STUDI KOMPARATIF (PT. BANK MUAMALAT SYARIAH INDONESIA
DAN BANK DKI SYARIAH WAHID HASYIM)”
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E. Sy)
Oleh : Evi Tamala NIM : 106046101613
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
IJARAH MUNTAHIYAH BITTAMLIK (IMBT); studi komparatif (PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid Hasyim)”, Program Strata I, Program Studi Muamalah, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) adalah perpaduan akad sewa menyewa yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan dengan akad jual Beli atau Hibah. Jika dilihat sekilas Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) ini hampir sama dengan Leasing, namun jelas berbeda dalam pelaksanaannya. Karena, Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) ini adalah produk pembiayaan yang sudah benar-benar menggunakan prinsip syariah dan tidak akan ada unsure gharar didalamnya, seperti mana halnya Leasing. Pada penelitian ini secara khusus membahas mengenai analisis konsep dan aplikasi akad hibah dan jual beli pada IJARAH MUNTAHIYAH BITTAMLIK (IMBT); studi komparatif (PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid Hasyim).
Marketing untuk Bank DKI Syariah. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang dipublikasikan berupa gambaran umum mengenai pihak yang bersangkutan, yang meliputi Visi dan Misi, Produk-produk, Struktur Organisasi, Kepemilikan Saham serta Budaya Kerja, dll.
Selain membahas tentang Mekanisme dan Prosedur transaksi Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) pada masing-masing. penelitian ini juga membahas mengenai Analisa Komparatif peralihan kepemilikan yang diterapkan dalam Mekanisme Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) pada masing-masing bank, serta kekurangan dan kelebihan dari pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) yang diterapkan pada masing-masing Bank.
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi, karena atas ridha dan rahmat-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar
Sarjana Ekonomi Syariah pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan keharibaan Nabi Besar Muhammad
SAW. (Allahumma shalli ala’ saidina Muhammad), beserta segenap keluarga, sahabat dan
bahkan umatnya. Insya Allah dan mudah-mudahan kita ada di dalamnya. Amin.
Selama proses skripsi ini, penulis sangat mentadari bahwa dalam proses tersebut tidaklah
terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Muhammad amin Suma, SH. MA. MM, selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Euis Amalia, M.Ag., selaku ketua Jurusan Muamalat Ekonomi Islam Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sekaligus sebagai dosen
Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penyusunan
skripsi.
3. Ah. Azharuddin Lathif, M.H., Selaku sekretaris Jurusan Muamalat Ekonomi Islam
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sekaligus
sebagai dosen Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan
5. Manajemen Perusahaan PT. Bank Mumalat Syariah Indonesia. Tbk cabang BSD
terutama Mbak Fitri dan Mbak Lolla serta Bpk. Hamdan Kosasih, dan seluruh staf
Muamalat Institute terutama Mba Sunarti yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini.
6. Manajemen Perusahaan PT. Bank DKI Syariah Wahid Hasyim terutama Bpk. Sofyan
Ibrahim dan Bpk. Erza Fatwa, serta Mba Pratiwi yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.
7. Kedua orang tua yang amat terhormat dan tercinta, masing-masing adalah Ayahanda
Amun Karsa dan Ibunda Juriah yang telah memberikan kasih sayang, mendidik,
membesarkan dan senantiasa mendoakan ananda serta memberikan semangat yang
tiada henti.
8. Kakak-kakak dan adik-adik serta pihak keluarga lain yang saya sayangi yang telah
memberi dorongan dan dukungan kepada penulis.
9. Teruntuk Abdul Aziz, yang selalu setia memberikan dukungan serta semangat kepada
penulis, selama penulis melakukan penelitian lapangan serta bersedia mendampingi
penulis dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini.
10.Kepada seluruh Staff Bagian Perpustakaan Syariah dan Utama yang telah membantu
semangat dalam penyusunan skripsi ini serta berbagai pihak yang peduli.
12. Teman-teman kampus lainnya terutama kepada Fha, Ummie, Uyun, Dinar, Icha,
Linda, Santi, Teteh, Domenk atas perhatian dan bantuannya baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.
Besar harapan penulis bahwa penulisan ini dapat memberikan kontribusi yang positif
bagi pihak-pihak yang memberikan dukungan, terutama bagi rekan-rekan mahasiswa/I Fakultas
Syariah dan Hukum Jurusan Perbankan syariah, untuk menambah Khasanah ilmu Perbankan
Islam.
Penulis sangat sadar bahwa masih banyak sekali diperlukan penyempurnaan, karena
manusia bukanlah mahkluk yang sempurna. Demikian sedikit pengantar dan ucapan terima kasih
dari penulis. Atas semua perhatian yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih.
Akhir kata, semoga sekecil apapun kebaikan yang telah kita lakukan akan menjadi
investasi kekal di akhirat nanti. Amin.
Jakarta, 27 Agustus 2010
vii
DFTAR ISI... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1 A...Larar
Belakang Masalah... 1 B...Pembata
san dan Perumusan Masalah... 4 C...Tujuan
dan Manfaat Penelitian ... 5 D...Tujuan
Kajian Terdahulu ... 7 E...Metedol
ogo Penelitian ... 10 F...Sistemati
ka Penulisan... 14
BAB II LANDASAN TEORI ... 16 A....Sewa Menyewa (Ijarah) ... 16 1...Pengerti
an Ijarah ... 16 2...Landasa
n Hukum ... 18 3...Rukun
viii
macam Ijarah ... 23 6...Berakhir
nya Akad Ijarah ... 24
B....Ijarah Muntahiyyah Bittamlik (IMBT) ... 25 1...Pengerti
an Injarah Muntahiyyah Bittamlik (IMBT) ... 25 2...Bentuk
IMBT ... 29 3...Manfaat
dan Resiko yang harus Diantisipasi... 30 C....Kombin
asi Skema Akad IMBT ... 31 1...Al-Bai’
wal IMBT dengan jandi untuk menjual barang
tersebut di akhir masa sewa ... 31 2...
Al-Hibah wal IMBT dengan janji untuk memberi barang
secara hibah di akhir masa sewa... 34
BAB III GAMBARAN UMUM ... 37 A...PT.
Bank Muamalat Syariah Indonesi. Tbk ... 37 B...Bank
ix
Bittamik (IMBT) ... 72 B. Analisa Komparatif peralihan kepemilikan yang diterapkan dalam
Mekanisme IMBT pada PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia. Tbk dan Bank DKI Syariah ... 74 B.1 Aplikasi Ijarah Muntahiyyah Bittamik kepada Nasabah pada
PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia. Tbk ... 74 B.2 Aplikasi Ijarah Muntahiyyah Bittamik kepada Nasabah pada
PT. Bank DKI Syariah ... 84 B.3 Komparasi Draft Kontrak/Perjanjian Ijarah Muntahiyyah Bittamik pada Masing-masing Bank (PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia.
Tbk. Dan Bank DKI Syariah)... 90
BAB V PENUTUP ... 100 A...Kesimpu
lan ... 100 B... Saran-saran... 101
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam yang bersumber pada wahyu Illahi dan Sunnah Rasul mengajarkan umatnya untuk berusaha mendapatkan kehidupan yang lebih baik di dunia maupun di akhirat. Memperoleh kehidupan yang baik di dunia dan akhirat inilah yang dapat menjamin tercapainya kesejahteraan lahir dan batin. Hal ini berarti bahwa dalam mengajarkan kehidupan di dunia tidak dapat dilakukan dengan menghalalkan segala cara. Oleh karena itu Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja keras serta saling membantu sesuai dengan prinsip-prinsip ajarannya.
Dalam kehidupan sehari – hari, masyarakat memiliki kebutuhan – kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya masyarakat tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karenanya, dalam perkembangan perekonomian masyarakat yang semakin meningkat muncullah jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank.
