• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Perilaku Bersyukur Pada Tunanetra Peserta Shalat Tahajjud (Study Di Yayasan Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir Pisangan Ciputat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Perilaku Bersyukur Pada Tunanetra Peserta Shalat Tahajjud (Study Di Yayasan Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir Pisangan Ciputat)"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

(STUDY DI YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN

PONDOK CABE ILIR PISANGAN CIPUTAT)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Serli Marlinton

NIM: 109052000034

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini adalah hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 5 April 2013.

(5)

Serli Marlinton

Description Of Gratitude Behavior On Blind Participant Of Tahajjud Prayer(a Study at Khazanah Kebajikan Institution Pondok Cabe Ilir Pisangan Ciputat).

Blind persons are individuals whose physical condition is not different with others. The real different is only their sense of sight. Mentally or intellectually, blind person are commonly the same as a normal individual who has good sense of sight. Their IQ tendency is at upper limit to lower limit, so there are some blind person who are very smart, quite smart and less smart. The first social relationship that happens to blind person is with their family member. If the family response is not ready to accept their existence, there will be a anxiety and stress both felt by the blind family member and the others. Blind person sometime have low self-esteem, or they even despair over their condition. Furthermore, their daily behavior is sometime unaccepted.

When someone has an illness in their eyes, he would really need a guide to live. It comes from people around him especially wife or husband, family, friends and society. In this condition, guidance is needed to help them stronger.

The location of this research is at Khazanah Kebajikan Institution South Jakarta, which is located at Pondok Cabe Ilir Street Blok C6/7 Pisangan Ciputat. In this institution, there are students, employees, teachers, and it provides variety graduates of education such as: SD, MTS, SMK, MA, and STAISA, and others informal education activity such as English and Arabic intensive course, al-Quran study and Tahajjud Prayer activity.

(6)

ii

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala limpahan nikmat dan rahmat yang tiada terhingga kepada penulis. Shalawat bertangkaikan salam selalu tercurahkan dan terlimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Gambaran Perilaku Bersyukur Pada Tunanetra Peserta Shalat Tahajjud (Study di Yayasan Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir

Pisangan Ciputat).”

Penulis telah mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibunda dan ayahanda serta adik penulis, ibunda tersayang Misa dan Trisno (Alm) tersayang serta adik yang tercinta Zakat Zairi dengan segala pengorbanan, dukungan, dan doa yang tidak pernah berhenti sampai kapanpun, tidak lupa pula untuk Ayank (mas Roni) yang selalu menyemangati dan support penulis, dan sepupu-sepupu penulis Riza, Selly, Yulis dan Ayu.

2. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

iii

Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Drs. M. Lutfi, MA selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, masukan, dan dukungan dengan penuh kesabaran dan perhatian dalam penulisan karya ilmiah ini.

6. Para Dosen yang telah mengajarkan dengan tulus dan ikhlas tentang dunia BPI.

7. H. Nadjamudin Shiddiq selaku Ketua Yayasan Khazanah Kebajikan yang telah memberikan kesempatan dan waktu kepada penulis untuk melakukan penelitian di Yayasan.

8. Teman-teman dan sahabat-sahabat BPI-K 2009 semuanya yang memberikan motivasi kepada penulis dalam penelitian ini. Thanks U So Much All My Friends, Success......Specially for My Friend’s Mia

Jafar, All Of Thanks For You, Suksess selalu......

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatunya, yang telah memberikan support dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan yang berlipat atas segenap bantuannya. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Kritik dan saran dari pembaca sangat dibutuhkan.

Ciputat, 5 April 2013.

(8)

iv

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 6

E. Metodologi Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN TEORI A. Perilaku Bersyukur ... 14

1. Pengertian Perilaku ... 14

2. Jenis-jenis Perilaku ... 18

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku ... 19

4. Gambaran Perilaku Bersyukur ... 21

a. Pengertian Perilaku Bersyukur ... 21

b. Ciri-ciri Perilaku Bersyukur... 26

B. Tunanetra... 29

1. Pengertian Tunanetra ... 29

2. Sebab-Sebab Terjadinya Ketunanetraan ... 30

3. Karakteristik Tunanetra ... 30

C. Shalat Tahajjud... 33

1. Pengertian Shalat Tahajjud... 33

(9)

v

A. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya ... 39

B. Visi, Misi, Tujuan dan Program ... 41

C. Struktur Organisasi... 44

D. Sarana dan Prasarana... 45

E. Profil Tunanetra... 46

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA PENELITIAN A. Profil Subjek Penelitian... 48

1. Pembimbing ... 48

2. Koordinator ... 49

3. Terbimbing... 50

B. Pelaksanaan Shalat Tahajjud ... 54

C. Analisis Perilaku Bersyukur... 59

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 64

B. Saran... 65

DAFTAR PUSTAKA... 66

(10)

1

A. Latar Belakang Masalah

Secara biologis manusia adalah makhluk paling sempurna. Dia merupakan hasil akhir dari proses evolusi penciptaan alam semesta. Manusia adalah makhluk dua-dimensi. Di satu pihak terbuat dari tanah yang menjadikannya makhluk fisik (jasmani atau jiwa), di pihak lain ia juga makhluk spiritual (rohani atau raga) karena ditiupkan kedalamnya roh Tuhan yang membentuk sebuah entitas yang disebut diri(nafs).1

Al-qur’an juga menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah kemudian setelah sempurna kejadiannya, Tuhan menghembuskan kepadanya ruh ciptaanNya. Sedangkan Dimensi spiritual atau ruh mengantar manusia untuk cenderung kepada keindahan, pengorbanan kesetiaan, dan pemujaan. Sehingga menurut islam manusia memiliki kapasitas yang paling tinggi dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain, karena mereka mempunyai kecenderungan untuk dekat dengan Tuhan melalui kesadarannya tentang kehadiran Tuhan yang terdapat jauh dibawah alam sadarnya.2

Sebagaimana dijelaskan dalam Qs As-Sajdah ayat 7-9:

1

Murtadha Muthahhari,Manusia dan Alam Semesta(Bandung: Lentera, 2002), h. 216.

2

Faizah dan Lalu Muchsin Effendi,Psikologi Dakwah(Jakarta: Prenada Media, 2009), h.

(11)





















Artinya: “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam (tubuh)nya roh (ciptaan)Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”3

Selain itu, menurut Achmad Mubarak kesempurnaan manusia tidak hanya dilihat hanya kesempurnaan biologisnya saja, namun dalam hal desain kejiwaan manusia diciptakan Tuhan dengan sangat sempurna, berisi kapasitas-kapasitas kejiwaan, seperti berpikir, merasa, dan berkehendak.4

Namun ketika manusia dihadapkan kepada keadaan atau sebuah kenyataan yang bukan jadi sebuah keinginannya yaitu bukan sebuah kesempurnaan yang ia miliki, terkadang manusia beranggapan bahwa ketidaksempurnaan merupakan keadaan yang tidak menyenangkan, sehingga menjadikan seseorang berfikir inferior, rendah diri, putus asa, tidak memiliki semangat dalam menghadapi kehidupan dan lain sebagainya. Akan tetapi sikap seperti ini justru dapat membawa individu atau manusia kepada perilaku tidak memiliki rasa syukur (kufur)atas rahmat dan nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Untuk itu bagaimana tindakan yang harus dilakukan ketika menghadapi keadaan yang tidak memiliki kesempurnaan?

