• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA KALANGAN KELUARGA INTI TKI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA KALANGAN KELUARGA INTI TKI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Di Indonesia tingkat pengangguran semakin meningkat. Untuk mencari suatu pekerjaan tidaklah mudah, apalagi pada bidang yang diinginkan atau bidang sesuai bakat yang dimiliki. Hal tersebut disebabkan oleh faktor seperti keterbatasan lapangan pekerjaan yang tersedia, terkena PHK, dan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Mengingat tingginya jumlah pengangguran di Indonesia dan sempitnya kesempatan kerja menyebabkan tenaga kerja memilih untuk menjadi TKI dinegara tetangga, khususnya Malaysia yang banyak diminati para pencari kerja. Alasannya karena letak, kondisi geografis, dan budaya tidak terlalu jauh berbeda dan hampir sama.

Hasil penelitian yang dilakukan Darwis (dalam Abdurahman,2006) di Tulungagung menunjukan bahwa faktor utama yang mendorong masyarakat untuk bekerja diluar negeri, terutama Malaysia, adalah kondisi ekonomi didaerah asal yang kurang menguntungkan, ditunjang oleh kebiasaan penduduk yang bekerja diluar negeri (terutama Arab Saudi) yang telah berlangsung sejak lama. Sementara faktor penarik untuk bekerja diluar negeri adalah perbedaan tingkat upah yang relatif tinggi. Oleh karena itu pada umumnya pelaku mobilitas keluar negeri adalah masyarakat dengan penghasilan rendah.

Hasil penelitian yang dilakukan di desa Keluwih (dalam Abdurahman;2006) bahwa TKI asal desa Keluwih sebagai kuli bangunan 98%, driver 1%, dan teknisi 1%. Demikian halnya Usia TKI ke Malaysia asal desa Keluwih adalah usia 25-30 tahun sebanyak 47%, 31-35 tahun sebanyak 35%, 36-40 tahun sebanyak 9%, 41-50 tahun sebanyak 9%.

(2)

2

Bahkan kesimpulan yang dibuat Gunatilake menyebutkan, bahwa banyak penduduk negara berkembang yang bekerja dinegara maju karena mereka kurang atau tidak memperoleh peluang ekonomi yang layak dinegara asalnya. Beberapa alasan TKI desa keluwih memilih menjadi migran (TKI) ke Malaysia dikarenakan: Gajinya besar 97%, mudah mencari uang 1%, memperoleh pengalaman 1%, ingin mandiri 1%.

Sebagian besar TKI asal Desa Keluwih ini dalam satu tahun kiriman mereka berkisar antara Rp. 24.000.000 – 50.000.000,-. Kiriman itu akan digunakan untuk membeli tanah, membuat rumah mewah, melengkapi perabotan rumah. Penelitian kepustakaan diketemukan, TKI asal kabupaten Blitar kegunaan perolehan uang TKI sebagian besar digunakan untuk merenovasi rumah, selebihnya untuk membayar hutang, untuk biaya kebutuhan sehari-hari, dan untuk modal usaha. Hal lain memperlihatkan bahwa makin baik kehidupan ekonomi migran didaerah tujuan, maka frekuensi pendapatan ke daerah asal kemungkinan meningkat. Besarnya frekuensi pendapatan berdasarkan jumlah uang yang mereka kirim kepada keluarga dapat diperkirakan bahwa ketergantungan keluarga migran terhadap pendapatan cukup tinggi. Ketergantungan tersebut termanifestasi dalam beberapa bentuk, satu diantaranya adalah ketergantungan keluarga migran tersebut berupa ketergantungan ekonomi. Keluarga migran didaerah asal memerlukan uang untuk menyambung hidupnya, membayar hutang, biaya pendidikan anak-anaknya. Karena itu dapat di pahami jika kiriman pendapatan uang jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan frekuensi kiriman non uang. Besarnya ketergantungan keluarga migran didaerah asal terhadap pengiriman pendapatan dari daerah tujuan disebabkan sebagian besar keluarga yang ditinggalkan didaerah asal tidak memiliki pekerjaan tetap yang bersifat produktif (dalam Abdurahman;2006).

(3)

3

Desa Payaman lebih didominasi oleh masyarakat bermata pencaharian sebagai TKI di Malaysia, dimana para TKI ini bekerja sebagai kuli bangunan, driver, dan teknisi. Dengan upah atau penghasilan yang tinggi sebagai TKI di Malaysia telah memotivasi para TKI untuk bekerja di Malaysia. Tingginya upah tersebut menjadikan para TKI akan mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan yang tinggi pula. Dengan memiliki uang yang banyak mereka akan menggunakan uang tersebut untuk memenuhi segala keinginan keluarganya. Keluarga memiliki peran yang sangat besar dalam mengambil keputusan untuk menggunakan uang yang dikirimkan oleh TKI. Karena sesuai dengan tujuan utama TKI yaitu untuk memperoleh penghasilan yang lebih tinggi agar bisa memenuhi segala keinginan keluarganya terutama suami, istri, atau anak. Dalam penelitian ini populasi yang dipakai adalah keluarga inti TKI. Jika yang menjadi TKI adalah suami maka yang akan menjadi subyek penelitianya adalah istri ataupun anak dari TKI tersebut. Jika yang menjadi TKI adalah istri maka yang akan menjadi subyek penelitianya adalah suami atau anak.

Mereka (TKI) akan mengirimkan uang pada keluarganya untuk pemenuhan kebutuhan dan memenuhi keinginan keluarganya. Uang yang mereka (TKI) kirimkan pada keluarganya akan digunakan membeli barang yang memiliki harga atau nilai yang cukup mahal, barang itu bisa berupa pakaian yang bermerek mahal, atau pun asessoris berupa perhiasan yang harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Bahkan mereka juga akan memenuhi segala fasilitas yang mereka butuhkan, membangun atau merenovasi rumah yang lebih mewah dan bagus, berganti sepeda motor jika ada keluaran model baru, berganti handphone dengan harga yang lebih mahal, melengkapi perabotan atau fasilitas rumah. Perilaku pada masyarakat tersebut sudah menjadi trend atau gaya hidup bagi masyarakat desa tersebut. Mereka akan merasa malu dan tidak percaya diri jika mereka tidak bisa melakukan seperti yang dilakukan individu yang lain. Dengan upah atau penghasilan yang tinggi yang diperoleh dari keluarga yang menjadi TKI tersebut mereka akan mampu untuk berperilaku konsumtif.

(4)

4

mesin cuci piring 291% dan telepon naik 1, 643%. Konsumsi seperti diatas adalah paradoks bagi perekonomian Indonesia. Di satu sisi ia telah menyumbang sebanyak 70% dari pertumbuhan ekonomi Indonesia, sedangkan dilain pihak dapat merusak masa depan bangsa, karena dapat menghambat pemupukan modal serta memicu tindakan-tindakan korupsi, kolusi, nepotisme, dan kriminalitas ( Euromonitor, 2006).

Fakta lain adalah pertumbuhan kartu kredit yang sangat mengesankan. Belanja melalui kartu kredit yang berjumlah Rp. 30,080,0 triliun (2004) diramalkan akan melonjak menjadi Rp. 52,948,2 triliun (2009). Jumlah nilai transaksi yang berlari kencang ini selaras dengan proyeksi jumlah kartu kredit yang beredar. Pola hidup semacam inilah yang melanda kebanyakan bangsa ini. Tapi dilain pihak sikap seperti ini memiliki fungsi survival. Untuk bisa masuk kedalam komunitas ini, seseorang harus memiliki perilaku yang juga konsumtif. Hal ini membuat orang tersebut diterima didalam lingkungan komunitas tersebut. Selain itu perilaku konsumtif juga dapat menaikan prestise atau gengsi seseorang dalam pergaulanya, dengan demikian harga diri orang tersebut juga akan ikut naik (Kompas, 2006).

Indikator konsumsi yang lebih digerakan oleh gaya hidup juga tercermin dari meningkatnya pengguna internet dari 4,5 juta (2002) menjadi 33 juta (2006), meningkatnya alokasi belanja konsumen untuk makanan, meningkatnya jumlah mobil, meningkatnya belanja produk consumer electronics (barang elektronik), dan bahkan juga belanja makanan anjing dan kucing. Selain itu konsumsi minuman ringan, rokok, kosmetik, toiletries dan juga belanja untuk rekreasi. Menurut Acnielsen, 93% masyarakat Indonesia termasuk recreational shoppers (pembelanjaan rekreasi). Mereka berbelanja bukan karena kebutuhan, tetapi lebih untuk kesenangan. AS yang penduduknya terkenal konsumtif hanya 68% konsumenya yang recreational shoppers (Hartati,2006).

