Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Ade Miftahudin
NIM 1811013000013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
: Ade Miftahudin : 1811013000013
: Pendidikan Bahasa :
JI.
KubisIV
RT.Tangerang
dan Sastra Indonesia
05/05 Pondok Cabe
llir
Pamulang NamaNim
Jurusan Alamat
MENYATAKAN DENGAN SEST]NGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Analisis Kesalahan Penggunaan
Kata
Baku dalam Pembelajaran Menulis Laporan Perjalanan Siswa KelasVIII
SMPAl-Hidayah Lebak Bulus Jakarta adalah benar hasil karya sendiri
di
bawah bimbingan dosen:Nama
Pembimbing
: I)ra. Hindun, M.Pd.NIP.
:19701215 200912 2001Jurusan/Program
Studi
: Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaDemikian surat pemyataan
ini
saya buat degan sesungguhya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.Jakarta.
...2014ANALISIS KESALAHAN PENGGIJNAAI\I KATA BAKU DALAM
PEMBNLAJARAN MENT]LIS LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS
VIII
SMP AL.HIDAYAH LEBAK BULUS JAKARTASkripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Ade Miftahudin
NIM:
1811013000013PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAIIASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
T]NIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
Hidayah Lestari Lebak Bulus Jakarta, disusun oleh Ade Miftahudin NIIvI 181101300013, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian mtrnaqasah
pada tanggal 30 Desember 2014 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sa{ana S-l (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra
In<l0nesia'
Jakarta,
....2014Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan Prodi PBSI) Tanggal
Dra. Hindun" M.Pd.
NIP 19701215 200912 2 001
Sekretaris
Dona Aji Karunia Putra..M-A. NrP 19840409 201101 1 0t5
Penguji I
Elvi Susanti" M.Pd.
NIP
19680801 2008012
0t6Penguji II
Djoko Kentjono. M.A. NIP
flnuorri
2nl5
6-t^
xtr
$j*ca+,r
?{[;W
6.^
t-%tf
Mengetahui: Dekan,
t
Nurlena
Kifa'i.
M,A.. Ph.D.iii
ABSTRAK
Ade Miftahudin, NIM 181101300009, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul Skripsi “Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Baku dalam Pembelajaran Menulis Laporan Perjalanan Siswa Kelas VIII SMP Al-Hidayah Lebak Bulus Jakarta Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan penggunaan kata baku pada laporan perjalanan wisata Jakarta-Bandung yang dibuat oleh siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini dilakukan di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus Jakarta. Pada bulan April 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah karya ilmiah siswa yang berupa laporan perjalanan yang dibuat oleh siswa kelas VIII SMP Al-Hidayah Lebak Bulus Jakarta tahun pelajaran 2013/204.
Dari dua puluh empat laporan perjalanan yang dianalisis, terdapat dua puluh laporan perjalanan siswa penulisan kata bakunya tidak tepat. Kesalahan yang paling banyak dilakukan dalam laporan perjalanan siswa yaitu ketidakbakuan kata yang diakibatkan oleh pembeda yang berkaitan dengan ejaan, seperti penggunaan kata depan ‘di-’dan ‘ke -’. Paling banyak dilakukan oleh siswa kelas 8.2 yaitu 8.39%. kesalahan yang sama juga dilakukan oleh siswa kelas 8.3 dengan perolehan kesalahan yang berkaitan dengan ketidakbakuan kata karena yang berkaitan dengan ejaan mencapai 6.62%. Kesalahan ini dilakukan siswa karena siswa kurang memperhatikan dan bahkan menyepelekan kaidah-kaidah penulisan. Ketidakbakuan kata yang diakibatkan oleh penghilangan, pembubuhan, dan pergantian huruf konsonan maupun vokal ini cukup sedikit sekali, tetapi yang berkaitan dengan pergantian huruf vokal terutama dalam kata “Bis” ini cukup banyak sekali kesalahannya. Ini dikarenakan siswa sudah terbiasa mengucapkan kata “Bus” dengan kata “Bis”, sehingga dalam penulisan siswa terbawa ke dalam pengucapannya.
iv
ABSTRACT
Ade Miftahudin, NIM 801111300009, Language Education and Indonesian Literature, Faculty of Education, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.
Entitled “ The Analysis of Inappropriate Standard Word in Students Travel Reports of
Grade 8thSMP Al Hidayah Lebak Bulus Jakarta, Academic Year 2013/ 2014”.
This study aims to determined The Analysis of Inappropriate Standard Word in Jakarta-Bandung Students Travel Reports of Grade 8th SMP Al Hidayah. This study was conducted on April 2014 in SMP Al Hidayah Lebak Bulus Jakarta. The study design that been used are descriptive qualitative. The resources of the data on this study are students scientific works that made by students grade 8th of SMP Al Hidayah Lebak Bulus Jakarta, academic year 2013/2014.
From 24 students travel reports were analyzed, there were 20 students travel reports were not using an appropriate standard word. The mistakes in these students travel reports are the non standard word that caused by distinguished words related
with spelling, such us preposition words like “di” and “ke”. There were 8,39%
mistakes that done by students of class 8.2 which has the same mistakes as well by class 8.3 with the acquisition of mistakes that reaches 6,62%. These mistakes were done by the students that do not pay attention and even disregard about writing rules. The non-standard words which is caused by removing, affixing, and changing consonant even vowel is very limited, but the changing of the vowel especially the word “bis” has quite
a lot of mistake. This is caused by the students that used to pronounced the word “bus” with the word “bis”, so that the students writing was carried out into the
pronounciation.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, kemudahan, kelancaran, serta petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tepat waktu.
Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi tugas akhir yang telah disyaratkan dalam memperoleh gelar S-1 di UIN (Universitas Negeri Islam) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penulisan skripsi ini diantaranya kepada: 1. Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Hindun, M.Pd., Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hdayatullah Jakarta sekaligus sebagai pembimbing dalam penulisan skripsi ini.
3. Dona Aji Karunia Putra, M.A., Sekretaris Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hdayatullah Jakarta 4. Seluruh Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Kepala Sekolah dan Guru bidang studi Bahasa Indonesia di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus Jakarta, yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian ini.
6. Ibunda tercinta, Juriah binti Rukiah yang telah memberikan banyak dukungan moril dan materil serta do’a restu dalam masa perkuliahan.
7. Bapak Mertua dan Ibu Mertua, yang selalu memberikan bantuan semangat untuk cepatnya terselesaikan penelitian ini.
8. Istriku tercinta Lia Septiani dan putraku yang tersayang Khillany Rafiq Aiyman pengobat lelah dan penyemangat hidupku.
vi
10. Didi Suryadi, Edisal, Muftiatun, dan Fitri Astuti yang selalu mengingatkan ketika waktunya bimbingan. Rekan-rekan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, sahabat-sahabatku sukses selalu untuk kalian dan terima kasih kalian selalu memberikan semangat kepada saya.
Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang terbaik dari apa yang telah diberikan baik langsung maupun tidak langsung kepada penulis.
Jakarta, ...2014
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 3
C. Pembatasan Masalah ... 3
D. Perumusan Masalah ... 4
E. Tujuan Penelitian ... 4
F. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Menulis ... 6
B. Laporan Perjalanan ... 7
C. Kesalahan Berbahasa ... 9
D. Hakikat Kata Baku dan Tidak Baku ... 13
E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 34
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
B. Metode Penelitian ... 37
C. Sumber Data ... 38
viii
E. Teknik Keabsahan Data... 39
F. Teknik Analisis Data ... 40
BAB IV PEMBAHASAN A. Profil Sekolah ... 41
B. Deskripsi Data ... 44
C. Persentase Kesalahan Penulisan Kata Baku ... 65
D. Sistematika Laporan ... 67
E. Sumber Penyebab Terjadinya Kesalahan ... 68
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 69
B. Saran ... 69
DAFTAR FUSTAKA ... 71
UJI REFERENSI ... 73
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.1 : Kesalahan Penggunaan Kata Baku dikarenakan Penggantian Huruf Vokal
Tabel 4.1.2 : Kesalahan Penggunaan Kata Baku dikarenakan Pembubuhan Huruf Vokal
Tabel 4.1.3 : Kesalahan Penggunaan Kata Baku dikarenakan Penggantian Huruf Konsonan
Tabel 4.1.4 : Kesalahan Penggunaan Kata Baku dikarenakan Pembubuhan Huruf Konsonan
Tabel 4.1.5 : Kesalahan Penggunaan Kata Baku dikarenakan Penghilangan Huruf Konsonan
Tabel 4.1.6 : Kesalahan Penggunaan Kata Baku dikarenakan Pembeda yang berkaitan dengan Ejaan
Tabel 4.2.1 : Kesalahan Penggunaan Kata Baku dikarenakan Penggantian Huruf Vokal
Tabel 4.2.2 : Kesalahan Penggunaan Kata Baku dikarenakan Pembubuhan Huruf Vokal
Tabel 4.2.3 : Kesalahan Penggunaan Kata Baku dikarenakan Penggantian Huruf Konsonan
Tabel 4.2.4 : Kesalahan Penggunaan Kata Baku dikarenakan Pembubuhan Huruf Konsonan
Tabel 4.2.5 : Kesalahan Penggunaan Kata Baku dikarenakan Penghilangan Huruf Konsonan
Tabel 4.2.6 : Kesalahan Penggunaan Kata Baku dikarenakan Pembeda yang berkaitan dengan Ejaan
Tabel 4.3.1 : Kesalahan Penggunaan Kata Baku dikarenakan Penggantian Huruf Vokal
Tabel 4.3.2 : Kesalahan Penggunaan Kata Baku dikarenakan Pembubuhan Huruf Vokal
x
Tabel 4.3.4 : Kesalahan Penggunaan Kata Baku dikarenakan Pembubuhan Huruf Konsonan
Tabel 4.3.5 : Kesalahan Penggunaan Kata Baku dikarenakan Penghilangan Huruf Konsonan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penggunaan bahasa baku menjadi harapan pecinta bahasa Indonesia. Salah satu wujud bahasa baku adalah penggunaan kata yang mengikuti kaidah yang sudah ditetapkan. Salah satu kaidah tersebut adalah penggunaan ejaan. Ejaan adalah satu kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi seperti kata, kalimat dan lain sebagainya dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta menggunakan tanda-tanda baca.1 Ejaan yang dikenal dalam bahasa Indonesia kita ini adalah EYD (Ejaan yang Disempurnakan). EYD ini ditetapkan oleh pemerintah pada tahun 1972 dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
Banyak sekali masyarakat bahkan pelajar yang masih rancu dalam menempatkan kata dalam kalimat. Disadari atau tidak, penulisan kata bakunya sering tidak sesuai dengan penulisan kaidah bahasa Indonesia. Di samping itu kerancuan pun kerap membingungkan masyarakat dalam penggunaan bahasa baku. Masyarakat atau pelajar sering kali tidak memperhatikan apakah tulisannya sesuai aturan atau tidak, yang terpenting tujuan dan maksud mereka tersampaikan. Oleh karena itu penggunaan kata baku menjadi salah satu materi esensial dalam pembelajaran bahasa Indonesia, dalam hal ini siswa masih banyak melakukan kesalahan dalam pengunaan kata baku tersebut baik penggunaan secara lisan maupun tulis.
Dalam bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi dalam penggunaan ragam bahasa. Standar tersebut meliputi penggunaan tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Tata bahasa Indonesia yang baku salah satunya meliputi penggunaan kata dan EYD yang sesuai dengan kaidah baku. Kaidah tata bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh pemerintah pada tahun 1972 dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972. Sementara itu, kaidah
1 Dadan Suwarna, Cerdas Berbahasa Indonesia Berbahasa dengan Pemahaman dan
ejaan bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.
Dengan menggunakan bahasa seseorang dapat mengemukakan ide atau gagasannya, baik secara lisan maupun secara tulisan. Bahasa lisan digunakan pada komunikasi yang bersifat langsung sedangkan melalui bahasa tulis seseorang dapat mengemukakan maksudnya apakah itu melalui sebuah karangan atau melalui sebuah laporan tertulis. Seseorang atau dalam hal ini siswa ketika mengadakan studi wisata biasanya diberi tugas untuk membuat suatu laporan yang sering disebut laporan perjalanan wisata atau study tour. Dalam pembuatan laporan perjalanan ini berkaitan erat dengan ragam bahasa tulis, karena menulis pada hakikatnya menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan menggunakan lambang grafis (tulisan). Menulis merupakan keterampilan bahasa yang sama pentingnya dari keterampilan bahasa yang lain seperti menyimak, membaca, dan berbicara. Akan tetapi, di sekolah-sekolah keterampilan ini masih mendapatkan porsi yang lebih sedikit dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain.
Kenyataan mengungkapkan bahwa masih banyak siswa yang belum dapat menulis dengan baik dan benar. Hal ini tidak hanya terjadi pada siswa SMP atau MTs. (Madrasah Tsanawiyah) saja melainkan juga pada siswa SMK, SMA, atau dan yang sederajatnya.
Pengamatan peneliti, pada pembelajaran Bahasa Indonesia materi pembuatan laporan perjalanan yang diajarkan pada kelas kelas VIII SMP Al-Hidayah Lebak Bulus Jakarta masih ditemukan kesalahan siswa dalam menulis yang tidak mengikuti kaidah bahasa Indonesia. Penyebabnya adalah guru lebih banyak berorientasi pada hasil karangan, bukan pada proses menulis karangan, ketidakcermatan dalam penggunaan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta terpengaruhnya siswa dengan bahasa asing atau bahasa ibu. Dari uraian di atas jelas bahwa keterampilan menulis itu tidak dapat datang dengan sendirinya. Keterampilan tersebut menuntut latihan yang cukup dan teratur serta pendidikan yang berprogram agar dapat memperoleh keterampilan menulis yang baik. Karena itu peneliti melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Baku dalam Pembelajaran Menulis Laporan Perjalanan Kelas VIII SMP Al-Hidayah Lebak Bulus Jakarta”
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang di atas, identifikasi masalah yang ditemukan oleh peneliti yaitu:
1. Kesalahan siswa dalam menuliskan kata baku yang tidak mengikuti kaidah bahasa Indonesia.
2. Ketidakcermatan siswa dalam menggunakan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. Ketidakseriusan siswa dalam mengerjakan karya ilmiah laporan perjalanan. 4. Banyak siswa yang dalam berbahasa baik berbicara maupun menulis masih
terpengarus oleh bahasa ibu atasu bahasa asing.
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah kesalahan penulisan kata baku dalam laporan perjalanan siswa kelas VIII SMP Al-Hidayah Lebak Bulus Jakarta?
2. Apa saja sumber-sumber penyebab kesalahan penulisan kata baku dalam laporan perjalanan siswa kelas VIII SMP Al-Hidayah Lebak Bulus Jakarta?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kesalahan penulisan kata baku dan faktor-faktor penyebab kesalahannya dalam laporan perjalanan siswa kelas VIII SMP Al-Hidayah Lebak Bulus Jakarta.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi para pembaca. Secara umum manfaat penelitian dapat dikelompokan menjadi dua yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk membantu pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia, menambah pengetahuan tentang bagaimana cara menulis sebuah laporan perjalanan yang baik dan benar, serta memberi sumbangan pemikiran bagi penelitian-penelitian yang berkaitan selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa yaitu untuk meningkatkan pengetahuan siswa dalam penulisan kata baku.
b. Manfaat bagi guru yaitu menambah pemahaman serta ilmu pengetahuan pada guru mengenai penggunaan kata baku dan teknik-teknik penulisan laporan yang baik dan benar.
berbahasa terutama dalam aspek menulis sehingga hasil belajar para siswa di sekolah akan lebih meningkat.
6
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Menulis
Menulis merupakan aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran, atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan.1 Menulis juga salah satu kegiatan yang sering dilakukan di dunia pendidikan. Karena, hal ini menjadi salah satu bagian dari keterampilan berbahasa baik itu dalam keterampilan berbahasa bahasa asing maupun bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia tahapan pembelajaran keterampilan berbahasa menulis ini menempati urutan terakhir dari keterampilan berbahasa yaitu; menyimak, berbicara, dan membaca. Sebagaimana dikemukakan oleh Nurgiyantoro “aktivitas menulis merupakan suatu bentuk kompetensi berbahasa paling akhir dikuasai pembelajar bahasa setelah kompetensi mendengarkan, berbicara, dan membaca.”2
Pembelajaran menulis ini sangat penting dikuasai oleh setiap orang tak terkecuali bagi kalangan pembelajar (siswa) mapun mahasiswa. Sebagaimana dikemukan Tarigan “keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa terpelajar”.3 Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa
kompetensi menulis, menulis laporan pun dapat dimanfaatkan untuk melatih dan mengungkapkan kemampuan menulis peserta didik, seperti halnya penulisan sebuah laporan kegiatan perjalanan (darmawisata) bagi siswa yang telah melaksanakan kunjungan ke objek-objek wisata tertentu misalnya, gedung bersejarah dan museum.
1 Sri Wahyuni, dan Abd. Syukur Ibrahim, Asesemen Pembelajaran Bahasa, (Bandung:
Refika Aditama, 2012) Cet. Ke-1 h. 36
2 Burhanudin Nurgiantoro, Penilaian Pembelajaran Berbahasa Berbasis Kompetensi,
(Yogyakarta: BFEE, 2012) Cet. Ke-3 h. 422
3 Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa,
B. Laporan Perjalanan 1. Pengertian Laporan
Laporan adalah karangan yang dibuat oleh seorang atau sekelompok orang yang melakukan eksperimen, peninjauan atau survei, observasi, pembacaan dan penelaahan buku, penelitian, dan lain-lain.4 Laporan
mempunyai fungsi informasi yaitu laporan dapat dijadikan sebagai sumber pengalaman orang lain jika melakukan hal serupa. Artinya laporan tersebut dapat dijadikan bahan studi dan bahan perbandingan.
2. Dasar-Dasar Laporan
Laporan mempunyai beberapa dasar sebagaimana dikemukakan oleh Gorys Keraf “sebuah laporan bertolak dari beberapa dasar yaitu orang yang memberi laporan, pihak yang menerima laporan, dan sifat dan tujuan umum laporan.”5 Orang yang memberi laporan adalah orang atau pihak yang memberi
laporan baik perseorangan atau sebuah panitia yang ditugaskan untuk maksud tertentu. Misalnya, seorang siswa ditugaskan untuk berdarmawisata mengunjungi objek-objek tertentu, seperti museum, gedung bersejarah atau yang lainnya. Setelah melakukan kunjungan siswa tersebut diberi tugas untuk membuat sebuah laporan kunjungan wisata, untuk melaporkan apa saja yang telah mereka lihat dalam kegiatan tersebut. Pihak yang menerima laporan itu adalah orang atau badan yang menugaskan, atau orang atau badan yang dianggap perlu mendapatkan laporan itu.6 Seperti dalam kasus atau contoh pemberi laporan di atas, penerima laporan ini adalah guru atau sekolah yang meberikan tugas tersebut.
Tujuan dan sifat laporan itu sendiri adalah tujuan sebuah laporan tergantung dari situasi yang ada antara pemberi laporan dan penerima laporan, tetapi pada umumnya tujuan laporan berkisar pada, 1) untuk mengatasi suatu
4 Khaerudin Kurniawan, Bahasa Indonesia Keilmuan untuk Perguruan Tinggi”, (Bandung:
Refika Aditama, 2012) Cet. I, h. 31
5 Gorys Keraf, Komposisi, Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa, (Ende: Nusa Indah,
1993) Cet. Ke-10, h. 284
masalah, 2) untuk mengambil suatu keputusan yang lebih efektif, 3) mengetahui kemajuan dan perkembangan suatu masalah.7 Sifat laporan, laporan akan dianggap baik atau buruk tergantung dari keberhasilannya dalam memenuhi fungsinya yaitu mempengaruhi pembaca seperti yang diharapkan. Hasil yang diharapkan itu hanya bisa dicapai bila sifat laporannya baik. Laporan yang baik harus ditulis dalam bahasa yang baik dan jelas.8
3. Macam-Macam Laporan
Gorys Keraf membagi bentuk dan maksud laporan menjadi tujuh yaitu:9 a. Laporan berbentuk formulir isian
b. Laporan berbentuk Surat
c. Laporan berbentuk Memorandum
d. Laporan perkembangan dan laporan keadaan e. Laporan berkala
f. Laporan laboratoris
g. Laporan formal dan semiformal
Dari pengertian laporan di atas bahwa laporan perjalanan ini masuk ke dalam laporan semiformal, walaupun pada dasarnya dibuat oleh siswa tidak akan berujung kepada pengambilan kebijakan, namun dalam hal ini adalah untuk pembelajaran kompetensi menulis, bagaimana membuat laporan perjalanan yang baik dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
4. Sistematika Penulisan Laporan
Secara konvensional, laporan penelitian disusun dengan mengikuti pola atau sistematika sebagai berikut: pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, dan kesimpulan serta saran atau rekomendasi.10 Jika sebuah laporan disajikan dalam bentuk karya ilmiah, maka laporan tersebut harus memenuhi persyaratan karya ilmiah, misalnya harus
7Ibid. h. 285 - 286
menggunakan bahasa yang baku dan bentuk standar penulisan ilmiah. Yang paling pokok laporan formal maupun semiformal harus harus menggunakan bahasa yang baku. Pola penyajian laporan dapat disajikan dengan pola penyajian narasi, deskripsi, dan eksposisi. Laporan perjalanan itu sendiri memakai pola penyajian narasi, narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.11
Laporan perjalanan ini termasuk ke dalam jenis laporan semiformal, laporan semiformal adalah laporan yang sistematika penyusunannya tidak memenuhi persyaratan laporan penelitian formal. Sistematika penulisannya lebih sederhana atau memiliki model sistematika sendiri dan tidak bersifat standar. Seperti di bawah ini:
a. Judul
b. Nama kegiatan c. Latar belakang d. Tujuan pengamatan e. Waktu pelaksanaan
f. Tempat/lokasi pengamatan/kunjungan g. Hasil
h. Penutup (kesimpulan dan saran)
Dari unsur-unsur tersebut, tidak menutup kemungkinan adanya unsur lain, seperti kendala-kendala kegiatan dan pendanaan. Dalam penulisan laporan, unsur-unsur di atas dapat dijadikan sebagai kerangka laporan sebelum dikembangkan menjadi sebuah laporan yang utuh.
C. Kesalahan Berbahasa
1. Pengertian Kesalahan Bahasa
Kesalahan bahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu komunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata
bahasa Indonesia. Kesalahan berbahasa di dalam pengajaran ini sangat erat kaitannya dan bahkan keduanya ini tidak bisa dipisahkan seperti halnya diungkapkan oleh Tarigan “Hubungan antara pengajaran bahasa dan kesalahan berbahasa dapat kita contohkan sebagai hubungan antara air dan ikan. Sebagaimana ikan hanya dapat hidup dan ada dalam air, maka begitu juga kesalahan berbahasa sering terjadi dan terdapat dalam pengajaran berbahasa.”12
Apa yang dikemukakan tadi memang benar bahwa kesalahan berbahasa itu sering terjadi, dan yang sering melakukan kesalahan tersebut adalah para pembelajar bahasa baik itu pembelajar B2 mapun B1.
Ada ahli pengajaran bahasa yang mengemukakan bahwa Anakes mempunyai lagkah-langkah meliputi: 1) mengumpulkan sampel, 2) mengidentifikasi kesalahan, 3) menjelaskan kesalahan, 4) mengklasifikasikan kesalahan, dan 5) mengevaluasi kesalahan.13 Sehingga dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk meneliti adanya kesalahan bahasa yang dimulai dari mengumpulkan sampel kesalahan, mengidentifikasi, menjelaskan, mengklasifikasikan, serta mengevaluasi kesalahan tersebut.
2. Proses Terjadinya Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa di sini tidak hanya dibuat oleh siswa yang mempelajari B2 (bahasa kedua) tetapi juga yang mempelajari B1 (bahasa ibu). Siswa yang mempelajari bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sering membuat kesalahan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Siswa SMP yang mempelajari bahasa ibu seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Batak, bahasa Bali, dan bahasa daerah lainnya sering membuat kesalahan dalam proses belajar mengajar bahasa. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa tujuan proses pembelajaran bahasa belum tercapai secara maksimal.
12 Henry Guntur Tarigan dan Jago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa,
(Bandung: Angkasa, 2011) Ed. Revisi, h. 59
3. Tujuan Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis kesalahan berbahasa bertujuan untuk
a. Menentukan urutan penyajian butir-butir yang diajarkan dalam kelas dan buku teks, misalnya urutan dari yang mudah ke yang sukar dan dari sederhana ke yang kompleks.
b. Menentukan jenjang penekanan, penjelasan, dan pelatihan berbagai butir bahan yang diajarkan;
c. Merencananakan pelatihan dan pengajaran remedial; d. Memilih butir-butir bagi pengujian kemahiran siswa.14
Keempat tujuan di atas dalam pembelajaran di sekolah mempunyai tujuan untuk menganalisis kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa dalam belajar bahasa kedua. Karena kesalahan yang dilakukan siswa tidak bisa diperbaiki oleh siswa itu sendiri. Dengan hasil analisis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru dalam memperbaiki proses pembelajaran, membantu dalam menentukan urutan bahan pengajaran, dan sebagai umpan balik bagi kegiatan evaluasi dan perencanaan materi serta strategi pembelajaran di kelas.
4. Jenis Kesalahan Berbahasa
Menurut Tarigan kesalahan berbahasa dalam bahasa Indonesia berdasarkan tataran linguistic dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa di bidang fonologi, morfologi, sintaksis (frasa, klausa, kalimat), semantic, dan wacana. Berdasarkan komponen bahasa, jenis kesalahan berbahasa terbagi menjadi empat bagian yakni:15
a. Kesalahan Berbahasa Tataran Fonologi
Kesalahan berbahasa pada tataran fonologi berhubungan dengan tata bunyi yakni kesalahan yang berhubungan dengan pelafalan (ragam lisan) kesalahan ucapan dan penulisan bunyi-bunyi bahasa (kesalahan ejaan).
14 Loe Indra Ardiana dan Yonohudiyono, Analisis Kesalahan Berbahasa, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2001) Cet. 4, h. 2.7
1) Kesalahan Ucapan
Kesalahan mengucapkan kata sehingga menyimpang dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan makna.16 Misalnya:
Kata Baku Kata Tidak Baku
(diucapkan)
enam anam; anem
saudara sudara, sodara
Rabu Rebo
telur Telor
alasan alesan
tangkap tangkep
2) Kesalahan Ejaan
Kesalahan menuliskan kata atau kesalahan menggunakan tanda baca.17 Misalnya:
Kata Baku Tidak Baku (ditulis)
Tuhan Yang Mahakuasa Tuhan yang Maha Kuasa Tuhan Yang Mahapemurah Tuhan Yang Mahapemurah
Melihat-lihat Me-lihat2
Mempertanggungjawabkan Mempertanggung jawabkan
b. Kesalahan Morfologi
Kesalahan memakai bahasa disebabkan salah memilih afiks, salah menggunakan kata ulang, salah menyusun kata majemuk, dan salah memilih bentuk kata.
Contoh:
Kesalahan Pembenaran
- Banyak pelajar-pelajar baris-baris di tanah lapang itu. - Gerakan tanganmu dengan
gerakkan silat!
- Banyak pelajar berbaris di tanah lapang itu
- Gerakkan tanganmu dengan gerakan silat!
16Loc.cit. h. 179
c. Kesalahan Sintaksis
Kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian partikel.18
Misalanya:
Kesalahan Pembenaran
- Kami rela berkorbang demi untuk negara
- Mengapa kamu pergi dengan tanpa pamit?
- Kami rela berkorban demi
negara
- Mengapa kamu pergi
tanpa pamit?
d. Kesalahan Leksikon
[image:27.595.110.516.196.697.2]Kesalahan memakai kata yang tidak atau kurang tepat. Contoh dalam tabel berikut:
Kesalahan Pembenaran
- Demikian agar Anda maklum, dan atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
- Saudara-saudara, sebelum kita makan marilah kami berdoa bersama-sama
- Demikianlah agar Anda maklum, dan atas perhatian Anda saya ucapkan terima kasih. - Saudara-saudara, sebelum
kita makan marilah kita berdoa bersama-sama.
D. Hakikat Kata Baku dan Tidak Baku 1. Penggertian Kata Baku
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata adalah rangkaian bunyi terkecil yang ada artinya dan merupakan unsur kalimat.19 Sedangkan baku adalah yang menjadi pokok, yang utama, dan standar.20 Menurut pendapat lain Kata baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Kata baku adalah kata yang digunakan adalah kata-kata umum yang sudah lazim digunakan atau frekuensi penggunaanya cukup tinggi.21
18Op.cit, h. 181
19 Badudu dan Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1996) Cet. 1, h. 625
20Ibid. h. 114
21 Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000) Cet.
Diana Nababan dalam bukunya berpendapat bahwa “Kata baku adalah kata-kata yang cara pengucapannya dan penulisannya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku.22
Dari beberapa pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata baku adalah kata-kata yang pengucapan dan penulisannya sudah lazim digunakan dan sudah ditetapkan dalam kaidah bahasa Indonesia yang menjadi patokan bagi pemakai bahasa Indonesia.
Konteks penggunaannya kata baku digunakan dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat. Kata baku ditentukan berdasarkan atas tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang ujungnya menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep yang disepakati.
2. Pengertian Kata Tidak Baku
Kata tidak baku adalah kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam bahasa percakapan sehari-hari atau bahasa tutur.
3. Ciri-ciri Kata Baku
Dirgo dalam bukunya memberikan ciri-ciri kosakata baku sebagai berikut:23
a. Kosakata baku mengandung jati diri kata bahasa Indonesia, yaitu kosakata yang bebas kata bahasa daerah yang belum terterima, bebas dari kata-kata asing yang belum terterima, dan penyerapannya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
b. Pembentukannya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia c. Ejaannya benar.
22 Diana Nababan, Intisari Bahasa Indonesia untuk SMA, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2008)
Cet. 1, h. 44
23 Dirgo Sabariyanto. Mengapa Disebut Bentuk Baku dan Tidak Baku?, (Yogyakarta: Mitra
4. Fungsi Kata Baku dan Tidak Baku
Kata baku berfungsi sebagai pedoman umum pembentukan istilah yang telah ditetapkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan sistem penulisan dalam ejaan yang disempurnakan. Ejaan itu sendiri adalah cara atau atauran menulis kata-kata dengan huruf menurut disipilin ilmu bahasa.24
Penggunaan ragam baku:
a. Surat menyurat antarlembaga b. Laporan keuangan.
c. Karangan ilmiah. d. Lamaran pekerjaan. e. Rapat dinas.
f. Pidato resmi. g. Surat keputusan.
Kata tidak baku berfungsi sebagai bahasa tutur dan percakapan sehari-hari, terutama pada percakapan remaja.
5. Penyebab Kata Baku dan Tidak Baku
a. Dari segi fonologi
Penyebab kebakuan dan ketidakbakuan kata dari segi fonologi adalah sebagai berikut:
1) Alternasi (pengganti) vokal.
Contoh : Senin (baku), senen (tidak baku) 2) Alternasi (pengganti) konsonan.
Contoh : film (baku), pilem (tidak baku) 3) Penyederhanaan deret vokal.
Contoh : varietas (baku), varitas (tidak baku) 4) Penyederhanaan gugus konsonan.
Contoh : kompleks (baku), komplek (tidak baku)
24 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia, (Bandung: Angkasa, 2009)
Ada penyebab lain ketidakbakuan yang diuraikan oleh Dirgo dalam bukunya antara lain:25
a. Penggantian Huruf Vokal
1) Penggantian huruf vokal a dengan huruf vokal e
Contoh:
Baku Tidak Baku
malas males
Rabu Rebo
ular uler
2) Penggantian huruf vokal a dengan huruf vokal i
Contoh:
Baku Tidak Baku
mayat mayit
moral moril
profesional profesionil
3) Penggantian huruf vokal a dengan huruf vokal o
Contoh:
Baku Tidak Baku
rahmat rohmat
salat solat
Ramadan Romadon
4) Penggantian huruf vokal e dengan huruf vokal a
Baku Tidak Baku
macet macat
sebab sabab
terjemah tarjamah
5) Penggantian huruf vokal e dengan huruf vokal i
Baku Tidak Baku
magnet magnit
museum musium
sirene sirine
6) Penggantian huruf vokal i dengan huruf vokal e
Baku Tidak Baku
nasihat nasehat
pengantin penganten
pistol pestol
7) Penggantian huruf vokal o dengan huruf vokal u
Baku Tidak Baku
marmot marmut
pastor pastur
tolong tulung
8) Penggantian huruf vokal u dengan huruf vokal e
Baku Tidak Baku
plus ples
produk prodek
siklus sikles
9) Penggantian huruf vokal u dengan huruf vokal i
Baku Tidak Baku
bus bis
komunis kominis
kostum kostim
10)Penggantian huruf vokal u dengan huruf vokal o
Contoh:
Baku Tidak Baku
mabuk mabok
mangkuk mangkok
saus saos
b. Pembubuhan Huruf Vokal
1) Pembubuhan huruf vokal a
Baku Tidak Baku
narkotik narkotika
santriwan santriawan
rohaniwan rohaniawan
2) Pembubuhan huruf vokal e
Baku Tidak Baku
mantra mantera
mantri manteri
mars mares
c. Penghilangan Huruf Vokal
Di samping adanya pembubuhan huruf vokal dapat mengakibatkan kata baku menjadi tidak baku, kata baku dapat menjadi tidak baku karena adanya penghilangan sebuah huruf vokal.
1) Penghilangan huruf vokal a
Contoh:
Baku Tidak Baku
makaroni makroni
pena pen
2) Penghilangan huruf vokal e
Contoh:
Baku Tidak Baku
majelis majlis
marsekal marskal
material matrial
3) Penghilangan huruf vokal u
Contoh:
Baku Tidak Baku
sirkuit sirkit
d. Pembentukan Deret Vokal
Kata baku dapat menjadi tidak baku karena adanya penggantian, pembubuhan, dan penghilangan huruf vokal. Kitidakbakuan kata juga dapat diakibatkan adanya deret vokal.
1) Pembentukan deret huruf vokal ai dari huruf vokal e
Contoh:
Baku Tidak Baku
primer primair
sekunder sekundair
syekh syaikh
setan syaitan
2) Pembentukan deret huruf vokal ou dari huruf vokal u
Contoh:
Baku Tidak Baku
misterius misterious
turis touris
3) Pembentukan deret huruf vokal oo dari huruf vokal o
Contoh:
Baku Tidak Baku
monoton monotoon
ozon ozoon
prolog proloog
4) Pembentukan deret huruf vokal uu dari huruf vokal o
Contoh:
Baku Tidak Baku
prematur prematuur
salut saluut
vakum vakuum
e. Penyerderhanaan Deret Huruf Vokal
1) Penyederhanaan deret huruf vokal ei menjadi huruf vokal e
Contoh:
Baku Tidak Baku
pleidoi pledoi
survei surve
2) Penyederhanaan deret huruf vokal eu menjadi huruf vokal e
Contoh:
Baku Tidak Baku
neutron netron
neurologi nerologi
neurotik nerotik
3) Penyederhanaan deret huruf vokal ie menjadi huruf vokal i
Contoh:
Baku Tidak Baku
suplier suplir
varietas varitas
f. Penggantian Huruf Konsonan
Selain karena penggantian huruf vokal, ketikdakbakuan kata juga bisa diakibatkan oleh penggantian huruf konsonan, yaitu:
1) Penggantian huruf konsonan b dengan huruf konsonan p
Contoh:
Baku Tidak Baku
mujarab mujarap
nasib nasip
Sabtu saptu
wajib wajip
2) Penggantian huruf konsonan d dengan huruf konsonan t
Contoh:
Baku Tidak Baku
murid murit
syahid sahit
sujud sujut
tekad tekat
3) Penggantian huruf konsonan f dengan huruf konsonan p
Contoh:
Baku Tidak Baku
motif motip
mufakat mupakat
nafsu napsu
negatif negatip
positif positip
4) Penggantian huruf konsonan g dengan huruf konsonan j
Contoh:
Baku Tidak Baku
regional rejional
religius relijius
5) Penggantian huruf konsonan g dengan huruf konsonan h
Contoh:
Baku Tidak Baku
pragmatis prahmatis
pragmatisme prahmatisme
6) Penggantian huruf konsonan j dengan huruf konsonan g
Contoh:
Baku Tidak Baku
manajer manager
manajemen managemen
7) Penggantian huruf konsonan j dengan huruf konsonan y
Contoh:
Baku Tidak Baku
subjek subyek
subjektif subyektif
8) Penggantian huruf konsonan k dengan huruf konsonan c
Contoh:
Baku Tidak Baku
maskulin masculin
vokal vocal
9) Penggantian huruf konsonan k dengan huruf konsonan h
Contoh:
Baku Tidak Baku
teknisi tehnisi
teknik tehnik
teknologi tehnologi
teknokrat tehnokrat
10)Penggantian huruf konsonan n dengan huruf konsonan ng
Contoh:
Baku Tidak Baku
ransum rangsum
ransel rangsel
sanksi sangsi (hukuman)
11)Penggantian huruf konsonan p dengan huruf konsonan f
Contoh:
Baku Tidak Baku
napas nafas
paham faham
pihak fihak
pasal fasal
12)Penggantian huruf konsonan q dengan huruf konsonan k
Contoh:
Baku Tidak Baku
musabaqah musabakah
quran kuran
13)Penggantian huruf konsonan s dengan huruf konsonan t
Contoh:
Baku Tidak Baku
rasio ratio
rasional rational
rasionalisasi rationalisasi
14)Penggantian huruf konsonan v dengan huruf konsonan f
Contoh:
Baku Tidak Baku
motivaasi motifasi
privat prifat
produktivitas produktifitas
15)Penggantian huruf konsonan v dengan huruf konsonan p Contoh:
Baku Tidak Baku
November nopember
revolver repolper
vakansi pakansi
vitamin pitamin
16)Penggantian huruf konsonan y dengan huruf konsonan j
Contoh:
Baku Tidak Baku
proyek projek
proyeksi projeksi
proyektor projektor
yuris juris
17)Penggantian huruf konsonan z dengan huruf konsonan d Contoh:
Baku Tidak Baku
mazhab madhab
mubazir mubadir
nazar nadar
18)Penggantian huruf konsonan z dengan huruf konsonan j
Contoh:
Baku Tidak Baku
rezeki rejeki
rezim rejim
zaitun jaitun
zaman jaman
19)Penggantian huruf konsonan z dengan huruf konsonan s
Contoh:
Baku Tidak Baku
maizena maisena
mazhab mashab
ozon oson
razia rasia
20)Penggantian huruf konsonan k dengan huruf konsonan ain (yang dilambangkan ‘)
Contoh:
Baku Tidak Baku
makna ma’na
makmur ma’mur
maksiat ma’siat
nikmat ni’mat
g. Penggantian Huruf Konsonan dengan Huruf Vokal
Kata baku dapat menjadi tidak baku karena huruf konsonannya ada yang diganti dengan huruf vokal sehingga kata itu menjadi tidak baku. Contoh:
Baku Tidak Baku
satwa satua
syawal saual
syahwat syahuat
h. Penggantian Huruf Vokal dengan Huruf Konsonan Contoh:
Baku Tidak Baku
milliar milyar
mulia mulya
psikologi psykologi
i. Pembubuhan Huruf Konsonan
Kata baku dapat menjadi tidak baku karena adanya pembubuhan huruf konsonan pada kata baku itu. Yaitu:
1) Pembubuhan huruf konsonan d
Contoh:
Baku Tidak Baku
stan stand
standar standard
2) Pembubuhan huruf konsonan h
Contoh:
Baku Tidak Baku
Magrib maghrib
naas nahas
nakhoda nahkhoda
panteisme pantheisme
percuma percumah
silakan silahkan
wudu wudhu
3) Pembubuhan huruf konsonan ain (yang dilambangkan ‘)
Contoh:
Baku Tidak Baku
maaf ma’af
manfaat manfa’at
rakaat raka’at
syair sya’ir
saat sa’at
taat ta’at
taawud ta’awud
ulama ‘ulama
4) Pembubuhan huruf konsonan n
Contoh:
Baku Tidak Baku
medali mendali
pijak pinjak
rajungan ranjungan
rente renten
sajak sanjak
5) Pembubuhan huruf konsonan hamzah(yang dilambangkan ‘) Contoh:
Baku Tidak Baku
qariah qari’ah
quran qur’an
soal so’al
6) Pembubuhan huruf konsonan ng
Contoh:
Baku Tidak Baku
makin mangkin
semakin semangkin
ransum rangsum
7) Pembubuhan huruf konsonan r
Contoh:
Baku Tidak Baku
peduli perduli
tenggiling trenggiling
ubah rubah
8) Pembubuhan huruf konsonan s
Contoh:
Baku Tidak Baku
publistik publisistiks
traktor trakstor
triplek tripleks
9) Pembubuhan huruf konsonan t
Contoh:
Baku Tidak Baku
misal mitsal
rapor raport
transpor transport
10)Pembubuhan huruf konsonan w
Contoh:
Baku Tidak Baku
tua tuwa
uang uwang
11)Pembubuhan huruf konsonan y
Contoh:
Baku Tidak Baku
naluriah naluriyah
priayi priyayi
satria satriya
j. Penghilangan Huruf Konsonan
Ketidakbakuan kata dapat disebabkan oleh adanya penghilangan huruf konsonan yang variasinya cukup banyak.
1) Penghilangan huruf konsonan h
Contoh:
Baku Tidak Baku
mahkota makota
pahit pait
perahu perau
lihat liat
tahun taun
2) Penghilangan huruf konsonan k
Contoh:
Baku Tidak Baku
takbir tabir
teknisi tenisi
3) Penghilangan huruf konsonan s
Contoh:
Baku Tidak Baku
ons on
respons respon
revans revan
spons spon
transfer tranfer
transportasi transfortasi
4) Penghilangan huruf konsonan t
Contoh:
Baku Tidak Baku
partner parner
sprint sprin
sport spor
5) Penghilangan huruf konsonan w
Contoh:
Baku Tidak Baku
swipoa sipoa
ruwet ruet
wujud ujud
k. Pembentukan Gabungan atau Gugus Huruf Konsonan
Kata-kata baku dapat menjadi tidak baku karena adanya pembentukan gabungan huruf atau gugus huruf konsonan.
1) Pembentukan gabungan/gugus huruf konsonan dh
Contoh:
Baku Tidak Baku
sandiwara sandhiwara
weda wedha
2) Pembentukan gabungan/gugus huruf konsonan kh
Contoh:
Baku Tidak Baku
mekanik mekhanik
monarki monarkhi
muhrim mukhrim
3) Pembentukan gabungan/gugus huruf konsonan ss
Contoh:
Baku Tidak Baku
misi missi
wasalam wassalam
4) Pembentukan gabungan/gugus huruf konsonan sy
Contoh:
Baku Tidak Baku
muskil musykil
permaisuri permaisyuri
sah syah
setan syaitan
5) Pembentukan gabungan/gugus huruf konsonan dz
Contoh:
Baku Tidak Baku
mazhab madzhab
uzur udzur
zikir dzikir
l. Penyederhanaan Gabungan atau Gugus Huruf Konsonan
Kata-kata baku dapat menjadi tidak baku karena adanya penyederhanaan gabungan atau gugus huruf konsonan menjadi konsonan tertentu. Yaitu:
1) Penyederhanaan gabungan/gugus huruf konsonan kh menjadi huruf konsonan h
Contoh:
Baku Tidak Baku
makhluk mahluk
takhayul tahayul
takhta tahta
tarikh tarih
2) Penyederhanaan gabungan/gugus huruf konsonan kh menjadi huruf konsonan k
Contoh:
Baku Tidak baku
mukhalaf mukalaf
nakhoda nakoda
ukhuwah ukuwah
3) Penyederhanaan gabungan/gugus huruf konsonan ks menjadi huruf konsonan k
Contoh:
Baku Tidak Baku
matriks matrik
ortodoks ortodok
paradoks paradok
prefiks prefik
seks sek
4) Penyederhanaan gabungan/gugus huruf konsonan sy menjadi huruf konsonan h
Contoh:
Baku Tidak Baku
masyarakat masarakat
masyhur mashur
musyrik musrik
syahadat sahadat
syawal sawal
tamasya tamasa
m. Pembeda yang berkaitan dengan dengan Pembentukan Kata
Kebakuan dan ketidakbakuan kata dapat disebabkan oleh bunyi yang merupakan bagian dari bentuknya atau pembentuknya. Yaitu:
1) Bentuk yang tidak baku mengandung bunyi –ir
Contoh:
Baku Tidak Baku
melegalisasi melegalisir
memanipulasi memanipulir
nasionalisasi nasionalisir
normalisasi normalisir
organisasi organisir
2) Bentuk yang tidak baku mengandung akhiran –isasi
Contoh:
Baku Tidak Baku
pemotoran motorisasi
pemipaan pipanisasi
pemilitikan politisasi
penurian turinisasi
3) Pembentukan kata dengan awalan
me-Contoh:
Baku Tidak Baku
mewaswas mawas
mewejang mejang
mewiru miru
4) Pembentukan kata dengan awalan
meN-Contoh:
Baku Tidak Baku
mengebom membom
mengebor membor
mengecat mengcat
memfitnah mengfitnah
memihak memfihak
menyuplai mensuplai
menatar mentatar
mengundang ngundang
5) Pembentukan kata dengan imbuhan gabung meN + kan
Contoh:
Baku Tidak Baku
memperdebatkan mendebatkan
memformalkan mengformalkan
mengkawatirkan mengewatirkan
menomorsatukan menomersatukan
memikirkan memfikirkan
6) Pembentukan kata dengan awalan pe-/peN
Contoh:
Baku Tidak Baku
pengebom pembom
pengebor pembor
pengecat pengcat
perusak pengrusak
7) Pembentukan kata dengan awalan pe- dan akhiran -an
Contoh:
Baku Tidak Baku
pegadaian pergadaian
pekuburan perkuburan
peluncuran perluncuran
pelaporan perlaporan
8) pembentukan kata dengan awalan pen- dan akhiran -an
Contoh:
Baku tidak baku
penghapusan pengapusan
penghijauan pengijauan
pengetatan pengketatan
pengesahan pensahan
n. Pembeda yang Berkaitan dengan Ejaan
Kebakuan dan ketidakbakuan suatu kata disebabkan oleh adanya perbedaan ejaan. Misalnya, bentuk dimakan merupakan kata baku karena ejaannya sudah benar, sedangkan bentuk di makan merupakan kata tidak baku karena ejaannya salah.
o. Pemisahan salah satu atau sebagian bentuknya Contoh:
Baku Tidak Baku
mahaguru maha guru
mahakuasa maha kuasa
metafisika meta fisika
mikrobus mikro bus
nonaktif non aktif
paramedis para medis
p. Penyatuan kedua bentuknya Contoh:
Baku Tidak Baku
maha pengampun mahappengampun
maha pengasih mahapengasih
maha penyayang mahapenyayang
per bulan perbulan
per hari perhari
per orang perorang
E. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebelum melakukan penelitian ini, penulis telah menelusuri beberapa penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang penuis lakukan. Berikut penulis kemukakan hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini:
Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA”. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Identifikasi data yang diangkat dalam penelitian ini adalah kosakata atau kalimat dalam rubrik lintas Jawa Tengah di Harian Suara Pantura edisi bulan September tahun 2012, kosakata atau kalimatnya berupa kata baku dan kata tidak baku. Tujuan penelitian Khoirrul Fadli adalah mendeskripsikan penggunaan kosakata atau kalimat yang baku dan tidak baku dalam rubrik lintas Jawa Tengah di Harian Suara Pantura.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber datanya berupa rubrik lintas Jawa Tengah di Harian Suara Pantura edisi bulan September tahun 2012. Teknik pengumpulan data adalah dengan teknik simak dan teknik catat. Teknik analisis data menggunakan metode agih. Taknik penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa penggunaan kosakata baku dalam rubrik Lintas Jawa Tengah di Harian Suara Pantura diketahui data kata baku berjumlah 26 kata, dan tidak baku berjumlah 74 kata. Hasil analisis penelitian ini memberikan bentuk bahwa pengetahuan/teori tentang kosakata, serta kajian di bidang bahasa khususnya bentuk penggunaan kosakata baku masih kurang, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan kosakata baku, agar kualitas bahasa tentang penggunaan kosakata baku bisa lebih tepat digunakan dalam kehidupan sehari-hari khususnya untuk pembelajaran siswa tingkat SMA.26
Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Khoirul Fadli dengan penelitian penulis lakukan yang paling mencolok adalah dari segi sumber data. Penelitian Khoirul Fadli menggunakan sumber data rubrik Litas Jawa Tengah dari harian Suara Pantura. Sementara sumber data yang dipakai penulis adalah laporan perjalanan yang dibuat siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Muriyani dengan judul “Analisis Kesalahan Kata Baku dan Makna Kata dalam Menulis Karangan Pengalaman Pribadi Pada
Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Kota Tanjungpinang”.
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan Muriyani
26 http://perpus.upstegal.ac.id/v4/?mod=opaq.koleksi.form&page=158&barcode=
disimpulkan bahwa penggunaan kata baku dan makna kata dalam menulis karangan pengalaman pribadi pada siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Kota Tanjungpinang adalah 53,2 tergolong kurang. Penggunaan kata baku pada siswa kelas VII SMPN 4 Kota Tanjungpinang rata-rata 96, sudah tergolong amat baik. Penggunaan makna denotatif pada siswa kelas VII SMPN 4 Kota Tanjungpinang rata-rata 61, tergolong sedang. Penggunaan makna konotatif pada siswa kelas VII SMPN 4 Kota Tanjungpinang rata-rata 2,8, tergolong kurang sekali. Dalam kesalahan penggunaan kata baku dan makna kata seluruhnya pada siswa kelas VII SMPN 4 Kota Tanjungpinang dalam menulis karangan pengalaman pribadi adalah 53,2 tergolong kurang.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Penggunaan metode penelitian kualitatif ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian, ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Moleong “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitiannya misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.”1
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai analisis kesalahan penggunaan kata baku ini dilakukan di SMP Al-Hidayah Lebak Bulus Jakarta, berlokasi di Jalan Kana Lestari Blok K-I Lebak Bulus Jakarta. Objek penelitian ini adalah karya ilmiah yang berbentuk laporan perjalanan siswa kelas VIII SMP Al-Hidayah Lebak Bulus Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014.
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menemukan pengetahuan terhadap objek penelitian pada suatu saat tertentu. Kata deskriptif berasal dari bahasa Latin “deskcriptivus” yang berarti ‘uraian’. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai subjek penelitian dan perilaku subjek penelitian pada suatu metode tertentu. Penelitian deskriptif kualitatif berusaha mendeskripsikan seluruh
1 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013)
gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.2
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.3 Menurut Lofland dan Lofland “sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”.4 Walaupun dikatakan bahwa sumber data di luar kata dan
tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal ini tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.5 Pendapat J. Moleong ini diperkuat pendapat lain yaitu: data adalah seluruh informasi empiris dan dokumentatif yang diperoleh di lapangan sebagai pendukung ke arah konstruksi ilmu secara ilmiah dan akademis.6
Dari pendapat tersebut peneliti menyimpulkan bahwa data adalah hasil pencatatan penelitian, baik yang berupa fakta kata-kata ataupun tindakan, dan atau sumber lain yang berbentuk tulisan. Semua itu bisa dijadikan sebagai kajian penelitian. Wujud data dalam penelitian ini adalah arsip karya ilmiah berupa laporan perjalanan siswa kelas VIII SMP Al-Hidayah Lebak Bulus Jakarta tahun pelajaran 2013/2014.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam suatu penelitian sangat diperlukan. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode simak dengan teknik catat. Metode simak dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Selanjutnya teknik catat yaitu pencatatan yang dilakukan pada kartu data yang
2 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskrpftif Kualitatif, (Ciputat: Referensi (GP Press
Group, 2013) Cet. Pertama, h. 10 - 11
3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010) Ed. Revisi Cet. 14, h. 172
4 Lofland dan Lofland, dalam J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT.
Remaja Rosdakarya, 2013) Ed. Revisi, h. 157
5Ibid. h. 159
6 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Ciputat: Referensi (GP Press
dilanjutkan dengan klasifikasi. Penulis mengambil metode ini kerena objek penelitiannya adalah bahasa tulis. Sebagaimana diungkapkan Maksun “apabila peneliti berhadapan dengan penggunaan bahasa secara tertulis, dalam penyadapan itu peneliti hanya dapat menggunakan teknik catat sebagai gandengan teknik simak bebas libat cakap, yaitu mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitiannya dari penggunaan bahasa secara tertulis tersebut.7 Dalam
mengumpulkan data, peneliti memulai dengan melakukan menyimak dan membaca karya ilmiah siswa yang berupa laporan perjalanan siswa secara cermat, sehingga mengetahui kesalahan berbahasa yang ada dalam laporan perjalanan yang dibuat siswa.
Di dalam penelitian ini teknik pengumpulan data didapatkan dengan cara memberi tugas. Tugas tersebut berupa rekaman perjalanan siswa dari Jakarta ke Bandung pada akhir Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014. Rekaman yang dimaksud merupakan laporan tertulis yang dibuat oleh siswa langsung setelah kegiatan tersebut terlaksana.
Tentunya di dalam laporan perjalanan yang dibuat siswa tersebut terdapat kesalahan, baik dari susunan kalimat maupun kata-kata yang digunakannya. Oleh karenanya, perlu diadakan perbaikan. Perbaikan ini hanya bisa dilakukan oleh guru.
E. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data digunakan untuk mengetahui kebenaran suatu data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik keabsahan data yang berbentuk pemeriksaan sejawat melalui diskusi dan kecukupan referensi. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi merupakan teknik keabsahan data yang dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.8
Lebih lanjut Moleong mengemukakan bahwa “tidak ada formula yang pasti tentang bagaimana caranya menyelenggarakan diskusi semacam itu. Diskusi itu
7 Mahsun, Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012) Ed.
Rev. h. 93
ada baiknya apabila memanfaatkan cara wawancara psikoanalitik.”9 Untuk itu
teknik wawancara dengan orang yang berwenang dan mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam bidang yang peneliti teliti. Wawancara ini peneliti mengajukan beberapa pertanyaan, yaitu:
1. Kapan waktunya studi wisata ini dilakukan atau dilaksanakan? 2. Apa kaitannya studi wisata dengan pembelajaran siswa?
3. Perlukah siswa yang telah melakukan perjalanan wisata membuat laporan? 4. Apakah studi wisata itu merupakan hiden kurikulum?
5. Berapa lama siswa melakukan studi wisata?
Jawaban pertanyaan yang peneliti ajukan ini akan membuktikan bahwa data yang peneliti teliti memang benar ada dan tidak dibuat-buat.
F. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menganalisis data. Analisis data dalam penelitian ini digunakan untuk meneliti langsung permasalahan yang terkandung dalam data. Data dianalisis mengungunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengklasifikasian;
2. Pengkoreksian/pembetulan;
3. Pengalkulasian dengan menggunakan rumus: �
�2 � %
Keterangan: X = Jumlah kata yang dianalisis X2 = Jumlah kesalahan
4. Penginterprestasian atau penyimpulan.
41
BAB IV PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah
Berdirinya SMP Al-Hidayah Lestari mengungkapkan kisah perjuangan dan perjalanan umat ketika Madrasah Al-Hidayah dibangun oleh H. Muhammad Shaleh sebagai jawaban dari pertanyaan berbagai lembaga masyarakat. Tepatnya pada tahun 1965 didirikan sekolah agama (Madrasah Al-Hidayah) menjadi teramat penting, sejalan dengan tuntutan zaman.
Atas dasar hal tersebut didorong oleh motivasi dan tuntutan dari berbagai pihak, maka pada tahun 1995 berdirilah SMP Al-Hidayah Lestari yang merupakan program jangka pendek Yayasan Pendidikan Islam Al- Hidayah Lestari.
Harapan dan cita-cita pendidikan SMP Al-Hidayah Lestari terus diaktualisasikan sebagai respons langsung terhadap perkembangan, tantangan perencanaan sistematis dan sistemik serta terpadu melalui perumusan kembali visi dan misi. Tujuan tersebut, SMP Al-Hidayah Lestari telah melakukan kolaborasi dan pathnershif dengan lembaga-