3

Syaikh Imam Al-Qurthubi,Tafsir Al-Qurthubi (Jakarta Selatan: Pustaka Azzam, 2009), h.

215. 4

(12)

Sehingga untuk mengatasi semua permasalahan yang dialami oleh manusia, tidak lain adalah keimanan dan ketaqwaan yang selalu mendekatkan diri kepada Sang pencipta yang memiliki kesempurnaan, serta iman yang direalisasikan dalam bentuk ajaran agama. Maka dalam Islam prinsip pokok yang menjadi sumbu kehidupan manusia adalah iman, karena iman itu yang menjadi pengendali sikap, ucapan, tindakan dan perbuatan. Iman juga harus berdiri di atas keyakinan yang kuat alias harus dipenuhi dengan keyakinan, memiliki ketetapan, tidak berputar-putar, tidak berubah-ubah, baik dalam pikiran maupun hati. Dengan tujuan menjadi pendorong untuk mengatasi segala ketidaksempurnaan yang manusia miliki tersebut, serta ihklas dalam pengertian menerima diri tidak berburuk sangka dengan apa yang telah Allah SWT berikan.

(13)

Selain itu shalat adalah simbol kepasrahan seseorang muslim kepada Allah SWT karena hakekat Islam adalah penyerahan diri sepenuhnya pada kehendak Allah SWT, sebagaimana makna asal kata “Islam”“aslama” yakni meyerahkan diri.5 Oleh karenanya aktivitas shalat tahajjud merupakan aktivitas individual dalam rangka memahami diri sendiri serta eksistensinya di hadapan Allah SWT, yang memiliki makna upaya menghitung diri, mulai dari menghitung siapa diri kita di hadapan Allah SWT, dari mana asal kita, kemana hendak tujuan kita, apa tugas kita dan lain sebagainya. Dengan demikian, dalam diri manusia telah tertanam benih yang disebut naluri agama (instinct religious) yang menurut al-Qur’an disebut kecendrungan beragama (haniefan musliman) yang dikembangkan melalui pendidikan atau bimbingan yang cukup.

Selain itu agama mengajak manusia untuk mengenal dirinya. Karena pokok dari ajaran agama adalah kenalilah dirimu agar kamu tahu Tuhanmu. Jangan lupa Tuhanmu agar kamu tidak lupa akan dirimu. Allah SWT berfirman dalam al-Qur’ansurat Al-Hasyar ayat 19:









Artinya: “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah SWT, lalu Allah SWT menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka itulah orang-orang yang fasik.”6

5

Ahmad W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h.

654-655. 6

(14)

Penerapan perilaku bersyukur dari shalat tahajjud memberikan efek yaitu bagaimana meningkatkan energi spritual kita, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Karena tujuannya untuk pendekatan hamba kepada Khaliqnya dengan cara menyucikan diri, pikiran, perbuatan, jiwa dan perasaan.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa betapa pentingnya kedudukan sholat itu dalam membentuk perilaku seseorang. Dalam hal ini Yayasan Khazanah Kebajikan memberikan fasilitas shalat tahajjud dengan harapan dan tujuan untuk memenuhi kebutuhan mental dan spiritual tunanetra. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka Yayasan Khazanah Kebajikan memberikan peluang dan waktu untuk tunanetra dalam memahami hidup, memberikan bimbingan, arahan, motivasi kepada para tunanetra untuk selalu mempunyai perilaku bersyukur.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis memfokuskan permasalahan dalam penelitian ini pada:

“Gambaran Perilaku Bersyukur Pada Tunanetra Peserta Shalat

Tahajjud (Study di Yayasan Khazanah Kebajikan) Pondok Cabe Ilir,

Jakarta Selatan.”

(15)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku bersyukur pada tunanetra peserta shalat tahajjud.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ada dua yaitu: a. Manfaat secara akademis

Dengan hasil penelitian ini penulis dapat menyumbangkan pemikiran melalui karya ilmiah yang tertuang dalam skrisi ini adalah agar dapat menambah literatur dalam khazanah keilmuan jurusan bimbingan dan penyuluhan Islam, tentang bimbingan dan penyuluhan islam yang dilakukan di Yayasan Khazanah Kebajikan dan membuktikan keefektifitasan bimbingan agama.

b. Manfaat secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sebuah pelajaran dan motivasi bagi setiap individu dalam mensyukuri semua yang telah ditakdirkan atau diberikan oleh Allah SWT khususnya di Yayasan KK bahwa shalat tahajjud dapat mempengaruhi spiritual setiap orang dalam menghadapi kehidupan.

D. Tinjauan Pustaka

(16)

skripsi dan penelitian sebelumnya yang mempunyai judul hampir sama. Maksud penelaahan pustaka disini adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi terdahulu.

Setelah penulis mengadakan suatu telaah kepustakaan penulis menemukan skripsi yang memiliki judul hampir sama dengan penulis teliti, judul skripsi tersebut adalah: Pengaruh Bimbingan Shalat terhadap Perilaku Mantan Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Karya Wanita “ Mulya Jaya “ Pasar Rebo Jakarta Timur, pada pembahasan karya ilmiah ini menitikberatkan pada perubahan perilaku yang pada hakekatnya merupakan tugas dari panti untuk merubah perilaku Wanita Susial ke arah yang lebih baik. Sedangkan, penelitian yang penulis lakukan tentang: Gambaran Perilaku Bersyukur Pada Tunanetra Peserta Shalat Tahajjud (Study di Yayasan Khazanah Kebajikan). Demikianlah perbedaan pokok bahasan atau materi antara yang penulis teliti dengan peneliti sebelumnya.

E. Metode Penelitian

1. Metode penelitian

(17)

analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten.7

Peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya.

Selain itu diartikan sebagai usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta.8

Dalam hal ini penulis ingin mendeskripsikan tunanetra dan menganalisis perilaku bersyukurnya serta pelaksanaan shalat tahajjud di sana.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yakni penelitian yang dilakukan dengan observasi langsung ke lapangan untuk menggali dan meneliti data yang berkenaan dengan gambaran perilaku bersyukur pada tunanetra peserta shalat tahajjud yang ada di Yayasan Khazanah Kebajikan, Pondok Cabe Ilir, Jakarta Selatan.

7

Rosady Ruslan,Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi(Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2006), h. 24. 8

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada University

(18)

3. Pendekatan Penelitian

Dalam proses penyusunan skripsi penulis memilih dan melakukan pengamatan dengan pendekatan kualitatif. Menurut Strauss and Corbin, seperti yang dikutip oleh Hadari Nawawi (2001:1) Pendekatan Penelitian kualitatif (qualitative research) merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau cara kuantifikasi lainnya.9 Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapat pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan atau fakta yang ada.

