ANALISIS KOMPARASI PENDAPATAN PETANI SISTEM
TANAM SRI (
System of Rice Intensification)
DENGAN PETANI
SISTEM TANAM LEGOWO
(Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kec Teluk Mengkudu, Kab Serdang Bedagai)
SKRIPSI
OLEH :
FANANI RIZKI POHAN 090304133
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS KOMPARASI PENDAPATAN PETANI SISTEM
TANAM SRI (
System of Rice Intensification)
DENGAN PETANI
SISTEM TANAM LEGOWO
(Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kec Teluk Mengkudu, Kab Serdang Bedagai)
SKRIPSI
OLEH :
FANANI RIZKI POHAN 090304133
AGRIBISNIS
Skirpsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing,
Ketua Anggota
(Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si) (Ir. Iskandarini,MM,Ph.D) NIP : 195411111981031001 NIP: 196405051994032002
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
FANANI RIZKI POHAN (090304133/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si, dan Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D
Penelitian bertujuan untuk (1) Untuk menganalisis apakah faktor-faktor luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam SRI berpengaruh terhadap pendapatan petani di daerah penelitian (2) Untuk menganalisis apakah faktor-faktor luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam Legowo berpengaruh terhadap pendapatan petani di daerah penelitian (3) Untuk menganalisis komparasi produksi sistem tanam SRI dan sistem tanam Legowo di daerah penelitian (4) Untuk menganalisis komparasi pendapatan sistem tanam SRI dengan sistem tanam Legowo di daerah penelitian.
Metode penelitian yaitu (1) dan (2) menggunakan metode regresi linier dengan bantuan spss 16, (3) dan (4) menggunakan metode uji beda rata – rata (t-hitung) dengan bantuan spss 16.
Hasil penelitian diperoleh (1) secara serempak variabel luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam SRI berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan, (2) secara serempak variabel luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam Legowo berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan, (3) ada komparasi produksi usahatani antara petani sistem tanam SRI dengan petani sistem tanam Legowo dimana produksi usahatani padi sawah sistem tanam SRI lebih tinggi dibanding Sistem tanam Legowo, (4) ada komparasi pendapatan usahatani antara petani sistem tanam SRI dengan petani sistem tanam Legowo dimana pendapatan usahatani padi sawah sistem tanam SRI lebih tinggi dibanding Sistem tanam Legowo.
RIWAYAT HIDUP
FANANI RIZKI POHAN lahir di Langgapayung pada tanggal 16 Agustus 1991, sebagai anak ke empat dari empat bersaudara, putri dari Bapak H.
Zainul Arifin Pohan, dan Ibu (Almh) Hj. Hanifah Iriani Harahap.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 112246 dan tamat pada tahun
2003.
2. Tahun 2003 masuk sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1
Langgapayung dan tamat pada tahun 2006.
3. Tahun 2006 masuk sekolah menengah atas di Perguruan Al-Azhar Medan dan
tamat pada tahun 2009.
4. Tahun 2009 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara.
Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut:
1. Menjadi anggota pada Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara (IMASEP FP USU) periode
2012-2013.
2. Menjadi anggota FSMM SEP periode 2012-2013
3. Menjadi anggota Koperasi Akademika Pertanian periode 2012-2013.
4. Menjadi Kordinator acara HUT IMASEP FP USU Ke-31
5. Menjadi anggota Tranning Leadership IMASEP FP USU
6. Bulan Juli-Agustus 2013 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa
Rambung Sialang Tengah, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang
Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.
7.
Bulan januari 2014 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa PematangKATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS KOMPARASI PENDAPATAN PETANI SISTEM TANAM SRI (
System of Rice Intensification)
DENGAN PETANI SISTEM TANAM LEGOWO (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)”.Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M. Si selaku ketua komisi pembimbing, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan
arahan serta saran dan selalu sabar mengajarkan banyak hal sampai penulis
mengerti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D, selaku anggota komisi pembimbing, yang telah memberikan penulis bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua dan sekretaris program studi Agribisnis FP USU.
4. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis
serta kepada seluruh Staf pengajar dan Pegawai yang ada di Departemen
Agribisnis, Fakultas Pertanian, USU.
Indra Jaya Kesuma yang selalu memberikan dukungan, do’a, dan waktu kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya dengan baik. Teman-teman di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara angkatan 2009, Dewi Purnama Sari Damanik, Dian Utami Rangkuti, SP, Febrina Soraya Tanjung, Nur’Aidah Nasution, Nurhidayati Ma’rifah Sitompul, SP, Karina Sukma Br. Tobing, SP dan lain-lain yang tidak bisa saya ucapkan smuanya, yang telah mendukung penulis dalam pengerjaan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini di kemudian hari. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, maret 2014
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 ... Lata r Belakang ... …. 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Kegunaan Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) ... 8
2.1.1 Sistem Tanam Legowo 4:1... 13
2.2 ... Lan dasan Teori ... 18
2.3 Kerangka Pemikiran ... 20
2.4 Hipotesis ... 22
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 23
3.2 Metode Penentuan Sampel ... 23
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 24
3.5 ... Defe
nisi dan Batasan Operasional ... 31
3.5.1 Defenisi ... 31
3.5.2 Batasan Operasional ... 32
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Kondisi Geografis ... 33
4.2 Kondisi Demografis ... 35
4.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 35
4.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur ... 35
4.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 36
4.2.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama ... 37
4.2.5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Suku ... 37
4.2.6 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 39
4.3 Kondisi Sarana dan Prasarana ... 40
4.3.1 Sarana ... 41
4.3.2 Prasarana ... 42
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pelaksanaan Budidaya Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) dan Sistem Tanam Legowo ... 43
5.1.1 Sistem Tanam SRI... 43
5.1.2 Sistem Tanam Legowo ... 44
5.2 Faktor-Faktor Luas Lahan, Biaya Produksi Dan Harga Gabah pada Sistem Tanam SRI Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani ... 45
5.3 Faktor-Faktor Luas Lahan, Biaya Produksi Dan Harga Gabah
pada Sistem Tanam Legowo Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani
dengan Petani Sistem Tanam Legowo ... 54
5.5 Komparasi Pendapatan Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam SRI
dengan Petani Sistem Tanam Legowo ... 55
BABVI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 57
6.2 Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan Hal
1 ... Pen ggunaan Tanah dan Luas Lahan Padi Sawah Sistem SRI dan Sistem Tanam Legowo Di Desa Pematang Setrak ... ... 24 2 ... Pem
bagian Luas Wilayah Desa Pematang Setrak ... ... 34 3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... ... 35
4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur ... ... 36
Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... ... 37
5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama ... ... 38
6 ... Kea daan Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... ... 39 7 ... Kea
daan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... ... 40 8 ... Kon
disi Sarana Desa ... ... 42 9 ... Kon
dan Harga Gabah Pada Pada Sistem Tanam SRI Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani ... ... 45 11 ... Has
il Uji Multikonilieritas Faktor-Faktor Luas Lahan, Biaya Produksi dan Harg Gabah Pada Pada Sistem Tanam SRI Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani ... ... 49
13 Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor Luas Lahan
Biaya Produksi dan Harg Gabah Pada Pada Sistem Tanam SRI
Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani... ... 50
14 Hasil Uji Multikonilieritas Faktor-Faktor Luas Lahan, Biaya Produksi
dan Harg Gabah Pada Pada Sistem Tanam SRI Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani ... ... 50
15 Hasil Analisis Komparasi Rata-Rata Produksi Usahatani Padi Sawah
Sistem Tanam SRI Dengan Sistem Tanam Legowo
Permusim Tanam 2013 ... ... 51
16 Hasil Analisis Komparasi Rata-Rata Pendapatan Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam SRI Dengan Sistem Tanam Legowo
DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan Hal
1 Skema Kerangka Pemikiran Analisis Komparasi Pendapatan
Petani Sistem Tanam Sri dengan Petani Sistem Tanam Legowo ... 21
2 Histogram Uji Normalitas Faktor-Faktor Luas Lahan, Biaya Produksi dan Harg Gabah Pada Pada Sistem Tanam SRI
Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani ... 47
3 Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual Faktor-Faktor Luas Lahan, Biaya Produksi dan Harg Gabah Pada Pada
Sistem Tanam SRI Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani ... 48
4 Histogram Uji Normalitas Faktor-Faktor Luas Lahan, Biaya Produksi dan Harg Gabah Pada Pada Sistem Tanam Legowo
Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani ... 52
5 Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual Faktor-Faktor Luas Lahan, Biaya Produksi dan Harg Gabah Pada Pada Sistem Tanam Legowo Berpengaruh Terhadap Pendapatan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Keterangan 1 Biaya Penggunaan Bibit Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam SRI
Per Petani Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak
2 Total Biaya Penggunaan Pupuk Serta Biaya Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam SRI Per Pertani Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak
3 Total Biaya Penggunaan Pestisida Serta Biaya Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam SRI Per Pertani Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak
4 Total Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Serta Biaya Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam SRI Per Pertani Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak
5 Total Biaya Penyusutan Serta Biaya Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam SRI Per Pertani Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak 6 Total Biaya Produksi Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Legowo
Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak
7 Total Biaya Penerimaan Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Legowo Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak
8 Total Pendapatan Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Legowo Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak
9 Biaya Penggunaan Bibit Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Legowo Per Petani Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak 10 Total Biaya Penggunaan Pupuk Serta Biaya Pada Usahatani Padi Sawah
Sistem Tanam Legowo Per Pertani Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak
11 Total Biaya Penggunaan Pestisida Serta Biaya Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Legowo Per Pertani Permusim Tanam di Desa
Pematang Setra
13 Total Biaya Penyusutan Serta Biaya Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Legowo Per Pertani Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak
14 Total Biaya Produksi Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Legowo Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak
15 Total Biaya Penerimaan Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Legowo Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak
16 Total Pendapatan Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Legowo Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak
17 Hasil Regresi Faktor-Faktor Luas Lahan, Biaya Produksi dan Harg Gabah Pada Pada Sistem Tanam SRI Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani
18 Hasil Regresi Faktor-Faktor Luas Lahan, Biaya Produksi dan Harg Gabah Pada Pada Sistem Tanam Legowo Berpengaruh Terhadap
Pendapatan Petani
19 Hasil Hasil Analisis Komparasi Rata-Rata Produksi Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam SRI Dengan Sistem Tanam Legowo Permusim Tanam 2013
ABSTRAK
FANANI RIZKI POHAN (090304133/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si, dan Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D
Penelitian bertujuan untuk (1) Untuk menganalisis apakah faktor-faktor luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam SRI berpengaruh terhadap pendapatan petani di daerah penelitian (2) Untuk menganalisis apakah faktor-faktor luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam Legowo berpengaruh terhadap pendapatan petani di daerah penelitian (3) Untuk menganalisis komparasi produksi sistem tanam SRI dan sistem tanam Legowo di daerah penelitian (4) Untuk menganalisis komparasi pendapatan sistem tanam SRI dengan sistem tanam Legowo di daerah penelitian.
Metode penelitian yaitu (1) dan (2) menggunakan metode regresi linier dengan bantuan spss 16, (3) dan (4) menggunakan metode uji beda rata – rata (t-hitung) dengan bantuan spss 16.
Hasil penelitian diperoleh (1) secara serempak variabel luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam SRI berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan, (2) secara serempak variabel luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam Legowo berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan, (3) ada komparasi produksi usahatani antara petani sistem tanam SRI dengan petani sistem tanam Legowo dimana produksi usahatani padi sawah sistem tanam SRI lebih tinggi dibanding Sistem tanam Legowo, (4) ada komparasi pendapatan usahatani antara petani sistem tanam SRI dengan petani sistem tanam Legowo dimana pendapatan usahatani padi sawah sistem tanam SRI lebih tinggi dibanding Sistem tanam Legowo.
RIWAYAT HIDUP
FANANI RIZKI POHAN lahir di Langgapayung pada tanggal 16 Agustus 1991, sebagai anak ke empat dari empat bersaudara, putri dari Bapak H.
Zainul Arifin Pohan, dan Ibu (Almh) Hj. Hanifah Iriani Harahap.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 112246 dan tamat pada tahun
2003.
2. Tahun 2003 masuk sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1
Langgapayung dan tamat pada tahun 2006.
3. Tahun 2006 masuk sekolah menengah atas di Perguruan Al-Azhar Medan dan
tamat pada tahun 2009.
4. Tahun 2009 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara.
Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut:
1. Menjadi anggota pada Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara (IMASEP FP USU) periode
2012-2013.
2. Menjadi anggota FSMM SEP periode 2012-2013
3. Menjadi anggota Koperasi Akademika Pertanian periode 2012-2013.
4. Menjadi Kordinator acara HUT IMASEP FP USU Ke-31
5. Menjadi anggota Tranning Leadership IMASEP FP USU
6. Bulan Juli-Agustus 2013 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa
Rambung Sialang Tengah, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang
Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.
7.
Bulan januari 2014 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa PematangKATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS KOMPARASI PENDAPATAN PETANI SISTEM TANAM SRI (
System of Rice Intensification)
DENGAN PETANI SISTEM TANAM LEGOWO (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)”.Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M. Si selaku ketua komisi pembimbing, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan
arahan serta saran dan selalu sabar mengajarkan banyak hal sampai penulis
mengerti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D, selaku anggota komisi pembimbing, yang telah memberikan penulis bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua dan sekretaris program studi Agribisnis FP USU.
4. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis
serta kepada seluruh Staf pengajar dan Pegawai yang ada di Departemen
Agribisnis, Fakultas Pertanian, USU.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor yang penting bagi bangsa Indonesia. Pertanian
merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat Indonesia, sampai saat
ini merupakan salah satu sektor andalan bagi perekonomian negara kita. Namun
pada umumnya usaha pertanian masih dilakukan secara tradisional, dikerjakan
pada lahan-lahan yang sempit dan pemanfaatan lahannya tidak optimal, sehingga
hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya itu sendiri, bahkan
kadang-kadang tidak mencukupi (Adiratma, 2004).
Tanaman padi adalah tanaman penghasil beras yang digunakan sebagai bahan
pangan utama hampir 90 persen penduduk Indonesia. Sehingga dapat dikatakan
bahwa beras merupakan bahan makanan pokok utama dan sangat dominan di
Indonesia yang memiliki kedudukan sangat penting dan telah menjadi komoditas
strategis. Dengan jumlah penududuk pada saat ini yang mencapai lebih dari 220
juta orang dengan tingkat konsumsi beras 135 kg per kapita per tahun,
ketersediaan beras memegang peranan penting bagi ketahanan pangan
(Sato dan Uphoff, 2006).
konversi lahan pertanian ke non pertanian, menurunnya kualitas dan kesuburan
tanah, terbatas dan tidak pastinya ketersediaan air irigasi akibat perubahan iklim
dan persaingan pemanfaatan sumber daya air, serta tidak pastinya pola hujan
akibat perubahan iklim global. Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan beras salah
satu cara adalah kecenderungan melakukan impor (Mutakin, 2005).
Dalam upaya memenuhi kebutuhan beras dari produksi padi dalam negeri dan
menekan serta menghilangkan impor beras adalah melalui ekstensifikasi dan
intensifikasi lahan tanaman padi dengan penerapan inovasi teknologi budidaya
padi. Inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produksi padi antara lain
adalah dengan pendekatan teknolog Sistem tanam jajar legowo dan System of
Rice Intensification (SRI) (Pitojo, 2003).
1.1.1. Sistem Tanam SRI
SRI merupakan suatu teknik budidaya padi dengan memanfaatkan teknik
pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara. Dimana melalui teknologi SRI
diharapkan mampu meningkatkan produktivitas tanaman padi 50 persen bahkan
mampu mencapai 100 persen. Selain itu, teknik budidaya padi SRI merupakan
sistem pertanian yang ramah lingkungan karena mengutamakan penggunaan
bahan organik sehingga mampu mendukung terhadap pemulihan kondisi lahan
yang cenderung mengalami leveling-off (Anonimus, 2009).
Tahun 1997, Uphoff memberikan presentasi SRI di Bogor, Indonesia; untuk
pertama kalinya SRI dipresentasikan di luar Madagaskar. Tahun 1999, untuk
pertama kalinya SRI diuji di luar Madagaskar yaitu di China dan Indonesia.
Pengujian SRI di Indonesia dilaksanakan oleh Badan Penelitian Tanaman Padi
penelitiannya di Sukamandi, Jawa Barat. Hasil pengujian diperoleh bahwa, panen
dengan metode SRI sebesar 6,2 ton/ha sedangkan hasil dari petak control sebesar
4,1 ton/ha, sehingga ada peningkatan hasil sebesar 66,12 persen. Sejak itu, SRI
diuji coba di lebih dari 25 negara dengan hasil panen berkisar 7 – 10 ton/ha
(Adiratma, 2004).
Salah satu permasalahan saat ini yang dihadapi banyak petani adalah
kesehatan dan kesuburan tanah yang semakin menurun. Hal ini ditunjukkan
dengan gejala-gejala sebagai berikut; tanah cepat kering, retak-retak bila kurang
air, lengket bila diolah, lapisan olah dangkal, asam dan padat, produksi sulit
meningkat bahkan cenderung menurun. Kondisi ini semakin buruk karena
penggunaan pupuk an-organik terus meningkat dan penggunaan pestisida untuk
mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan juga meningkat. Perilaku
usahatani lebih tertuju pada cara memupuk tanaman, bukan cara memupuk tanah
agar tanah menjadi subur, sehingga dapat menyediakan sekaligus memberikan
banyak nutrisi pada tanaman. Saat ini usahatani secara umum belum melibatkan
tanah sebagai komponen yang mempengaruhi dan menentukan keputusan
pengendalian dalam pengelolaan suatu agroekosistem (Yandianto, 2003).
Dibeberapa tempat masih terjadi pembakaran sisa jerami sebelum pengolahan
lahan, sehingga mengakibatkan pencemaran udara dan rotasi unsur hara tidak
terjadi. Oleh karena itu Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, Direktorat
Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian pada tahun 2012 akan melaksanakan
kegiatan untuk meningkatkan kemampuan teknis masyarakat tani melalui kegiatan
budidaya tanaman padi yang intensif dan efisien dengan proses manajemen sistem
perakaran dengan berbasis pada pengelolaan tanah, tanaman dan air (AAK, 1990).
Adapun tujuan pengembangan SRI (System of Rice Intensification) menurut
Pedoman Tehnis Pengembangan SRI TA 2012 adalah :
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang usahatani padi
sawah organik metode SRI.
b. Meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani.
c. Menghasilkan produksi yang berdaya saing tinggi, sehat dan berkelanjutan.
d. Mengembangkan usahatani padi yang ramah lingkungan.
1.1.2. Sistem Tanam Jajar Legowo
Sistem tanam jajar legowo merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi
pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pinggir yang
lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Seperti diketahui bahwa tanaman
padi yang berada dipinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih
baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga memberikan
hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena
tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang
lebih banyak (efek tanaman pinggir). Adapun manfaat dan tujuan dari penerapan
sistem tanam jajar legowo adalah sebagai berikut :
1. Menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 30 % yang diharapkan akan
meningkatkan produksi baik secara makro maupun mikro.
2. Dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan,
pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman yaitu dilakukan melalui
3. Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus.
Pada lahan yang relatif terbuka hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya
dan dengan lahan yang relatif terbuka kelembaban juga akan menjadi lebih
rendah sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan.
4. Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam barisan.
5. Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo akan menambah kemungkinan
barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir dengan
memanfaatkan sinar matahari secara optimal bagi tanaman yang berada pada
barisan pinggir (Sembiring, 2001).
Namun, untuk mewujudkan upaya tersebut masih terkendala karena jika
diperhatikan masih banyak petani yang belum mau melaksanakan anjuran sistem
tanam legowo secara keseluruhan. Bahkan sampai saat ini, masih banyak petani
yang belum mau menerapkan sistem tanam legowo. Hal ini dikarenakan terdapat
adanya beberapa kelemahan dalam sistem tanam legowo, seperti membutuhkan
tenaga tanam yang lebih banyak dan waktu tanam yang lebih lama, membutuhkan
benih yang lebih banyak, dengan demikian biaya-biaya yang akan dikeluarkan
oleh petani akan lebih tinggi. Padahal sebenarnya sistem tanam legowo ini jika
dilakukan sesuai dengan anjuran, maka akan menghasilkan produksi yang tinggi
sehingga keuntungan usahatani yang diperoleh petani akan tinggi
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Apakah faktor-faktor luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem
tanam SRI berpengaruh terhadap pendapatan petani di daerah penelitian?
2. Apakah faktor-faktor luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem
tanam Legowo berpengaruh terhadap pendapatan petani di daerah penelitian?
3. Bagaimana komparasi produksi petani sistem tanam SRI dengan sistem tanam
Legowo di daerah penelitian?
4. Bagaimana komparasi pendapatan sistem tanam SRI dengan sistem tanam
Legowo di daerah penelitian?
1.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk menganalisis apakah faktor-faktor luas lahan, biaya produksi dan harga
gabah pada sistem tanam SRI berpengaruh terhadap pendapatan petani di
daerah penelitian.
2. Untuk menganalisis apakah faktor-faktor luas lahan, biaya produksi dan harga
gabah pada sistem tanam Legowo berpengaruh terhadap pendapatan petani di
3. Untuk menganalisis komparasi produksi sistem tanam SRI dan sistem tanam
Legowo di daerah penelitian.
4. Untuk menganalisis komparasi pendapatan sistem tanam SRI dengan sistem
tanam Legowo di daerah penelitian.
1.3. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini sebagai:
1. Sebagai bahan informasi bagi petani padi sawah dalam melakukan kegiatan
usahataninya.
2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi para pengambil keputusan
dalam menyusun kebijakan terkait dengan usahatani padi sawah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Tanam SRI
Menurut Soekartawi (1999) Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 meter
dari permukaan laut dengan temperatur 19-27 derajat celcius, memerlukan
penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan
dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan
18-22 cm dan pH tanah 4 – 7.
Pola pertanian padi SRI merupakan perpaduan antara metode budidaya padi
SRI yang pertamakali dikembangkan di Madagaskar, dengan metode budidaya
padi organik dalam praktek pertanian organik. Metode ini akan meningkatkan
fungsi tanah sebagai media tumbuh dan sumber nutrisi tanaman. Dengan sistem
SRI daur ekologis akan berlangsung dengan baik karena memanfaatkan
mikroorganisme tanah secara natural. Pada gilirannya keseimbangan ekosistem
dan kelestarian lingkungan akan selalu terjaga. Di sisi lain, produk yang
dihasilkan dari metode ini lebih sehat bagi konsumen karena terbebas dari paparan
Adapun cara teknik budidaya padi yang dianjurkan dalam sistem tanam
metode SRI (System of Rice Intensification) adalah antara lain :
1. Penyemaian
Hal pertama yang dilakukan dalam budidaya padi organik adalah menyemai
benih. Kegiatan pertama adalah melakukan seleksi benih. Pemilihan benih ini
dimaksudkan supaya kita menanam benih yang benar-benar baik. Benih padi yang
digunakan untuk luasan 200 meter persegi adalah sebanyak setengah kilogram.
Untuk mengecek baik tidaknya benih bisa dilakukan dengan menguji benih dalam
air, benih yang baik adalah benih yang tenggelam, sementara benih yang
mengapung adalah benih yang kurang baik, biasanya benih yang mengapung
adalah benih yang kopong ataupun benih yang telah tumbuh.
Untuk memastikan benih yang tenggelam tersebut benar-benar baik, maka uji
kembali benih tersebut dengan memasukannya kedalam air yang sudah diberi
garam. Larutan air garam yang cukup untuk menguji benih adalah larutan yang
apabila dimasukkan telur, maka telur akan terapung. Benih yang baik untuk
dijadikan benih adalah benih yang tenggelam dalam larutan tersebut. Benih yang
telah diuji lalu direndam dalam air biasa selama 24 jam kemudian ditiriskan dan
diperam 2-3 hari ditempat yang lembab hingga keluar calon tunas dan kemudian
disemaikan pada media tanah dan kemudian pupuk kompos sekitar sebanyak 10
kg. Setelah umur semai 7-12 hari benih padi sudah siap ditanam.
2. Pengolahan lahan
Pengolahan lahan untuk penanaman padi sawah dilakukan dengan cara dibajak
dan dicangkul. Biasanya dilakukan minimal 2 kali pembajakan yakni pembajakan
lahan ini bisa mencapai 2-3 hari. Setelah selasai, aliri dan rendam dengan air lahan
sawah tersebut selama 1 hari. Pastikan keesokan harinya benih yang telah disemai
sudah siap ditanam, yakni sudah mencapai umur 7-12 harian, perlu diingat,
usahakan bibit yang disemai tidak melebihi umur 12 hari mengingat jika terlalu
tua maka tanaman akan sulit beradaptasi dan tumbuh ditempat baru (sawah)
karena akarnya sudah terlalu besar.
3. Penanaman
Sebelum ditanam, lakukan pencaplakan (pembuatan jarak tanam), jarak tanam
yang baik adalah jarak tanam sesuai dengan metode SRI yakni tidak terlalu rapat,
biasanya 25 x 25 cm atau 30 x 30 cm. Lakukan penanaman dengan memasukkan
satu bibit pada satu lubang tanam. Penanaman jangan terlalu dalam supaya akar
biar leluasa bergerak.
4. Perawatan
Pada penanaman budidaya padi organik dengan metode SRI yang paling
penting adalah menjaga aliran air supaya sawah tidak tergenang terus menerus
namun lebih pada pengaliran air saja. Untuk itu, setiap hari petani biasanya
melakukan control dan menutup serta membuka pintu air secara teratur. Berikut
panduan pengairan SRI:
• Penanaman dangkal, tanpa digenangi air, mecek-mecek, sampai anakan sekitar
10-14 hari
• Setelah itu, isi air untuk menghambat pertumbuhan rumput dan untuk
pemenuhan kebutuhan air dan melumpurkan tanah, digenangi sampai tanah
• Sekitar seminggu jika tidak ada pertumbuhan yang signifikan dilakukan
pemupukan, ketika pemupukan dikeringkan dan galengan ditutup
• Ketika mulai berbunga, umur 2 bulan, harus digenangi lagi, dan ketika akan
panen dikeringkan
Pemupukan biasanya dilakukan pada 20 hari setelah tebar, pupuk yang
digunakan adalah kompos sekitar 175-200 kg. Ketika dilakukan pemupukan
sawah dikeringkan dan pintu air ditutup. Setelah 27 hari setelah tebar, aliri sawah
secara bergilir antara kering dan basah. Beberapa hama yang sering menyerang
tanaman padi diantaranya burung, walang sangit, wereng dan penyakit ganjuran
atau daun menguning.
Cara penanganannya bisanya dengan cara manual, membuat orang-orangan
sawah untuk hama burung, penyemprotan dengan pestisida hayati seperti nanas,
bawang putih dan kipait atau gadung, serta untuk penyakit biasanya dengan cara
mencabut dan membakar tanaman yang sudah terkena penyakit daun menguning.
Untuk pencegahan harus dilakukan penanaman secara serentak supaya hama dan
penyakit tidak datang, penggunaan bibit yang sehat, pengaturan air yang baik, dan
dengan melakukan sistem budidaya tanaman sehat yang cukup nutrisi dan vitamin
sehingga kekebalannya tinggi.
Hama lain yang sering menyerang adalah hama putih, thrips, wereng, walang
sangit, kepik hijau, penggerek batang padi, tikus, dan burung. Sementara itu
penyakitnya adalah penyakit bercak daun coklat, penyakit blast, Busuk pelepah
daun, fusarium, penyakit kresek atau hawar daun dan penyakit tungro.
Padi mulai berbunga pada umur 2-3 bulan dan bisa dipanen rata-rata pada
umur sekitar 3,5 sampai 6 bulan, tergantung jenis dan varietasnya. Pada luasan
lahan 200 meter persegi, untuk padi yang berumur pendek (3,5 bulan) biasanya
diperoleh 2 kwintal gabah basah, setara dengan 1, 5 kwintal gabah kering atau 90
kg beras. Setelah dipanen, padi bisa dijual langsung, atau juga dijemur dulu
sekitar 1-2 hari baru kemudian dijual, atau setelah dijemur digiling baru dijual
berupa beras ataupun untuk dikonsumsi sebagiannya.
Keunggulan dari metode SRI, antara lain:
1. Dengan sistem pengairan berselang, pemakaian air dapat dihemat hingga 50
persen. Selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen pemberian air
maksimum 2 cm paling baik kondisi macak-macak sekitar 5 mm dan terdapat
periode pengeringan sampai tanah retak (irigasi terputus).
2. Tanam bibit muda mampu mengurangi stres tanaman saat di pindah tanam.
3. Hemat biaya, karena hanya membutuhkan benih sebanyak 5 kg/ha, tidak
membutuhkan biaya pencabutan bibit, tidak membutuhkan biaya pindah bibit,
meminimalkan tenaga tanam, dan lain-lain.
4. Hemat waktu, ditanam pada saat bibit berumur muda yaitu 7 - 12 hari setelah
semai sehingga waktu panen akan lebih awal.
5. Produksi meningkat, bahkan di beberapa tempat mampu mencapai 11 ton/ha
atau bahkan lebih.
6. Ramah lingkungan, secara bertahap penggunaan pupuk kimia akan dikurangi
dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik (kompos, kandang dan
2.1.1. Sistem Tanam Legowo 4:1
Istilah jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang secara harfiah tersusun dari
kata “lego (lega)” dan “dowo (panjang)” yang secara kebetulan sama dengan
nama pejabat yang memperkenalkan cara tanam. Sistem tanam jajar legowo
diperkenalkan pertama kali oleh seorang pejabat Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten Banjar Negara Provinsi Jawa Tengah yang bernama Bapak Legowo
yang kemudian ditindak lanjuti oleh Departemen Pertanian melalui pengkajian
dan penelitian sehingga menjadi suatu rekomendasi atau anjuran untuk diterapkan
oleh petani dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman padi
(Sembiring,2001)
Cara tanam padi jajar legowo merupakan salah satu teknik produksi yang
memungkinkan tanaman padi dapat menghasilkan produksi yang cukup tinggi
serta memberikan kemudahan dalam aplikasi pupuk dan pengendalian organisme
pengganggu tanaman. Padi yang merupakan tanaman pangan utama penduduk,
Melalui perbaikan cara tanam padi dengan sistem Jajar legowo diharapkan
selain dapat meningkatkan produksi, pengendalian organisme pengganggu dan
pemupukan mudah dilakukan. Sistem legowo merupakan suatu rekayasa teknologi
untuk mendapatkan populasi tanaman lebih dari 160.000 per hektar. Penerapan
Jajar Legowo selain meningkatkan populasi pertanaman, juga mampu menambah
kelancaran sirkulasi sinar matahari dan udara disekeliling tanaman pinggir
sehingga tanaman dapat berfotosintesa lebih baik (Sembiring,2001).
Selain itu, tanaman yang berada di pinggir diharapkan memberikan produksi
yang lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik, mengingat pada sistem
tanam jajar legowo terdapat ruang terbuka seluas 25-50%, sehingga tanaman
dapat menerima sinar matahari secara optimal yang berguna dalam proses
fotosintesis (Pujaratno,2010).
Penerapan sistem tanam legowo disarankan menggunakan jarak tanam
(25x25) cm antar rumpun dalam baris; 12,5 cm jarak dalam baris; dan 50 cm
sebagai jarak antar barisan/ lorong atau ditulis (25x12,5x50) cm. Hindarkan
penggunaan jarak tanam yang sangat rapat, misalnya (20x20) cm, karena akan
menyebabkan jarak dalam baris sangat sempit (Adiratma, 2004).
Menurut pujaratno (2010), adapun cara dan teknik bercocok tanam yang
dianjurkan dalam sistem tanam legowo adalah sebagai berikut:
Pengolahan Tanah
Pada teknologi sistem tanam legowo pengolahan tanah harus dilakukan hingga
berlumpur dan rata yang dimaksudkan untuk menyediakan media pertumbuhan
yang baik bagi tanaman padi dan untuk mematikan gulma. Pembajakan tanah
7-15 hari, kemudian dilakukan pembajakan kedua diikuti penggarukan untuk
meratakan pelumpuran.
Untuk tanah yang lapisan olahnya dalam, pengolahan cukup dilakukan dengan
penggarukan tanpa pembajakan terutama pada musim kemarau. Kemudian
diberikan pupuk organik dalam bentuk jerami atau pupuk kandang sebanyak 2
ton/ha pada saat pengolahan tanah kedua. Pada saat pemberian pupuk organik ini
dilakukan sampai tercampur dengan rata.
Sistem Tanam
Adapun sistem tanam yang digunakan adalah sistem tanam legowo 4:1. Dalam
penanaman pola jajar Legowo 4:1 ini terdapat empat baris tanaman padi dan
diselingi oleh satu baris tanaman padi dan diselingi satu baris yang sengaja
dikosongkan. Hal ini bertujuan untuk mengkompensasikan populasi tanaman pada
baris yang dikosongkan. Pada baris yang kosong dapat dibuat benteng. Benteng
berfungsi untuk memudahkan pada saat pemupukan sehingga petani tidak perlu
turun kesawah.
Jumlah Benih Per Lubang
Pada teknologi sistem tanam legowo 4:1 jumlah benih yang ditanam adalah
1-3 per lubang, sehingga dapat menghemat benih. Manfaat lain dari pengurangan
benih yang ditanam juga agar dapat tumbuh dan berkembang lebih baik,
perakaran lebih intensif dan anakan lebih banyak.
Jumlah benih per hektar pada sistem tanam legowo 4:1 adalah sekitar 10- 15
kg/ha.
Umur Bibit
Umur bibit yang ditanam pada teknologi sistem tanam legowo ini adalah
sekitar 10-15 hari. Hal ini memungkinkan bagi tanaman untuk tumbuh lebih baik
dengan jumlah anakan cenderung lebih banyak. Perakaran bibit berumur <15 hari
lebih cepat beradaptasi dan lebih cepat pulih dan stress akibat dipindahkan dari
persemaian ke lahan pertanaman, apalagi pada kondisi tanah macak-macak
dengan irigasi berselang dan diberi pupuk organik.
Dosis pupuk
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan kebutuhan pupuk bagi
tanaman padi adalah: kebutuhan hara tanaman, ketersediaan hara dalam tanah, pH
tanah, dan adanya sumber hara lain terutama K dan N dari bahan organik, air
irigasi dan sebagainya. Bila sumber hara lain dapat diketahui jumlahnya maka
takaran pupuk perlu dikurangi.
1. Nitrogen.
Optimalisasi penggunaan pupuk N (Urea) dalam teknologi sistem tanam
legowo dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan BWD ( Bagan Warna
Daun). BWD adalah alat sederhana untuk mengukur warna daun padi. Alat ini
terdiri dari komponen warna yang menyerupai warna daun padi yang dibedakan
Masing-masing dicirikan oleh warna padi. Skala 1 (kuning) mencerminkan
tanaman sangat kekurangan N, sedangkan skala 6 (hijau tua) menggambarkan
tanaman sangat kelebihan N. Dengan menggunakan BWD dapat diketahui kapan
tanaman padi harus diberikan pupuk N sesuai dengan dosis pupuk yang harus
diberikan.
2. Fosfat.
Takaran pupuk Fosfat (P) pada teknologi sistem tanam legowo 4:1 ditetapkan
berdasarkan hasil analisis tanah dengan HCl 25%. Hara P yang diperlukan
tanaman padi relatif sedikit, sekitar 10% dari jumlah hara N dan K. Namun
demikian ketersediaan hara P ditanah tergantung berbagai faktor seperti pH tanah,
kandungan Fe, Al, dan Ca, tekstur, senyawa-senyawa organik, mikroorganisme
dalam tanah, yang tidak kalah penting adalah kondisi tanaman terutama
perakarannya.
3. Kalium
Ketersediaan dan sumber hara K di alam umumnya cukup banyak. Selain dari
mineral tanah, hara K juga dapat bersumber dari air irigasi, jerami padi, dan bahan
organik lainnya. Oleh karena itu, tanaman padi kurang tanggap terhadap
pemberian pupuk K. Untuk memudahkan penentuan kebutuhan pupuk K bagi
tanaman padi takaran pupuk ditetapkan berdasarkan hasil analisis tanah atau status
hara.
Hara S dan Zn Belum optimalnya hasil tanaman padi di beberapa lahan sawah
berbagai daerah disebabkan oleh kurangnya hara seperti belerang (S) dan seng
(Zn). Untuk mengantisipasi kendala tersebut maka perlu dilakukan analisis tanah
Pengelolaan Air
Pengelolaan air yang digunakan pada teknologi sistem tanam legowo adalah
irigasi berselang ( intermitten ). Pada sistem irigasi berselang, tanah diusahakan
untuk mendapat aerasi beberapa kali agar tidak terlalu lama dalam kondisi
anaerobic yaitu dengan cara mengatur waktu pengairan dan pengeringan atau
drainase.
Pemberian Bahan Organik
Jumlah bahan organik yang digunakan tergantung pada ketersediaan, jenis dan
jumlahnya. Usahakan agar jerami dikembalikan ke lahan sawah, dengan cara
dibenam atau diolah menjadi kompos, atau dijadikan pakan ternak (sapi) yang
kotorannya diproses menjadi kompos pupuk kandang. Untuk 1 ha lahan
diperlukan 1-2 ton kompos pupuk kandang, diaplikasikan setiap musim kalau
tersedia dengan harga murah.
Panen dan Pasca Panen
Ada 4 jenis alat perontok padi yang dikenal, yaitu:
1. Krepyok, yaitu alat perontok padi tradisional dengan sistem membanting
2. Dayung, alat perontok padi dengan cara mendayung
3. Commant layang, yaitu alat perontok padi yang sudah lebih efisien dari sistem
dayung
4. Power Therser, yaitu alat perontok padi modern yang dianjurkan untuk
digunakan pada sistem tanam legowo 4:1.
2.2. Landasan Teori
Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu usaha,
ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatannya
memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi. Analisis usaha
tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran
selama jangka waktu tertentu (Aritonang,1993).
Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau
hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia
bebas. Kondisi seseorang dapat di ukur dengan menggunakan konsep pendapatan
yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang selama
jangka waktu tertentu (samuelson dan Nordhaus,1995).
Produksi adalah sejumlah hasil dalam satu lokasi dan waktu tertentu. Satuan
dari produksi adalah satuan berat. Hasil merupakan keluaran (output) yang
diperoleh dari pengelolaan input produksi atau sarana produksi dari suatu
usahatani. Produksi juga merupakan fungsi tanah, modal, tenaga kerja dan
manajemen sebagai suatu kesatuan yang mutlak diperlukan dalam proses produksi
atau usahatani (Daniel, 2002).
Menurut Suratiyah (2009), untuk menghitung biaya dan pendapatan dalam
usahatani dapat menggunakan pendekatan nominal tanpa memperhitungkan nilai
uang menurut waktu ( time value of money) tetapi yang dipakai adalah harga yang
berlaku, sehingga dapat langsung dihitung jumlah pengeluaran dan penerimaan
dalam suatu periode proses produksi.
Analisis komparasi atau perbedaan merupakan prosedur statistik untuk
menguji perbedaan diantara dua data (variable) atau lebih. Analisis perbedaan atau
uji perbedaan ini sangat tergantung pada jenis data (nominal, ordinal, interval, dan
untuk menghitung hipotesis komparatif harus sesuai dengan jenis data atau
variable berdasarkan skala pengukuran (Sunyoto, 2011).
Biaya usahatani biasanya dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Biaya tetap (fixed cost)
2. Biaya tidak tetap (variable cost)
Biaya tetap ini umumnya didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap
jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau
sedikit. Contoh biaya tetap antara lain: sewa tanah, pajak, alat pertanian dan iuran
irigasi. Disisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefenisikan
sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh
(Kasmir, 2003).
2.3. Kerangka Pemikiran
Usahatani adalah suatu usaha yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi
yang terdiri dari lahan, modal untuk pembiayaan sarana produksi serta tenaga
kerja yang seluruhnya ditujukan untuk proses produksi sehingga akan dihasilkan
output usahatani. Keberhasilan suatu usahatani akan sangat tergantung pada
kemampuan petani dalam mengelola usahataninya.
Faktor produksi merupakan faktor utama bagi petani dalam melaksanakan
usahataninya. Untuk memperoleh hasil yang diharapkan maka petani harus
mampu memanajemen faktor-faktor produksi tersebut secara efisien. Faktor
produksi adalah lahan, modal, tenaga kerja dan sarana produksi.
Di dalam suatu usahatani, kepemilikan lahan yang merupakan salah satu
tersebut. Hal ini dikarenakan, semakin luas lahan yang dimiliki oleh petani maka
akan semakin besar potensi petani tersebut untuk mengembangkan usahataninya.
Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk menghasilkan pendapatan yang
diinginkan. Oleh karena itu dalam pengelolaan usahatani haruslah efisien, baik
dalam penggunaan input maupun dalam penggunaan modal. Dilain pihak
manakala petani dihadapkan pada keterbatasan faktor input, misalnya modal
dalam melakukan faktor produksi, maka mereka juga tetap mencoba bagaimana
meningkatkan keuntungan tersebut dengan kendala modal yang terbatas yaitu
dengan penghematan input sehingga biaya dapat ditekan.
Secara skematis kerangka pemikiran digambarkan sebagai berikut:
Sistem Tanam legowo
Petani Padi Sawah
1. Luas Panen 2. Biaya
Produksi 3. Harga
Gabah
1. Luas Panen 2. Biaya
Produksi 3. Harga
Gabah
Produksi
Sistem Tanam
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI dengan Petani Sistem Tanam Legowo
Keterangan :
: Menyatakan Pengaruh : Menyatakan Hubungan
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka, dan landasan teori yang
telah dikemukakan, dugaan sementara atau hipotesis penelitian adalah:
1. Faktor-faktor luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam
SRI berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani.
2. Faktor-faktor luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam
Legowo berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani.
3. Ada komparasi produksi antar petani sistem tanam SRI dan petani sistem
tanam legowo.
4. Ada komparasi pendapatan antar petani sistem tanam SRI dan petani sistem
tanam legowo.
BAB III
METODE PENELITIAN
4.1Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian di tentukan secara sengaja (purposive) berdasarkan
pertimbangan tertentu. Penelitian ini dilakukan di Desa Pematang Setrak
Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupatan Serdang Bedagai. Desa Pematang Setrak
dipilih karena petani di desa tersebut menerapkan penanaman padi sawah dengan
Sistem Tanam Jajar Legowo dan menggunakan sistem SRI (System of Rice
Intensification).
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan di anggap data
menggambarkan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang
melakukan penanaman padi sawah sistem legowo dan sistem SRI di Pematang
Setrak di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai. Penetapan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan simple random
sampling dimana cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan acak
tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut (Riduan,
2010).
Menurut Soepomo (1997) didalam penelitian korelasional, paling sedikit
diambil 30 sampel dari elemen populasi. Pada penelitian ini, terdapat 399 petani.
Dari jumlah tersebut kemudian diambil sampel sebanyak 60 dan terdiri atas 30
petani sistem tanam legowo dan 30 petani sistem tanam SRI. Informasi tersebut
dapat di lihat pada Tabel 1. dibawah ini:
Table 1. Penggunaan Tanah Sawah dan Luas Lahan Sistem Tanam Legowo dan Sistem Tanam SRI di desa pematang Setrak.
Sitem tanam Jumlah anggota Luas Lahan(Ha)
Legowo 4:1 234 142
SRI 165 100
Jumlah 399 242
Sumber : Ketua Gapoktan Desa Pematang Setrak
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan (observasi) dan
wawancara secara langsung dengan petani sampel di daerah penelitian dengan
sekunder diperoleh dari lembaga terkait seperti BPS, kantor kepala desa Pematang
Sentrak kecamatan Teluk Mengkudu kabupaten Serdang Bedagai, kantor kepala
dinas pertanian Serdang Bedagai dan ketua Gapoktan desa Pematang Setrak, dan
lembaga instansi terkait lainnya.
3.4 Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terlebih dahulu ditabulasi, lalu
dijabarkan dan dianalisis dengan metode analisis yang sesuai. Untuk hipotesis (1),
dianalisis dengan menggunakan metode regresi linear berganda. Hasan (2004),
menyatakan rumus regresi linear berganda adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X11 + b2X12 + b3X13
Dimana :
Y = Pendapatan Petani Sistem tanam SRI (Rp/Kg)
X11 = Biaya Panen Petani Sistem Tanam SRI (Rp)
X12 = Biaya Produksi Petani Sistem Tanam SRI (Rp)
X13 = Harga Gabah Petani Sistem Tanam SRI (Rp)
b1, b2, b3 = koefisien regresi untuk masing-masing variabel
Y = a + b1X21 + b2X22 + b3X23
Dimana :
Y = Pendapatan Petani Sistem tanam Legowo (Rp/Kg)
X21 = Biaya Panen Petani Sistem Tanam Legowo (Rp)
X22 = Biaya Produksi Petani Sistem Tanam Legowo (Rp)
X23 = Harga Gabah Petani Sistem Tanam Legowo (Rp)
b1, b2, b3 = koefisien regresi untuk masing-masing variabel
= Kesalahan pengganggu
Uji kesesuaian
Agar dapat memperoleh hasil regresi yang terbaik secara statistik yang disebut
BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) terdapat beberapa kriteria yang harus
dipenuhi yaitu:
1. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Penilain terhadap koefisien determinasi bertujuan untuk melihat apakah
kekuatan variabel bebas dalam mempengaruhi kekuatan variabel terikat. Semakin
banyak variabel bebas yang digunakan maka semakin tinggi pula koefisien
determinasinya ( Nachrowi dan Usman, 2006).
Koefisien determinasi untuk mengukur tingkat ketepatan. Besarnya koefisien
determinasi berganda (multiple coefficient of correlation) yang bersimbol R2.
artinya semakin besar nilai R2 semakin dengan satu, maka semakin cocok regresi
untuk meramalkan Y (Firdaus, 2004).
2. Secara serempak (Uji F)
Untuk menguji apakah variabel bebas yakni input produksi Xi bersama-sama
(serempak) berpengaruh terhadap variabel tidak bebas (Y) digunakan uji-F yakni :
F-hitung =
Dimana :
MRS : Mean Square Regression (Rata-rata Kuadrat Regresi)
MSE : Mean Square Error (Rata-rata Kuadrat Sisa)
R² : Koefisien Determinasi
n : Jumlah Sampel
R² =
Dimana :
SSR = Sum Square Regression (Jumlah Kuadrat Regresi)
SST = Sum Square Total (Jumlah Kuadrat Total)
R² = Koefisien Determinasi
Kesimpulan statistik:
Bila nilai F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas yakni
input produksi (Xi) secara serempak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi
3. Secara parsial ( Uji t )
Untuk menguji apakah pengaruh bebas yakni input (Xi) yang digunakan dari
usahatani padi sawah sistem tanam SRI (System of Rice Intensification) dan sistem
tanam legowo secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan (Y)
digunakan uji-t. Semua variabel bebas (Xi) diuji satu per satu.
t-hitung =
Dimana :
bi = Koefisien Regresi
Se = Simpanan Baku
Kesimpulan Statistik :
Jika t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas (Xi) secara
nyata berpengaruh terhadap pendapatan. Selanjutnya untuk mengetahui sejauh
mana variabel bebas (Xi) dapat menjelaskan variabel tak bebas (Y) digunakan
nilai koefisien determinasi (R²). Selain itu untuk mengetahui keeratan hubungan
antara regresor (Xi) dan regresi (Y) digunakan koefisien korelasi (R).
Uji Asumsi Klasik
Pendugaan dengan Metode Kuadrat Terkecil atau Ordinary Least Square
(OLS) memiliki beberapa persyaratan untuk memperoleh the best linear unbiased
estimated (BLUE) sehingga dilakukan uji asumsi klasik. Namun pada penelitian
ini hanya asumsi normalitas, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas yang diuji.
Sedangkan autokorelasi tidak diuji sebab asumsi ini sering terjadi pada penelitian
Hal ini dikemukakan Supranto (2005) bahwa autokorelasi merupakan
korelasi antara anggota seri observasi yang disusun menurut urutan waktu.
Sehingga pada penelitian ini uji asumsi klasik yang digunakan yaitu :
1. Uji Asumsi Normalitas
Asumsi kenormalan sangat diperlukan dalam menghadapi sampel kecil
untuk keperluan pengujian hipotesis (Supranto, 2005). Tujuan uji normalitas
adalah untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati
distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (Santoso, 2010).
Untuk menguji normalitas dengan pendekatan grafik digunakan Normal
Probability Plot, yaitu dengan membandingkan distribusi kumulatif data
sesungguhnya (yang digambarkan dengan ploting) dengan distribusi kumulatif
dari distribusi normal (yang digambarkan dengan garis lurus normal dari kiri ke
kanan atas). Jika data normal, maka garis yang digambarkan data akan mengikuti
atau merapat ke garis diagonalnya (Sulianto, 2011).
2. Uji Asumsi Multikolinieritas
Menurut Ragner Frish dalam Supranto (2005) istilah kolinieritas sendiri
berarti hubungan linear tunggal, sedangkan kolinieritas ganda (milticollinearity)
menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linear yang sempurna. Untuk
mendeteksi adanya multikolinearitas dapat ditinjau dari beberapa hal berikut :
1. nilai toleransi lebih kecil dari 0,1
2. nilai VIF lebih besar dari 10
Jika terjadi masalah multikolinearitas maka dapat dilakukan beberapa
metode untuk mengatasinya. Metode-metode yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Memperbesar ukuran sampel
2. Menggabungkan data time series dan data cross-section, atau
3. Dengan menghilangkan salah satu atau lebih variabel bebas
Hipotesis (2) dan (3) dianalisis dengan menggunakan metode uji beda rata-rata
dengan rumus sebagai berkut:
H0 : µ1 -µ2
H1 : µ1 ≠ µ2
Dimana : µ1 = Variabel 1 ( Sistem Legowo )
µ2 = Variabel 2 ( Sistem Sri )
+ - 2
Dimana :
: Rata-rata nilai variabel 2
S1 : Standard deviasi variable 1
S2 : Standard deviasi variable 2
n1 : Jumlah sampel variable 1
n2 : Jumlah sampel variable 2
kriteria uji :
t-hitung ≤ t-tabel Hipotesis H0 diterima
t-hitung > t-tabel Hipotesis H0 ditolak
3.5Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam
penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai
berikut:
3.5.1Defenisi
1. Petani adalah seseorang yang menjalankan usaha pertaniannya dan
bertanggung jawab pada usahataninya seperti komoditi padi mulai dari
persiapan lahan hingga proses panen. Dalam penerapan sistem SRI (System of
Rice Intensification) pada padi sawah berbeda-beda.
2. Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan kepada tanamn agar
3. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama
usaha proses usahatani yang dilakukan yang merupakan penjumlahan dari
biaya tetap dan biaya variable.
4. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi yang
dikeluarkan oleh petani selama proses produksi
5. Produksi adalah besarnya hasil panen usahatani padi sawah yang diperoleh
dalam satu kali periode dengan satuan (kg)
6. Luas lahan adalah areal pertanaman padi sawah sistem tanam SRI (System of
Rice Intensification) dan sistem tanam legowo yang dimiliki oleh petani yang
diukur dengan satuan (ha).
7. Biaya produksi adalah jumlah panen padi sawah sistem tanam SRI (System of
Rice Intensification) dan sistem tanam legowo yang diperoleh dalam satu kali
periode panen (Kg).
8. Penerimaan adalah penjumlahan penerimaan produsen dari hasil penjualan
barang atau outputnya.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Pematang Sentrak Kecamatan Teluk
Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai
2. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari tahun 2014
3. Sampel adalah petani padi sawah sistem tanam SRI (System of Rice
Intensification) dan sistem tanam legowo di daerah penelitian yang dilakukan
di Desa Pematang Sentrak Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1Kondisi Geografis
Desa Pematang Setrak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai, dengan luas wilayah desa 670,64
ha. Desa Pematang Setrak terbentuk dari 8 dusun dengan perincian sebagai
berikut :
6. Dusun VI : 63,27 ha. 7. Dusun VII : 98,80 ha. 8. Dusun VIII : 113, 58 ha.
Desa Pematang Setrak memiliki iklim tropis atau iklim sedang. Tanah di Desa
Pematang Setrak merupakan tanah galong dan sebagian tanah pasir yang berada di
Dusun I, VIII. Dengan demikian sebagian besar lahan di Desa Pematang Setrak
cocok untuk lahan pertanian pangan seperti padi. Keadaan tanah yang tergolong
datar sehingga mudah untuk membuat jaringan irigasi sebagai sarana penunjang
pola pertanian teknis. Desa Pematang Setrak berada pada ketinggian antara 150 m
– 180 m diatas permukaan laut.
