• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN EKSPOSISI PERTENTANGAN SISWA KELAS X IPA 3 SEMESTER II DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 4 JAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN EKSPOSISI PERTENTANGAN SISWA KELAS X IPA 3 SEMESTER II DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 4 JAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014"

Copied!
218
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh Astuti Nurasani

1110013000013

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

1

Bahasa merupakan suatu pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Bahasa sebagai alat esklusif antar manusia ketika berinteraksi. Realitanya bahasa mempunyai peranan sebagai alat komunikasi manusia untuk mengungkapkan, mengetahui gagasan yang menjadi maksud dan tujuan penutur dan petutur. Bahasa digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat untuk berkomunikasi. Ada dua jenis bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan mudah dipahami dibandingkan bahasa tulis. Bahasa lisan dapat dipahami dari faktor mimik, gerak-gerik, ataupun intonasi kejelasaan pembicaraan. Adapun bahasa tulis, melalui serangkaian kalimat yang sempurna dan penggunaan kaidah tata bahasa agar tercapainya tujuan komunikasi. Tujuan tersebut, dapat dicapai melalui pembelajaran bahasa Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia mempelajari kaidah bahasa yang baik dan benar. Melalui pembelajaran inilah, peserta didik memiliki keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan. Keterampilan berbahasa juga dapat diklasifikasikan ke dalam dua aspek yaitu aspek reseptif dan produktif. Keterampilan reseptif adalah keterampilan berbahasa yang bersifat menerima, sedangkan keterampilan produktif yaitu keterampilan berbahasa yang bersifat mengahasilkan. Keterampilan menyimak dan membaca termasuk keterampilan reseptif sedangkan keterampilan berbicara dan menulis termasuk keterampilan produktif.

(14)

dimiliki siswa. Keterampilan menulis dapat dilatih dengan membuat karangan. Karangan adalah sebuah tulisan dari kesatuan pikiran tentang suatu topik. Karangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, karangan ekposisi.

Karangan eksposisi adalah karangan berisikan informasi, menerangkan, dan menguraikan suatu gagasan. Informasi yang dinyatakan dalam karangan eksposisi harus mampu menerangkan dan menguraikan ide atau gagasan agar dapat dipahami oleh pembaca. Ide atau gagasan yang dimiliki penulis dituangkan dalam bentuk kalimat, maka kalimat yang digunakan harus efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan kembali gagasan atau pikiran pada diri pendengar atau pembaca, seperti apa yang ada dalam pikiran dan benak pembicara atau penulisnya.

Kriteria untuk membuat karangan eksposisi yang baik adalah menggunakan kalimat efektif. Syarat sebagai kalimat efektif, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis dan sesuai ciri-ciri kalimat efektif yaitu, kesepadaan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan.

(15)

Berdasarkan pengamatan penulis, penulisan karangan eksposisi di sekolah-sekolah masih lemah. Kelemahan terletak pada penggunaan bahasa antara lain berkaitan dengan penggunaan ejaan, adanya subjek ganda, pilihan kata yang tidak tepat, dan kalimat yang bertele-tele. Hal ini terjadi karena guru hanya menekankan keterampilan berbicara, membaca, dan kurang menekankan atau memperhatikan keterampilan menulis, khususnya menulis karangan ekposisi yang baik dan efektif. Akibatnya, siswa menjadi kurang terlatih untuk menulis karangan ekposisi dengan efektif.

Saat pembelajaran mengarang, siswa-siswi tidak memperhatikan penggunaan tanda baca. Adanya tanda baca akan memudahkan penulis memahami isi tulisan. Sebaliknya, jika tidak ada tanda baca dalam kalimat, akan menyulitkan pembaca memahami isi tulisan secara tepat. Selain pengguna tanda baca, pilihan kata pun kurang diperhatikan.

(16)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang di atas, permasalahan dalam peneliti ini, meliputi:

1. Ketidaktepatan penggunaan tanda baca dalam karangan ekposisi siswa.

2. Ketidaktepatan penggunaan pilihan kata dalam karangan eksposisi siswa.

3. Penggunaan kalimat bertele-tele dalam karangan ekposisi siswa. 4. Rendahnya pengetahuan siswa tentang kalimat efektif.

5. Kurangnya perhatian guru terhadap keterampilan menulis.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dibatasi pada penggunaan ciri-ciri kalimat efektif yaitu kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan kelogisan yang terdapat dalam karangan eksposisi pertentangan siswa kelas X IPA 3 Semester II di MAN 4 Jakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimana penggunaan ciri-ciri

kalimat efektif dalam karangan eksposisi pertentangan siswa kelas X IPA 3 Semester II di MAN 4 Jakarta?”

E. Tujuan Penelitian

(17)

F. Manfaat Penelitian

Ada dua manfaat dalam penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

a. Penulis berharap dengan adanya penelitian ini, dapat bermanfaat bagi dosen serta guru bahasa Indonesia dalam menerangkan materi tentang keefektifan kalimat dalam karangan eksposisi siswa dan membantu para guru dalam menjelaskan kalimat efektif dan karangan eksposisi

b. Selain itu, penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa yang sedang mempelajari sub bab kalimat efektif yang diaplikasikan dengan membuat karangan ekposisi yang baik dan benar.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam menganilisis keefektifan kalimat dalam karangan ekposisi. Selain itu, dapat membantu para penulis karangan-mengarang dalam memahami hakikat dan ciri kalimat efektif, supaya karangan ekposisi dapat termuat dalam surat kabar dan tulisan dapat dipahami oleh pembaca dengan baik.

(18)

6

KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Kajian Teori

1. Hakikat Kalimat Efektif a. Pengertian Kalimat

Berbicara tentang penggunaan kalimat efektif, sudah seharusnya membahas tentang pengertian kalimat terlebih dahulu. Kalimat dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan. Setiap orang sudah mampu membuat kalimat, namun pemahaman tentang makna kalimat itu sendiri belum tentu menjadi kalimat yang baik dan benar. Oleh karena itu, perlunya memahami arti dari sebuah kalimat.

Abdul Chaer menyatakan, “Kalimat adalah satuan sintaksis yang

disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final”.1

Ida Bagus Putrayasa menjelaskan kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada

akhir naik atau turun”.2

Dari kedua pendapat tersebut, kalimat adalah satuan satuan gramatikal yang diakhiri dengan intonasi final.

Selain itu, Gorys Keraf menyatakan “Kalimat merupakan suatu

bentuk bahasa yang mencoba menyusun dan menuangkan gagasan-gagasan seseorang secara terbuka untuk dikomunikasikan kepada orang lain”.3 Hasan Alwi mendefinisikan “Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh”.4 Penulis dapat menarik simpulan, kalimat adalah

1

Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 44 2Ida Bagus Putrayasa, Analisis Kalimat Fungsi, Kategori, dan Peran, (Bandung:

Refika Aditama, 2007), h. 20

3

Gorys Keraf, Komposisi, (Jakarta: Nusa Indah, 1979), h. 34 4

(19)

satuan bahasa terkecil yang menuangkan gagasan untuk dikomunikasikan kepada orang lain.

Dalam wujud lisan dan tulisan sebagaimana dikatakan Hasan Alwi, yaitu wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya.

Wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?) atau tanda seru (!), sementara itu, di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan tanda baca lain sepadan dengan jeda.5

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai kalimat, dapat disimpulkan kalimat adalah kesatuan gagasan atau pikiran utuh yang dituangkan dalam wujud lisan atau tulisan dan diakhiri intonasi final.

b. Pengertian Kalimat Efektif

Setelah membahas pengertian kalimat, maka harus membahas pengertian kalimat efektif, supaya memahami pengertian kalimat

efektif. Pengertian pertama kata „efektif’ dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya)6. Kalimat yang benar dan jelas akan mudah dipahami orang lain secara tepat. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif.7 Kunjana Rahardi menyatakan “Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan kembali gagasan atau pikiran pada diri pendengar atau pembaca, seperti apa yang ada dalam pikiran dan

5 Ibid.

6

DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta: Gramedia, 2008, cet. Ke VI), h. 352

7

(20)

benak pembicara atau penulisnya. Jadi dengan kalimat efektif, ide, gagasan penulis, atau pembicara itu akan dapat diterima secara utuh”.8 Dari kedua pendapat tersebut, kalimat efektif adalah suatu gagasan penulis yang bisa diterima secara utuh oleh pembaca.