Lembaga pembiayaan merupakan salah satu fungsi bank, selain fungsi menghimpun dana dari masyarakat. Fungsi inilah yang lazim disebut sebagai intermediasi keuangan (financial intermediary function). Hal ini diatur dalam pasal 1 ayat (1) UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Pembiayaan dikucurkan melalui dua jenis bank, yaitu Bank Konvensional maupun Bank Syariah. Sistem bunga yang diterapkan dalam perbankan konvensional telah mengganggu hati nurani umat Islam di dunia tanpa kecuali umat Islam di Indonesia. Bunga uang dalam fiqih dikategorikan sebagai riba yang demikian merupakan sesuatu yang dilarang oleh syariah ( haram ). Alasan mendasar inilah yang melatarbelakangi lahirnya lembaga keuangan bebas bunga, salah satunya adalah Bank Syariah.2
Dalam penyaluran dana yang berhasil dihimpun dari nasabah atau masyarakat, bank syariah menawarkan beberapa macam produk perbankan. Yaitu diantaranya, pembiayaan sewa beli (ijarah wa iqtina atau ijarah muntahiyyah bi tamlik) adalah akad sewa suatu barang antara bank dengan nasabah, dimana nasabah diberi kesempatan untuk membeli obyek sewa pada akhir akad atau dalam dunia usaha
1
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 14-15
2
barang yang bermanfaat dan dibenarkan oleh syariat dan nilai dari manfaat dapat diperhitungkan atau diukur, pembiayaan sewa beli ini dapat dilakukan dengan cara: pertama lembaga pembiayaan atau perusahaan leasing yang berdasarkan syariah Islam membeli aset yang akan dibeli oleh nasabah, setelah terbeli maka, lembaga tersebut menyewakan aset itu dalam jangka waktu dan harga yang ditentukan dalam perjanjian kedua belah pihak.
Penggunaan akad ini semakin banyak digunakan pada masa sekarang ini sebagai salah satu pilihan akad yang dapat digunakan untuk melakukan pembiayaan yang berkenaan dengan sewa yang diakhiri dengan hak kepemilikan oleh nasabah.
Bertumpu pada uraian yang penulis paparkan di atas, penulis memandang perlu mengadakan penelitian untuk melakukan suatu pembahasan yang komparatif tentang kelebihan dan kekurangan peralihan kepemilikan dalam pembiayaan Al-ijarah al-muntahia bit-tamlik (IMBT). Pembahasan ini dituangkan dalam sebuah skripsi berjudul: “KONSEP DAN APLIKASI PERALIHAN KEPEMILIKAN PADA IJARAH MUNTAHIYAH BITTAMLIK (IMBT); STUDI KOMPARATIF (PT. BANK MUAMALAT SYARIAH INDONESIA DAN BANK DKI SYARIAH WAHID HASYIM).”
B. Pembatasan dan Perumusan Permasalahan 1. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas serta menjaga kemungkinan penyimpangan dalam penelitian skripsi ini, maka dalam penulisan ini, penulis memfokuskan dan membatasi pembahasan hanya
3
Adiwarman A, Karim. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada). Hal 256
Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid Hasyim).
Dari latar belakang di atas menyangkut perkembangan perbankan syariah khususnya di Indonesia yaitu dalam penerapan prinsip ijarah yang akhir akadnya dapat menggunakan hibah atau jual beli, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana mekanisme pelaksanaan peralihan kepemilikan dalam Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) pada masing-masing Bank ? 2. Perbedaan peralihan kepemilikan dalam Ijarah Muntahiyah Bittamlik
(IMBT) pada masing-masing Bank ?
3. Apa kekurangan dan kelebihan aplikasi dari pelaksanaan peralihan kepemilikan dalam Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) pada masing-masing Bank ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Muntahiyah Bittamlik (IMBT) pada masing-masing Bank.
3. Mengetahui kekurangan dan kelebihan aplikasi dari pelaksanaan peralihan kepemilikan dalam IMBT pada masing-masing Bank. 2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, semoga dapat memberikan manfaat antara lain :
a. Masyarakat
Memberikan informasi yang komprehensif tentang analisa peralihan kepemilikan pada pembiayaan berdasarkan IMBT dalam praktek perbankan syariah. Serta merupakan sumber referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan praktisi di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.
b. Akademik
dan lainnya.
c. Penulis
Menambah wawasan mengenai ijarah al-muntahia bit-tamlik (IMBT) dalam skala makro untuk mendukung perkembangan pembiayaan pada perbankan syariah. Serta sebagai study awal dan menambah wawasan dalam konsep dan mekanisme pembiayaan ijarah al-muntahia bit-tamlik (IMBT).
D. Tinjauan Kajian Terdahulu
Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan, penulis menyimpulkan bahwa apa yang menjadi masalah pokok penelitian ini tampaknya sangat penting.
Adapun kajian pustaka dalam penelitian ini dengan melihat beberapa penelitian skripsi:
1. Ifdhal Yuri Hendri, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
“Analisis SWOT Dalam Mengembangkan produk Pembiayaan IMBT
peralihan kepemilikan yang digunakan dalam IMBT tersebut.
2. Nurasma Khairani, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
“Pembiayaan IMBT pada Perbankan Sariah (Studi pada Bank Muamalat Indonesia.TBK)”. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa IMBT yang dilakukan di BMI sudah sesuai dengan prinsip Bank Syariah, baik dari segi peneraannya ataupun segi pelaksanaannya. Tidak menjelaskan peralihan kepemilikan yang digunakan dalam IMBT tersebut..
3. Suhaeman, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.
“Ijarah Dalam Sistem Perbankan Syariah Di Indonesia dan Malaysia
“Mekanisme Leasing Pada PT. Swadharma Surya Finance menurut Huum Positif dan Hukum Islam”. Penelitian ini menggunakan library and field research. Penelitian tersebut membahas tentang mekanisme dan prosedur leasing pada PT PT. Swadharma Surya Finance, serta menganalisa secara singkat mengenai mekanisme dan prosedur leasing itu sendiri dari segi hukum posif dan hukum islam. Tidak atau bukan membahas akad IMBT serta peralihan kepemilikan yang akan digunakan dalam pembiayaan tersebut.
5. Puspita Sari Juniati, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.
Yang dimana akan membahas mengenai pelaksanaan peralihan kepemilikan dalam IMBT serta kekurangan dan kelebihan aplikasi dari pelaksanaan peralihan kepemilikan dalam IMBT pada perbankan syariah khususnya PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid Hasyim, yaitu sebuah perbandingan dalam rangka membantu kemajuan pembiayaan IMBT di perbankan syariah.
E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah paduan dari penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan, karena diawali dengan telaah bahan pustaka dan literatur. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam bentuk desain deskriptif dan metode pegumpulan data dengan cara observasi. Deskriptif menurut pengertiannya adalah:4
Penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (penulisan : gambaran) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam pengertian ini penelitian deskriptif menggunakan data dasar deskriptif semata, tidak perlu
4
Pendapat lainnya mengatakan bahwa ”metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu”5.
2. Pendekatan Penelitian
Adapun tipe atau pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa penelitian langsung pada mekanisme dan prosedur pembiayaan IMBT PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid Hasyim dalam rangka menganalisa perbandingan mekanisme peralihan kepemilikan dalam IMBT pada kedua Bank tersebut. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan dokumen (content analisys) yaitu melakukan pengumpulan data dan informasi melalui arsip dan dokumen.
3. Jenis Data dan Sumber Data
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan jenis data yaitu data kualitatif berupa kata-kata atau gambar bukan angka-angka, kalaupun ada angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang6. Serta menggunakan dua sumber data yaitu :
5
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Rajawali Press, Jakarta, 2004, h. 22.
