BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
6.1. Kesimpulan
Salah satu hal penting dalam upaya pelestarian lingkungan hidup, sebagai mana
tertuang dalam UU PPLH, adalah pengembangan instrumen Kajian Lingkungan Hidup
Strategis(KLHS) atau Strategic Environment Assessment (SEA). KLHS pada prinsipnya
merupakan rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan
bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.Pemerintah dan
pemerintah daerah wajib melaksanakan KLHS dalam penyusunan dan evaluasi rencana
program jangka menengah daerah (RPJMD) yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau
risiko lingkungan hidup.
Seluruh proses dalam penyusunan dokumen KLHS dilaksanakan secara partisipatif
yang diawali dengan BimbinganTeknis yang diikuti oleh instansi daerah dan unsur-unsur seperti
tim KLHS LSM, dan Tokoh Masyarakat. Proses inikemudian dilanjutkan dengan tahap-tahap
berikutnya yang meliputi tahap pelibatan pemangku kepentingan, pelingkupan, pengumpulan
dan analisis baseline data, pengkajian pengaruh program, perumusan mitigasi dan alternatif
perbaikan program, penyusunan rekomendasi dan pengambilan keputusan. Tahap pelibatan
pemangku kepentingan pada proses penyusunan dokumen KLHS Rencana Program Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Grobogan melibatkan berbagai elemen masyarakat,
seperti pemerintah, LSM, perguruan tinggi atau akademisi, dunia usaha, dan tokoh masyarakat.
Dengan demikian masyarakat ikut berperan aktif dalam proses penerapan KLHS. Berdasarkan
hasil proses penyusunan KLHS RPJMD Kabupaten Grobogan yang telah dilakukan agar
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Visi dan Misi agar memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu
keterkaitan, keseimbangan, dan keadilan.
2. Arah kebijakan, strategi, dan program agar memperhatikan kajian pengaruh yang
berdampak negatif terhadap isu strategis yang muncul untuk Kabupaten Grobogan.
3. Perlu komitmen dari pemerintah Kabupaten untuk memperhatikan hasil KLHS RPJMD
sebagai instrumen yang mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke
4. Dalam mengimplementasikan KLHS RPJMD sebagai instrumen perlu memperhatikan
karakteristik wilayah kondisi sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat sehingga berhasil
guna dan berdaya guna.
5. Karakteristik wilayah yang harus mendapat perhatian adalah terkait dengan isu strategis
berupa:
a. Kapasitas daya dukung & daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;
b. Perkiraan dampak & resiko lingkungan hidup;
c. Kinerja layanan/jasa ekosistem;
d. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
e. Tingkat kerentanan & kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;
f. Tingkat ketahanan & potensi keanekaragaman hayati.
6.2. Rekomendasi
Berdasarkan hasil proses penyusunan KLHS RPJMD Kabupaten Grobogan, diperoleh
rekomendasi dalam upaya untuk meminimalkan dampak negatif terhadap isu strategis yang ada
pada Kabupaten Grobogan. Rekomendasi untuk program-program yang akan dilaksanakan
adalah sebagai berikut :
Isu Strategis : Belum memasukan Isu mengenai aspek lingkungan mauoun alih fungsi lahan
Visi : Di dalam visi maupun penjelasan belum menyebutkan secara spesifik mengenai aspek lingkungan hidup, pada penjelasan dari SECARA UTUH
dapat diartikan sebagai juga sebagai keutuhan kelestarian lingkungan
alam atau MENYELURUH diartikan sebagai keseluruhan baik aspek
sosial/budaluruhan baik aspek sosial/budaya, ekonomi, dan lingkungan.
Misi : Penjabaran Misi ke-3 mengenai pelaksanaan Pengembangan ekonomi kerakyatan bidang UMKM, industri, perdagangan, koperasi dan pariwisata
dapat dilakukan dengan berwawasan lingkungan.
Penjabaran Misi ke-6 Penambahan usaha dan tindakan dalam menjaga
dan melestarikan lingkungan dalam rangka mewujudkan iklim investasi
Program Prioritas
( 9 program – 2 program terindikasi dapat berpengaruh negatif)
1. Pembangunan Infrastruktur dilakukan secara merata dan proporsional di seluruh wilayah
daerah atau difokuskan pada lokasi yang relatif tertinggal, dengan tetap memperhatikan aset
dan nilai-nilai budaya lokal, tetap memperhatikan kelestarian lingkungan denan
menggunakan bahan, material, dan alat/teknologi yang ramah lingkungan dan penyediaan
jalur hijau maupun ruang terbuka hijau lainnya, memaksimalkan lahan yang ada dengan
tetap memperhatikan KDB (Koefisien dasar Bangunan) maksimal dan KDH (Koefisien dasar
Hijau) minimal, serta meningkatkan fungsi sebaran vegetasi dan peneduh. dan menghindari
pembangunan pada lahan produktif, kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana.
3. Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan perekonomian baru di pedesaan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan dengan menggunakan bahan, material, dan
alat/teknologi yang ramah lingkungan dan penyediaan ruang terbuka hijau lainnya,
memaksimalkan lahan yang ada dengan tetap memperhatikan KDB (Koefisien dasar
Bangunan) maksimal dan KDH (Koefisien dasar Hijau) minimal, serta meningkatkan fungsi
sebaran vegetasi dan peneduh. dan menghindari pembangunan pada lahan produktif,
kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana.
Misi 1 “Membangun dan meningkatkan infrastruktur jalan'-jembatan, perhubungan,
perumahan-pemukiman, dan sumberdaya air”
( 6 program – 4 program terindikasi dapat berpengaruh negatif)
1. Peningkatan rehabilitasi / pemeliharaan jalan tetap memperhatikan kondisi pelengkap dan
perlengakapan jalan tertutama peningkatan dan penyediaan drainase, dan dapat menambah
kantung/celukan parkir, memaksimalkan lahan yang ada, serta meningkatkan fungsi sebaran
vegetasi dan peneduh, dan menghindari pembangunan pada lahan produktif, kawasan
lindung, dan kawasan rawan bencana. Menyiapkan lahan pertanian produktif pengganti.
2. Rehabilitasi/Pemeliharaan jalan dan jembatan dilakukan dilakukan secara merata diseluruh
wilayah dengan tetap memperhatikan kondisi pelengkap dan perlengakapan jalan tertutama
peningkatan dan penyediaan drainase, dan dapat menambah kantung/celukan parkir.
5. Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ dilakukan secara proporsional
diseluruh wilayah atau difokuskan pada lokasi yang memiliki pergerakan (LLAJ) yang tinggi.
buang (uji emisi secara rutin) dan dapat dilakukan dengan pengembangan transportasi
masal. Memaksimalkan lahan yang ada dengan tetap memperhatikan KDB (Koefisien dasar
Bangunan) maksimal dan KDH (Koefisien dasar Hijau) minimal, serta meningkatkan fungsi
sebaran vegetasi dan peneduh, dan menghindari pembangunan pada lahan produktif,
kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana.
Misi 2 “Meningkatkan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan”
( 5 program – 2 program terindikasi dapat berpengaruh negatif)
1. Peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan dilakukan meningkatkan
pemberdayaan dan perlindungan petani serta penguatan kelembagan petani, tetap menjaga
dan mempertahankan nilai budaya dan kebiasaan dalam bertani berbasis kearifan lokal,
serta menggunakan teknologi yang ramah lingkungan.
2. Dalam peningkatan produksi pertanian/perkebunan, agar melibatkan seluruh stakeholders
serta melakakuan penguatan terhadap kelembagaan pertanian, tetap menjaga dan
mempertahankan nilai budaya dan kebiasaan dalam bertani berbasis kearifan lokal,
penguatan kelembagaan petani, dan menggunakan pupuk berimbang spesifik lokasi dan
penggunaan pestisida yang memperhatikan ambang pengendalian, meningkatkan pemakain
pupuk dan pestisida organik, dan diversivikasi komoditas yang ditanam.
Misi 3 “Pengembangan ekonomi kerakyatan bidang UMKM, industri, perdagangan, koperasi dan pariwisata”
( 9 program – 4 program terindikasi dapat berpengaruh negatif)
1. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah dilakukan secara merata dengan
pengikutsertaan masyarakat dalam penyusunan kebijakan serta pemberdayaan masyarakat
di sekitar lokasi industri, pemanfaatan SDA agar dibatasi dan penetapan lokasi dilakukan
dengan kajian yang dilandasi peraturan yang tegas serta menyediakan sistem pengolahan
limbah yang baik, memaksimalkan lahan yang ada dengan tetap memperhatikan KDB
(Koefisien dasar Bangunan) maksimal dan KDH (Koefisien dasar Hijau) minimal, serta
meningkatkan fungsi sebaran vegetasi dan peneduh. Memperhatikan Daya Dukung dan
Daya Tampung Lingkungan dan Menghindari pembangunan pada lahan produktif, kawasan
2. Pengembangan sentra-sentra industri potensial dilakukan secara merata dengan
pengikutsertaan masyarakat dalam penyusunan kebijakan serta pemberdayaan masyarakat
di sekitar lokasi industri, pemanfaatan SDA agar dibatasi dan pentapan lokasi dengan kajian
yang dilandasi peraturan yang tegas serta menyediakan sistem pengolahan limbah yang
baik, memperhatikan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan dan memaksimalkan
lahan yang ada dengan tetap memperhatikan KDB (Koefisien dasar Bangunan) maksimal
dan KDH (Koefisien dasar Hijau) minimal, serta meningkatkan fungsi sebaran vegetasi dan
peneduh. Menghindari pembangunan pada lahan produktif, kawasan lindung, dan kawasan
rawan bencana
8. Pengembangan Destinasi Pariwisata dilakukan dengan langkah awal penyiapan
kelembagaan tata kelola yang baik, dengan Pelibatan pemangku kepentingan dan
pemberdayaan masyarakat di sekitar objek wisata dan Pelatihan dan edukasi kepada
masyarakat terkait keahlian bidang pariwisata maupun Pembentukan komunitas sadar
wisata dengan memberdayakan masyarakat lokal. Meningkatkan investasi masyarakat.
Menjaga kelestarian alam dan membentuk regulasi yang menjaga keasrian lingkungan dan
ekosistem di destinasi wisata yang baru. Memperhatikan Daya Dukung dan Daya Tampung
Lingkungan dan Memaksimalkan lahan yang ada, serta meningkatkan fungsi sebaran
vegetasi dan peneduh. Mengembangkan destinasi pariwisata berbasis alam seperti
agrowisata dan lain sebagainya.
9. Pengembangan Pemasaran Pariwisata dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
untuk berdiskusi dan ikut serta dalam penyusunan rencana pengelolan dan pemasaran
pariwisata serta menggunakan teknologi yang mendukung pemasaran, meningkatkan
kerjasama pemasaran dengan berbagai pihak pelaku pariwisata serta mengembangkan
Misi 4 ”Peningkatan kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan pemberdayaan
masyarakat , keolahragaan kepemudaan, KB dan pelayanan sosial dasar lainnya” ( 17 program – 2 program terindikasi dapat berpengaruh negatif)
5. Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas
pembantu dan jaringannya dilakukan menggunakan material yang ramah lingkungan serta
menyediakan IPAL dan pengelolaan lingkungan dengan baik, memaksimalkan lahan yang
ada dengan tetap memperhatikan KDB (Koefisien dasar Bangunan) maksimal dan KDH
(Koefisien dasar Hijau) minimal, serta menyediakan ruang terbuka hijau di dalam maupun
disekitar lokasi Puskesmas, dan menghindari pembangunan pada lahan produktif, kawasan
lindung, dan kawasan rawan bencana.
6. Pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit
paru-paru/rumah sakit mata dilakukan menggunakan material yang ramah lingkungan serta
menyediakan IPAL dan pengelolaan lingkungan dengan baik, memaksimalkan lahan yang
ada dengan tetap memperhatikan KDB (Koefisien dasar Bangunan) maksimal dan KDH
(Koefisien dasar Hijau) minimal, serta menyediakan ruang terbuka hijau di dalam maupun
disekitar lokasi Rumah Sakii, dan menghindari pembangunan pada lahan produktif, kawasan
lindung, dan kawasan rawan bencana.
Misi 5 “Mewujudkan iklim investasi yang kondusif dan peningkatan penyerapan tenaga kerja”
( 4 program – 3 program terindikasi dapat berpengaruh negatif)
1. Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi dilakukan dengan melibatkan masyarakat
dalam merumuskan kesepakatan dan kebijakan dengan investor dan dilakukan berdasarkan
ketentuan dan peraturan yang berlaku
2. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi dilakukan dengan melibatkan partisipasi
masyarakat dalam merumuskan kesepakatan dan kebijakan dengan investor dan dilakukan
berdasarkan ketentuan dan peraturan yang berlaku, pemilihan lokasi sesuai peruntukan
dengan memperhatikan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan, serta meningkatkan
fungsi sebaran vegetasi dan peneduh, serta pembangunan dilakukan pada lokasi yang
dipersyaratkan dengan pertimbangan-pertimbangan yang terbatas. Pendirian industri baru
yang memberikan dampak lingkungan signifikan perlu memperhatikan aspek rehabilitasi dan
evakuasi bencana harus dimasukkan dalam perencanaan investasi dengan
mempertimbangkan biaya pemulihan lingkungan dan sosial.
4. Peningkatan Kesempatan Kerja dilakukan dengan memberdayakan masyarakat sekitar lokasi
usaha.
Misi 6 “Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur, tata kelola pemerintahan yang
akuntabel dan kualitas pelayanan publik”
( 9 program – 2 program terindikasi dapat berpengaruh negatif)
2. Peningkatan sarana dan prasarana aparatur berupa kantor maupun bangunan dan
sejenisnya dilakukan dengan memaksimalkan lahan yang ada dengan tetap memperhatikan
KDB (Koefisien dasar Bangunan) maksimal dan KDH (Koefisien dasar Hijau) minimal, serta
meningkatkan fungsi sebaran vegetasi dan peneduh serta menghindari pembangunan pada
lahan produktif, kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana.
5. Perencanaan pembangunan daerah dilakukan secara merata dan memperhatikan dampak
terhadap kawasan sekitarnya serta mengikutsertakan masyarakat.
Misi 7 “Meningkatkan kelestarian sumberdaya alam, lingkungan hidup dan kualitas
penataan ruang”
( 9 program – 4 program terindikasi dapat berpengaruh negatif)
1. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam harus memperhatikan tindakan
antisipasi dampak perubahan iklim serta aspek adaptasi dan mitigasi terhadap bencana.
Program ini perlu memasukan teknologi tepat guna seperti pilot proyek panel surya untuk
perkantoran pemerintah, biogas dan sumur resapan, rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS)
dan lahan kritis.
2. Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
dilakukan secara merata dan menyeluruh disertai Menjaga dan mengawasi penggunaan
akses informasi lingkungan hidup yang baik.Program ini juga perlu dijalankan dengan
melaksanakan pemetaan potensi pencemaran yang akurat dan menyeluruh dengan
menggunakan teknologi berbasis Sistem Informasi Geografis
3. Perencanaan Tata Ruang dilakukan secara merata dan memperhatikan dampak terhadap
kawasan sekitarnya serta mengikutsertakan masyarakat dan kebijakan diambil dengan
4. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup dilakukan dengan
meningkatkan kapasitas laboratorium pengujian menjadi laboratorium lingkungan yang
terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN)
Misi 9 “Meningkatkan pemerataan pendapatan, pembangunan antar wilayah, kesetaraan
gender, perlindungan anak dan penanggulangan kemiskinan” ( 7 program – 2 program terindikasi dapat berpengaruh negatif)
1. Pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh dilakukan sesuai dengan kerifan lokal
memperhatikan dampak terhadap kawasan sekitarnya serta mengikutsertakan masyarakat
dengan dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai budaya dan adat setempat dengan
tanpa menghilangkan aset budaya dan penyediaan ketentuan yang dapat menghindari
konflik budaya dalam bentuk CSR dan sebagainya.
2. Perencanaan pembangunan ekonomi dilakukan secara merata dan memperhatikan dampak
terhadap kawasan sekitarnya serta mengikutsertakan masyarakat.
6.3. Rekomendasi Bagi Penyusun Kebijakan Perencana Pembangunan
Agar hasil rekomendasi KLHS diintegrasikan pada substansi Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah yang termuat batang tubuh dan/atau penjelasan rancangan
peraturan daerah yang akan di tetapkan dan dilaksanakan dalam Penyusunan Rancangan
6.4. Saran Tindak
Saran tindak ini merupakan saran-saran yang perlu dilakukan Pemerintah Kabupaten
Grobogan berdasarkan hasil KLHS RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun 2016 - 2021. Adapun
saran tindak yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Kabupaten Grobogan hendaknya konsisten terhadap hasil-hasil yang sudah
diperoleh dengan cara memanfaatkan hasil pelaksanaan Penyusunan KLHS RPJMD
Kabupaten Grobogan Tahun 2016 - 2021 sebagai masukan.
2. Dalam melakukan Proses Penyusunan KLHS, Pemerintah Kabupaten Grobogan perlu
mendorong partisipasi para pemangku kepentingan, termasuk masyarakat dalam upaya
untuk mengembangkan kapasitasnya.
3. Penyusunan KLHS Renstra bagi SKPD yang memiliki prorgram dengan dampak negatif
terkait Isu Strategis yang ada di Kabupaten Grobogan.
4. Pemerintah Kabupaten Grobogan perlu mengembangkan kapasitas secara terus menerus,
baik di dalam lingkungan birokrasi maupun di luar lingkungan birokrasi, melalui pelatihan
dan fasilitasi serta bantuan teknis terkait KLHS.
5. Pelaksanaan KLHS berikutnya perlu peningkatan tata laksana KLHS untuk mengatasi
kendala-kendala dalam tahapan-tahapan KLHS seperti hubungan kerja antar komponen
yang terlibat yang menjamin pembagian tugas, peran, dan tanggung jawab masing-masing,
penyediaan baseline data dan analisa GIS, penyederhanaan proses KLHS tanpa
mengurangi substansi agar KLHS tidak dianggap sebagai memberatkan dan menghambat