MANAJEMEN POLA RETRIBUSI DAN DISTRIBUSI DANA SOSIAL MASYARAKAT PADA MASJID DAN MUSHALLA SEBAGAI
PENGEMBANGAN DARI FUNGSI LEMBAGA KEAGAMAAN ( Studi Kasus Manajemen Dana Sosial Masyarakat,
Masjid dan Mushalla di Kelurahan Cireundeu )
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
Bayu Eka Pratikto NIM: 105046101586
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
▸ Baca selengkapnya: proposal bantuan sound system masjid
(2)(3)(4)Lembar Pernyataan:
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 23 Juni 2011
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Dengan kasih sayang dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa shalawat dan salam
semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah
mengajarkan risalah kebenaran di muka bumi ini.
Di balik kekurangan dan keterbatasannya, penulis merasa sangat bahagia atas
terselesaikannya skripsi ini. Cukup banyak hambatan dan kesulitan dalam
menyelesaikan skripsi ini yang penulis temui namun alhamdulillah berkat izin dan
pertolongan-Nya serta bantuan dari berbagai pihak, penulis mampu mengatasinya.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak Mu'min Ro'up S.Ag,MA. selaku Ketua
dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Nuryamin Aini,MA, pembimbing skripsi yang telah meluangkan
waktu di sela-sela kesibukan untuk memberi masukan dalam penyusunan skripsi
vii
4. Seluruh dosen program studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum, terima
kasih atas ilmu yang telah disampaikan.
5. Segenap pengurus DKM Masjid dan Mushallah di kelurahan Cireundeu yang
bersedia memberikan informasi yang detail mengenai data penelitian yang
Penulis butuhkan terkait dengan manajemen pengelolaan dana sosial Masyarakat
khususnya zakat, infaq dan shadaqoh.
6. Orang tua penulis, Bapak Purwanto Slamet dan Ibu Atikah. Terima kasih tiada
terhingga atas dukungan moril dan materil serta doa yang selalu dipanjatkan
sehingga ananda diberi kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada seluruh kerabat Penulis. Nenek, Mbah serta Om dan Tante yang luar
biasa memberikan dukungan dan semangat kepada Penulis untuk bias segera
merampungkan tugas akhir ini.
8. Saudariku Rina Dwi Kartika terima kasih atas dukungan dan doa sehingga mas
bayu bias menyelesaikan kuliah hingga akhir, semoga Rina semakin giat dalam
menuntut ilmu dan meraih prestasi yang lebih gemilang
9. Seluruh kepengurusan di Majlis Ta’lim Baitul Ula dan TPA- Pendidikan Islam
Baitul Ula, Terima kasih atas segala fasilitas dan ilmu yang diberikan. Bang
Dedi, Bang Dita, Ka Acis, Ali, Agung dll semoga kebersamaan ini mengarahkan
kita menuju insan yang senantiasa ringan dalam memberikan manfaat kepada
viii
10.Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Syariah Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
11.Seluruh teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2005, khususnya kelas B,
Naidy Sultony, Mochammad Imam Baihaqi, Khoirul Anwar HD, Sadar Rukmana,
Abdul Fatah, Firdaus Simatupang, dll. Juga Zainal Arifin, Ida Farida, Erik
Lesmana, Amjani dan Faiz Terima kasih atas persahabatan yang terjalin dan
dorongan semangat yang diberikan. Semoga silaturahim kita takkan terputus
selama-lamanya.
12.Seluruh pihak yang telah banyak berjasa dalam proses penyelesaian skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi sedikitpun rasa
terima kasih dari penulis.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan Bapak, Ibu, dan Saudara/i semua
dengan pahala yang berlipat ganda.
Jazaa Kumullah biahsanil jaza
Jakarta, 21 Juli 2011
ix DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 8
E. Tinjauan Studi Terdahulu 9
F. Metode Penelitian 12
G. Sistematika Penulisan 15
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian dan Fungsi Manajemen 18
B. Masjid sebagai Basis Pengembangan Potensi Ummat 20
C. Dana Sosial Masyarakat 22
BAB III PROFIL KELURAHAN CIREUNDEU
A. Data Wilayah 36
B. Keadaan Demografi 37
C. Potensi Wilayah 40
x BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Proses Penelitian 48
B. Manajemen Pengelolaan Dana ZIS Masjid dan Musholla 55
(Se-kelurahan Cireundeu)
1. Perencanaan (Planning) 56
2. Pengorganisasian (Organizing) 62
3. Pelaksanaan (Actuating) 65
4. Pengawasan (Controlling) 74
C. Rekapitulasi Dana ZIS Masjid dan Musholla 78
(Se- kelurahan Cireundeu )
D. Analisa SWOT Manajemen Pengelolaan Dana Sosial 84
Masyarakat pada Masjid dan Mushalla di kelurahan
Cireundeu
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 89
B. Saran 91
DAFTAR PUSTAKA 93
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia kian hari memang kian
meningkat.1 Namun, apakah peningkatan angka pertumbuhan ekonomi yang
dilihat dari kaca mata makro tersebut memiliki dampak yang linear terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan? Pertanyaan
ini menjadi pekerjaan rumah yang cukup berat untuk siapapun yang saat ini
sedang duduk di dalam pemerintahan untuk dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi termasuk di dalamnya meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat Indonesia.
Islam mengenal beberapa cara atau usaha untuk mengelola
sumber-sumber kas negara yang dihimpun melalui mekanisme penghimpunan dana
pilantropi ummat seperti zakat, infak, shodaqoh, dan sebagainya. Zakat dalam
ekonomi memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai alat ibadah yang memberikan
kemanfaatan individu bagi orang yang membayar zakat dan kemanfaatan kolektif
bagi orang-orang di lingkungan yang menjalankan sistem zakat. Zakat bagi orang
yang membayarnya dapat memiliki fungsi untuk membersihkan hatinya dari sifat
2
kekikiran dan rasa kecintaan terhadap harta yang berlebihan. Zakat juga bersifat
menyucikan. Maksudnya bahwa zakat akan menyuburkan sifat-sifat kebaikan
dalam hati manusia. Zakat akan mengingatkan orang yang memiliki kecukupan
harta bahwa ada hak orang lain yang terdapat di dalam hartanya. Salah satu
karakteristik daripada zakat adalah bahwa ia merupakan suatu hal yang positif
sebagai suatu sarana pembentukan ekonomi yang berdasarkan asas kekeluargaan
dan bersendikan pada kesetiaan persaudaraan.2
Sejak kemunculan Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) No. 38
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, pendirian lembaga-lembaga
pengumpulan dan pendistribusian zakat pun kian merembak. Hal ini memberikan
peluang bagi keberlangsungan pengelolaan zakat di Indonesia untuk bisa berjalan
dengan lebih optimal. Pola penghimpunan dana zakat yang rapih pun mulai
dikembangkan oleh masing-masing lembaga zakat. Sebut saja periode Muharam
1430 H, (akumulasi dari Ramadhan 1429 –Muharam 1430 H) salah satu lembaga
zakat profesional Dompet Dhuafa Republika berhasil mengumpulkan zakat
sebesar Rp 23.808.683.850.3 Jumlah ini masih dapat dioptimalkan dalam
kuantitas yang lebih lagi, melihat potensi zakat yang ada di Indonesia. Namun
2
Abdullah Zakiy Al Kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam ( Bandung:Pustaka Setia,2002), h.127
3
disayangkan, keberadaan fakta seperti itu belum cukup untuk mengentaskan
masalah besar ekonomi yaitu penanggulangan kemiskinan.
Pola pendistribusian zakat yang maksimal akan menghasilkan upaya
pengentasan kemiskinan yang maksimal pula. Pendistribusian zakat diharapkan
untuk diarahkan kepada penciptaan iklim kemandirian bagi seseorang, agar bisa
mempertahankan kehidupannya dengan usaha membentuk perekonomian yang
baik. Upaya pengentasan kemiskinan dapat dilakukan dengan cara memutus akar
dan mata rantai permasalahan kemiskinan itu sendiri, di antaranya adalah dengan
penguatan berbagai aspek di sektor Usaha Menengah, Kecil dan Mikro
(UMKM). Dalam konteks ini, arti penting UMKM tidak terbantahkan lagi.
