• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Penyuluhan Dan Peningkatan Kompetensi Profesional (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Penyuluhan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun Terhadap Peningkatan Kompetensi Profesional Guru SMP Negeri 1 Kecamatan Raya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Komunikasi Penyuluhan Dan Peningkatan Kompetensi Profesional (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Penyuluhan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun Terhadap Peningkatan Kompetensi Profesional Guru SMP Negeri 1 Kecamatan Raya)"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI PENYULUHAN DAN PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Penyuluhan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun Terhadap Peningkatan Kompetensi Profesional Guru SMP Negeri 1

Kecamatan Raya)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh :

FRENSI PURBA 060904087

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah Bapa di Surga atas berkat, kasih dan penyertaanNya yang tak pernah berkesudahan dalam setiap detik kehidupan penulis hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, Drs.S.Purba dan M.Damanik,S.Pd yang senantiasa memberi dukungan dengan kasih sayang dan mendoakan penulis. Demikian juga buat adik- adik penulis yang setia memotivasi penulis, Harry Alfredo Purba di UNSRI Palembang, Try Wardana Purba dan Tommy Handoko Purba.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis dimotivasi melalui bantuan dan dukungan yang diberikan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan FISIP USU.

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA, selaku Kepala Departemen Ilmu Komunikasi.

3. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, selaku Dosen Wali penulis yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan.

4. Bapak Drs. Mukti Sitompul, M.Si, selaku dosen pembimbing penulis yang telah memberikan bimbingan dan motivasi yang banyak dan berharga serta meluangkan waktu, tenaga dan kesabaran dalam membantu pengerjaan skripsi ini.

5. Semua Dosen di Departemen Ilmu Komunikasi dan pegawai administrasi FISIP USU. 6. Kak Ros, Kak Maya dan Kak Cut, atas semua bantuannya dalam urusan administrasi. 7. Bapak Drs.Dohar Saragih, selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Raya Kabupaten

Simalungun yang telah membantu

(3)

9. Seluruh Guru SMP Negeri 1 Raya Kabupaten Simalungun yang mau meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner.

10. Laxmi Juita Saragih, SKM, selaku tante dan teman satu kamar di kos yang selalu memberi dukungan dan doa bahkan sampai akhir penyelesaian skripsi.

11. Keluarga Power Rangers, Happy Yummy, Jula-jula, Flickazone, dan teman-teman Komunikasi stambuk 2006 yang lain. Penulis merasa sangat senang menjadi bagian dari stambuk 2006 yang kompak.

12. KK Euodia Benaya (Kak Ibeth, Kak Cisna, Hanna, Ayu, Gusti, Pertiwi, Febrina dan Johanes) yang setia memotivasi, meluangkan waktu dalam membantu pengerjaan skripsi dan tetap berkontak doa.

13. KK Alzire (Arnold, Damai, Nora, Ensy, Susi, Mey dan Tika) dan KK Nafiri (Mesra, Nesry, Vina, Natali) atas dukungan dan doanya.

14. Dedek, Nelvita, Kak Novi dan Elfriani yang mau membantu dan memberi masukan dalam pengerjaan skripsi dan semua teman-teman Komunikasi 2006.

15. TPP UKM KMK USU UP PEMA FISIP 2010 yang selalu memotivasi, mendoakan dan mendengarkan segala keluh kesah penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini belum mencapai kesempurnan, karena itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Medan, Juni 2010

Penulis

(4)

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh Komunikasi Penyuluhan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun Terhadap Peningkatan Kompetensi Profesional Guru SMP Negeri 1 Kecamatan Raya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu metode yang berusaha untuk meneliti sejauhmana variasi pada satu variabel berhubungan pada variasi variabel-variabel lain.

Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 59 orang. Teknik Sampling yang digunakan adalah Total Sampling, sehingga sampel dari penelitian ini sebanyak 59 orang.

Teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) yaitu hasil kuesioner dan wawancara serta penelitian kepustakaan (Library Research) melalui literatur dan sumber bacaan.

Teknik Analisa Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rho Rank-Order Correlations) oleh Spearman dengan hasil 0.81. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel digunakan skala Guilford. Hasil 0.81 berada di skala 0,71 – 0,90 yang menunjukkan hubungan yang tinggi dan kuat antara komunikasi penyuluhan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun terhadap peningkatan kompetensi profesional guru SMP Negeri 1 Raya. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap Y digunakan rumus ttest, dimana thitung > ttabel, thitung = 10.42 dan ttabel = 2.02 sehingga pengaruh komunikasi penyuluhan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun mempengaruhi peningkatan kompetensi profesional guru SMP Negeri 1 Raya sebesar 65.61%.

Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh komunikasi penyuluhan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun terhadap peningkatan kompetensi profesional Guru SMP Negeri 1 Kecamatan Raya.

(5)

DAFTAR ISI

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian ... 6

I.4.2. Manfaat Penelitian ... 7

I.5. Kerangka Teori I.5.1. Komunikasi ... 8

I.5.2. Komunikasi Penyuluhan ... 9

I.5.3. Guru ... 12

I.5.4. Kompetensi Profesional ... 13

I.6. Kerangka Konsep ... 16

I.7. Model Teoritis ... 17

I.8. Operasional Variabel ... 17

I.9. Definisi Operasional Variabel ... 19

I.10. Hipotesis ... 23

BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi II.1.1. Pengertian Komunikasi ... 25

II.1.2. Proses Komunikasi... 27

II.1.3. Unsur-unsur Komunikasi ... 28

II.1.4. Fungsi Komunikasi ... 30

II.1.5. Tujuan Komunikasi ... 30

II.1.6. Ruang Lingkup Komunikasi ... 31

II.2. Komunikasi Penyuluhan II.2.1. Pengertian Komunikasi Penyuluhan ... 34

II.2.2. Perencanaan Komunikasi untuk Penyuluhan ... 36

II.2.3. Efektivitas Penyuluhan... 39

II.3. Komunikasi Antar Pribadi II.3.1. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi... 40

II.3.2. Teknik Berkomunikasi Secara Tatap Muka ... 42

II.3.3. Sifat-sifat Komunikasi Antar Pribadi ... 43

(6)

II.4.2. Proses Persuasi ... 46

II.4.3. Teori-teori Persuasi ... 46

II.5. Guru II.5.1. Pengertian Guru... 48

II.5.2. Fungsi dan Peranan Guru ... 49

II.5.3. Peranan Guru dalam Pembelajaran Tatap Muka... 51

II.6. Kompetensi Profesional II.6.1. Pengertian Kompetensi Profesional ... 54

II.6.2. Pentingnya Kompetensi Guru ... 55

II.6.3. Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Profesional Guru... 56

II.7. Teori S-O-R ... 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian III.1.1. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 1 Raya... 60

III.1.2. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 64

III.1.3. Data Sarana dan Lapangan ... 65

III.1.4. Data Prestasi Sekolah dan Kelulusan ... 69

III.1.5. Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Raya Kabupaten Simalungun... 70

III.2. Metode Penelitian... 71

III.3. Lokasi Penelitian ... 71

III.4. Populasi dan Sampel III.4.1. Populasi ... 71

III.4.2. Sampel ... 72

III.5. Teknik Pengumpulan Data ... 72

III.6. Teknik Analisis Data ... 73

III.7. Proses Pengolahan Data ... 75

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Analisis Tabel Tunggal IV.1.1. Karakteristik Responden ... 77

