• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEKERASAN VERBAL DAN NON VERBAL PADA TAYANGAN KOMEDI DI TELEVISI (Analisis Isi Pada Tayangan Komedi Pesbukers Episode 23 Mei 2013 dan 23 Juli 2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEKERASAN VERBAL DAN NON VERBAL PADA TAYANGAN KOMEDI DI TELEVISI (Analisis Isi Pada Tayangan Komedi Pesbukers Episode 23 Mei 2013 dan 23 Juli 2013)"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

KEKERASAN VERBAL DAN NON VERBAL PADA TAYANGAN KOMEDI DI TELEVISI

(Analisis Isi Pada Tayangan Komedi Pesbukers Episode 23 Mei 2013 dan 23 Juli 2013)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Persyaratan Untuk

Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh :

Rizki Wide Kesworo Nim : 08220388

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, ni’mat dan taufiknya, sehingga dapat menyelasaikan skripsi ini. Penyelesaian penelitian ini memerlukan pencurahan tenaga dan pikiran, oleh sebab itu diharapkan hasilnya akan banyak memberikan kontribusi, manfaat dan informasi baru tentang fenomena tayangan komedi, khusunya mengenai kekerasan verbal dan non verbal, dalam rangka membangun wawasan berfikir dibidang komunikasi yang lebih baik.

Penelitian yang saya lakukan ini berjudul “Kekerasan Verbal dan Non Verbal Pada Tayangan Komedi di Televisi (Analisis Isi Pada Tayangan Komedi Pesbukers Episode 23 Mei 2013 dan 23 Juli 2013). Secara sadar saya mengakui, bahwa penelitian ini masih terdapat kekurangan terutama karena penelitian sifatnya kasuistik, sehingga kesimpulan yang dihasilkan tidak dapat digeneralisasi secara umum. Untuk itu, penelititan lebih lanjut sebagai pengembangan fokus penelitian ini sangat diperlukan.

Selanjutnya, ucapan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap penelitian ini. Mudah-mudahan amal baiknya diterima disisi Allah SWT sebagai amal shaeh, Amin. Secara khusus saya sampaikan kepada :

(5)

2. Bapak Nasrullah, S.Sos M.Si, kepada beliau saya sampaikan banyak terima kasihdan rasa simpati saya atas motivasi dan bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si, kepada beliau juga saya sampaikan banyak terima kasih atas pengorbanan dan waktu yang telah diberikan dalam proses bimbingan skripsi.

4. Teman-teman seperjuangan di Universitas Muhammadiyah Malang, tempat dimana kami saling berbagi, berdiskusi bersama.

Akhirnya saya juga tidak lupa mohon maaf yang sebesar-besarnya selama perkuiahan ini terutama terhadap kekurangan yang ada dalam penelitian ini. Saya tetap berharap adanya kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat, Amiin.

Malang, 03 Mei 2014

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAKSI ... vii

2. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa ... ..12

3. Audiens sebagai Kumpulan Penonton, Pembaca, Pendengar, Pemirsa... ..18

4. Kekerasan Dalam Tayangan Televisi ... ..21

F. Definisi Konseptual ... 25

G. Kategorisasi ………... 26

H. Metode Penelitian ... 29

1. Jenis Penelitian ... ..29

2. Ruang Lingkup Penelitian ... ..31

3. Unit Analisis ... ..31

(7)

5. Teknik Pengambilan Data ... ..32

6. Teknis Analisis Data ... ..32

7. Uji Realibilitas ... ..36

BAB II. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum ANTV.. ... ..37

A. 1. Profil Perusahaan ANTV ... ..37

A. 2. Management ANTV ... ..38

A. 3. Program Acara ANTV ... ..40

A. 4. Program Acara Pesbukers ... ..43

BAB III. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Isi Kekerasan Verbal dan Non Verbal yang Muncul pada Tayangan Komedi Pesbukers di ANTV... ..51

B. Frekuensi Kekerasan Verbal dan Non Verbal yang Muncul pada Tayangan Komedi Pesbukers di ANTV ... ..53

1. Kekerasan Verbal ... ..53

2. Kekerasan non Verbal ... ..59

C. Analisis Data ... ..61

1. Kekerasan Verbal dengan Umpatan ... ..61

2. Analisis Terhadap Kategori Kata Kasar dengan Hiperbol ... ..62

3. Analisis Terhadap Kategori Kata Kasar dengan Disfemisme... ..63

4. Analisis Terhadap Kategori Kekerasan dengan Stigmatisasi ... ..63

5. Analisis Terhadap Kekerasan dengan Asosiasi pada Binatang ... ..64

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Amir. 1981. Tanya Jawab Dasar-dasar Penerangan. Armico. Bandung. Effendy, Onong Uchjana. 1993. Telivisi Siaran Teori dan Praktek. Bandung :

Bandar Maju

Krippendorff, Klaus. 1991. Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta : Rajawali Pers.

Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi). Rineka Cipta, Jakarta.

________. 1993. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta.

Mc Quail, Denis. 1989. Teori Komunikasi Massa. Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga.

Nurrudin. 2007. Komunikasi Massa. Cespur, Malang. Subiakto, 2001. Jurnal ISKI, No. 6/Nopember

Wimmer, Roger D. & Joseph R. Domminick. 2000. Mass Media Research. An Introduction. London. : Wadsworth Publishing Company.

