• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Ateng (Studi Kasus Kabupaten Dairi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Ateng (Studi Kasus Kabupaten Dairi)"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT PRODUKSI KOPI ATENG

(STUDI KASUS KABUPATEN DAIRI)

Skripsi Diajukan Oleh: RASIDAH ANGKAT

060501070

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

ABSTRACT

This research is entitled “Determinant Analyze of Ateng Coffee Production (A Case Study: Kabupaten Dairi)”. The objective is to find out how the progress of productivity of ateng coffee in Kabupaten Dairi and the effect of wide of farm, the fertilizer usage, and labour variables. The data of this research are Primer Data, which are gained from the farmer society of ateng coffee in kabupaten Dairi by doing observation and interview by using questions list.

In analyzing the effects of independent variables towards dependent variables is used econometric model by regressing all variables by using Ordinary Least Square Method. The regression result shows that the variable of the wide of farm has positive effect and is statistically significant toward the ateng coffee production, fertilizer usage has positive effect and is statistically significant toward the ateng coffee production, ang labor has positive effect but not significant by statistically toward the ateng production in Kabupaten Dairi.

The coefficient determining (R²) test result shows that the variables of the ateng coffee production as dependent variable can be explained by the independent variables, wide of farms, the fertilizer usage, and labour for 71,14% and the rest 28,86 % is explained by the other variables out of the estimation model. The overall tests use F where F sums (35,34 %) > F table (2,81) which means that the variables of the wide of farms, the fertilizer usage, and labour are significantly effective towards the ateng coffee production. The deviation test with classic assumption uses the multicollinearity and the heterocedasticity tests. These tests show that there is not any deviation towards classic assumption.

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kopi Ateng (Studi Kasus Kabupaten Dairi)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat produksi kopi ateng di kabupaten Dairi dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh luas lahan, pengeluaran pupuk, dan tenaga kerja terhadap tingkat produksi kopi ateng di kabupaten Dairi. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari masyarakat petani yang memiliki usaha perkebunan rakyat kopi ateng di kabupaten Dairi melalui observasi dan wawancara langsung dengan mennggunakan daftar pertanyaan (kuisioner).

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary least Square). Dari hasil regresi, variabel luas lahan berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap tingkat produksi kopi ateng,variabel pengeluaran pupuk berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap tingkat produksi kopi ateng, dan variabel tenaga kerja berpengaruh positif namun tidak signifikan secara statistik terhadap tingkat produksi kopi ateng.

Hasil uji koefisien determinasi (R²) menunjukkan bahwa variabel tingkat produksi kopi ateng sebagai variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel-variabel independen yaitu luas lahan, pengeluaran pupuk, dan tenaga kerja sebesar 71,14 %, sedangkan sisanya sebesar 28,86 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan ke dalam model estimasi. Pengujian secara keseluruhan menggunakan uji F dimana F.hitung (35,34) > F.tabel (2.81), artinya variabel luas lahan, pengeluaran pupuk, dan jumlah tenaga kerja secara serentak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat produksi kopi ateng. Uji penyimpangan asumsi klasik menggunakan uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas, dari uji tersebut dalam penelitian ini tidak terdapat penyimpangan asumsi klasik.

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan menyebut Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji dan syukur bagiNya, atas nikmat sehat serta hidayahNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk melengkapi syarat selesainya studi jenjang Strata 1 (S1) di Fakultas Ekonomi Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. Selain itu skripsi ini merupakan laporan tugas akhir dari penelitian yang dilakukan Penulis mengenai ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Ateng (Studi Kasus Kabupaten Dairi)”.

Pada kesempatan ini, tidak lupa Penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada :

1. Kedua orangtuaku tercinta, Mamak dan Ayah yang telah memberikan kasih sayang yang begitu melimpah kepada Penulis, dukungan moril dan materil serta doa dan semangat yang luar biasa sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Terimakasih yang tiada terhingga mak, yah. I love both of you.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(5)

4. Bapak Paidi Hidayat, SE, MSi selaku Dosen Penguji I dan ibu Inggrita Gusti Sari, M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara, k’Leni, bg Sugi, dan bg Heri.

