• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOMPARASI PENDAPATAN PETANI SISTEM

TANAM SRI (

System of Rice Intensification)

DENGAN PETANI

SISTEM TANAM LEGOWO

(Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kec Teluk Mengkudu, Kab Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH :

FANANI RIZKI POHAN 090304133

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS KOMPARASI PENDAPATAN PETANI SISTEM

TANAM SRI (

System of Rice Intensification)

DENGAN PETANI

SISTEM TANAM LEGOWO

(Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kec Teluk Mengkudu, Kab Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH :

FANANI RIZKI POHAN 090304133

AGRIBISNIS

Skirpsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing,

Ketua Anggota

(Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si) (Ir. Iskandarini,MM,Ph.D) NIP : 195411111981031001 NIP: 196405051994032002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

FANANI RIZKI POHAN (090304133/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si, dan Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D

Penelitian bertujuan untuk (1) Untuk menganalisis apakah faktor-faktor luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam SRI berpengaruh terhadap pendapatan petani di daerah penelitian (2) Untuk menganalisis apakah faktor-faktor luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam Legowo berpengaruh terhadap pendapatan petani di daerah penelitian (3) Untuk menganalisis komparasi produksi sistem tanam SRI dan sistem tanam Legowo di daerah penelitian (4) Untuk menganalisis komparasi pendapatan sistem tanam SRI dengan sistem tanam Legowo di daerah penelitian.

Metode penelitian yaitu (1) dan (2) menggunakan metode regresi linier dengan bantuan spss 16, (3) dan (4) menggunakan metode uji beda rata – rata (t-hitung) dengan bantuan spss 16.

Hasil penelitian diperoleh (1) secara serempak variabel luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam SRI berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan, (2) secara serempak variabel luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam Legowo berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan, (3) ada komparasi produksi usahatani antara petani sistem tanam SRI dengan petani sistem tanam Legowo dimana produksi usahatani padi sawah sistem tanam SRI lebih tinggi dibanding Sistem tanam Legowo, (4) ada komparasi pendapatan usahatani antara petani sistem tanam SRI dengan petani sistem tanam Legowo dimana pendapatan usahatani padi sawah sistem tanam SRI lebih tinggi dibanding Sistem tanam Legowo.

(4)

RIWAYAT HIDUP

FANANI RIZKI POHAN lahir di Langgapayung pada tanggal 16 Agustus 1991, sebagai anak ke empat dari empat bersaudara, putri dari Bapak H.

Zainul Arifin Pohan, dan Ibu (Almh) Hj. Hanifah Iriani Harahap.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 112246 dan tamat pada tahun

2003.

2. Tahun 2003 masuk sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1

Langgapayung dan tamat pada tahun 2006.

3. Tahun 2006 masuk sekolah menengah atas di Perguruan Al-Azhar Medan dan

tamat pada tahun 2009.

4. Tahun 2009 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut:

1. Menjadi anggota pada Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara (IMASEP FP USU) periode

2012-2013.

2. Menjadi anggota FSMM SEP periode 2012-2013

3. Menjadi anggota Koperasi Akademika Pertanian periode 2012-2013.

4. Menjadi Kordinator acara HUT IMASEP FP USU Ke-31

5. Menjadi anggota Tranning Leadership IMASEP FP USU

6. Bulan Juli-Agustus 2013 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa

Rambung Sialang Tengah, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang

Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.

7.

Bulan januari 2014 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa Pematang

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS KOMPARASI PENDAPATAN PETANI SISTEM TANAM SRI (

System of Rice Intensification)

DENGAN PETANI SISTEM TANAM LEGOWO (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)”.

Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:

1. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M. Si selaku ketua komisi pembimbing, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan

arahan serta saran dan selalu sabar mengajarkan banyak hal sampai penulis

mengerti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D, selaku anggota komisi pembimbing, yang telah memberikan penulis bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua dan sekretaris program studi Agribisnis FP USU.

4. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis

serta kepada seluruh Staf pengajar dan Pegawai yang ada di Departemen

Agribisnis, Fakultas Pertanian, USU.

(6)

Indra Jaya Kesuma yang selalu memberikan dukungan, do’a, dan waktu kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya dengan baik. Teman-teman di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara angkatan 2009, Dewi Purnama Sari Damanik, Dian Utami Rangkuti, SP, Febrina Soraya Tanjung, Nur’Aidah Nasution, Nurhidayati Ma’rifah Sitompul, SP, Karina Sukma Br. Tobing, SP dan lain-lain yang tidak bisa saya ucapkan smuanya, yang telah mendukung penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini di kemudian hari. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, maret 2014

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 ... Lata r Belakang ... …. 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) ... 8

2.1.1 Sistem Tanam Legowo 4:1... 13

2.2 ... Lan dasan Teori ... 18

2.3 Kerangka Pemikiran ... 20

2.4 Hipotesis ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 23

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 23

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 24

(8)

3.5 ... Defe

nisi dan Batasan Operasional ... 31

3.5.1 Defenisi ... 31

3.5.2 Batasan Operasional ... 32

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Kondisi Geografis ... 33

4.2 Kondisi Demografis ... 35

4.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 35

4.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur ... 35

4.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 36

4.2.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama ... 37

4.2.5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Suku ... 37

4.2.6 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 39

4.3 Kondisi Sarana dan Prasarana ... 40

4.3.1 Sarana ... 41

4.3.2 Prasarana ... 42

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pelaksanaan Budidaya Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) dan Sistem Tanam Legowo ... 43

5.1.1 Sistem Tanam SRI... 43

5.1.2 Sistem Tanam Legowo ... 44

5.2 Faktor-Faktor Luas Lahan, Biaya Produksi Dan Harga Gabah pada Sistem Tanam SRI Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani ... 45

5.3 Faktor-Faktor Luas Lahan, Biaya Produksi Dan Harga Gabah

pada Sistem Tanam Legowo Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani

(9)

dengan Petani Sistem Tanam Legowo ... 54

5.5 Komparasi Pendapatan Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam SRI

dengan Petani Sistem Tanam Legowo ... 55

BABVI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 57

6.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Hal

1 ... Pen ggunaan Tanah dan Luas Lahan Padi Sawah Sistem SRI dan Sistem Tanam Legowo Di Desa Pematang Setrak ... ... 24 2 ... Pem

bagian Luas Wilayah Desa Pematang Setrak ... ... 34 3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... ... 35

4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur ... ... 36

Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... ... 37

5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama ... ... 38

6 ... Kea daan Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... ... 39 7 ... Kea

daan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... ... 40 8 ... Kon

disi Sarana Desa ... ... 42 9 ... Kon

(11)

dan Harga Gabah Pada Pada Sistem Tanam SRI Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani ... ... 45 11 ... Has

il Uji Multikonilieritas Faktor-Faktor Luas Lahan, Biaya Produksi dan Harg Gabah Pada Pada Sistem Tanam SRI Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani ... ... 49

13 Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor Luas Lahan

Biaya Produksi dan Harg Gabah Pada Pada Sistem Tanam SRI

Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani... ... 50

14 Hasil Uji Multikonilieritas Faktor-Faktor Luas Lahan, Biaya Produksi

dan Harg Gabah Pada Pada Sistem Tanam SRI Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani ... ... 50

15 Hasil Analisis Komparasi Rata-Rata Produksi Usahatani Padi Sawah

Sistem Tanam SRI Dengan Sistem Tanam Legowo

Permusim Tanam 2013 ... ... 51

16 Hasil Analisis Komparasi Rata-Rata Pendapatan Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam SRI Dengan Sistem Tanam Legowo

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Hal

1 Skema Kerangka Pemikiran Analisis Komparasi Pendapatan

Petani Sistem Tanam Sri dengan Petani Sistem Tanam Legowo ... 21

2 Histogram Uji Normalitas Faktor-Faktor Luas Lahan, Biaya Produksi dan Harg Gabah Pada Pada Sistem Tanam SRI

Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani ... 47

3 Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual Faktor-Faktor Luas Lahan, Biaya Produksi dan Harg Gabah Pada Pada

