• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Pembayaran Melalui Internet Banking Dengan Menggunakan Letter Of Credit Dikaitkan Dengan KUHPerdata dan Undang-Undang Perbankan (Studi Pada Salah Satu Bank Negeri di Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Yuridis Pembayaran Melalui Internet Banking Dengan Menggunakan Letter Of Credit Dikaitkan Dengan KUHPerdata dan Undang-Undang Perbankan (Studi Pada Salah Satu Bank Negeri di Medan)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS YURIDIS PEMBAYARAN MELALUI INTERNET BANKING DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT

DIKAITKAN DENGAN KUHPERDATA DAN UNDANG - UNDANG PERBANKAN (STUDI PADA BANK X)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara Oleh:

BAMBANG HERI PRATAMA S NIM: 060200192

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ANALISIS YURIDIS PEMBAYARAN MELALUI INTERNET BANKING DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT

DIKAITKAN DENGAN KUHPERDATA DAN UNDANG - UNDANG PERBANKAN (STUDI PADA SALAH SATU BANK

NWGWEI DI MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Hukum

Oleh :

BAMBANG HERI PRATAMA S

NIM: 060200192

Disetujui oleh:

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum NIP. 196603031985081001

(3)

ABSTRAK

Transaksi L/C melalui internet banking, dalam prakteknya sangat

membantu bagi kelancaran transaksi perbankan. Namun demikian transaksi tersebut juga dapat menimbulkan suatu permasalahan hukum tersendiri yaitu bagaiman pembayaran melalui internet banking dengan menggunakan Letter of Credit dalam perspektif KUHPerdata, bagaimana mekanisme ekspor dengan pembayaran Letter of Credit melalui internet banking, bagaimana perlindungan hukum bagi bank pembayar dalam transaksi Letter of Credit melalui internet banking?

Untuk menjawab permasalahan dalam rangka penelitian ini, maka dipergunakan metode penelitian normatif. Data dalam skripsi ini dikumpulkan melalui penelusuran kepustakaan untuk memperoleh bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, serta bahan hukum tertier, serta melaksanakan wawancara tersetruktur dengan menggunakan pedoman wawancara.

Maka hasil dari penelitian ini adalah bahwa Sesuai asas pacta sunt

servanda yang diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan: “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya” dan assas itikad baik yang diatur dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang menyatakan: “suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”. Internet banking merupakan layanan pembayaran secara online real time, yang diselenggarakan oleh perbankan dengan memanfaatkan fasilitas perbankan. Dengan demikian jelas bahwa telah terjadi adanya kesepakatan antara pihak pelaku usaha dengan pihak perbankan tentang pemanfaatan fasilitas perbankan dalam pembayaran konsumen bagi pelaku usaha. Mekanisme ekspor dengan pembayaran Letter of Credit melalui internet banking yakni uang dapat ditransfer dengan adanya instruksi dari pembeli kepada pihak ketiga untuk melakukan pembayaran kepada penjual pada praktek yang umum instruksi pembayaran ini dituangkan dalam bentuk tertulis dalam suatu dokumen yang diberikan oleh pembeli kepada penjual dan kemudian penjual membawa dokumen itu kepada pihak ketiga untuk menerima pembayaran dengan menunjukkan dokumen tersebut. Perlindungan hukum bagi bank pembayar dalam transaksi Letter of Credit melalui internet banking yaitu sebelum bank penerbit

atau kuasanya melakukan pembayaran L/C kepada penerima maka bank penerbit

meminta terlebih dahulu persetujuan pemohon atas penyimpangan yang ada

(dalam hal ini penyimpangan yang bersifat tidak substansial). Jika pemohon

menyetujui penyimpangan tersebut, maka bank penerbit atau kuasanya

berkewajiban melakukan pembayaran L/C yang memuat penyimpangan tersebut.

Jadi penyimpangan yang terjadi masih dapat dimaklumi sejauh tidak bersifat

substansial dan tidak berpengaruh terhadap kesepakatan awal antara pihak

importir dan eksportir mengenai transaksi jual beli tersebut sepanjang

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, atas limpahan nikmat dan karunia yang telah

diberikan-Nya bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Sungguh Allah telah banyak melimpahkan rezeqi yang tak terhingga

kepada penulis. Shalawat beriring salam tak lupa pula disampaikan kepada

junjungan Nabi Muhammad SAW, sebagai teladan bagi umat manusia dan

menuntun umat manusia dari alam jahiliyah yang kelam ke alam yang terang

benderang.

Skripsi ini disusun guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

syarat-syarak untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara hal ini merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa/i yang ingin

menyelesaikan perkuliahannya. Adapun judul yang penulis kemukakan: “Analisis

Yuridis Pembayaran Melalui Internet Banking Dengan Menggunakan Letter Of Credit Dikaitkan Dengan KUHPerdata dan Undang-Undang Perbankan

(Studi Pada Salah Satu Bank Negeri di Medan)

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan,

bimbingan, dan arahan serta motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

ucapan terima kasih kasih yang sebaik-baiknya kepada Ibu Dan Bapak, penulis

mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya. Terima kasih atas do’a

dan ridho ibu dan bapak serta nasehat dan motifasi yang tak putus-putus di

berikan kepada penulis. Dan kasih sayang ibu dan bapak terhadap penulis yang

(5)

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara atas semua dukungan yang besar

terhadap seluruh Mahasiswa/i demi kemajuan dan perkemBangan

pendidikan hukum di lingkungan fakultas hukum USU.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak Syafruddin HasIbuan,

SH, MH, DFM selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, dan Bapak Muhammad Husni, SH., MH. Selaku

Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang

telah banyak membantu penulis.

3. Bapak Dr. H. Hasim Purba, SH, M.Hum, selaku Ketua Jurusan

Keperdataan dan Ibu Rabiatul Syahriah, SH. M.Hum, selaku sekretaris

Departemen Hukum Keperdataan.

4. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH, M.S selaku Dosen Pembimbing I

penulis yang telah memberikan banyak bantuan dan arahan untuk

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Puspa Melati Hsb. SH, M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing II penulis

yang telah memberikan banyak bantuan dan arahan untuk membimbing

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada Ibunda dan Ayahanda, dan seluruh keluarga besar, yang selalu

(6)

semoga silahturahmi dan kasih sayang dapat selalu menyatukan kita

kearah yang lebih baik.

7. Abang Diko Rolan, Kakak Rachmawati Anditya dan Bapak Fitrialmen,

terima kasih atas dukungannya.

8. Sahabat – sahabat penulis Adinda Surya Putri, Tessa, Egi, Imam, Alvin,

Budhi, Fhebi, Rahmat dan buat semua kaum kerabat dan teman-teman

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih buat

semuanya.

Penulis menyadari ketidaksempurnaan hasil Penulisan Skripsi ini karena

Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, oleh sebab itu besar harapan Penulis

kepada semua pihak agar memberikan kritik dan saran yang memBangun guna

menghasilkan sebuah karya ilmiah yang lebih baik lagi.

Semoga Allah SWT melimpahkan segala rahmat dan karunia- Nya kepada

kita semua dan memuliakan kita dengan ilmu yang dimiliki.

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 5

D. Keaslian Penulisan ... 7

E. Tinjauan Kepustakaan ... 7

F. Metode Penelitian ... 17

G. Sistematika Penulisan ... 22

BAB II TINJAUAN TERHADAP TRANSAKSI EKSPOR IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT... 24

A. EKSPOR-IMPOR... 24

B. LETTER OF CREDIT ... 29

C. Transaksi Ekspor Impor Dengan Menggunakan Letter of Credit ... 44

BAB III PENGATURAN INTERNET BANKING DI INDONESIA ... 49

A. Pengertian Internet Banking ... 49

B. Tujuan dan Manfaat Internet Banking ... 52

(8)

D. Pengaturan Internet Banking di Indonesia ... 61

BAB IV PEMBAYARAN MELALUI INTERNET BANKING DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT DALAM PERSFEKTIF KUH PERDATA DAN UNDANG-UNDANG PERBANKAN ... 70

A. Pembayaran Melalui Internet Banking dengan Menggunakan Letter Of Credit dalam Prespektif KUHPerdata ... 70

B. Mekanisme Ekspor dengan Pembayaran Letter of Credit Melalui Internet Banking ... 75

C. Perlindungan Hukum Bagi Bank Pembayar dalam Transaksi Letter of Credit Melalui Internet Banking ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

A. KESIMPULAN ... 88

B. SARAN ... 89

(9)

ABSTRAK

Transaksi L/C melalui internet banking, dalam prakteknya sangat

membantu bagi kelancaran transaksi perbankan. Namun demikian transaksi tersebut juga dapat menimbulkan suatu permasalahan hukum tersendiri yaitu bagaiman pembayaran melalui internet banking dengan menggunakan Letter of Credit dalam perspektif KUHPerdata, bagaimana mekanisme ekspor dengan pembayaran Letter of Credit melalui internet banking, bagaimana perlindungan hukum bagi bank pembayar dalam transaksi Letter of Credit melalui internet banking?

