• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Tabligh Astri Ivo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas Tabligh Astri Ivo"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS TABLIGH ASTRI IVO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh: Rosdiana

Nim: 105051001911

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 20 Januari 2009

(3)

ABSTRAK

Rosdiana

Aktivitas Tabligh Astri Ivo

Islam merupakan agama rahmatan lil’alamin, artinya agama yang membawa kedamaian dan ketentraman di muka bumi. Tabligh pada dasarnya adalah kegiatan penyampaian pesan ajaran Islam melalui lisannya, baik disampaikan secara formal maupun informal. Untuk itu tabligh menjadi kewajiban kita sebagai umat Islam. Berawal dari kesadaran itulah, seorang artis cantik yang pada kehidupan masa lalunya penuh keglamouran, kini telah berubah menjadi seorang muballighah. Ia adalah Astri Ivo, yang pada tahun 2000 silam telah memutuskan untuk menjadi seorang muballighah, dan dalam setiap kegiatannya ia berusaha untuk menjadi seorang muslimah yang dapat bermanfaat bagi agamanya. Dari penjabaran di atas, maka penulis memunculkan dua pertanyaan sebagai objek pembahasan skripsi ini, yaitu bagaimana aktivitas tabligh Astri Ivo? Bagaimana tanggapan jama’ah terhadap aktivitas tabligh yang dilakukan Astri Ivo?

Dalam melaksanakan aktivitas tablighnya para muballigh memang memiliki gaya dan caranya masing-masing. Tabligh dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan lisan (bi-lisan), tulisan (bil-qalam) dan perbuatan (bil-hal). Astri Ivo melakukan tablighnya dengan ketiga cara tersebut, karena menurutnya selama ia mampu melakukannya maka akan ia lakukan. Hal ini terbukti ia dapat melakukannya melalui lisannya dengan ceramah, seminar, diskusi, dan lainnya, dengan materi yang ia angkat biasanya seputar keluarga dan gaya hidup Islami. Sedangkan melalui tulisannya, ia lakukan dengan menulis buku (Cantik Sepanjang Usia dan Bukti Cintaku Pada-Mu), sedangkan melalui perbuatan ia melakukannya dengan penampilannya yang Islami dan memainkan peran yang Islami juga. Astri Ivo juga menggunakan ketiga metode yang ada dalam tabligh yaitu Al-Hikmah, Mau’izah Hasanah dan Mujadalah bil-Lati Hiya Ahsan.

Menurut pendapat penulis, aktivitas yang dilakukan Astri Ivo sejauh ini sudah berjalan dengan baik, hanya saja materi yang disampaikan perlu dikembangkan, agar dalam setiap tablighnya menjadi menarik.

Metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan bentuk penelitiannya adalah penelitian lapangan (field research), dimana penulis melakukan observasi langsung ke lapangan guna memperoleh data yang dibutuhkan, dan teknik penulisannya skripsi ini adalah deskriptif analitik, yaitu pelaporan data dengan menerangkan, memberikan gambaran dan mengkla-sifikasikan data yang telah terkumpul dengan apa adanya, dan kemudian setelah itu disimpulkan.

(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan kasih sayang-Nya lah penulis dimudahkan dalam penyusunan skripsi ini dan akhirnya penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya. Untaian Salawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada kekasih Allah, junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya serta seluruh ummatnya.

Kesempurnaan hanyalah milik Allah semata dan penulis sebagai manusia biasa, hanya dapat berbuat yang terbaik dengan kemampuan yang dimiliki dalam membuat skripsi ini. Pasti akan banyak kekurang-sempurnaan dari skripsi ini, yang penulis sadari karena adanya keterbatasan dan kapasitas keilmuan yang penulis miliki. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan sumbang saran, koreksi, kritik yang membangun dari segenap pembaca.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan semangat dan bantuan sehingga terwujudnya skripsi ini, maka penulis ucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Dr. H. Murodi, M.Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 2. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.Ag selaku Pudek I bidang Akademik, Bapak

(6)

3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.Ag selaku Ketua Jurusan KPI dan Ibu Umi Musyarofah, MA selaku Sekertaris Jurusan KPI, yang telah membantu penulis dalam mengurusi administrasi.

4. Ibu Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Pembimbing Penulis, yang telah membimbing penulis.

5. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, atas ilmu dan pengalaman berharganya.

6. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah beserta staf-stafnya yang telah memberikan kenyamanan fasilitasnya.

7. Bapak Embi C. Noer, yang telah memberikan rekomendasinya.

8. Ibu Hj. Astri Ivo yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam memberikan informasi dan data yang dibutuhkan penulis.

9. Mbak Sukma yang telah bersedia memberikan jadwal kegiatan Ibu Astri kepada penulis.

10.Almarhum kedua orang tua penulis yang telah memberikan spirit dalam hati penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini juga penulis persembahkan untuk mereka. Semoga ilmu yang penulis amalkan menjadi pahala untuk mereka.

11.Ibu Juariah, yang telah membesarkan penulis. Semoga Allah membalas kebaikan yang telah diberikan.

(7)

13.Abang dan Istrinya Mba Sulis, semoga Allah memberikan kesuksesan kepada Abang dalam segala urusannya.

14.Teman-teman KPI angkatan 2004 dan 2005, Kesih, Nanda, Dina, Acunk, Maryam, Jack, Hanif dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

15.Mey, semoga persahabatan kita dapat terjalin hingga akhir hayat, dan Erna dari Trisakti yang sudah mau meluangkan waktunya untuk diwawancarai. 16.Teman-teman di Adab angkatan 2004, Eha, Woro, Oriend, dan Jalil. Atas

informasi dan supportnya yang telah diberikan kepada penulis.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis berserah diri, semoga semua bantuan dan jasa dari semua pihak menjadi amal shaleh, dan mudah-mudahan karya ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu Komunikasi Penyiaran Islam.

Jakarta, 8 Januari 2009

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Metodologi Penelitian ... 9

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG TABLIGH A. Pengertian Tabligh ... 13

B. Hukum Tabligh ... 18

C. Unsur-Unsur Tabligh ... 20

D. Kriteria Seorang Muballigh ... 23

(9)

2. Retorika ... 29

BAB III PROFIL ASTRI IVO

A. Riwayat Hidup ... 31 B. Riwayat Pendidikan ... 34 C. Aktivitas Astri Ivo ... 35 BAB IV ANALISIS AKTIVITAS TABLIGH ASTRI IVO

A. Aktivitas Tabligh Astri Ivo ... 45 B. Analisis Aktivitas Tabligh Astri Ivo ... 53 C. Tanggapan Jama’ah Terhadap Tabligh Astri ... 58

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 63 B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam merupakan agama rahmatan lil’alamin artinya agama yang membawa kedamaian dan ketentraman di muka bumi. Maka Islam harus ditampilkan dengan semenarik mungkin agar umat lain beranggapan dan berpandangan bahwa kehadiran Islam bukan sebagai ancaman bagi eksistensi mereka, melainkan pembawa kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan mereka sekaligus pengantar menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.1

Untuk itulah manusia diciptakan oleh Allah menjadi khalifah di muka bumi dengan tujuan dapat menyampaikan ajaran-ajaran Islam, sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:

!"

#$ %&

'

(

)*+

,-.$ %& /

0'

124 &

)*+

5

6

%

7

8 9:; 

<

'

=%

>

?@

6

-B%& C$

DEF

C

$

G

I

Artinya:

“Katakanlah;’Taatilah Allah dan taatilah Rasul dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajibannya hanyalah apa yang dibebankan kepada kamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban Rasul melainkan penyampaian dengan terang. (QS. An-Nur: {24;54}).

1

(11)

“Menurut Quraish Shihab dalam buku Tafsir Al-Misbah mengatakan bahwa ayat ini menjelaskan perintah kepada kaum mukminin mentaati Allah dan Rasulnya, yakni Nabi Muhammad SAW dengan segala macam perintahnya, baik perintah melakukan sesuatu maupun perintah untuk meninggalkan sesuatu, dan jika kamu berpaling betapapun kadar keberpalingan itu, maka kamu menjadi sesat dan rugi sendiri. Ayat ini juga menjelaskan bahwa kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan risalah ilahi kepada umatnya”.2

Jadi dapat disimpulkan bahwa kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan risalah ilahi kepada umatnya, setelah itu semua urusan diserahkan kepada Allah karena hanya Allah lah yang memberikan hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Begitu juga dengan Muballigh dan Muballighah yang merupakan penerus dakwah Rasul, maka kewajiban mereka hanyalah menyam-paikan risalah ilahi, tidak bersifat memaksakan karena pada akhirnya Allah jualah yang memberikan petunjuk kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya.