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Yayasan Khazanah kebajikan, Jl. Pondok Cabe Ilir Blok C6/7 Pisangan Ciputat, Jakarta Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan pada 23 Februari sampai hingga 5 April tahun 2013.

5. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun subjek penelitian adalah 1 Pembimbing, 1 Koordinator, yang terlibat langsung dalam kegiatan pelaksanaan shalat tahajjud dan 2 Tunanetra laki-laki, 2 Tunanetra perempuan yang juga terlibat dalam

9

(19)

proses tersebut. Kemudian objek dalam penelitian ini yaitu gambaran perilaku bersyukur pada tunanetra.

6. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi dan wawancara, maka instrument penelitiannya adalah peneliti itu sendiri dan keseluruhan proses penelitian.10Sedangkan alat bantu dalam penelitian ini adalah catatan lapangan, rekaman suara, camera, handphone dan lain sebagainya.

7. Teknik Analisa Data

Menurut Bogdan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, cacatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.11 Teknik analisa dilakukan dengan cara triangulasi data yaitu sebagai berikut:

1. Triangulasi sumber data, dilakukan dengan cara mencari data dari banyak sumber informan, yaitu orang yang terlibat langsung dengan objek penelitian. Yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini adalah pembimbing shalat tahajjud (imam), koordinator dan tunanetra peserta shalat tahajjud.

2. Triangulasi pengumpul data, dilakukan dengan cara mencari data dari banyak sumber informan.

10

Sugiyono,Memahami Peneltian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 59.

11

(20)

3. Triangulasi metode, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan bermacam-macam metode pemgumpulan data (observasi dan wawancara).12

Jadi, dalam menganalisa data Penulis berusaha memaparkan data sebagaimana adanya, dengan melakukan kajian-kajian data yang sudah ada, sehingga dapat menggambarkan permasalahan secara sistematis yang berhubungan dengan fenomena yang diteliti.

8. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data secara akurat yang berkaitan dengan skripsi ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu:

a. Pengamatan (Observasi)

Menurut Indriantoro dan Supomo (2002: 157) yang dikutip oleh Rosady Ruslan, observasi yaitu proses pencatatan pola perilaku subjek (orang) objek (benda-benda) atau kejadian yang sistematis tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti. Kelebihan dari teknik observasi dibandingkan dengan survei, bahwa data yang dikumpulkan pada umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat dan rinci serta bebas dari respon bias. Penulis melakukan pencatatan yang dapat diamati, dipahami dan didengar. Kemudian peneliti tuangkan kedalam penulisan skripsi sesuai dengan data yang dibutuhkan.13

12

Suwardi Endraswara,Metode,Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta: Pustaka

Widyatama, 2006), h. 110. 13

(21)

b. Wawancara(Interview)

Wawancara adalah proses komunikasi verbal semacam tanya jawab atau percakapan yang dilakukan oleh dua orang yang berlangsung secara lisan dan bertatap muka, mendengarkan informasi-informasi atau keterangan-keterangan yang diutarakan oleh responden yang bersifat luwes dengan susunan pertanyaan-pertanyaan.14Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai satu pembina, satu pembimbing, dua tunanetra laki-laki, dua tunanetra perempuan peserta shalat tahajjud yang bernaung di bawah Yayasan Khazanah Kebajikan, Pondok Cabe Ilir, Jakarta Selatan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan data-data tertulis yang terdapat di Yayasan Khazanah Kebajikan yang berhubungan dengan masalah penelitian dan dukumen lainnya yang mendukung.

9. Teknik Penulisan

Teknik penulisan yang digunakan berpedoman pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang disusun oleh Tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diterbitkan oleh CEQDA (center for quality development and assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2007, cetakan ke-2.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi sangat diperlukan sistematika penulisan yang baik, benar, dan tepat melalui aturan penulisan. Untuk memperjelas dan

14

(22)

mempermudah penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sistematika sebagai berikut:

BAB l Penulisan ilmiah ini dimulai dengan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, yang didalamnya berisi gambaran tentang alasan faktor ketertarikan penulis mengambil judul, batasan dan perumusan masalah dibatasi agar tidak terlalu luas dalam pembahasannya, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan untuk keserasian pembahasan dan untuk mempermudah menganalisa materi.

BAB ll Tinjauan Teori, Penulisan mendalami pengertian pengertian perilaku, jenis-jenis perilaku, faktor yang mempengaruhi perilaku, gambaran perilaku bersyukur, pengertian tunanetra, sebab-sebab terjadinya ketunanetra, dan karakteristik tunanetra, pengertian shalat tahajjud, dan keutamaan shalat tahajjud.

BAB lll Gambaran umum tentang Yayasan Khazanah Kebajikan, meliputi: sejarah berdirinya, visi, misi, tujuan program Yayasan Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir, saran dan prasarana, struktur organisasi.

BAB lV Temuan dan analisis data: Deskripsi Responden (pembimbing (imam shalat), koordinator dan terbimbing), program pelaksanaan shalat tahajjud di Yayasan Khazanah Kebajikan, analisis gambaran perilaku bersyukur tunanetra peserta shalat tahajjud (study di Yayasan Khazanah Kebajikan).

[image:22.595.103.518.240.601.2]
(23)

14

TINJAUAN TEORI

A. Perilaku Bersyukur

1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas individu bersangkutan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Soekidjo N. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri. Soekidjo N. Secara Operasional perilaku dapat diartikan suatu respons individu atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut.1

Notoatmodjo S. dikutip dari Ensiklopedi Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi individu terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Menurut Sri Kusmiyati dan Desminiarti, sebagaimana yang dikutip oleh Sunaryo Perilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup.2

1

Sunaryo,Psikologi Untuk Keperawatan(Jakarta: Kedokteran EGD, 2002), h. 2.

2

(24)

Dalam kamus bahasa indonesia, perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.3 Perilaku dalam pengertian yang luas adalah aktivitas yang tampak.4

Menurut behavoirisme perilaku manusia adalah perilaku yang tampak serta dapat diukur yang merupakan hasil dari proses belajar (learning proscess), manusia belajar dari lingkugannya dan dari hasil belajar itulah ia berperilaku.5

Tiga pengertian perilaku menurut Muhammad Izzuddin Taufiq sebagai berikut:

1. Sekumpulan stimulus yang muncul atas sekumpulan respons. Definisi ini lebih mengarah kepada komponen perilaku (Individu).

2. Sekumpulan kejadian atau peristiwa yang dipicu oleh gerakan dan aktivitas tubuh. Definisi ini lebih mengarah kepada komponen fisiologis (sistem saraf).

3. Sekumpulan kondisi atau respons yang disengaja ataupun sikap yang direncanakan. Definisi ini lebih mengarah kepada komponen terminologi (tujuan dan niat).6

Aspek perilaku yang berperan penting dalam menggerakkan manusia untuk berbuat sesuatu adalah “motivasi”. Motivasi dalam bahasa inggris: motive dari kata motion adalah istilah yang lebih umum digunakan untuk menggantikan “motif-motif” yang berarti gerak atau sesuatu yang bergerak

sehingga kata motivasi ini erat hubungannya gerak, yakni gerakan yang dilakukan oleh manusia. Dalam psikologi, motivasi ini berarti rangsangan

3

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), h. 859. 4

Bimo Walgito,Psikologi Sosial Suatu Pengantar(Yogyakarta: Andi Offset, 1994), h. 15.