Untuk menjawab permasalahan dalam rangka penelitian ini, maka dipergunakan metode penelitian normatif. Data dalam skripsi ini dikumpulkan melalui penelusuran kepustakaan untuk memperoleh bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, serta bahan hukum tertier, serta melaksanakan wawancara tersetruktur dengan menggunakan pedoman wawancara.

Maka hasil dari penelitian ini adalah bahwa Sesuai asas pacta sunt

servanda yang diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan: “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya” dan assas itikad baik yang diatur dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang menyatakan: “suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”. Internet banking merupakan layanan pembayaran secara online real time, yang diselenggarakan oleh perbankan dengan memanfaatkan fasilitas perbankan. Dengan demikian jelas bahwa telah terjadi adanya kesepakatan antara pihak pelaku usaha dengan pihak perbankan tentang pemanfaatan fasilitas perbankan dalam pembayaran konsumen bagi pelaku usaha. Mekanisme ekspor dengan pembayaran Letter of Credit melalui internet banking yakni uang dapat ditransfer dengan adanya instruksi dari pembeli kepada pihak ketiga untuk melakukan pembayaran kepada penjual pada praktek yang umum instruksi pembayaran ini dituangkan dalam bentuk tertulis dalam suatu dokumen yang diberikan oleh pembeli kepada penjual dan kemudian penjual membawa dokumen itu kepada pihak ketiga untuk menerima pembayaran dengan menunjukkan dokumen tersebut. Perlindungan hukum bagi bank pembayar dalam transaksi Letter of Credit melalui internet banking yaitu sebelum bank penerbit

atau kuasanya melakukan pembayaran L/C kepada penerima maka bank penerbit

meminta terlebih dahulu persetujuan pemohon atas penyimpangan yang ada

(dalam hal ini penyimpangan yang bersifat tidak substansial). Jika pemohon

menyetujui penyimpangan tersebut, maka bank penerbit atau kuasanya

berkewajiban melakukan pembayaran L/C yang memuat penyimpangan tersebut.

Jadi penyimpangan yang terjadi masih dapat dimaklumi sejauh tidak bersifat

substansial dan tidak berpengaruh terhadap kesepakatan awal antara pihak

importir dan eksportir mengenai transaksi jual beli tersebut sepanjang

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transaksi perdagangan luar negeri merupakan suatu rangkaian kegiatan

dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor impor.

Perdagangan ini merupakan suatu transaksisederhana, yaitu membeli dan menjual

barang antar pengusaha yang masing-masing bertempat tinggal di negara-negara

yang berbeda.1

Perkembangan teknologi informasi dewasa ini berkembang dengan pesat

dan cepat. Teknologi informasi telah mengubah perilaku masyarakat dan

peradaban manusia secara global. Di samping itu perkembangan teknologi

informasi telah menyebabkan dunia menjadi tanpa batas dan menyebabkan

perubahan struktur sosial masyarakat yang secara signifikan berlangsung dengan

cepat. Teknologi informasi memberikan kontribusi yang sangat besar bagi

peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban umat manusia2

Ekspor impor dewasa ini sering juga disebut sebagai bisnis dokumen atau

bisnis surat berharga.

.

3

1

Etty Susilowati Suhardo, Cara Pembayaran dengan Letter of Credit dalam

Perdagangan Luar Negeri (Semarang: FH UNDIP, 2001), hal. 2

2

Ahmad M. Ramli, Cyber Law dan HAKI dalam Sistem Hukum Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2004), hal. 4.

3 Amir M.S,

Letter of Credit Dalam Bisnis Ekspor Impor, (Jakarta: PPM, 2003), hal. 1.

Hal ini disebabkan realisasi suatu transaksi pada umumnya

diwakili oleh dokumen-dokumen pengapalan seperti Bill of Lading, faktur

perdagangan, draft, polis asuransi dan lainnya. Pengertian dari Letterof Credit itu

(11)

importir nasabah bank devisa bersangkutan dan ditujukan pada eksportir diluar

negeri yang menjadi relasi dari importir tersebut. Bank penerbit L/C menjamin

untuk mengakseptir wesel yang ditarik tersebut asal sesuai dan memenuhi semua

syarat yang tercantum di dalam surat tersebut. Segala ketentuan praktek dan

kebiasaan kredit berdokumen terdapat didalam ketentuan yang dikenal sebagai

The Uniform Customs and Practice forDocumentary.

Sebagaimana yang dikatakan H. M. N Purwosutjipto, bahwa dipandang

dari sudut jual beli perusahaan, perbuatan ekspor impor adalah perikatan yang

timbul dari perjanjian jual beli perusahaan yang telah ditutup. Ekspor impor

adalah prestasi penjual dalam usahanya untuk menyerahkan barang kepada

pembeli diseberang lautan. Jadi, ekspor impor adalah perbuatan penyerahan oleh

penjual kepada pembeli. Inimerupakan unsur pertama dari pelaksanaan perjanjian

jual beli perusahaan.Sedangkan unsur kedua adalah pembayaran.4

Jual beli secara umum diatur KUHPerdata., sedangkan jual beli

perdagangan tidak diatur dalam KUHPerdata maupun KUHD, melainkan

berdasarkan perjanjian antara pihak-pihak, dan kebiasaan yang berlaku dalam

Mengingat jual beli merupakan salah satu bentuk perjanjian, maka

perjanjian jual beli tunduk pada Hukum Perjanjian pada umumnya. Batasan

tentang perjanjian dalam Hukum Perdata terdapat dalam Pasal 1313 KUHPerdata

yang menyebutkan:

Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih yang mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

4

H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia-Jilid 4: Hukum Jual

(12)

perdagangan. Sebagai ketentuan umum, KUHPerdata tetap berlaku terhadap jual

beli perdagangan sepanjang tidak diperjanjikan secarakhusus menyimpang.5

Bagi perkembangan perekonomian Indonesia, transaksi ekspor impor

merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat penting, karena dapat

meningkatkan pencarian sumber-sumber devisa yang antara lain adalah

meningkatkan transaksi-transaksi ekspor dan menekankan

pengeluaran-pengeluaran devisa dengan cara membatasi aktivitas-aktivitas impor6

Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 sebagaimana

perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

(selanjutnya dalam penelitian ini akan digunakan istilah UU Perbankan), bahwa

sektor perbankan yang memiliki posisi strategis sebagai lembaga intermediasi dan

penunjang sistem pembayaran merupakan modal yang sangat menentukan dalam

proses penyesuaian yang dimaksud. Peranan perbankan nasional perlu

ditingkatkan sesuai dengan fungsinya dalam menghimpun dan menyalurkan dana . Sejak

penandatanganan General Agreement on Trade and Services (GATS), Indonesia

mulai meningkatkan transaksi ekspor. Dukungan Indonesia terhadap kelancaran

perdagangan internasional, yaitu dengan meratifikasi konvensi World Trade

Organization (WTO) pada tanggal 15 April 1994 yang implementasinya terdapat

dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Ratifikasi WTO, maka

pelaksanaan transaksi pembayaran ekspor impor di Indonesia merupakan hal yang

tidak terpisahkan dari perdagangan global tersebut.

5

C.S.T Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia-Aspek Hukum Daiwa Ekonomi-bagian 2

(Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2001), hal. 8

6 Roselyne Hutabarat,

(13)

masyarakat dengan lebih memperhatikan pembiayaan kegiatan sektor

perekonomian nasional.

Bank sebagai suatu lembaga keuangan memberikan peranan penting dalam

jasa-jasa pembayaran perdagangan internasional, seperti untuk transaksi

pembayaran melalui internet banking atau melalui sistem The Society for

Worldwide Interbank Financial Telecomunication (SWIFT). Sistem SWIFT

merupakan bagian dari internet banking. Secara obyektif, SWIFT

mempertemukan data komunikasi dan memproses kebutuhan dari masyarakat

keuangan global7

Bank Indonesia telah menerbitkan Surat Edaran Nomor 26/34/ULN

tanggal 17 Desember 1993, yang menyatakan bahwa Bank Indonesia memberikan

pilihan kepada bank umum yang menerbitkan Letter of Credit (L/C) boleh tunduk .Kedua sistem ini memiliki peranan yang sangat penting dalam

dunia perbankan, karena mempercepat proses transaksi pembayaran internasional.