Windu Marsana, 1991. Kekuasaan dan kekerasan menurut johan galtung. Yogyakarta : Aksi Agraris kanisiu

Lestari, Tetik R. 2009, Kekerasan Verbal dan Non Verbal Dalam Tayangan Curhat Dengan Anjas. Digilib UMM Malang.

Sumber Online :

http://jurnal-kommas.com/docs/JURNAL%20taufik.pdf.html

http://academia.edu/5554139/Persepsi Remaja di Kota Malang terhadap Kekerasan Verbal dalam Program Komedi Pesbukers.html

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Media massa saat ini semakin berkembang dan keberadaannya pun tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Media massa merupakan sumber informasi bagi masyarakat yang sangat dibutuhkan saat ini. Menurut Onong (1993, p. 24) media massa memiliki kemampuan untuk menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada pihak khalayak dalam menerima pesan yang disebarkan. Pesan yang disampaikan oleh media massa, melalui majalah, koran, tabloid, buku, televisi, radio, internet dan film diterima secara serempak oleh khalayak luas yang berjumlah ribuan, bahkan hingga puluhan juta.

(10)

2 mengkonversikannya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar.

Sesuai dengan undang-undang pasal 43 BAB II Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran bahwa, penyiaran bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap mental masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, dan membangun masyarakat adil dan makmur.

Pada dasarnya televisi sebagai alat atau media massa elektronik yang dipergunakan oleh pemilik atau pemanfaat untuk memperoleh sejumlah informasi, hiburan, pendidikan dan sebagainya. Sesuai dengan undang-undang pasal 54 BAB II Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran berbunyi penyiaran mempunyai fungsi sebagai media informasi dan penerangan, pendidikan dan hiburan, yang memperkuat ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan dan keamanan. Banyak acara yang disajikan oleh stasiun televisi di antaranya, mengenai sajian kebudayaan bangsa Indonesia, sehingga hal ini dapat menarik minat penontonnya untuk lebih mencintai kebudayaan bangsa sendiri, sebagai salah satu warisan bangsa yang perlu dilestarikan.

(11)

3 secara nasional bertambah jumlahnya secara siginifikan. Begitu juga dengan bertambahnya stasiun televisi yang ada maka persaingan meraih pemirsa menjadi semakin ketat. Belum lagi bila ditambah dengan puluhan televisi prabayar dan ratusan televisi lokal, membuat pekerja media televisi harus betul-betul kreatif melahirkan program-program yang baru dan berdaya jual tinggi.

Televisi sebagai media yang muncul belakangan dibanding media cetak dan radio, ternyata memberikan nilai yang sangat spektakuler dalam sisi-sisi pergaulan hidup manusia saat ini. Daya tarik media televisi sedemikian besar, sehingga pola-pola rutinitas manusia sebelum muncul televisi, berubah total sama sekali. Media televisi menjadi panutan baru (news religius) bagi kehidupan manusia. Tidak menonton televisi sama dengan

makhluk buta yang hidup dalam tempurung.

Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa dan mempunyai fungsi yaitu memberikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi (Onong, 1992). Menyampaikan berbagai informasi kepada masyarakat adalah kewajiban bagi televisi yang memiliki fungsi mediasi. Tetapi, masalahnya menurut pengamatan penulis, informasi yang disajikan bukan bersifat mendidik tetapi lebih banyak bersifat menghibur, bahkan menghancurkan gaya hidup ataupun budaya masyarakat.

(12)

4 perkelahian, pemukulan antar mahasiswa, perusakan yang berakhir dengan pembakaran, dan lain sebagainya, adalah menu yang selalu hadir lewat berbagai acara di televisi. Tayangan tersebut hadir lewat acara berita, sinetron, tayangan film, baik buatan dalam dan luar negeri. Dengan gencarnya tayangan kekerasan, timbul kekhawatiran akan terbentuknya sikap, karakter, dan tingkah laku masyarakat yang meniru apa yang disaksikan.

(13)

5 Penggunaan bahasa verbal dan non verbal (kata - kata kasar dan makian). Kategori ini mengacu pada Bagian Ketiga SPS : Kata-kata Kasar dan Makian, Pasal 27, terutama :

1. Poin 1 yang berbunyi : “Program siaran dilarang menggunakan kata-kata kasar dan makian baik diungkapkan secara verbal maupun non verbal yang mempunyai kecenderungan menghina, merendahkan martabat manusia, memiliki makna jorok, mesum, cabul, vulgar, serta menghina agama dan Tuhan”.

2. Poin 4 yang berbunyi : “Kata-kata kasar dan makian pada program faktual yang dilarang adalah sebagai berikut : kata-kata kasar ataupun umpatan, seperti : anjing, babi, monyet, bajingan, goblok, tolol, dungu, brengsek atau kata lain yang mempunyai makna yang sama”.

(14)

6 seksual tertentu, melanggar norma kesopanan dan kesusilaan, serta tak jarang bermuatan seks. Program acara komedi pesbukers di ANTV memang banyak menerima keluhan. (Tempo.co. Sabtu,15 Maret 2014.)

Hasil penelitian Rachminingsh (2011) tentang Kekerasan Verbal dan Non verbal dalam Tayangan Curhat dengan Anjas di TPI. Hasil penelitian menunjukan bentuk kekerasan pada acara curhat dengan Anjas terdiri dari kekerasan non verbal yang meliputi adegan memukul, menendang, mendorong, tunjuk jari, dan pelecehan. Sedangkan kekerasan verbal meliputi umpatan, hipebola, eufimisme, disfemisme dan stigmatisasi.

Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada tayangan perbukers di ANTV karena tayangan komedi yang seharusnya bersifat menghibur para audiens. Namun, dibalik hiburan itu sendiri terdapat banyak pula unsur-unsur dan adegan-adegan tentang kekerasan verbal dan non verbal dimana para audiens menganggap adegan seperti pemukulan dengan memakai properti dari bahan lunak, tepung yang dihambur-hamburkan ke salah satu pemain, kata-kata kasar yang bersifat mengejek salah satu pemain. Dan penonton banyak yang tidak menyadarinya bahwa adegan tersebut merupakan salah satu bentuk dari kekerasan.

(15)

7 mempertimbangkan terlebih dahulu melihat dari segi baik dan buruknya pesan yang akan disampaikan kepada audiens.

Karena kebanyakan orang beranggapan tentang beberapa adegan kekerasan yang nampak pada tayangan tersebut hanya sebuah lelucon sehingga membuat masyarakat tertarik dan merasa terhibur untuk menonton kembali tayangan pesbukers. Seharusnya tayangan yang berupa apapun tetap memberikan nilai-nilai positif yang bersifat mendidik bagi penonton. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”KEKERASAN VERBAL DAN NON VERBAL PADA TAYANGAN KOMEDI DI TELEVISI” (Analisis Isi Pada Tayangan Komedi Perbukers di ANTV Episode “Kisah Cinta Dua Dunia” Tanggal 23 Mei 2013 dan Episode “Ujian Kenaikan Kelas” Tanggal 23 Juli 2013).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarakan latar belakang diatas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja isi kekerasan verbal dan non verbal yang muncul pada tayangan televisi komedi pesbukers di ANTV episode 23 Mei 2013 dan 23 Juli 2013? 2. Seberapa besar frekuensi kekerasan verbal dan non verbal yang muncul pada

tayangan televisi komedi pesbukers di ANTV episode 23 Mei 2013 dan 23 Juli 2013?

C. TUJUAN PENELITIAN

(16)

8 muncul pada tayangan televisi komedi pesbukers di ANTV episode 23 Mei 2013 dan 23 Juli 2013.

2. Untuk mengetahui seberapa besar frekuensi kekerasan verbal dan non verbal yang muncul pada tayangan televisi komedi pesbukers di ANTV episode 23 Mei 2013 dan 23 Juli 2013.

D. KEGUNAAN PENELITIAN 1. Kegunaan Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menginformasikan konsep-konsep dan teori mengenai tayangan televisi, khususnya fungsi televisi merupakan salah satu media komunikasi massa dan mempunyai fungsi yaitu memberikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi (Onong, 1992).

2. Secara Praktis

(17)

9 E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Komunikasi Massa

a. Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa nenurut Werner I Seferin dan James W. Tankard Jr dalam bukunya Communication Theories, Origins, Methods, Uses mengatakan komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni, sebagian ilmu. (Onong Uchjana, 1993:13)

Komunikasi massa nenurut Joseph A. Devito dalam bukunya Communilogy : An Introduction to the Study of communication adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. (Onong Uchjana, 1993:14)

b.Ciri-ciri Komunikasi Massa

1) Komunikasi massa berlangsung satu arah Tidak terdapat arus balik dari komunikan ke komunikator dalam sifat komunikasi massa. 2) Komunikator pada komunikasi massa melembaga

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Oleh karena itu komunikatornya melembaga atau dalam bahasa asing disebut institutionalized communicator atau organized communicator.

3) Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

(18)

10 Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau sekelompok orang tertentu.

4) Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. Hal inilah yang merupakan ciri paling hakiki dibandingkan dengan media komunikasi yang lain. Poster dan papan pengumuman adalah media komunikasi, tetapi bukan media komunikasi massa sebab tidak mengandung ciri keserempakan. Sedangkan radio siaran merupakan media komunikasi massa disebabkan ciri-ciri keserempakan yang dikandungnya.

5) Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen

Komunikan atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keberadaan secara terpencar-pencar dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi.

(Onong Uchjana, 1993:15-21) c. Fungsi Komunikasi Massa

(19)

11 Media mengambil tempat para pengawal yang pekerjanya mengadakan pengawasan. Fungsi pengawasan dibagi dua:

- Pengawasan peringatan (warning or beware surveillance) Pengawasan terjadi jika media menyampaikan informasi kepada kita mengenai ancaman letusan gunung berapi, tsunami, meningkatnya inflasi dan lain-lain. Peringatan itu dapat diinformasikan secara serentak.

- Pengawasan instrumental (instrumental surveillance)

Berkaitan dengan penyebaran informasi yang berguna bagi kehidupan sehari-hari.

2) Interpretasi (interpretation)

Media massa tidak hanya menyajikan fakta atau data, tetapi juga informasi beserta interpretasi mengenai peristiwa tertentu. Contoh yang paling nyata dari fungsi ini adalah tajuk rencana surat kabar. 3) Hubungan (linkage)

Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat didalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perseorangan.

(20)

12 4) Sosialisasi

Media massa menyajikan penggambaran masyarakat, dengan membaca, mendengarkan dan menonton maka seseorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai yang penting dari suatu kelompok.

