• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS SCIENTIFIC INQUIRY PADA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS SCIENTIFIC INQUIRY PADA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS)

BERBASIS SCIENTIFIC INQUIRY PADA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

SUSIANA SILANGIT

NIM. 8136176045

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Susiana Silangit. Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Berbasis Scientific Inquiry Pada Materi Suhu dan Kalor Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Mei, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan LKS konvensional yang tidak menggunakan model pembelajaran menjadi LKS yang menggunakan model pembelajaran scientific inquiry dan menganalisis apakah LKS berbasis scientific inquiry yang dikembangkan dapat meningkatkan respon, aktivitas dan hasil belajar siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan berdasarkan model pengembangan Borg & Gall. Sampel penelitian ini dipilih secara acak dengan mengundi dua kelas yang ada untuk mendapatkan satu kelas yang akan dibelajarkan menggunakan LKS berbasis scientific inquiry. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data ada tiga yaitu angket yang digunakan untuk validasi LKS oleh tim ahli materi dan desain, penilaian guru fisika dan respon siswa terhadap LKS berbasis scientific inquiry, dan lembar observasi aktivitas siswa yang digunakan pada setiap proses pembelajaran serta tes hasil belajar dalam bentuk essay terdiri dari lima pertanyaan yang diberikan pada setiap akhir pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKS berbasis scientific inquiry yang dikembangkan dapat meningkatkan respon, aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap pertemuan dengan kriteria sangat baik.

(6)

ii ABSTRACT

Susiana Silangit. The Developing of Scientific Inquiry-Based Physics Worksheet to Improve Students’ Achievement. Thesis. Postgraduated School. State University Of Medan. May, 2016.

The study was conducted to develop study based conventional worksheets to become scientific inquiry based worksheets and to investigate whether the developed scientific inquiry-based teaching materials can improve the students’

response, the students’ activity and the students’ achievement. This study is development which based on Borg & Gall product development. Samples were selected randomly by raffling two classes into one class, applied teaching materials based scientific inquiry. The instruments which are used in this study consisted of three namely quetionnaires used for validation of teaching material by the expert of the material and the expert of design, the evaluation of physics

teacher and students’ response towart teaching materials and observation sheet of students’ activity used in learning process and also test for students’ achievement in the form of essay consisted of five quetions provided for end of the learning. The results of this study showed that the developed scientific inquiry-based

teaching materials can improve students’ responses, activities and achievements in every session with very good criteria.

(7)

iii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala rahmat dan berkat-Nya yang memberikan hikmat kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan tesis ini.

Tesis ini berjudul “Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berbasis Scientific Inquiry Pada Materi Suhu dan Kalor Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA”, disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Prof. Drs. Motlan Sirait, M.Sc., Ph.D sebagai dosen pembimbing Tesis I dan

Bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si sebagai dosen pembimbing Tesis II yang telah

banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal hingga

akhir penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak

Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M., Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan Ibu Dr.

Betty Turnip, M.Pd, sebagai dosen penguji I, II, dan III yang telah memberikan

masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai penyusunaan tesis

ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga,

M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Bapak

Dr. Rahmadsyah, M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Fisika dan Ibu Dr.

Derlina, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika. Seluruh dosen

dan staf pegawai Program Studi Pendidikan Fisika Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan yang sudah membantu penulis. Ucapan terima kasih

juga disampaikan kepada Bapak Mangisi Sitanggang, S.Pd sebagai Kepala

Sekolah SMA Swasta Kristen Immanuel Medan, Bapak Ebenezer Silitonga, M.Si

sebagai guru bidang studi fisika yang telah banyak membantu dan membimbing

penulis selama penelitian dan para guru serta staf administrasi yang telah

memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis selama melakukan

penelitian.

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda tercinta

(8)

iv Japetson Silangit dan Dina Natalia Br Saragih, Papangga Silangit dan Winda Sari,

Agustin Silangit dan Diana Br Nasution serta keluarga besar penulis yang selalu

memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis selama dalam perkuliahan.

