muatan listrik statis dengan menggunakan 2 (dua) sampel dan diberi skor.

Penamaan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga panelis tidak dapat menebak lagi, isi dari sampel tersebut berdasarkan penamaannya. Dalam uji organoleptik dikenal beberapa pengaruh penyajian, yaitu: (1) Expectation error, terjadi karena panel telah memperoleh informasi tentang pengujian. Oleh karena itu panel sebaiknya tidak diberi informasi yang mendetail tentang pengujian dan sampel diberi kode 3 digit agar panelis tidak mengenalinya, (2) Sugesti, respon dari seorang panelis akan mempengaruhi panelis lainnya, oleh karena itu selama pengujian dilakukan secara individual (Winiati Pudji. R 1997:4).

Penilaian ini menggunakan tubuh manusia sebagai subjek penelitian dengan memakai sampel berupa busana kuliah yang peneliti beri kode 3 digit nomor agar tidak mempengaruhi penilaian dan digunakan pada waktu yang ditentukan. Maka sesuai keterangan diatas, pemberian nama dalam sampelnya akan menimbulkan suatu hasil penilaian yang tidak sesuai atau error.

(59)

3.3.2 Penilaian Objektif

Penilaian objektif dilakukan dengan uji laboraturium. Tujuan dari uji laboraturium ini adalah untuk mengetahui tingkat kenyamanan kain poliester yang cocok dalam pembuatan busanakuliah. Pengujian ini dilakukan dengan caranya mengindentifikasi serat 100% poliester, dekomposisi kain, serta evaluasi kenyamanan kain. Penilaian tersebut sebagai pendukung dalam penelitian yang akan dilakukan. Hasil uji dapat dilihat pada lampiran 53 halaman 142.

3.4 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian berkaitan dengan kegiatan pengumpulan dan pengolahan data, sebab instrumen penelitian merupakan alat bantu pengumpulan dan pengolahan data tentang variabel-variabel yang diteliti.

Instrumen berhubungan erat dengan teknik pengumpulan data dipengaruhi oleh jenis metode penelitian. Karakteristik instrumen yang baik sebagai alat evaluasi hendaklah memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas.

3.4.1 Metode Angket (kuesioner)

(60)

3.4.2 Panelis Agak Terlatih

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah panelis agak terlatih yang sudah mengerti tentang ilmu tekstil. Panel agak terlatih yang digunakan untuk uji jumlahnya berkisar 15 orang yang dipilih setelah calon panelis mengikuti seleksi panelis dengan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk melakukan penelitian. Salah satu syarat untuk mendapatkan panelis agak terlatih adalah instrumen (panelis) yang valid dan reliabel. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh instrumen (panelis) yang valid dan reliabel adalah dengan validitas instrumen dan reliabilitas instrumen.

3.4.3 Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Suharsimi Arikunto, 2006:168).

Validitas instrumen dapat dilihat apabila instrumen dapat mengukur sesuai dengan keadaan sebenarnya. Validitas instrumen terdiri dari validitas internal dan validitas isi.

3.4.3.1 Validitas Internal

(61)

Gambar

Tabel  Halaman
Grafik Halaman
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Penampang serat poliester bentuk melintang  serat poliester seperti bentuk buncis
+7

Referensi

Dokumen terkait