Tugas muballigh dan muballighah pada zaman sekarang tengah menghadapi tantangan yang cukup berat, karena dunia telah memasuki era baru yaitu era globalisasi. Suatu era dimana umat manusia memiliki kemajuan tekhnologi, komunikasi, dan informasi menjadi satu kesatuan, baik dalam bidang ekonomi, kebudayaan, pendidikan, pandangan hidup maupun bidang-bidang lainnya. Dengan kemajuan tekhnologi yang begitu pesat, maka membuat jarak antar negara di seluruh dunia menjadi semakin dekat. Hal ini dinamakan dengan istilah “global village”. Menurut Mc. Luhan global village adalah dunia masa

2

(12)

depan, dimana seluruh umat manusia dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh elektronik media.3

Dengan adanya globalisasi ini, maka budaya barat dengan mudahnya masuk ke Negeri ini, dan mempengaruhi pola pemikiran maupun tingkah laku masyarakatnya. Hal itu dapat terlihat dari tayangan-tayangan yang menampilkan perempuan-perempuan cantik dengan aurat terbuka. Yang kemudian hal tersebut mempengaruhi generasi muda, mereka sudah tak mengindahkan ajaran-ajaran Islam yang menyuruh menutupi aurat mereka.

Di era globalisasi itulah seorang muballigh dituntut untuk meningkatkan kreatifitasnya dalam menyampaikan pesannya, baik dari segi materi maupun segi penyampaiannya, agar tablighnya dapat mengena ke dalam hati pendengarnya atau jamaahnya. Karena tabligh pada dasarnya adalah menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada umatnya, dengan harapan dapat mengubah kepribadian individu maupun kelompok, menjadi kepribadian yang lebih baik dari sebelumnya.

Oleh karena itu tabligh dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, sama halnya dengan kegiatan dakwah, yaitu dapat dilakukan dengan tiga pendekatan yang pertama pendekatan ucapan / lisan (bi-al-qawl/al-lisan), melaui perbuatan (bi al-af’al/bi al-amal), dan melalui tulisan (bi al-kitabah).4 Untuk itu apabila seseorang memiliki kemampuan untuk bertabligh melalui lisannya, maka lakukanlah dengan lisannya. Apabila seseorang memiliki kemampuan dalam menulis, maka lakukanlah dengan tulisannya, dan lebih baik lagi jika seseorang

3

Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet. Ke-1, h.. 118.

4

(13)

yang memiliki kemampuan bertabligh dengan perbuatannya, maka lakukanlah dengan perbuatannya.

Tabligh dalam Islam juga pada hakikatnya tidak membebankan ummatnya, karena tabligh dilakukan berdasarkan kemampuannya. Sesuai dengan hadits Nabi yang berbunyi:

! " #$

%&

%

'(

)

* +#

,-.

)

/

01

2 3

$4'

7 8

:

7

9:#

; ی

%#$

< 8

=(>#$

$

; +?

@ #A

B<&1

7 +?

=(>#$

< 8

9:#$

7 +?

8

C D

E# '

7 +?

%

$4'

+?

!F8

@ -)

G%

7 1

H$

!-ﺹ

H$

@ -)

,-7 +ی

J 1

,

$K

L MN -?

L

O?

,#

9P.ی

@ﻥ .- ?

,#

9P.ی

@ -+ ?

E#R

S%ﺽ

یU$

)

L$ 1

,-.

(

5

Artinya:

“Diriwayatkan dari Abu Bakar Bin Syaibah, meriwayatkan kepada kami Waki’Bin Sofyan, meriwayatkan kepada kami Muhammad bin Matsna, meriwayatkan kepada kami Muhammad Bin Ja’far, meriwayatkan kepada kami Syu’bah berkata keduanya dari Luqais Bin Muslim, dari Thariq Bin Syihab dan dalam hadits ini Abu Bakar berkata... Siapa saja yang melihat kemungkaran, ubahlah kemungkaran itu dengan tangannyya, jika tidak mampu dengan lisannya, jika masih tak mampu dengan qalbunya. Akan tetapi yang terakhir ini adalah perwujudan dari keimanan yang paling lemah”. (HR. Muslim)

Hadits diatas menggambarkan bahwa Allah sangat mencintai hambanya sehingga Dia tidak membebankan hambanya dalam bertabligh justru Allah memberikan kemudahan, karena tabligh disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh hambanya. Selain itu Allah SWT juga masih memberikan Karunia kepada hambanya sehingga walaupun ditengah gelombang globalisasi, yaitu

5

(14)

dengan munculnya muballigh-muballigh maupun da’i yang menyerukan ajaran Islam.

Baik dari kalangan terpelajar yang notabene dari pesantren maupun dari kalangan artis yang kesemuanya itu tabligh juga disesuaikan dengan kemampuannya. Beberapa diantaranya yaitu Ida Leman yang melakukan syia’r Islam dengan merancang busana-busana muslim dan kemudian mensosialisasikan kepada masyarakat Indonesia, ia mulai melakukan syi’ar Islamnya pada tahun 1990 dengan merancang busana-busana muslim.6

Ratih Sanggarwati bergerak di bidang mode, hal itu ia lakukan setelah ia mengenakan jilbab, tepatnya pada tahun 2000.7 Inneke Koesherawati bergerak di bidang seni peran, ia juga mulai aktif menyiarkan Islam setelah ia memakai jilbab, tahun 2001 silam. Perubahan itu dilakukan bukan sekedar mengikuti tren, tetapi memang panggilan hati mengikuti jalan Allah.8 Astri Ivo melakukan syi’ar Islam melalui peran-peran islami, tetapi Allah memberikan kemampuan dalam berbicara sehingga ia juga bertabligh dengan lisannya).

Di era tahun 70-an, mungkin masih segar dalam ingatan nama “Astri Ivo” dengan wajah imut sebagai bintang cilik yang banyak menghiasi layar kaca. Sudah banyak film yang ia perankan, beberapa film diantaranya: Ilusia (1971) bermain dengan (Rahayu Effendi), Titienku Sayang (1972) bermain dengan (Mila Karmila), Jauh Dimata (1973) bermain dengan (Deddy Sutomo dan Brigitta

6http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=125443, tanggal 13 Januari

2009, pkl: 16.00

7 http://id.wikipedia.org/wiki/Ratih_Sanggarwati#Kehidupan_Pribadi,

tanggal 13 Januari 2009, pkl: 16.00

8

(15)

Maria), Tabah Sampai Akhir (1973) bermain dengan (Sofia W.D dan Rano Karno), dan masih banyak film lainnya yang ia bintangi.9

Ia memang memiliki keturunan darah seni dari ibunya yaitu Ivo Nilakreshna yang merupakan seorang penyanyi ternama di era tahun 1960-an. Astri Ivo yang memiliki nama lengkap “Astrie Feizaty Ivo”. Ia lahir di Jakarta, tanggal 21 September 1964. Kemudian ia menikah dengan Dariola Yusharyahya yang merupakan adik dari aktris Zoraya Perucha. Pernikahannya membuahkan tiga putra yaitu Kevin Arighi Yusharyahya, Adrio Faresi, dan Riedo Devara.10

Hingar bingar kehidupan malam di diskotik pun pernah ia lalui, meskipun ia sering mengikuti pengajian tetapi setelah mengikuti pengajian pulangnya mampir ke diskotik hingga jam 4 pagi.11 Tetapi jika Allah sudah berkehendak memberikan hidayah kepada seseorang, maka tidak ada yang dapat mencegahnya. Begitu juga dengan Astri Ivo, walaupun ia pernah menjalani kehidupan malam tetapi Allah berkehendak memberikan hidayah kepadanya, maka tak kan ada yang menghalanginnya.

Untuk mendapatkan hidayah itu tak semudah membalikan telapak tangan namun ia membutuhkan proses yang panjang, karena itulah perjalanan untuk menjadi seorang muslimah bagi Astri Ivo sangatlah tidak mudah. Walaupun sebenarnya sejak kecil, Astri sudah dididik keras dalam hal agama, tetapi sama sekali tak memberikan pengaruh kala itu. Jika waktu Maghrib tiba, teman-teman yang datang diusir atau disuruh sembahyang jamaah. Kalau tidak salat akan

9

http://amaduq01.wordpress.com/2008/04/29/kisah-astri-ivo-berjilbab/, tanggal 23 Juni 2008 pkl: 10.00.

10

Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, kamis 30 Juli 2008.