Ucapan terimakasih juga kepada sahabat-sahabat penulis yang selalu mendukung

(Lydia M. Simanjuntak, Minar Simanungkalit, Yolan D. Sinaga). Buat

rekan-rekan seperjuangan Prodi Fisika angkatan XXIII khususnya Kelas Executive (B2)

yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang senantiasa membantu dan

mendukung untuk tetap semangat menyelesaikan studi dan tesis ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan tesis

ini. Namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun

tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Semoga isi tesis ini

bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu bagi pembaca dan dunia

pendidikan.

Medan, Mei 2016

Penulis,

Susiana Silangit

(9)

v

2.1.2. Hakikat Pengembangan LKS 13

2.1.3. Lembar Kegiatan Siswa 14

2.1.3.1. Manfaat Penggunaan Media LKS 16 2.1.3.2. Hakikat LKS Berbasis Scientific Inquiry 18 2.1.4. Model Pembelajaran Scientific Inquiry 21

2.3. Uji Penggunaan Produk LKS dalam Proses Pembelajaran 37

BAB III : METODE PENELITIAN 38

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 38

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 38

3.3. Jenis Penelitian 38

3.4. Prosedur Penelitian 39

3.5. Uji Produk dalam Proses Pembelajaran 42

3.6. Instrumen pengumpulan Data 43

3.7. Teknik Analisis Data 45

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 48

4.1. Hasil Uji Coba LKS 48

4.1.1. Hasil Validasi Tim Ahli Materi Suhu dan Kalor dan Ahli

Desain Pembuatan LKS 48

(10)

vi 4.1.1.2. Hasil Validasi Ahli Desain Pembuatan LKS 49 4.1.2. Penilaian Guru Fisika Terhadap LKS 50

4.1.3. Hasil Uji Coba Perorangan 53

4.1.4. Hasil Uji Coba Kelompok Kecil 55

4.1.5. Hasil Uji Coba Kelompok Besar 57

4.1.6. Hasil Uji Produk Dalam Proses Pembelajaran 59 4.1.6.1. Data Observasi Aktifitas Siswa 60

4.1.6.2. Data Hasil Belajar Siswa 61

4.2. Revisi Produk 63

4.2.1. Revisi Pertama 63

4.2.2. Revisi Kedua 74

4.2.3. Revisi Ketiga 74

4.2.4. Revisi Keempat 75

4.2.5. Revisi Kelima 75

4.3. Pembahasan 76

4.4. Keterbatasan Penelitian 84

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 85

5.1. Kesimpulan 85

5.2. Saran 86

DAFTAR PUSTAKA 88

(11)

vii DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Scientific Inquiry 24

Tabel 2.2. Penelitian Yang Relevan 34

Tabel 3.1. Kisi – Kisi Tes Hasil Belajar Siswa 44

Tabel 3.2. Kriteria Jawaban Instrumen 45

Tabel 4.1. Persentase Penilaian Ahli Materi 49

Tabel 4.2. Persentase Penilaian Ahli Desain 50

Tabel 4.3. Persentase Rata-rata Hasil Penilaian Guru 51

Tabel 4.4. Persentase Rata-rata Respon Siswa Pada Uji Perorangan 54

Tabel 4.5. Persentase Rata-rata Respon Siswa Pada Uji Kelompok Kecil 56

Tabel 4.6. Persentase Rata-rata Respon Siswa Pada Uji Kelompok Besar 58

Tabel 4.7. Kriteria dan Nilai Persen 60

Tabel 4.8. Hasil Observasi Aktivitas Siswa 61

(12)

viii DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Efek Model Pembelajaran Scientific Inquiry 24