Pembayaran melalui internet banking dengan menggunakan Letter of

Credit (L/C) lebih efisien dan efektif. Letter of Credit (L/C) dalam perdagangan

internasional merupakan instrumen yang sangat penting. Letter of Credit (L/C)

berperan sangat dominan sebagai alat pembayaran ekspor impor. Letter of Credit

(L/C) sebagai suatu instrumen dalam perdagangan internasional diatur secara

internasional oleh Kamar Dagang Internasional (International Chambers of

Commerce). Peraturan ini dituangkan dalam The Uniform Customs and Practice

for Documentary Credit (dalam penelitian ini akan disingkat menjadi UCPDC

600).

7

(14)

atau tidak pada UCP 2007 Revision, ICC Publication Nomor 600. Demikian juga

di luar negeri, bank-bank komersial sudah menundukkan Letter of Credit (L/C)

yang diterbitkan pada UCPDC 600.

Transaksi L/C melalui internet banking, dalam prakteknya sangat

membantu bagi kelancaran transaksi perbankan. Namun demikian transaksi

tersebut juga dapat menimbulkan suatu permasalahan hukum tersendiri, misalnya

hukum apa (choice of law) yang akan digunakan oleh para pihak jika terjadi

sengketa, mengingat para pihak pada umumnya tinggal dalam lingkup negara

yang berbeda serta kekuatan pembuktian data melalui internet banking.

B. Permasalahan

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini

adalah:

1. Bagaimanakah pembayaran melalui internet banking dengan

menggunakan Letter of Credit dalam perspektif KUHPerdata?

2. Bagaimanakah mekanisme ekspor dengan pembayaran Letter of Credit

melalui internet banking?

3. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi bank pembayar dalam transaksi

Letter of Credit melalui internet banking?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan

a. Untuk mengetahui pembayaran melalui internet banking dengan

(15)

b. Untuk mengetahui mekanisme ekspor dengan pembayaran Letter of

Credit melalui internet banking

c. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi bank pembayar dalam

transaksi Letter of Credit melalui internet banking

2. Manfaat

a. Secara Teoretis

Diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan

pengetahuan ilmu hukum, khususnya pengetahuan ilmu hukum

keperdataan.

b. Secara Praktis

Dapat diajukan sebagai pedoman dan bahan rujukan bagi rekan-rekan

mahasiswa, masyarakat, praktisi hukum dan pemerintah agar dapat

lebih mengetahui dan memahami tentang pembayaran melalui internet

banking dengan menggunakan Letter of Credit dikaitkan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan peraturan lainnya

yang terkait di Indonesia. Penelitian ini juga sedapat mungkin

dilakukan agar dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Suatu

peraturan yang baik adalah peraturan yang tidak saja memenuhi

persyaratan-persyaratan formal sebagai suatu peraturan, tetapi

menimbulkan rasa keadilan dan kepatutan yang dilaksanakan/

(16)

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian

mengenai “Analisis Yuridis Pembayaran melalui Internet Banking dengan

Menggunakan Letter of Credit Dikaitkan dengan KUH Perdata dan Undang-Undang Perbankan (Studi pada Salah Satu Bank Negeri di Medan)” belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di lingkungan Universitas Sumatera

Utara dan penelitian ini asli disusun oleh penulis sendiri dan bukan plagiat atau

diambil dari penelitian orang lain. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses

menemukan kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat

dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Apabila ternyata ada skripsi yang sama,

maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya.

E. Tinjauan Kepustakaan

Seorang pengusaha, dalam menjalankan perusahaan yang dipimpinnya

selalu berpegang pada prinsip ekonomi, yaitu mendapatkan keuntungan yang

sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Dengan demikian

seorang pengusaha akan memilih cara yang dipandangnya paling baik dan

memberikan manfaat yang besar bagi perusahaannya, baik itu cara memilih tenaga

kerja, letak perusahaan, cara pemasaran, alat angkutan, ataupun mengenai cara

pembayaran.

Cara pembayaran secara tunai dirasa kurang praktis jika digunakan untuk

lalu lintas perdagangan internasional. Oleh karena itu muncul cara-cara

(17)

seperti yang dikemukakan oleh Emmy Pangaribuan Simanjutak: “Adalah menjadi

suatu kenyataan bahwa pada jaman sekarang ini di dalam lalu lintas perdagangan

terdapat suatu kemajuan dalam cara–cara pembayaran dengan mempergunakan

alat-alat pembayaran kredit dan pembayaran kontan selain dengan mata uang”.8

1. Sebelum saat terjadi penyerahan, atau sering disebut dengan cara

pembayaran kredit.

Oleh karena dalam perjanjian jual beli para pihak bebas untuk menentukan

sendiri apa yang diinginkan berdasarkan persetujuan para pihak, seperti diatur

dalam Pasal 1338 KUH Perdata, demikian pula mengenai cara pembayaran,

seperti yang diatur dalam Pasal 1513 KUH Perdata yang mengatakan bahwa

“kewajiban utama si pembeli adalah membayar harga pembelian pada waktu dan

tempat sebagaimana ditetapkan di dalam persetujuan”. Sehingga pada dasarnya

pembayaran dalam perjanjian jual beli dapat dilaksanakan sebagai berikut:

2. Pada saat terjadi penyerahan barang, atau sering disebut dengan

pembayaran tunai.

3. Sesudah saat terjadi penyerahan barang, atau sering disebut dengan

pembayaran wesel inkaso.

Sedangkan pihak penjual, menurut Pasal 1474 KUHPerdata, mempunyai

dua kewajiban utama, yaitu menyerahkan barang dan menanggungnya.9

8

Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Dagang Surat Berharga, Fakultas Hukum UGM, 1982, hal. 45

9

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2001), hal. 63.

Cara

pembayaran yang sudah umum dipergunakan dalam perdagangan ekspor impor

(18)

importir dapat merasa aman bahwa hak-hak mereka ada kepastiannya. Kemudian

dengan dikeluarkannya PP No. 1 tahun 1982 tentang Ekspor Impor dan Lalu

Lintas Devisa, maka cara pembayaran yang lain pun dapat dipergunakan di dalam

transaksi ekspor impor. Dalam hal ini Pemerintah mengadakan perluasan cara

pembayaran untuk meningkatkan frekuensi ekspor impor. Berdasarkan ketentuan

Pasal 3 PP No. 1 tahun 1982 jo. SK Menteri Perdagangan dan Koperasi No.

27/1/1982, tata cara pembayaran dalam transakasi ekspor impor dapat

dilaksanakan dengan:10

1. Pembayaran di muka (advance payment) 2. Letter of Credit (L/C)

3. Wesel inkaso (Collection Draft) 4. Document Against Payment (D/P) 5. Document Against Acceptance (D/A) 6. Perhitungan kemudian (Open Account) 7. Konsinyasi

8. Cara Pembayaran lain yang lazim dalam perdagangan luar negeri sesuai

dengan kesepakatan antara penjual dan pembeli.

Dalam hal cara pembayaran dimuka, importir berpeluang untuk

memperoleh kerugian, sebaliknya hal ini dapata mendatangkan keuntungan bagi

pihak eksportir. Hal ini disebabkan karena dalam cara pembayaran ini importir

melakukan pembayaran terlebih dahulu sebelum eksportir mengirimkan

barangnya. Untuk cara pembayaran yang seperti ini sebaiknya dilakukan antara

importir dan eksportir yang sudah saling kenal dan saling percaya, ataupun untuk

jumlah impor barang yang relatif kecil.11

10

Ramlan Ginting, Letter of Credit Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis, (Jakarta: Salemba Empat, 2000), hal. 29.

11

(19)

Cara pembayaran dengan Letter of Credit merupakan sistem yang sering

dipergunakan. Disini bank penerbit, atas permintaan dan atas beban importir

mengeluarkan alat atau surat untuk kepentingan eksportir. Bank penerbit

melakukan pembayaran kepada pihak eksportir melalui bank di negara eksportir.