Dadan Suwarna menyatakan “Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki pola dan struktur yang sederhana serta pola informasi yang langsung, biasanya informasi yang disampaikannya bersifat tunggal”.9 Selain itu, Jos Daniel Parera mendefinisikan “Kalimat efektif adalah kalimat atau bentuk kalimat yang dengan sadar dan sengaja disusun untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik”.10 Keefektifan kalimat diukur dari sudut pandang banyak sedikitnya kalimat itu berhasil mencapai sasaran komunikasinya. Kalimat yang efektif dapat meyakinkan dan menarik perhatian pendengar atau pembaca.11

Dari definisi yang dipaparkan para ahli, penulis dapat menyimpulkan kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki pola dan struktur sederhana, bentuk kalimatnya benar dan jelas, dapat menimbulkan kembali gagasan atau pikiran pembicara maupun penulisnya serta memberikan efek komunikasi.

c. Ciri-ciri Kalimat Efektif

Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin. Berbicara kalimat efektif tidak terlepas dari ciri-ciri yang terdapat di dalamnya. Agar kalimat yang ditulis dapat dipahami dan memberikan informasi kepada pembaca secara tepat dan jelas, maka perlu diperhatikan ciri-ciri kalimat efektif.

8

Kunjana Rahardi, Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 129

9

Dadan Suwarna, Cerdas Berbahasa Indonesia, (Tanggerang: Jelajah Nusa, 2012), h. 19

10

Jos Daniel Parera, Belajar Mengemukakan pendapat, (Jakarta: Erlangga, 1987), h. 42

11

(21)

ciri kalimat efektif sangat beragam dari pendapat para ahli. Ciri-ciri tersebut ada yang mengklasifikasikan menjadi dua, empat, lima, dan tujuh,

Dadan Suwarna mengklasifikasikan ciri-ciri kalimat efektif menjadi dua meliputi, kesederhanaan struktur dan keefektifan pesan. Berbeda dengan Mustakim dan Ida Bagus Putrayasa yang mengklasifikasikan ciri-ciri kalimat efektif menjadi empat yaitu kelengkapan, kesejajaran, kehematan, dan variatif. Jos Daniel Parera mengklasifikasikan ciri-ciri kalimat efektif menjadi lima meliputi kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan, dan variasi. Kunjana Rahardi, Zaenal Arifin, dan Rasyid Sartuni mengklasifikasikan ciri-ciri kalimat efektif menjadi tujuh.

Kunjana Rahardi menyatakan “Ciri-ciri kalimat efektif, meliputi 1) Kesepadanan struktur, 2) Keparalelan bentuk, 3) Ketegasan Makna 4) Kehematan kata, 5) Kecermatan Penalaran, 6) Kepaduan gagasan, 7) Kelogisan bahasa”.12 Dari pendapat para ahli mengenai penggolongan ciri-ciri kalimat efektif berbeda, namun prinsip tetap sejalan. Berdasarkan pendapat para ahli, penulis memilih ciri kalimat efektif yang dikemukan Kunjana Rahardi. Ciri-ciri kalimat efektif meliputi :

1. Kesepadanan Struktur

Kalimat efektif harus mempunyai kesepadanan. Ciri pertama ini, para ahli ada yang menggunakan istilah kesepadanan struktur, kesatuan (unity), keutuhan, kelengkapan, kesederhanaan struktur dan ketatabahasan. Walaupun istilah berbeda, tetapi mempunyai maksud dan pengertian yang sama. Sabarti Akhadiah menjelaskan kesepadanan

adalah “Kalimat itu harus memiliki unsur-unsur subjek, predikat, atau

bisa ditambah dengan objek, keterangan, unsur-unsur subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap, melahirkan keterpaduan arti yang

12

(22)

merupakan ciri keutuhan kalimat”.13 Jadi, dapat disimpulkan kesepadanan struktur adalah kalimat yang terdiri dari subjek dan predikat. Kesepadanan struktur mempunyai ciri sebagai berikut:

a) Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Kalimat sekurang-kurangnya memiliki unsur predikat dan subjek.14 Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.15

Contoh kalimat salah: Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.

Seharusnya: Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.

b) Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.

Alwi menyatakan “Konjungtor juga dinamakan kata sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat yaitu, kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa”.16 Kata penghubung terbagi menjadi dua yaitu kata penghubung intrakalimat dan antarkalimat. Kata penghubung intrakalimat adalah ungkapan/kata dalam sebuah kalimat yang berfungsi menghubungkan unsur-unsur kalimat. Kata penghubung

13

Akhadiah. op. cit. , h. 118

14

Dalman, Keterampilan Menulis, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), cet. 3, h. 23

15Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Akapress, 2009), h. 97

(23)

antarkalimat berfungsi menghubungkan sebuah kalimat dengan kalimat lain.17

Hasan Alwi mengelompokkan konjungsi antarkalimat meliputi: biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, meskipun demikian/begitu, sungguhpun demikian/begitu, kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya, tambahan pula, lagi pula, selain itu, sebaliknya, sesungguhnya, bahwasannya, malah (an), bahkan, (akan) tetapi, namun, kecuali itu, dengan demikian, oleh karena itu, oleh sebab itu, dan sebelum itu.18

Contoh konjungsi intrakalimat :

Saya sedang menulis, sedangkan ibu sedang memasak.

Kata sedangkan termasuk dalam konjungsi intrakalimat. Konjungsi intrakalimat dipakai untuk menghubungkan anak kalimat dan induk kalimat dalam kalimat majemuk. Oleh karena itu penulisan kata

sedangkan tidak menggunakan huruf kapital dan tidak dipakai dalam kalimat tunggal.

Contoh konjungsi antarkalimat:

Pak Budi terkena penyakit demam berdarah. Selain itu, dia juga mengidap tekanan darah tinggi.

Kata selain itu termasuk konjungsi antarkalimat. Konjungsi antarkalimat digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya. Oleh karena itu, penulisan kata selain itu

menggunakan huruf kapital.

17

Dendy Sugono (peny), Buku Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Indonesia, 2008), jilid 2, h. 93-94

(24)

c) Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

Agar menjadi kalimat efektif, kata yang tidak boleh mendahului predikat.

Contoh kalimat yang salah: bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.

Seharusnya: bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.19

Kata yang dalam contoh tersebut menjadi pemborosan kata. Tanpa ada kata yang tidak mengurangi pemahaman pembaca. Menurut Kunjan Rahardi, kahadiran kata yang di depan predikat jika mengubah status kalimat sederhana menjadi frasa menjadi kalimat yang tidak efektif.20 Oleh karena itu, hilangkan saja kata yang di depan predikat.

2. Keparalelan

Ciri kalimat efektif kedua yaitu keparalelan atau paralelisme. Gorys Keraf meyatakan, “Paralelisme atau kesejajaran bentuk membantu memberi kejelasan dalam unsur gramatikal dengan mempertahankan bagian-bagian yang sederajat dalam konstruksi yang

sama”.21

Selain itu, Widyamartaya menyatakan Paralelisme (kesejajaran) ialah penggunaan bentuk gramatikal yang sama untuk unsur-unsur kalimat yang sama fungsinya. Jika sebuah pikiran dinyatakan dengan frase, maka pikiran-pikiran lain yang sejajar harus dinyatakan pula dengan frase. Jika satu gagasan dinyatakan dengan kata benda verbal atau kata kerja bentuk me-, di-, dan sebagainya, maka gagasan lain yang sejajar harus dinyatakan pula dengan kata verbal atau kata kerja bentuk me-, di-, dan sebagainya.22

19

Arifin, op.cit., h. 97-99

20

Rahardi, op. cit. , h. 130

21

Keraf,op. cit. , h. 47

(25)

Kesejajaran ialah menempatkan gagasan yang sama penting dan fungsinya ke dalam struktur kebahasaan yang sama. Kesesajaran memiliki tiga macam sebagaimana dikatakan Minto Rahayu sebagai berikut:

1) Kesejajaran Bentuk

Bila salah satu gagasan ditempatkan dalam struktur kata benda, maka kata lain yang berfungsi sama juga dalam struktur kata benda, begitu seterusnya.

Contoh kalimat yang salah:

Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan

pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

Seharusnya:

Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan

pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

2) Kesejajaran Makna

Kesejajaran makna timbul oleh adanya relasi makna antarsatuan dalam kalimat (subjek, predikat, dan objek).

Contoh kalimat yang salah: Adik memetiki setangkai bunga.