(5)

5

dan fitnah. Seorang muslim tidak pantas hidup bermewah-mewah ditengah masyarakat yang serba kekurangan.

Dalam penelitian yang dilakukan Jawirkaze (2009) bahwa warga Demak pada hari raya lebaran cendrung bersifat konsumtif. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan mereka yang serba baru pada hari raya lebaran. Seperti, berbelanja baju baru, makanan lebaran, dan perhiasan. selain itu pengeluaran mereka dua kali lipat lebih besar dari pada bulan-bulan selain bulan ramadhan atau lebaran. Meskipun mereka berada dalam situasi ekonomi yang sulit, mereka sampai rela untuk berhutang demi menyambut hari raya lebaran yang hanya datang satu kali dalam setahun. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perilaku warga Demak adalah konsumtif dalam menyambut hari raya lebaran.

Menurut pengamatan peneliti pada umumnya seseorang dalam melakukan perilaku konsumtif tersebut hanya karena gengsi untuk mendapatkan pengakuan dari kelompok sosialnya. Sebagai contoh, saat ini gaya hidup yang dianut oleh sebagian besar masyarakat kita adalah gaya hidup Extravagant atau Casablanca, yaitu gaya hidup yang serba mewah dan konsumtif. Mereka berpendapat bahwa gaya hidup yang demikianlah yang diakui oleh jaman agar terangkat prestise dan bisa eksis dalam lingkungannya. Jika hal tersebut bisa diakui maka lingkungan akan mengakui prestisenya.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Parma (2006) menunjukan ada hubungan negatif antar konsep diri dengan perilaku konsumtif remaja putri dalam pembelian kosmetik melalui katalog di SMA N 1 Semarang. Semakin negatif konsep diri maka semakin tinggi perilaku konsumtif, yang ditunjukan dengan perolehan nilai r= -0,350 (p<0,000).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Wahyu dan Betty (2007) bahwa dalam pendekatan dan strategi yang digunakan untuk mempengaruhi perilaku konsumtif pria metroseksual dititikberatkan pada empat hal yaitu sisi afeksi, kognisi, perilaku, dan gabungan ketiganya. Usaha yang dilakukan bisa banyak hal, misalnya saja melalui penerbitan majalah khusus pria, produk-produk kosmetik khusus pria, dan masih banyak lagi melalui iklan yang persuasif atau mungkin provokatif.

(6)

6

terdapat hubungan negatif antara perilaku konsumtif dan body image pada remaja putri.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif dapat mempengaruhi kesehatan keuangan, aspek psikologis, sosial dan bahkan etika, sehingga dapat menyebabkan kriminalitas seperti kolusi, korupsi, nepotisme. Selain itu perilaku konsumtif juga membuat masyarakat menjadi bangga akan berhutang hanya untuk mendapatkan prestise atau gengsi dalam pergaulannya. Sedangkan faktor-faktor yang dipengaruhi oleh perilaku konsumtif itu sendiri antara lain karena adanya keinginan untuk bergaya hidup yang sama dengan lingkungan dan konformitasnya.

Perilaku konsumtif adalah perilaku mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang atau tidak diperlukan (khususnya yang berkaitan dengan respon terhadap konsumsi barang-barang sekunder, yaitu barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan (Stanton, 1985). Perilaku konsumtif sebaiknya diwaspadai karena dapat mengakibatkan dampak negatif seperti dapat membiasakan seseorang untuk memiliki pola hidup boros, dapat membuat orang menjadi tidak lagi membedakan antara kebutuhan atau sekedar keinginan, dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan tidak terpuji atau juga tindakan kriminal.