Sistem pembayaran dengan menggunakan L/C ini merupakan sistem yang paling

aman dan memberikan kepastian kepada kedua belah pihak, baik pihak importir

ataupun pihak eksportir. Pembukaan L/C ini menimbulkan hak dan kewajiban dari

pihak yang terkait yaitu eksportir, importir, dan bank, yakni eksportir tidak dapat

mengambil uang di bank jika ia tidak dapat menunjukkan dokumennya,

sebaliknya pihak importir tidak dapat mengambil barangnya apabila ia tidak dapat

menunjukkan dokumennya terhadap bank. Seperti diketahui bahwa latar belakang

sistem ini dipakai karena situasi alam yang menyebabkan munculnya cara

pembayaran seperti ini, yaitu:

1. Pihak penjual merasa berkeberatan untuk melepaskan barangnya sebelum

menerima pembayaran, sedangkan pembeli merasa berkeberatan untuk

melakukan pembayaran atas barang sebelum memperoleh penyerahan atas

barang.

2. Melaksanakan kebersamaan antara pembayaran atas harga barang dengan

penyerahan nyata barang sangat sukar untuk dilaksanakan karena tempat

(negara) antara satu pihak dengan yang lainnya jaraknya begitu jauh. Oleh

karena itu timbul suatu usaha dengan dilakukannya pembayaran harga atas

(20)

Pengaturan mengenai sistem pembayaran dengan menggunakan L/C ini

telah diusahakan kearah kesatuan dan bersifat internasional, yakni dengan

dikeluarkannya suatu peraturan baku. Di dalam bahasa Inggris namanya adalah

Unidits, dalam bahasa Belanda namanya adalah Uniforme regelen en Usances met

Betrekking tot Dokumentaire Credieten, sedangkan di dalam bahasa Perancis

namanya adalah Regles et Usances Uniformes Relatives au Credits

Documenteires. Setelah beberapa kali dilakukan peninjauan (revisi) oleh I.C.C

(International Chamber of Commerce), yaitu kantor internasional untuk

perdagangan, maka peraturan yang berlaku saat ini adalah UCP 600 tahun 2007.

Di dalam sistem pembayaran dengan menggunaka wesel inkaso, maka bank atas

perintah dari eksportir melakukan penagihan pembayaran tas harga barang.

Apabila penagihan ini disertai dengan pengiriman dokumen-dokumen kepada

importir, maka oleh karena itu disebut juga dengan Documentary Collection/

Documentary Draft. Sedangkan apabila penagihan pembayaran atas harga barang

tanpa disertai dengan pengiriman dokumen pada importir, maka dinamakan

dengan Clean Collection/ Clean Draft. Eksportir dapat meminta kepada bank

yang meneruskan dokumen-dokumen tersebut kepada importir atas dasar

pembayaran ataupun kondisi:

1. Document against Payment (D/P), yaitu apabila importir telah melakukan

pembayaran maka akan menerima penyerahan dokumen.

2. Document against Acceptance (D/A), yaitu apabila importir telah

melakukan akseptasi terhadap wesel maka akan menerima penyerahan

(21)

Cara pembayaran dengan perhitungan kemudian, yaitu pembayaran

dilakukan di kemudian hari pada tanggal yang telah ditentukan, atau dengan cara

memindahkan rekening importir kedalam rekening eksportir. Cara pembayaran ini

dapat menimbulkan keuntungan sepihak bagi importir, karena ia dapat mengambil

barang setelah menerima dokumen-dokumen dari eksportir. Sebaliknya sistem ini

dapat menimbulkan kerugian bagi eksportir karena ia masih menunggu

pembayaran yang tergantung pada importir. Biasanya sistem ini dilakukan antara

importir dan eksportir yang sudah saling percaya atau berada dibawah satu

perusahaan induk.12

Cara pembayaran dengan konsinyasi, yaitu pembayaran yang dilakukan

oleh importir kepada eksportir apabila barang tersebut sudah terjual, dimana

eksportir mengirimkan barangnya telebih dahulu kepada importir.

13

Sistem pembayaran dapat dilakukan dengan cara pembayaran lain yang

dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak yang akan mengadakan transakasi

perdagangan ekspor impor, baik yang menggunakan jasa perantaraan bank

ataupun tidak. Dengan demikian eksportir maupun importir yang akan melakukan

transakasi perdagangan ekspor impor dalam melaksanakan pembayaran dapat

memilih salah satu cara pembayaran yang ada yang dipandang sesuai dan

memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan yang dipimpinnya. Pada

dasarnya Pemerintah tidak akan membatasi penggunaan cara pembayaran yang

lain berdasarkan kesepakatan bersama, bahkan memberikan

kelonggaran-kelonggaran agar frekuensi kegiatan perdagangan internasional khususnya ekspor

12

Ibid, hal. 130

13

(22)

non migas semakin meningkat untuk menambah devisa negara dan berguna bagi

jalannya pembangunan nasional. Inilah sebenarnya yang menjadi tujuan utama

adanya kebijaksanaan untuk membebaskan penggunaan cara-cara pembayaran

yang digunakan dalam kegiatan perdagangan internasional.

Dewasa ini letter of credit bukanlah merupakan satu-satunya cara

pembayaran dalam kegiatan ekspor impor, namun peranan L/C tetap penting

karena dengan cara pembayaran ini dapat memberikan rasa aman, baik bagi pihak

eksportir, maupun bagi pihak importir. Eksportir merasa aman karena pembayaran

atas barang-barang yang dikirimkan kepada importir ada kepastiannya. Hal ini

disebabkan pengiriman atas barang baru akan dilaksanakan oleh pihak penjual

apabila ia telah memperoleh pemberitahuan dari pihak bank tentang adanya

pembukaan kredit yang diperuntukkan baginya. Sedangkan pihak eksportir dapat

merasa aman karena pembayaran terhadapa jual-beli tersebut baru akan direalisir

oleh bank apabila penjual telah menyerahkan dokumen-dokumen atas barang yag

dimaksud sesuai dengan perjanjian.14

Yang berarti bank-bank harus memeriksa semua dokumen dengan

ketelitian yang selayaknya untuk memastikan bahwa dokumen-dokumen tersebut

secara lahiriah telah sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan kredit. Pasal 14 huruf a UCP 600 thn 2007 menyebutkan:

Nominated bank yang bertindak sesuai dengan nominasinya, confirming

bank, jika ada, dan issuing bank wajib memeriksa suatu persentasi untuk

menentukan, atas dasar dokumen – dokumen semata, apakah dokumen – dokumen tersebut kelihatan secara fisik merupakan persentasi yang sesuai atau tidak”

14

(23)

Dokumen-dokumen lahiriah yang tidak sesuai satu sama lain akan dianggap

sebagai dokumen yang tidak sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan

kredit. Pada dasarnya pihak yang berkepentingan langsung dalam perdagangan

antar negara adalah eksportir dan importir, namun karena adanya berbagai

kesulitan teknis dalam hal pembayaran perdagangan antar negara, maka salah satu

cara untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan membuka Letter of Credit.

Ada beberapa pendapat dari para sarjana yang mengemukakan tentang

pengertian atau defenisi dari Letter of Credit, antara lain yaitu:

Hartono, mengatakan Letter of Credit adalah suatu alat atau surat yang

dikeluarkan oleh suatu bank atas permintaan pihak pembeli. Dengan adanya L/C,

bank tersebut menyetujui, bahwa wesel-wesel tersebut, jika memenuhi syarat yang

tercantum dalam L/C nya, maka akan dibayar sebagaimana mestinya dengan

akseptasi dan atau pembayaran yang terakhir ini bergantung kepada jenis-jenis

wesel yang ditentukan dalam Letter of Credit, yaitu apakah wesel-wesel itu “time

bills exchange” atau “bill of exchange payable on demand”.15

Amir, memberi batasan bahwa L/C adalah suatu surat yang dikeluarkan

oleh suatu bank atas permintaan importir langganan bank tersebut yang ditujukan

kepada eksportir luar negeri yang menjadi relasi importir itu, yang memberi hak

kepada eksportir untuk menarik wesel-wesel atas importir bersangkutan untuk

sejumlah uang yang disbutkan dalam surat kesepakatan tersebut.