6. Seluruh petani kopi ateng di kabupaten Dairi selaku responden dalam penelitian ini yang telah bersedia meluangkan waktu kepada Penulis untuk memberikan informasi-informasi bagi penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini.

7. Keluarga besarku yang telah memberikan semangat serta dorongan yang begitu besar, kakakQ Sri Wiridiyati Angkat, S.Pd dan Junita Angkat, bg Wira Sumitro Manik, S.Pd, terimakasih untuk doa dan semangatnya, adik-adik ku, Ahmad Syafii Angkat, Lilis Suganda Angkat, Susi Susanti Angkat, Mahmud Azis Angkat,Fitri Ramadhani Angkat, dan pudanku Mukhtar Efendi Angkat.

8. Buat sahabatku Tinen (Lisnawati Tinendung), terimakasih untuk cerewetnya, dan semua kebersamaan sejak petama kali kuliah hingga saat ini, dan dukungan yang telah diberikan, Nda dan Sari, thanks for all friendship we ever had.

9. Sahabat-sahabatku seperjuangan di EP’06, tempat berbagi suka dan duka, Fani, Wati, Dosma,Chery, Asni, Ririn, terimakasih tuk semuanya, untuk semua kebaikan yang telah diberikan kepada Penulis, untuk pelajaran yang berharga akan pentingnya arti berbagi dan mengesampingkan keegoan, dan untuk persahabatan yang telah terjalin selama kita kuliah, semoga persahabatan kita takkan pernah putus. Tuk Alin, thanks untuk kebersamaan dan pengalaman selama bekerja

(6)

11. Buat Ikrami Angkat dan Bg Khairil Berampu yang telah banyak membantu Penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini, makasih banyak ya untuk waktu yang telah diluangkan.

12.Untuk teman-teman di EP 06, Echy (Yessi), Prieska, Wirda, Yeni, Titah, thanks untuk semua ketawa/i nya. Buat teman-teman se perjuangan di Ekonometrika, Waty, Fany, Chery (Again), Jhonson, Irwin, Arisandy, Andreas, Azmal, n Rahmad, thanks untuk semua kerjasama dan kebersamaan selama mengikuti mata kuliah Pengantar Metrik, dan semua keluarga besar EP yang tidak dapat disebutkan satu persatu terutama stambuk 2006.

Semoga jasa dan amal baik semua pihak mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin.

Penulis sangat sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Akhir kata, Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, 12 Maret 2010

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... . i

ABSTRAK...ii

KATA PENGANTAR………...………...iii

DAFTAR ISI………...v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTARGAMBAR...ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah ... ...6

1.3 Hipotesis ...6

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Usaha Tani dan Pertanian ... 9

2.1.1 Usaha Tani ... 9

2.1.2 Pengertian Pertanian ... 9

2.1.3 Pertanian Indonesia ... 10

2.1.4 Pembagian Bidang-Bidang Pertanian ...11

2.2 Pembangunan Pertanian ... 12

2.3 Produksi Usaha Tani dan Faktor Produksi ...13

2.4 Pengertian Produksi ... 14

2.5 Fungsi Produksi ... 15

2.5.1 Fungsi Produksi Cobb Douglas ...16

(8)