IV.1.2. Komunikasi Penyuluhan ... 80

IV.1.3. Peningkatan Kompetensi Profesional... 94

IV.2. Analisis Tabel Silang... 104

IV.3. Uji Hipotesis... 116

IV.4. Pembahasan ... 119

BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan... 121

V.2. Saran ... 122 DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

Tabel 1 Variabel operasional ... 18

Tabel 2 Data kepala sekolah...64

Tabel 3 Kualifikasi pendidikan, status, jenis kelamin, dan jumlah ...64

Tabel 4 Prestasi guru ...64

Tabel 5 Tenaga pendukung ...65

Tabel 6 Data ruang belajar ...65

Tabel 7 Data ruang penunjang...66

Tabel 8 Data ruang kantor ...66

Tabel 9 Data perabot ruang kelas ...66

Tabel 10 Data perabot ruang belajar lainnya...67

Tabel 11 Data perabot ruang kantor ...67

Tabel 12 Data perabot ruang penunjang...68

Tabel 13 Fasilitas penunjang perpustakaan...68

Tabel 14 Koleksi buku perpustakaan ...68

Tabel 15 Lapangan olahraga dan upacara ...69

Tabel 16 Prestasi akademik NUN siswa dua tahun terakhir ...69

Tabel 17 Angka kelulusan dan melanjutkan ...69

Tabel 18 Perolehan kejuaraan/prestasi akademik lomba-lomba ...69

Tabel 19 Perolehan kejuaraan/prestasi non akademik ...70

Tabel 20 Jenis kelamin responden...77

Tabel 21 Usia responden ...78

(8)

Tabel 23 Lama bekerja ...79 Tabel 24 Frekuensi dialog atau komunikasi tatap muka oleh Pengawas

Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun ...80 Tabel 25 Frekuensi pengiriman surat mengenai kompetensi profesional

oleh Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun ...81 Tabel 26 Empati Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun...82 Tabel 27 Suasana hubungan akrab yang diciptakan Pengawas Sekolah

Dinas Pendidikan Simalungun ...82 Tabel 28 Kesesuaian atau keserasian program penyuluhan terhadap budaya

guru SMP Negeri 1 Kecamatan Raya ...83 Tabel 29 Frekuensi forum diskusi yang diadakan oleh Pengawas Sekolah Dinas

Pendidikan Simalungun ...84 Tabel 30 Demonstrasi atau pertunjukan cara/metode dan hasil dari materi

penyuluhan oleh Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan ...85 Tabel 31 Metode penyuluhan dengan memberi bimbingan yang disertai latihan

atau praktek yang langsung diperagakan guru ...86 Tabel 32 Pemahaman bentuk, pola atau contoh materi pembelajaran yang

digunakan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun...87 Tabel 33 Pemahaman akan tampilan berupa gambar atau penjelasan yang

diproyeksikan dan mengandung pesan penyuluhan dari Pengawas

Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun ...88 Tabel 34 Sifat keterangan atau bukti penjelasan tercetak sebagai bahan

(9)

Tabel 35 Ketertarikan responden terhadap gagasan atau ide dalam penyuluhan

yang disampaikan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun ...90

Tabel 36 Gaya bahasa yang disampaikan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun ...91

Tabel 37 Pemahaman akan informasi atau penjelasan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun melalui artikel, esai, poster, tulisan dan tindakan isyarat tubuh...92

Tabel 38 Pemilihan waktu penyuluhan yang ditentukan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun ...93

Tabel 39 Kesesuaian lokasi atau ruangan penyuluhan kompetensi profesional ....94

Tabel 40 Kemampuan menginterpretasikan materi, struktur, konsep dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran mata pelajaran guru...94

Tabel 41 Kemampuan menginterpretasikan materi, struktur, konsep dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran mata pelajaran guru...95

Tabel 42 Pemahaman standar kompetensi yang diampu guru ...96

Tabel 43 Pemahaman kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu guru ...97

Tabel 44 Tujuan pembelajaran yang diampu oleh guru ...97

Tabel 45 Kesesuaian dalam memilih materi pembelajaran yang diampu terhadap tingkat perkembangan peserta didik...98

Tabel 46 Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai tingkat perkembangan peserta didik ...99

(10)

Tabel 48 Kemampuan memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan ...100 Tabel 49 Frekuensi melakukan penelitian tindakan kelas...101 Tabel 50 Kemampuan mengikuti kemajuan/perkembangan zaman dengan

belajar dari berbagai sumber ... 102 Tabel 51 Frekuensi memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

di kelas...102 Tabel 52 Kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

untuk pengembangan diri ... 103 Tabel 53 Hubungan frekuensi forum diskusi yang diadakan Pengawas Sekolah

Dinas Pendidikan mengenai kompetensi profesional terhadap

ketertarikan guru akan gagasan atau ide dalam penyuluhan ... 104 Tabel 54 Hubungan pemahaman bentuk, pola atau contoh materi pembelajaran

yang digunakan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun terhadap sifat keterangan atau bukti penjelasan tercetak berupa dokumen tentang penyuluhan sebagai bahan informasi bagi guru ... 106 Tabel 55 Hubungan pemahaman bentuk, pola atau contoh materi pembelajaran

yang digunakan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun terhadap kemampuan guru menganalisis materi, struktur, konsep dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan mata pelajaran ... 108 Tabel 56 Hubungan metode penyuluhan yang dilakukan Pengawas Sekolah Dinas

Pendidikan Simalungun dengan memberikan bimbingan pendidikan yang disertai latihan atau praktek secara langsung terhadap frekuensi guru memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam

(11)

Tabel 57 Hubungan kepuasan demonstrasi atau pertunjukan sebuah cara/metode dan hasil dari materi penyuluhan kompetensi profesional terhadap

tingkat pemahaman standar kompetensi yang diampu guru ... 113 Tabel 58 Hubungan ketertarikan akan gagasan atau ide dalam penyuluhan yang

disampaikan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun terhadap kemampuan guru mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari

(12)

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh Komunikasi Penyuluhan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun Terhadap Peningkatan Kompetensi Profesional Guru SMP Negeri 1 Kecamatan Raya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu metode yang berusaha untuk meneliti sejauhmana variasi pada satu variabel berhubungan pada variasi variabel-variabel lain.

Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 59 orang. Teknik Sampling yang digunakan adalah Total Sampling, sehingga sampel dari penelitian ini sebanyak 59 orang.

Teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) yaitu hasil kuesioner dan wawancara serta penelitian kepustakaan (Library Research) melalui literatur dan sumber bacaan.

Teknik Analisa Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rho Rank-Order Correlations) oleh Spearman dengan hasil 0.81. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel digunakan skala Guilford. Hasil 0.81 berada di skala 0,71 – 0,90 yang menunjukkan hubungan yang tinggi dan kuat antara komunikasi penyuluhan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun terhadap peningkatan kompetensi profesional guru SMP Negeri 1 Raya. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap Y digunakan rumus ttest, dimana thitung > ttabel, thitung = 10.42 dan ttabel = 2.02 sehingga pengaruh komunikasi penyuluhan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun mempengaruhi peningkatan kompetensi profesional guru SMP Negeri 1 Raya sebesar 65.61%.

Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh komunikasi penyuluhan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun terhadap peningkatan kompetensi profesional Guru SMP Negeri 1 Kecamatan Raya.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan sangat berperan bagi setiap manusia baik pada masa kini bahkan pada masa yang akan datang, sebab sumber daya manusia merupakan unsur yang sangat penting dalam menunjang perkembangan suatu negara. Pendidikan yang diidamkan adalah pendidikan yang berkompeten atau sukses dalam menghasilkan tunas-tunas bangsa yang akhirnya dapat memimpin bangsa di dalam profesi yang digeluti dari setiap orang yang merupakan hasil dari pendidikan tersebut.

Pendidikan dapat didefenisikan sebagai usaha untuk menghasilkan perubahan-perubahan pada perilaku manusia. Untuk menguji apakah suatu kegiatan itu pendidikan atau bukan adalah dengan melihat apakah kegiatan itu menghasilkan perubahan perilaku pada diri orang-orang yang menjadi atau terkena sasaran kegiatan. Perubahan perilaku yang disebabkan oleh kegiatan pendidikan biasanya berupa : (1) perubahan dalam pengetahuan atau hal yang diketahui; (2) perubahan dalam keterampilan atau kebiasaan dalam melakukan sesuatu; dan (3) perubahan dalam sikap mental atau segala sesuatu yang dirasakan (Yustina, 2003:20).

(14)

bahasa pengantar, mau tidak mau siswa menjadi terlatih untuk menggunakan bahasa internasional tersebut (Tempo, Edisi 29 November 2009).

Kualitas sumber daya manusia (SDM) guru di Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kendala yang dihadapi pemerintah daerah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Secara bertahap, sejumlah guru PNS baik guru SD dan sekolah menengah diberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan diberi bantuan biaya pendidikan. Saat ini 500 lebih guru sedang mengikuti pendidikan lanjutan di berbagai perguruan tinggi. Mereka mendapatkan bantuan dana pendidikan sekitar Rp 1,5 juta per guru setiap tahun. Dikjar Kabupaten Simalungun mengusulkan anggaran sekitar Rp1 miliar lebih untuk peningkatan mutu tenaga kependidikan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Simalungun Tahun Anggaran (TA) 2009. Dikatakan bahwa dana peningkatan mutu tenaga pendidikan itu dialokasikan untuk pemberian bantuan dana pendidikan lanjutan bagi guru, sertifikasi, dan mengikuti pelatihan-pelatihan bagi guru-guru pegawai negeri sipil (PNS). Memperbaiki kualitas pendidikan memang tidak hanya dilakukan pada sarana fisik, namun kualitas tenaga pendidik juga harus diperhatikan

 

(15)

Pengawas pendidikan bertanggung jawab atas pelaksanaan program pendidikan. Dikatakan demikian, karena tugas seorang pengawas sekolah adalah memberikan bantuan dan layanan kepada personil sekolah agar dapat melaksanakan tugasnya. Personil sekolah yang dimaksud adalah sumber daya yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam proses pembelajaran (Siahaan, 2006:47). Guru merupakan sasaran utama pemberian layanan bantuan pengawas. Namun demikian bukan berarti para pengawas mengabaikan personil lainnya, seperti kepala sekolah dan tenaga administrasi yang ada di lingkungan persekolahan. Peran guru di lembaga pendidikan, menjadi sentral karena guru merupakan personil sekolah yang berhadapan langsung dengan peserta didik. Gurulah yang tahu bagaimana perilaku peserta didik, oleh karenanya gurulah yang biasanya akan mengalami tantangan, hambatan dan masalah ketika proses pembelajaran berlangsung di kelas.

(16)

baru masih rendah dan guru jarang diikutsertakan dalam perlombaan tingkat kabupaten atau provinsi.

SMP Negeri 1 Raya adalah salah satu sekolah menengah pertama negeri yang berada di pusat kabupaten dan merupakan SMP tertua dengan jumlah guru dan kelas yang paling banyak dari SMP lainnya di Kecamatan Raya. Dibanding dengan tiga SMP negeri lainnya, SMP Negeri 1 merupakan SMP terfavorit di Kecamatan Raya dilihat dari jumlah siswa dan nilai-nilai siswanya yang lebih unggul. Melalui standar nasional sekolah, SMP Negeri 1 Raya dinyatakan sebagai sekolah rintisan standar nasional. Pengawas sekolah Dinas Pendidikan Simalungun melakukan penyuluhan setelah mengadakan supervisi ke sekolah dan supervisi yang dilakukan hampir sekali dalam sebulan selama tahun 2009, didapati bahwa perlunya penyuluhan pendidikan dan latihan akan metode pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) demi tercapainya guru yang profesional.

(17)

pembelajaran seperti program tahunan, program semester dan silabus. Kedua, materi tentang pemaparan model-model pembelajaran dalam rangka proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan diberikan pada bulan September 2009. Ketiga, pada bulan Januari 2010 dilakukan penyuluhan tentang pelaksanaan alat bantu belajar atau media pembelajaran. Media pembelajaran dapat digunakan untuk menyampaikan informasi ke sumber peserta didik yang bertujuan merangsang mereka untuk mengikuti program pembelajaran. Oleh karena itu emdia, selain digunakan untuk mengantarkan pembelajran secara utuh, dapat juga dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran, memberikan penguatan maupun motivasi. Penyuluhan yang keempat sekaligus terakhir dalam tahun pelajaran ini akan dilaksanakan pada Maret atau April 2010 dengan materi penyuluhan mengenai pelaksanaan penialian (penilaian, analisis ulangan, remedial&pengayaan serta analisis butir soal).

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmana pengaruh komunikasi penyuluhan pengawas sekolah Dinas Pendidikan terhadap peningkatan kompetensi profesional Guru SMP Negeri 1 di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun.

I.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut:

(18)

I.3. PEMBATASAN MASALAH

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan mengambang, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan pembatasan masalah yang lebih spesifik agar menjadi lebih jelas. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Yang dimaksud dengan komunikasi penyuluhan terbatas pada metode penyuluhan, media penyuluhan, materi penyuluhan, waktu dan tempat penyuluhan.

b. Yang dimaksud dengan kompetensi profesional terbatas pada menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu, mengembangkan materi pembelajaran yang mampu secara kreatif, mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.

c. Penelitian dilakukan bulan April 2010.

I.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN I.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peranan komunikasi penyuluhan yang dilakukan oleh pengawas sekolah Dinas Pendidikan Simalungun.

(19)

3. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi penyuluhan oleh pengawas sekolah Dinas Pendidikan terhadap peningkatan kompetensi profesional guru SMP Negeri 1 Raya Kabupaten Simalungun.

I.4.2. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaaan di lingkungan FISIP USU, khususnya di bidang ilmu komunikasi.

2. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya penelitian dan dapat memperluas cakrawala pengetahuan peneliti serta mahasiswa FISIP USU mengenai komunikasi penyuluhan.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan positif bagi para pelaku pendidikan dalam hal komunikasi penyuluhan pengawas sekolah Dinas Pendidikan Simalungun dan guru SMP Negeri 1 Raya Kabupaten Simalungun pada khususnya serta di dunia pendidikan secara umum. 

I.5. KERANGKA TEORI

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok fikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti. (Nawawi, 2005:39-40).

(20)

Dalam penelitian ini, teori-teori yang akan dikembangkan adalah: I.5.1. Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin

communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti

“membuat sama” (to make common). Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2005:41).

Menurut Carl I. Hovland (Effendy, 2005:10), komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Sedangkan menurut Lasswell komunikasi adalah proses penyampaian pesa oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar “gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat dimengerti, diterima, dan bahkan dilakukan oleh komunikan (Effendy, 2005:11).

Wilbur Schramm (Effendy, 1992:32-33) dalam karyanya “How Communication Works” mengatakan the condition of success in communication diringkaskan sebagai berikut

:

a. Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud.

b. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama dapat dimengerti. c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan, dan

(21)

d. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok tempat komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

I.5.2. Komunikasi Penyuluhan

Penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti ‘obor’, dalam arti kita mampu memberi penerangan dari keadaan gelap menjadi terang. Samsuddin menyebut penyuluhan sebagai usaha pendidikan non formal untuk mengajak orang mau melaksanakan ide-ide baru (Mulyana, 2007:11). Penyuluhan juga merupakan kegiatan mendidikkan sesuatu kepada masyarakat, memberi mereka pengetahuan, informasi-informasi, dan kemampuan-kemampuan baru, agar mereka dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya (Nasution, 1990:7).

Claar et al., (Nasution, 1990:11) membuat rumusan bahwa penyuluhan merupakan jenis khusus pendidikan pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan program yang non-edukatif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyuluhan dimaksudkan sebagai kegiatan memberi penerangan ataupun penjelasan kepada mereka yang disuluhi, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai suatu masalah tertentu.

(22)

penyuluhan diartikan sebagai proses perubahan social, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholder (individu, kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri, dan partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan.

Pada hakekatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami, meminati, dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan nyata, adalah suatu proses komunikasi. Dengan demikian kelihatanlah bagaimana pentingnya memenuhi persyaratan komunikasi yang baik untuk tercapainya hasil penyuluhan yang baik. Dalam melakukan penyuluhan, faktor penyampaian (baca : pengkomunikasian) hal-hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu disain, yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal-hal pokok berikut ini :

(a) Masalah yang dihadapi (b) Siapa yang akan disuluh

(c) Apa tujuan (objectives) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan (d) Pendekatan yang dipakai

(e) Pengembangan pesan

(f) Metoda/saluran yang digunakan

(g) Sistem evaluasi yang “telah terpasang” atau “built-in” di dalam rencana keseluruhan kegiatan dimaksud (Nasution, 1990:11).

(23)

tujuan untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku, pengetahuan dan keterampilan sasaran komunikasi, baik secara langsung atau tidak langsung sehingga sasaran komunikasi akan berubah menuju ke arah lebih baik dengan cara mengikuti saran, gagasan atau inovasi yang diajarkan (Setiana, 2005:18).

Berikut adalah faktor pendukung efektivitas penyuluhan (Setiana, 2005:48-56) : a. Metode Penyuluhan, berdasarkan pendekatan sasaran:

(1) Pendekatan perorangan (personal approach). Dalam metode ini penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung. Metode ini dinilai sangat efektif karena dapat secara langsung memecahkan masalah atas bimbingan penyuluh, tetapi dari segi jumlah sasaran yang dicapai metode ini kurang efektif. Metode ini biasanya dilakukan dengan berdialog langsung, surat-menyurat, hubungan telepon. Dalam pendekatan perorangan ini (Nasution, 1990:22-24) juga menyatakan seorang penyuluh dituntut untuk memiliki: kemampuan empati, menciptakan situasi homophily dengan khalayak, dan menegakkan keserasian program.

(2) Pendekatan kelompok (group approach). Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode pendekatan kelompok lebih menguntungkan karena adanya umpan balik, yang termasuk dalam metode pendekatan kelompok ini diantaranya diskusi kelompok, demonstrasi cara dan hasil, karyawisata, kursus, dan lain-lain.

(24)

photo, leaflet,sheet), gambar diproyeksikan (slide, film, film-strip, video, movie-film) dan lambang grafika (grafik batang dan garis, diagram, skema, peta).

c. Materi Penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan berupa informasi-informasi atau pesan. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan/atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud. Selanjutnya Lasswell (Mulyana, 2005:63) mengatakan pesan mempunyai tiga komponen yaitu makna (gagasan, ide dan nilai), simbol yang digunakan (bahasa atau kata-kata) dan

bentuk pesan (verbal dan nonverbal). Materi dalam penyuluhan adalah yang sesuai

dengan kebutuhan sasaran dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran penyuluhan.

d. Waktu dan Tempat Penyuluhan. Dalam penyuluhan pengaturan waktu dan tempat yang tepat harus sesuai situasi dan kondisi masyarakat sasaran penting dan saling berkaitan dalam mencapai tujuan penyuluhan. Kapan dan dimana dilaksanakan penyuluhan harus terkesan tidak mengganggu dan merugikan sasaran.

I.5.3. Guru

Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Pendapat Laurence D. Hazkew dan Jonathan C. Mc Lendon (Uno, 2008:15) dalam bukunya This is Teaching : Teacher is professional person who conducts classes.” (Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas).

Sedangkan menurut Jean D. Grambs dan C. Morris Mc Clare dalam Foundation of Teaching, An Introduction to Modern Education, guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan

(25)

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Sebagai seorang organisatoris, guru harus menciptakan proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan sebagai seorang administrator, guru sebaiknya mengadministrasikan setiap kegiatan sesuai kebutuhan sekolah. Misalnya membuat rencana pembelajaran secara tertulis, penataan administrasi kelas, kegiatan serta proses administrasi lainnya (Majalah FORWAS, Nomor 26/XII/2007).

Posisi dan peran guru: a. Pemimpin belajar b. Fasilitator belajar c. Moderator belajar d. Motivator belajar e. Evaluator belajar

Oleh karena itu, syarat-syarat guru yang baik dan berhasil adalah : a. Guru harus berijazah

b. Guru harus sehat jasmani dan rohani

c. Guru harus bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik d. Guru haruslah orang yang bertanggung jawab

e. Guru di Indonesia harus berjiwa nasional (Uno, 2008:27-29).

I.5.4. Kompetensi Profesional

(26)

teminologi yang berlaku umum, istilah kompetensi berasal dari bahasa Inggris competence sama dengan being competent dan competent sama dengan having ability, power, authority, skill, knowledge, attitude, etc. Pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan dan

kecakapan. Seseorang yang dinyatakan kompeten di bidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan.

Cooper (Uno, 2008:67), mengemukakan empat kompetensi guru, yakni (a) mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, (b) mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya, (c) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya, serta (d) mempunyai ketrampilan teknik mengajar.

Guru yang memiliki kompetensi profesional perlu menguasai antara lain (Uno, 2008:64): a. Disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran

b. Bahan ajar yang diajarkan

c. Pengetahuan tentang karakteristik siswa

d. Pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan

e. Pengetahuan serta penguasaan metode dan model mengajar f. Penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran g. Pengetahuan terhadap penilaian

Sedangkan dalam (Peraturan Pemerintah RI No.74 tahun 2008 tentang Guru) Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.16 Tahun 2007 Tanggal 4 Mei 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, menyebutkan bahwa Kompetensi Profesional Guru mencakup :

(27)

a. Menginterpretasikan materi, struktur, konsep dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran mata pelajaran guru tersebut.

b. Menganalisis materi, struktur, konsep dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan mata pelajaran guru tersebut.

2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.

a. Memahami standar kompetensi yang diampu.

b. Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. c. Memahami tujuan pembelajaran yang diampu.

3. Mengembangkan materi pembelajaran yang mampu secara kreatif.

a. Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

b. Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

a. Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus.

b. Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan. c. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan. d. Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.

(28)

I.6. KERANGKA KONSEP

Bungin (Kriyantono, 2006:17) mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama, sedangkan Kerlinger menyebut konsep sebagai abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus.

Jadi kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai, dapat menuntun penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 2005:40).

Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan di atas, ada beberapa konsep yang harus dioperasionalisasikan menjadi:

a. Variabel Bebas atau Independence Variable (X)

Variabel bebas adalah gejala-gejala atau faktor-faktor atau sifat-sifat yang menjadi alasan atau sebab muncul atau adanya varibel kedua sebagai akibat (Nawawi, 2005:49).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “komunikasi penyuluhan.” b. Variabel Terikat atau Dependence Variable (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya.

c. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “peningkatan kompetensi profesional” Variabel Antara (Z)

Variabel antara adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol. (Nawawi, 2005:58).

(29)

I.7. MODEL TEORITIS

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:

I.8. OPERASIONAL VARIABEL

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka dibuat operasionalisasi variabel yang berfungsi membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu:

Variabel Bebas (X) Komunikasi Penyuluhan

Variabel Terikat (Y)

Peningkatan Kompetensi Profesional

(30)

Tabel 1. Variabel Operasional

a. Metode Penyuluhan

- Pendekatan perorangan : dialog langsung, surat-menyurat, kemampuan empati, menciptakan situasi homophily, menegakkan keserasian program.

- Pendekatan kelompok : diskusi kelompok, demonstrasi cara dan hasil, pendidikan dan latihan (diklat).

b. Media Penyuluhan

model tiruan/format, gambar dan penjelasan yang diproyeksikan atau slide, dokumen.

c. Materi Penyuluhan - makna (gagasan atau ide)

- simbol yang digunakan (bahasa atau kata-kata) - bentuk pesan (verbal dan nonverbal)

d. Waktu dan Tempat Penyuluhan - waktu

a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu :

- menginterpretasikan - menganalisis

b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu :

- memahami standar kompetensi - memahami kompetensi dasar - memahami tujuan pembelajaran.

c. Mengembangkan materi pembelajaran yang mampu secara kreatif: : - memilih

- mengolah.

d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif :

- melakukan refleksi

- memanfaatkan hasil refleksi

- melakukan penelitian tindakan kelas - belajar dari berbagai sumber.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.:

(31)

I.9. DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL

Dalam penelitian ini defenisi operasional berfungsi untuk memperjelas pengertian variabel-variabel. Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (Komunikasi Penyuluhan), terdiri dari :

a. Metode Penyuluhan terdiri dari:

- Pendekatan Perorangan (personal approach) yaitu:

(1) Dialog langsung adalah metode Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun dengan berdialog atau berkomunikasi secara tatap muka dengan guru SMP Negeri 1 Raya.

(2) Surat-menyurat adalah metode Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun dengan mengirimkan surat yang berhubungan dengan penyuluhan kompetensi profesional kepada guru SMP Negeri 1 Raya.

(3) Kemampuan empati adalah kemampuan empati Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun untuk menempatkan dirinya pada posisi guru SMP Negeri 1 Raya yang dibinanya.

(4) Menciptakan suasana homophily adalah membangun suasana hubungan akrab, dimana Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun tidak lagi dirasakan berbeda dengan guru SMP Negeri 1 Raya.

(5) Menegakkan keserasian program adalah program penyuluhan kompetensi profesional oleh Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan dapat diterima, serasi atau sesuai dengan budaya guru SMP Negeri 1 Raya.

- Pendekatan kelompok (group approach)

(32)

forum diskusi pertukaran informasi, pendapat atau teknik-teknik mengenai kompetensi profesional.

(2) Demonstrasi cara dan hasil adalah demonstrasi atau pertunjukan sebuah cara/metode dan hasil dari materi penyuluhan kompetensi profesional oleh Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun kepada guru SMP Negeri 1 Raya.

(3) Pendidikan dan latihan (diklat) adalah suatu metode penyuluhan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan dengan memberi bimbingan pendidikan yang disertai latihan atau praktek secara langsung diperagakan oleh guru SMP Negeri 1 Raya.

b. Media Penyuluhan

(1) Model tiruan/format adalah suatu bentuk, pola atau contoh materi pembelajaran yang dipakai oleh Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun untuk melakukan penyuluhan kepada guru SMP Negeri 1 Raya. (2) Gambar dan penjelasan yang diproyeksikan atau slide adalah suatu bentuk

tampilan yang diproyeksikan dan mengandung pesan-pesan penyuluhan dari Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun kepada guru SMP Negeri 1 Raya berupa gambar atau penjelasan.

(3) Dokumen adalah keterangan atau bukti penjelasan tercetak berupa dokumen tentang penyuluhan dari Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan untuk dapat digunakan guru SMP Negeri 1 Raya sebagai bahan informasi.

c. Materi Penyuluhan

(33)

(2) Simbol yang digunakan (bahasa atau kata-kata) adalah gaya bahasa yang disampaikan oleh pengawas sekolah Dinas Pendidikan Simalungun kepada guru SMP Negeri 1 Raya.

(3) Bentuk pesan (verbal dan nonverbal) adalah bentuk informasi atau penjelasan yang disampaikan kepada guru SMP Negeri 1 Raya melalui artikel, esai, poster, tulisan dan melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh dari pengawas sekolah Dinas Pendidikan Simalungun.

d. Waktu dan Tempat Penyuluhan

(1) Waktu adalah waktu yang dipilih dan ditentukan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun untuk melakukan penyuluhan kepada guru SMP Negeri 1 Raya.

(2) Tempat adalah lokasi atau ruangan yang dipilih dan dipersiapkan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun untuk melakukan penyuluhan kepada guru SMP Negeri 1 Raya.

2.Variabel Terikat (Peningkatan Kompetensi Profesional ) terdiri dari:

a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu dari masing-masing guru SMP N 1 Raya.

(1) Menginterpretasikan adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya mampu menginterpretasikan materi, struktur, konsep dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran mata pelajaran guru tersebut.

(34)

b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu dari masing-masing guru SMP Negeri 1 Raya.

(1) Memahami standar kompetensi adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya memahami standar kompetensi yang diampu.

(2) Memahami kompetensi dasar adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.

(3) Memahami tujuan pembelajaran adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya memahami tujuan pembelajaran yang diampu.

c. Guru SMP Negeri 1 Raya mampu mengembangkan materi pembelajaran yang mampu secara kreatif di kelas.

(1) Memilih adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

(2) Mengolah adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya mampu mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

d. Guru SMP Negeri 1 Raya mampu mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

(1) Melakukan refleksi adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus.

(2) Memanfaatkan hasil refeksi adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya mampu memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan. (3) Melakukan penelitian tindakan kelas adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya

melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan. (4) Belajar dari berbagai sumber adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya mampu

(35)

e. Guru SMP Negeri 1 Raya memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.

(1) Untuk berkomunikasi adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam mengkomunikasikan pelajaran di kelas.

(2) Untuk pengembangan diri adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri. 3. Variabel Antara (Karakteristik Responden) yaitu:

a. Jenis Kelamin adalah penggolongan seks guru SMP Negeri 1 Raya, yang terbagi atas laki-laki atau perempuan.

b. Usia adalah umur dari responden atau guru SMP Negeri 1 Raya

c. Tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir guru SMP Negeri 1 Raya (Tamat SMU/Sederajat, Diploma atau Sarjana)

d. Lama bekerja maksudnya sudah berapa lama bekerja sebagai guru di SMP Negeri 1 Raya tersebut.

I.10 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang diharapkan terjadi dalam penelitian. Hipotesis memfokuskan kita untuk berpikir lebih dalam tentang kemungkinan sebagai hipotesis membimbing peneliti ke arah pemahaman yang lebih luas tentang implikasi pertanyaan dan variabel yang terlibat. Dengan menggunakan hipotesis, peneliti harus berpikir untuk lebih hati-hati.

(36)

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara komunikasi penyuluhan Pengawas Sekolah Dinas

Pendidikan terhadap peningkatan kompetensi profesional guru SMP Negeri 1 Raya Kabupaten Simalungun

Ha: Terdapat hubungan antara komunikasi penyuluhan Pengawas Sekolah Dinas

(37)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. KOMUNIKASI

Dalam kehidupan sehari-hari pasti kita akan menemukan peristiwa komunikasi dimana-mana karena komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi setiap individu. Dikatakan sebagai hal mutlak karena sebagai makhluk sosial manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, orang yang jarang atau bahkan tidak pernah berkomunikasi akan terisolasi dari masyarakat dan pada akhirnya hal tersebut mengakibatkan depresi terhadap orang yang mengalaminya.

II.1.1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah istilah yang populer dewasa ini. Istilah komunikasi atau dalam Bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atu selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa tersebut. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan (Effendy, 1993 : 9).

(38)

1. Theodore M. Newcomb

“Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi, terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.”

2. Gerald R. Miller

“Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.”

3. Everett M. Rogers

“Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.”

4. Raymond S. Ross

“Komunikasi (intensional) adalah suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.”

5. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss

“Komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih.” 6. Harold Lasswell

“(Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?

Paradigma Lasswell ini menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur dasar : a. Who (Siapa) : Komunikator; orang yang menyampaikan pesan.

(39)

c. In Which Channel (Saluran) : Media; sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikasn jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.

d. To Whom (Kepada Siapa) : Komunikan; orang yang menerima pesan.

e. With What Effect (Dampak) : Efek; dampak sebagai pengaruh dari pesan atau dapat juga dikatakan sebagai hasil dari proses komunikasi.

Dari defenisi-defenisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian komunikasi adalah seni penyampaian informasi (pesan, ide, sikap, gagasan) dari komunikator kepada komunikan yang bertujuan untuk merubah serta membentuk perilaku komunikan (pola, sikap, pandangan dan pemahamannya) ke pola, sikap, pandangan dan pemahaman yang dikehendaki komunikator.

II.1.2. Proses Komunikasi

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar “gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat dimengerti, diterima, dan bahkan dilakukan oleh komunikan (Effendy, 2005:11).

Wilbur Schramm (Effendy, 1992:32-33) dalam karyanya “How Communication Works”mengatakan the condition of success in communication diringkaskan sebagai berikut :

e. Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud.

(40)

g. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan, dan menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

h. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok tempat komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Komunikasi yang efektif adalah sejauh mana komunikator mampu berorientasi kepada komunikannya. Berorientasi maksudnya melihat dan memahami pesan yang disampaikan, terkait dengan bentuk pesan, makna pesan, cara penyajian pesan termasuk penentuan saluran yang ditentukan oleh komunikator (Vardiansyah, 2004:111).

II.1.3. Unsur-unsur Komunikasi

Komunikasi dapat berjalan baik dan lancar jika pesan yang disampaikan seseorang yang didasari dengan tujuan tertentu dapat diterimanya dengan baik dan dimengerti. Suksesnya suatu komunikasi apabila dalam penyampaiannya menyertakan unsur-unsur berikut:

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok, misalnya partai, organisasi, atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator, atau source, sender, atau encoder.

2. Pesan

(41)

3. Media

Media yang dimaksud adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi, panca indera dianggap sebagai media komunikasi. Termasuk juga telepon, surat kabar, dan media massa lainnya.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima biasanya terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai bahkan negara. Sering juga disebut sebagai khalayak, sasaran, komunikan, atau audience. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, maka akan menimbulkn berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.

5. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini biasa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebgai akibat penerimaan pesan.

6. Tanggapan Balik

(42)

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.

Aristoteles (Cangara, 2003:22) mengatakan suatu pesan akan terlaksana dengan baik hanya cukup dengan tiga unsur saja, yaitu sumber, pesan, dan penerima. Sedangkan Claude E.Shannon dan Warren Weaver menyatakan bahwa proses komunikasi memerlukan unsur pengirim, transmitte, sinyal, penerima dan tujuan.

II.1.4. Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi (Effendy, 2005:8), yaitu : 1. Menyampaikan informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate)

3. Menghibur (to entertain) 4. Mempengaruhi (to influence)

II.1.5. Tujuan Komunikasi

(43)

II.1.6. Ruang Lingkup Komunikasi

Adapun ruang lingkup komunikasi adalah (Effendy, 2005:7-9)

1. Berdasarkan bentuk komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut : a. Komunikasi persona (personal communication)

1) Komunikasi intrapersona (intrapersonal communication) 2) Komunikasi antarpersona (interpersonal communication) b. Komunikasi kelompok (group communication)

1) Komunikasi kelompok kecil (small group communication) a) Ceramah (lecture)

b) Diskusi panel (panel discussion) c) Simposium (symposium)

d) Forum e) Seminar

f) Curahsaran (brainstorming) g) Dan lain-lain

2) Komunikasi kelompok besar (large group communication) c. Komunikasi massa (mass communication)

1) Pers 2) Radio 3) Film 4) Televisi 5) Lain-lain

d. Komunikasi media (media communication) 1) Surat

(44)

3) Pamflet 4) Poster 5) Spanduk 6) Lain-lain

2. Berdasarkan sifat komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut : a. Tatap muka (face to face)

b. Bermedia (mediated) c. Verbal (verbal)

1) lisan (oral)

2) tulisan/cetak (written/printed) d. Nonverbal (non-verbal)

1) Kial/isyarat badaniah (gestural) 2) Bergambar (pictorial)

3. Berdasarkan Metode Komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut : a. Jurnalistik (journalism)

1) Jurnalistik cetak (printed journalism)

2) Jurnalistik elektronik (electronic journalism) Jurnalistik radio (radio journalism)

Jurnalistik televisi (television journalism) b. Hubungan masyarakat (public relations) c. Periklanan (advertising)

(45)

f. Propaganda

g. Perang urat saraf (psychological warfare) h. Penerangan

4. Berdasarkan teknik komunikasi, adalah :

a. Komunikasi informatif (informative communication) b. Komunikasi persuasif (persuasive communication)

c. Komunikasi instruktif/koersif (instructive/coersive communication) d. Hubungan manusiawi (human relations)

5. Berdasarkan model komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut : a. Komunikasi satu tahap (one step flow communication)

b. Komunikasi dua tahap (two step flow communication) c. Komunikasi multitahap (multistep communication)

6. Berdasarkan bidang komunikasi, meliputi : a. Komunikasi sosial (social communication)

b. Komunikasi manajemen/organisasional (management/organizational communication) c. Komunikasi perusahaan (business communication)

d. Komunikasi politik (political communication)

(46)

II.2. KOMUNIKASI PENYULUHAN II.2.1. Pengertian Komunikasi Penyuluhan

Penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti ‘obor’, dalam arti kita mampu memberi penerangan dari keadaan gelap menjadi terang. Samsuddin menyebut penyuluhan sebagai usaha pendidikan non formal untuk mengajak orang mau melaksanakan ide-ide baru (Mulyana, 2007:11). Penyuluhan juga merupakan kegiatan mendidikkan sesuatu kepada masyarakat, memberi mereka pengetahuan, informasi-informasi, dan kemampuan-kemampuan baru, agar mereka dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya (Nasution, 1990:7).

Claar et al., (Nasution, 1990:11) membuat rumusan bahwa penyuluhan merupakan jenis khusus pendidikan pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan program yang non-edukatif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyuluhan dimaksudkan sebagai kegiatan memberi penerangan ataupun penjelasan kepada mereka yang disuluhi, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai suatu masalah tertentu.

Dalam melakukan penyuluhan, faktor penyampaian (baca : pengkomunikasian) hal-hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu disain, yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal-hal pokok berikut ini :

(a) Masalah yang dihadapi (b) Siapa yang akan disuluh

(c) Apa tujuan (objectives) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan (d) Pendekatan yang dipakai

(47)

(f) Metoda/saluran yang digunakan

(g) Sistem evaluasi yang “telah terpasang” atau “built-in” di dalam rencana keseluruhan kegiatan dimaksud.

Mardikanto (Yustina, 2003:191) mencatat bahwa penyuluhan dapat diartikan dengan berbagai pemahaman, seperti : (1) penyebarluasan (informasi), (2) penerangan/penjelasan, (3) pendidikan non - formal (luar sekolah), (4) perubahan perilaku, (5) rekayasa sosial, (6) pemasaran inovasi (teknis dan sosial), (7)perubahan social (perilaku individu, nilai-nilai, hubungan antar individu, kelembagaan,dll), dan 8)pemberdayaan masyarakat (community empowerment), penguatan komunitas (community strengthening). Karena itu penyuluhan diartikan sebagai proses perubahan social, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholder (individu, kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri, dan partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan.

Komunikasi penyuluhan lebih tepat dimasukkan ke dalam kelompok definisi secara paradigmatis, karena pada proses komunikasi dalam penyuluhan selalu dikaitkan dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku, pengetahuan dan keterampilan sasaran komunikasi, baik secara langsung atau tidak langsung sehingga sasaran komunikasi akan berubah menuju ke arah lebih baik dengan cara mengikuti saran, gagasan atau inovasi yang diajarkan (Setiana, 2005:18).

II.2.2. Perencanaan Komunikasi untuk Penyuluhan

(48)

dimaksud. Beberapa prinsip penting dalam menyusun rencana komunikasi adalah (Nasution, 1990:55) :

a. Perencanaan komunikasi membutuhkan konsultasi. b. Rencana yang disusun hendaklah fleksibel.

c. Rencana yang disusun harus mngandung “what to do” dan “how to do it”.

Sejumlah tahap yang harus ditempuh dalam menyusun rencana komunikasi untuk suatu kegiatan penyuluhan adalah (Nasution, 1990:58-70):

1. Menganalisis problem atau masalah yang dihadapi

Untuk dapat mengetahui problem apa yang sebenarny merupakan masalah pada suatu masyarakat, dapat ditempuh berbagai cara atau metoda sebagai berikut :

(a) Observasi atau pengamatan.

Melalui observsi dapat diperoleh petunjuk-petunjuk, diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan pengamatan yang baik adalah bahwa si pengamat mestilah benar-benar netral dan menggunakan “kacamata yang jernih”, serta sama sekali tidak hanya dipengaruhi oleh perasaannya saja.

(b) Survei tentang pengetahuan, sikap dan praktek.

Survei pada dasarnya dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana keadaan pengetahuan kelompok masyarakat tertentu mengenai suatu konsep, lalu sikap mental mereka mengenai hal itu, lalu dihubungkan dengan praktek dalam kehidupan sehari-hari di bidang tersebut.

(c) Konsultasi dengan spesialis atau tenaga ahli.

Cara berkonsultasi dengan spesialis ini dapat berhasil dengan baik, jika kita dapat menmukan dan memilih tenaga ahli yang tepat dan sesuai dengan bidang yang diperlukan.

(49)

(d) Wawancara.

Wawancara dapat dilakukan dengan beberapa tokoh, pemimpin, warga biasa yang terdapat pada masyarakat yang bersangkutan guna memperoleh keterangan mengenai problem yang dihadapi. Wawancara ini dapat dilakukan secara resmi (formal) ataupun tidak resmi. Formal dilaksanakan secara lengkap dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) tertulis, dan si pewawancara dengan cara yang resmi pula meminta kesediaan tokoh yang akan diwawancarai. Sedangkan wawancara yang tidak formal, baik yang mewawancarai maupun yang diwawancarai bersikap rileks, begitu pun suasananya.

(e) Membaca dokumen atau laporan.

Bahan-bahan tersebut dapat berupa dokumen ataupun laporan seperti hasil penelitian, laporan tahunan, korespondensi, monografi, dan lain sebagainya.

2. Merumuskan tujuan (objectives) komunikasi Tujuan komunikasi hendaklah :

(a) Bermakna (meaningful)

Apakah tujun tersebut menunjang tujuan program yang lebih luas?

Adakah artinya tujuan komunikasi ini bagi keseluruhan kegiatan program? (b) Realistik

Apakah tujuan dimaksud merupakan sesuatu yang memang benar-benar mungkin dicapai?

(c) Jelas (clear)

Sehingga orang lain di luar instansi yang bersangkutan dapat mengerti dengan mudah mengenai apa tujuan yang hendak dicapai.

(d) Dapat diukur (measureable)

(50)

3. Memilih media

(a) Daftar semua saluran/media yang dapat menjangkau khalayak yang dituju.

(b) Evaluasi setiap medium tersebut menurut pendekatan komunikasi yang akan digunakan.

(c) Tentukan apakah media yang bersangkutan tersedia untuk digunakan. (d) Tentukan cost-effectiveness masing-masing medium.

(e) Gunakan beberapa media.

4. Menentukan pendekatan yang digunakan.

Identifikasi atau kenali siapa khalayak yang langsung berkepentingan dan yang terpenting disuluh. Dengan demikian kita menetapkan lapisan prioritas : khalayak primer, sekunder dan tertier yang akan dijangkau melalui kegiatan penyuluhan ini.

5. Memproduksi media

Memproduksi media perlu dituruti sejumlah langkah-langkah berikut ini : (a) Kembangkan pesan.

(b) Lakukan uji-coba atau pretesting

(c) Lakukan perbaikan atau revisi berdasarkan masukan yang diperoleh dari uji-coba atau pretesting.

(d) Buatlah media yang sesungguhnya.

II.2.3. Efektivitas Penyuluhan

Berikut adalah faktor pendukung efektivitas penyuluhan (Setiana, 2005:48-56) : 1. Metode Penyuluhan, berdasarkan pendekatan sasaran:

(51)

efektif karena dapat secara langsung memecahkan masalah atas bimbingan penyuluh, tetapi dari segi jumlah sasaran yang dicapai metode ini kurang efektif. Metode ini biasanya dilakukan dengan berdialog langsung, surat-menyurat, hubungan telepon. Dalam pendekatan perorangan ini (Nasution, 1990:22-24) juga menyatakan seorang penyuluh dituntut untuk memiliki: kemampuan empati, menciptakan situasi homophily dengan khalayak, dan menegakkan keserasian program.

(b) Pendekatan kelompok (group approach). Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode pendekatan kelompok lebih menguntungkan karena adanya umpan balik, yang termasuk dalam metode pendekatan kelompok ini diantaranya diskusi kelompok, demonstrasi cara dan hasil, karyawisata, kursus, dan lain-lain.

(2) Media Penyuluhan adalah alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Dalam penyuluhan dikenal beragam media atau alat bantu penyuluhan, seperti benda (sampel, model tiruan), barang cetakan (brosur, poster, photo, leaflet,sheet), gambar diproyeksikan (slide, film, film-strip, video, movie-film) dan lambang grafika (grafik batang dan garis, diagram, skema, peta).

(52)

bentuk pesan (verbal dan nonverbal). Materi dalam penyuluhan adalah yang sesuai dengan kebutuhan sasaran dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran penyuluhan.

(4) Waktu dan Tempat Penyuluhan. Dalam penyuluhan pengaturan waktu dan tempat yang tepat harus sesuai situasi dan kondisi masyarakat sasaran penting dan saling berkaitan dalam mencapai tujuan penyuluhan. Kapan dan dimana dilaksanakan penyuluhan harus terkesan tidak mengganggu dan merugikan sasaran.

II.3. KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI II.3.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan diantara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat kerja dan sebagainya. Di dalam pergaulan manusia melakukan interaksi dengan orang lain dan diantara mereka saling mempengaruhi. Proses saling mempengaruhi merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antar manusia yang memiliki suatu pribadi dan memberikan peluang bakal terbentuknya suatu kebersamaan dalam kelompok yang tidak lain merupakan tanda adanya proses sosial. Komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Pendapat para ahli mengenai definisi komunikasi antar pribadi (Liliweri, 1991 : 12) :

a. Joseph A. Devito (1976)

(53)

b. Effendy (1986)

Pada hakikatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis, berupa percakapan.

c. Dean C. Barnlund (1968)

Komunikasi antar pribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua orang atau tiga orang mungkin empat orang yang terjadi secara sangat spontan dan tidak berstruktur.

d. Rogers (1988)

Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi.

e. Tan mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi adalah komunikasi tatap muka antara dua orang atau lebih.

Menurut Evert M. Rogers (Liliweri, 1991 : 13) ada beberapa ciri komunikasi yang menggunakan saluran antar pribadi adalah:

(1) Arus pesan yang cenderung dua arah; (2) Konteks komunikasinya tatap muka; (3) Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi;

(4) Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi;

(54)

II.3.2. Teknik Berkomunikasi Secara Tatap Muka

Beberapa teknik yang perlu dipedomani dalam berkomunikasi secara tatap muka adalah (Nasution, 1990:25-27) :

1. Berbicaralah yang membuat anda dimengerti oleh orang lain. Untuk itu gunakan kata-kata dan ilustrasi yang dapat dengan mudah dikenali dan dimengerti oleh khalayak. 2. Komunikasi adalah perbuatan berbagi. Selalu harus diingat bahwa yang diinginkan

ialah suatu dialog antara penyuluh dan yang disuluh.

3. Komunikasi adalah menyangkut rasa percaya. Rasa percaya dapat dibangun dengan jalan menjadikan diri kita jujur mengenai diri sendiri dan tentang tujuan kita. Rasa percaya juga dapat berkembang diantara orang-orang yang saling rendah hati dan bertenggang rasa terhadap orang lain.

4. Komunikasi adalah saling mendengarkan. Bicaralah dari hati ke hati dengan orang-orang yang anda suluh mengenai masalah nyata yang mereka hadapi.

5. Komunikasi adalah kejujuran. Jangan berjanji tentang sesuatu yang tidak dapat dipenuhi.

6. Komunikasi adalah umpan balik. Setiap orang ingin tahu apa yang terjadi dengan ide dan usul mereka. Selalu informasikan hal itu kepada mereka sehingga tak ada seorang pun yang merasa bahwa keikutsertaan dan jerih payahnya sia-sia belaka.

7. Komunikasi lebih dari sekedar kata-kata. Kita juga berkomunikasi dengan tindakan nonverbal, yakni ketika perlu, lalu menggunakan gambar-gambar.

II.3.3. Sifat-sifat Komunikasi Antar Pribadi

(55)

1. Komunikasi antar pribadi melibatkan di dalamnya perilaku verbal maupun non verbal. Dalam pelaksanaan komunikasi antar pribadi setiap hari terbanyak melibatkan perilaku nonverbal sebagai penguat pesan-pesan verbal yang diucapkan. Komunikasi antar pribadi dalam memanfaatkan tanda-tanda informasi verbal maupun nonverbal sebenarnya sangat memperhatikan isi dan hubungannya dengan suatu pesan . Unsur isi terdiri atas apa ayng dikatakan dan dibuat, sedangkan unsur hubungan/relasi terdiri atas bagaimana sesuatu itu diktakan dan dibuat. Jadi, baik perilaku verbal maupun nonverbal masing-masing dapat menunjukkan seberapa jauh hubungan antara pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.

2. Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, scripted dan contrived. Suatu perilaku spontan ditimbulkan karena kekuasaan emosi yang bebas dari campur tangan kognisi, kita berbuat sesuatu karena tekanan emosi belaka yang bisa verbal dan nonverbal, meskipun kadang-kadang perilaku ini tidak masuk dalam pertimbangan akal sehat seseorang. Kemudian perilaku scripted disebabkan karena suatu hasil belajar seseorang secara terus-menerus sebelumnya. Dan terakhir perilaku yang contrived karena dikuasai sebagian besarnya oleh keputusan-keputusan yang rasional. 3. Komunikasi antar pribadi sebagai suatu proses yang berkembang.

Gambar

Tabel 1. Variabel Operasional
Gambar 1. Skema Teori S-O-R
Tabel 3 Jumlah dan Status Guru
Tabel 5 Jumlah tenaga
+7

Referensi

Dokumen terkait