5) Hiburan (entertainment)

Bagi Dominick hiburan merupakan fungsi media massa. Mengenai hal ini memang tampak jelas seperti televisi, film maupun rekaman suara dan surat kabar selain memberikan informasi juga memberikan hiburan dengan acara-acara ringan. (Onong, 2002:29) 2. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre-bahasa latin) berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang dalam bahasa Inggrisnya

television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan

dengan, gambar dan suara yang diproduksi dari suatu tempat (studio televisi) dapat dilihat dari tempat ”lain” melalui sebuah perangkat penerima (televisi set).

(21)

13 Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak lepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan pada umumnya. Bahwa televisi menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia, sudah banyak yang mengetahui dan merasakannya. Tetapi sejauh mana pengaruh yang positif dan sejauh mana pengaruh yang negatif, belum banyak diketahui.

Komunikasi massa yang dilakukan oleh media televisi menyajikan berbagai hal yang bisa memberikan kepuasan pada khalayak, seberapapun kecilnya pemuasan yang diberikan televisi. Terpaan media banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau eksternal, tetapi untuk melanjutkan terpaan diperlukan motif dan pemuasannya.

a. Ciri-ciri Komunikasi Massa Media televisi

Menurut Nurudin (2007:19-31) ciri-ciri komunikasi massa media televisi antara lain :

1) Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga.

Komunikator terdiri dari kumpulan orang-orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah sistem.

2) Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen.

(22)

14 beragam, punya agama atau kepercayaan yang tidak sama pula. Tetapi mereka ini adalah komunikan televisi.

3) Pesannya bersifat umum.

Televisi itu ditujukan dan untuk dinikmati oleh orang banyak, maka pesannya harus bersifat umum. Misalnya dalam pilihan kata-katanya, sebisa mungkin memakai kata-kata populer bukan kata-kata ilmiah. Sebab, kata ilmiah itu monopoli kelompok tertentu.

4) Komunikasinya Berlangsung Satu Arah

Ketika komunikasi berlangsung audiens tidak dapat memberikan respon kepada komunikatornya secara langsung (media yang bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda. 5) Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan

Bahwa dalam komunikasi massa itu ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. 6) Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis

(23)

15 7) Komunikasi Massa dikontrol oleh Gatekeeper

Gatekeeper yang dimaksud antara lain reporter, editor film, kameramen, sutradara dan lembaga sensor film yang semuanya mempengaruhi bahan-bahan yang akan dikemas dalam sebuah pesan-pesan dari media massa. Intinya adalah, pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa.

b. Kharakteristik Media Televisi

Menurut A. Phiggins dalam Amri (1981:46) televisi memiliki kharakteristik antara lain :

1) Para penonton atau pirsawan dapat melihat dan mendengar, sesuatu peristiwa atau kejadian yang sedang berlangsung, dengan demikian dapat dilihat secara terus menerus.

2) Televisi melakukan komunikasi langsung dan akrab (directy and intimately), sebab penonton televisi hanya terdiri dari beberapa

orang saja. Jadi para penonton televisi seolah-olah berhadapan langsung dengan kejadian, didalam kamar tidurnya sendiri. 3) Layar televisi adalah sedemikian kecilnya, sehingga tidak

(24)

16 c. Fungsi Televisi

Seperti yang ditulis Denis Mc Quail (1989:70-71) media televisi memiliki fungsi antara lain:

1) Informasi

a) Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dan dunia.

b) Menunjukkan hubungan kekuasaan.

c) Memudahkan inovasi, adaptasi dan kemajuan. 2) Korelasi

a) Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi.

b) Melakukan sosialisasi.

c) Mengkoordinasi beberapa kegiatan. d) Membentuk kesepakatan.

e) Menentukan urutan prioritas dan memberikan status relatif. 3) Kesinambungan.

a) Mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan kebudayaan khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru.

b) Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai. 4) Hiburan.

(25)

17 oleh acara-acara hiburan. Hal ini dapat dimengerti, oleh karena pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup beserta suaranya bagaikan kenyataan dan dapat dinikmati dirumah oleh seluruh keluarga serta dapat dinikmati oleh khalayak yang tidak mengerti bahasa asing, bahkan yang tuna aksara.

b) Meredakan ketegangan sosial. 5) Mobilisasi

Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan ekonomi, pekerjaan, dan kadang kala juga dalam bidang agama.

d. Kelebihan dan Kekurangan Media Televisi

Menurut Kuswandi (1996:23) kekuatan atau kelebihan televisi dibandingkan dengan media massa lain antara lain:

1) Menguasai jarak dan ruang karena teknologi televisi telah menggunakan elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan (transmisi) melalui satelit.

2) Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa, cukup besar. 3) Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan, sangat

cepat.

(26)

18 5) Informasi atau berita-berita yang disampaikan lebih singkat, jelas

dan sistematis, sehingga pemirsa tidak perlu lagi mempelajari isi pesan dalam menangkap siaran televisi.

Sedangkan kekurangan televisi menurut Kuswandi (1996:23) dibandingkan media massa lain adalah:

1) Karena bersifat ”transitory” maka isi pesannya tidak dapat disimpan kedalam memori oleh pemirsa (lain halnya dengan media cetak, informasi dapat disimpan dalam bentuk klipingan koran). 2) Media televisi terikat oleh waktu tontonan, sedangkan media cetak

dapat dibaca kapan saja dan dimana saja.

3) Televisi tidak bisa melakukan kritik sosial dan pengawasan sosial secara langsung dan vulgar seperti halnya media cetak. Hal ini terjadi karena faktor penyebaran siaran televisi yang begitu luas kepada massa yang heterogen (status sosial ekonominya), juga karena kepentingan politik dan stabilitas keamanan negara.