2.6 Hasil Produksi dan Biaya Produksi ...25

2.6.1 Efisiensi Usaha Tani ...25

2.6.2 Biaya produksi ...25

2.7 Sejarah Perkebunan Kopi di Indonesia ...27

2.7.1 Perkembangan Kopi Arabika di Indonesia ...27

2.7.2 Morfologi Tanaman Arabika (Ateng). ...30

2.7.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kopi ...34

2.7.4 Potensi Kopi Arabika di Kabupaten Dairi...37

2.8 Hasil Penelitian Terdahulu ...40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 42

3.2 Jenis dan Sumber Data ...42

3.3 Teknik Pengumpulan Data ...43

3.4 Populasi dan Sampel ...43

3.4.1 Populasi ... 43

3.4.2 Sampel ... 44

3.5 Teknik Analisis Data... 44

3.5.1 Pengolahan Data... 44

3.5.2 Model Analisis Data... 44

3.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)... 46

3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Squared)... 46

(9)

3.6.3 Uji f-statistik... 48

3.7 Uji Asumsi Klasik... 49

3.7.1 Multikolinearitas... 49

3.8.2 Heteroskedastisitas... 50

3.8 Defenisi Operasional...51

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Daerah Penelitian ... 52

4.1.1 Kondisi Geografis ... 52

4.1.2 Iklim ... 53

4.1.3 Demografis ... 54

4.1.4 Keadaan Mata Pencaharian dan Potensi Wilayah... 55

4.1.5 Sarana Ekonomi dan Sosial... 56

4.2 Karakteristik Responden ...56

4.3 Karakteristik Kopi Ateng Kabupaten Dairi ... 59

4.4 Aspek Sosial : Kesejahteraan Petani Kopi Ateng ... 62

4.5 Produksi Kopi Ateng di Kabupaten Dairi... 68

4.5.1 Analisis Luas Lahan terhadap Kesejahteraan Petani ... 63

4.5.2 Analisis Tingkat Produksi terhadap Kesejahteraan Petani.65 4.6 Analisis Hasil Regresi ... 71

4.6.1 Interpretasi Model ... 72

4.5.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 79

(10)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Perkembangan Luas Pertanaman Kopi di Indonesia ………… 29

2.2 Data Potensi Lahan Produksi Kopi Ateng Per Kecamatan … 40

4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Tahun 2009 ………… 54 4.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan

Tahun 2008 ……… 56

4.3 Penggolongan Umur Responden ……… 57

4.4 Penggolongan Jumlah Tanggungan Responden ... 57

4.4 Penggolongan Tingkat Pendidikan Responden ……….... 58

4.5 Penggolongan Luas Lahan Responden ……… 58

4.6 Luas Lahan Kopi Ateng 50 Responden ……… 60

4.7 Tingkat Produksi Kopi Ateng 50 responden ……… 60

4.8 Luas Lahan Produksi Kopi Ateng per Kecamatan tahun 2007... 62 4.9

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 2.1 Kurva Isoquant Fungsi Produksi Cobb-Douglas ... 30

(12)

ABSTRACT

This research is entitled “Determinant Analyze of Ateng Coffee Production (A Case Study: Kabupaten Dairi)”. The objective is to find out how the progress of productivity of ateng coffee in Kabupaten Dairi and the effect of wide of farm, the fertilizer usage, and labour variables. The data of this research are Primer Data, which are gained from the farmer society of ateng coffee in kabupaten Dairi by doing observation and interview by using questions list.

In analyzing the effects of independent variables towards dependent variables is used econometric model by regressing all variables by using Ordinary Least Square Method. The regression result shows that the variable of the wide of farm has positive effect and is statistically significant toward the ateng coffee production, fertilizer usage has positive effect and is statistically significant toward the ateng coffee production, ang labor has positive effect but not significant by statistically toward the ateng production in Kabupaten Dairi.

The coefficient determining (R²) test result shows that the variables of the ateng coffee production as dependent variable can be explained by the independent variables, wide of farms, the fertilizer usage, and labour for 71,14% and the rest 28,86 % is explained by the other variables out of the estimation model. The overall tests use F where F sums (35,34 %) > F table (2,81) which means that the variables of the wide of farms, the fertilizer usage, and labour are significantly effective towards the ateng coffee production. The deviation test with classic assumption uses the multicollinearity and the heterocedasticity tests. These tests show that there is not any deviation towards classic assumption.

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kopi Ateng (Studi Kasus Kabupaten Dairi)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat produksi kopi ateng di kabupaten Dairi dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh luas lahan, pengeluaran pupuk, dan tenaga kerja terhadap tingkat produksi kopi ateng di kabupaten Dairi. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari masyarakat petani yang memiliki usaha perkebunan rakyat kopi ateng di kabupaten Dairi melalui observasi dan wawancara langsung dengan mennggunakan daftar pertanyaan (kuisioner).

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary least Square). Dari hasil regresi, variabel luas lahan berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap tingkat produksi kopi ateng,variabel pengeluaran pupuk berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap tingkat produksi kopi ateng, dan variabel tenaga kerja berpengaruh positif namun tidak signifikan secara statistik terhadap tingkat produksi kopi ateng.

Hasil uji koefisien determinasi (R²) menunjukkan bahwa variabel tingkat produksi kopi ateng sebagai variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel-variabel independen yaitu luas lahan, pengeluaran pupuk, dan tenaga kerja sebesar 71,14 %, sedangkan sisanya sebesar 28,86 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan ke dalam model estimasi. Pengujian secara keseluruhan menggunakan uji F dimana F.hitung (35,34) > F.tabel (2.81), artinya variabel luas lahan, pengeluaran pupuk, dan jumlah tenaga kerja secara serentak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat produksi kopi ateng. Uji penyimpangan asumsi klasik menggunakan uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas, dari uji tersebut dalam penelitian ini tidak terdapat penyimpangan asumsi klasik.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sektor pertanian merupakan sektor yang diandalkan dalam pemulihan

perekonomian nasional. Sektor ini menopang sebagian besar perekonomian penduduknya melalui penyediaan pangan dan juga memberikan lapangan

pekerjaan. Hal ini disebabkan negara kita merupakan negara agraris sehingga peran sektor pertanian masih merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pembentukan PDB (kedua setelah sektor Industri), yaitu sebesar

Rp.547.223,60 Milyar atau 13,83% dari total PDB (BPS: 2007).

Sumatera Utara juga menunjukkan kondisi yang tidak jauh berbeda. Sebagian besar kabupaten-kabupaten di Sumatera Utara juga masih mengandalkan

sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari peranan sektor pertanian yang memberikan kontribusi cukup besar bagi PDRB Sumut, yaitu 22,84 % pada tahun

2008, mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya 22,56% (BPS: 2008)

Kabupaten Dairi merupakan salah satu dari beberapa wilayah Sumatera

(15)

mencari nafkah di sektor ini (BPS: 2008). Hal ini disebabkan kondisi

geografisnya yang memang sangat mendukung bagi sektor tersebut. Hal ini ditunjukkan pada PDRB kabupaten Dairi pada tahun 2007 dimana kontribusi

sektor pertanian menyumbang terbesar di antara 9 lapangan usaha lainnya, yaitu sebesar 63,11% dari total PDRB (BPS: 2007). .

Kopi ateng sudah dikenal di kalangan petani sejak tahun 1990. namun

karena pasar tidak menjanjikan akibat murahnya harga, kopi ateng tidak dibudidayakan dengan baik dan banyak yang diganti dengan kopi robusta yang

pada saat itu cukup terkenal dan menjanjikan di pasar perdagangan ekspor. Harga ateng juga saat itu sangat murah jika dibandingkan dengan kopi robusta yang

harganya mencapai 2 kali lipat dari harga kopi ateng.

Sudah beberapa abad lamanya, kopi menjadi bahan perdagangan, Dalam kancah perkopian nasional bahkan internasional, predikat Kopi Sidikalang pernah mencapai masa keemasan. Kopi Sidikalang yang dimaksud adalah kopi robusta.