11

(16)

dicubit. Padahal itu lagi gaul-gaulnya. Dulu saya kesal sama ortu saya, kaya gak pernah muda, tukasnya.12

Astri baru merasakan manfaat didikan keras orang tuanya, ketika ia menetap di Jerman. Sehingga meski sudah di Jerman, Astri tetap salat, puasa dan mengaji. Kawan-kawannya yang orang Jerman heran kenapa Astri masih melakukan meski tidak ada orangtuanya.

Kini di usianya ke-45 tahun, Astri Ivo tetap menghiasi layar kaca meski dengan penampilan jauh beda, berjilbab. Sejak berketetapan hati mengenakan jilbab 6 tahun lalu, aktivitas keagamaannya semakin meningkat. Kini ia mulai terjun dalam dunia dakwah, dengan mengisi ceramah keagamaan di masjid, tempat-tempat pengajian, kantor-kantor bahkan mal-mal.

Walaupun pada awalnya ia menyampaikan materi hanya sebatas mengenai hijab saja, tapi kini ia mulai dapat menyampaikan materi dengan bervariasi. Ia menyadari bahwa ia terbilang orang baru dalam dunia dakwah, tetapi ia terus belajar dan berusaha untuk meningkatkan kualitas ceramahnya baik dalam retorikanya maupun materi yang disampaikannya. Ia pun tidak segan-segan untuk bersekolah lagi menimba ilmu guna meningkatkan kulitas cermahnya. Ia menimba ilmu di Pendidikan Muballigh Al-Azhar selama dua tahun, dan kini ia telah menyelesaikan studinya dengan tepat waktu. Selain itu ia masih bertabligh melalui sinetron dengan cara membaca skenarionya terlebih dahulu, apabila sesuai dengan syari’at Islam maka ia mau memerankannya, apabila tidak maka ia menolaknya.

12

(17)

Melihat latar belakang kehidupan Astri Ivo itulah, yang membuat penulis merasa tertarik untuk mengkajinya lebih jauh lagi dan menjadikan Astri Ivo sebagai subjek kajiannya. Selanjutnya penulis menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul ”AKTIVITAS TABLIGH ASTRI IVO”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Melihat latar belakang masalah di atas, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini pada Aktivitas Tabligh Astri Ivo.

Kemudian penulis merumuskan permasalahan yang akan diteliti, yaitu: 1. Bagaimana aktivitas tabligh Astri Ivo?

2. Bagaimana tanggapan mad’u terhadap aktivitas tabligh yang dilakukan Astri Ivo?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui aktivitas tabligh yang dilakukan Astri Ivo.

2. Untuk mengetahui tanggapan mad’u terhadap aktivitas tabligh Astri Ivo.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis:

(18)

2. Manfaat Praktis:

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat menambah ilmu dan memperluas wawasan tentang tabligh. Selanjutnya dapat memberikan motivasi kepada artis lainnya untuk dapat melakukan tabligh.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini merupakan penelitian pertama dan belum pernah ada yang menelitinya. Kelebihan dari skripsi yang penulis teliti adalah pesan tabligh yang disampaikan oleh Astri Ivo ternyata tidak hanya melalui media mimbar, tapi ia juga menggunakan media cetak maupun elektronik. Selain itu ia juga memanfaatkan profesinya sebagai artis untuk menyampaikan pesan tabligh dikalangan artis.

F. Metodologi Penelitian

Pada penyusunan skripsi ini penulis akan membagi kedalam beberapa bagian, yaitu:

1. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang diamati.13 Bentuk penelitiannya adalah penelitian lapangan (field research), dimana penulis melakukan observasi langsung ke lapangan, guna melakukan pengamatan langsung terhadap objek

13

(19)

yang diteliti. Dengan cara mengunjungi rumah Astri Ivo dan mengikuti segala aktivitas tabligh yang dilakukan oleh Astri Ivo. Sedangkan teknik penulisannya bersifat Deskriptif Analitik, yaitu metode penelitian yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.14

2. Sumber Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah semua yang terlibat dalam memberikan informasi baik tentang subjek maupun objek dalam penelitian ini. 3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Astri Ivo, Suami Astri Ivo, Anak-anaknya, dan lima orang jamaah yang pernah melihat maupun mendengar aktivitas tablighnya, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah aktivitas tabligh Astri Ivo.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan Juli 2008 sampai bulan Januari 2009, dari mulai mengurusi perizinan sampai tahap pengumpulan data yang dilakukan secara insidental (sesuai dengan keperluan dalam melengkapi data). 5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Penulis mengumpulkan data dengan cara melakukan pengamatan langsung, baik dengan melihat kesehariannya dirumah maupun dalam kegiatan tabligh yang dilakukan oleh Astri Ivo.

14

(20)

b. Wawancara

Untuk melengkapi pengumpulan data yang diperlukan, penulis mengadakan wawancara langsung dengan Astri Ivo dan juga dengan beberapa jamaahnya, dengan tujuan memperoleh data yang lebih valid. c. Dokumentasi

Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.15

Sedangkan dalam skripsi ini hanya menggunakan catatan, transkip, buku, dan foto-foto untuk memperkuat data-data yang ada.

4. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini , penulis mengacu pada buku pedoman penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penyusunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab dan bab-bab tersebut memiliki beberapa sub-bab, yaitu:

Bab I. Berisi Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

15

(21)

Bab II. Berisi Landasan Teoritis yang terdiri dari Pengertian Tabligh, Hukum Tabligh, Unsur-Unsur Tabligh, Persyaratan menjadi Seorang Muballigh, dan Ilmu Yang Mendukung Tabligh.

Bab III. Berisi Profil Astri Ivo yang terdiri dari Riwayat Hidup, Riwayat Pendidikan, Aktivitas Astri Ivo sebagai Seorang Artis, Sebagai Ibu Rumah Tangga, Sebagai Seorang Muballighah, dan Sebagai Seorang Penulis.

Bab IV. Berisi Analisis Aktivitas Tabligh Astri Ivo yang terdiri dari Aktivitas Tabligh Astri Ivo Pada Keluarga, Aktivitas Tabligh Astri Ivo Pada masyarakat, Metode Yang Diguanakan Dalam Bertabligh, Media Yang Digunakan dalam Bertabligh dan Tanggapan Mad’u terhadap Aktivitas Tabligh Astri Ivo.

(22)

BAB II

LANDASAN TEORITIS TABLIGH

A.

Pengertian Tabligh

Secara etimologi tabligh berasal dari kata kerja “ballagha-yuballighu-tablighan”, yang artinya menyampaikan.16 Sedangkan dari kamus bahasa Arab Munjid karya Louis Ma’luf yaitu

NK

- D

VM- ی

-

V-

artinya menyampaikan.17 dari

kamus munir (Arab-Indonesia) yaitu

K

N

- D

VM- ی

-

V-

artinya menyampaikan.18 Demikian juga dari kamus kontemporer, yaitu

V- D

, artinya menyampaikan.

19

Menurut pandangan M. Natsir tabligh berarti ballagh, yang artinya menyampaikan dengan sempurna, seperti dalam kalimat balaghul mubin yang artinya menyampaikan keterangan yang jelas, sedemikian rupa, sehingga dapat diterima oleh akal dan dapat ditangkap oleh hati, kemudian dapat pula dicerna oleh kedua-duanya.20

Sedangkan secara istilah tabligh yang dikemukakan menurut beberapa pendapat, yaitu:

16

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve, 1994), Cet. Ke-4, jilid 5, h. 24.

17

Louis Ma’luf, Munjid Fi Al-Lughat Wa al a’lam, (Beirut: Daar Al-Basyar,1996), h. 48.

18

Tim Kashiko, Kamus Munir (Arab-Indonesia), (Surabaya: Kashiko, 2000), Cet. Ke-1, h.. 53.

19

Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Jogjakarta: Yayasan Pondok Pesantren, 1997), Cet. Ke-1, h. 402.

20

(23)

a. Asmuni Syukir tabligh berarti menyampaikan, penyampaian, yakni menyampaikan ajaran Allah dan Rasul kepada orang lain. Istilah tabligh lebih popular di kalangan masyarakat dibandingkan dengan istilah dakwah.21 b. M. Bahri Ghazali dalam bukunya Dakwah Komunikatif mengatakan bahwa

tabligh adalah suatu kegiatan penyampaian pesan ajaran agama Islam. Di dalam kegiatan tabligh itu terdapat unsur-unsur ajakan, seruan, panggilan, agar orang yang dipanggil berkenan mengubah sikap dan perilakunya sesuai dengan ajaran agama Islam yang dipeluknya.22

c. Menurut Ensiklopedi Islam bahwa tabligh berarti menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang diterima dari Allah SWT kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman dan dilaksanakan agar memperoleh kebahagiaan dunia akhirat.23

Jadi secara istilah tabligh dapat disimpulkan yang berarti menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada umatnya, agar ajaran-ajaran tersebut dapat dijadikan pedoman dan dilaksanakan dalam kehidupan mereka, sehingga mereka mau mengubah sikap dan perilakunya apabila tidak sesuai dengan ajaran Islam, dengan tujuan memperoleh kebahagiaan dunia akhirat.