(7)

7

tunjukan semata-mata untuk memperoleh pengakuan dari lingkunganya, adanya keinginan untuk dianggap sukses oleh lingkungannya. Bagi mereka banyaknya materi adalah simbol dari kesuksesan seseorang, untuk itu mereka akan menggunakan uang hasil kirimannya untuk membeli barang-barang secara berlebihan, seperti berbelanja dengan jumlah yang sangat banyak. Jumlah dari uang yang dikirimkan hampir 70% akan digunakan untuk kesenangan saja, sedang 30% akan mereka gunakan untuk kebutuhan primer. Dari tiap individu dari keluarga inti TKI ini mudah terpengaruh dengan individu lainnya. Apabila ada salah satu individu yang membeli motor dengan model baru, maka individu lainnya akan secapatnya mengikuti untuk membeli motor baru. Apabila ada suatu produk baru yang banyak dicoba oleh beberapa orang, maka dari mereka pun akan mengikutinya untuk mengkonsumsinya. Keluarga inti TKI ini akan merasa malu dan tidak percaya diri jika tidak bisa mengikuti apa yang dilakukan oleh individu lainnya. Untuk itu mereka membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan, barang yang tidak bermanfaat, membeli produk hanya untuk mencoaba-coba saja, membeli barang karena harga yang terjangkau sehingga mereka akan memborong barang tersebut walau barang tersebut tidak mereka butuhkan. Perilaku konsumtif yang dilakukan keluarga inti TKI tersebut secara tidak langsung disebabkan karena adanya keinginan bergaya hidup yang sama dengan orang yang ada dikota, dan meningkatkan gengsi dengan lingkungan disekitarnya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam berperilaku sangat dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki individu, salah satunya adalah kebutuhan harga diri (self esteem), dimana kebutuhan tersebut juga memerlukan pemenuhan atau pemuasan.

Dalam melakukan interaksi, setiap individu ingin dihargai dan diterima oleh kelompok masyarakat. Seperti yang diungkap oleh Maslow (dalam Alwisol,2008) Setiap orang membutuhkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sebagai perkembangan manusia yang dinamis. Salah satunya adalah kebutuhan harga diri. Self esteem merupakan kebutuhan mendasar yang harus dimiliki oleh setiap individu.

(8)

8

sumbangan sebesar 63,1% terhadap harga diri. Artinya semakin tinggi kebermaknaan hidup semakin tinggi harga dirinya.

Qodariah, dan Fidelia (2011) dalam penelitian yang dilakukan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara perlakuan bullying dengan self estem remaja wanita yang menjadi korban bullying di SMU ‘X’ Bandung. Hal ini berarti bahwa perlakuan bullying berkaitan dalam pembentukan self esteem remaja wanita yang menjadi korban bullying. Dengan kata lain, semakin sering perlakuan bullying diterima, maka semakin rendah self esteem pada remaja wanita korban bullying.

Mellia Cristia (2007) didapatkan hasil korelasi antara inner voice dan self-esteem pada mahasiswa wanita diperoleh sebesar -0,543 dengan p=0,000. Korelasi ini signifikan pada p<0,01. Hipotesa 5 yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara inner voice dengan self-esteem diterima.

Astrid Gisela (2007) bahwa body esteem yang rendah berhubungan dengan rendahnya harga diri seseorang. Selain dengan body esteem, ternyata harga diri seseorang juga berkorelasi secara negatif dengan ketidakpuasan terhadap tubuh, kebiasaan berpikir negatif tentang tubuh yang sering, dan banyaknya jumlah pikiran negatif mengenai tubuh yang pernah muncul dari benak individu yang bersangkutan. Namun dalam analisis selanjutnya tampak bahwa dalam memprediksi harga diri, faktor-faktor yang memberikan kontribusi secara signifikan hanyalah body esteem, kebiasaan berpikir negatif tentang tubuh yang sering, dan banyaknya jumlah pikiran negatif mengenai tubuh. Adapun ketidakpuasan terhadap tubuh ternyata bukan salah satu faktor yang berkontribusi dalam pembentukan harga diri, walaupun faktor ini berkorelasi negatif secara signifikan dengan harga diri.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pradana dan Erna (2009) bahwa ada hubungan negatif antara harga diri terhadap kecenderungan narsisme pada pengguna Friendster. Semakin rendah harga diri, maka semakin tinggi pula kecenderungan

narsisme pada pengguna Friendster, sebaliknya semakin tinggi harga diri, maka semakin rendah pula kecenderungan narsisme pada pengguna Friendster.