5

Siti Mutmainah dan Ahmad Fauzi, Psikologi Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka,

2005), h. 1.20. 6

Muhammad Izzuddin Taufiq,Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam(Jakarta: Gema

(25)

atau dorongan untuk bertingkah laku.7 Konsep lain yang sering disejajarkan dengan motivasi itu adalah yang dikenal dengan “ drive” (dorongan) dan “desire” (keinginan). Satu konsep fundamental yang khas dari pendirian teori motivasi yang dikemukakan oleh Maslow dikutip oleh Muhammad Asrori adalah bahwa manusia dimotivasikan oleh sejumlah “ kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah, dan berasal dari sumber genetis atau naluri.8 Menurut Bandura melakukan suatu perilaku tertentu manusia memerlukan peneguhan (reinforcement), sedangkan kemampuan potensial untuk melakukan ditentukan oleh peniruan(imitation)dalam suatu proses belajar sosial(sosial learning).9

Jalaludin Rakhmat mengutip pendapat para Behavioris yang menyatakan bahwa “perilaku adalah hasil pengalaman, dan perilaku digerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan.”10

Sedangkan dalam pandangan Islam perilaku dapat disinonimkan dengan akhlaq. Secara lughawi, perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaq”,yaitu jamak dari khuluq, artinya perangai (al-sajiyyah), tabiat (al-thab’u),sifat mulia(al-muru’ah). Secara istilah yang dimaksud dengan akhlak ialah keadaan jiwa yang mendorong timbulnya perbuatan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibn Maskawaih dalam definisi berikut: keadaan jiwa yang mendorong timbulnya perbuatan tanpa memerlukan

7

Bambang Syamsul Arifin,Psikologi Agama(Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 132.

8

Muhammad Asrori,Psikologi Pembelajaran(Bandung: Wacana Prima, 2009), h. 172.

9

Siti Mutmainah dan Ahmad Fauzi, Psikologi Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka,

2005), h. 120. 10

(26)

pemikiran dan pertimbangan. Tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan ialah bahwa keadaan jiwa itu mendorong kepada perbuatan tanpa ada keraguan atau kebimbangan dalam melakukan perbuatan yang baik dan meninggalkan perbuatan yang buruk.

Imam Al-Ghazali menjelaskan “akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran.”11

Menurut Ibnu Makawaih mengemukakan bahwa akhlak adalah‘ hal li an-nafsi daa iyatun lahaa ila af ‘aaliha min goiri fikrin walaa ruwiyatin’

yakni sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.12

Menurut penulis dari beberapa definisi di atas dapat ditarik pengertian perilaku manusia adalah berbagai aktivitas, kebiasaan dan reaksi tindakan serta keadaan jiwa yang secara spontan mendorong kepada perbuatan seseorang yang timbul karena adanya stimulus dan respons, berasal dari hasil pengalaman yang dimotivasi atau digerakan oleh kebutuhan dan keinginan untuk memperoleh kesenangan, serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungannya.

11

Abuddin Nata,Akhlak Tasawuf(Jakarta: Raja Grafindo Persada 2003), h. 1-3

12

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Jakarta:

(27)

2. Jenis-Jenis Perilaku

Perilaku individu tidak timbul dengan sendirinya tetapi akibat adanya rangsangan (stimulus), baik dalam diri individu (internal)maupun dari luar individu (eksternal). Pada hakekatnya perilaku individu mencakup perilaku yang tampak (overt Behavior) dan perilaku tidak tampak (innert behavior atau covert behavior). Jadi, perilaku individu timbul sebagai akibat adanya intraksi antara rangsangan dan organisme (individu). Menurut Bandura sebagaimana dikutip oleh Bimo Walgito dapat diformulasikan secara sederhana sebagai berikut:

S(stimulus)- O(organisme)-R(respons).

Perilaku tampak (overt behavior) adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau tampak. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Perilaku tidak tampak (covert behavior) adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tidak tampak (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut,dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.13

13

(28)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Perilaku

Perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor genetik dan faktor eksogen sebagai berikut:

a. Faktor genetik

Faktor genetik atau keturunan merupakan konsep dasar untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup yang berasal dari dalam diri individu, antara lain:

1. Sifat kepribadian, salah satu pengertian kepribadian yang dikemukakan oleh Maramis (1999) adalah :” keseluruhan pola pikiran, perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus-menerus terhadap hidupnya.

2. Bakat bawaan, menurut Notoatmodjo (1997), yang mengutip pendapat Willian B Micheel (1960), adalah kemampuan individu untuk melakukan sesuatu yang sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai hal tersebut. Bakat merupakan interaksi diri dua faktor genetik dan lingkungan serta bergantung pada adanya kesempatan untuk pengembangan.

(29)

karena itu kita kenal ada individu yang inteligen yaitu individu yang dalam mengambil keputusan dapat bertindak tepat, cepat dan mudah.

b. Faktor eksogen

Faktor eksogen merupakan konsep dasar untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup yang berasal dari luar diri individu, antara lain:

1. Lingkungan, menyangkut segala sesuatu yang ada di sekitar individu, fisik, biologis maupun sosial.

2. Pendidikan, secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu sejak dalam ayunan hingga liang lahat, berupa interaksi individu dengan lingkungannya baik secara formal maupun informal.

3. Agama, merupakan tempat mencari makna hidup yang terakhir atau penghabisan. Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk kedalam konstruksi kepribadian seseorang yang sangat berpengaruh dalam berpikir, bersikap, beraksi dan berprilaku individu.

Menurut Bandura dengan teori belajar sosialnya berpendapat bahwa, perilaku atau kebiasaan dipengaruhi oleh kognisi atau pemikirannya. Kognisi ini dapat dibentuk atau dipengaruhi oleh pengalaman, pengamatan, dan interaksi dengan lingkungan sekitar.14

14

(30)

c. Faktor lainnya

1. Persepsi merupakan proses diterimanya rangsangan melalui panca indra yang didahului oleh perhatian (attention), sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada didalam maupun diluar dirinya. Melalui persepsi dapat diketahui perubahan perilaku seseorang. 2. Emosi, Maramis (1999) menyebutkan bahwa emosi adalah

“manifestasi perasaan. Perilaku individu dapat dipengaruhi emosi yang berhubungan erat dengan keadaan jasmani.15

3. Imitasi (peniruan) terhadap perbuatan orang lain yang merupakan salah satu proses belajar manusia atau dipandang sebagai respons yang dipelajari.

4. Sugesti juga merupakan faktor yang banyak mempengaruhi perilaku manusia, karena dipandang oleh ahli psikologi sebagai sesuatu tingkat rangsangan daripada proses yang menyeluruh meliputi proses mental, proses berpikir atau proses perbuatan yang diterima seseorang dengan tanpa kritik.16

4. Gambaran Perilaku Bersyukur

a. Pengertian Perilaku Bersyukur

Bersyukur kepada Allah SWT yaitu memuji Allah SWT atas berbagai nikmat yang telah Allah SWT limpahkan kepada kita dengan memiliki tiga penopang, mengakui nikmat dengan hati,

15

Sunaryo,Psikologi Untuk Keperawatan, h. 10-11.

16

Arifin M. Ed,Psikologi Dakwah, Suatu Pengantar Studi (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h.

(31)

mengungkapkannya dengan lisan, dan memanfaatkannya dalam ketaatan kepadaNya.17

Selain ituAssyakirinatau bersyukur merupakan derajat yang paling tinggi di mata Allah SWT. Ini adalah derajat para Nabi dan oleh karenanya banyak hikmah didalamnya. Imam Ibnu Abbas berkata bahwa kunci kebahagiaan hidup yang utama Qolbun Syakirun, yaitu mereka yang memiliki hati yang selalu bersyukur sehingga selalu Qona'ah(ikhlas menerima takdir).18

Syukur secara bahasa berasal dari kata “syakara” yang berarti pujian atas kebaikan, sedangkan menurut istilah syara’, syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang dikaruniakan Allah SWT yang disertai dengan ketundukkan kepadaNya dan mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan kehendak Allah SWT.

Imam Al-Ghazali mengatakan “syukur terdiri dari tiga perkara: pertama, pengetahuan tentang nikmat bahwa seluruh nikmat berasal dari Allah dan Allah-lah yang memberikan nikmat pengetahuan itu kepada orang yang dikehendakinya, adapun yang lain hanya perantara untuk sampainya nikmat itu. Kedua, sikap jiwa yang tetap dan tidak berubah, sebagai buah dari pengetahuannya yang mendorong untuk selalu senang dan mencintai yang memberi nikmat dalam bentuk kepatuhan kepada perintah Allah. Ketiga, menghindari perbuatan

17

Rusyah Khalid Sayyid,Menggapai NikmatNya Beribadah dalam Konsep Pendidikan Islam

(Jakarta: Darul Shafa’ Wal Marwah Li An-Nasr Wa At-Tauzi, 2009), h. 565. 18

Akhmad Zainuddin,Suara Duafa Edisi Mei 2012, Published on Friday, 18 January 2013,

(32)

maksiat kepada Allah, sikap yang demikian itu hanya terjadi kalau seseorang telah mengenal kebijaksaan Allah dalam menciptakan seluruh makhlukNya.

Menurut Imam al-Qusyairi: hakekat syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang telah diberikan Allah yang dibuktikan dengan ketundukan kepadanya. Jadi, syukur itu adalah mempergunakan nikmat Allah menurut kehendak Allah sebagai pemberi nikmat. Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa syukur yang sebenarnya adalah mengungkapkan pujian kepada Allah dengan lisan, mengakui dengan hati akan nikmat Allah dan mempergunakan nikmat itu sesuai dengan kehendak Allah.19

Syukur adalah sikap lahiriah untuk menunjukkan terima kasih atas suatu nikmat kepada Sang Pemberi nikmat. Pernyataan syukur ini mengandung empat unsur dan kewajiban, yaitu manifestasi kegembiraan, menyatakan kegembiraan itu dengan ucapan dan perbuatan, memelihara dan mendayagunakan nikmat yang diterima seiring dengan amanah Sang Pemberi, dan membalas pemberi nikmat itu sesuai dengan tata cara yang ditentukan. Nikmat yang dikaruniakan Allah SWT yang meliputi seluruh aspek kehidupan itu begitu banyak, tidak terhitung, dan tidak terbilang.20 Mengenai nikmat ini Allah SWT berfirman dalam al-Qur’anSurat 16 ayat 18:

19

Syafi’ie El-Bantanie,Dahsyatnya Syukur(Jakarta selatan: QultumMedia, 2009), h.2-3.

20Ahmad Rofi’ Usmani,

Mutiara Akhlak Rasulullah SAW, 100 Kisah Teladan tentang Iman,

Dakwah, Sabar, Syukur, Ridha, Tawakkal, Ikhlas, Jujur, Doa, dan Taubat (Bandung: Mizan

(33)



















Artinya: “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah SWT, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah SWT benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”21

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1980: 1115), syukur memiliki dua arti yang pertama, syukur berarti rasa berterima kasih kepada Allah SWT dan arti yang kedua, syukur berarti untunglah (merasa lega atau senang dan lain-lain).22

Syaikh Al-Jalani menyatakan bahwa hakekat syukur adalah pengakuan bahwa segala pemberian datang dari yang Maha Memberi (nikmat al-mun’im) dengan sikap yang rendah hati, pengakuan yang jelas tentang berkah yang dilimpahkan oleh Allah SWT dan pengakuan dalam rasa hormat akan ketidakmampuan diri dalam menghaturkan terima kasih dengan cara yang cukup pantas.23

Allah SWT berfirman dalam al-Quran Surat 16 ayat 114:

































21

Muhammad Nasib Ar-Rifa’i,Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir(Jakarta:

Gema Insani, 1999), h. 1017. 22

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga(Jakarta:

Balai Pustaka 2005), h. 1115. 23

(34)

Artinya: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah SWT kepadamu, dan syukurilah nikmat Allah SWT, jika kamu hanya kepadaNya saja menyembah.”24

Hakekat perilaku bersyukur, terbentuk atas tiga unsur yaitu: “Ilmu (mengetahui segala kenikmatan berasal dari Allah SWT Sang Pemberi Nikmat), hal (kegembiraan atas nikmat yang diperolehnya), dan ‘amal (mengerjakan amal perbuatan yang dicintai Allah SWT). Tiga perkara ini (ilmu, hal, dan amal) harus diberikan penjelasan agar dapat dipahami dengan benar hakekat perilaku bersyukur sebagai berikut:25

1. Ilmu yaitu mengetahui tiga hal: nikmat itu sendiri, segi keberadaannya sebagai nikmat baginya, dan Zat yang Memberi Nikmat. Maka syukur dapat terlaksana apabila ada nikmat, penerima nikmat, dan Pemberi Nikmat. Jadi seseorang belum dikatakan bersyukur sebelum ia mengetahui bahwa semua yang ada di dunia ini merupakan karunia Allah SWT. Apabila masih ada keraguan dalam dirinya bahwa segala yang ada di dunia merupakan karunia dariNya, maka ia belum mengetahui hakekat nikmat itu sendiri dan Pemberi Nikmat.

2. Hal (kondisi spiritual) yaitu: kegembiraan kepada Pemberi Nikmat yang disertai kepatuhan dan tawadhu’. Tetapi syukur hanya terjadi

apabila ia memenuhi syaratnya yaitu kegembiraan kepada Pemberi Nikmat bukan kepada nikmat atau orang yang memberi nikmat karena hakekatnya nikmat itu berasal dari Allah SWT.

24

Allamah kamal Faqih Imami,Tafsir Nurul Qur’an(Jakarta: Al-Huda, 2008), h. 697.

25Sa’id Hawwa,

(35)

3. Amal perbuatan yaitu ungkapan kegembiraan atas kenikmatan yang diberikan Allah SWT Sang pemberi Nikmat. Amal perbuatan ini mencakup perbuatan hati, lisan dan anggota badan. Perbuatan hati adalah terbesitnya keinginan untuk melakukan kebaikan dengan apa yang telah dianugerahkan kepadanya. Perbuatan lisan adalah dengan memberikan pujian kepadaNya sebagi ungkapan rasa syukur. Sedangkan perbuatan anggota badan adalah mempergunakan nikmat yang Allah SWT berikan dalam ketaatan dan dan bukan dalam kemaksiatan.

b. Ciri-Ciri Perilaku Bersyukur

Menurut Akhmad Zainuddin dikutip dari Suara Duafa Edisi Mei 2012, seseorang bisa dikatakan memiliki perilaku bersyukur bisa dilihat dari ciri-ciri bersyukur sebagai berikut :26

Pertama, Yahmadullah 'ala Kulli Halin, yaitu selalu memuji kebesaran Allah SWT dalam segala keadaan. Bisa jadi kalimat ini sederhana, tapi bila dijalani tidaklah mudah. Umumnya kita memuji tatkala merasa gembira seperti ketika lulus interview, naik jabatan, dan lain sebagainya. Namun ketika susah, seperti kehilangan mobil, ditinggal oleh orangtua, memiliki kekurangan dan lain sebagainya sama sekali tidak memuji Allah SWT, Inilah sikap yang perlu kita perbaiki.

26

Akhmad Zainuddin,Suara Duafa Edisi Mei 2012, Published on Friday, 18 January 2013,

(36)

Kedua, Al Amalu Fi Tha'atillah (amalnya selalu dalam ketaatan kepada Allah SWT). Tidak dikatakan bersyukur apabila antara ucapan dan tindakan tidak sesuai. Misal: lisannya pandai berucap Alhamdulillah, tapi perbuatannya fasik (rusak) seperti suka berjudi, meramal, atau dia meninggalkan kewajiban sholat, zakat, puasa, dan lain sebagainya. Seseorang baru disebut bersyukur apabila perbuatannya bernilai ibadah lillahi ta'ala.

Ketiga,Takdimunikmah Walau Qalilan (menganggap nikmat Allah SWT itu selalu besar walaupun sedikit). Prinsip ini mengajari kita supaya tidak mementingkan ukuran (besar kecilnya) nikmat karena kalau bicara ukuran pasti relatif. tetapi berfokuslah pada kasih sayang Sang Pemberi yaitu Allah SWT, sehingga hati senantiasa merasa terpesona pada sifat pemurahNya. Dengan cara demikian insya Allah kita akan lebih mudah bersyukur.

Dikatakan seseorang itu berprilaku bersyukur kepada TuhanNya apabila ia mensyukur pada setiap saat atas nikmat penciptaan, nikmat Islam, nikmat iman, nikmat tauhid, nikmat anggota badan dan atas segala nikmat yang tampak maupun yang tersembunyi serta menyadari kelemahannya dalam bersyukur kepada TuhanNya dengan sebenar-benarnya syukur serta berdoa siang dan malam kepadaNya.27

27

Rusyah Khalid Sayyid,Menggapai NikmatNya Beribadah dalam Konsep Pendidikan Islam,

(37)

Shihab juga menyatakan bahwa ciri seseorang dikatakan memiliki perilaku bersyukur kepada Allah SWT apabila seseorang itu melakukannya dengan cara berikut :

1. Bersyukur dengan hati yaitu mengakui dan menyadari sepenuhnya bahwa segala nikmat yang diperoleh berasal dari Allah SWT. Dan tak ada seorangpun selain Allah SWT yang dapat memberikan nikmat.

2. Bersyukur dengan lidah, yaitu mengucapkan secara ikhlas ungkapan alhamdulillahsegala puji bagi Allah SWT.

3. Bersyukur dengan amal perbuatan yaitu mengamalkan anggota tubuh untuk hal baik dan memanfaatkan nikmat itu sesuai dengan ajaran agama.28

Syukur kepada Allah SWT bisa dilakukan pula dengan cara sujud syukur setelah seseorang mendapat nikmat dalam bentuk apapun atau lolos dari musibah dan bencana. Sujud ini hanya dilakukan sekali dan di luar shalat. Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surat Ibrahimayat 7:



























Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memaklumkan, "sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti aku akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmatKu, maka sesungguhnya azabKu sangat pedih.”29

28

Moh. Sholeh,Terapi Shalat Tahajjud (Jakarta: Mizan Publika, 2006), h. 10.

29

Ahmad Mushthafa AL-Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi (Semarang: Karya Toha

(38)

Dari definisi di atas mengenai perilaku dan syukur serta isi dari syukur, penulis dapat memahami bahwa perilaku bersyukur adalah sebuah reaksi seseorang atau individu dalam memanjatkan pujian kepada Sang Pemberi yang telah memberikan nikmat kepada individu tersebut, tidak hanya dikala senang atau gembira namun di kala susah juga atas dorongan dan keinginan sendiri karena ketundukan, pengakuan dan kecintaan seseorang atau individu kepada Tuhannya sehingga ia memiliki sifat dermawan terhadap sesama.

B. Tunanetra

1. Pengertian Tunanetra

Tunanetra adalah salah satu hambatan fisik yang ditandai dengan ketidakmampuan seseorang untuk melihat, dengan kata lain tunanetra adalah seseorang yang mengalami gangguan fungsi penglihatan sedemikian rupa sehingga tidak dapat menggunakan indera penglihatannya secara fungsional.30

Menurut Sutjihati Soemantri (2006) mendefinisikan tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari sepertinya orang awas.31

Penulis menambahkan bahwa tunanetra adalah individu-individu yang memiliki hambatan, gangguan, dan ketidakmampuan untuk

30

Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 7. 31

(39)

memaksimalkan fungsi penglihatannya dalam menerima informasi baik secara menyeluruh(total blind)atau sebagian(low vision).

2. Sebab-sebab Terjadinya Ketunanetraan

Sebab-sebab seseorang itu mengalami kebutaan dikarenakan beberapa faktor yaitu:

a. Faktor pre-natal: keturunan, pertumbuhan seseorang dalam kandungan seperti gangguan waktu ibu hamil dan infeksi karena beberapa hal penyakit kotor seperti cacar air dan tumor.

b. Post-natal: kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, pada waktu persalinan ibu mengalami penyakit gonorrhoe, dan mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan misalkanxeropthalmia yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin A.32

3. Karakteristik Tunanetra

Pada tunanetra terdapat beberapa karakteristik diantaranya adalah: 1. Karakteristik Fisiologis

Karakteristik fisik atau fisiologis tunanetra dapat dikenali dengan melihat dari jenis tunanetra tersebut yaitu dengan melihat ciri-ciri sebagai berikut:

a. Karakteristik buta (totally blind): tidak mampu melihat, kerusakan nyata pada kedua bola mata, mata bergoyang terus, bagian mata

32

(40)

yang hitam berwarna keruh, peradangan hebat pada kedua bola mata dan lain sebagainya.

b. Karakteristik low vision: terlihat tidak menatap lurus kedepan, memicingkan mata atau mengerutkan kening terutama dicahaya terang, mata terlihat putih di tengah mata dan lain sebagainya.

2. Karakteristik kognitif

Menurut Lowenfeld (1948) terdapat tiga hal yang berpengaruh buruk terhadap perkembangan kognitif dengan keterbatasan penglihatan antara lain:

a. Jarak dan beragamnya pengalaman yang dimiliki oleh mereka dengan keterbatasan penglihatan, kemampuan ini terbatas karena mereka mempunyai perasaan tidak sama dengan mereka yang mampu melihat.

b. Kemampuan yang telah diperoleh akan berkurang dan akan berpengaruh terhadap pengalamanya dilingkungan.

c. Mereka dengan keterbatasan penglihatan tidak memiliki kendali yang sama terhadap lingkungan dan diri sendiri.

3. Karakteristik sosial

(41)

pemberian kasih sayang dan pemberian perlakuan yang sama dengan mereka yang normal akan membuat mereka terbuka terhadap permasalahan yang dihadapinya dan menjadi motivator tersendiri untuknya menggapai masa depan.

Hubungan sosial yang pertama terjadi dengan tunanetra adalah hubungan dengan ibu, ayah, anggota keluarga lain yang ada dilingkungan keluarga. Kadang kala ada orang tua dan anggota keluarga yang tidak siap menerima kehadiran tunanetra, sehingga muncul ketegangan atau kegelisahan diantara keluarga. Hal ini sebagai akibat dari keterbatasan rangsangan visual untuk menerima perlakuan orang lain terhadap dirinya.

4. Perkembangan kepribadian

Tunanetra mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadian dengan timbulnya beberapa masalah antara lain:

a. curiga terhadap orang lain: ini diakibatkan dari keterbatasan visual, tunanetra kurang mampu berorientasi dengan lingkungan sehingga kemampuan mobilitaspun akan terganggu.

b. perasaan mudah tersinggung: perasaan mudah tersinggung dapat disebabkan oleh terbatasnya rangsangan visual yang diterima. Pengalaman sehari-hari yang selalu menumbuhkan kecewa menjadikan seorang tunanetra yang emosional.33

33

(42)

C. Shalat Tahajjud

1. Pengertian Shalat Tahajjud

Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat dan salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya. Shalat secara etimologi adalah do’a dan kebahagiaan. Ibadah shalat dinamakan doa dan kebahagiaan karena dalam shalat mengandung doa.34 Selain itu shalat sebagai cara untuk memohon pertolongan Allah SWT.35

Shalat dalam pengertian do’a tercantum dalam al-Qur’an surat At-Taubah ayat 103:

















Artinya: “...Dan mendoalah untuk mereka, Sesungguhnyadoa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”36

Shalat sebagai ciri orang yang bahagia al-Qur’an surat Al-Mu’minun ayat 1-2:



















Artinya: ”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya.”37

34Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah,

Fiqih Wanita (Jakarta Timur, Pustaka Al-Kautsar,

1998), h. 112. 35

Muhammad Muhyidin,Misteri Shalat Tahajjud ( Jogjakarta: DIVA Press, 2011), h. 46.

36

Syaikh Imam Al-Qurthubi,Tafsir AL-Qurthubi,h. 612.

37

(43)

Shalat sebagai cara untuk memohon pertolongan Allah SWT al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 45:





















Artinya: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.”38

Shalat menurut istilah dapat dilihat dari beberapa definisi berikut: “shalat adalah suatu ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan

tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan memberi salam serta mendatangkan rasa takut, menumbuhkan rasa kebesaran dan kekuasaanNya dengan penuh khusyu’ dan ikhlas.39

Menurut para ahli dalam kitab Fiqhul Islami bahwa ibadah shalat mengandung beberapa makna diantaranya yaitu :

1. Taat dan merendahkan diri kepada Allah SWT dengan melaksanakan perintah-perintahNya melalui lisan para RasulNya.

2. Merendahkan diri kepada Allah SWT dengan tingkatan ketundukkan yang paling tinggi disertai dengan rasa muhasabah (kecintaan).

3. Sebutan untuk segala sesuatu yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah SWT baik berupa ucapan atau perbuatan yang lahir maupun batin.40

38

Al-Imam Muhammad ‘Usman Abdullah Al-Mirgani,Mahkota Tafsir(Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2009), h. 38. 39

Sudirman Tebba,Nikmatnya Shalat Jama’ah(Ciputat: Pustaka Irvan, 2008), h. 13.

40

A. Rohman Ritonga dan Zainudin, Al-fiqhu Wal Ibadah(Jakarta: Gaya Media Pratama,

(44)

Tujuan shalat adalah pengakuan hati bahwa Allah SWT sebagai pencipta yang Maha Agung dan pernyataan patuh terhadapNya serta tunduk atas kebesaran dan kemuliaanNya. Tuhan yang Maha Kekal, Maha Abadi, serta apabila dilaksanakan dengan khusyu’ dan ikhlas hubungan dengan Allah SWT akan semakin kukuh dan kuat.41

Tahajjud diambil dari kata kerja tahajjada-yatahajjadu-tahajjudan. Kalau melihat dari kamus bahasa Arab, Al-Munjid misalnya, tahajjada berarti bangun malam lawan tidur malam (dhiddu naama lailan). Al-Mutahajjid artinya orang yang bangun malam untuk menunaikan shalat (tahajjud).42

Shalat Tahajjud ialah shalat sunnah muakad yang sangat dianjurkan, yang paling agung dan paling mulia untuk dikerjakan pada waktu malam hari sampai menjelang adzan subuh, dilaksanakan sesudah larut malam dan sesudah tidur. Shalat tahajjud merupakan salah satu solusi agar kita mendapat kemudahan-kemudahan dan petunjuk dari Allah SWT serta meraih kebahagian di dunia dan di akhirat.43

Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surat Al-Muzammil ayat 1-3:

































41

Moh. Sholeh,Terapi Shalat Tahajjud,h. 129.

42

AN. Ubaedy,Quantum Tahajjud(Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2007), h. 75.