Secara harfiah dakwah dan tabligh dapat dibedakan tetapi tak dapat dipisahkan, karena keduanya merupakan bagian integral dari keilmuan dakwah. Tabligh artinya menyampaikan sedangkan dakwah artinya mengajak atau ajakan.24 Tabligh pada dasarnya merupakan bagian dari dakwah, karena tabligh

21

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas), h. 21

22

M. Bahri Ghozali, Dakwah Komunikatif, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. Ke-1, h. 5.

23

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, h. 24

24

(24)

adalah dakwah yang dilakukan melalui lisan atau dapat dikategorikan sebagai dakwah bi-lisan.

Dakwah dalam Islam memiliki dua dimensi besar, yang pertama mencakup penyampaian pesan kebenaran yaitu dimensi kerisalahan (bi-ahsan al-qawl), dimensi kerisalahan, dakwah mencoba menumbuhkan kesadaran diri (individu/masyarakat) tentang kebenaran nilai dan pandangan hidup secara Islam sehingga terjadi proses internalisasi nilai Islam sebagai nilai hidupnya.

Kedua, dimensi kerahmatan (bi-ahsan al-‘amal) dakwah ini merupakan upaya mengaktualisasikan Islam sebagai rahmat (jalan hidup yang menyejahterakan, membahagiakan, dan sebagainya) dalam kehidupan umat manusia. Dari dimensi kerisalahan terdapat dua bidang besar, yaitu: Tabligh dan Irsyad, sedangkan dalam dimensi kerahmatan terdapat dua bidang besar juga yaitu Tadbir dan Tathwir. 25

Tabligh merupakan suatu penyebarluasan ajaran Islam yang memiliki ciri-ciri tertentu. Ia bersifat insidental, oral, massal, seremonial, bahkan kolosal. Insidental yang dimaksud adalah bahwa tabligh bersifat hanya satu kesempatan saja.26 Tabligh bersifat oral maksudnya tabligh dilakukan secara lisan.27 Tabligh bersifat massal berarti tabligh melibatkan banyak orang.28 kemudian seremonial

25

Aep Kusnawan, et. al, Komunikasi dan Penyiaran Islam Mengembangkan Tabligh Melalui Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film dan Media Digital, (Bandung: Benang Merah Press, 2004), Cet. Ke-1, h. Vii-viii.

26

Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 260.

27

Ibid., h. 546.

28

(25)

berarti tabligh bersifat perayaan, dan yang terakhir kolosal berarti tabligh dilakukan secara besar-besaran.29

Ia terbuka bagi beragam agregat sosial dari berbagai kategori. Agregat sosial yang dimaksud di sini adalah penggabungan dari beragam varian masyarakat Indonesia, yang dapat dilihat dari berbagai kategori (baik dari segi usia, jenis kelamin, pekerjaan, dll). Ia berhubungan dengan peristiwa penting dalam kehidupan manusia secara individual atau kolektif.

Di samping itu, ia juga mencakup penyebarluasan ajaran Islam melalui pemancaran atau sarana transmisi dengan menggunakan elektromagnetik yang diterima oleh pesawat radio maupun televisi. Ia juga bersifat massal, bahkan bisa tanpa batasan ruang dan wilayah. Walaupun karena jangkauannya yang luas, intensitasnya relatif rendah.30

Asep Muhidin dalam bukunya juga mengatakan bahwa dakwah dilihat dari segi bentuk kegiatannya terbagi menjadi empat bentuk yaitu:

1. Tabligh Islam, sebagai upaya penerangan dan penyebaran Islam. 2. Irsyad Islam, sebagai upaya penyuluhan dan bimbingan Islam.

3. Tadbir Islam, sebagai upaya pemberdayaan umat dalam menjalankan ajaran Islam melalui lembaga-lembaga dakwah.

4. Tathwir Islam, sebagai upaya pemberdayaan ekonomi keumatan.31

”Tabligh dilakukan dalam rangka pencerdasan dan pencerahan masyarakat melalui kegiatan pokok: sosialisasi, internalisasi dan eksternalisasi nilai ajaran Islam, dengan menggunakan sarana mimbar dan media massa (cetak dan audio visual). Irsyad dilakukan dalam rangka pemecahan masalah psikologis melalui kegiatan pokok: bimbingan penyuluhan pribadi dan bimbingan penyuluhan keluarga, baik secara preventif atau kuratif. Tabligh dan Irsyad ini

29

Ibid., h. 350.

30

Ibid., h. Ix.

31

(26)

menyangkut konditioning, pemahaman, persepsi dan sikap. Tadbir (manajemen pembangunan masyarakat) dilakukan dalam rangka rekayasa sosial dan pemberdayaan masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), serta pranata sosial keagamaan, juga menumbuhkan serta mengembangkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. 32

Tathwir (pengembangan masyarakat) dilakukan dalam rangka peningkatan sosial budaya masyarakat, yang dilakukan dengan kegiatan pokok; transformasi dan pelembagaan nilai-nilai ajaran Islam dalam realitas kehidupan umat yang menyangkut kemanusiaan, seni, budaya, dan kehidupan bermasyarakat, penggalangan ukhuwah Islamiah, dan pemeliharaan lingkungan. Dengan kata lain, tathwir berkaitan dengan kegiatan dakwah melalui pendekatan washilah sosial budaya (dakwah cultural).33

Jadi dapat disimpulkan bahwa bentuk kegiatan dalam dakwah ada empat, yaitu: Tabligh, Irsyad, Tadbir dan Tathwir. Tabligh merupakan kegiatan menyampaikan ajaran-ajaran Islam dalam rangka penerangan, pencerdasan dan pencerahan kepada masyarakat. Kegiatan tabligh biasanya berupa ceramah-ceramah yang disampaikan oleh para muballigh. Irsyad merupakan kegiatan memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat yang membutuhkan. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh psikiater yang memiliki pemahaman Islam kepada masyarakat yang mengalami tekanan psikologis, contohnya para pengguna narkoba yang ingin kembali hidup normal, maka mereka mencoba mengkolsultasikannnya kepada psikiater tersebut. Peranan psikiater sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai Islam kepada mereka.

32

Ibid., h. 37.

33

(27)

Tadbir merupakan kegiatan memngembangkan dan memberdayakan masyarakat dalam hal perekonomian. Banyak para muballigh yang mencoba mengembangkan masyarakat dengan membuat koperasi syari’ah, BMT (Baitul Mal wa Tanwil), dan lain-lain. Biasanya kegiatan itu berupa simpan pinjam yang cara penghitungan bunganya dengan sistem bagi hasil yang keuntungannya dapat dirasakan oleh kedua belah pihak. Kegiatan tersebut digunakan untuk mensejahterakan masyarakat. Tathwir merupakan kegiatan pelembagaan nilai-nilai Islam ke dalam budaya masyarakat. Contohnya acara tahlilan, merupakan budaya masyarakat yang telah disisipkan nilai-nilai Islam.

Setiap kegiatan yang akan dilakukan haruslah memiliki misi yang tepat, agar tujuan yang diinginkan tercapai, begitu juga dengan tabligh. Misi gerak tabligh ini memiliki gerakan yang khas. Ia ada untuk menyebarkan aqidah Islam dan ibadah hanya kepada Allah, serta membebaskan manusia dari belenggu-belenggu instink dan hawa nafsu yang tidak baik.34

Karena jika tabligh tidak memiliki misi penyebaran aqidah, maka tabligh tersebut dapat dikatakan sia-sia dan tidak mengena kepada sasaran tabligh itu sendiri. Untuk itu seorang muballigh harus memiliki misi yang tepat, agar tujuan dari tabligh dapat tercapai dengan hasil yang maksimal.

B. Hukum Tabligh

Tabligh merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim, sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-Maidah ayat 67, yaitu:

34

(28)

ی

3Wی

7

#$

VM-7Xﻥ

E #A

EM1

A

,#

<% D

?

