KATA SERAPAN
Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab pada Al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia Dan Bahasa Sunda
(Surah At-Taubah Ayat 1-50)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh: Zaky Mubarok NIM: 104024000851
PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
i PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strara 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 23 Agustus 2011
ii PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul KATA SERAPAN; PERBANDINGAN PERUBAHAN MAKNA KATA SERAPAN DARI BAHASA ARAB PADA AL-QUR’AN TERJEMAH BAHASA INDONESIA DAN BAHASA SUNDA (Surah At-Taubah Ayat 1-50) yang ditulis oleh Zaky Mubarok, NIM : 104024000851 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 26 Agustus 2011, dan telah diperbaikai sesuai dengan saran dan komentar Tim Penguji.
TIM PENGUJI
Dr. Akhmad Saehudin, M. Ag., (………..)
(Ketua Sidang) Tanggal:
Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum., (………..)
(Sekretaris Sidang) Tanggal:
Dr. Akhmad Saehudin, M. Ag., (………..)
(Pembimbing) Tanggal:
Drs. Ikhwan Azizi, MA, (………..)
(Penguji I) Tanggal:
Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum., (………..)
KATA SERAPAN
Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab pada Al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia Dan Bahasa Sunda
(Surah At-Taubah Ayat 1-50)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Diajukan Oleh:
Zaky Mubarok NIM: 104024000851
Pembimbing,
Dr. Akhmad Saehudin, M. Ag. NIP: 19700505 200003 1 003
PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Allah Swt. yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi sebagai sarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra di Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini dapat penulis selesaikan.
Salawat salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw., keluarga, dan para sahabatnya. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di hari akhir. Amin!
Dalam terima kasih ini, penulis haturkan terima kasih kepada Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; Dr. Wahid Hasyim, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; dan Dr. Ahmad Syaekhudin M. Ag., Ketua Jurusan Tarjamah.
Kepada pembimbing, Dr. Ahmad Syaekhudin M. Ag. yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya serta kesabarannya dalam bimbingan penulis haturkan terima kasih; Dr. Sukron Kamil, MA, dan Moch. Syarif Hidayatullah M.Hum. selaku pembimbing Akademik yang telah mengarahkan, mengajarkan, dan mendidik penulis selama menjadi mahasiswa.
Kepada seluruh dosen Jurusan Tarjamah yang telah mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan bahasa, budaya, dan terjemahan, khususnya Moch. Syarif Hidyatullah, M.Hum, yang mengajarkan seluk beluk dunia terjemah, terima kasih. Semoga amal mereka diterima Allah Swt. Amin!
Terima kasih yang amat sangat kepada WS. Rendra yang telah memberi pijar pada jalan yang sudah gelap. Ibu Ken Zuraida Rendra yang selalu memberi semangat tiada henti. Teh Mey dan Kang Arul, Mas Esis, Icha dan Joel, Totenk Mahdasi Tatang, Ambadewi, Om Yus, Bi Lili dan keluarga, aku cinta padamu.
Kawan-kawan Jurusan Tarjamah 2004, Abdur Rahman, Heri, Luki, Nurikhwan, Alhafiz, Amir, Anna. Fina, Muna, Munay, Silvi, Nunung, Erwan dan Puput atas segala dukungan dan bantuan mereka, khususnya Tatam yang selalu memberi bantuan dan semangat yang tiada henti, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Juga kawan-kawan angkatan 2005-2010, terimakasih.
Saudara-saudara di Sanggar Altar, Makyun Subuki, Aa Isol, Ipoeng, Ipul dan Liga, Hijarah Ahmad, Mas Hendri, Elex sw, Komarudin King-king, Hafas, Basri, Akbar Soge, Boby Efri, kapan kita pentas lagi? Saudara di El-Na’ma, Teater Syahid, KMM Riak, Galuh Jaya, terima kasih. Juga kawan diskusi dan menulis yang selalu hangat, Iyya, Dede, Bowo, dan Abah Alawi, terima kasih.
Keluarga besar Sanjo Boyz yang selalu bergerak tanpa beban. Keluarga besar Ken Zuraida Project, Om Amir, Om Edhar, Dwi Klik Santosa, yang selalu mendorong untuk terus bergerak pada perubahan.
Semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi peminat penerjemahan khususnya penerjemahan al-Quran. Kurangnya ada, lebihnya pun ada. Semoga masukan dan saran-saran dari semua pihak dapat melengkapi skripsi ini. Amin!
Jakarta, Agustus 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………i
SURAT PERNYATAAN ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI………... vii
TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... x
ABSTRAK ... xii
BAB I: Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Metodologi Penelitian ... 8
E. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II Kerangka Teori A. Kosakata dan Makna ... 11
C. Proses Penyerapan Kata-kata Bahasa Arab
Ke dalam Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia ... 15
1. Bidang Fonem ... 16
a. Penggantian Fonem ... 17
b. Penghilangan Fonem ... 25
c. Pelonggaran kaidah Fonem ... 27
2. Pola Suku Kata ... 30
D. Kata Istilah, Pengulangan, dan Imbuhan ... 32
1. Kata Istilah ... 32
2. Pengulangan ... 33
3. Imbuhan ... 35
E. Hakikat Makna dan Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Arab ... 38
F. Jenis Perubahan Makna ... 39
a. Peluasan Makna ... 39
b. Penyempitan Makna ... 40
c. Peninggian Makna ... 40
d. Penurunan Makna ... 40
e. Persamaan Makna ... 41
BAB III
Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab pada al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda .... 42 A. Perbandingan Perubahan Makna Kata serapan ... 43 B. Perbandingan Bentuk Penyerapan ... 79
BAB IV Penutup
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA
Transliterasi yang dipakai dalam Skripsi ini adalah pedoman Transliterasi
Arab-Indonesia berdasarkan Surat Keputusan bersama Meneri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 22 Jauari 1988.
Arab Latin Arab Latin Arab Latin
ا
aز
zق
qب
bس
sك
kت
tش
syل
lث
tsص
shم
mج
jض
dن
nح
hط
thو
wخ
khظ
z hد
dع
‘
ء
’ذ
żغ
gي
yر
rف
f -Catatan:
1. Konsonan yang bersyaddah ditulis dengan rangkap
2. Vokal panjang (mad) ;
Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris di bawah) di tulis î, serta
dammah (baris di depan) ditulis dengan û. Misalnya; ﺔـﻋرﺎـ ـﻟا ditulis
al-qâri‘ah, ﻦـﻴـآﺎـ ــﻤﻟا ditulis al-masâkîn, نﻮﺤ ـﻔـﻤـﻟاditulis al-muflihûn
3. Kata sandang alif + lam (لا)
Bila diikuti oleh huruf qamariyah ditulis al, misalnya ; نوﺮـ ﺎﻜـﻟا ditulis
al-kâfirûn. Sedangkan, bila diikuti oleh huruf syamsiyah, huruf lam diganti
dengan huruf yang mengikutinya, misalnya ; لﺎـﺟﺮـﻟاditulis ar-rijâl.
4. Ta’ marbûthah ( ة).
Bila terletak diakhir kalimat, ditulis h, misalnya; ةﺮـ ـ ـﻟا ditulis al-baqarah. Bila ditengah kalimat ditulis t, misalnya; لﺎـﻤـﻟاةﺎآز ditulis zakât al-mâl, atau
ﻟاةرﻮـ
ﻨ
ءﺎـ ـ ditulis sûrat al-Nisâ`.
5. Penulisan kata dalam kalimat dilakukan menurut tulisannya, Misalnya;
ﻦﻴــ زاﺮـﻴـﺧﻮـهو
iv
ABSTRAK
Zaky Mubarok, “Kata Serapan, Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab pada Al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia Dan Bahasa Sunda (Surah At-Taubah Ayat 1-50)”, Program Studi Tarjamah, Fakultas Adab Dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta 1432 H/ 2011 M.
Kajian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kata serapan bahasa Arab berpengaruh dan digunakan dalam bahasa Indonesia dan bahsa Sunda. Khususnya dalam penerjemahan teks keagaamaan seperti Al-Qur’an.
Bahasa merupakan alat komunikasi pertama. Komunikasi yang dilakukan dengan bahasa lisan maupun tulisan, sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan dan perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan dipengaruh oleh proses interaksi antar budaya dan salah satunya adalah melalui bahasa. Interaksi antar bahasa mengakibatkan saling mempengaruhi, dan bahasa yang kosakatanya lebih banyak mempunyai pengaruh yang lebih besar.
Kegiatan komunikasi inilah yang nantinya mengakibatkan penyerapan terjadi di mana-mana, baik budaya, kesenian, maupun bahasa. Proses penyerapan ini bisa terjadi melalui kegiatan apa saja. Khusus proses penyerapan bahasa biasanya terjadi melaui interaksi komunikasi lisan maupun tulisan, sampai kemudian nantinya ada yang dinamakan bahasa serapan.