6
pengumpul data. Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan pihak Bank yang kompeten dan ahli mengenai mekanisme dan prosedur IMBT pada Bank tersebut.
b. Sumber Data Sekunder
Merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan skripsi ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Penelitian kepustakaan ( library research )
b. Penelitian Lapangan ( field research )
Penulis melakukan peninjauan langsung ke lokasi, Yaitu dua Bank yang telah disebutkan yang memiliki produk pembiayaan IMBT tersebut yaitu PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid Hasyim, sehingga dapat mengamati langsung kegiatan-kegiatan yang terjadi disana. Penulis juga menggunakan teknik wawancara atau interview dengan narasumber yang cakap dan berkompeten pada bidangnya untuk memberikan keterangan dari masalah yang sedang dibahas.
5. Teknik Pengolahan Data
a. Seleksi Data : setelah memperoleh data dan bahan-bahan baik melalui
library research maupun field research, lalu data diperiksa kembali satu persatu agar tidak terjadi kekeliruan.
b. Klasifikasi Data : setelah data diperiksa lalu diklasifikasikan dalam bentuk dan jenis tertentu, kemudian diambil suatu kesimpulan.
6. Teknik Penulisan
BAB I PENDAHULUAN, yang meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Kajian Terdahulu, Metode Penelitian serta Sistematika Penulisan.
Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid Hasyim), yang meliputi Visi dan Misi, Produk-produk, Struktur Organisasi, Kepemilikan Saham serta Budaya Kerja.
BAB IV KONSEP DAN APLIKASI PERALIHAN KEPEMILIKAN PADA IJARAH MUNTAHIYAH BITTAMLIK (IMBT); STUDI KOMPARATIF (BANK MUAMALAT INDONESIA DAN BANK DKI SYARIAH) yang meliputi Mekanisme dan Prosedur transaksi Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT). Serta membahas mengenai Analisa Komparatif peralihan kepemilikan yang diterapkan dalam Mekanisme Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT), serta alasan ketidakaplikatifan model akad Hibah dalam Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) pada kedua bank yaitu; Bank Muamalat Indonesia dan Bank DKI Syariah.
BAB II PEMBAHASAN
A. Sewa Menyewa (Ijarah)
1. Pengertian Ijarah
Lafal al-Ijarah dalam bahasa arab berarti upah, sewa, jasa atau
(imbalan). Al-Ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam
memenuhi keperluan hidup manusia, seperti sewa menyewa,kontrak, atau
menjual jasa perhotelan dan lain-lain.1
Definisi akad Ijarah adalah pemanfaatan sesuatu yang dikehendaki dan
diketahui, dengan memungut imbalan uang sewa yang ditemukan, dan
penyewa boleh menggantikan pemanfaatan tersebut kepada orang lain.2
Menurut Nasrun Haroen dalam bukunya “Fiqh Muamalah” sewa menyewa
secara terminologi, ada beberapa definisi al-Ijarah yang dikemukakan para
ulama fiqh.
a. Ulama Hanafiyah mendefinisikannya dengan transaksi suatu
manfaat dengan imbalan.
b. Ulama Syafi’iyah mendefinisikannya dengan transaksi terhadap
suatu manfaat yang dituju, tertentu, bersifat mubah dan boleh
dimanfaatkan imbalan tertentu.
1
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000) hal. 228
2
Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, ifayatul akhyar 2, (Surabaya : PT. Bima Ilmu Offset 1999) cet ke-1 hal.184
c. Ulama Malikiyah dan Hanabilah mendefinisikannya dengan:
Pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu
tertentu dengan suatu imbalan.
Menurut Muhammad Syafi’I Antonio dalam bukunya “ Bank Syariah
Bagi Bankir & Praktisi Keuangan” al-Ijarah adalah pemindahan hak guna atas
barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikiti dengan
pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri.3
Dalam bukunya Sutan Remy Sjahdeini, mengatakan bahwa Ijarah
dalam konteks perbankan Islam adalah suatu lease contract di bawah mana
suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan peralatan (equipment),
sebuah bangunan atau barang-barang, seprti mesin-mesin, pesawat terbang,
dan lain-lain, kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya
yang sudah ditentukan secara pasti sebelumnya (fixed charge).4
Ijarah serupa dengan kegiatan leasing dalam sistem keuangan
tradisional.5 Yaitu, dalam transaksi ijarah, bank menyewakan suatu asset
yang sebelumnya telah dibeli oleh bank kepada nasabahnya untuk jangka
waktu tertentu dengan jumlah sewa yang telah disetujui di muka.
3
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Bagi Bankir & Praktisi Keuangan, (Jakarta: Tazkiya institute 1999) hal. 181
4
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta : PT. Temprint 1999) cet ke-1 hal. 70
5
Dalam pelaksanaannya, bank dapat membeli barang dari pemasok
barang dengan pemberian fasilitas bai’salam kepada pemasok barang. Pada
perjanjian ijarah, seperti halnya pada leasing yang diberikan oleh lembaga
pembiayaan tradisional, pada akhir perjanjian ijarah barang yang disewa itu
kembali kepada pihak yang menyewakan barang, yaitu bank. Pada perjanjian
ijarah sepanjang masa perjanjian ijarah tersebut kepemilikan atas barang tetap
berada pada bank. Setelah barang kembali pada akhir masa ijarah, bank dapat
menyewakannya kembali kepada pihak lain yang berminat atau menjual
barang itu dengan memperoleh harga atas penjualan barang bekas (second
hand) tersebut.6
2. Landasan Hukum Al-Ijarah
Ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Adapun landasan hokum Ijarah adalah
sebagai berikut:
1)Firman Allah QS. al-Zukhruf [43]: 32:
☺
☺
☺
⌫
⌧
⌫
6
“Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
2)Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 233:
⌧
☺
⌧
☺
⌧
☺
☺
“…Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
☺
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, ‘Hai ayahku! Ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.’”
4)Hadis riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda:
اﻮﻄْ أ
“Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.”
5)Hadis riwayat ‘Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri,
Nabi s.a.w. bersabda:
“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya.”
6)Ijma ulama tentang kebolehan melakukan akad sewa menyewa.
7)Kaidah fiqh:
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
“Menghindarkan mafsadat (kerusakan, bahaya) harus didahulukan atas mendatangkan kemaslahatan.”
3. Rukun dan Syarat Ijarah
Ulama Mazhab Hanafi mengatakan bahwa rukun ijarah hanya satu, yaitu
ijab dan qabul saja (ungkapan menyerahkan dan persetujuan sewa menyewa).7
Jumhur Ulama mngemukakan bahwa ijarah mempunyai tiga rukun umum dan
7
enam rukun khusus.8 Pertama adalah sighat (ucapan) yaitu pernyataan niat
dari dua pihak yang berkontrak, baik secara verbal maupun secara tulisan.
Pernyataan tersebut berupa tawaran (ijab) dari pemilik asset dan penerimaan
(qabul) yang dinyatakan oleh penyewa.
Kedua adalah pihak yang berakad atau berkontrak yang terdiri dari
pemberi sewa (lessor-pemilik asset) serta penyewa (lessee-pihak yang
mengambil manfaat dari penggunaan asset). Dimana orang yang boleh
melakukan kontrak ijarah adalah yang baligh dan berakal sehat, serta orang
yang berkompeten. Yaitu, orang-orang yang mempunyai kualifikasi dalam
menggunakan uang.9 Ketiga adalah objek kontrak yang terdiri dari
pembayaran (sewa) dan manfaat dari penggunaan asset, bukan asset itu
sendiri. Manfaat harus bisa dinilai dan memang dimungkinkan untuk
dilaksanakan dalam kontrak. Penyewaan mobil mogok atau rusak permanen
untuk dipakai sebagai kendaraan, jelas tidak dibenarkan.
Rukun dan syarat ijarah menurut fatwa DSN : 09/DSN-MUI/IV/2000
yaitu, sebagai berikut :
1) Pernyataan ijab dan qabul.
8
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan, (Jakarta : Tazkiya Institute 1999) hal. 156
9
2) Pihak-pihak yang berakad (berkontrak); terdiri atas pemberian
sewa (lessor, pemilik asset, LKS) dan penyewa (lessee, pihak yang
mengambil manfaat dari pengguna asset, nasabah).
