• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek resiko produk gadai emas pada pegadaian Syariah cabang Cinere

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aspek resiko produk gadai emas pada pegadaian Syariah cabang Cinere"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

ANITA RISTQI P NIM : 207046100525

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

ANITA RISTQI P NIM : 207046100525

Dibawah Bimbingan

Prof.DR.H Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP: 195505051982031012

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)
(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Juni 2011

(5)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan anugerah dan karunia yang tidak terhingga sehingga dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul: ASPEK RISIKO PRODUK GADAI EMAS

PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE, sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Jurusan Perbankan Syariah

Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta salam senantiasa Penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad

SAW beserta keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir zaman. Ucapan

terima kasih Penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu,

membimbing, dan mendoakan hingga akhirnya Penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Untuk itu perkenankanlah Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

sekaligus juga dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, yaitu Bapak

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, yang telah meluangkan

(6)

ii

3. Bapak Ah. Azharudin Lathif, M.Ag sebagai Dosen Penasihat Akademik yang

telah membimbing dan memberikan banyak informasi dalam membuat

proposal skripsi ini.

4. Para Dosen yang telah mengajarkan ilmunya kepada Penulis dari Semester

awal hingga akhir, para staff perpustakaan yang telah membantu Penulis

dalam mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam skripsi ini.

5. Ka Vida dan Ka Syafi’i yang sangat membantu mempermudah proses

akademik mahasiswa NR dan penulisan skripsi ini.

6. Ibu Tri Windawati, selaku Kepala Kantor Pegadaian Syariah Cabang Cinere

dan para staff, atas segala bantuannya kepada penulis dalam proses

penyelesaian penelitian di Pegadaian Syariah Cabang Cinere.

7. Rasa Ta’zim dan terima kasih yang mendalam kepada Ayahanda A. Zaini,

S.Ag dan Ibunda Iis Rohayati yang telah mendukung baik moril maupun

materiil dan seorang yang teristimewa Yuliyanto yang telah banyak

membantu dan memberikan motivasi serta adik-adiku tersayang Imam

Sabaruddin dan Rizky Taufikku Rahman yang telah memberikan doa dan

dukungannya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabatku Nelisa, Silvia, Septie, Reny, Intan dan Ema yang

(7)

iii

9. Teman-teman PS B kalianlah yang membuat hari-hari dikampus menjadi

lebih indah dan berwarna. Mudah-mudahan kita masih dapat bertemu dalam

lingkup yang lebih luas.

Akhirnya Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat

kelemahan dan kekurangan. Namun, Penulis berharap dengan skripsi ini dapat

bermanfaat khususnya bagi Penulis dan pembaca pada umumnya.

Jazakumullah Khairan Katsira

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 06 Juni 2011

(8)

iv

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Objek Penelitian ... 8

E. Metode Penelitian ... 8

F. Kajian Pustaka ... 11

G. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II KERANGKA TEORI A. Pengertian Risiko dan Sebab Timbul-Nya Risiko ... 14

B. Gadai Syariah ... 18

BAB III GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE A. Sejarah Singkat... 32

B. Tujuan, Visi dan Misi... 33

C. Struktur Organisasi ... 35

(9)

v

Syariah... 40

B. Kemungkinan Risiko apa saja yang terjadi Pada Produk Gadai

Emas... 46

C. Langkah-langkah Meminimalisasikan Risiko Produk Gadai Emas..49

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran... 58

(10)

1

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan suatu sistem dan jalan hidup yang utuh dan terpadu,

islam memberikan panduan yang dinamis terhadap semua aspek kehidupan

termasuk sektor bisnis dan transaksi keuangan. Hal ini terlihat dengan

menggunakan prinsip syariah, karena diharapkan dengan menggunakan prinsip

syariah islam dapat memberikan maslahat bagi umat manusia dan salah satu

kelebihan dari lembaga keuangan syariah adalah tidak boleh meminta kelebihan

dari pokok pinjaman, karena hal yang demikian itu termasuk riba. Sebagaimana

kita ketahui bahwa riba di dalam islam itu sangatlah diharamkan.1

Perusahaan pegadaian merupakan lembaga keuangan yang menyediakan

fasilitas pinjaman dengan jaminan tertentu. Jaminan nasabah tersebut digadaikan

dan kemudian ditaksir oleh pihak pegadaian untuk menilai besarnya nilai jaminan.

Besarnya nilai jaminan akan mempengaruhi jumlah pinjaman. Sementara ini

usaha pegadaian secara resmi masih dilakukan pemerintah.

Gadai merupakan salah satu kategori dari perjanjian utang- piutang, yang

mana untuk suatu kepercayaan dari orang yang berpiutang, maka orang yang

berhutang menggadaikan barangnya sebagai jaminan terhadap utangnya itu.

Barang jaminan tetap milik orang yang menggadaikan (orang yang berutang)

1

(11)

tetapi dikuasai oleh penerima gadai (yang berpiutang). Praktik seperti ini telah

ada sejak jaman Rasulullah SAW, dan Rasulullah sendiri pernah melakukannya.

Gadai mempunyai nilai sosial yang sangat tinggi dan dilakukan secara sukarela

atas dasar tolong-menolong.2

Pegadaian merupakan salah satu alternatif pendanaan yang sangat efektif

karena tidak memerlukan persyaratan yang rumit atau yang dapat menyulitkan

nasabah untuk memperoleh dana pinjaman, cukup dengan membawa barang

jaminan yang bernilai ekonomis mayarakat sudah bisa mendapatkan dana untuk

kebutuhannya, baik secara produktif maupun konsumtif. Di samping itu proses

pencairan dana terbilang cepat dan mudah.

Sekarang ini selain terdapat pegadaian konvensional telah beroperasi pula

pegadaian syariah yang memang didirikan pula Perum Pegadaian. Perkembangan

konsep syariah ini merupakan upaya pegadaian untuk menghindari rente atau

riba. Keberadaan pegadaian syariah pada awalnya didorong oleh perkembangan

dan keberhasilan lembaga-lembaga keuangan syraiah. Di samping itu, juga

dilandasi oleh kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap hadirnya sebuah

pegadaian yang menerapkan prinsip-prinsip syariah.

Implementasi operasional pegadaian syariah hampir mirip dengan

pegadaian konvensional. Seperti halnya pegadaian konvensional, pegadaian

2

(12)

syariah juga menyalurkan uang pinjaman dengan jaminan barang bergerak,

nasabah dapat memperoleh dana yang diperlukan dalam waktu yang relatif cepat.3

Secara umum, operasional gadai emas syariah mirip dengan jasa

konvensional, yaitu menggadaikan barang untuk memperoleh jaminan uang

dalam jumlah tertentu. Untuk jasa ini dalam gadai konvensional dikenakan beban

bunga, layaknya sistem keuangan yang diterapkan perbankan. Sementara dalam

gadai emas syariah, nasabah tidak dikenakan bunga tetap yang dipungut dari

nasabah adalah biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan serta penaksiran barang

yang digadaikan. Perbedaan utama antara biaya gadai emas syariah dan bunga

pegadaian konvensional adalah dari sifat bunga yang bisa berakumulasi dan

berlipat ganda, sementara biaya gadai emas syariah hanya sekali dan ditetapkan

dimuka.4

Hadirnya pegadaian syariah sebagai sebuah lembaga keuangan formal

yang berbentuk unit dari Perum Pegadaian di Indonesia, dan bertugas

menyalurkan pembiayaan dalam bentuk pemberian uang pinjaman kepada

masyarakat yang membutuhkan berdasarkan hukum gadai syariah merupakan

suatu hal yang perlu mendapatkan sambutan positif. Dalam gadai syariah, yang

terpenting adalah dapat memberikan kemaslahatan sesuai dengan diharapkan

masyarakat dan menjauhkan diri dari praktik-paraktik riba, qimar (spekulasi),

3

Hendra, dkk, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 1997), Jilid I, h.18.