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
Bahasa adalah gejala manusiawi-umum. Tidak ada manusia tanpa bahasa dan tidak ada bahasa tanpa manusia. Di manapun manusia hidup, mereka menuturkan suatu bahasa.
Bahasa merupakan alat komunikasi pertama. Komunikasi yang dilakukan
dengan bahasa lisan maupun tulisan, sangatlah berpengaruh terhadap
perkembangan dan perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan dipengaruh
oleh proses interaksi antar budaya dan salah satunya adalah melalui bahasa.
Interaksi antar bahasa mengakibatkan saling mempengaruhi, dan bahasa yang
kosakatanya lebih banyak mempunyai pengaruh yang lebih besar. Seperti halnya
bahasa Arab, Inggris, Portugis, Spanyol dan Belanda mempengaruhi bahasa
Nusantara (Melayu, Sunda, Jawa, Makasar, Sulawesi, dll.) Bahasa asing ini
memberikan kekayaan kosakata dan makna bagi penutur bahasa di Nusantara.
Bahkan pengaruh bahasa asing terhadap bahasa Indonesia sudah terjadi sebelum
bahasa Indonesia dinyatakan resmi sebagai bahasa nasional.1
Pengambilan kata dari satu bahasa oleh bahasa lain merupakan gejala yang
biasa, baik pada masa lalu maupun pada masa kini. Jepang sebagai negara maju
memiliki bahasa yang kata-katanya menyerap dari bahasa Cina dan Bahasa
Inggris, bahasa internasional yang sering dianggap memiliki perbendaharaan kata
1
yang kaya banyak menyerap bahasa Perancis, sedangkan bahasa Perancis
menyerap kata-kata dari latin.2
Bahasa melayu sebagai dasar bahasa Indonesia banyak sekali terpengaruh
oleh bahasa asing seperti bahasa Belanda, Portugis, Arab dan bahasa lainya.
Pengaruh tersebut terjadi karena adanya kontak kebudayaan, perdagangan dan
penyebaran agama. Di Indonesia, penyebaran agama menjadi salah satu faktor
penentu bagi tersebarnya bahasa asing, terutama bahasa serapan Arab.
Islam masuk ke kawasan Melayu pada khususnya dan Nusantara pada
ummnya melalui Gujarat. Bersama dengan masuknya agama Islam di Melayu,
masuk pula kebudayaan, kesusastraan, bahasa Arab dan Persi. Masuknya bahasa
arab ke Melayu diikuti pula dengan masuknya tulisan dan kosakata Arab.
Masuknya kata-kata Arab dalam bahasa Melayu sebagian besar melalui proses
asimilasi dan adaptasi fonemis dan morfemis.
Kegiatan komunikasi inilah yang nantinya mengakibatkan penyerapan
terjadi dimana-mana, baik budaya, kesenian, maupun bahasa. Proses penyerapan
ini bisa terjadi melalui kegiatan apa saja. Khusus proses penyerapan bahasa
biasanya terjadi melaui interaksi komunikasi lisan maupun tulisan, sampai
kemudian nantinya ada yang dinamakan bahasa serapan.
Bahasa serapan dapat terjadi melaui aktifitas pengajaran bahasa misalnya,
seseorang yang menguasai dua bahasa (bilingual) atau lebih (multilingual), maka
bahasa kedua akan banyak mempengaruhi bahasa pertama. Dilihat dari segi
2
statusnya bahasa dapat dibagi atas beberapa bahasa di antaranya adalah bahasa
Daerah, bahasa Nasional dan bahasa Negara.3
Bahasa daerah adalah penamaan bahasa yang digunakan oleh kelompok
orang yang anggotanya-anggotanya secara relatif memperlihatkan frekuensi
interaksi yang lebih tinggi diantara mereka dibanding dengan mereka yang tidak
bertutur kata dalam basaha daerah.4 Biasanya bahasa daerah digunakan sebagai ikatan-ikatan kekerbatan dan upacara-upacara yang berkaitan dengan lingkaran
lingkungan hidup masing-masing.
Bahasa Sunda termasuk rumpun melayu yang kita sebut Melayu Polinesia.
Bahasa ini erat berhubungan dengan dengan bahasa Jawa dan Melayu, terutama
dengan yang tersebut pertama, dan dipergunakan di seluruh Jawa Barat, yaitu di
kresidenan Priangan, Cirebon, Jakarta, Banten dan Karawang yang dahulu juga
merupakan kresidenan sendiri.5
Pada proses penyebaran agama Islam, khususnya di wilayah penutur
bahasa Sunda, penyerapan bahasa Arab terjadi bukan hanya karena interaksi
dengan para pedagang saja, melainkan melalui penerjemahan-penerjemah
buku-buku berbahasa Arab sebagai sumber kajian. Kata-kata yang tidak ada
padanannya dalam bahasa Sunda akhirnya digunakan.
Tidak menjadi persoalan ketika makna kata yang diserap tidak berubah
dalam bahasa sasaran. Seperti kata adil -لدﺎﻋ- /‘âdil/, kata tersebut tidak
mengalami perubahan makna. Kata adil dalam bahasa Sunda bermakna ‘merenah,
3
Mansur Peteda, Linguistik Terapan, (Kendari: Nusaindah,1991), cet. Ke-1, h. 84-85 4 Sugihastuti, Bahasa Indonesia dari Awam, Mahasiswa sampai Wartawan, (Yogyakarta, Gamma Media, 2003), cet. Ke-1, h. 52
5
dina tempatna, teu beurat sabeulah’6 (pas, pada tempatnya, tidak berat sebelah – terjemahan Penulis-).’ Pada bahasa Indonesia kata adil bermakna ‘sama berat;
tidak berat sebelah; tidak memihak.’7 Pada bahasa arab kata لدﺎﻋ bermakna
‘meluruskan; membuat imbang; yang sama; sepadan.’8
Berbeda dengan kata ﺔﻨﺘﻔﻟا /al-fitnah/ dalam bahasa Indonesia menjadi
fitnah. Sedangkan dalam bahasa Sunda menjadi pitenah. Makna kata ﺔﻨﺘﻔﻟا dalam
bahasa Arab yang bermakna ‘kesesatan’.9 Pada bahasa Indonesia kata fitnah
bermakna ‘perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan
dengan maksud menjelekan orang,’10 sedangkan dalam bahasa Sunda pitenah
bermakna ‘caritaan anu ngandung maksud ngarugikeun batur (perkataan yang
mengandung maksud merugikan orang lain’.11
Perubahan makna tersebut akan menjadi berbahaya jika dipakai untuk
menerjemakan. Ide bahasa sumber (bsu) akan menjadi menjadi melenceng, dan
pesan bahasa sumber menjadi berbeda dalam bahasa sasaran (bsa).
Penggunaan kata serapan yang berubah maknanya terjadi dalam
penerjemahan al-Qur’an bahasa Indonesia oleh Depag dan al-Qur’an bahasa
Sunda oleh K.H. Komarudin Shaleh pada seperti pada surah at-Taubah ayat 49:
6
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, Kamus Umum Bahasa Sunda, (Bandung: Tarate, 1980), cet. Ke-2, h. 3
7
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet. Ke-3, h. 8
8
Munawir, A, W, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), cet. Ke-14, h.905
9
Idem, h. 1033 10
Departemen Pendidikan Nasional, h. 318 11
ρ u Β Ï Ζ ÷ γ ß Ν Β ¨ ⎯ ƒ t ) à θ Α ã # $ ø ‹ x β < kÍ ’ ρ u ω Ÿ ? s ø G Ï _ hÍ © û 4 & r ω Ÿ û Î ’ # $ 9 ø Ï G ÷ Ζ u π Ï ™ y ) s Ü ä θ # ( 3 ρ u ) Î χ _ y γ y Ψ ¨ Ο z 8
πsÜŠÅsßϑs9
š
⎥⎪ÍÏ≈x6ø9$$Î/
∩⊆®∪
Terjemah bahasa Indonesia: Di antara mereka ada orang yang berkata:
“berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan jangan jadikan saya
terjerumus dalam fitnah.” Ketahuilah bahwa mereka telah terjurumus ke dalam
fitnah. Dan sesungguhnya jahanam itu meliputi orang-orang yang kafir.
Terjemah bahasa sunda: Jeung ti antara maranéhna aya anu nyarita:
“Idinan kaula (cicing) jeung poma ulah mitenah kaula.” Sing nyaho yén
manéhna geus tigebrus kana pitenah. Jeung saéstuna Jahanam téh ngurung
jalma-jalma kapir.