16

Dari pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Letter of

Credit adalah suatu perintah atau order yang biasanya dilakukan oleh pembeli

15

Hartono Hadisoeprapto, Kredit Berdokumen Cara Pembayaran Dalam Jual Beli

Perniagaan, (Yogyakarta: Liberty, 1984), hal. 12

16 Amir M.S,

(24)

atau importir kepada bank, untuk membayar sejumlah uang kepada penjual atau

eksportir. Pada umumnya, sebelum seorang importir membuka L/C di suatu bank,

importir tersebut telah membuat perjanjian jual-beli (sale contract) terlebih dahulu

dengan pihak eksportir. Berdasarkan kontrak jual-beli tersebut importir membuka

L/C di suatu bank di tempat ia berdomisili. Hal ini dilakukannya tidak lain untuk

mempermudah cara pembayaran atas jual-beli yang dilakukannya dengan pihak

eksportir, dimana masing-masing pihak berdomisili di lain negara, di samping

juga untuk memenuhi isi perjanjian jual-beli yang diperkuat oleh kedua belah

pihak yang menjadi dasar pembukaan L/C tersebut. Pemenuhan atas isi perjanjian

antara kedua belah pihak ini sudah tentu pula didasarkan kepada

dokumen-dokumen yang harus ada di dalam L/C. adapun dokumen-dokumen-dokumen-dokumen tersebut antara

lain sebagai berikut:17

1. Bill of Lading (B/L) 2. Invoice (faktur) 3. Polis Asuransi 4. Packing List

5. Dokumen-dokumen lainnya

Bill of Lading (B/L) biasanya disebut dengan “cognossement” atau “surat

muatan kapal laut”, yang berfungsi sebagai surat bukti perjanjian pengangkutan

dan tanda bukti barang. Dokumen lain yang harus dilengkapi adalah Invoice

(faktur). Invoice merupakan suatu nota yang dibuat oleh eksportir mengenai

barang-barang yang dijaul kepada importir. Sedangkan polis asuransi adalah

perjanjian asuransi atau pertanggungan atas barang yang dijual dalam bentuk

17

(25)

sepucuk akta. Dengan adanya polis asuransi, maka pihak eksportir akan merasa

aman bahwa barang-barang yang dikirimkannya akan memeperoleh tanggungan

bilamana terjadi sesuatu atas barang-barang tersebut yang merugikannya.

Dokumen selanjutnya yang harus dilampirkan adalah packing list. Dokumen ini

memuat daftar atau perincian lengkap mengenai barang-barang yang akan

dikirimkan oleh eksportir, yang terdapat dalam setiap peti kemas. Sedangkan

dokumen-dokumen lainnya, yang juga memiliki arti penting dalam L/C adalah

sertifikat asal barang (certificate of origin), faktur konsuler (consuler factur),

keterangan ukuran berat (certificate of weight), keterangan kualitas barang

(certificate of inspection), dan sertifikat perincian barang (certificate of analysis).

Dengan adanya dokumen-dokumen ini, maka jelaslah bahwa kepastian hukum

dan rasa aman dalam pembayaran dengan menggunakan L/C dapat dirasakan oleh

para pihak yang terlibat dalam transakasi perdagangan internasional tersebut.

Untuk memberikan kemudahan pada para pihak yang terlibat dalam

transaksi perdagangan, maka diadakan berbagai macam L/C sesuai dengan

kebutuhannya. Pada umumnya dikenal Revacable L/C, Irrevacable L/C, dan

Confirmed L/C. Sedangkan bila dilihat dari segi yang mengeluarkan L/C, dikenal

Banker L/C dan Merchant L/C. Letter of Credit dapat pula dibagi tas bermacam

bentuk bila dilihat dari syarat-syaratnya, seperti Documentary L/C, dan Open L/C.

Dapat pula dilihat dari segi pembayarannya yang dikenal dengan Sight L/C, dan

Usance L/C. Menurut hak eksportir, dikenal pula dua macam L/C yaitu

(26)

Transferable L/C merupakan L/C yang mengijinkan pihak penerima L/C

memindahkan L/C tersebut sebagian atau seluruhnya kepada penjual eksportir

kedua yang berada dalam satu negara ataupun berada dalam negara yang berbeda.

Sedangkan Non-Transferable L/C merupakan L/C yang tidak dapat dipindah

tangankan. Untuk mempermudah para pihak dalam hal biaya atau cara

pembayaran, maka dikenal beberapa jenis L/C khusus, misalnya Revolving L/C

yang memungkinkan untuk melakukan lebih dari satu kali transaksi sebelum L/C

tersebut jatuh waktunya. Kemudian dikenal pula Back to Back Credit, Red Clause

Credit, Negocierings Credit, Confirmed Negocierings Credit, dan Standby L/C.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya Letter of Credit

mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia perdagangan internasional,

meskipun L/C bukanlah merupakan satu-satunya alat pembayaran dalam kegiatan

perdagangan internasional (ekspor impor). Hal ini semata-mata disebabkan karena

L/C merupakan alat pembayaran yang dapat memeberikan rasa aman bagi pihak

eksportir ataupun importir.

F. Metode Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Berdasarkan dengan rumusan permasalahan dan tujuan dari penelitian,

maka sifat penelitian yang sesuai adalah deskriptif analistis. Penelitian deskriptif

analistis artinya bahwa penelitian ini termasuk lingkup penelitian yang

menggambarkan, menelaah, dan menjelaskan secara tepat serta menganalisa

(27)

jawaban atas permasalahan mengenai pembayaran melalui internet banking

dengan menggunakan Letter of Credit dikaitkan dengan KUH Perdata dan

undang-undang perbankan.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

normatif yang disebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research) yaitu

suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku (law

as it is written in the book), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui

proses pengadilan (law it is decided by the judge through judicial process)18.

Penelitian hukum normatif dalam penelitian ini didasarkan data sekunder dan

menekankan pada langkah-langkah spekulatif-teoritis dan analisis

normatif-kualitatif.19

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

normatif yang merupakan prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan

kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.20

18

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hal 118.

19

J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), hal 3.

20

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: UMM Press, 2007), hal 57.

Logika

keilmuan yang juga dalam penelitian hukum normatif dibangun berdasarkan

disiplin ilmiah dan cara-cara kerja ilmu hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang

objeknya hukum itu sendiri. Dengan demikian penelitian ini meliputi penelitian

terhadap sumber-sumber hukum, peraturan perundang-undangan, dan beberapa

buku mengenai pembayaran melalui internet banking dengan menggunakan

(28)

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini diperlukan jenis sumber data yang berasal dari

literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian, sebab penelitian ini

merupakan penelitian dengan pendekatan normatif yang bersumber pada data

sekunder.

Data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah sekunder yang terdiri

dari:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan

mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan dan

peraturan lainnya yang berkaitan.21

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Data dari pemerintah yang berupa

dokumen-dokumen tertulis yang bersumber pada perundang-undangan,

di antaranya:

2) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan

4) Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik.

5) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Ratifikasi WTO

6) Peraturan Pemerintah 1 tahun 1982 tentang Ekspor Impor dan Lalu

Lintas Devisa

21

(29)

7) Surat Edaran Bank Indonesia No. 27/9/UPPB Tentang Penggunaan

Teknologi Sistem Informasi oleh Bank.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang berupa buku,

penelusuran internet, jurnal, surat kabar, makalah, skripsi, tesis

maupun disertasi.22

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder, berupa

kamus dan ensiklopedia. Selain itu juga buku mengenai metode

penelitian dan penulisan hukum untuk memberikan penjelasan

mengenai teknik penulisan skripsi.23

3. Alat Pengumpulan Data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi ini,

maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara:

a. Dokumen/Studi kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang

dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut

dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam

penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku baik koleksi

pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil

dari media cetak maupun media elektronik, makalah ilmiah, , peraturan

perundang-undangan, dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan

meteri yang dibahas dalam skripsi ini.

22

Sri Mamuji, Teknik Menyusun Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: UI Press, 2006), hal 12.

23 Soerjono Soekanto,

(30)

b. Wawancara, yang mana wawancara dilakukan dengan Dwiko

Warmanto selaku TSC Manager di PT. Bank Mandiri Tbk. Trade

Servicing Center Medan. yaitu merupakan suatu teknik pengumpulan

data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data.

Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara

lisan, baik langsung maupun tidak langsung yang dilakukan terhadap

sumber yang berkaitan dengan skripsi ini.

4. Analisa Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan menguraikan data

ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan data.24

Lexy J. Moloeng mengatakan bahwa "proses analisis data dimulai dengan

menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara,

pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi,

dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya.25

Data yang telah dikumpulkan baik dari penelitian kepustakaan maupun

data yang diperoleh di lapangan, selanjutnya akan dianalisis dengan pendekatan

kualitatif. Analisis kualitatif yaitu metode analisis data yang mengelompokkan

dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan

kebenarannya. Kemudian analisis itu akan dihubungkan dengan teori-teori yang

diperoleh dari studi kepustakaan. Analisa data termasuk penarikan kesimpulan

24

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hal. 103.

25

(31)

dilakukan secara induktif dan deduktif, sehingga diharapkan akan memberikan

solusi dan jawaban atas permasalahan dalam penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan

BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain

memuat Latar Belakang, Pokok Permasalahan, Tujuan dan

Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan

Kepustakaan, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.