4 Sofiniyah, ed,

(13)

maupun gharar (ketidaktransfaranan) yang berakibat terjadinya ketidakadilan dan

kedzaliman pada masyarakat dan nasabah.5

Biasanya masyarakat ramai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

meminjam uang pada lembaga pegadaian adalah pada saat paceklik, pada hari

raya dan saat memasuki tahun ajaran baru. Karena mereka beranggapan pinjam

kebank susahnya minta ampun. Prosesnya lama berbeli-belit, sudah begitu belum

tentu ada bank yang ingin memberika kredit, akhirnya masyarakat

berbondong-bondong lari ke pegadaian yang selama ini dimonopoli oleh Perum Pegadaian

konvensional, nasabah bisa menggadaikan berbagai macam barang mulai dari

emas, barang elektronik, sampai kain.

Dipegadaian prosedurnya tidak berbelit-belit orang tinggal membawa

barang lalu dilihat dan ditaksir maka selama 15 menit sejak barang emas dan

berlian diserahkan orang sudah bisa menerima uang. Atas dasar inilah maka

Perum Pegadaian konvensional dicintai nasabahnya. Apalagi iklannya yang

berbunyi “Mengatasi Masalah Tanpa Masalah” barang kali hal inilah yang

menyebabkan mayarakat suka, tapi dengan ini kita jangan putus asa, sebab

sekarang ada alternatif bagi masyarakat yang menyadari sistem pegadaian yang

bersistemkan bunga itu malah menyusahkan masyarakat yang membutuhkan

pinjaman uang karena bunganya cukup tinggi, disinilah hadir gadai emas syariah

yang diluncurkan pegadaian syariah yang bekerjasama dengan pihak Bank

Muamalat Indonesia membuka unit layanan gadai syariah pada bulan Januari

5 Sasli Rais,

(14)

2003 lalu di Jakarta, ternyata dengan hadirnya gadai emas syariah di pegadaian

syariah masyarakat menyambut angat positif apalagi masyarakat sekarang banyak

yang mengetahui bahwa bunga bank sama dengan riba dan hukumnya haram.

Seperti kita ketahui, emas mempunyai berbagai aspek yang menyentuh

kebutuhan manusia. Emas juga mempunyai manfaat emosional untuk dinikmati

keindahannya. Sudah ada kesepakatan budaya secara global bahwa emas adalah

logam mulia dengan nilai estetis yang tinggi. Nilai keindahannya berpadu dengan

harganya yang menarik sehingga jadillah emas sebagai sarana untuk

mengekspresi diri, emas telah menjadi simbol status di berbagai sub-kultur di

Indonesia.6

Dalam proses untuk mencapai tujuan, setiap organisasi perusahaan selalu

dihadapkan pada hambatan dan kendala, baik kendala teknis maupun operasional.

Hambatan atau kendala tersebut merupakan sebuah konsekuensi logis yang akan

dihadapi sebuah organisasi ataupun perusahaan dalam mencapai tujuan. Semua

hal yang dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan kita kenal sebagai risiko.

Setiap usaha bisnis atau pendirian perusahaan, haruslah mengukur potensi

risikonya terlebih dahulu. Dalam menghadapi risiko tersebut, banyak cara

dilakukan perusahaan. Apa pun upaya yang dilakukan perusahaan dalam

menghadapi risiko, suatu pemahaman tentang bagaimana risiko terjadi,

bagaimana mengukur, memantau dan mengendalikannya adalah suatu proses

manajemen yang perlu dilakukan perusahaan. Perusahaan yang melakukan proses

6

(15)

manajemen risiko akan semakin sadar dan siap menghadapi kemungkinan

terjadinya risiko yang potensial terjadi.7

Berdasarkan pemaparan tersebut, sudah sepantasnya sebuah organisasi

ataupun perusahaan menyadari bahwa pengelolaan risiko merupakan sesuatu yang

penting bagi organisasi sehingga perlu memiliki suatu sistem manajerial yang

mampu meminimalisir bahkan menghilangkan segala kemungkinan risiko yang

dihadapi dalam kegiatan usahanya. Tidak terkecuali Pegadaian Syariah yang

merupakan sebuah lembaga keuangan umat yang memiliki proses yang baik, juga

harus memiliki sebuah sistem manajemen pengawasan risiko dengan segala

tindakan preventif yang akan mampu mencegah bahkan menghilangkan risiko

kerugian financial dari kegiatan usaha perusahaannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka pembahasan ini layak untuk diangkat

dan dikaji melalui penelitian dengan topik aspek risiko, dan menuangkan ke

dalam bentuk skripsi dengan judul “ASPEK RISIKO PRODUK GADAI EMAS

PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE”.

B. Pembahasan Dan Perumusan Masalah

Agar dalam memahami skripsi ini tidak terjadi suatu penyimpangan, serta

menjaga supaya pembahasan skripsi ini tidak meluas, maka penulis skripsi ini

hanya difokuskan pada pembahasan mengenai aspek risiko produk gadai emas di

Pegadaian Syariah Cabang Cinere.

7 Muhammad Muslich,

(16)

Untuk mempermudah penulisan skripsi, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana prosedur dan mekanisme produk gadai emas?

2. Kemungkinan risiko apa saja yang terjadi pada produk gadai emas?

3. Langkah-langkah meminimalisasikan risiko produk gadai emas?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan adanya perumusan masalah diatas, tentunya ada tujuan-tujuan

yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini diantaranya sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui prosedur dan mekanisme produk gadai emas.

b. Untuk mengetahui kemungkinan risiko yang terjadi pada produk gadai

emas.

c. Untuk mengetahui langkah-langkah dan solusi apa saja yang akan

dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Cinere terhadap risiko-risiko

yang dihadapi.

2. Manfaat Penelitian

Terkait dengan permusan masalah diatas, maka penelitian ini tentunya

bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya:

a. Penulis : menambah ilmu pengetahuan tentang penerapan risiko pada

(17)

b. Perusahaan: dengan adanya penelitian ini, maka dapat menjadi kajian awal

untuk memetakan prospek pegadaian syariah terkait dalam penerapan

risiko seiring dengan semakin pesatnya pertumbuhan sektor ekonomi di

negara ini.

c. Fakultas : penelitian ini akan menambah ilmu pengetahuan dan sebagai

bahan referensi bagi staf pengajar, mahasiswa dan lain sebagainya.

D. Objek Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian di Pegadaian

Syariah Cabang Cinere.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

a. Penelitian Kepustakaan

Pada penelelitian ini penulis menggunakan penelitian hukum

normatif. Penelitian hukum yang dilakuakan dengan cara meneliti bahan

pustaka atau data sekunder belaka, dapat dinamakan penelitian hukum

normatif atau penelitian hukum kepustakaan (disamping adanya penelitian

hukum sosiologis atau empiris yang terutama meneliti data primer).

(18)

penelitian terhadap asas-asas hukum, sistematik hukum, taraf sinkronisasi

vertikal dan horizontal, perbandingan hukum maupun sejarah hukum.8

b. Penelitian Lapangan

Suatu penelitian yang dilakukan di lapangan atau di lokasi

penelitian, suatu tempat yang di pilih sebagai lokasi untuk menyelidiki

gejala objektif sebagai terjadi di lokasi tersebut, yang dilakukan juga

untuk penyusunan laporan ilmiah.

2. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

berupa penelitian langsung yang dilakukan dengan cara survey pada

Pegadaian Syariah. Pada penelitian ini digunakan adalah pendekatan

perundang-undangan (Statue Approach), pendekatan analitis (Analitical

Approach), dan pendekatan perbandingan (Comparative Approach) yakni

dengan melakukan pengkajian, menganalisa dan membandingkan peraturan

atau hukum yang berhubungan dengan sentral penelitian.9

3. Jenis Data dan Sumber Data

a. Sumber data primer

8

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan Singkat,(Jakarta PT. RajaGrafindo Persada, 2003), Cet. Ke-VII, h. 14.

9

(19)

Merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari

sumber asli (tidak melalui media perantara), dalam hal ini data yang

diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak Pegadaian Syariah.

b. Sumber data sekunder

Adalah data yang diperoleh oleh suatu organisasi atau perorangan

alam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi (pihak lain yang

mengumpulkan data dan mengolahnya), dalam hal ini data yang diperoleh

dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku, majalah, internet,

serta sumber lainnya yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung

kelapangan dengan mendatangi nara sumber yakni pada Pegadaian

Syariah, hal ini guna mengetahui keadaan sebenarnya yang terjadi pada

lokasi penelitian berkaitan dengan penerepan risiko.

b. Wawancara

Penulis mengadakan wawancara dengan para fungsionaris

Pegadaian Syariah yang dianggap berkompeten dan representatif dengan

masalah untuk memperoleh informasi mengenai risiko produk gadai emas

pada Pegadaian Syariah.