Tetapi hingga kini UMKM masih berada dalam kondisi yang belum berubah
meskipun berbagai program telah dijalankan. Perhatian dalam bidang ini masih
belum dianggap sebagai prioritas sehingga sering dalam pelaksanaannya tidak
memenuhi kebutuhan pengembangannya dalam jangka panjang.4
Dewasa ini muncul fenomena yang cukup menggembirakan, dimana
sebagian masyarakat menyadari bahwa mereka diwarisi tugas untuk memikirkan
masalah kesejahteraan masyarakat. Mereka bersosialisasi dalam suatu wadah
untuk berfikir tentang bagaimana usaha untuk menyejahterakan masyarakat, dan
membangun kesadaran bahwa ekonomi yang baik adalah ekonomi yang dapat
mensejahterakan rakyat banyak tidak hanya berkutat pada masalah keuntungan
4
4
individualis. Salah satu wadah yang digunakan oleh sebagian masyarakat untuk
mengolah potensi yang mereka miliki guna memikirkan masalah tersebut adalah
masjid. Pengelolaan masjid dewasa ini, yang ditandai dengan era globalisasi,
pasti menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan yang sangat kompleks.
Penetrasi gelombang budaya asing yang bersifat destruktif medorong para
pengelola masjid untuk mempersiapkan manajemen yang lebih baik dan
berkualitas. Salah satunya adalah bagaimana menjadikan masjid bukan hanya
sebagai tempat untuk ibadah ritual, tetapi juga memposisikan masjid sebagai
tempat yang memiliki multi fungsi yaitu fungsi keagamaan, fungsi sosial dan
fungsi ekonomi. Sebagai suatu aktivitas yang sangat terpuji, pengelolaan masjid
harus dilaksanakan secara profesional dan menuju pada sistem manajemen
modern, sehingga dapat mengantisipasi perkembangan yang terus berubah dalam
kehidupan masyarakat yang maju dan berkualitas. Tidak sedikit masjid yang
memberikan perhatian lebih dalam menyikapi permasalahan ekonomi khususnya
yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Beberapa macam
lembaga ekonomi seperti Baitul Maal, Lembaga Zakat pun didirikan untuk
mengakomodasi kepentingan ummat tersebut.
Namun masih disayangkan, pengelolaan manajemen kebanyakan masjid
yang ada di sekitar kita masih belum memperhatikan masalah-masalah yang
sebenarnya berhak untuk diberi porsi perhatian yang lebih, khususnya terkait
dengan bagaimana meningkatkan kesejahteraan ummat. Misalnya, Amil masjid
5
kedatangan Bulan Suci Ramadhan. Amil Zakat dibentuk dengan segala
kesederhanaan di dalam melaksanakan aktifitas kerjanya. Aktivitas seperti
penghimpunan dana sosial masyarakat berupa zakat, infaq dan shadaqoh dirasa
masih kurang optimal, belum lagi hal itu dikaitkan dengan efektivitas penyaluran
dana tersebut kepada masyarakat. Hal ini bisa dijadikan bahan evaluasi bagi para
pemerhati kesejahteraan ummat di kalangan ummat Islam umumnya dan bagi
para pengelola dana ummat pada khususnya.
Pada suatu kawasan dalam ruang lingkup yang sederhana seperti suatu
kelurahan, ditemukan banyak Masjid atau Mushalla. Dalam hal ini, kita bisa
melihat dan memberikan suatu penilaian tentang sejauh mana keberadaan masjid
atau mushalla yang ada dalam memberikan kontribusi yang lebih signifikan
terkait dengan masalah yang sebelumnya telah dibicarakan yaitu tentang
bagaimana peranan masjid dalam memikirkan kesejahteraan ummat, khususnya
terkait dengan keberadaan lembaga-lembaga yang mengelola dana ummat seperti
amil zakat yang terdapat pada masjid dan mushalla yang ada.
Atas dasar beberapa pemikiran di atas, penulis mencoba untuk menyusun
sebuah tulisan dalam bentuk skripsi dengan judul
“Manajemen Pola Retribusi dan Distribusi Dana Sosial Masyarakat pada Masjid dan Mushalla sebagai Pengembangan dari
Fungsi Lembaga Keagamaan”
6 B. Identifikasi Masalah
Zakat merupakan ibadah yang bersifat individu. Artinya, zakat adalah
kewajiban dari seorang individu untuk mengeluarkan sebagian dari harta yang
dimiliki untuk tujuan membersihkan kualitas dari harta yang telah diperolehnya.
Fenomena seseorang membayarkan zakatnya merupakan sesuatu yang perlu
diperhatikan, karena hal ini terkait dengan beberapa pertimbangan di antaranya
bagaimana dana zakat yang tersalurkan dapat digunakan secara maksimal.
Dengan kata lain, pengelolaan zakat tersebut tepat sasaran, tepat guna dan tepat
waktu. Masjid dan mushalla merupakan salah satu wadah yang dapat dijadikan
sebagai tempat pemberdayaan ummat. Salah satunya dengan mengoptimalkan
peran dana zakat yang terhimpun pada masjid atau mushalla. Oleh karenanya,
para pengelola atau amil masjid dan mushalla yang ada harus memiliki
manajemen pola penghimpunan serta pendistribusian dana pilantropi yang
maksimal. Sehingga masyarakat tidak ragu dalam menyalurkan sebagian
kelebihan harta yang mereka miliki (dalam bentuk dana sosial) untuk disalurkan
kepada masjid dan mushalla dimana mereka tinggal, karena lingkungan yang
terdekat menjadi tanggung jawab pertama setelah pribadi dan keluarga. Seiring
dengan perkembangan teknologi dan zaman, maka sudah seyogyanya
manajemen pengelolaan masjid khususnya terkait dengan pengelolaan dana
sosial masyarakat bisa lebih maksimal, lebih profesional dan terpercaya serta
7 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dengan pertimbangan bahwa pembahasan sangat luas, penulis
mengarahkan fokus bahasan hanya pada amil masjid dan mushalla di Kelurahan
Cireundeu dalam memanfaatkan dana sosial masyarakat (charity fund). Adapun
dana sosial masyarakat yang penulis maksud adalah zakat, infaq dan shadaqoh.
Dari pembatasan di atas, penulis mencoba menguraikan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana manajemen pengelolaan dana ummat (dana sosial
masyarakat) oleh masjid atau mushalla sebagai pengembangan dari fungsi
lembaga keagamaan?
2. Bagaimana pola manajemen retribusi dan distribusi dana sosial
masyarakat pada amil masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu?
3. Seberapa besar dana sosial masyarakat (dana ummat) terkumpul dan
terdistribusikan yang dikelola amil masjid dan mushalla di sekitar
8 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :.
1. Mengetahui manajemen pengelolaan dana ummat (dana sosial
masyarakat) oleh masjid dan mushalla sebagai pengembangan dari fungsi
lembaga keagamaan.
2. Menganalisis pola manajemen retribusi dan distribusi dana sosial
masyarakat pada amil masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu.
3. Menganalisis jumlah dana sosial masyarakat (dana ummat) terkumpul dan
terdistribusikan yang dikelola amil masjid dan mushalla di sekitar
kawasan Kelurahan Cireundeu.
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Manfaat akademis, skripsi ini diharapkan dapat berguna bagi kalangan
pelajar, mahasiswa dan akademisi lainnya. Seperti pemahaman dan
pengetahuan tentang manajemen pengelolaan dana sosial masyarakat di
masjid dan musholla sebagai pengembangan dari fungsi lembaga
keagamaan.
2. Manfaat bagi praktisi. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pelaku
ekonomi Islam khususnya bagi pengelola zakat (pengurus amil zakat)
9
mengelola zakat sesuai dengan hakikat dan fungsi yang
sebenar-benarnya.
3. Manfaat bagi masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada masyarakat umumnya, bagi semua pihak
yang memiliki kemauan untuk dapat memberikan kontribusi yang lebih
maksimal demi penciptaan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat
dengan mengoptimalkan penghimpunan zakat dan pengelolaannya yang
maksimal, sehingga zakat dapat dijadikan sebagai alat untuk pengentasan
kemiskinan yang signifikan.