BAB II : Bab ini akan dibahas tentang tinjauan terhadap transaksi ekspor

impor dengan menggunakan Letter of Credit, yang isinya memuat

antara lain tentang ekspor-impor, Letter of Credit, dan transaksi

ekspor impor dengan menggunakan Letter of Credit.

BAB III : Bab ini akan membahas tentang pengaturan internet banking di

Indonesia, yang isinya antara lain memuat pengertian internet

banking, tujuan dan manfaat internet banking, sistem keamanan

internet banking, pengaturan internet banking di Indonesia.

BAB IV : Bab ini akan membahas tentang pembayaran melalui internet

banking dengan menggunakan Letter of Credit dalam

perspektif KUH Perdata dan Undang-Undang Perbankan (studi

pada Bank Mandiri Wil. I Cab. Medan), yang memuat tentang

pembayaran melalui internet banking dengan menggunakan

Letter Of Credit dalam perspektif KUH Perdata, mekanisme

(32)

banking, dan perlindungan hukum bagi bank pembayar dalam

transaksi Letter of Credit melalui internet banking.

BAB V : Bab ini merupakan bab kesimpulan dan saran, yaitu sebagai bab

kesimpulan dan saran yang berisi kesimpulan dan saran mengenai

(33)

BAB II

TINJAUAN TERHADAP TRANSAKSI EKSPOR IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT

A. EKSPOR-IMPOR

1. Pengertian Ekspor Impor

Pada saat ini tidak ada negara yang dapat hidup tanpaberhubungan dengan

negara lain. Semua negara di dunia senantiasa berhubungan dengan negara lain

dalam berbagai bentuk. Hubungan itu tidak terbatas berupa hubungan yang

dilakukan pemerintah saja melainkan perusahaan juga bahkan perorangan.

Hubungan antar perusahaan terutama dalam bentuk perdagangan. Perdagangan

yang melibatkan para pihak dari lebih dari satu negara disebut perdagangan

internasional (international trade) atau bisnis internasional (international

business).

Perdagangan internasional atau bisnis internasional terutama dilaksanakan

melalui perjanjian jual beli. Perjanjian jual beli internasional dikenal dengan

sebutan perjanjian ekspor/impor. Dalam jual beli semacam ini kegiatan jual

disebut ekspor dan kegiatan beli disebut impor. Pihak penjual disebut eksportir

dan pihak pembeli disebut importir. Secara ringkas kegiatan ini disebut ekspor

impor.

Ekspor, dipandang dari sudut bahasa Indonesia adalah perbuatan

mengirimkan barang ke luar Indonesia, sedang impor, sebaliknya, yaitu

(34)

jual beli perusahaan, perbuatan ekspor impor adalah perikatan yang timbul dari

perjanjian jual beli perusahaan yang telah ditutup.

Ekspor impor adalah prestasi penjual dalam usahanya untuk menyerahkan

barang kepada pembeli di seberang lautan. Ekspor dilakukan oleh penjual di

Indonesia, sedangkan impor dilakukan oleh penjual di luar negeri. Jadi, ekspor

impor adalah perbuatan penyerahan oleh penjual kepada pembeli. Ini merupakan

unsur pertama dari suatu pelaksanaan perjanjian jualbeli perusahaan. Sedangkan

unsur kedua adalah pembayaran. Unsur kedua ini pada umumnya dilakukan

dengan mempergunakan devisa, yaitu alatpembayaran luar negeri.26

Perjanjian ekspor impor pada hakikatnya tidak berbeda dengan perjanjian

jual beli pada umumnya yang diselenggarakan dalam suatu negara tetapi

mempunyai beberapa perbedaan. Beberapa hal yang menyebabkan ekspor impor

berbeda antara lain: Pembeli dan penjual dipisahkan dengan batas-batas negara,

barang yang diperjualbelikan dari satu negara ke negara lain terkena berbagai

peraturan seperti kepabean yang dikeluarkan masing-masing negara, diantara

Sebagaimana dalam perjanjian secara umum, perjanjian ekspor/impor

berkaitan dengan hak dan kewajiban para pihak yang terlibat. Eksportir

berkewajiban memberikan barang kepada importir dan berhak menerima

pembayaran dari importir. Importir berkewajiban melakukan pembayarankepada

eksportir dan berhak menerima barang dari eksportir. Persoalan dapat muncul

manakala masing-masing pihak hanya mau menikmati hak tanpa mau

melaksanakan kewajiban masing-masing.

26

(35)

negara-negara yangterkait terdapat berbagai perbedaan seperti bahasa, mata uang,

kebiasaandalam perdagangan, hukum, dan sebagainya.

2. Cara Pembayaran dalam Ekspor Impor

Kegiatan ekspor impor berkaitan erat dengan pembayaran. Kegiatan

ekspor impor akan berjalan dengan baik jika ditunjang dengan pembayaran yang

lancar, praktis, aman, dan memberikan jaminan kepada para pihak. Adapun cara

pembayaran yang dikenal dalam ekspor impor antara lain:

a. secara tunai (cash payment).

b. secara rekening terbuka (open account)

c. secara penarikan wesel atau suatu Letter of Credit (L/C).

Dalam pembayaran secara tunai importir melakukan pembayaran kepada

eksportir sebelum barang dikirim. Pembayaran ini disebut pembayaran dimuka

oleh importir kepada eksportir. Bagi eksportir cara pembayaran ini lebih

menguntungkan. Sebaliknya, bagi importir cara pembayaran ini sangat berisiko

sehingga jarang digunakan.

Apabila eksportir sudah mengenal importir dengan baik, barang dapat

dikirim oleh eksportir tanpa perlu pembayaran oleh importir terlebih dulu. Untuk

keperluan pembayaran eksportir membuka suatu rekening.Pembayaran dilakukan

importir melalui rekening tersebut kalau barang sudah terjual. Cara ini

mengandung resiko yang besar bagi eksportir sehinggajarang dilakukan.27

27

(36)

3. Pelaksanaan Ekspor Impor

Dewasa ini hampir tidak ada lagi suatu negara didunia yang dapat

memenuhi kebutuhannya dari hasil produksi negaranya sendiri. Baik negara kecil

ataupun negara besar, negara yang perekonomiannya sudah maju ataupun masih

terbelakang, secara langsung atau tidak langsung membutuhkan pelaksanaan

pertukaran barang dan atau jasa antara satu negara dengan negara lainnya. Maka

dari itu antara negara-negara yang terdapat didunia perlu terjalin suatu hubungan

perdagangan untuk memenuhi kebutuhan tiap-tiap neara tersebut.

Transakasi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah

ekspor impor, pada hakikatnya adalah suatu transaksi sederhana yang tidak lebih

dari membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat

tinggal atau berdomisili di negara-negara yang berbeda. Namun dalam pertukaran

barang dan jasa yang menyeberangi laut ataupun darat ini tidak jarang timbul

berbagai masalah yang kompleks antara para pengusaha yang mempunyai bahasa,

kebudayaan, adat istiadat, dan cara yang berbeda-beda. Pengaruh keseluruhan dari

perdagangan ekspor impor ini adalah untuk memberikan keuntungan bagi

negara-negara yang mengimpor dan mengekspor.

Transaksi ekspor impor secara langsung berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi dari negara-negara yang terlibat di dalamnya. Bagi

perekonomian negara berkembang seperti Indonesia, transaksi ekspor impor

merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang paling penting. Dalam situasi

perekonomian dunia yang masih belum terlalu menggembirakan saat ini, berbagai

(37)

sumber-sumber devisa lain dengan cara meningkatkan produksi dalam negeri dan

menarik investor asing ke Indonesia. Untuk mendapatkan hasil seperti yang

diharapkan, pemerintah merasa perlu untuk mengambil kebijaksanaan serta

tindakan dengan jalan menyederhanakan ketentuan-ketentuan yang menyangkut

kegiatan di bidang lalu-lintas devisa dan ekspor impor. Penyederhanaan

ketentuan-ketentuan itu antara lain mengenai:28

a. Syarat-syarat sebagai eksportir

b. Syarat-syarat sebagai importir

c. Pajak ekspor

d. Pajak impor

e. Kebijaksanaan tentang devisa

f. Kredit ekspor dan jaminan ekspor

g. Tata niaga barang ekspor

h. Tata niaga barang impor

Penyederhanaan tersebut pada umumnya menitikberatkan pada

penggunaan devisa dengan tanpa mengurangi pengawasan untuk mencegah

hal-hal yang tidak diharapkan. Kebijaksanaan pemerintah tersebut perlu mendapat

dukungan dari pihak-pihak yang bersangkutan dalam pelaksanaan ekspor impor.