4) Pengaruh televisi lebih cenderung menyentuh aspek psikologis massa, sedangkan media cetak lebih mengandalkan efek rasionalitas.

(27)

19 menanggapi pesan yang diterimanya, pengalaman dan orientasi hidupnya. Tetapi masing-masing individu ini juga bisa saling mereaksi satu sama lain terhadap pesan yang diterimanya (Nurudin, 2007:104-105).

Kumpulan inilah yang disebut sebagai audiens dalam bentuknya yang paling dikenali dan versi yang diterapkan dalam hampir seluruh penelitian media itu sendiri. Fokusnya pada jumlah-jumlah total orang yang dapat dijangkau oleh ’satuan isi’ media tertentu dan jumlah orang dalam karakteristik demografi tertentu yang penting bagi pengirim. Dalam praktik, penerapan konsep tersebut tidaklah sesederhana itu dan akhirnya menimbulkan pertimbangan yang melebihi soal kuantitatif semata.

Clausse (1968) telah menunjukkan beberapa kerumitan untuk membedakan berbagai kadar keikutsertaan dan keterlibatan audiens. Audiens yang pertama dan terbesar adalah populasi yang tersedia untuk menerima ’tawaran’ komunikasi tertentu. Dengan demikian, semua yang memiliki pesawat televisi adalah audiens televisi dalam artian tertentu. Kedua, terdapat audiens yang benar-benar menerima hal-hal yang ditawarkan dengan kadar yang berbeda-beda misalnya pemirsa televisi regular, pembeli surat kabar dan sebagainya. Ketiga, ada bagian audiens sebenarnya yang mencatat penerimaan isi dan akhirnya masih ada bagian lebih kecil yang mengendapkan hal-hal yang ditawarkan dan diterima. (McQuail, 1989:203).

(28)

20 a) Audiens cenderung berisi individu-individu yang condong untuk

berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara mereka. Individu-individu tersebut memilih produk media yang mereka gunakan berdasarkan seleksi kesadaran.

b) Audiens cenderung besar. Luas disini berarti tersebar keberbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa. Meskipun begitu ukuran luas ini sifatnya bisa jadi relatif. Sebab, ada media tertentu yang khalayaknya mencapai ribuan, ada yang mencapai jutaan. Baik ribuan atau jutaan itu tetap bisa disebut audiens meskipun jumlahnya berbeda. Tetapi, perbedaan ini bukan sesuatu yang prinsip. Jadi tak ada ukuran pasti tentang luasnya audiens itu.

c) Audiens cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial. Beberapa media tertentu punya sasaran, tetapi heterogenitasnya juga tetap ada.

d) Audiens cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain. Bagaimana mungkin audiens bisa mengenal khalayak televisi yang jumlahnya jutaan? Tidak mengenal ini tidak ditekankan satu per satu kasus tetapi meliputi semua audiens.

(29)

21 4. Kekerasan Dalam Tayangan Televisi

(30)

22 kekerasan lebih ditentukan pada segi akibat atau pengaruhnya terhadap manusia.

Kekerasan juga banyak dijumpai dalam film dan televisi baik itu dalam film fiksi, sinetron, drama, film kartun, dan sebagainya. Adegan kekerasan juga tampak pada hampir semua berita, khususnya berita kriminal. TV swasta di Indonesia terkadang lebih "kejam" dalam menggambarkan korban kekerasan, misalnya dengan ceceran darah atau meng-close up korban. Dalam film, kekerasan dapat berupa adegan ataupun dialog. Adegan perkelahian, pembunuhan hingga dialog-dialog yang bersifat kasar dan keras merupakan sedikit dari banyaknya tindak kekerasan dalam film. Adanya sebuah komisi penyiaran yang selalu memantau segala jenis film yang beredar di pasaran tidak terlalu berpengaruh terhadap intensitas kemunculan kekerasan dalam film.

a. Dimensi-dimensi Kekerasan

(31)

23 Pembedaan ini penting meskipun tampak sederhana, karena ini berkaitan dengan pandangan Galtung yang menolak pengertian sempit tentang kekerasan, yaitu yang hanya terpusat pada kekerasan fisik. Dalam kekerasan fisik, tubuh manusia disakiti secara jasmani bahkan bisa sampai pada pembunuhan. Disini disebutkan oleh Galtung bahwa kemampuan somatis korban berkurang atau hilang sama sekali. Sama halnya dengan kebohongan, ancaman dan tekanan yang dimaksudakan untuk meredusir kemampuan otak atau mental. Galtung menggunakan kata hurt dan hit untuk mengungkapkan maksud ganda baik kekerasan fisik maupun psikologis.

2. Pembedaan kedua : Pengaruh positif dan negatif.

Untuk menerangkan pendekatan ini, Galtung mengacu pada sistem orientasi imbalan. Seseorang dapat dipengaruhi tidak hanya dengan menghukum bila ia bersalah, tetapi juga dengan memberi imbalan. Dalam sistem imbalan sebenarnya terdapat ”pengendalian”, tidak bebas, kurang terbuka, dan cenderung manipulatif, meskipun memberi kenikmatan. Galtung mau menekankan bahwa kesadaran untuk memahami kekerasan yang luas itu penting.

3. Pembedaan ketiga : Ada objek atau tidak.

(32)

24 Tindakan ini menurut Galtung dianggap sebagai kekerasan psikologis. Apalagi benda tersebut ada yang memiliki. Hubungan pemilikan ini sangat peka, karena merusak, menghancurkan barang berarti menghina sang pemilik dan menceraikan hubungan kepemilikan. Jadi, meskipun tidak ada objek yang langsung dikenai tetap ada ancaman kekerasan baik menyangkut orangnya maupun miliknya.

4. Pembedaan keempat : Ada subjek atau tidak.

Sebuah kekerasan disebut kekerasan langsung atau personal jika ada pelakunya, dan bila tidak ada pelakunya disebut tidak langsung atau struktural. Kekerasan struktural menimbulkan situasi-situasi negatif yaitu ketimpangan-ketimpangan pada sumber daya, pendidikan, pendapatan, kepandaian, keadilan serta wewenang untuk mengambil keputusan. Dampak atau akibat dari kekerasan personal dapat dilacak pelakunya (manusia) sedangkan kekerasan struktural justru sulit untuk menemukan pelakunya secara konkret. Untuk kasus yang terakhir ini berarti kekerasan sudah menjadi bagian dari struktur itu dan menampakkan diri sebagai kekuasaan yang tidak seimbang yang menyebabkan peluang hidup tidak sama.

5. Pembedaan kelima : Disengaja atau tidak.

(33)

25 kesalahan yang walau tidak disengaja tetap merupakan suatu kekerasan, karena dilihat dari sudut korban, kekerasan tetaplah kekerasan.

6. Pembedaan keenam : Yang tampak dan yang tersembunyi.

Kekerasan yang tampak, nyata (manifest) adalah kekerasan yang nyata dirasakan oleh objek, baik secara personal maupun struktural. Sedangkan kekerasan tersembunyi merupakan kekerasan yang tidak terlihat (latent) namun tetap bisa dengan mudah meledak. Kekerasan tersembunyi terjadi jika situasi menjadi begitu tidak stabil sehingga tingkat realisasi aktual manusia dapat menurun dengan begitu mudah.

F. Definisi Konseptual

1. Kekerasan bisa didefinisikan sebagai prinsip tindakan yang mendasarkan diri pada kekuatan untuk memaksa pihak lain tanpa persetujuan. Dalam kekerasan terkandung unsur dominasi terhadap pihak lain dalam berbagai bentuknya, fisik, verbal, moral, psikologis, atau melalui gambar. Penggunaan kekuatan, manipulasi, fitnah, pemberitaan yang tidak benar, pengkondisian yang merugikan, kata-kata yang memojokkan, dan penghinaan merupakan ungkapan nyata kekerasan.

(34)

26 yang tidak baik dapat ditujukan secara langsung dan tidak langsung dengan cara melontarkannya menggunakan sindiran-sindiran humor, tetapi kedua sama-sama menyakitkan dan merusak jiwa.

3. Kekerasan non verbal adalah sikap atau tindakan yang ditujukan untuk menyakiti atau melukai orang lain. Contohnya seperti pemukulan, gigitan, penusukan oleh benda tajam, dan sebagainya. Untuk melakukan kekerasan fisik berhubungan erat dengan pemuasan emosi seseorang.

4. Kekerasan Psikologis adalah segala bentuk kekerasan yang bersifat melemahkan mental orang lain. Contoh : Ancaman, ekspresi wajah marah, tatapan sinis, dan sebagainya.

5. Kekerasan Seksual adalah segala tindakan yang mengarah pada kegiatan melecehkan orang lain yang bersifat seksual. Contohnya : menyentuh bagian-bagian tubuh wanita tertentu secara sengaja dengan maksud melecehkan, telanjang atau bugil dengan tujuan memamerkan bagian-bagian tubuhnya dan memancing birahi bagi yang melihatnya, memaksakan kehendak untuk melayani nafsu birahinya, dan bentuk-bentuk pelecehan seksual lainnya.

G. Kategorisasi

(35)

27 mencakup semua akting dan dialog yang mengandung kekerasan verbal dan non verbal dalam setiap episode untuk dimasukkan dalam coding sheet lalu dianalisis.

Kategorisasi dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu kekerasan verbal dan non verbal. Berikut penjelasan dari masing-masing kategorisasi : 1. Kategorisasi kekerasan verbal meliputi :

a. Umpatan : katakata kasar yang mencerca, mencaci maki, menjelek -jelekkan orang. Indikator yang digunakan adalah kata kata “kurang ajar !!, sialan !!.

b. Hiperbol : merupakan ungkapan yang dibesar - besarkan sehingga tidak sesuai dengan sebenarnya. Indikator yang digunakan Kata - kata “ah norak lu kalau potong rambut rambut pakek gunting, kalau lu pakek beling. Eh kelinci kamu suka ya sama anak band? Bukannya kamu sukanya sama bule.”

c. Eufimisme : pengucapan gaya bahasa halus untuk menyindir atau mengkritik dengan nada yang terkesan melecehkan. Indikator yang digunakan kata kata Gembrot Lu, Botak Lu, Bego Lu.

d. Disfemisme : mengkasarkan, mengeraskan fakta melalui ucapan

sehingga maknanya berbeda dari sungguhan. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan kata - kata sebagai berikut : Hutang motor, hutang baju kapan ini mau dibayar-bayar.

(36)

28 situasi dan konteks tertentu secara terbuka atau terselubung untuk mempengaruhi daya pikir atau daya evaluasi seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu, demi kepentingan si pemberi stigma. Indikator yang digunakan Kata - kata “eh ajarin aku dong cara makan teman smsin cewek di belakang. Jessica bilang ke sapri kenapa sih setiap ketemu kamu bawaannya mukamu selalu dijelek-jelekin?” f. Asosiasi pada binatang : dialog yang ditunjukkan kepada manusia

tetapi berasosiasi pada binatang. Indikator yang digunakan kata - kata Muka Lu Kayak Kebo, Badan Lu Kayak Kingkong, Kambing Lu, Diam Badak.

2. Kategorisasi Kekerasan non verbal meliputi :

Adapun indikator dalam kekerasan non verbal ini adalah sebagai berikut : a. Kekerasan fisik dalam bentuk memukul : Menunjukkan sikap, gerakan

tangan yang terkesan kasar. Dalam hal ini dapat dicontohkan diantaranya : pada tayangan pesbukers tanggal 23 Juli 2013 part 1 menit 04:16

b. Kekerasan fisik dalam bentuk menendang : Menunjukkan sikap, gerakan kaki yang terkesan kasar. Dalam hal ini dapat dicontohkan pada tayangan pesbukers tanggal 23 Juli 2013 part 4 menit 07:04 c. Kekerasan fisik dalam bentuk mendorong tubuh seseorang : Seseorang

(37)

29 d. Kekerasan fisik dalam bentuk saling tunjuk jari : Segala bentuk

kekerasan yang bersifat melemahkan mental orang lain, dalam definisi konseptual saling tunjuk jari termasuk dalam kekerasan psikologis. Dicontohkan dalam tayangan pesbukers tanggal 23 Mei 2013 pada menit 54:44

H. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Tipe penelitian ini deskriptif kuantitatif, dimana peneliti menggunakan metode penelitian analisis isi. Karena dengan analisis isi, maka akan lebih sistematik dan bersifat obyektif jika dibandingkan dengan analisis yang lain. Menurut Klaus Krippendoff dalam bukunya “Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi”.

Perluasan rana aplikasi metodologi analisis isi mengarah pada penelitian kuantitatif pada media massa. Rana perluasan aplikasinya tersebut mencakup siaran radio, film dan televisi. Pada fase kedua itu perkembangan intelektual analisis isi dipengaruhi oleh media elektronik yang tidak dapat dianggap sebagai perluasan dari surat kabar dan arena masalah sosial politik yang timbul dan disebabkan oleh media massa elektronik, serta karena munculnya metode penelitian empiris dalam ilmu-ilmu sosial (Krippendorff, 1991:5).

(38)

30 seberapa besar kemunculan kritik sosial yang ada dalam film. Sehingga dengan menggunakan analisis isi ini sudah mewakili dari tujuan penelitian ini sendiri. Mengingat alasan diatas, pada dasarnya alasan penggunaan analisis isi dalam penelitian ini didasarkan pada keuntungan dan tujuan dari analisis isi tersebut.

Diskripsi tentang analisis isi yang lainnya juga telah dikemukakan oleh Wimmer dan Dominick dalam bukunya yang berjudul Mass Media Research An Introduction (2000 :136 - 138) adalah sebagai berikut :

a. Menggambarkan isi komunikasi (describing communication content). b. Menguji hipotesis tentang karakteristik pesan (testis hypotheses of

message characteristic)

c. Membandingkan isi media dengan dunia nyata (comparing media content to the “real-word”)

d. Memperkirakan gambaran media terhadap kelompok tertentu di masyarakat (assessing the image of particular group in society).

e. Mendukung studi efek media (estabhilising a starting point for studies of media effect).

Metode analisis isi yang paling awal dan paling sentral seringkali disebut sebagai analisis isi “tradisional”. Analisis isi diyakini sebagai metode analisis yang menguraikan objektivitas, sistematis, dan kuantitatif dari pengejahwantahan isi komunikasi itu sendiri. Dalam buku Teori

Komunikasi Massa. Suatu Pengantar menyebutkan bahwa pendekatan

(39)

31 1. Memilih contoh (sample) atau keseluruhan isi.

2. Menetapkan kerangka kategori. 3. Memilih satuan analisis.

4. Menentukan satuan ukur.

5. Mengungkap hasil sebagai distribusi menyeluruh atau percontoh dalam hubungannya dengan frekuensi keterjadian (Mc Quail, 1989 :179).

2. Ruang Lingkup Penelitian

Yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah adegan kekerasan berupa (akting dan dialog) yang mengidentifikasikan kekerasan verbal dan kekerasan non verbal pada episode “Kisah Cinta Dua Dunia” hari selasa tanggal 23 Mei 2013 dengan durasi 58:55 detik dan “Ujian Kenaikan Kelas” hari rabu tanggal 23 Juli 2013 dengan durasi 01:31:23 detik yang ditayangkan di ANTV.

3. Unit Analisis

Unit analisis merupakan elemen penting dalam penelitian analisis isi. Unit analisis berupa kata-kata atau simbol tunggal dan sebuah artikel lengkap, berupa karakter, akting, dialog, dari seluruh program.

Unit analisis akting semua akting yang mengandung kekerasan. Akting dalam berupa peran atau akting dari para pengisi acara. Akting merupakan segala kegiatan yang dilakukan untuk menokohkan karakter atau membangun cerita lebih hidup.

(40)

32 membangun cerita dalam acara tersebut. Dialog merupakan segala kalimat yang diucapkan oleh pemain dalam menokohkan sebuah karakter.

4. Satuan Ukur

Satuan ukur dalam penelitian adalah frekuensi kemunculan dari adegan dan dialog yang mengandung unsur kekerasan yang tidak diukur durasinya.

5. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik dokumentasi yang diperoleh dengan melihat tayangan pesbukers kemudian tayangan tersebut dilihat ulang melalui salah satu web pada internet yaitu youtube dan kemudian di unduh ataupun download untuk ditransfer kedalam Flash Disk (FD) untuk dijadikan sebuah alat penelitian. Data selanjutnya dikumpulkan menggunakan lembar koding (Cooding Sheet) yang dibuat berdasarkan kategori yang telah ditetapkan.

6. Teknik Analisis Data

(41)

33 Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Analisis data dilakukan dengan cara memproses dan mengolah dari hasil dokumentasi pada lembaran kode, kemudian distribusi frekuensi untuk setiap item dengan menggunakan tabel frekuensi. Tabel frekuensi disusun untuk tiap-tiap variabel penelitian dan merupakan bahan dasar analisis selanjutnya. Langkah-langkah dalam analisa data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

a. Pengeditan (Editing)

Pengeditan (Editing) merupakan proses pengecekan data dan penyesuaian yang diperlukan terhadap data penelitian, kekerasan verbal dan non verbal pada tayangan komedi pesbukers di ANTV yang diperoleh dan dihimpun oleh peneliti melalui teknik survei dan observasi memerlukan editing sebagai usaha menghindari kesalahan, tujuan pengeditan data dan penelitian dalam proses analisis.

b. Pemberian Kode (Coding)

(42)

34 Tabel 1.1

Lembar Koding

Sc

Kekerasan Verbal Kekerasan Non Verbal

A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5

A B A B A B A B A B A B A B A B A B A B

Sumber : Data diolah peneliti

Keterangan

Sc : No urut scene A : Unit analisis Akting B : Unit analisis Dialog A1 : Umpatan

A2 : Hiperbol A3 : Eufimisme A4 : Disfemisme A5 : Stigmatisasi

A6 : Asosiasi pada Binatang B1 : Memukul

(43)

35 B3 : Mendorong

B4 : Perusakan barang B5 : Tunjuk jari

c. Tabulasi

Tabulasi merupakan proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel-tabel, kemudian tabel-tabel tersebut disesuaikan dengan analisis yang dibutuhkan. Tabel yang dipakai oleh peneliti dalam meneliti kekerasan verbal dan non verbal pada tayangan komedi Pesbukers di ANTV adalah tabel frekuensi, dengan cara menginterprestasikan angka-angka frekuensi. Tabel frekuensi disusun tiap variabel dan merupakan bahan dasar untuk analisis. Tabel distribusi frekuensi yang dibuat adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2

Contoh Tabel Distribusi Frekuensi Unit Analisis Akting

Kategori Frekuensi Proporsi Proporsi2

Kekerasan Verbal Kekerasan Non Verbal

Tabel 1.3

Contoh Tabel Distribusi Frekuensi Unit Analisis Dialog

Kategori Frekuensi Proporsi Proporsi2

(44)

36 7. Uji Realibilitas

Dalam penelitian ini untuk mengetahui keakuratan data yang dihasilkan peneliti menggunakan teknik realibilitas observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh dua orang untuk mencari tingkat persetujuan. Cara yang dilakukan antara lain :

Orang ke-I dan orang ke-II melakukan pengamatan bersama-sama dengan menggunakan sebuah format pengamatan dan diisi bersama-sama. Format isian hanya terdiri dari dua kolom yang memuat alternative jawaban “ya” dan “tidak” agar mencapai tingkat realibilitas yang diisyaratkan yang perlu dilakukan pendefinisian batasan kategori. Memberikan pengertian dan pelatihan terhadap koder. Untuk menentukan realibilitas antar koder dapat dihitung dengan formula yang dibuat holsty.

Menurut Dominicks (2000, 155-152) untuk menghitung kesepakatan dari hasil penelitian para koder peneliti menggunakan rumus holsty sebagai berikut :

2M

C.R = _______

N1+N2

Keterangan :

C.R = Coofisien Reliability

M = Jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua pengkode N1, N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkode dan

Gambar

Tabel 1.1 Lembar Koding

Referensi

Dokumen terkait

18 kejuruan yang nantinya berhubungan erat dengan bidang yang mereka tekuni. Karena siswa-siswa SMK sudah beranggapan pelajaran yang tidak termasuk dalam pelajaran

Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang

alhatires ol udliation to suppon .atual pEenalion dd huh& livelihood. Bukit Taj!€ns ed Bukn Tinggi aho povide orher.. en*onnenlal seFices such asj cdbon

Bangun Guna Serah adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendiri kan bangunan dan/atau sarana beri kut fasilitasnya,

Kenaikan suhu pada belitan auxilary lebih tinggi dibanding belitan utama, dikarenakan nilai resistansi pada belitan auxilary lebih besar dari belitan utama [1][2].Pada

PT PAM Lyonnaise jaya sudah sangat di kenal di dalam kualitas air bersih yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari, tetapi untuk meningkatkan kepuasan pelanggan Palyja,

Penggunaan bahasa Wolio sebagai bahasa resmi kerajaan Buton selain bahasa Melayu dan bahasa Arab pada hakekatnya adalah untuk menunjukkan jati diri bangsa Buton dalam

Menghargai (valuing), menghargai diartikan subyek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap obyek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan