TUGAS SARJANA
MESIN PEMINDAH BAHAN
PERENCANAAN LIFT UNTUK KEPERLUAN
GEDUNG PERKANTORAN BERLANTAI SEPULUH
Oleh :
NIM : 030421007
R O I M A N T A S.
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TUGAS SARJANA
MESIN PEMINDAH BAHAN
PERENCANAAN LIFT UNTUK KEPERLUAN
GEDUNG PERKANTORAN BERLANTAI SEPULUH
Oleh :
NIM : 030421007
R O I M A N T A S.
Telah Disetujui dari Hasil Sidang Sarjana Periode ke 115 Tanggal 19 Desember 2008
Dosen Pembimbing
TUGAS SARJANA
MESIN PEMINDAH BAHAN
PERENCANAAN LIFT UNTUK KEPERLUAN
GEDUNG PERKANTORAN BERLANTAI SEPULUH
Oleh :
NIM : 030421007
R O I M A N T A S.
Telah Disetujui dari Hasil Sidang Sarjana Periode ke 115 Tanggal 19 Desember 2008
Dosen Pembanding I Dosen Pembanding II
Ir. Raskita S. Meliala Ir. Isril Amir
JURUSAN TEKNIK MESIN AGENDA : 198/TS/2008.
FAKULTAS TEKNIK USU DITERIMA : / / 2008.
MEDAN PARAF :
TUGAS SARJANA
N A M A : ROIMANTA. S
N I M : 030421007
MATA PELAJARAN : Mesin Pemindah Bahan
SPESIFIKASI : Rancangan lift pengangkut penumpang pada
gedung bertingkat 10 kapasitas lift 15 orang,
tinggi angkat 40 meter data lain pilih sendiri.
- Spesifikasi lift
- Hitung komponen-komponen utama
- Gambar Teknik
DIBERIKAN TANGGAL : 10 Juni 2008
SELESAI TANGGAL : 10 Oktober 2008
MEDAN, 15 Juni 2008
KETUA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DOSEN PEMBIMBING
DR. ING. IR. IKHWANSYAH ISRANURI
NIP. 132 018 668 NIP.
ABSTRAK
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia secara terus menerus melakukan pengembangan peralatan yang dapat mempermudah penyelesaian pekerjaan. System pemindah bahan atau transportasi yang efektif dan efisien sangat dibutuhkan untuk menunjang kemajuan dibidang perindustrian dan perkantoran. Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk yang terus meningkat sementara lahan yang tersedia semakin sempit, terutama didaerah perkantoran sehingga gedung-gedung perkantoran menjadi semakin menjulang.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini yang akan diseminarkan guna memenuhi persyaratan
menyelesaikan studi di Fakultas Teknik USU.
Skripsi ini berisikan Perencanaan Mesin Pemindah Bahan jenis lift yang
akan ditujukan untuk keperluan gedung perkantoran berlantai sepuluh. Sebagai
bahan perbandingan, penulis mengambil data-data lapangan dari hasil survey pada
gedung BPDSU Medan.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan
dari segi moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Alfian Hamsi, MSc selaku Dosen Pembimbing tugas sarjana ini.
2. Bapak DR. ING. Ir. Ikhwansyah Isranuri, selaku Ketua Departemen Teknik
Mesin.
3. Seluruh staff pengajar dan pegawai Jurusan Teknik Mesin FT. USU
4. Seluruh karyawan dan karyawati Bank Sumut Medan.
5. Ibunda tercinta yang selalu memberikan semangat dan doa yang tulus serta
bantuan baik moril maupun materil dan abang, kakak serta adik tercinta.
6. Semua teman, teman penulis, Icha Computer, Edu, Dedi, Basta, Sabam,
Alwin, Ilham, Ricat, Rico yang banyak memberikan sumbangsih, serta
teman-teman lainnya yang tak dapat penulis ungkapkan satu persatu.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, Desember 2008
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...
SPESIFIKASI TUGAS ...
DAFTAR ISI ...
DAFTAR GAMBAR ...
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR NOTASI ...
BAB I PENDAHULUAN ...
1.1.LATAR BELAKANG PERENCANAAN ...
1.2.TUJUAN PERENCANAAN ...
1.2.1. Tujuan Teknis ...
1.2.2. Tujuan Akademis...
1.3.BATASAN PERENCANAAN ...
1.4.METODE PERENCANAAN ...
BAB II PEMBAHASAN MATERI ...
2.1. MESIN PEMINDAH BAHAN ...
2.2. KLASIFIKASI MESIN PEMINDAH BAHAN ...
2.3. PEMILIHAN JENIS MESIN PEMINDAH BAHAN...
2.4. LIFT DAN CARA KERJANYA ...
2.4.1. Pemakaian Lift ...
2.4.2. Pemasangan Lift ...
2.4.3. Ruang Pelaksanaan Mesin ...
2.4.4. Sistem Penggerak Lift...
2.5. BAGIAN-BAGIAN UTAMA LIFT ...
2.5.1. Bagian-Bagian pada Ruang Atas Sangkar ...
2.5.2. Bagian-bagian pada Terowongan ...
BAB III PERENCANAAN KOMPONEN UTAMA LIFT ...
3.1. KONDISI GEDUNG YANG AKAN DILAYANI LIFT
3.2. PERENCANAAN KAPASITAS LIFT ...
3.3. PERENCANAAN TALI BAJA ...
3.3.1. Bahan Tali Baja ...
3.3.2. Luas Penampang Tali Baja ...
3.3.3. Diameter Tali Baja ...
3.3.4. Umur Tali Baja ...
3.3.5. Pemeriksaan Kekuatan Tali Baja ...
3.4. PERENCANAAN PULI ...
3.4.1. Diameter Puli ...
3.4.2. Perencanaan Diameter Poros Puli ...
3.4.3. Pemeriksaan Tekanan pada Alur Puli oleh Tali .
BAB IV PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI ...
4.1. PERENCANAAN DAYA MOTOR ...
4.1.1. Pemilihan Motor Penggerak...
4.1.2. Perencanaan Generator Set ...
4.1.3. Pemeriksaan Motor Terhadap Beban Lebih
(Over Load) ...
4.2 PERENCANAAN RODA GIGI CACING ...
4.2.2. Bagian-bagian Utama Roda Gigi Cacing...
4.2.3. Perencanaan Ukuran Roda Gigi Cacing ...
4.2.4. Pemeriksaan Kekuatan Roda Gigi Cacing ...
4.2.5. Analisis Gaya pada Roda Gigi Cacing ...
4.3. PERENCANAAN POROS...
4.3.1. Analisa Gaya pada Poros ...
4.3.1.1. Analisa Gaya Geser Akibat Gaya
Radial ...
4.3.1.2. Analisa Momen Lentur Akibat Gaya
Radial ...
4.3.1.3. Analisa Gaya Geser Akibat Gaya
Tangensial ...
4.3.1.4. Analisa Momen Lentur Akibat Gaya
Tangensial ...
4.4. PERENCANAAN BANTALAN ...
4.5. PERENCANAAN REM...
4.5.1. Persyaratan Teknik ...
4.5.2. Persyaratan Biologik...
4.5.3. Pengereman Lift ...
4.5.4. Momen Statik pada saat Pengereman ...
4.5.5. Momen Dinamik Pada saat Pengereman ...
4.5.6. Pemeriksaan Momen Pengereman ...
BAB V KESIMPULAN ...
DAFTAR PUSTAKA ...
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Pemasangan Tali pada Sistem Wrap-Penthouse Machine
Room Type ... 8
Gambar 2.2. Pemasangan Tali pada Sistem Wrap- Basement Machine Room Type ... 9
Gambar 2.3. Rangkaian Sistem Kontrol Lift ... 13
Gambar 2.4. Bagian-bagian Utama Lift Penumpang ... 15
Gambar 2.5. Mesin Lift dan Elektromotor ... 17
Gambar 2.6. Rem Lift ... 18
Gambar 2.7. Tata Letak Peralatan dan Tombol Operasi di dalam Sangkar Lift ... 21
Gambar 4.1. Sistem Transmisi Roda Gigi yang Direncanakan ... 55
Gambar 4.2. Bagian-bagian Utama Roda Gigi Cacing ... 57
Gambar 4.12. Diagram Momen Lentur Akibat Gaya Tangensial ... 87
Gambar 4.13. Diagram Momen Lentur Akibat Gava Gava Aksial ... 87
Gambar 4.14. Bantalan Rol Kerucut ... 88
Gambar 4.15. Perubahan Percepatan yang Diizinkan ... 92
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Jumlah Karyawan Setiap Lantai pada Gedung BPDSU Medan. 26
Tabel 3.2. Waktu Muat ... 29
Tabel 3.3. Perkiraan Berhenti ... 29
Tabel 3.4. Waktu Pintu Membuka dan Menutup ... 30
Tabel 3.5. Waktu Naik Antar Titik Berhenti ... 32
Tabel 3.6. Jumlah Semua Faktor Waktu ... 33
Tabel 3.7. Dimensi Alur Puli Penggerak ... 44
Tabel 4.1. Harga X dan Y dan Hubungannya dengan e ... 89
DAFTAR NOTASI
a = Jumlah siklus rata-rata kerja per bulan.
A = Perbandingan diameter puli penggerak (drum) dengan diameter tali.
c = Faktor yang memberi karakteristik konstruksi tali.
Cb = Faktor pemakaian akibat bahan lentur.
c = Beban nominal dinamis spesifik (kg).
c0 = Beban nominal statis spesifik (kg).
d = Diameter tali baja.
D = Diameter puli pengerak (drum) [mm].
Dmin = Diameter puli penggerak (drum) minimum [mm].
ds = Diameter poros (mm).
e1 = Faktor yang tergantung pada kondisi operasi.
e2 = Faktor yang tergantung pada konstruksi tali.
fk = Faktor keamanan beban dinamis satu arah.
fs = Faktor keamanan.
i = Perbandingan transmisi roda gigi.
ix = Momen inersia (mm4)
K = Faktor keamanan tali
Lh = Umur bantalan.
m = Modul.
Mdyn = Momen dinamis (kg.mm).
n = Jumlah bagian suspensi (tali penggantung).
N = Umur tali (bulan).
N = Daya motor (Hp).
n = Putaran (rpm).
Nbr = Daya pengereman.
P = Tekanan permukaan.
Pa = Tekanan permukaan yang diizinkan.
Pd = Daya rencana.
sf1, = Faktor keamanan kelelahan puntir.
sf2 = Faktor yang.tergantung konsentrasi tegangan, pemberian alur pasak
atau dibuat bertangga dan pengaruh kekasaran permukaan.
ts = Waktu start (detik).
T = Momen torsi (kg.mm).
WP = Berat poros (kg).
Wr = Berat roda gigi (kg).
x = Faktor radial.
x = Faktor yang tergantung pada bentuk penampang dan kelengkungan.
y = Faktor bentuk gigi.
y = Faktor aksial.
Z = Jumlah gigi.
z = Jumlah lengkungan berulang.
β = Faktor perubahan daya tekan tali.
β = Koefisien pengereman.
ABSTRAK
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia secara terus menerus melakukan pengembangan peralatan yang dapat mempermudah penyelesaian pekerjaan. System pemindah bahan atau transportasi yang efektif dan efisien sangat dibutuhkan untuk menunjang kemajuan dibidang perindustrian dan perkantoran. Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk yang terus meningkat sementara lahan yang tersedia semakin sempit, terutama didaerah perkantoran sehingga gedung-gedung perkantoran menjadi semakin menjulang.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia
secara terus menerus melakukan pengembangan peralatan yang dapat
mempermudah penyelesaian pekerjaan. System pemindah bahan atau transportasi
yang efektif dan efisien sangat dibutuhkan untuk menunjang kemajuan dibidang
perindustrian dan perkantoran. Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk yang
terus meningkat sementara lahan yang tersedia semakin sempit, terutama didaerah
perkantoran sehingga gedung-gedung perkantoran menjadi semakin menjulang.
Salah satu system pengangkat yang sangat penting dalam bidang
perindustrian dan perkantoran adalah lift. Peraltan ini dipergunakan untuk
mengefisiensikan waktu dan tenaga bagi manusia untuk menuju lantai tujuan
masing masing dalam suatau gedung bertingkat tinggi.
1.1 TUJUAN PERENCANAAN
1.2.1 Tujuan Teknis
Perencanaan ini bertujuan untuk merancang suatu unit lift untuk
mengangkat/memindahkan manusia dari satu lantai ke lantai yang lain dengan
kapasitas tertentu pada suatu gedung bertingkat tinggi, dengan memperhatikan
faktor keamanan dan faktor kenyamanan bagi penumpangnya.
1.2.2. Tujuan Akademis
Perencanaan ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan untuk
menyelesaikan Program Pendidikan Sarjana (S1) di fakultas Teknik Jurusan
Perencanaan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
mengikuti perkuliahan dan melatih mahasiswa untuk menggunakan buku
literature/rujukan yang ada serta untuk menambah wawasan pengetahuan pada
disiplin ilmu yang akan menjadi profesi.
1.3 BATASAN PERENCANAAN
Luas jangakauan permasalahan yang terdapat pada perencanaan ini
menyebabkan perlunya diadakan pembatasan masalah yang akan dikaji agar
pembahasan tidak mengambang. Adapun batasan pada perencanaan ini dititik
beratkan pada pemilihan jenis pemindah bahan yang sesuai, perhitungan
komponen komponen utama, system transmisi, pemilihan motor penggerak
danjuga gambar perencanaan. System control dari lift tidak akan dibahas secara
mendalam.
1.4 METODE PERENCANAAN
Metode yang digunakan pada perencanaan ini adlah berupa survey
langsung ke gedung Bank Sumut Medan dan ditambah studi literature/rujukan
degan memaparkan teori dasar dan rumus-rumus empiris yang berkaitan dengan
perhitungan yang dilakukan. Pemakaian rumus umum yang sering dipakai dalam
perhitungan praktis juga merupakan penunjang dalam penyelesaian persoalan
yang ada, penggunaan table dan grafik yang merupakan metode yang baik untuk
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
2.1 MESIN PEMINDAH BAHAN
Mesin pemindah Bahan merupakan suatu system peralatan yang
digunakan untk mengangkat/memindahkan muatan dari suatu tempat ke tempat
lain, dimana jumlah, ukuran dan jarak pemindahannya terbatas.
Mengingat perkembagan ilmu pengetahan dan teknologi dan kemajuan di
bidang industri maka diperlukan mesin pemindah bahan yang tepat yang akan
meningkatkan efisiensi dari aktivitas tersebut.
2.2. KLASIFIKASI MESIN PEMINDAH BAHAN
Banyaknya Jenis Mesin Pemindah Bahan yang tersedia membuatnya sulit
digolongkan secara tepat. Penggolongan ini masih diperumit lagi oleh kenyataan
bahwa penggolongan ini juga didasarkan pada berbagai karakteristik,
misalnyadesain, tujuan, jenis gerak dan sebagainya.
Mesin pemindah bahan, dalam operasinya dapat diklasifikasikan atas:
1. Alat Pengangkat
Contohnya : - Elevator
- Escalator
2. Alat pengangkut
Contohnya: - Konveyor
Bila digolongkan berdasarkan jenis gerakannya, maka dapat dibedakan
atas:
1. Gerak naik dan turun (hoist)
2. Gerak transversal
3. Gerak longitudinal
2.3 PEMILIHAN JENIS MESIN PEMINDAH BAHAN
Dalam perencanaan ini dipilih mesin pemindah bahan dengan gerakan naik
turun. Adapun mesin pemindah bahan yag akan direncakan nantinya akan
ditempatkan dalam suatu ruangan yang mempunyai ruang gerak yang terbatas.
Oleh karena itu faktro faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis
Mesin Pemindah bahan a gang sesuai adalah:
1. Penempatan peralatan sedapat mungkin tidak mengganggu aktivitas dan ruang
gerak Pekerja/Karyawan
2. Aman dan efisien dalam operasi
3. Nyaman dalam pemakaian, sebab muatan yang akan diangkut adalah manusia.
Sehubungan dengan pertimbangan faktor faktor kondisi kerja tersebut diatas maka
2.4. LIFT DAN CARA KERJANYA
Lift adalah alat pengangkat yang ditujukan khusus untuk
mengangkat/memindahkan barang atau orang secara vertical didalam sangkar
yang begerak pada rel penuntun tetap.
Adapun cara kerja dari lift ini adalah dengan gerakan naik turun (hoist)
dimana sangkar yang berisi barang atau orang dan beban engimbang
digantungkan pada tali yag ditarik naik atau turun dengan menggunakan pully,
dimana pully ini berputara sesuai dengan kebutuhan. Pully digerakkan oleh motor
listrik dan gerakan pully dihentikan oleh rem, sehingga barang atau orang tidak
akan naik atau turun setelah posisi angkat yang diingin tercapai.
2.4.1. Pemakaian Lift dapat dibagi atas beberapa klasifikasi, yaitu :
1. Pemakaian umum atau perniagaan (General Purpose or Comercial)
yaitu tipe lift yang digunakan pada pemakaian yang bersifat umum.
Contohnya : Pada kantor kantor atau perusahaan.
2. Pemakaian pada tempat tinggal (Residential)
Yaitu tipe lift yang digunakan pada rumah tempat tinggal
Contohnya : pada rumah tempat tinggal
3. Pemakaian pada supermarket (Store)
Yaitu tipe lift yang dipergunakan pada swalayan atau pusat perbelanjaan.
4. Pemakaian pada lembaga-lembaga (Institutional)
Yaitu tipe lift yang dipakai pada bangunan untuk suatu bentuk kelembagaan
2.4.2. Pemasangan Lift
Ditinjau dari segi pemasangan, ada dua cara pemasangan lift, yaitu:
1. Pemasangan dengan satu sangkar (Single Car)
Didalam suatu gedung hanya terdapat satu sangkar saja atau dengan kata lain
gedung tersebut hanya dilayani oleh satu unit lift saja. Pemasangan ini
biasanya terdapat pada gedung yag tidak beitu tinggi dan tidak luas serta lalau
lintas pemakaiannya tidak ramai.
2. Pemasangan dengan lebih dari satu sangkar
Pada bangunan tersebut terdapat lebih dari satu sangkar. Jika ada panggilan
akan terjadi respond an interaksi antara beberapa sangkar tersebut. Sangkar
yang paling dekat dan tidak sedang bekerjalah yang akan melayani panggilan
tersebut. System ini dipakai pada gedung bertingkat banyak serta luas dan
mempunyai lalu lintas pemakaian yang ramai.
2.4.3. Ruang Peletakan Mesin
Bila ditinjau dari ruang tempat peletakan mesin utama dari lift, terdapat
dua tipe system peletakannya yaitu :
1. Penthous Machine Room Type
Mesin lift ditempatkan pada bagian atas sangkar lift
2. Basement Machine Room Type
Sistem Penggerak Lift
Bila ditinjau dari system penggerak lift, terdapat dua system yang
digunakan pada gedung gedung:
1. Penggerak Lift System Warp
2. Penggerak Lift system Hidrolik
a. Penggerak Lift Sistem Warp
Pada system ini penggerak utama dari sangkar lift tersebut adalah motor
listrik, dari motor tesebut akan dikopelkan ke poros mesin lift (driving Machine),
yaitu suatu alat yang menggerakkan puli penggerak dan selanjutnya pully
penggerak akan menarik tali yang diikat pada sangkar lift dan beban peimbang.
Dengan demikian sangkar lift dan beban pengimbang akan bergerak naik atau
turun sesuai dengan putaran pully penggerak.
System pemasangan tali pada istem Wrap dapat dibedakan berdasarkan
peletakan ruang mesin.
- Penthouse Mechine Room
Pemasangan tali pada system warp pada Penthouse Mechine Room type
dapat dilihat pada gambar 1.1.
a. Single Wrap Roping
Tali dipasang satu kali jalan, tanpa lilitan diletakkan diatas puli dan
melalui katrol, kemudian tali diikatkan diatas sangkar lift dan beban
pengimbang (gambar a )
b. Double wrap Roping
Ada dua cara pemasangan tali pada jenis Doble Wrap Roping ii yaitu tali
sangkar lift dan beban pengimbang (gambar c) atau tali dipasang dua kali
lilit tali diletakkan diatas puli diatas pully dan dililitkan ke katrol,
selanjutnya ke atas sebagai titik tumpuan beban (Point Support). (Lihat
gambar 2.1. di bawah ini )
Gaambar 2.1. Pemasangan tali pada system Wrap Penthouse Machine Room Type
- Basement Machine Room
Pemasangan tali pada system wrap pada basement Machine Room Type
dapat dilihat pada gambar 1.2
- Roping Under Slung
Sangkar lift dan beban pengimbang ditahan oleh dua buah katrol,
selanjutnya pulli penggerak yang berada dibawah sangkar akan memutar
kedua katrol yang menggerakkna sangkar lift dan beban pengimbang
dalam arah yang saling berlawanan ( gambar a dan b ) (Lihat gambar 2.2.
Gambar 2.2. Pemasangan Tali pada Sistem Wrap – Basement Machine Room Type
b. Penggerak Lift Sistem Hidrolik
Lift system hidrolik memerlukan daya lebih kecil dibandingkan dengan
system wrap. Nama hidrolik diberikan karena sangkar ini digerakkan oleh sebuah
pompa yang dilayani oleh sebuah motor penggerak, sehingga dengan perubahan
tekanan pada minyak (oil) akan menyebabkan aik atau turunnya sangkar lift.
System hidrolik dan cara kerjanya persis sama dengan dongkrak mobil
hidrolik, minyak dari penampung dipompakan oleh plunyer untuk mengangkat
sangkar lift tersebut. Pompa dihentikan sampai titik terbawah, selanjutnya sangkar
lift tersebut diturunkan dengan gaya gravitasi dan Bypass control yang juga
mengotrol posisi dari sangkar lift tersebut sampai pada titik tertinggi.
System control yang digunakan pada lift dengan system pengerak hidrolik
biasanya sama dengan yang tedapat pada system penggerak wrap. Namun pada
system penggerak hidrolik ini tidak diberikan beban pengimbang sehingga
memerlukan motor dengan daya yang lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan
Berdasarkan pertimbangan dari uraian diatas maka pada perencanaan ini
system pengerak lift yang akan dipergunakan adalah system Wrap dengan
peletkana motor pada bagian atas sangkar (Penthouse Machine Room Type)
dengan pemasangan tali satu kali jalan ( single Wrap Roping).
2.4.6. Methode pengoperasian Lift
Methode pengoperasian Lift adalah cara kerja lift dalam memberikan
respon terhadap panggilan yang diberikan penumpang.
Methode operasi lift secra umum dibedakan atas dua cara, yaitu:
1. Pengoperasian Manual
Pengoperasian manual merupakan system pengoperasian sangkar lift
dengankecepatan renda dan dapat berhenti pada posisi sembarangn titik
yang dikehendaki, misalnya nutk kondisi perawatan atau untuk keperluan
khusus,
Dalam pengoperasiannya lift diatur oleh seorang operator. Dengan
demikian semua panggilan harus dikirim ke meja operator, kemudan
operator mengatur gerakan sangkar lift ke posisi level lantai yang
diinginkan/dipesan penumpang methode ini jarang digunakan mengingat
kurang praktisnya di dalam penggunaanya.
2. Pengoperasian Otomatis
Pengoperasian lift secara otomatis memberikan respon secara langsung
kepada penumpang yang memanggil sangkar lift.
a. Metode Single Automatic Push Bottom
Pada metode operasi ini, pada setiap lantai hanya terdapat satu buah
tombol untuk memanggil sangkar sedangkan didalam sangkar lift terdapat
tujuan level lantai yang diinginkan. Selama lift bekerja, lift tidak melayani
panggilan dari penumpang lain. Lift akan memberikan tanggapannya
setelah lift selesai melaksankan tugasnya. Dengan kata lain lift baru dapat
dipanggil apabila sangkar lift dalam keadaan tidak bekerja.
Dari penjelasan diatas prinisp kerja diatas, dapat dikatakan bahwa
methode Single Automatic Push Bottom ini hanya dapat melayani
panggilan satu persatu, artinya sangkar baru dapat dipanggil apabila lift
dalam keadaan diam. Dengan demikian metode ini hanya efektif
digunakan untuk gedung dengan dua atau tiga lantai. Dengan pemakaian
lift yang tidak terlalu mendesak, misalnya untuk lift pengangkat barang.
b. Metode Selective – Collective
Pada metode ini terdapat dua buah tombol panggilan pada setiap
lantai yaitu tombol panggilan naik dan tombol panggilan turun. Kecuali
pada lantai terendah dan tertinggi yang masing masing hanya terdapat satu
tombol panggilan. Didalam sangkar lift terdapat tombol tujuan level lantai
yang digunakan.
Metode operasi selective – collective ini lebih praktis dan efisien
dalam menangani panggilan dibandingkan dengan Single Automatic Push
Bottom. Pada methode ini, secara otomatis sangkar lift akan melanyai
semua panggilan naik pada saat sangkar llift naik dan melaani semua
panggilan turun pada lantai yang dilaluinya. Dengan demikian methode ini
lebih efisien dalam menanggapi panggilan dibanding dengan metode
Single Automatic Push Bottom karena sangkar lift dapat dipanggil
c. Metoded Duplex-Collective
Pada prinsipnya metode duplex –collective ini hampir sama dengan
metode selective-Collective merupakan operasi gabungan dari dua atau
lebih lift yang bekerja secara Selective-Collective.
Pada metode ini, pada tiap lantai terdapat tombol bersama untuk
memanggil sangkar lift. Apabila tombol panggilan ditekan maka sangkar
dengan posisi paling dekat dan dengan arah yang sesuai dengan panggilan,
akan melayani panggilan tersebut. Hal ini merupakan keistimewaan
metode ini dibanding dengan metode Selective-Collective. Tombol tujuan
terdapat pada setiap sangkar yang berfungsi untuk mengoperasikan
sangkarnya masing-masing.
Dari pertimbangan pertimbangan pada urai diatas maka metode
pengoperasian lift yag dipakai disini adalah pengoperasian otomatis
dengan prinsip berdasarkan Metode-Duplex-Collective. (Lihat gambar 2.3.
di bawah ini)
Gambar 2.3. Rangkaian Sistem Kontrol Lift
R
S
Cara Kerja :
- Apabila tombol naik (Up Button) ditekan maka arus akan mengalir
kekumparan naik (up Coil). Setelah kumparan berisi arus listrik, kumparan
akan mengisi arus kepengatur waktu otomatis naik (Up Times) dan semua
semua swich naik (Up Relay) akan menutup sehingga mengalirkan arus
kemotor penggerak. Motor penggerak memutar kekanan mengangkat
sangkar lift pada selang waktu oleh pengatur waktu otomatis naik (Up
Times). Apabila pengatur waktu otomatis menyatakan selesai atau waktu
untuk langkah tersebut selesai maka arus akan terhenti dan sangkar lift
berhenti pada lantai yang diinginkan oleh pengatur waktu tersebut.
- Apabila tombol turun (down Button) ditekan maka arus akan mengalir
pada kumparan turun (down Coil). Setelah kumparan berisi arus,
kumparan akan mengisi arus ke pengatur waktu otomatis turun (down
times) dan semua swich turun (down relay) akan menutup sehingga akan
mengalirkan arus kemotor penggerak. Motor penggerak memutar kekiri
dan menurunkan sangkar lift pada selang waktu yang ditentukan oleh
pengatur waktu otomatis turun (down times) sampai pengatur waktu
otomatis menyatakan selesai dan sangkar lift terhenti pada lantai yang
BAGIAN BAGIAN UTAMA LIFT
Bagian-bagian pada Luar atas sangkar (Phenthouse Mechine Rooms)
Sebagian besar peralatan lift type Phenthouse Mechine Rooms
ditempatkan dibagian atas sangkar lift. (dapat lihat gambar 2.4. di bawah
ini)
Komponen-komponen utama peralatan lift type Phenthouse Mechine
Room yang ditempatkan dibagian atas sangkar lift adalah :
- Electro motor
- Mechine Lift
- Rem Lift
- Lemari Panel Relay
- Governor
1. Electro Motor
Penggerak utama lift adalah sebuah electromotor yang digerakkan oleh
listrik PLN atau generator listrik yang dilengkapi dengan pengatur medan (Field
Control) yang dikontrol secara numeric (Numerical Control).
Electro Motor dikopel ke rangkai Gear Box yang berfungsi untuk
mereduksi putaran electromotor dengan mesin lift (Elevator Driving Mechine),
Pulli dan rem Listrik.
2. Mesin Lift
Design lift disini digunakan mesin pengangkat jenis pulli dan roda pulli
penggerak. Pada design dengan drum, tali yang menahan sangkar diikatkan pada
drum dan dililitkan pada permukaannya sedangkan pada desingn pada roda pully
penggerak, penggerak tali melewati roda pulli yang digerakkan oleh gaya gesek.
Dalam perencanaan ini dipilih mesin pengangkat dengan pulli penggerak
karena memiliki beberapa kelebihan diataranya:
1) Dapat digunakan untuk mengangkat pada segala macam ketinggian
3) Lebih efektif karena gaya teraksi pada roda pulli penggerak akan hilang bila
sangkar yang sedang turun terbentuk hambatan. Dalam hal ini, kelonggaran
pada bagian tali yang keluar dari pulli akan menyebabkan tergelincirnya oleh
pulli pada tali sehingga tali akan mengencang kembali
4) Penggunaan mesin pengangkat jenis roda pulli ini telah mengurangi
kecelakaan secara drastris akibat putusnya tali.
Mesin Lift penggerak roda pulli untuk elevator penumpang ditunjukkan pada
gambar 2.5. dibawah ini :
3. Rem Lift
Prinsip Kerja Rem Lift sama dengan kontak NC dari suatu relay atau
kontaktor, dimana rem dalam keadaan menjepit poros mesin lift pada saat sangkar
lift tidak bekerja, sebaliknya rem akan melepaskan poros lift apabila coil rem
listrik tersebut terenergi. Dengan demikian apabila sumber arus dari panel utama
putus pada saat lift bergerak, penumpang akan aman dari bahaya benturan yang
timbul apabila rem tidak menjepit poros mesin tersebut. Di bawah ini gambar 2.6.
akan diperlihatkan konstruksi rem listrik untuk lift.
4. Lemari Panel
Lemari panel merupakan tempat sebagian besar peralatan listrik
(komponen komponen control) disambungkan seperti relay, transformator dan
penyearah. Tiap unit lift memiliki masing masing satu buah lemari panel.
5. Governor
Governor adalah merupakan pengaman kecepatan lebih (Over Speed).
Prinsip kerjanya adalah berdasarkan gaya sentrifugal. Tali (Rope) governor
dihubungkan kebagian atas dan bawah sangkar melalui dua buah pulli governor.
Pulli governor ditempatkan diruang machine atas dan yang lainnya ditempatkan
pada bagian bawah (basement) instalasi lift, sehingga pulli governor akan
bergerak apabila sangkar lift bergerak.
2.5.2. Bagian-bagian pada Terowongan (Hoist Way)
Terowongan yang dimaksud pada system lift adalah terowongan vertical
yang menjadi jalan atau saluran tempat dimana sangkar lift dan beban
pengimbang bergerak naik dan turun.
Pada terowongan terdapat beberapa peralatan seperti :
1. Saklar pembatas
2. Sangkar lift
3. Beban pengimbang
4. Tali
5. Rell penuntun
1. Saklar Pembatas
Saklar pembatas berfungsi untuk menghubungkan atau memutuskan
rangkaian dari system listrik dari sumbernya tanpa campur tangan operator, akan
tetapi diaktifkan oleh sentuhan mekanik dari suatu material.
Pada pengoperasiannya ada beberapa pembatas sebagai saklar Bantu untuk
pengaturan kerja rangkaian lift. Pada pengaman beban lebih sangkar lift, saklar
pembatas lift ini akan bekerja jika beban atau penumpang yang masuk kedalam
sangkar melampuai kapasistas (daya angkut) lift tersebut. Saklar pembatas juga
digunakan pada operasi membuka dan menutup pintu lift serta juga terdapat pada
setiap batas level lantai.
2. Sangkar Lift
Sangkar lift adalah suatu kerangka kendaraan yang mempunyai ruangan
untuk tempat penumpang atau barang yang akan dipindahkan. Sangkar ini harus
tertutup dan lengkapi dengan pintu.
Sangkar ini harus kokoh, ringan dan desainnya sederhana. Pada bagian
dalam sangkar lift terdapat tombol tombol pengatur arah tujuan dan indicator
posisi lift, lampu penerangan, push button, oper door, close door, ear phone, dan
tombol stop hand/auto.
Berikut ini diperlihatkan gambar 2.7. Tata letak peralatan dan tombol
3. Beban Pengimbang
Beban Pengimbang adalah beban pemberat untuk mengimbangi berat
sangkar lift. Gerakan beban pengimbang berlawanan arah dengan sangkar lift.
Dengan demikian secara tidak langsung beban pengimbang akan mengurangi daya
yang harus disediakan oleh hoisting motor.
Beban pengimbang terdiri dari satu kerangka baja dengan design yang
berlapis yang akan memudahkan pengaturan bobot dan penyederhanaan perakitan.
Penggunaan beban pengimbang ini adalah untuk memberikan keuntungan
konsumsi daya yang diperlukan lift.
4. Tali Baja
Tali digunakan sebagai penghubung sangkar lift dengan beban
pengimbang melalui pulli mesin lift, disamping itu juga digunakan untuk
menghubungkan sangkar lift dengan governor sebagai sensor kecepatan lebih
(Over Speed) lihat gambar 2.8. dan gambar 2.9. di bawah ini.
5. Rel Penuntun
Sangkar lift bergerak didalam lorong pada rel penuntun yang terpasang
tetap. Untuk keperluan ini kedua sisi sangkar pada bagian atas dan bawah diberi
dua penuntun yang bentuknya sesuai dengan rel penuntun.
Rel atau batang penuntun terbuat dari batang baja profil siku T- ganda atau
batang kayu dan diikat pada kedua sisi lorong elevator. Rel diberi pelumas gemuk
secara teratur. Kerugian gesekan pada rel penuntun diambil sebesar 5-10% dari
bobot komponen gerak. Penuntuk dipasang pada tempat sempit diantara dua rel,
sehingga dapat berfungsi untuk mencegah ketidakserasian sangkar lift. (Dapat
dilihat gambar 2.10 di bawah ini.
Gambar 2.10 Rel Penuntun untuk Lift
6. Alat Pengaman Lift
Sangkar lift harus dilengkapi dengan alat pengaman khusus, yaitu penahan
yang akan menghentikan sangkar secara otomatis bila tali putus atau kendur.
Banyak design pengaman lift yang dilengkapi dengan eksentris, baji, rol
penjempit, pisau dan permukaan rem yang halus. Permukaan rem halus yang
menjepit jalur penuntun dengan kuat sepanjang permukaan kontak merupakan alat
Selain rem terdapat juga alat pengaman lift lainnya seperti:
- pegas penahan
- penahan penggerak
a. Pegas penahan
Pegas penahan adalah merupakan suatu alat yang ditempatkan pada
bagian dasar terowongan. Alat ini berfungsi untuk mengamankan sangkar
lift agar tidak membentur landasan (dasar terowongan) apabila suatu saat
tali pengikat lift dengan beban pengimbang putus. (Lihat gambar 2.11. di
bawah ini)
Pegas penahan bekerja berdasarkan hidrolik yang dibantu dengan
pegas (spring) dengan demikian bila sangkar jatuh secara tiba-tiba karena
putusnya tali maka sangkar akan jatuh menimpa pegas penahan dan oleh
pegas redaman hidrolik sangkar akan aman dari benturan yang sangat
keras apabila sangkar langsung jatuh kedasar terowongan.
b. Penahan Gerak
Penahan gerak berfungsi untuk menghentikan lift secara otomatis,
sebelum kecepatan lebih (over speed). Gerak dari penahan lift dikontrol
oleh governor. Penahan gerak akan menghentikan sangkar bila satu buah
tali atau semuanya putus secara bersamaan dan juga bila kecepatan
penurunan menjadi semakin besar.
BAB III
PERENCANAAN KOMPONEN UTAMA UNIT LIFT
KONDISI GEDUNG YANG AKAN DILAYANI LIFT
Untuk mengetahui kapasitas lift yang akan dirancang, maka kita harus
mengetahui kondisi gedung yang akan dilayani oleh lift tersebebut, seperti jumlah
keseluruhan orang pengguana lift, waktu kritirs yang tersedia, waktu yang
dibutuhkan lift untuk menyelesaikan satu siklus dan jumlah lift yang digunakan.
Lift ini dirancang untuk melayani Gedung Bank SUMUT Medan. Menurut
data dari kantor Bank SUMUT, jumlah pegawai kantor adalah sebagai berikut:
Table 3.1 Jumlah Karyawan setiap lantai pada gedung Bank SUMUT medan
Nomor Lantai Jumlah Karyawan
1 120
2 100
3 95
4 80
5 75
6 70
7 65
8 60
9 50
10 40
Menurut pengamatan yang dilakukan pada lokasi survey yaitu pada gedung
Bank SUMUT mendan, diperoleh bahwa hampir semua karyawan menggunakan
lift untuk mencapai lokasi gedung tempat ia bekerja kecuali karyawan lantai satu,
tidak menggunakan lift dan karyawan lantai II hanya 50% yang menggunakan lift.
Hal ini disebabkan karena sebagian karyawan yang ingin naik dari lantai I ke
lantai II lebih memilih menggunakan tangga dari pada harus antri pada jam jam
sibuk, yaitu pada pagi hari dari jam 7.40 - 8.00 WIB, sehingga diharapkan
pengambilan data yang dilakukan dapat mewakili kondisi paling sibuk yang
mungkin terjadi.
Dari data data dan uraian diatas dapat diasumsikan :
0 % Karyawan Lantai I menggunakan lift = 0% x 120 orang = 0 orang
50% Karyawan Lantai II menggunkan lilft = 50% x 100 orang = 50 orang
100% Karyawan lantai III sampai lantai X menggunakan lift.
Sehingga jumlah keseluruhan karyawan yang menggunakan lift adalah:
Lantai I = 0 orang
Lantai II = 50 orang
Lantai III = 95 orang
Lantai IV = 80 orang
Lantai V = 75 orang
Lantai VI = 70 orang
Lantai VII = 65 orang
Lantai VIII = 60 orang
Lantai IX = 500 orang
TOTAL = 585 orang
Pemakaian lift maksimum terjadi pada jam jam sibuk setelah apel pagi jam
7.40 WIB atau pada saat pekerjaan dimulai pukul 8.00 WIB. Disini harus
diingatkan bahwa pada waktu tersebut karyawan hanya menggunakan lift ke satu
arah yaitu dari lantai terendah ke lantai berikutnya sampai lantai tertinggi.
3.2. PERENCANAAN KAPASITAS LIFT
Disini ditentukan selang waktu selama 20 menit untuk perhitungan waktu
kritis yaitu dimulai setelah apel pagi pukul 8.40 WIB sampai pada saat pekerja
akan dimulai pukul 8.00 WIB, sehingga waktu yang tersedia untuk mengangkut
keseluruhan karyawan adalah 20 x 60 detik = 1200 detik.
Lift yang digunakan dikantor tersebut direncanakan berkapasitas 15 orang
sebanyak 6 unit. Kemudian dilakukan perhitungan untuk membuktikan bahwa lift
dengan kapasitas 15 orang cocok untuk digunakan di kantor Bank SUMUT
tersebut. Dari waktu kritis yang tersedia maka hitunglah waktu yang sebenarnya
dibutuhkan. Dari sini akan diketahui apakah lift dengan kapasitas 45 orang
mampu mengangkat jumlah keseluruhan karyawan dalam massa waktu kritis
tersebut.
Selama satu trip perjalanan naik (naik dari lantai dasar ke lantai tertinggi dan
kembali ke lantai dasar), lift membutuhkan waktu antara lain:
1. Waktu untuk memuat penumpang (waktu penumpang memasuki lift)
2. Waktu pintu membuka dan menutup
3. Waktu naik dari lantai ternendah ke lantai tertinggi
4. Waktu turun dari lantai tertinggi ke lantai terendah
1. Waktu memuat penumpang
Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk memuat penumpang kedalam
sangkar lift dapat dilihat pada table 3.2
Table 3.2 Waktu memuat (detik)
Kapasitas (orang) 8 10 12 14 16 18 20
Waktu muat (detik) 8 10 11 13 14 16 18
Sumber: Lit. 5 hal. 63
Berdasarkan table 3.2 diatas maka untuk memuat penumpang sebanyak 15
orang dibutuhkan waktu muat selama 13.5 detik.
2. Waktu memuka dan menutup pintu
Untuk menghitung waktu yang dibutuhkan lift untuk membuka dan
menutup pintu pada satu trip perjalan, terlebih dahulu harus diperikirakan berapa
kali lift tersebut berhenti selama satu trip tersebut. Perkiraan jumlah berhenti yang
terjadi pada satu trip dapat dilihat pada table 3.3 berikut:
Tabel 3.3. Perkiraan Berhenti
Menurut table 3.2 untuk gedung 10 tingkat dengan kapasitas 15 orang
dengan cara interpolasi diperoleh bahwa untuk satu trip diperkirakan lift berhenti
sebanyak 8 kali.
Selanjutnya perlu diingat bahwa lift harus berhenti pada akhir trip di lantai
dasar. Pada setiap kali berhenti lift wajib membuka dan menutup pintu untuk
memuat penumpang sehingga:
Frekuensi membuka/menutup pintu = Perkiraan Berhenti total
= Perkiraan berhenti + 1x berhenti dilantai dasar
= 8 + 1 = 9 kali
Selanjutnya perlu dipertimbangkan waktu yang dibutuhkan untuk sekali
membuka dan menutup pintu. Perkiraan waktu yang dibutuhakan untuk sekali
membuka dan menutup pintu dapat dilihat pada table 3.4 dibawah ini.
Tipe pintu yang direncanakan disini adalah dari tipe Center Opening
dengan lebar 1100 mm, sehingga berdasarkan table 3.4 diatas waktu yang
dibutuhkan untuk sekali membuka dan menutup pintu adalah 4,6 detik.
Maka :
Waktu pintu membuka/menutup :
= Frekuensi membuka/menutup x waktu membuka/menutup
= 9 x 4,6 detik
= 41,4 detik
4. Waktu naik
Waktu yang dibutuhkan untuk naik dari satu titik berhenti ke titik berhenti
berikutnya dapat dicari dengan cara menghitung jarak setiap titik berhenti
Perkiraan jarak titik berhenti =
Berhenti perkiraan
Lift asan L
perkiraan int
=
kali meter
8 40
Table 3.5 waktu naik antar titik berhenti (detik)
Dari table 3.5 diperoleh bahwa waktu naik antar setiap titik berhenti untuk
jarak titik berhenti 5 m pada kecepatan angkat 1,5 m/s adalah 6,67 detik (dengan
cara interpolasi)
Total waktu naik = Waktu Naik x Perkiraan berhenti
= 6,67 x 8
= 53,36 detik
5. Waktu turun
Waktu yang dibutuhkan untuk turun dari lantai tertinggi ke lantai dasar adaalh
6. Waktu Tansfer Inefisiensi
Dari table 3.4 diatas untuk pintu center opening dengan lebar 1100 mm
diperoleh transger inefficiency sebesar 5 % dari waktu untuk menyelesaikan satu
trip.
Waktu inefisiensi = 5% (waktu muat + Waktu membuka/menutup
pintu + waktu naik + waktu turun)
Waktu total adalah waktu yang dibutuhkan mengangkat seluruh karyawan
untuk mencapai lantai tujuan masing masing. Total semua faktor waktu dapat
dilihat pada table 3.6 dibawah ini:
Table 3.6 penjumlahan semua faktor waktu
No. Waktu (detik)
1 Waktu Muat Penumpang 13,5
2 Waktu membuka dan menutup 41,4
3 Waktu naik 53,36
4 Waktu turun 26,67
5 Waktu transfer inefisiensi 6,75
Jadi waktu total yang dibutuhkan untuk menyelesaikan perjalanan dalam
satu trip yaitu perjalanan dari lantai dasar ke lantai tertinggi dan kembali ke lantai
dasar adalah 141,68 detik.
Jumlah trip yang dibutuhkan untuk mengangkut seluruh karywan dapat
dihitung dari :
Jumlah trip total =
7trip digenapkan ≈
Sehingga waktu total yang dibutuhkan untuk mengangkat seluruh
karyawan :
= Jumlah trip x total waktu satu trip
= 7 x 141,68
= 991,92 detik
Dari perhitungan tersebut diperoleh bahwa waktu total yang dibutuhkan
untuk mengangkut seluruh karyawan pengguna lift adalah 991,92 detik ( 16,5
menit), pukul 7.40 WIB sampai 8.00 WIB, sehingga dapat disimpulkan bahwa lift
dengan kapasitas 15 orang, dengan jumlah lift sebanyak 6 unit, cocok digunakan
pada gedung Bank SUMUT.
3.3 Perencanaan Tali Baja
Perencanaan dalam pemilihan dan perhitungan tali baja meliputi:
2) Luas penampang tali baja
3) Diameter tali baja
4) Umur tali baja
5) Pemeriksaan kekuatan tali baja.
3.3.1. Bahan Tali Baja
Penggunaan tali pada lift merupakan kebutuhan primer, karena pada tali
inilah sangkar penumpang yang akan diangkat tergantung.
Beberapa hal yang menyebabkan dipilihnya tali baja sebagai perlatan
pengangkat pada perencanaan ini yaitu:
a. lebih ringan dibandingkan rantai
b. lebih tahan terhadap sentakan
c. Operasi tenang walaupun kecepatan tinggi
d. Menunjukkan tanda tanda bila akan putus
Dari beberapa kenyataan yang terjadi bahwa kerusakan tali diakibatkan oleh
kelelahan bahan dan setiap talli hanya dapat mengalami kelengkungan dalam
jumlah tertentu. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan
tali baja yaitu ukuran puli atau drum, konstruksi tali dan umur pakai tali.
Pada perencanaan ini tali baja yang dipakai adalah baja karbon tinggi JIS
G3521 dengan kekuatan putus ((σb)160kg/mm2……… (lit.3 hal.3)
3.3.2. Luas Penampang Tali baja
Sebelum menghitung luas penampang tali baja, terlebih dahulu dilakukan
perhitungan kekuatan putus tali baja yang digunakan.
Jumlah lengkungan yang terdapat pada rangkaian tali (Number of Bend)
NB = 4 buah (lihat gambar 3.2)
Sehingga : min =25
d D
……….. (lampiran 3)
Maka dengan mengambil desain tali dengan jumlah kawat i = 22, maka
luas penampang tali dapat dihitung dari:
F222 =
Berdasarkan survey yang dilakukan di gedung Bank SUMUT Medan,
disini dipakai 5 buah tali baja, sehingga tegangan tarik untuk satu tali adalah :
n = Jumlah bagian suspensi (tali penyangga)
= 3 buah ……… ( lit. 6 hal. 75 )
η = effisiensi pulli
= 0,945 ………. (lit. 6 hal. 75 )
1
η = Efisiensi akibat kerugian karena kekakuan tali pada saat
menggulung pada puli penggerak.
= 0,98 ( diasumsikan ) ……….(lit. 6. hal.75)
Sehigga lus penampang tali baja adalah:
F222 =
3.3.3. Diameter tali baja
Diameter kawat tali baja adalah dapat dihitung dengan persamaan:
Selanjutnya diameter tali baja dihitung dengan persamaan:
d = 1.5 δ. i
= 1,5 . 0,54. 222
= 12,07 mm
Berdasarkan standarisasi tali baja (lampiran 7) maka tali baja yang dipilih
disesuaikan menurut standart tersebut Yaitu :
Diameter tali (d) = 14.2 mm
Berat per meter = 0,670 kg
Kekuatan patah actual = 10200 kg/mm2
3.3.4. Umur Tali Baja
Umur kerja dari tali baja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Material
b. Metode Operasi
c. Tegangan – tegangan yang bekerja pada tali
d. Jumlah penggulungan tekuk, yaitu transmisi tali dari keadaan lurus ke
keadaan bengkok atau sebaliknya.
Jumlah penggulungan tekuk yang dapat diterima tali baja sebelum mengalami
kerusakan tergantung kepada tegangan yang bekerja dan perbandingan diameter
puli dengan diameter tali baja yang dipergunakan.
Dalam hal menentukan umur tali baja, tidak terlepas pada faktor keausan
tali baja (m) yang besarnya tergantung pada jumlah tekukan (NB = Number Of
Bend).
M =
(lit.3 hal.41)
e1 = faktor yang bergantung pada alat pengangkat dan kondisi operasi ….
( lit. 3 hal. 42, table 3)
= 20 (dipilih)
e2 = faktor yang tergantung pada konstruksi talil
= 0.9 ……… (lit 3 hal. 42 tabel 10)
Harga ini masih dibawah
d Dmin
25
= , maka untuk perhitungan
selanjutanya dipakai hargai harga
d D
25
=
σ = tegangan tarik sebenarnya pada tali (kg/mm2)
= 245 kg/cm2
= 2,45 kg/mm2
C = faktro karakteristik dari konstruksi tali dan tegangan tarik
maksimum
dari bahan kawat
= diasumsikan 0,93 ……… (lampiran 6)
C1 = faktor yang tergantung pada diameter tali
= 0,97 ……… (lampiran 6)
C2 = faktor bahan dn proses pembuatan
= 1,00 ……… (lampiran 6)
Dari table faktor har m pada lampiran 6, untuk harga m = 2,83 dengan cara
interpolasi diperoleh jumlah siklus penggulungan tekuk berulang yang terjadi
sebelum tali putus (z) adalah 567647 kali penekukan.
Jumlah siklus penggulungan tekuk berulang yang diizinkan dapat dihitung
dari persamaan:
ϕ z z1 =
Dimana :
ϕ = Jumlah siklus penggulungan tekuk berulang yang terjadi sebelum putus
(z) dengan penggulungan tekukk berulang yang diizinkan (z1)
Sehingga:
Selanjutnya umur tali dapat dihitung dari persamaan:
N = ( )
z1 = penggulungan tekuk berulang yang diizinkan
= 227058,8 kali penekukan
z2 = jumlah tekukan berulang per siklus kerja (mode suspensi beban)
= 4 buah ………..(lihat gambar 3.2)
a = jumlah trip rata rata perbulan
= 1000 (untuk peralatan ringan) ……….(lampiran 8)
β = faktor perubahan daya tahan tali akibat mengangkat muatan lebih
rendah dari tinggi total dan lebih ringan dari muatan penuh.
= 0,5 ………..(lampiran 8)
Dari perhitungan tersebut diperoleh bahwa umur tali adalah 113,53 bulan
atau 9,5 tahun, selanjutnya tali baja harus diganti meskipun kondisinya masih
3.3.5. Pemeriksaan Kekuatan Tali Baja
Tali baja diperiksa terhadap tarikan yang terjadi untuk mengetahui kondisi
aman tidaknya kostruksi lift yang dirancang. Perencanaan dikatakan aman jika
tegangan tarik yang terjadi lebih kecil dari tegangan tarik izin (S<Smax)
Tegangan tarik izin (Smax) dapat dicari :
Smax =
K P
Dimana :
P = kekuatan putus tali sebenarnya (kg)
= σb.F222
= 16000 . 0,5
= 8000 kg
K = faktor keamanan lift
= 9,5 ……… (lit.1 hal 31)
Smax =
5 , 9 8000
= 842 kg
Tegangan tarik izin tali diperoleh Smax = 842 kg, sedangkan dari
perhitungan sebelumnya diperoleh bahwa tegangan tarik yang terjadi pada tali S =
3.4. PERENCANAAN PULI
Puli berfungsi sebagai penuntun arah tali baja. Pada perencanaan puli, hal
hal yang perlu diperhitungkan adalah:
1. diameter puli
2. diameter poros tali
3. pemeriksaan tekanan pada alur puli oleh tali
3.4.1. Diameter Puli
Diameter puli Dmin dihitung dari persamaan Dmin/d = 25.
Dari perhitungan sebelumnya telah diperoleh diameter tali d = 14,2 mm, sehingga
diameter puli :
Dmin = 25 . d
= 25 . 14,2
= 355 mm
Diameter puli yang dipergunakan disini adalah Dmin = 355 mm.
Dimensi alur puli selengkapnya diambil berdasarkan standarisasi diameter puli
yang dapat dilihat pada table dibawah ini:
Maka dengan cara interpolasi diperoleh ukukran ukuran puli penggerak
untuk diameter tali d = 14,2 adalah sebagai berikut:
S2 = 20,8 mm
c2 = 10,4 mm
r2 = 1,8 mm
3.4.2. Perencanaan Diameter Poros Puli
Diameter poros puli dapat dihitung dari persamaan:
P =
d L
Q
.
Dimana :
P = tekanan bidang pada puli yang tergantung pada kecepatan keliling
permukaan. Tekanan ini tidak boleh melebihi harga haraga yang
tertera pada table dibawah ini:
Table 3.7. Tekanan Bidang Pada Puli
Untuk kecepatan v = 1.5 m/s diperoleh P = 47 kg/cm2
L = Panjag bus tali (cm)
= (1,5 ÷1,8) d ………. (lit.1 hal. 72)
= 1,8 d (dipilih)
Q = beban total puli
= kapasitas lift + berat + berat bobot Pengimbang
Berat bobot pengimbang = berat Sangkar + 0,5 (kapasitas)
= 1050 kg + 650 +1175
Berdasarkan standarisasi diameter poros ( lampiran 22) diameter poros
puli penggerak yang dipergunakan adalah sebesar 60 mm. poros puli penggerak
dipilih dari bahan baja karbon S 55 C-D JIS G 3123 yang memiliki tegangan tarik
izin σt = 85 kg/mm2.
3.4.3 Pemeriksaan tekanan pada Alur puli oleh tali
Tekanan pada alur puli diasumsikan terdistribusi secara merata diseluruh
permukaan kontak antara tali baja dengan alur puli. Besarnya tekanan tersebut
dapat dihitung dari persamaan:
)
S = tegangan yang terjadi pada tali (kg)
= 355 mm
Agar perencanaan aman maka tekanan yang terjadi pada alur puli harus
lebih kecil dari tekanan izin. Tekanan izin pada alur puli dapat dihitung dari
persamaan:
K
p1 =σt
Dimana :
t
σ = kekuatan tarik bahan puli
= 17 kg/mm2 (besi cor kelabu JIS G5501 FC 15)
BAB IV
PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI
4.1 PERENCANAAN DAYA MOTOR
4.1.1. Pemilihan Motor Penggerak
Sebelum menetntukan reduksi dan dimensi pasangan roda gigi yang akan
dipergunakan pada system transmisi, maka terlebih dahulu harus ditentukan jenis
motor penggerak. Hal ini disebabkan karena besarnya putran motor akan
menentukan besarnya reduksi yang harus dihasilkan oleh rangkaian roda gigi.
Disamping itu daya motor yang harus dipilih harus mencukupi kebutuhan daya
yang diperlukan bagi rangkaian lift.
Daya motor yang dibutuhkan untuk melayani kebutuhan system lift dapat
dihitung dari persamaan:
)
= 1050 kg (diasumsikan 1 orang beratnya = 70 kg)
Gs = Bobot sangkar lift
= 650 kg
Gcw = Berat bobot Pengimbang
= Gs + 0,5 Q
= 650 + 0,5 (1050)
= 1175 kg
V = Kecepatan lift
tot
η = effisiensi mesin pengangkat
= 0,895 ……… ( Lampiran 1)
η = effisiensi roda pulli deflektor
= 0,85
Dalam prakteknya perlu dilakukan pemeriksaan terhadap daya motor. Hal
ini dikarenkana dibutuhkannya daya yang besar pada saat start atau mungkin
beban yang sangat besar yang terus bekerja setelah start. Dengan demikian perlu
diperhitungkan adanya faktor koreksi yang besarnya adalah : fc = 1,0 ÷ 1,3
………. (Literatur 4 hal 7) dalam hal ini dipilih fc = 1,3
Maka daya motor rencana adalah :
Nd = Fc . Nst
= 1,3 . 14,23
Adapun sumber daya yang dipilih disini adlah dari jala-jala listrik PLN
(AC). Hal ini dikarenakan beberapa alasan yaitu :
Mudah diperoleh
Konstruksi lebih sederhana sehingga lebih mudah dalam hal
penempatannnya dan lebih hemat ruangan
Putaran relative konstan untuk beban yang berfluktuasi
Tidak menimbulkan polusi udara dan polusi suara
Lebih mudah distart
Dalam perencanaan ini motor listrik yang dipilih memiliki 2 (dua) pasang
kutub (pole), dimasa setiap pasangnya terdiri dari 2 (dua) kutub. Maka putaran
motor dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
)
f = frekuensi jala-jala listrik AC
= 50 Hz (standart PLN)
p = Jumlah pasang kutub
= 2 pasang (direncanakan)
Jadi putaran motor listrik dalam perencanaan ini adalah n =1500 rpm. Dari
standarisasi motor listrik AC untuk putaran 1500 rpm dan daya minimal 15,5 hp
diperoleh spesifikasi sebagai berikut:
Daya motor (N) = 20 HP
Rated Speed (n) = 1460 rpm
Diameter Poros Penghubung (d) = 42 mm
Effisiensi (η) = 89,5 %
Faktor Daya (cos ϕ) = 0,8
(data lain dapat dilihat pada lampiran 2 )
4.1.2. Perencanaan Generator Set
Generator set adalah sebagai sumber arus listrik pada sat aliran listrik PLN
padam. Hal ini sangat penting supaya lift tetap dapat beroperasi dan hal hal yang
tidak diinginkan akibat pemadaman arus listrik secara tiba tiba oleh PLN tidak
terjadi. Generator set ini dirancang hanya untuk mengatasi beban listrik untuk
kipas dan penerangan list serta untuk kebutuhan system lift itu sendiri sebanyak 6
unit di Gedung Bank SUMUT Medan.
Generator set yang dipilih harus dapat melayani keseluruhan unit lift
beserta peralatan pendukungnya berupa kipas dan penerangan. Maka KVA total
yang harus dilayani oleh Generator set adalah :
KVA total = KVA lift + KVA kipas dan penerangan
KVA Kipas dan penerangan diperoleh dari hasil survey sebesar 1 KVA
Maka :
KVA total = 86,7 + 1
= 87,7 KVA
Dari perhitungan diatas maka direncanakan generator set dengan daya
keluaran sebesar 10 KVA, cos ϕ = 0,8 dan dihubungkan dengan jala jala listrik
PLN dengan system sinkronisasi.
4.1.3. Pemeriksaan Motor terhadap Beban Lebih (Over Load)
Momen gaya yang dihasilkan motor ketika terjadi percepatan (momen
gaya start motor = Mmot) adalah:
Mmot = Mst + Mdyn ……… ( Lit.3 hal 296)
Dimana :
Mst = Momen tahanan statis
Mst = 71620 (kg/cm)
δ = Koefisien transmisi
GD2 = Momen Girasi komponen pada poros (rotor + kopling )
GD2 = GD2rotor + GD2kopling
GD2rotor = 0,078 kgm2
GD2kopling = I . 4 .g ; untuk D = 200 mm
I = Perkiraan Momen inertia kopling
= 0,0001 kg m/s2 …………. (Lit.3 hal 295)
G’ = Berat Netto maksimum yang diangkat motor
G’ = (Q + Gs) – Gcw (kg)
= (1050 + 650 ) – 1175 = 525 kg
η = efisiensi system transmisi = 89,5 %
Maka momen gaya start motor (Mmot) adalah :
Mmot = Mst + Mdyn (kg m)
= 7,60 + 0,6449
= 8,2449 kg m
Selanjutnya momen gaya ternilai (Mrated) dapat dihitung berdasarkan
persamaan sebagai berikut :
Mst =
Pemeriksaan keamanan motor terhadap beban lebih (over load) didasarkan
pada rasiobeban – motor yaitu perbandingan antara Momen gaya Maksimum (Mmax)
dengan Momen Gaya ternilai (Mrated). Jika perbandingannya lebih kecil dari harga
yang ditentukan maka dapat disimpulkan bahwa motor aman terhadap beban
lebih. Atau dapat dituliskan :
Ratiobeban –motor = max 1,75 2 1,8(dipilih)
Sedangkan :
Sehingga :
Rasiobeban – motor =
60 , 7
2449 , 8
= 1,085
Dari hasil pemeriksaan tersebut didapatkan bahwa nilai perbandingan
antara momen gaya maksimum dengan momen gaya ternilai (ratiobeban – motor) =
1,085. Nilai ini masih berada dibawah nilai izin (ratiobeban –motor izin) = 1,85
sehingga dapat disimpulkan bahwa motor aman terhadap beban lebih (over load)
4.2. PERENCANAAN RODA GIGI CACING
Pada perencanaan lift ini untuk mereduksi putaran motor listrik digunakan
roda gigi cacing. Roda gigi cacing merupakan pasangan dari ulir cacing dan
sebuah roda gigi cacing yang berkait pada ulir cacing.
Keuntungan penggunaan roda gigi cacing ini adalah dimungkinkannya
perbandingan transmisi yang besar yang mana tidak diizinkan oleh system roda
gigi lurus serta cara kerjanya yang halus. Besar reduksi yang diizinkan dapat
mencapai 1 : 100, tetapi arah transmisi pada system roda gigi cacing ini tidak
dapat dibalik karena system roda gigi akan mengunci sendiri. Kekurangan dari
system roda gigi cacing ini adalah effisiensi yang rendah, terutama jika sudut
kisarnya kecil.
4.2.1. Putaran Puli (npuli)
Putaran puli dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Pulli
Jadi perbandingan putaran yang harus direduksi oleh rangkaian roda gigi
cacing adalah:
4.2.2. Bagian bagian utama roda gigi
Bagian bagian utama roda gigi cacing dapat dilihat pada
gambar 4.2 dibawah ini:
Keterangan gambar
a. Diameter luar cacing
b. Diameter jarak bagi cacing
c. Diameter inti cacing
d. Sudut kisar
e. Jarak bagi
f. Kisar
g. Tinggi gigi
h. Tinggi kepala
i. Tinggi kaki
j. Jarak sumbu
k. Diameter lingkaran kaki dari roda cacing
l. Diameter jarak bagi dari roda cacing
m. Diameter tenggorok roda cacing
n. Diameter luar roda cacing
o. Lebar roda cacing
4.2.3. Perencanaan Ukuran Roda Cacing
Data data gigi cacing yang direncanakan adalah:
Daya Motor Listrik (N) = 20 HP = 15 kW
Transmisi Ratio (i) = 24 ; maka : Z = i . Z2 = 24
Putaran Motor (n) = 1460 rpm
Selanjutnya akan dihitung ukuran ukuran roda gigi cacing yang
berdasarkan data data tersebut diatas.
Moment punter Poros Drum (TD)
Momen punter poros cacing (Tc)
= 15 kw
nD = putaran pada poros cacing
= 6,16 x 24 rpm
Bahan poros dipilih SF50 dengan kekuatan tarik σB= 50 kg/mm
Faktor keamanan Sf1 = 5,6 ; Sf2 = 2,15
Tegangan geser izin dapat dihitung dari:
3. Diameter Poros
Diameter Poros Cacing (ds1)
3
Modul Normal dapat dihitung dari:
Dp = jarak bagi diameter (jumlah gigi per inch diameter)
Cacing dan poros merupakan satu kesatuan
6. Modul aksial
8. Diameter jarak Bagi
Diameter jarak bagi cacing (d1)
d1 =
Diameter jarak bagi roda cacing (d2)
d2 = z2 . ms (mm)
10. Tinggi Kepala Gigi Cacing
hk = mn ……… (lit.4 hal.277)
11. Tinggi Kaki Gigi Cacing (hf)
hf = 1,157 mn
= 1,157 . 12,7
= 14,7 mm
12. Kelonggaran Puncak Gigi Cacing (c)
C = 0,157 . mn
= 0,157 . 12,7
= 2 mm
13. Tinggi Gigi Cacing (H)
H = 2,157 . mn
= 2,157 . 12,7
= 76,4 mm
14. Diameter Luar Cacing (dkt)
dkt = d1 – 2 hf
= 51 + (2 . 12,7)
15. Diameter Inti Cacing (dr1)
dr1 = d1 – 2 hf
= 51 – (2.14,7)
= 76,4 mm
16. Diameter Kepala roda Cacing (dt)
dt = d2 + 2 hk
= 314 + (2 . 12,7)
= 288,6 mm
17. Diameter lingkaran kaki roda Cacing (dr2)
Dr2 = d2 – 2 hhk
= 314 - (2 . 14,7)
= 288,6 mm
18. Lebar Roda Cacing (b)
b = 0,557 dk1
= 44,08 mm
20. Jari jari lengkung Puncak Gigi roda cacing (rt)
rt = hk
21. Diameter Luar Roda Cacing (dk2)
4.2.3. Pemeriksaan Kekuatan roda gigi cacing
Pemerikasaan kekuatan roda cacing dilakukan dengan cara
membandingkan beban lentur yang diizinkan atau beban permukaan gigi yang
diizinkan dengan beban teangensial yang dialami oleh permukaan gigi cacing.
Harga terkecil diantara Fmin dan Fac diambil sebagai Fmin
Roda gigi cacing dikatakan aman jika Fmin lebih besar dari pada Ft.
Beban tangensial yang terjadi pada roda gigi cacing dapat dihitung dari :
Ft =
η = effisiensi roda cacing
= 0,57
V = Kecepatan radial roda cacing
= 1,01 m/min
Dalam perencanaan ini dipilih bahan untuk cacing dari baja karbon tempa
SF50 dengan kekuatan tarik σa = 5,5 kg sedangkan bahan untuk roda cacing
dipilih besi cor kelabu dengan spesifikasi:
Tegangan lentur yang diizinkan = 5.5 kg
Faktor bentuk (Y)
Y = 0.314 (dipergunakan untuk dua arah putaran) ……….. (lit. 4
hal 279) selanjutnya beban lentur yang diizinkan bahan pada roda cacing (Fab)
dapat dihitung dari:
Fab = σba.bc.hk.Y
= 5,5 . 54,02 . 1,7 . 0,13
Beban permukaan gigi yang diizinkan dapat dihitung dari:
Fac = kc.d2.bc.Kt
Dimana :
Kc = faktor tahan aus untuk bahan cacing
= 0,035 kg/mm2 (baja celup dingin)…………. (Lampiran 4)
Kγ = faktor sudut kisar
= 12,5 ( untuk γ =10o -15o) ………. (literature 4 hal 280)
Maka :
Fac = 0,035 . 314 . 54,02 . 12,5
= 742,1 kg
Seperti telah disebutkan terdahulu bahwa harga terkecil diantara (Fab) dan
(Fac) diambil sebagai Fmin = 742.1 kg disini harga Fmin lebih besar dari pada F
sehingga dapat disimpulkan bahwa roda gigi cacing aman terhadap beban lentur.
4.2.4. Analisa Gaya pada Roda Gigi Cacing
Gaya yang timbul pada roda gigi ini adalah gaya W seperti yang terlihat
Gambar 4.3. Analisa Gaya Roda Gigi Cacing
Dari gambar diatas terlihat tiga komponen gaya orthogonal yaitu:
Wx = W . Cos φn+ µ. Cos λ
Wy = W . Sin φn
Wz = W . Cos φn+ µ. Sin λ
Dimana :
W = gaya Normal
Wx = gaya searah sumbu x
= gaya aksial pada poros cacing
Wy = gaya searah sumbu y
= gaya radial yang menybabkan momen bengkok pada poros cacing
= gaya tangensial yang bekerja pada poros cacing
Pada kenyataannya terdapat gesekan antara cacing dengan roda cacing,
sehingga persamaan tersebut diatas menjadi:
Wx = W . (Cos φn. Sinλ + µ. Cos λ)
Wy = W . Sin φn
Wz = W .( Cos φn. Cos λ+ µ. Sin λ)
Untuk menghitung gaya gaya diatas, maka terlebih dahulu dicara gaya
normal (W).
Vc = Kecepatan garis puncak
Dimana:
z1 = Perbandingan transmisi roda gigi = 1
sehingga :
µ = koefisien gesekan
Untuk menghitung koefisien gesekan terlebih dahulu harus dihitung
Vs =
Dari grafik koefisien gesek (µ) dan kecepatan dahulu harus dihitung kecepatan
luncur Vs diperoleh untuk harga Vs = 787,6 fpm maka µ = 0,028.
Gambar 4.4. Grafik Koefisien Gesek (µ) dan Kecepatan Luncur (Vs)
Sehingga gaya normal menjadi :
Selanjutnya dapat dihitung ketiga komponen gaya orthogonal lainnya
yaitu: Wx,Wy, dan Wz.
Wx = W {(Cos φn.Sinλ)+ (µ.cosλ)}
= 372,5 kg
Wy = W. Sin φn
= 1433 . sin 14,15
= 350,3 kg
Wz = W {(cos φn.cosλ)-(µ.sinλ)}
= 1338,7 kg
Jadi gaya pada roda gigi cacing:
Gaya aksial Wx = 372,5 kg
Gaya radial Wy = 350,3 kg
Gaya tangensial Wz = 1338,7 kg
Berat roda gigi cacing (W1) dapat dihitung dari :
Wt = π ( ) .ρ
4
2 1 2
22 d b
d − s
d2 = diameter jarak bagi roda cacing
= 314 mm
ds2 = diameter poros roda cacing/drum
= 66 mm
Sehingga:
W1 = (3142 662)44,08.7,8 10 6
4 14 ,
3 −
− x
= 25,41 kg
Gaya radial yang terjadi pada roda gigi cacing (Wy1)
Wy1 = Wy + W1
= 350,3 + 25,41
= 375,71
Berat puli penggerak (drum)
Pulli penggerak dipilih dari bahan besi cor kelab yang memiliki massa
jensi ρ= 7,8 x 10-6 kg/m3 ………. (lit. 3 hal 358)
Dari perhitungan sebelumnya telah diperoleh diameter puli penggerak
Dpuli = 465 mm