KAJIAN SELEKTIVITAS EROSI PADA BUDIDAYA TANAMAN KARET USIA 15 TAHUN DI DESA LAU DAMAK KECAMATAN BAHOROK
KABUPATEN LANGKAT
SKRIPSI
OLEH :
ACHMAD WILLIAM H. 100301225
ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KAJIAN SELEKTIVITAS EROSI PADA BUDIDAYA TANAMAN KARET USIA 15 TAHUN DI DESA LAU DAMAK KECAMATAN BAHOROK
KABUPATEN LANGKAT
SKRIPSI
OLEH :
ACHMAD WILLIAM H. 100301225
ILMU TANAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Penelitian : Kajian Selektivitas Erosi Pada Budidaya Tanaman Karet Usia 15 Tahun di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat
Nama : Achmad William Halimas NIM : 100301225
Program Studi : Agroekoteknologi Minat Studi : Ilmu Tanah
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
( Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, M.P. ) (Dr.Ir. Mukhlis, M.Si.) NIP. 19590917 198701 1 001 NIP. 19620102 198803 1 004
Mengetahui :
Ketua Program Studi Agroekoteknologi
ABSTRAK
Penelitian tentang Kajian Selektivitas Erosi Pada Budidaya Tanaman Karet Usia 15 Tahun Di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan teknik sampling berdasarkan metode stratified random sampling dengan metode perhitungan erosi tanah yang digunakan yaitu metode kualitatif.
Penelitian menganalisis berbagai parameter tingkat kesuburan tanah seperti pH, Tekstur, Kapasitas Tukar Kation (KTK). C-organik, N-total, P-tersedia, K dapat dipertukarkan (K-dd) serta Bulk Density. Hasil analisis memperlihatkan bahwa pada areal budidaya tanaman karet rakyat usia 15 tahun di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat tidak terjadi lagi selektivitas erosi, namun terjadi erosi yang dipercepat dengan membawa massa tanah serta unsur hara terutama P dan K. Diperlukan upaya konservasi tanah danair dalam bentuk penutup tanah (cover crop) maupun pembuatan terasering pada lereng agar tidak terjadi erosi yang dipercepat dengan membawa massa tanah serta terutama unsur hara P dan K.
Kata Kunci: Selektivitas Erosi, Deskriptif, Stratified Random Sampling,
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.wr.wb. puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini dengan baik.
Adapun judul dari hasil penelitian ini adalah Kajian Selektivitas Erosi Pada Budidaya Tanaman Karet Usia 15 Tahun Di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyusun skripsi di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Abdul rauf, M.P. Selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Dr. Ir. Mukhlis. M.Si. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis selama menulis hasil penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan hasil penelitian ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2015
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Nilai pH Pada Masing-Masing Bagian Lereng………...………..….. 23 2. Nilai Fraksi Liat Pada Ketiga Bagian Lereng ……… 23 3. Nilai KTK Pada Masing-Masing Bagian Lereng ..………..…….. 24 4. Kadar Kandungan C-Organik Pada Masing-Masing
Bagian Lereng ……….………...………… 25
5. Kadar Kandungan N-Total Pada Masing-Masing
Bagian Lereng ……… 26 6. Kadar Kandungan P-Tersedia Pada Masing-Masing
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Grafik Distribusi Nilai Fraksi Liat Pada Kemiringan Lereng 45o…….…… 24
2. Grafik Distribusi Nilai KTK Pada Kemiringan Lereng 45o….………….… 25 3. Grafik Distribusi Unsur C-Organik Pada Kemiringan Lereng 45o………… 26 4. Grafik Distribusi Unsur N-Total Pada Kemiringan Lereng 45o…….……... 27
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Hasil Analisis Tanah Parameter C-Organik, N-Total, P-Tersedia,
K-dd dan KTK ……….. 37
2. Hasil Pengamatan Parameter Tekstur Tanah ………. 37
ABSTRAK
Penelitian tentang Kajian Selektivitas Erosi Pada Budidaya Tanaman Karet Usia 15 Tahun Di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan teknik sampling berdasarkan metode stratified random sampling dengan metode perhitungan erosi tanah yang digunakan yaitu metode kualitatif.
Penelitian menganalisis berbagai parameter tingkat kesuburan tanah seperti pH, Tekstur, Kapasitas Tukar Kation (KTK). C-organik, N-total, P-tersedia, K dapat dipertukarkan (K-dd) serta Bulk Density. Hasil analisis memperlihatkan bahwa pada areal budidaya tanaman karet rakyat usia 15 tahun di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat tidak terjadi lagi selektivitas erosi, namun terjadi erosi yang dipercepat dengan membawa massa tanah serta unsur hara terutama P dan K. Diperlukan upaya konservasi tanah danair dalam bentuk penutup tanah (cover crop) maupun pembuatan terasering pada lereng agar tidak terjadi erosi yang dipercepat dengan membawa massa tanah serta terutama unsur hara P dan K.
Kata Kunci: Selektivitas Erosi, Deskriptif, Stratified Random Sampling,
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini kemerosotan kualitas sumberdaya tanah semakin meningkat,baik secara mutu maupun jumlahnya.Gejala fisik yang nampak secara jelas adalah semakin tipisnya lapisan tanah, sehingga kemampuan fungsi tanah sebagai media tumbuh tanaman dan media pengatur daur air menjadi terbatas yang pada akhirnya kemunduran kemampuan lingkungan tidak dapat terhindarkan.Disisi lain ketergantungan manusia sendiri terhadap sumber daya tanah terus meningkat.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan kemerosotan kualitas sumberdaya tanah, salah satunya dan yang paling berbahaya yaitu erosi.Erosi merupakan suatu proses hilangnya lapisan tanah, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Foth, 1995).Erosi sendiri merupakan fungsi dari erosivitas dan
aerodibilitas, dimana pada dasarnya proseserosi adalah akibat interaksi kerja
antara faktor-faktor iklim, topografi, vegetasi danmanusia terhadap tanah (Wischmeier dan Smith, 1978).
Adanya erosi pada suatu lahan dapat menyebabkan tejadinya degradasi lahan maupun tanah sehingga bahan organik dan unsur hara yang ada pada lapisan permukaan tanah dapat hilang sehingga dapat menyebabkan terjadinya kemerosotan kesuburan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga hasil produksi menurun (Arsyad, 1989).
Padaerosi, terjadi peristiwa selektivitas erosi yaitu fraksi halus dan bahan
lebih kasar, sehingga mengakibatkan kandungan liatsedimen lebih tinggi dari
kandungan liat tanah semula, dan tanah yang mengalami erosi teksturnya akan
menjadi lebih kasar (Arsyad, 1989).
Nisbah antara kandungan unsur hara dan bahan organik dalam sedimen
yang terbawa erosi terhadap kandungan unsur hara dan bahan organik dalam
tanahyang tertinggal disebut nisbah pengayaan sedimen. Nisbah pengayaan
sedimen sendiri berfungsi sebagai pemberi petunjuk tentang tingkat atau
kecepatan pemiskinan tanah yang mana merupakan petunjuk apakah kehilangan
unsur hara merupakan faktor utama yang menyebabkan penurunan produktivitas
tanah (Arsyad, 1989).
Erosi dan sedimentasi merupakan penyebab utama dalam terjadinya penurunan produktivitas tanah. Produktivitas tanah yang menurun akan menyebabkan tanaman yang tumbuh diatasnya tidak mendapatkan unsur hara secara optimal, ini menjadi salah satu faktor yang dapat menurunkanhasil produksi tanaman seperti pada lahan perkebunan karet rakyat usia 15 tahun di Desa Lau Damak, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat.
Desa Lau Damak terletak pada koordinat 3o20’ LU – 3o36’ LU dan 98o36’ BT – 98o59 BTdengan luas daerah 11.190 ha. Luas tanam perkebunan rakyat di Desa iniberjumlah sekitar 9.000 ha, dimana tanaman karet masih menjadi tanaman yang dominan dijumpai.Sebagian besar perkebunan karet yang dimiliki warga berada diatas lahan yang memiliki topografi kemiringan sebesar75%sehingga rentan terhadap terjadinya erosi.
Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat.Adapun metode perhitungan erosi tanah yang digunakan yaitu metode kualitatif.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji jumlah unsur hara yang hilang yang disebabkan oleh erosi pada areal tanaman karet rakyat berumur 15 tahun di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Kegunaan Penelitian
- Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumateta Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Erosi
Erosi merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan atau kekuatan air dan angin, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat tindakan/perbuatan manusia (Kartasapoetra dkk, 1995). Secara umum erosi merupakan fungsi dari iklim, topografi, vegetasi, tanah dan aktivitas manusia.(Tim Peneliti BP2TPDAS IBB, 2002).
Menurut Arsyad. (1989), erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan pada suatu tempat lain. Pengangkutan atau pemindahan tanah tersebut terjadi oleh media alami yaitu antara lain air atau angin. Erosi oleh angin disebabkan oleh kekuatan angin, sedangkan erosi oleh air ditimbulkan oleh kekuatan air.
Erosi merupakan suatu proses atau peristiwa yang menyebabkan terlepasnya partikel-partikel tanah sebagai akibat dari tenaga air, angin, ataupun salju dan mengalir menuju daerah yang lebih rendah. Erosi mengakibatkan merosotnya produktivitas tanah, menurunnya daya dukung tanah untuk memproduksi hasil pertanian dan terganggunya nilai keseimbangan lingkungan hidup (Jumin, 2002).
Proses Terjadinya Erosi
daripada daya tahan tanah. Hasil hancuran tanah ini (terutama yang halus)akan menyumbat pori-pori tanah sehingga menurunkan kapasitas infiltrasi tanah dan mengakibatkan air mengalir dipermukaan yang disebut seabgai limpasan. Limpasan permukaan mempunyai energi untuk mengikis dan mengangkut partikel-partikel tanah yang dilewatinya. Selanjutnya jika tenaga limpasan permukaan sudah tidak mampu lagi mengangkut bahan bahan hancuran tersebut, maka bahan-bahan ini akan diendapkan. Tahapan ini disebut sebagai deposisi (Rahim, 2000). Dengan demikian ada tiga proses yang bekerja secara berurutan dalam proses terjadinya erosi yaitu diawali dengan penghancuran agregat-agregat tanah, pengangkutan, dan diakhiri dengan pengendapan (deposisi) (Utomo, 1989).
Erosi tanah dapat terjadi sebagai akibat dari faktor radiasi, angin atau air, dan seringkali karena kombinasi ketiganya.Tanah sangat peka terhadap faktor radiasi, khususnya di daerah yang beriklim kering. Ketika suhu tanah terlalu tinggi atau tanah terlalu kering, misalnya pada saat setelah terjadinya penggundulan vegetasi makakehidupan tanah menjadi terancam, pertumbuhan dan berfungsinya akar tanaman menjadi tidak optimal, dan humus pada lapisan atas tanah akanterurai (Reijntjes dkk, 1999).
bongkah-bongkah tanah menjadi hancur dan mudah terbawa aliran permukaan(Rachmandkk,1990).
Pada saat musim penghujan, permukaan tanah yang liat akan tertutup dikarenakan terpaan air hujan, sedangkan tanah pasir akan kehilangan ikatannya. Keadaan seperti ini akan mengakibatkan meningkatnya erosi oleh air dan angin (Reijntjes dkk, 1999).
Di daerah-daerah tropis yang lembab seperti di Indonesia maka air merupakan penyebab utama terjadinya erosi, sedangkan untuk daerah-daerah panas yang kering maka angin merupakan faktor penyebab utamanya. Erosi tanah yang disebabkan oleh air meliputi 3 tahap (Suripin, 2002), yaitu:
a. Tahap pelepasan partikel tunggal dari massa tanah.
b. Tahap pengangkutan oleh media yang erosif seperti aliran air dan angin.
c.Tahap pengendapan, pada kondisi dimana energi yang tersedia tidak cukup lagi untuk mengangkut partikel.
Terjadinya erosi tanah sangat tergantung pada sifat-sifat hujan, kemiringan lereng jaringan aliran air, vegetasi serta kemampuan tanah untuk menahan penyebaran (dispersi) air dan selanjutnya menghisapnya dan menginfiltrasikan ke lapisan-lapisan tanah bagian dalam (Kartasapoetra dkk, 1995).
Faktor - faktor yang Mempengaruhi Erosi
1. Faktor Iklim
hujan yang intensif dan berlangsung dalam waktu pendek, erosi yang terjadi biasanya lebih besar dari pada hujan dengan intensitas lebih kecil dengan waktu berlangsungnya hujan lebih lama.Pengaruh iklim tidak langsung ditentukan melalui pengaruhnya terhadap pertumbuhan vegetasi.Dengan kondisi iklim yang sesuai, vegetasi dapat tumbuh secara optimal.Sebaliknya, pada daerah dengan perubahan iklim besar, misalnya di daerah kering, pertumbuhan vegetasi terhambat oleh tidak memadainya intensitas hujan.Tetapi, sekali hujan turun, intensitas hujan tersebut umumnya sangat tinggi (Asdak, 2002).
Adapun besarnya curah hujan serta intensitas dan distribusi butir hujan menentukan kekuatan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan, dan erosi. Air yang jatuh menimpa tanah-tanah terbuka akanmenyebabkan tanah terdispersi, selanjutnya sebagian dari air hujan yang jatuh tersebut akan mengalir di atas permukaan tanah. Banyaknya air yang mengalir di atas permukaan tanah tergantung pada kemampuan tanah untuk menyerap air (kapasitas infiltrasi)(Arsyad, 1989). Curah hujan yang jatuh secaralangsung atau tidak langsung dapatmengikis permukaan tanah secaraperlahan dengan pertambahan waktudan akumulasi intensitas hujan tersebutakan mendatangkan erosi(Kiranoto dan Yulistyanto, 2000).
agregat-agregat tanah. Besarnya energi kinetik hujan tergantung pada jumlah hujan, intensitas dan kecepatan jatuhnya hujan.Kecepatan jatuhnya butir-butir hujan itu sendiri ditentukan ukuran butir-butir hujan dan angin (Utomo, 1989).
Intensitas, besaran dan distribusi curah hujan dapat membantu menentukan kekuatan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran limpasan serta kerugian yang diakibatkan oleh erosi.Jumlah curah hujan rata-rata yang tinggi tidak menyebabkan erosi jika intensitasnya rendah, demikian pula intensitas hujan yang tinggi tidak akan menyebabkan erosi bila terjadi dalam waktu yang singkat karena tidak tersedianya air dalam jumlah besar untuk menghanyutkan tanah. Sebaliknya jika kapasitas dan intensitasnya tinggi akandapat mengakibatkan erosi yang serius (Baver, 1956).
Distribusi curah hujan sangat penting dalam hal limpasan dan masalah erosi.Distribusi dalam hal jumlah air yang terdapat di dalam tanah serta jenis dan jumlah tutupan vegetasi yang sangat signifikan. Intensitashujan yang jatuh di tanah yang basah akan memiliki limpasan dan pola erosi yang berbeda dari jenis intensitas hujan yang sama yang jatuh di tanah yang kering (Baver, 1956).
2. Faktor Tanah
Menurut Arsyad (2010), beberapa sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman, sifat lapisan tanah, dan tingkat kesuburan tanah, sedangkan kepekaan tanah terhadap erosi yang menunjukkan mudah atau tidaknya tanah mengalami erosi ditentukan oleh berbagai sifat fisika tanah.
tanah.Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda -beda.Kepekaan erosi tanah atau mudah tidaknya tanah tererosi adalah fungsi berbagai interaksi sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Sifat-sifat fisik dan kimia tanah yang mempengaruhi erosi adalah (1) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi infiltrasi, permeabilitas, dan kapasitas menahan air, dan (2) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur, terhadap dispersi, dan penghancuran agregat tanah oleh tumpukan butir-butir hujan dan aliran permukaan (Arsyad, 2010).
Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi berupa kemunduran sifat-sifat kimia dan fisika tanah seperti kehilangan unsur hara danbahan organik, dan meningkatnya kepadatan serta ketahanan penetrasi tanah,menurunnya kapasitas infiltrasi tanah serta kemampuan tanah menahan air. Akibat dari peristiwa ini adalah menurunnya produktivitas tanah, dan berkurangnya pengisian air dalam tanah (Asdak, 2002).
3. Faktor Topografi
Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk di dalamnya adalah perbedaan kemiringan lereng, panjang lereng, bentuk lereng, dan posisi lereng (Hardjowigeno,1993). Topografi ikutberperan dalam menentukan kecepatan dan volume limpasan permukaan. Dua unsur topografi yang berpengaruh adalah panjang lereng dan kemiringan lereng (Arsyad, 1989).
permukaan, makin curamnya lereng juga memperbesar energi angkut air.Dengan makin curamnya lereng, jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke atas oleh tumbukan butir hujan semakin banyak. Jika lereng permukaan dua kali lebih curam, banyaknya erosi 2 sampai 2,5 kali lebih besar (Sinukaban, 1986).
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor yang menentukan karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai.Kedua faktor tersebut penting untuk terjadinya erosi karena faktor-faktor tersebut menentukan besarnya kecepatan dan volume air larian.Kecepatan air larian yang besar umumnya ditentukan oleh kemiringan lereng yang tidak terputus dan panjang serta terkonsentrasi pada saluran-saluran sempit yang mempunyai potensi besar untuk terjadinya erosi alur dan erosi parit.Kedudukan lereng juga menentukan besarkecilnya erosi.Lereng bagian bawah lebih mudah tererosi dari pada lereng bagian atas karena momentum air larian lebih besar dan kecepatan air larian lebih terkonsentrasi ketika mencapai lereng bagian bawah.Daerah tropis dengan topografi bergelombang dan curah hujan tinggi sangat potensial untuk terjadinya erosi dan tanah longsor (Asdak, 2002).
Supangat, dkk (2003) menyatakan dari beberapa faktor yang mempengharuhi erosi, kelerengan merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi erosi dan walaupun faktor lainnya secara bersama-sama mempengaruhi terjadinya erosi, namun tidak begitu kuat secara sendiri-sendiri. Kelerengan dalam hal ini terdiri dari panjang lereng dan kemiringan lereng.
miring, erosi menjadi hal yang serius.Derajat dan panjang lereng merupakan dua hal penting dalam topografi yang berkaitan dengan aliran permukaan dan erosi.Keseragaman lereng adalah hal yang penting dalam menentukan mudah atau sulitnya menentukan praktek pengendalian erosi yang cocok (Baver, 1956). 4. Faktor Vegetasi
Vegetasi mempengaruhi erosi karena vegetasi melindungi tanah terhadap kerusakan tanah oleh butir-butir hujan. Pada dasarnya tanaman mampu mempengaruhi erosi karena adanya:
1. Intersepsi air hujan oleh tajuk dan adsorpsi melalui energi air hujan, sehingga memperkecil erosi. Daun tanaman contohnya daun jagung adalah daun sempurna.Karena bentuknya yang memanjang.Setiap stomata dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas.Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
2. Pengaruh terhadap struktur tanah melalui penyebaran akar-akarnya.
3. Pengaruh terhadap limpasan permukaan yang dihalangi oleh jenis vegetasi yang tumbuh kokoh dan kuat. Jarak tanam tertentu dapat mengakibatkan laju airlimpasan tertahan.
4. Peningkatan aktivitas biologi dalam tanah dengan adanya hewan-hewan mikro di dalam tanah membantu menambah kadar bahan organik dalam tanah yang mampu membentuk pori-pori tanah untuk peresapan air hujan yang turun. 5. Peningkatan kecepatan kehilangan air karena transpirasi. Pengaruh vegetasi
Peninjauan terhadap pengaruh vegetasi terhadap mudah tidaknya tanah tererosi, harus dilihat apakah vegetasi penutup tanah tersebut mempunyai struktur tajuk yang berlapis sehingga dapat menurunkan kecepatan terminal air hujan dan memperkecil diameter tetesan air hujan (Soewardjo, 1981).
Intersepsi hujan oleh vegetasi mempengaruhi erosi melalui dua cara yaitu: 1). Mempengaruhi jumlah air yang sampai ke tanah sehingga dapat mengurangi aliran permukaan dan 2). Mempengaruhi kekuatan perusak butir-butir hujan yang menimpa tanah (Arsyad, 1989).
Adanya vegetasi penutup tanamanyang baik, seperti rumput yang tebal dan hutan yang lebat dapat menghilangkanpengaruh topografi terhadap erosi.Tanaman yang menutup permukaan tanah secara rapat tidak saja memperlambat limpasan, tetapi juga menghambat pengangkutan partikel tanah (Arsyad, 1989).
5. Faktor Manusia
dengan iklim, jumlah dan macam tumbuhan, penutup tanah, tingkat erodibilitas di daerah kajian, dan keadaan kemiringan lereng (Asdak, 2002).
Menurut Kohnke dan Bertrand (1995) erosi yang disebabkan oleh tindakan manusia disebut dengan erosi dipercepat.Jenis erosi ini yang dapat merusak keseimbangan antara proses pembentukan dan pengikisan tanah. Tindakan-tindakan manusia yang dapat menyebabkan terjadinya erosi dipercepat antara lain: 1. Pengolahan tanah yang berlebihan, sehingga tanah mudah terdispersi,
2. Sistem penanaman yang mengakibatkan tanah terbuka sebelum penutupan dapat dicapai oleh pertumbuhan tajuk,
3. Penyiangan yang berulang-ulang sehingga menyebabkan tanah mudah lepas dan terdispersi oleh pukulan-pukulan air hujan.
Dampak Terjadinya Erosi
Menurut Utomo (1989) erosi menyebabkan rejadinya penurunan produktivitas tanah yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itu antara lain:
1. penurunan kandungan bahan organik, 2. penurunan kandungan dan ketersediannya, 3. adanya kekurangan air.
Erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik
untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk
menyerap dan menahan air. Tanah yang terangkut tersebut akan diendapkan di
tempat lain. Dengan demikian maka kerusakan yang ditimbulkan oleh peristiwa
erosi terjadi di dua tempat yaitu, pada tanah tempat erosi yang terjadi dan pada
Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi berupa
kemunduran sifat-sifat kimia dan fisik tanah, misalnya kehilangan unsur hara dan
bahan organik serta memburuknya sifat-sifat fisik, sifat fisik yang buruk tersebut
tercermin pada menurunnya kapasitasinfiltrasi dan kemampuan tanah menahan
air, meningkatnya kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah dan berkurangnya
pemantapan struktur tanah, yang pada akhirnya menyebabkan memburuknya
pertumbuhan tanaman dan menurunnya produktikitas (Arsyad, 1989).
Hal ini disebabkan oleh karena lapisan atas tanah setebal 15 sampai 30 cm
mempunyai sifat-sifat kimia dan fisik lebih baik dari lapisan lebih
bawah.peristiwa banjir dan kekeringan merupakan fenomena ikutan yang tidak
terpisahkan dari peristiwa erosi (Arsyad, 1989).
Erosi mempunyai dampak yang sangat luas.Kerusakan dan kerugian tidak
hanya dialami didaerah dimana erosi itu terjadi (daerah hulu), tetapi juga oleh
daerah yang dilewati aliran endapan (daerah tengah), dan dibagian hilir.Secara
spesifik kerugian akibat erosi didaerah hulu antara lain mengakibatkan
menurunnya kualitas lahan pertanian, perkebunan, dan ladang penggembalaan.
Keadaan ini menyebabkan berkurangnya produktivitas lahan-lahan tersebut yang
berarti juga akan terjadi peningkatan biaya untuk mengembalikan tingkat
kesuburan tanah, yang mana apabila tidak segera dipulihkan maka dampaknya
dapat meluas seperti terjadinya banjir dan kekeringan (Rahim, 2000).
besar zat/nutrisi telah terkikis. Sedangkan pada tempat di mana tanah hasil pengikisan berhentidan mengendap sebagai sedimen, menimbulkan beberapa akibat yang salah satunya adalah terganggunya saluran-saluran air dan jika terjadi di sungaisungai ataupun di waduk-waduk maka hal itu akan mengganggu
penyediaan air bersih yang bersumber dari air permukaan (Hardjowigeno dan Rukmana, 1995).
Erosi tanah dapat menyebabkan tanah yang tadinya sangat subur berubah menjadi tidak subur dikarenakan mineral-mineral yang dikandung tanah tersebut telah tererosi, dimana unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman telah hilang. Hal ini juga berarti bahwa, aliran permukaan dan limpasan permukaan pada bidang permukaan tanah sebagai bentuk dari erosi permukaan sangat berpengaruh terhadap salah satu bentuk hilangnya kandungan unsur hara pada tanah, oleh karena aliran permukaan dan limpasan permukaan sangat berperan terhadap proses timbulnya erosi permukaan (Noor, 2006).
Metode Perhitungan Erosi Tanah
Beberapa peneliti telah mendapatkan beberapa metode untuk menghitung besarnya nilai erosi tanah, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif (berdasarkan sidfat fisik tanah seperti tekstur, permeabilitas, stabilitas agregat serta kandungan bahan organic yang terdapat di dalam tanah) (Banuwa, 2013). 1. Metode Kualitatif
Pengukuran erosi secara kualitatif untuk mengetahui ada atau tidak adanya tanah yang hilang terbawa erosi. Salah satu erosi kualitatif yaitu selektivitas erosi. Menurut Arsyad (2010) menyatakan dimana terjadi pengankutan fraksi liat dahulu daripada fraksi pasir sehingga di kandungan sedimen fraksi liat lebih banyak. Metode perhitungan secara kualitatif bergantung kepada 5 parameter yaitu: arah lereng (aspek), kemiringan lereng (slope gradient), kerapatan sungai (drainage density), jenis tanah (soil type) dan penutupan atau penggunaan lahan (landcover/landuse)(Harjadi, B. 2010).
2. Metode kuantitatif
Dalam penggunaan metode kuantitatif diperlukan peta variasi dari beberapa faktor tanaman, tanah dan iklim. Beberapa parameter tanaman yang dikumpulkan dari lapangan atau dengan menggunakan tabel antara lain: nilai faktor pengelolaan tanaman (C), persentase konstribusi hujan permanen dalam bentuk intersepsi dan aliran batang (A),evapotranspirasi aktual dan potensial (ETEo) (Harjadi, B. 2010).
dikumpulkan dari lapangan atau dengan menggunakan tabel antara lain: kelembaban tanah (MS), bobot jenis tanah (BD), indeks erodibilitas (K) (Harjadi, B. 2010).
Selektivitas Erosi
Erosi akan bersifat selektif pada partikel-partikel halus apabila erosi yang terjadi kecil, dan tidak bersifat selektif apabila erosi yang terjadi besar. Selektivitas erosi terjadi akibat adanya keterbatasan energi pada aliran permukaan.Adapun jarak tempuh partikel tanah yang tererosi tergantung pada ukuran berat, bentuk dan kecepatan alirannya.Sifat selektif pada kejadian erosi sangat berperan dalam menurunkan kualitas lahan (Banuwa, 2013).
Dalam peristiwa erosi, terjadi peristiwa selektivitas antara fraksi halus
tanah yang akan terangkut lebih dahulu dan lebih banyak dari fraksi kasar,
sehingga kandungan liat sedimen lebih tinggi dari kandungan liat tanah semula.
Proses iniberhubungan dengan daya angkut aliran permukaan terhadap butir-butir
tanah yang berbeda dengan beratjenisnya. Kejadian ini disebut selektivitas erosi,
dan tanah yang telah mengalami erosi teksturnya akan menjadi lebih kasar
(Arsyad, 1989).
Hasil penelitian Henny dkk (2011) bahwa tingginya kandungan liat yang ada di dalam sedimen pada pertanaman kentang dengan beberapa sistem guludan menunjukkan bahwa erosi lebih selektif pada partikel yang lebih halus (liat) yang diikuti oleh tingginya konsentrasi C-organik dan unsur hara (N,P,K). Hal ini disebabkan karena bahan organik dan unsur hara umumnya terjerap pada partikel halus seperti liat dan koloid.
Sedimentasi
Foster dan Meyer (1977) berpendapat bahwa erosi sebagai penyebab timbulnya sedimentasi yang disebabkan oleh air terutama meliputi proses pelepasan (detachment), penghanyutan (transportation), dan pengendapan
(depotition) daripartikel-partikel tanah yang terjadi akibat tumbukan air hujan dan
aliran air.
Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi yang terbawa oleh suatu aliran
akan diendapkan padapengendapan,adalah proses yang bertanggung jawab atas
terbentuknya dataran-dataran aluvial yang luas di dunia inimerupakan pendukung
perkembangan pertanian. Akan tetapi bagaimanapun juga, sedimen yang
dihasilkan oleh tererosinya secara hebat tanah-tanah yang salah kelola lebih
banyak menimbulkan malapetaka ekosistem atau pemukiman yang menjadi
tempat sedimen terendapkan (Arsyad, 1989).
Proses pengangkutan sedimen(sediment transport) dapat diuraikan meliputi tiga proses sebagai berikut:
menggerakkan partikel-partikel tanahtersebutdan akanterangkutbersama-samalimpasanpermukaan(overland flow).
2.Limpasan permukaan (overland flow) juga mengangkat bahan sedimen yang terdapatdi permukaan tanah, selanjutnya dihanyutkan masuk kedalam
alur-alur(rills), danseterusnya masuk kedalam selokan dan akhirnya ke sungai.
3.Pengendapan sedimen, terjadi pada saat kecepatan aliran yang dapat mengangkat (pick up velocity) dan mengangkut bahan sedimen mencapai kecepatan pengendapan(settling velocity) yang dipengaruhi oleh besarnya partikel-partikel sedimen dankecepatan aliran. Konsentrasi sedimen yang terkandung pada pengangkutan sedimen adalah darihasil erosi total(gross
erosion) merupakan jumlah dari erosi permukaan (interillerosion) dengan erosi
alur (rill erosion) (Foster, dkk. 1977).
KARAKTERISTIK TANAH DI LAHAN MIRING
Kemiringan lahan atau land slope merupakan faktor yang sangat perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan karena lahan yang mamiliki kemiringan dapat lebih mudah terganggu atau rusak.Besarnya derajat kemiringan lahan dapat dikatakan sebanding dengan pertambahan tingkat bahaya erosi (Kartasapoetra, dkk. 1995).
Pada tanah yang mempunyai kemiringan, erosi berlangsung terhadap lapisan tanah permukaan/atas yang berakibat terkikis dan terhanyutkannya bagian bagian tanah ini akan terhanyutkan pula sejumlah besar zat hara yang merupakan makanan bagi tanaman. Tanah tanah yang telah terkikis tersebut selanjutnya terangkut oleh aliran air permukaan pada dataran dataran tertentu dan akan diendapkan pada kaki kaki bukit. (Kartasapoetra, 1989).
Menurut Kartasapoetra (1989) kemiringan lereng atau slope pengaruhnya terutama dapat berlangsung terhadap:
1. perbandingan infiltrasi dan aliran air permukaan. Pada tanah dengan keadaan yang tidak terlalu miring, (lerengnya tidak begitu curam) maka lajunya air dipermukaan akan berkurang (tidak terlalu cepat) terutama jika kondisi tanahnya bergelombang, maka kesempatan air dipermukaan untuk berinfiltrasi lebih besar sehingga runoff tidak terlalu membahayakan karena dayakikis dan daya angkutnya berkurang.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Oktober 2014 dengan 2 tahap kegiatan, yaitu kegiatan lapangan dan kegiatan laboratorium. Tahapan kegiatan lapangan dilakukandi Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat dengan menghasilkan sampel tanah yang selanjutnya dianalisis di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, Medan.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning
System) sebagai alat untuk menentukan koordinat wilayah, bor tanah sebagai alat
untuk mengambil sampel tanah terganggu, ring sampel tanah sebagai alat untuk mengambil sampel tanah tidak terganggu, kantong plastik dan karet gelang sebagai alat wadah sampel tanah, pisau untuk membantu pengambilan contoh tanah., alat tulis, dan kertas label untuk memberi nama sampel.
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini diantaranya adalah contoh tanah lahan budidaya tanaman Karetusia 15 tahun.
Metode Penelitian
tanahnya berbedaberdasarkan perubahan ketinggian tempat. Dengan pengambilan contoh terstrataberdasarkan ketinggian tempat, maka hasil analisis tanah yang diperolehdiharapkan dapat mencerminkan nilai yang sebenarnya.Titik sampling dalam strata harus dipilih secara sistematis (Mason, 1992).
Pengamatan di Lapangan
Kegiatan lapangan dilakukan dengan pengambilan sampel tanah.Sampel tanah diambil dari 3 (tiga) bagian lereng yang berbeda yaitu pada bagian puncak atau atas lereng, pada bagian tengah lereng, dan pada bagian bawah lereng.Kemudian tanah dikering udarakan dan diayak dengan ayakan tanah ukuran 10 mesh.
Untuk pengamatan sifat fisik dan kimia tanah maka diperlukan dua macam contoh tanah, 1) contoh tanah tak terganggu, diambil dengan menggunakan ring sample, 2) contoh tanah terganggu, diambil dengan menggunakan bor tanah. Analisis Laboratorium
Sampel tanah yang di dapatkan dilapangan selanjutnya dianalisis dilaboratorium untuk mendapatkan data pengamatan.
Parameter Pengamatan
- C-organik (%), dengan metode Walkley & Black. - N-total (%) dengan metode Kjeldhal
- P-tersedia (ppm) dengan metode Bray II
- Kapasitas Tukar Kation, dengan menggunakan metode ekstraksi NH4oAc 1 N pH 7.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1.Nilai pH tanah pada ketiga bagian lereng beserta rataannya.
Bagian lereng Ulangan Rataan
1 2 3 yang terendah yaitu pada bagian tengah lereng dengan nilai rataan sebesar 4,33. Fraksi Liat
Dari hasil analisis (Lampiran 2) menunjukkan bahwa nilai rataan fraksi liat yang tertinggi berada pada bagian tengah lereng dan yang terendah berada pada bagian bawah lereng.Hasil pengamatan fraksi liat pada ketiga bagian lereng (atas, tengah dan bawah) setelah dirata-ratakan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.Nilai fraksi liat pada masing-masing bagian lereng.
Bagian Lereng Ulangan Rataan
1 2 3
Berdasarkan Tabel 2, nilai rataan tertinggi fraksi liat berada pada bagian tengah lereng dengan nilai rataan sebesar 38,66%. Dan nilai rataan terendah berada pada bagian bawah lereng dengan nilai rataan sebesar 17,33%.
Grafik distribusi nilai fraksi liat dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik distribusi nilai fraksi liat pada kemiringan lereng 45o KTK
Dari hasil analisis (Lampiran 1) menunjukkan bahwa nilai rataan KTK yang tertinggi berada pada bagian tengah lereng dan yang terendah berada pada bagian bawah lereng.Hasil pengamatan rata-rata nilai KTK pada ketiga bagian lereng (atas, tengah dan bawah) dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.Nilai KTK pada masing-masing bagian lereng. Bagian tengah lereng dengan nilai rataan sebesar 19,283 me/100g dan yang terendah yaitu pada bagian bawah lereng dengan nilai rataan sebesar 17,370 me/100g.
Grafik distribusi nilai KTK dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik distribusi nilai KTK pada kemiringan lereng 45o C – Organik
Dari hasil analisis (Lampiran 1) menunjukkan bahwa nilai rataan kadar C-organik dilahan tersebut yang tertinggi yaitu pada bagian atas lereng, dan yang terendah berada pada bagian tengah lereng. Hasil pengamatan jumlah persentase rata-rata kadar C-organik pada ketiga bagian lereng (atas, tengah dan bawah) dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.Kadar C-organik pada masing-masing bagian lereng.
Bagian Lereng Ulangan Rataan
1 2 3
Atas 2,31% 1,49% 2,07% 1,956% Tengah 0,66% 1,49% 1,03% 1,060% Bawah 0,98% 0,79% 1,28% 1,016%
Grafik distribusi kadar C-organik dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik distribusi kadar C-organik pada kemiringan lereng 45o N-Total
Dari hasil analisis (Lampiran 1) menunjukkan bahwa nilai rataan kadar N-total dilahan tersebut yang tertinggi yaitu pada bagian atas lereng dan yang terendah pada bagian bawah lereng. Hasil pengamatan jumlah persentase rata-rata kadar N-total pada ketiga bagian lereng (atas, tengah dan bawah) dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5.Kadar N-total pada masing-masing bagian lereng.
Berdasarkan Tabel 5 tampak bahwa persentase kadar N-total yang tertinggi berada dibagian atas lereng dengan nilai rataan sebesar 0,140% dan yang terendah berada dibagian bawah lereng dengan nilai rataan sebesar 0,083%.
0
Bagian Lereng Ulangan Rataan
1 2 3
Grafik distribusi kadar N-total dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik distribusi kadar N-total pada kemiringan lereng 45o P-Tersedia
Dari hasil analisis (Lampiran 1) menunjukkan bahwa nilai rata-ratakadarP-tersedia pada lahan tersebut yang tertinggi berada pada bagian bawah lereng. Sedangkan yang terendah berada pada bagian tengah lereng. Hasil pengamatan rata-rata kadar P-tersedia pada ketiga bagian lereng (atas tengah dan bawah) dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6.Kadar P-tersedia pada masing-masing bagianlereng.
Berdasarkan Tabel 6 tampak bahwa persentase kadarP-tersedia tertinggi berada pada bagian bawah lereng dengan nilai rataan sebesar 7,903 ppm dan yang terendah berada di bagian tengah lereng dengan nilai rataan sebesar 2,640 ppm.
0
Bagian Lereng Ulangan Rataan
1 2 3
Grafik distribusi kadar P-tersedia dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik distribusi kadar P-tersedia pada kemiringan lereng 45o K-dd
Dari hasil analisis (Lampiran 1) menunjukkan bahwa nilai rataan K-dd yang tertinggi berada pada bagian bawah lereng dan yang terendah berada pada bagian tengah lereng. Hasil pengamatan rata-rata kadar K-dd pada ketiga bagian lereng (atas, tengah dan bawah) dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7.Nilai K-dd pada masing-masing bagian lereng.
Bagian Lereng Ulangan Rataan
1 2 3
Atas 0,39 me/100g 0,34 me/100g 0,31 me/100g 0,346 me/100g Tengah 0,27 me/100g 0,27 me/100g 0,24 me/100g 0,260 me/100g Bawah 0,41 me/100g 0,33 me/100g 0,26 me/100g 0,366 me/100g Berdasarkan Tabel 7 persentase nilai K-dd tertinggi berada pada bagian bawah lereng dengan nilai rataan sebesar 0,366 me/100g dan yang terendah berada pada bagian tengah lereng dengan nilai rataan sebesar 0,260 me/100g.
Grafik distribusi nilaiK-dd dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Grafik distribusi nilai K-dd pada kemiringan lereng 45o Bulk Density
Hasil pengamatan nilai bulk density tanah pada ketiga bagian lereng (atas, tengah dan bawah) setelah dirata-ratakan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8.Nilai Bulk Density tanah pada ketiga bagian lereng.
Bagian lereng Ulangan Rataan
1 2 3
Atas 1,258 g/cm3 1,258 g/cm3 1,256 g/cm3 1,257 g/cm3 Tengah 1,258 g/cm3 1,267 g/cm3 1,261 g/cm3 1,262 g/cm3 Bawah 1,267 g/cm3 1,256 g/cm3 1,263 g/cm3 1,262 g/cm3
Pembahasan
dikarenakan lebih selektifnya erosi, diikuti oleh tingginya konsentrasi C-organik dan unsur hara (N, P, K) di dalam sedimen. Implikasi dari selektivitas erosi sendiri adalah bahwa tanah yang mengalami erosi akan menjadi miskin kandungan unsur hara dan bahan organiknya, yang mengakibatkan produksi suatu lahan akan rendah (Banuwa, 2013).
Pada lahan berkemiringan lereng yang cukup curam seperti pada areal lahan penelitian, memungkinkan untuk terjadinya limpasan permukaan dengan kecepatan ntinggi, sehingga peluang terjadinya selektivitas erosi menjadi rendah. Dariah dkk (2003) menyatajan bahwa limpasan permukaan pada lahan berlereng curam umumnya terjadi dengan kecepatan tinggi. Peluang terjadinya selektivitas erosi juga menjadi rendah bila limpasan permukaan terjadi dengan kecepatan tinggi. Hal ini diakibatkan oleh energi limpasan permukaan yang menjadi besar.
Pada parameter pH diketahui nilai rataan pH tertinggi terdapat pada lereng bawah yaitu 5,26 sedangkan terendah di lereng tengah yaitu 4,33. Pada hasil analisis tejadi peningkatan pH di lereng bagian bawah. Hal ini dikarenakan erosi mengangkut partikel-partikel tanah dari lereng bagian tengah ke lereng bagian bawah yang terdapat kation-kation basa seperti Ca, dan Mg sehingga menyebabkan peningkatan pH di lereng bagian bawah.
gaya biotik terutama yang ada hubungannya dengan dekomposisi bahan organik tanah dan sintesa humus. Dalam hubungan ini efek menstimulasi kapur terhadap tumbuh-tumbuhan berakar dalam, tidak dapat diabaikan.
fraksi liat yang tersaji pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tidak terjadi selektivitas erosi di lahan budidaya karet tersebut disebabkan nilai fraksi liat yang lebih tinggi pada bagian atas lereng dibandingkan dengan bagian bawah lereng. Hal ini disebabkan jika terjadi peristiwa erosi, maka fraksi halus tanah (liat)akan terangkut lebih dahulu dan lebih banyak dari fraksi kasar, sehingga kandungan liat
pada bagian bawah lereng akan lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan liat
tanah yang ada di atasnya. Dariah dkk (2003) menyatakanbahwa apabila
selektivitas erosi terjadi, maka liat yang banyak mengikat unsur hara akan lebih
banyak terangkut dan Arsyad (1989) bahwasannya dalam peristiwa erosi, fraksi
halus tanah akan terangkut lebih dahulu dan lebih banyak dari fraksi kasar,
sehingga kandungan liat sedimen lebih tinggi dari kandungan liat tanah semula.
Proses ini berhubungan dengan daya angkut aliran permukaan terhadap butir-butir
tanah yang berbeda dengan berat jenisnya.
Semua contoh sampel tanah tergolong bertekstur sedang sampai kasar.Hal itu menunjukkan bahwa di daerah penelitian tersebut tidak terjadi selektivitas erosi karena banyak ditemukan adanya agregat dan tanah-tanah bertekstur pasir. Hal ini didukung oleh banyaknya kandungan liat dan bahan organik yang mampu berperan sebagai bahan perekat pada tanah.
dimana air hujan yang jatuh tidak langsung mengenai permukaan tanah akan tetapi tertahan lebih awal pada bagian atas pohon karet, sampai jatuh kepermukaan juga masih tertahan oleh serasah. Dalam disertasi Arsyad (2010) mengemukakan bahwa lapisan tajuk dapat menahan dan mematahkan daya rusak setiap tetesan air hujan yang mengenai bagian-bagian pohon sehingga setiap butir air hujan akan berinteraksi dengan permukaan tanah pada kondisi daya rusak yang lebih kecil.
Dari hasil analisis unsur P yang tersaji pada tabel 6 memperlihatkan bahwa pada bagian bawah lereng mengalami pertambahan unsure hara P. Hal ini menunjukkan terjadinya erosi yang dipercepat. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya erosi yang terjadi sehingga mengangkut unsur P dari lereng tengah ke lereng bawah. Dalam penelitian nurmi (2012) menyatakan unsur P yang terangkut diduga karena banyaknya ion fosfat yang terbawa oleh erosi, mengingat anion fosfat terikat kuat oleh matriks tanah.
Dari hasil analisis Bulk Density yang tersaji pada Tabel 8,nilai bulk density tanah sebesar 1,26 g/cm3 memperlihatkan bahwa tanah tergolong bertekstur liat (Hanafiah, 2005) sehingga tingkat kepadatan tanah tidak terlalu tinggi namun juga tidak terlalu rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno (1993) yang menyatakan bahwa semakin padat suatu tanah, maka nilai Bulk density tanah tersebut juga akan semakin tinggi. Artinya tanah tersebut akan semakin sulit untuk meneruskan air atau ditembus oleh akar tanaman. Pada umumnya nilai Bulk density berkisar pada nilai 1,1-1,6g/cc.
selektivitas erosi, namun terjadi erosi yang dipercepat sehingga diperlukan upaya konservasi pada areal lahan tersebut. Banuwa (2013) menyatakan bahwa pada prinsipnya upaya untuk mencegah dan memperkecil erosi yang terjadi adalah dengan menutup permukaan tanah serapat mungkin, baik oleh tajuk tanaman secara bertingkat maupun serasah yang ada di lantai lahan dan memperbanyak air yang masuk kedalam tanah, dengan demikian aliran permukaan yang terjadi kecil dan dengan kekuatan yang tidak merusak.
Pada kondisi lahan yang miring diperlukan adanya tindakan konservasi tanah untuk memperkecil banyaknya tanah yang hilang pada lapisan atas (top soil) akibat terbawa oleh aliran permukaan. Hasil penelitian Erfandi dan Umi (2011) menyatakan teknik konservasi tanah dapat menurunkan erosi dan aliran permukaan sehingga lapisan atas tanah (top soil) yang banyak mengandung bahan organik tidak banyak yang hilang sehingga agregasi tanah dapat lebih terjaga dan Sugiono (2007) bahwa perlakuan teknik konservasi seperti pemberian bahan organik dan pupuk kandang pada tanah dapat menahan laju aliran permukaan dilahan miring.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pada areal budidaya tanaman karet rakyat usia 15 tahun di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, tidak terjadi selektivitas erosi, namun terjadi erosi yang dipercepat dengan membawa massa tanah serta unsur hara terutama P dan K.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S., 1989, Konservasi Tanah dan Air, IPB Press, Bogor.
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. UPT Produksi Media Informasi Lembaga Sumberdaya, IPB. Bogor Press.
Arsyad, U. 2010. Analisis Erosi Pada Berbagai Tipe Penggunbaan Lahan dan Kemiringan Lereng di Daerah Aliran Sungai Jeneberang Hulu. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, UNHAS. Makassar
Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Baver, L.D. 1959. Soil Physics. John Wiley and Sons, inc: New York
Banuwa, I. S. 2013.Erosi. Kencana Prenada Media Group. Jakarta
Buckman, H. O dan N. C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bhatara Karya Aksara. Jakarta
Dariah, A., Fahmuddin. A., Sitanala. A., Sudarsono dan Maswar. 2003. Erosi dan Aliran Permukaan Pada Lahan Pertanbian Berbasis Tanaman Kopi di Sumberjaya, Lampung Barat. Jurnal Teknologi Pengelolaan DAS Vol. IX no. 2 Tahun 2003 hal 52-60. Bogor
Didjajani, B., W. 2012. Kehilangan Hara Akibat Erosi (Studi Kasus di Tegakan Jati). Agrovigor Vol. 5 No.1 Maret 2012: 58-64
Erfandi, D dan Umi Haryati.2011. Teknik Konservasi Tanah Untuk Pengendalian Erosi dan Kehilangan Hara Serta Efisiensi Energi di Lahan Budidaya Sayuran Dataran Tinggi.Balai Penelitian Tanah Bogor
Foster, G.R., and L.D. Meyer. 1977. Soil erosion and sedimentation by water-An overview. Proc. National Symposium on Soil Erosion and Sedimentation
by Water. ASAE Publication 4-77, Amer. Sot. of Agr. Eng., St. Joseph,
Mich. p. I-13.
Foster, G.R., L.D. Meyer, and C.A. Onstad. 1977. An erosion equation derived
from basic erosion principles. Trans. Amer. Sot. Agr. Eng. 20:678-682
Harjadi, B. 2010.Analisis Sumber Erosi dan Sedimentasi di DTW Kedung Ombo Dengan Citra Satelit dan Sistem Informasi Geografis.Balai Penelitian Kehutanan Solo. Solo
Henny, H., K. Murtilaksono, N. Sinukaban, S.D. Tarigan.2011. Erosi dan Kehilangan Hara Pada Pertanaman Kentang Dengan Beberapa Sistem Guludan Pada Andisol di Hulu DAS Merao, Kabupaten Kerinci, Jambi. Vol. VIII No.2 Juli 2011: 43-52
Hardjowigeno, S dan S. Rukmana. 1995. Menentukan Tingkat Bahaya Erosi.Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimatologi. Bogor.
Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah Edisi Revisi. Akademika Pressindo. Jakarta Jumin, H.B., 2002. Agronomi.PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Kartasapoetra, A.G. 1989. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha Untuk Merehabilitasinya. Bina Aksara. Jakarta
Kartasapoetra, G., A.G. Kartasapoetra, dan M.M. Sutedjo. 1995. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Bina Aksara. Jakarta.
Kiranoto, B.A. dan Yulistiyanto.B.,2000.Diktat Kuliah HidraulikaTransfor Sedimen.PPS-Teknik Sipil.Yogyakarta.
Kohnke, H.,.and A.R. Bertrand. 1995. Soil Conservation. Mc Graw-Hill Book Company, Inc. New York, Toronto, London.
Mason, B.J. 1992. Preparation of soil sampling protocols: Sampling techniques
and strategies.Environmental Research CenterUniversity of Nevada-Las
Vegas. Las Vegas, Nevada.
Noor, Djauhari. 2006. Geologi Lingkungan. Graha Ilmu Jakarata Barat UIEU-University Press. Yogyakarta
Nurhayati, L. 2013. Pengaruh Erosi Terhadap Produktivitas Lahan DAS Walikan Kabupaten Karanganyar dan Wonogiri Tahun 2012. Pendidikan Geografi PIPS, FKIP, UNS. Surakarta
Nurmi, 2012. Nisbah Pengkayaan Sedimen dan Erosi Tanah Pada Tanaman Jagung. Universitas Gorontalo. Gorontalo
Primadani, P. 2008. Pemetaan Kualitas Tanah Pada Beberapa Penggunaan Lahan di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Rachman, A., A. Abdurachman, U. Haryati, S. Sukmana. 1990.Hasil Hijauan Legum, Panen Tanaman Pangan dan Pembentukan Teras Dalam SistemPertanaman Lorong.Risalah Pembahasan Hasil Pertanian Lahan Kering danKonservasi Tanah, Salatiga.
Reijntjes C., B. Haverkort, A. Waters-Bayer. 1999. Pertanian Masa Depan-Pengantar Untuk Pertanian Berkelanjutan Dengan Input Luar Rendah.Kanisius.Yogyakarta.
Scahwab, G.O. 1971. Soil and Water Engineering.John Wiley and Sons, Inc. New York.
Sinukaban, N. 1986.Dasar-Dasar konservasi Tanah dan Perencanaan Pertanian Konservasi. Jurusan Tanah, Institut Pertanian Bogor.
Soewardjo.1981. Peranan Sisa-sisa Tanaman dalam Konservasi Tanah dan Air pada Usahatani Semusim.Thesis FPS-IPB, Bogor.
Sugiono. 2007. Evaluasi Status Hara N,P,K dan C-Organik yang Terangkut Oleh Erosi Akibat Penerapan Berbagai Teknik Mulsa Vertikal di Lahan Miring Pada Pertanaman Jeruk (Citrus sinensis) di Desa Rumah Galuh Kec. Sei Bingai Kab.Langkat.Skripsi. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan
Suripin.2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air.Penerbit Andi. Yogyakarta Tim Peneliti BP2TPDAS IBB. 2002. Pedoman Praktik Konservasi Tanah dan
Air.Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan TeknologiPengelolaan Daerah Aliran Sungai Indonesia Bagian Barat (BP2TPDASIBB). Surakarta
Utomo, W.H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia. CV.Rajawali. Jakarta.
Lampiran 1.Hasil analisis tanah parameter C-organik, N-total, P-tersedia, K-dd