Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
ANITA RISTQI P NIM : 207046100525
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
ANITA RISTQI P NIM : 207046100525
Dibawah Bimbingan
Prof.DR.H Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP: 195505051982031012
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Juni 2011
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan anugerah dan karunia yang tidak terhingga sehingga dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul: ASPEK RISIKO PRODUK GADAI EMAS
PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE, sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Jurusan Perbankan Syariah
Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam senantiasa Penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir zaman. Ucapan
terima kasih Penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu,
membimbing, dan mendoakan hingga akhirnya Penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Untuk itu perkenankanlah Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
sekaligus juga dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, yaitu Bapak
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, yang telah meluangkan
ii
3. Bapak Ah. Azharudin Lathif, M.Ag sebagai Dosen Penasihat Akademik yang
telah membimbing dan memberikan banyak informasi dalam membuat
proposal skripsi ini.
4. Para Dosen yang telah mengajarkan ilmunya kepada Penulis dari Semester
awal hingga akhir, para staff perpustakaan yang telah membantu Penulis
dalam mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam skripsi ini.
5. Ka Vida dan Ka Syafi’i yang sangat membantu mempermudah proses
akademik mahasiswa NR dan penulisan skripsi ini.
6. Ibu Tri Windawati, selaku Kepala Kantor Pegadaian Syariah Cabang Cinere
dan para staff, atas segala bantuannya kepada penulis dalam proses
penyelesaian penelitian di Pegadaian Syariah Cabang Cinere.
7. Rasa Ta’zim dan terima kasih yang mendalam kepada Ayahanda A. Zaini,
S.Ag dan Ibunda Iis Rohayati yang telah mendukung baik moril maupun
materiil dan seorang yang teristimewa Yuliyanto yang telah banyak
membantu dan memberikan motivasi serta adik-adiku tersayang Imam
Sabaruddin dan Rizky Taufikku Rahman yang telah memberikan doa dan
dukungannya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabatku Nelisa, Silvia, Septie, Reny, Intan dan Ema yang
iii
9. Teman-teman PS B kalianlah yang membuat hari-hari dikampus menjadi
lebih indah dan berwarna. Mudah-mudahan kita masih dapat bertemu dalam
lingkup yang lebih luas.
Akhirnya Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat
kelemahan dan kekurangan. Namun, Penulis berharap dengan skripsi ini dapat
bermanfaat khususnya bagi Penulis dan pembaca pada umumnya.
Jazakumullah Khairan Katsira
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 06 Juni 2011
iv
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Objek Penelitian ... 8
E. Metode Penelitian ... 8
F. Kajian Pustaka ... 11
G. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II KERANGKA TEORI A. Pengertian Risiko dan Sebab Timbul-Nya Risiko ... 14
B. Gadai Syariah ... 18
BAB III GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE A. Sejarah Singkat... 32
B. Tujuan, Visi dan Misi... 33
C. Struktur Organisasi ... 35
v
Syariah... 40
B. Kemungkinan Risiko apa saja yang terjadi Pada Produk Gadai
Emas... 46
C. Langkah-langkah Meminimalisasikan Risiko Produk Gadai Emas..49
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 56
B. Saran... 58
1
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan suatu sistem dan jalan hidup yang utuh dan terpadu,
islam memberikan panduan yang dinamis terhadap semua aspek kehidupan
termasuk sektor bisnis dan transaksi keuangan. Hal ini terlihat dengan
menggunakan prinsip syariah, karena diharapkan dengan menggunakan prinsip
syariah islam dapat memberikan maslahat bagi umat manusia dan salah satu
kelebihan dari lembaga keuangan syariah adalah tidak boleh meminta kelebihan
dari pokok pinjaman, karena hal yang demikian itu termasuk riba. Sebagaimana
kita ketahui bahwa riba di dalam islam itu sangatlah diharamkan.1
Perusahaan pegadaian merupakan lembaga keuangan yang menyediakan
fasilitas pinjaman dengan jaminan tertentu. Jaminan nasabah tersebut digadaikan
dan kemudian ditaksir oleh pihak pegadaian untuk menilai besarnya nilai jaminan.
Besarnya nilai jaminan akan mempengaruhi jumlah pinjaman. Sementara ini
usaha pegadaian secara resmi masih dilakukan pemerintah.
Gadai merupakan salah satu kategori dari perjanjian utang- piutang, yang
mana untuk suatu kepercayaan dari orang yang berpiutang, maka orang yang
berhutang menggadaikan barangnya sebagai jaminan terhadap utangnya itu.
Barang jaminan tetap milik orang yang menggadaikan (orang yang berutang)
1
tetapi dikuasai oleh penerima gadai (yang berpiutang). Praktik seperti ini telah
ada sejak jaman Rasulullah SAW, dan Rasulullah sendiri pernah melakukannya.
Gadai mempunyai nilai sosial yang sangat tinggi dan dilakukan secara sukarela
atas dasar tolong-menolong.2
Pegadaian merupakan salah satu alternatif pendanaan yang sangat efektif
karena tidak memerlukan persyaratan yang rumit atau yang dapat menyulitkan
nasabah untuk memperoleh dana pinjaman, cukup dengan membawa barang
jaminan yang bernilai ekonomis mayarakat sudah bisa mendapatkan dana untuk
kebutuhannya, baik secara produktif maupun konsumtif. Di samping itu proses
pencairan dana terbilang cepat dan mudah.
Sekarang ini selain terdapat pegadaian konvensional telah beroperasi pula
pegadaian syariah yang memang didirikan pula Perum Pegadaian. Perkembangan
konsep syariah ini merupakan upaya pegadaian untuk menghindari rente atau
riba. Keberadaan pegadaian syariah pada awalnya didorong oleh perkembangan
dan keberhasilan lembaga-lembaga keuangan syraiah. Di samping itu, juga
dilandasi oleh kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap hadirnya sebuah
pegadaian yang menerapkan prinsip-prinsip syariah.
Implementasi operasional pegadaian syariah hampir mirip dengan
pegadaian konvensional. Seperti halnya pegadaian konvensional, pegadaian
2
syariah juga menyalurkan uang pinjaman dengan jaminan barang bergerak,
nasabah dapat memperoleh dana yang diperlukan dalam waktu yang relatif cepat.3
Secara umum, operasional gadai emas syariah mirip dengan jasa
konvensional, yaitu menggadaikan barang untuk memperoleh jaminan uang
dalam jumlah tertentu. Untuk jasa ini dalam gadai konvensional dikenakan beban
bunga, layaknya sistem keuangan yang diterapkan perbankan. Sementara dalam
gadai emas syariah, nasabah tidak dikenakan bunga tetap yang dipungut dari
nasabah adalah biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan serta penaksiran barang
yang digadaikan. Perbedaan utama antara biaya gadai emas syariah dan bunga
pegadaian konvensional adalah dari sifat bunga yang bisa berakumulasi dan
berlipat ganda, sementara biaya gadai emas syariah hanya sekali dan ditetapkan
dimuka.4
Hadirnya pegadaian syariah sebagai sebuah lembaga keuangan formal
yang berbentuk unit dari Perum Pegadaian di Indonesia, dan bertugas
menyalurkan pembiayaan dalam bentuk pemberian uang pinjaman kepada
masyarakat yang membutuhkan berdasarkan hukum gadai syariah merupakan
suatu hal yang perlu mendapatkan sambutan positif. Dalam gadai syariah, yang
terpenting adalah dapat memberikan kemaslahatan sesuai dengan diharapkan
masyarakat dan menjauhkan diri dari praktik-paraktik riba, qimar (spekulasi),
3
Hendra, dkk, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 1997), Jilid I, h.18.