Sistem Tanam SRI Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani ... 48

4 Histogram Uji Normalitas Faktor-Faktor Luas Lahan, Biaya Produksi dan Harg Gabah Pada Pada Sistem Tanam Legowo

Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani ... 52

5 Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual Faktor-Faktor Luas Lahan, Biaya Produksi dan Harg Gabah Pada Pada Sistem Tanam Legowo Berpengaruh Terhadap Pendapatan

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Keterangan 1 Biaya Penggunaan Bibit Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam SRI

Per Petani Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak

2 Total Biaya Penggunaan Pupuk Serta Biaya Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam SRI Per Pertani Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak

3 Total Biaya Penggunaan Pestisida Serta Biaya Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam SRI Per Pertani Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak

4 Total Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Serta Biaya Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam SRI Per Pertani Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak

5 Total Biaya Penyusutan Serta Biaya Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam SRI Per Pertani Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak 6 Total Biaya Produksi Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Legowo

Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak

7 Total Biaya Penerimaan Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Legowo Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak

8 Total Pendapatan Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Legowo Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak

9 Biaya Penggunaan Bibit Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Legowo Per Petani Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak 10 Total Biaya Penggunaan Pupuk Serta Biaya Pada Usahatani Padi Sawah

Sistem Tanam Legowo Per Pertani Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak

11 Total Biaya Penggunaan Pestisida Serta Biaya Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Legowo Per Pertani Permusim Tanam di Desa

Pematang Setra

(14)

13 Total Biaya Penyusutan Serta Biaya Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Legowo Per Pertani Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak

14 Total Biaya Produksi Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Legowo Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak

15 Total Biaya Penerimaan Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Legowo Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak

16 Total Pendapatan Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Legowo Permusim Tanam di Desa Pematang Setrak

17 Hasil Regresi Faktor-Faktor Luas Lahan, Biaya Produksi dan Harg Gabah Pada Pada Sistem Tanam SRI Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani

18 Hasil Regresi Faktor-Faktor Luas Lahan, Biaya Produksi dan Harg Gabah Pada Pada Sistem Tanam Legowo Berpengaruh Terhadap

Pendapatan Petani

19 Hasil Hasil Analisis Komparasi Rata-Rata Produksi Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam SRI Dengan Sistem Tanam Legowo Permusim Tanam 2013

(15)

ABSTRAK

FANANI RIZKI POHAN (090304133/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si, dan Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D

Penelitian bertujuan untuk (1) Untuk menganalisis apakah faktor-faktor luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam SRI berpengaruh terhadap pendapatan petani di daerah penelitian (2) Untuk menganalisis apakah faktor-faktor luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam Legowo berpengaruh terhadap pendapatan petani di daerah penelitian (3) Untuk menganalisis komparasi produksi sistem tanam SRI dan sistem tanam Legowo di daerah penelitian (4) Untuk menganalisis komparasi pendapatan sistem tanam SRI dengan sistem tanam Legowo di daerah penelitian.

Metode penelitian yaitu (1) dan (2) menggunakan metode regresi linier dengan bantuan spss 16, (3) dan (4) menggunakan metode uji beda rata – rata (t-hitung) dengan bantuan spss 16.

Hasil penelitian diperoleh (1) secara serempak variabel luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam SRI berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan, (2) secara serempak variabel luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam Legowo berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan, (3) ada komparasi produksi usahatani antara petani sistem tanam SRI dengan petani sistem tanam Legowo dimana produksi usahatani padi sawah sistem tanam SRI lebih tinggi dibanding Sistem tanam Legowo, (4) ada komparasi pendapatan usahatani antara petani sistem tanam SRI dengan petani sistem tanam Legowo dimana pendapatan usahatani padi sawah sistem tanam SRI lebih tinggi dibanding Sistem tanam Legowo.

(16)

RIWAYAT HIDUP

FANANI RIZKI POHAN lahir di Langgapayung pada tanggal 16 Agustus 1991, sebagai anak ke empat dari empat bersaudara, putri dari Bapak H.

Zainul Arifin Pohan, dan Ibu (Almh) Hj. Hanifah Iriani Harahap.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 112246 dan tamat pada tahun

2003.

2. Tahun 2003 masuk sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1

Langgapayung dan tamat pada tahun 2006.

3. Tahun 2006 masuk sekolah menengah atas di Perguruan Al-Azhar Medan dan

tamat pada tahun 2009.

4. Tahun 2009 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut:

1. Menjadi anggota pada Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara (IMASEP FP USU) periode

2012-2013.

2. Menjadi anggota FSMM SEP periode 2012-2013

3. Menjadi anggota Koperasi Akademika Pertanian periode 2012-2013.

4. Menjadi Kordinator acara HUT IMASEP FP USU Ke-31

5. Menjadi anggota Tranning Leadership IMASEP FP USU

6. Bulan Juli-Agustus 2013 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa

Rambung Sialang Tengah, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang

Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.

7.

Bulan januari 2014 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa Pematang

(17)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS KOMPARASI PENDAPATAN PETANI SISTEM TANAM SRI (

System of Rice Intensification)

DENGAN PETANI SISTEM TANAM LEGOWO (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)”.

Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:

1. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M. Si selaku ketua komisi pembimbing, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan

arahan serta saran dan selalu sabar mengajarkan banyak hal sampai penulis

mengerti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D, selaku anggota komisi pembimbing, yang telah memberikan penulis bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua dan sekretaris program studi Agribisnis FP USU.

4. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis

serta kepada seluruh Staf pengajar dan Pegawai yang ada di Departemen

Agribisnis, Fakultas Pertanian, USU.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang penting bagi bangsa Indonesia. Pertanian

merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat Indonesia, sampai saat

ini merupakan salah satu sektor andalan bagi perekonomian negara kita. Namun

pada umumnya usaha pertanian masih dilakukan secara tradisional, dikerjakan

pada lahan-lahan yang sempit dan pemanfaatan lahannya tidak optimal, sehingga

hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya itu sendiri, bahkan

kadang-kadang tidak mencukupi (Adiratma, 2004).

Tanaman padi adalah tanaman penghasil beras yang digunakan sebagai bahan

pangan utama hampir 90 persen penduduk Indonesia. Sehingga dapat dikatakan

bahwa beras merupakan bahan makanan pokok utama dan sangat dominan di

Indonesia yang memiliki kedudukan sangat penting dan telah menjadi komoditas

strategis. Dengan jumlah penududuk pada saat ini yang mencapai lebih dari 220

juta orang dengan tingkat konsumsi beras 135 kg per kapita per tahun,

ketersediaan beras memegang peranan penting bagi ketahanan pangan

(Sato dan Uphoff, 2006).

(19)

konversi lahan pertanian ke non pertanian, menurunnya kualitas dan kesuburan

tanah, terbatas dan tidak pastinya ketersediaan air irigasi akibat perubahan iklim

dan persaingan pemanfaatan sumber daya air, serta tidak pastinya pola hujan

akibat perubahan iklim global. Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan beras salah

satu cara adalah kecenderungan melakukan impor (Mutakin, 2005).

Dalam upaya memenuhi kebutuhan beras dari produksi padi dalam negeri dan

menekan serta menghilangkan impor beras adalah melalui ekstensifikasi dan

intensifikasi lahan tanaman padi dengan penerapan inovasi teknologi budidaya

padi. Inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produksi padi antara lain

adalah dengan pendekatan teknolog Sistem tanam jajar legowo dan System of

Rice Intensification (SRI) (Pitojo, 2003).