3) Objek kontrak; pembayaran (sewa) dan manfaat dari penggunaan
asset.
4) Manfaat dari penggunaan asset dalam ijarah adalah objek kontrak
yang harus dijamin, karena ia rukun yang harus dipenuhi sebagai
ganti dari sewa dan buan asset itu sendiri.
5) Sighat ijarah adalah berupa pernyataan dari kedua belah pihak
yang berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain yang
equivalent, dengan cara penawaran dari pemilik asset (LKS) dan
penerimaan yang dinyatakan oleh penyewa (nasabah).
4. Sifat Akad Ijarah
Ulama fiqh berbeda pendapat tentang sifat akad ijarah mngenai
mengikat kedua belah pihak atau tidak. Mazhab Hanafi berpndapat bahwa
sebuah kontrak ijarah boleh dibatalkan sepihak kalau ada alas an yang kuat
dan sangat substansial.10 Seperti salah satu pihak wafat atau kehilangan
kecakapan bertindak hokum.
Jumhur ulama mengatakan bahwa akad ijarah itu bersifat mengikat,
kecuali ada cacat atau barang itu tidak bisa dimanfaatkan. Perbedaan ini dapat
10
dilihat dari satu kasus yang terjadi. Apabila diantara dua orang yang berakad
itu meninggal dunia salah satu dari keduanya, menurut Mazhab Hanafi akad
ijarah akan batal. Pembatalan kontrak dengan sewa dengan alasan yang kuat
dibenarkan dengan pertimbangan salah satu yang memiliki alas an kuat itu
akan dirugikan oleh sesuatu yang ia tidak setujui dalam kontrak.11 Maka
pembatalan kontrak dalam kondisi seperti ini dimaksudkan untuk mencegah
salah satu pihak menderita kerugian secara terpaksa. Akan tetapi, Jumhur
ulama mengatakan bahwa manfaat itu bisa diwariskan karena termasuk harta
(al-mal). Oleh sebab ini, kematian salah satu pihak yang berakad tidak
membatalkan akad ijarah.12
5. Macam-macam Ijarah
Berdasarkan objeknya ijarah terdiri dari dua macam, yaitu :13
a. Ijarah dimana objeknya manfaat dari barang, seperti sewa mobil, sewa
rumah dan lain-lain. Apabila manfaat itu manfaat yang dibolehkan
syara’ untuk dipergunakan, maka boleh dijadikan objek sewa menyewa.
b. Ijarah dimana objeknya adalah manfaat dari tenaga seseorang. Ijarah
semacam ini dibolehkan apabila jenis pekerjaan itu jelas seperti buruh
bangunan, tukang jahit, tukang sepatu, supir taksi, jasa guru dan
11
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan, (Jakarta : Tazkiya Institute 1999) hal.163
12
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), Jilid 6, hal. 662
13
lain. Ijarah seperti ini ada yang bersifat pribadi, seperti menggaji
seorang pembantu rumah tangga. Ada juga yang bersifat serikat, yaitu
seseorang atau sekelompok yang menjual jasanya untuk kepentingan
orang banyak, seperti buruh pabrik, tukang jahit dan lain-lain. Kedua
bentuk ijarah terhadap pekerjaan ini menurut ulama fiqh hukumnya
boleh.14 Pendapatan yang diterima dari transaksi ijarah ini disebut
ujrah, yaitu imbalan yang diperjanjikan dan dibayar oleh pengguna
manfaat sebagai imbalan atas manfaat yang diterimanya. Dari Abu
Said, Rasulullah SAW bersabda, “ Bila kamu menyewa seseorang
pekerja harus memberitahu upahnya.” (HR. an-Nasa’i).15
6. Berakhirnya Akad Ijarah
Para ulama fiqh menyatakan bahwa akad al-ijarah akan berakhir
apabila:
a.
Objek hilang atau musnah, seperti rumah terbakar atau baju yangdijahitkan hilang.
b.
Tenggang waktu yang disepakati dalam akad al-ijarah telahberakhir. apabila yang disewakan itu rumah, maka rumah itu
dikembalikan kepada pemiliknya, dan apabila yang disewa itu
adalah jasa seseorang, maka ia berhak menerima upahnya. Kedua
14
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 2004) ed, ke-1, cet ke-2, hal 236
15
hal ini disepakati oleh seluruh ulama fiqh.16
c.
Menurut uiama Hanafiyah, wafatnya salah seorang yang berakad,karena akad al-Ijarah, menurut mereka, tidak boleh diwariskan.
Sedangkan menurut jumhur ulama, akad al-Ijarah tidak bata!
dengan wafatnya salah seorang yang berakad, karena manfaat,
menurut mereka, boleh diwariskan dan al-ijarah sama dengan jual
beli, yaitu mengikat kedua belah pihak yang berakad.
d.
Menurut Ulama Hanafiyah, apabila ada uzur dari salah satu pihak,seperti rumah yang disewakan disita negara karena terkait utang
yang banyak, maka akad al-Ijarah batal. Uzur-uzur yang dapat
membatalkan akad al-Ijarah itu, menurut ulama Hanafiyah adalah
salah satu pihak jatuh muflis, dan berpindah tempatnya penyewa,
misalnya, seseorang digaji untuk menggali sumurdisuatu desa,
sebelum sumur itu selesai, penduduk desa itu pindah ke desa lain.
Akan tetapi, menurut jumhur ulama, uzur yang boleh membatalkan
akad al-Ijarah itu hanyalah apabila objeknya mengandung cacat
atau manfaat yang dituju dalam akad itu hilang, seperti kebakaran
dan dilanda banjir.
B. Ijarah Muntahiyyah Bittamlik (IMBT)
16
1. Pengertian ijarah muntahiyyah bittamlik (IMBT)
Banyak persepsi mengenai definisi dari istilah ijarah
al-muntahiyah bittamlik (IMB) yaitu, M. Syafi’I Antonio dalam bukunya
mengatakan bahwa al-ijarah al-muntahiyah bittamlik (IMB) adalah sebuah
istilah modern yang tidak terdapat dikalangan fuqaha terdahulu.
Definisinya: Istilah ini tersusun dari dua kata;
a. at-ta’jiir / al-ijaaroh (sewa)
b. at-tamliik (kepemilikan)
Pertama: at-ta’jiir menurut bahasa; diambil dari kata al-ajr ,yaitu
imbalan atas sebuah pekerjaan, dan juga dimaksudkan dengan
pahala.Adapun al-ijaaroh: nama untuk upah, yaitu suatu yang
diberikan berupa upah terhadap pekerjaan.
Kedua: at-tamliik secara bahasa bermakna: menjadikan orang lain
memiliki sesuatu. Adapun menurut istilah ia tidak keluar dari
maknanya secara bahasa. Dan at-tamliik bisa berupa kepemilikan
terhadap benda, kepemilikan terhadap manfaat, bisa dengan ganti
atau tidak. Sebagaimana ungkapan di bawah ini :
Jika kepemilikan terhadap sesuatu terjadi dengan adanya
ganti maka ini adalah jual beli.
Jika kepemilikan terhadap suatu manfaat dengan adanya
Jika kepemilikan terhadap sesuatu tanpa adanya ganti
maka ini adalah hibah/pemberian.
Adapun jika kepemilikan terhadap suatu manfaat tanpa
adanya ganti maka disebut pinjaman.
Dari kedua definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa definisi “al
ijarah al muntahia bit tamlik” (persewaan yang berujung kepada
kepemilikan) yang terdiri dari dua kata tersebut adalah; kepemilikan suatu manfaat (jasa) berupa barang yang jelas dalam tempo waktu yang jelas, diikuti dengan adanya pemberian kepemilikan suatu barang yang bersifat khusus dengan adanya ganti yang jelas.
Ungkapan “ kepemilikan suatu manfaat (jasa)”, bermakna
ijaaroh/sewa menyewa. Sedangkan, Ungkapan “diikuti dengan adanya
pemberian kepemilikan suatu barang”, ini bermakna jual beli. Maka ini yang
disebut persewaan yang berujung kepada kepemilikan (al ijarah al muntahia
bit tamlik).
Al-Ba’i wa al-ijarah muntahia bi al-tamlik merupakan rangkaian dua
buah akad, yakni akad al-ba’i dan akad al-ijarah muntahia bi al-tamlik.
Al-ba’i merupakan akad jual beli, sedangkan al-ijarah muntahia bi al-tamlik
merupakan kombinasi sewa menyewa (ijarah) dan jual beli atau hibah di
perjanjian untuk menjual atau menghibahkan objek sewa di akhir periode,
sehingga transaksi ini diakhiri dengan kepemilikan objek sewa.17
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)
No.7/DSN-MUI/III/2002 al-ijarah al muntahiyah bittamlik adalah perjanjian sewa beli
yang disertai dengan opsi pemindahan hak milik atas benda yang di sewa,
kepada penyewa, setelah selesai masa sewa.
Selain fatwa DSN, BI juga mengatur hal tentang akad produk bank
syariah di Indonesia. PBI 7/46/PBI/2005 telah menetapkan syarat untuk
berbagai produk perbankan syariah, baik berupa penghimpunan maupun
penyaluran dana. Di bidang penghimpunan dana, telah diatur simpanan yang
bersifat titipan, yakni: Giro Wadi’ah dan Tabungan Wadi’ah. Juga simpanan
yang bersifat investasi, yakni: Giro Mudharabah, Tabungan Mudharabah dan
Deposito Mudharabah.
Di bidang penyaluran dana, PBI dimaksud telah mengatur di Bagian
Kedua – Penyaluran Dana (Pasal 6 – 18 PBI 7/46/PBI/2005): Mudharabah,
Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna’, Ijarah, Ijarah Muntahiya Bit
Tamlik, dan Qardh.
Menurut Sunarto Zulkifli dalam bukunya mengatakan bahwa
transaksi IMBT merupakan pengembangan transaksi ijarah untuk
17
mengakomodasi kebutuhan pasar. Sehingga ketentuannya mengikuti
ketentuan Ijarah.18
Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad ijarah berlaku pula
dalam akad ijarah muntahiyah bittamlik. Pihak yang melakukan
al-ijarah al-muntahiyah bittamlik harus melaksanakan akad al-ijarah sampai
selesai terlebih dahulu, sebelum melakukan akad pemindahan kepemilikan,
baik dengan jual beli atau pemberian (hibah).
Perjanjian untuk melakukan akad al-ijarah al-muntahiyah bittamlik
harus disepakati ketika akad ijarah ditandatangani. Janji pemindahan
kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah wa’ad, yang
hukumnya tidak mengikat, jika ingin dilaksanakan, maka harus ada akad
pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah masa ijarah selesai.19
2. Bentuk IMBT
Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) memiliki banyak bentuk,
tergantung apa yang disepakati kedua pihak yang berkontrak.20 Dalam Ijarah
18
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2007) cet ke-3, hal. 48
19
HB. Tamam Ali, dkk. Ekonomi Syariah Dalam Sorotan: Tinjauan dari Berbagai Perspektif dan Dilengkapi dengan Praktek-praktek Ekonomi Syariah yang Telah Difatwakan, (Jakarta : Yayasan amanah Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), TT ) hal. 171
20
Muntahiyah Bittamlik, pemindahan hak milik barang terjadi dengan salah
satu dari dua cara berikut ini :21
1. Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang
disewakan tersebut pada akhir masa sewa.
2. Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang
yang disewaakan tersebut pada akhir masa sewa.
Kedua cara pemindahan hak milik ini terjadi secara bertahap selama
periode sewa, yaitu ketika dilakukannya pembayaran cicilan selama periode
sewa.
Transaksi yang disebut dengan al-ijarah al muntahiyah bittamlik
(IMB) adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual-beli dan sewa atau lebih
tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si
penyewa. Sifat pemindahan kepemilikan ini pula yang membedakan dengan
al ijarah biasa.
3. Manfaat dan Resiko yang harus diantisipasi
Manfaat dan transaksi al-ijarah untuk bank adalah keuntungan sewa
dan kembalinya uang pokok. Adapun risiko yang munkin terjadi dalam
al-ijarah adalah sebagai berikut:22
Default; nasabah tidak membayar cicilan dengan sengaja.
21
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari teori ke praktek, (Gema Insani Press:Jakarta) 2001 Hal. 48
22
Rusak; aset ijarah rusak sehingga menyebabkan biaya pemeliharaan
bertambah, terutama bila disebutkan dalam kontrak bahwa
pemeliharaan harus dilakukan oleh bank
Berhenti; nasabah berhenti ditengah kontrak dan tidak dan tidak mau
membeli aset tersebut. Akibatnya, bank harus menghitung kembali
keuntungan dan mengembalikan sebagian kepada nasabah
Adapun manfaat dari transaksi al-ijarah al muntahiyah bittamlik yang
diterima pihak nasabah adalah23
Nasabah dapat memperoleh barang-barang yang dibutuhkan.
Nasabah dapat terbantu dalam menjalankan usahanya (sektor
produktif) atau terbantu untuk pengadaan barang yang diinginkannya
(sektor konsumtif).
Adapun risiko yang mungkin dihadapi nasabah dalam al-ijarah al
muntahiyah bittamlik ini adalah tidak berbeda dengan yang di alami oleh
bank. Karena nasabah kerap memiliki masalah dalam hidupnya. Maka
nasabah harus memanajemen keuangan yang ia miliki agar tidak terjadi hal
yang tidak diinginkan.
C. Kombinasi Skema Akad IMBT
23
1. Al-Bai’ wal IMBT dengan janji untuk menjual barang tersebut di akhir
masa sewa.
Dalam IMBT ini bank syariah menawarkan skim ijarah with promise
to sell (dengan janji untuk menjual barang). Pada skim ini, bank membeli
terlebih dahulu objek pembiayaan kepada pemasok (suplier) secara tunai.
Bank kemudian menyewakan objek tersebut kepada nasabah untuk jangka
waktu tertentu dengan menggunakan akad ijarah. Pada akhir masa sewa,
nasabah akan diberikan opsi (pilihan) untuk membeli atau mengakhiri sewa
begitu saja.
Apabila nasabah memilih untujk membeli objek dimaksud, bank dapat
menjualnya senilai harga buku ataupun nilai tertentu sesuai perhitungan bank.
Dengan demikian, harga objek dimaksud dengan harga penjualan menjadi
jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga pasar. Penentuan harga bank
sesuai dengan kebijakan bank. Namun, sebagai acuan bank dapat menentukan
harga sewa dengan rumus;24
Harga Sewa = HBO – RV + KYD
Dimana;
HBO = Harga Beli Objek
RV = Residuel Value (Nilai Sisa)
KYD = Keuntungan yang Diharapkan
24
Pada akhir masa periode sewa, bank akan merealisasikan promise to
sell dimana bank bertindak selaku penjual. Sebagai bagian dari pelayanan,
bank dapat menawarkan sistem pembayaran tangguh atau cicilan maupun
tunai.