GN-1

@P#

@-#$

E >%ی

Y #$

A

@-#$

#

Z 3ی

; +#$

ی ? #$

Artinya :

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintah itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia, sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”

Quraish Shihab menafsirkan, bahwa ayat ini mengingatkan Rasul akan kewajiban menyampaikan ajaran agama yakni petunjuk Allah yang diturunkan kepada Ahli Kitab tanpa menghiraukan kritik dan ancaman mereka yang disertai dengan jaminan keamanan beliau, dan apabila tidak dikerjakan apa yang diperintahkan ini walau hanya meninggalkan sebagian kecil dari apa yang harus engkau sampaikan, maka ia berarti tidak menyampaikan amanah-Nya secara keseluruhan.35

Jika pada awalnya ayat di atas menjelaskan bahwa tugas tabligh hanya dibebankan kepada Rasul, tetapi untuk selanjutnya tugas tabligh menjadi kewajiban dan tanggung jawab setiap muslim. Oleh karena itu setiap muslim wajib bertabligh walupun hanya satu ayat, sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, yaitu:

,ﺹ )

C MF#$

-:

ﻥ ﺥ

)$\ ]$

.

9)

)

^

)

)

H$

)

:

#$

!-ﺹ

H$

@ -)

,-7 8

:"

$

NM-M)

#

K ی_

$ M

)

< `$ A

a

b

24

-)

$K M %P

P -?

L %+

1 #$

35

(29)

)

L$ 1

Z1 : #$

(

36

Artinya:

“Diriwayatkan dari Abi Ashim Ad-Dhihak Bin Makhladin, mengabarkan kepada kami Al-Auza’iy, meriwayatkan kepada kami Hisan Bin ’Atiyah dari Abi Kabsyah dari Abdillah Bin ’Amr dan Bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda Sampaikanlah olehmu apa yang kalian peroleh meski hanya satu ayat, ceritakanlah dari Bani Israil tidak mengapa, dan barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja maka siapkanlah tempat duduknya dari api neraka”.

Hadits di atas mengandung penjelasan bahwa seorang muballigh atau muballighah harus benar-benar menyampaikan ajaran Nabi SAW, tetapi pada dasarnya tabligh hanya menyampaikan dan tak berarti memaksakan. Karena pada akhirnya Allah SWT jugalah yang dapat memberikan petunjuk kepada hamba-Nya sesuai dengan kehendak-hamba-Nya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tabligh hukumnya adalah wajib bagi setiap orang yang menganut agama Islam, sehingga apabila mereka telah dewasa diwajibkan untuk menyampaikan ajaran Islam sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

C. Unsur-unsur Tabligh

Tabligh merupakan bagian dari dakwah maka unsur-unsur yang ada dalam dakwah juga terdapat dalam tabligh. Unsur-unsurnya yaitu: Pertama, Muballigh adalah orang yang menyampaikan pesan ajara Islam. Dalam pandangan M. Natsir muballigh disebut juga dengan pembawa dakwah, maksudnya adalah membawakan dakwah dengan tujuan membina pribadi dan membangun umat

36

(30)

sehingga pribadi dan umat itu berkembang maju sesuai dengan hidup manusia yang diridhai oleh khaliqnya.37

Kedua, Materi / Pesan Tabligh adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan muballigh pada mad’u. Pada dasarnya bersumber dari al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama, yang meliputi akidah, syari’ah, dan akhlak. Hal yang perlu disadari bahwa ajaran yang diajarkan itu bukanlah semata-mata berkaitan dengan eksistensi dan wujud Allah SWT, namun bagaimana menumbuhkan kesadaran mendalam sehingga mampu memanifestasikan akidah, syari’ah dan akhlak dalam ucapan, pikiran dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.38

Ketiga, Muballagh merupakan isim maf’ul dari tabligh, berarti orang yang

diberi penyampaian. Muballagh adalah objek dalam tabligh, yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali. Siapapun mereka, baik laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, baik kaum bangsawan maupun kaum lemah, pemuka kaum, pembesar, orang kaya, miskin tanpa terkecuali.39

Keempat, Metode Tabligh adalah cara untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada objeknya. Metode yang terdapat dalam tabligh sama dengan metode yang ada dalam dakwah, sebagaimana yang telah tertulis dalam Al-Qur’an surat An-Nahl; ayat 125, yang berbunyi:

cd$

!#A

<

EM1

#

e) #$

. #$

,3#d &

P#

'

.

A

E 1

'

,-)

<ﺽ

)

@-'

,-)

ی P3 #

37

Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, h. 74

38

Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005), h. 109.

39

(31)

Artinya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Ayat diatas mengandung tiga metode, yaitu: Al-Hikmah yaitu kemampuan seorang da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif.40 Al-Mau’idzah Hasanah yaitu ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiat) yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat”.41 Al-Mujadalah Billati Hiya Ahsan yaitu berdebat dengan cara yang baik, dengan menyajikan argumentasi yang jelas dan bukti yang kuat, dan juga dalam perdebatan ini harus menggunakan bahasa yang komunikatif. Biasanya metode mujadalah billati hiya ahsan digunakan dalam sebuah seminar, diskusi, dan lain-lain.

Kelima, Media Tabligh merupakan sarana untuk menyampaikan pesan tabligh. Beberapa jenis media komunikasi yang dapat digunakan dalam bertabligh, yaitu:

1) Media Visual

Media komunikasi visual merupakan alat komunikasi yang digunakan dengan memanfaatkan indera penglihatan dalam menangkap datanya. Media visual dapat dilakukan melalui film slide, overhead proyektor (OHP), gambar foto diam.

40

Suparta & Hefni, Metode Dakwah , hal. 11.

41

(32)

2) Media Auditif

Media komunikasi auditif merupakan alat komunikasi yang digunakan dengan memanfaatkan indera pendengaran dan dapat menjangkau sasaran tabligh dalam jarak jauh. Media ini meliputi radio, tape recorder, telepon.

3) Media Audio Visual

Media audio visual merupakan perangkat komunikasi yang dapat ditangkap baik melalui indera pendengaran maupun indera penglihatan. Media ini meliputi film, televisi dan internet.

4) Media Cetak

Media cetak merupakan media komunikasi yang dilakukan melalui tulisan, media ini meliputi buku, surat kabar/Koran, majalah dan buletin.42

D. Kriteria Seorang Muballigh

Muballigh adalah orang yang menyampaikan pesan ajaran Islam. Sehingga seorang muballigh harus menjadi teladan umat dan menjadi penuntun mereka (masyarakat) serta mempelopori mereka dalam perbuatan, untuk menegakkan amar ma’ruf yang dianjurkannya, mendahului mereka dalam menjauhkan diri dari kemungkaran yang diperintahkan, mendahului mereka dalam menegakkan akhlak dan moral yang tinggi. Artinya seorang muballigh harus memiliki akhlaqul karimah sehingga muballigh tersebut dapat dikatakan sebagai teladan umat.43

Toto Tasmara dalam buku komunikasi dakwah membagi muballigh dalam dua kategori, yaitu:

42

Ghozali, Dakwah Komunikatif, h. 33.

43

(33)

1. Secara umum adalah setiap muslim/muslimat yang mukallaf (dewasa), dimana bagi mereka kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah sampaikanlah walau hanya satu ayat.

2. Secara khusus adalah seseorang yang mengambil keahlian khusus (mutakhasis) dalam bidang agama Islam, yang dikenal dengan panggilan ulama.44

Adapun persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang muballigh, yaitu: 1. Memiliki aqidah yang kuat, artinya harus meyakini bahwa agama Islam

merupakan dengan segenap ajaran-ajarannya adalah benar. Yang diaplikasikan lewat sikap, perilaku, dan ucapan-ucapan yang selaras dengan ajaran Islam. 2. Selalu berkomunikasi kepada Allah dengan cara beribadah baik ibadah fardhu

maupun ibadah sunnat.

3. Memiliki sifat akhlakul karimah seperti sabar, syukur, jujur, berkata benar, setia pada janji, dermawan dan lain-lain.

4. Memiliki pengetahuan agama yang luas.

5. Memiliki kemampuan dan kefasihan dalam berbicara, sehingga mampu memikat perasaan pendengarnya.

6. Memiliki fisik yang sehat dan kuat.

7. Memiliki dedikasi yang tinggi untuk berjuang di jalan Allah SWT dan dalam menegakkan kebenaran.45

Tabligh dimulai dari seorang muballigh atau muballighah sendiri, karena segala tindak-tanduknya akan menjadi sorotan masyarakat dan juga merupakan cerminan dari tablilgh yang akan disampaikannya, sehingga hal tersebut akan mendukung suksesnya tabligh itu sendiri. Oleh karena itu seorang muballigh atau muballighah haruslah berhati-hati dalam penyampaian pesan tablighnya, karena masyarakat pada zaman sekarang ini sudah lebih kritis dan dapat menilai apakah tablighnya sesuai dengan perbuatannya. Apabila tablighnya tidak sesuai dengan

44

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya media Pratama, 1997), Cet. Ke-2, h. 41.

