Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh:
Sri Wulandari
1080182000005
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEPENDIDIKAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
DALAM PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN DI MTs KHAZANAH KEBAJIKAN PONDOK CABE ILIR PAMULANG. Skripsi. Jurusan Kependidikan Islam. Program Studi Manajemen. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta .
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kinerja kepala sekolah dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di MTs Khzanah kebajikan pondok cabe ilir pamulang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif analisis. Penelitian deskriptif yaitu data yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata-kata atau gambar-gambar dari pada angka-angka. Jenis data yang dikumpulkan berupa data kualitatif yaitu diperoleh melalui pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang relevan. Adapun responden dalam penggalian data pada penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, staf pendidik dan siswa/i. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data yang juga bersifat kualitatif, yakni teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah tercurahkan, sehingga skripsi ini dapat diselaikan.
Dengan penuh rasa syukur, pada akhirnya skripsi ini telah dapat diselesaikan. Penulis sangat menyadari bahwa hasil penelitian dari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun alhamdulillah berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari banyak pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan kendala-kendala yang ada.
Dengan ketulusan hati, dalam kesempatan ini melalui skripsi penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, MA., Ph. D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta segenap jajarannya.
2. Bapak Drs. Rusydy Zakaria, M. Ed., M. Phil., Ketua Jurusan
Kependidikan Islam.
3. Bapak Drs. Mu’arif SAM, M. Pd., Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan.
4. Bapak H. Masyhuri, MA. Pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan waktu, arahan, bimbingan, nasehat, motivasi, ilmu, kritik serta saran yang sangat berarti bagi penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang slama ini
banyak membimbing penulis selama belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak H. Suardin Sos. Para guru, staf dan siswa/i MTs Khazanah
sayang serta do’a yang tak pernah putus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Tubagus Ahmad Deden Syafe’i, ST. Suamiku tercinta, rasa bangga dan
terimakasih atas dukungan yang dengan setia dan penuh kesabaran memberikan semangat, motivasi serta dukungan moril dan materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh cinta dan kasih.
9. Tubagus Muhammad Dzaky Zahran Abgary Quartillah, Anakku
tersayang, dengan kehadirannya senantiasa membangkitkan semangat dan senantiasa menjadi inspirasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Rekan-rekan sahabat seperjuangan KI-MP angkatan 2008 dan seluruh
pihak yang terlibat dalam penyelesaian skrpsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Kenangan dan kebersamaan kita tidak akan pernah terlupakan.
Demikianlah semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan kebajikannya. Sebagai penutup, semoga skripsi bermanfaat khususnya bagi penullis dan pembaca umumnya.
Jakarta, 20 Mei 2013
iv
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi Lembar Pengesahan Panitia Ujian Skripsi Lembar Pernyataan
Abstrak ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah ... 4
2. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4
3. Perumusan Masalah ... 4
C. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR ... 6
A.Kajian Teori ... 6
1. Konsep Kinerja ... 6
a. Hakikat Kinerja ... 6
b. Indikator Kinerja ………..…….. 8
c. System Penilaian Kinerja ... 10
d. Tujuan Penilaian Kinerja dan Pengukuran Kinerja ... 11
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 12
f. Mengelola Kinerja yang Efektif ... 13
2. Kinerja Kepala Sekolah ... 14
a. Definisi Kepala Sekolah ... 14
b. Peranan Kepala Sekolah Sebagai Manajer ... 15
c. Lima Kemampuan yang Harus dimiliki PemimpinPendidikan .... 17
2. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ...…..…….. 26
a. Pengertian Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 26
b. Fungsi-fungsi Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan... 27
a) Fungsi Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 29
b) Fungsi Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 33
c) Fungsi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 34
d) Fungsi Penyimpanan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 35
e) Fungsi Pengawasan Sarana dan Prasarana Pendidikan... 35
3. Kerangka Berpikir ... 37
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 40
A. Tujuan Penelitian ... 40
B. Tempat Penelitian ... 40
C. Desain dan Jenis Penelitian ... 40
D. Fokus Penelitian ... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ... 41
F. Instrumen Penelitian ... 42
G. Teknik Analisis Data ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46
A. Profil Madrasah Tsanawiyah Khazanah Kebajikan ... 46
1. Sejarah singkat ... 46
2. Identitas Sekolah ...47
3. Visi, Misi, Motto dan Tujuan ...48
4. Struktur Organisasi MTs Khazanah Kebajikan ... 49
5. Dewan Guru dan Karyawan ... 50
6. Keadaan Siswa/siswi ... 53
7. Sarana dan Prasarana (Fasilitas pendidikan di MTs Khazanah Kebajikan) ... 54
vi
1. Kinerja kepala sekolah dalam perencanaan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan ... 56
2. Kinerja kepala sekolah dalam pengadaan sarana dan prasarana pendidikan ... 60
3. Kinerja kepala sekolah dalam pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan ... 64
4. Kinerja kepala sekolah dalam penyimpanan sarana dan prasarana pendidikan ... 71
5. Kinerja kepala sekolah dalam pengawasan sarana dan prasarana pendidikan ... 74
BAB V PENUTUP ... 80
A. Kesimpulan ... 80
B. Saran ... 81
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan pendidikan nasional harus menjamin pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan ditengah perubahan global agar warga Indonesia menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cerdas, produktif, dan berdaya saing tinggi dalam
pergaulan nasional maupun internasional.1
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting didalam menjamin perkembangan dan kualitas kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi tolok ukur kemajuan suatu bangsa dan menjadi cermin kemajuan bagi masyarakat. Dengan demikian, pendidikan menempati posisi kunci bagi kemajuan suatu bangsa. Semakin baik kualitas pendidikan, maka semakin baik pula kualitas bangsa itu sendiri, dan itu juga yang diinginkan bagi pendidikan di Indonesia sebagai Negara berkembang.
Pelaksanaan pembelajaran dalam pendidikan nasional berpusat pada peserta didik agar dapat : (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) Belajar untuk memahami dan menghayati, (c) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara
1
2
efektif, (d) Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, (e) dan belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Untuk menjamin terwujudnya hal tersebut diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai. Standar sarana dan prasarana harus memenuhi ketentuan minimum yang ditetapkan dalam standar sarana dan prasarana.
Standar sarana dan prasarana ini disusun untuk lingkup pendidikan formal, jenis pendidikan umum, jenjang pendidikan dasar dan menengah yaitu : Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), sekolah menengah pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan sekolah menengah atas Madrasah Aliyah (SMA/MA) . Standar sarana dan prasarana ini mencakup:
1. Kriteria minimum sarana yang terdiri dari perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah;
2. Kriteria minimum prasarana yang terdiri dari lahan, bangunan,
ruang-ruang, dan instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh
setiap sekolah/madrasah.2
Masyarakat cenderung menjadikan ketersediaan dan perlengkapan sarana prasarana sebagai sebuah ukuran kualitas instansi pendidikan. Oleh karena itu sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu point penting dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Apabila sekolah tidak memperhatikan masalah sarana prasarana pendidikan, maka peserta didik tidak semangat untuk belajar dengan sungguh-sungguh, yang pada akhirnya mengakibatkan prestasi siswa menjadi rendah. Oleh karena itu dengan adanya sarana dan prasarana pendidikan dapat mempermudah bagi semua elemen pendidikan dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah, selain itu juga sebagai alat atau media pembelajaran dalam
2
pencapaian tujuan pendidikan. Hal ini menjadi sangat penting untuk diperhatikan dalam upaya pemenuhan kualitas pada keberhasilan sekolah.
