• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan Keluhan Kelelahan Mata Karyawan Pengguna Komputer di Satuan Kerja Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan Keluhan Kelelahan Mata Karyawan Pengguna Komputer di Satuan Kerja Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Pencahayaan

2.1.1 Pengertian Pencahayaan

Cahaya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang elektromagnetis

yang terbang ke angkasa dimana gelombang tersebut memiliki panjang dan

frekuensi tertentu yang nilainya dapat dibedakan dari energi cahaya lainnya dalam

spektrum elektromagnetisnya (Suhardi, 2008).

Menurut Kepmenkes No. 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, pencahayaan adalah jumlah

penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan

secara efektif. Pencahayaan memiliki satuan lux (lm/m²), dimana lm adalah

lumens dan m² adalah satuan dari luas permukaan.

Penerangan merupakan salah satu faktor fisik yang sangat penting untuk

mendapatkan lingkungan kerja yang aman dan nyaman, juga mempunyai kaitan

erat dengan produktivitas. Dengan penerangan yang cukup pada objek penglihatan

akan membantu tenaga kerja untuk melaksanakan pekerjaannya dengan mudah

dan cepat. Cukup tidaknya intensitas penerangan secara objektif disesuaikan

dengan macam pekerjaan, tergantung pula ketajaman penglihatan pekerja yang

(2)

2.1.2 Sumber Pencahayaan

Secara umum sumber pencahayaan dibedakan menjadi dua, yaitu

pencahayaan alamiah dan pencahayaan buatan.

1) Pencahayaan Alamiah

Pencahayaan alamiah adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber

cahaya alami berupa cahaya matahari dengan intensitas bervariasi menurut

waktu, musim dan tempat. Menurut Tarwaka (2010) yang dikutip Sunandar

(2011) banyaknya sinar matahari yang dapat mencapai ruangan tempat kerja

tergantung pada jumlah dan arah sinar matahari, keadaan mendung yang dapat

menutup sinar matahari, letak lokasi gedung terhadap gedung lainnya,

lingkungan sekitarnya dan musim itu sendiri. Selain hal tersebut, kondisi

pencahayaan alami juga dipengaruhi oleh ukuran, orientasi dan kebersihan

jendela. Untuk mendapatkan cahaya matahari harus memperhatikan letak dan

lebar jendela. Luas jendela untuk penerangan alami sekitar 20% luas lantai

ruangan (Aryanti, 2006).

2) Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya

lain selain cahaya alami. Menurut Tarwaka (2010) yang dikutip Sunandar

(2011) menyebutkan bahwa sumber pencahayaan buatan yang utama adalah

bersumber dari energi listrik. Jumlah cahaya, warna cahaya itu sendiri dan

warna objek kerja berbeda-beda tergantung dari jenis sumber cahaya listrik

(3)

Menurut Wibiyanti (2008) fungsi pokok pencahayaan buatan di

lingkungan kerja baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang

dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut :

a. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail

serta terlaksannya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat.

b. Memungkinkan penghuni untuk berjalan dan bergerak secara mudah dan

aman.

c. Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat

kerja.

d. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara

merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayangan.

e. Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.

Dalam penggunaan penerangan listrik harus memenuhi syarat-syarat

tertentu, yakni sebagai berikut :

a. Penerangan listrik harus cukup intensitasnya sesuai dengan pekerjaan yang

dilakukan.

b. Penerangan listrik tidak boleh menimbulkan pertambahan suhu udara di

tempat kerja yang berlebihan. Jika hal itu terjadi, maka diusahakan suhu dapat

turun, misalnya dengan ventilasi, kipas angin dan lain-lain.

c. Sumber cahaya listrik harus memberikan penerangan dengan intensitas yang

tepat, menyebar, merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan, serta tidak

(4)

Jenis-jenis lampu yang digunakan dalam pencahayaan buatan, antara lain :

a. Golongan Lampu Pijar (incandescence/bulb/bohlam)

Lampu pijar tergolong lampu listrik generasi awal yang masih digunakan

hingga saat ini. Jenis lampu pijar terdiri dari lampu filamen karbon, lampu

wolfram dan lampu halogen. Bola lampu pijar dibuat hampa udara atau berisi gas

mulia (Muhaimin, 2001). Pada umumnya lampu pijar memiliki cahaya berwarna

kekuningan yang menimbulkan suasana hangat, romantis dan akrab. Intensitas

cahaya pada lampu pijar lebih kecil dibandingkan lampu neon. Artinya, pada daya

(watt) yang sama, lampu neon menghasilkan cahaya lebih terang daripada lampu

pijar (Istiawan dan Kencana, 2006).

b. Golongan Lampu Berpendar (fluorescence/neon/TL)

Lampu ini umumnya disebut lampu neon. Pada dunia industri lampu ini

lebih dikenal dengan sebutan lampu TL. Cahaya lampu neon biasa berwarna

putih. Cahaya putih (cool light) memberikan efek dingin dan sejuk. Cahaya yang

dipancarkan lampu neon lebih terang dibanding lampu pijar dan halogen karena

lampu ini punya efficacy lebih tinggi dari lampu pijar (Istiawan dan Kencana,

2006).

2.1.3 Tipe Pencahayaan

Berdasarkan standar penerangan buatan di dalam gedung yang ditetapkan

oleh Departemen Pekerjaan Umum (1981) tipe pencahayaan dibedakan atas tiga

(5)

1) Pencahayaan Umum

Pencahayaan umum adalah pencahayaan secara umum dengan memperhatikan

karakteristik dan bentuk fisik ruangan, tingkat pencahayaan yang diinginkan

dan instalasi yang dipergunakan. Pencahayaan umum harus menghasilkan

iluminasi yang merata pada bidang kerja dan pencahayaan ini cocok untuk

ruangan yang tidak dipergunakan untuk melakukan tugas visual khusus.

2) Pencahayaan Terarah

Pencahayaan terarah berfungsi menyinari suatu tempat atau aktivitas tertentu

atau objek seni atau koleksi berharga lainnya. Sistem ini cocok untuk pameran

atau penonjolan suatu objek karena akan tampak lebih jelas.

3) Pencahayaan Setempat

Pencahayaan setempat lebih mengkonsentrasikan cahaya pada tempat tertentu,

misalnya tempat kerja memerlukan tugas visual dan tipe ini sangat bermanfaat

bagi pekerja dengan aktivitas pekerjaan sebagai berikut :

a. Pekerja yang melakukan pekerjaan teliti.

b. Pekerjaan yang mengamati bentuk dan benda yang memerlukan cahaya dari

arah tertentu.

c. Menunjang tugas visual yang pada mulanya tidak direncanakan untuk ruang

tersebut.

Berdasarkan SNI 03-6575-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem

Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, sistem pencahayaan dapat

(6)

1) Sistem Pencahayaan Merata

Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan yang merata di seluruh ruangan

digunakan jika tugas visual yang dilakukan diseluruh tempat dalam ruangan

memerlukan tingkat pencahayaan yang sama. Tingkat pencahayaan yang

merata diperoleh dengan memasang armatur secara merata langsung maupun

tidak langsung di seluruh langit-langit.

2) Sistem Pencahayaan Setempat

Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang tidak

merata. Di tempat yang diperlukan untuk melakukan tugas visual yang

memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi, diberikan cahaya yang lebih

banyak dibandingkan dengan sekitarnya. Hal ini diperoleh dengan

mengkonsentrasikan penempatan armatur pada langit-langit di atas tempat

tersebut.

3) Sistem Pencahayaan Gabungan Merata dan Setempat

Sistem pencahayaan gabungan didapatkan dengan menambah sistem

pencahayaan setempat pada sistem pencahayaan merata, dengan armatur yang

dipasang di dekat tugas visual. Sistem pencahayaan gabungan dianjurkan

digunakan untuk :

a. Tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi.

b. Memperlihatkan bentuk dan tekstur yang memerlukan cahaya datang dari

(7)

c. Pencahayaan merata terhalang, sehingga tidak dapat sampai pada tempat

yang terhalang tersebut.

d. Tingkat pencahayaan yang lebih tinggi diperlukan untuk orang tua atau

yang kemampuan penglihatannya sudah berkurang.

Gambar 2.1 Tipe Pencahayaan Gambar 2.2 Tipe Pencahayaan Gambar 2.3 Tipe Pencahayaan Merata Setempat Gabungan

Sumber: Artikel tentang Pencahayaan (repository.usu.ac.id)

2.1.4 Sistem Pencahayaan Tempat Kerja

Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat objek yang

dikerjakannnya secara jelas, tepat dan tanpa upaya yang tidak perlu (Suma’mur,

2009). Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan perencanaan sistem

pencahayaan di tempat kerja agar aktivitas kerja optimal serta meningkatkan

produktivitas.

Klasifikasi sistem pencahayaan dari sumber cahaya menurut Illuminating

Engineering Society (IES), antara lain:

1) Pencahayaan Tidak Langsung (Indirect Lighting)

Pada pencahayaan tidak langsung langit-langit merupakan sumber cahaya

(8)

bayangan. Pada sistem ini 90% hingga 100% cahaya dipancarkan ke

langit-langit ruangan sehingga yang dimanfaatkan pada bidang kerja adalah cahaya

pantulan. Pancaran cahaya pada penerangan tidak langsung dapat pula

dipantulkan pada dinding sehingga cahaya yang sampai pada permukaan

bidang kerja adalah pantulan dari cahaya dinding. Sistem ini menjadi tidak

efektif jika cahaya yang sampai ke langit-langit merupakan cahaya pantulan

dari bidang lain. Pencahayaan tipe ini diperlukan pada ruang gambar,

perkantoran, rumah sakit dan perhotelan.

Gambar 2.4 Pencahayaan Tidak Langsung Sumber: Muhaimin (2001)

2) Pencahayaan Semi Tidak Langsung (Semi Indirect Lighting)

Distribusi cahaya pada pencahayaan ini mirip dengan distribusi pencahayaan

tidak langsung tetapi lebih efisisen dan kuat penerangannya lebih tinggi. Pada

sistem ini 60% hingga 90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding

bagian atas, selebihnya dipantulkan ke bagian bawah. Pada sistem ini masalah

bayangan tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi. Pencahayaan jenis ini

diperlukan pada ruangan yang memerlukan modeling shadow, seperti toko

(9)

Gambar 2.5 Pencahayaan Semi Tidak Langsung Sumber: Muhaimin (2001)

3) Pencahayaan Menyebar / Difus (General Diffus Lighting)

Pada pencahayaan difus distribusi cahaya ke atas dan kebawah relatif merata

sehingga termasuk sistem direct-indirect lighting. Pada sistem ini 40% hingga

60% cahaya diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangkan sisanya

dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Pada sistem ini masalah bayangan

dan kesilauan masih ditemui. Pencahayaan difus menghasilkan cahaya teduh

dengan bayangan lebih jelas dibandingkan dengan bayangan yang dihasilkan

pencahayaan tidak langsung dan pencahayaan semi tidak langsung.

Penggunaan pencahayaan difus umumnya diperlukan pada tempat ibadah.

(10)

4) Pencahayaan Semi Langsung (Semi Direct Lighting)

Pencahayaan semi langsung termasuk jenis pencahayaan yang efisien. Pada

sistem ini 60% hingga 90% cahaya diarahkan ke bidang kerja selebihnya

diarahkan ke langit-langit. Penggunaan pencahayaan jenis ini biasa digunakan

pada kantor, ruang kelas dan tempat lainnya.

Gambar 2.7 Pencahayaan Semi Langsung Sumber: Muhaimin (2001)

5) Pencahayaan Langsung (Direct Lighting)

Pada sistem ini 90% hingga 100% cahaya dipancarkan ke bidang kerja

sehingga terjadi efek terowongan (tunneling effect), yaitu timbulnya bagian

yang gelap di langit-langit tepat di atas lampu. Pencahayaan langsung dapat

diatur menyebar atau terpusat, tergantung reflektor yang digunakan. Sistem

pencahayaan langsung memiliki kelebihan, yaitu efisiensi penerangan tinggi,

memerlukan sedikit lampu untuk bidang kerja yang luas. Disisi lain

kelemahan dari sistem ini yaitu bayang-bayang gelap karena jumlah lampu

sedikit maka jika terjadi gangguan atau kerusakan akan sangat berpengaruh

(11)

Gambar 2.8 Pencahayaan Langsung Sumber: Muhaimin (2001)

2.1.5 Standar Pencahayaan Tempat Kerja

Penerangan merupakan suatu aspek lingkungan fisik penting bagi

keselamatan kerja. Beberapa penelitian membuktikan bahwa penerangan yang

tepat dan disesuaikan dengan pekerjaan berakibat produksi yang maksimal dan

ketidakefisienan yang minimal sehingga mengurangi terjadinya kecelakaan

(Suma’mur, 2009).

Standar intensitas pencahayaan yang ditetapkan oleh Illuminating

Engineering Society (IES), sebuah area kerja dapat dikatakan memiliki

pencahayaan yang baik apabila memiliki iluminasi sebesar 300 lux yang merata

pada bidang kerja. Apabila iluminasinya kurang atau lebih dari 300 lux, maka

dapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam bekerja dan pada akhirnya

menurunkan kinerja pekerja (Fayrina, 2012). Sedangkan standar penerangan

menurut Kepmenkes RI No. 1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan

(12)

Tabel 2.1 Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes No. 1405

Pekerjaan rutin 300 R.administrasi, ruang

kontrol, pekerjaan mesin & perakitan / penyusun.

Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau

bekerja dengan mesin kantor, pekerja pemeriksaan atau pekerjan dengan mesin.

Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna,

pemrosesan tekstil,

Intensitas dalam penerangan dinyatakan dalam satuan “lux”. Dalam

pengukuran intensitas pencahayaan alat yang digunakan adalah Luxmeter. Prinsip

(13)

photoelectric cell. Berdasarkan SNI 16-7062-2004 intensitas penerangan diukur

dengan 2 cara yaitu :

1) Pencahayaan Umum

Pada pencahayaan umum pengukuran dilakukan pada setiap meter persegi luas

lantai. Penentuan titik pengukuran umum meliputi titik potong garis horizontal

panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari

lantai.

2) Pencahayaan Lokal

Pada pencahayaan lokal pengukuran dilakukan di tempat kerja atau meja kerja

pada objek yang dilihat oleh tenaga kerja. Pengukuran titik pengukuran lokal

meliputi objek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan kerja.

2.2 Kelelahan Mata

2.2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata

Mata merupakan organ untuk penglihatan dan sangat sensitif terhadap

cahaya karena terdapat photoreceptor. Impuls saraf dari stimulasi photoreceptor

dibawa ke otak bagian lobus oksipital di serebrum dimana sensasi penglihatan

diubah menjadi persepsi (Tarwoto dkk, 2009).

Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada

retina, lantas dengan perantaraan serabut-serabut nervus optikus mengalihkan

rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan (Pearce, 2008).

Mata terletak dalam bantalan lemak yang dapat meredam guncangan.

Diameter bola mata manusia ± 2,5 cm. Mata dapat bekerja secara efektif

(14)

cahaya. Mata juga memiliki sistem pengendali tekanan otomatis yang

mempertahankan tekanan internalnya untuk mempertahankan bentuk bola mata

yaitu sekitar 1,6 kPa (12 mmHg).

Gambar 2.9 Anatomi Mata

Bagian-bagian yang terdapat dalam mata manusia (Tarwoto dkk, 2009), yaitu :

a. Sklera

Sklera merupakan jaringan ikat fibrosa yang kuat bewarna putih, buram dan

tidak tembus cahaya, kecuali di bagian depan yang disebut kornea. Sklera

memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat melekatnya otot

ekstrinsik.

b. Kornea

Kornea merupakan jendela mata bentuknya transparan, terletak pada bagian

depan mata berhubungan dengan sklera. Bagian ini merupakan tempat

(15)

c. Lapisan Koroid

Memiliki pigmen berwarna coklat kehitaman dan merupakan lapisan

berpigmen. Warna gelap pada koroid berfungsi untuk mencegah refleksi atau

pemantulan sinar.

d. Iris

Iris merupakan perpanjangan dari korpus siliaris ke anterior, bersambungan

dengan permukaan lensa anterior.Iris tidak tembus pandang dan berpigmen.

Fungsi iris adalah mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam

mata dengan cara merubah ukuran pupil. Ukuran pupil dapat berubah karena

mengandung serat otot sirkuler yang mampu menciutkan pupil dan

serat-serat radikal yang menyebabkan pelebaran pupil.

e. Pupil

Pupil merupakan bintik tengah yang berwarna hitam, merupakan celah di

dalam iris. Pupil merupakan jalan masuknya cahaya untuk mencapai retina

(Pearce, 2008).

f. Lensa

Lensa mempunyai struktur bikonveks, tidak mempunyai pembuluh darah,

transparan dan tidak bewarna. Lensa berada dibelakang iris. Ruangan bagian

depan lensa berisi cairan yang disebut aqueous humor dan ruangan pada

bagian belakang lensa berisi cairan vitreous humor. Lensa berfungsi untuk

memfokuskan cahaya yang masuk ke depan retina melalui mekanisme

(16)

memfokuskan objek secara jelas pada jarak yang beragam (Tarwoto dkk,

2009).

g. Retina

Retina merupakan lapisan terdalam pada mata, melapisi 2/3 bola mata pada

bagian belakang. Retina merupakan bagian mata yang sangat peka terhadap

cahaya. Ada dua sel photoreceptor pada retina yaitu sel kerucut dan sel

batang. Pigmen pada sel kerucut berfungsi pada suasana terang atau pada

tingkat intensitas cahaya yang tinggi dan berperan dalam penglihatan di siang

hari. Sedangkan pigmen dalam sel batang berfungsi pada situasi yang kurang

terang atau pada malam hari. Pada sel kerucut terdapat tiga macam sel yang

peka terhadap warna merah, hijau dan biru. Kerusakan pada salah satu sel

kerucut akan menyebabkan buta warna (Tarwoto dkk, 2009). Selain itu,

terdapat dua buah bintik yaitu bintik kuning (fovea) dan bintik buta (blind

spot). Bintik kuning (fovea) berperan dalam penglihatan untuk melihat objek

yang lebih kecil seperti kegiatan membaca huruf kecil.

2.2.2 Pengertian Kelelahan Mata

Menurut Tarwaka (2004) kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan

tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan

setelah istirahat. Kelelahan mata adalah gangguan yang dialami mata karena

otot-ototnya yang dipaksa bekerja keras terutama saat harus melihat objek dekat dalam

jangka waktu lama (Padmanaba, 2006).

Kelelahan mata dapat dipengaruhi dari kuantitas iluminasi, kualitas

(17)

yang dapat berpengaruh pada kelelahan mata, penerangan yang tidak memadai

akan menyebabkan otot iris mengatur pupil sesuai dengan intensitas penerangan

yang ada. Kualitas iluminasi meliputi jenis penerangan, sifat fluktuasi serta warna

penerangan yang digunakan. Distribusi cahaya yang kurang baik di lingkungan

kerja dapat menyebabkan kelelahan mata. Distribusi cahaya yang tidak merata

sehingga menurunkan efisiensi tajam penglihatan dan kemampuan membedakan

kontras (Padmanaba, 2006).

2.2.3 Gejala Keluhan Kelelahan Mata

Kelelahan mata akibat dari pencahayaan yang kurang baik akan

menunjukkan gejala kelelahan mata. Kelelahan mata dapat dikurangi dengan

memberikan pencahayaan yang baik di tempat kerja.

Menurut Pusat Hyperkes dan Keselamatan Kerja (1995) yang dikutip

Nugroho (2009) gejala kelelahan mata yang sering muncul antara lain, kelopak

mata terasa berat, terasa ada tekanan dalam mata, mata sulit dibiarkan terbuka,

merasa enak kalau kelopak mata sedikit ditekan, bagian mata paling dalam terasa

sakit, perasaan mata berkedip, penglihatan kabur tidak bisa difokuskan,

penglihatan terasa silau, penglihatan seperti berkabut walau mata difokuskan,

mata mudah berair, mata pedih dan berdenyut, mata merah, jika mata ditutup

terlihat kilatan cahaya, kotoran mata bertambah, tidak dapat membedakan warna

sebagaimana biasanya, ada sisa bayangan dalam mata, penglihatan tampak ganda,

(18)

Menurut Sheedy (2004) yang dikutip Hanum (2008), sering dan lamanya

seseorang bekerja dengan komputer dapat mengakibatkan keluhan serius pada

mata. Keluhan yang sering diungkapkan oleh pekerja komputer adalah :

a. kelelahan mata yang merupakan gejala awal

b. mata terasa kering

c. mata terasa terbakar

d. pandangan menjadi kabur

e. penglihatan ganda

f. sakit kepala

g. nyeri pada leher, bahu dan otot punggung.

2.2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Mata Pengguna

Komputer

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata pada

pengguna komputer, antara lain :

a. Usia

Menurut National Aging Safety Database (NASD) usia yang semakin

lanjut mengalami kemunduran dalam kemampuan mata untuk mendeteksi

lingkungan. Hal ini akan meningkatkan risiko kecelakaan. Dengan bertambahnya

usia menyebabkan lensa mata berangsur-angsur kehilangan elastisitasnya dan

agak kesulitan melihat pada jarak dekat. Hal ini akan menyebabkan

ketidaknyamanan penglihatan ketika mengerjakan sesuatu pada jarak dekat,

demikian pula penglihatan jauh. Presbiopia atau kelainan akomodasi yang terjadi

(19)

Daya akomodasi merupakan kemampuan lensa mata untuk menebal atau

menipis sesuai dengan jarak benda yang dilihat agar bayangan jatuh tepat di retina

(Maryamah, 2011). Pada usia 20 tahun manusia pada umumnya dapat melihat

objek dengan jelas. Sedangkan pada usia 45 tahun kebutuhan terhadap cahaya

empat kali lebih besar.

Semakin tua seseorang, lensa semakin kehilangan kekenyalan sehingga

daya akomodasi makin berkurang dan otot-otot semakin sulit dalam menebalkan

dan menipiskan mata. Begitu pula sebaliknya, semakin muda seseorang kebutuhan

cahaya akan lebih sedikit dibandingkan dengan usia yang lebih tua dan

kecenderungan mengalami kelelahan mata lebih sedikit (Haeny, 2009).

Menurut Ilyas (2008) usia juga berpengaruh terhadap daya akomodasi.

Semakin tua usia seseorang, daya akomodasi akan semakin menurun. Jarak

terdekat dari suatu benda agar dapat dilihat dengan jelas dikatakan “titik dekat”

atau punktum proksimum. Pada saat ini mata berakomodasi sekuat-kuatnya atau

berakomodasi maksimum. Sedangkan jarak terjauh dari benda agar masih dapat

dilihat dengan jelas dapat dikatakan bahwa benda terletak pada “titik jauh” atau

punktum remotum dan pada saat ini mata tidak berakomodasi atau lepas

akomodasi.

b. Kelainan Refraksi Mata

1) Hipermetropia

Hipermetropia sering juga disebut sebagai rabun dekat. Pasien

hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan

(20)

memfokuskan bayangan yang terletak di belakang makula agar terletak di

daerah makula lutea. Pasien muda dengan hipermetropia tidak akan

memberikan keluhan karena matanya masih mampu melakukan akomodasi

kuat untuk melihat benda dengan jelas. Pada pasien yang banyak membaca

atau mempergunakan matanya terutama pada usia telah lanjut akan

memberikan keluhan kelelahan setelah membaca (Ilyas dan Yulianti,

2014).

2) Miopia

Pasien dengan miopia akan menyatakan lebih jelas bila melihat dengan

jarak dekat, sedangkan melihat jauh penglihatan kabur atau rabun jauh

(Ilyas dan Yulianti, 2014).

3) Astigmatisme

Astigmatisme merupakan suatu keadaan dimana sinar yang sejajar tidak

dibiaskan dengan kekuatan yang sama pada seluruh bidang pembiasan

sehingga fokus pada retina tidak pada satu titik (Ilyas dan Yulianti, 2014).

4) Presbiopi

Dengan bertambahnya usia maka akan terjadi gangguan akomodasi pada

usia lanjut yang disebabkan oleh kelemahan otot akomodasi serta lensa

mata elastisitasnya berkurang akibat sklerosis lensa. Akibat gangguan

akomodasi ini maka pada pasien berusia 40 tahun atau lebih akan

memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair dan

(21)

c. Durasi Penggunaan Komputer

Menurut Lasabon (2013) waktu kerja seseorang menentukan kesehatan

yang bersangkutan, efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek

penting dalam hal waktu kerja meliputi :

1. Lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik.

2. Hubungan antara waktu kerja dan istirahat.

3. Waktu bekerja sehari menurut periode waktu yang meliputi siang hari (pagi,

siang, sore) dan malam hari.

The University of North Carolina at Asheville yang dikutip Hanum (2008)

mengelompokkan beban kerja pekerja komputer atas dasar lama waktu kerja

sebagai berikut :

1. Pekerja komputer dengan beban kerja berat adalah pekerja dengan lama waktu

kerja 4 jam sehari secara terus–menerus.

2. Pekerja komputer dengan beban kerja sedang adalah pekerja dengan lama

waktu kerja antara 2–4 jam sehari secara terus–menerus.

3. Pekerja komputer dengan beban kerja ringan adalah pekerja dengan lama

waktu kerja kurang dari 2 jam sehari secara terus–menerus.

Computer Vision Syndrome (CVS) dapat muncul segera setelah pemakaian

komputer dalam jangka waktu lama atau lebih dari 4 jam. Berbagai gejala yang

timbul pada pekerja komputer yang bekerja dalam waktu lama selain diakibatkan

oleh cahaya yang masuk ke mata, juga diakibatkan karena mata seorang pekerja

komputer berkedip lebih sedikit dibandingkan pekerja mata normal pekerja biasa

(22)

d. Istirahat Mata

Setelah bekerja dengan komputer perlu mengistirahatkan mata sejenak

dengan melihat pemandangan yang dapat menyejukkan mata secara periodik

(Santoso, 2009). Menurut National Institute for Occupational Safety and Health

(NIOSH) yang dikutip Murtopo dan Sarimurni (2005) perlu dilakukan istirahat

selama 15 menit terhadap pemakaian komputer setelah 2 jam. Frekuensi istirahat

yang teratur berguna untuk memotong rantai kelelahan sehingga akan menambah

kenyamanan bagi pengguna komputer. Selain itu, pekerja yang melakukan

istirahat 5 menit selama 4 kali sepanjang waktu bekerja dapat mengurangi keluhan

kelelahan mata.

Menurut Anshel (1996) yang dikutip Nourmayanti (2009) ada tiga jenis

istirahat bagi pengguna komputer, diantaranya:

1. Micro break, yaitu mengistirahatkan mata selama 10 detik setiap 10 menit

bekerja, dengan cara melihat jauh (minimal 6 meter) diikuti dengan

mengedipkan mata secara relaks.

2. Mini break, yaitu mengistirahatkan mata selama 5 menit setiap setengah jam

dengan cara berdiri dan melakukan peregangan tubuh. Selain itu, lakukan juga

melihat jauh dengan objek yang berbeda-beda.

3. Maxi break, yaitu mengistirahatkan mata dengan melakukan kegiatan seperti

jalan-jalan, bangun dari tempat kerja, minum kopi atau teh dan makan siang.

e. Jarak Layar Monitor

Jarak layar monitor yang terlalu dekat dapat mengakibatkan mata menjadi

(23)

seseorang bekerja melihat objek bercahaya di atas dasar berwarna pada jarak

dekat secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu mengakibatkan mata

harus berakomodasi dalam jangka waktu yang lama sehingga terjadi penurunan

daya akomodasi mata (Roestijawati, 2007).

Menurut Occupational Safety and Health Association (OSHA) pada saat

menggunakan komputer jarak antara mata pekerja dengan layar

sekurang-kurangnya adalah 20-40 inch atau sekitar 50-100 cm (Maryamah, 2011).

Sedangkan menurut Hanum (2008), jarak ergonomis antara layar monitor dengan

pengguna komputer berkisar antara 50 cm sampai dengan 60 cm.

2.3 Pengaruh Pencahayaan terhadap Kesehatan

Tingkat pencahayaan yang baik memungkinkan seseorang untuk bekerja

dengan efisiensi kerja yang maksimal. Kemudahan untuk melihat suatu objek

serta kejelasan dalam melihat objek kerja dipengaruhi oleh kekontrasan. Kontras

yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kesilauan.

Akibat dari kurangnya pencahayaan di lingkungan kerja menyebabkan

kelelahan fisik dan mental bagi para pekerjanya. Kurangnya pencahayaan akan

memaksa seseorang untuk mendekatkan matanya ke arah objek yang bertujuan

memperbesar ukuran objek. Sebaliknya, pencahayaan yang berlebihan juga akan

menyebabkan kesilauan bagi para pekerja. Kedua hal ini menyebabkan akomodasi

mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap (Fayrina, 2012).

Menurut NIOSH beberapa gejala kelelahan mata antara lain : mata

tegang, penglihatan kabur, penglihatan rangkap/ganda, mata merah, mata perih,

(24)

Menurut Suma’mur (2009) tingkat pencahayaan yang buruk di tempat

kerja dapat mengakibatkan dampak yang buruk terhadap kesehatan pekerja, antara

lain:

a. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja;

b. Kelelahan mental/psikis;

c. Keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata;

d. Kerusakan mata; dan

e. Meningkatnya peristiwa kecelakaan

2.4 Kerangka Konsep

Gambar 2.10 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar

Gambar 2.1 Tipe Pencahayaan     Gambar 2.2 Tipe Pencahayaan    Gambar 2.3 Tipe Pencahayaan                      Merata                                          Setempat                                      Gabungan
Gambar 2.4 Pencahayaan Tidak Langsung
Gambar 2.5 Pencahayaan Semi Tidak Langsung Sumber: Muhaimin (2001)
Gambar 2.7 Pencahayaan Semi Langsung Sumber: Muhaimin (2001)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek- obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu serta dapat memberikan kesan pemandangan

Selain penggunaan komputer yang terlalu lama, kelelelahan mata juga dapat terjadi akibat pencahayaan ruangan yang terlalu gelap atau terlalu terang dan kurang memenuhi

Alhamdulillah, segala puji dan syukur selalu penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena telah diberikan nikmat tubuh yang sehat serta izin-Nya sehingga skripsi

Di sesetengah tempat kerja, mungkin terdapat tugas atau aktiviti yang menuntut keperluan visual dan menghendaki lebih banyak pencahayaan berbanding kawasan kerja di sekitarnya.

vii ABSTRAK Nama : Mohammad Royhan Prodi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Judul : Hubungan Intensitas Pencahayaan Dengan Keluhan Subjektif Kelelahan Mata Pada Pekerja Di Rumah

Tugas dalam bidang akuntansi keuangan lanjutan dapat sangat beragam tergantung pada lingkungan kerja dan tingkat kompleksitas organisasi. Berikut ini beberapa tugas yang mungkin Anda temui dalam akuntansi keuangan lanjutan: 1. **Penyusunan Laporan Keuangan**: Tugas inti dalam akuntansi keuangan adalah menyusun laporan keuangan yang akurat dan lengkap, seperti neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas. Di tingkat lanjutan, Anda mungkin harus menangani organisasi yang lebih besar dan kompleks. 2. **Audit Keuangan**: Jika Anda bekerja di firma akuntansi, Anda mungkin terlibat dalam melakukan audit keuangan untuk klien Anda. Ini melibatkan pemeriksaan laporan keuangan untuk memastikan kepatuhan terhadap standar akuntansi dan regulasi yang berlaku. 3. **Pengelolaan Risiko Keuangan**: Dalam perusahaan besar, Anda mungkin bertugas untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola risiko keuangan. Ini dapat melibatkan analisis risiko investasi, manajemen risiko mata uang asing, atau manajemen risiko kredit. 4. **Perencanaan Pajak**: Akuntan keuangan lanjutan seringkali terlibat dalam perencanaan pajak untuk mengoptimalkan kewajiban pajak organisasi. Mereka harus memahami peraturan pajak yang berlaku dan mencari cara legal untuk mengurangi beban pajak. 5. **Evaluasi Investasi**: Anda mungkin harus melakukan analisis investasi yang mendalam untuk membantu perusahaan atau klien Anda dalam mengambil keputusan strategis terkait dengan investasi, seperti akuisisi, merger, atau pengembangan bisnis baru. 6. **Konsultasi dan Rekomendasi**: Akuntan keuangan seringkali berperan sebagai penasihat keuangan untuk klien atau perusahaan mereka. Ini melibatkan memberikan saran terkait strategi keuangan, perencanaan keuangan jangka panjang, dan pengambilan keputusan penting lainnya. 7. **Penerapan Standar Akuntansi Baru**: Standar akuntansi terus berkembang. Tugas Anda mungkin termasuk memahami dan menerapkan standar akuntansi baru seperti IFRS atau FASB. 8. **Pelaporan Keuangan Internasional**: Jika perusahaan atau klien Anda memiliki operasi internasional, Anda mungkin harus menghadapi tantangan yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan yang memenuhi persyaratan internasional. 9. **Manajemen Anggaran**: Anda mungkin bertanggung jawab atas penyusunan anggaran, pemantauan kinerja anggaran, dan perencanaan keuangan jangka pendek dan jangka panjang. 10. **Pengembangan Sistem Informasi Keuangan**: Dalam dunia yang semakin terdigital, Anda mungkin terlibat dalam pengembangan dan pengelolaan sistem informasi keuangan yang efisien dan aman. 11. **Pelatihan dan Pengembangan**: Bagi akuntan yang lebih berpengalaman, tugas dapat meliputi pelatihan dan pengembangan staf junior, serta memastikan bahwa tim Anda memiliki pemahaman yang baik tentang prinsip-prinsip akuntansi dan peraturan terbaru. 12. **Penyusunan Laporan Tahunan**: Bagi perusahaan publik, penyusunan laporan tahunan yang memenuhi persyaratan regulasi pasar modal adalah tugas yang penting. Ingatlah bahwa bidang akuntansi keuangan terus berkembang, terutama dengan perkembangan teknologi dan perubahan dalam regulasi. Oleh karena itu, penting untuk selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Anda dalam bidang ini agar tetap relevan dalam pekerjaan

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,