Adapun batas – batas Desa Pematang Setrak adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pekan Sialang Buah.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Perkebunan PT. SOCFINDO.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pasar Baru.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Liberia.
Desa Pematang Setrak berjarak ± 7 Km dari ibukota Kecamatan dan jarak ke
ibukota kabupaten ± 20 Km. Desa Pematang Setrak merupakan desa yang
sebagian besar lahannya digunakan untuk lahan usahatani, terutama usahatani
padi sawah. Pemanfaatan lahan telah dimanfaatkan oleh penduduk secara optimal,
terbukti dengan luasnya areal untuk kegiatan pertanian dan pemukiman. Secara
rinci pemanfaatan lahan di Desa Pematang Setrak dapat dilihat pada Tabel 2
berikut ini :
Tabel 2. Pembagian Luas Wilayah Desa Pematang Setrak
No. Keterangan Luas Wilayah (Ha) Persentase (%)
1. Persawahan 265 ha 39,51 %
2 Tegal / Perladangan 103 ha 15,35 %
4. Perumahan / Pemukiman 202,92 ha 30,25 %
Dari Tabel 2 tersebut dapat dilihat bahwa sebagian lahan Desa Pematang
Setrak digunakan untuk lahan persawahan yang seluas 265 Ha, yang rata – rata
banyak ditanami komoditas padi sawah, sedangkan penggunaan lahan yang
terkecil terdapat pada lahan puskesmas atau puskesdes yang seluas 0,06 Ha.
4.2Kondisi Demografis
4.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di Desa Pematang Setrak berjumlah sebesar 4.082 jiwa
dengan jumlah kepala keluarga sebesar 1.029 KK yang terdiri dari 8 dusun.
Berikut ini dijelaskan pada Tabel 3, dimana jumlah penduduk berdasarkan jenis
kelamin.
Tabel 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Laki – Laki 2.043 50,05 %
2 Perempuan 2.039 49,95 %
TOTAL 4.082 100
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki – laki lebih
besar jumlahnya yaitu 2.043 jiwa atau 50,05 % daripada penduduk perempuan
2.039 jiwa atau 49,95 %.
4.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur
Penduduk merupakan salah satu potensi sumber daya dari suatu daerah,
terutama berhubungan dengan faktor tenaga kerja. Tersedianya tenaga kerja yang
besar merupakan peluang bagi pengembangan berbagai macam usaha. Desa
Pematang Setrak memiliki penduduk sebanyak 4.082 jiwa. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur No Dusun
Umur
Jumlah 0-5
Tahun
6-12 Tahun
13-16 Tahun
17-59 Tahun
>60 Tahun
1 I 51 204 151 197 25 628
2 II 56 70 39 325 15 505
3 III 60 41 18 253 43 415
4 IV 37 40 19 164 22 282
5 V 119 121 90 416 77 823
6 VI 43 56 52 188 24 363
7 VII 43 25 27 329 25 449
8 VIII 90 41 90 365 31 617
TOTAL 499 598 486 2.237 262 4.082
Persentase (%) 12,22 14,64 11,90 54,80 6,41 100 Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 4 diketahui jumlah penduduk yang berusia produktif
besar penduduk di Desa Pematang Setrak ini masih berusia produktif. Dengan
melihat masih banyaknya penduduk yang berusia produktif maka dapat
memudahkan proses masuknya teknologi di Desa Pematang Setrak ini, karena
umur produktif yang tinggi berarti sektor perekonomian masih potensial untuk
ditingkatkan serta kemungkinan tingkat kesejahteraan masyarakat lebih terjamin.
4.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor penting dalam menunjang kelancaran
pembangunan. Masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan
mudah untuk menerapkan suatu inovasi baru sehingga akan memperlancar proses
pembangunan. Sebaliknya masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah
akan sulit untuk menerapkan suatu inovasi baru sehingga dalam hal ini akan
mempersulit pembangunan. Tingkat pendidikan digunakan sebagai parameter
kemampuan sumber daya manusia dan kemajuan suatu wilayah. Tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap pemikiran yang rasional. Distribusi penduduk
berdasarkan tingkat pendidikannya dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Dusun
Tingkat Pendidikan
Jumlah
TK SD SLTP SMA PT
1 I 13 202 138 178 18 549
2 II 13 185 120 140 12 470
3 II 21 153 133 63 6 376
4 IV 6 36 71 71 10 194
5 V 70 402 153 125 3 753
6 VI 9 139 65 70 6 289
7 VII 8 261 57 85 15 426
8 VIII 36 216 178 89 9 528
TOTAL 176 1.594 915 821 79 3.585
Persentase (%) 4,90 44,46 25,52 22,90 2,20 99,98 Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2012
yaitu 1.594 jiwa dengan persentase 44,46%. Tingkat pendidikan penduduk yang
paling sedikit adalah tamat perguruan tinggi (PT) yaitu 79 jiwa dengan persentase
2,20%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan penduduk
Desa Pematang Setrak sebagian besar tergolong sedang, hal ini dapat mendorong
pembangunan desa tersebut dikarenakan orang yang berpendidikan akan mudah
menerima inovasi baru dan selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan.
4.2.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama
Masyarakat Desa Pematang Setrak sebagian besar beragama Islam, sebagai
sarana tempat melaksanakan kegiatan ibadah terdapat mesjid dan musholla,
kehidupan dan kegiatan kerohanian cukup baik. Selain agama islam ada juga
penduduk yang beragama kristen yang hidup berdampingan dengan rukun dan
damai. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini :
Tabel 6. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama No Dusun
Agama
Jumlah Islam Protestan Katolik Hindu Budha
1 I 591 23 14 - - 628
2 II 505 - - - - 505
3 II 415 - - - - 415
4 IV 254 28 - - - 282
5 V 816 7 - - - 823
6 VI 365 - - - - 365
7 VII 435 12 - - - 447
8 VIII 456 37 124 - - 617
TOTAL 3.837 107 138 - - 4.082
Persentase (%) 94 2,62 3,38 - - 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa penduduk Desa Pematang Setrak
94%, sedangkan paling sedikit adalah yang memeluk agama kristen protestan
yaitu 107 jiwa dengan persentase 2,62%.
4.2.5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku
Adat istiadat merupakan budaya masyarakat dalam kehidupannya. Adat
istiadat di Desa Pematang Setrak masih terpelihara dengan baik sehingga norma
kehidupan bermasyarakat masih tinggi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7 berikut
ini.
Tabel 7. Keadaan penduduk berdasarkan Suku Bangsa No Dusun
Suku
Melayu Batak Karo Mandailing Aceh Banten
1 I 1 29 8 68 - -
2 II - 4 3 47 - -
3 III 1 - - 85 5 -
4 IV 8 28 - 11 - -
5 V - 7 - 52 3 18
6 VI 8 - - 10 - 4
7 VII 17 12 - 6 - 3
8 VIII 18 161 - 8 - 5
TOTAL 53 241 11 287 8 30
Persentas (%) 1,29 5,90 0,26 7,03 0,19 0,73 Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2012
Lanjutan Tabel 7. Keadaan penduduk berdasarkan Suku Bangsa No Dusun
Suku