Jadi hendaknya para pengusaha dapat memanfaatkan kesempatan dan

kelonggaran-kelonggaran yang telah diberikan oleh pemerintah tersebut dengan

sebaik-baiknya, dan para pengusaha diharapkan tidak menyalahgunakan

kesempatan dan kelonggaran-kelonggaran tersebut untuk tujuan yang hanya

28

Alfred Hutauruk, Sistem dan Pelaksanaan Ekspor Impor dan Lalu Lintas Devisa di

(38)

menguntungkan pribadi dan merugikan perekonomian negara Indonesia. Untuk

memberi gambaran yang lebih jelas, maka penulis akan mengemukakan beberapa

kebijaksanaan pemerintah yang berhubungan dengan lalu-lintas devisa dan ekspor

impor, yang tertuang dalam beberapa peraturan pemerintah dan peraturan

pelaksanaannya.

B. LETTER OF CREDIT

1. Pengertian Letter Of Credit

Pengertian Letter of' Credit secara umum merupakan suatupernyataan dari

issuing bank atas permintaan importir yang merupakan nasabah dari bank

tersebut, untuk menyediakan dana dan membayar sejumlah uang tertentu untuk

kepentingan pihak ketiga (eksportir). Pembukaan L/C oleh importir dilakukan

melalui bank yang disebut opening bank atau Issuing Bank.

Pada umumnya L/C digunakan untuk membiayai kembali kontrak

penjualan barang jarak jauh antara pembeli dan penjual yang belum saling

mengenal dengan baik.29

L/C digunakan untuk membiayai transaksi perdagangan internasional.

Tetapi, L/C bukan merupakan garansi (guarantee) atau surat berharga yang dapat

dipindahtangankan(negotiable instrument).30

29

Henry D. Gabriel, Standby Letter of Credit Does the Risk Out Weigh the Benefits?

Columbia Business Law Review, vol 1988 Num3, hal. 139 - 153

30

David D. Command, “The Uniform Commercial Code Law Journal. Vol.17 Num 1, Summer 1984, hal. 44.

(39)

“Secara harfiah L/C dapat diterjemakan sebagai Surat Utang atau Surat

Piutang atau Surat Tagihan, tetapi sebenarnya L/C lebih merupakan suatu

janji akan dilakukannya pembayaran,apabila dan setelah terpenuhi

syarat-syarat tertentu.”

Sementara UCP 600 mengatakan bahwa L/C adalah janji dari bank

penerbit untuk melakukan pembayaran atau memberi kuasa kepada bank lain

untuk melakukan pembayaran kepada penerima atas penyerahan

dokumen-dokumen (misalnya konosemen, faktur, sertfikat asuransi) yang sesuai dengan

persyaratan L/C.

Inti dari pengertian L/C menurut UCP ialah bahwa L/C merupakan “Janji

pembayaran”. Bank penerbit melakukan pembayaran kepada penerima baik

langsung ataupun melalui bank lain adalah atas instruksi pemohon yang berjanji

membayar kembali kepada bank penerbit. Dalam transaksi L/C terdapat

hubungan-hubungan hukum yangutama sebagai berikut:

a. Hubungan hukum antara pembeli (pemohon) dan penjual (penerima)

berdasarkan kontrak penjualan

b. Hubungan hukum antara pemohon dan bank penerbit berdasarkan

permintaan penerbitan L/C sebagai kontrak.

c. Hubungan hukum antara bank penerbit dan penerima berdasarkan L/C

sebagai kontrak.

d. Hubungan hukum antara bank penerbit dan bank penerus berdasarkan

(40)

e. Hubungan hukum antara bank penerus dan penerima berdasarkan kontrak

pembayaran L/C.

Agoes Moeljono melihat hakikat L/C sebagai suatu “perikatan.”

Berikutnya lagi, Amir M.S., penulis dan pelaku dagang, mengatakan:31

2. Dasar Pengaturan Letter Of Credit

Letter of Credit atau biasa disingkat L/C adalah suatu Bank atas permintaan importir langganan Bank tersebut yang ditujukan kepada eksportir di luar negeri yang menjadi relasi importir itu, yang memberi HAK kepada eksportir itu untuk menarik wesel-wesel atas importer bersangkutan untuk sejumlah uang yang disebutkan dalam surat itu.”

Inti dari definisi Amir M.S. yaitu bahwa L/C merupakan “Surat

pembayaran.”

Uniform Customs and Practice for Documentary Credit (UCP) adalah

pedoman yang menjadi peraturan internasional dalam jual beli antar negara,

mengenai cara pembayaran yang harus dilakukan oleh pernbeli melalui Bank.

Peraturan UCP ini telah diterima oleh banyak negara dan telah digunakan secara

internasional. Demikian juga dengan Indonesia yang menggunakan UCP ini

sebagaipedoman pembayaran perdagangan luar negeri. PeraturanPemerintah No.

1 Tahun 1982 merupakan dasar hukum L/C diIndonesia. Ketentuan pelaksanaan

Peraturan Pemerintah No. I Tahun 1982 yang secara rinci mengatur L/C belum

ada. Sesuai dengan kenyataan bahwa dalam praktek perbankan Indonesia telah

digunakan UCP sebagai ketentuan L/C sejak tahun 1970-an.32

31

Amir M.S, Seluk-beluk dan Tehnik Perdagangan Luar Negeri; Suatu Penuntun IMPOR

& EKSPOR, (Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 1993), hal. 37

32

(41)

Bank Indonesia dalam Surat Edaran No. 26/34/ULN tanggal17 Desember

1993 mengatur L/C yang diterbitkan bank devisa(bank umum) boleh tunduk atau

tidak pada UCP. Bank Indonesia secara yuridis formal memberikan kebebasan

kepada bank devisa diIndonesia untuk menentukan sikap. Dalam hal L/C tunduk

pada UCP, maka agar UCP mempunyai kekuatan hukum mengikat atas L/C bank

penerbit harus melakukan suatu tindakan yaitu mencantumkan suatu klausul

dalam L/C yang menyatakan bahwa L/C tunduk pada UCP sesuai dengan

ketentuan dalam Artikel 1 UCP No. 600 tahun 2007 yangmengatakan:

Uniform Customs and Practice for Documentary Credit (UCP) Revisi 2007 No. 600, akan berlaku untuk semua "documentary credit" (termasuk standby letter of credit sejauh mana UCP ini dapatdiberlakukan) bilamana

di dalam teks kredit tersebut menyebutkan secara tegas bahwa kredit

tersebut tunduk kepada Uniform Customs and Practice for Documentary

Credit, 2007 Revision, ICC Publication No. 600. (UCP) mengikat semua

pihak yang bersangkutan, kecuali dengan tegas ditentukan lain dalam

kredittersebut.

3. Pihak-Pihak Dalam Transaksi Letter Of Credit

Dalam pelaksanaan pembukaan Letter of Credit, dalam bentuknya yang

paling sederhana, ada beberapa pihak yang berkepentingan, yaitu:

a. Importir/Pembeli

Merupakan pihak yang melaksanakan transaksi jual beli dengan

penjual/eksportir. Pihak Importir mengajukan permintaan pembukaan L/C kepada

bank pembuka atas nama eksportir, setelah memenuhi syarat-syarat yang berlaku

untuk melakukan transaksi ekspor impor. Kewajiban-kewajiban importir, antara

lain:

1) Mengirim surat kepada eksportir di luar negeri.

(42)

3) Menyiapkan permintaan pembukaan L/C.

4) Menyiapkan uang pembayaran tunai kepada bank pembuka L/C.

b. Bank Pembuka L/C atau Opening Bank atau Issuing Bank

Tugas dari bank pembuka adalah melayani importir yang mengajukan

permintaan pembukaan L/C. sedangkan tugas-tugas yang lain adalah:

1) Menerima, mencatat, dan meneliti pembukaan L/C.

2) Menyediakan devisa yang diperlukan oleh importir.

3) Melaksanakan permintaan perubahan L/C.

4) Menerima setoran uang tunai dari importir sebagai pelunasan harga

barang sesuai nilai L/C.

c. Bank Penerus L/C atau Advising Bank

Merupakan bank yang meneruskan L/C kepada eksportir. Apabila bank ini

dikuasakan untuk membeli wesel-wesel yang ditarik oleh eksportir atas L/C

tersebut, maka disebut dengan Negotiating Bank. Jika bank ini diminta untuk ikut

menjamin pembayaran, maka disebut dengan Confirming Bank.

Tugas-tugas dari bank penerus L/C antara lain:

1) Meneruskan L/C kepada eksportir

2) Menerima dokumen yang disyaratkan dalam L/C dari eksportir.