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian dan Pengembangan 39

Gambar 3.2. Pengembangan Produk LKS Model Borg ang Gall 41

Gambar 4.1. Perolehan Skor Empiris Terhadap Indikator Pada Uji Coba

Perorangan 55

Gambar 4.2. Perolehan Skor Empiris Terhadap Indikator Pada Uji Coba

Kelompok Kecil 57

Gambar 4.3. Perolehan Skor Empiris Terhadap Indikator Pada Uji Coba

Kelompok Besar 59

Gambar 4.4. Rerata Aktivitas Siswa Pada Setiap Pertemuan 61

Gambar 4.5. Rerata Hasil Belajar Siswa Pada Setiap Pertemuan 62

Gambar 4.6. Peta Konsep Sebelum dan Sesudah Revisi 64

Gambar 4.7. Materi Jenis-jenis Termometer Sebelum dan Sesudah Revisi 66

Gambar 4.8. Materi Jenis-jenis Termometer Sebelum dan Sesudah Revisi 68

Gambar 4.9. Keterangan Rumus Sebelum dan Sesudah Revisi 71

(13)

ix DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 92

Lampiran 2. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar 125

Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa 140

Lampiran 4. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa 144

Lampiran 5. Uji Gain Hasil Belajar Siswa 152

Lampiran 6. Uji Gain Aktivitas Siswa 155

Lampiran 7. Pedoman Penilaian Aktivitas Belajar Siswa 158

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian 159

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Cerminan suatu negara dilihat dari bagaimana pendidikannya

diselenggarakan. Pendidikan harus diselenggarakan dengan baik sebab pendidikan

memiliki peranan yang sangat strategis dalam rangka menghasilkan sumber daya

manusia seutuhnya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Majunya suatu Negara ditentukan oleh kualitas pendidikannya.

Pendidikan merupakan suatu proses yang dirancang dan disusun secara

sistematis untuk merangsang pertumbuhan, perkembangan, meningkatkan

kemampuan dan keterampilan, kecerdasan, dan pembentukan watak, serta nilai

dan sikap positif bagi setiap warga Negara dalam rangka mencapai tujuan

pedidikan. Pendidikan memungkinkan siswa untuk memperoleh kesempatan,

harapan, dan pengetahuan agar dapat hidup secara lebih baik. Besarnya harapan

dan kesempatan bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. Pendidikan

yang berkualitas tentunya melibatkan siswa untuk aktif belajar dan mengarahkan

terbentuknya nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan

(Sani,2014).

Nilai-nilai penting dalam pembelajaran tidak dapat diperoleh oleh siswa

jika guru hanya menggunakan metode ceramah saja dalam mengajar. Siswa harus

diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain, terutama teman sekelas,

keluarga, dan masyarakat. Pengetahuan dapat diperoleh siswa ketika melakukan

(15)

2

sehari-hari sehingga meningkatkan kualitas hidup. Guru seharusnya menyadari

pentingnya membentuk nilai-nilai penting dalam diri siswa sehingga mau

melakukan inovasi dalam proses pembelajaran.

Kemampuan guru merancang proses pembelajaran menjadi faktor penting

dalam pencapaian tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, Pemerintah menuntut guru

untuk mampu menyusun dan mengembangkan suatu perangkat pembelajaran

meliputi Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang membuat

identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD),

indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu,

metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber

belajar (Rusman, 2011).

Pengembangan pada proses pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini

didukung dengan adanya perubahan kurikulum yang memberikan keleluasan guru

untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan karakteristik siswa, kondisi dan

potensi sekolah dan satuan pendidikan masing-masing. Hal ini didukung dalam

UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Bab II/Pasal 3)

menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu, guru

(16)

3

mengekspos ide-ide siswa menjadi sesuatu yang berharga dan bermanfaat bagi

dirinya.

Sumber belajar mempunyai peran yang penting dalam proses

pembelajaran yang efektif dan efisien. Hal tersebut dipertegas oleh Association for

Educational Communications and Technology (Depdiknas, 2008) sumber belajar

adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara

terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan pembelajaran

dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran.

Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam

silabus. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media,

narasumber, alat dan bahan yang dituliskan secara lebih operasional (Daryanto,

2014)

Media adalah alat komunikasi yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat

merangsang pikiran, perasaan, dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong

terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien (Arsyad,2007). Media

pembelajaran merupakan alat penunjang terlaksananya pembelajaran. Dengan

adanya media pembelajaran ini diharapakan siswa akan lebih memahami

mengenai materi pelajaran yang sedang mereka pelajari. Salah satu jenis media

pembelajaran yang sering digunakan oleh setiap sekolah adalah Lembar Kegiatan

Siswa (LKS).

LKS sering digunakan untuk membantu siswa maupun guru dalam proses

pembelajaran. Keuntungan adanya lembar kegiatan bagi guru adalah

(17)

4

belajar secara mandiri untuk memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis.

Darmojo (1992) menyatakan bahwa manfaat penyusunan LKS yaitu untuk

meningkatkan keterlibatan siswa atau aktivitas siswa dalam pembelajaran dan

mengubah kondisi belajar dari teacher centered menjadi student centered.

Studi pendahuluan menunjukkan bahwa LKS yang sudah jadi atau LKS

yang beredar masih beragam kualitasnya, salah satunya LKS tersebut kurang

mengembangkan potensi berpikir siswa sebagaimana tuntutan dalam kurikulum.

Suyanto dkk (2011), menyatakan beredar banyak LKS yang umumnya berisi

latihan soal atau ringkasan dari bahan ajar setiap topik. Hal itu sebenarnya bukan

LKS, tetapi merupakan lembar penilaian. LKS semacam itu tidak melatih siswa

melakukan proses penyelidikan, sebaliknya hanya berupa latihan soal.

Penelitian lain yang berkaitan dengan LKS menunjukkan bahwa LKS

yang digunakan pada umumnya belum relevan dengan ketentuan-ketentuan yang

terdapat dalam kurikulum, tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang

tercantum, kurang mengembangkan keterampilan sains dan kurang

mengembangkan kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah

(Nurohmayani dkk, 2009).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru di SMA

Immanuel Medan, LKS yang disediakan dari sekolah bukan hasil pengembangan

dari guru sekolah tersebut. Akan tetapi LKS yang diperoleh dari penerbit yang

telah disediakan dan internet, sehingga guru belum mengembangkan LKS untuk

menuntun siswanya dalam kegiatan eksperimen. LKS yang ada menggunakan

(18)

5

menjadi lebih aktif (teacher centered). Hal yang demikian membuat siswa tidak

dapat bereksperimen untuk memperoleh dan menemukan pengetahuan baru

dengan sendirinya sehingga proses pembelajaran tidak efektif dan efisien. Dalam

penerapan penggunaan LKS konvensional di sekolah, model pembelajaran yang

digunakan dalam proses pembelajaran tidak terintegrasi dengan LKS yang

digunakan. Hal yang demikian membuat pembelajaran juga monoton dan siswa

akan merasa bosan mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, untuk

menanggulangi kelemahan dari LKS tersebut dibutuhkan pengembangan LKS

pada pembelajaran fisika.

Menurut Rohaeti, et all. (2006) untuk memudahkan siswa melakukan

praktikum, maka praktikum dipandu dengan menggunakan lembar kerja siswa.

Hasil survei yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa dari beberapa

sekolah yang melakukan praktikum selalu dipandu dengan menggunakan LKS.

Adapun LKS yang beredar umumnya hanya berisi instruksi langsung, sehingga

siswa melakukan praktikum sesuai instruksi yang terdapat dalam LKS tanpa

memikirkan alasan pengerjaan tahap demi tahap yang dilakukan.

Hasil penelitian Jonhston (2004) menyatakan bahwa pembelajaran ilmu

alam yang efektif ialah dimana anak menjadi pusat pembelajaran; mengeksplorasi

dan menemukan hal yang baru pada kehidupan sehari-harinya; membangun

pemahaman mereka melalui eksplorasi dan penemuan mereka menjadi bermakna.

Andarwati, dkk (2013) menyatakan bahwa pengaplikasian LKS memerlukan

(19)

6

dalam penyusunan LKS agar dapat menciptakan suatu pembelajaran yang

berpedoman pada tahapan dalam pendekatan scientific inquiry.

Pendekatan scientific inquiry mempunyai basis fisolofis untuk

mengembangkan pengertian sains, mempunyai basis psikologis penerapan teori

Bruner, dan mempunyai basis pedagogis yang ditengarai oleh kebebasan dan tidak

terstrukturnya proses pembelajaran. LKS yang disusun dengan memperhatikan

tahapan dalam pendekatan scientific inquiry dianggap dapat membimbing siswa

untuk mencari dan menemukan sesuatu dan lebih banyak melibatkan siswa secara

aktif. Hal tersebut dikarenakan siswa sendiri yang berupaya menemukan konsep

atau prinsip.

Penelitian yang terkait dengan pengembangan LKS yang telah dilakukan

oleh beberapa peneliti diantaranya adalah sebagai berikut: Menurut Fitriyati

(2012) menyatakan bahwa Pengembangan LKS Fisika memperoleh rerata skor

dari ahli media sebesar 3,46, ahli materi sebesar 3,50 dan guru Fisika sebesar 3,40

dengan interpretasi “baik” sehingga LKS ini layak sebagai media pembelajaran

dengan sedikit revisi. Rerata keterlaksanaan pembelajaran sebesar 91,47 dengan

interpretasi “sangat baik”. Ketercapaian hasil belajar dengan post-test sebesar

79,75. Respon siswa terhadap LKS mendapat skor 3,17 dengan interpretasi

“baik”. Sherlly, dkk (2012) pengembangan LKS berpengaruh efektif terhadap

hasil belajar siswa dan layak digunakan sebagai bahan pendamping bahan ajar.

LKS dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Nur, dkk (2010)

menyatakan bahwa Pengembangan LKS berbasis pembelajaran kooperatif Group

(20)

7

sebesar 86,23 %. Erawan, dkk (2013) menyatakan bahwa Pengembangan LKS

Fisika berbasis Mind Mapping dengan menggunakan model 4-D yang

diujicobakan pada siswa layak atau mencapai nilai rata-rata sebesar 79,35 % dan

hasil angket respon siswa menyatakan 100% siswa sangat senang mengikuti

kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan di atas, perlunya mewujudkan ketersediaan

LKS berbasis scientific inquiry yang merupakan salah satu alternatif pembelajaran

yang cocok dalam hasil belajar siswa. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti

permasalahan tersebut dengan judul “ Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa

(LKS) Berbasis Scientific Inquiry Pada Materi Suhu dan Kalor Untuk

Meningkatkan Hasil belajar Fisika Siswa SMA”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis mengidentifikasikan

masalah yang ada di sekolah tersebut diantaranya:

1. LKS yang telah disediakan di sekolah masih merupakan LKS yang

konvensional.

2. Materi dalam LKS sering kali tidak sesuai dengan kompetensi dasar dan

indikatornya sehingga siswa tidak dapat memperoleh pengetahuan baru.

3. Model LKS konvensional yang telah disediakan di sekolah masih

merupakan LKS yang tidak terintegrasi dengan model pembelajaran dan

(21)

8

4. Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar sehingga

mengakibatkan minimnya penguasan konsep pada siswa.

5. Hasil belajar fisika siswa yang masih rendah.

1.3. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat terarah dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan,

maka penelitian ini dibatasi masalah sebagai berikut:

1. LKS berbasis scientific inquiry yang dikembangkan pada pembelajaran

Fisika hanya untuk materi Suhu dan Kalor.

2. Uji coba LKS berbasis Scientific inquiry yang telah dikembangkan

dilakukan secara uji ahli, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil

dan uji coba kelompok lapangan terbatas.

3. Uji coba kelompok lapangan terbatas diteliti pengaruh digunakannnya

LKS berbasis Scientific inquiry terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan pokok

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana respon siswa terhadap LKS berbasis Scientific inquiry pada

pembelajaran Suhu dan Kalor?

2. Bagaimana peningkatan aktivitas siswa menggunakan LKS berbasis

Scientificinquiry ?

3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa menggunakan LKS berbasis

(22)

9

1.5.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan pertanyaan penelitian di atas maka tujuan penelitian

yang akan dicapai adalah:

1. Untuk menghasilkan LKS berbasis Scientific inquiry yang baik pada topik

Suhu dan Kalor.

2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap LKS berbasis Scientificinquiry.

3. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan aktivitas siswa menggunakan

LKS berbasis Scientific inquiry.

4. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar siswa

menggunakan LKS berbasis Scientificinquiry.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Menarik minat bagi siswa dalam pembelajaran fisika sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar.

2. Memberikan alternatif penuntun bagi guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran berbasis Scientific inquiry dalam rangka meningkatkan

aktivitas siswa.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti

pengembangan LKS berbasis Scientificinquiry.

4. LKS yang dikembangkan ini dapat digunakan sebagai media ajar

(23)

10

1.7. Definisi Operasional

Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka

dibuat suatu defenisi operasional sebagai berikut:

1. Penelitian pengembangan adalah suatu pengkajian sistematik terhadap

pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk

pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan

efektivitas (Seals dan Richey,1996).

2. LKS adalah lembar kerja yang berisikan informasi dan interaksi dari guru

kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri suatu aktivitas belajar, melalui

praktek atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai tujuan intruksional

Ratna Wilis Dahar (1986).

3. Scientific Inquiry adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam

penyelidikan masalah sebenarnya dengan menghadapkan mereka dalam

penyelidikan, membantu mereka mengidentifikasi masalah metodologis atau

konseptual dalam penyelidikan dan mengajak mereka untuk merancang cara

dalam mengatasi masalah tersebut (Joyce & Weil ,2008).

4. Lembar Kerja Siswa berbasis Scientific inquiry adalah bahan ajar/media

pembelajaran yang berisi kumpulan materi disertai kegiatan-kegiatan dengan

tujuan untuk memahami dan mengembangkan kemampuan sains melalui

kegiatan praktikum sehingga dapat digunakan sebagai media pembelajaran di

(24)

85

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. LKS konvensional yang tidak menggunakan model pembelajaran tertentu

telah dikembangkan dengan menggunakan model scientific inquiry dimana

siswa diarahkan melakukan penyelidikan dari fenomena yang ada sehingga

siswa mampu menemukan dan memahami konsep. LKS yang telah

dikembangkan peneliti direvisi oleh ahli materi Suhu dan Kalor pada

pembuatan peta konsep, isi dan langkah-langkah kegiatan LKS sehingga

memperoleh skor 97,27 dengan kriteria sangat baik, ahli desain pembuatan

LKS pada penggunaan warna, tulisan, tampilan LKS, ilustrasi dan daya tarik

sehingga memperoleh skor 82,5 dengan kriteria sangat baik. Hasil penilaian

guru fisika terhadap LKS yang sudah dikembangkan peneliti memperoleh

skor 93,12 dengan kriteria sangat baik tanpa ada revisi.

2. LKS berbasis scientific inquiry yang dikembangkan dapat meningkatkan

respon siswa. Rata-rata respon siswa pada uji coba perorangan terhadap

LKS yang dikembangkan adalah 75 dengan kriteria baik, respon siswa pada

uji coba kelompok kecil terhadap LKS yang dikembangkan adalah 85

dengan kriteria sangat baik dan rata-rata respon siswa pada uji coba kelompok

besar adalah 86,25 dengan kriteria sangat baik.

3. LKS berbasis scientific inquiry yang dikembangkan dapat meningkatkan

(25)

86

pertemuan I sebesar 60,17 dan pada pertemuan II sebesar 79,87 dengan

peningkatan sebesar 19 dan pada pertemuan III sebesar 88,22 dengan

peningkatan sebesar 8,53 serta pada pertemuan IV sebesar 93,73 dengan

peningkatan sebesar 5,51.

4. LKS berbasis scientific inquiry yang dikembangkan dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada setiap pertemuan. Hasil belajar rata-rata siswa pada

pertemuan I sebesar 62,27 dan pada pertemuan II sebesar 78,09 dengan

peningkatan sebesar 15,82 dan pada pertemuan III sebesar 84,53 dengan

peningkatan sebesar 6,44 serta pada pertemuan IV sebesar 89,95 dengan

peningkatan sebesar 5,42.

5.2. Saran

Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa

saran sebagai berikut:

1. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dimunculkan melalui kemampuan guru

melibatkan siswanya dalam pembelajaran langsung melalui investigasi dan

eksperimen. Sehubungan dengan hasil penelitian ini maka dituntut kreatifitas

guru dalam mendesain kegiatan pembelajaran yang dikaitkan dengan strategi

pembelajaran dan media pembelajaran. Hasil penelitian ini memberikan

indikasi yang cukup memadai dalam penggunaan LKS berbasis scientific

inquiry dengan penerapan pembelajaran langsung.

2. Mengingat banyaknya guru yang menggunakan LKS yang tidak sesuai

dengan tuntutan kurikulum dan terbatasnya perangkat pembelajaran atau LKS

(26)

87

berorientasi scientific inquiry dan investigasi dengan prinsip pembelajaran

langsung sesuai kurikulum pembelajaran fisika sehingga mampu memberikan

umpan balik yang lebih baik bagi siswa.

3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan LKS fisika dalam

pembelajaran hendaknya menggunakan basis yang berbeda pada

(27)

88

DAFTAR PUSTAKA

Akinoglu, O. 2008. Assessment Of the Inquiry-Based Project Implementation Process In Science Education Upon Students’ Points Of Views.

International Journal of Instruction.1(1): 2-3.

Anderson, D. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Anonim, 2004. Focus On Inquiry. A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry-based Learning. Cataloguing in Publication Data.

Anonim. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Depdiknas. (gurupembaharu.com/home/wpcontent/uploads/downloads/2011/09/Pandu an-Pengembangan-Bahan-Pelajaran.doc, diakses tanggal 16 Januari 2015).

Arfianty, E. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri Untuk Mengembangkan Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep

Koloid Siswa. Bandung: UPI Bandung.

Arikunto, S. 2002.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, A. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo.

Astuti, Setiawan. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing Dalam Pendekatan Kooperatif Pada Materi Kalor.Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2(1):88-92.

Bhaskara, Digumarti. 2008. Science Process Skill of School Students. New Delhi: Arora Offset.

Borg & Gall. 2003. Educational Research (Seventh Edition). Amerika

Cimer, A. 2007. Effective Teaching in Science: A Review of Literature. Journal of Turkish Science Education, 4(1): 26-30.

Dahar, R. 1989. Teori-Teori Belajar. Bandung: PT. Gelora Aksara Pratama.

Damayanti, D.S., Nur, N., Eko, S. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Mengoptimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Materi Listrik Dinamis SMA Negeri 3 Purworejo Kelas X Tahun Pelajaran 2012/2013. Radiasi,

3(1): 58-62.

(28)

89

Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar.

Dewi, K., Sadia., Ristiati. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Dengan Setting Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kinerja Ilmiah Siswa.e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 3(1): 1-11.

Dhaka, A. 2012. BiologicalScience Inquiry Model And Biology Teaching.

Bookman International Journal of Accounts, Economics & Business Management, 1(2): 80-82.

Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta.

Ergül, R. 2011. TheEffects of Inquiry-Based Science Teaching on Elementary School Students’ Science Process Skill and Science Attitudes.Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP), 5(1):48-68.

Faoziah, Kh, 2012. Pengembangan LKS Praktikum Berbasis Inquiry pada Pokok

Bahasan Reaksi Kimia. Bandung: FMIPA UPI Bandung.

Gulo, W. 2002.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Grasindo.

Gustina, G. 2012. Pengembangan LKS Berbasis Inquiry Terbimbing Dengan

Material Lokal pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam. Bandung: FMIPA

UPI Bandung.

Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Harlen, W. 2000. Teaching, Learning and Assesing Science 5-12 3rd ed. London: Paul Chapman Publishing.

Hussain, A., Shakoor. 2011. Physics Teaching Methods: Scientific Inquiry Vs Traditional Lecture. International Journal of Humanities and Social Science, 1(19): 269-276.

Johnston, J. 2004. The Value of Exploration and Discovery. Primary Science Review.

Joyce, Bruce., Marsha Weil. 2003.Models of Teaching (fifth edition).New Delhi: Prentice Hall.

Joyce, Bruce., Marsha Weil. 2009. Models of Teaching (edisi delapan). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

(29)

90

Karsli, F.& Sahin, C. 2009. Developing Worksheet Based on Science Process Skill: Factor Affecting Solubility.Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching. 10(1): 890-895.

Kusuma, E. & Siadi, K. 2010. Pengembangan Bahan Ajar Kimia Berorientasi Chemo-Enterpreneurship Untuk meningkatkan Hasil Belajar dan Life Skill Mahasiswa.Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 4(1): 544-551.

Khalick,F., Boujaoude, S., Lederman, NS. 2004. Inquiry in Science Education Internationa Perspectives. Wiley Periodical.

Kurniawati, Ika. Modul Pelatihan Pengembangan Bahan Ajar. Kemendikbud, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan.

(sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id/, diakses tanggal 17 Januari 2015)

Liang, L., Chen, S., Chen, X. 2002. Student Understanding of Scientific Inquiry (SUSI): Development and Validation of an Assessment Instrument. Paper prepared for the Eighth International History, Philosophy, Sociology & Science Teaching Conference (IHPST), Leeds, UK, July 15–18.

Marwoto, Y.& Subagyo W. 2009. Pembelajaran Dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Suhu Dan Pemuaian.Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 5(1): 42-46.

Merdekawati, S.& Himmawati. 2011. Developing Student Worksheet In English Based On ConstructivismUsing Problem Solving Approach For

Mathematics Learning On The Topic Of Social Arithmetics. Yogyakarta:

UNY.

Rehulina. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Inquiry Untuk

Pembelajaran Biologi SMA Kelas XII Semester 1. Medan: UNIMED

Rohaeti, E.,Endang, WLFX., Tutuk P, Regina. 2006. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Mata Pelajaran Sains Kimia untuk SMP Kelas VII, VIII, dan IX. Artikel Penelitian. Yogyakarta : UNY Yogyakarta.

Salirawati, D. 2015. Penyusunan Dan Kegunaan Lks Dalam Proses Pembelajaran. (staff.uny.ac.id/.../19penyusunnan-dan-kegunaan-lks.p, diakses tanggal 11 Mei 2016)

Sani, R.A. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan: UNIMED PRESS.

Sani, R.A. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.

(30)

91

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suyanto, Slamet. 2011. Lembar Kerja Siswa (LKS). Disampaikan dalam acara Pembekalan guru daerah terluar, terluar, dan tertinggal. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Töman, U. 2013. Extended Worksheet DevelopedAccording to 5e Model Based On Constructivist Learning Approach.International Journal on New Trends in Education and Their Implications, 4(16): 173-183.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Wenning, C. J. 2011. Experimental Inquiry in Intriductory Physics Course.

Journal of Physics Teacher Education Online. 6(2): 2-8.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil study pendahuluan dengan wawancara dari beberapa bidan yang menyelenggarakan pelayanan swasta dan juga pada salah satu ketua IBI (Ikatan Bidan Indonesia) menyampaikan

Pemberian dispensasi umur perkawinan oleh Pasal 7 Ayat 2 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 kepada pasangan di bawah umur yang akan melangsungkan perkawinan di Pengadilan

pertanyaan kepada responden yang berhubungan dengan hasil yang diteliti. Sumber data yang disebut adalah orang yang menjawab atau merespon,. atau menjawab

Pada Gambar 4.21 merupakan implementasi dari halaman Tambah data dimana pada halaman ini terdapat field-filed yang dapat diisi oleh admin untuk menambahkan data guru pada

―Active Learning : Konsep dan Penerapannya‖, dalam International Seminar On Education Comparative in Curriculum For Active Learning Between Indonesia and Malaysia [Seminar

Setelah permainan drama peran selesai dimainkan anak diajak untuk melakukan densitas main selanjutnya yaitu kegiatan individu dengan mewarnai gambar foto keluarga

lama febris kurang dari 5 hari tidak diindikasikan terapi antibiotika karena lebih mengarah ke infeksi virus, lama febris lebih dari 5 hari diindikasikan terapi

Hasil analisis konsentrasi hormon progesteron dalam bentuk nilai rerata pada seluruh ternak percobaan yang telah disesuaikan dengan kelompok disajikan pada Tabel 3, yang