1.1.1. Sistem Tanam SRI

SRI merupakan suatu teknik budidaya padi dengan memanfaatkan teknik

pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara. Dimana melalui teknologi SRI

diharapkan mampu meningkatkan produktivitas tanaman padi 50 persen bahkan

mampu mencapai 100 persen. Selain itu, teknik budidaya padi SRI merupakan

sistem pertanian yang ramah lingkungan karena mengutamakan penggunaan

bahan organik sehingga mampu mendukung terhadap pemulihan kondisi lahan

yang cenderung mengalami leveling-off (Anonimus, 2009).

Tahun 1997, Uphoff memberikan presentasi SRI di Bogor, Indonesia; untuk

pertama kalinya SRI dipresentasikan di luar Madagaskar. Tahun 1999, untuk

pertama kalinya SRI diuji di luar Madagaskar yaitu di China dan Indonesia.

Pengujian SRI di Indonesia dilaksanakan oleh Badan Penelitian Tanaman Padi

(20)

penelitiannya di Sukamandi, Jawa Barat. Hasil pengujian diperoleh bahwa, panen

dengan metode SRI sebesar 6,2 ton/ha sedangkan hasil dari petak control sebesar

4,1 ton/ha, sehingga ada peningkatan hasil sebesar 66,12 persen. Sejak itu, SRI

diuji coba di lebih dari 25 negara dengan hasil panen berkisar 7 – 10 ton/ha

(Adiratma, 2004).

Salah satu permasalahan saat ini yang dihadapi banyak petani adalah

kesehatan dan kesuburan tanah yang semakin menurun. Hal ini ditunjukkan

dengan gejala-gejala sebagai berikut; tanah cepat kering, retak-retak bila kurang

air, lengket bila diolah, lapisan olah dangkal, asam dan padat, produksi sulit

meningkat bahkan cenderung menurun. Kondisi ini semakin buruk karena

penggunaan pupuk an-organik terus meningkat dan penggunaan pestisida untuk

mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan juga meningkat. Perilaku

usahatani lebih tertuju pada cara memupuk tanaman, bukan cara memupuk tanah

agar tanah menjadi subur, sehingga dapat menyediakan sekaligus memberikan

banyak nutrisi pada tanaman. Saat ini usahatani secara umum belum melibatkan

tanah sebagai komponen yang mempengaruhi dan menentukan keputusan

pengendalian dalam pengelolaan suatu agroekosistem (Yandianto, 2003).

Dibeberapa tempat masih terjadi pembakaran sisa jerami sebelum pengolahan

lahan, sehingga mengakibatkan pencemaran udara dan rotasi unsur hara tidak

terjadi. Oleh karena itu Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, Direktorat

Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian pada tahun 2012 akan melaksanakan

kegiatan untuk meningkatkan kemampuan teknis masyarakat tani melalui kegiatan

(21)

budidaya tanaman padi yang intensif dan efisien dengan proses manajemen sistem

perakaran dengan berbasis pada pengelolaan tanah, tanaman dan air (AAK, 1990).

Adapun tujuan pengembangan SRI (System of Rice Intensification) menurut

Pedoman Tehnis Pengembangan SRI TA 2012 adalah :

a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang usahatani padi

sawah organik metode SRI.

b. Meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani.

c. Menghasilkan produksi yang berdaya saing tinggi, sehat dan berkelanjutan.

d. Mengembangkan usahatani padi yang ramah lingkungan.

1.1.2. Sistem Tanam Jajar Legowo

Sistem tanam jajar legowo merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi

pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pinggir yang

lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Seperti diketahui bahwa tanaman

padi yang berada dipinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih

baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga memberikan

hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena

tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang

lebih banyak (efek tanaman pinggir). Adapun manfaat dan tujuan dari penerapan

sistem tanam jajar legowo adalah sebagai berikut :

1. Menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 30 % yang diharapkan akan

meningkatkan produksi baik secara makro maupun mikro.

2. Dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan,

pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman yaitu dilakukan melalui

(22)

3. Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus.

Pada lahan yang relatif terbuka hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya

dan dengan lahan yang relatif terbuka kelembaban juga akan menjadi lebih

rendah sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan.

4. Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam barisan.

5. Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo akan menambah kemungkinan

barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir dengan

memanfaatkan sinar matahari secara optimal bagi tanaman yang berada pada

barisan pinggir (Sembiring, 2001).

Namun, untuk mewujudkan upaya tersebut masih terkendala karena jika

diperhatikan masih banyak petani yang belum mau melaksanakan anjuran sistem

tanam legowo secara keseluruhan. Bahkan sampai saat ini, masih banyak petani

yang belum mau menerapkan sistem tanam legowo. Hal ini dikarenakan terdapat

adanya beberapa kelemahan dalam sistem tanam legowo, seperti membutuhkan

tenaga tanam yang lebih banyak dan waktu tanam yang lebih lama, membutuhkan

benih yang lebih banyak, dengan demikian biaya-biaya yang akan dikeluarkan

oleh petani akan lebih tinggi. Padahal sebenarnya sistem tanam legowo ini jika

dilakukan sesuai dengan anjuran, maka akan menghasilkan produksi yang tinggi

sehingga keuntungan usahatani yang diperoleh petani akan tinggi

(23)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Apakah faktor-faktor luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem

tanam SRI berpengaruh terhadap pendapatan petani di daerah penelitian?

2. Apakah faktor-faktor luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem

tanam Legowo berpengaruh terhadap pendapatan petani di daerah penelitian?

3. Bagaimana komparasi produksi petani sistem tanam SRI dengan sistem tanam

Legowo di daerah penelitian?

4. Bagaimana komparasi pendapatan sistem tanam SRI dengan sistem tanam

Legowo di daerah penelitian?

1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk menganalisis apakah faktor-faktor luas lahan, biaya produksi dan harga

gabah pada sistem tanam SRI berpengaruh terhadap pendapatan petani di

daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis apakah faktor-faktor luas lahan, biaya produksi dan harga

gabah pada sistem tanam Legowo berpengaruh terhadap pendapatan petani di

(24)

3. Untuk menganalisis komparasi produksi sistem tanam SRI dan sistem tanam

Legowo di daerah penelitian.

4. Untuk menganalisis komparasi pendapatan sistem tanam SRI dengan sistem

tanam Legowo di daerah penelitian.

1.3. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini sebagai:

1. Sebagai bahan informasi bagi petani padi sawah dalam melakukan kegiatan

usahataninya.

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi para pengambil keputusan

dalam menyusun kebijakan terkait dengan usahatani padi sawah.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Tanam SRI

Menurut Soekartawi (1999) Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 meter

dari permukaan laut dengan temperatur 19-27 derajat celcius, memerlukan

penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan

dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan

18-22 cm dan pH tanah 4 – 7.

Pola pertanian padi SRI merupakan perpaduan antara metode budidaya padi

SRI yang pertamakali dikembangkan di Madagaskar, dengan metode budidaya

padi organik dalam praktek pertanian organik. Metode ini akan meningkatkan

fungsi tanah sebagai media tumbuh dan sumber nutrisi tanaman. Dengan sistem

SRI daur ekologis akan berlangsung dengan baik karena memanfaatkan

mikroorganisme tanah secara natural. Pada gilirannya keseimbangan ekosistem

dan kelestarian lingkungan akan selalu terjaga. Di sisi lain, produk yang

dihasilkan dari metode ini lebih sehat bagi konsumen karena terbebas dari paparan

(26)

Adapun cara teknik budidaya padi yang dianjurkan dalam sistem tanam

metode SRI (System of Rice Intensification) adalah antara lain :

1. Penyemaian

Hal pertama yang dilakukan dalam budidaya padi organik adalah menyemai

benih. Kegiatan pertama adalah melakukan seleksi benih. Pemilihan benih ini

dimaksudkan supaya kita menanam benih yang benar-benar baik. Benih padi yang

digunakan untuk luasan 200 meter persegi adalah sebanyak setengah kilogram.

Untuk mengecek baik tidaknya benih bisa dilakukan dengan menguji benih dalam

air, benih yang baik adalah benih yang tenggelam, sementara benih yang

mengapung adalah benih yang kurang baik, biasanya benih yang mengapung

adalah benih yang kopong ataupun benih yang telah tumbuh.

Untuk memastikan benih yang tenggelam tersebut benar-benar baik, maka uji

kembali benih tersebut dengan memasukannya kedalam air yang sudah diberi

garam. Larutan air garam yang cukup untuk menguji benih adalah larutan yang

apabila dimasukkan telur, maka telur akan terapung. Benih yang baik untuk

dijadikan benih adalah benih yang tenggelam dalam larutan tersebut. Benih yang

telah diuji lalu direndam dalam air biasa selama 24 jam kemudian ditiriskan dan

diperam 2-3 hari ditempat yang lembab hingga keluar calon tunas dan kemudian

disemaikan pada media tanah dan kemudian pupuk kompos sekitar sebanyak 10

kg. Setelah umur semai 7-12 hari benih padi sudah siap ditanam.

2. Pengolahan lahan

Pengolahan lahan untuk penanaman padi sawah dilakukan dengan cara dibajak

dan dicangkul. Biasanya dilakukan minimal 2 kali pembajakan yakni pembajakan

(27)

lahan ini bisa mencapai 2-3 hari. Setelah selasai, aliri dan rendam dengan air lahan

sawah tersebut selama 1 hari. Pastikan keesokan harinya benih yang telah disemai

sudah siap ditanam, yakni sudah mencapai umur 7-12 harian, perlu diingat,

usahakan bibit yang disemai tidak melebihi umur 12 hari mengingat jika terlalu

tua maka tanaman akan sulit beradaptasi dan tumbuh ditempat baru (sawah)

karena akarnya sudah terlalu besar.

3. Penanaman

Sebelum ditanam, lakukan pencaplakan (pembuatan jarak tanam), jarak tanam

yang baik adalah jarak tanam sesuai dengan metode SRI yakni tidak terlalu rapat,

biasanya 25 x 25 cm atau 30 x 30 cm. Lakukan penanaman dengan memasukkan

satu bibit pada satu lubang tanam. Penanaman jangan terlalu dalam supaya akar

biar leluasa bergerak.

4. Perawatan

Pada penanaman budidaya padi organik dengan metode SRI yang paling

penting adalah menjaga aliran air supaya sawah tidak tergenang terus menerus

namun lebih pada pengaliran air saja. Untuk itu, setiap hari petani biasanya

melakukan control dan menutup serta membuka pintu air secara teratur. Berikut

panduan pengairan SRI:

• Penanaman dangkal, tanpa digenangi air, mecek-mecek, sampai anakan sekitar

10-14 hari

• Setelah itu, isi air untuk menghambat pertumbuhan rumput dan untuk

pemenuhan kebutuhan air dan melumpurkan tanah, digenangi sampai tanah

(28)

• Sekitar seminggu jika tidak ada pertumbuhan yang signifikan dilakukan

pemupukan, ketika pemupukan dikeringkan dan galengan ditutup

• Ketika mulai berbunga, umur 2 bulan, harus digenangi lagi, dan ketika akan

panen dikeringkan

Pemupukan biasanya dilakukan pada 20 hari setelah tebar, pupuk yang

digunakan adalah kompos sekitar 175-200 kg. Ketika dilakukan pemupukan

sawah dikeringkan dan pintu air ditutup. Setelah 27 hari setelah tebar, aliri sawah

secara bergilir antara kering dan basah. Beberapa hama yang sering menyerang

tanaman padi diantaranya burung, walang sangit, wereng dan penyakit ganjuran

atau daun menguning.

Cara penanganannya bisanya dengan cara manual, membuat orang-orangan

sawah untuk hama burung, penyemprotan dengan pestisida hayati seperti nanas,

bawang putih dan kipait atau gadung, serta untuk penyakit biasanya dengan cara

mencabut dan membakar tanaman yang sudah terkena penyakit daun menguning.

Untuk pencegahan harus dilakukan penanaman secara serentak supaya hama dan

penyakit tidak datang, penggunaan bibit yang sehat, pengaturan air yang baik, dan

dengan melakukan sistem budidaya tanaman sehat yang cukup nutrisi dan vitamin

sehingga kekebalannya tinggi.

Hama lain yang sering menyerang adalah hama putih, thrips, wereng, walang

sangit, kepik hijau, penggerek batang padi, tikus, dan burung. Sementara itu

penyakitnya adalah penyakit bercak daun coklat, penyakit blast, Busuk pelepah

daun, fusarium, penyakit kresek atau hawar daun dan penyakit tungro.

(29)

Padi mulai berbunga pada umur 2-3 bulan dan bisa dipanen rata-rata pada

umur sekitar 3,5 sampai 6 bulan, tergantung jenis dan varietasnya. Pada luasan

lahan 200 meter persegi, untuk padi yang berumur pendek (3,5 bulan) biasanya

diperoleh 2 kwintal gabah basah, setara dengan 1, 5 kwintal gabah kering atau 90

kg beras. Setelah dipanen, padi bisa dijual langsung, atau juga dijemur dulu

sekitar 1-2 hari baru kemudian dijual, atau setelah dijemur digiling baru dijual

berupa beras ataupun untuk dikonsumsi sebagiannya.

Keunggulan dari metode SRI, antara lain:

1. Dengan sistem pengairan berselang, pemakaian air dapat dihemat hingga 50

persen. Selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen pemberian air

maksimum 2 cm paling baik kondisi macak-macak sekitar 5 mm dan terdapat

periode pengeringan sampai tanah retak (irigasi terputus).

2. Tanam bibit muda mampu mengurangi stres tanaman saat di pindah tanam.

3. Hemat biaya, karena hanya membutuhkan benih sebanyak 5 kg/ha, tidak

membutuhkan biaya pencabutan bibit, tidak membutuhkan biaya pindah bibit,

meminimalkan tenaga tanam, dan lain-lain.

4. Hemat waktu, ditanam pada saat bibit berumur muda yaitu 7 - 12 hari setelah

semai sehingga waktu panen akan lebih awal.

5. Produksi meningkat, bahkan di beberapa tempat mampu mencapai 11 ton/ha

atau bahkan lebih.

6. Ramah lingkungan, secara bertahap penggunaan pupuk kimia akan dikurangi

dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik (kompos, kandang dan

(30)

2.1.1. Sistem Tanam Legowo 4:1

Istilah jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang secara harfiah tersusun dari

kata “lego (lega)” dan “dowo (panjang)” yang secara kebetulan sama dengan

nama pejabat yang memperkenalkan cara tanam. Sistem tanam jajar legowo

diperkenalkan pertama kali oleh seorang pejabat Kepala Dinas Pertanian

Kabupaten Banjar Negara Provinsi Jawa Tengah yang bernama Bapak Legowo

yang kemudian ditindak lanjuti oleh Departemen Pertanian melalui pengkajian

dan penelitian sehingga menjadi suatu rekomendasi atau anjuran untuk diterapkan

oleh petani dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman padi

(Sembiring,2001)

Cara tanam padi jajar legowo merupakan salah satu teknik produksi yang

memungkinkan tanaman padi dapat menghasilkan produksi yang cukup tinggi

serta memberikan kemudahan dalam aplikasi pupuk dan pengendalian organisme

pengganggu tanaman. Padi yang merupakan tanaman pangan utama penduduk,

(31)

Melalui perbaikan cara tanam padi dengan sistem Jajar legowo diharapkan

selain dapat meningkatkan produksi, pengendalian organisme pengganggu dan

pemupukan mudah dilakukan. Sistem legowo merupakan suatu rekayasa teknologi

untuk mendapatkan populasi tanaman lebih dari 160.000 per hektar. Penerapan

Jajar Legowo selain meningkatkan populasi pertanaman, juga mampu menambah

kelancaran sirkulasi sinar matahari dan udara disekeliling tanaman pinggir

sehingga tanaman dapat berfotosintesa lebih baik (Sembiring,2001).

Selain itu, tanaman yang berada di pinggir diharapkan memberikan produksi

yang lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik, mengingat pada sistem

tanam jajar legowo terdapat ruang terbuka seluas 25-50%, sehingga tanaman

dapat menerima sinar matahari secara optimal yang berguna dalam proses

fotosintesis (Pujaratno,2010).

Penerapan sistem tanam legowo disarankan menggunakan jarak tanam

(25x25) cm antar rumpun dalam baris; 12,5 cm jarak dalam baris; dan 50 cm

sebagai jarak antar barisan/ lorong atau ditulis (25x12,5x50) cm. Hindarkan

penggunaan jarak tanam yang sangat rapat, misalnya (20x20) cm, karena akan

menyebabkan jarak dalam baris sangat sempit (Adiratma, 2004).

Menurut pujaratno (2010), adapun cara dan teknik bercocok tanam yang

dianjurkan dalam sistem tanam legowo adalah sebagai berikut:

Pengolahan Tanah

Pada teknologi sistem tanam legowo pengolahan tanah harus dilakukan hingga

berlumpur dan rata yang dimaksudkan untuk menyediakan media pertumbuhan

yang baik bagi tanaman padi dan untuk mematikan gulma. Pembajakan tanah

(32)

7-15 hari, kemudian dilakukan pembajakan kedua diikuti penggarukan untuk

meratakan pelumpuran.

Untuk tanah yang lapisan olahnya dalam, pengolahan cukup dilakukan dengan

penggarukan tanpa pembajakan terutama pada musim kemarau. Kemudian

diberikan pupuk organik dalam bentuk jerami atau pupuk kandang sebanyak 2

ton/ha pada saat pengolahan tanah kedua. Pada saat pemberian pupuk organik ini

dilakukan sampai tercampur dengan rata.

Sistem Tanam

Adapun sistem tanam yang digunakan adalah sistem tanam legowo 4:1. Dalam

penanaman pola jajar Legowo 4:1 ini terdapat empat baris tanaman padi dan

diselingi oleh satu baris tanaman padi dan diselingi satu baris yang sengaja

dikosongkan. Hal ini bertujuan untuk mengkompensasikan populasi tanaman pada

baris yang dikosongkan. Pada baris yang kosong dapat dibuat benteng. Benteng

berfungsi untuk memudahkan pada saat pemupukan sehingga petani tidak perlu

turun kesawah.

Jumlah Benih Per Lubang

Pada teknologi sistem tanam legowo 4:1 jumlah benih yang ditanam adalah

1-3 per lubang, sehingga dapat menghemat benih. Manfaat lain dari pengurangan

benih yang ditanam juga agar dapat tumbuh dan berkembang lebih baik,

perakaran lebih intensif dan anakan lebih banyak.

(33)

Jumlah benih per hektar pada sistem tanam legowo 4:1 adalah sekitar 10- 15

kg/ha.

Umur Bibit

Umur bibit yang ditanam pada teknologi sistem tanam legowo ini adalah

sekitar 10-15 hari. Hal ini memungkinkan bagi tanaman untuk tumbuh lebih baik

dengan jumlah anakan cenderung lebih banyak. Perakaran bibit berumur <15 hari

lebih cepat beradaptasi dan lebih cepat pulih dan stress akibat dipindahkan dari

persemaian ke lahan pertanaman, apalagi pada kondisi tanah macak-macak

dengan irigasi berselang dan diberi pupuk organik.

Dosis pupuk

Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan kebutuhan pupuk bagi

tanaman padi adalah: kebutuhan hara tanaman, ketersediaan hara dalam tanah, pH

tanah, dan adanya sumber hara lain terutama K dan N dari bahan organik, air

irigasi dan sebagainya. Bila sumber hara lain dapat diketahui jumlahnya maka

takaran pupuk perlu dikurangi.

1. Nitrogen.

Optimalisasi penggunaan pupuk N (Urea) dalam teknologi sistem tanam

legowo dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan BWD ( Bagan Warna

Daun). BWD adalah alat sederhana untuk mengukur warna daun padi. Alat ini

terdiri dari komponen warna yang menyerupai warna daun padi yang dibedakan

(34)

Masing-masing dicirikan oleh warna padi. Skala 1 (kuning) mencerminkan

tanaman sangat kekurangan N, sedangkan skala 6 (hijau tua) menggambarkan

tanaman sangat kelebihan N. Dengan menggunakan BWD dapat diketahui kapan

tanaman padi harus diberikan pupuk N sesuai dengan dosis pupuk yang harus

diberikan.

2. Fosfat.

Takaran pupuk Fosfat (P) pada teknologi sistem tanam legowo 4:1 ditetapkan

berdasarkan hasil analisis tanah dengan HCl 25%. Hara P yang diperlukan

tanaman padi relatif sedikit, sekitar 10% dari jumlah hara N dan K. Namun

demikian ketersediaan hara P ditanah tergantung berbagai faktor seperti pH tanah,

kandungan Fe, Al, dan Ca, tekstur, senyawa-senyawa organik, mikroorganisme

dalam tanah, yang tidak kalah penting adalah kondisi tanaman terutama

perakarannya.

3. Kalium

Ketersediaan dan sumber hara K di alam umumnya cukup banyak. Selain dari

mineral tanah, hara K juga dapat bersumber dari air irigasi, jerami padi, dan bahan

organik lainnya. Oleh karena itu, tanaman padi kurang tanggap terhadap

pemberian pupuk K. Untuk memudahkan penentuan kebutuhan pupuk K bagi

tanaman padi takaran pupuk ditetapkan berdasarkan hasil analisis tanah atau status

hara.

Hara S dan Zn Belum optimalnya hasil tanaman padi di beberapa lahan sawah

berbagai daerah disebabkan oleh kurangnya hara seperti belerang (S) dan seng

(Zn). Untuk mengantisipasi kendala tersebut maka perlu dilakukan analisis tanah

(35)

Pengelolaan Air

Pengelolaan air yang digunakan pada teknologi sistem tanam legowo adalah

irigasi berselang ( intermitten ). Pada sistem irigasi berselang, tanah diusahakan

untuk mendapat aerasi beberapa kali agar tidak terlalu lama dalam kondisi

anaerobic yaitu dengan cara mengatur waktu pengairan dan pengeringan atau

drainase.

Pemberian Bahan Organik

Jumlah bahan organik yang digunakan tergantung pada ketersediaan, jenis dan

jumlahnya. Usahakan agar jerami dikembalikan ke lahan sawah, dengan cara

dibenam atau diolah menjadi kompos, atau dijadikan pakan ternak (sapi) yang

kotorannya diproses menjadi kompos pupuk kandang. Untuk 1 ha lahan

diperlukan 1-2 ton kompos pupuk kandang, diaplikasikan setiap musim kalau

tersedia dengan harga murah.

Panen dan Pasca Panen

Ada 4 jenis alat perontok padi yang dikenal, yaitu:

1. Krepyok, yaitu alat perontok padi tradisional dengan sistem membanting

2. Dayung, alat perontok padi dengan cara mendayung

3. Commant layang, yaitu alat perontok padi yang sudah lebih efisien dari sistem

dayung

4. Power Therser, yaitu alat perontok padi modern yang dianjurkan untuk

digunakan pada sistem tanam legowo 4:1.

2.2. Landasan Teori

Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu usaha,

(36)

ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatannya

memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi. Analisis usaha

tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran

selama jangka waktu tertentu (Aritonang,1993).

Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau

hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia

bebas. Kondisi seseorang dapat di ukur dengan menggunakan konsep pendapatan

yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang selama

jangka waktu tertentu (samuelson dan Nordhaus,1995).