Padahal, makna kata fitnah pada ayat di atas adalah, fitnah pertama
‘kegagalan menghadapi ujian,’ dan fitnah kedua ‘neraka.’12
Sebaiknya, penerjemahan ayat tersebut adalah, Di antara merekeka ada
yang berkata: “Izinkanlah aku dan jangan menjerumuskan aku kedalam
kegagalan menghadapi ujian.” Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke
dalam Neraka karena gagal. Sungguh, neraka Jahanam adalah untuk
orang-orang kafir. -terjemahan penulis-)
12
Fakta di atas tadilah yang mendorong Penulis untuk meneliti kata-kata
serapan dari bahasa Arab yang terdapat dalam bahasa Sunda dan bahasa
Indonesia. Hingga Penulis melakukan penelitian dan menuliskannya dengan judul
"Kata Serapan; Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab pada al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Surah at-Taubah Ayat 1-50)"
B. Pembatasan dan Perumusan
Penelitian terhadap bahasa pastilah memerlukan waktu yang sangat
panjang dan melelahkan. Sebab jika meneliti satu sisi dari bahasa, maka sisi yang
lainnya muncul sebagai unsur yang sama pentingnya dengan sisi sebelumnya.
Sisi-sisi tersebut saling berkaitan satu sama lain dan saling menguatkan bahkan
menjadi teori yang baru.
Oleh karena hal tersebut, untuk mengurangi pelebaran masalah dari
penelitian yang akan dilakukan, Penulis sengaja membatasi masalah-masalah yang
akan diteliti. Penulisan ini hanya terkait pada kata-kata serapan yang terdapat pada
al-Qur’an terjemah bahasa Sunda dan al-Qur’an terjemahan bahasa Indonesia
yang berasal dari bahasa Arab surah at-Taubah ayat 1-50. Penelitian ini
dikhususkan untuk membandingkan perubahan makna kata serapan dari bahasa
Arab pada bahasa Sunda dan bahasa Indonesia dengan studi kasus pada al-Qur’an
Dengan demikian, penulisan ini Penulis rumuskan sebagai berikut dengan
bentuk pertanyaan yang akan dijawab setelah penelitian dan pengkajian yang
mendalam. Ada pun pertanyaannya sebagai berikut:
1. Seberapa besarkah pengaruh kata serapan terhadap proses
penerjemahan?
2. Bagaimanakah perubahan makna kata serapan bahasa Arab pada
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penulis melakukan penelitian ini tidaklah tanpa tujuan. Dari tujuan itu
timbulah manfaat-manfaat yang dapat diambil. Dengan jelas Penulis merumuskan
tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui kata serapan dalam bahasa Sunda dan bahasa Indonesia
yang berasal dari bahasa Arab pada kedua al-Qur’an terjemahan
dalam surah at-Taubah
2. Membandingkan pergeseran makna kata serapan bahasa Arab pada
bahasa Indonesia dan Sunda
Ada pun manfaat yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Memperkaya khasanah kebahasaan bahasa Sunda dan bahasa
Indonesia.
2. Mempermudah bagi siapa saja yang ingin mengetahui kata sarapan
dari bahasa Arab yang terdapat dalam bahasa Sunda dan bahasa
D. Metodologi Penelitian
Metode yang Penulis gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
Naratif komparatif, yaitu dengan cara mengumpulkan data kemudian
menguraikan dan membandingkan hingga tercapai tujuan penelitian yang telah
dirumuskan sehingga data hasil penelitian bisa diambil manfaatnya.
Ada pun dalam pencarian data, Penulis menganalisis sejumlah kata
serapan dari bahasa Arab yang terdapat dalam al-Qur’an terjemah bahasa
Indonesia dan al-Qur’an terjemah bahasa Sunda pada surah at-Taubah ayat 1-50.
Kemudian Penulis menguraikan, mengelompokan dan membandingkan
maknanya, dengan teori yang sesuai dengan penelitian dan fakta-fakta yang
menyebabkan terjadinnya pergeseran makna.
Di luar itu, untuk menunjang materi dan keilmiahan penelitian, Penulis
melakukan konsultasi dengan para ahli yang terkait. Merujuk sumber-sumber lain
yang mempunyai keterkaitan dengan penelitian ini seperti, buku-buku semantik,
linguistik, morfologi, fonologi, data-data dari internet, dan lain-lain.
Kemudian dalam penyusunan dan tehnik penulisan skiripsi, Penulis
berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi) yang dikeluarkan oleh Center of Quality Development an Assurance
(CeQDA) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
Sedangkan pedoman translitersai yang digunakan Penulis adalah transliterasi
E. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini penulis lakukan dengan sistematika sebagai berikut:
Bab Pertama, berupa pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah penulisan, kemudian pembatasan dan perumusan masalah agar penulisan tidak
melebar, dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari hasil
penelitian Pada bagian terakhir bab ini tulisan ditutup dengan sistematika
penulisan.
Bab kedua, berupa Kerangka Teori yang berisikan Teori Penerjemahan, Hakikat Kosakata dan Makna, Hakikat Kata Serapan Arab, Proses Penyerapan Kata-kata
Bahasa Arab Kedalam Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia dengan pembagian
sebagai berikut: pertama, Bidang Fonem, pada bagian ini yaitu, Penggantian
Fonem, Penghilangan Fonem, Pelonggaran kaidah Fonem. Kedua, Pola Suku Kata
yang dibagi kepada: Pengubahan Pola dan Penggantian Pola. Kemudian
dilanjutkan dengan sub bab selanjutnya Kata-kata Istilah, Pengulangan
(reduplikasi), dan Pengimbuhan (afiksasi), Hakikat Makna dan Perubahan Makna
Kata Serapan Bahasa Arab, dan Jenis Perubahan Makna yang berisikan, Meluas,
Menyempit, Peninggian, Penurunan Persamaan dan Pertukaran makna.
Bab ketiga, adalah pembahasa Perbandingan kata serapan, bab ini akan membahas perbandingan kata serpan pada bahasa Sunda dan bahasa Indonesia
sesuai dengan teori dan dikelompokan menjadi dua sub judul, pertama,
Perbandingan perubahan makna Kata serapan. Kedua, Perbandingan Proses
Bab keempat, Penutup, bab ini adalah penutup dari seluruh penelitian. Bab ini akan diisi oleh Kesimpulan, Saran dan Kritik. Pada bab ini juga memuat tesis
BAB II KATA SERAPAN
A. Kosakata dan Makna
Bila kita perhatikan dengan teliti percakapan seseorang dengan yang lainnya atau
sebuah tulisan, maka akan kita jumpai beberapa kata dengan susunan tertentu
sehingga menjadi urutan kata-kata yang bermakna. Dengan kata lain, orang
berbahasa (baik tulisan atau lisan) ialah orang yang sedang menyusun kata-kata
dengan urutan tertentu sehingga menghasilkan makna. Semakin banyak jumlah
kata yang dikuasai seseorang, memungkinkan terciptanya kelancaran berbahasa
dan makna yang luas.
Hal ini akan jelas terlihat jika kita perhatikan perkembangan berbahasa
pada manusia. Perbendaharaan dan penguasaan kata-kata bertambah pula seiring
dengan tingkat kedewasaan dan keluasan ilmu pengetahuannya. Penambahan
perbendaharaan kata-kata menjadi pengetahuan dalam diri seseorang sampai akhir
hayatnya.
Penggunaan secara sistematis terhadap unsur bahasa lain oleh seseorang
merupakan bagian dari suatu bahasa yang tanpa disadari oleh pemakainya.
Peminjaman ini disebut proses integrasi.1 Pada proses integrasi unsur-unsur bahasa lain yang terbawa masuk itu sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dari bahasa yang menerimanya atau yang dimasukinya. Proses
integrasi itu telah disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya.
1
Terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang
dipergunakan, sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang
sedang dipergunakan disebut dengan interferensi.
B. Kata Serapan
Kata serapan adalah salah satu faktor yang sangat aktif dalam menentukan
perkembangan bahasa. Penyerapan terjadi akibat adanya kontak antar satu bahasa
dengan bahasa lain, baik yang sekerabat maupun yang tidak sekerabat. Kontak
dengan bahasa-bahasa lain menimbulkan saling adanya pengaruh dalam bahasa
mereka dan pengaruh yang paling sederhana berupa pinjaman kata-kata karena
perkembangan antar bahasa yang saling mempengaruhi pastilah berbeda. Oleh
karena itu kata-kata serapan pasti ada pada setiap bahasa di dunia. Sebagaimana di
Indonesia, selain ada bahasa Nasional yaitu bahasa Indonesia ada juga
bahasa-bahasa daerah. Bahkan kebanyakan masyarakat Indonesia menjadikan bahasa-bahasa
Indonesia menjadi bahasa kedua setelah bahasa daerahnya masing-masing.