E. Tinjauan Studi Terdahulu
1. Judul
“Efektifitas Penyaluran Zakat dalam meningkatkan
Pendapatan Mustahik pada LAZNAS Bangun Sejahtera
Mitra (BSM Ummat)”
Penulis Faradillah ( Skripsi S1 Jurusan Muamalat Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006)
Jenis penelitian Sifat penelitian kualitatif
Hasil penelitian
Efektivitas penyaluran zakat adalah pola penyaluran zakat dalam bentuk pemberdayaan (produktif) yang disertai target terjadinya kemandirian ekonomi bagi mustahik dan mengupayakan adanya peningkatan pendapatan bagi mustahik.
2. Judul
Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif (Kajian Terhadap Pasal 16Ayat 2 UU no. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat
Penulis Ulin Ulfa (Skripsi S1, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
2005)
Jenis penelitian Penelitian deskriptif analisis
Hasil penelitian
Pendayagunaan zakat secara produktif dalam perspektif
hukum Islam adalah dapat dibenarkan, sepanjang
10
pengelolaan zakat untuk usaha produktif dibolehkan oleh hukum Islam selama harta zakat tersebut cukup banyak.
3.Judul Mengukur Kualitas Manajemen Zakat
Penulis Efri S. Bahri (Artikel,Republika, 23 Februari 2004 )
Kesimpulan Jurnal
Kualitas manajemen suatu organisasi pengelola zakat (Widodo, 2003) harus dapat diukur. Untuk itu, ada tiga kata
kunci yang dapat dijadikan sebagai alat ukurnya. Pertama,
amanah. Sifat amanah merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap amil zakat. Tanpa adanya sifat ini,
hancurlah semua sitem yang dibangun. Kedua, sikap
profesional. Sifat amanah belumlah cukup. Harus diimbangi
dengan profesionalitas pengelolaannya. Ketiga, transparan.
Dengan transparannya pengelolaan zakat, maka kita menciptakan suatu sistem kontrol yang baik, karena tidak hanya melibatkan pihak intern organisasi saja, tetapi juga akan melibatkan pihak eksternal. Dan dengan transparansi inilah rasa curiga dan ketidakpercayaan masyarakat akan dapat diminimalisasi.
Banyak penelitian yang membahas permasalahan terkait dengan
pengembangan fungsi zakat dalam mengentaskan masalah ekonomi yaitu
kemiskinan. Beberapa rangkuman kesimpulan penelitian yang penulis coba
lampirkan diatas merupakan studi terdahulu yang Penulis angkat membahas
tentang pendayagunaan zakat untuk usaha produktif.
Penulis tertarik membahas masalah zakat ini karena pengelolaan zakat
yang maksimal harusnya bisa dijadikan sebagai salah satu cara untuk
mengentaskan masalah kemiskinan. Pengelolaan yang didasari oleh prisnsip
manajemen yang baik akan memaksimalkan kinerja dari amil zakat dalam
mengelola setiap dana sosial yang berhasil terhimpun. Penelitian yang Penulis
coba akan lakukan ini memiliki sedikit perbedaan dengan penelitian yang telah
11
yang Penulis tampilkan sebelumnya merupakan tulisan yang membahas tentang
pengelolaan zakat dalam ruang atau lembaga yang bersifat profesional yaitu
Lembaga Amil Zakat Nasional sedangkan bagian yang menjadi objek penelitian
Penulis dalam kesempatan kali ini adalah masjid dan mushalla yang melakukan
kegiatan penghimpunan dan pendistribusian dana zakat, infaq dan shadaqoh.
Sedangkan kesamaan dari beberapa studi terdahulu dengan tulisan yang akan
coba dibuat adalah sama-sama mengamati dan menganalisis pola manajemen
khususnya yang terkait dengan kegiatan penghimpunan dan penditsribusian dana
masyarakat yang terkumpul. Selain mengutarakan konsepsi tentang
pemberdayaan zakat, Penulis juga coba melihat sejauh mana peranan dari
pengelola zakat khususnya amil zakat yang ada di Masjid atau Mushalla yang
terdapat di kawasan Kelurahan Cireundeu. Menganalisa sekaligus menjadi bahan
evaluasi terhadap pola penghimpunan dana Ummat dalam hal ini berupa dana
zakat, infaq dan shadaqoh serta distribusi atau penyaluran dana tersebut kepada
12 F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis.5 Model penelitian ini bertujuan
untuk memberikan gambaran dan informasi yang akurat dari sumber yang terkait
guna memberikan hasil yang maksimal didalam menciptakan hipotesis atau
pemahaman orang tentang berbagai macam variabel sosial.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Pendekatan kualitatif artinya pembahasan dititik-beratkan pada deskripsi data
berupa kata-kata. Penelitian ini merupakan penelitian laporan yaitu penelitian
terhadap data primer melalui wawancara dan sekunder yang didapatkan melalui
berbagai sumber tidak langsung. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan
untuk menganalisis besaran potensi dana ummat yang dapat dikelola oleh amil
masjid dan mushalla dengan melihat data berupa angka atau rekapitulasi
penerimaan dana ummat yang berhasil terhimpun.
a. Jenis data
1) Data Primer adalah hasil wawancara langsung yang dilakukan kepada
pihak pengelola dana sosial masyarakat tentang manajemen
5
13
pengelolaan dana sosial pada masjid dan mushalla yang ada di
Kelurahan Cireundeu.
2) Data Sekunder; data atau laporan yang telah dipubliksaikan oleh amil
masjid atau lembaga sejenis yang masih memiliki korelasi dengan
masalah yang dibahas.
b. Teknik Pengumpulan data
1) Wawancara : Proses wawancara dengan berpedoman pada daftar
pertanyaan/pernyataan yang berisi komponen serta bahasan yang
bersifat kualitatif untuk mengukur kualitas manajemen atau
pengelolaan dana sosial masyarakat oleh kepengurusan amil masjid
dan mushalla di Kelurahan Cireundeu. Adapun pihak yang berhasil
penulis wawancara terkait dengan penelitian ini adalah pengurus amil
masjid dan mushalla yang melakukan kinerja terhadap kegiatan
pengelolaan dana pilantropi atau dana sosial masyarakat. Adapun
alasan mengapa penulis memilih mereka sebagai pihak yang
diinterview adalah karena mereka merupakan pihak yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman mengelola dana pilantropi atau dana
sosial masyarakat dalam beberapa kurun waktu terakhir. Proses
14
penulis yang berisi butir-butir tentang pengelolaan manajemen dana
sosial masyarakat.
2) Studi Dokumentasi : dokumen atau laporan dalam bentuk rekapitulasi
penerimaan dana sosial masyarakat yang dikelola oleh amil masjid
pada masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu.
c. Metode Analisis Data
1) Metode kualitatif, analisis berupa pembahasan lebih lanjut terkait
dengan permasalahan yang diangkat.
2) Metode kuantitatif, analisis berupa pengolahan data-data berupa
nominal jumlah dana sosial yang terhimpun dalam beberapa periode.
Teknik Penulisan
Penulisan yang digunakan dalam skripsi ini menggunakan buku
“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
15 G. Sistematika Penulisan
Agar penjabaran (deskripsi) penelitian ini sistematis, maka penulis
menyusun skripsi ini dalam bagian beberapa bab dan sub bab yaitu:
Bab I Bab Pendahuluan yang meliputi latar belakang, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan studi terdahulu,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II menyajikan kajian kepustakaan terkait dengan pembahasan yang
bersifat teoritis dari obyek penelitian. Bab ini terbagi menjadi beberapa sub bab
yang meliputi pembahasan mengenai manajemen, fungsi masjid dan pembahasan
tentang dana sosial masyarakat. Pembahasan mengenai manajemen terbagi ke
dalam sub pembahasan yaitu pengertian dan fungsi manajemen. Pembahasan
mengenai fungsi masjid serta pembahasan dana sosial, dibagi ke dalam beberapa
sub pembahasan yaitu pengertian, hikmah dan tujuan zakat, pola penghimpunan
dana zakat, dan pola distribusi dana zakat .
Bab III menyajikan data konteks lokasi penelitian berupa deskripsi data
berkenaan dengan objek wilayah yang menjadi ruang lingkup penelitian. Pada
bab ini digambarkan secara umum tentang kondisi Kelurahan Cireundeu dari
beberapa aspek yaitu letak dan kondisi geografis, demografi Kelurahan
Cireundeu, dan aktivitas perekonomian. Selain itu dalam bab ini pula tersaji
daftar masjid dan mushalla yang menjadi objek penelitian.
Bab IV. Analisis terhadap hasil penelitian yang diperoleh dengan cara
16
ini pembahasan dibagi ke dalam beberapa sub bab yaitu analisis pola manajemen
retribusi dan distribusi dana sosial masyarakat pada amil masjid dan mushalla di
Kelurahan Cireundeu dan jumlah dana zakat(dana ummat) terkumpul dan
terdistribusikan yang dikelola amil masjid dan mushalla di kawasan Kelurahan
Cireundeu,.
Bab V. Penutup. Dalam bab ini penulis menarik beberapa kesimpulan
terkait dengan hasil penelitian yang diperoleh dari uraian pembahasan
sebelumnya dan serta dalam bab ini pula penulis memberikan saran terkait
17
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Zakat merupakan salah satu bagian dari potensi dana ummat yang dapat
dikembangkan. Zakat memiliki dimensi yang sangat luas bagi manusia. Zakat
tidak saja memiliki dimensi ketuhanan (habluminallah) tetapi zakat memiliki
dimensi kemanusiaan (habluminannaas) yang sangat kuat. Zakat membuktikan
bahwa hubungan kemanusiaan, yaitu: saling tolong-menolong antar sesama
manusia, dibangun di atas nilai- nilai fondasi ketuhanan. Zakat menjadi bukti
bahwa Islam bukan sebatas agama yang melupakan kehidupan dunia semata,
melainkan kehidupan dunia dan akhirat sama-sama menjadi tujuannya. Bagi
Islam, zakat adalah media pembangun umat manusia.
Zakat dalam konteks masyarakat tradisional konservatif diberikan dari
seorang individu kepada individu lain yang mereka telah percayakan. Distribusi
zakat dilakukan dengan pendekatan personal antara individu dengan seseorang
yang di nilai memang pantas menerima zakat yang telah dikeluarkan. Penilaian
tersebut pun beragam, seseorang dapat saja membayarkan Zakatnya pada
seseorang yang menurutnya telah berjasa dalam mengembangkan agama pada
wilayah tertentu (dibaca: pemuka agama) atau distribusi zakat dilakukan
langsung kepada seseorang yang memang masuk dalam kategori seorang
mustahik. Seiring dengan perkembangan zaman maka dalam hal penghimpunan
18
lebih mengacu kepada nilai efektivitas sehingga diperlukan manajemen dalam
hal pengelolaan dana zakat yang lebih mengutamakan maslahat ummat sehingga
aplikasi zakat bisa membawa dampak positif yang lebih optimal.
A.Pengertian dan Fungsi Manajemen 1.Pengertian Manajemen
Dalam mengartikan dan mendefinisikan manajemen ada berbagai macam.
Ada yang mengartikannya dengan ketatalaksanaan, manajemen, manajemen
kepengurusan dan sebagainya. Termasuk dalam melakukan pengelolaan dana
sosial pun diperlukan manjemen yang baik agar dapat mencapai hasil
pengorganisasian yang maksmial. Istilah manajemen diartikan sebagai “proses
untuk mencapai tujuan organisasi dengan bekerja bersama dan melalui
orang-orang dan sumber daya organisasi lainnya”.
Proses manajemen mencakup empat fungsi dasar, yaitu :
a. Perencanaan. Perencanaan (Planning) berkaitan dengan pemilihan tugas-tugas yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi,
menggariskan mengenai bagaimana tugas-tugas tersebut harus dilakukan
dan memberikan indikasi mengenai kapan hal-hal tersebut dilaksanakan.
Kegiatan perencanaan difokuskan pada pencapaian tujuan. Perencanaan
menyangkut keberhasilan organisasi dalam waktu dekat (jangka pendek)
19
b. Pengorganisasian. Pengorganisasian (organizing) adalah penyerahan tugas-tugas sebagaimana ditetapkan dalam perencanaan kepada berbagai
individu atau kelompok didalam organisasi. Jadi, organisasi menciptakan
sebuah mekanisme untuk mengubah rencana menjadi tindakan.
Orang-orang didalam organisasi diberikan penugasan yang dapat menyumbang
pada tercapainya tujuan. Tugas-tugas tersebut diatur sehingga hasil kerja
individu menyumbang pada keberhasilan bagian-bagian, yang kemudian
menyumbang pada keberhasilan divisi-divisi dan pada akhirnya
menyumbang pada keberhasilan yang menyeluruh dari organisasi.
c. Pengarahan. Pengarahan (Directing) dan disebut pula dengan istilah penggerakkan (actuating) berkaitan dengan orang-orang yang ada dalam
organisasi. Pengarahan adalah proses yang menuntun kegiatan-kegiatan
dari para anggota organisasi kearah tujuan yang selayaknya, yaitu arah
yang membantu organisasi bergerak menuju pencapaian tujuan.
d. Pengendalian. Pengendalian (controlling) adalah fungsi manajemen dalam menghimpun informasi untuk mengukur kinerja dari organisasi,
membandingkan kinerja yang terjadi dengan standar kinerja yang telah
ditetapkan dan menentukan apakah organisasi harus dimodofikasi guna
memenuhi standar yang telah ditetapkan.1
20
B. Masjid sebagai Basis Pengembangan Potensi Ummat
Masjid merupakan wadah yang paling strategis dalam membina dan
menggerakkan potensi Ummat Islam untuk mewujudkan sumber daya manusia
yang tangguh dan berkualitas. Sebagai pusat pembinaan ummat, eksistensi
Masjid kini dihadapkan pada berbagai perubahan dan tantangan yang terus
bergulir di lingkungan masyarakat. Peran sentral masjid semakin dituntut agar
mampu menampung dan mengikuti segala perkembangan yang terjadi dalam
masyarakat. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, diperlukan pemikiran dan
perhatian dari dan oleh Ummat Islam sendiri.
1. Peran Masjid dalam Pemberdayaan Ummat
Masjid sebagai komponen fasilitas sosial merupakan bangunan tempat
berkumpul untuk sebagian besar ummat islam untuk melakukan ibadah sebagai
sebuah kebutuhan spiritual yang diperlukan oleh ummat manusia. Masjid sebagai
salah satu tempat pemenuhan kebutuhan spiritual sebenarnya bukan hanya
berfungsi sebagai tempat sholat saja, tetapi juga sebagai pusat kegiatan social
kemasyarakatan, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam
menjalankan risalahnya. Masjid pada masa Nabi digunakan untuk :
a. Tempat ibadah (Shalat dan Zikr)
b. Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah social, ekonomi dan
budaya)
21
d. Tempat santunan social
e. Tempat latihan keterampilan militer dan persiapan alat-alatnya
f. Tempat pengobatan para korban perang
g. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa
h. Aula dan tempat menerima tamu
i. Tempat menawan tahanan dan pusat penerangan atau pembelaan agama2
Ada sembilan fungsi yang dapat diperankan oleh masjid dalam rangka
pemberdayaan ummat, diantaranya :
a. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadah dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT
b. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri‟tikaf membersihkan diri,
menggembleng batin/keagamaan sehingga selalu terpelihara
keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian
c. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna
memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat
d. Masjid adalah tempat berkonsultasi mengajukan kesulitan-kesulitan,
meminta bantuan dan pertolongan
e. Masjid adalah tempat membina keutuhan jamaah dan gotong royong
untuk meningkatkan kesejahteraan bersama
2 M. Quraish Shihab.Wawasan Al Qur’an, Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan
22
f. Masjid dengan Majlis Ta‟limnya merupakan wahana untuk
meningkatkan kecerdasan ilmu dan pengetahuan
g. Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader
pemimpin ummat
h. Masjid adalah tempat menghimpun dana, menyimpan dan
membagikannya
i. Masjid adalah tempat melaksanakan pengaturan dan supervisi sosial3
C. Dana Sosial Masyarakat
Kemiskinan merupakan masalah klasik yang sudah ada dalam catatan
manusia sejak zaman dahulu. Berbagai usaha telah dilakukan untuk
menghapuskan masalah kemiskinan ini. Kemiskinan yang melanda ummat islam
adalah suatu ironi mengingat agama islam merupakan satu-satunya agama
samawi yang dengan tegas mewajibkan ummatnya untuk mengeluarkan sejumlah
harta sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap kondisi lingkungan termasuk
didalamnya dana sosial seperti zakat, infaq, shadaqoh dan lainnya. Salah satu
tujuan berzakat adalah untuk menghapuskan kemiskinan. Al Quran sudah sejak
awal menawarkan solusi untuk mengatasi masalah kemiskinan dan ketimpangan
distribusi pendapatan dengan cara memasukkan kegiatan zakat sebagai salah satu
pilar penting dalam islam yang tercantum didalam arkan al Islam. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya peranan zakat didalam kehidupan seorang
muslim.
3
23 1. Pengertian Zakat
Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan
yang dimiliki orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya.4
Zakat merupakan kewajiban yang diperintahkan Allah kepada setiap
muslim yang memiliki harta yang telah mencapai nisab dengan syarat tertentu. 5
Allah telah mewajibkan zakat dalam Al Qur‟an dengan firmannya :
membersihkan dan mensucikan mereka.” (Attaubah : 103 )
“Hai Orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.”(Al Baqarah : 267)
ل ق ع ها ض ّط لا با ع با ها ع ح لا ع با ع
Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Pasal 1
5Abu Bakar Jabir AlJaza‟iry.Terj.
24
“ Islam dibangun atas lima perkara : Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah (Syahadatain) ,mendirikan Shalat, menunaikan Zakat, melaksanakan Haji ke Baitullah dan menjalankan puasa Ramadhan.”6
2. Hikmah dan Tujuan Zakat
Tujuan dan Hikmah Zakat lainnya seperti yang dikemukakan oleh Didin
Hafiduddin adalah pertama merupakan perwujudan ketundukkan, ketaatan dan
rasa syukur atas karunia Allah SWT. Kedua zakat merupakan hak mustahik yang
berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka kepada arah
kehidupan yang lebih baik dan sejahtera agar dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya dan dapat beribadah kepadanya. Ketiga merupakan pilar amal bersama
(jama’i) antara yang kaya yang berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang
seluruh waktunya untuk berjihad dijalan Allah juga sebagai salah satu bentuk
konkret dari jaminan sosial. Keempat sebagai sumber dana bagi pembangunan,
sarana maupun prasarana yang harus dimiliki oleh Ummat Islam, sekaligus
sebagai sarana pengembangan kualitas SDM. Kelima untuk memasyarakatkan
etika bisnis yang benar sebab zakat bukanlah membersihkan harta yang kotor,
tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain atas harta yang diusahakan
dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan Allah. Keenam Salah satu
instrumen bagi pembangunan kesejahteraan ummat, pertumbuhan dan
pemerataan pendapatan. Ketujuh mendorong ummat untuk bekerja dan berusaha
6 Muhyiddin Yahya bin Syarif Nawawi.Hadits Arba’in Nawawiyah.Penerjemah
25
sehingga memiliki harta untuk dapat memenuhi kehidupan diri dan keluarga serta
dapat berzakat atau berinfaq.7
3. Zakat dan Optimalisasi Pengelolaan melalui Lembaga
Zakat merupakan sebuah ibadah yang memiliki nuansa horizontal dan
vertical. Horizontal dilihat dari segi zakat sebagai salah satu intrumen dalam
meningkatkan kesejahteraan ummat dan efek sosial lainnya. Dengan berzakat
seseorang dapat memperoleh ketenangan diri, karena pada dasarnya harta yang
diperoleh seseorang merupakan sebuah amanah dan titipan yang didalamnya
terdapat hak orang lain yang membutuhkan. Melalui ibadah ini, seseorang pun
telah memposisikan dirinya sebagai makhluk sosial yang memiliki kepekaan dan
kepedulian terhadap masalah yang muncul disekitar lingkungannya. Karena
peduli dan berbagi pun merupakan salah satu wujud ketaqwaan, maka seseorng
yang telah membayarkan atau menunaikan kewajiban berzakatnya maka berarti
Ia telah mentaati salah satu perintah Allah dalam hal ini adalah menunaikan
zakat. Hubungan seperti ini yang disebut sebagai nuansa vertical. Wujud
ketaqwaan seseorang juga dapat dilihat dari seberapa ringannya mereka dalam
mendermakan sebagian hartanya kepada pihak lain yang membutuhkan.
Dana zakat yang terhimpun dan dikelola dengan baik akan menghasilkan
manfaat yang luar biasa. Mengentaskan masalah kemiskinan pun menjadi target
jangka panjang yang ingin dicapai, walaupun sama-sama kita ketahui bahwa
7
26
musuh besar ekonomi ini (baca:kemiskinan) nampaknya tidak akan pernah
terselesaikan namun dapat diminimalisir. Karena hakikat tujuan dari
pengelolaan dana zakat dan dana sosial lain yang terhimpun adalah
mendistribusikan dengan cara yang seadil-adilnya. Keadilan distribusi menjadi
target yang paling relevan untuk dijalankan bagi setiap pengelola dana sosial
masyarakat yang ada. Termasuk didalamnya adalah bagaimana meningkatkan
kesadaran bagi setiap mustahik untuk mengubah mindset (pola fikir) bahwa
dengan adanya pendistribusian dana sosial yang terhimpun kepada mereka
harusnya bisa lebih diaktualisasikan untuk peningkatan kualitas pengembangan
potensi diri termasuk dalam hal kemandirian ekonomi.
Untuk memaksimalkan pendayagunaan zakat, diperlukan mekanisme
pengelolaan yang baik dan terarah sehingga bisa menjadi suatu system yang
dengannya keberadaan zakat bisa benar-benar menjadi instrument
penanggulangan kemiskinan. Manajemen atau tata kelola yang baik pada suatu
lembaga pengelola zakat menjadi tolak ukur pencapaian maksimal dari
pendayagunaan zakat yang ada. Dengan manajemen yang terpola dengan baik
akan menghasilkan output yang maksimal. Zakat harus dikelola oleh Amil
(lembaga) yang professional, amanah, bertanggung jawab, memiliki pengetahuan
yang memadai tentang zakat , dan memiliki waktu yang cukup untuk
mengelolanya ( misal untuk melakukan sosialisasi, pendataan muzaki dan
27
Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat (amil zakat), apalagi
yang memiliki kekuatan hukum formal akan memiliki beberapa keuntungan
antara lain : 8
Pertama, lebih sesuai dengan tuntunan syariah dan sirah nabawiyah
maupun sirah para sahabat dan tabi'in. Kedua, untuk menjamin kepastian dan
disiplin membayar zakat. Ketiga, untuk menjaga perasaan rendah diri para
mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para
muzakki. Keempat, untuk mencapai efisiensi dan efektivitas serta sasaran yang
tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada satu
tempat. Kelima, untuk memperlihatkan syiar dalam semangat penyelenggaraan
pemerintah yang islami. Sebaliknya, jika zakat diserahkan langsung dari muzakki
kepada mustahik, merskipun secara hukum syariah adalah sah, akan tetapi
disamping akan terabaikannya hal-hal tersebut diatas, juga hikmah dan fungsi
zakat, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan ummat, akan sulit
diwujudkan. Karena itu pula, pada zaman Rasulullah, para sahabat dan tabi'in,
zakat selalu dikelola oleh petugas khusus yang mengatur pengambilan maupun
pendistribusiannya. Dengan demikian, zakat disamping amal yang bersifat
karitatif (kedermawanan yang harus dilandasi dengan keikhlasan), juga suatu
kewajiban yang bersifat imperatif.
8
28
Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur berdasarkan UU RI No.38 Tahun
1999 tentang Pengelolaan Zakat dan keputusan Menteri Agama (KMA) No. 581
tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU RI No.38 tahun 1999 dan Keputusan
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291
tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.
Tujuan Pengelolaan Zakat dalam Bab II Pasal 5 Undang-undang tersebut
adalah :
a. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat
sesuai dengan tuntunan agama.
b. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
c. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.
Dalam Bab III UU RI. No. 38 Tahun 1999 dikemukakan bahwa
organisasi pengelola zakat terdiri dari dua jenis, yaitu Badan Amil Zakat (pasal
6) dan Lembaga Amil Zakat (pasal 7). Selanjutnya pada bab tentang sanksi (Bab
VIII) dikemukakan pula bahwa setiap pengelola zakat yang karena kelalainnya
tidak mencatat atau mencatat dengan tidak benar tentang zakat, infaq, sedekah,
hibah, wasiat, waris, dan kafarat sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8,
pasal 12, dan pasal 11 undang-undang tersebut, diancam dengan hukuman
29
30.000.000. Sanksi ini tentu dimaksudkan agar BAZ dan LAZ yang ada di
Negara ini menjadi pengelola zakat yang kuat, amanah, dan dipercaya oleh
masyarakat sehingga pada akhirnya masyarakat secara sadar dan sengaja akan
menyerahkan zakatnya kepada lembaga pengelola zakat.
4. Pola Penghimpunan atau Retribusi Dana Zakat
Pada dasarnya, dukungan pokok dalam mengoptimalkan penyaluran dan
pendayagunaan zakat adalah besarnya jumlah mustahik di Indonesia. Namun
kondisi saat ini justru sebaliknya. Jumlah mustahik yang sangat besar itu, tidak
didukung oleh pola-pola dan mekanisme pengumpulan zakat yang optimal untuk
menjadi sumber bagi program pemberdayaannya.
Indonesia adalah negara besar jika dilihat dari sektor kependudukan,
dengan jumlah masyarakat muslim yang mayoritas ternyata belum dapat
mengoptimalkan potensi dana zakat dari mayoritas penduduknya. Beberapa yang
menyebabkan hal ini di antaranya, pertama ketersediaan infrastruktur dalam
upaya pengumpulan dana zakat, kedua paradigma para muzakki tentang zakat
yang merupakan kewajiban pribadi pun perlu diluruskan kembali.9
Dalam pengelolaan zakat, Allah memerintahkan, ada muzakki sebagai
orang yang membayar zakat, dan ada amil sebagai pengumpul dan penyalur serta
ada mustahik sebagai pihak yang menerima zakat. Dalam surat AtTaubah:103
diterangkan komponen-komponen tersebut :
9
30 membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka, sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”
Berangkat dari perintah yang termaktub pada ayat tersebut, yang diawali
dengan “kata perintah” : Ambillah , seharusnya mekanisme pengumpulan dan
penyaluran zakat sebagai berikut :
Muzakki Amil/Petugas Mustahik
atau hukum positif. Beberapa diantaranya adalah :
31
“ Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi,serta memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabiloa berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”( QS Al Baqarah : 177)
Zakat pada hakikatnya adalah distribusi kekayaan di kalangan Ummat
Islam untuk mempersempit jurang pemisah antara orang kaya dengan orang
miskin dan menghindari pemupukkan kekayaan ditangan seseorang.
10
32
Penyaluran dana zakat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu :
a. Pola Tradisional yaitu penyaluran bantuan dana zakat yang diberikan
langsung kepada mustahik. Dengan pola ini penyaluran dana kepada
mustahik tidak disertai dengan target adanya kemandirian kondisi sosial
maupun kemandirian ekonomi (pemberdayaan).
b. Pola Kontemporer (Produktif)
Pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahik yang
dipinjamkan oleh amil untuk kepentingan aktivitas suatu usaha atau
bisnis. Pola penyaluran secara produktif adalah penyaluran dana zakat
disertai target mengubah keadaan mustahik (lebih dikhususkan kepada
golongan faqir dan miskin) dari kategori mustahik menjadi kategori
muzakki. Pola ini pernah dikembangkan oleh Nabi, yaitu beliau pernah
memberikan zakat kepada seorang faqir sebanyak dua dírham untuk
makan dan satu dírham untuk pembelian kapak sebagai alat untuk
bekerja, supaya hidupnya tidak bergantung pada orang lain.
Ada beberapa pendapat Fuqoha terkait dengan pola distribusi zakat,
sebagai berikut 11:
33
1) Pendapat minimalis (distribusi minimal atau konsumtif), yaitu zakat
diberikan kepada faqir miskin sesuai dengan jatah yang dapat
memenuhi kebutuhan pangan untuk sehari semalam.
2) Pendapat standar menengah (distribusi menengah) yaitu zakat yang
diberikan kepada faqir miskin dengan jatah yang menjadikan mereka
tergolong kaya atau berkecukupan yaitu sebanyak nishab zakat.
Dana zakat yang terkumpul yang dikelola oleh sebagian besar BAZ dan
LAZ biasanya sudah terwujud dalam bentuk program pendayagunaan semisal :
1. Pemberian beasiswa dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi (bagi
kalangan yang termasuk kategori mustahik).
2. Pemanfaatan dana zakat untuk usaha-usaha yang sifatnya produktif,
disamping yang bersifat konsumtif.
3. Mendirikan Rumah Sakit gratis untuk kaum dhuafa.
4. Mendirikan Lembaga pendidikan unggul bagi kaum dhuafa (gratis)
5. Mendirikan Balai Pelatihan Keterampilan.
6. Melalui dana bergulir dengan bekerja sama dengan BMT
34
7. dan kegiatan lainnya bagi kepentingan mustahik disertai pengawasan
dan pendampingan dari amil zakat.
8. BAZ dan LAZ pun terlibat aktif dalam penanggulangan berbagai
musibah yang terjadi ditanah air, baik pada tahap emergency maupun
pada tahapan pembangunan kembali.
9. Dalam mendayagunakan dana zakat, BAZ dan LAZ melaporkan
secara terbuka kepada publik melalui berbagai media masa dan juga
35 BAB III
PROFIL KELURAHAN CIREUNDEU
Dalam penelitian kali ini, penulis memilih Kelurahan Cireundeu sebagai
wilayah atau tempat penelitian dengan beberapa pertimbangan diantaranya
adalah berkenaan dengan faktor lokasi. Permasalahan yang berkenaan dengan
manajemen pengelolaan dana sosial yang dilakukan oleh sejumlah amil masjid
dan mushalla belum cukup tergali. Oleh karenanya, sebagai putera daerah
penulis berkeinginan untukmencermati dan menganalisis tentang bagaimana
pelaksanaan pengelolaan dana sosial masyarakat oleh amil masjid dan musholla
di Kelurahan Cireundeu. Selain itu, Kelurahan Cireundeu sebagai salah satu
kelurahan yang berada di Kecamatan Ciputat Timur merupakan Kelurahan yang
bisa penulis kategorikan sebagai salah satu Kelurahan yang memiliki dinamika
perkembangan yang cukup cepat. Hal ini dibuktikan dengan tumbuhnya sarana
dan prasarana masyarakat yang menunjang kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam
pembahasan kali ini ada beberapa hal yang akan diangkat khususnya terkait
dengan profil Kelurahan Cireundeu, yaitu seputar data wilayah, keadaan
36 A. DATA WILAYAH
ProfilKelurahan Cireundeu 2008
Orbitasi
Orbitasi Jarak (Km)
Ke Ibukota Kecamatan 5 Km
Ke Ibukota Kabupaten (Kota) 15 Km
Ke Ibukota Provinsi 130 Km
Ke Ibukota Negara 25 Km
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Di lihat dari posisinya, keberadaan Kelurahan Cireundeu merupakan satu
kelurahan yang berdekatan langsung dengan perbatasan dengan wilayah DKI
Jakarta. Ini berarti akses untuk menciptakan kemajuan di berbagai macam bidang
adalah sangat memungkinkan karena secara geografis Kelurahan Cireundeu
terletak berdekatan dengan pusat kegiatan dalam hal ini Ibukota Negara. Luas Wilayah : 320 Ha/Km2
Batas Wilayah:
Utara : Kel. Lebak Bulus (DKI Jakarta)
Selatan : Kel. Pisangan
Barat : Kel. Pisangan, Kel Rempoa
37
Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) %
Lahan Darat/kering 23 Ha 11,01%
Lahan Perkebunan 11 Ha 5,26%
Permukiman 175 Ha 83,73%
Jumlah 209 Ha 100%
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Dari keterangan di atas bisa diambil informasi bahwa sebagian besar
lahan yang terdapat di Kelurahan Cireundeu dipergunakan untuk wilayah
Permukiman Penduduk. Adapun sebagian kecil lainnya masih difungsikan untuk
perkebunan. Sisanya berupa lahan darat atau kering.
B. KEADAAN DEMOGRAFI
Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
No. Nama Kelurahan Penduduk Jumlah
Laki-laki Perempuan
Cireundeu 11.936 11.492 23.428
38
Jumlah Penduduk berdasarkan Agama yang dipeluk
No. Agama Jumlah %
Mayoritas penduduk yang berada di Kelurahan Cireundeu adalah
penganut Agama Islam Sebagian kecil lainnya menganut agama Kristen dan
Katholik serta sisanya ada sedikit jumlah penduduk yang menganut agama hindu
dan buddha
Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Pekerjaan
No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa)
1. Belum/tidak bekerja 1620
2. IRT 4680
10. Karyawan BUMN/BUMD/Swasta 4787
39
Dari keterangan di atas dapat ditarik ksempulan bahwa penduduk di
kelurahan Cireundeu merupakan penduduk yang cukup beragam dilihat dari jenis
pekerjaan. Sebagian besar penduduk di Kelurahan Cireundeu berprofesi sebagai
Karyawan BUMN/BUMD ataupun karyawan Swasta, disusul dengan jumlah Ibu
Rumah Tangga (IRT) pada urutan berikutnya. Pelajar dan mahasiswa menjadi
urutan jenis objek kegiatan yang paling banyak setelah Karyawan dan Ibu
Rumah Tangga. Kelompok Pedagang juga menjadi komunitas yang cukup
banyak terdapat di Kelurahan Cireundeu. Disusul oleh jenis pekerjaan Pegawai
Negeri Sipil (PNS) pada urutan berikutnya. Sisanya berbagai macam jenis
pekerjaan lain seperti Guru, TNI, POLRI, Dosen dll. Keberagaman klasifikasi
Kependudukan dilihat dari jenis pekerjaan ini mengindikasikan bahwa sebagian
besar Penduduk yang ada dikawasan Kelurahan Cireundeu dapat dikategorikan
sebagai masyarakat yang cukup maju dan berkembang.
Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) %
1. Tidak/Belum Sekolah 1165 7,47 %
2. Belum Tamat SD/Sederajat 150 0,96%
3. Tamat SD/Sederajat 2331 14,95%
4. SLTP/Sederajat 3496 22,42%
5. SLTA/Sederajat 3993 25,61%
6. Diploma III/Akademik 3492 22,40%
7. Diploma IV/Strata I 266 1,71%
8. Strata II 466 2,99%
9. Strata III 233 1,49%
Jumlah 15.592 100%
40
Dari keterangan di atas dapat ditarik informasi bahwa, mayoritas
masyarakat yang berada di Kelurahan Cireundeu telah menempuh jenjang
pendidikan hingga SLTA/Sederajat disusul jenjang pendidikan SLTP/Sederajat
dan Diploma III/Akademik pada urutan berikutnya. Jumlah penduduk yang
hanya menamatkan jenjang pendidikan hingga tamat Sekolah Dasar/sederajat
berada diurutan ke empat setelah urutan yang telah disebut. Sisanya ada yang
menempuh jenjang pendidikan hingga strata I, Strata II dan Strata III. Jumlah
tingkat Strata II lebih banyak dibandingkan dengan jumlah Strata I. Data terlihat
agak rancu, oleh karenanya Penulis konfirmasi langsung ke Staff Kelurahan
Cireundeu. Memang jawaban yang diterima bahwa pada data tersebut terdapat
kesalahan ketik, namun Kami tetap menuliskan sesuai dengan data asli yang
diberikan dengan alasan keabsahan data awal tidak bisa tergantikan oleh
konfirmasi pihak yang belum tentu menguasai atau mengetahui darimana sumber
data diperoleh.
C. POTENSI WILAYAH
Daftar RW, RT dan Jumlah KK
No. Nama Kelurahan/Desa Jumlah RW Jumlah RT Jumlah KK
Cireundeu 12 52 5738
41
Sarana/Prasarana Kesehatan
No. Sarana/Prasarana Jumlah
1. Rumah Sakit 1
2. Klinik Umum/Gigi/Bersalin 5
3. Rumah Bersalin 3
4. Dokter Praktek 6
5. Bidan Praktek 7
6. Posyandu 10
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Dari keterangan diatas dapat diambil bahwa Potensi Wilayah Kelurahan
Cireundeu dilihat dari segi sarana dan prasarana kesehatan cukup baik, dan
didukung dengan keberadaan sebuah Rumah Sakit, dan beberapa sarana
kesehatan lainnya seperti Klinik umum/Gigi/Bersalin serta beberapa posyandu.
Kondisi ini memudahkan bagi masyarakat sekitar khususnya yang berada di
Wilayah Kelurahan Cireundeu dalam hal penanganan masalah kesehatan.
Sarana Pendidikan
No. Jenis Sarana Jumlah
1. Kelompok Bermain 2
2. Taman Kanak-kanak 5
3. Sekolah Dasar/Sederajat 9
4. SMP/Sederajat 2
5. SMA/Sederajat 1
6. Perguruan Tinggi 2
7. Pondok Pesantren 1
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Dari keterangan di atas dapat diambil informasi bahwa sarana pendidikan
di Wilayah Kelurahan Cireundeu cukup baik. Hal ini bisa disimpulkan dengan
42
Lembaga Pendidikan formal seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,
Sekolah Menengah Atas serta beberapa institusi pendidikan untuk jenjang lebih
tinggi seperti Universitas (Perguruan Tinggi) ataupun Pondok Pesantren. Pondok
Pesantren yang ada di Wilayah Kelurahan Cireundeu merupakan salah satu
pondok ataupun ma'had yang cukup memiliki nama dikalangan kaum santri atau
kaum terpelajar, Daar As-sunnah (red : Darussunnah) suatu ma'had di bawah
pimpinan ulama besar yaitu K.H. Ali Mustofa Ya'kub (salah satu Ahli Hadits di
Indonesia) yang bergerak khusus didalam bidang keilmuan Hadist. Namun
sayangnya Putera Daerah dalam hal ini adalah remaja/I dikalangan setempat (red
:pribumi) sangat jarang yang berminat untuk bisa melanjutkan pendidikan
mereka di Ma'had tersebut.
Sarana Perdagangan
No. Jenis Sarana Jumlah
1. Pertokoan / Ruko 3
2. Pasar Swalayan / Toserba 5
3. Restoran / Rumah Makan 3
4. Warung 97
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Dari keterangan di atas, dapat diambil informasi bahwa sarana
perdagangan di wilayah Kelurahan Cireundeu cukup baik. Hal ini didukung
dengan beberapa sarana yang tadi telah disebutkan diatas. Pasar Swalayan
sebagai sarana yang di manfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk membeli
43
bersifat mikro seperti warung yang jumlahnya cukup banyak di wilayah
kelurahan Cireundeu. Fakta ini merupakan indikasi bahwa kegiatan
perekonomian dalam hal ini terkait dengan sarana perdagangan cukup baik dan
berkembang.
Sarana Perbankan dan Koperasi
No. Jenis Sarana Jumlah
1. Bank Umum / Komersil 5
2. Bank Perkreditan Rakyat 2
3. Koperasi non KUD 1
4. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) 1 Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Dari keterangan di atas, dapat diambil informasi bahwa sarana Perbankan
dan Koperasi di Wilayah Kelurahan Cireundeu cukup memadai. Hal ini bisa
dilihat dari beberapa Bank Umum / komersil yang terdapat pada wilayah
tersebut. Keberadaan Bank-bank yang ada memberikan kemudahan bagi
masyarakat untuk dapat melakukan transaksi-transaksi keuangan baik saving
(menyimpan/menabung) ataupun kegiatan lain berupa permohonan pembiayaan
serta untuk transaksi yang dilakukan sebagai sarana lalu lintas pembayaran.
Begitu pula keberadaan Koperasi, yang memiliki fungsi yang hampir sama
dengan Bank hanya saja biasanya keberadaan Koperasi meliputi bidang-bidang
yang lebih bersifat mikro. Tentu saja hal ini merupakan suatu nilai positif bagi
keberadaan wilayah Kelurahan Cireundeu karena memiliki sarana Perbankan dan
Koperasi yang cukup baik, karena dengan itu dinamisasi ekonomi dapat berjalan
44
5. Al- Hidayah Poncol Rt 01/02 Syarif Ma'mum,SAg
6. Al- Barkah Gunung Selatan Rt 04/03 Drs. Abd.Aziz Syam 7. Baitul Ula Pisangan Timur Rt 04/04 H. Abd Rachim 8. Al- Ikhlas Kp. Baru Rt 05/09 Endang Supandi,SE
9. Al- Irfan Komplek UI Rt /07 Moh Arifin
10. Ruhama Pisangan Barat Rt 05/09 Drs. H. Mudjitaba 11. Al- Mugiroh Pisangan Barat Rt 03/09 Drs. H.M. Satibi 12. Al-Mujahidin Pisangan Barat Rt 01/09 Drs. Murbantoro 13. Darussa'adah Cireundeu Ilir Rt 02/10 Drs. Rahmat 14. Nurul Huda Kp. Gintung Rt 02/08 Ust Dahlan
15. Al- Istiqomah Kp. Gunung Utara Rt 02/11 Drs. Alek Iskandar 16. Jabalul Rahmah Kp. Gunung Utara Rt 04/11 M. Noor
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Data Mushalla
No. Nama Mushalla Alamat Ketua
1. As-syifa Cireundeu Rt 01/01 H. Mudassir
2. Al- Muttaqin Cireundeu Rt 02/01 Ustadz Kasmani AR
3. Al- Huda Poncol Rt 04/02 H. Hatta Abidin
4. Al-Inayah Poncol Rt 02/02 H. Dana
5. Al- Muhajirin Gunung Selatan Rt 01/03 Sumardi
6. Nurul Yaqin Pisangan Timur Rt 01/04 H.Endang Supriatna,SE 7. Al- Ittihad Pisangan Barat Rt 01/05 M. Noor
8. Nurus Sajidin Pisangan Barat Rt 03/05 Mustofa Y. 9. Al- Fallah Pisangan Barat Rt 04/05 Judi Asidi 10. Al- Muqarrabin Kp. Baru Rt 03/06 H. Matalih
11. Nurul Iman Gintung Rt 01/08 H. Muslim
12. Al- Kabadiyah Pisangan Barat Rt 03/09 Drs. Syamsuddin Dasan 13. Al- Misbah Gunung Utara Rt 03/11 Abd Syukur
45
Jumlah masjid yang ada di wilayah Kelurahan Cireundeu sebanyak 16
buah. Ini jumlah yang lumayan banyak mengingat luas wilayah Kelurahan
Cireundeu tidak terluas dibanding dengan daerah kelurahan lainnya di Tangerang
Selatan. Masjid-masjid yang ada saat ini merupakan masjid yang memiliki
bangunan yang cukup terbilang modern. Kualitas bangunan beragam. Beberapa
masjid merupakan masjid yang memiliki usia bangunan yang cukup tua seperti
halnya masjid Baitul Ula yang merupakan Masjid yang pertama kali dibangun di
wilayah setempat (Kelurahan Cireundeu dan sekitarnya). Namun tidak berarti
bahwa bangunan masjid terlihat tua karena sudah mengalami beberapa kali
renovasi. Di samping itu beberapa masjid masih bisa digolongkan sebagai masjid
dengan usia bangunan yang terbilang muda seperti masjid Jabalul Rahmah
(masjid yang berada di kawasan sekitar daerah bencana situ gintung yang berdiri
kokoh di saat bangunan lain rusak parah) dan Masjid Al Ikhlas (Kampung Baru)
sebagai masjid yang didirikan dalam kurun 3 tahun terakhir. Hal ini memberikan
indikasi bahwa keberadaan Masjid yang ada di Kelurahan Cireundeu memiliki
manajemen yang beragam, mulai dari manajemen pengelolaan masjid secara
umum sampai dengan pengelolaan dana masyarakat khususnya lagi mengenai
pola penghimpunan dana zakat dan pola distribusinya. Termasuk pula dengan
keberadaan mushalla yang ada, pun memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda
dengan keberadaan masjid. Setiap kali tiap ramadhan menjelang hampir seluruh
masjid dan mushalla membentuk panitia dana sosial (Amil) . Dari sini penulis
46
Masjid/Mushalla) mengelola kegiatan-kegiatan yang ada di masjid/ mushalla
yang bersangkutan terkait dengan pola manajemen kegiatan secara umum dan
khususnya tentang pengelolaan dana ummat berupa zakat seputar pola
47
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Analisis hasil penelitian merupakan salah satu bagian terpenting dalam
proses penelitian. Data yang didapatkan saat pelaksanaan penelitian akan
dianalisis dan di bahas pada bab ini. Termasuk dalam kesempatan kali ini, akan
dikemukakan pembahasan terhadap temuan penelitian tentang pengelolaan zakat.
Pengelolaan zakat merupakan bagian terpenting dalam memaksimalkan manfaat
keberadaan zakat itu sendiri. Termasuk dalam hal ini adalah pengelolaan atau
manajemen dana ummat, yang dikelola oleh masjid atau mushola. Seperti apa
yang telah diungkap pada bab sebelumnya, masjid harusnya bisa menduduki
fungsi yang lebih optimal, tidak hanya diperuntukkan sebagai tempat ibadah saja,
namun fungsi-fungsi lain seperti fungsi lembaga sosial, lembaga ekonomi dan
pemberdayaan ummat, fungsi pendidikan dan politik (bukan politik praktis),
harusnya bisa juga kita jumpai pada lembaga ibadah seperti masjid atau mushola.
Dalam bab ini, akan dijabarkan temuan penelitian di lapangan (dalam hal
ini, adalah masjid atau mushalla di Kelurahan Cireundeu) terkait dengan
manajemen atau pengelolaan zakat, infak dan shodaqoh sebagai dana sosial
48
A. Gambaran umum Proses penelitian
Objek penelitian ini adalah manajemen pengelolaan dana ummat (dana
sosial) pada seluruh masjid dan mushalla yang berada di wilayah Kelurahan
Cireundeu dengan fokus pada manajemen pengelolaan zakat, infak dan sedekah.
Jumlah masjid yang berada di wilayah Kelurahan Cireundeu sebanyak 16 buah.
Berikut tabel masjid yang berada di wilayah Kelurahan Cireundeu :
Tabel 4.1 : Masjid di Kelurahan Cireundeu menurut Alamat dan Pengurus
No. Nama Masjid Alamat Ketua Takmir
1. At-Taubah Cireundeu Rt 01/01 H. Mursidi
2. Al- Ikhlas Cireundeu Rt 04/01 Drs. Hanafi
3. At- Taqwa Poncol Rt 04/02 Fahruzi,SE
4. Al- Mukhlisin Poncol Rt 02/02 Drs. Sumardi
5. Al- Hidayah Poncol Rt 01/02 Syarif Ma'mum,S.Ag
6. Al- Barkah Gunung Selatan Rt 04/03 Drs. Abd.Aziz Syam
7. Baitul Ula Pisangan Timur Rt 04/04 H. Abd Rachim
8. Al- Ikhlas Kp. Baru Rt 05/09 Endang Supandi,SE
9. Al- Irfan Komplek UI Rt /07 Uts. Moh Arifin
10. Ruhama Pisangan Barat Rt 05/09 Drs. H. Mujitaba
11. Al- Mugiroh Pisangan Barat Rt 03/09 Drs. H.M. Satibi
12. Al-Mujahidin Pisangan Barat Rt 01/09 Drs. Murbantoro
13. Darussa'adah Cireundeu Ilir Rt 02/10 Drs. Rahmat
14. Nurul Huda Kp. Gintung Rt 02/08 Ust. Dahlan
15. Al- Istiqomah Kp. Gunung Utara Rt 02/11 Drs. Alek Iskandar
16. Jabalul Rahmah Kp. Gunung Utara Rt 04/11 M. Noor