3) Membayar harga barang kepada eksportir sesuai dengan syarat-syarat

(43)

d. Eksportir/Penjual

Merupakan pihak yang mengadakan transakasi jual beli dengan importir

atau pembeli. Kewajiban-kewajiban eksportir, antara lain:

1) Menerima surat dari importir.

2) Membalas surat tersebut berikut brosur.

3) Menerima L/C dari bank penerus L/C.

4) Menyiapkan barang yang akan dikirimkan.

5) Menyerahkan dokumen-dokumen yang disyaratkan di dalam L/C.

6) Menerima uang pembayaran dari pembeli melalui bank penerus L/C.

Suatu perjanjian, agar dapat terwujud, lazimnya ada suatu kesepakatan

tentang harga dan barang antara pembeli dan penjual. Demikian juga di dalam

pembukaan suatu L/C, pihak eksportir dan importir sebelumnya sudah harus

mencapai kesepakatan yang dituangkan dalam suatu perjanjian yang disebut

dengan perjanjian jual-beli atau kontrak jual-beli.

e. Pihak-pihak yang lain

Selain pihak-pihak yang telah dikemukakan, masih ada beberapa pihak

yang secara tidak langsung terkait dalam transaksi ekspor impor, dimana

pihak-pihak ini merupakan badan usaha yang bergerak dibidang jasa tertentu, antara

lain:

1) Maskapai Asuransi, tugasnya antara lain:

a) Membuat cover note

b) Membuat polis asuransi

(44)

d) Menyelesaikan klaim apabila terjadi suatu kerugian

2) Ekspedisi Muatan Kapal Laut, tugasnya antara lain:

a) Menyiapkan angkutan untuk pengiriman barang

b) Membantu importir mengeluarkan barang dari pelabuhan

c) Membayar bea masuk

3) Superintending Company

Untuk memastikan atas kebenaran barang yang diimpor, maka importir

dapat meminta jasa dari superintending company untuk meneliti

barang yang akan diimpor. Objek penelitian didasarkan atas

permintaan pemberi amanat, dapat berupa penelitian atas keaslian

barang, kelengkapan barang, dan lain sebagainya.

4. Tahapan Penerbitan Letter Of Credit

Pada dasarnya tahapan penerbitan L/C luar negeri sama dengan

mekanisme penerbitan Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN)

sebagaimana telah dijelaskan diatas, hanya ada keterlibatan bank asing,

tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:

a. Pembeli dan penjual mengadakan kontrak jual beli. Dalam jual beli itu

ditetapkan bahwa pembeli diwajibkan membuka kredit berdokumen atau

L/ C kepada penjual.

b. Pembeli lalu mengajukan kredit berdokumen kepada bank devisa

langganannya. Kalau bank devisa tersebut setuju kredit berdokumen

diterbitkan bagi kepentingan penjual. Dalam hubungan ini pembeli disebut

(45)

c. Bank penerbit kredit (issuing bank) mengirim surat kredit berdokumen itu

kepada beneficiary dengan melalui bank korespondennya dinegara

beneficiary. Bank koresponden tersebut disebut advising bank atau

confirming bank

d. Advising bank memberitahu beneficiary bahwa baginya telah dikirim

kredit berdokumen dari issuing bank atas permohonan pembeli. Sebagai

advising bank tidak ada kewajiban, sedangkan sebagai confirming bank

berkewajiban berkewajiban menjamin terlaksananya kredit tersebut

e. Setelah beneficiary menerima surat kredit, dia lalu mengirimkan

barangnya kepada pembuka kredit (pembeli). Untuk perbuatan ini

beneficiary menerima dokumen pengangkutan dan dokumen-dokumen

pembantu dari instansi-instansi yang berwenang

f. Dokumen induk (pengangkutan) dan dokumen pembantu asli lalu

diserahkan kepada advising bank, duplikatnya dikirim langsung kepada

pembeli

g. Setelah advising bank meneliti dokumen-dokumen tersebut dan

berkesimpulan bahwa dokumen-dokumen tersebut telah memenuhi

syarat-syarat sebagaimana mestinya, maka dokumen-dokumen tersebut diterima

dan dibayar.

h. Dokumen yang sudah diterima, oleh advising bank lalu dikirim kepada

issuing bank

i. Issuing bank yang sudah menerima dokumen-dokumen, lalu membayar

(46)

j. Issuing bank memberitahu pembuka kredit bahwa dokumen telah datang,

dan pembuka kredit lalu membayar semua kewajibannya kepada issuing

bank

k. Issuing bank setelah mendapatkan pembayaran akan mengirim dokumen

asli kepada pembuka kredit (pembeli) berdasar dokumen-dokumen mana

barang-barang dapat diminta dari pengangkut

5. Macam Macam Jenis Letter Of Credit

Mengenai jenis-jenis letter of credit, terdapat beberapa jenis L/C jika

ditinjau dari beberapa sudut pandang berbeda. Untuk itu penulis akan

mengemukakan beberapa jenis L/C berdasarkan beberapa sudut pandang yang

berbeda.33

a. Dari segi kekuatan berlaku

1) Revocable L/C

Yaitu suatu L/C yang dapat ditarik atau dirubah atau dibatalkan kembali

setiap waktu oleh pihak-pihak yang bersangkutan sepanjang belum terjadi

pelaksanaan pembayaran. Dengan kata lain Revocable L/C merupakan L/C yang

dapat dibatalkan setiap saat tanpa memerlukan persetujuan pihak lainnya.

Mestinya Revocable L/C dapat dibatalkan kapan saja tanpa perlu pemberithuan

terlebih dahulu kepada pihak penjual. Namun demikian, di dalam praktek

pembatalan hanya boleh dilakukan apabila Revocable L/C belum dinegosiasi.

Apabila pembatalan terjadi setelah L/C dinegosiasi, maka L/C tersebut akan

dibayar oleh Bank Pembuka. Namun Revocable L/C ini dalam praktek jarang

33 Munir Fuady,

(47)

sekali dipergunakan, karena sifatnya yang dapat dicabut sewaktu-waktu tanpa

persetujuan dapat menimbulkan kerugian bagi pihak penjual.

2) IrRevocable L/C

Yaitu suatu L/C yang merupakan kebalikan dari Revocable L/C, dimana

kredit hanya dapat ditarik atau dirubah atau dibatalkan di dalam masa berlakunya,

dengan persetujuan pihak pembeli, bank pembuka, bank penerus, dan penjual.

IrRevocable L/C ini banyak dipergunakan dalam praktek karena sifatnya

yang tidak dapat dicabut tanpa persetujuan para pihak tersebut tidak akan

menimbulkan kekhawatiran bahwa L/C tersebut akan ditarik atau diubah atau

dibatalkan.

3) IrRevocable and Confirmed L/C

Yaitu suatu L/C yang tidak dapat dibatalkan atau diubah kecuali ada

persetujuan dari para pihak. Dalam L/C jenis ini yang bertanggungjawab adalah

bank pembuka selama jangka waktu berlakunya L/C, dan bank kedua juga

bertanggung jawab atas pembayaran tersebut. Untuk setiap pembukaan L/C, harus

disebutkan secara tegas dan jelas apakah L/C tersebut Revocable L/C atau

IrRevocable L/C. menurut ketentuan Pasal 6 c UCP 500 1993, bahwa jika tidak

terdapat petunjuk demikian, maka kredit tersebut akan dianggap sebagai

IrRevocable L/C.

b. Dari segi pihak yang mengeluarkan L/C

1) Banker’s L/C

Yaitu suatu L/C yang pembukaannya dilakukan oleh suatu bank atas

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan Praktik Mengajar meliputi: observasi lapangan dan observasi proses belajar mengajar, penerjunan dilakukan pada tanggal Februari 2015, kegiatan pembelajaran yang

Fenty Indrayanti. PENGARUH PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING TERBIMBING DAN MANDIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK LARUTAN

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 tentang Penunjukan Badan-badan Hukum Yang Dapat Mempunyai Hak Milik Atas Tanah. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

berupa bahan hukum digunakan sebagai pendukung. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari. responden tentang obyek yang diteliti sebagai data utamanya. Data

KEUANGAN TENTANG NOMOR 267 /PMK.010/2015 TENTANG KRITERIA DAN/ ATAU RINCIAN TERNAK, BAHAN PAKAN UNTUK PEMBUATAN PAKAN TERNAK DAN P.AN IKAN YANG ATAS IMPOR DAN/

[r]

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Dengan kata lain, yang dimaksud dengan Standar Kompetensi adalah perumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan