• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan ketrampilan membaca pemahaman cerpen dengan metode sq3r pada siswa kelas IX A Madrasah Stanawiyah (MTs) Mathla'ul anwar 2 Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan ketrampilan membaca pemahaman cerpen dengan metode sq3r pada siswa kelas IX A Madrasah Stanawiyah (MTs) Mathla'ul anwar 2 Kota Bogor"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN CERPEN DENGAN METODE SQ3R PADA SISWA KELAS IX A

MADRASAH STANAWIYAH (MTs.) MATHLA‟UL ANWAR 2 KOTA BOGOR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Disusun oleh

Ahmad Syaeful Rahman

NIM:107013000045

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)

i

ABSTRAK

Ahmad Syaeful Rahman; NIM. 107013000045. Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen dengan Metode SQ3R Pada Siswa Kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMP/MTs kini dititikberatkan pada keterampilan maupun kemampuan siswa. Berdasarkan kurikulum KTSP siswa dituntut lebih proaktif dalam pembelajaran. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang dilakukan di sekolah-sekolah diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini sesuai dengan tujuan kurikulum saat ini, yaitu agar siswa memiliki empat kompetensi keterampilan bahasa salah satunya keterampilan membaca. Rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah: apakah penggunaan metode SQ3R efektiv dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen pada siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor; apakah terdapat hambatan atau kendala pada penggunaan metode SQ3R dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen pada siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor.

Adapun tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui efektifitas penggunaan metode SQ3R dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen pada siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor, ingin mengetahui hambatan atau kendala pada penggunaan metode SQ3R dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen pada siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, dengan berupa data kuantitatif. Pemilihan metode ini disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu menguji penggunaan metode SQ3R dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen. Metode SQ3R adalah salah satu metode yang dikemukakan oleh Francis P. Robinson pada tahun 1941. Metode SQ3R ini mencakup lima tahap, yaitu Survey (menyelidiki/penelitian pendahuluan), Question (menanyakan/mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan), Read (membaca), Recite (mendaras/menceritakan dengan kata-kata sendiri), dan Review (mengulangi).

(5)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji serta syukur bagi Allah SWT penguasa seluruh alam, pencurah rahmat atas segala nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Shalawat teriring salam senantiasa terlimpah kepada baginda besar nabi tercinta Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa setia padanya.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari perlunya berdoa serta kerja keras untuk sesegera mungkin menyelesaikan penulisan skripsi ini. Selain itu, penulis juga banyak memperoleh bantuan serta motivasi dari semua pihak sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu penulis haturkan terimakasih kepada yang terhormat yaitu:

1. Nurlena Rifa‟i, M.A. Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus sebagai dosen penasehat akademik angkatan 2007 kelas A, dengan ikhlas dan penuh kesabaran dengan terus memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Hj. Budi Suci Nurani, M.Pd., sebagai pembimbing yang telah memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran serta keikhlasan hingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama proses perkuliahan berlangsung. Semoga Allah memberikan imbalan serta pahala atas ilmu yang telah diberikan selama ini, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis.

(6)

iii

6. Buat Ade Fithrotinnadhiroh, dan Bang Apu Ahro yang selalu memberikan motivasi dan do‟a, semoga Allah membalas dengan ciuman yang istimewa.

7. Sahabat-sahabatku yang baik hati yang selalu memberikan motivasi dan do‟a hingga penulisan skripsi ini selesai.

Terimakasih dipersembahkan kepada seluruh pihak yang tidak disebutkan namanya namun telah memberikan kontribusi yang bernilai kepada penulis. Semoga do‟a, bantuan serta bimbingan yang telah diberikan mendapat balasan yang berharga dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis serta para pembaca untuk memajukan dunia pendidikan di negeri tercinta ini.

Jakarta, 15 Agustus 2011

(7)

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………. i

KATA PENGANTAR ……….. ii

DAFTAR ISI……….……… iv

DAFTAR TABEL ………..……….. vi

DAFTAR LAMPIRAN…...………. viii

BAB I PENDAHULUAN………..……….. 1

A. Latar Belakang Masalah …..………. 1

B. Identifikasi Masalah …..……….. 3

C. Pembatasan Masalah …………..………. 4

D. Perumusan Masalah ………... 4

E. Tujuan Penelitian ………... 4

F. Manfaat Penelitian ………... 5

G. Hipotesis yang Diajukan ……….. 5

BAB II KAJIAN TEORETIS………. 6

A. Hakikat Keterampilan Membaca ……..……….. 6

1. Tujuan Membaca ………... 8

2. Membaca Pemahaman ………... 10

B. Pengertian Cerita Pendek ………. 11

1. Ciri-ciri Cerita Pendek ………... 11

2. Unsur-unsur Cerita Pendek ……… 12

C. Metode SQ3R ……….. 18

1. Langkah-langkah dalam Metode SQ3R ……… 18

D. Pembelajaran Membaca Cerpen dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ……… 20

(8)

v

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……… 23

A. Waktu dan Tempat Penelitian ……….... 23

B. Metode Penelitian ………... 23

C. Populasi dan Sampel ……….. 23

D. Teknik Pengumpulan Data ………... 24

1. Pemberian Tes ……….. 24

2. Pemberian Angket ……… 27

E. Teknik Analisis Data ………. 31

BAB IV DESKRIPSI DATA HASIL PENELITIAN .……… 35

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan ………. 35

1. Gambaran Sekolah ……….. 35

B. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran ………. 39

1. Tahap Pemberian Tes ……….. ……….. 39

2. Tahap Pemberian Angket ……… 40

C. Data dan Analisis Data ………. 41

1. Data Tes ……….. 41

2. Perbandingan Mean Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ……… 49

3. Analisis Data Angket ………. 52

D. Pembuktian Hipotesis ……… 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……….. 64

A. Simpulan ……… 64

B. Saran ………. 65

DAFTAR PUSTAKA……… 66

(9)

vi

DAFTAR TABEL

Daftar Tabel Halaman

1. Kisi-kisi Soal Pretest dan Postest Kelas Eksperimen ……….. 25

2. Kisi-kisi Soal Pretest dan Postest Kelas Kontrol ………. 26

3. Kisi-kisi Soal Angket …….……….. 28

4. Kriteria Penilaian Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen …….. 32

5. Kriteria Interpretasi Tes Membaca Pemahaman Cerpen ……….. 33

6. Kriteria Penafsiran Hasil Angket ……….. 34

7. Data Siswa dalam Lima Tahun Terakhir ……….. 37

8. Data Ruang ……… 37

9. Daftar Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Bogor ……….. 38

10. Data Pretest kelas Eksperimen ……….. 41

11. Data Postest Kelas Eksperimen ………. 43

12. Data Pretest Kelas Kontrol ……….... 45

13. Data Postest Kelas Kontrol ……….... 47

14. Perbandingan Mean Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ………….. 49

15. Kesenangan Siswa tentang Pelajaran Bahasa Indonesia ………... 52

16. Bidang yang Disukai Siswa dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ……… 53

17. Materi Sastra yang Disukai Oleh Siswa dalam Bidang Kesusastraan… 53 18. Keterampilan Bahasa yang Disukai oleh Siswa ……… 54

19. Tanggapan Siswa terhadap Membaca Cerpen ………... 54

20. Kendala yang Dihadapi Siswa Saat Pembelajaran Membaca Pemahaman Cerpen ……….. 55

21. Kendala Siswa ketika Diberi Tugas dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Cerpen ………...……….. 55

22. Hal yang Dilakukan Siswa ketika Mengalami Kendala Saat Pembelajaran Membaca Pemahaman Cerpen ……….….. 56

(10)

vii

24. Kendala Ketika Menggunakan Metode SQ3R dalam Pembelajaran

Membaca Pemahaman Cerpen ……….. 57

25. Jenis Kendala yang Dihadapi Siswa dalam Pembelajaran Membaca

Pemahaman Cerpen dengan Metode SQ3R ………..………… 58 26. Kendala yang Dihadapi Siswa Berkaitan dengan Waktu dalam

