• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksistensi ahlul bait dalam kitab tafsir Jami' al-Bayan fi Tafsiral-Qur'an karya Imam ibn Jarir ath-Thabari: Studi kritis surat al-Ahzab ayat 33

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Eksistensi ahlul bait dalam kitab tafsir Jami' al-Bayan fi Tafsiral-Qur'an karya Imam ibn Jarir ath-Thabari: Studi kritis surat al-Ahzab ayat 33"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

IMAM IBN JARIR ATH-THABARI

(STUDI KRITIS SURAT AL-AHZAB AYAT 33)

Oleh:

DEDI PERMANA IRAWAJ\{

NIM : 1963412682

Jurusan Tafsir Hadis

Fakultas Ushuluddin IAIN SyarifHidayatullah

Jakarta

(2)

(STUDI KRITIS SURAT AL-AHZAB AYAT 33)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Ushuluddin

Oleh

Dedi Permana Irawan NIM: 1963412682

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. H. Ahsin Muhammad

Jurusan Tafsir Hadis

Fakultas Ushuluddin IAIN SyarifHidayatullah Jakarta

(3)

Skripsi yang berjudul "EKSISTENSI AHLUL BAIT DALAM KITAB TAFSIR JAMI' AL-BAYAN FI TAFSIR AL-QUR'AN KARYA IMM>il IBN JARIR ATT-T-THABARI (STUDI KRITIS SURAT AL-AHZAB AYAT 33)" ini telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuludin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Juni 2001. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 ( S 1) pada Jurusan Tafsir I-Jadis.

Ketua ェヲセ。ョァN@ kap anggota,

(!)\

./

.---Drs. 1 uri M.A NIP. 150240089

amdani Anwar M.A. 0216997

Dr. H. Ahsin Muhammad, M.A. NIP. 150277990

Jakai1a, 14 Juni 200 I

Sidang Munaqasyah

Anggota

(4)

*;ll

セ[ャャ@

liil

セ@

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadhirat Allah swt. yang telah memberikan tm{/iq, hidayah, dan 'inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini sebagai tugas akhir akademis di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam tidak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad saw. dan keluarganya yang telah memberikan inspirasi untuk menyusun skripsi ini.

Skripsi ini penulis susun sebagai ungkapan rasa cinta dan rindu yang begitu dalam clan tulus kepada Nabi Muhammad saw. dan keluarganya (ahlul bait). Semoga skripsi ini dapat menjadi kontribusi berharga bagi kaum muslimin dalam mengungkap eksistensi ahlul bait Nabi Muhammad saw. dan menjadi syqfa 'at -bagi penulis dan para pencinta ahlul bait di mana saja berada- di hari akhir nanti.

Penulis menyadari bahwa pembuatan skripsi ini tidak akan dapat selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menghaturkan banyak terima kasih kepada:

(5)

memberikan bimbingan, saran, dan motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

3. Pimpinan dan segenap civitas akademika Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jaka1ta yang telah banyak membantu kelancaran administrasi dan birokrasi.

4. Pimpinan dan para staf Perpustakaan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Umum Islam Iman Jama' yang telah menyediakan referensi-referensi yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Y ayasan Beasiswa Jakarta yang telah membe1ikan besiswa kepada penulis dalam membantu menyelesaikan program studi Strata l (S 1 ).

6. Teman-teman seperjuangan di kelas THIA dan TH/B angkatan '96.

7. lbunda Nurnaningsih dan ayahanda Sutarmadji tercinta yang sangat besar jasanya dalam mendidik dan memberikan kasih sayang kepada penulis dari kecil hingga kini, adik-adikku tersayang (Sulistiawati, Alif Nasrullah, dan Adrianita Fauziah), dan saudara-saudara yang tergabung dalam keluarga besar H. Sainin dan H. Mukhtar atas perhatiannya selama ini.

8. Teman-teman seperjuangan yang tergabung dalam Forum Ukhuwah Remaja

m。Nセェゥ、@ Jami' Assakinah (FURMA) dan semua pihak yang tidak penulis sebutkan

namanya satu-persatu yang telah memberikan spirit kepada penulis untuk terns maju berjuang.

(6)

111

Jakarta., Rabi'ul Awai 1422 H Mei 2001 M

(7)

KATAPENGANTAR .... ··· ··· ··· 1 DAFTARISl. ... . ··· ... JV

BAB L PENDAI-TIJLUAN ... .

BAB IL

A. Latar Belakang Masalah ... .

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... .

I

7

C. Metodologi Penelitian dan Tekhnik Penulisan.... .. . .. . . . .. . . 8 D. Sistematika Penyusunan... 9

IMAM ATH-THABARI DAN KITAB TAFSIRNYA ... . IO A. Biografi Imam Ath-Thabari ... IO

I . Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Abad Kedua dan Ketiga Hijriah... I 0 2. Asal-Usu! dan Intelektualitas Imam Ath-Thabari... 13 3. Karya-karya Imam Ath-Thabari... ... ... .. . ... . . .. . ... .. . ... ... ... .. . . 17 B. Tafsir ath-Thabari: Sejarah, Metode, dan Penilaian Para Ulama

Terhadapnya ... 19

I. Sejarah Kitab Tafsir Ath-Thabari... .. . .. . .. . .. . .. . ... .. ... . .. . .. . .. . 19 2. Metode Tafsir Ath-Thabari. .. . .. ... . .. . .. . .. . .. . . ... .. . .. ... ... ... . . . 21

(8)

BAB III.

BAB IV.

AHL UL BAIT DALAM SOROT AN ... . 27

A. Tafsir Surat al-Ahzab Ayat 33 ... .. . .. . . .. . . .. . .. . . ... .. 27

I. Makna Lafaz.. .. . . .. . . . .. . .. . .. . . .. .. . . .. .. . .. ... ... .. . .. . .. . ... . 27

2. Asbab an-Nuzul ··· 58

3. Munasabah Ayat... ... 62

4. Penafsiran Para Ulama Terhadap Surat al·Ahzab Ayat 33 ... 62

B. Keutamaan dan Kekhususan Ahlul Bait Nabi Muhammad SAW ... . 65

C. Apakah Ahlul Bait Masih Ada?... 66

PANDANGAN IMAM ATH-THABARI TERHADAP AHLUL BAIT NABI MUHAMMAD SAW DALAM KIT AB T AFSIRNY A ... 73

A. Tafsir Surat al-Ahzab Ayat 33... .. ... . .. . . .. ... . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . . ... . .. .. . 73

I. Makna Lafaz ... 73

2. Penafsiran Imam Ath-Thabari Terhadap Ayat 33 Surat al-Ahzab ... 74

(9)

BABY. PENUTUP .. --- - . . - ---···· ... 89 A_ Kesimpulan __ _ -- --· --- -- --- .. --- ... 89

B. Saran-saran.

DAFTARPUSTAKA ... . - ---·---·- ·-····---··-··-··-· ··--··-··-··-···· ··--·-··--···-··---· 91

(10)

A.

Latar Belakang Masalah

Agama Islam, sebagai agama yang dianut oleh ratusan juta kaum muslimin di seluruh dunia, merupakan way of live yang menjamin keselarnatan dan kebahagiaan pemeluknya di dunia dan akhirat. Ia mempunyai satu sendi utama yang esensial yang berfungsi memberi petunjuk ke jalan yang sebaik-baiknya, itulah al-Qur 'an.

AI-Qur' an memberikan petunjuk kepada manusia dalmn persoalan-persolan yang menyangkut aqidah, syari'ah, dan akhlaq melalui bimbingan Rasulullah saw. yang telah ditugaskan oleh Allah swt. untuk memberikan keterangan yang jelas dan lengkap mengenai dasar-dasar prinsipil itu. Sebagaimana firman A.llah swt.:

.(

t t

Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur 'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. (Qs. An-Nahl/16:44).

Penjelasan atau bayan dari Rasulullah saw. begitu signifikan, karena ayat-ayat al-Qur' an yang diturunkan oleh Allah swt. masih bersifat global, umum, dan mutlaq.

(11)

Salah satu ha! yang memerlukan bayan dan banyak menyita perhatian para ulama adalah persoalan "ahlul bait" yang termaktub dalam al-Qur'an surat al-Ahzab (33) ayat 33.

Firman Allah swt:

) • _);.'f!-"'L' ('"""' Lセ@ '..'LO: '_

t-

セ@ NセNQ⦅GN@

.J - ...

- セ|@

(Jo\ - '

セ@ セ@y

.

I\ '_

r - . - ·--

エG|Gセ@ (__IA:ll\

2li I '' ' Ll\

セjZャ@

.

Sesungguhnya Allah bermak.111d hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (Qs. al-Ahzab/33:33).

Terkait dengan ayat 33 surat al-Ahzab di atas, Allah swt. telah menurunkan firman-Nya:

( "\ V ·

ッ[ッセw|I@

-...

セ\Q|@

':1\

• -

'i

Jlil -. I

ャZセNャャ@

-.

;sl' •.

.... •

.. -,

2lir

• • • (.);l.Y-'"""

f'

_,....

c...G セ@ (.)_ • 0" (..)!<> - ••

.J

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu ket:jakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Qs. aJ'-Maidah/5:67).

(12)

Ali Akbar Shadeqi dalam kitabnya "Payam Ghadir" menjelaskan bahwa surat al-Maidah ayat 67 tersebut di atas turun pada tanggal 18 Zulhijjah 10 H usai ibadah

hqji wada' di padang pasir Ju hf ah di daerah Ghadir Khum .1

Di tempai inilah Nabi Muhammad saw. menyampaikan khutbahnya yang terakhir yang berisikan pesan-pesan ( wasiat) yang harus harus dipegang teguh oleh kaum muslimin di saat-saat terakhir kehidupan beliau.

Berikut ini penulis cantumkan inti wasiat dari khutbah beliau di Ghadir Khum

yang dalam kalangan ahli hadis dikenal dengan istilah "hadits tsaqalain" ( dua bekal yang be rat).

Diriwayatkan dalam "al-Musnad" imam Ahmad bin Hanbal dari sahabat Abu Sa'id al-Khudri:

1 Dr. Ali Akbar Shadcqi,

(13)

Te/ah menceritakan kepada kami Abu an-nasr, telah menceritakan kepada kami Muhammad ya/mi lbn Talhah dari A 'masy dari 'Atiah 'Au/a dari Abi Sa 'id al-Khudri dari Nabi Sallallahu 'alaihi wa sallam beliau berkata: Bahwasanya aku merasa hampir dipanggil dan aku akan memenuhi panggilan itu. Sesungguhnya aku telah meninggalkan kepada kalian dua bekal, kitabullah 'azza wa jatla dan keturunanku. Kitabullah adalah tali yang terentang dari langil sampai ke bumi, dan keturunanku adalah ahlul bait/cu. Bahwasanya Allah Yang Maha Lembut lagi Maha Mengetahui telah memberitahu kepadaku bahwa kedua-duanya itu tidak akan terpisah hingga kembali kepadaku di haudh (sorga). Perhatikanlah dua hat itu dalam kalian meneruskan kepemimpinanku.

Untuk pusaka yang pertama yaitu al-Qur 'an, ha! itu telah jelas dan akan selalu menjadi keyakinan setiap muslim sampai hari kiamat. Namun lain halnya dengan pusaka yang kedua, yaitu ahlul bait keturunan Rasulullah saw., yang di dalamnya banyak terjadi permasalahan di tengah-tengah umat Islam dari semenjak zaman Rasulullah saw. hingga zaman modern sekarang ini.

Untuk mengetahui lebih jauh bentuk-bentuk permasalahan di sekitar ahlul bait Rasulullah saw., maka berikut ini penulis mencoba untuk memaparkannya:

1. Banyak di kalangan masyarakat muslim sendiri, -tak terkecuali masyarakat muslim Indonesia-, yang kurang mengetahui, memahami, dan memperhatikan eksistensi, keistimewaan, dan keagungan kedudukan ahlul bait Rasulullah saw. di sisi Allah swt.

2

(14)

2. Di antara umat manusia dari zaman Rasulullah saw. sampai saat ini, banyak bertebaran para musuh ahlul bait Rasulullah saw. baik dari kalangan umat Islam sendiri maupun golongan di luar Islam. Sejarah telah mencatat dengan tinta darah, bagaimana gugumya imam 'Ali bin Abi Thalib as. karena tikaman pedang 'Abdurrahman bin Muljam seorang tokoh Khawarij, meninggalnya imam Hasan bin 'Ali as. karena di racun oleh pihak dinasti Bani Umayyah, dan terakhir yang merupakan peristiwa paling mengenaskan, yaitu pembantaian terhadap imam Husain bin 'Ali as. bese1ta keluarga dan para pengikutnya di padang Karbala. Bersyukur Allah swt. telah menyelamatkan anak imam Husain bin 'Ali as. yang masih kecil ketika itu dari pembantaian pasukan Bani Umayyah, yaitu imam 'Ali Zainal 'Abidin bin Husain yang meneruskan generasi keturunan Rasulullah saw. sampai sekarang.

3. Adanya pihak-pihak yang berpendapat bahwa peristiwa Ghadir Khum hanyalah khayalan para pengikut ahlul bait yang ghulat ( cinta berlebihan), riwayat fiktif yang tidak ada fakta sejarahnya. Selain itu mereka juga men-dha 'if-kan hadits tsaqalain ( dua bekal yang berat; al-Qur 'an dan ahlul bait). 4. Para ulama dari semenjak dahulu hingga sekarang banyak yang berbeda

pendapat mengenai penafsiran kata "ahlul bait", seperti: a. Mereka adalah hanya para istri Nabi Muhammad saw.

(15)

c. Mereka adalah para Ashabul Kisa' dan para istri Rasulullah saw. d. Mereka adalah orang-orang yang diharamkan menerima shadaqah,

yaitu Bani Hasyim dan Bani al-Muthalib.

e. Mereka adalah para pengikut Nabi Muhammad saw. hingga hari kiamat.

f. Mereka adalah umat Nabi Muhammad saw. yang bertaqwa.

Demikianlah masalah-masalah yang ada di sekitar ahlul bait keturunan Rasulullah saw., yang semuanya itu timbul diakibatkan oleh kemungkinan kurang membaca kitab-kitab tafsir, hadis, dan sejarah, pendidikan yang tidak netral dan jujur, takut kehilangan kehormatan dan kedudukan, silau oleh gemerlapnya dunia, atau pada dasarnya memang musuh-musuh ahlul bait keturunan Rasulullah saw. Padahal sesungguhnya Rasulullah saw. memilih ahlul baitnya sebagai pusaka yang kedua setelah al-Qur' an adalah bukan karena mereka keluarganya, akan tetapi semata-mata adalah kehendak dan petunjuk dari Allah swt. sebagai orang-orang yang telah dibersihkan oleh-Nya dari segala dosa dengan sebersih-bersihnya.

Dilatarbelakangi oleh hal-hal di atas, maka penulis bermaksud untuk menyusun sebuah skripsi dengan judul:

"EKSISTENSI AHLUL BAIT DALAM KITAB TAFSIR JAMI' AL-BAYAN FI

TAFSIR AL-QUR'AN KARYA IMAM IBN JARIR ATH-THABARI (STUD/

KR/TIS SURAT AL-AHZABAYAT 33)".

(16)

1. Imam ath-Thabari adalah seorang yang 'alim, syaikh al-mufassirin (guru para ahli tafsir), ahli hadis, ahli fiqh, ahli tarikh Islam (sejarah Islam), ahli qira'ah, ahli tata bahasa, dan berbagai disiplin ilmu yang lain. Orang-orang Eropa sendiri menyebutnya sebagai "Bapak Sejarah Islam". 3 Beliau adalah seorang yang amat termasyhur keilmuannya sehingga tiada bandingan di zamannya. Modal intelektualitas yang dimilikinya itu kiranya dapat memberikan

kontribusi yang berharga untuk menguak eksistensi ahlul bait dalam kitab tafsimya yang sangat terkenal.

2. Kit ab tafsimya dianggap sebagai kit ab induk dari berbagai kit ab tafsir yang ada dan terkenal dan menjadi rujukan awal bagi para mufassir aliran tafsir bil ma 'tsur. Hal itu dikarenakan beliau amat teliti dan selektif dalam menulis sanad, cenderung terhadap tafsir bi! ma 'tsur, dan menjauhi tafsir bir ra 'yi

dalam kitab tafsimya.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dikarenakan begitu luasnya pembahasan mengenai ahlul bait ini, maka penulis membatasi pembahasan di sekitar pengertian ahlul bait dan ayat-ayat al-Qur'an serta hadis-hadis nabi saw. yang berhubungan dengannya.

3

(17)

Sedangkan dalam perumusan masalah, maka yang ingin penulis sampaikan adalah: Bagaimana penafsiran imam ath-Thabari mengenai ahlul bait dalam kitab tafsirnya dan bagaimana beliau mensikapi keberadaan mereka?

C. Metodologi Penelitian dan Teknik Penulisan

Untuk mengumpulkan data-data sebagai bahan yang yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan Penelitian Kepustakaan (Library Research),

yaitu dengan cara mengumpulkan, membaca, menyeleksi, dan mengkaji buku-buku , majalah-majalah, jurnal, dan sumber-sumber lain yang mendukung, dengan rujukan utama kitab tafsir "Jami' al-Bayan Fi Tqfsir al-Qur 'an".

Adapun metode yang penulis terapkan adalah metode deskript!f analitis, yaitu menggambarkan eksistensi ahlul bait dalam bentuk tulisan dan setelah itu menganalisanya.

Untuk teknik penulisan dan pengetikan skripsi, penulis menggunakan buku

"Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi terbitan JAIN Jakarta Press tahun

2000" dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Penulisan al-Qur' an tidak menggunakan catatan kaki, dan sebagai sumber penulis menggunakan "Al-Qur 'an dan Teljemahnya" yang diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia, tahun 1990.

(18)

3. Semua kutipan disesuaikan EYD, kecuali nama pengarang ditulis dengan ejaan aslinya.

D. Sistimatika Penyusunan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi masalah yang akan dibahas menjadi lima bab. Pada tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub bab sebagai penjelasan yang mempunyai korelasi dengan bab-bab itu. Sistimatika penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan. Membicarakan Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Metodologi Penelitian dan Teknik Penulisan, serta Sistimatika Penyusunan.

2. Bab II Imam Ath-Thabari dan Kitab Tafsirnya. Di dalamnya berisi Biografi Imam Ath-Thabari, dan Tafsir Ath-Thabari; Sejarah, Metode, dan Penilaian Para Ulama Terhadapnya.

3. Bab III Ahlul Bait Dalam Sorotan. Di dalamnya berisi Tafsir Surat al-Ahzab Ayat 33, Keutamaan dan Kekhususan Ahlul Bait Nabi SAW., dan Apakah Ahlul Bait Masih Ada?

4. Bab IV Pandangan Imam Ath-Thabari Terhadap Ahlul Bait SAW. Dalam Kitab Tqf5irnya. Di dalamnya berisi Tafsir Surat al-Ahzab Ayat 33, dan Makna Ahlul Bait dan Dalil-dalilnya.

(19)

A. Biografi Imam ath-Thabari

1. Perkembangan limn Pengetahuan Pada Abad Kedua dan Ketiga Hijriah Setelah Nabi Muhammad saw. wafat, wilayah Islam menjadi lebih luas dan besar, bahkan melebihi kebesaran kerajaan Romawi dan Persia. Hal itu di karenakan para pengganti Nabi Muhammad saw. (Para Khalifah) bersikap dinamis dalam mengembangkan Islam dari segala dimensi, termasuk perluasan wilayah. Di antara yang berjasa dalam ha! ini adalah Khulqfa' ar-Rasyidin (11-41 H/632-661 M), dinasti Bani Umayyah (41-132 H/661-750 M), dan dinasti Bani 'Abbas (132-656

H/750-1258 M). Di samping itu mereka juga berpartisipasi dalam mengembangkan tradisi intelektual, seperti tafsir, hadis, fiqh, sejarah, teologi, filsafat, dan sebagainya. 1

Jangka waktu sekitar dua ratus tahun setelah abad pertama Hijriah adalah masa yang di dalamnya banyak sekali diletakkan dasar-dasar perumusan baku ajaran Islam seperti yang kita kenal sekarang ini. Selain munculnya ilmu kalam2 yang

1

Ibrahim Hasan, Tarikh Islam, (Mcsir: Maktabah an-Nadlah, 1979), h. 332-402.

'Dari scgi ctimologis, pcrkataan ilmu Kalam terdiri atas dua pcrkataan: ilmu = pengetahuan, kalam = perkataan, percakapan. Kcduanya bcrasal dari bahasa Arab. Kemudian ilmu Kalam ini digunakan sebagai nama lain dari ilmu yang mcmbahas atau membicarakan aqidah-aqidah dalam Islam

(Teologi).

(20)

banyak di suarakan oleh kaum Mu 'tazilah3 serta filsafat sebagai akibat dari adanya gelombang masuk Hellenisme, masa itu juga mencatat adanya proses konsolidasi paham kebanyakan umat, yaitu aliran tradisional A.1)1 'ariah yang disebut juga aliran

Sunni (850-945 M)4. Konsolidasi aliran Sunni diwamai oleh kemunculan disiplin-disiplin keilmuan di kalangan penganutnya. Di bidang teologi, aliran Sunni

terkonsolidasi dengan kemunculan tokoh al-Asy

'ml

sebagai peletak dasar ajaran-ajaran teologi tradisional al-A.l)l 'ariah6• Selain itu, studi atas naskah al-Qur'an juga mengalami banyak kemajuan pada awal abad kesepuluh Masehi karena adanya pengakuan resmi atas tujuh bacaan ( qira 'ah sab 'ah) sebagai satu-satunya yang sah yang dipelopori oleh Ibnu Mujahid (wafat 935 M). Pada saat yang sama, tafsir juga sudab merupakan suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri1 setelah sebelumnya merupakan bagian dari kitab-kitab hadis, contohnya seperti tafSir dari sahabat Y azid bin Harun as-Salmi (wafat 117 H), tafsir Syu'bah bin al-Hajjaj (wafat 160 H), tafsir Waki' bin al-Jarrah (wafat 197 H), tafsir Sufyan bin 'Uyainah (wafat 198 H), tafsir Ruh bin 'Ubadah al-Bashri (wafat 205 H), tafsir 'Abdur Razaq bin Hannnam (wafat

3Tokoh utama aliran Mu'tazilah ialah Washil ibn 'Atha' yang wafat tahun 131 H di Bashrah

(lrak), sebclumnya bcliau mernpakau murid dari Hasan al-Bashri.

4

Nurcholis Madjid, Khazanah Jntelektual Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 26.

5

Beliau bemama lengkap Abu al-Hasan Ali ibn Isma'il al-Asy'ari, lahir di Bashrah (lrak) tahun 260 H = 873 M, wafat tahun 324 H = 935 M. Beliau adalah keturnnan sahabat Abu Musa Asy'ari ra. Sebelunmya beliau mernpakan murid dari Abu 'Ali Muhammad ibn 'Abd Wahab al-Jubba'i al-Mu'tazilli seorang tokohMu 'tazilah abad ketiga.

6Meskipun sampai saat itu (abad kedua dan ketiga Hijrial1) ilmu kalam (teologi) terntama

(21)

211 H), tafsir Adam bin Abi Ilyas (wafat 220 H), tafsir 'Abdullah bin Humaid (wafat 249 H), dan sebagainya. 7 Kemudian pada abad ketiga Hijriah mulailah tafsir itu dibukukan tersendiri -terpisah dari kitab-kitab hadis- tetapi metode penulisannya masih memakai sanad, contohnya tafsir Ibnu Majah (wafat 273 H), dan tafsir ath-Thabari (wafat 310 H), tafsir Abu Bakar al-Mundzir an-Naisaburi (wafat 318 H), tafsir lbn Abi Halim (wafat 327 H), tafsir Abu Syeikh bin Hibban (369 H), tafsir Hakim (wafat 405 H), dan tafsir Abu Bakar bin Mardawaih (wafat 410 H).8 Namun setelah munculnya beberapa partai politik Islam, maka mula.ilah mereka berusaha menafsirkan ayat-ayat al-Qur' an untuk memperkuat partainya dengan tanpa menyebutkan sanad-sanad dan riwayatnya. Hal itu terjadi di akhir daulah Bani Umayyah dan awal daulah Bani 'Abbasiyyah.9

Pada waktu yang sama perkembangan ilmu agama juga tampak pada bidang hadis, fiqh, dan tasawwuf. Pada bidang hadis telah berhasil dibukukan enam kitab hadis yang dikenal dengan al-Kutub as-Sittah, yaitu Shahih Bukhari (wafat 256 H/870 M), Shahih Muslim (wafat 261 H/815 M), Sunan at-1/rmidzi (wafat 279 H/892 M) , Sunan Ibn Majah (wafat 273 H/886 M), Sunan Abu Dawud (wafat 275 H/888

7Dra. Hj. Siti Amanah, Pengantar I/mu a/-Qur 'an dan Tq(.,ir, (Semarang: CV asy-Syifa',

1993), Cet. Ke-I, h. 299.

8

Ibid

9 Abdul Jalal, Sejarah Perkembangan Ta/sir, (Bandung: IAIN Sunan Gunung Jati Press,

(22)

M), dan Sunan an-Nasa'i (wafat 303 H/916 M)rn Dalam bidang hukum telah melahirkan empat aliran madzhab, yaitu madzhab Hanajiah ol•eh imam Abu Hanifah (wafat 150 H), madzhab Malikiah oleh imam Malik bin Arras (wafat 179 H),

madzhab Syqfi 'iah oleh imam Syafi'i (wafat 204 H), dan madzhab Hanbaliah oleh imam Ahmad ibn Hanbal (wafat 241 H). Sementara bidang tasawwuftelah mencapai bentuknya yang sempurna sebagaimana dijelaskan oleh Abu al-A'la Afifi "bahwa pada abad ketiga dan keempat merupakan zaman keemasan tasmvwuj".11

2. Asai U sul dan Intelektualitas Imam ath-Thabari

Imam ath-Thabari yang nama lengkapnya Abu Ja'far Muhammad bin Jarir bin Y azid bin Katsir12 bin Ghalib ath-Thabari dilahirkan di Amul, ibukota Tabaristan, Iran, pada tahun 224 H atau tahun 225 H (sekitar 839 M atau 840 M).13 Ketidak pastian tahun kelahirannya disebabkan oleh sistim penanggalan tradisional pada saat itu, yaitu dengan kejadian-kejadian besar dan bukan dengan angka.14 Perhatiannya terhadap ilmu pengetahuan tumbuh bersamaan dengan pertumbuhan umurnya. Ia

'"Muhammad 'A.iiaj al-Khatib, Us/tu/ al-Hadis wa Mushtha/ahu, (Beirut Dar al-Fikr, 1989), h. 309.

11 Abu al-Wafa al-Ghunaimi at-Taftazani,

Sufi Dari Zaman ke Zaman, (Bandung: Pustaka,

l 985), h. 92.

12Versi lain berasal dari lbnu an-Nazim, Ibnu Khallikan, dan Safadi menyebutkau bahwa

kakek kedua ath-Thabari bukan Katsir bin Ghalib tetapi Khalid bin Ghalib. Lihat Muhammad Bakr Ismail, Jbnu Jarir ath-Thabari wa Manha} uh Fi at-Tafsir, (Kaira: Dar al-Manar, I 991), h. 9.

13Prof, Dr. Hamn Nasution (Ed.), Ensiklopedi Islam, "ath-Thabari" (PT Ichtiar Baru Van

Hoeve, 1994), Cet. Ke-3, h. 21.

14

Drs. Rosihan An\var, M.ag .. A1elacak Unsur-llnsur Jsra'iliYJ'Gt [)a/a111 Ta_f.sir ath-Thabari

(23)

sudah hafal al-Qur' an ketika berusia tujuh tahun, mengimami shalat ketika berusia

delapan tahun, dan menulis hadis ketika berusia sembilan tahun. 15

Sebagaimana diutarakan di atas, ath-Thabari hidup pada masa Islam berada dalam puncak kemajuan dan kesuksesan bidang pemikiran. Ildim seperti itulah yang memungkinkannya menggali ilmu sedalam-dalamnya. Namun ha! itu tidak mudah dilakukan karena letak pusat ilmu yang dipadati para ulama jauh dari tempat tinggalnya. Untuk itu, setelah menimba ilmu di kota asalnya ia melakukan perjalanan ilmiah dengan dukungan penuh ayahnya, Jarir.

Kota yang pertama kali ditujunya adalah Ray dan daerah sekitarnya. Di sana 1a mempelajari hadis dari Muhammad bin Humaid ar-Razi dan al-Musanna bin Ibrahim al-lbili. Di daerah 1m pun, 1a berkesempatan belajar sejarah kepada Muhammad bin Ahmad bin Hammad ad-Daulabi. Selanjutnya ia menuJu Bagdad untuk belajar kepada imam Ahmad bin Hanbal, tetapi ketika sampai di sana imam Ahmad bin Hanbal sudah wafat pada tahun 241 H. Di sana ia sempat belajar kepada murid-murid imam Ahmad bin Hanbal. Pengaruh pemikiran teologi imam Ahmad ibn Hanbal dan murid-muridnya yang menganut paham Sunni rupanya mendominasi pemikiran imam ath-Thabari yang sangat tidak setuju dengan pola pemikiran rasional

Mu 'tazilah.16 Di Kufah beliau belajar qira 'ah kepada Sulaiman at-Tulhi dan hadis kepada Ibrahim Abi Kuraib Muhammad bin al-A'la al-Hamdani, Hannad ibn as-Sairi,

15

Mustafa as-Sawi, }vfanahij at-Tafsir, (Isakandariyah: Mansya'ah al-Ma'arif, t.t.), h. 302; ath-Thabari, "Muqaddimah", Tarikh a/-Umam wa al-Mulk, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), Jilid I, h. II.

16

(24)

dan Isma'il ibn Musa. Setelah lama tinggal di Basrah dan Kufah, ia kembali ke Bagdad dan belajar qira 'ah kepada Ahmad ibn Yusuf at-Taglibi. Dalam bidang fiqh, khususnya mazhab Syafi 'iyyah, imam ath-Thabari belajar kepada al-Hasan ibn as-Sabbah al-Za'farani dan Abi Salid al-Astakhari.17

Pada tahun 253 H, ath-Thabari sampai di Mesir. Namun sebelumnya beliau singgah di Beirut untuk belajar dan memperdalam qira 'ah kepada ' Abbas ibn al-Walid al-Bairuni. Di Mesir ia menyempatkan diri mempelajari mazhab Malik:i di samping mempelajari mazhab Syafi'i dari murid-murid imam asy-Syafi'i sendiri, di antaranya ar-Rabi ibn Sulaiman al-Muradi, Muhammad ibn 'Abdullah ibn al-Halim, dan Isma'il bin Ibrahim. Di sini ia juga bertemu dengan Yunus ibn 'Abd A'la al-Sadafi clan belajar qira'ah Hamzah dan Waras kepadanya.18 Dan di Mesir pula ia bertemu dengan sejarawan kenamaan Ibn Ishaq. Dan atas jasanya imam ath-Thabari mampu menyusun karya sejarahnya yang terbesar yaitu Tarikh al-Umam Wa al-Mulk.

Selama di Mesir semua ilmuan datang menemuinya sambil menguji kemampuannya sehingga imam ath-Thabari menjadi sangat terkenal di kalangan para intelektual pada masa itu.19

Berkat kecerdasan dan ketinggian ilmunya, imam ath-Thabari dapat menguasai dan menghafal ratusan ribu hadis. Hadis-hadis itu ada yang berkaitan dengan tafsir, fiqh, tauhid, sejarah, dan sebagainya. Dengan demikian imam

ath-48.

17Muhammad Bakr Ismail, op.cit., h. 25

18

lbid., h. 18.

19

(25)

Thabari adalah seorang ilmuan yang menguasai multi disiplin ilmu. Pada awalnya ia menganut mazhab Syafi'i, tetapi setelah meneliti lebih jauh terhadap mazhab Syafi'i, ia membentuk mazhab sendiri yang oleh pengikutnya dinamakan mazhab fiqh Jaririah yang diambil dari nama ayahnya.20 Hal itu terjadi sepuluh tahun setelah ia kembali dari Mesir. Akan tetapi mazhabnya kemudian kehilangan pamor dan akhirnya dilupakan orang karena dianggap bertentangan dengan mazhab Syafi'i dan mazhab al-Hanbali21.

Beliau memilih Bagdad sebagai tempat pengabdiannya di bidang intelektual, dan wafat di tempat yang sama pada tahun 310 H/924 M dalam usia 85 tahun dan keadaan masih membujangn

Keluasan ilmu yang dimiliki imam ath-Thabari diakui oleh para ulama. Berikut komentar mereka:

a. az-Zahabi: "ath-Thabari adalah seorang terpercaya, shadiq, hafiz, bapak tafsir, imam dalam bidang fiqh, banyak mengetahui sejarah dan

peristiwa-peristiwa yang te1jadi pada umat manusia, mengetahui qira 'ah, bahasa, dan

sebagainya ". 23

20

Abdul Hamid Yunus (ed.), "ath-Thabari", Dairatu/ Ma 'arif al-Islamiyah, t.t., Juz 13, h. 68.

'1Prof. Dr. Harun Nasution, (ed.), "al-Thabari", Ensiklopedi Islam Di Indonesia, (Jakarta:

Depag RI, 1993), h. 1233.

22

Drs. Rosihan Anwar, M.ag, op.cit., h. 58.

23

Abi al-Falah Abd al-Hafi bin al-Imad al-Hanbali, Syazarat az-Zahabi Fl Akhbar Aian

(26)

b. Ibnu al-Ammal dari Ibnu Khuzaimah: "Di dunia ini lidak ada orang yang melebihi kepandaian !Yfulwmmad ibn Jarir ... 24

c. Jalaluddin as-Suyuthi: "ath-Thabari adalah pemimpin nn!fassirin secara mutlaq, seorang seorang ulama multidisipliner yang tidak dimiliki oleh para 11/ama semasanya. Ia hafal al-Qur 'an, mengetahui makna-maknanya, faham hukum al-Qur 'an, mengetahui sunnah dengan berbagai a;,7Jeknya, mengetahui sejarah sahabat, tabi 'in, dan pe1:jalanan umat manusia lainnya ". 25

3. Karya-karya Imam ath-Thabari

Mengenai karya-karya imam ath-Thabari, tidak semuanya sampai ke tangan kita sekarang dan tidak banyak diperoleh infonnasi yang pasti berapa banyak buku yang pernah ditulisnya. Berikut ini karya-karyanya yang sampai ke tangan kita sekarang:

a. Tafsir:

Kitab Jami· al-Bayan Fi Tqfsir al-Qur 'an.

Narna ini berdasarkan cetakan yang berlaln1 sekarang. Imam ath-Thabari sendiri menamainya Jami' al-Bayan 'an Ta 'wil Ayy al-Qur 'an.26

b. Qira'ah:

"1Ibid

"Jalaluddin as-Suyutlli, Tabaqat al-Mujassirin, (Bcirnt: Dar al-Kutub al-llnliyah, 1982), h. 82.

'6

(27)

Kitab al-Qira 'at Wa at-Tlmzil al-Qur 'an.

c. Hadis:

Kitab Tahzib al-Asar wa Tafsil as-Sabit 'an Ras11lil!ah min al-Akhbar.

Kitab ini belum selesai di tulisnya dan tidak seorang pun yang mampu merampungkannya.

d. Fiqh:

1) Kitab Jkhtilaj Ulum al-Amsar Fi Ahkam Syara 'i al-h·lam.

2) Ki tab Latif a/-qaul Fi Ahkam Syara 'i al-Islam.

Kitab ini memaparkan mazhabnya sendili. 3) Kitab al-Khafif Fi Ahkam :,yara 'i al-Islam.

Mempakan ringkasan kitab di atas . ./) Kitab lvfukhtasar lvfanasik al-Hajj.

5) Ki tab A4.ukhtasar al-Fara 'id

6) Kitab Fi ar-radd 'ala ibn セT「、オ@ al-Hulan 'ala A1a!ik.

7) Ki tab Basil al-qaul Fi Ahkam Syara 'i al-Lslam.

8) Ki tab Adab al-Qudah.

e. Uslmluddin:

1) Ki tab al-Basyariah Fi Alfa 'alim ad-Din.

2) Ki tab Risa/ah al-J'iifusammah bi Sari/1 as-Sunnah.

3) Kitab al-Mujaz Fi al-l!.shul.

4) Kitab A dab a11-N1!f11s al-Jayyidah wa al-Akhlaq an-Najisah.

(28)

1) Kitab Tarikh al-Umam wa al-Mu/k.

Kitab ini dipandang puncak prestasi ilmiah imam ath-Thabari dalam menulis sejarah, dan selesai ditulis tabun 302 H.

2) Kitab Zail al-Muzayya!.

Kitab yang selesai ditulis ath-Thabari pada tahun 300 H dan berisi seratus halaman ini selesai ditulis oleh ath-Thabari pada tahun 3 00 H yang berisikan sejarah sahabat, tabi'in dan pengiln1t-pengikut mereka sampai ath-Thabari. Di dalamnya pun disebutkan sejarah para sahabat yang terbunuh dan semasa Rasulullah.

3) Kitab Fada 'ii 'Ali bin Abi T71alib.

Bagian awal kitab ini membeberkan berita-be1ita yang shahih di sekitar peristiwa Ghadir Khum. Setelah itu diikuti keutamaan-keutamaan imam 'Ali ibn Abi Thalib .

../) Kitab Fada 'ii Abu Bakr wa 'Umar.

5) KitabFada'ilal-'Abbas.21

B. Tafsir ath-Thabari: Sejarah, Metode, <Ian Penilaian Para Ulama Terhadapnya.

1. Sejarah kitab tafsir ath-Thabari.

Nama lengkap kitab tafsir ath-Thabari adalah "Jami' al-Bayan Fi tアヲNセゥイ@ al-Qur 'an'', nama tersebut dapat ditemui pada naskah-naskah yang telah diterbitkan.

27

(29)

Sementara dalam kitab tarikh karangannya sendiri nama yang tertera adalah "Jami' al-Bayan 'an AY.v al-Qur 'an". 28

Kitab tafsir ini disusun oleh imam ath-Thabari sebelum menulis kitab tarikhnya pada penghujung abad ketiga. Menurnt pendapat Abu Bakr al-Kami!,

"ath-Thabari telah membacakan tafsirnya kepada para muridnya pada tahun 270 H",

sementara itu Abu Bakr ibn Balwaih mengatakan bahwa "ath-Thabari telah membacakan tafsimya dari tahun 283 H sampai dengan tahun 290 H".29

Tafsir buah karya imam ath-Thabari dianggap kitab induk dari beberapa kitab tafsir yang ada dan terkenal. Hal ini karena para mufassir telah menjadikannya sebagai rnjukan awal terntama bagi yang beraliran tafsir bi! ma 'tsur, sekalipun tidak sedikit para tokoh tafsir bir ra 'yi yang menjadikan tafsir ath-Thabari sebagai rnjukan. Hal itu dikarenakan tafsir ath-Thabari terdapat istimbat di dalamnya, juga karena pembahasan tafsirnya cendernng bebas dan mendalam. 30

Kitab tafsir ath-Thabari terdiri dari tiga puluh jilid, masing-masing bernkuran tebal. Konon aslinya lebih dari 30.000 lembar, Ibnu as-Subuki menyatakan bahwa "bentuknya yang sekarang adalah ringkasan dari kitabnya yang asli".31 Pada mulanya kitab tafsir ini pernah hilang, namun kemudian Allah menakdirkannya

28 Ath-Thabari, lac.cit.

29

al-Baghdadi, Tarikh al-Baghdad, (Madinah: al-Maktabah as-Salafiyah, t.t.), Jilid 2, h. 162.

30

Dr. M. Husen az-Zahabi, at-Taj,ir wa al-Mufassirun, (Mesir: Dar al-Maktabah al-Haditsah, 1976), Jilid 1, h. 207.

(30)

muncul kembali ketika didapatkan satu naskah manusk1ip tersimpan dalam penguasaan seorang amir yang telah mengundurkan diri, Amir Mahmud bin 'Abd ar-Rasyid, salah seorang penguasa Nejd. Tidak lama kemudian kitab tafsir tersebut diterbitkan dan beredar luas sampai di tangan kita, menjadi sebuah ensiklopedi yang

k aya tentang ta1str " . l n ma tsur. ., ' 32

2. Metode Tafsir ath-Thabari.

Methode penafsiran yang digunakan oleh seorang mufassir dengan mufassir lainnya dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an mengalami perbedaan. Adapun metode yang digunakan oleh imam ath-Thabari dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an adalah:

a. Kecenderungan terhadap tqfsir bi/ ma 'tsur.

ath-Thabari bila hendak menafsirkan suatu ayat al-Qur' an beliau berkata: "Pendapat mengenai takwil (tafsir) .firman Allah ini adalah begini dan begitu ".

Kemudian beliau menafsirkan ayat tersebut dengan mendasarkan pada pendapat para sahabat dan tabi'in yang diriwayatkan dengan sanad yang lengkap, yakni tqfsir bi/ ma 'tsur berasal dari mereka33• ath-Thabari banyak meriwayatkan hadis dari para ulama Tubristan. Mayoritas ulama menilai tafsir ath-Thabari sebagai tafsir bi/

32

Manna' Khalil al-Qattan, Studi Jlmu-ilmu Qur'an, terj. Drs. Mudzakir AS., (Bogar: Pustaka Litera AntarNusa, 1996), Cet. Ke-3, h. 502.

33

(31)

ma 'tsur, dengan pengertian bahwa corak tafsir ini adalah yang titik tolak serta garis besar uraiannya berdasarkan riwayat-riwayat.

b. Menjauhi penaj5iran bir ra 'yi.

Maksud penafsiran bir ra 'yi di sini menurut ath-Thabari ialah: "Membawa penqfsiran kepada pendapat seseorang menurut kepentingan hawa ョ。ェセオN@ politik, partai, primordial, dan golongan serta lainnya yang jauh dari maksud Qur 'an al-Karim".34

c. Ketelitian dan selekt!fitas dalam menu/is sanad.

Imam ath-Thabari seorang yang terpercaya serta teliti dalam menyebutkan

sanad dan mencantumkan nama perawi, karena beliau banyak bergaul dengan para ulama disamping juga ahli hadis. Terkadang ia mengkritik sanad, maka ia men-ta

'di/-kan beberapa perawi dan men-tqjrih-'di/-kan perawi lain yang memiliki cacat dan menolak riwayat yang tidak dijamin keshahihannya.35 Apabila beliau menerima suatu riwayat bersama orang lain dengan jalan mendengarnya sendiri, beliau menyatakan kalimat (\if_,;. ), sedang bila beliau sendiri yang mendengarnya digambarkan dengan kalimat (.#.,;,. ), apabila beliau lupa nama seseorang, maka beliau menyatakan ha! tersebut sambil mengemukakan riwayat yang dimaksudnya.

d. Penqfsiran melalui pendekatan bahasa.

34

Ahmad Muhammad al-Hufi, ath-Thabari, (Kaira: al-Majlis al-A'la Lisyuni al-Islamiyah,

1970), h. 109.

35

(32)

ketelitian ekstra untuk memahami kandungannya. Dalam hal ini Mahmud Syakir berkomentar:

"Banyaknya pasal-pasal dalam エャヲャセᄋゥイ@ ath-Thabari menyulitkan saya untuk memahami kitct!J ini. Untuk memahami maknanya saya harus membaca dua sampai tiga kali. Hal ifu tetjadi sebab metode penulisan saya berbeda dengan me/ode yang digzmakan ath-Thabari. Akan tetapi, tanda baca dalam kitab i/11 sedikit me110!011g mempe1jelas seliap ungkapan-ungkapam(va ". 36

e. Menggunakan data-data yang ada pada .\)!lzir-.\)!ll 'ir kuno.

Salah satu metode penafsiran ath-Thabari ialah menggunakan syair-syair Arab kuno sebagai penuJ1iang dalam memahami makna ayat-ayat al-Qur'an. Ibnu 'Abbas sendiri dalam memahami ayat-ayat al-Qur'an didukung pula oleh syair. Terkadang ketika ditanya tentang makna al-Qur' an beliau berkata: "A..faksudnya begini, bukankah kalian telah mendengar bahwa syair berkata demikian ". Beliau juga berkata: "Bila dalam Qur 'an terdapat ses11at11 yang sulit dimengerti ma/manya, carilah keterangannya dari sya 'ir-sya 'ir kuno, karena .1ya 'ir-;,ya 'ir itu adalah sastra Arab kuno ". 37

/ Pencantuman beberapa perbedaan bacaa11 (qira 'ah).

ath-Thabari mempunyai pengetahuan luas tentang qira 'ah Qur' an. Ia menulis sebuah kitab mengenai qira 'ah yang terdiri dari 18 jilid, di dalamnya tercakup semua

36

Abd 。ャセmオョGゥョ@ 。ョセn。QョイL@ 'J/111 at-Tqfsir: k。ゥヲQ|A。NセZカ。@ 'a a11' Tatau'u·ara Ila .Ashrina al-Iiadits.

(Beirut: Dar al-Kitab al-Libanoni, 1985), h. l Hl.

37

(33)

macam qira 'ah yang ada dan disajikan secara selektif serta kritis. 38 Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an, ath-Thabari sering kali mencantumkan beberapa perbedaan qira 'ah dan memilih mana yang menurutnya dianggap paling benar.

g.

Mendebat pendapat para ahli.fiqh dan pendiskusian masa/ah kalam

Karena ath-Thabaii seorang ahli fiqh, maka tak segan beliau mendebat pendapat beberapa ahli fiqh dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan fiqh, misalnya mengenai persoalan apakah daging kuda, bagal, dan keledai boleh dimakan (an-Nahl: 8). Dan dalam masalah kalam ia umpamanya menentang aliran Qadariyah

dan mu 'tazilah. 39

h. Menggunakan kata "ta 'wit" dalam pengertian "tafsir" sebagaimana umumnya para mufassir lain menggunakannya.

i. Menggunakan metode tahlili dalam mena.fsirkan ayat berdasarkan susunan mushqfi.

J. Menggunakan orientasi (ittijah) gabungan yaitu menggabungkan antara orientasi pena.fsiran bi! ma 'tsur dan bir ra 'yi.

Dengan 01ientasinya ini, ath-Thabari mencoba melakukan terobosan baru atas tradisi penafsiran yang berlaku sebelumnya. Ia mengecam orang-orang yang hanya berpegang pada pemikiran bebas dan atau hanya mengandalkan pengertian-pengertian bahasa dalam menafsirkan Qur'an, tetapi ia pun menolak penafsiran

al-38

1bid

39

(34)

Qur' an yang tidak disertai pertimbangan kritis. Sikapnya itu dapat dilihat ketika ia menafsirkan al-Qur'an. Dalam menafsirkan al-Qur'an, pertama-tama ia menuturkan makna-makna kata dalam tenninologi bahasa Arab, menjelaskan struktur linguistiknya, dan melengkapinya dengan penguat-penguat (syawahid), baik berupa syair maupun prosa. Kemudian ia menuturkan riwayat-riwayat yang berkaitan dengan penafsiran ayat, baik riwayat yang shahih atau yang tidak shahih. Ia terkadang mengkritiknya tetapi terkadang pula membiarkannya. Setelah itu ia menjelaskan penafsirannya sendiri tanpa mengikatnya, kecuali bila penafairan itu sudah pasti benar.

k. Memasukkan riwayat-riwayat Jsra 'iliyyat dalam kitab tafsirnya, namun disusu! pembahasan dan kritikan.

Dalam usaha memberikan keterangan selengkapnya tentang makna ayat, ia menerima riwayat-riwayat dari orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah memeluk

agama Islam seperti Ka'ab al-Akhbar, Wahhab ibn Munabbih, 'Abdullah ibn Salam, dan Ibn Juraiz, namun riwayat-riwayat itu ia susul dengan pembahasan dan kritikan serta memilih mana yang lebih kuat dan lebih dikenal oleh masyarakat Arab.40

3. Penilaian Para Ulama Terhadap Kitab Tafsir ath-Thabari

Berdasarkan keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki tafsir ath-Thabari di atas, maka kitab tafsirnya mempunyai nilai dan kedudukan yang 1.inggi dan istimewa.

40

(35)

as-Sayuthi, berkenaan dengan penilaian terhadap kitab tafsir ath-Thabari mengatakan: "Kitab taf5ir ath-Thabari adalah sebuah kitab ta/sir yang besar dan luas, di dalamnya ada beberapa pendapat dan pertimbangan mana yang paling kuat, serta memhahas i 'rah dan memherikan istinhat. Karena itulah taf5ir beliau melebihi tqfsir-tqfsir ka1ya pendahulunya ". 41

Abu Hamid al-Asfarayini Syaikh asy-Syafi'i mengatakan: "Seandainya ada orang pergi ke negeri Cina hanya untuk mendapatkan kitah tqf5ir ath-Thahari, pasti dia tidak akan merasakan hahwa usahanya itu sehagai sesuatu yang memheratkan ". 42

Sementara imam an-Nawawi mengatakan: "Umat telah sepakat bahwa he/um pernah disusun sehuah ta/sir pun yang sama dengan tqfsir ath-Thahari".43

Adapun ahli tafsir kita yaitu Muhammad Quraish Shihab menilai bahwa

"kitah ta/sir ath-Thahari enggan merinci atau menginformasikan melalui rilvayat-riwayat hal-hal yang tidak pen ting apalagi jika dasarnya tidakjelas ". 44

•11as-Sayuthi, a/-ltqan Fi 'U/um al-Qur'an, (Beirut: Dar al-Fikr, 1991), Jilid 2, h. 190.

·12syeikh Muhammad Abd al-Azhim az-Zarqani, lvlanahil al- 'lr,fan Fi 'U/um al-Qur 'an,

(Beirut: Dar al-Fikr, 1990), Jilid 2, h. 29.

43

Dr. M. Rusen adz-Dzahabi, op.cit., h. 208; Manna' Khalil al-Qattan, toe.cit.; as-Sayuthi,

foe.cit.

41

(36)

A. Tafsir Surat al-Ahzab Ayat 33 .

. ( 11 :ylj.:..;JI)

Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalicm hai ahlul bait! Dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya. (Qs. al-Ahzab/33: 33).

I. Malma Lafaz

a. (tr.>-)1)

Di dalam kamus bahasa disebutkan maknanya adalah dosa, kotoran, perbuatan keji, perbuatan haram, perbuatan tabu, kekurangan-kekurangan. 1

Sementara para ulama tafsir di dalam menjelaskan maknanya terbagi menjadi beberapa perkataan sebagai berikut:

'Atabik Ali dan Ahmad Znhdi Muhdlar, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Yogyakarta:

Yayasan Ali Maksum, 1996), Cet. ke-1, h. 632; Ahmad Warsan Munawwir, Kamus al-lvlunawwir,

(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 475-476; Hasanain Muhammad Makbluf. Kamus al-Qur 'an,

t・セェN@ Drs. Hery Noer Aly, (Bandung: Gema Risalab Press, 1996). Cet. ke-2, h. 233.

(37)

kejelekan, dan dosa. 2

2) Ahmad Mushthafa al-Maraghi menafsirkannya dengan kejahatan, keburukan, dan kekejian3.

3) Fakhruddin ar-Razi menafsirkannya dengan "dosa" (yyOll ).4

4) Abu Hayyan menafsirkannya dengan "dosa" HセGQQ@ ).5

5) al-Khazin menafsirkannya dengan dosa yang dilarangkan Allah kepada para istri Nabi saw., dan mengutip pendapat Ibnu 'Abbas yang menafsirkan dengan pekerjaan setan dan segala yang tidak diridhai Allah, dan dikatakan oleh suatu pendapat maknanya adalah keragu-raguan HセiI@ dan kejelekan (oy.ll

)6.

6) al-Alusi menafsirkannya dengan sesuatu yang kotor. Dan di dalam kitab tafsirnya beliau mengutip pendapat para ulama tafsir, di antBranya as-Sadi yang menafsirkannya dengan dosa ( ri'"'/.I ), az-Zajjaj menafsirkannya dengan perbuatan fasik Hセi@ ), Ibnu Zaid menafsirkannya dengan setan Hオセi@ ), al-Hasan menafsirkannya dengan syirik HN[Aセi@ ), dan dikatakan oleh pendapat-pendapat lain

'Muhammad al-Jauzi al-Quraisyi al-Baghdadi, Zaad al-Masir Fl 'Jim at-Tafsir, (Beirut: Dar al-Fikr, 1987), Jilid 6, h. 198.

3

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-lvfaraghi, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), Jilid 8, h. 7.

4

al-Fakhr ar-Razi, lvfqfatih a/-Ghaib, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), Jilid 13, h. 21.

5

Abu Hayyan, al-Bahr al-Muhith, (Beirut: Dar al-Jil, 1995), Jilid 4, h. 521.

6

(38)

maknanya adalah bakhil dan thoma' (

J3.+\1 _, c-J.11 ),

hawa nafsu dan perbuatan bid' ah (

t .l.)11 _, , 1

セi@ ) dan perbuatan-perbuatan yang mengakibatkan dosa, azab (siksa), najis (kotoran-kotoran), dan kekurangan-kekurangar.?.

7) Imam Jalalain menafsirkannya dengan dosa ( f.>"'j.1).8

Dari beberapa pendapat para ulama di atas, penulis menyimpulkan bahwa makna dari "ar-rijs" adalah dosa, kejelekan atau keburukan, perbuatan syirik, perbuatan setan, perbuatan fasik, keragu-raguan, bakhil, thama' (serakah), perbuatan bid' ah, hawa nafsu, azab ( siksa ), kotoran, dan kekurangan-kekurangan.

b. HセijaiI@

1) Secara Bahasa

Secara bahasa sebutan "ahlul bait" terdiri dari dua kata, yaitu "ah!" dan

"bait". Kata "ah!" mempunyai akar kata yaitu kata "ah!" itu sendiri yang baru bisa dipahami pengertiannya setelah dirangkaikan dengan kata lain sehingga membentuk suatu kata majemuk. Kata "ah!" yang dirangkaikan dengan nama tempat tertentu berarti penghuni atau penduduk yang bermukim di tempat-tempat tertentu, seperti

ahlu Madyan, ahlul Qura, ahlul qmyah, ahlul bait, ahlul Madinah, dan ahlu1111ar. 9

7

al-Alusi, Ruh al-Afa 'ani, (Beirut Dar al-Fikr, 1994), Juz 21, h. 18.

8

Imam Jalaluddin as-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli, Tqfsir Ja/a/ain, (Surabaya: Piramid,

t.t. ), Juz 2, h. 109.

(39)

Kata "ah!" yang berarti penghuni atau penduduk rnmah, keluarga, famili, adalah masdar dari kata kerja

JAl,i-JAI

yang artinya kawin atau nikah, sehingga lafaz

セャェNQ@ セIi@ JA,1 artinya seorang laki-laki menikahi seorang perempuan sehingga

menjadikan perempuan itu sebagai anggota keluarganya. Kata "aha/a" akan bernbah makna bila di-idhqfat-kan dengan kata lain, seperti "ah! ar-rajul" ialah istri dari seorang laki-laki, "ah! al-madzhab" ialah orang yang menganut madzhab itu, "ah! al-amri" ialah penguasanya, dan "ah! al-bait" adalah penduduk atau penghuni suatu

rnmah.10

Berkata imam az-Zabidi:

Yang disebut "ah! al-mazhab" ialah "orang yang mengikuti dan mempercayai suatu madzhab. Ahli seorang laki-laki adalah istrinya, termasuk anak-anaknya. Berdasarkan pengertian inilah ayat al-Qur 'an セT@ j6 3 yang dimaksud adalah istrinya. Ahli bagi Nabi saw. adalah istri beliau, anak-anak beliau, dan menantu beliau yaitu 'Ali ra. dan istri-istrinya. Dan juga termasuk

semua keturunan yang ada hubungan darah dengan mereka. 11

Menurnt ar-Raghib al-Asfahani dalam "al-Mufradat" sebagaimana dikutip oleh Ihsan Ilahi Zhahir:

Yang disebut ahli dari seorang laki-laki ialah anak keturunan yang ada hubungan nasab (darah) dengannya. Dan disebut ahli agama ialah orang yang menganut akan agama itu. Sedang disebut ahli suatu perusahaan ialah orang yang turut beke1ja dalam perusahaan itu. Ahli suatu rumah ialah orang yang tinggal dalam rumah itu. Dan ahli suatu negeri ialah orang-orang yang

10

Prof. Dr. Mahmud Yunus, KamusArah-lndonesia, (Jakarta: PTHidakarya Agung, 1989), h. 52; al-Munjid, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1986), h. 20.

11

(40)

menjadi penduduk di negeri i/11. Maka yang disebut ahlu/ bait Nabi smv adalah

semua orang yang ada hubungan keluarga dengan beliau secara umum. 12

Berkata Ibnu al-Manzur al-Afriqi:

Ahli madzhab ialah orang yang menganut madzhab. Ahlul amri ialah orang yang memegang kekuasaan di suatu daerah. Ahli seorang laki-laki ialah manusia yang masuk kelompok laki-laki itu. Ahli bait nabi smv. ialah istri be/iau, anak-anak beliau, menantu beliau yaitu Ali as. Kata setengah pendapat, ahlul bait ialah peremvuan-perempuan nabi saw. Dan ah!i tiap nabi ialah umat

13 .

pengikutnya. ·

Dalam bahasa Arab kata "Ahl" sama dengan kata "Aar. Hal ini menurut lbnu al-Manzur al-Afriqi "karena kebiasaan huruf 'Ha' diganti dengan 'Han1Zah' sehingga jadi 'A 'ali' (JH ). Karena Ali! dan Hamzah berdekatan, maka Hamzah diganti 'Alif', sehingga bnnyi 'A ' pada kata 'Aali' dipanjangkan. Seperti bunyi

shalawat Nabi saw": 14

Sehubungan dengan hal di atas, ar-Raghib al-Asfahani mengatakan bahwa "lafaz 'Aal' berasal dari kata セTィャGL@ dipakai khusus untuk orang yang rapat, baik kerabat atau pun pengganti-pengganti yang meneruskan tugas, seperti 'Aali Ibrahim',

'Aali Imran '. Dikatakan 'Aa/i 'Muhammad ialah semua kerabat beliau".15

12Prof. Dr. lhsan llahi Zhahir .セカゥ@ 'ah Berbohong Alas Nama Ahlul Bail. Te1:j. Bey Arifin dan

Mu'ammal Hamidy. (Surabaya: PT Bina llrnu. 1988), Cet. ke-2, h. 3 dan 5.

13

Jbn al-Manzur al-Afriqi, Lisan al-Arab, (Beirut: Dar al-Sadr, 199+), Juz kc-II. h. 29.

15

(41)

Sedangkan Jawwad Mughniyah seorang Syi 'ah modern mengatakan bahwa

"ahlul bail menurut bahasa ialah penduduk (pengisi) rumah. "Aal ar-rajuli" ialah istrinya. Dan tidak dipakai lafaz 'Aal' kecuali terhadap ahli laki-laki itu yang punya kedudukan". 16

Dari keterangan-keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa secara harfiah (lughah) "ahlul bait" adalah penduduk, penghuni, atau anggota keluarga sebuah rumah tangga. Adapun ahlul bait bagi seseorang adalah istri, anak, menantu, cucu, kerabat, dan semua keturunan yang punya hubungan darah dengan mereka.

2) Secora lセエゥャ。ィ@

Adapun secara istilah atau khusus, kata "ahluf bait" yang terdapat dalam surat al-Ahzab ayat 33 yang dirnaksud adalah ahlul bait (anggota keluarga) Nabi Muhammad saw. 17 Dan hat ini tidak ada pertentangan antara madzhab Ahl as-Sunnah wa al-Jama 'ah (Sunni) dan mazdhab Syi 'ah.

Akan tetapi dalam menentukan siapakah orang-orang yang termasuk dalam kelompok ahlul bait Nabi saw., mereka para ularna dari mazdhab Sunni dan S)1i 'ah

mempunyai pendapat yang tidak sama (ikhtilaj).

16

lbid.

(42)

Untuk mengetahui lebih jauh penafsiran-penafsiran para ulama mengenai kata

"ah/11/ bait", maka penulis membaginya menjadi tujuh pendapat sebagai berikut:

a) Ahlul Aba' a/au Ahlul Kisa .rn

Pendapat pertama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ahlul bait

Rasulullah saw. adalah ahlul aba · atau ah!ul kisa ', yaitu terdiri dari Rasulullah saw. sendiri, 'Ali bin Abi Thalib, Fathimah, al-Hasan, dan al-Husain rndhiyallahu 'anhum.

Para ularna dari kelornpok ini juga berpegang dengan hadis-hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh para sahabat beliau. Diantara riwayat-riwayat hadis itu adalah

hadis al-kisa · yang berasal dari istri Rasulullah saw. Ummu Salamah19 seperti yang tercantum dalam "al-11111snad' Al1mad bin Hanbal :

18Yaitu ッイ。ョァセッイ。ョァ@ yang

111asuk ke da1a1n kisa' (kain).

(43)

'.I::-イGセ@ .•.1_'. -3-セi@ ...

Jh,T - '

セケ@ Ni|G⦅OZZBHセ@ セ@ waiセ@ ·- ,._

ill\

'..i'.i .. J;l

'Lll :tiiJI

- .. ッセ@--

(J:;.. - -.-

.

.JY::.

20 " ·

11

\RNセi@

i\

セi@

-

'I.!

Nセ@ 1.5"'- - -

Y.""

<s'- - -

u

Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah telah menceritakan kepadaku Ayahku telah menceritakan kepada kami 'Abdullah ibn Numair dia berkata telah menceritakan kepada kami 'Abd al-Malk yakni Jbn Abu Sulaiman dari 'Atha' ibn Abu Rabbah dia berkata telah menceritakan kepadaku seseorang yang mendengar dari Ummu Salamah yang menyebutkan bahwasanya Nabi saw. di nimahnya lalu datang Fathimah membawa periuk yang di dalamnya terdapat khuzairah21 maka dia masuk dengan periuknya menemui beliau. Lalu berkata Rasulullah kepadanya: Panggillah suamimu dan kedua anakmu. Berkata Ummu Sa!amah: Kemudian datang 'Ali, a/-Husain, dan al-Hasan dan masuk menemui beliau. Lalu mereka duduk dan makan khuzairah tadi dan beliau di tempat pembaringannya beralaskan kain khaibar. Berka/a Ummu Salamah: Ketika aku sedang shalat di kamar, Allah 'azza wa jalla menurunkan ayat ini: Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kaliah hai ahlul bait dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya. Kemudian beliau mengambil kain dan menyelubungi mereka dengan kain itu kemudian beliau mengeluarkan tangannya dan merljulurkannya.ke langit sambi\l berkata: Ya Allah mereka adalah ahlu baitku maka hi!angkanlah dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya, Ya Allah mereka adalah ahlu baitku maka hilangkanlah

20

Ahmad ibn Hanbal, al-kfusnad, (Beirut: Dar al-Fikr, l.t.), Jilid 6, h. 292.

21

(44)

dosa dari mereka dan bersihka11lah mereka sebersih-bersihnya. Berkata Ummu Salamah: A1aka ak11 memasukkan kepalaku ke dalam rumah dan aim mengatakan: Dan aim bersama kalian ya Rasulullah? Beliau berkata: },/1gka11 menuju kebaikan, engkau menu.Ju kebaikan. (HR. Ahmad).

Hadis riwayat 'Aisyah ra. seperti tercantum dalam dalam "al-Jami' ash-Shahih" imam Muslim bab "Fadha'i/ Ahlul bait".

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Muhammad bin Abdullah bin Numair (Laji:Jdz bagi Abu Bakr) keduanya berkafa: Te/ah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr dari Zakaria dari Mush 'ab bin Syaibah dari Shq/iyyah binti Syaibah dia berkala, berkata A 'isyah: Pada .111atu pagi Rasulullah keluar dan bersamanya mantel bulu berwarna hitam, kemudian datang al-Hasan bin 'Ali maka Rasulullah memasukkarmya, kemudian datang al-Husain dan langsung masuk bersamanya, kemudian datang Fathimah, maka Rasulullah memasukkannya, kemudian datang 'Ali, maim Rasulullah memasukkannya, kemudian beliau berkata: Sesungf,'11hnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian hai ah!ul bait! Dan membersihkan kalia11 sebersih-bersihnya. (HR. lvfuslim).

(45)

Dari kedua riwayat hadis di atas dapat diketahui bahwa ahlul bait Rasulullah yang dimaksud dalam surat al-Ahzab ayat 33 tiada lain adalah Rasulullah saw. sendiri clan mereka yang masuk dalam kisa' (kain) yaitu 'Ali bin Abi Thalib as., Fathimah as., al-Hasan as., dan al-Husain as.

Selain itu dalam hadis Jain yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Sa'id al-khudri ra. Rasulullah saw. lebih menegaskan lagi bahwa ayat 33 surat al-Ahzab adalah diturunkan untuk lima orang, yaitu beliau sendiri, 'Ali bin Abi Thalib as., al-Hasan as., al-Husain as., dan Fathimah as.23

Penegasan seperti itu dapat kita temukan juga dalam berbagai kitah, antara lain "al-Mustadrak 'ala ash-Shahihain" al-Hakim24, "Mushannqf ibn syaibah"25, "Sunan at-Tirmidzi"26

, "al-Mu jam al-Kabir" ath-Thabarani27, "as-Sunan al-Kubra" al-Baihaqi28, "Shahih Jbn Hibban"29, "Kanzul 'Umma/"30, "Khasha 'ish an-Nasa 'i",

"Ath-Thabari, Jami' al-Bayan Fi Tafsir al-Qur'an, (Beirnt: Dar al·-Fikr, 1988), Juz 12, h. 6.

2

·1al-Hakim an-Naisaburi, al-Mustadrak 'ala ash-Shahihain, (Beirnt: Muhammad Amin Ramj,

t.t.),juz 3, h. 146-148.

25lbn Syaibah, lvfushanna.flhn Syaihah, (Beirnt: Dar al-Fikr, Lt.), Jilid 12, h. 501, 502.

26at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, (Beirnt: Dar al-Fikr, 1994), Juz 5. h. 141, 466.

2

'at-Thabarani, al-Afu 'jam al-Kabir, (Beirnt: Dar al-FikJ·, !.!.), Ce!. Ke-2, Juz 22, h. 65-66. "'al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, (Beirnt: Dar al-Fikr, t.t.), Jilid 2, h. 149, 152.

29

Ibn Hibban, Shahih Jbn Hibhan, (Beirut: Dar al-Fikr, 1997), Jilid 15, h. 432-433.

30

(46)

"Tarikh Baghdad'31, "Tarikh al-Kabir"32, "al-Bidayah wa an-Nihayah"33,

"al-Jsti 'ab34", "Usd al-Ghabah35 ", Fadha 'ii ash-Shahabah36 ", "Tafsir Ummu al-Mu 'minin 'Afayah "37, dan lain-lain.

Kedudukan khusus para anggota ahlul bait ini diperkukuh lagi oleh kesaksian Anas ibn Malik yang menerangkan bahwa selama enam bulan Rasulullah saw. selalu menghampiri rumah Fathimah tiap kali beliau saw. hendak menunaikan shalat fajar.

31al-Khatib al-Baghdad, Tarikh al-Baghdad, (Beirut: Dar al-Fikr,

t t.), Jilid 10, h. 278.

32

al-Bukhari, Tarikh al-Kabir, (Beimt: Dar al-Kutub al-' Alamiyah, 1995), Jilid 2, h. I IO

33

Ibn Katsir ad-Damsyiqi, al-Bidayah wa an-Nihayah, (Beimt: Maktabah al-Ma'arif, 1994), Jilid ke-4, Juz 8, h. 35.

"Muhammad ibn Abd al-Barr al-Qurthubi, al-lsli 'ab, (Beimt: Dar al-Kutub al-' Alamiyah, 1995), Cet. Ke-I, Juz 3, h. 204.

35

Ibn al-Atsir Abi al-Hasan Ali ibn Muhammad al-Jazari, Usd al-Ghabah, (Beimt: Dar al-Fikr. t.t.). Jilid I, h. 490 dan 498, Jilid 4, Juz 3, h. 607.

36

Alunad ibn Hanbal, Fadha'il ash-Shabah, (Makkah: Dar al-'Ihn Li ath-Thaba'ah wa an-Nashr, 1983), Cet. Ke-I, Juz 2, h. 587-588.

37

'Abdullah Abu as-Su 'ud Badr, Tafsir Ummu al-Mu 'min in 'Aisyah, (Riyadh: Dar 'Alim al-Kutub, 1996), Cet. Ke-5, h. 229.

(47)

Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah telah menceritakan kepadaku Ayahku telah menceritakan kepada kami 'Affan telah menceritakan kepada kami Hammad telah mengabarkan kepada kami 'Ali ib11 Zaid dari Anas ibn lvfalik, Sesungguhnya Rasulul!ah saw. se/ama enam bu/an se!alu menghampiri pintu rumah Fathimah bila hendak keluar shalalfajar dan be!iau saw. selafu mengucapkan: "Sha/at wahai ahlul bait, sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian hai ahlul bait dan membersihkankan kalian sebersih-bersilmya ".

Keterangan di atas terdapat juga dalam kitab "sunan at--Tirmidzi" dalam kitab at-Tafsir bab surat al-Ahzab39 dan dalam "Mushannaf Ibn Abi Syaibah" kitab al-Fadha 'ii bab Fadha 'ii ma Dzukira Fi Fadhl Fathimah40. Selain itu keterangan di atas

lebih diperkuat lagi oleh kesaksian lbn 'Abbas ra. yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. melakukan hal itu selama sembilan bulan 41.

Tidak diragukan lagi bahwa ucapan Rasulullah saw. itu ditujukan kepada 'Ali bin Abi Thalib, Siti Fathimah az-Zahra, dan kepada dua orang wcu beliau saw. yaitu al-Hasan dan al-Husein-radhiyallahu 'anhum.

Pendapat ini juga dipegang kuat oleh para ulama mazhab ;yi 'ah, seperti imam ath-Thabrasi dalam kitab tafsimya "Majma' al-Bayan Fi Tal5ir al-Qur 'an "42 dan Muhammad Husain Thabathaba'i dalam kitab tafsirnya "a!-Mizan"43.

ᄋGY。エセtゥイQョゥ、コゥL@

op.cit., h. 142.

"0Jbn Abi Syaibah, op.cit .. h. 527.

'11Jalaluddin as-Suyuthi. ad-Durr al-Mantsur. (Beirut: Dar al-Fikr. 1990), Juz ke-22. h. 7;

K.H. Abdullah bin Nub. Keutamaan Keluarga Rasulullah smv, (Semarang: CV. Toha Putra. 1989), Cet. ke- L h. 2.

'12ath-Thabrasi, Maj ma· al-Bayan Fi tアセGゥイ@ al-Qur 'an, (Beirut: Dar al-Fikr. 1994 ), Juz ke-8. h. 138.

'13Muharnrnad Husain Thathaba'i, al-Mizan. (Beirut: Dar al-Fikr. 1973). Jilid ke-16, h.

(48)

b) Para istri Nabi saw.

Pendapat lain mengatakan bahwa kata "ahlul bait" dalam ayat 33 surat al-Ahzab tersebut dengan para istri Rasulullah saw. Para ulama tafsir dari kelompok ini berpegang pada makna semua ayat dalam surat al-Ahzab yang berkenaan dengan para istri Rasulullah saw., yaitu mulai dari ayat 28 hingga akhir ayat 34. Mereka mengatakan bahwa "semua ayat tersebut berkaitan dengan para istri Rasulullah saw., jadi bagaimana mungkin di tengah-tengahnya terselip persoalan lain? "44.

Firman Allah swt:

4

"1Muhammad bin ·Ali asy-Syaukani. Fath al-Qadir. (Beirnt: Dar al-FikL t.t.). Jilid Kc-4, It

(49)

- lul

セi@

"·.!:'·:' " • 1>.'. C, -.

'.l::"".:J\ -

(11)

r '

'i " 'JC NセNQ⦅GN@

-.J -

- ··

(.);"

セセ@

l.iF

セ@

ur

.J

セ@

セ@

.J

1

%. )

r ' -.

Lilhl -.

\5.

.:ilil "· \

セi@

.(

セ@

··- U U- ·-

-Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu: Jika ka11111 sekalian mengingini kehid11pan d1111ia dan perhiasannya. malca marilah supaya kuberikan kepadamu 111111 'ah45 dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik (28). Dan jika kamu sekalian menghendaki (keredhaan) Allah dan Ras11l-Nya serta ( kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar (29). Hai istri-istri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang menge1jaka11 perbuatan keji yang nyata, niscaya akan dilipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adafah yang demikian itu mudah bagi Allah (30). Dan barangsiapa di antara kamu sekalian (istri-istri Nabi) telap taat kepada Allah dan Rasul-Nya da11 mengerjakan amal yang saleh, niscaya Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rizqi yang mulia (31). Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu

bertaqwa. Adaka janganlah kamu tundzdc46 dalam berbicara sehingga

berkeinginanlah or;ng yang ada penyakit dalam hatinya, 47 dan ucapkanlah perkataan yang baik (32). Dan hendaklah kamu tetap di rwnahnn/8 dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahu/1149 dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesunguhnya

'15Yaitu suatu pc1nberian yang diberikan kepada pere1npuan yang telah diceraikan inenurut

kesanggupan sua1ni.

·"'Yang dimaksucl dengan ··tunduk" di sini ialah berbicara dengan sikap yang menimbulkan keberanian orang bcrtindak yang tidak baik terhadap n1ereka.

·17'{ ang dilnaksud dcngan '"dala1n ha11 increka ada penyakif' ialah orang yang Ine1nptu1yai niat berbuat serong dengan \Vanita, scpcrti inelakukan zina.

'18Maksudnya istri-istri Rasul agar tetap di rtunah, dan keluar ru1nc.h bila ad.a keperluan y;.u1g dibcnarkan olch syara'. Perintah ini juga 1ncliputi selunth 1uu · 1ninat.

(50)

Selain itu juga, adanya riwayat Ibn Abi Hatim dari 'Ilaimah dari Ibn 'Abbas yang menyatakan bahwa ahlul bait adalah khusus istri-istri Nabi saw., seperti yang tercantum dalam kitab "Tqfsir Qur 'an al-Azhim" Ibn Katsir.50

Te/ah berkata kepada kami Ali bin Harb al-Mushili, telah berkata kepada kami Zaid bin al-Habab, telah berkata kepada kami Husain bin Waqid dari Zaid an-Nahwi dari 'Ikrimah dari Jbn al-Abbas radhiyallahu 'anhuma. (Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian hai ahlul bait dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya). Beliau berkata: Ayat ini turun khusus liepada istri-istri Nabi

saw.

Ibn Jarir ath-Thabari meriwayatkan dari Ikrimah51 bahwa beliau menyeru di pasar dan menyatakan bahwa ayat tersebut di atas turun khusus kepada istri-istri Nabi

50

Ibn Katsir. Ta/sir al-Qur 'an al-Azhim, (Beirnt: Dar al-Fikr, t.t.), Jilid ke-3, h. 584.

51

(51)

saw, bahkan beliau menantang "muhahalah ''52 demi mempe11ahankan pendapatnya. Akan tetapi pemyataan mereka disanggah oleh para ulama tafsir yang mengm1ikan ahlul bait dengan ahlul aha' atau ahlul kisa'

Mereka mengatakan: ''Ka/au yang dimaksud ah/11/ bait itu para istri Nabi saw, tentu dalam ayat tersebut Allah tidak menggunakan dhamir (kata ga11!i) 'kum'

(rS) (kalian lelaki), melainkcm menggunakan dhamir 'kunna' (US) (kalian perempuan) ". 53

Para ahli tafsir yang mengartikan ahlul bait dengan para istri N&bi saw. menjawab: "Digunakannya dhamir 'kum' (rS) karena menut/juk kepada kata 'ahlu '( J.>,1.) Sebab menurut tata bahasa Arab, kata 'ah/' adalah mudzakkar (memmjukkan lelaki), bukan mu 'annats (menunjukkan perempuan), karenanya Allah swt menyebut

para ahlul bait dengan dhamir 'kum' bukan 'kun '". 54

c) Ahlul aha' a/au ahlul /dsa dan para istri Nabi saw.

Pendapat yang lain mengatakan bahwa yang di maksud "ah/ul bait,. dalam surat al-Ahzab ayat 33 adalah dua pihak sekaligus, yakni ahlul aba' atau ahlul kisa' (Rasulullah saw, Ali bin Abi Thalib ra, Fathimah ra, al-Hasan ra dan al-Husein ra.)

52A1ubahalah sccara bahasa diatnbil dari kata baha/a y;:mg artinya 111elaknat. Scdangkan

n1enun1t istilah 111uba/Jalah adalah dua pihak yang saling n1elaknat dan bcrdoa kepada Allah untuk 1nen1binasakan yang paling bersalah di antara kednanya

"Muhammad bin 'Ali asy-Syaukani, loc.ci1. Lihat juga Yusuf ibn Jsma 'ii 1111-Nabhani,

asy-ᄋセカ。イ。ヲ。ャMmオ@ 'abbad Li Ali Muhammad saw., (Kaira: Mushthafa al-Babi al-Halbi, 1973), Cet. Kc-2, h. 15.

(52)

dan para istri Nabi saw. Ini adalah pendapat adh-Dhahak dan para ulama tafsir pada umu

Referensi

Dokumen terkait