Skema Skim Ijarah denganjanji untuk menjual barang 7.Realisasi Promise to Sell
1.spesifikasi Barang 2. Spesifikasi Barang
4. Akad Ijarah
3. Bayar tunai
5. Pengiriman Barang
6.Pembayaran Sewa secara Tunai, Cicil atau Tangguh
Contoh perhitungan Bank :
Harga Beli Mobil = Rp 120.000.000
Residuel Value = Rp 120.000.000 x 60%
= Rp 72.000.000
Penyusutan = 5 tahun (untuk kendaraan)
= 20% pertahun
Penyusutan untuk 2 tahun = 20% x 2 x Rp 120.000.000
= Rp 48.000.000
Keuntungan yang diharapkan = Rp 120.000.000 x 12%/th x 2
th
= Rp 28.800.000
Pemasok Bank
Harga sewa = Rp 120.000.000 – Rp
72.000.000
+ Rp 28.800.000
= Rp 76.800.000 (untuk 2
tahun)
Angsuran sewa per bulan = Rp 76.800.000/24
= Rp 3.200.000
(catatan : 1. Residual Value dapat dianggap sebagai nilai opsi beli)
2.Uang Muka dalam sewa tidak dikenal)
Skim untuk nasabah:
Jenis fasilitas : Ijarah al muntahiyah bittamlik (IMB) with
promise to sell
Angsuran sewa 9bln pertama : Rp 28.800.000
Angsuran sewa selanjutnya : Rp 3.200.000/bulan (selama 15 bln)
Akhir masa sewa : Rp 72.000.000
Karena nasabah memiliki dana sebesar Rp 30.000.000, bank dapat
mensyaratkan pembayaran sewa dimuka 9 bulan pertama yakni sebesar Rp
24.800.000. namun, hal ini juga termasuk kebijakan bank. Dengan
pertimbangan tertentu, bank juga dapat memberikan fasilitas pembayaran
sewa perbulan tanpa pembayaran sewa dimuka.
2. Al-Hibah’ wal IMBT dengan janji untuk memberi barang secara hibah di
akhir masa sewa.
Selain menggunakan prinsip Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMB) with
Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMB) dengan hibah. Pada skim ini bank
membeli terlebih dahulu objek yang diinginkan oleh nasabah dari suplier.
Objek tersebut kemudian di ijarahkan kepada nasabah dengan menggunakan
skim IMBT.
Pada akhir masa sewa, bank akan menghibahkan barang dimaksud
kepada nasabah sehingga terjadi proses perpindahan kepemilikan dari bank
kepada nasabah. Pada skim ini, angsuran dipastikan telah meliputi seluruh
harga pokok barang dimaksud.25
Contoh :
Perhitungan Bank:
Harga Beli Mobil oleh Bank = Rp 120.000.000
Residual value = Rp 0
Keuntungan yang diharapkan bank = Rp 120.000.000 x Rp 12%/th x 2
th
= Rp 28.800.000
Harga sewa = Rp 120.000.000 + Rp 28.800.000
= Rp 148.000.000 (untuk 2 th)
Angsuran sewa per bulan = Rp 148.000.000/24
= Rp 6.200.000
(catatan: uang muka dalam sewa tidak dikenal)
Skema Skim IMBT dengan Hibah 7.Realisasi Hibah & Perpindahan Kepemilikan
25
1.Spesifikasi Barang 2. Spesifikasi barang
4.Akad Ijarah
6.Bayar Sewa 3.Bayar Tunai
Nasabah Bank Suplier
5.Pengiriman Barang
Karena nasabah memiliki dana sebesar Rp 30.000.000, bank dapat
mensyaratkan pembayaran sewa dimuka 4 bulan pertama yakni sebesar Rp
24.800.000. namun, hal ini juga termasuk kebijakan bank. Dengan
pertimbangan tertentu, bank juga dapat memberikan fasilitas pembayaran
sewa perbulan tanpa pembayaran sewa dimuka.
Skim untuk nasabah:
Jenis fasilitas : Ijarah al muntahiyah bittamlik (IMB)
dengan Hibah
Angsuran sewa 9bln pertama : Rp 24.800.000
Angsuran sewa : Rp 6.200.000/bulan (selama 15 bln)
Akhir masa sewa : Barang dihibahkan
IMBT dengan hibah ini adalah kondisi dimana bank menyewakan
dengan perpindahan kepemilikan secara hibah di akhir masa sewa. Dalam
kondisi ini yang diijarahkan adalah manfaat obyek bukan obyek itu sendiri.26
26
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia. Tbk A.1. Sejarah Singkat
PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia. Tbk, didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor
perb a nka n na sio na l te rg ulung o le h kre d it ma c e t d i se g me n
ko rp o ra si. Ba nk Mua ma la t p un te rimb a s d a mp a k krisis. Di ta hun
1998, ra sio p e mb ia ya a n ma c e t (NPF) me nc a p a i le b ih d a ri 60%.
Pe rse ro a n me nc a ta t rug i se b e sa r Rp 105 milia r. Ekuita s me nc a p a i
titik te re nd a h, ya itu Rp 39,3 milia r, kura ng d a ri se p e rtig a mo d a l se to r
a wa l.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua, dan (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya.
pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta sebagai The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong
Kong).1
A.2. Visi dan Misi
Adapun Visi dari Bank Muamalat ini adalah; Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional. Serta Misi dari Bank Muamalat Indonesia ini adalah; Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk
memaksimumkan nilai bagi stakeholder.2
1
PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk http:// www. Muamalatbank .com/ index.php /home/about/profile, diunduh pada hari Sabtu, 26 Juni 2010
2
A.3. Budaya Corporate
Celestial ( yang berhubungan dengan angkasa/ sorga) adalah lawan kata dari terrestrial ( yang berhubungan dengan bumi). Mengapa dalam konsep ini digunakan kata Celestial ( yang berhubungan dengan angkasa/ sorga)? Tak lain adalah untuk mengingatkan bahwa apapun yang kita perjuangkan hari ini sesungguhnya memiliki konteks yang lebih luas, jangka panjang, yaitu: hidup yang sejati barulah dimulai pada saat nafas terakhir terhembus. Itulah saat ketika kenisbian beranjak menuju keabadian. Namun, konsep ini bisa saja ada yang tidak menyepakatinya. "Bagaimana mungkin kebinasaan dinisbatkan dengan kehidupan? Bukankah ini bertolak belakang? Ini tak lain merupakan
pandangan yang terlampau sulit untuk dimengerti oleh rasionalitas yang kita
lebih, kritik yang disampaikan oleh mereka yang tak sependapat. Argumen
para penentang keabadian hidup ini, rupanya, telah pula ditunjukkan Allah
SWT di dalam al-quran :"Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan kita di
dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan
lagi" (QS 23:37).
Padahal, siapapun yang menggunakan akal sehatnya dengan baik, akan menemukan realitas ini. Alam semesta menjadi fakta yang sangat jelas terpampang, bahwa dunia ini adalah bukan bagian terbesar dari kehidupan kita. Ada kekuatan matahari dengan trilyunan megawatt tenaga listriknya. Bukan hanya satu di semesta ini. Pengetahuan moderen menunjukkan adanya jutaan bahkan milyaran matahari dalam tatasurya yang berbeda, di mana matahari kita hanya satu dari milyaran itu. Begitu luas dan luar biasa. Dan manusia hanyalah laksana virus-virus teramat kecil yang menempel dan berputar bersama putaran tata surya dan alam semesta. Dunia, tempat manusia hidup, bukanlah segalanya. Ia hanyalah noktah kecil di tengah jagat raya.
kepada Sang Pencipta. Itulah sebabnya segala sesuatu, termasuk di dalam bisnis, selayaknya berada dalam konteks etika ilahiyah. Dan Celestial Management berupaya untuk menjadi bagian solusi atas pengelolaan kehidupan berogranisasi di bola dunia yang nisbi ini dengan pendekatan keabadian, ilahiyah.
Tiga Ranah Kehidupan
Celestial Management, dalam konsep intinya, membagi kehidupan manusia dalam 3 (tiga) ranah utama. Masing-masing akan menjadi pendorong bagi terciptanya ranah lainnya. Pertama adalah bahwa kehidupan ini merupakan a place of Worship (tempat beribadah). Kehidupan dengan segala pernik aktivitas dan kerja yang kita lakukan merupakan tempat penyembahan (baca: ibadah) bagi manusia. Dan tak ada satupun alasan bagi kita untuk melakukan sesuatu yang berada di luar konteks ini. Kita melakukan segalanya sebagai bagian pengabdian kepada suatu cita-cita atau tujuan yang jauh lebih besar dari hidup itu sendiri.
