• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberiaan Tepung Temulawak (Curcuma Xanthorrizha Roxb) Dalam Ransum Terhadap Kualitas Karkas Ayam Broiler Umur 6 Minggu [The Influence of Temulawak Flour (Curcuma xanthorrizha Roxb) In A Portion to Quality of Carcass Broiler 6 Weeks Old]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pemberiaan Tepung Temulawak (Curcuma Xanthorrizha Roxb) Dalam Ransum Terhadap Kualitas Karkas Ayam Broiler Umur 6 Minggu [The Influence of Temulawak Flour (Curcuma xanthorrizha Roxb) In A Portion to Quality of Carcass Broiler 6 Weeks Old]"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Pemberiaan Tepung Temulawak

(Curcuma Xanthorrizha Roxb)

Dalam Ransum Terhadap Kualitas Karkas Ayam Broiler Umur 6 Minggu

[The Influence of Temulawak Flour (Curcuma xanthorrizha Roxb) In A

Portion to Quality of Carcass Broiler 6 Weeks Old]

Yunilas*), Edhy Mirwandhono*), dan Olivia Sinaga **) *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU

**) Alumni Prog. Studi Peternakan, FP USU

Abstract: This research aim to give of temulawak flour in ransum to carcass quality (colour, tekstur and pH) broiler 6 week old. This experiment was arranged by completely random design (CDR) which consists of 5 treatments and 4 replications, and each replication consist of 5 chickens. The parameter in this experiment are meat colour, meat teksture, and meat pH. The result of research obtained of temulawak flour until level 4% in ransum not significant (P>0.05) to meat colour, meat teksture and meat pH.

Key words: diet, temulawak flour, meat colour, meat teksture, meat pH.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pemberian tepung temulawak dalam ransum terhadap kualitas karkas (warna, tesktur, dan pH) ayam broiler umur 6 Minggu. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), terdiri dari 5 perlakuan 4 ulangan, dan setiap ulangan terdiri atas 5 ekor ayam. Parameter yang diukur adalah warna daging, tekstur daging, dan pH daging. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pemberian tepung temulawak sampai level 4% dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap warna daging, tekstur daging, dan pH daging.

Kata kunci: ransum, tepung temulawak, warna daging, tekstur daging, pH daging.

Pendahuluan

Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Ayam broiler merupakan salah satu ternak penghasil daging yang cukup potensial untuk memenuhi kebutuhan masyarakat asal protein hewani (Mangisah, 2003).

Menurut Priyatno (2003), konsumsi daging ayam meningkat paling pesat dibanding dengan daging sapi, kambing, maupun babi. Beberapa alasan yang menyebabkan kebutuhan daging ayam mengalami peningkatkan yang cukup pesat antara lain: 1) daging ayam relatif murah, 2) daging ayam lebih baik dari segi kesehatan karena mengandung sedikit lemak dan kaya protein dibanding daging sapi, kambing, dan babi, 3) tidak ada agama apapun yang melarang umatnya mengkonsumsi daging ayam, 4) daging ayam mempunyai rasa yang dapat diterima semuagolongan masyarakat dan semua umur, 5) daging ayam cukup mudah diolah menjadi produk olahan yang bernilai tinggi, mudah disimpan, dan mudah dikonsumsi.

Berkenaan dengan bahan yang digunakan untuk keperluan pakan ternak unggas, berbagai jenis tanaman holtikultura dapat digunakan sebagai pakan ternak unggas. Salah satunya adalah temulawak yang telah lama dikenal yang dapat berkhasiat sebagai obat karena kandungan kimianya seperti minyak atsiri, kurkumin, glukosida, flavoinida, pati, dan sebagainya (Biofarmaka, 2002).

Temulawak mengandung zat utama yaitu kurkumin dan minyak atsiri berwarna kuning muda dengan bau yang berkarakteristik dengan rasa yang tajam serta bersifat antiseptik dan penggunaannya sebagai pewarna makanan. Kurkumoid jauh lebih unggul dari temu-temuan lainnya (Liang dkk., 1985).

Temulawak memiliki kandungan kurkumin yang ekstraknya sangat manjur untuk pengobatan penyakit hati, menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan untuk menjaga serta menyehatkan hati (lever) atau istilah medisnya hepatoprotektor (Sinar Harapan, 2002).

(2)

meningkatkan kesehatan serta memacu pertumbuhan badan (Maheswari, 2002).

Ditinjau dari manfaat temulawak tersebut di atas, maka perlu diuji pengaruh pemberian tepung temulawak dalam ransum terhadap kualitas karkas ayam broiler umur 6 minggu.

Bahan dan Metode

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Ternak Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara selama 6 minggu. Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler jenis Hubbard berumur sehari (DOC) sebanyak 100 ekor.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan, sehingga diperoleh 20 unit percobaan. Setiap unit percobaan terdiri dari 5 ekor ayam.

Penelitian menggunakan 5 macam ransum perlakuan masing-masing:

R0 = Ransum kontrol (ransum komersial) R1 = Ransum dengan penambahan tepung

temulawak 1% dari total ransum R2 = Ransum dengan penambahan tepung

temulawak 2% dari total ransum R3 = Ransum dengan penambahan tepung

temulawak 3% dari total ransum

R4 = Ransum dengan penambahan tepung temulawak 4% dari total ransum

Parameter yang diamati dari penelitian ini meliputi:

• pH daging diukur dengan menggunakan

pH meter.

• warna daging diperoleh dengan

pengamatan visual, masing-masing diberi penilaian di mana warna kuning (nilai 4), putih kekuningan (nilai 3), dan putih (nilai 2).

• tekstur daging diukur dengan

menggunakan teksturo meter.

Pengaruh perlakuan terhadap semua parameter dianalisis secara statistik menggunakan model matematik (Hanafiah, 2002):

Yij = µ + αi + εij

Di mana:

i = 0,1,2, …………. t (perlakuan) j = 0,1,2, .…………. n (ulangan)

Yij = hasil nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = nilai tengah di mana nilai Yij ditarik

sebagai sampel

αi = pengaruh perlakuan berbagai level

tepung temulawak ke-i

εij = pengaruh galat atau sisa seluruh faktor

lain diluar perlakuan yang mendapat perlakuaan ke-i dan ulangan ke-j

Tabel 1.

Formula Ransum Broiler Periode Starter

Bahan Pakan R0 R1 R2 R3 R4

Jagung kuning

K 56.25 56.00 55.00 55.00

Dedak O 4.25 5.00 5.00 3.75 Bungkil

kedelai

M 22.00 22.00 22.00 21.50

Bungkil kelapa

E 4.50 3.50 3.00 3.75

Tepung ikan R 10.00 10.00 10.00 10.00 Top mix S 0.75 0.50 1.00 1.00 Minyak

Nabati

I 1.25 1.00 1.00 1.00

Temulawak L 1.00 2.00 3.00 4.00

Total 100.00 100.00 100.0 100.00

Protein (%) 21.50 21.56 21.57 21.54 Lemak (%) 4.00 5.53 4.17 4.10 Serat Kasar

(%)

3.79 3.99 4.14 4.20

(3)

Tabel 2.

Formula Ransum Broiler Periode Finisher

Bahan Pakan R0 R1 R2 R3 R4

Jagung kuning K 58.50 58.50 58.00 58.00

Dedak O 5.50 5.50 5.00 4.00

Bungkil kedelai M 17.00 17.00 17.00 17.00

Bungkil kelapa E 6.00 5.00 4.50 4.50

Tepung ikan R 10.00 10.00 10.00 10.00

Top mix S 0.50 0.50 1.00 1.00

Minyak Nabati I 1.50 1.50 1.50 1.50

Temulawak L 1.00 2.00 3.00 4.00

Total 100.00 100.00 100.0 100.00

Protein (%) 19.93 19.92 19.90 19.97

Lemak (%) 4.23 4.30 4.28 4.22

Serat Kasar (%) 3.85 4.00 4.06 4.13

EM (kkal/kg) 3023.64 3044.70 3047.01 3064.56

Hasil dan Pembahasan

Warna Daging

Secara umum warna daging broiler yang diperoleh adalah putih kekuningan. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3.

Rataan Warna Daging Ayam Broiler Umur 6 Minggu

Perlakuan Rataan Standar Deviasi

R0 2.98 + 0.05

R1 2.99 + 0.08

R2 3.04 + 0.15

R3 3.04 + 0.15

R4 3.09 + 0.20

Tabel 3 memperlihatkan bahwa warna daging ayam broiler yang diberi tepung temulawak dalam ransum sampai level 4% berkisar antara 2,98 – 3,09. Warna daging pada perlakuan Ro (ransum tanpa temulawak) sebesar 2,98 (berwarna putih) sedangkan warna daging pada perlakuan R4 (ransum dengan tepung temulawak 4%) sebesar 3,09 (berwarna putih kekuningan).

Tampak bahwa warna daging pada ransum yang diberi tepung temulawak menjadi lebih kekuning-kuningan. Hal ini didukung Liang dkk. (1985) bahwa temulawak mengandung zat warna yang diambil dari pigmen rimpangnya karena mengandung zat warna kuning (kurkumoid) yang sering digunakan sebagai zat warna. Bakrie dkk. (2002) menyatakan, pakan juga mempengaruhi warna daging, bentuk, dan warna daging diberi jamu-jamuan seperti temulawak menjadi lebih disukai oleh konsumen.

(4)

Grafik 1. Warna Daging Ayam Broiler Umur 6 Minggu

3.1

3.09

3.05

3.04 3.04

3

2.98 2.99

2.95

2.9

R0 R1 R2 R3 R4

Dari uji regresi linier diperoleh persamaan regresi linier: Y = 2,947 + 0,027X, yang berarti setiap penambahan 1% tepung temulawak dalam ransum menyebabkan peningkatan warna daging sebesar 2,974 (warna daging menjadi kekuningan).

Tekstur Daging

Tektur daging merupakan penentu paling penting pada kualitas daging. Rataan tektur daging broiler umur 6 minggu dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini:

Tabel 4. Rataan Tektur Daging Ayam Broiler Umur 6 Minggu

Perlakuan Rataan Standar Deviasi

R0 4.44 + 0.20

R1 4.40 + 0.10

R2 4.36 + 0.09

R3 4.36 + 0.09

R4 4.35 + 0.11

Tabel 4 memperlihatkan bahwa tekstur daging ayam broiler yang diberi tepung temulawak dalam ransum sampai level 4% berkisar 4,35 – 4,44g/mm2. Tampak tekstur terendah diperoleh pada perlakuan R4 (ransum dengan pemberian 4% tepung temulawak) di mana serabutnya lebih halus. Menurut Soeparno (1994), unggas yang dagingnya empuk adalah unggas yang daging karkasnya lunak, lentur, dan bertekstur halus.

Berdasarkan hasil analisis statistik ternyata pemberian tepung temulawak dalam ransum sampai level 4% tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap tekstur daging ayam broiler. Hal ini disebabkan interval dari level pemberian tepung temulawak dalam ransum tidak berbeda jauh sehingga tekstur daging yang diperoleh tidak berbeda nyata. Namun peningkatan level pemberian tepung temulawak dalam ransum cenderung menyebabkan tekstur daging semakin halus (uji regresi linier).

Grafik 2.

Tekstur Daging Ayam Broiler Umur 6 Minggu

4.46

4.44 4.44

4.42

4.4 4.4

4.38

4.36 4.36 4.36 4.34 4.35

4.32

4.3

4.28

(5)

Dari uji regresi linier diperoleh persamaan regresi linier: Y = 4,448 – 0,002X, yang berarti setiap penambahan 1% tepung temulawak dalam ransum menyebabkan penurunan nilai tekstur sebesar 4,446 (tekstur daging menjadi lebih halus).

pH Daging

pH daging broiler merupakan hasil pengukuran potongan karkas yang telah dilumatkan dan diukur dengan menggunakan pH meter. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan pH Daging Ayam Broiler Umur 6 Minggu

Perlakuan Rataan Standar Deviasi

Tabel 5 memperlihatkan bahwa pH daging ayam broiler yang diberi tepung temulawak dalam ransum sampai level 4% berkisar 6,11 – 6,20. Daging ayam broiler segar/mentah tanpa pendinginan yang baru disembelih pHnya berkisar 6,02- 6,39. Hal ini didukung oleh Thornton dangracey (1974) disitir Siregar dan Siswani (1988) bahwa variasi pH terjadi antara lain disebabkan tipe/bagian urat daging, kadar glikogen dalam jaringan, jenis, dan jumlah mikroorganisme awal serta penyebarannya dalam daging.

Berdasarkan hasil analisis statistik ternyata pemberian tepung temulawak dalam ransum sampai level 4% tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pH daging ayam broiler. Hal ini disebabkan interval dari level pemberian tepung temulawak dalam ransum tidak berbeda jauh sehingga pH daging yang diperoleh tidak berbeda nyata (tidak bervariasi). Hal ini didukung oleh pendapat Soeparno (1994) bahwa faktor-faktor yang dapat menghasilkan variasi pH daging adalah stress sebelum pemotongan, pemberian obat-obatan, spesies dan individu ternak.

Kesimpulan

Pemberian tepung temulawak dalam ransum sampai level 4% tidak berpengaruh terhadap warna, tekstur, dan pH daging. Walaupun demikian, perlakuan tersebut cenderung meningkatkan warna

daging menjadi putih kekuningan dan tekstur daging semakin halus.

Daftar Pustaka

Bakrie, B., Andayani, B., Yanis, M., Purnomo, H. A., M. Nur, dan D. Zaenuddin. 2002. Teknologi Pemberian Jamu Pada Ayam Buras Potong. [www.document]

URL http://www.Jakarta Litbang. Deptan.go id/ Infotek 02

pn Jamu. Htm. (2002).

Biofarmaka. 2002. Tanaman Obat dan Khasiatnya. [www.document] URL http://www.Jakarta. Litbang. Deptan.go. id/Pustaka/ aTekno pro/ kaflet/2034. Html.

Hanafiah, K. A. 2002. Rancangan Percobaan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Liang, B. O., Apsarkon.Y., Widjaja.T. 1985. Darya Varia Laboratoria. Simposium Nasional Temulawak. UNPAD, Bandung.

Maheswari, H. 2002. Pemanfaatan Obat Alami. [Karya Ilmiah]. IPB, Bogor.

Mangisah, I. 2003. Pemanfaatan Kunyit (Curcuma Domestica) dan

Temulawak (Curcuma Xanthorrizha Roxb) Upaya

Menurunkan Kadar Kolesterol Daging Ayam Broiler. [www.document] URL http://www. Balitbang Jateng.go

id/ cari php? Kunci=12

Priyatno, M. A. 2003. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sinar Harapan. 2002. Temulawak.

[www.document] URL http://www.Sinar Harapan. co.id/Iptek/Kesehatan/2002/074 /kes2 html.

Siregar dan Siswani. 1988. Pengaruh Waktu dan Suhu Penyimpanan Terhadap Pembusukan Daging Sapi. Penemuan Ilmiah Ruminansia. Cisarua, Bogor.

Gambar

Tabel 1.  Formula Ransum Broiler Periode Starter
Tabel 2.  Formula Ransum Broiler Periode Finisher
Grafik 1. Warna Daging Ayam Broiler Umur 6 Minggu

Referensi

Dokumen terkait

Analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan tepung Temu putih sampai taraf 5,5% tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum, namun berpengaruh nyata terhadap

Pemanfaatan tepung temulawak dengan level 1% - 3% dalam ransum sangat nyata menurunkan konsumsi, pertambahan bobot badan, IOFC, dan menaikkan konversi ransum itik peking umur 1–

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung buah mengkudu sampai level 3% tidak berpengaruh, nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum, pertambahan berat

Rata-rata persentase rempela ayam broiler umur 5 minggu dengan level pemberian tepung temulawak yang berbeda berkisar antara 1,26±0,05%- 1,46±0,25% dari bobot potong,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung temulawak dalam ransum pada level yang berbeda terhadap produktivitas broiler yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ransum dengan penambahan tepung daun kelor sampai dengan 12 % ternyata berpengaruh tidak nyata terhadap berat karkas

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung kunyit sampai dengan level 0,6% dalam ransum tidak mempengaruhi bobot karkas, persentase bagian

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung kunyit sampai dengan level 0,6% dalam ransum tidak mempengaruhi bobot karkas, persentase bagian