Secara umum, sarana dan prasarana disetiap sekolah saat ini sudah memenuhi standar pendidikan, adanya perabot, alat media pembelajaran, gedung dan ruangan yang dapat menunjang sistem belajar mengajar disekolah. Namun kondisi sarana dan prasarana di MTs Khazanah kebajikan pondok cabe ilir pamulang pada saat ini masih kurang optimal, karena di MTs ini masih kurangnya ketersediaan ruangan untuk laboratorium komputer, dengan adanya kondisi ini akhirnya setiap siswa/i MTs yang akan praktek belajar komputer, menggunakan laboratorium dengan cara menumpang dengan laboratorium komputer milik yayasan, yang terletak di gedung jenjang pendidikan Madrasah Aliyah khazanah kebajikan, selain itu juga dalam sistem pengelolaan inventaris barang dan alat-alat media pembelajaran sampai saat ini belum berjalan secara berkesinambungan, dikarenakan belum adanya staf khusus dalam bidang inventaris sarana dan prasarana pendidikan, hal ini tentunya menjadi kendala dalam pengelolaan sarana dan prasana pendidikan di MTs Khazanah kebajikan pondk cabe ilir pamulang.
Peran kepala sekolah dalam pengelolaan sarana dan prasarana mulai dari perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, penyimpanan dan pengawasan sangat menunjang dalam proses pembelajaran. Jika pegelolaan tersebut dilakukan dengan baik dan berkesinambungan, tentunya proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik. oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan kemajuan dan keberhasilan sekolah. Dengan demikian kepala sekolah berkewajiban untuk berusaha seoptimal mungkin untuk meningkatkan pendayagunaan dan pengelolaan sarana prasarana pendidikan di MTs Khazanah kebajikan pondok cabe ilir pamulang.
4
mengungkapkan penelitian ini dengan judul : “Kinerja Kepala Sekolah
Dalam Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Di MTs Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir-Pamulang”.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
a. Kurang optimalnya peran dan fungsi kepala sekolah dalam
pendayagunaan dan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan;
b. Kurang tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang
berstandar;
c. Kurangnya keterampilan kepala sekolah dalam perencanaan,
pengadaan, pemeliharaan, penyimpanan, dan pengawasan sarana dan prasarana sekolah.
2. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan penulisan skripsi ini tidak meluas dan lebih fokus maka penulis membatasi permasalahan pada: Bagaimana kinerja kepala sekolah dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di MTs Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir-Pamulang.
3. Perumusan Masalah
Agar penulisan skripsi ini lebih terarah berdasarkan pembahasan masalah diatas, maka penulis merumusakan masalah penelitian sebagai berikut:
Bagaimana Kinerja kepala sekolah dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di MTs Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir-Pamulang.
4. Tujuan Penelitian
C. Manfaat Penelitian
1. Secara akademik, penelitian ini dapat menambah wawasan penulis
dan masyarakat sekolah atau guru tentang kinerja kepala sekolah dalam Pengelolaan Sarana dan Prasarana pendidikan di sekolah, khususnya menjadi acuan perbaikan kearah yang lebih baik di MTs Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir-Pamulang selain itu, penelitian ini sebagai persyaratan dalam meyelesaikan proses perkuliahan Stara 1 (S1).
2. Secara Praktis, hasil penelitaian ini dapat menambah perbendaharaan
kepustakaan bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya mengenai kinerja kepala sekolah dalam Pengelolaan Sarana dan Prasarana pendidikan
3. Secara pragmatis, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi
6 BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN KERANGKA BERFIKIR
A. KAJIAN TEORI 1. Konsep Kinerja
a. Hakikat Kinerja
Banyak batasan yang diberikan oleh para ahli mengenai istilah kinerja, walaupun berbeda dalam perumusannya namun secara prinsip tampaknya sejalan atau sama. Menurut Frista Artmanda W, dalam kamus lengkap bahasa Indonesia mengemukakan bahwa kinerja adalah: “Sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja seseorang”.1
Menurut Wibowo “Kinerja berasal dari pengertian performance”.
Adapula yang memberikan pengertian “performance” sebagai hasil kerja
atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung.
Selanjutnya Wibowo mengatakan kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang
1
Frista Artmanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas
dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan
dan bagaimana cara mengerjakannya.2
Sedangkan menurut E. Mulyasa mengatakan kinerja atau performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja,
pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja.3
Rivai merumuskan kinerja adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan masukan untuk keputusan penting, seperti promosi, transfer,
dan pemutusan hubungan kerja.4
Sedangkan menurut Yaslis Ilyas kinerja adalah proses menilai hasil karya personel dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Pada hakikatnya, penilalian kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kerja personal dengan membandingkannya dengan standar baku
penampilan.5
Menurut Wahjo Sumidjo dalam bukunya “Kepemimpinan Kepala
Sekolah Tinjauan Teoristik dan Permasalahannya”, merumuskan pengertian kinerja kepemimpinan kepala sekolah adalah prestasi atau sumbangan yang akan diberikan oleh kepemimpinan seorang kepala sekolah, baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang terukur dalam rangka membantu
tercapainya tujuan kelompok dalam suatu unit kerja.6
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja dapat diartikan sebagai kemauan dan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan pekerjaan sehingga terlihat prestasi pekerjaannya, dalam usaha penerapan konsep, gagasan, ide dengan efektif dan efisien sehingga
2
Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta : Raha Grafindo Persada, 2007), h. 7 3
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Yang Profesional, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), Cet Ke-8, h.136 4
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), Cet Ke-2. h.426 5
Yasis Ilyas, Kinerja: Teori, Penilaian, dan Penelitian, (Depok, Pusat Kajian
Ekonomi Kesehatan,2002), Cet. 3, h.87 6
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoristik Dan
8
tercapai tujuan yang ditetapkan oleh organisasi atau lembaga. Tetapi kemampuan ini bukan hanya pada kemampuan mengelola, tetapi memimpin dan mengaplikasikan semua kemampuan yang ada dalam dirinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama dalam suatu unit lembaga.
Dengan demikian dapat dirumuskan kinerja kepala sekolah berarti prestasi atau kontribusi yang diberikan oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab serta fungsinya sebagai pemimpin dan mengatur penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
b. Indikator Kinerja
Indikator kinerja dipakai untuk aktivitas yang hanya dapat ditetapkan secara lebih kualitatif atas dasar perilaku yang dapat diamati. Indikator kinerja juga menganjurkan sudut pandang prospektif (harapan kedepan) dari pada retrospektif (melihat kebelakang). Menurut Wibowo
terdapat tujuh indikator kinerja, 7 yaitu:
1) Tujuan, merupakan keadaan yang berbeda yang secara aktif dicari oleh seorang individu atau organisasi untuk di capai. Tujuan merupakan suatu keadaan yang lebih baik yang ingin dicapai dimasa yang akan datang. Dengan demikian tujuan menunjukkan arah kemana kinerja harus dilakukan. Atas dasar arah tersebut dilakukan kinerja untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan diperlukan kinerja individu, kelompok, dan organisasi. Kinerja individu maupun organisasi berhasil apabila dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
2) Standar, mempunyai arti penting karena memberitahukan kapan suatu tujuan dapat diselesaikan. Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Tanpa standar, tidak dapat diketahui kapan suatu tujan tercapai. Standar menjawab pertanyaan tentang kapan kita tahu bahwa kita sukses atau gagal. Kinerja seseorang dapat dikatakan
7
berhasil apabila mampu mencapai standar yang ditentukan atau disepakati bersama antara atasan dan bawahan.
3) Umpan balik, merupakan masukan yang dipergunakan untuk mengukur kemajuan kinerja, standar kinerja, dan pencapaian tujuan. Dengan umpan balik dilakukan evaluasi terhadap kinerja dan sebagai hasilnya dapat dilakukan perbaikan kinerja.
4) Alat atau sarana, merupakan sumber daya yang dapat dipergunakan untuk membantu menyelesaikan tujuan dengan sukses. Alat atau sarana merupakan faktor penunjang untuk pencapaian tujuan. Tanpa alat atau sarana, tugas pekerjaan spesifik tidak dapat dilakukan dan tujuan tidak dapat diselesaikan sebagaimana seharusnya.
5) Kompetensi, merupakan persayaratan utama dalam kinerja. Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik. Kompetensi memungkinkan seseorang mewujudkan tugas yang berkaitan dengan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
6) Motif, merupakan alasan atau pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Manajer mefasilitasi motivasi kepada karyawan dengan intensif berupa uang, memberikan pengakuan, menetapkan tujuan menantang, menetapkan standar terjangkau, meminta umpan balik, memberikan kebebasan melakukan pekerjaan termasuk waktu melakukan pekerjaan, menyediakan sumber daya yang diperlukan dan menghapuskan tindakan yang mengakibatkan tidak intensif.
10
berprestasi, yaitu ketersediaan waktu dan kemampuan untuk
memenuhi syarat. 8
c. System Penilaian Kinerja
Menurut Ilyas Penilaian kinerja adalah “proses menilai hasil karya personel dalam suatu organisasi, biasanya menggunakan instrumen penilaian kinerja”. Melalui penilaian ini kita dapat mengetahui apakah pekerjaan itu sudah sesuai atau belum dengan uraian pekerjaan yang telah disusun sebelumnya. Dengan melakukan penilaian demikian, seorang pemimpin akan menggunakan uraian pekerjaan sebagai tolok ukur. Bila pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan atau melebihi uraian pekerjaan, berarti pekerjaan itu berhasil dilaksanakan dengan baik. Bila di bawah dari uraian
pekerjaan, maka berarti pelaksanaan pekerjaan tersebut kurang.9
Penilaian kinerja biasanya dilaksanakan sekali setahun. Cara penilaiannya adalah dengan membandingkan antara hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan itu dengan uraian pekerjaan, atau dengan pekerjaan sejenis lainnya yang telah dilaksanakan oleh personel lainnya dalam jangka waktu satu tahun.
Sedangkan Rahman Shaleh dan Faela Nisa10 mengatakan penilaian
kinerja dalam rangka pengembangan organisasi dan sumber daya manusia sangat penting artinya. Hal ini mengingat bahwa asumsi setiap orang berkeinginan untuk mendapatkan penghargaan dan perlakuan adil.
Penilaian kinerja dapat dijabarkan dalam tujuh hal sebagai berikut: 1) Peningkatan prestasi kerja, 2) kesempatan kerja yang adil, 3) kebutuhan pelatihan pengembangan, 4) penyesuaian kompensasi, 5) keputusan promosi dan demosi, 6) kesalahan desain pekerjaan, 7) penyimpagan proses rekruitmen dan seleksi. Prosesnya dimulai dari penilaian baik oleh kepala sekolah ataupun karyawan memperoleh umpan balik dan dapat
Abdul Rahman Shaleh dan Yunita Faela Nisa, Psikologi Dan Industri,
memperbaiki pelaksanaan pekerjaan dan tugas mereka, menjamin setiap karyawan akan memperoleh kesempatan yang adil dalam menempati posisi pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, memungkinkan adanya program pelatihan yang relevan bagi peningkatan kemampuan mereka, menentukan pemberian kompensasi, gaji, bonus, mengambil keputusan untuk mempromosikan karyawan yang kinerjanya tidak bagus, untuk menilai disain kerja dengan memberikan input data, dan untuk menilai
proses rekruitmen dan seleksi karyawan yang telah lalu.11
d. Tujuan Penilaian Kinerja dan Pengukuran Kinerja
Menurut Yasis Ilyas12 penilaian kinerja pada dasarnya mempunyai
dua tujuan utama yaitu:
1) Penilaian kemampuan personel
Merupakan tujuan yang mendasar dalam rangka penilaian personel secara individual, yang dapat digunakan sebagai informasi untuk penilaian efektifitas manajemen sumber daya manusia.
2) Pengembangan personel
Sebagai informasi untuk pengambilan keputusan untuk pengembangan personel seperti : Promosi, mutasi, rotasi, terminasi, dan penyesuaian kompensasi.
Secara spesifik penilalian kinerja bertujuan antara lain untuk:
a) Mengenali SDM yang perlu dilakukan pembinaan
b) Menentukan kriteria tingkat pemberian kompensasi
c) Memperbaiki kualitas pelaksanaan pekerjaan
d) Bahan perencanaan manajemen program SDM masa datang
e) Memperoleh umpan balik atas hasil prestasi personel
11
Ibid., h. 59-58 12
12
Sedangkan menurut Wibowo13 pengukuran terhadap kinerja perlu
dilakukan untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat deviasi dari rencana yang telah ditentukan, atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang ditentukan, atau apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Pengukuran kinerja yang tepat dapat dilakukan dengan cara:
a) Memastikan bahwa persyaratan yang diinginkan pelanggan telah
terpenuhi;
b) Mengusahakan standar kinerja untuk menciptakan perbandingan;
c) Mengusahakan jarak bagi orang untuk memonitor tingkat kinerja;
d) Menetapkan arti penting masalah kualitas dan menentukan apa yang
perlu prioritas perhatian;
e) Menghindari konsekuensi dan rendahnya kualitas;
f) Mempertimbangkan penggunaan sumber daya;
g) Mengusahakan umpan balik untuk mendorong usaha perbaikan.
Oleh karena itu, orang yang melakukan pengukuran kinerja perlu memenuhi persayaratan di antaranya: (1) dalam posisi mengamati perilaku dan kinerja yang menjadi kepentingan individu; (2) mampu memahami tentang dimensi atau gambaran kinerja; (3) mempunyai pemahaman tentang format skala dan instrumennya; dan (4) harus termotivasi untuk melakukan
pekerjaan rating secara sadar.14
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Menurut Kolb, et al (1984), kerja terbentuk dan meliputi beberapa hal seperti : norma kelompok kerja yang terpusat pada produktivitas, tingkah laku anggota kelompok, kualitas hubungan antar pekerja, manajemen, cara kerja yang direncanakan dan kualitas alat dan bahan dalam pekerjaan. Ada dua faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yaitu:
13
Wibowo, op. cit., h.319-320 14
Internal yaitu dari dalam individu sendiri berupa: minat, motivasi, tingkah laku, sikap dan kesehatan pekerja. Faktor ini dapat disebut faktor-faktor kepribadian.
Eksternal yaitu dari luar individu seperti pekerjaan itu sendiri, kebijakan, peraturan manajemen, gaji, hubungan atasan dengan bawahan, lingkungan kerjanya, kesempatan, dan peralatan yang digunakan selama
bekerja.15
f. Mengelola kinerja yang efektif
Menurut Cullen dan Innocenzo ada enam tugas khusus kepala sekolah sebagai pembimbing dan pengelolaan kinerja efektif, yaitu memunculkan kredibilitas, mengatur dan mengemukakan tujuan dan harapan, menyusun rencana agar berhasil, memunculkan kinerja diri dan mempermudah pekerjaan memberi contoh, dan memotivasi, membangun
moral serta melakukan hubungan interpersonal.16
Kepala sekolah yang profesional akan memberi dampak positif dan perubahan yang mendasar dalam pembaharuan sistem pendidikan di sekolah. Dampak tersebut antara lain terhadap efektifitas pendidikan, kepemimpinan sekolah yang kuat, pengelolaan tenaga pendidikan yang efektif, dan pendayagunaan sarana prasarana pendidikan.
Kepemimpinan efektif berkaitan dengan masalah kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Perilaku kepemimpinan yang positif dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerja sama dalam kelompok dalam rangka mewujudkan tujuan
15
Abdul Rahman Shaleh, op. cit., h. 60-61
16Jack Cullen dan Len D’Innocenzo,
Memaksimalkan Kinerja, Terjemah Andi,
14
lembaga pendidikan. Salah satu tugas utama yang diemban oleh seorang kepala sekolah adalah memimpin jalannya proses belajar mengajar di sekolah menuju pencapaian hasil belajar yang maksimal. Sebagai pemimpin pembelajaran, kepala sekolah bertanggung jawab atas prestasi atau hasil belajar siswa di sekolah yang dipimpinnya. Dalam kajian mengenai sekolah yang efektif, tanggung jawab langsung untuk memajukan dan meningkatkan
pengajaran dan pembelajaran di sekolah terletak di tangan kepala sekolah.17
2. Kinerja kepala sekolah
a. Definisi Kepala Sekolah
Menurut Wahjosumidjo bahwa ada dua kata kunci untuk memahami
definisi kepala sekolah, kedua kata tersebut adalah „kepala’ dan „sekolah’.
Kata „kepala’ dapat diartikan „ketua’ atau „pemimpin’ dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang „sekolah’ adalah sebuah lembaga
dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.18
Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi
pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.19
Kepala sekolah sebagai pemimpin formal, harus bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan kearah peningkatan belajar peserta didik. Untuk itu, kepala sekolah bertugas melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, baik yang berhubungan dengan pencapaian tujuan
17
Sulistyorini, Peranan Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin
Pembelajaran,Ta’allum Jurnal Pendidikan Islam, 19, 2009, h. 48. 18
Wahjosumidjo, op. cit., h.83 19
pendidikan, maupun penciptaan iklim sekolah yang kondusif bagi terlaksananya proses pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien. Dalam hal ini strategi kepemimpinan yang dilaksanakan menjadi sangat penting, karena laju perkembangan kegiatan atau program pendidikan yang ada pada setiap sekolah ditentukan oleh arahan, bimbingan serta visi yang ingin dicapai sekolah.
b. Peranan Kepala Sekolah sebagai Manajer
Menurut Wahjosumidjo terdapat delapan peranan kepala sekolah
sebagai manajer20, yaitu:
1) Kepala Sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain (work
with and through other people)
Pengertian orang lain tidak hanya para guru, staf, dan siswa dan orang tua siswa, melainkan termasuk atasan kepala sekolah, para sekolah lain serta pihak-pihak yang perlu berhubungan dan bekerja sama. Dalam fungsi ini kepala sekolah berperilaku sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah (as channels of communication within the organization).
2) Kepala Sekolah bertanggung jawab dan mempertanggung
jawabkan (responsciable and accountable)
Keberhasilan dan kegagalan bawahan adalah suatu pencerminan langsung keberhasilan atau kegagalan seorang pemimpin. Dengan demikian kepala sekolah bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakuakn oleh para guru, siswa, staf dan orangtua siswa tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab kepala sekolah.
3) Dengan waktu dan sumberdaya yang terbatas seorang kepala
sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan. Dengan segala keterbatasan, seorang kepala sekolah harus dapat
20
16
mengatur pemberian tugas secara tepat. Bahkan ada kalanya kepala sekolah harus dapat menentukan suatu priorotas bilamana terjadi konflik antara kepentingan bawahan dengan kepentingan sekolah.
4) Kepala sekolah harus berfikir secara analistik dan konsepsional
(must think analytically and conceptionally). Fungsi ini berarti menuntut setiap kepala sekolah harus dapat memecahkan persoalan melalui suatu analisis, kemudian menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang feasible. Demikian pula dengan kepala sekolah harus mampu melihat setiap tugas sebagai satu keseluruhan yang saling berkaitan. Memandang persoalan yang timbul sebagai bagian yang tak terpisahkan dari satu keseluruhan.
5) Kepala sekolah sebagai juru penengah (mediators). Dalam
lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi, didalamnya terdiri manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda; perangai, keinginan, pendidikan, latar belakang kehidupan sosial. Sehingga tak terhindarkan tumbuh pertentangan atau konflik satu dengan yang lain. Untuk itu kepala sekolah harus turun tangan sebagai pelerai atau penengah.
6) Kepala sekolah sebagai politisi( polticians)
Sebagai seorang politisi, berarti kepala sekolah harus selalu
berusaha untuk meningkatkan tujuan organisasi serta
mengembangkan program jauh ke depan. Untuk itu sebagai seorang politisi kepada sekolah harus dapat membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan
kesepakatan (compromise).
7) Kepala sekolah adalah seorang diplomat
8) Kepala sekolah berfungsi sebagai pengambil keputusan yang sulit
( make difficult decisions)
Tidak ada satu organisasi pun yang berjalan mulus tanpa problem. Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput dari persoalan, kesulitan dana, persoalan pegawai, perbedaan pendapat terhadap kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh kepala sekolah. Apabila terjadi kesulitan-kesulitan seperti tersebut diatas, kepala sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang dapat menyelesaikan persoalan yang sulit tersebut.
c. Lima Kemampuan yang Harus dimiliki Pemimpin Pendidikan
Menurut Soekarto Indrafachrudi dalam melaksanakan
kepemimipinan, hendaknya pemimpin dituntut memiliki kemahiran dan keterampilan dalam mengelola lembaga pendidikan yang di jalaninya, keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah:
a) Keterampilan memimpin
Dalam hal ini tentunya seorang pemimpin harus mampu menciptakan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan, membentuk dan membina moral yang tinggi bagi bawahannya, serta dapat menentukan tujuan dan rencana pekerjaan bersama anggota kelompok, dan juga dapat memberi dorongan semangat dan keberanian kepada anggota kelompok dalam memikl tanggung jawab bersama dalam pendidikan, serta dapat memperlihatkan kebijaksanaan dan memperbesar kreativitas anggota kelompok.
b) Keterampilan menjalin hubungan kerja dengan sesama manusia
18
hendaklah ia harus mengadakan hubungan yang baik, terutama dengan dirinya sendiri, dalam hal ini tentunya seorang pemimpin pendidikan harus mahir dan cakap dalam berbagai hal, yaitu menanamkan dan memupuk sifat harga menghargai, percayai, hormat menghormati, indah mengindahkan, maaf dan memafkan serta saling bantu membantu kepada anggota kelompok, serta mampu menempatkan dirinya pada posisi yang
sesungguhnya.21
c) Keterampilan menguasai kelompok
Menurut Edward Sallis, Pemimpin memiliki peran yang sangat penting dalam memandu guru dan para administrator untuk
bekerja sama dalam satu kelompok tim.22 Seorang pemimpin
harus mampu menolong guru dalam mengembangkan sikap dan
kariernya, hal ini merupakan langkah pertama menuju group
self-discipline. Pemimpin harus rajin mengadakan pertemuan dengan stafnya untuk merumuskan tujuan yang diharapkan sesuai dengan kemampuan anggota, untuk itu pemimpin harus mahir dan cakap dalam hal mengenal dan mengetahui kekuatan, kelemahan, dankekurangan stafnya.
d) Keterampilan mengelola administrasi personalia
Kepala sekolah harus berusaha mempertinggi mutu pekerjaan guru. Ia juga harus mencoba menempatkan guru dalam posisi yang tepat sehingga mereka merasa senang dan potensi yang ada pada diri mereka dapat dimanfaatkan dengan baik.
e) Keterampilan memberikan penilaian
21
Soekarto Indrafachrudi, Bagaimana Memimpin Sekolah yang Efektif, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2006), h. 25-28
22
Kepala sekolah harus mampu mengevaluasi dan dapat memperbaiki situasi belajar mengajar disekolah, dengan membantu guru-guru dalam menilai pekerjaannya, sehingga guru-guru akan mengetahui kekauatan atau kelebihannya disamping kekurangannya. Sehingga mereka dapat memperbaiki kinerjanya dalam belajar mengajar disekolah. Evaluasi itu juga penting bagi kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan supaya mutu pekerjaan dapat diperbaiki dan dipertinggi. Seorang pemimpin melakukannya dengan cara self evaluation, atau dapat juga meminta bantuan dari pihak guru. Ia juga akan
dinilai oleh atasannya, orang tua murid, dan masyarakat.23
d. Kepala Sekolah sebagai Pejabat Formal
Kepala sekolah pada hakikatnya adalah pejabat formal, sebab pengangkatannya melalui suatu proses dan prosedur yang didasarkan atas peraturan yang berlaku. Pemimpin formal dapat diuraikan melalui berbagai pendekatan yaitu;
1) Pengangkatan, dalam rangka pengangkatan seorang kepala sekolah
harus didasarkan atas prosedur dan peraturan-peraturan yang berlaku. Prosedur dan peraturan-peraturan yang berlaku dirancang dan ditentukan oleh suatu unit yang bertanggung jawab dalam bidang sumber daya manusia.
2) Pembinaan, dalam rangka membinaankepada kepala sekolah
selaku pejabat formal yaitu;
a) diberikan gaji serta penghasilan dan pendapatan lain sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
b) memperoleh kedudukan dalam jenjang kepangkatan tertentu;
c) memperoleh hak kenaikan gaji atau kenaikan pangkat;
d) memperoleh kesempatan untuk menduduki jabatan yang lebih
tinggi;
23
20
e) memperoleh kesempatan untuk pengembangan diri;
f) memperoleh penghargaan yang lain atau fasilitas;
g) dapat diberi teguran/peringatan oleh atasannya karena sikap,
perbuatan serta perilakunya yang dirasakan dapat mengganggu tugas dan tanggung jawab sebagai kepala sekolah.
h) dapat dimutasikan atau diberhentikan dari jabatan kepala
sekolah karena hal-hal tertentu.
3) Tugas dan Tanggung Jawab
Sebagai seorang pejabat formal, kepala sekolah mempunyai tugas tanggung jawab terhadap atasan, terhadap sesama rekan kepala sekolah atau lingkungan terkait, dan kepada bawahan.
a) Kepada Atasan
Seorang kepala sekolah mempunyai atasan, yaitu atasan langsung dan atasan yang lebih tinggi. Karena kedudukannya yang terkait kepada atasan/sebagai bawahan, maka seorang kepala sekolah wajib loyal dan melaksanakan apa yang digariskan oleh atasan, wajib berkonsultasi atau memberikan laporan mengenai pelaksanaan tugas yang menjadi taggung jawabanya,wajib memelihara hubungan yang bersifat hirarki antara kepala sekolah dan atasan.
b) Kepada sesama rekan kepala sekolah atau instansi terkait,
dalam hal ini tentunya kepala sekolah wajib memelihara kerja sama yang baik dengan para kepala sekolah yang lain, dan wajib memelihara hubungan kerja sama yang sebaik-baiknya dengan lingkungan baik dengan instansi terkait maupun tokoh-tokoh masyarakat dan BP3.
c) Kepada bawahan, kepala sekolah berkewajiban menciptakan
hubungan yang sebaik-baiknya dengan para guru, staf dan
siswa, sebab esensi kepemimpinan adalah kepengikutan.24
24
e. Kepala Sekolah sebagai Pendidik
Kepala sekolah sebagai seorang pendidik harus mampu menanamkan, memajukan dan meningkatkan paling tidak empat macam nilai, yaitu: mental, moral, fisik dan artistik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh setiap kepala sekolah terhadap peranannya sebagai pendidik, mencakup dua hal pokok, yaitu sasaran atau kepada siapa perilaku sebagai pendidik itu diarahkan, dan bagaimana peranan sebagai pendidik itu dilaksanakan. Dalam hal ini terdapat tiga kelompok sasaran utama, yaitu para guru atau tenaga fungsional yang lain, tenaga administratif (staf) dan kelompok para siswa atau peserta didik. Ketiga sasaran tersebut berupa manusia yang memiliki unsur kejiwaan dan fisik yang berbeda-beda antara antara manusia yang satu dengan yang lain.
Disamping ketiga sasaran utama pelaksanaan peranan kepala sekolah sebagai pendidik, terdapat pula kelompok sasaran lain, yang tidak kalah pentingnya kontribusi mereka terhadap pembinaan kehidupan sekolah, yaitu organisasi orangtua siswa, organisasi siswa, dan organisasi para guru.
Keberhasilan ketiga organisasi tersebut dalam mewujudkan fungsinya tentu saja tidak dapat dilepaskan dari peranan kepala sekolah, khususnya peranan kepala sekolah sebagai pendidik. Sikap mental, moral, kondisi fisik yang sehat dan energik, serta apresiasi dan persuasi positif terhadapa berbagai kresi seni. Kepala sekolah sangat berperan dan menjadi sumber motivasi yang kuat tehadap keberhasilan ketiga organisasi
tersebut.25
B.Hakikat Sarana dan Prasarana Pendidikan 1. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana pendidikan adalah semua peralatan serta perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan disekolah. Contoh: gedung
sekolah, ruangan, meja, kursi, alat peraga dan lain-lain.26
25
Wahjosumidjo, op. cit., h. 122 26
22
Menurut Tholib Kasan sarana pendidikan adalah alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya: ruang, buku, perpustakaan,
laboratorium dan sebagainya.27
Menurut E. Mulyasa sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas,
meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.28
Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan. Pada
Undang-Undang No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan: “
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Nawawi (1987) mengklasifikasikan sarana pendidikan menjadi beberapa macam yaitu dari sudut: (a) Habis tidaknya dipakai, (b) Bergerak tidaknya pada saat digunakan, dan (c) hubungannya dengan proses belajar
mengajar29
a) Ditinjau dari habis tidaknya dipakai.
Apabila dilihat dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana pendidikan, yaitu: sarana pendidikan yang habis dipakai dan sarana pendidikan tahan lama.
(1). Sarana pendidikan yang habis pakai.
Sarana pendidikan yang habis pakai adalah segala bahan atau alat yang apabila digunaka bisa habis dalam waktu yang relative singkat. Sebagai
27
Tholib Kasan, Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Studia Press, 2000),
h. 91 28
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 49
29
contoh kapur tulis yang biasa digunakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran.
(2). Sarana pendidikan yang tahan lama
Sarana pendidikan yang tahan lama adalah keseluruhan bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus-menerus dalam waktu yang relative lama. Sebagai contohnya adalah bangku sekolah
b) Ditinjau dari bergerak tidaknya
(1). Sarana pendidikan yang bergerak
Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindahkan sesuai dengan kebutuhan pemakainya, sebagai contoh adalah lemari sekolah
(2). Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak
Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak adalah sarana pendidikan yang tidak bisa atau relative sangat sulit untuk digerakan atau dipindahkan. Sebagai contoh adalah sekolah yang memiliki saluran Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) maka semua peralatan yang berkaitan dengan itu, seperti pipanya, relative atau tidak bisa dengan mudah dipindahkan.
c) Ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar
(1) Sarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses
belajar mengajar. Contohnya seperti kapur tulis.
(2) Sarana pendidikan yang tidak langsung digunakan dalam proses belajar
mengajar. Contohnya, lemari arsip dikantor sekolah.
Adapun yang dimaksud dengan sarana pendidikan didalam sistem penyelenggaraan pendidikan adalah himpunan sarana yang diperlukan untuk menjalankan proses pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Himpunan sarana ini dikelompokkan dalam:
24
2. Sarana fisik
3. Sarana Administrasi, dan
4. Waktu30
Sebagai sarana akademik, tenaga pengajar merupakan sarana yang perlu mendapat perhatian. Karena sifat manusiawinya, maka sarana ini harus dikelola secara manusiawi pula. Tenaga pengajar merupakan sarana yang mahal, investasinya lama, kerusakannya mudah. Seorang tenaga akademik yang karena sebab kecil kehilangan motivasi dapat dikatakan tidak berfungsi lagi, oleh karena itu pembinaan sarana ini sangat penting.
Sarana fisik, tergantung bidang studi. Satu bidang studi memerlukan jumlah dan variasi sarana yang berbeda dengan bidang studi lainnya, seperti laboratorium jurusan.
Sarana administrasi merupakan sarana penunjang. Dalam
penyelenggaraan pendidikan sistem kredit semester, maka dukungan administrasi yang kuat, cepat dan tepat sangat penting. Sampai saat ini perhatian sekolah terhadap administrasi ini masih kecil. Hal ini perlu diperbaiki untuk keberhasilannya sistem kredit semester.
Waktu merupakan sarana yang paling unik, ini adalah abstrak dan paling sukar diatur dalam arti perjalanannya tidak dapat dikendalikan. Oleh karena itu, terjadinya penyelenggaraan pendidikan memerlukan bertemunya program, sarana, dan input pada satu waktu, maka waktu sebagai sarana menjadi sangat penting seperti sarana yang lain. Uniknya waktu adalah bila telah berlalu tidak kembali dan kalau tidak dipakai hilang begitu saja. Karenanya, suatu acara pendidikan yang tepat penyelenggaraannya bila diukur dengan waktu yang sudah hilang tak akan dapat diulang lagi, melainkan hanya dapat dicarikan waktu penggantinya.
30
Menurut Tholib Kasan prasarana secara etimologi (arti kata) berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan. Prasarana pendidikan misalnya
lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga dan sebagainya.31
Prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang proses pendidikan disekolah. Sebagai contoh: jalan menuju sekolah, halaman sekolah, tata tertib sekolah dan
sebagainya.32
Pada Undang-Undang No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasioanal Pendidikan: “Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan, satuan pendidikan, ruang pendidikan, ruang tata usaha, ruang perpusatakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berekreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.33
Prasarana pendidikan diklasifikasikan menjadi dua macam. Pertama, prasarana sekolah yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, dan ruang laboratorium. Kedua, Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar, seperti contoh kantin sekolah, kamar kecil, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir.
Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sarana dan prasarana pendidikan adalah semua komponen yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan itu sendiri. Secara umum sarana pendidikan terdiri atas 3 (tiga) kelompok besar, yaitu: (1) Bangunan dan perabot sekolah (2) Alat pelajaran yang terdiri atas pembukuan dan alat-alat
26
peraga dan laboratorium (3) Media pendidikan yang dapat dikelompokkan menjadi audiovisual yang menggunakan alat terampil.
2. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
a. Pengertian Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Suatu kegiatan administrasi/manajemen/pengelolaan yang baik dan tidak gegabah tentu diawali dengan suatu perencanaan yang matang dan baik dilaksanakan demi menghindari terjadinya kesalahan dan kegagalan yang tidak diinginkan.
Administrasi sarana sering juga disebut sebagai administrasi materil, atau administrasi peralatan yaitu segenap proses penataan yang bersangkut paut dengan pengadaan, pendayagunaan dan pengelolaan sarana dan
pendidikan agar tercapai tujuan yang ditetapkan secara efektif dan efisien.34
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah seluruh proses kegiatan yang telah direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu terhadap benda-benda
pendidikan, agar senantiaa siap pakai dalam proses belajar mengajar.35
Manajemen ini dilaksanakan demi tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Menurut Soebagio Atmodiwirio, bahwasanya manajemen
perlengkapan atau manajemen logistik merupakan upaya untuk mengelola sarana dan prasarana sedemikian rupa sehingga organisasi dapat melakukan
tugasnya mencapai tujuan sesuai yang direncakan.36
34
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Jakarta: Rajawali Pers, 1990), h. 81
35
Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 184
36
Manajemen Sarana dan Prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan
kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. 37
Pengertian lain dari administrasi pendidikan adalah suatu usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik
sesuai dengan kemampuan dan kelengkapan sarana yang ada.38
Dengan demikian administrasi sarana dan prasarana itu merupakan usaha untuk mengupayakan sarana dan alat peraga yang dibutuhkan pada proses pembelajaran demi lancarnya dan tercapainya tujuan pendidikan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa administrasi sarana dan prasarana pendidikan adalah suatu usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan dan kelengkapan sarana yang ada. Sedangkan yang menjadi tujuan dari administrasi sarana dan prasarana ini adalah agar tercaainya tujuan pendidikan yang diharapkan.
b. Fungsi-fungsi Manajemen Sarana dan Prasarana
Secara operasional kegiatan administrasi sarana dan prasarana pendidikan meliputi:
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 49
38
28
6. Penghapusan dan Penyingkiran.
7. Pengendalian39
Seluruh rangkaian kegiatan tersebut harus merupakan satu kesatuan yang harmonis/terpadu. Dalam sistematika kerjanya harus dihindarkan timbulnya kesimpangsiuran dan tumpang tindih dalam wewenang, tanggung jawab,dan pengawasan menghindari timbulnya pemborosan biaya, tenaga dan waktu.
Menurut Subagyo MS. Dalam bukunya Manajemen Logistik. Meyebutkan bahwa fungsi-fungsi manajemen sarana dan prasarana terdiri dari:
1. Perencanaan kebutuhan barang
2. Penganggaran
3. Pengadaan
4. Penyimpanan dan penyaluran
5. Pemeliharaan
6. Penghapusan
7. Pengendalian40
Dari fungsi-fungsi manajemen sarana dan prasarana yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi manajemen sarana dan prasarana yang harus dilakukan dalam lingkungan sekolah meliputi:
1. Fungsi perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan
2. Fungsi pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
3. Fungsi pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan
4. Fungsi penyimpanan sarana dan prasarana pendidikan
5. Fungsi pengawasan sarana dan prasarana pendidikan
39
Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h.116 40
Jadi fungsi manajemen sarana dan prasarana pendidikan tersebut
diatas dipakai sebagai indikator untuk mengukur tingkat
manajemen/pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah.
a) Fungsi perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan
Didalam fungsi ini, fungsi perencanaan pengadaan barang, prakualifikasi rekanan, perencanaan kebutuhan barang, dan penganggaran itu masuk kedalam fungsi perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan. Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan menurut Suharsimi Arikunto adalah: “Perencanaan kebutuhan yang meliputi semua barang yang diperlukan, baik yang bergerak atau yang tidak bergerak, sebagai pendukung pelaksanaan tugas.”41
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), kata perencanaan berasal dari kata rencana yang mempunyai arti rancangan atau rangka dari sesuatu yang akan dilakukan atau dikerjakan pada masa yang akan datang. Menurut Terry (2005), perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang digariskan. Hal senada juga dikemukakan oleh Nana Sudjana (2002) bahwa perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Selanjutnya, oleh Dwiantara dan Sumarto (2004) dikemukakan bahwa perencanaan adalah merupakan kegiatan pemikiran, penelitian, perhitungan, dan perumusan tindakan-tindakan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang, baik berkaitan dengan kegiatan-kegiatan operasional dalam pengadaan, pengelolaan,
penggunaan, pengorganisasian, maupun pengendalian sarana dan
prasarana.42
41
Suharsimi Arikunto, Pengelola Materil, (Jakarta: Prima Karya, 1987), h.7 42
30
Perencanaan merupakan kegiatan menetapkan tujuan serta merumuskan dan mengatur pendayagunaan manusia, informasi, financial, metode, waktu untuk memaksimalkan efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan.
Secara lebih luas perencanaan menurut Bintoro Tjokromidjojo
didefinisikan sebagai berikut: 43
(a) Perencanaan dalam arti luasnya adalah sebuah proses mempersiapkan
secara sistematiskegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu
(b) Perencanaan adalah sebuah cara bagaimana mencapai tujuan
sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif.
(c) Perencanaan adalah penentuan yang akan dicapai atau yang akan
dilakukan, bagaimana, bilamana, dan oleh siapa.
Menurut Boeni Soekarno, langkah-langkah perencanaan pengadaaan
perlengkapan pendidikan disekolah adalah:44
(a) Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah yang
diajukan setiap unit kerja sekolah
(b) Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk periode
tertentu, misalnya untuk satu tahun ajaran
(c) Memadukan rencana kebutuhan yang telah tersusun dengan
perlengkapan yang telah tersedia sebelumnya. Dalam hal ini, perencanaan mencari informasi tentang perlengkapan yang telah dimilki oleh sekolah dengan melihat buku inventarisasi, berdasarkan itu lalu di susun rencana kebutuhan perlengkapan, yaitu mendaftar semua perlengkapan yang dibutuhkan yang belum tersedia disekolah
43
Supardi, dkk, Perencanaan Pendidikan, (Jakarta: Diadit Media,2010), h.2 44
(d) Memadukan rencana kebutuhan dengan anggaran sekolah atau dana yang tersedia
(e) Memadukan rencana (daftar) kebutuhan perlengkapan dengan dana atau
anggaran yang ada. Ketika tidak sesuai atau melebihi dari anggaran yang tersedia, maka melakukan seleksi lagi dengan melihat skala prioritas
Menurut Ngalim Purwanto Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat suatu rencana pengadaan sarana dan prasarana adalah sebagai berikut:
(a) Mengadakan analisa terhadap materi pelajaran mana yang
membutuhkan alat atau media dalam penyampaiannya dan analisa kebutuhan peralatan lain untuk sekolah. Dari analisa ini dapat dibuat daftar kebutuhan alat-alat media.
(b) Mengadakan perhitungan taksiran biaya.
(c) Apabila perhitungan jumlah taksiran biaya untuk pengadaan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan lebih besar dari anggaran yang tesedia, maka perlu menyusun prioritas kebutuhan, atau pengurangan jumlah barang sejenis yang akan dibeli.
(d) Prioritas-prioritas kebutuhan yang ada pada urutan bawah, dapat
ditunda untuk perencanaan tahun berikutnya.
(e) Menugaskan kepada staf tata usaha untuk melaksanakan pengadaan alat
tersebut.
32
segala sesuatu yang berhubungan dengan perencanaan dan pendirian sekolah seperti pengetahuan dan kecakapan mengenai:
1. Cara memilih letak dan menentukan luas tanah yang dibutuhkan.
2. Mengusahakan, merencanakan, dan menggunakan biaya pendirian
gedung sekolah.
3. Menentukan jumlah dan luas ruangan-ruangan kelas, kantor, gudang,
asrama., lapangan olah raga, podium, kebun sekolah, dan sebagainya. Serta komposisinya satu sama lain.
4. Cara-cara penggunaan gedung sekolah dan fasilitas-fasilitas lain yang
efektif dan produktif, serta pemeliharaan secara kontinyu.
5. Alat-alat perlengkapan sekolah dan alat-alat pelajaran yang
dibutuhkan.
6. Apa yang tercantum pada nomor 1 s/d 5 diatas sangat erat
hubungannya dengan kurikulum, kondisi-kondisi, serta kemajuan masyarakat setempat dan bertambahnya jumlah anak-anak setiap
tahunnya yang memerlukan sekolah tersebut.45
Bedasarkan pengertian diatas, pada dasarnya perencanaan merupakan suatu proses kegiatan untuk menggambarkan sebelumnya hal-hal yang akan dikerjakan kemudian dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini perencanaan yang dimaksud adalah merinci rancangan pembelian, pengadaan, rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan pelengkapan sesuai dengan kebutuha.
Perencanaan merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan pada tiap kegiatan, karena tanpa ada rencana maka kegiatan tidak dapat berjalan lancar. Demikian halnya dengan sarana dan prasarana pendidikan perlu dibuat recana pengadaannya. Perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan merupakan kebutuhan yang meliputi semua barang yang diperlukan, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, atau baik
45
langsung maupun yang tidak langsung yang menunjang proses belajar mengajar agar tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan dilakukannya perencanaan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan, yaitu: (1) Dapat membantu dalam menentukan tujuan, (2) Meletakkan dasar-dasar dan menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan, (3) Menghilangkan ketidakpastian, dan (4) Dapat dijadikan sebagai suatu pedoman atau dasar untuk melakukan pengawasan, pengendalian dan bahkan juga penilaian agar nantinya kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
b) Fungsi Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah, maka perlengkapan sekolah harus dilakukan sendiri oleh sekolah, baik dengan menggunakan dana bantuan pemerintah maupun dana sekolah sendiri.
Pengadaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan semua jenis sarana dan prasarana pendidikan persekolahan yang sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam konteks persekolahan, pengadaan merupakan segala kegiatan yang dilakukan dengan cara menyediakan semua keperluan barang atau jasa berdasarkan hasil perencanaan dengan maksud untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Pengadaan sarana dan prasarana merupakan fungsi operasional pertama dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan persekolahan. Fungsi ini pada hakikatnya merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan sesuai dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu
maupun tempat, dengan harga dan sumber yang dapat
34
Pengadaan merupakan kegiatan untuk menyediakan perlengkapan dalam usaha untuk menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar. Ada beberapa alternatif cara dalam pengadaan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan. Beberapa alternatif cara pengadaan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan tersebut adalah : pembelian, pembuatan sendiri, pengiriman hibah atau bantuan, penyewaan, pinjaman, pendaur ulangan,
penukaran, perbaikan atau rekondisi.46
c) Fungsi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Di dalam fungsi pemeliharaan ini,fungsi pendayagunaan termasuk didalamnya. Menurut Subagyo MS. Pemeliharaan adalah usaha atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi teknis dan daya guna suatu alat produksi fasilitas kerja dengan jalan merawat, memperbaiki, merehabilitasi
dan menyempurnakan.47
Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdayaguna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan. Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan dari kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut kondisinya baik dan siap digunakan. Pemeliharaan mencakup segala daya upaya yang terus menerus untuk mengusaakan agar peralatan tersebut tetap dalam keadaan baik. Pemeliharaan dimulai dari pemakaian barang, yaitu dengan cara hati-hati dalam menggunakannya. Pemeliharaan yang bersifat khusus harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai
keahlian sesuai dengan jenis barang yang dimaksud.48
Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan perlu dilakukan agar kondisi barang tetap dalam keadaan baik atau siap dipakai dan dapat bertahan lama, sehingga dapat menghemat pengeluaran anggaran untuk
46
Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, op. cit., h. 14-17
47
Subagyo MS, op. cit.,h. 87 48
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan. Menurut hukum waktunya pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan dapat dibedakan dalam:
1) Pemeliharaan sehari-hari. Dilakukan oleh pegawai yang menggunakan
barang-barang tersebut dan bertanggung jawab atas barang tersebut.
2) Dilakukan dalam jangka waktu tertentu, misalnya 2 bulan sekali, 3
bulan sekali, dan sebagainya. Pelaksanaan pemeliharaan dapat
dilakukan sendiri dan dengan pihak kedua.49
d) Fungsi Penyimpanan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha melakukan pengurusan penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan di dalam ruang penyimpanan. Di dalam fungsi ini, fungsi inventarisasi dan penyaluran termasuk didalamnya.
Penyimpanan ialah kegiatan yang dilakukan untuk menampung hasil pengadaan barang-barang yang keluar atau akan didistribusikan, dan disimpan dalam gudang. Kegiatan penyimpanan meliputi: menerima,
menyimpan, dan mengeluarkan barang di/dari gudang.50
Fungsi penyimpanan ini meliputi perencanaan/pengembangan
ruang penyimpanan (storage space), penyelenggaraan tatalaksana
penyimpanan (strong procedure) perencanaan/penyimpanan/pengoperasian alat-alat pembantu pengatur barang (material handeling equipment), tindakan-tindakan keamanan dan keselamatan (security and safety).
e) Fungsi Pengawasan Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Didalam fungsi ini, fungsi penghapusan, penyingkiran,
pengendalian, dan rehabilitasi masuk ke dalam fungsi pengawasan. Kegiatan pengawasan dapat berupa melaksanakan pengamatan, evaluasi dan meminta laporan untuk mendapatkan gambaran dan informasi tentang keadaan atau perlengkapan. Selain itu pengawasan dapat pula berupa
49
Donal J. Bowersox, Manajemen Logistik, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h. 158 50
36
pemberian pengarahan dan bimbingan terhadap pengelolaan sarana dan prasarana yang telah dilakukan dalam satu periode untuk mencapai tertib administrasi dan tertib teknis.
Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian seperti disusun serangkaian kegiatan sebagai berikut:
a) Mengikuti proses manajemen, dan perencanaan sampai
penghapusan.
b) Mengadakan konsultasi dengan pihak pemimpin bila terjadi
penyimpangan dalam pelaksanaan.
c) Menyusun tata cara laporan baik lisan maupun tertulis.
d) Mengadakan konsultasi dengan pihak pelaksanaan fungsi
masing-masing bila terjadi penyimpangan yang bersifat teknis.
e) Mengadakan koordinasi antara fungsi perencanaan dan
fungsi-fungsi lainnya.
f) Menyusun laporan menyeluruh secara periodik tentang pelaksanaan
proses manajemen yang terjadi dalam masing-masing unit.51
Keseluruhan proses di atas dilakukan untuk mencegah adanya penyelewengan dan kesalahan dalam pelaksanaan prosedur manajemen sarana dan prasarana pendidikan. Maka dari itu diadakan kegiatan penghapusan, setelah kegiatan penghapusan selesai, proses selanjutnya menginformasikan kebutuhan sarana dan prasarana yang bersangkutan untuk kemudian dilakukan kegiatan perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan.
Disamping itu kegiatan penyusutan terhadap barang atau sarana didalam fungsi pengawasan sangatlah perlu dilakukan, karena penyusutan barang penting jika sekolah akan menambah pengadaan barang, yang sering terjadi adalah kekrangan tempat penyimpanan. Penyusutan adalah kegiatan untuk memusnahkan barang yang sudah tidak dipakai lagi sehingga
51
tempatnya masih dapat dimanfaatkan. Untuk mengatasi masalah tersebut kepala sekolah perlu mempertimbangkan adanya tindakan penyusutan barang. Kegiatan pengaturan, pemeliharaan dan penyusutan sarana pendidikan yang merupakan bagian dari pengelolaan sarana dan prasarana haruslah selalu dilakukan dengan cara yang baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku agara sarana pendidikan dapat dimanfaatkan secara optimal.
Secara operasional penghapusan sarana dan prasarana adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk mengeluarkan/menghilangkan sarana dan prasarana dari daftar inventaris, karena sarana dan prasarana tersebut sudah di anggap tidakberfungsi sebagaimana mestinya, tentunya seperti yang diharapkan untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Penghapusan sarana dan prasarana dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penghapusan sebagai salah satu fungsi manajemen sarana dan prasarana pendidikan persekolahan harus
mempertimbangkan alasan-alasan normatif tertentu dalam
pelaksanaannya.52
3. Kerangka Berpikir
Sebagaimana diketahui Kepala Sekolah mempunyai peranan yang sangat berpengaruh dilingkungan sekolah yang menjadi tanggung jawabnya. Sebuah sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan koordinasi yang tinggi, oleh karena itu Kepala Sekolah yang berhasil adalah kepala sekolah yang dapat mencapai tujuan sekolah, serta tujuan pendidikan. Kepala sekolah harus memahami dan menguasai peranan organisasi serta hubungan kerja sama antar individu. Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberdayakan para guru dan memberi mereka wewenang yang luas untuk meningkatkan pembelajaran para pelajar. Kepala sekolah perlu memahami teori organisasi formal yang akan bermanfaat untuk menggambarkan hubungan kerja sama antar individu.
52