Kedua adalah bahwa kehidupan ini sebagai a place of Wealth (tempat kekayaan). Kita ditugasi oleh Sang Pencipta untuk menciptakan, memelihara, dan mendistribusikan kemakmuran atas nama keadilan dan kemanusiaan. Eksplorasi sumber-sumber kemakmuran hendaknya ditujukan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan yang semakin efektif. Jika kita tak mampu melakukannya, maka kita akan masuk pada ranah ketiga, yaitu kehidupan sebagai a place of Warfare (tempat berperang).
Kalaulah ia tidak memerangi orang lain, paling tidak, setiap waktu manusia berupaya untuk memerangi dan menundukkan dirinya sendiri. Berusaha mengatasi kemalasan, kurangnya pengetahuan, tingkat kompetitif yang rendah, dsb merupakan contoh kongkrit atas penaklukan tak pernah henti.3
3
http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/budaya_korporasi, diunduh pada hari
A.4. Struktur Organisasi PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk.
B. Bank DKI Syariah B.1. Sejarah Singkat
oleh dan dihadapan Eliza Pondaag S.H., Notaris di Jakarta, yang telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. J.A.5/31/13 tanggal 11 April 1961 dan telah didaftarkan dalam buku register di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta di bawah No. 1274 tanggal 26 Juni 1961 serta telah diumumkan dalam Tambahan No. 206 Berita Negara Republik Indonesia No. 41 tanggal 1 Juni 1962.
Dalam rangka penyesuaian dengan ketentuan Undang- Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, kedudukan hukum Perseroan diubah dan dialihkan dari Perseroan Terbatas Bank Pembangunan Daerah Jakarta Raya menjadi Bank Pembangunan Daerah DKI Jakarta berdasarkan Peraturan Daerah, Jakarta - DKI No. 6 Tahun 1978 tanggal 21 Agustus 1978 tentang Bank Pembangunan Daerah Jakarta (BPD Jaya) yang telah disahkan oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. Pem.10/87/1-858-sk. tanggal 5 Desember 1978 dan diundangkan dalam Lembaran Daerah DKI Jakarta No. 12 Tahun 1979 Seri D No. 11 tanggal 2 Mei 1979 serta sebagaimana Peraturan Daerah No. 1 tahun 1993 tanggal 15 Januari 1993 dengan merubah modal dasar dari sebesar Rp50.000.000.000 menjadi sebesar Rp300.000.000.000 sampai dengan tanggal 5 Mei 1999 dan sejak tanggal 6 Mei 1999 berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan modal dasar sebesar Rp700.000.000.000.
1 Pebruari 1999 dengan Akta yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris Harun Kamil, S.H., No. 4 tanggal 6 Mei 1999 dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman berdasarkan Surat Keputusan No. C-8270.HT.01.01.Th. 99 tanggal 7 Mei 1999. Tanggal 4 Juni 1999, diumumkan dalam Berita Negara No. 45, Tambahan No. 3283.
Ruang lingkup kegiatan Bank adalah untuk menjalankan aktivitas umum perbankan. Pada tanggal 30 Nopember 1992, Bank memperoleh ijin untuk melakukan aktivitas sebagai Bank Devisa berdasarkan SK Direksi Bank Indonesia No. 25/67/KEP/DIR. Pada bulan Maret 2004, Bank mulai melakukan kegiatan operasional berdasarkan prinsip syariah berdasarkan Surat Bank Indonesia No.6/39/DpbS, tanggal 13 Januari 2004 tentang prinsip pembukaan kantor cabang syariah Bank dalam aktivitas komersial Bank.
Anggaran Dasar Bank telah mengalami beberapa kali perubahan, dan yang terakhir berdasarkan Akta No. 101 yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris Ny Poerbaningsih Adi Warsito, S.H., Notaris di Jakarta pada tanggal 28 September 2007 tentang Penambahan Modal Dasar menjadi Rp1.500.000.000.000 dan peningkatan Modal Disetor yang telah mendapatkan persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan No. C-04111.HT.01.04 Tahun 2007 tanggal 22 Nopember 2007.
oleh PD Pasar Jaya.
Konsistensi pertumbuhan kinerja untuk meraih kepercayaan masyarakat melalui inovasi produk dan jasa perbankan, peningkatan kualitas pelayanan, implementasi tata kelola perusahaan yang dipadu dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi fokus Bank DKI yang berdiri sejak 11 April 1961.
Visi menjadi yang terbaik dan membanggakan dan misi sebagai bank berkinerja unggul, mitra strategis dunia usaha, masyarakat dan andalan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang memberi nilai tambah bagi stakeholder melalui pelayanan terpadu dan profesional diawali dengan membangun budaya kerja yang digali dari nilai-nilai intern yang positif guna menghasilkan sumber daya manusia yang berbasis human capital yang mempunyai perilaku KTPPDKI (komitmen, teamwork, professional, pelayanan, disiplin, kerja keras dan integritas).
Bank DKI memfokuskan kegiatan usahanya pada empat segmen utama yang memberi peluang pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan, yaitu segmen perbankan konsumer, segmen perbankan komersial dan segmen perbankan KPR dan UMKM, serta perbankan syariah.
transportasi di Kereta Api Listrik yang menghubungkan Jakarta dengan beberapa kota satelitnya. Ke depan, JakCard akan dapat digunakan sebagai alat pembayaran semua moda transportasi se-DKI-Jaya.
Segmen perkembangan komersial menitikberatkan pada pembiayaan segmen pekerjaan umum dan pengembangan infrastruktur, khususnya di wilayah DKI Jaya, merupakan bisnis inti Bank DKI sebagai Bank Pembangunan Daerah.
Segmen Mortgage & Housing memfokuskan pada pembiayaan Kredit Perumahan Rakyat baik primary house maupun secondary mortage serta kredit program kerjasama dengan berbagai lembaga. Selain itu, juga melayani sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan merupakan wujud komitmen Bank DKI dalam mendukung program pembangunan DKI Jaya yang juga mencakup upaya pemberdayaan perekonomian masyarakat melalui pengembangan sektor UMKM.
Segmen perbankan syariah melayani kebutuhan masyarakat akan manfaat pelayanan perbankan yang berbasiskan syariah Islam, sekaligus juga mengisi salah satu segmen perbankan yang tumbuh secara pesat dalam beberapa tahun ini.
Dalam rangka memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan, Bank DKI terus memperkuat tata kelola perusahaan, termasuk struktur pengendalian internal dan manajemen risiko, serta penerapan standar baku operasi yang lebih seragam dan transparan.4
4
B.2. Visi dan Misi5 VISI :
"Menjadi Bank Terbaik Yang Membanggakan" _Bank Terbaik:
• Memiliki kinerja terbaik diantara bank sekelasnya (Menurut Kriteria
Permodalan API).
• Menjadi bank jangkar yang terbaik.
_Yang Membanggakan:
• Memiliki kinerja dan reputasi yang baik dan menjadi pilihan utama nasabah
dan stakeholder lainnya.
• Memberikan deviden dan kontribusi yang tinggi kepada Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta.
• Karyawan memiliki jalur karir yang jelas dan kesejahteraan yang baik.
MISI :
"Bank berkinerja unggul, mitra strategis dunia usaha, masyarakat dan andalanPemerintah Provinsi DKI Jakarta yang memberi nilai tambah bagi
stakeholder melalui pelayanan terpadu dan profesional." _Berkinerja Unggul:
• Berkinerja baik sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan otoritas lainnya
5
• Mampu mengelola risiko dengan memperhitungkan kecukupan modal (capital
charge)
• Tumbuh progresif dan berkelanjutan
• Memiliki keunggulan bersaing dalam produk dan layanan
_Mitra Strategis Dunia Usaha:
• Meningkatkan kepercayaan mitra bisnis untuk tetap bekerjasama
• Memberikan solusi kepada nasabah dengan prinsip saling menguntungkan
• Memberikan nilai tambah kepada nasabah dalam produk dan layanan bank
_Mitra Strategis Masyarakat:
Customer centric, antara lain;
• Berorientasi pada kebutuhan nasabah (sistem prosedur, produk, layanan)
• Aktif membangun hubungan baik dengan nasabah
• Bank pilihan masyarakat
• Peka terhadap perubahan dan kebutuhan masyarakat
• Memberikan/menjadi sumber informasi yang berguna dalam produk dan
layanan bank
_Andalan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta:
• Menjadi bank pilihan utama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam
pengelolaan keuangan
• Memberikan kontribusi deviden tertinggi diantara perusahaan daerah/BUMD
• Mendukung program-program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta secara
profesional
• Berperan aktif membantu pertumbuhan ekonomi daerah dalam rangka
tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat DKI Jakarta dan sekitarnya
• _Memberi Nilai Tambah Bagi Stakeholder:
• Menjadikan produk dan layanan yang berkualitas dengan biaya yang efisien
• Menyelaraskan program tanggung jawab sosial perusahaan Bank DKI dengan
program program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
• Meningkatkan kesejahteraan bagi karyawan dan pengurus secara
berkesinambungan
• Memenuhi semua kewajiban hukum dan kesepakatan dengan baik
_Pelayanan Terpadu:
• Menyediakan produk dan layanan yang lengkap dengan dukungan Teknologi
Informasi yang unggul
• Memberikan layanan yang efektif dan efisien dengan risiko yang dapat
diterima
• Cepat dan tanggap dalam menangani pengaduan nasabah dan memberikan
solusi beragam termasuk cross selling secara profesional
• Memiliki karyawan yang terlatih dengan kemampuan untuk memberikan
_Profesional:
• Memiliki kompetensi (skill dan knowledge) dan integritas yang tinggi
• Memiliki standar kompetensi dan etika yang tinggi
• Mendahulukan kepentingan perusahaan diatas kepentingan pribadi
B.3. Budaya Perusahaan
Dengan visi dan misi yang baru, telah terformulasikan rumusan nilai-nilai budaya kerja yang digali dari proses internalisasi yang menjadi Panduan bagi seluruh karyawan Bank DKI sekaligus sebagai Code of Conduct.6
KTPP DKI = Komitmen - Teamwork - Profesional - Pelayanan - Disiplin - Kerjakeras – Integritas
Komitmen
Menjunjung tinggi nilai-nilai yang disepakati dan bertanggung jawab dengan sepenuh hati. Panduan Perilaku:
• Memegang teguh dan berupaya keras untuk mencapai
target
• Melaksanakan pekerjaan dengan penuh tanggung-jawab
• Dapat dipercaya dalam mengemban setiap pekerjaan
dengan benar
• Menjalankan tugas mengikuti aturan yang berlaku
6
• Menindaklanjuti setiap masalah yang menjadi
tanggung-jawab saya dan memastikan penyelesaiannya hingga tuntas
Teamwork
Kerjasama yang dilandasi semangat saling menghargai dan menghormati untuk mencapai hasil yang terbaik. Panduan Perilaku:
• Bersedia mendengar dan menghargai pendapat orang lain
• Tidak memaksakan kehendak atau pendapat pribadi
• Aktif memberi saran, pendapat untuk keberhasilan tim
• Berpikir positif
• Bersedia bekerja dengan penuh keikhlasan, tanggung
jawab dan dedikasi Profesional
Menjalankan tugas sesuai dengan keahlian, keterampilan dan pengetahuan di bidangnya untuk mencapai kinerja terbaik dengan tetap menjunjung tinggi kode etik bankir. Panduan Perilaku:
• Bekerja efektif dan efisien
• Inovatif dan kreatif
• Selalu belajar untuk mengembangkan keterampilan,
pengetahuan dan keahliannya
• Berwawasan luas dan pandangan jauh ke depan
• Bekerja berdasarkan prinsip kehati-hatian (prudent)
Pelayanan
Memberikan layanan terbaik kepada seluruh nasabah dengan sikap ramah, sopan, tulus dan rendah hati sehingga dapat memberikan kepuasan. Panduan Perilaku:
• Senyum Salam Sapa
• Mendengarkan dengan sepenuh hati untuk memahami
kebutuhan nasabah
• Memberikan layanan dengan sigap, cepat dan akurat
• Siap menerima kritik dan saran untuk perbaikan layanan
Disiplin
Melaksanakan tugas secara tepat waktu, tepat guna, dan tepat manfaat. Panduan Perilaku:
• Tepat waktu
• Bertindak sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang
berlaku dengan penuh tanggung jawab
• Melaksanakan rencana yang telah ditetapkan
• Menggunakan sarana dan prasarana kantor sebagaimana
Kerja Keras
Melaksanakan tugas dengan segala upaya untuk mencapai hasil yang terbaik. Panduan Perilaku:
• Pantang menyerah untuk mencari solusi yang lebih baik
• Menyelesaikan pekerjaan dengan kualitas yang terbaik
• Selalu bersemangat untuk memberikan hasil yang lebih
baik
• Tidak cepat puas atas hasil yang dicapai
• Rela mengorbankan kepentingan pribadi demi tercapainya
kepentingan perusahaan Integritas
Membangun kepercayaan dengan kejujuran, tanggung jawab, moral, serta satu kata dengan perbuatan Panduan Perilaku:
• Berani menyatakan fakta apa adanya secara transparan dan
jujur dengan tetap menjaga rahasia bank dan perusahaan
• Menjunjung tinggi kebenaran sesuai dengan kode etik
banker
• Melaksanakan tugas dengan ikhlas
• Bersikap terbuka dalam mengungkap gagasan dan
pendapat
B.4. Tata Kelola Perusahaan
Dalam rangka memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan, serta mencapai visi Bank DKI untuk menjadi bank terbaik dalam kelasnya yang dapat dibanggakan oleh seluruh pemangku kepentingan, Bank DKI terus memperkuat tata kelola perusahaan, termasuk struktur pengendalian internal dan manajemen risiko, serta penerapan standar baku operasi yang lebih seragam dan transparan.
Prinsip-prinsip dasar pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang Baik di Bank DKI merujuk pada Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006 dan No. 8/14/PBI/2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum, Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007 perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, serta Undang Undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, maupun ketentuan lainnya yang mengatur hal tersebut.7
Guna mencapai tingkat penerapan GCG secara maksimal, Bank DKI berpedoman pada prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan operasional perbankan. Prinsip-prinsip GCG yang secara umum dikenal dengan akronim TARIF dijabarkan sebagai berikut:
7
_Transparency
Keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan dalam proses pengambilan keputusan.
_Accountability
Kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ bank sehingga pengelolaan berjalan efektif.
_Responsibility
Kesesuaian pengelolaan Bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat.
_Independent
Pengelolaan bank secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun.
_Fairness
Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B.5. Struktur Tata Kelola Perusahaan
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Sesuai dengan Anggaran Dasar Bank DKI, RUPS merupakan elemen tertinggi dalam struktur pengelolaan perusahaan. RUPS membahas dan menghasilkan keputusan penting atas masalah-masalah yang sedang atau akan dihadapi oleh Bank DKI. Di dalam RUPS tersebut juga dibahas dan diputuskan beberapa hal, diantaranya adalah menerima dengan baik atau menolak laporan pertanggungjawaban Dewan Komisaris atau Direksi, memilih dan memberhentikan anggota Dewan Komisaris dan Direksi, serta mengevaluasi kinerja dari masing-masing anggota Dewan Komisaris dan Direksi. RUPS diselenggarakan setidaknya sekali dalam setahun. Selain RUPS, atas permintaan pemegang saham, Bank DKI dapat menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
2. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris diangkat oleh pemegang saham melalui RUPS. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai dengan fungsinya masing-masing, sebagaimana diamanatkan dalam Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.