Produksi adalah sejumlah hasil dalam satu lokasi dan waktu tertentu. Satuan

dari produksi adalah satuan berat. Hasil merupakan keluaran (output) yang

diperoleh dari pengelolaan input produksi atau sarana produksi dari suatu

usahatani. Produksi juga merupakan fungsi tanah, modal, tenaga kerja dan

manajemen sebagai suatu kesatuan yang mutlak diperlukan dalam proses produksi

atau usahatani (Daniel, 2002).

Menurut Suratiyah (2009), untuk menghitung biaya dan pendapatan dalam

usahatani dapat menggunakan pendekatan nominal tanpa memperhitungkan nilai

uang menurut waktu ( time value of money) tetapi yang dipakai adalah harga yang

berlaku, sehingga dapat langsung dihitung jumlah pengeluaran dan penerimaan

dalam suatu periode proses produksi.

Analisis komparasi atau perbedaan merupakan prosedur statistik untuk

menguji perbedaan diantara dua data (variable) atau lebih. Analisis perbedaan atau

uji perbedaan ini sangat tergantung pada jenis data (nominal, ordinal, interval, dan

(37)

untuk menghitung hipotesis komparatif harus sesuai dengan jenis data atau

variable berdasarkan skala pengukuran (Sunyoto, 2011).

Biaya usahatani biasanya dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1. Biaya tetap (fixed cost)

2. Biaya tidak tetap (variable cost)

Biaya tetap ini umumnya didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap

jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau

sedikit. Contoh biaya tetap antara lain: sewa tanah, pajak, alat pertanian dan iuran

irigasi. Disisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefenisikan

sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh

(Kasmir, 2003).

2.3. Kerangka Pemikiran

Usahatani adalah suatu usaha yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi

yang terdiri dari lahan, modal untuk pembiayaan sarana produksi serta tenaga

kerja yang seluruhnya ditujukan untuk proses produksi sehingga akan dihasilkan

output usahatani. Keberhasilan suatu usahatani akan sangat tergantung pada

kemampuan petani dalam mengelola usahataninya.

Faktor produksi merupakan faktor utama bagi petani dalam melaksanakan

usahataninya. Untuk memperoleh hasil yang diharapkan maka petani harus

mampu memanajemen faktor-faktor produksi tersebut secara efisien. Faktor

produksi adalah lahan, modal, tenaga kerja dan sarana produksi.

Di dalam suatu usahatani, kepemilikan lahan yang merupakan salah satu

(38)

tersebut. Hal ini dikarenakan, semakin luas lahan yang dimiliki oleh petani maka

akan semakin besar potensi petani tersebut untuk mengembangkan usahataninya.

Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk menghasilkan pendapatan yang

diinginkan. Oleh karena itu dalam pengelolaan usahatani haruslah efisien, baik

dalam penggunaan input maupun dalam penggunaan modal. Dilain pihak

manakala petani dihadapkan pada keterbatasan faktor input, misalnya modal

dalam melakukan faktor produksi, maka mereka juga tetap mencoba bagaimana

meningkatkan keuntungan tersebut dengan kendala modal yang terbatas yaitu

dengan penghematan input sehingga biaya dapat ditekan.

Secara skematis kerangka pemikiran digambarkan sebagai berikut:

Sistem Tanam legowo

Petani Padi Sawah

1. Luas Panen 2. Biaya

Produksi 3. Harga

Gabah

1. Luas Panen 2. Biaya

Produksi 3. Harga

Gabah

Produksi

Sistem Tanam

(39)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI dengan Petani Sistem Tanam Legowo

Keterangan :

: Menyatakan Pengaruh : Menyatakan Hubungan

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka, dan landasan teori yang

telah dikemukakan, dugaan sementara atau hipotesis penelitian adalah:

1. Faktor-faktor luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam

SRI berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani.

2. Faktor-faktor luas lahan, biaya produksi dan harga gabah pada sistem tanam

Legowo berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani.

3. Ada komparasi produksi antar petani sistem tanam SRI dan petani sistem

tanam legowo.

4. Ada komparasi pendapatan antar petani sistem tanam SRI dan petani sistem

tanam legowo.

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

4.1Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian di tentukan secara sengaja (purposive) berdasarkan

pertimbangan tertentu. Penelitian ini dilakukan di Desa Pematang Setrak

Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupatan Serdang Bedagai. Desa Pematang Setrak

dipilih karena petani di desa tersebut menerapkan penanaman padi sawah dengan

Sistem Tanam Jajar Legowo dan menggunakan sistem SRI (System of Rice

Intensification).

(41)

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan di anggap data

menggambarkan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang

melakukan penanaman padi sawah sistem legowo dan sistem SRI di Pematang

Setrak di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai. Penetapan

sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan simple random

sampling dimana cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan acak

tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut (Riduan,

2010).

Menurut Soepomo (1997) didalam penelitian korelasional, paling sedikit

diambil 30 sampel dari elemen populasi. Pada penelitian ini, terdapat 399 petani.

Dari jumlah tersebut kemudian diambil sampel sebanyak 60 dan terdiri atas 30

petani sistem tanam legowo dan 30 petani sistem tanam SRI. Informasi tersebut

dapat di lihat pada Tabel 1. dibawah ini:

Table 1. Penggunaan Tanah Sawah dan Luas Lahan Sistem Tanam Legowo dan Sistem Tanam SRI di desa pematang Setrak.

Sitem tanam Jumlah anggota Luas Lahan(Ha)

Legowo 4:1 234 142

SRI 165 100

Jumlah 399 242

Sumber : Ketua Gapoktan Desa Pematang Setrak

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan (observasi) dan

wawancara secara langsung dengan petani sampel di daerah penelitian dengan

(42)

sekunder diperoleh dari lembaga terkait seperti BPS, kantor kepala desa Pematang

Sentrak kecamatan Teluk Mengkudu kabupaten Serdang Bedagai, kantor kepala

dinas pertanian Serdang Bedagai dan ketua Gapoktan desa Pematang Setrak, dan

lembaga instansi terkait lainnya.

3.4 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terlebih dahulu ditabulasi, lalu

dijabarkan dan dianalisis dengan metode analisis yang sesuai. Untuk hipotesis (1),

dianalisis dengan menggunakan metode regresi linear berganda. Hasan (2004),

menyatakan rumus regresi linear berganda adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X11 + b2X12 + b3X13

Dimana :

Y = Pendapatan Petani Sistem tanam SRI (Rp/Kg)

X11 = Biaya Panen Petani Sistem Tanam SRI (Rp)

X12 = Biaya Produksi Petani Sistem Tanam SRI (Rp)

X13 = Harga Gabah Petani Sistem Tanam SRI (Rp)

b1, b2, b3 = koefisien regresi untuk masing-masing variabel

(43)

Y = a + b1X21 + b2X22 + b3X23

Dimana :

Y = Pendapatan Petani Sistem tanam Legowo (Rp/Kg)

X21 = Biaya Panen Petani Sistem Tanam Legowo (Rp)

X22 = Biaya Produksi Petani Sistem Tanam Legowo (Rp)

X23 = Harga Gabah Petani Sistem Tanam Legowo (Rp)

b1, b2, b3 = koefisien regresi untuk masing-masing variabel

= Kesalahan pengganggu

Uji kesesuaian

Agar dapat memperoleh hasil regresi yang terbaik secara statistik yang disebut

BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) terdapat beberapa kriteria yang harus

dipenuhi yaitu:

1. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Penilain terhadap koefisien determinasi bertujuan untuk melihat apakah

kekuatan variabel bebas dalam mempengaruhi kekuatan variabel terikat. Semakin

banyak variabel bebas yang digunakan maka semakin tinggi pula koefisien

determinasinya ( Nachrowi dan Usman, 2006).

Koefisien determinasi untuk mengukur tingkat ketepatan. Besarnya koefisien

determinasi berganda (multiple coefficient of correlation) yang bersimbol R2.