43

(45)

Artinya: “Hai orang yang berselimut, bangunlah untuk sembahyang di malam hari, kecuali sedikit daripadanya, yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.”44

Menurut sebuah riwayat yang dimaksud orang yang berselimut adalah Nabi Muhammad SAW. Pengertian berselimut di sini secara konseptual bisa juga berarti orang yang dirundung masalah, kegelisaan, kecemasan, kekhawatiran, atau bahkan kengerian karena menghadapi berbagai kemungkinan yang akan menimpah diri. Karena ketika itu Rasulullah SAW mendapat wahyu yang berisi perintah untuk melaksanakan sebuah tugas berat, sementara disisi lain Rasulullah SAW harus menghadapi teror dan ancaman pembunuhan dari pembesar Quraisy. Dalam kondisi seperti itu Rasulullah SAW merenung sambil berbaring dengan menyelimuti badannya. Ketika itu datanglah Malaikat Jibril As menyampaikan al-Qur’an surat Al-Muzammil tersebut. Hai orang-orang yang dirundung kesusahan buanglah selimutmu itu dengan cara mengambil air wudhu kemudian shalatlah. Kamu pasti akan mendapatkan kekuatan dan terbebas dari rasa kesedihan dan kekhawatiran itu.45

Penulis mengemukakan bahwa shalat tahajjud adalah suatu ibadah shalat sunah yang dianjurkan untuk dikerjakan, terdiri dari perkataan dan perbuatan yang sudah ditentukan oleh agama, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam yang dikerjakan pada malam hari hingga menjelang shalat subuh dengan pengakuan hati, taat dan merendahkan diri bahwa kita butuh kepada Allah SWT dalam keadaan apapun disertai dengan kecintaan

44

Syaikh Imam Al-Qurthubi,Tafsir AL-Qurthubi,h. 415.

45

(46)

kepadaNya dengan tujuan untuk lebih meringankan rasa kesedihan dan kekhawatiran.

2. Keutamaan Shalat Tahajjud

a. Orang yang shalat tahajjud akan memperoleh macam-macam nikmat yang menyejukkan pandangan mata. Allah SWT berfirman dalam al-Qur’anSurat As-Sadjadah 16-17:





























































Artinya: “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada RabbiNya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa-apa rezki yang kami berikan. Tidak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.”46

b. Tutur kata yang berbobot, mantap, dan berkualitas (qaulan tsaqilan). Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surat Al-Muzammil ayat 5:













Artinya: “Sesungguhnya kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat.”47

46

Allamah kamal Faqih Imami,Tafsir Nurul Qur’an, h. 387.

47

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Al-Jumanatul ‘Ali,

(47)

c. Memperoleh tempat yang terpuji (maqaman mahmuda). Baik di dunia maupun di akhirat. Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 79:





















Artinya: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang

tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu,

mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”48

d. Orang yang mendisiplinkan shalat malam akan masuk keistana surga (ghurfah)dengan kedamaian.49

Hikmah lain yang dapat diperoleh dari mengamalkan shalat tahajjud adalah akan hilang perasaan pesimis, rendah diri, minder, kurang berbobot, dan berganti dengan sikap selalu optimis, penuh percaya diri dan pemberani tanpa disertai sifat sombong dan takabbur.50

48

Allamah kamal Faqih Imami,Tafsir Nurul Qur’an, h. 943.

49

Yusuf Khoththor Muhammad,Mukjizat Shalat Tahajjud, h. 76.

50

(48)

3

GAMBARAN UMUM YAYASAN KHAZANAH KEBAJIKAN

PONDOK CABE ILIR

A. Sejarah Yayasan Khazanah Kebajikan

Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) adalah lembaga sosial keagamaan yang mengasuh dan mendidik anak-anak yatim piatu, yatim, fakir miskin, janda dan manula. Secara khusus, Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) nampak sebuah panti asuhan dan pondok pesantren yang bergerak dibidang sosial, pendidikan dan ekonomi umat. Ciri khas YKK berupa budaya shalat tahajjud, kajian al-Qur’an, penerimaan dan penyaluran zakat, infaq dan shodaqah, pengasuhan kaum lemah dalam asrama dan pendidikan untuk siswa dan mahasiswa berekonomi lemah.

Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) berdiri pada tanggal 5 November 1992 di Pisangan Ciputat Tangerang Banten. Dewan Pendirinya adalah Drs. H. Marzuki Usman, MA., Drs. H. Nadjmuddin Siddiq., Ir. H. Iskandar Ismail dan Hj. Aswarni Usman.Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) didirikan sebagai bentuk kepedulian sosial warga untuk membantu kaum dhuafa dan untuk membendung gerakan misionaris di sekitar Pisangan dan Pondok Cabe Ilir.1 Pengurus YKK pertama kali mengambil dan mengasuh 16 anak yatim dan fakir miskin dari warga sekitar Pisangan dan Pondok Cabe Ilir untuk dididik dan disantuni. Sentral kegiatannya berada di Masjid Al-Araf Bukit Cirendeu. dalam perkembangannya, Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK)

1

(49)

sekarang telah mengasuh 480 anak yatim dan fakir miskin dari berbagai macam daerah di Indonesia. Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) juga telah membina 400 orang jama’ah Lansia dan Dhua’afa serta 150 orang

Tunanetra.2

Disamping itu, Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) sampai saat ini memiliki 8 cabang. Selama ini biaya operasional yang terdiri dari biaya makan sehari-hari, biaya pendidikan, biaya kesehatan, dan keperluan lainnya, Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) mendapat bantuan dari masyarakat umum yang harus dijemput dan diusahakan, di samping ada sebagian kecil yang menjadi donatur tetap. Untuk menangani masalah kesehatan, pada bulan juni 2005, Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) telah memiliki Balai Pengobatan Kesehatan (Klinik Khazanah Kebajikan) yang menangani biaya pengobatan secarah gratis (tanpa dipungut biaya) bagi anak-anak asuh, jama’ah lansia dan dhuafa, serta masyarakattidak mampu lainnya.3

Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) juga memiliki lembaga pendidikan formal dan non formal, baik dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi untuk membantu kaum dhuafa yang ingin mendapatkan pendidikan yang layak. Dengan lembaga pendidikan tersebut, Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) berusaha untuk mengangkat harkat derajat keluarga besarnya dan menjadikan mereka hamba Allah SWT yang kuat iman dan taqwanya, berilmu tinggi, berakhlak mulia, professional dalam bidangnya dan menjadi pemimpin ummat.

2

Wawancara Pribadi dengan Bahtiar, Sekretaris Yayasan Khazanah Kebajikan,Pondok Cabe

Ilir, 7 April 2013. 3

Wawancara Pribadi dengan Bahtiar, Sekretaris Yayasan Khazanah Kebajikan,Pondok Cabe

(50)

Mengingat semakin banyak kaum dhuafa yang memerlukan bantuan, sementara Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) memiliki keterbatasan untuk dapat menerima semua permintaan mereka. Oleh karena itu, Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) berusaha mengetuk hati para dermawan untuk ikut serta mengembangkan Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) dan membantu ummat mendapatkan kehidupan yang layak. Dengan senantiasa berdoa dan beribadah kepada Allah SWT dan usaha yang maksimal.

Kini Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) telah berkembang dan dikenal masyarakat sebagai lembaga sosial keagamaan yang mengasuh anak-anak yatim, fakir miskin, janda, lanjut usia hingga kaum tunanetra dan lembaga yang aktif dalam pengkajian, penghayatan dan pengamalan al-Qur’an serta lembaga yang menyebarluaskan infaq, shadaqah dan cinta kaum

dhuafa.4

Yayasan Khazanah Kebajikan (YKK) yakin akan dapat selalu membantu umat mencapai kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Amien.

B. Visi, Misi, Tujuan dan Program

Berdirinya suatu lembaga, baik itu lembaga formal dan informal, lembaga pendidika

Gambar

Gambaran umum tentang Yayasan Khazanah Kebajikan,

Referensi

Dokumen terkait