45

(34)

perbuatannya maka tablighnya tidak mengena dihati masyarakat sehingga masyarakat tidak akan mendengarkan maupun mengikuti isi dari tablighnya sehingga tablighnya menjadi gagal.

Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat As-Shaff ayat 2 dan 3, yang berbunyi:

ی

3Wی

ی4#$

$ _

,#

# +D

#

-% D

*

KP+

)

@-#$

$ # +D

#

-% D

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.”

Untuk itu muballigh memiliki tugas sebagai penyampai ajaran-ajaran Islam kepada umat manusia. Menurut Ahmad Wahib, ukuran baik tidaknya seorang muballigh dapat dilihat dari perannya dalam peningkatan kualitas kepekaan spritualitas kemanusiaan atau sebaliknya. Kalau jamaahnya menjadi lebih sadar, lebih merasakan keagungan Tuhan, lebih kreatif dalam menghadapi lingkungannya, lebih jauh melihat masa depannya, maka muballigh tersebut telah berhasil. Begitu juga sebaliknya, kalau membuat jamaahnya menjadi beringas untuk membenci atau menyerang penganut-penganut agama lain, mengutuk kebudayaan Barat, berpikir magis dan mitologis, maka dia adalah muballigh yang gagal.46

Dengan kata lain, tugas seorang muballigh tidak hanya membimbing dan membawa umat manusia pada masalah ibadah ritual (ukhrawi) melainkan justru

46

(35)

harus menyentuh persoalan sosial budaya (ibadah social) yang dialami sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat.47

Allah tidak akan membiarkan orang yang menyampaikan agama-Nya mendapatkan gangguan, maka Allah berjanji akan selalu menjaga keselamatan muballigh dari marabahaya selagi muballigh itu mengikhlaskan amalnya karena Allah SWT, karena terkadang muballigh dalam menyampaikan dakwahnya menghadapi marabahaya, dan janji tersebut sudah tertuang dalam nash-Nya. 48

Seorang muballigh mempunyai peranan penting dalam tabligh, karena ia menjadi subjek dalam tabligh itu sendiri. Muballigh juga harus menjadi orang pertama yang menjalankan perintah amar ma’ruf nahi mungkar sebelum ia menyampaikannya kepada jamaahnya. Dengan begitu jamaahnya tidak akan merasa tertipu, dan mereka juga akan senang melakukan apa yang dianjurkan oleh muballigh tersebut. Oleh karena itu perbuatan muballigh merupakan faktor utama dalam menunjang keberhasilan tablighnya.

Seorang muballigh sebelum melakukan aktivitas tablighnya, ia juga harus mempersiapkan tiga hal, yaitu:

1) Kesiapan mental, yakni kesanggupan kemampuan dan keikhlasan dalam menyampaikan ajaran-ajaran sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits.

2) Kesiapan fisik, yakni tanya kepada diri sendiri, apakah saya dalam keadaan sehat dan prima atau tidak, jika sehat dan prima maka berangkatlah.

47

Ibid., h. 44.

48

(36)

3) Kesiapan operasional, yakni mempersiapkan bahan-bahan yang cocok diutarakan pada kondisi sekarang. 49

Jadi seorang muballigh sebelum menyampaikan tablighnya, ia harus mempersiapkan kesiapan, baik mentalnya, fisiknya maupun tema-nya. Ketiga hal tersebut saling berkaitan dan saling mendukung, dan jika salah satunya tidak siap maka tabligh tersebut bisa menjadi gagal.

E. Ilmu Yang Mendukung Tabligh

1. Komunikasi

Manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, oleh karena itu manusia membutuhkan komunikasi agar orang lain dapat mengerti apa yang kita inginkan. Selain itu komunikasi juga berperan dalam mempertahankan kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Komunikasi itu pun dapat dilakukan didalam rumah, di sekolah, di pasar, dan di manapun manusia itu berada, baik dilakukan secara verbal maupun non verbal.

Pada dasarnya hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.50

Secara etimologis komunikasi berasal dari Bahasa latin communication, dan perkataan ini bersumber dari communis artinya sama, dalam arti kata sama makna. Artinya sama makna mengenai satu hal. Secara terminologis komunikasi

49

Nogarsyah Moede, Buku Pintar Dakwah, (Jakarta: Inti Media & Ladang Pustaka), h. 36.

50

(37)

berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.51 Menurut James G. Bobbins dan Barbara S. Jones mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambing-lambang, yang mengandung arti atau makna. Atau juga bisa dikatakan sebagai perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi kepada orang lain.52

Sedangkan menurut Laswell (1960), mengatakan bahwa “komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”, “dengan saluran apa”, “kepada siapa” dan dengan akibat atau hasil apa” (who? says what? In which channel? To whom? With what effect?). Everett M. Rogers (pakar sosiologi pedesaan Amerika) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.53

Jadi komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan tujuan merubah tingkah laku komunikan tersebut. Maka tabligh dapat dikatakan sebagai komunikasi, karena tabligh juga memiliki pengertian yang sama yaitu menyampaikan, tetapi muatan isi atau pesannya berbeda dengan komunikasi. Jika komunikasi pesannya berisi pesan umum, sedangkan tabligh berisi pesan agama.

51

Onong Uchjana Effendy, Dinamika komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1992), h. 3.

52

James G. Bobbins dan Barbara S. Jones, Alih Bahasa R. Turman Sirait, Komunikasi yang Efektif untuk Pemimpin dan Pejabat dan Usahawan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2006), h. 1.

53

(38)

2. Retorika

Ilmu pendukung lain yang berhubungan dengan tabligh dan dapat membantu kesuksesan dalam tabligh itu sendiri adalah retorika. Retorika adalah suatu seni berbicara ”the art of speech” (Inggris) atau ”de kunst derwelsprekenheid” (Belanda).54 Retorika dalam bahasa Yunani ”rhetorike” dikenalkan pada abad kelima Sebelum Masehi yang dikenal dengan ilmu mengkaji pernyataan antarmanusia sebagai fenomena sosial. Yang kemudian

dikembangkan di Yunani Purba yang kemudian dimekarkan pada abad berikutnya oleh Romawi dengan bahasa Latin ”rhetorika”, (dalam bahasa Inggris ”rhetoric” dan dalam bahasa Indonesia ”retorika”. 55 Menurut Aristoteles, retorika adalah seni persuasi, suatu uraian yang harus singkat, jelas dan meyakinkan dengan keindahan bahasa yang disusun untuk memperbaiki (corrective), memerintah (instructive), mendorong (suggestive), dan mempertahankan (defensive).56

Menurut Encyclopedia Britanica, yaitu kesenian mempergunakan bahasa untuk menghasilkan kesan yang diinginkan terhadap pendengar dan pembaca. Sedangkan menurut Sei H. Dt. Tombak Alam retorika adalah alat berkomunikasi antara sesama manusia dan telah ada semenjak manusia ada, kemudian ia berkembang menjadi ilmu pengetahuan untuk mempengaruhi massa. Ilmu ini digunakan oleh Rohaniawan, Negarawan, Politisi, bahkan siapa saja yang ingin menjadi pemimpin dan harus berhubungan dengan masyarakat. 57

54

Ya’qub, Publisistik Islam Teknik Da’wah & Leadership, h. 99.

55

Effendy, Dinamika komunikasi, h. 2.

56

Ibid., h. 4.

57

(39)

Cicero seorang pemuka retorika membagi retorika dalam dua tahap, yaitu: Pertama, Investio artinya mencari bahan-bahan dan tema yang akan dibahas, dan pada tahap ini dibahas secara singkat serta menjurus kepada upaya-upaya mendidik, membangkitkan kepercayaan dan menggerakkan perasaan. Kedua, Ordo Collocatio yang berarti penyusunan pidato. Secara sistematis terbagi menjadi exordium (pendahuluan), narratio (pemaparan), conformatio (peneguhan), dan peroratio (penutup).58

Sedangkan Retorika Islam adalah penjelasan yang disampaikan atas nama Islam kepada sekalian manusia; orang muslim atau nonmuslim, untuk mengajak mereka kepada Islam, mengajarkan keislaman, dan mendidik mereka secara akidah dan syari’ah, ibadah dan muamalah serta pemikiran dan tingkah laku.59

Metode yang digunakan dalam retorika sangat variatif; tradisional maupun modern, seperti: khutbah, ceramah, pengajaran, dialog, seminar, diskusi, dll. Oleh karena itu retorika dapat diaplikasikan dalam tabligh seperti dalam khutbah, ceramah, seminar, dan lain-lainnya.

Retorika merupakan seni berbicara agar dapat menarik perhatian pendengarnya. Oleh karena itu retorika dalam tabligh sangat diperlukan sekali, agar seorang muballigh dapat mempengaruhi mad’unya sehingga mad’u mau mengikuti apa yang dikatakan dan dianjurkannya.

58

Ibid., h. 5.

59

(40)

BAB III

PROFIL ASTRI IVO

A. Riwayat Hidup

Astrie Feizaty Ivo adalah nama lengkap dari Astri Ivo. Ia dilahirkan di Jakarta tanggal 21 September 1964. Memiliki keturunan darah orang Sumatra yaitu Aceh dan Padang. Ibunya bernama Fauziah Hanum atau biasa dikenal dengan Ivo Nilakreshna yang merupakan seorang penyanyi. Ayahnya bernama A. Rusli yang kini sudah almarhum.60

Astri Ivo lahir dari keluarga yang bisa dibilang cukup agamis karena kedua orang tuanya merupakan orang Padang dan Aceh, yang bagi mereka pendidikan agama adalah pendidikan yang utama dalam mendidik anak-anaknya. Kedua orang tuanya sangat disiplin dalam hal ibadah, seperti salat. Kedua orang tuanya tak segan-segan mengusir teman-temanya apabila datang atau mengajak mereka salat berjamaah bahkan kedua orangtuanya akan mencubit Astri Ivo apabila tidak salat.

Astri mempunyai sapaan akrab ”Aci” sejak kecil untuk dirinya, ia adalah anak kelima dari sebelas bersaudara seayah dan seibu, tetapi satu yang telah meninggal dunia dan kini jumlahnya tinggal sepuluh orang yang masing-masing memiliki pekerjaan yang berbeda, dengan urutan sebagai berikut:

1. Nada Soraya bekerja sebagai ketua Kadin di Batam. 2. Nova Fadya seorang Ibu rumah tangga.

3. Alva Ruslina bekerja sebagai pengusaha di bidang pengadaan barang.

60

(41)

4. Aska Rosalba seorang pengusaha Garment.

5. Astrie Feizaty Ivo seorang artis sekaligus muballighah. 6. Anita Flora bekerja sebagai pedagang baju dan kerudung. 7. Ivan Salman bekerja sebagai pengelola studio rekaman. 8. Putri Intan Sari memiliki usaha di bidang manajemen artis. 9. Putri Purnama Dewi memiliki usaha toko sepatu.

10.Baina Rahma seorang penyanyi dan guru vokal.61

Dari sembilan kakak dan adiknya yang kini memakai jilbab baru berjumlah 4 orang, dan yang lainnya masih dalam proses menuju ke arah sana. Semua kakak dan adiknya kini telah memiliki keluarga, kecuali Putri Intan Sari. sehingga mereka sibuk dengan keluarganya masing-masing dan sibuk dengan pekerjaannya, dan pada akhirnya membuat mereka jarang bertemu untuk satu sama lainnya. Tetapi kakaknya yang nomor tiga yaitu Alva Ruslina memiliki inisiatif untuk membuat pengajian dwi mingguan demi terjalinnya tali silaturahmi yang erat dalam keluarga dengan memanggil guru. Biasanya pengajian diadakan setiap hari senin pukul 16.00 dan tempatnya selalu ditempat kakaknya yaitu Alva Ruslina di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.62

Astri Ivo menikah pada tanggal 18 Januari 1986 dengan pria berdarah Sumatra juga yaitu Dariola Yusharyahya. Kisah Astri bertemu dengan jodohnya yaitu saat ia berlibur bersama keluarganya di Jerman, tahun 1985. Kemudian pada suatu hari, ia bertemu dengan sahabatnya di Brussel, Belgia. Ia diberitahu oleh sahabatnya bahwa di Berlin akan ada pertemuan pelajar Indonesia. Tetapi

61

Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Kamis 30 Juli 2008.

62

(42)

memang sudah menjadi takdir Allah, walaupun pada awalnya ia tidak berencana untuk ke Berlin, akhirnya ia pergi juga kesana. Pertemuan pelajar itulah ia bertemu dengan sang suami. Sejak perkenalan itu mulai tumbuhlah benih-benih asmara dan mulai menjalin komunikasi, tetapi pertemuan itu tak berlangsung lama karena Astri harus kembali ke Indonesia.63

Setelah Astri kembali ke Indonesia, hati sang suami mulai gundah hingga akhirnya saat liburan musim dingin tiba, ia kembali ke Indonesia dan mengungkapkan perasaannya kepada Astri. Kemudian ia mengajak Astri untuk berkuliah di tempat yang sama yaitu di Berlin tepatnya di ”Fachhoch Schule Fur Wirtschaft (FHN)”. Tetapi kedua orangtua Astri memberikan syarat kepadanya bahwa ia boleh bersekolah di sana setelah ia menikah dengan Dariola sang suami.64

Walau pada awalnya kami sempat menolak karena kami merasa bahwa kami masih sama-sama muda dan terbilang cukup singkat pertemuannya, tetapi kami sadar bahwa kami tak bisa menjamin jika di sana tak kan terjadi apa-apa. Kemudian Astri memohon kepada Allah untuk memberikan petunjuk kepadanya dan memberikan kemudahan apabila memang Dariola adalah jodoh untuknya. Do’a Astri akhirnya terkabul dengan dimudahkan jalannya dan tanpa ragu-ragu lagi, akhirnya mereka menikah pada tanggal 18 Januari 1986, saat itu usia Astri masih terbilang muda yaitu 21 tahun dan itu tak menjadikannya masalah, karena pernikahannya dilandasi dengan rasa takut kepada Allah. Setelah pernikahan, keesokan harinya sang suami pergi ke Jerman tanpa Astri, karena waktu itu ia

63

Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Kamis 30 Juli 2008.

64

(43)

belum mendapatkan visa. Barulah setelah visanya keluar ia pun menyusul sang suami ke Jerman. Astri dan suami sama-sama belajar di Jerman.65

Pernikahan mereka kini sudah mencapai usia 23 tahun. Pernikahan mereka juga telah dikaruniai tiga orang putera. Anak pertama, Kevin Arighi lahir di Jakarta pada tanggal 26 Mei 1993. Kevin yang kini berusia 15 tahun, sedang menempuh pendidikan tingkat atas yaitu di Sekolah Menengah Atas (SMA) Global Jaya yang terletak di Bintaro yang berstandar Nasional plus.66

Pada tahun 1997 putra yang kedua lahir di Jakarta pada tanggal 27 April yang diberi nama Adrio Faresi. Adrio kini sedang menempuh pendidikan tingkat pertama di SMP Labschool yang terletak di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur. Putra yang terakhir Riedo Devara lahir di Jakarta pada tanggal 23 September 1998, Riedo pada saat ini masih duduk di bangku kelas 5 SD di SD Islam Tugas.67

B. Riwayat Pendidikan

Astri Ivo menempuh pendidikan pertama di Taman Kanak-Kanak (TK) Trisula pada tahun 1969, setelah itu ia melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) III daerah Jakarta Selatan pada tahun 1971. Kemudian ia melanjutkan sekolah tingkat atas di Sekolah Menengah Atas (SMA) Perguruan Cikini pada tahun 1980 yang terletak dibilangan Cikini, Jakarta Pusat.68

65

Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Kamis 30 Juli 2008.

66

Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Kamis 30 Juli 2008.

67

Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Kamis 30 Juli 2008.

68

(44)

Setelah tamat SMA ia pun melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi, ia memilih jurusan Pariwisata fakultas Pariwisata di Akademi Perhotelan dan Kepariwisataan (APK) Trisakti yang terletak di Rawamangun pada tahun 1984. Ia hanya menyelesaikan sudinya sampai semester tiga saja. Setelah itu ia pun memilih berlibur ke Jerman bersama keluarganya pada tahun 1985.69

Tetapi selepas dari berliburnya ke Jerman ternyata malah menarik perhatiannya untuk melanjutkan studinya di Jerman, dan ia memilih jurusan Bisnis dan Management pada tahun 1986 di Fachhoch Schule Fur Wirtschaft (FHN), di Berlin Jerman. Kecintaannya pada ilmu membuatnya bersemangat untuk terus menuntut ilmu guna memperkaya kualitas diri, ia pun memilih Pendidikan Muballigh Al-Azhar di Universitas Al-Azhar pada tahun 2006, setelah ia tertarik dalam dunia dakwah dan untuk peningkatan keterampilan tablighnya. Ia pun dapat menyelesaikan studinya pada bulan Juli 2008.70

C. Aktivitas Astri Ivo

1. Sebagai Seorang Artis

Darah seni Ibunya yang mengalir dalam tubuh Astri Ivo membuat ia sangat tertarik sekali dalam dunia seni. Ia pun mulai terjun dalam dunia seni pada usia enam tahun, dalam dunia tarik suara dan akting. Di usianya yang ke enam sampai dengan lima belas tahun ia menjadi penyanyi, dan ia telah menghasilkan delapan album. Lagu yang paling digemari pada zamannya adalah ”Kucingku Manis”. Di usianya yang masih sangat belia itu, ia juga merambah karirnya dalam

69

Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Kamis 30 Juli 2008.