4 Sofiniyah, ed,
maupun gharar (ketidaktransfaranan) yang berakibat terjadinya ketidakadilan dan
kedzaliman pada masyarakat dan nasabah.5
Biasanya masyarakat ramai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
meminjam uang pada lembaga pegadaian adalah pada saat paceklik, pada hari
raya dan saat memasuki tahun ajaran baru. Karena mereka beranggapan pinjam
kebank susahnya minta ampun. Prosesnya lama berbeli-belit, sudah begitu belum
tentu ada bank yang ingin memberika kredit, akhirnya masyarakat
berbondong-bondong lari ke pegadaian yang selama ini dimonopoli oleh Perum Pegadaian
konvensional, nasabah bisa menggadaikan berbagai macam barang mulai dari
emas, barang elektronik, sampai kain.
Dipegadaian prosedurnya tidak berbelit-belit orang tinggal membawa
barang lalu dilihat dan ditaksir maka selama 15 menit sejak barang emas dan
berlian diserahkan orang sudah bisa menerima uang. Atas dasar inilah maka
Perum Pegadaian konvensional dicintai nasabahnya. Apalagi iklannya yang
berbunyi “Mengatasi Masalah Tanpa Masalah” barang kali hal inilah yang
menyebabkan mayarakat suka, tapi dengan ini kita jangan putus asa, sebab
sekarang ada alternatif bagi masyarakat yang menyadari sistem pegadaian yang
bersistemkan bunga itu malah menyusahkan masyarakat yang membutuhkan
pinjaman uang karena bunganya cukup tinggi, disinilah hadir gadai emas syariah
yang diluncurkan pegadaian syariah yang bekerjasama dengan pihak Bank
Muamalat Indonesia membuka unit layanan gadai syariah pada bulan Januari
5 Sasli Rais,
2003 lalu di Jakarta, ternyata dengan hadirnya gadai emas syariah di pegadaian
syariah masyarakat menyambut angat positif apalagi masyarakat sekarang banyak
yang mengetahui bahwa bunga bank sama dengan riba dan hukumnya haram.
Seperti kita ketahui, emas mempunyai berbagai aspek yang menyentuh
kebutuhan manusia. Emas juga mempunyai manfaat emosional untuk dinikmati
keindahannya. Sudah ada kesepakatan budaya secara global bahwa emas adalah
logam mulia dengan nilai estetis yang tinggi. Nilai keindahannya berpadu dengan
harganya yang menarik sehingga jadillah emas sebagai sarana untuk
mengekspresi diri, emas telah menjadi simbol status di berbagai sub-kultur di
Indonesia.6
Dalam proses untuk mencapai tujuan, setiap organisasi perusahaan selalu
dihadapkan pada hambatan dan kendala, baik kendala teknis maupun operasional.
Hambatan atau kendala tersebut merupakan sebuah konsekuensi logis yang akan
dihadapi sebuah organisasi ataupun perusahaan dalam mencapai tujuan. Semua
hal yang dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan kita kenal sebagai risiko.
Setiap usaha bisnis atau pendirian perusahaan, haruslah mengukur potensi
risikonya terlebih dahulu. Dalam menghadapi risiko tersebut, banyak cara
dilakukan perusahaan. Apa pun upaya yang dilakukan perusahaan dalam
menghadapi risiko, suatu pemahaman tentang bagaimana risiko terjadi,
bagaimana mengukur, memantau dan mengendalikannya adalah suatu proses
manajemen yang perlu dilakukan perusahaan. Perusahaan yang melakukan proses
6
manajemen risiko akan semakin sadar dan siap menghadapi kemungkinan
terjadinya risiko yang potensial terjadi.7
Berdasarkan pemaparan tersebut, sudah sepantasnya sebuah organisasi
ataupun perusahaan menyadari bahwa pengelolaan risiko merupakan sesuatu yang
penting bagi organisasi sehingga perlu memiliki suatu sistem manajerial yang
mampu meminimalisir bahkan menghilangkan segala kemungkinan risiko yang
dihadapi dalam kegiatan usahanya. Tidak terkecuali Pegadaian Syariah yang
merupakan sebuah lembaga keuangan umat yang memiliki proses yang baik, juga
harus memiliki sebuah sistem manajemen pengawasan risiko dengan segala
tindakan preventif yang akan mampu mencegah bahkan menghilangkan risiko
kerugian financial dari kegiatan usaha perusahaannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka pembahasan ini layak untuk diangkat
dan dikaji melalui penelitian dengan topik aspek risiko, dan menuangkan ke
dalam bentuk skripsi dengan judul “ASPEK RISIKO PRODUK GADAI EMAS
PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE”.
B. Pembahasan Dan Perumusan Masalah
Agar dalam memahami skripsi ini tidak terjadi suatu penyimpangan, serta
menjaga supaya pembahasan skripsi ini tidak meluas, maka penulis skripsi ini
hanya difokuskan pada pembahasan mengenai aspek risiko produk gadai emas di
Pegadaian Syariah Cabang Cinere.
7 Muhammad Muslich,
Untuk mempermudah penulisan skripsi, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana prosedur dan mekanisme produk gadai emas?
2. Kemungkinan risiko apa saja yang terjadi pada produk gadai emas?
3. Langkah-langkah meminimalisasikan risiko produk gadai emas?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan adanya perumusan masalah diatas, tentunya ada tujuan-tujuan
yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini diantaranya sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui prosedur dan mekanisme produk gadai emas.
b. Untuk mengetahui kemungkinan risiko yang terjadi pada produk gadai
emas.
c. Untuk mengetahui langkah-langkah dan solusi apa saja yang akan
dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Cinere terhadap risiko-risiko
yang dihadapi.
2. Manfaat Penelitian
Terkait dengan permusan masalah diatas, maka penelitian ini tentunya
bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya:
a. Penulis : menambah ilmu pengetahuan tentang penerapan risiko pada
b. Perusahaan: dengan adanya penelitian ini, maka dapat menjadi kajian awal
untuk memetakan prospek pegadaian syariah terkait dalam penerapan
risiko seiring dengan semakin pesatnya pertumbuhan sektor ekonomi di
negara ini.
c. Fakultas : penelitian ini akan menambah ilmu pengetahuan dan sebagai
bahan referensi bagi staf pengajar, mahasiswa dan lain sebagainya.
D. Objek Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian di Pegadaian
Syariah Cabang Cinere.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
a. Penelitian Kepustakaan
Pada penelelitian ini penulis menggunakan penelitian hukum
normatif. Penelitian hukum yang dilakuakan dengan cara meneliti bahan
pustaka atau data sekunder belaka, dapat dinamakan penelitian hukum
normatif atau penelitian hukum kepustakaan (disamping adanya penelitian
hukum sosiologis atau empiris yang terutama meneliti data primer).
penelitian terhadap asas-asas hukum, sistematik hukum, taraf sinkronisasi
vertikal dan horizontal, perbandingan hukum maupun sejarah hukum.8
b. Penelitian Lapangan
Suatu penelitian yang dilakukan di lapangan atau di lokasi
penelitian, suatu tempat yang di pilih sebagai lokasi untuk menyelidiki
gejala objektif sebagai terjadi di lokasi tersebut, yang dilakukan juga
untuk penyusunan laporan ilmiah.
2. Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
berupa penelitian langsung yang dilakukan dengan cara survey pada
Pegadaian Syariah. Pada penelitian ini digunakan adalah pendekatan
perundang-undangan (Statue Approach), pendekatan analitis (Analitical
Approach), dan pendekatan perbandingan (Comparative Approach) yakni
dengan melakukan pengkajian, menganalisa dan membandingkan peraturan
atau hukum yang berhubungan dengan sentral penelitian.9
3. Jenis Data dan Sumber Data
a. Sumber data primer
8
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan Singkat,(Jakarta PT. RajaGrafindo Persada, 2003), Cet. Ke-VII, h. 14.
9
Merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli (tidak melalui media perantara), dalam hal ini data yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak Pegadaian Syariah.
b. Sumber data sekunder
Adalah data yang diperoleh oleh suatu organisasi atau perorangan
alam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi (pihak lain yang
mengumpulkan data dan mengolahnya), dalam hal ini data yang diperoleh
dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku, majalah, internet,
serta sumber lainnya yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung
kelapangan dengan mendatangi nara sumber yakni pada Pegadaian
Syariah, hal ini guna mengetahui keadaan sebenarnya yang terjadi pada
lokasi penelitian berkaitan dengan penerepan risiko.
b. Wawancara
Penulis mengadakan wawancara dengan para fungsionaris
Pegadaian Syariah yang dianggap berkompeten dan representatif dengan
masalah untuk memperoleh informasi mengenai risiko produk gadai emas
pada Pegadaian Syariah.
Dilakukan denga cara mengumpulkan dan mempelajari data-data
yang ada, yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini melalui
buku-buku, artikel, brosur, majalah, surat kabar, internet dan media lainnya
yang berhubungan pokok pembahasan.
5. Teknik Analisa Data
Adapun dalam mengolah data penulis menggunakan jenis penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif-analisis, yakni penelitian yang
menggambarkan data dan informasi yang berlandaskan fakta-fakta yang
diperoleh dari lapangan mengenai penerapan risiko produk gadai emas pada
Pegadaian Syariah.
6. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah
menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.
F. Kajian Pustaka (Review Terdahulu)
Berdasarkan telah yang sudah dilakukan terhadap beberapa sumber
kepustakaan, penulis menyimpulkan bahwa apa yang menjadi masalah pokok
penelitian ini tampaknya sangat penting.
Adapun kajian pustaka dalam penelitian ini dengan melihat beberapa
1. Faridatun Sa’adah, Strategi Pemasaran Produk Gadai Syariah dalam Upaya
Menarik Minat Masyarakat Nasabah pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi
Sartika. Jurusan Muamalat Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 1429 H/2008 M.
2. Een Kurniati, Manajemen Risiko Pada Produk hasanah Card (Studi Kasus
pada PT. BNI Syariah. Jurusan Muamalat Ekonomi Islam Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1431 H. 2010 M.
Skripsi ini lebih menekankan kepada penerapan manajemen risiko pada
produk hasanah card di Bank BNI Syariah denagn menjelaskan persamaan
dan perbedaan operasional antara pembiayaan pada hasanah card dan
pembiayaan murabahah
3. Atep Misbahudin, Strategi Pemasaran Produk Gadai Emas (Rahn) pada
BPRS PNM Al-Ma’soem Dalam Meningkatkan Pendapatan Bank. Jurusan
Muamalat Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 1429 H. 2008 M.
Perbedaan skripsi ini dengan skripsi sebelumnya adalah skripsi terdahulu
membahas dengan lebih menekankan kepada teknis organisasi bisnis dan
pertumbuhan peningkatkan pendapatan bank dalam pemasaran produk gadai
emas, dengan menggunakan teknik strategi yang akan dijalankan. Sedangkan
dalam skripsi ini menekankan tentang apa dan bagaimana penerapan risiko
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab pertama diawali dengan pendahuluan, yang menjadi alasan
diangkatnya kajian ini. Dalam bab ini penulis memaparkan secara
singkat tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan Masalah dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Objek penelitian,
Metode Penelitian, Kajian Pustaka serta Sistematika Penulisan.
BAB II KERANGKA TEORITIS
Bab kedua berisi penjelasan mengenai teori-teori yang digunakan
dalam penelitian ini, tujuannya sebagai landasan untuk pembahasan
dan pemecahan masalah. Uraian bab dua ini yang terdiri dari:
Pengertian Risiko dan Sebab Timbul Risiko, Gadai Syariah
BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI
Bab ketiga berisi gambaran umum tentang perusahaan yang diteliti,
dalam hal ini Pegadaian Syariah. Bab ini menguraikan tentang profil
perusahaan seperti Sejarah Singkat, Tujuan, Visi dan Misi, Stuktur
Organisasi dan Produk Pegadaian Syariah.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Bab empat merupkan inti persoalan yang diangkat dalam skripsi ini,
risiko yang terjadi pada Produk Gadai Emas dan Langkah-langkah
Meminimalisasikan Risiko Produk Gadai Emas.
BAB V PENUTUP
Bab kelima merupakan akhir atau penutup dari penulisan skripsi ini,
yang merupakan jawaban terhadap beberapa pertanyaan yang termuat
dalam rumusan masalah. Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan
(intisari) dari pembahasan penelitian dan disertai dengan beberapa
saran yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas untuk
14
A. Pengertian Risiko dan Sebab Timbul-Nya Risiko 1. Pengertian Risiko
Istilah risiko sudah bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang
umumya secara intuitif sudah dipahami apa yang dimaksudkan1. Menurut para
ahli beberapa definisi tentang risiko, diantaranya:
a. Risiko menurut Abbas Salim adalah ketidaktentuan atau uncertainty yang
mungkin melahirkan kerugian (loss).2
b. Menurut Herrman Darmawi, risiko dihubungkan dengan kemungkinan
terjadi akibat buruk(kerugian) yang tak diinginkan, atau tidak terduga.3
Definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa risiko selalu
dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan yang
tidak diduga/tidak diinginkan. Dengan demikian risiko mempunyai
karakteristik:
a. Merupakan ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa.
b. Merupakan ketidakpastian bila terjadi akan menimbulkan kerugian.
1
Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko Asuransi, (Jakarta: Salemba Empat, 2003), h. 2.
2 A. Abbas Salim,
Asuransi dan Manajemen Risiko, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Ed. 2. h. 4.
3
Dalam sumber yang berbeda, dijelaskan bahwa resiko adalah
bentuk-bentuk peristiwa yang mempunyai pengaruh terhadap kemampuan seseorang
atau sebuah institusi atau sebuah untuk mencapai tujuannya.4 Bank Indonesia
mendefinisikan resiko sebagai “potensi terjadinya suatu peristiwa (events)
yang dapat menimbulkan kerugian bank”. Ringkasannya, resiko dapat
didefinisikan sebagai kombinasi dari tingkat kemungkinan sebuah peristiwa
yang terjadi disertai konsekuensi (dampak) dari peristiwa tersebut pada bank.
Setiap kegiatan mengandung potensi sebuah peristiwa terjadi atau tidak
terjadi, dengan konsekuensi/dampak yang memberi peluang untung atau
mengancam sebuah kesuksesan.5
Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau
kehancuran. Lebih luas risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya
hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Risiko
dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola
dengan semestinya. Sebaliknya risiko yang dikelola dengan baik akan
memberikan ruang pada terciptanya peluang untuk memperoleh suatu
keuntungan yang lebih besar.6
Risiko didefinisikan sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak
diinginkan, sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan
4
Robert Tampubolon, Risk Management Qualitative Approach Applied to Comercial Bank,
(Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004), h. 19.
5 Ibid., h. 20-21.
6 Ferry N. Idroes Sugiarto,
munculnya hasil negatif serta berakaitan dengan kemampuan memperkirakan
terjadinya hasil negatif tadi. Kejadian risiko merupakan kejadian yang
memunculkan peluang kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak
diinginkan. Sementara itu, kerugian risiko memiliki arti kerugian yang
diakibatkan kjadian risiko baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kerugian itu sendiri dapat berupa kerugian finansial maupun non finansial.7
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa risiko
adalah ketidakpastian terhadap suatu peristiwa/kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang atau sebuah institusi dalam suatu periode tertentu, dan adanya juga
risiko dapat memberikan suatu peluang terjadinya keuntungan atau kerugian
pada seseorang/institusi tersebut.
2. Sebab Timbul Risiko
Peristiwa yang menyebabkan timbulnya risiko (risk event)
didefinisikan sebagai munculnya kejadian yang dapat menciptakan potensi
kerugian atau hasil yang tidak diinginkan. Risk event secara sederhana dapat
didefinisikan sebagai penyebab terjadinya suatu risiko.
Peristiwa atau sebab-sebab timbulnya risiko dapat berasal dari
kejadian internal ataupun eksternal. Kejadian internal yang dimaksud adalah
kejadian yang bersumber dari dalam institusi itu sendiri, seperti kesalahan
7
sistem, kesalahan manusia, kesalahan prosedur dan lain-lain. Kejadian internal
pada dasarnya bisa dicegah agar tidak terjadi.8
Sebaliknya kejadian eksternal adalah kejadian yang bersumber dari
luar yang tidak mungkin dapat dihindari. Peristiwa yang menyebabkan
timbulnya risiko bagi bank yang bersumber dari eksternal seperti bencana
alam, bencana akibat ulah manusia seperti kerusuhan dan perang, krisis
ekonomi global, krisis ekonomi regional, krisis ekonomi local, hingga dampak
sistematik yang ditimbulkan oleh masalah pada lembaga keuangan atau bank
lain.9
Menurut Soeisno Djojosoedarso risiko timbul disebabkan oleh
beberapa fakor, di antaranya: Ketidakpastian ekonomi (economic uncertainty),
ketidakpastian alam (uncertainty of nature), dan ketidakpastian manusia
(human uncertanty).10
Ketidakpastian ekonomi (economic uncertainty) yang dimaksud disini
adalah kejadian-kejadian yang timbul dari kondisi dan perilaku pelaku
ekonomi. Ketidakpastian ini dapat berupa perubahan sikap, perubahan selera,
perubahan harga dan perubahan teknologi.
Ketidakpastian alam (uncertainty of nature), yaitu ketidakpastian yang
disebabkan oleh alam yang merupakan kejadian yang bersumber dari luar
8
Ferry N. Idroes Sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan dalam Konteks Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), Cet. 1, h. 8.
9 Ibid., 9.
10 Soeisno Djojosoedarso,
yang sulit diprediksi dan tidak mungkin dapat dihindari, seperti badai, banjir,
gempa dan lain-lain. Sedangkan ketidakpastian manusia (human uncertainty)
yaitu ketidakpastian yang disebabkan oleh perilaku manusia itu sendiri seperti
peperangan, pencurian, penggelapan dan sebagainya.
Dari pendapat di atas, dapat diketahui bahwa risiko timbul karena
adanya ketidakpastian atas suatu kondisi/keadaan. Kondisi yang tidak psti
tersebut mengakibatkan keragu-raguan terhadap seseorang dalam meramalkan
kemungkinan terhadap hasil yang akan terjadi di masa datang.
Semua kondisi di atas tidak dapat diprediksi seberapa jauh
pengaruhnya terhadap sebuah lembaga keuangan. Untuk itu setiap lembaga
keuangan harus siap menghadapi segala risiko yang mungkin terjadi dalam
setiap kegiatan usahanya baik kerugian secara materi maupun non mataeri.
B. Gadai Syariah
1. Pengertian Gadai Syariah
Dalam fiqhi islam lembaga gadai dikenal dengan “rahn”, yaitu
perjanjian menahan sesuatu barang. Barang atau bukti harta tetap milik
peminjam yang ditahan merupakan jaminan atau sebagai tanggungan hutang
sehingga barang jaminan menjadi hak yang diperoleh kreditur yang dijadikan
sebagai jaminan pelunasan hutang.
Rahn adalah menahan salah satu harta milik seseorang (peminjam)
tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian
piutangnya.11
Gadai dalam bahasa Arab disebut Rahn. Secara bahasa, rahn berarti
tetap dan lestari, seperti juga dinamai al-habsu, artinya penahanan.
Umpamanya kita mengatakan: ni’matun rahimah, artinya nikmat yang tetap
lestari.12
Allah berfirman:
≅
ä
.
¤
§
ø
t
Ρ
$
y
ϑ
Î
/
ô
M
t
6
|
¡
x
.
î
π
o
Ψ‹
Ï
δ
u
‘
∩⊂∇∪
Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (QS. Al-Mudatstsir 74:38)
Sebagaimana kita ketahui dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata Pasal 1150 disebutkan, Gadai adalah suatu hak yang diperoleh
seorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan
kepadanya oleh seseorang berutang atau orang lain atas namanya dan yang
memberikan kekuasaan kepada yang berpiutang itu untuk mengambil
pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang
untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
11 Muhammad,
Lembaga Ekonomi Syariah, (Jogjakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 64.
12 Muhammad Firdaus NH.dkk, Cara
menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya yang mana
harus didahulukan.13
Secara etimologi, kata al-rahn berarti tetap, kekal, dan jaminan. Akad
al-rahn dalam istilah hukum positif disebut dengan barang jaminan atau
agunan. Ada beberapa definisi al-rahn yang dikemukakan para ulama fiqh.
Ulama Malikiyah mendefinisikannya dengan: Harta yang dijadikan
pemiliknya sebagai jaminan utang yang bersifat mengikat.
Ulama Hanafiyah mendefinisikannya dengan: Menjadikan sesuatu
(barang) sebagai jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin dijadikan
sebagai pembayar hak (piutang) itu, baik seluruhnya maupun sebagian.
Sedangkan ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mendefinisikan ar-rahn dengan:
Menjadikan materi (barang) sebagai jaminan utang, yang dapat dijadikan
pembayar utang apabila orang yang berutang tidak bisa membayar utangnya
itu.
Definisi ini mengandung pengertian bahwa barang yang boleh
dijadikan jaminan (agunan) utang itu hanya yang bersifat materi, tidak
termasuk manfaat sebagaimana yang dikemukakan ulama Malikiyah. Barang
jaminan itu boleh dijual apabila dalam waktu yang disepakati kedua belah
pihak, utang tidak dilunasi. Oleh sebab itu, hak pemberi piutang hanya terkait
13
dengan barang jaminan, apabila orang yang berutang tidak mampu melunasi
utangnya.14
Dari begitu banyaknya definisi-definisi tentang rahn penulis dapat
menyimpulkan bahwa rahn adalah menjadikan suatu barang yang mempunyai
nilai ekonomis untuk diberikan kepada seseorang atau badan usaha sebagai
jaminan utang. Dan jika sudah jatuh tempo orang yang berutang tidak
melakukan kewajibannya maka barang tersebut dilelang sesuai dengan
syariah.
2. Dasar Hukum Gadai Syariah
Pada dasarnya, gadai adalah salah satu yang diperbolehkan dalam
islam. Adapun dalil-dalil yang menjadi landasan diperbolehkannya gadai
adalah:15
a. Al-Qur’an
Ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan dasar hukum
pelaksanaan ar-rahn terdapat paa surat Al-Baqarah ayat 283 yang
berbunyi:
*
β
Î
)
u
ρ
ó
Ο
ç
FΖ
ä
.
4
’
n
?
t
ã
9
x
y
™
ö
Ν
s
9
u
ρ
(
#ρ
ß
‰
É
f
s
?
$
Y
6
Ï
?%
x
.
Ö
≈
y
δ
Ì
s
ù
×
π
|
Êθ
ç
7
ø
)
¨
Β
(
÷
β
Î
*
s
ù
z
Ï
Β
r
&
Ν
ä
3
à
Ò
÷
è
t
/
$
V
Ò
÷
è
t
/
Ïj
Š
x
σ
ã
‹
ù
=
s
ù
“
Ï
%
©
!
$
#
z
Ï
ϑ
è
?
ø
τ
$
#
…
ç
µ
t
F
u
Ζ≈
t
Β
r
&
14 A.H Azharudin Lathief,
Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Press, 2005), h. 154.
15 Muhammad Syafei Antonio,
Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang)”. (QS. Al-Baqarah: 283)
Ayat tersebut secara eksplisit menyebutkan “barang tanggungan
yang dipegang (oleh yang berpiutang)”. Dalam dunia finansial, barang
tanggungan biasa dikenal sebagai jaminan.
b. Hadits
ﺔﺸﺋﺎﻋ ﻦﻋ
،
ﱃﺇ ﺎﻣﺎﻌﻃ ﻱﺩﻮﻬﻳ ﻦﻣ ﻯﺮﺘﺷﺍ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ ﱯﻨﻟﺍ ﻥﺃ
ﻞﺟﺃ
،
ﻪﻋﺭﺩ ﻪﻨﻫﺭﻭ
) .
ﻪﺟﺎﻣ ﻦﺑﺍ ﻩﺍﻭﺭ
(
١٦Artinya: “Aisyah r.a. berkata bahwa Rasulullah membeli makanan dari seorang Yahudi dan menjaminkan kepadanya baju besi.” (HR. Ibn Majah).
Dari hadits diatas dapat dipahami bahwa agama islam tidak
membeda-medakan antara orang muslim dan orang non muslim dalam
bidang muamalah, maka seorang muslim tetap wajib membayar utangnya
sekalipun kepada non-muslim.17
c. Ijma Ulama
Para ulama fiqh mengemukakan bahwa akad ar-rahn dibolehkan
dalam islam berdsarkan al-Qur’an dan Hadits. Dalam Al-Qur’an mereka
sepakat menyatakan bahwa ar-rahn boleh dilakukan dalam perjalanan
16 Ibnu Majah,
Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Daar Al-Fikr, 1995), Juz. 2, h. 18.
17
ataupun tidak, asalkan barang jaminan itu bisa langsung dikuasai
(al-qabdh) secara hukum oleh pemberi piutang. Misalnya, apabila barang
jaminan itu berbentuk sebidang tanah, maka yang dikuasai (al-qabdh)
adalah surat jaminan tanah itu. Ar-rahn dibolehkan, karena banyak
kemaslahatan yang terkandung didalamnya dalam rangka hubungan antar
sesama manusia.18
d. Fatwa Dewan Syariah Nasional
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) menjadi salah satu rujukan yang berkenaan dengan gadai syariah,
diantaranya dikemukakan sebagai berikut:19
1) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.
25/DSN-MUI/III/2002, tentang Rahn, dengan ketentuan umum
sebagai berikut:
a) Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan
marhun (barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan
barang) dilunasi.
b) Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada
prinsipnya marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin
kecuali seizin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan
18 AH. Azharuddin Latif,
Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Press, 2005) h. 154-155.
19
pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan
perawatannya.
c) Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi
kewajiban rahin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin,
sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi
kewajiban rahin.
d) Besar administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh
ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.
e) Penjualan marhun, yaitu:
1) Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin
untuk segera melunasi hutangnya.
2) Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya, maka marhun
dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah.
3) Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang,
biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta
penjualan.
4) Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan
kekurangannya menjadi kewajiban rahin.
2) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.
26/DSN-MUI/III/2002, tentang Rahn Emas, dengan ketentuan sebagai
berikut:
b) Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh
penggadai (rahn)
c) Ongkos penyimpanan besarnya didasarkan kepada pengeluaran
yang nyata-nyata diperlukan.
d) Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad
ijarah.
e) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.
09/DSN-MUI/III/2000, tentang Pembiayaan Ijarah
f) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.
10/DSN-MUI/III/2000, tentang Wakalah.
g) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.
43/DSN-MUI/III/2004, tentang Ganti Rugi.
3. Rukun dan Syarat Gadai Syariah
a. Rukun Gadai Syariah
Dalam menjalankan pegadaian syariah, pegadaian syariah,
pegadaian syariah harus memenuhi rukun gadai syariah. Rukun gadai
tersebut antara lain20:
1) Ar-Rahn (yang menggadaikan)
Orang yang telah dewasa, berakal, bisa dipercaya, dan memilki barang
yang digadaikan.
2) Al-Murtahin (yang menerima gadai)
20 Heri Sudarsono,
Orang, bank atau lembaga yang dipercaya oleh rahin untuk
mendapatkan modal dengan jaminan barang (gadai).
3) Al-Marhun/rahn (barang yang digadaikan)
Barang yang digunakan rahin untuk dijadikan jaminan dalam
mendapatkan utang.
4) Al-Marhun Bih (Utang)
Sejumlah dana yang diberikan murtahin kepada rahin atas dasar
besarnya taksiran marhun.
5) Sighat, Ijab dan Qabul
Kesepakatan antara rahin dan murtahin dalam melakukan transaksi
gadai.
b. Syarat-Syarat Ar-Rahn, antara lain:21
1) Syarat yang terkait dengan orang yang berakad adalah cakap bertindak
hukum. Kecakapan bertindak hukum, menurut jumhur ulama adalah
orang yang telah baligh dan berakal.
2) Syarat shigat (lafal). Ulama Hanafiyah mengatakan dalam akad itu
ar-rahn tidak boleh dikaitkan dengan syarat tertentu atau dikaitkan
dengan masa yang akan datang, karena akad ar-rahn sama dengan akad
jual beli.
21
3) Syarat al-marhum bih (hutang) adalah: (1) merupakan hak yang wajib
dikembalikan kepada orang tempat berutang. (2) utang itu boleh
dilunasi dengan agunan itu. (3) utang itu jelas dan tertentu.
4) Syarat al-marhun (barang yag dijadikan agunan), menurut para pakar
fiqh, adalah: (1) barang jaminan (agunan) itu boleh dijual dan nilainya
seimbang dengan utang, (2) barang jaminan itu bernilai harta dan
boleh dimanfaatkan, karenanya khamar tidak boleh dijadikan barang
jaminan, disebabkan khamar tidak bernilai harta dan tidak bermanfaat
dalam Islam, (3) barang jaminan itu jelas dan tertentu, (4) agunan itu
milik sah orang yang berutang, (5) barang jaminan itu terkait dengan
hak orang lain, (6) barang jaminan itu merupakan harta yang utuh,
tidak bertebaran dalam beberapa tempat, dan (7) barang jaminan itu
boleh diserahkan baik materinya maupun manfaatnya.
Disamping syarat-syarat diatas, para ulama fiqh sepakat
menyatakan bahwa ar-rahn itu baru dianggap sempurna apabila barang
yang dirahn-kan itu secara hukum sudah berada di tangan pemberi utang,
dan uang yang dibutuhkan telah di terima peminjaman uang. Apabila
barang jaminan itu berupa benda tidak bergerak, seperti rumah dan tanah,
maka tidak harus rumah dan tanah itu yang diberikan, tetapi cukup surat
jaminan tanah atau surat-surat rumah itu yang dipegang oleh pemberi
utang.
a. Hak Murtahin (Penerima Gadai)22:
1) Pemegang gadai berhak menjual marhun apabila rahin tidak dapat
memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Hasil penjualan
barang gadai (marhun) dapat digunakan untuk melunasi pinjaman
(marhun bih ) dan sisanya dikembalikan kepada rahin.
2) Pemegang gadai berhak mendapatkan penggantian biaya yang telah
dikeluarkan untuk menjaga keselamatan marhun.
3) Selama pinjaman belum dilunasi, pemegang gadai berhak menahan
barang gadai yang diserahkan oleh pemberi gadai (nasabah/rahin).
Adapun kewajiban penerima gadai ( murtahin):
1) Penerima gadai bertanggung jawab atas hilang atau merosotnya barag
gadai, apabila hal itu disebabkan oleh kelalaiannya.
2) Penerima gadai tidak boleh menggunakan barang gadai untuk
kepentingan sendiri.
3) Penerima gadai wajib memberitahukan kepada pemberi gadai sebelum
diadakan pelelangan barang gadai.
b. Hak pemberi gadai (rahin)23
1) Pemberi gadai (rahin) berhak mendapatkan pengembalian harta benda
yang digadaikan sesudah ia melunasi pinjaman utangnya.
22 Buchari Alma,
Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 34.
23
2) Pemberi gadai berhak menuntut ganti rugi atau kerusakan dan atau
hilangnya harta benda yang digadaikan, bila hal itu disebabkan oleh
kelalaian penerima gadai.
3) Pemberi gadai berhak menerima sisa hasil penjualan harta benda gadai
sesudah dikurangi biaya pinjaman dan biaya-biaya lainnya.
4) Pemberi gadai berhak meminta kembali harta benda gadai bila
penerima gadai diketahui menyalahgunakan harta benda gadainya.
Berdasarkan hak-hak pemberi gadai di atas maka muncul
kewajiban yang harus dipenuhinya, yaitu:
1) Pemberi gadai berkewajiban melunasi pinjaman yang teah diterimanya
dalam tenggang waktu yang telah ditentukan, termasuk biaya-biaya
yang ditentukan oleh penerima gadai.
2) Pemberi gadai berkewajiban merelakan penjualan harta benda
gadainya, bila dalam jangka waktu yang telah ditentukan pemberi
gadai tidak dapat melunasi uang pinjamannya.
5. Mekanisme pemberian pinjaman, sistem cicilan dan perpanjangan utang.
a. Mekanisme pemberian pinjaman24
Mekanisme penyaluran pinjaman pada pelaksanaan sistem gadai
syariah mempunyai prinsip bahwa nasabah hanya dibebani oleh biaya
administrasi dan jasa simpan harta benda jaminan. Selain itu, untuk
mendapatkan pinjaman, barang yang dimiliki harus terlebih dahulu
24
ditaksir oleh petugas penaksir. Tujuanya adalah menghitung besarnya
jumlah pinjaman yang dapat dipinjamkan oleh tempat melakukan
permohonan gadai. Berdasarkan jumlah pinjaman itu, akan ditentukan
golongan pinjaman dan berapa tingkat biaya administrasi yang harus
dipegang. Setelah perhitungan itu selesai maka peminjam dapat menerima
pembayaran uang pinjaman tanpa potongan apapun, kecuali premi asurasi
(tetapi tergantung tempat permohonan gadai).
Demikian pula, bila ingin melunasi pinjaman. Pelunasan tidak
harus menunggu jatuh tempo. Artinya, bila jangka waktu pinjaman itu 4
(empat) bulan maka nasabah dapat melunasi walaupun periode pinjaman
belum berakhir. Mekanisme pelaksanaan pegadaian syariah merupakan
implementasi dari beberapa konsep yang telah ditetapkan oleh beberapa
ulama tentang pegadaian.
b. Sistem Cicilan dan perpanjangan utang
Pada dasarnya orang yang menggadaikan (rahin) hartanya dikantor
pegadaian untuk mendapatkan pinjaman uang dapat melunasi
pinjamannya kapan saja, tanpa harus menunggu jatuh tempo. Namun,
pemberi gadai (rahin) dapat memberi memilih cara pelunasan sekaligus
ataupun mencicil utangnya.
Selain itu, perlu diungkapkan bhwa ketentuan jumlah pinjaman
yang akan digadaikan ditakir berdasarkan pertimbangan jenis harta, nilai
harta dan lain-lain.25
c. Proses pelelangan barang gadai (marhun)
Pihak pegadaian akan melakukan pelelanagan jika rahin tidak
dapat melunasi sampai batas waktu yang telah ditentukan dalam akad.
Pelelangan dilakukan oleh pihak pegadaian setelah sebelumnya
diberitahukan kepada rahin paling lambat 5 (lima) hari sebelum tanggal
penjualan. Pelelangan dimaksud mempunyai ketentuan sebagai berikut:26
1) Ditetapkan harga emas oleh pegadaian pada saat pelelangan dengan
margin 2% untuk pembeli.
2) Harga penawaran yang dilakukan oleh banyak orang tidak boleh
dilakukan karena dapat merugikan bagi rahn. Karena itu, pegadaian
melakukan pelelengan terbatas.
3) Hasil pelelangan akan digunakan untuk biaya penjualan 1% dari harga
jual, biaya pinjaman 4(empat) bulan dan sisanya dikembalikan kepada
rahn.
4) Sisa kelebihan yang tidak diambil selama setahun, akan diserahkan
oleh pihak pegadaian kepada baitul mal.
25Zainuddin Ali, Ibid., h. 49. 26
32
A. Sejarah Pegadaian Syariah Cabang Cinere
Terbentuknya gadai syariah pada perum (perusahaan umum) pegadaian
merupakan proses panjang selama kurang lebih lima tahun, dari tahun 1998
sampai akhirnya terbentuk pada awal tahun 2003.
Awalnya pada tahun 1998 dengan perkembangan bank syariah yang cukup
baik dan kemunculan lembaga perekonomian lainnya yang berdasarkan syariah.
Bagian penelitian dan pengembangan perum pegadaian mengadakan penelitian
tentang gadai syariah dan kemungkinan dibukannya pegadaian syariah dengan
melakukan studi banding ke malaysia1, yang selanjutnya diadakan penggodokan
rencana pendirian pegadaian syariah. Hanya saja dalam proses selanjutnya, hasil
studi banding yang didapatkan hanya ditumpuk dan dibiarkan, karena terhambat
oleh permasalahan internal perusahaan.2
Hingga saat ini, perum pegadaian syariah telah memiliki banyak kantor
wilayah seluruh Indonesia yang membawahi beberapa kantor cabang syariah. Di
Jakarta khususnya, pegadaian syariah yang ada di Jakarta telah memiliki empat
kantor cabang yang tersebar diseluruh wilayah jabotabek, seperti Cabang Dewi
1 Pegadaian Syariah, Company Profile, http://www.pegadaianonlime.com diakses pada
tanggal 12 Mei 2011
2
Sartika, Cabang Margonda Depok, Cabang Cinere, Cabang Pondok Aren3. Selain
itu guna memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap layanan gadai syariah, maka
pada tahun 2004 kantor wilayah perum pegadaian telah membuka kantor cabang
baru yang berlokasi diwilayah Jakarta Selatan, yaitu kantor cabang Cinere yang
berlokasi di Jl. Karang Tengah No. 25D Lebak Bulus, kantor cabang ini didirikan
tepatnya pada tanggal 10 November 2004.
Dalam mendirikan kantor cabang pegadaian syariah Cinere Jakarta
Selatan ini, maka pegadaian syariah bekerja sama dengan BMI pada awalnya.
Yang diantaranya berawal dari BMI tersebut, maka berdirilah Pegadaian Syariah
Cabang Cinere yang berlokasi di Jl. Karang Tengah No. 25D Lebak Bulus Jakarta
Selatan. Namun pada tahun 2007 kerjasama tersebut beralih kepada Bank Syariah
Mandiri (BSM).4
B. Tujuan, Visi dan Misi
Sesuai dengan PP 103 Tahun 2000 Pasal 8, Perum Pegadaian melakukan
kegiatan usaha utamanya dengan menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum
gadai serta menjalankan usaha lain seperti penyaluran uang pinjaman berdasarkan
layanan jasa titipan, sertifikasi dengan logam mulia, dan lainnya. Sejalan dengan
kegiatannya, Pegadaian mengembangkan misi untuk:
3 “Brosur Pegadaian Syariah” 2008.
4 Wawancara Pribadi dengan Bapak Agus Asropi, Penaksir Muda Pegadaian Syariah Cabang
1. Turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama golongan menengah
ke bawah.
2. Menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktik riba, dan pinjaman tidak
wajar lainnya.5
3. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara cepat, praktis dan
menentramkan.6
Visi Pegadaian Syariah Cabang Cinere tahun 2013 menjadi “champion”
dalam pembiayaan mikro dan kecil berbasis gadai dan fiducia bagi masyarakat
menengah kebawah.
Sedangkan misi dari Pegadaian Syariah:
1. Membantu program pemerintah meningkatkan kesejahteraan rakyat
khususnya golongan menengah ke bawah dengan memberikan solusi
keuangan yang terbaik melalui penyaluran pinjaman skala mikro, kecil dan
menengah atas dasar hukum gadai dan fiducia.
2. Memberikan manfaat kepada pemangku kepentingan dan melaksanakan tata
kelola perusahaan yang baik secara konsisten.
3. Melaksanakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya.
5 http://wordpress.com sekilas-tentang-pegadaian-syariah, diakses pada tanggal 12 April
2011.
6
C. Struktur Organisasi
Pegadaian Syariah Cabang Cinere yang terletak di Jl. Karang Tengah No.
25D Lebak Bulus Jakarta Selatan, kantor cabang ini didirikan tepatnya pada
tanggal 10 November 2004. Adapun struktur organisasi kantor Pegadaian Syariah
Cabang Cinere sebagai berikut:
1. Manager Cabang, bertugas mengelola operasional cabang yaitu menyalurkan
uang pinjaman (Qard) secara hukum gadai yang didasarkan pada penerapan
Prinsip-Prinsip Syariah Islam. Disamping itu, pimpinan cabang juga
melaksanakan usaha-usaha lain yang telah ditentukan oleh manajemen serta
mewakili kepentingan perusahaan dalam hubungan dengan pihak lain.
2. Penaksir, bertugas menaksir Marhun (Barang Jaminan) untuk menentukan
mutu dan nilai barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka
mewujudkan penetapan penaksiran dan uang pinjaman yang wajar serta citra
baik perusahaan.
3. Kasir, bertugas melakukan penerimaan, penyimpanan, dan pembayaran serta
pembuktian sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran
pelaksanaan operasional kantor cabang.
4. Pemegang Gudang, bertugas melakukan pemeriksaan, penyimpanan,
pemeliharaan dan pengeluaran serta pembukuan marhun. Selain barang kantor
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka ketertiban dan keamanan
5. Penyimpan Marhun, bertugas mengelola gudang marhun emas dengan
menerima, menjaga, menyimpan, merawat, mengeluarkan dan
mengadministrasikan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka
mengamankan serta menjaga keutuhan barang milik rahin (pegadai).
6. Keamanan, bertugas mengamankan harta perusahaan dan rahin dalam
lingkungan kantor dan sekitarnya.
7. Staf, bertugas memelihara kebersihan, keindahan, kenyamanan gedung kerja,
mengirim dan mengambil surat/dokumen untuk menjaga kelancaran tugas
administrasi dan tugas operasioanal kantor cabang.7
D. Produk-Produk Pegadaian Syariah Cabang Cinere 1. Gadai Syariah (Ar-Rahn)
Produk gadai syariah adalah skim pinjaman yang mudah dan praktis
untuk memenuhi kebutuhan dana dengan sistem gadai sesuai syariah dengan
barang jaminan berupa emas, perhiasan, berlian, elektronik dan kendaraan
bermotor.8
2. Mulia (Murabahah Logam Mulia Untuk Investasi Abadi)
Logam Mulia atau emas mempunyai berbagai aspek yang menyentuh
kebutuhan manusia disamping memiliki nilai estetis yang tinggi juga
merupakan jenis investasi yang nilainya stabil, likuid dan aman secara riil.
7 Perum Pegadaian,
Pedoman Operasional Gadai Syariah,h.1.E.1
8
Mulia (Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi) adalah penjualan
logam mulia oleh Pegadaian kepada masyarakat secara tunai, dan agunan
dengan jangka waktu fleksibel.9
Akad Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi adalah
persetujuan atau kesepakatan yang dibuat bersama antara Pegadaian dan
Nasabah atas sejumlah pembelian Logam Mulia disertai keuntungan dan
biaya-biaya yang disepakati.10
3. Pembiayaan ARRUM
ARRUM adalah skim pinjaman berprinsip syariah bagi para
pengusaha Mikro dan Kecil untuk keperluan pengembangan usaha dengan
sistem pengembalian secara anggsuran dan menggunakan jaminan BPKB
motor/mobil.11
4. Jasa Taksiran
Adalah suatu layanan kepada masyarakat yang peduli akan harga atau
nilai benda miliknya. Dengan biaya yang relative ringan, masyarakat dapat
mengetahui dengan pasti tentang nilai atau kualitas suatu barang miliknya
setelah lebih dahulu diperiksa dan taksiran oleh juru taksiran berpengalaman.
Kepastian nilai atau kualitas suatu barang. Misalnya kualitas emas atau
batu permata, data memberikan rasa aman lebih pasti bahwa barang tersebut
9 Pegadaian Syariah,
Brosur MULIA Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi, Jakarta:2009.
10 Pegadaian Syariah,
Manual Operasional Gadai Syariah, Jakarta: 2009.
11
benar-benar mempunyai nilai investasi yang tinggi. Kebimbangan anda tidak
akan berlarut-larut dan kepentingan anda akan terlindungi.
5. Jasa Titipan
Dalam dunia perbankan, layanan ini dikenal sebagai safe deposit box.
Harta dan surat di jaga keamanannya agar tidak sampai hilang, rusak atau di
salahgunakan orang lain. Tetapi ternyata tidak selamanya barang dan surat
berharga iu aman di tangan sendiri.
Jika anada mendapatkan kesulitan “mengamankan”nya di rumah
sendiri, karena akan dinas ke luar kota/negeri, menunaikan ibadah haji,
berlibur, sekolah di luar negeri, dll. Percayakan saja penyimpanannya kepada
kami. Jangka waktu penitipan dua minggu sampai dengan satu tahun dan
dapat di perpanjang. Kami akan menjaga dan melindunginya dengan penuh
perhatian.
6. Krista
Salah satu bentuk fasilitas pinjaman yang dapat diperoleh para Usaha
Rumah Tangga adalah Krista.
Membantu mengembangkan Usaha Rumah Tangga, serta
menyesejahterakan masyarakat suatu misi yang diemban Pegadaian sebai
BUMN. Pegadaian selalu berusaha membantu perkembangan usaha produktif,
Usaha Rumah Tangga melalui pemberian berbagai fasilitas kredit yang cepat,
7. Kucica
Kucica adalah suatu produk pengiriman uang dalam dan luar negeri
yang bekerjasama dengan Westren Union.12
12
40
A. Prosedur Dan Mekanisme Gadai Emas di Pegadaian Syariah.
Mekanisme gadai syariah (rahn) atau pinjaman gadai emas di pegadaian
syariah cabang cinere adalh berasal dari modal sendiri dan didasarkan pada tiga
akad. Diantaranya yaitu, (1) Qordh, yaitu pinjaman tanpa kelebihan dari pinjaman
tersebut. (2) Rahn, yaitu menahan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya. (3) Ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna atas
barang dan atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri.1
Berdasarkan Fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002 mengenai hukum
gadai syariah dan fatwa DSN No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas,
maka dimulailah beroperasi sistem Gadai Syariah di Indonesia. Baik lembaga
keuangan bank maupun non bank termasuk di dalamnya adalah pegadaian syariah
cabang cinere.
Gadai Emas Syariah di pegadaian syariah Cabang Cinere sudah mulai
beroperasi pada tanggal 10 September 2004. Gadai Emas Syariah adalah
penggadaian atau penyerahan hak penguasaan secara fisik atas harta/barang
(berupa emas) dari nasabah (ar-rahin) kepada murtahin atas pinjaman (al-marhun
1Wawancara Pribadi dengan Bapak Agus Asropi, Penaksir Muda Pegadaian Syariah Cabang
bih) yang diberikan kepada nasabah/peminjaman tersebut. Dalam melaksanakan
produk gadai emas ini, Pegadaian Syariah Cabnag Cinere harus memperhatikan
unsur-unsur kepercayaan, kesepakatan, dan jangka waktu pinjaman.2
Bagi calon nasabah yang ingin mengajukan permohonan dapat
mendatangi Pegadaian Syariah yang dalam hal ini menyediakan fasilitas
pembiayaan gadai emas, dengan terlebih dahulu mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan untuk menjadi nasabah Pegadaian Syariah Cabang Cinere guna
mendapatkan pinjaman. Berikut prosedur pemberian pinjaman Pegadaian
Syariah:3
1. Syarat-syarat permohonan pinjaman:
a. Foto copy KTP atau identitas resmi lainnya seperti (SIM, Paspor) yang
masih berlaku,
b. Marhun yang memenuhi persyaratan
c. Surat kuasa pemilik barang, jika dikuasakan dengan disertai materai dan
KTP asli pemilik barang
d. Mengisi formulir permintaan pinjaman (FPP) dan menandatanganinya
e. Menandatangani akad rahn dan ijarah dalam SBR.
f. Membayar biaya administrasi
g. Menyerahkan agunan berupa barang emas,
2 Wawancara Pribadi dengan Ibu Tri Windawati, Manager Pegadaian Syariah Cabang Cinere,
Selasa17 Mei 2011.
3
2. Penetapan uang pinjaman (marhun bih)
a. Ditetapkan berdasarkan prosentase tertentu
b. Surat edaran 16/2004-90% dari taksiran
3. Pembagian golongan MarhunBih
Besar plafon marhun bih ditetapkan dalam surat edaran tersendiri.
4. Biaya Administrasi
a. Dibebankan berdasarkan golongan marhun bih
b. Dibayar saat akad
c. Ditetapkan dalam surat edaran tersendiri
d. Merupakan biaya operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam
memperoses marhun bih
Apabila nasabah telah memenuhi prosedur yang telah ditentukan maka
selanjutnya pihak pegadaian syariah akan melakukan analisis pinjaman yang
meliputi:
1. Petugas Pegadaian memeriksa kelengkapan dan kebenaran syarat-syarat calon
pemohon pinjaman.
2. Penaksir melakukan analisis terhadap data pemohon, keaslian dan karatese
jaminan berupa emas dengan menggunakan tes uji, sumber pengembalian
pinjaman, penampilan atau tingkah laku calon nasabah yang mencurigakan.
3. Jika menurut analisis, pemohon layak maka pihak pegadaian akan
4. Realisasi pinjaman dapat dicairkan setelah akad pinjaman (qard) sesuai
dengan ketentuan pegadaian.
5. Nasabah dikenakan biaya administasi, biaya sewa dari jumlah pinjaman.
6. Pelunasan dapat dilakukan sekaligus pada saat jatuh tempo.
7. Apabila sampai pada waktu yang ditetapkan nasabah tidak dapat melunasi dan
proses kolektabilitas tidak dilakukan, maka pinjaman (emas) dilelang oleh
Pegadaian Syariah Cabang Cinere dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Nasabah tidak dapat melunasi pinjaman sejak tanggal jatuh tempo
pinjaman dan tidak melakukan masa perpanjangan gadai tersebut.
b. Diupayakan sepengetahuan nasabah dengan menelepon atau melalui pos.
Masa pinjaman maksimal 120 hari (4 bulan) dan dapat diperpanjang
sesuai dengan akad baru. Jika pada saat jatuh tempo telah tiba dan rahin tidak
datang ke pegadaian untuk melunasi pinjaman, maka sesuai kesepakatan akad
yang telah diperjanjikan sebelumnya barang gadai akan dilelang oleh murtahin.
Namun sebelumnya murtahin harus terlebih dahulu mencari tahu keadaaan rahin
penyebab ia belum melunasi hutangnya melalui telephon.
Jika murtahin telah memberitahukan rahin dan rahin tersebut minta
tenggang waktu untuk memperpanjang masa pinjaman maka murtahin harus
memberikan waktu dengam membayar kembali biaya sewa penyimpanan barang
emas tersebut dengan membuat perjanjian baru yang disepakati oleh kedua belah
pihak. Namun jika rahintetap tidak memperpanjang waktu pembayaran dan tidak
Pelelangan seminggu sebelum pelaksanaan dan harga lelang ditetapkan
diatas harga pasar. Hal ini dilakukan untuk menjaga dari kerugian dari pegadaian.
Bila hasil penjualan tersebut lebih tinggi dari jumlah kewajiban nasabah maka
kelebihan tersebut menjadi milik nasabah, sedangkan bila hasil penjualan barang
emas lebih kecil dari jumlah kewajiban, maka tetap menjadi hutang nasabah
kepada pegadaian syariah cabang cinere.
Barang gadai emas selama perjanjian berlangsung statusnya hanya
disimpan saja dan tidak dimanfaatkan oleh pihak manapun. Emas tersebut di
simpan didalam gudang atau lemari besi dengan menggunakan 2 kunci yang
dipegang oleh 2 orang pula yaitu oleh petugas pengelola gudang dan manager
cabang. Standar operasional prosedur produk gadai emas ini di pegadaian syariah
cabang cinere dijalankan dengan konsep yang berdasarkan atau berlandaskan
pedoman dari pegadaian syariah pusat melalui pedoman atau petunjuk mengenai
pegadaian syariah.
Contoh Perhitungan Gadai Emas Syariah:
Nasabah membawa barang jaminan 1 keping emas batangan (LM) seberat
25 gram dengan kadar 24 karat (asumsi bila standar nilai taksiran yang berlaku
untuk emas 24 karat = Rp. 350.000), maka:
Taksiran : 25 gr x Rp. 350.000
= Rp. 8.750.000
Uang Pinjaman : 91% x Rp. 8.750.000
Ijaroh/10 Hari : Rp. 8.750.000 x 79 x 10
10.000 10
= Rp. 69.125
Biaya Administrasi ; Rp. 25.000
Jika nasabah menitipkan barangnya selam 26 hari, ijaroh ditetapkan
dengan menghitung per 10 hari x tarif, maka besar ijaroh yang harus dibayar
adalah Rp. 207.375 (Rp. 69.125 x 3).
Ijaroh yang dibayar hanya selama masa penitipan, dan dibayarkan pada
saat nasabah melunasi atau memperpanjang dengan akad baru.
Cara Penaksir Emas
Metode penaksiran ini dilakukan untuk mengetahui kadar karat emas dari
hasil ini dapat diterapkan batas maksimum pinjaman yang dapat diperoleh oleh
nasabah. Pegadaian syariah cabang cinere ini menggunakan beberapa cara untuk
menguji atau menaksir barang jaminan (marhun) dari segi warna dan kerapihan
emas dengan menggunakan alat media yang kumplit dan akurat diantaranya
sebagai berikut:
1. Uji Fisik
Yaitu untuk jenis emas tertentu seperti perhiasan, logam mulia, dan
dinar sertifikasi untuk melihat kondisi barang tersebut apakah layak untuk
menjadi barang jamianan atau tidak, masih mulus atau sudah banyak goresan
2. Uji Kimia
Dengan cara uji kimia, perhiasan akan dicek terlebih dahulu dengan
cairan kimia tertentu untuk mengtahui kadar emasnya dan untuk menentukan
emas tersebut asli atau tidak. Emas akan ditetesi cairan tertentu. Apabila emas
tersebut asli, maka warnanya akan menyesuaikan dengan warna aslinya.
3. Uji berat jenis
Yaitu dengan mengukur berat basah atau berat kering guna
memperoleh berat jenis. Proses pengukuran berat di air dengan cara
memasukan emas ke dalam air dan ditimbang dengan alat tertentu, karena air
memberikan tekanan di atas maka berat di air akan lebih kecil dari berat di
udara.
B. Kemungkinan Risiko apa saja yang terjadi pada Produk Gadai Emas
Setelah mengetahui prosedur dan mekanisme produk gadai emas yang ada
di pegadaian syariah, bahwa gadai emas itu diterbitkan karena pegadaian syariah
berupaya untuk membantu masyarakat memperoleh uang tunai dengan sistem dan
aturan yang mudah dan cepat.
Risiko adalah ketidakpastian terhadap suatu peristiwa/kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang atau sebuah institusi dalam suatu periode tertentu, dan
adanya risiko juga dapat memberikan suatu kerugian pada seseorang/institusi