(44)

artinya semakin besar nilai R2 semakin dengan satu, maka semakin cocok regresi

untuk meramalkan Y (Firdaus, 2004).

2. Secara serempak (Uji F)

Untuk menguji apakah variabel bebas yakni input produksi Xi bersama-sama

(serempak) berpengaruh terhadap variabel tidak bebas (Y) digunakan uji-F yakni :

F-hitung =

Dimana :

MRS : Mean Square Regression (Rata-rata Kuadrat Regresi)

MSE : Mean Square Error (Rata-rata Kuadrat Sisa)

R² : Koefisien Determinasi

n : Jumlah Sampel

R² =

Dimana :

SSR = Sum Square Regression (Jumlah Kuadrat Regresi)

SST = Sum Square Total (Jumlah Kuadrat Total)

R² = Koefisien Determinasi

Kesimpulan statistik:

Bila nilai F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas yakni

input produksi (Xi) secara serempak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi

(45)

3. Secara parsial ( Uji t )

Untuk menguji apakah pengaruh bebas yakni input (Xi) yang digunakan dari

usahatani padi sawah sistem tanam SRI (System of Rice Intensification) dan sistem

tanam legowo secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan (Y)

digunakan uji-t. Semua variabel bebas (Xi) diuji satu per satu.

t-hitung =

Dimana :

bi = Koefisien Regresi

Se = Simpanan Baku

Kesimpulan Statistik :

Jika t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas (Xi) secara

nyata berpengaruh terhadap pendapatan. Selanjutnya untuk mengetahui sejauh

mana variabel bebas (Xi) dapat menjelaskan variabel tak bebas (Y) digunakan

nilai koefisien determinasi (R²). Selain itu untuk mengetahui keeratan hubungan

antara regresor (Xi) dan regresi (Y) digunakan koefisien korelasi (R).

Uji Asumsi Klasik

Pendugaan dengan Metode Kuadrat Terkecil atau Ordinary Least Square

(OLS) memiliki beberapa persyaratan untuk memperoleh the best linear unbiased

estimated (BLUE) sehingga dilakukan uji asumsi klasik. Namun pada penelitian

ini hanya asumsi normalitas, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas yang diuji.

Sedangkan autokorelasi tidak diuji sebab asumsi ini sering terjadi pada penelitian

(46)

Hal ini dikemukakan Supranto (2005) bahwa autokorelasi merupakan

korelasi antara anggota seri observasi yang disusun menurut urutan waktu.

Sehingga pada penelitian ini uji asumsi klasik yang digunakan yaitu :

1. Uji Asumsi Normalitas

Asumsi kenormalan sangat diperlukan dalam menghadapi sampel kecil

untuk keperluan pengujian hipotesis (Supranto, 2005). Tujuan uji normalitas

adalah untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati

distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (Santoso, 2010).

Untuk menguji normalitas dengan pendekatan grafik digunakan Normal

Probability Plot, yaitu dengan membandingkan distribusi kumulatif data

sesungguhnya (yang digambarkan dengan ploting) dengan distribusi kumulatif

dari distribusi normal (yang digambarkan dengan garis lurus normal dari kiri ke

kanan atas). Jika data normal, maka garis yang digambarkan data akan mengikuti

atau merapat ke garis diagonalnya (Sulianto, 2011).

2. Uji Asumsi Multikolinieritas

Menurut Ragner Frish dalam Supranto (2005) istilah kolinieritas sendiri

berarti hubungan linear tunggal, sedangkan kolinieritas ganda (milticollinearity)

menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linear yang sempurna. Untuk

mendeteksi adanya multikolinearitas dapat ditinjau dari beberapa hal berikut :

1. nilai toleransi lebih kecil dari 0,1

2. nilai VIF lebih besar dari 10

(47)

Jika terjadi masalah multikolinearitas maka dapat dilakukan beberapa

metode untuk mengatasinya. Metode-metode yang dapat dilakukan adalah sebagai

berikut:

1. Memperbesar ukuran sampel

2. Menggabungkan data time series dan data cross-section, atau

3. Dengan menghilangkan salah satu atau lebih variabel bebas

Hipotesis (2) dan (3) dianalisis dengan menggunakan metode uji beda rata-rata

dengan rumus sebagai berkut:

H0 : µ1 -µ2

H1 : µ1 ≠ µ2

Dimana : µ1 = Variabel 1 ( Sistem Legowo )

µ2 = Variabel 2 ( Sistem Sri )

+ - 2

Dimana :

(48)

: Rata-rata nilai variabel 2

S1 : Standard deviasi variable 1

S2 : Standard deviasi variable 2

n1 : Jumlah sampel variable 1

n2 : Jumlah sampel variable 2

kriteria uji :

t-hitung ≤ t-tabel Hipotesis H0 diterima

t-hitung > t-tabel Hipotesis H0 ditolak

3.5Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam

penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai

berikut:

3.5.1Defenisi

1. Petani adalah seseorang yang menjalankan usaha pertaniannya dan

bertanggung jawab pada usahataninya seperti komoditi padi mulai dari

persiapan lahan hingga proses panen. Dalam penerapan sistem SRI (System of

Rice Intensification) pada padi sawah berbeda-beda.

2. Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan kepada tanamn agar

(49)

3. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama

usaha proses usahatani yang dilakukan yang merupakan penjumlahan dari

biaya tetap dan biaya variable.

4. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi yang

dikeluarkan oleh petani selama proses produksi

5. Produksi adalah besarnya hasil panen usahatani padi sawah yang diperoleh

dalam satu kali periode dengan satuan (kg)

6. Luas lahan adalah areal pertanaman padi sawah sistem tanam SRI (System of

Rice Intensification) dan sistem tanam legowo yang dimiliki oleh petani yang

diukur dengan satuan (ha).

7. Biaya produksi adalah jumlah panen padi sawah sistem tanam SRI (System of

Rice Intensification) dan sistem tanam legowo yang diperoleh dalam satu kali

periode panen (Kg).

8. Penerimaan adalah penjumlahan penerimaan produsen dari hasil penjualan

barang atau outputnya.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Pematang Sentrak Kecamatan Teluk

Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

2. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari tahun 2014

3. Sampel adalah petani padi sawah sistem tanam SRI (System of Rice

Intensification) dan sistem tanam legowo di daerah penelitian yang dilakukan

di Desa Pematang Sentrak Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang

(50)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1Kondisi Geografis

Desa Pematang Setrak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai, dengan luas wilayah desa 670,64

ha. Desa Pematang Setrak terbentuk dari 8 dusun dengan perincian sebagai

berikut :

(51)

6. Dusun VI : 63,27 ha. 7. Dusun VII : 98,80 ha. 8. Dusun VIII : 113, 58 ha.

Desa Pematang Setrak memiliki iklim tropis atau iklim sedang. Tanah di Desa

Pematang Setrak merupakan tanah galong dan sebagian tanah pasir yang berada di

Dusun I, VIII. Dengan demikian sebagian besar lahan di Desa Pematang Setrak

cocok untuk lahan pertanian pangan seperti padi. Keadaan tanah yang tergolong

datar sehingga mudah untuk membuat jaringan irigasi sebagai sarana penunjang

pola pertanian teknis. Desa Pematang Setrak berada pada ketinggian antara 150 m

– 180 m diatas permukaan laut.

Adapun batas – batas Desa Pematang Setrak adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pekan Sialang Buah.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Perkebunan PT. SOCFINDO.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pasar Baru.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Liberia.