Kata memetiki tidak semakna dengan kata setangkai. Agar semakna dengan kata setangkai diubah menjadi memetik

(26)

3) Kesejajaran Rincian Pilihan

Rincian pilihan harus berurutan.

Contoh kalimat yang salah

Pemasangan telepon akan menyebabkan melancarkan tugas, untuk menambah wibawa, dan meningkatkan pengeluaran

Seharusnya:

Pemasangan telepon akan menyebabkan tugas lancar, wibawa bertambah, dan pengeluaran meningkat.23

Jadi, dapat disimpulkan keparalelan atau kesejajaran adalah penggunaan bentuk gramatikal yang sama untuk unsur-unsur kalimat yang sama fungsinya.

3. Ketegasan Makna

Ciri ketiga kalimat efektif yaitu ketegasan makna atau penegasan serta istilah lain yaitu penekanan. Ida Bagus Putrayasa berpendapat

yang dimaksud dengan “Penegasan dalam kalimat adalah upaya

pemberian aksentuasi, pementingan atau pemusatan perhatian pada salah satu unsur atau bagaian kalimat, agar unsur atau bagian kalimat yang diberi penegasan itu lebih mendapat perhatian dari pendengar atau pembaca”24. Jadi, dapat disimpulkan ketegasan makna adalah upaya memberi penekanan pada kalimat dengan tujuan mementingkan ide pokok.

23Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 88-89

24

(27)

Setiap kalimat memiliki sebuah ide pokok. Inti pikiran ini biasanya ingin ditekankan atau ditonjolkan oleh penulis atau pembicara dengan memperlambat ucapan, meninggikan suara, dan sebaginya pada kalimat tadi. Ada berbagai cara untuk memberi penekanan pada kalimat,antara lain dengan cara:

1) Pemindahan letak frase

Untuk memberi penekanan pada bagian kalimat itu pada bagian depan kalimat. Cara ini disebut juga pengutamakan kalimat.25

Contoh:

a. Prof. Dr. Herman Yohanes berpendapat salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya pertamina adalah rasio yang masih timpang antar jumlah pegawai pertamina dan produksi minyaknya.

b. Salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya pertamina, menurut Prof. Dr. Herman Yohanes adalah rasio yang masih timpang antar jumlah pegawai pertamina dan produksi minyaknya.

2) Pengulangan Kata (Repetisi)

Pengulangan Kata dalam sebuah kalimat kadang-kadang diperlukan untuk memberikan penekanan pada bagian ujaran yang dianggap penting.26 Pengulangan kata ini dapat membuat maksud kalimat menjadi lebih jelas, jika dihilangkan kalimat akan menjadi tidak jelas maknanya.

Contoh: Harapan kita demikianlah dan demikian pula harapan setiap pejuang.

25 Ibid.

(28)

3) Pertentangan

Pertentangan dapat dipergunakan untuk menekan suatu gagasan.

Contoh : Anak itu rajin dan jujur.

Ia menghendaki perbaikan yang menyeluruh di perusahaan itu.

Kedua kalimat tersebut mempunyai penekanan gagasan dari kalimat yang bertentangan.

4) Partikel

Partikel diartikan sebagai pementing kata yang mendahuluinya. Partikel yang demikian adalah pun, kah, lah, dan per.27

Contoh:

Setelah sampai di sisni, saya pun tidak melihat sesuatu yang aneh.

Renungkanlah saran kami.

Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.

5) Urutan yang logis

Sebuah kalimat biasanya memberi suatu kejadian atau peristiwa. Kejadian atau peristiwa yang berurutan hendaknya diperhatikan agar urutannya tergambar dengan logis. Urutan yang logis dapat disusun secara kronologis, dengan penataan urutan yang makin lama makin penting atau dengan menggambarkan suatu proses.28

Contoh:

Telekomunikasi cepat-vital dimaksudkan untuk keamanan, mobilitas,

pembangunan, dan persatuan.

27Rasyid Sartuni, Aplikasi Bahasa Indonesia di Peguruan Tinggi, (Bogor: Maharini Press, 1996), h. 81-82

(29)

Kehidupan anak muda itu sulit dan tragis.

4. Kehematan Kata

Ciri kalimat efektif keempat yaitu kehematan, ahli lain mengistilahkan kehematan menjadi ekonomi. Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah mengemukakan “Kehematan adalah penggunaan

kata atau frase yang tidak perlu.”29 Menurut Mustakim, “Kehematan

merupakan salah satu ciri kalimat yang efektif. Dalam penyusunan kalimat, kehematan dapat diperoleh dengan menghilangkan

bagian-bagian tertentu yang tidak diperlukan atau yang mubazir”.30

Dari kedua pendapat tersebut, kehematan adalah penggunaan kata atau frase yang mubazir.

Selan itu, Ida Bagus Putrayasa berpendapat, “Kehematan adalah hubungan jumlah kata yang digunakan dengan luasnya jangkauan makna yang diacu.31 Dari beberapa pendapat ahli, dapat disimpulkan kehematan adalah menghilangkan kata atau frase yang tidak perlu dan jika bagian tersebut dihilangkan tidak mengubah arti pada kalimat. Kalimat yang berciri hemat dan efektif sebagaimana dikatakan Kunjana Rahardi sebagai berikut:

1) Penghilangan pengulangan subjek

Penulis kadang-kadang tanpa sadar sering mengulang subjek dalam satu kalimat. Abdul Razak berpendapat “Subjek adalah unsur yang diperkatakan dalam sebuah kalimat”.32 Kridalaksana dalam Abdul Chaer menjelaskan subjek adalah bagian klausa yang menandai apa

29

Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah, Disiplin Berbahasa Indoensia, (Jakarta: FITK Press, 2010), h. 70

30

Musatakim, Membina Kemampuan Berbahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), cet. 1, h. 105

31Ida Bagus Putrayasa, op. cit. , h. 55 32

(30)

yang dinyatakan oleh pembicara.33 Dari dua pendapat tersebut, penulis dapat menyimpulkan subjek adalah unsur yang menandai apa yang dinyatakan pembicara.

Pengulanagn ini tidak membuat kalimat itu menjadi lebih jelas. Karena itu, pengulangan bagian kalimat yang demikian tidak diperlukan. Mustakim menyatakan, “Kalimat majemuk bertingkat yang anak kalimat dan induk kalimatnya memiliki subjek yang sama dapat dihilangkan salah satunya. Subjek yang dihilangkan adalah yang

terletak pada anak kalimatnya”.34

Contoh: 1.Sebelum surat ini dikirimkan, surat ini harus ditandatangani lebih dahulu.

2. Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa Presiden datang.

Seharusnya: 1. Sebelum dikirimkan, surat ini harus ditandatangani lebih dahulu.

2. Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa Presiden datang.

2) Penghilangan superordinat

Bentuk superordinat itu lazimnya muncul kalau bentuk kebahasaan yang dianggap sebagai superordinat itu memiliki sejumlah perincian.

Bentuk „bunga’ memiliki subordinat „mawar’, „melati’, „kenanga’ dan

seterusnya. Demikian pula bentuk „bunga mawar’ atau „bunga melati’ atau „bunga kenanga’ adalah bentuk kebahasaan yang sangat tidak efektif karena di dalam bentuk kebahasan itu serta merta terdapat superordinat dan subordinat sekaligus.

33Chaer, op. cit. , h. 21

34

(31)

3) Penghindaran kesinoniman

Hindari dua kata yang bersinonim dipakai dalam sebuah kalimat. Bentuk „sekarang’ dan „sedang’, „kini’ dan „sedang’, „sekarang’ dan „tengah’, atau „seperti’ dan „contoh’.

Contoh: Seperti contoh itu pernah dikemukakan.

Seharusnya: Contoh itu pernah dikemukakan.

4) Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata yang berbentuk jamak.35 Misalnya:

Para tamu-tamu sebaiknya para tamu

Beberapa orang-orang sebaiknya beberapa orang

Para hadirin sebaiknya hadirin

5. Kecermatan dan Kesantunan

Soedjito dan Djoko Saryono mendefinisikan, “Kalimat cermat

adalah kalimat yang stukturnya teratur dan sesuai dengan kaidah alat-alat kalimat, yakni (1) urutan, (2) bentuk kata, (3) kata tugas, dan (4) intonasi”.36 Ninik M. Kuntarto berpendapat, “Prinsip kecermatan

berarti cermat dan tepat menggunakan diksi”.37

Dari dua pendapat tersebut, kecermatan adalah kalimat yang tepat menggunakan pilihan kata.

Gorys Keraf menjelaskan, “Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang

35

Arifin. op.cit., h. 102

36

Soedjito dan Djoko Saryono, Tata Kalimat Bahasa Indonesia, (Malang: Aditya Media Publishing, 2012), h. 170

(32)

dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara”.38

Pemilihan kata, pembentukan kata, atau pembuatan kalimat yang tidak cermat mengakibatkan nalar yang terkandung dalam kalimat terganggu. Hal itu seharusnya dihindari oleh penyusun kalimat yang ingin menyampaikan informasi secara tepat.39

Kunjana Rahardi menegaskan, baik buruknya bahasa seseorang, santun atau tidaknya bentuk kebahasaan yang digunakan seseorang, akan sangat ditentukan oleh pilihan kata yang digunakan oleh orang yang bersangkutan. Bahasa yang cermat pertimbangan dimensi-dimensi konteksnya, biasanya bahasa yang cenderung bersifat santun. Dengan bahasa yang benar-benar cermat dan santun, hubungan yang harmonis dan relasi yang cenderung bersifat positif akan dapat terjadi dengan baik.40

Jadi, dapat disimpulkan kecermatan adalah ketepatan memilih kata dalam sebuah kalimat dan tidak menimbulkan tafsir ganda. Berikut ini contoh kalimat yang tidak cermat dan tidak santun.

Bentuk salah:

(1) Yang diceritakan buku itu menceritakan para putri raja

(2) Wajahmu norak persis seperti hantu kesiangan

Seharusnya:

(1) Buku itu menceritakan para putri raja.

(2) Wajahmu kurang menarik

38Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009), cet. 19, h. 87

39

Dendy Sugono (peny), Buku Praktis Bahasa Indonesia, jilid 1, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2007), cet. 4, h. 93

40

(33)

6. Kepaduan Makna

Kalimat efektif dalam bahasa Indonesia harus memiliki ciri kepaduan makna. Kunjana Rahardi menyatakan yang dimaksud „padu’ adalah „bersatu’. Bentuk kebahasaan yang „padu’ adalah bentuk

kebahasaan yang „tidak terpecah-pecah’, atau bentuk kebahasaan yang

„bersatu’.41

Soedjito dan Djoko Saryono menjelaskan kalimat padu

adalah “Kalimat yang fungsi unsur-unsurnya bertautan secara utuh dan

jelas”.42

Dari kedua pendapat tersebut, kepaduan adalah kalimat antar unsurnya tidak terpecah-pecah atau padu.

Selain itu, Rasyid Sartuni menyatakan “Keterpaduan adalah keterkaitan antar unsur yang berupa subjek, predikat, objek, dan keterangan”.43 Dari beberapa pendapat tentang kepaduan makna, penulis dapat menyimpulkan kepaduan makna adalah kalimat yang utuh dan tidak bertele-tele.

Berikut ini contoh kalimat yang tidak padu.

Bentuk salah:

(1) Merokok, menurut dokter Darmawan, dapat menyebabkan

serangan jantung dan kanker.

(2) Kita harus memperhatikan dari pada kehendak rakyat.

Seharusnya:

(1) Menurut dokter Darmawan, merokok dapat menyebabkan serangan jantung dan kanker.

(2) Kita harus memperhatikan kehendak rakyat.

41

Kunjana Rahardi, loc. cit. 42

Soedjito dan Djoko Saryono, op.cit., h. 162

43

(34)

7. Kelogisan Makna

Ciri terakhir kalimat efektif adalah kelogisan makna. Lamuddin

Finoza menyatakan “Kelogisan ialah ide kalimat itu dapat diterima

oleh akal sehat”.44

Logis atau tidaknya suatu kalimat ditentukan oleh hubungan antara makna gramatikal dengan makna leksikal kata-kata yang membentuknya.45

Kelogisan makna sangat berkaitan dengan nalar, maka kalimat yang logis disebut juga kalimat yang bernalar. Dari pendapat para pakar, penulis dapat menarik kesimpulan, kelogisan makna adalah kalimat yang logis atau masuk akal.

Contoh:

Bentuk Salah:

(1) Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini.

Seharusnya:

(1) Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara ini.

2. Hakikat Karangan

a. Pengertian Mengarang

Mengarang dalam materi bahasa Indonesia sangat penting untuk dipelajari. Mengarang merupakan suatu kegiatan keterampilan menulis. A. Widyamartaya menyatakan “Mengarang adalah suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak mengungkapkan kandungan jiwanya kepada orang lain, atau kepada diri sendiri, dalam

tulisan”.46 Selain itu, Lamuddin Finoza mengatakan, “Mengarang

44

Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2001), cet. 7, h. 141

45

Kusno Budi Santoso, Problematika Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), cet. 1, h. 148

46

(35)

adalah pekerjaan merangkai atau menyusun kata, frasa, kalimat, dan alinea yang dipadukan dengan topik dan tema tertentu untuk

memperoleh hasil akhir berupa karangan”.47

Dari dua pendapat tersebut, mengarang adalah mengungkapkan gagasan dengan merangkai kata-kata menjadi kalimat dan menjadi karangan.

Mengarang atau menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut.48 Dari beberapa pendapat, penulis dapat menyimpulkan mengarang adalah proses pengungkapan gagasan atau ide yang dirangkai melalui kata-kata menjadi kalimat dan paragraf.

Kegiatan mengarang merupakan wujud kegiatan menulis yang dilakukan secara sadar dan berarah. Hasil dari kegiatan mengarang disebut karangan. Sudarno dan Eman A. Rahman menyatakan “Karangan artinya rangkaian, susunan, atau komposisi. Yang dirangkai adalah beberapa kesatuan pikiran yang diwujudkan dalam bentuk kalimat-kalimat yang disusun sesuai dengan kaidah komposisi”.49 Karangan adalah sebuah tulisan dari kesatuan pikiran tentang suatu topik.

b. Jenis Karangan

Berdasarkan tujuannya, karangan-karangan yang utuh dapat dibedakan menjadi lima jenis karangan yaitu:

1) Eksposisi

Eksposisi adalah tulisan yang tujuan utamanya mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik, mengevaluasi sebuah persoalan. Penulis berniat memberi informasi atau memberi petunjuk kepada para

47

Lamuddin Finoza, op.cit., h. 189

48

Henry Guntur Tarigan, Menulis: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angakasa, 2008), h. 22

49

(36)

pembaca.50 Menurut Ismail Marahimin, “Ekposisi adalah menyingkap. Dalam wacana eksposisi, yang disingkap itu adalah buah pikiran atau ide, perasaan atau pendapat penulisnya untuk

diketahui orang lain”.51

Dari dua pendapat tersebut, penulis dapat menarik kesimpulan eksposisi adalah sebuah karangan yang menjelaskan atau memaparkan suatu hal dengan maksud memberi informasi kepada para pembaca.

2) Argumentasi

Rosihan Anwar menyatakan “Argumentasi adalah karangan ini

membincangkan atau membahas suatu persoalan atau perkara”.52

Kemudian, menurut Minto Rahayu “Menulis argumentasi berarti mengemukakan masalah dengan mengambil sikap yang pasti untuk mengungkapkan segala persoalan dengan segala kesungguhan intelektualnya, bukan sekedar mana suka atau pendekatan

emosional”.53

Jadi, dapat disimpulkan argumentasi adalah sebuah tulisan mengungkapkan suatu masalah dengan adanya bukti-bukti untuk mengungkapkan suatu kebenaran sedangkan dari pihak pembaca ingin mendapat suatu kebenaran.

3) Persuasi

Persuasif berarti membujuk atau menyakinkan.54 Karangan persuasi bertolok ukur pada pedoman bahwa pikiran manusia dapat diubah. Dengan persuasi pikiran manusia dapat dipengaruhi untuk berubah. Dengan demikian, karangan persuasi adalah bentuk penyajian karangan yang berusaha untuk menyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis pada waktu

50

A.Chaedar Alwasilah dan Senny Suzanna Alwasilah, Pokoknya Menulis, (Bandung: Kiblat Buku Utama,2007), cet. 2, h. 111

51

Ismail Marahimin, Menulis Secara Populer, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1999), cet. 2, h. 194

52

Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), cet. 4, h. 113

53

Minto Rahayu, op.cit., h., 168

54

(37)

sekarang atau pada waktu yang akan datang.55 Dari dua pendapat para ahli dapat disimpulkan, persuasi adalah karangan yang bersifat membujuk atau mempengaruhi pembaca.

4) Deskripsi

Adjat Sakri menyebut karangan deskripsi yaitu pemerian. Menurutnya, “Pemerian membangkitkan gambaran tentang suatu peristiwa, hal, atau adegan kepada pembaca dengan lengkap dan jelas”. Kemudian, Rosihan Anwar menyatakan, “Deskripsi adalah karangan ini melukiskan keadaan, lahir, atau batin, sesuatu benda

atau perkara”.56

Jadi, deskripsi adalah karangan yang menggambarkan atau melukiskan sesuatu dengan jelas sehingga para pembaca dapat membayangkan apa yang dimaksud penulis.

5) Narasi

Narasi artinya cerita. Dengan cerita, penulis mengajak pembaca untuk sama-sama menikmati apa yang diceritakan tersebut.57 Karangan narasi biasanya dihubung-hubungkan dengan cerita.58 Jadi, dapat disimpulkan narasi adalah karangan yang menceritakan kejadian atau peristiwa dengan runtutan waktu yang jelas.

3. Hakikat Karangan Eksposisi

a. Pengertian Karangan Eksposisi

Kata eksposisi yang diambil dari kata bahasa Inggris exposition

sebenarnya berasal dari kata bahasa Latin yang berarti membuka atau

memulai.59 Karangan ekposisi merupakan karangan yang bertujuan untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Dalam karangan eksposisi, masalah yang dikomunikasikan terutama pemberitahuan atau informasi. Karangan ekposisi bersifat

55

Niknik M. Kuntarto, op.cit., h. 238-239

56

Rosihan Anwar, loc.cit.

57

Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah, op. cit., h. 93

58

E. zainal Arifin dan S. Amran Tasai, op.cit., h. 132

59

(38)

memaparkan sesuatu, ekposisi juga dapat disebut dengan karangan paparan.

Ekposisi atau paparan ialah salah satu jenis karangan yang berusaha untuk menerangkan atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan orang yang membaca uraian tersebut.60

Selan itu, Gorys Keraf menyatakan “Eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga memperluas

pandangan atau pengetahuan pembaca”.61

Wacana ini digunakan untuk menjelaskan wujud hakekat suatu objek, misalnya menjelaskan pengertian kebudayaan, komunikasi, perkembangan teknologi,

pertumbuhan ekonomi kepada pembaca. Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa eksposisi adalah suatu bentuk tulisan yang bertujuan untuk menerangkan, menguraikan, dan menjelaskan suatu gagasan atau pokok pikiran kepada para pembaca.

b. Syarat Menulis Ekposisi

Pada hakekatnya eksposisi bertujuan untuk memperluas pandangan dan pengetahuan pembaca. Oleh sebab itu, dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, seorang pengarang yang ingin menulis sebuah eksposisi harus memenuhi syarat-syarat di bawah ini:

(1) Penulis mengetahui serba sedikit tentang subjeknya, dengan demikian penulis dapat mengembangkan pengetahuannya mengenai subjeknya untuk kemudian ditampilkan dalam tulisan; (2) Penulis harus mampu menganalisis persoalan yang ada dengan

jelas dan konkret.62

60

Bistok dkk., Pedoman Karangan-Mengarang, (Jakarta: Pemendikbud, 1985), h. 15

61

Gorys Keraf, Komposisi Lanjutan II, (Jakarta: Grasindo, 1995), h. 7

62

(39)

c. Teknik Penulisan Karangan Eksposisi

Untuk menulis sebuah karangan, pastinya mempunyai cara atau tekniknya masing-maisng. Misalnya saja karangan narasi mempunyai tekniknya sendiri yaitu terdapat tokoh dan urutan waktu. Begitu juga dengan karangan eksposisi yang mempunyai teknik penulisan untuk mencapai karangan eksposisi yang maksimal.

Randall E. Decker berpendapat, “As in most patterns of writing, the use of expository narration is most likely to be successful if the writer constantly keeps his purpose and his audience in mind, remembering that the only reason for using the method in the first place-for doing any writing-is to communicate ideas. soundness, clarity, and interest are the best means of attaining this goal”.

“Seperti dalam kebanyakan pola penulisan, penggunaan narasi ekspositoris yang paling mungkin berhasil jika penulis selalu membuat tujuan dan pendengarnya dalam pikiran, mengingat bahwa satu satunya alasan untuk menggunakan metode di tempat pertama untuk menulis apapun adalah untuk menyampaikan gagasan-gagasan. Keadaan baik, kejelasan, dan minat adalah cara

terbaik untuk mencapai tujuan”63

.

Karangan eksposisi mengandung tiga bagian utama, sebagaimana dikatakan Gorys Keraf yaitu:

(1) Pendahuluan

Bagian pendahuluan menyajikan latar belakang, alasan memilih topik, luas lingkup, batasan pengertian topik, permasalahan dan tujuan penulisan, kerangka acuan yang digunakan. Pada tulisan populer, pendahuluan tidak perlu menyajikan semua unsur yang dikemukaan sebelumnya, cukup dipilih beberapa saja dari semua segi di atas untuk mengembangkan tulisan eksposisi.

63

(40)

(2) Tubuh Ekposisi

Penulis harus mengembangkan sebuah organisasi atau kerangka karangan terlebih dahulu. Berdasarkan organisasi, penulis kemudian menyajikan uraiannya mengenai tiap bagian secara terperinci, sehingga konsep atau gagasan-gagasan yang ingin diinformasikan pada para pembaca tampak jelas.

Eksposisi dapat mempergunakan bermacam metode penyajian untuk memaparkan suatu objek, mengajukan fakta-fakta untuk mengkonkretkan informasi kaitan antara fakta-fakta harus kelihatan logis dan masuk akal. Pendapat dan gagasan yang disampaikan biasanya dijalin dalam alinea yang padu dan kompak. (3) Kesimpulan

Penulis pada akhirnya menyajikan kesimpulan mengenai apa yang disajikan dalam isi atau tubuh eksposisi. Karangan eksposisi tidak mengarah pada usaha untuk mempengaruhi pembaca. Kesimpulan yang diberikan hanya bersifat pendapat atau kesimpulan yang diterima atau ditolak pembaca. Hal terpenting dalam menulis eksposisi, penulis mampu menyajikan informasi untuk memperluas wawasan atau pengetahuan pembaca.64

d. Metode Menulis Karangan Eksposisi

Penulisan karangan eksposisi dapat digunakan dengan beberapa metode. Metode-metode yang bisa digunakan untuk menyampaikan informasi dari karangan eksposisi sebagaimana dikatakan Gorys Keraf yaitu:

(1) Metode Identifikasi

Identifikasi merupakan suatu metode untuk menggarap sebuah eksposisi sebagai jawaban atas pertanyaan: Apa itu? dan Siapa itu? Berdasarkan hubungan ini, maka pengertian identifikasi adalah

64

(41)

proses penyebutan unsur-unsur yang membentuk suatu hal sehingga ia dikenal sebagai hal tersebut, dengan kata lain metode identifikasi merupakan sebuah metode yang berusaha menyebutkan ciri-ciri atau unsur-unsur pengenal suatu objek tersebut.

(2) Metode Perbandingan atau Pertentangan

Perbandingan adalah suatu cara untuk menunjukkan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan antara dua objek atau lebih menggunakan dasar-dasar tertentu. Tujuan perbandingan adalah membicarakan sesuatu yang dianggap belum diketahui oleh pembaca atau pendengar. Beberapa tujuan dalam menyampaikan suatu uraian dengan menggunakan metode perbandingan yaitu, menyampaikan suatu informasi tentang suatu hal, dengan menghubungkan hal lain yang telah dikenal pembaca, menyampaikan dua pokok persoalan (atau lebih) sekaligus menghubungkannya dengan prinsip-prinsip umum bersama, dan membandingkan dua pokok yang dikenal untuk menyampaikan suatu prinsip umum atau suatu gagasan umum.

(3) Metode Ilustrasi atau Eksemplifikasi

Ilustrasi adalah suatu metode untuk mengadakan gambar atau penjelasan yang khusus dan konkret atau suatu prinsip umum atau sebuah gagasan umum. Metode ilustrasi atau eksemplifikasi pengarang ingin menjelaskan suatu prinsip umum atau suatu kaidah yang lebih luas lingkupnya dengan mengutip atau menunjukkan suatu pokok khusus yang tercakup dalam prinsip umum atau kaidah yang lebih luas cakupannya.

(4) Metode Klasifikasi

(42)

kaidah-kaidah ilmiah, khususnya untuk sampai pada suatu pengalaman baru.

(5) Metode Definisi

Definisi merupakan suatu proses yang berusaha meletakkan batas-batas penggunaan sebuah kata, sepeti tampak dalam makna dari unsur-unsur kata itu sendiri. Definisi juga dapat digunakan sebagai metode penulisan eksposisi, definisi memberikan

pengetahuan kepada kita “kebenaran suatu barang”.

(6) Metode Analisa

Analisis adalah suatu cara membagi-bagi subjek ke dalam komponen-komponennya. Jadi, analisis berarti melepaskan, menanggalkan, atau menguraikan sesutau yang terikat. Analisis sama sekali tidak menciptakan komponen-komponen. Bagian-bagian itu ditemukan oleh penulis bukan diciptakan oleh penulis, dengan menemukan bagian-bagian tersebut, penulis meminta pembaca untuk memperhatikan bagian-bagian tersebut.

a) Analisa bagian adalah suatu teknik untuk membagi-bagi sebuah objek ke dalam unit-unit yang lebih kecil, yang memperlihatkan hubungan-hubungan tertentu. Analisa bagian berusaha menjawab pertanyaan: Apakah objek garapan itu terdiri dari bagin-bagian tertentu? Inilah yang disebut analisa. Suatu objek yang utuh dibagi-bagi menjadi komponen-komponen yang saling berhubungan.

b) Analisa fungsional merupakan proses lanjutan dari analisa bagian, penulis harus mengaitkan bagian itu dengan fungsi yang diemban tiap bagian itu, baik terhadap kesatuannya maupun terhadap bagian lainnya.

(43)

berakhir dengan analisa proses. Analisa proses menjelaskan tahap-tahap yang membentuk suatu peristiwa atau hal.

d) Analisa kausal adalah analisa yang berusaha menemukan sebab-akibat dari suatu hal atau peristiwa. Analisa ini dianggap sebagai suatu kesadaran manusia yang paling tinggi mengenai alam dan dunia sekitarnya. Analisa ini juga dianggap sebagai awal dari perkembangan ilmu dan teknologi.65

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan yang berkaitan dengan skripsi ini yaitu:

1. Skripsi mahasiswa Universitas Negeri Jakarta berjudul Analisis Kemampuan Membandingkan Kalimat Efektif dengan Kalimat Tidak

Efektif Siswa Kelas II STM Di Jakarta Pusat pada tahun 1994, yang ditulis oleh Analis meneliti tentang kalimat efektif dan kalimat tidak efektif pada hasil tes materi kalimat efektif siswa kelas II STM di Jakarta Pusat. Tujuan penelitiannya yaitu untuk mendeskripsikan perbedaan terhadap kemampuan siswa tentang pemahaman kalimat efektif dan kalimat tidak efektif. Persamaan skripsi penulis dengan skripsi Analis yaitu sama-sama membahas kalimat efektif dan tidak efektif. Perbedaan penelitian Analis dengan skripsi penulis terletak pada permasalahannya. Analis menganalisis hasil tes siswa tentang materi kalimat efektif. Cara Analis mengambil sebuah data dengan membuat soal pilihan ganda dan para siswa menjawab. Hasilnya untuk mengukur kemampuan siswa memahami kalimat efektif dan tidak efektif. Berbeda dengan skripsi penulis, permasalahan yang diteliti oleh penulis adalah mendeskripsikan ketepatan dan kesalahan penggunaan ciri-ciri kalimat efektif dalam karangan eksposisi pertentatangan. Cara penulis mengambil data dari karangan ekposisi yang dibuat oleh para siswa.

65

(44)

2. Skripsi mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif Hidayatullah berjudul Penggunaan Kalimat Efektif dalam Karangan Argumentasi Pada Siswa Kelas X-PI SMK CYBER MEDIA Tahun

Pelajaran 2010/2011 yang ditulis oleh Dewi Astuti membahas tentang tingkat kemampuan menggunakan kalimat efektif dalam karangan argumentasi dan mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan penggunaan kalimat efektif dalam karangan argumentasi. Penelitiannya menggunakan metode deskripif kualitatif yaitu dengan cara mendeskripsikan kemampuan menggunakan kalimat efektif dan mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan penggunaan kalimat efektif. Karangan siswa yang digunakannya yaitu karangan argumentasi. Persamaan dengan skripsi penulis yaitu sama-sama membahas tentang kalimat efektif. Namun, terdapat perbedaan skripsi penulis hanya mendeskripsikan penggunaan ciri-ciri kalimat efektif serta tidak mendeskripsikan faktor-faktor penyebab terjadinya kesalahan penggunaan kalimat efektif. Selain itu, pada skripsi penulis menggunakan jenis karangan eksposisi pertentangan atau perbandinagan sedangkan skripsi Dewi Astuti menggunakan jenis karangan argumentasi.

3. Skripsi mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif Hidayatullah berjudul Analisis Penggunaan Kalimat Efektif dalam

Teks Pidato Siswa Kelas X SMA Islam Terpadu Alqur‟aniyyah Pondok

(45)

terdapat kesalahan ciri-ciri kalimat efektif. Selain itu, Fatmasari mengambil data menggunakan teks pidato siswa, sedangkan skripsi penulis menggunakan karangan eksposisi pertentangan.

Dari ketiga penelitian relevan yang membahas kalimat efektif, hasil dari ketiga skripsi tersebut tingkat kemampuan pemahaman kalimat efektif masih rendah. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti lebih lanjut tentang kalimat efektif yang menggunakan jenis karangan eksposisi. Judul skripsi ini adalah Penggunaan Kalimat Efektif dalam Karangan Ekposisi Pertentangan Siswa Kelas X IPA 3 Semester II Di

(46)

34

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 4 Jalan Ciputat Raya Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12310. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada Februari – Agustus 2014.

B. Sumber Data dan Data 1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah karangan eksposisi pertentangan siswa-siswi kelas X IPA 3 semester II Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta.

2. Data

Data adalah segala bahan keterangan atau fakta yang sudah dicatat dan dapat diobservasi.1 Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 31 karangan eksposisi pertentangan siswa.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Zainal Arifin menyatakan “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi saat ini, baik tentang fenomena dalam variabel tunggal maupun korelasi dan atau

perbandingan berbagai variabel”.2

Kirk dan Maller dalam Nuraida dan Halid Alkaf menyatakan, “Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada

1

Abdul Halim Hanafi, Metode Penelitian Bahasa untuk Penelitian, Tesis, dan Disertasi, (Jakarta; Diadit Media, 2011), h. 123

2

(47)

pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam

peristiwanya”.3

Salah satu kegunaan penelitian kualitatif adalah menghasilkan deskripsi dan analisis tentang kegiatan, proses atau peristiwa-peristiwa penting.4 Jadi, dapat disimpulkan penelitian deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang mendeskripsikan suatu fenomena sosial berdasarkan pengamatan manusia.

Format deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi, atau fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian. Oleh karena itu, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif karena objek penelitian adalah karangan eksposisi siswa. Metode ini, sangat tepat untuk menganalisis data berupa karangan, kemudian disajikan dengan mendeskripsikan data tersebut ke dalam tabel analisis data.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X IPA 3 semester II di Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah tahap-tahap yang ditempuh untuk mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdapat tiga tahap sebagai berikut:

1. Observasi

Poerwandari dalam Imam Gunawan mendefinisikan, “Observasi merupakan metode yang paling dasar dan paling tua, karena dengan cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati”.5

3

Nuraida dan Halid Alkaf, Metodo Penelitian Pendidikan, (Tanggerang: Islamic Research Publising, 2009), h. 35

4

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), cet. 9, h. 100

5

(48)

Dalam penelitian ini, peneliti mendampingi guru kelas mengajar dan membantu menyampaikan materi. Kemudian guru kelas menugaskan siswa kelas X IPA 3 membuat karangan ekposisi dengan menggunakan metode pertentangan atau perbandingan.

2. Dokumen

Studi documenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik6. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dokumen pribadi. Dokumen Pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaan.7 Penelitian ini menggunakan dokumen pribadi berupa karangan ekposisi pertentangan siswa kelas X IPA 3 di Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta.

F. Instrumen Penelitian

Muhammad menjelaskan “Instrument dalam penelitian kualitatif

adalah peneliti itu sendiri”.8

Instrumen penelitian ini adalah diri penulis sendiri, penulis menganalisis karangan ekposisi pertentangan siswa dengan ketujuh ciri-ciri kalimat efektif. Adapun, tabel analisis yang digunakan sebagai berikut:

Ketepatan Penggunaan Ciri Kesepadanan

No. Nama

Siswa Kalimat yang Sudah Benar Keterangan

6

Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit., h. 221

7

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. 4, h. 122

8

(49)

Ketepatan Penggunaan Ciri Keparalelan

No. Nama

Siswa Kalimat yang Sudah Benar Keterangan

Ketepatan Penggunaan Ciri Ketegasan

No. Nama

Siswa Kalimat yang Sudah Benar Keterangan

Ketepatan Penggunaan Ciri Kehematan

No. Nama

Siswa Kalimat yang Sudah Benar Keterangan

Ketepatan Penggunaan Ciri Kecermatan

No. Nama

Siswa Kalimat yang Sudah Benar Keterangan

Ketepatan Penggunaan Ciri Kepaduan

No. Nama

Siswa Kalimat yang Sudah Benar Keterangan

Ketepatan Penggunaan Ciri Kelogisan

No. Nama

(50)

Kesalahan Penggunaan Ciri Kesepadanan

No. Nama

Siswa Kalimat yang Salah Kalimat yang Benar Keterangan

Kesalahan Penggunaan Ciri Keparelelan

No. Nama

Siswa Kalimat yang Salah Kalimat yang Benar Keterangan

Kesalahan Penggunaan Ciri Ketegasan

No. Nama

Siswa Kalimat yang Salah Kalimat yang Benar Keterangan

Kesalahan Penggunaan Ciri Kehematan

No. Nama

Siswa Kalimat yang Salah Kalimat yang Benar Keterangan

Kesalahan Penggunaan Ciri Kecermatan

No. Nama

(51)

Kesalahan Penggunaan Ciri Kepaduan

No. Nama

Siswa Kalimat yang Salah Kalimat yang Benar Keterangan

Kesalahan Penggunaan Ciri Kelogisan

No. Nama

Siswa Kalimat yang Salah Kalimat yang Benar Keterangan

G. Teknik Analisis Data

Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, “Analisis data ialah kegiatan analisis mengategorikan data untuk mendapatkan pola hubungan, tema, menaksirkan apa yang bermakna, serta menyampaikan atau melaporkan kepada orang lain yang berminat”.9 Analisis data pada penelitian ini akan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Teknik Pengkodean

Teknik Pengkodean dilakukan dengan cara membuat singkatan kata atau simbol yang dipakai untuk mengklasifikaiskan serangkaian kata, kalimat, dan alinea dari hasil catatan lapangan.10 Teknik pengkodean ini digunakan untuk mengkodekan nama siswa dan ciri-ciri kalimat efektif. Teknik Pengkodean Nama siswa sebagai berikut:

1. Aan Farhana disingkat AF 2. Addiena Eka R.M disingkat AE 3. Adib Ramadani disingkat AR 4. Amrinadhif Akbar disingkat AA

9

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 84

10

(52)

5. Anisa Putri disingkat AP 6. Annisa Rheinata disingkat AN 7. Arsiwidianti R disingkat AS 8.Ayesya Ainun Nabila disingkat AY 9. Azza Nabiila disingkat AZ 10. Ghaly R.P. I disingkat GR

11. Ghazy Rabbani disingkat GH 12. Haula Z.Z disingkat HZ 13. Ismail Adi disingkat IA 14. Litteu Nur El L. disingkat LN 15. Lucyana Devie disingkat LD 16.Muhammad Adil disingkat MA 17. M. Farhan disingkat MF 18. Muh. Fikri Haikal disingkat MH 19. M. Ilham A. disingkat MI 20. M. Yaqzhan disingkat MY 21. Nadya Huwaida disingkat NH 22. Nahdlah Nurul disingkat NN 23. Naufal Farhan disingkat NF 24. Nurul Amanah disingkat NA 25. Radhwa Aulia A.disingkat RA 26. Rima Talitha Y. disingkat RT 27.Rumaisha Aidinadisingkat RU 28. Sarahmadhani B. disingkat SB 29. Satria Ajie W disingkat SA 30. Siti Fatima disingkat SF 31. Wafa Rahima disingkat WR

2. Mengklasifikasikan Data

Selanjutnya setelah dilakukan teknik pengkodean yaitu mengklasifikasikan data atau mengelompokkan data sesuai dengan ciri-ciri kalimat efektif.

3. Menganalisis Data

Setelah digolongkan, data dianalisis dengan memberikan nomor pada kalimat dan menganalisis kalimat berdasarkan ciri-ciri kalimat efektif. Kemudian menyalinnya kedalam tabel.

4. Menyimpulkan Data

(53)

H. Triangulasi Data

Triangulasi data dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti sendiri yang menguji keabsahan data. Ada beberapa langkah yang dilakukan peneliti dalam mengecek kredibilitas data, sebagai berikut:

1. Peneliti mengkonfirmasi teknik penulisan terhadap dosen pembimbing. 2. Peneliti mengecek kembali data karangan yang dianalisis dengan teori. 3. Peneliti mengecek kembali dengan melakukan wawancara terhadap

(54)

42

PEMBAHASAN

A. PROFIL SEKOLAH

1. Sejarah Singkat MAN 4 Jakarta

Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta RMBI adalah lembaga pendidikan tingkat SLTA yang berwawasan global dengan ciri khas keislaman. MAN 4 Jakarta RMBI mengacu pada kebutuhan nasional akan sumber daya manusia yang unggul dalam penguasaan IPTEK dan dibekali dengan iman dan takwa. Madrasah Aliyah ini didirikan 1992 hasil alih fungsi dari PGAN 28 sesuai keputusan Menteri Agama RI nomor 64 thn 1992 tanggal 29 April 1992. Tahun 1998 MAN 4 Jakarta atas berbagai prestasi yang diraih sehingga ditetapkan sebagai MAN Model untuk DKI Jakarta oleh Menteri Agama RI sesuai surat keputusan Dirjen Binbaga Islam tanggal 20 Februari 1998. Tahun 2008 MAN 4 Jakarta menjadi Madrasah Standar Nasional. Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan dan UU Sistem Pendidikan Nasional, maka pada tahun 2010 MAN 4 Jakarta ditetapkan sebagai Rintasan Madrasah Bertaraf Internasional sesuai surat keputusan Kepala Kanwil Kementerian Agama Prov. DKI Jakarta.

(55)

meningkatkan mutu madrasah sebagai bentuk jaminan mutu (quality assurance) terhadap stakeholdersnya.

2. Profil MAN 4 Jakarta

a. Nama Sekolah : MAN 4 Jakarta

b. Nomer Pokok Sekolah Nasional : 20109253

c. Jenjang : Sekolah Menengah Atas

d. Nomer Statistik Sekolah : 31131170001

e. Akreditasi : Akreditasi A MA.004506

f. Sertifikasi ISO : ISO 9001:2008

g. Jenis Sekolah : Keagamaan

h. Status : Negeri

i. Waktu Belajar : Sekolah pagi s/d sore

j. Tahun Berdiri : 29 April 1992

k. Standar Sekolah : Sekolah Standar Nasional l. Alamat Sekolah : Ciputat Raya RT.005/08

Pondok Pinang – Kebayoran Lama Kota Jakarta Selatan - DKI Jakarta 12310

m.Telpon : 021-7690283

n. Faxmile : 021- 7697795

o. Website : man4jkt@kemenag.go.id

p. Status Tanah :Milik Kementrian Agama RI

q. Luas Tanah : 21.980

r. Luas Bangunan : 7.317

3. Visi, Misi, dan Tujuan a. Visi MAN 4 Jakarta

(56)

b. Misi MAN 4 Jakarta

1) Menjadikan agama islam sebagai ruh dan sumber nilai pengembangan madrasah

2) Pengembangan PBM bernuansa islam

3) Menjadikan orang tua murid dan masyarakat sebagai mitra dan modal kerja madrasah

4) Menjalin kerjasama dengan masyarakat dan instansi yang peduli pendidikan

5) Menyiasati kurikulum secara cermat dan akurat 6) Menempatkan tugas guru secara cermat dan akurat 7) Menambah dan mengembangkan saran pendukung

pembelajaran

8) Mendorong semangat siswa, guru dan seluruh komponen madrasah lainnya untuk belajar dan kerja keras

9) Mendorong madrasah sebagai wahana pengembangan potensi siswa.

4. Guru dan Tenaga Kependidikan Tabel 4.1

Daftar Nama Guru MAN 4 Jakarta

N0 NAMA L P JML S2 S1 SMA SMP

1 DRA.HJ.ISNADIAR DEKOK,MM 1 1 1

2 DRA.HJ.SUFHELY 0 PENSIUN AGUST 12

3 DRA.HJ.WUSAH SURALAGA PENSIUN 10-11-2013

4 DRA.UUM MARHUMAH 0 PENSIUN Sep-12

5 DRA.IYAH HILYATI 0 PENSIUN 03/10/2013

6 DRA.HJ.SRI ASWATI 0 PENSIUN

7 DRS.FAHRUL HILAL,M.Pd 1 1 1

8 DRA.HJ.ALIFAH 1 1 1

9 DRS.HM.NASIR H.DJAMANI 0 PENSIUN

10 HJ.KHOLIYAH THOHIR,S.Ag,MA 1 1 1

11 DRS.H.ZAINUL ANWAR,M.Pd 1 1 1

12 DRA.HJ.TUTI ARWATI 1 1 1

(57)

14 DRA.HJ.ROSMANIAR 1 1 1

15 HJ.ROSLAINI,S.Pd 0 0 0 pensiun sept 13

16 DRS.MUSAHIR,M.Pd 0 MUTASI KE MAN 10

17 DRA,HERLIN SUSWATI,M.Pd 1 1 1

18 DRS.H.SOFYAN 1 1 1

19 DRS.SOLAHUDDIN 1 1 1

20 DRA.ERMA MUNAWWAROH,M.Pd 1 1 1

21 DRA.YUSNELLY 1 1 1

22 DRS.SAIPUL IMAN 1 1 1

23 DRA.HJ.TITI SUMANTI 1 1 1

24 DRS.A.KODIR 1 1 1

25 YUNARNI SIREGAR,M.Pd 1 1 1

26 DAMILUS CHANIAGO 0 PENSIUN

27 DRA.ERIDAWATI 1 1 1

28 DRA.YULISNAINI 1 1 1

29 DRA.NINANINGSIH 1 1 1

30 DRS.M.BELYA 1 1 1

31 ABD.GHOZI,S.Ag 1 1 1

32 MUTINGATUN FATIMAH,M.Pd 1 1 1

33 SUHARTO,M.Pd 1 1 1

34 AISAH,S.Pd 1 1 1

35 DRA.ELIDA SYARIFAH 1 1 1

36 DRS.MISBAHUDDIN 1 1 1

37 DEWI PUTRI IRMAWATI,S.Pd 1 1 1

38 DRA.WIHARTI LESNANI 1 1 1

39 TEGUH MARTONO,BA 1 1 1

40 HJ.NINING YUNINGSIH,S.Pd 1 1 1

41 LUTFI EFFENDI,S.Ag 1 1 1

42 ROSMAWATI,S.Ag 1 1 1

43 DRA.KHODIJAH 1 1 1

44 SRIMAYATI S.Pd,M.P.Kim 1 1 1

45 H.NAWAWI,MA 1 1 1

46 SRI YUNANDARI,S.Pd 1 1 1

47 DRA.NIA KURNIASIH 1 1 1

48 DRS.H.ELANG CHARTA,AS 1 1 1

49 EMRONI,S.Sos,M.Pd 1 1 1

50 AGUS MUDHOFAR,S.Pd 1 1 1

51 ENDAH UMAYANAH,S.Ag 1 1 1

52 ISMAIL NUR,Lc,MA 0 0

(58)

54 KHAIRUNNISA,S.Ag 1 1 1

55 KHAIRUNNAS,S.Pd 1 1 1

56 DRA.ANDRIANI 1 1 1

57 HJ.MA'LUFAH,Lc 1 1 1

58 RITA WIDIARTI,SE 1 1 1

59 LISNUR AZIZAH,S.Pd 1 1 1

60 INDRAYANTI, 1 1 1

61 ENENG HERNAWATI,S.Pd 1 1 1

62 SUPARMO,S.Ag 1 1 1

63 NOVIANTI MULYANA,S.Pd 1 1 1

64 HALIMATUS SA'DIYAH,S.Pd.I 1 1 1

65 MUKHLIS AMANUDDIN,S.Ag 1 1 1

66 RA'YAL AIN,S.Psi 1 1 1

67 RALIYANTI,S.Sos 1 1 1

68 FITRI SULASTRI,S.Pd 1 1 1

69 EVA ZAHROWATI,S.Pd 1 1 1

70 IIK ZAKKI MUBAROK 1 1 1

71 ELLIS ERMAWATI,S.Kom 1 1 1

72 ABDULLAH,S.Pd 1 1 1

73 AHMAD FITROH,S.HI 1 1 1

74 HILMAWATI,S.Hum 1 1 1

75 ABD.GHAFUR,S.Pd 1 1 1

76 WIDA FERY ASTINI,S.Kom 1 1 1

77 HASANUDDIN,S.Pd 1 1 1

78 SAHMIATI SIREGAR,S.Pd 1 1 1

79 FITRIA SILVI 1 1 1

80 INDRIA SUKMAWATI,S.Pd,MM 1 1 1

81 NENENG AMALIA,MA 1 1 1

82 ZUHROTUN NISA,S.Ag,MA 1 1 1

(59)

Tabel 4.2

Data Siswa Kelas X MAN 4 Jakarta

Tabel 4.3

Data Siswa Kelas XI MAN 4 Jakarta

NO BULAN APRIL 2014 MEI 2014 JUNI 2014

KELAS L P J L P J L P J

1 X BAHASA 12 27 39 12 27 39 12 27 39

2 X AGAMA 13 17 30 13 17 30 13 17 30

3 X IPA.1 12 18 30 12 18 30 12 18 30

4 X IPA.2 12 18 30 12 18 30 12 18 30

5 X IPA.3 12 19 31 12 19 31 12 19 31

6 X IPA.4 12 20 32 12 20 32 12 20 32

7 X IPA.5 18 15 33 18 15 33 18 15 33

8 X IPS.1 11 21 32 11 21 32 11 21 32

9 X IPS.2 15 18 33 15 18 33 15 18 33

JML 117 173 290 117 173 290 117 173 290

NO BULAN APRIL 2014 MEI 2014 JUNI 2014

KELAS L P J L P J L P J

1 XI BAHASA 11 20 31 11 20 31 11 20 31

2 XI AGAMA 10 21 31 10 21 31 10 21 31

3 XI IPA.1 6 25 31 6 25 31 6 25 31

4 XI IPA.2 13 16 29 13 16 29 13 16 29

5 XI IPA.3 12 17 29 12 17 29 12 17 29

6 XI IPA.4 14 16 30 14 16 30 14 16 30

7 XI IPA.5 12 20 32 12 20 32 12 20 32

8 XI IPS.1 7 23 30 7 23 30 7 23 30

9 XI IPS.2 13 17 30 13 17 30 13 17 30

Gambar

Tabel 4.1 Daftar Nama Guru MAN 4 Jakarta
Tabel 4.2 Data Siswa  Kelas X MAN 4 Jakarta
Tabel 4.4 Daftar Nama Siswa Kelas X IPA 3
Tabel 4.5 Ketepatan Penggunaan Ciri Kesepadanan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hasil jadi dan pengaruh jenis mordan terhadap hasil pewarnaan daun kersen (muntingia calabura) pada

Berdasarkan pada beberapa kajian pustaka di atas, penulis telah menyimpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan penulis dengan penelitian terdahulu berbeda,

Usaha Menengah adalah ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

gula pasir sebanyak 40 gram pada pengomposan sampah sayuran di Pasar Jati Banyumanik dengan penambahan bioaktivator lingkungan dibanding dengan variasi pada

Hasil penelitian ini berjudul “Dampak Pariwisata Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat (studi pada Daerah Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir).. Pada

mempengaruhi kesejahteraan hidup dari keluarga Bapak I Wayan Windia karena keluarga Bapak I Wayan Windia merupakan salah satu dari keluarga miskin yang berada di Dusun Bayung

Dalam penelitian ini menunjukan bahwa responden laki-laki ternyata memiliki tingkat stres yang lebih tinggi jika dengan tingkat stres yang dimiliki perempuan

Hasil analisis secara keseluruhan (overall) skala prioritas kriteria dan alternatif pengelolaan perkebunan kelapa sawit dengan metode AHP dalam upaya pengelolaan