Dengan situasi kebahasaan seperti itu, dapat dikatakan bahwa masyarakat
Indonesia termasuk masyarakat bilingual atau multilingual karena tidak sedikit
dari masyarakat itu yang menguasai lebih dari satu bahasa, misalnya mereka
menguasai bahasa Indonesia, bahasa daerahnya sendiri, juga menguasai bahasa
asing.
Penyerapan dari satu bahasa ke bahasa lain dapat terjadi secara leksikal.
penyerapan bunyi. Penyerapan leksikal dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
penyerapan dialek, penyerapan mesra, penyerapan kultural.
1). Penyerapan dialek adalah penyerapan yang diambil dari salah satu
dialek dalam bahasa Indonesia, seperti damprat (memaki-maki),
mendusin (sadar), dan lain-lain. Dianggap sebagai penyerapan dialek
karena merupakan salah satu dialek bahasa Indonesia yang diambil
dari bahasa Jakarta (Betawi).
2). Penyerapan mesra adalah penyerapan dari bahasa lain yang terdapat
dalam daerah kebahasaan Indonesia, seperti kata ganteng, leluhur,
dan prihatin yang berasal dari bahasa Jawa.
3). Penyerapan kultural adalah bahasa yang diambil dari bahasa yang
tidak ada dalam daerah kebahasaan Indonesia, seperti kata fakir,
jahiliyah, dan kiamat yang diserap dari bahasa Arab.
Di samping penyerapan leksikal ada pula penyerapan struktural, yang
termasuk dalam penyerapan ini adalah penyerapan yang menyangkut unsur
fonem, morfem, dan kalimat.2
Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa melayu, dalam
perkembangannya telah banyak menyerap kata-kata dari bahasa serumpun
ataupun bahasa asing. Salah satu bahasa asing yang telah banyak mempengaruhi
perkembangan bahasa Indonesia adalah bahasa Arab. Kehadiran bahasa Arab
dalam bahasa Indonesia dimulai sejak berkembangnya agama Islam di Indonesia
yang dibawa oleh orang-orang Persia, India, dan Arab. Al-Qur’an sebagai kitab
2
suci umat islam yang berbahasa Arab memegang peran penting dalam proses
penyebaran islam, selain itu mereka mengisahkan cerita-cerita tentang para nabi
dan juga tulisan-tulisan lain tentang agama islam yang berbahasa Arab, sehingga
tanpa disadari kata-kata tersebut terserap dalam bahasa Indonesia.3
Kata-kata serapan dari bahasa Arab telah memperkaya kosa kata bahasa
Indonesia. Kata-kata yang berasal dari bahasa Arab sudah sering digunakan oleh
hampir seluruh masyarakat Indonesia dalam keseharian mereka, terutama dalam
bidang keagamaan, sehingga kata-kata tersebut sudah tidak terasa asing lagi.
Kata-kata yang terkait dalam bidang keagamaan, seperti masya Allah, insya Allah,
takdir, dan masih banyak lagi yang lainnya yang mungkin sudah tidak asing lagi
ditelinga kita.
Bahasa Sunda, semula oleh para sarjana belanda disebut-sebut sebagai
sempalan dari bahasa Jawa, oleh karenanya wilayah sunda pada jaman kolonial
disebut jawa bagian barat atau Jawa Barat. Namun, kenyataannya ternyata tidak
begitu, Sunda merupakan wilayah tersendiri yang bukan jawa. Begitu juga dengan
bahasanya. Bahkan pada tahun 1956, para pemuda pasundan pernah mengadakan
kongres untuk menolak penyebutan Jawa Barat untuk wilayah Sunda.4 Namun hasilnya hanya tersimpan dalam hati saja.
Seperti halnya yang terjadi pada semua bahasa, kontak antar bahasa pasti
tidak bisa dihindari. Sehingga terjadilah proses integrasi, serap-menyerap,
berdasarkan pada kebutuhan perkembangan zaman. Begitu juga pada bahasa
3 Simorangkir, dkk, Kesusastraan Indonesia, (Jakarta : Pembangunan, 1959), h.66 4
Sunda, percampuran terjadi karena para penutur bahasa Sunda bersinggungan
dengan penutur bahasa lain.
Pada bahasa Sunda, kata serapan disebut basa kosta (bahasa asing)5 atau
kecap serepan.6 Dengan begitu, kata serapan serapan adalah bahasa asing yang digunakan dalam bahasa lokal. Perkembangan penggunaannya tidak jauh berbeda
seperti yang terjadi pada bahasa Indonesia. Kontak budaya dan bahasa yang
terjadi di tanah Sunda menjadi penyebab utama berkembang dan masuknya lebih
banyak lagi kata serapan. Oleh karena orang Sunda banyak yang memeluk agama
Islam, maka kata-kata yang berasal dari bahasa Arab tidak bisa ditolak. Terlebih
untuk mengungkapkan sesuatu yang tidak ada padanannya dalam bahasa Sunda
seperti istilah-istilah yang sangat erat hubungannya dengan keagamaan.
C. Proses Penyerapan Kata-kata Bahasa Arab Kedalam Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia
Proses penyerapan bahasa terjadi melalui kontak budaya antar bangsa.
Kontak bahasa yang tidak bisa dihindarkan akhirnya terjadi dan saling
mempengaruhi. Masuknya kata-kata yang berasal dari bahasa Arab dan diserap
oleh berbagai bahasa yang ada di Nusantara bersamaan dengan masuknya agama
Islam ke Nusantara.7
5
Rahmat Taufik Hidayat, dkk, Peperenian Urang Sunda, (Banding: Kiblat, 2007), Cet. ke-2, h. 260
6 Budi Rahayu Tamsyah, dkk, Galuring Basa Sunda, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), cet. ke-4, h.65
7
Setiap bahasa memiliki aturan atau kaidah yang disebut dengan tata
bahasa. Dalam tata bahasa diatur segala sesuatu yang berkaitan dengan
kebahasaan seperti bidang semantik, sintaksis, morfologi, dan fonologi. Apabila
terdapat bahasa asing atau bahasa daerah yang terserap ke dalam bahasa Indonesia
maka kata atau bahasa tersebut akan menyesuaikan dengan kaidah atau sistem
bahasa Indonesia sehingga akan mengalami perubahan. Begitu juga pada bahasa
Sunda, bila ada kata asing yang masuk ke dalam bahasa Sunda, maka akan
mengalami perubahan karena menyesuaikan dengan kaidah bahasa Sunda.
Bentuk penyerapan yang masuk kedalam bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda secara garis besar ada dua:
1. Bidang Fonem
Fonem merupakan abstraksi, sedangkan wujud fonetisnya tergantung
beberapa faktor terutama posisinya dalam hubungan dengan bunyi lain. Adapun
fonem itu sendiri adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukan kontras
makna.8
Fonem dalam bahasa Indonesia mempunyai 27 fonem, sedangkan bahasa
Arab mempunyai 34 fonem. Kecuali berbeda dalam jumlah, fonem dalam kedua
bahasa tersebut juga berbeda dalam wujud.9 Bahasa sunda sendiri memilki fonem 30.
Ke-27 fonem dalam bahasa Indonesia itu terdiri dari fonem vokal
sebanyak 6 dan fonem konsonan sebanyak 21, bahasa Arab memiliki fonem vokal
8
Harimurti Kridalaksana, hal. 44 9
5 dan fonem konsonan sebanyak 28, dan fonem suprasegmental satu. Sedangkan
bahasa Sunda memiliki 7 fonem vokal dan 19 fonem konsonan lokal dan 5 fonem
konsonan asing.10
a. Penggantian Fonem
Di depan dinyatakan, baik bahasa Arab bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda sama-sama mempunyai fonem vokal /a/, /i/, dan /u/. Kalau fonem
vokal tersebut sama-sama memiliki oleh ketiga bahasa, tentulah tidak akan
terjadi penggantian apabila ada kata-kata bahasa Arab yang mengandung
vokal tersebut masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Maksudnya ialah tidak ada penggantian, misalnya terdapat pada kata-kata :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Akbâr - ﺮ آأ akbar akbar
‘ibâdah - ةدﺎ ﻋ ibadah ibadah
Ma’lûm - مﻮ maklum ma’lum
yang masing-masing mengandung vokal /a/, /i/, dan /u/.
Tetapi bila daftar kata bahasa Indonesia dan bahasa Sunda yang
berasal dari bahasa Arab itu kita teliti lebih cermat, maka akan segera
tampak bahwa kelima vokal tersebut dalam kenyataannya ada yang
diganti, malahan justru dengan vokal yang tidak terdapat dalam bahasa
Arab. Sebagai contoh vokal /a/, /i/, dan /u/, diftong /ai/ dan /au/ bahasa
10
Arab masing-masing diganti dengan vokal /e/ (pepet), /e/ (teleng), /o/
bahasa Indonesaia, /e/ (pepet), / é / (teleng) dan /o/ bahasa Sunda seperti
dalam kata :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Tartîb - ﻴ ﺮ tertib tartib
Dâ’irah - ةﺮﺋاد daerah daérah
Penggantian vokal semacam itu tidak akan dibicarakan pada
penggantin fonem karena penggantian semacam itu merupakan akibat
penyesuaian dengan ketentuan tentang suku kata rangkaian suku kata
dalam membentuk kata.
Gejala yang sama terjadi juga dalam bidang konsonan. Sebagai contoh
konsonan /b/ dan /d/ yang dimiliki oleh bahasa Arab maupun bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda, tetapi terjadi juga penggantian di bawah ini :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Sabt - saptu atau sabtu saptu
Hasûd - دﻮ hasut hasud
Ada lagi satu masalah yang menyangkut fonem vokal, yaitu
penggantian vokal /a/ bahasa Arab, yang dalam tulisan Arabnya
dilambangkan dengan fathah, dengan vokal /o/ bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda yang justru tidak terdapat dalam bahasa Arab. Penggantian
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Qadîm - ﺪ kodim kodim
Ridâ - ﻰﺿر rido rido
Diketahui, vokal /a/ yang lambangnya dalam tulisan Arab berupa
fathah, bila berangkaian dengan konsonan /kh/, /r/, /sh/, /d/, /th/, /z/, /g/
dan /q/ bahasa Arab disebut huruf mufakham11diganti dengan vokal /o/
pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Persoalan penggantian dan penerimaan fonem dalam rangka
penyesuiannya dengan pelonggaran kaidah bahasa Indonesia. Penggantian
dan pelanggaran itu berlaku untuk fonem-fonem bahasa Arab yang tidak
terdapat dalam bahasa Indonesia dan sunda, yaitu fonem konsonan /ś/, /h/,
/kh/, /z/, /s/, /sy/, /sh/, /d/, /th/, /ż/, /..‘./, /g/, /f/, dan /q/. Di samping itu, ada
juga penghilangan, bukan penggantian, yaitu konsonan /..’./ dan fonem
suprasegmental maddah.
a. 1. Konsonan /ś/
Konsonan geser antar gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda pada umumnya
diganti dengan konsonan /s/ geser gigi bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda, baik ia terletak di awal maupun di akhir suku kata. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
ulâsâ - ءﺎ ﻼ selasa salasa
11
Mi âl - لﺎ misal misal
a. 2. Konsonan /h/
Konsonan geser faringal tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa sunda biasanya diganti
dengan konsonan /h/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia terletak
di awal maupun di akhir suku kata. Contoh penggantian itu adalah :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Mahkamah - ﺔﻤﻜﺤ mahkamah mahkamah
a. 3. Konsonan /kh/
Konsonan geser langit-langit lembut bersuara bahasa Arab ini
setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan
konsonan hambat langit-langit lembut tak bersuara, bila ia terletak di awal
suku kata. Penggantian itu misalnya terdapat dalam kata :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Khabr - ﺮ ﺧ kabar kabar
a. 4. Konsonan / ż /
Konsonan geser antargigi bersuara bahasa Arab ini setelah masuk
ke dalam bahasa Indonesia umumnya diganti dengan konsonan hambat
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Iżn - نذإ ijin ijin
a. 5. Konsonan /z/
Konsonan geser gigi bersuara bahasa Arab ini setelah masuk dalam
bahasa Indonesia umumnya diganti dengan konsonan hambat langit-langit
keras bersuara bahasa Indonesia juga. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Ziyârah - ةرﺎ ز jiarah jiarah
Ada juga yang diganti dengan konsonan /s/ bahasa Indonesia,
terutama bila terletak di tengah atau akhir suku kata. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Ijâsah - ةزﺎﺟإ ijasah ijasah
a. 6. Konsonan /sy/
Konsonan geser pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan /sy/
bahasa Indonesia, baik di awal dan lebih-lebih di akhir suku kata. Tetapi
pada bahasa Sunda, konsonan ini diganti dengan konsonan /s/. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
a. 7. Konsonan /sh/
Konsonan geser pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasa diganti dengan konsonan geser
gigi /s/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia menduduki posisi awal
maupun di akhir suku kata. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Nashîhat - ﺔﺤﻴﺼ nasehat nasehat
a. 8. Konsonan /d/
Konsonan hambat pangkal gigi bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan
hambat gigi bersuara bahasa Indonesia /d/. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Da‘îf - ﻴ ﺿ daif doip
a. 9. Konsonan /th/
Konsonan hambat pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini
setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda biasa diganti
dengan konsonan hambat gigi tak bersuara /t/ bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda, baik menduduki posisi awal maupun di akhir suku kata. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
a. 10. Konsonan /z/
Konsonan geser pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan kosonan
samping gigi bahasa Indonesia /l/. Penggantian itu terdapat pada kata yang
sudah lama masuk ke dalam bahasa Indonesia. Bila kata itu relatif baru, ia
diganti dengan konsonan /z/. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Lafz - ﻆﻔﻟ lafal lafal
Hafz - ﻆﻔ hafal hafal
a. 11. Konsonan /..‘../
Konsonan hambat faringal bahasa Arab ini masuk ke dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Indonesia mengalami dua macam perlakuan.
Pertama, bila ia menduduki posisi awal suku, baik suku kata itu di awal
maupun di tengah kata, konsonan tersebut dihilangkan. Kedua, bila ada di
akhir suku kata, konsonan tersebut diganti dengan /k/. Lafal /k/ itu seperti
lafal /k/ bahasa Indonesia yang menduduki posisi akhir suku kata pada
umumnya. Tetapi pada bahasa Sunda, konsonan tersebut tetap
dimunculkan. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
‘ilm - ﻋ ilmu élmu
a. 12. Konsonan /g/
Konsonan geser anak tekak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk
ke dalam bahasa Indonesia pada umumnya diganti dengan konsonan
hambat langit-langit lembut bersuara /g/ bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda, baik ia menduduki posisi awal maupun posisi akhir suku kata,
misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Magfirah - ةﺮﻔﻐ magfirah magfiroh
a. 13. Konsonan /f/
Konsonan geser bibir gigi bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda biasanya diganti dengan konsonan
hambat bibirtak bersuara /p/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia
menduduki posisi awal maupun posisi akhir suku kata. Tetapi pada bahasa
Indonesia masih ada yang dipertahankan. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Fikr - ﺮﻜ pikir pikir
Fitnah - ﺔﻨﺘ fitnah pitenah
a. 14. Konsonan /q/
Konsonan hambat anak tekak tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan /k/
suku kata. Bila ia menduduki posisi awal suku kata, lafalnya seperti lafal
konsonan /k/ bahasa Indonesia yang menduduki posisi awal suku kata.
Tetapi, bila ia menduduki posisi akhir suku kata, lafalnya ada yang seperti
lafal /k/ bahasa Indonesia yang menduduki akhir suku kata. Sebagai mana
bunyi hamzah, ada pula yang berupa konsonan /k/ jelas, seperti bila /k/ itu
menduduki posisi awal kata. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Rizq - قزر rejeki rejeki
Mutlaq - mutlak mutlak
Haqq - hak hak
b. Penghilangan Fonem
Penghilangan fonem ini akan membahas bagaimana penyesuaian
bahasa Arab terhadap bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dengan
mengganti fonem bahasa Arab oleh fonem bahasa Indonesia dan Sunda
yang dianggap paling mirip.
Fonem bahasa Arab yang mendapat dua macam perlakuan12, yaitu diganti dengan fonem bahasa Indonesia atau bahasa Sunda yang paling
mirip bila fonem bahasa Arab itu menduduki posisi akhir suku/kata dan
yang kedua dihilangkan bila fonem tersebut menduduki posisi awal
suku/kata. Fonem bahasa Arab yang mempunyai dua bentuk ialah fonem
yang biasa ditulis dengan huruf ta marbutah ( ة), dan selalu menduduki
12
posisi akhir kata. Lafal fonem tersebut sama dengan lafal konsonan /h/ bila
pengucapan tidak disambung dengan kata berikutnya dan sama dengan
lafal konsonan /t/ bila pengucapan itu disambung dengan kata berikutnya.
Fonem tersebut masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda ada
dua, yaitu : konsonan /h/ dan konsonan /t/ bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda.