(20)

Dilakukan denga cara mengumpulkan dan mempelajari data-data

yang ada, yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini melalui

buku-buku, artikel, brosur, majalah, surat kabar, internet dan media lainnya

yang berhubungan pokok pembahasan.

5. Teknik Analisa Data

Adapun dalam mengolah data penulis menggunakan jenis penelitian

kualitatif yang bersifat deskriptif-analisis, yakni penelitian yang

menggambarkan data dan informasi yang berlandaskan fakta-fakta yang

diperoleh dari lapangan mengenai penerapan risiko produk gadai emas pada

Pegadaian Syariah.

6. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah

menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.

F. Kajian Pustaka (Review Terdahulu)

Berdasarkan telah yang sudah dilakukan terhadap beberapa sumber

kepustakaan, penulis menyimpulkan bahwa apa yang menjadi masalah pokok

penelitian ini tampaknya sangat penting.

Adapun kajian pustaka dalam penelitian ini dengan melihat beberapa

(21)

1. Faridatun Sa’adah, Strategi Pemasaran Produk Gadai Syariah dalam Upaya

Menarik Minat Masyarakat Nasabah pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi

Sartika. Jurusan Muamalat Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta 1429 H/2008 M.

2. Een Kurniati, Manajemen Risiko Pada Produk hasanah Card (Studi Kasus

pada PT. BNI Syariah. Jurusan Muamalat Ekonomi Islam Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1431 H. 2010 M.

Skripsi ini lebih menekankan kepada penerapan manajemen risiko pada

produk hasanah card di Bank BNI Syariah denagn menjelaskan persamaan

dan perbedaan operasional antara pembiayaan pada hasanah card dan

pembiayaan murabahah

3. Atep Misbahudin, Strategi Pemasaran Produk Gadai Emas (Rahn) pada

BPRS PNM Al-Ma’soem Dalam Meningkatkan Pendapatan Bank. Jurusan

Muamalat Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 1429 H. 2008 M.

Perbedaan skripsi ini dengan skripsi sebelumnya adalah skripsi terdahulu

membahas dengan lebih menekankan kepada teknis organisasi bisnis dan

pertumbuhan peningkatkan pendapatan bank dalam pemasaran produk gadai

emas, dengan menggunakan teknik strategi yang akan dijalankan. Sedangkan

dalam skripsi ini menekankan tentang apa dan bagaimana penerapan risiko

(22)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini

adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab pertama diawali dengan pendahuluan, yang menjadi alasan

diangkatnya kajian ini. Dalam bab ini penulis memaparkan secara

singkat tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan Masalah dan

Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Objek penelitian,

Metode Penelitian, Kajian Pustaka serta Sistematika Penulisan.

BAB II KERANGKA TEORITIS

Bab kedua berisi penjelasan mengenai teori-teori yang digunakan

dalam penelitian ini, tujuannya sebagai landasan untuk pembahasan

dan pemecahan masalah. Uraian bab dua ini yang terdiri dari:

Pengertian Risiko dan Sebab Timbul Risiko, Gadai Syariah

BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI

Bab ketiga berisi gambaran umum tentang perusahaan yang diteliti,

dalam hal ini Pegadaian Syariah. Bab ini menguraikan tentang profil

perusahaan seperti Sejarah Singkat, Tujuan, Visi dan Misi, Stuktur

Organisasi dan Produk Pegadaian Syariah.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab empat merupkan inti persoalan yang diangkat dalam skripsi ini,

(23)

risiko yang terjadi pada Produk Gadai Emas dan Langkah-langkah

Meminimalisasikan Risiko Produk Gadai Emas.

BAB V PENUTUP

Bab kelima merupakan akhir atau penutup dari penulisan skripsi ini,

yang merupakan jawaban terhadap beberapa pertanyaan yang termuat

dalam rumusan masalah. Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan

(intisari) dari pembahasan penelitian dan disertai dengan beberapa

saran yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas untuk

(24)

14

A. Pengertian Risiko dan Sebab Timbul-Nya Risiko 1. Pengertian Risiko

Istilah risiko sudah bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang

umumya secara intuitif sudah dipahami apa yang dimaksudkan1. Menurut para

ahli beberapa definisi tentang risiko, diantaranya:

a. Risiko menurut Abbas Salim adalah ketidaktentuan atau uncertainty yang

mungkin melahirkan kerugian (loss).2

b. Menurut Herrman Darmawi, risiko dihubungkan dengan kemungkinan

terjadi akibat buruk(kerugian) yang tak diinginkan, atau tidak terduga.3

Definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa risiko selalu

dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan yang

tidak diduga/tidak diinginkan. Dengan demikian risiko mempunyai

karakteristik:

a. Merupakan ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa.

b. Merupakan ketidakpastian bila terjadi akan menimbulkan kerugian.

1

Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko Asuransi, (Jakarta: Salemba Empat, 2003), h. 2.

2 A. Abbas Salim,

Asuransi dan Manajemen Risiko, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Ed. 2. h. 4.

3

(25)

Dalam sumber yang berbeda, dijelaskan bahwa resiko adalah

bentuk-bentuk peristiwa yang mempunyai pengaruh terhadap kemampuan seseorang

atau sebuah institusi atau sebuah untuk mencapai tujuannya.4 Bank Indonesia

mendefinisikan resiko sebagai “potensi terjadinya suatu peristiwa (events)

yang dapat menimbulkan kerugian bank”. Ringkasannya, resiko dapat

didefinisikan sebagai kombinasi dari tingkat kemungkinan sebuah peristiwa

yang terjadi disertai konsekuensi (dampak) dari peristiwa tersebut pada bank.

Setiap kegiatan mengandung potensi sebuah peristiwa terjadi atau tidak

terjadi, dengan konsekuensi/dampak yang memberi peluang untung atau

mengancam sebuah kesuksesan.5

Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau

kehancuran. Lebih luas risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya

hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Risiko

dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola

dengan semestinya. Sebaliknya risiko yang dikelola dengan baik akan

memberikan ruang pada terciptanya peluang untuk memperoleh suatu

keuntungan yang lebih besar.6

Risiko didefinisikan sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak

diinginkan, sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan

4

Robert Tampubolon, Risk Management Qualitative Approach Applied to Comercial Bank,

(Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004), h. 19.

5 Ibid., h. 20-21.

6 Ferry N. Idroes Sugiarto,

(26)

munculnya hasil negatif serta berakaitan dengan kemampuan memperkirakan

terjadinya hasil negatif tadi. Kejadian risiko merupakan kejadian yang

memunculkan peluang kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak

diinginkan. Sementara itu, kerugian risiko memiliki arti kerugian yang

diakibatkan kjadian risiko baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kerugian itu sendiri dapat berupa kerugian finansial maupun non finansial.7

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa risiko

adalah ketidakpastian terhadap suatu peristiwa/kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang atau sebuah institusi dalam suatu periode tertentu, dan adanya juga

risiko dapat memberikan suatu peluang terjadinya keuntungan atau kerugian

pada seseorang/institusi tersebut.

2. Sebab Timbul Risiko

Peristiwa yang menyebabkan timbulnya risiko (risk event)

didefinisikan sebagai munculnya kejadian yang dapat menciptakan potensi

kerugian atau hasil yang tidak diinginkan. Risk event secara sederhana dapat

didefinisikan sebagai penyebab terjadinya suatu risiko.