(9)

9

kepuasan kerja karena hubungan yang tidak signifikan antara orientasi kontrol dengan kepuasan kerja.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dipengaruhi harga diri adalah penyesuain sosial, kepuasan kerja, dan kecenderungan narsisme. Sedangkan faktor yang mempengaruhi harga diri adalah kebermaknaan hidup, inner voice, dan body esteem.

Harga diri (Self esteem) dalam pembicaraan sehari-hari sering dikaitkan dengan situasi tersinggung atau penghargaan terhadap diri maupun orang lain yang dinilai melalui perilaku orang yang bersangkutan. Harga diri yang positif akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna, serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan didunia ini. Sedangkan seseorang dengan harga diri yang negatif cenderung untuk tidak berani mencari sesuatu yang baru dalam hidupnya, lebih senang menghadapi hal-hal yang sudah dikenal dengan baik, serta menyenangi hal-hal yang tidak penuh dengan tuntutan, cenderung tidak merasa yakin akan pemikiran-pemikiran serta perasaan yang dimilkinya, cenderung takut menghadapi respon dari orang lain, tidak mampu membina komunikasi yang baik, dan cenderung merasa hidupnya tidak bahagia (Tambunan, 2001).

Kepuasan kebutuhan menimbulkan perasaan dan sikap percaya diri. Diri berharga, diri mampu, dan perasaan berguna dan penting didunia. Sebaliknya, frustasi karena kebutuhan harga diri tidak terpuaskan akan menimbulkan perasaan dan sikap inverior, canggung, lemah, pasif, tergantung, penakut, tidak mampu mengatasi tuntutan hidup, dan rendah diri dalam bergaul. Menurut Maslow, penghargaan dari orang lain hendaknya diperoleh berdasarkan penghargaan diri kepada diri sendiri. Orang seharusnya memperoleh harga diri dari kemampuan dirinya sendiri, bukan dari ketenaran eksternal yang tidak dapat dikontrolnya, yang membuat tergantung pada orang lain.

(10)

10

dilakukan untuk mencari kesenangan semata dan memenuhi kebutuhan self esteemnya agar memperoleh kepuasan.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah “ apakah terdapat hubungan antara self esteem dengan perilaku konsumtif pada kalangan keluarga inti TKI di Desa Payaman Kabupaten Lamongan.

C.Tujuan Penelitian

Secara khusus terdapat tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini, antara lain memperoleh informasi tentang hubungan self esteem dengan perilaku konsumtif pada kalangan keluarga inti TKI di Desa Payaman Kabupaten Lamongan.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat. Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, dengan hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat disiplin ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu Psikologi Industri dan Organisasi, terutama dalam bidang perilaku konsumen (consumen behaviaor) mengenai hubungan antara self esteem dengan perilaku konsumtif pada kalangan keluarga inti TKI dengan memberikan hubungan empiris mengenai hubungan tersebut.

(11)

HUBUNGAN ANTARA

SELF ESTEEM

DENGAN PERILAKU KONSUMTIF

PADA KALANGAN KELUARGA INTI TKI

SKRIPSI

Oleh :

Misbahatul Ahsanah

07810196

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(12)

HUBUNGAN ANTARA

SELF ESTEEM

DENGAN PERILAKU KONSUMTIF

PADA KALANGAN KELUARGA INTI TKI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

Misbahatul Ahsanah

07810196

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(13)
(14)
(15)
(16)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, wr, wb

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ni

฀mat

yang tiada terhitung. Karena dengan Rahmat dan HidayahNya sehingga penulis berhasil

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan Antara

Self esteem

dengan perilaku

konsumtif pada Kalangan Keluarga Inti TKI”, yang dibuat untuk memenuhi persyaratan

dalam menyelesaikan studi tingkat Strata 1 (S1) di Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah menunjukan tauladan kepada umatnya menuju ajaran

Islamiyah dan diridhoi oleh Allah SWT.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis berusaha semaksimal mungkin untuk

mendapatkan hasil yang memuaskan, tetapi penelitian yang penulis lakukan tidak lepas

dari ketidaksempurnaan karena keterbatasan penulis sebagai insan yang masih terus

menerus belajar untuk mencapai kondisi yang lebih baik. Untuk itu penulis menyadari

bahwa kelancaran dalam menyusun penelitian ini hingga selesai tidak lepas dari bantuan

dan dukungan semua pihak. Pertama-tama, Ucapan Syukron Katsir kepada orang tua

tercinta, Umi Hj. Zainatun yang senantiasa memberikan kasih sayang, motivasi,

ketulusan do’a tanpa batas, dan perjuangan sendiri untuk menjadikan seorang anak yang

berguna. Tidak lupa untuk Alm Abi H. Nur’Ani yang dirindukan oleh jiwa ini. Semoga

Allah memberikan tempat terindah disana. Amiin yaa Robbal Aalamiin.

Ungkapan terima kasih juga penulis haturkan kepada :

1.

Bapak Drs. H. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang.

2.

Bapak Dr. latipun, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Tri Muji

Ingarianti S.Psi, M.Psi selaku dosen pembimbing II, terimakasih atas

bimbingan dan kesabaran yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini

hingga terselesaikan.

3.

Bapak Ari Firamanto,S.Psi selaku dosen wali kelas D Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang, terima kasih atas dukungan dan

Do’anya.

4.

Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang

selama ini telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan saya dan

seluruh Staf TU (Pak Yo, Pak To, Pak Zen, mbak rima,) Fakultas Psikologi

terima kasih atas kerjasamanya dalam administratif.

(17)

6.

Kepada jiwa yang senantiasa setia menemani saya dengan sabar, dan selalu

memberikan dukungan dengan ikhlas terhadap penyelesaian skripsi ini,

Syukron Katsir atas perjuangannya selama ini ya “Ta” (Shoffa Hijrianto).

7.

Untuk sahabat terbaikku (Tika, Intan Aulia, Ciqi, Putri, yuni) yang selalu

memberi dukungan dan menghiburku, dan sahabat tercintaku “Isnia” makasih

ya atas dukungan, bantuan, do’a, serta canda tawa. Tidak lupa juga untuk

sahabat terkasihku “Tina/Sosisku”, trims ya sering menemaniku,

mendoakanku, serta menghiburku.

8.

Keluarga besar di Latek, (Ayah, Ibu, mamak, adek kiki, Adek mirza) serta

pasangan yang kompak Sofy dan monic. Semoga selamanya kita bisa

menjadi keluarga.

9.

Untuk teman-teman Partime khususnya mba yanti dan erma nyok nyan yang

tak pernah henti menjadi temanku dikala bekerja bersama, canda tawa

bersama. Makasih, senang mengenal kalian.

10.

Teman-teman angkatan 20007 kelas D semuanya yang tidak bisa disebutkan

satu persatu yang selama ini menjadi teman seperjuangan dari semester 1

sampai detik-detik akhir kelulusan.

11.

Saudara-saudaraku di MUD B.13 (kaka iza, kaka riska, mbak atik, mida, vivi,

mita ) yang juga tidak pernah berhenti memberikan semangat dan selalu

menghibur saya.

12.

Kepada bapak kepala Desa Payaman dan seluruh masyarakat yang telah

memberikan ijin pada saya, sehingga dapat melakukan penelitian dengan

lancar.

13.

Serta semua pihak yang telah mendukung penyelesaian tugas akhir ini

dengan tulus dan ikhlas, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT senantiasa membalasnya dengan limpahan berkah dan

ni

฀mat atas seluruh kebaikan yang diberikan kepada pe

nulis. Akhir kata, penulis

menyadari adanya kekurangan dalam penelitian skripsi ini, dengan penuh

kerendahan hati penulis berharap adanya saran dan kritik yang membangun dari

pembaca dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua. Amin

Jazzakumulluhikhoiron Katsir

Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Malang, 10 Agustus 2011

Penulis

(18)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

INTISARI ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Perilaku Konsumtif ... 10

1. Pengertian Perilaku Konsumtif ... 10

2. Indikator Perilaku Konsumtif... 11

3. Aspek-Aspek Perilaku Konsumtif ... 12

4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumtif ... 13

B.

Self Esteem

... 17

1.

Pengertian

self esteem

... 17

2.

Kebutuhan

self esteem

... 18

3.

Aspek-Aspek

self esteem

... 19

4.

Pembentukan

self esteem

... 20

5.

Faktor-faktor yang mempengaruhi

self esteem

... 21

6.

Karakteristik individu yang memiliki

self esteem

Tinggi

dan

self esteem

Rendah ... 22

C. Hubungan Antara

Self Esteem

dengan Perilaku Konsumtif pada

Kalangan Keluarga Inti TKI ... 25

D. KERANGKA PEMIKIRAN... 29

E. HIPOTESIS ... 30

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ... 31

B. Variabel Penelitian ... 31

C. Definisi Operasional ... 32

D. Populasi danSampel ... 33

E. Prosedur Penelitian ... 34

F. Jenis Data dan Instrumen Penelitian ... 34

G. Langkah-Langkah Penyusunan Item ... 38

(19)

1. Validitas ... 39

2. Reliabilitas ... 45

I. Analisa data ... 47

J. Rancangan Analisa Data ... 48

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 49

1.

Deskripsi Subyek ... 49

2.

Hasil Perhitungan ... 49

D. Analisa Data ... 50

E. Pembahasan ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA

... 58

(20)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 1 : Skor Untuk Jawaban Pernyataan Pada Skala Likert... 36

Tabel 2 : Blue Print Skala Self Esteem (Tryout) ... 37

Tabel 3 : Blue Print Skala Perilaku Konsumtif... 38

Tabel 4 : Uji Validitas pada Skala Self Esteem ... 41

Tabel 5 : Blue Print Skala Self Esteem (Sesudah Tryout) ... 42

Tabel 6 : Uji Validitas pada Skala Perilaku Konsumtif ... 43

Tabel 7 : Blue Print Skala Perilaku Konsumtif (Sesudah Tryout) ... 44

Tabel 8 : Uji Reliabelitas Item Skala Self Esteem (Tryout) ... 45

Tabel 9 : Uji Reliabelitas Item Skala Perilaku Konsumtif (Tryout) ... 46

Tabel 10: Uji Reliabelitas Item Self Esteem dan Perilaku Konsumtif ... 47

Tabel 11: Rancangan Analisa Data ... 48

Tabel 12: Deskripsi Subyek ... 49

Tabel 13: Tabel Sebaran T-Score Self Esteem ... 50

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat keterangan Penelitian ... 60

Lampiran 2 : Instrumen Uji Coba Skala Self Esteem ... 62

Lampiran 3 : Data Kasar Uji Coba Skala Self Esteem ... 66

Lampiran 4 : Hasil Uji Validitas dan reliabilitas Skala Self Esteem ... 68

Lampiran 5 :Instrumen Uji Coba Skala Perilaku Konsumtif ... 76

Lampiran 6 : Data Kasar uji Coba Perilaku Konsumtif ... 83

Lampiran 7 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Perilaku Konsumtif ... 99

(22)

Daftar Pustaka

Abdurrahman, M.(2006). Ketidakpatuhan TKI. Malang: UMM Press.

Adi, S.P& Yudiati, A.E.M.(2009). Harga diri dan kecenderungan narsisme pada pengguna friendster.Research aand Psychology,3,1.Diperoleh dari http://www.google.com Al-Ghifari, Abu. (2005). Fiqih remaja kontemporer. Bandung: Media Qalbu.

Alwisol. (2008). Psikologi kepribadian (Ed. Revisi). Malang: UMM Press . Amirullah. (2002). Perilaku konsumen.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ancok, D.(1995). Nuansa psikologi pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Andri, A.& Waluyo,M.E.L.(2009). Harga diri, orientasi kontrol, dan kepuasan kerja karyawan. Research and Psychology,2,2. Diperoleh dari http://www.google.com Atkinson, R. L,Atkinson, R. C.,& Hilgard, E.R (1991). Pengantar psikologi (Terj). Jakarta:

Erlangga

Azwar, S. (2007). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(2007). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (2008). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Baron, R.,& Byrne,D. (2003). Psikologi sosial Jilid 1. Jakarta:Erlangga

Bungin, B.(2008). Metodologi penelitian kuantitatif.(Edisi pertama). Jakarta: Prenada Media Group

Clemes, B.(1997). Bagaimana meningkatkan harga diri remaja. Jakarta: Binapura Aksara. Christia, M.,(2007). Inner voice dan self esteem. Jurnal Makara,Sosial Humaniora,11,1,

37-41

Dayakisni, T., & Hudaniah. (2003). Psikologi sosial. Malang: UMM Press

Euromotor.(2006). Sikap konsumtif yang kembali mencemaskan. (online) http://www.harianKOMPAS.com . (diakses 15 Mei 2011)

Gea, A. A dan Wulandari, A.P. (2002). Relasi dengan diri sendiri. Jakarta:Gramedia

Hartati. S.(2006). Dalam cengkrama konsumtivisme (online) http://www.harianKOMPAS.com (diakses 15 Mei 2011)

(23)

Jawirkaze. (2009). Budaya konsumtif warga Demak pada hari raya lebaran (online) http://Jawirkazw.wordpress. com (diakses 8 Mei 2011)

Kerlinger, F. N.(2006). Asas-asas penelitian behavioral.Yogyakarta: Gajahmada University Press

McCarthy, J. E.(1983). Dasar-dasar pemasaran (Terj.Simatupang, Pasaribu, Sitompul). Jakarta: Erlangga

Parma, A. S. (dalam proses cetak). Hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif remaja putri dalam pembelian kosmetik melalui katalog di SMA N 1 Semarang. Diperoleh dari http//www.google.com (diakses 04 Juni 2011).

Partanto, A.,& Al Barry, D (1994). Kamus ilmiah populer. Surabaya: Arkola

Qodariah,S.,& Fidelia,D.(2011).Peran Psikolog dalam meminimalisir perilaku school bulying dengan pendekatan self esteem siswa. Prosiding Seminar Nasional Psikologi.Semarang: Unissula Press.

Rahardjo, W dan Silalahi, Y.B. (2007). Perilaku konsumtif pada pria Metroseksual serta pendekatan dan strategi yang digunakan untuk mempengaruhinya. Jurnal Psikologi, ekonomi, Sastra & sipil. 2

Rasyid, A. (2009 ). Perilaku konsumtif dalam perspektif agama islam. Jurnal Ilmu –ilmu sosial (d/h MADANI),.10, STAIN Padangsidimpuan.

Ratneshwar, A.,Mick, G.A,And Huffman, C.(2003). The why of consumption. London and New York: Taylor anda Francis Group

Stanton. J. William. (1985). Prinsip pemasaran.(Terj.Y.Lamarto). Jakarta: Erlangga.

Swastha, B dan Handoko H. (1987). Manajemen pemasaran (Analisis Perilaku Konsumen).Yogyakarta: Liberty.

Sriati, A.(2008). Harga diri Remaja (online). http://www. Google.com. (diakses 22 April 2011).

Tambunan, R. (2001). Remaja dan perilaku konsumtif. Jurnal Psikologi dan Masyarakat. http//:www.e-psikologi.com/remaja/191101.htm.

Tiurma, Y.S.(2009). Hubungan antara perilaku konsumtif dengan body image pada remaja putri.(Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara)

Winardi.(1991). Marketing dan Perilaku Konsumen.Bandung:Mandar maju.

Referensi

Dokumen terkait

Wilayah kajian dalam penelitian ini adalah Strategi Belajar Mengajar (SBM) yaitu tentang Penerapan Pembelajaran Individual Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

Bagian deklarasi dapat terdiri dari deklarasi label ( label declaration ), deklarasi konstanta ( constants declaration ), deklarasi tipe (type declaration ), deklarari

Tahap Akhir: dengan langkah yang dilakukan antara lain: a) menganalisis data hasil post-test menggunakanuji prasyarat yaitu uji normalitas dan hasil uji tersebut menyatakan

Selama peneliti melakukan penelitian ternyata ketiga aspek yang diukur mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi yaitu kemampuan guru dalam merencanakan

Untuk mengetahui perbedaan besar hasil belajar siswa pada pembelajaran pencerminan bangun datar yang diajar dengan metode ekspositori dan yang diajar dengan menggunakan

Masyarakat dalam Pengelolaa n Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus di Sampangan dan Jomblang, Kota Semarang) Ni Komang Ayu Artining- sih, Sudharto Prawata Hadi,

(setengah pengangguran). a) Pekerja penuh adalah mereka yang bekerja dengan jumlah jam kerja 35 jam atau lebih dalam seminggu. b) Pekerja tidak penuh (Setengah Pengangguran)

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer kepala sekolah harus memilki strategis yang tepat untuk memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk mencapi