Pembelajaran Membaca Pemahaman Cerpen dengan Metode SQ3R .... 59 27. Kendala yang Dihadapi Siswa dengan Media Pembelajaran Membaca

Pemahaman Cerpen dengan Metode SQ3R ……….. 59 28. Hal yang Dilakukan Siswa dalam Menangani Kendala Ketika

Menggunakan Metode SQ3R Saat Membaca Pemahaman Cerpen .….. 60 29. Kesesuaian Metode SQ3R dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman

(11)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Silabus Bahasa dan Sastra Indonesia SMP/MTs.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol

4. Media Pembelajaran Kumpulan Cerpen Antalogi Apresiasi Kesusastraan (Robohnya Surau Kami)

5. Hasil Lembar Kerja Siswa Pretest Kelas Eksperimen 6. Hasil Lembar Kerja Siswa Postest Kelas Eksperimen 7. Hasil Lembar Kerja Siswa Pretest Kelas Kontrol 8. Hasil Lembar Kerja Siswa Postest Kelas Kontrol 9. Hasil Angket Kelas Eksperimen

10.Data Pretest Kelas Eksperimen 11.Data Postest Kelas Eksperimen 12.Data Pretest Kelas Kontrol 13.Data Postest Kelas Kontrol 14.Tabel Distribusi T

15.Uji Referensi

16.Surat Pengajuan Proposal Skripsi 17.Surat Bimbingan Skripsi

18.Surat Permohonan Izin Observasi 19.Surat Permohonan Penelitian

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah sarana dan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui bahasa kita dapat mengetahui kecermatan, kelogisan, dan keteraturan jalan pikiran seseorang serta mengungkapkan segala ide atau gagasan. Dalam berbahasa terdapat empat keterampilan, salah satunya yaitu keterampilan membaca.

Membaca merupakan salah satu media yang sangat penting dan paling efektif untuk melihat cakrawala dunia secara objektif, mandiri, dan kreatif. Dengan membaca, kita akan banyak memperoleh ilmu pengetahuan, dan pengalaman. Bahkan dengan membaca, kita akan menjadi seorang yang kreatif, kritis, dan bijak atau sekurang-kurangnya kita bisa hijrah dari orang yang tidak tahu menjadi orang yang tahu. Dalam keterampilan membaca terdapat jenis-jenis membaca, salah satunya membaca pemahaman.

Membaca pemahaman merupakan bagian dari salah satu kegiatan yang penting dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan, informasi, serta memperoleh hiburan. Banyak informasi direkam dan dikomunikasikan melalui media tulis. Oleh karena itu, membaca pemahaman merupakan salah satu cara meningkatkan pengetahuan dan informasi. Kemampuan membaca pemahaman merupakan bekal dan kunci keberhasilan siswa dalam menjalani proses pendidikan. Sebagian besar pemerolehan ilmu dilakukan siswa melalui aktivitas membaca. Ilmu yang diperoleh siswa tidak hanya didapat dari proses belajar-mengajar di sekolah, tetapi juga melalui kegiatan membaca dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan membaca dan kemampuan memahami bacaan menjadi bagian penting dalam penguasaan serta peningkatan ilmu pengetahuan siswa.

(13)

2

mengisyaratkan adanya satu kemampuan yang harus dimiliki siswa yaitu keterampilan membaca, salah satunya keterampilan membaca sastra.

Keindahan suatu karya sastra tercermin dari keserasian, keharmonisan antara keindahan bentuk dan keindahan isi. Karya sastra dikatakan indah jika baik bentuknya maupun isinya sama-sama indah, terdapat keserasian dan keharmonisan antara keduanya. Salah satu bentuk karya sastra adalah cerita pendek atau cerpen.

Menurut Rosidi dalam Tarigan, “Cerita pendek adalah cerita yang pendek dan merupakan suatu kebulatan ide. Dalam kesingkatan dan kepadatannya itu, sebuah cerpen adalah lengkap, bulat, dan singkat. Semua bagian dari sebuah cerpen harus terikat pada suatu kesatuan jiwa: pendek, padat, dan lengkap. Tak ada bagian-bagian yang boleh dikatakan “lebih” dan bisa dibuang”.1

Jadi sebuah cerpen adalah cerita yang ditulis berdasarkan peristiwa kehidupan yang dialami oleh manusia serta dapat menimbulkan efek perasaan kepada pembaca.

Pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman cerpen di MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor Kelas IX A, dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah, bahkan kerapkali siswa hanya ditugaskan untuk membaca buku lalu mengerjakan soal yang telah disediakan. Penggunaan metode ceramah yang digunakan guru dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen sampai sekarang masih monoton. Kondisi tersebut mengakibatkan siswa menjadi jenuh, serta proses belajar mengajar menjadi tidak efektif, hal tersebut mengakibatkan siswa kurang menggemari keterampilan membaca hingga kemampuan siswa dalam keterampilan membaca pemahaman cerpen sangat rendah, dibuktikan dari hasil penilaian guru yang mengajarkan pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah tersebut, hasilnya kemampuan siswa dalam materi keterampilan membaca pemahaman cerpen masih sangat rendah dari nilai KKM yang telah ditentukan. Selain itu minimnya metode pembelajaran untuk melaksanakan proses pembelajaran membaca pemahaman cerpen di kelas mengakibatkan

1

(14)

3

faktor ketidak tertarikan dan keseriusan dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen. Guna peningkatan kemampuan membaca pemahaman cerpen, siswa perlu diberikan solusi. Salah satu alternatif solusi tersebut adalah penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman. Dengan demikian, keterampilan pokok pertama yang harus dikembangkan dan dikuasai oleh siswa adalah membaca buku pelajaran dan bacaan tambahan lainnya, seperti buku-buku sastra salah satunya cerpen.

Kegiatan dan keterampilan membaca itu tidak dapat diganti dengan metode pembelajaran lainnya. Dengan membaca kita dapat berkomunikasi dengan orang lain melalui tulisan. Membaca dapat dipandang sebagai sebuah proses interaktif antara bahasa dan pikiran. Agar setiap bacaan yang dibaca dapat cepat dipahami dan mudah mengingatnya, maka kita perlu menyiasatinya dengan menerapkan metode-metode membaca, di antaranya dengan menggunakan metode SQ3R. Berdasarkan kondisi di atas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen Dengan Metode SQ3R Pada Siswa Kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor.

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang muncul berkaitan dengan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut.

1. Keefektifan penggunaan metode SQ3R untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor.

(15)

4

C. Pembatasan Masalah

Agar mencapai hasil yang representatif maka penulis membatasi kajian penelitian ini pada Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen Dengan Metode SQ3R Pada Siswa Kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor. Teks yang digunakan untuk membaca meliputi teks cerita pendek (cerpen).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan metode SQ3R efektif untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen pada siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor?

2. Apakah terdapat hambatan atau kendala pada penggunaan metode SQ3R dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen yang dialami siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor?

E. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, yaitu:

1. Ingin mengetahui efektivitas penggunaan metode SQ3R dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen pada siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor.

(16)

5

F. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, penulis mengharapkan adanya hasil yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkaitan, di antaranya:

1. Manfaat bagi guru, yaitu untuk memperkaya khasanah metode dan strategi dalam pembelajaran membaca, serta untuk dapat memperbaiki metode mengajar yang selama ini digunakan, agar dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik dan tidak membosankan, dan dapat mengembangkan kemampuan guru Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya dalam menerapkan pembelajaran membaca pemahaman cerita pendek.

2. Manfaat bagi siswa, yaitu menumbuhkan minat baca dan memberi solusi untuk memudahkan siswa dalam memahami dan mengingat isi buku-buku yang ia baca, dengan menggunakan metode SQ3R dalam hal ini menggunakan media cerpen.

3. Manfaat bagi penulis, yaitu dapat memperkaya wawasan dan mendapatkan data yang faktual mengenai keterampilan membaca pemahaman cerpen dengan metode SQ3R, dan mengetahui hambatan -hambatan yang dihadapi oleh siswa dalam membaca cerpen dengan metode SQ3R.

G. Hipotesis yang Diajukan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Penggunaan metode SQ3R efektif dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor.

(17)

6

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Hakikat Keterampilan Membaca

Keterampilan adalah sebuah usaha untuk mengetahui dan atau memperoleh ilmu pengetahuan. Menurut Ahmad Sutardi, pada hakikatnya keterampilan adalah cara seseorang untuk melakukan sesuatu,2 sedangkan dalam KBBI, keterampilan adalah kecakapan orang untuk memahami bahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara.3 Dengan demikian keterampilan adalah cara seseorang untuk dapat memahami apa yang ia ingin ketahui dari proses menulis, membaca, menyimak atau berbicara.

Membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa untuk menambah wawasan serta membina daya nalar seseorang. Brigid Smith berpendapat bahwa “reading began to be regarded as a whole language activity in which context, prediction and meaning were as important as the structure of the sentence or the discrete parts of the words.“4 Artinya: “membaca dapat didefinisikan sebagai kegiatan berbahasa secara keseluruhan yang di dalamnya terdapat konteks, prediksi dan makna yang sama pentingnya dengan struktur kalimat atau bagian-bagian dari struktur kata.”

Tarigan menyatakan bahwa “Membaca adalah suatu yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.”5

Sedangkan menurut Novi Resmini “Membaca adalah suatu interaksi; suatu komunikasi dengan pengarang.”6

Jadi dalam kegiatan membaca harus ada interaksi antara pembaca dan penulis. Interaksi tersebut tidak langsung tetapi bersifat komunikatif, komunikasi antara pembaca dan penulis akan semakin baik jika

2

Ahmad Sutardi, Mahasiswa tidak Memble Siap Ambil Alih Kekuasaan Nasional, (Jakarta: 2010) h. 10 3

Dendy Sugono dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Empat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1447

4

Brigid Smith. Through Writing to Reading: Classroom Strategies for Supporting Literacy, (New York: Routledge, 1997), h. 7

5

Henry Guntur Tarigan. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, Cet. V, 1990), h. 7

6

(18)

7

pembaca memiliki kemampuan yang lebih baik. Pembaca dapat berkomunikasi dengan karya tulis yang digunakan oleh penulis sebagai media untuk memahami gagasan, perasaan, dan pengalaman.

Soedarso mendefinisikan membaca adalah “Aktivitas yang kompleks dengan mengarahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah. Meliputi orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat.”7

Sedangkan menurut Caroline, “Reading is a set of skills that involves making sense and deriving meaning from the printed word. In order to read, we must be able to decode (sound out) the printed words and also comprehend what we read.”8 Artinya: “Membaca adalah seperangkat keterampilan yang meliputi sesuatu yang masuk akal dan kata yang mempunyai makna dari kata yang dicetak. Agar bisa membaca kita harus mampu mengucapkan kata-kata yang dicetak dan juga mengerti apa yang kita baca.” Dengan demikian pembaca harus mampu melafalkan kata-kata dalam buku yang akan dibaca dan mampu menyusun makna yang tertuang dalam kalimat-kalimat yang disajikan oleh penulis, kemudian mengembangkan pengertian-pengertian sesuai dengan kemampuan berpikirnya sendiri secara luas dan mendalam dari apa yang telah dibaca.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa keterampilan membaca adalah suatu perlakuan atau kegiatan yang dilakukan dengan indera penglihatan yang digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis, dan pembaca harus memiliki beberapa kemampuan agar dapat menyusun kalimat-kalimat yang tertuang dalam bacaan sehingga mampu memahaminya.

7

Soedarso. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Cet. XIV, 2010), h. 4

8

(19)

8

1. Tujuan Membaca

Menurut Cahyani, “Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.”9

Ada beberapa tujuan membaca di antaranya:

1. Mendapat alat tertentu (instrumental effect), yaitu membaca untuk tujuan memperoleh sesuatu yang bersifat praktik; misalnya cara membuat masakan, cara membuat topi, cara memperbaiki bola lampu, dan sebagainya.

2. Mendapat hasil yang berupa prestise (prestige effect), yaitu membaca dengan tujuan ingin mendapat rasa lebih (self image) dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulannya. Misalnya, seseorang akan merasa lebih bergengsi bila bacaannya majalah-majalah yang terbit di luar negeri.

3. Memperkuat nilai-nilai pribadi atau keyakinan, misalnya membaca untuk mendapat kekuatan keyakinan pada partai politik yang kita anut, memperuat, memperkuat keyakinan agama, mendapat nilai-nilai baru dari sebuah buku filsafat, dan sebagainya.

4. Mengganti pengalaman estetik yang sudah using, misalnya penikmatan emosional bahan bacaan (buku cerita, novel, roman, cerita pendek, cerita criminal, biografi tokoh terkenal, dan sebagainya).

5. Membaca untuk menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan atau penyakit tertentu”.10

Namun Tarigan berpendapat bahwa ada tujuh tujuan membaca di antaranya, yaitu:

1. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).

2. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading main for ideas).

9

Isah Cahyani, Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar , (Bandung: UPI Press, Cet. I, 2007), h. 99

10

(20)

9

3. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau suasana, organisasi cerita (reading for sequence or organization).

4. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperhatikan oleh sang pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).

5. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak bisa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan atau membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).

6. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca untuk menilai atau mengevaluasi (reading to evaluate).

7. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast), (menurut Anderson dalam Tarigan).11

Dari beberapa pendapat di atas, penulis berpendapat bahwa tujuan membaca yaitu untuk mengetahui informasi-informasi yang tertuang dalam sebuah tulisan, dapat memahami isi dan maknanya secara detail juga dapat mengevaluasi isi tulisan tersebut untuk menambah pengetahuan.

11

(21)

10

2. Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman adalah bagian keterampilan membaca yang bertujuan untuk memahami isi bahan bacaan secara mendalam. M.E. Suhendar berpendapat bahwa membaca pemahaman adalah membaca bahan bacaan dengan menangkap pokok-pokok pikiran yang lebih tajam dan dalam, sehingga terasa ada kepuasan tersendiri setelah bahan bacaan itu dibaca sampai selesai”.12

Sedangkan menurut Henry Guntur Tarigan “Membaca pemahaman adalah sejenis kegiatan membaca yang berupaya menafsirkan pengalaman; menghubungkan informasi baru dengan yang telah diketahui; menemukan jawaban pertanyaan-pertanyaan kogitif dari bahan (bacaan) tertulis”.13

Dengan demikian membaca pemahaman merupakan kegiatan mengungkapkan pokok pikiran untuk menafsirkan suatu informasi baru dan menghubungkannya dengan yang telah diketahui.

Caroline T. Linse mendefinisikan “Reading comprehension refers to reading for meaning, understanding, and entertainment.”14 Artinya: “Membaca pemahaman mengacu pada membaca untuk memahami makna, dan sebagai hiburan.” Menurut Tarigan dalam Kholid Harras membaca pemahaman dapat didefinisikan sebagai “sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards), resensi kritis (critical review), drama tulis (primed drama) serta pola-pola fiksi (pattenrs of fiction).”15

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman yaitu untuk mendapatkan pokok pikiran secara mendalam hasil dari proses membaca yang telah dilakukan, terutama dalam membaca teks sastra.

12

M.E. Suhendar dan Pien Supinah, Pengajaran dan Ujian Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis (Bandung: CV. Pionir Jaya, Cet. I, 1992) h. 27

13

Henry Guntur Tarigan, Metodologi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Angkasa, Cet. II, 2009), h. 43 14

Caroline T. Linse. Practical English Language Teaching Young Learners,(New York: McGraw-Hill, 2006), h. 71

15

(22)

11

B. Pengertian Cerita Pendek

Keindahan suatu karya sastra tercermin dari keserasian, keharmonisan antara keindahan bentuk dan keindahan isi. Dengan kata lain, suatu karya sastra dikatakan indah kalau bentuknya maupun isinya sama-sama indah, terdapat keserasian, keharmonisan di antara keduanya. Untuk itu diperlukan norma-norma estetik, sastra, dan moral. Salah satu bentuk karya satra yaitu cerita pendek (cerpen).

Menurut Tarigan “Cerita pendek adalah cerita yang pendek, dan merupakan suatu kebulatan ide. Dalam kesingkatan dan kepadatannya itu, sebuah cerpen adalah lengkap, bulat, dan singkat. Semua bagian dari sebuah cerpen harus terkait pada suatu kestuan jiwa: pendek, padat, dan lengkap. Tidak ada bagian yang boleh dikatakan “lebih” dan bisa dibuang (Rosidi dalam Tarigan).”16

Suharma mendefinisikan “Cerpen ialah kisah fiksi yang menceritakan kehidupan tokoh dengan penceritaan singkat.”17

Sedangkan Hoerip dalam Atar Semi mendefinisikan bahwa cerpen adalah “sebuah karakter yang „dijabarkan‟ lewat rentetan kejadian daripada kejadian-kejadian itu sendiri satu persatu. Apa yang “terjadi” di dalamnya lazim merupakan suatu pengalaman atau penjelajahan.”18

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud cerita pendek (cerpen) adalah salah satu karya sastra bagian dari prosa berupa cerita rekaan yang dibaca sekali habis, memiliki ruang lingkup kecil, padat, lengkap, dan singkat serta ditulis berdasarkan peristiwa kehidupan manusia yang dapat menimbulkan efek perasaan pada pembacanya.

1. Ciri-ciri Cerita Pendek

Cerpen adalah cerita pendek yang alur ceritanya simple dan padat, dengan tokoh-tokoh yang cukup terbatas dan dapat dibaca hanya sekali duduk. Nurgiantoro dalam Tarigan berpendapat bahwa cerpen adalah penyajian suatu keadaan tersendiri atau suatu kelompok keadaan yang memberikan kesan yang

16

Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa, Cet. I, 2011), h. 180 17

Suharma dkk., Bahasa dan Sastra Indonesia, (Bogor: Yudistira, Cet. I, 2010), h. 6 18

(23)

12

tunggal pada jiwa pembaca. Cerita pendek tidak boleh dipenuhi dengan hal-hal yang tidak perlu.19

Adapun ciri-ciri cerpen menurut Tarigan, yaitu sebagi berikut:

1. Ciri-ciri utama cerpen adalah: singkat, padat, intensif, (brevity, unity, intensity).

2. Unsur-unsur utama dalam cerpen: adegan, tokoh, dan gerak (scence, character, dan action).

3. Bahasa cerpen haruslah tajam, sugestif, dan menarik perhatian (insicivi,suggestive, alart).

4. Cerita pendek harus mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

5. Sebuah cerita pendek harus menimbulkan satu efek dalam pikiran pembaca.

6. Cerpen harus menimbulkan perasaan pada pembaca bahwa jalan ceritalah yang pertama-tama menarik perasaan, dan baru kemudian pikiran pembaca.

7. Cerita pendek mengandung detail-detail dan insiden-insiden yang dipilah dengan sengaja, dan yang bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran pembaca.

8. Cerpen harus mempunyai seorang pelaku utama. 9. Cerpen bergantung pada satu situasi.

10.Cerpen memberikan impresi tunggal. 11.Cerpen memberikan suatu kebulatan efek. 12.Cerpen menyajikan satu emosi.

13.Jumlah kata-kata yang terdapat dalam cerpen biasanya di bawah 10.000 kata, tidak boleh lebih dari 10.000 kata.20

2. Unsur-unsur Cerita Pendek

a. Unsur-unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah bagian pondasi penting dalam sebuah karya sastra, yang dimana sekema cerita sebuah karya sastra dapat dilihat dari unsur intrinsik tersebut. Burhan Nurgiantoro berpendapat bahwa “unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur

19

Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa, Cet. I, 2008), h. 179 20Ibid

(24)

13

yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.”21 Adapun yang termasuk ke dalam unsur-unsur intrinsik yaitu:

1) Tema

Menurut KBBI, “tema adalah pokok pikiran; dasar cerita yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang.”22

Menurut Stanton dan Kenny dalam Nurgiyantoro berpendapat bahwa tema (theme) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.23 Dengan demikian tema adalah sebuah pokok pikiran dasar pada sebuah cerita yang di dalamnya terkandung inti dari apa yang ingin di sampaikan pengarang kapada pembaca.

2) Penokohan

Menurut Suharma, ”Penokohan ialah cara penulis cerita menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh dalam cerita.”24

Untuk memberikan gambaran mengenai tokoh-tokoh dalam sebuah karya fiksi dibedakan ke dalam beberapa jenis berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, yaitu:

a. Berdasarkan segi peranan tokoh 1. Tokoh utama

Yaitu yang diutamakan penceritaannya. Tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus menerus sehingga mendominasi sebagian besar cerita.

2. Tokoh tambahan

Yaitu tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita.

b. Berdasarkan fungsi penampilan 1. Tokoh protagonis (baik) 2. Tokoh antagonis (jahat) c. Berdasarkan perwatakannya

1. Tokoh sederhana

Tokoh yang hanya memiliki satu karakter pribadi tertentu, satu sifat watak tertentu saja.

21 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjahmada University Press, Cet, VI, 2007), h. 23

22 Dendy Sugono dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Empat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1429

23

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjahmada University Press, Cet, VI, 2007), h. 67

24

(25)

14

2. Tokoh kompleks atau tokoh bulat

Tokoh yang memiliki dan diungkapkan berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya.

d. Berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan 1. Tokoh statis

Tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa yang terjadi.

Tokoh statis memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang sejak awal sampai akhir cerita.

2. Tokoh berkembang

Tokoh cerita mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan dan perubahan peristiwa dan plot yang dikisahkan.

e. Berdasarkan pencerminan tokoh 1. Tokoh tipikal

Tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualnya, dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya. Tokoh tipikal merupakan penggambaran, pencerminan, atau penunjukan terhadap orang atau kelompok orang yang terkait dalam sebuah lembaga, atau seorang individu sebagai bagian dari suatu lembaga yang ada di dunia nyata.

2. Tokoh netral

Tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri dan merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi, dihadirkan semata-mata demi cerita atau bahkan dialah sebenarnya yang empunya cerita, pelaku cerita dan yang diceritakan.25

3) Alur

Alur atau plot terkadang disebut juga denga jalan cerita, ialah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara logis. Kenny dalam Nurgiantoro menyatakan bahwa, “Alur pada hakikatnya adalah apa yang dilakukan oleh tokoh dan peristiwa apa yang terjadi dan dialami tokoh.”26

Alur atau plot dalam sebuah cerita harus bersifat padu antara peristiwa yang satu dengan yang lain. Kaitan antara peristiwa hendaknya jelas, logis,

25

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjahmada University Press, Cet. VI, 2007), h. 176-193

(26)

15

dapat dikenali hubungan antar alur cerita yang terdapat di awal, tengah atau akhir dalam cerita. Plot yang memiliki sifat keutuhan dan kepaduan, akan menyuguhkan cerita yang bersifat utuh dan padu pula.

Menurut Abrams dalam Nurgiantoro mengemukakan bahwa “sebuah plot haruslah terdiri dari tahap awal (beginning), tahap tengah (middle), dan tahap akhir.

1. Tahap Awal

Tahap awal sebuah cerita biasanya sebagai tahap perkenalan. Tahap perkenalan berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap berikutnya.

2. Tahap Tengah

Tahap tengah cerita disebut sebagai tahap pertikaian, menampilkan pertentangan dan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat, semakin menegangkan. Bagian tengah cerita merupakan bagian terpanjang dan terpenting dari karya fiksi yang bersangkutan. Pada bagian ini cerita disajikan, tokoh-tokoh memainkan peran, peristiwa penting fungsional dikisahkan, konflik berkembang semakin meruncing, menegangkan, dan mencapai klimaks.

3. Tahap Akhir

Tahap akhir sebuah cerita dapat disebut sebagai tahap peleraian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Tahap akhir berisi bagaimana kesudahan cerita atau menyarankan pada hal bagaimana akhir sebuah cerita.27

Sedangkan Tasrif dalam Nurgiantoro membedakan tahapan plot ke dalam lima bagian, yaitu:

1. “Tahap Situasional (Tahap Penyituasian)

Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, dan berfungsi melandastumpai cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.

2. Tahap Generating Circumstances (Tahap Pemunculan Konflik)

Tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.

27

(27)

16

3. Tahap Rising Action (Tahap Peningkatan Konflik)

Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensinya. 4. Tahap Climax (Tahap Klimaks)

Konflik dan atau pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang dilakukan dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama.

5. Tahap Denoument (Tahap Penyelesaian)

Konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendurkan, dan diberi jalan keluar.”28

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suatu kejadian ada karena adanya sebab. Suatu kejadian merupakan sebuah alur cerita, bila di dalamnya terdapat perkembangan kejadian dan perkembangan itu dapat terjadi kalau terdapat konflik dalam cerita yang diusung oleh pengarang dalam karya sastranya.

4) Latar

Latar adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi atau keterangan mengenai waktu, ruang/tempat dan suasana dalam suatu cerita. Haryono berpendapat bahwa latar/setting adalah penggambaran situasi tempat, waktu, serta suasana terjadinya peristiwa. Latar berfungsi sebagai pendukung alur dan perwatakan.”29

Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema dan plot, karena untuk menghasilkan cerita yang sempurna, padat, dan berkualitas latar harus bersatu dengan tema dan alur.

Menurut Burhan Nurgiantoro unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu:

1. Latar Tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, dan lokasi tertentu tanpa nama jelas.

28

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjahmada University Press, Cet. VI, 2007), h. 149-150

29

(28)

17

Tempat dengan nama tertentu adalah tempat yang dijumpai dalam dunia nyata.

2. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. 3. Latar Sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial berhubungan juga dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya: rendah, menengah, atau atas.30

5) Sudut Pandang

Sudut padang adalah visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita. Sang pengarang haruslah dapat menjelaskan kepada para pembaca bahwa dia selaku narator atau pencerita mempunyai tempat berpijak tertentu dalam hubungannya dengan cerita itu.

Menurut Maryani dan Sutopo sudut pandang dibagi ke dalam lima macam kelompok yaitu:

1. Sudut pandang orang pertama

Pengarang mengambil posisi sebagai pelaku utama. Biasanya ditandai dengan pemakaian kata ganti orang pertama: aku atau saya.

2. Sudut pandang orang ketiga

Pengarang mengambil posisi sebagai pengamat yang menceritakan segala hal yang dilihatnya. Biasanya ditandai dengan pemakaian kata ganti orang ketiga : ia, dia, nya.31

b. Unsur-unsur Ekstrinsik

Segi kedua dari unsur karya sastra dalam hal ini cerpen adalah unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik itu merupakan latar belakang dan sumber informasi bagi karya sastra dan tidak dapat diabaikan karena mempunyai nilai dan pengaruh. Mnurut Haryono, unsur ekstrinsik sastra adalah unsur yang membangun karya sastra yang berasal dari luar karya sastra itu, meliputi

30

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjahmada University Press, Cet. VI, 2007), h. 227-234

31

(29)

18

keadaan lingkungan, sosial, atau budaya saat karya tersebut dibuat, serta latar belakang pengarang.32

Dengan demikian struktur ekstrinsik ini, merupakan unsur atau bagian yang secara fungsional berhubungan dengan sebuah karya sastra satu sama lainnya. Bila stuktur ekstrinsik dengan sebuah karya sastra itu tidak saling berhubungan maka tidak dapat dikatakan struktur. Struktur itu sendiri harus dilihat dari satu titik pandang tertentu. Struktur ekstrinsik dianggap sebagai bagian dari struktur yang membangun cerita pendek bila ia dianggap memberi pengaruh terhadap keseluruhan struktur cerpen itu, terutama bila cerpen itu dianggap sebagai pencerminan kehidupan atau interperensi tentang kehidupan.

C. Metode SQ3R

Metode SQ3R adalah salah satu metode yang dikemukakan oleh Francis P. Robinson pada tahun 1941. Metode SQ3R ini mencakup lima tahap yaitu:

S = Survey (menyelidiki/penelitian pendahuluan)

Q = Question (menanyakan/mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan) R = Read (membaca)

R = Recite (mendaras/menceritakan dengan kata-kata sendiri) R = Review (mengulangi)33

Metode SQ3R ini tujuannya digunakan untuk membantu siswa untuk dapat mengingat apa yang mereka baca, dan dapat membantu proses belajar mengajar di kelas yang dilaksanakan dengan kegiatan membaca buku secara umum.

1. Langkah-langkah Dalam Metode SQ3R

1) Survey atau Menyelidiki.

Dalam langkah pertama ini siswa memeriksa halaman-halaman bab yang akan di pelajari. Bacalah pertanyaan-pertanyaan atau rangkuman

32

Hariyono, Bahasa Indonesia SMP Kelas 9, (Bogor: BP, 2008), h. 132 33

(30)

19

pada akhir bab (kalau ada). Semua itu bertujuan untuk memperoleh kesan atau gagasan umum tentang isinya. Penyelidikan ini kita lakukan dengan membaca selintas (skimming).

2) Question atau Menanyakan.

Dalam langkah kedua ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum mulai membaca seluruh bab/materi yang akan dibaca. Pertanyaan-pertanyaan didasarkan atas bahan yang sudah siswa baca selintas tadi, misalnya dengan mengubah judul-judul paragraf menjadi berbentuk pertanyaan (cukup dalam pikiran saja). Pertanyaan-pertanyaan itu akan membangkitkan keingintahuan siswa, akan membantu siswa untuk membaca dengan tujuan mencari jawaban-jawaban yang penting (relevan), dan akhirnya akan meningkatkan pemahaman dan mempercepat penguasaan seluruh isi bab/materi yang dibaca.

3) Read atau Membaca.

Dalam langkah ketiga ini siswa membaca untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Sita akan dapat membaca lebih cepat apabila siswa telah melaksanakan langkah pertama dan kedua di atas.

4) Recite atau Mendaras.

(31)

20 5) Review atau Mengulangi.

Setelah tiap paragraf atau bagian dalam bab yang siswa pelajari selesai di baca menurut langkah ketiga dan keempat, siswa harus mengulang kembali dan mengingat-ingat segenap isi ringkas yang penting dari seluruh bab tersebut. Dengan langkah kelima ini, siswa berusaha untuk memperoleh penguasaan bulat, menyeluruh, dan kokoh atas bahan yang telah dibaca, agar kemudian kita dapat mengingat-ingat kembali apa yang kita cari dari teks bacaan.

D. Pembelajaran Membaca Cerpen dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP)

Menurut E. Mulyasa mendefinisikan “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan.”34

Dengan demikian, dalam kurikulum terdapat pengaturan-pengaturan mengenai tujuan, materi standar, dan bahkan pengajaran serta cara-cara penggunaannya agar dalam kegiatan pembelajaran tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

E. Mulyasa berpendapat bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).35

Menurut E. Mulyasa pula mendefinisikan bahwa silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

34

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2007), h. 46 35Ibid

(32)

21

pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh satuan pendidikan.36

Kegiatan pembelajaran dalam KTSP dirancang untuk memberikan pengalaman yang melibatkan mental dan fisik melalui interaksi antara peserta didik dan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Adapun tujuan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang mengacu kepada tujuan umum pendidikan menengah adalah untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia mencakup empat aspek, yaitu: menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Pembelajaran membaca cerpen merupakan salah satu dari aspek-aspek tersebut. Pembelajaran merupakan suatu proses yang terjadi secara sistematis yang setiap kompetennya mempunyai peranan penting bagi keberhasilan siswa dalam belajar.

Dalam keterampilan membaca, materi yang diberikan yaitu untuk menumbuhkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Materi dalam membaca yang disajikan hendaknya dapat menarik minat dan dapat memotivasi siswa untuk mempelajari lebih lanjut dalam menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga siswa memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan membaca mereka.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai keterampilan membaca pemahaman telah banyak dilakukan. Banyaknya penelitian mengenai keterampilan membaca pemahaman dapat dijadikan salah satu bukti bahwa keterampilan membaca sangat menarik untuk diteliti. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan diantaranya yaitu:

Penelitian yang dilakukan Yulis Yuliawati (UNPAK), “Penerapan Metode PQRST Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman

36

(33)

22

Siswa Kelas X A MAN 1 Cigudeg Bogor”. Rumusan masalah yang diangkat yaitu meneliti penggunaan metode PQRST dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman. Hasil yang diperoleh adalah dengan menggunakan metode PQRST keterampilan membaca pemahaman siswa meningkat. Hal ini dibuktikan pada hasil siklus satu siswa hanya mampu mencapai 65%, sedangkan pada siklus dua kemampuan siswa meningkat mencapai 70%. dengan demikian, terjadi peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa sebesar 11%.

Penelitian yang dilakukan Ine Pujianti (UNPAK), “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Melalui Media Komik Pada Siswa Kelas VIII MTs. Al Hamidi Bogor”. Ia mengkaji tentang penggunaan media komik dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman. Hasil yang diperoleh adalah dengan menggunakan media komik dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman. Hal ini dibuktikan dari tes pada siklus satu mencapai 6,43 sedangkan pada siklus dua 7,71.

Penelitian yang dilakukan Saryi (UNPAK), “Penggunaan Metode OK5R Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Kelas X MAN 1 Bogor”. Peneliti mengkaji mengenai penggunaan metode OK5R dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa. Hasil yang diperoleh pada siklus satu rata-rata nilai siswa 66,77% sedangkan pada siklus dua nilai siswa meningkat mencapai 77,34%. Dengan demikian metode OK5R dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa.

(34)

23

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor, pada siswa kelas IX Tahun Ajaran 2011-2012. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan di semester ganjil dari bulan Juni sampai Agustus 2011.

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang dihadapi agar dapat membuat suatu penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Penelitian ini juga melibatkan kegiatan percobaan untuk melihat hasil yang diketahui dari variabel-variabel yang diselidiki.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan dari karasteristik atau kelompok yang menjadi objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor yang terdiri dari dua kelas dengan jumlah siswa 54 orang.

(35)

24

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas siswa dan situasi yang berkaitan dengan seluruh tindakan yang dilakukan, di antaranya melalui:

1. Pemberian tes

Tes adalah tulisan pertanyaan berbentuk soal untuk mengukur kemampuan dari hasil belajar. Arikunto mendefinisikan “tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi kemampuan atau bakat yang dimiliki setiap individual maupun kelompok.”37

Sedangkan menurut Iskandarwassid tes dalam proses pembelajaran di kelas dapat diartikan “sebagai suatu alat yang digunakan oleh pengajar untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan peserta didik dalam memahami suatu materi yang telah diberikan oleh pengajar.38

Teknik tes yang digunakan yaitu pretest yang diberikan pada awal pembelajaran dan postest yang diberikan pada akhir pembelajaran. Teknik ini dilakukan untuk mengukur keberhasilan pengajaran keterampilan membaca pemahaman cerpen dengan menggunakan metode SQ3R.

Tes (pretest dan postest) diberikan kepada semua siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Baik pretest maupun postest berbentuk uraian, pretest dilakukan pada awal pembelajaran, siswa dituntut untuk membaca cerpen yang telah disediakan setelah itu diberikan tes mengenai isi cerpen yang telah dibacanya.

Setelah pembelajaran berakhir siswa kelas eksperimen diberikan postest, tes yang diberikan yaitu siswa ditugaskan untuk membaca cerpen dengan menggunakan metode pembelajaran yang telah diberikan yaitu metode SQ3R, lalu mengerjakan tes yang diberikan. Sedangkan pelaksanaan postest pada kelas kontrol yaitu siswa ditugaskan untuk membaca cerpen lalu mengisi soal postest tanpa menggunakan metode dalam arti kelas kontrol tidak diberikan perlakuan apapun seperti yang diberikan pada kelas eksperimen.

37

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, Cet XI, 2002), h. 127

38

(36)

25

Hasilnya dapat kita bandingkan antara pretest dan postest antara kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Tes tersebut digunakan untuk memperoleh data mengenai prestasi siswa tentang keterampilan membaca pemahaman cerpen dengan menggunakan metode SQ3R. Instrumen dalam penilaian membaca cerpen yaitu menentukan tema, alur, tokoh, dan karakter tokohnya.

Adapun kisi-kisi soal pretest dan postest sebagai berikut:

Tabel 1

Kisi-Kisi Soal Pretest dan Postest Kelas Eksperimen

Jenis

Tes Masalah Tujuan Pertanyaan

Bentuk

Uraian Bacalah cerpen tersebut lalu temukan

(37)

26

Tabel 2

Kisi-Kisi Soal Pretest Dan Postest Kelas Kontrol

Jenis

Tes Masalah Tujuan Pertanyaan

Bentuk

Uraian Bacalah cerpen terseut lalu temukan unsur

Uraian Bacalah cerpen tersebut, lalu

Berdasarkan kisi-kisi soal uraian tersebut, selanjutnya menyusun lembar soal tes sebagai berikut (soal pretest di kelas eksperimen dan kontrol adalah sama).

SOAL PRETEST (Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol)

I. Petunjuk

Tulislah identitas anda dalam lembar jawaban yang telah disediakan. II.Soal

(38)

27

SOAL POSTEST (Kelas Eksperimen)

I. Petunjuk

Tulislah identitas anda dalam lembar jawaban yang telah disediakan. II. Soal

Bacalah cerpen tersebut dengan menggunakan metode SQ3R, lalu temukan unsur-unsur intrinsiknya (tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan amanat).

SOAL POSTEST (Kelas Kontrol)

I. Petunjuk

Tulislah identitas anda dalam lembar jawaban yang telah disediakan. II.Soal

Bacalah cerpen tersebut, lalu temukan unsur-unsur intrinsiknya (tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan amanat).

2. Pemberian Angket

Menurut Subana, “Angket atau kuesioner adalah instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam teknik komunikasi tak langsung, artinya responden secara tidak langsung menjawab daftar pertanyaan tertulis yang dikirim melalui media tertentu.”39

Angket yang diberikan peneliti adalah untuk mengetahui dan mencari informasi mengenai kesulitan atau kendala-kendala yang berkaitan dengan penggunaan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen. Angket yang disebarkan bersifat berstruktur artinya jawaban yang diajukan sudah disediakan, hanya ada pilihan A, B dan C tidak ada pilihan lain. Dengan demikian, responden tinggal memilih jawaban yang sesuai. Item pertanyaan angket berjumlah 15, berikut ini adalah kisi-kisi angket.

39

(39)

28

Tabel 3

Kisi-Kisi Soal Angket

Masalah/

Sub Masalah Tujuan Pertanyaan

(40)

29 cerpen tanggapan

siswa dalam bembaca cerpen

cerpen itu menarik? c.Tidak

(41)
(42)

31

15.Apakah menurut anda metode SQ3R

E. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah:

1. Nilai KKM yang ditentukan oleh guru Bahasa dan Sastra Indonesia di MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor adalah 70. Dengan demikian, peneliti harus mengupayakan kemampuan siswa setelah postest minimal mencapai nilai KKM sebesar 70.

(43)

32

Tabel 4

Kriteria Penilaian Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen

No Unsur yang

dinilai Uraian Skor

Total Skor

1 Tema Membaca cerpen lalu

menyimpulkan tema cerpen sesuai dengan isi cerpen

Sangat baik skor 4 Baik skor 3 penokohan (karakter tokoh) dengan bukti yang meyakinkan

Sangat baik skor 4 Baik skor 3

Cukup skor 2 Kurang skor 1

4

3 Alur Membaca cerpen lalu

menemukan alur cerpen dengan jelas dan sistematis

Sangat baik skor 4 Baik skor 3

Cukup skor 2 Kurang skor 1

4

4 Latar Membaca cerpen lalu

menemukan latar cerpen dengan bukti yang factual

Sangat baik skor 4 Baik skor 3

Cukup skor 2 Kurang skor 1

4

5 Amanat Membaca cerpen lalu

menyimpulkan amanat si pengarang dengan jelas dan logis

Sangat baik skor 4 Baik skor 3

Cukup skor 2 Kurang skor 1

4

Jumlah Skor 20

3. Menentukan nilai siswa dengan menganalisis data hasil tes menggunakan rumus:

R

(44)

33 Keterangan:

S = nilai yang diharapkan

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = skor maksimum dari tes tersebut40

4. Menentukan nilai standar dan menginterpretasikan data dengan menggunakan kriteria:

Tabel 5

Kriteria Interpretasi Tes Membaca Pemahaman Cerpen

Interval Persentase Tingkat

5. Menentukan nilai rata-rata kelas dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta: Gajah Mada University, Cet. I, 2001), h. 399

42

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. IV, 1992), h. 109

(45)

34

6. Menghitung perbedaan mean antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan rumus t-test berikut:

� = Mx−My

Nx + Ny2+ �22 Nx1 +Ny1

Keterangan:

M = nilai rata-rata per kelas N = banyaknya subjek

= deviasi setiap nilai X2 dan X1 � = deviasi setiap nilai Y2 dan Y1.43 7. Memaparkan hasil tes menggunakan rumus:

F

P = ______ X 100% N

Keterangan :

P = persentase yang dicapai F = frekuensi

N = jumlah sampel44

8. Menafsirkan Data Hasil Angket

Hasil dari pengolahan data angket ditafsirkan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut.

Tabel 6

Kriteria Penafsiran Hasil Angket

Interval Persentase Jawaban Keterangan 0% - 14%

Sebagian besar atau lebih separuhnya Hampir seluruhnya

Seluruhnya45

43

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, Cet. XI, 2002), h. 280-281

44

Alek Iskandar, Beberapa pilihan tentang Penelitian Pendidikan, (Bogor: FKIP Universitas Pakuan, 1996), h. 31

45

(46)

35

BAB IV

DESKRIPSI DATA HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan

1. Gambaran Sekolah

a. Sejarah dan Rencana Strategi Sekolah

Yayasan Pendidikan Islam Mathla‟ul Anwar Bogor didirikan pada tahun 1959 diprakarsai oleh Bapak K.H. Muhammad Hasan, beliau mendirikan lembaga pendidikan formal maupun nonformal (pondok pesantren). Lembaga formal yang pertama kali didirikan oleh Bapak K.H. Muhammad Hasan adalah Madrasah Ibtidaiyah (MI) swasta. Pada tahun 1996 putra ketiga dari bapak K.H. Muhammad Hasan yang bernama Bapak H.Taufiqurahman, S.Pd.I. mendirikan sekolah menengah pertama yang diberi nama MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor beliau menjabat selaku Kepala Madrasah hingga sekarang. Sebagai unsur swasta yang bergerak di bidang pendidikan agama yayasan ini ikut serta merealisasikan program pemerintah dalam rangka mencetak siswa berwawasan IMTAQ dan IPTEK sejak dini dengan upaya meningkatkan peran serta masyarakat.

MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor terletak di jalan K.H. Sholeh Iskandar Pabuaran Rt. 05 Rw. 03 Kel. Cibadak Kec. Tanah Sareal Kota Bogor dan secara geografis terletak tidak jauh dari jantung Kota Bogor, sehingga sangat mudah dijangkau dari segala arah.

Program ke depan MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor menitikberatkan pada upaya peningkatan kualitas pendidikan dan lulusan, serta pembinaan akhlak mulia sesuai dengan visi dan misinya.

b. Profil Madrasah

1. Nama Madrasah : MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Bogor

2. NSM/NPSN : 121232710027/20252632

3. Provinsi : Jawa Barat

(47)

36

5. Kecamatan : Tanah Sareal

6. Desa/Kelurahan : Kelurahan Cibadak

7. Jalan : KH. Sholehiskandar Pabuaran Rt. 05 Rw. 03

8. Kode POS : 16166

9. Telepon : (0251) 7543124 – 7532802

10.Daerah : Perkotaan

11. Status Madrasah : a. Swasta b. Terakreditasi B 12. Tahun Berdiri : 1996

13. Tahun Beroperasi : 1996 14. Kepemilikan Tanah : Yayasan

15. Status Tanah : Akte Jualbeli dan Hibah

16. Luas Tanah : 1.200 M2

17. Status Bangunan/Milik : Yayasan 18. Luas Seluruh Bangunan : 579 M2

c. Visi dan Misi Madrasah/ Sekolah

Visi Madrasah/Sekolah

Dalam merumuskan visi, pihak-pihak terkait melakukan musyawarah sehingga visi tersebut benar-benar mewakili aspirasi semua pihak yang terkait. Adapun visi dari MTs. Mathla‟ul Anwar yaitu, “Terciptanya Siswa yang Berwawasan IMTAQ dan IPTEK Sejak Dini sebagai Bekal untuk Melanjutkan Pendidikan pada Jenjang yang Lebih Tinggi.”

Misi Madrasah/Sekolah

Untuk mencapai visi sebagai madrasah yang terbaik, terdepan, dan terpercaya, perlu dilakukan suatu misi berupa kegiatan jangka panjang dengan arah yang jelas dan sistematis. Berikut misi MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Bogor yang dirumuskan berdasarkan visi madrasah.

1. Menyiapkan generasi yang unggul di bidang Imtaq dan Iptek.

(48)

37

3. Membentuk sumber daya manusia yang aktif, kreatif, inovatif, dan berprestasi sesuai dengan perkembangan zaman.

4. Membangun citra madrasah sebagai mitra terpercaya di masyarakat. 5. Melaksanakan pembelajaran yang efektif.

6. Menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan belajar siswa untuk mendukung pengembangan potensi peserta didik agar berkembang secara optimal.

Tabel 7

d. Data Siswa dalam 5 Tahun Terakhir :

(49)

38

f. DAFTAR TENAGA PENDIDIKAN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN MADRASAH TSANAWIYAH MATHLA‟UL ANWAR 2 BOGOR

No Nama J

K Tempat, Tgl. Lahir Jabatan

Jenis Pendidik

an

Mengajarkan Pelajaran

1 K.H. MUHAMMAD HASAN L Bogor, 14 Agustus 1930 Ketua Yayasan PGA - 2 H. TAUFIQURAHMAN, S.Pd.I L Bogor, 12 Pebruari 1961 Kepala Madrasah S1/PAI Akidah Akhlak

3 MUJAHID, S.Ag L Bogor, 4 Mei 1971 GTY S1/PAI Fiqih

4 NANA NURYANA, S.Ag., S.Pd L Subang, 16 Maret 1970 GTY S1/MTK Matematika

5 WAHYUDIN, S.Pd L Bogor, 17 Agustus 1972 GTY S1/PAI SKI

6 HIDAYATULLOH, S.Ag L Bogor, 2 September 1978 GTY S1/PAI Komputer 7 MOH. ARFAN, S.Th.I L Bogor, 5 Juli 1978 GTY S1/THS Al-Quran Hadits

8 MAHMUDIN, S.Pd.I L Bogor, 8 Oktober 1980 GTY S1/PAI IPS

9 PURKON L Bogor, 8 Agustus 1985 GTY / Kepala TU SMK/AK Kesenian 10 SITI SARAH, S.Pd.I P Bogor, 5 Juli 1983 GTY S1/PAI B.Indonesia 11 YUSNIA WIJAYA, S.Pd P Bogor, 11 Desember 1983 GTY S1/PBI B.Inggris

12 SAODAH, S.Pd P Bogor, 15 Pebruari 1978 GTY S1/PBI B.Inggris

13 ZAKIAH TOHIR TAMIMI, S.Ag P Bogor, 2 April 1974 GTY S1/PBA B.Arab 14 M. TURMUJI, S.Pd.I L Bogor, 16 Pebruari 1984 GTY S1/PAI PKN 15 DIDI WIDYA PUTRA, S.Pd L Bogor, 7 Juli 1980 GTY S1/PAI B.Sunda

16 SANTY DEWI, S.Pd P Jakarta, 15 Mei 1980 GTT S1/IPA IPA

17 BAHRUDIN, S.Pd.I L Bogor, 15 Agustus 1974 GTY S1/PAI BTQ

18 M. ZOUHARUDDIN MALIK,

S.Pd.I L Tasikm, 19 Desember 1985 GTY / Staf TU S1/PAI Penjaskes 19 CICI KURNIASIH, S.Pd P Sukamerindu, 26 Juni 1985 GTY S1/PBI B.Inggris

20 MAHWAN L Bogor, 5 April 1982 Staf TU MAN/IPA -

(50)

39

B. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran

Tahap pelaksanaan pembelajaran adalah tahap ketika peneliti akan merealisasikan perencanaan yang telah dibuat. Tahap pelaksanaan tersebut bertujuan agar langkah-langkah yang dilaksanakan dalam pembelajaran lebih fokus dan terarah. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dua kali pertemuan untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Terlampir).

1. Tahap Pemberian Tes

a) Tahap Pemberian Tes (pretest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Pada tahap pemberian tes ini, peneliti memberikan solal pretest kepada seluruh siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, adapun soal tes berbentuk uraian, pretest dilakukan pada pertemuan pertama, pada hari kamis, 21 juli 2011 pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dengan waktu yang berbeda. Pada pertemuan pertama ini siswa dituntut untuk membaca cerpen yang telah disediakan oleh peneliti, setelah itu diberikan tes mengenai isi cerpen yang telah dibacanya. Dalam pertemuan pertama ini peneliti hanya menerangkan sub cerpen yang akan dibaca oleh siswa, namun pada saat pemberian pretest peneliti tidak memberikan metode apapun pada seluruh siswa kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

(51)

40

tokohnya dengan menggunakan metode pembelajaran yang telah diberikan yaitu metode SQ3R. Sedangkan pelaksanaan postest yang dilakukan di kelas IX B sebagai kelas kontrol adalah peneliti hanya menerangkan isi dari cerpen yang harus dibaca, tanpa diberikan metode untuk menjawab soal postest. Setelah peneliti menerangkan isi cerpen, siswa kelas kontrol diberikan soal postest, tes yang diberikan yaitu siswa ditugaskan untuk membaca cerpen lalu menentukan tema, alur, tokoh, dan karakter tokohnya tanpa diberikan tindakan atau metode apapun. Dengan demikian, dapat kita bandingkan hasilnya antara pretest dan postest antara kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

2. Tahap Pemberian Angket

Gambar

Kisi-Kisi Soal Tabel 1 Pretest dan Postest Kelas Eksperimen
Kisi-Kisi Soal Tabel 2 Pretest Dan Postest Kelas Kontrol
Tabel 3 Kisi-Kisi  Soal Angket
Kriteria Penilaian Keterampilan Membaca Pemahaman CerpenTabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Poor 0 -10 Teks kurang dari 100 kata, banyak terdapat kesalahan tata bahasa dan mekanik, pemakaian kosa kata yang tidak tepat dan sulit dipahami, tidak akurat/tidak sesuai

Dan awal mula adanya gejala timbulnya aliran-aliran adalah sejak kekhalifahan Utsman bin Affan (khalifah ke-3 setelah wafatnya Rasulullah). Pada masa itu di latar belakangi

Following Bougatef and Chichti (2010), for the independent variable, this study adopted variable market, profitability, and interest. In addition to the

Data sejak tahun 2007 untuk layanan komunikasi data yang menggunakan teknologi DSL, menunjukkan pertumbuhan jumlah pelanggan yang baik dan jumlah gangguan layanan

rangka perbaikan yang lebih baik pada masa yang akan datang. Oleh karena itu judul penelitian diajukan adalah” Pengaruh Perilaku kepemimpinan dan Iklim

Pengumpulan data merupakan kegiatan menggali informasi terkait data dari permasalahan yang diteliti. Dari data yang terkumpul diharapkan mampu memecahkan permasalahan yang

Upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan aspek sosial anak usia dini menurut Martini Jamaris (2002: 83) antara lain; pertama, menimbulkan rasa aman pada anak

Banyak anakan tidak ada yang berbeda dengan kontrol, tetapi galur nomor 24 dan 27 me- miliki daun yang lebih banyak sehingga sifat ini dapat mendukung penggunaan sorghum sebagai