Peristiwa atau sebab-sebab timbulnya risiko dapat berasal dari

kejadian internal ataupun eksternal. Kejadian internal yang dimaksud adalah

kejadian yang bersumber dari dalam institusi itu sendiri, seperti kesalahan

7

(27)

sistem, kesalahan manusia, kesalahan prosedur dan lain-lain. Kejadian internal

pada dasarnya bisa dicegah agar tidak terjadi.8

Sebaliknya kejadian eksternal adalah kejadian yang bersumber dari

luar yang tidak mungkin dapat dihindari. Peristiwa yang menyebabkan

timbulnya risiko bagi bank yang bersumber dari eksternal seperti bencana

alam, bencana akibat ulah manusia seperti kerusuhan dan perang, krisis

ekonomi global, krisis ekonomi regional, krisis ekonomi local, hingga dampak

sistematik yang ditimbulkan oleh masalah pada lembaga keuangan atau bank

lain.9

Menurut Soeisno Djojosoedarso risiko timbul disebabkan oleh

beberapa fakor, di antaranya: Ketidakpastian ekonomi (economic uncertainty),

ketidakpastian alam (uncertainty of nature), dan ketidakpastian manusia

(human uncertanty).10

Ketidakpastian ekonomi (economic uncertainty) yang dimaksud disini

adalah kejadian-kejadian yang timbul dari kondisi dan perilaku pelaku

ekonomi. Ketidakpastian ini dapat berupa perubahan sikap, perubahan selera,

perubahan harga dan perubahan teknologi.

Ketidakpastian alam (uncertainty of nature), yaitu ketidakpastian yang

disebabkan oleh alam yang merupakan kejadian yang bersumber dari luar

8

Ferry N. Idroes Sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan dalam Konteks Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), Cet. 1, h. 8.

9 Ibid., 9.

10 Soeisno Djojosoedarso,

(28)

yang sulit diprediksi dan tidak mungkin dapat dihindari, seperti badai, banjir,

gempa dan lain-lain. Sedangkan ketidakpastian manusia (human uncertainty)

yaitu ketidakpastian yang disebabkan oleh perilaku manusia itu sendiri seperti

peperangan, pencurian, penggelapan dan sebagainya.

Dari pendapat di atas, dapat diketahui bahwa risiko timbul karena

adanya ketidakpastian atas suatu kondisi/keadaan. Kondisi yang tidak psti

tersebut mengakibatkan keragu-raguan terhadap seseorang dalam meramalkan

kemungkinan terhadap hasil yang akan terjadi di masa datang.

Semua kondisi di atas tidak dapat diprediksi seberapa jauh

pengaruhnya terhadap sebuah lembaga keuangan. Untuk itu setiap lembaga

keuangan harus siap menghadapi segala risiko yang mungkin terjadi dalam

setiap kegiatan usahanya baik kerugian secara materi maupun non mataeri.

B. Gadai Syariah

1. Pengertian Gadai Syariah

Dalam fiqhi islam lembaga gadai dikenal dengan “rahn”, yaitu

perjanjian menahan sesuatu barang. Barang atau bukti harta tetap milik

peminjam yang ditahan merupakan jaminan atau sebagai tanggungan hutang

sehingga barang jaminan menjadi hak yang diperoleh kreditur yang dijadikan

sebagai jaminan pelunasan hutang.

Rahn adalah menahan salah satu harta milik seseorang (peminjam)

(29)

tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian pihak yang menahan

memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian

piutangnya.11

Gadai dalam bahasa Arab disebut Rahn. Secara bahasa, rahn berarti

tetap dan lestari, seperti juga dinamai al-habsu, artinya penahanan.

Umpamanya kita mengatakan: ni’matun rahimah, artinya nikmat yang tetap

lestari.12

Allah berfirman:

ä

.

¤

§

ø

t

Ρ

$

y

ϑ

Î

/

ô

M

t

6

|

¡

x

.

î

π

o

Ψ‹

Ï

δ

u

∩⊂∇∪

Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (QS. Al-Mudatstsir 74:38)

Sebagaimana kita ketahui dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata Pasal 1150 disebutkan, Gadai adalah suatu hak yang diperoleh

seorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan

kepadanya oleh seseorang berutang atau orang lain atas namanya dan yang

memberikan kekuasaan kepada yang berpiutang itu untuk mengambil

pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang

untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk

11 Muhammad,

Lembaga Ekonomi Syariah, (Jogjakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 64.

12 Muhammad Firdaus NH.dkk, Cara

(30)

menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya yang mana

harus didahulukan.13

Secara etimologi, kata al-rahn berarti tetap, kekal, dan jaminan. Akad

al-rahn dalam istilah hukum positif disebut dengan barang jaminan atau

agunan. Ada beberapa definisi al-rahn yang dikemukakan para ulama fiqh.

Ulama Malikiyah mendefinisikannya dengan: Harta yang dijadikan

pemiliknya sebagai jaminan utang yang bersifat mengikat.

Ulama Hanafiyah mendefinisikannya dengan: Menjadikan sesuatu

(barang) sebagai jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin dijadikan

sebagai pembayar hak (piutang) itu, baik seluruhnya maupun sebagian.

Sedangkan ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mendefinisikan ar-rahn dengan:

Menjadikan materi (barang) sebagai jaminan utang, yang dapat dijadikan

pembayar utang apabila orang yang berutang tidak bisa membayar utangnya

itu.

Definisi ini mengandung pengertian bahwa barang yang boleh

dijadikan jaminan (agunan) utang itu hanya yang bersifat materi, tidak

termasuk manfaat sebagaimana yang dikemukakan ulama Malikiyah. Barang

jaminan itu boleh dijual apabila dalam waktu yang disepakati kedua belah

pihak, utang tidak dilunasi. Oleh sebab itu, hak pemberi piutang hanya terkait

13

(31)

dengan barang jaminan, apabila orang yang berutang tidak mampu melunasi

utangnya.14

Dari begitu banyaknya definisi-definisi tentang rahn penulis dapat

menyimpulkan bahwa rahn adalah menjadikan suatu barang yang mempunyai

nilai ekonomis untuk diberikan kepada seseorang atau badan usaha sebagai

jaminan utang. Dan jika sudah jatuh tempo orang yang berutang tidak

melakukan kewajibannya maka barang tersebut dilelang sesuai dengan

syariah.

2. Dasar Hukum Gadai Syariah

Pada dasarnya, gadai adalah salah satu yang diperbolehkan dalam

islam. Adapun dalil-dalil yang menjadi landasan diperbolehkannya gadai

adalah:15

a. Al-Qur’an

Ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan dasar hukum

pelaksanaan ar-rahn terdapat paa surat Al-Baqarah ayat 283 yang

berbunyi:

*

β

Î

)

u

ρ

ó

Ο

ç

ä

.

4

n

?

t

ã

9



x

y

ö

Ν

s

9

u

ρ

(

ß

É

f

s

?

$

Y

6

Ï

?%

x

.

Ö

≈

y

δ

Ì



s

ù

×

π

|

Êθ

ç

7

ø

)

¨

Β

(

÷

β

Î

*

s

ù

z

Ï

Β

r

&

Ν

ä

3

à

Ò

÷

è

t

/

$

V

Ò

÷

è

t

/

Ïj

Š

x

σ

ã

ù

=

s

ù

Ï

%

©

!

$

#

z

Ï

ϑ

è

?

ø

τ

$

#

ç

µ

t

F

u

Ζ≈

t

Β

r

&

14 A.H Azharudin Lathief,

Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Press, 2005), h. 154.

15 Muhammad Syafei Antonio,

(32)

Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang)”. (QS. Al-Baqarah: 283)

Ayat tersebut secara eksplisit menyebutkan “barang tanggungan

yang dipegang (oleh yang berpiutang)”. Dalam dunia finansial, barang

tanggungan biasa dikenal sebagai jaminan.

b. Hadits

ﺔﺸﺋﺎﻋ ﻦﻋ

،

ﱃﺇ ﺎﻣﺎﻌﻃ ﻱﺩﻮﻬﻳ ﻦﻣ ﻯﺮﺘﺷﺍ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ ﱯﻨﻟﺍ ﻥﺃ

ﻞﺟﺃ

،

ﻪﻋﺭﺩ ﻪﻨﻫﺭﻭ

) .

ﻪﺟﺎﻣ ﻦﺑﺍ ﻩﺍﻭﺭ

(

١٦

Artinya: “Aisyah r.a. berkata bahwa Rasulullah membeli makanan dari seorang Yahudi dan menjaminkan kepadanya baju besi.” (HR. Ibn Majah).

Dari hadits diatas dapat dipahami bahwa agama islam tidak

membeda-medakan antara orang muslim dan orang non muslim dalam

bidang muamalah, maka seorang muslim tetap wajib membayar utangnya

sekalipun kepada non-muslim.17

c. Ijma Ulama

Para ulama fiqh mengemukakan bahwa akad ar-rahn dibolehkan

dalam islam berdsarkan al-Qur’an dan Hadits. Dalam Al-Qur’an mereka

sepakat menyatakan bahwa ar-rahn boleh dilakukan dalam perjalanan

16 Ibnu Majah,

Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Daar Al-Fikr, 1995), Juz. 2, h. 18.

17

(33)

ataupun tidak, asalkan barang jaminan itu bisa langsung dikuasai

(al-qabdh) secara hukum oleh pemberi piutang. Misalnya, apabila barang

jaminan itu berbentuk sebidang tanah, maka yang dikuasai (al-qabdh)

adalah surat jaminan tanah itu. Ar-rahn dibolehkan, karena banyak

kemaslahatan yang terkandung didalamnya dalam rangka hubungan antar

sesama manusia.18

d. Fatwa Dewan Syariah Nasional

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

(DSN-MUI) menjadi salah satu rujukan yang berkenaan dengan gadai syariah,

diantaranya dikemukakan sebagai berikut:19

1) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.

25/DSN-MUI/III/2002, tentang Rahn, dengan ketentuan umum

sebagai berikut:

a) Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan

marhun (barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan

barang) dilunasi.

b) Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada

prinsipnya marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin

kecuali seizin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan

18 AH. Azharuddin Latif,

Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Press, 2005) h. 154-155.

19

(34)

pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan

perawatannya.

c) Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi

kewajiban rahin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin,

sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi

kewajiban rahin.

d) Besar administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh

ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.

e) Penjualan marhun, yaitu:

1) Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin

untuk segera melunasi hutangnya.

2) Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya, maka marhun

dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah.

3) Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang,

biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta

penjualan.

4) Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan

kekurangannya menjadi kewajiban rahin.

2) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.

26/DSN-MUI/III/2002, tentang Rahn Emas, dengan ketentuan sebagai

berikut:

(35)

b) Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh

penggadai (rahn)

c) Ongkos penyimpanan besarnya didasarkan kepada pengeluaran

yang nyata-nyata diperlukan.

d) Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad

ijarah.

e) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.

09/DSN-MUI/III/2000, tentang Pembiayaan Ijarah

f) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.

10/DSN-MUI/III/2000, tentang Wakalah.

g) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.

43/DSN-MUI/III/2004, tentang Ganti Rugi.

3. Rukun dan Syarat Gadai Syariah

a. Rukun Gadai Syariah

Dalam menjalankan pegadaian syariah, pegadaian syariah,

pegadaian syariah harus memenuhi rukun gadai syariah. Rukun gadai

tersebut antara lain20:

1) Ar-Rahn (yang menggadaikan)

Orang yang telah dewasa, berakal, bisa dipercaya, dan memilki barang

yang digadaikan.

2) Al-Murtahin (yang menerima gadai)

20 Heri Sudarsono,

(36)

Orang, bank atau lembaga yang dipercaya oleh rahin untuk

mendapatkan modal dengan jaminan barang (gadai).

3) Al-Marhun/rahn (barang yang digadaikan)

Barang yang digunakan rahin untuk dijadikan jaminan dalam

mendapatkan utang.

4) Al-Marhun Bih (Utang)

Sejumlah dana yang diberikan murtahin kepada rahin atas dasar

besarnya taksiran marhun.

5) Sighat, Ijab dan Qabul

Kesepakatan antara rahin dan murtahin dalam melakukan transaksi

gadai.

b. Syarat-Syarat Ar-Rahn, antara lain:21

1) Syarat yang terkait dengan orang yang berakad adalah cakap bertindak

hukum. Kecakapan bertindak hukum, menurut jumhur ulama adalah

orang yang telah baligh dan berakal.

2) Syarat shigat (lafal). Ulama Hanafiyah mengatakan dalam akad itu

ar-rahn tidak boleh dikaitkan dengan syarat tertentu atau dikaitkan

dengan masa yang akan datang, karena akad ar-rahn sama dengan akad

jual beli.

21

(37)

3) Syarat al-marhum bih (hutang) adalah: (1) merupakan hak yang wajib

dikembalikan kepada orang tempat berutang. (2) utang itu boleh

dilunasi dengan agunan itu. (3) utang itu jelas dan tertentu.

4) Syarat al-marhun (barang yag dijadikan agunan), menurut para pakar

fiqh, adalah: (1) barang jaminan (agunan) itu boleh dijual dan nilainya

seimbang dengan utang, (2) barang jaminan itu bernilai harta dan

boleh dimanfaatkan, karenanya khamar tidak boleh dijadikan barang

jaminan, disebabkan khamar tidak bernilai harta dan tidak bermanfaat

dalam Islam, (3) barang jaminan itu jelas dan tertentu, (4) agunan itu

milik sah orang yang berutang, (5) barang jaminan itu terkait dengan

hak orang lain, (6) barang jaminan itu merupakan harta yang utuh,

tidak bertebaran dalam beberapa tempat, dan (7) barang jaminan itu

boleh diserahkan baik materinya maupun manfaatnya.

Disamping syarat-syarat diatas, para ulama fiqh sepakat

menyatakan bahwa ar-rahn itu baru dianggap sempurna apabila barang

yang dirahn-kan itu secara hukum sudah berada di tangan pemberi utang,

dan uang yang dibutuhkan telah di terima peminjaman uang. Apabila

barang jaminan itu berupa benda tidak bergerak, seperti rumah dan tanah,

maka tidak harus rumah dan tanah itu yang diberikan, tetapi cukup surat

jaminan tanah atau surat-surat rumah itu yang dipegang oleh pemberi

utang.

(38)

a. Hak Murtahin (Penerima Gadai)22:

1) Pemegang gadai berhak menjual marhun apabila rahin tidak dapat

memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Hasil penjualan

barang gadai (marhun) dapat digunakan untuk melunasi pinjaman

(marhun bih ) dan sisanya dikembalikan kepada rahin.

2) Pemegang gadai berhak mendapatkan penggantian biaya yang telah

dikeluarkan untuk menjaga keselamatan marhun.

3) Selama pinjaman belum dilunasi, pemegang gadai berhak menahan

barang gadai yang diserahkan oleh pemberi gadai (nasabah/rahin).

Adapun kewajiban penerima gadai ( murtahin):

1) Penerima gadai bertanggung jawab atas hilang atau merosotnya barag

gadai, apabila hal itu disebabkan oleh kelalaiannya.

2) Penerima gadai tidak boleh menggunakan barang gadai untuk

kepentingan sendiri.

3) Penerima gadai wajib memberitahukan kepada pemberi gadai sebelum

diadakan pelelangan barang gadai.

b. Hak pemberi gadai (rahin)23

1) Pemberi gadai (rahin) berhak mendapatkan pengembalian harta benda

yang digadaikan sesudah ia melunasi pinjaman utangnya.

22 Buchari Alma,

Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 34.

23

(39)

2) Pemberi gadai berhak menuntut ganti rugi atau kerusakan dan atau

hilangnya harta benda yang digadaikan, bila hal itu disebabkan oleh

kelalaian penerima gadai.

3) Pemberi gadai berhak menerima sisa hasil penjualan harta benda gadai

sesudah dikurangi biaya pinjaman dan biaya-biaya lainnya.

4) Pemberi gadai berhak meminta kembali harta benda gadai bila

penerima gadai diketahui menyalahgunakan harta benda gadainya.

Berdasarkan hak-hak pemberi gadai di atas maka muncul

kewajiban yang harus dipenuhinya, yaitu:

1) Pemberi gadai berkewajiban melunasi pinjaman yang teah diterimanya

dalam tenggang waktu yang telah ditentukan, termasuk biaya-biaya

yang ditentukan oleh penerima gadai.

2) Pemberi gadai berkewajiban merelakan penjualan harta benda

gadainya, bila dalam jangka waktu yang telah ditentukan pemberi

gadai tidak dapat melunasi uang pinjamannya.

5. Mekanisme pemberian pinjaman, sistem cicilan dan perpanjangan utang.

a. Mekanisme pemberian pinjaman24

Mekanisme penyaluran pinjaman pada pelaksanaan sistem gadai

syariah mempunyai prinsip bahwa nasabah hanya dibebani oleh biaya

administrasi dan jasa simpan harta benda jaminan. Selain itu, untuk

mendapatkan pinjaman, barang yang dimiliki harus terlebih dahulu

24

(40)

ditaksir oleh petugas penaksir. Tujuanya adalah menghitung besarnya

jumlah pinjaman yang dapat dipinjamkan oleh tempat melakukan

permohonan gadai. Berdasarkan jumlah pinjaman itu, akan ditentukan

golongan pinjaman dan berapa tingkat biaya administrasi yang harus

dipegang. Setelah perhitungan itu selesai maka peminjam dapat menerima

pembayaran uang pinjaman tanpa potongan apapun, kecuali premi asurasi

(tetapi tergantung tempat permohonan gadai).

Demikian pula, bila ingin melunasi pinjaman. Pelunasan tidak

harus menunggu jatuh tempo. Artinya, bila jangka waktu pinjaman itu 4

(empat) bulan maka nasabah dapat melunasi walaupun periode pinjaman

belum berakhir. Mekanisme pelaksanaan pegadaian syariah merupakan

implementasi dari beberapa konsep yang telah ditetapkan oleh beberapa

ulama tentang pegadaian.

b. Sistem Cicilan dan perpanjangan utang

Pada dasarnya orang yang menggadaikan (rahin) hartanya dikantor

pegadaian untuk mendapatkan pinjaman uang dapat melunasi

pinjamannya kapan saja, tanpa harus menunggu jatuh tempo. Namun,

pemberi gadai (rahin) dapat memberi memilih cara pelunasan sekaligus

ataupun mencicil utangnya.

Selain itu, perlu diungkapkan bhwa ketentuan jumlah pinjaman

(41)

yang akan digadaikan ditakir berdasarkan pertimbangan jenis harta, nilai

harta dan lain-lain.25

c. Proses pelelangan barang gadai (marhun)

Pihak pegadaian akan melakukan pelelanagan jika rahin tidak

dapat melunasi sampai batas waktu yang telah ditentukan dalam akad.

Pelelangan dilakukan oleh pihak pegadaian setelah sebelumnya

diberitahukan kepada rahin paling lambat 5 (lima) hari sebelum tanggal

penjualan. Pelelangan dimaksud mempunyai ketentuan sebagai berikut:26

1) Ditetapkan harga emas oleh pegadaian pada saat pelelangan dengan

margin 2% untuk pembeli.

2) Harga penawaran yang dilakukan oleh banyak orang tidak boleh

dilakukan karena dapat merugikan bagi rahn. Karena itu, pegadaian

melakukan pelelengan terbatas.

3) Hasil pelelangan akan digunakan untuk biaya penjualan 1% dari harga

jual, biaya pinjaman 4(empat) bulan dan sisanya dikembalikan kepada

rahn.

4) Sisa kelebihan yang tidak diambil selama setahun, akan diserahkan

oleh pihak pegadaian kepada baitul mal.

25Zainuddin Ali, Ibid., h. 49. 26

(42)

32

A. Sejarah Pegadaian Syariah Cabang Cinere

Terbentuknya gadai syariah pada perum (perusahaan umum) pegadaian

merupakan proses panjang selama kurang lebih lima tahun, dari tahun 1998

sampai akhirnya terbentuk pada awal tahun 2003.

Awalnya pada tahun 1998 dengan perkembangan bank syariah yang cukup

baik dan kemunculan lembaga perekonomian lainnya yang berdasarkan syariah.

Bagian penelitian dan pengembangan perum pegadaian mengadakan penelitian

tentang gadai syariah dan kemungkinan dibukannya pegadaian syariah dengan

melakukan studi banding ke malaysia1, yang selanjutnya diadakan penggodokan

rencana pendirian pegadaian syariah. Hanya saja dalam proses selanjutnya, hasil

studi banding yang didapatkan hanya ditumpuk dan dibiarkan, karena terhambat

oleh permasalahan internal perusahaan.2

Hingga saat ini, perum pegadaian syariah telah memiliki banyak kantor

wilayah seluruh Indonesia yang membawahi beberapa kantor cabang syariah. Di

Jakarta khususnya, pegadaian syariah yang ada di Jakarta telah memiliki empat

kantor cabang yang tersebar diseluruh wilayah jabotabek, seperti Cabang Dewi

1 Pegadaian Syariah, Company Profile, http://www.pegadaianonlime.com diakses pada

tanggal 12 Mei 2011

2

(43)

Sartika, Cabang Margonda Depok, Cabang Cinere, Cabang Pondok Aren3. Selain

itu guna memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap layanan gadai syariah, maka

pada tahun 2004 kantor wilayah perum pegadaian telah membuka kantor cabang

baru yang berlokasi diwilayah Jakarta Selatan, yaitu kantor cabang Cinere yang

berlokasi di Jl. Karang Tengah No. 25D Lebak Bulus, kantor cabang ini didirikan

tepatnya pada tanggal 10 November 2004.

Dalam mendirikan kantor cabang pegadaian syariah Cinere Jakarta

Selatan ini, maka pegadaian syariah bekerja sama dengan BMI pada awalnya.

Yang diantaranya berawal dari BMI tersebut, maka berdirilah Pegadaian Syariah

Cabang Cinere yang berlokasi di Jl. Karang Tengah No. 25D Lebak Bulus Jakarta

Selatan. Namun pada tahun 2007 kerjasama tersebut beralih kepada Bank Syariah

Mandiri (BSM).4

B. Tujuan, Visi dan Misi

Sesuai dengan PP 103 Tahun 2000 Pasal 8, Perum Pegadaian melakukan

kegiatan usaha utamanya dengan menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum

gadai serta menjalankan usaha lain seperti penyaluran uang pinjaman berdasarkan

layanan jasa titipan, sertifikasi dengan logam mulia, dan lainnya. Sejalan dengan

kegiatannya, Pegadaian mengembangkan misi untuk:

3 “Brosur Pegadaian Syariah” 2008.

4 Wawancara Pribadi dengan Bapak Agus Asropi, Penaksir Muda Pegadaian Syariah Cabang

(44)

1. Turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama golongan menengah

ke bawah.

2. Menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktik riba, dan pinjaman tidak

wajar lainnya.5

3. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara cepat, praktis dan

menentramkan.6

Visi Pegadaian Syariah Cabang Cinere tahun 2013 menjadi “champion”

dalam pembiayaan mikro dan kecil berbasis gadai dan fiducia bagi masyarakat

menengah kebawah.

Sedangkan misi dari Pegadaian Syariah:

1. Membantu program pemerintah meningkatkan kesejahteraan rakyat

khususnya golongan menengah ke bawah dengan memberikan solusi

keuangan yang terbaik melalui penyaluran pinjaman skala mikro, kecil dan

menengah atas dasar hukum gadai dan fiducia.

2. Memberikan manfaat kepada pemangku kepentingan dan melaksanakan tata

kelola perusahaan yang baik secara konsisten.

3. Melaksanakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya.

5 http://wordpress.com sekilas-tentang-pegadaian-syariah, diakses pada tanggal 12 April

2011.

6

(45)

C. Struktur Organisasi

Pegadaian Syariah Cabang Cinere yang terletak di Jl. Karang Tengah No.

25D Lebak Bulus Jakarta Selatan, kantor cabang ini didirikan tepatnya pada

tanggal 10 November 2004. Adapun struktur organisasi kantor Pegadaian Syariah

Cabang Cinere sebagai berikut:

1. Manager Cabang, bertugas mengelola operasional cabang yaitu menyalurkan

uang pinjaman (Qard) secara hukum gadai yang didasarkan pada penerapan

Prinsip-Prinsip Syariah Islam. Disamping itu, pimpinan cabang juga

melaksanakan usaha-usaha lain yang telah ditentukan oleh manajemen serta

mewakili kepentingan perusahaan dalam hubungan dengan pihak lain.

2. Penaksir, bertugas menaksir Marhun (Barang Jaminan) untuk menentukan

mutu dan nilai barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka

mewujudkan penetapan penaksiran dan uang pinjaman yang wajar serta citra

baik perusahaan.

3. Kasir, bertugas melakukan penerimaan, penyimpanan, dan pembayaran serta

pembuktian sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran

pelaksanaan operasional kantor cabang.

4. Pemegang Gudang, bertugas melakukan pemeriksaan, penyimpanan,

pemeliharaan dan pengeluaran serta pembukuan marhun. Selain barang kantor

sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka ketertiban dan keamanan

(46)

5. Penyimpan Marhun, bertugas mengelola gudang marhun emas dengan

menerima, menjaga, menyimpan, merawat, mengeluarkan dan

mengadministrasikan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka

mengamankan serta menjaga keutuhan barang milik rahin (pegadai).

6. Keamanan, bertugas mengamankan harta perusahaan dan rahin dalam

lingkungan kantor dan sekitarnya.

7. Staf, bertugas memelihara kebersihan, keindahan, kenyamanan gedung kerja,

mengirim dan mengambil surat/dokumen untuk menjaga kelancaran tugas

administrasi dan tugas operasioanal kantor cabang.7

D. Produk-Produk Pegadaian Syariah Cabang Cinere 1. Gadai Syariah (Ar-Rahn)

Produk gadai syariah adalah skim pinjaman yang mudah dan praktis

untuk memenuhi kebutuhan dana dengan sistem gadai sesuai syariah dengan

barang jaminan berupa emas, perhiasan, berlian, elektronik dan kendaraan

bermotor.8

2. Mulia (Murabahah Logam Mulia Untuk Investasi Abadi)

Logam Mulia atau emas mempunyai berbagai aspek yang menyentuh

kebutuhan manusia disamping memiliki nilai estetis yang tinggi juga

merupakan jenis investasi yang nilainya stabil, likuid dan aman secara riil.

7 Perum Pegadaian,

Pedoman Operasional Gadai Syariah,h.1.E.1

8

(47)

Mulia (Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi) adalah penjualan

logam mulia oleh Pegadaian kepada masyarakat secara tunai, dan agunan

dengan jangka waktu fleksibel.9

Akad Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi adalah

persetujuan atau kesepakatan yang dibuat bersama antara Pegadaian dan

Nasabah atas sejumlah pembelian Logam Mulia disertai keuntungan dan

biaya-biaya yang disepakati.10

3. Pembiayaan ARRUM

ARRUM adalah skim pinjaman berprinsip syariah bagi para

pengusaha Mikro dan Kecil untuk keperluan pengembangan usaha dengan

sistem pengembalian secara anggsuran dan menggunakan jaminan BPKB

motor/mobil.11

4. Jasa Taksiran

Adalah suatu layanan kepada masyarakat yang peduli akan harga atau

nilai benda miliknya. Dengan biaya yang relative ringan, masyarakat dapat

mengetahui dengan pasti tentang nilai atau kualitas suatu barang miliknya

setelah lebih dahulu diperiksa dan taksiran oleh juru taksiran berpengalaman.

Kepastian nilai atau kualitas suatu barang. Misalnya kualitas emas atau

batu permata, data memberikan rasa aman lebih pasti bahwa barang tersebut

9 Pegadaian Syariah,

Brosur MULIA Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi, Jakarta:2009.

10 Pegadaian Syariah,

Manual Operasional Gadai Syariah, Jakarta: 2009.

11

(48)

benar-benar mempunyai nilai investasi yang tinggi. Kebimbangan anda tidak

akan berlarut-larut dan kepentingan anda akan terlindungi.

5. Jasa Titipan

Dalam dunia perbankan, layanan ini dikenal sebagai safe deposit box.

Harta dan surat di jaga keamanannya agar tidak sampai hilang, rusak atau di

salahgunakan orang lain. Tetapi ternyata tidak selamanya barang dan surat

berharga iu aman di tangan sendiri.

Jika anada mendapatkan kesulitan “mengamankan”nya di rumah

sendiri, karena akan dinas ke luar kota/negeri, menunaikan ibadah haji,

berlibur, sekolah di luar negeri, dll. Percayakan saja penyimpanannya kepada

kami. Jangka waktu penitipan dua minggu sampai dengan satu tahun dan

dapat di perpanjang. Kami akan menjaga dan melindunginya dengan penuh

perhatian.

6. Krista

Salah satu bentuk fasilitas pinjaman yang dapat diperoleh para Usaha

Rumah Tangga adalah Krista.

Membantu mengembangkan Usaha Rumah Tangga, serta

menyesejahterakan masyarakat suatu misi yang diemban Pegadaian sebai

BUMN. Pegadaian selalu berusaha membantu perkembangan usaha produktif,

Usaha Rumah Tangga melalui pemberian berbagai fasilitas kredit yang cepat,

(49)

7. Kucica

Kucica adalah suatu produk pengiriman uang dalam dan luar negeri

yang bekerjasama dengan Westren Union.12

12

(50)

40

A. Prosedur Dan Mekanisme Gadai Emas di Pegadaian Syariah.

Mekanisme gadai syariah (rahn) atau pinjaman gadai emas di pegadaian

syariah cabang cinere adalh berasal dari modal sendiri dan didasarkan pada tiga

akad. Diantaranya yaitu, (1) Qordh, yaitu pinjaman tanpa kelebihan dari pinjaman

tersebut. (2) Rahn, yaitu menahan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas

pinjaman yang diterimanya. (3) Ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna atas

barang dan atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan

pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri.1

Berdasarkan Fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002 mengenai hukum

gadai syariah dan fatwa DSN No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas,

maka dimulailah beroperasi sistem Gadai Syariah di Indonesia. Baik lembaga

keuangan bank maupun non bank termasuk di dalamnya adalah pegadaian syariah

cabang cinere.

Gadai Emas Syariah di pegadaian syariah Cabang Cinere sudah mulai

beroperasi pada tanggal 10 September 2004. Gadai Emas Syariah adalah

penggadaian atau penyerahan hak penguasaan secara fisik atas harta/barang

(berupa emas) dari nasabah (ar-rahin) kepada murtahin atas pinjaman (al-marhun

1Wawancara Pribadi dengan Bapak Agus Asropi, Penaksir Muda Pegadaian Syariah Cabang

(51)

bih) yang diberikan kepada nasabah/peminjaman tersebut. Dalam melaksanakan

produk gadai emas ini, Pegadaian Syariah Cabnag Cinere harus memperhatikan

unsur-unsur kepercayaan, kesepakatan, dan jangka waktu pinjaman.2

Bagi calon nasabah yang ingin mengajukan permohonan dapat

mendatangi Pegadaian Syariah yang dalam hal ini menyediakan fasilitas

pembiayaan gadai emas, dengan terlebih dahulu mengikuti prosedur yang telah

ditetapkan untuk menjadi nasabah Pegadaian Syariah Cabang Cinere guna

mendapatkan pinjaman. Berikut prosedur pemberian pinjaman Pegadaian

Syariah:3

1. Syarat-syarat permohonan pinjaman:

a. Foto copy KTP atau identitas resmi lainnya seperti (SIM, Paspor) yang

masih berlaku,

b. Marhun yang memenuhi persyaratan

c. Surat kuasa pemilik barang, jika dikuasakan dengan disertai materai dan

KTP asli pemilik barang

d. Mengisi formulir permintaan pinjaman (FPP) dan menandatanganinya

e. Menandatangani akad rahn dan ijarah dalam SBR.

f. Membayar biaya administrasi

g. Menyerahkan agunan berupa barang emas,

2 Wawancara Pribadi dengan Ibu Tri Windawati, Manager Pegadaian Syariah Cabang Cinere,

Selasa17 Mei 2011.

3

(52)

2. Penetapan uang pinjaman (marhun bih)

a. Ditetapkan berdasarkan prosentase tertentu

b. Surat edaran 16/2004-90% dari taksiran

3. Pembagian golongan MarhunBih

Besar plafon marhun bih ditetapkan dalam surat edaran tersendiri.

4. Biaya Administrasi

a. Dibebankan berdasarkan golongan marhun bih

b. Dibayar saat akad

c. Ditetapkan dalam surat edaran tersendiri

d. Merupakan biaya operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam

memperoses marhun bih

Apabila nasabah telah memenuhi prosedur yang telah ditentukan maka

selanjutnya pihak pegadaian syariah akan melakukan analisis pinjaman yang

meliputi:

1. Petugas Pegadaian memeriksa kelengkapan dan kebenaran syarat-syarat calon

pemohon pinjaman.

2. Penaksir melakukan analisis terhadap data pemohon, keaslian dan karatese

jaminan berupa emas dengan menggunakan tes uji, sumber pengembalian

pinjaman, penampilan atau tingkah laku calon nasabah yang mencurigakan.

3. Jika menurut analisis, pemohon layak maka pihak pegadaian akan

(53)

4. Realisasi pinjaman dapat dicairkan setelah akad pinjaman (qard) sesuai

dengan ketentuan pegadaian.

5. Nasabah dikenakan biaya administasi, biaya sewa dari jumlah pinjaman.

6. Pelunasan dapat dilakukan sekaligus pada saat jatuh tempo.

7. Apabila sampai pada waktu yang ditetapkan nasabah tidak dapat melunasi dan

proses kolektabilitas tidak dilakukan, maka pinjaman (emas) dilelang oleh

Pegadaian Syariah Cabang Cinere dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Nasabah tidak dapat melunasi pinjaman sejak tanggal jatuh tempo

pinjaman dan tidak melakukan masa perpanjangan gadai tersebut.

b. Diupayakan sepengetahuan nasabah dengan menelepon atau melalui pos.

Masa pinjaman maksimal 120 hari (4 bulan) dan dapat diperpanjang

sesuai dengan akad baru. Jika pada saat jatuh tempo telah tiba dan rahin tidak

datang ke pegadaian untuk melunasi pinjaman, maka sesuai kesepakatan akad

yang telah diperjanjikan sebelumnya barang gadai akan dilelang oleh murtahin.

Namun sebelumnya murtahin harus terlebih dahulu mencari tahu keadaaan rahin

penyebab ia belum melunasi hutangnya melalui telephon.

Jika murtahin telah memberitahukan rahin dan rahin tersebut minta

tenggang waktu untuk memperpanjang masa pinjaman maka murtahin harus

memberikan waktu dengam membayar kembali biaya sewa penyimpanan barang

emas tersebut dengan membuat perjanjian baru yang disepakati oleh kedua belah

pihak. Namun jika rahintetap tidak memperpanjang waktu pembayaran dan tidak

(54)

Pelelangan seminggu sebelum pelaksanaan dan harga lelang ditetapkan

diatas harga pasar. Hal ini dilakukan untuk menjaga dari kerugian dari pegadaian.

Bila hasil penjualan tersebut lebih tinggi dari jumlah kewajiban nasabah maka

kelebihan tersebut menjadi milik nasabah, sedangkan bila hasil penjualan barang

emas lebih kecil dari jumlah kewajiban, maka tetap menjadi hutang nasabah

kepada pegadaian syariah cabang cinere.

Barang gadai emas selama perjanjian berlangsung statusnya hanya

disimpan saja dan tidak dimanfaatkan oleh pihak manapun. Emas tersebut di

simpan didalam gudang atau lemari besi dengan menggunakan 2 kunci yang

dipegang oleh 2 orang pula yaitu oleh petugas pengelola gudang dan manager

cabang. Standar operasional prosedur produk gadai emas ini di pegadaian syariah

cabang cinere dijalankan dengan konsep yang berdasarkan atau berlandaskan

pedoman dari pegadaian syariah pusat melalui pedoman atau petunjuk mengenai

pegadaian syariah.

Contoh Perhitungan Gadai Emas Syariah:

Nasabah membawa barang jaminan 1 keping emas batangan (LM) seberat

25 gram dengan kadar 24 karat (asumsi bila standar nilai taksiran yang berlaku

untuk emas 24 karat = Rp. 350.000), maka:

Taksiran : 25 gr x Rp. 350.000

= Rp. 8.750.000

Uang Pinjaman : 91% x Rp. 8.750.000

(55)

Ijaroh/10 Hari : Rp. 8.750.000 x 79 x 10

10.000 10

= Rp. 69.125

Biaya Administrasi ; Rp. 25.000

Jika nasabah menitipkan barangnya selam 26 hari, ijaroh ditetapkan

dengan menghitung per 10 hari x tarif, maka besar ijaroh yang harus dibayar

adalah Rp. 207.375 (Rp. 69.125 x 3).

Ijaroh yang dibayar hanya selama masa penitipan, dan dibayarkan pada

saat nasabah melunasi atau memperpanjang dengan akad baru.

Cara Penaksir Emas

Metode penaksiran ini dilakukan untuk mengetahui kadar karat emas dari

hasil ini dapat diterapkan batas maksimum pinjaman yang dapat diperoleh oleh

nasabah. Pegadaian syariah cabang cinere ini menggunakan beberapa cara untuk

menguji atau menaksir barang jaminan (marhun) dari segi warna dan kerapihan

emas dengan menggunakan alat media yang kumplit dan akurat diantaranya

sebagai berikut:

1. Uji Fisik

Yaitu untuk jenis emas tertentu seperti perhiasan, logam mulia, dan

dinar sertifikasi untuk melihat kondisi barang tersebut apakah layak untuk

menjadi barang jamianan atau tidak, masih mulus atau sudah banyak goresan

(56)

2. Uji Kimia

Dengan cara uji kimia, perhiasan akan dicek terlebih dahulu dengan

cairan kimia tertentu untuk mengtahui kadar emasnya dan untuk menentukan

emas tersebut asli atau tidak. Emas akan ditetesi cairan tertentu. Apabila emas

tersebut asli, maka warnanya akan menyesuaikan dengan warna aslinya.

3. Uji berat jenis

Yaitu dengan mengukur berat basah atau berat kering guna

memperoleh berat jenis. Proses pengukuran berat di air dengan cara

memasukan emas ke dalam air dan ditimbang dengan alat tertentu, karena air

memberikan tekanan di atas maka berat di air akan lebih kecil dari berat di

udara.

B. Kemungkinan Risiko apa saja yang terjadi pada Produk Gadai Emas

Setelah mengetahui prosedur dan mekanisme produk gadai emas yang ada

di pegadaian syariah, bahwa gadai emas itu diterbitkan karena pegadaian syariah

berupaya untuk membantu masyarakat memperoleh uang tunai dengan sistem dan

aturan yang mudah dan cepat.

Risiko adalah ketidakpastian terhadap suatu peristiwa/kegiatan yang

dilakukan oleh seseorang atau sebuah institusi dalam suatu periode tertentu, dan

adanya risiko juga dapat memberikan suatu kerugian pada seseorang/institusi

(5

Referensi

Dokumen terkait

Penggalian pentingnya menyampaikan pengetahuan nilai-nilai budaya khususnya seni gamelan jawa ke generasi berikutnya dengan menggunakan media informasi dan model

8% Dalam sistem hidrolik yang ,ertugas se,agai pemindah oli dari tangki ke sistem dan se,agai pengu,ah energi mekanis menjadi energi hidrolik  adalah1.. a% Tangki hidrolik   ,%

Kutipan data tersebut termasuk dalam fungsi implikatur direktif memberi saran karena dalam percakapan antara Doni dan Yayan terkandung kalimat yang berupa memberikan saran

«Eski bedestenin Bizans yapısı olma­ sına karşılık Sandal bedesteni denilen yeni bedesten bir Türk eseridir».. Mehmed Zeki Pakalın'ın «Osmanlı Ta­ rih

Sedangkan pada metode Newton Raphson formulasinya sangat sederhana sekali, tetapi memiliki 2 buah formulasi yaitu formulasi nilai Variabel X berikutnya dan formulasi nilai

Hal tersebut menggambarkan bahwa pengaruh dari Motivasi Intrinsik (X1) dan Motivasi Ekstrinsik (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Z) terbukti pengaruhnya secara tidak langsung

Pada kedua lokasi tersebut kurang mendapatkan cahaya sehingga ketika dilakukan perangkap dengan menggunakan cahaya serangga jenis ini langsung mendekat.Secara

3URVHVSHQMXDODQVHQJRQGLORNDVLSHQHOLWLDQ WLGDN PHQJKLWXQJ GLPHQVL SRKRQ GDODP PHQH WDSNDQKDUJD-XDOEHOLGLODNVDQDNDQPHODOXLSUR VHVWDZDUPHQDZDUKDUJDDQWDUDSHQJHSXOGHQJDQ SHWDQL