70

(45)

dunia peran.71 Beberapa film yang telah ia bintangi di antaranya yaitu The Big Village karya Usmar Ismail, Ananda, Nyai Dasima, Kerikil-kerikil Tajam karya Suman Jaya, Ilusia (1971) bermain dengan (Rahayu Effendi), Titienku Sayang (1972) bermain dengan (Mila Karmila), Jauh Dimata (1973) bermain dengan (Deddy Sutomo dan Brigitta Maria), Tabah Sampai Akhir (1973) bermain dengan (Sofia W.D dan Rano Karno), Boni dan Nanci (1974) bermain dengan (Dicky Zulkarnaen).

Selain itu ia juga bermain dalam film Kasih Sayang (1974) bermain dengan (Rina Hassim), Ratapan Si Miskin (1974) bermain dengan (Faradilla Sandy), Susana (1974) bermain dengan (Yenny Rachman dan Junaedi Salat), Suster Maria (1974) bermain dengan (Tanty Yosepha dan Andi Auric), Bila Hati Wanita Menjerit (1981) bermain dengan (Roy Marten dan Dana Christina), Bunga Cinta Kasih (1981) bermain dengan (Rano Karno dan Junaedi Salat), dan Fajar Yang Kelabu (1981) bermain dengan (Eva Arnas).72

Setelah ia mengubah penampilan menjadi lebih Islami tepatnya pada tahun 2000, ternyata tidak membuatnya redup di dunia hiburan. Ia tetap eksis dan kini peran-perannya dapat terseleksi dengan sendirinya. Peran-peran yang ia bintangi sekarang lebih Islami, hal ini terbukti dengan sinetron terakhir yang ia bintangi adalah Hamba-hamba Allah dan Sang Murabbi pada tahun 2008 silam. Ia juga menjadi icon tetap Robbani, selain itu ia juga menjadi bintang iklan minuman segar sari, Carefour (edisi Ramadahan), dan iklan produk-produk kecantikan. Ia juga sempat menjadi presenter pada acara ”Sentuhan Qalbu” di Trans Tv pada

71

Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Rabu 21 Januari 2009.

(46)

pukul 5 sampai setengah 6 pagi, dan acara ”Tafsir Misbah” bersama Quraish Sihab di Metro Tv, pada bulan Ramadhan silam tepatnya pukul 3 sampai 4 pagi.73

2. Sebagai Ibu Rumah Tangga

Aktivitas Astri Ivo selain menjadi artis, ia juga menjalani karirnya sebagai Ibu Rumah Tangga. Karirnya menjadi ibu rumah tangga dimulai setelah ia menikah. Sebelum ia memiliki anak, ia berusaha untuk selalu menjadi istri yang sholehah untuk suaminya. Usaha yang ia lakukan agar menjadi istri yang sholehah di antaranya dengan selalu memahami al-Qur’an, merawat tubuh dan berusaha untuk menjadi isteri sholehah menurut Islam. Karena baginya kriteria isteri sholehah adalah menyenangkan bila dipandang, menjaga kehormatan bila ditinggal, dan dapat memegang amanah. Hambatan dalam mencapai usaha menjadi isteri yang sholehah baginya adalah ujian dari Allah, dan selama ini ia selalu belajar dan iqra’, sehingga ia selalu dapat menjawab ujian itu dengan baik. Menurutnya kiat untuk menjaga pernikahan tetap langgeng adalah dengan mencontoh keluarga Rasulullah, saling mencintai, menyayangi, mengingatkan kebenaran satu sama lainnya dan menerima bahwa satu sama lainnya adalah makhluk yang tidak sempurna.74

Pada tahun 1993 karir dalam rumah tangganya menjadi sempurna, karena ia telah menjadi seorang Ibu. Ia sangat mencintai profesi barunya sebagai Ibu rumah tangga, karena baginya pekerjaan seorang ibu merupakan madrasah bagi anak-anaknya. Madrasah itu sendiri menurutnya adalah sebuah bangunan sekolah,

73

Astri Ivo, Wawancara Pribadi Via Telepon, Sabtu 17 januari 2009.

74

(47)

di mana didalamnya ia berperan sebagai seorang pendidik, yang menjadi guru semua mata pelajaran, menjadi penjaga kantin yang membuat makanan, menjadi pengawas dan penjaga serta menjadi qudwah hasanah untuk anak-anaknya.75

3. Sebagai Muballighah

Karir menjadi seorang muballigh tidaklah mudah bagi Astri Ivo, karena proses perjuangan memakai jilbab Astri Ivo pun membutuhkan waktu yang panjang. Awalnya ia mengikuti pengajian tafhim Al-Qur’an dan ia juga banyak belajar dari Julius Usman yang notabene seorang pengacara tapi ia memiliki informasi yang cukup banyak tentang Al-Qur’an. Selain itu ia juga banyak belajar dari Ustadz Umar Ja’far Shidiq. Dari sanalah akhirnya Astri mulai sadar bahwa masih banyak kewajiban dalam Islam yang belum ia penuhi, salah satunya adalah memakai jilbab.76

Ia belajar semua itu dengan dilandasi perintah Allah dalam surat Al-’Alaq yang berbunyi Iqra’ artinya bacalah. Pada saat ia akan melaksanakan perintah Allah tersebut, ia mendapatkan rintangan yang datang dari suaminya sendiri. Saat pertama kali mengutarakan keinginannya berjilbab, sang suami, Dariola Yusharyahya, menyela, ”Jangan dululah. Kamu sudah solehah sekali,” ucap Astri, menirukan ucapan suaminya kala itu. Selain itu sang suami juga mengatakan ”Kamu boleh pakai jilbab nanti pada umur 40 tahun. Di sinilah terjadi perang batin dalam diri Astri, antara kesetiaan pada suami dan kecintaan pada Allah yang membuat hatinya resah.77

75

Astri Ivo, Wawancara Pribadi Via Telepon, Sabtu 17 januari 2009.

76

http://id.wikipedia.org/wiki/Astri_Ivo, tanggal 23 Juni 2008 pkl: 10.00.

77

(48)

Saat itu, usianya baru 28 tahun. Butuh waktu 12 tahun lagi untuk memenuhi keinginan suami. Astri hanya bisa berdoa, berharap suaminya berubah pikiran. ”Ya Allah, suamiku adalah milik-Mu. Engkau mudah membolak-balikkan hati ciptaan-Mu. Mudahkan kami beribadah seperti yang Engkau mau.” Tapi, ia tak menyalahkan suaminya. Astri menyadari, pemahaman sang suami soal berjilbab bagi seorang Muslimah saat itu memang belum memadai. Suaminya pun sempat menanyakan kepada Astri mengapa ia harus memakai jilbab, karena di mata sang suami Astri adalah wanita yang sudah memenuhi kriteria sholehah, tapi ia mengatakan bahwa parameternya ’bukan kamu atau saya’, tetapi parameternya adalah al-Qur’an.78

Ia mencoba untuk bersabar dan berusaha menanamkan pemahaman agama kepada suaminya yaitu dengan setiap kali kembali dari aktivitas keagamaan itu, ia ceritakan kepada suaminya. Akhirnya pada tahun keenam penantiannya, ia merasa bahwa pemahaman sang suami sudah cukup, maka Astri kembali mencoba mengenakan jilbab. ”Setelah saya pakai jilbab, dia bilang, ‘Tahu begini dari dulu aja’. Kini setelah memakai pakaian Islami, aktivitas keagamaannya mulai meningkat. Ia mulai mencoba menekuni dunia dakwah dengan menjadi seorang muballigh, dengan landasan bahwa setiap manusia memiliki kewajiban untuk berdakwah.79

Sebenarnya ini semua telah diatur oleh Allah, dengan jalan keingintahuan masyarakat tentang apa yang melatar belakangi Astri Ivo mengenakan jilbab. Berawal dari keingintahuan itulah akhirnya pada tahun 2000 ia mulai melakukan

78

Astri Ivo, Wawancara Pribadi, di Rumah Astri Ivo, Rabu 21 Januari 2009.

79 http://amaduq01.wordpress.com/2008/04/29/kisah-astri-ivo-berjilbab/, tanggal

(4

Referensi

Dokumen terkait