Desa Pematang Setrak berjarak ± 7 Km dari ibukota Kecamatan dan jarak ke

ibukota kabupaten ± 20 Km. Desa Pematang Setrak merupakan desa yang

sebagian besar lahannya digunakan untuk lahan usahatani, terutama usahatani

padi sawah. Pemanfaatan lahan telah dimanfaatkan oleh penduduk secara optimal,

terbukti dengan luasnya areal untuk kegiatan pertanian dan pemukiman. Secara

rinci pemanfaatan lahan di Desa Pematang Setrak dapat dilihat pada Tabel 2

berikut ini :

Tabel 2. Pembagian Luas Wilayah Desa Pematang Setrak

No. Keterangan Luas Wilayah (Ha) Persentase (%)

1. Persawahan 265 ha 39,51 %

2 Tegal / Perladangan 103 ha 15,35 %

(52)

4. Perumahan / Pemukiman 202,92 ha 30,25 %

Dari Tabel 2 tersebut dapat dilihat bahwa sebagian lahan Desa Pematang

Setrak digunakan untuk lahan persawahan yang seluas 265 Ha, yang rata – rata

banyak ditanami komoditas padi sawah, sedangkan penggunaan lahan yang

terkecil terdapat pada lahan puskesmas atau puskesdes yang seluas 0,06 Ha.

4.2Kondisi Demografis

4.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di Desa Pematang Setrak berjumlah sebesar 4.082 jiwa

dengan jumlah kepala keluarga sebesar 1.029 KK yang terdiri dari 8 dusun.

Berikut ini dijelaskan pada Tabel 3, dimana jumlah penduduk berdasarkan jenis

kelamin.

Tabel 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki – Laki 2.043 50,05 %

2 Perempuan 2.039 49,95 %

TOTAL 4.082 100

(53)

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki – laki lebih

besar jumlahnya yaitu 2.043 jiwa atau 50,05 % daripada penduduk perempuan

2.039 jiwa atau 49,95 %.

4.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur

Penduduk merupakan salah satu potensi sumber daya dari suatu daerah,

terutama berhubungan dengan faktor tenaga kerja. Tersedianya tenaga kerja yang

besar merupakan peluang bagi pengembangan berbagai macam usaha. Desa

Pematang Setrak memiliki penduduk sebanyak 4.082 jiwa. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur No Dusun

Umur

Jumlah 0-5

Tahun

6-12 Tahun

13-16 Tahun

17-59 Tahun

>60 Tahun

1 I 51 204 151 197 25 628

2 II 56 70 39 325 15 505

3 III 60 41 18 253 43 415

4 IV 37 40 19 164 22 282

5 V 119 121 90 416 77 823

6 VI 43 56 52 188 24 363

7 VII 43 25 27 329 25 449

8 VIII 90 41 90 365 31 617

TOTAL 499 598 486 2.237 262 4.082

Persentase (%) 12,22 14,64 11,90 54,80 6,41 100 Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 4 diketahui jumlah penduduk yang berusia produktif

(54)

besar penduduk di Desa Pematang Setrak ini masih berusia produktif. Dengan

melihat masih banyaknya penduduk yang berusia produktif maka dapat

memudahkan proses masuknya teknologi di Desa Pematang Setrak ini, karena

umur produktif yang tinggi berarti sektor perekonomian masih potensial untuk

ditingkatkan serta kemungkinan tingkat kesejahteraan masyarakat lebih terjamin.

4.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor penting dalam menunjang kelancaran

pembangunan. Masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan

mudah untuk menerapkan suatu inovasi baru sehingga akan memperlancar proses

pembangunan. Sebaliknya masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah

akan sulit untuk menerapkan suatu inovasi baru sehingga dalam hal ini akan

mempersulit pembangunan. Tingkat pendidikan digunakan sebagai parameter

kemampuan sumber daya manusia dan kemajuan suatu wilayah. Tingkat

pendidikan berpengaruh terhadap pemikiran yang rasional. Distribusi penduduk

berdasarkan tingkat pendidikannya dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Dusun

Tingkat Pendidikan

Jumlah

TK SD SLTP SMA PT

1 I 13 202 138 178 18 549

2 II 13 185 120 140 12 470

3 II 21 153 133 63 6 376

4 IV 6 36 71 71 10 194

5 V 70 402 153 125 3 753

6 VI 9 139 65 70 6 289

7 VII 8 261 57 85 15 426

8 VIII 36 216 178 89 9 528

TOTAL 176 1.594 915 821 79 3.585

Persentase (%) 4,90 44,46 25,52 22,90 2,20 99,98 Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2012

(55)

yaitu 1.594 jiwa dengan persentase 44,46%. Tingkat pendidikan penduduk yang

paling sedikit adalah tamat perguruan tinggi (PT) yaitu 79 jiwa dengan persentase

2,20%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan penduduk

Desa Pematang Setrak sebagian besar tergolong sedang, hal ini dapat mendorong

pembangunan desa tersebut dikarenakan orang yang berpendidikan akan mudah

menerima inovasi baru dan selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan.

4.2.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama

Masyarakat Desa Pematang Setrak sebagian besar beragama Islam, sebagai

sarana tempat melaksanakan kegiatan ibadah terdapat mesjid dan musholla,

kehidupan dan kegiatan kerohanian cukup baik. Selain agama islam ada juga

penduduk yang beragama kristen yang hidup berdampingan dengan rukun dan

damai. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini :

Tabel 6. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama No Dusun

Agama

Jumlah Islam Protestan Katolik Hindu Budha

1 I 591 23 14 - - 628

2 II 505 - - - - 505

3 II 415 - - - - 415

4 IV 254 28 - - - 282

5 V 816 7 - - - 823

6 VI 365 - - - - 365

7 VII 435 12 - - - 447

8 VIII 456 37 124 - - 617

TOTAL 3.837 107 138 - - 4.082

Persentase (%) 94 2,62 3,38 - - 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa penduduk Desa Pematang Setrak

(56)

94%, sedangkan paling sedikit adalah yang memeluk agama kristen protestan

yaitu 107 jiwa dengan persentase 2,62%.

4.2.5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku

Adat istiadat merupakan budaya masyarakat dalam kehidupannya. Adat

istiadat di Desa Pematang Setrak masih terpelihara dengan baik sehingga norma

kehidupan bermasyarakat masih tinggi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7 berikut

ini.

Tabel 7. Keadaan penduduk berdasarkan Suku Bangsa No Dusun

Suku

Melayu Batak Karo Mandailing Aceh Banten

1 I 1 29 8 68 - -

2 II - 4 3 47 - -

3 III 1 - - 85 5 -

4 IV 8 28 - 11 - -

5 V - 7 - 52 3 18

6 VI 8 - - 10 - 4

7 VII 17 12 - 6 - 3

8 VIII 18 161 - 8 - 5

TOTAL 53 241 11 287 8 30

Persentas (%) 1,29 5,90 0,26 7,03 0,19 0,73 Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2012

Lanjutan Tabel 7. Keadaan penduduk berdasarkan Suku Bangsa No Dusun

Suku

Gambar

Tabel                                                    Keterangan
Table 1. Penggunaan Tanah Sawah dan Luas Lahan Sistem Tanam Legowo
Tabel 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Caranya adalah dengan menggabungkan semua data suara latih dari masing-masing chord yang berada pada cluster yang sama kemudian nilai masing-masing koefisien dari setiap frame

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Wewenang Pemerintah Kabupaten Lampung Barat; Peraturan Daerah Kabupaten

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian didapatkan simpulan bahwa besar kesesuaian kelayakan isi buku teks bahasa Jepang な か よ く

ruang yang terdiri dari benda, daya, keadaan, makhluk hidup termasuk manusia dan.. perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia dan makhluk

[r]

Secara statistik, pelaksanaan konseling gizi (menggunakan media leaflet maupun tanpa media) tersebut mempunyai pengaruh positif dalam menurunkan kadar kolesterol dalam

Dengan menggunakan software Crystal Maker dapat digambarkan model struktur Kristal dari Zinc Oxide Eugenol Cement. Masukan utama dari software Crystal Maker ini adalah

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH TRUST IN