Yang menarik tentang fonem itu ialah dikelompokkan menjadi tiga13: pertama, kata-kata fonem penggantinya adalah konsonan /h/ bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda. Kedua. kata-kata fonem penggantinya adalah
konsonan /t/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Ketiga, bentuk yang
berfonem akhir konsonan /t/. Di bawah ini contoh ketiga kelompok kata
tersebut.
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Fâ'idah - ةﺪﺋﺎ faedah faedah
Jamâ'ah/t - ﺔﻋﺎﻤﺟ jamaah/jamaat jamaah
Adapun fonem-fonem yang dihilangkan adalah sebagian berikut:
b. 1. Konsonan /..‘../
Konsonan hambat glottal tak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk
ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa Sunda biasanya dihilangkan baik ia
menduduki posisi awal atau ahir kata. Misalnya :
13
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
‘ulamâ - ءﺎﻤ ﻋ ulama ulama
b. 2. Maddah (â, î, dan û)
Fonem Suprasegmental yang berupa tekanan panjang atau tempo
dalam bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda biasanya dihilangkan, baik ia menduduki posisi awal, tengah
maupun akhir kata. Fonem tersebut dianggap tidak ada pada bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda. Dalam bahasa Arab fonem suprasegmental
melekat pada vokal dan lafal vokal dalam bahasa Arab yang lebih panjang
dibandingkan dengan vokal yang tidak disertai fonem suprasegmental.
Contoh kata yang mengandung fonem suprasegmental itu adalah :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Hâl - لﺎ hal hal
Maqâm - مﺎ makam makom
c. Pelonggaran kaidah Fonem
Pelonggaran kaidah adalah pelonggaran kaidah bahasa dalam usaha
menampung unsur dari luar yang berupa fonem-fonem bahasa.
Pelonggaran itu berupa menerima fonem bahasa dan menggunakannya
dalam bahasa lainnya. Dengan kata lain, fonem-fonem yang diterima
dalam bahasa itu tidak lagi diganti dengan fonem lain yang mirip. Di
semuanya fonem konsonan dan tidak ada fonem vokal atau fonem
suprasegmental.
a. Konsonan /f/
Konsonian /f/ agaknya diterima oleh bahasa Indonesia cukup
banyak, sebagian dari kata itu masih mempunyai dua bentuk. Yang satu,
masih dengan konsonan /f/ dan yang kedua, sudah diganti dengan /p/. Ada
juga /f/ dan /p/ itu yang sudah fonemis. Misalnya terdapat dalam kata
kafan dan kapan. Namun tidak terlalu banyak dalam bahasa Sunda.
Kebanyakan, pada bahasa Sunda fonem /f/ diubah menjadi /p/. seperti
halnya dalam kata fitnah (indonesia) pada bahasa Sunda menjadi pitenah.
Di bawah ini contoh yang masih mempunyai kembaran tanpa /f/
maupun yang sudah tidak mempunyai lagi.
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Infaq - ﻔ ا Infak infak
b. Konsonan /kh/
Konsonan /kh/ dari bahasa Arab kiranya juga diterima oleh bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda. Ada juga yang masih mempunyai bentuk
kembaran, yang satu masih dengan konsonan /kh/ dan satunya lagi,
konsonan itu sudah diganti dengan /h/. Ada juga /kh/ dan /h/ itu yang
sudah fonemis, misalnya dalam khas dan has. Di bawah ini contohnya :
Akhlâq - قﻼﺧا Akhlak Ahlak
Khâliq ﻟﺎﺧ Khalik Halik
c. Konsonan /sy/
Konsonan ini diterima oleh bahasa Indonesia dan bahsa Sunda
tidak banyak, karena sedikit kata kembar yang /sy/ dan /s/. Konsonan ini
yang sudah fonemis misalnya dalam kata syarat dan sarat. Bahkan, pada
bahasa Sunda konsonan /sy/ hanya ditukar dengan konsonan /s/. Di bawah
ini contoh-contoh yang mengandung konsonan /sy/:
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Syukr - ﺮﻜﺷ Syukur Sukur/ syukur
Syart - طﺮﺷ Syarat/ Sarat Sarat
d. Konsonan /z/
Konsonan /z/ diterima oleh bahasa Indonesia karena berbeda
dengan Konsonan bahasa Arab yang lainnya. Konsonan ini dipergunakan
untuk mengganti konsonan bahasa Arab selain /z/. Namun pada bahasa
Sunda, konsonan /z/ diganti dengan /j/.
Di bawah ini contoh kata-katanya, baik berasal dari konsonan /z/
maupun konsonan lainnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
2. Pola Suku Kata
Untuk pembahasan masalah ini, perlu diketahui lebih dahulu pola-pola
suku kata yang dimiliki oleh masing-masing bahasa. Dan pola suku kata bahasa
Arab ada tiga pola suku kata. Ada pun pola-pola suku kata dan contohnya sebagai
berikut :
1. KV (Konsonan Vokal)
Contoh : ja-da - (ﺪﺟ)
2. KVK (Konsonan Vokal Konsonan)
Contoh : bab - بﺎ , mas-jid -ﺪ
3. KVKK (Konsonan Vokal Konsonan Konsonan)
Contoh : fikr - ﺮﻜ
Bahasa Indonesia memiliki empat pola suku kata. berikut adalah
keempat pola beserta contohnya:
1. V (Vokal)
Contoh : a-ku, e-mas, i-kat, o-rang
2. VK (Vokal Konsonan)
Contoh : am-bil, un-dang, in-dah
3. KV (Konsonan Vokal)
Contoh : ma-u, ta-hu, mu-da
4. KVK (Konsonan Vokal Konsonan)
Sedangkan bahasa Sunda memiliki enam pola suku kata (engang).
Keenam pola tersebut sebagai berikut:
1. V (Vokal)
Contoh : a-ya, a-bah, i-raha
2. VK (Vokal Konsonan)
Contoh : ab-di, im-bit
3. KV (Konsonan Vokal)
Contoh : ba-pa, ti-suk
4. KVK (Konsonan Vokal Konsonan)
Contoh : ban-da, har-ta, cen-tok
5. KKV (Konsonan Konsonan Vokal)
Contoh : pra-bu, sri-pang-gung
6. KKVK (Konsonan Konsonan Vokal Konsonan)
Contoh : tres-na, brang-ta
Karena perbedaan pola itulah maka penyerapan kata-kata dari bahasa
Arab ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda membawa dua macam
akibat.14 Pertama, penyesuaian kata-kata bahasa Arab yang masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahsa Sunda disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, terutama kaidah yang menyangkut
suku kata, dan pelonggaran kaidah bahasa Indonesia guna menampung
14
unsur dari luar. Kedua, diserap secara langsung atau utuh tetapi belum
sepenuhnya menjadi milik bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
D. Kata-kata Istilah, Pengulangan (reduplikasi), dan Imbuhan (afiksasi) 1. Kata Istiliah
Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya, dalam penyerapan bahasa
asing ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dibedakan menjadi dua, yaitu :
unsur serapan yang belum sepenuhnya diserap ke dalam kedua bahasa dan unsur
serapan yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda.
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat
mengungkapkan konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang
tertentu.15 Kata-kata istilah yang khususnya dari bahasa Arab tentang istilah keagamaan digolongkan pada unsur serapan jenis pertama, yaitu belum
sepenuhnya diserap ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Berikut beberapa contohnya:
Bahasa Arab Bahasa Indonesai Bahasa Sunda
al-marhûm مﻮ ﺮﻤﻟا al-marhum al-marhum
Ustâdz ذﺎﺘ أ ustadz ustad
’Ażân ناذأ adzan adan
15
2. Pengulangan (reduplikasi)
Reduplikasi adalah proses morfologi yang mengulang bentuk dasar, baik
secara keseluruhan, secara sebagian maupun dengan perubahan bunyi.16 Contoh kata ulang seluruhnya adalah aba menjadi aba-aba. Contoh kata ulang sebagian
seperti berkata menjadi berkata-kata dan contoh kata ulang sebagian dengan
perubahan bunyi seperti muda-mudi atau bolak-balik. Reduplikasi berfungsi
sebagai alat fonologis atau gramatikal dalam sebuah proses pengulangan satuan
bahasa.17
Dalam bahasa Sunda proses reduplikasi ini dinamakan rajekan.18 Pada kedua bahasa, Indonesia dan Sunda, gejala reduplikasi hampir mirip, yakni,
reduplikasi dwipurwa, dwilingga / dwimurni, dwilingga salin swara /dwiréksa ,
dwiwasana, kombinasi/ binarung rarangkén dan trilingga.
Berikut adalah contoh reduplikasi ke dua bahasa:
1. Dwipurwa (pengulangan suku pertama pada kata)
Ind. : tetangga, lelaki
Sund. : kokolot, pupuhu
Ada perbedaan sedikit dalam pengulangan suku kata, pada bahasa
Indonesia terjadi pelemahan vokal, sedang pada bahasa Sunda tidak.
2. Dwilingga / Dwimurni (pengulangan kata)
Ind. : rumah-rumah, makan-makan
Sund. : jalma-jalma, nini-nini
16
Abdul Chaer, Op. cit., h. 182 17
Ibid, h. 31 18
3. Dwilingga Salin Swara / dwiréksa (pengulangan kata dengan variasi
pada fonem)
Ind. : mondar-mandir, corat-coret
Sund. : sura-seuri, curat-corét
4. Dwiwasana ( pengulangan bagian belakan dari kata)
Indo. : pertama-tama, perlahan-lahan
Sund. : saalus-alus,
5. Kombinasi / Binarung Rarangkén (pengulangan yang berimbuhan)
Ind. : men- cakar-cakar, turun- te-murun, tumbuh-tumbuh -an
Sund. : pa-huleng-huleng, kukuda-an, aprak-aprak-an
6. Trilingga (pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi fonem)
Ind. : dag-dig-dug, dar-der-dor
Sund. : balg-blig-blug, dar-dér-dor
Namun reduplikasi tersebut tidak terdapat dalam bahasa Arab. Yang ada
dalam bahasa Arab adalah kata-kata yang bermakna tunggal (mufrad), bermakna
dua (mutsana) dan bermakna banyak (Jama') yang kemudian dalam bahasa
Bentuk tunggal (mufrad)
بﺎﺘآ /kitâb/ artinya buku
Bentuk bermakna dua (mutsanna)
نﺎ ﺎﺘآ /kitâbân/ artinya dua buku
Bentuk bermakna banyak (jama')
ﺘآ /kutub/ artinya buku-buku
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa bentuk pengulangan dari
kata seperti ulama-ulama, sehat-sehat dan sarat-sarat bukan bentuk kata bahasa
Arab. Pengulangan kata itu terjadi setelah kata dasar dari bahasa Arab diserap ke
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Setelah itu kata-kata serapan tersebut
dianggap sebagai warga kata bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Dengan
demikian, kata-kata tersebut dapat diulang seperti kata-kata bahasa Indonesia asli.
Dengan kata lain, dalam bahasa arab tidak ada pengulangan. Pengulangan pada
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda lebih banyak digunakan untuk menyatakan
bentuk jamak (banyak) dari suatu kata.
3. Imbuhan (Afikasasi)
Dari sebuah kata dasar, dapat dibentuk sejumlah kata lain yang masih
bertalian dari segi bentuk, lafal maupun maknanya. Misalnya, kita ambil kata
dasar tulis. Dari kata dasar ini akan terbentuk kata bentukan baru menulis, ditulis,
menuliskan, bertuliskan, tulisan, tuliskan, tulisi dan sebagainya. Misal dalam
bahasa Sunda, dari kata gawé, bisa diperoleh bentukan baru seperti, ngagawékeun,
Proses perubahan seperti tersebut diatas dinamakan afiksasi atau
pemberian imbuhan pada kata. Afiksasi (imbuhan) dalam bahasa Sunda disebut
dengan istilah rundayan.19 Ada pun bentuk dan pola imbuhan ke dua bahasa
adalah sebagai berikut:
1. Awalan / Rarangkén Hareup (prefiks)
Pemberian imbuhan diawal kata. Contoh:
Ind. : melamar, ditulis, beriman
Sund. : kahayang, didahar, ariman
Awalan dalam bahasa Indonesia antara lain, me-, di-, ber-, ke-, ter-,
pe-, per-pe-,dan se-.
Rarangkén hareup dalam bahasa Sunda antara lain, ba-, barang-, di-,
ka-, N-, pa-, pada-, pang-, para-, per-, pi-, sa-, sang-, si-, silih/sili-, ti-,
dan ting/pating-.
2. Sisipan / Rarangkén Tengah (infiks)
Pemberian imbuhan ditengah kata. Contoh:
Ind. : gemetar, gelegar, sinambung,
Sund. : larieur, tinulis, lumampah, sarolat, jarakat
Sisipan dalam bahasa Indonesia antara lain, -el-, -er-, -em-, dan -in-.
Rarangkén Tengah dalam bahasa Sunda antara lain, -ar-, -um-, dan –
in-.
19
3. Akhiran / Rarangkén Tukang (sufiks)
Pemberian imbuhan akhir kata. Contoh:
Ind. : layangkan, masukan, maknai
Sund. : sakolaan, dahareun, bajuna
Akhiran pada bahasa Indonesia antara lain, -an, -kan, dan -i.
Rarangkén tukang dalam bahasa Sunda antara lain, -an, eun, -ing/ning,
-keun, dan -na/ana/nana.
4. Gabungan / Barung (konfiks)
Pemberian imbuhan digabungkan antara awalan dan akhiran. Contoh:
Ind. : diberikan, keadaan
Sund. : dibikeunan, kaayaan, sajadina
Bentuk gabungan pada bahasa indonesia antara lain, me-kan, di-kan,
ke-an, per-an, dan lain-lain.
Bentuk Rarangkén barung pada bahasa Sunda antara lain, di-an, ka-an,
sa-na, pika-eun, dan lain sejenisnya.
5. Kombinasi / Bareng (ambifiks)
Pemberian imbuhan dilakukan dengan cara mengkombinasikan kata
yang sudah diberi imbuhan deberikan lagi imbuhan. Contoh:
Ind. : memperbodohi, memperistrikan
Kombinasi dalam bahasa Indonesia antara lain, memper-i,
memper-kan, dan sejenisnya.
Rarangkén Bareng dalam bahasa Sunda antara lain, saka-na,
di-pang-N-ar---an-keun, dan sejenisnya.
E. Hakikat Makna dan Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Arab
Perubahan bahasa (linguistic change) yaitu berubah atau bergantinya
tanda-tanda bahasa dari satu tahap ke tahap yang lainnya, sedangkan berubahnya
makna (semantic change) yaitu berubahnya makna dalam perkembangan sejarah
suatu bahasa atau akibat dari persinggungan dengan bahasa lain.20
Dari keterangan di atas, jelas bahwa perubahan makna membahas seputar
bergantinya suatu keadaan dan bentuk makna, meluas dan menyempit, menambah
atau mengurangi sifat rasa, bertukar rasa, dan lain-lain yang berkaitan ketika
bahasa digunakan.
Bahasa, dalam perkembanganya selalu berubah-ubah mengikuti
perkembangan para penuturnya. Begitu juga dengan makna, makna leksikal atau
makna idiomatikal dalam suatu bahasa sering sekali mengalami
perubahan-perubahan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan tersebut terjadi, di
antaranya akibat pengaruh bahasa lain. Selain itu, ada juga hal-hal yang bersifat
praktis bisa menyebabkan bahasa berubah, seperti, disebabkan berkembangnya
bahasa dan berkembangnya para penutur bahasa.
20
Sebab perubahan arti dapat sangat bermacam-macam. Akan tetapi, hakikat
perubahan arti dari ungkapan tertentu selalu dapat diasosiasikan. Selalu terdapat
jenis hubungan tertentu yang mengaitkan antara arti lama sebuah kata atau
ungkapan dengan arti baru yang dimilikinya. Secara umum, hubungan tersebut
dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu hubungan yang didasarkan atas keserupaan
(similarity) dan hubungan yang didasarkan atas kedekatan (contiguity). Hubungan
dalam yang pertama biasa disebut metafora dan yang kedua disebut metonimi.
F. Jenis Perubahan Makna a. Meluas (generalisasi)
Makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang
sebelumnya hanya memiliki sebuah makna, tetapi karena berbagai macam faktor
kemudia memiliki makna-makna yang lain.
Perubahan makna meluas adalah perubahan yang terjadi pada sebuah kata
yang pada awalnya hanya memiliki sebuah makna, dengan perkembangan zaman
kata tersebut menjadi makna-makna yang lain. Seperti pada kata ﺎدأ /abâd/ yang
bermakna ‘masa’21, dalam bahasa Indonesia kata abad bermakna ‘masa 100 tahun,’22 dan pada bahasa Sunda makna kata abad menjadi ‘masa 100 tahun, dan zaman’.
21
Munawir, A, W, h.1 22
b. Menyempit (spesialisasi)
Makna menyempit adalah kebalikan dari makna meluas. Kata yang
sebelumya memiliki makna yang luas berubah menjadi kata yang memiliki makna
terbatas (khusus). Contoh pada kata ﻟﺎﻋ /‘âlim/ yang bermakna ‘orang yang
berilmu,’23 dalam bahasa Indonesia kata alim bermakna ‘berilmu, berpengetahuan pandai dalam hal agama Islam,’24 dan pada bahasa Sunda kata alim bermakna ‘orang yang luas pengetahuan agamanya, saléh’.25
c. Peninggian Makna (ameliorasi)
Peninggian makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna
yang baru dirasakan lebih tinggi/ hormat/ halus/ baik nilainya daripada makna
lama. Contoh, bung ‘panggilan kepada orang laki-laki’ makna baru ‘panggilan
kepada pemimpin’ putra ‘anak laki-laki’ makna baru ‘lebih tinggi daripada anak’.
Bojo (istri) dirasa lebih tinggi dari pada pamajikan. Habib ‘yang dicintai-siapa
saja’ makna baru ‘panggilan untuk orang yang diduga keturunan Nabi
Muhammad Saw.’
d. Penurunan Makna (Peyorasi)
Penurunan makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna
baru dirasakan lebih rendah/ kurang baik/ kurang menyenangkan nilainya
daripada makna lama. Contoh, bini ‘perempuan yang sudah dinikahi’ lebih
23
Munawir, A, W, h.1 24
Departemen Pendidikan Nasional, h. 30 25
rendah daripada istri/ nyonya. Bunting ‘mengandung’ lebih rendah dari kata
hamil, gorombolan ‘kumpulan orang’ lebih rendah dengan makna baru
‘sekelompok orang yang ingin mengganggu keamanan’.
e. Persamaan (asosiasi)
Asosiasi ialah perubahan makna yang terjadi akibat persamaan sifat antara
makna lama dan makna baru. Contoh, amplop ‘sampul surat’ makna baru ‘uang
sogok’, bunga ‘kembang’ makna baru ‘gadis cantik’, dua kata ini pada bahasa
Sunda pun sama. Fulus ‘uang’ makna baru ‘komisi’.
f. Pertukaran (sinestesia)
Sinestesia ialah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua indera
yang berbeda dari indera penglihatan ke indera pendengar, dari indera perasa ke
indera pendengar, dan sebagainya. Contoh, suaranya terang sekali (pendengaran ke penglihatan), rupanya manis (penglihat ke perasa), namanya harum
(pendengar ke pencium). Amis budi (perasa ke penglihat), sorana lemes pisan
BAB III
Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab pada al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Surah At-Taubah
Ayat 1-50
Terkait kata serapan yang terdapat di dalam terjemahan al-Qur’an bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda, penulis melakukan pendekatan secara langsung
terhadap kata-kata serapan dari bahasa Arab yang digunakan dalam terjemahan
sehingga menjadi milik bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Kemudian penulis
akan menggabarkan dalam betuk tabel, perbandingan bentuk dan perbandingan
perubahan makna.
Pada prosesnya, penulis akan menyertakan terjemahan al-Qur’an kedua
bahasa supaya langsung terlihat jelas kata serapan dari bahasa Arab dipergunakan
seperti apa dan bentuk jadiannya menjadi seperti apa. Dari titik inilah kemudian
penulis akan membuat daftar bentuk kata serapan dan daftar perubahan makna
dari makna asal ke makna yang sudah menjadi milik dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda.
Pada proses memperbandingkan, penulis akan menggunakan cara
tersendiri, yakni, pada setiap ayat, penulis akan memberikan keterangan bagian
mana yang berubah bagian mana yang tidak. Untuk menandai, penulis
menebalkan kata yang diserap dari bahasa Arab pada terjemahnya. Kemudian
jika menemukan kembali kata yang sama pada ayat selanjutnya, kecuali terjadi
perubahan.
A. Perbandingan Perubahan Makna Kata serapan
×
οu™!#tt/
z
⎯ÏiΒ
«
!$#
ÿ
⎯Ï&Î!θß™u‘uρ ’n<Î)
t
⎦⎪Ï%©!$#
Ν›?‰yγ≈tã
z
⎯ÏiΒ
t
⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9$#
∩⊇∪
1. (Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan RasulNya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka).
1. (Ieu téh wawaran) putusna hubungan ti Allah katut ka Rasul-Na ka jalma-jalma musrikin anu (jeung maranéhna) maranéh geus nalikeun pasini.
Kata allah, rasul, musyrikin, kaum, dan muslimin pada terjemahan bahasa
Indonesia adalah serapan dari bahasa Arab. Begitu juga kata allah, rasul dan
musrikin pada terjemahan bahasa Sunda. Pada proses penyerepan oleh kedua
bahasa tersebut, beberapa kata mengalami cara yang sama dalam penyerapannya
dan tidak mengalami perubahan makna, seperti kata allah dan rasul keduanya
tidak berubah. Baik bunyi, ataupun maknanya. Berbeda dengan kata musyrikin,
muslimin, kaum, musrikin, muslimin, dan kaom pada kedua bahasa.
Pada proses penyerapan, kata
ﻦﻴآﺮﺸ
/musyrikîn/ menjadi musyrikin danmusrikin mengalami penyesuaian fonem. Konsonan /
ش
/ dalam bahasa Arabmenjadi /sy/ dalam bahasa Indonesia dan menjadi /s/ dalam bahasa Sunda.
makna terjadi sedikit pergeseran akibat perubahan dari bentuk jamak dalam
bahasa Arab, menjadi bentuk tunggal dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Sehingga dalam penggunaan kata musyrikin dan musrikin untuk memberikan
padanan pada kata
ﻦﻴآﺮﺸ
/musyrikîn/ dalam bahasa Arab yang bermakna ‘parapelaku perbuatan syirik atau musyrik’ harus didampingi atau dimunculkan kata
orang-orang dalam bahasa Indonesia dan jalma-jalma dalam bahasa Sunda
sebagai pengganti bentuk jamak. Begitu juga yang terjadi pada kata ﻦﻴﻤ
/muslimîn/ dan مﻮ /qoum/ yang diserap ‘begitu saja.’ Selain bunyi yang diserap
begitu saja, makna yang diambil pun begitu saja adanya.
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat pertama:
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
ﷲا /Allah/ Allah Allah
لﻮ ر /Rasûl/ Rasul Rasul
ﻦﻴﻜ ﺮﺸ /Musyrikîn/ Musyrikin Musrikin
ﻦﻴﻤ /Muslimîn/ Muslimin Muslimin
مﻮ /Qoum/ Kaum Kaom
(
#θßs‹Å¡sù
’Îû
Ç
Úö‘F{$#
s
πyèt/ö‘r&
9
åκô−r&
(
#þθßϑn=÷æ$#uρ
ö/ä3¯Ρr&
ç
öxî
“Ì“Éf÷èãΒ
«
!$#
¨
βr&uρ
©
!$#
“Ì“øƒèΧ
t
⎦⎪ÍÏ≈s3ø9$#
∩⊄∪
dapat melemahkan Allah, dan Sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir.
2. Ku kituna, pek maranéh (musrikin) geura ngalalana di ieu bumi opat bulan, jeung sing nyaho yén saéstuna maranéh moal bisa lésot (tina siksaan) Allah jeung (sing nyaho) yén Allah téh ngahinakeun jalma-jalma kapir.
Pada ayat kedua ini, ditemukan kata kafir dalam bahasa Indonesia dan
kapir dalam bahasa Sunda. Kata tersebut diserap dari kata ﺮ ﺎآ /kâfir/ yang
mengandung makna ‘pelaku.’ Sedangkan dalam bahasa Indonesia dan Sunda
menjadi kata sifat saja. Pada bunyi, kata kafir dalam bahasa Indonesia tidak
mengalami penyesuaian fonem. Tetapi pada bahasa Sunda, fonem /ف/ menjadi
/p/. Makna tidak berubah. Pada bahasa Arab kâfir bermakna ‘yang tidak beriman
kepada Allah.’1 Pada bahasa Indonesia kafir bermakna ‘orang yang tidak percaya kepada Allah dan RasulNya.’2 Pada bahasa Sunda kapir bermakna ‘orang yang tidak percaya pada wahyu Allah yang disampaikan oleh para rasulnya.’3
Berbeda dengan kata musyrikin dan muslimin di atas yang diserap secara
utuh dari bentuk jamak kata
ﻦﻴآﺮﺸ
/musyrikîn/ dan kata ﻦﻴﻤ /muslimîn/, katakafir dan kapir tidak demikian, melainkan diserap dari bentuk tunggalnya ﺮ ﺎآ
/kâfir/.
1 Munawir, A, W, h. 1309 2
Departemen Pendidikan Nasional, h. 489 3
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat kedua:
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
ﺮ ﺎآ /kâfir/ kafir kapir
×
β≡sŒr&uρ
š
∅ÏiΒ