Tapi, kini kopi robusta nyaris hilang dari pasar perdagangan kopi akibat menurunnya kualitas akibat pengoplosan yang dilakukan oleh oknum tertentu

yakni mencampur kopi dengan bahan lain sehingga cita rasa kopi tidak sebagus dulu. Hal ini mengakibatkan turunnya permintaan terhadap kopi Sidikalang, sehingga harga kopi robusta turun drastis. Akibatnya, sekitar tahun 2000, banyak

petani beralih ke tanaman kopi jenis arabika yang lebih menguntungkan yang harganya mulai naik sejalan dengan turunnya harga kopi jenis robusta. Kopi

(16)

seperti lazimnya kopi robusta yang batangnya bisa jauh lebih tinggi daripada kopi

ateng tersebut.

Peralihan dari robusta ke arabika sejak tahun 2000 sudah mulai meluas di kalangan petani kopi Dairi. Menurut beberapa petani dan kalangan pengusaha,

peralihan itu terjadi karena robusta tak lagi mampu mengangkat martabat mereka, singkatnya secara ekonomis tidak menguntungkan lagi. Kopi arabika (selanjutnya

disebut sebagai kopi Ateng), merupakan komoditi baru bagi Dairi.

Di kalangan petani Dairi kopi ateng ini sering juga disebut kopi “si garar

utang”(si bayar utang). Pemberian nama ini dapat dikatakan merupakan cerminan kebiasaan petani kopi yang menunggu hasil kopi atengnya untuk membayar

utang.

Memang, kopi ateng lebih cepat berbuah setelah ditanam, hanya sekitar 2,5 tahun. Setelah itu petani dapat memetik hasilnya untuk waktu yang tidak

singkat, yang buahnya bisa dipetik secara rutin, yaitu sekali dalam dua minggu selama 9-10 bulan. Proses penjualannya pun tergolong mudah. Setelah bijinya memerah alias menua dan sudah dapat dipetik, kulit kopi kemudian dibuang

dengan menggunakan mesin pemintal. Setelah itu dijemur cukup dalam sehari kemudian dapat dijual. Namun demikian, penanaman kopi ateng juga harus

menggunakan pupuk dan pestisida mengingat jenis tanaman ini tergolong rentan dengan hama tanaman yang sewaktu-waktu datang menyerang.(Dairi Pers, 7

(17)

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Dairi terlihat pergeseran

luas lahan produksi dan jumlah volume produksi yang drastis. Tercatat bahwa pada tahun 1996 produksi kopi jenis robusta mencapai sekitar 7.941 ton dengan

luas lahan 16.524 hektar. Sangat berbeda halnya dengan kopi jenis arabika yang jumlah produksinya masih hanya sekitar 1.061 ton dengan luas lahan 3.103 hektar

Angka produksi itu kemudian perlahan mulai bergeser pada tahun 2003.

Terlihat angka yang mencolok. Tercatat bahwa pada tahun 2003 jumlah produksi kopi arabika meningkat menjadi 9.442 ton dengan luas lahan produksi 9.373

hektar, sedang kopi robusta 6.790 ton dengan luas lahan 12.702 hektar.

Angka produksi itu kemudian mulai bergeser signifikan ke tahun-tahun berikutnya hingga berdasarkan data BPS kabupaten Dairi 2006, produksi ateng

drastis naik hingga mampu mengimbangi Robusta. Tercatat jumlah produksi kopi jenis Ateng naik drastis menjadi sekitar 7.698 ton dengan luas lahan “hanya”

9.846 hektar.

Jumlah ini terus bergeser,hingga berdasarkan pendataan BPS pada tahun 2008, bahwa pada tahun 2007 dengan luas lahan 9.997 Ha mampu menghasilkan

8.945,2 ton kopi ateng, yang berarti rata-rata panen tiap hektar lahan kebun kopi ateng sebesar 895 kg pertahun. Kabupaten Dairi merupakan produsen kopi ateng

terbesar di Sumatera Utara, yaitu menyumbang sebesar 21,6% dari total produksi kopi ateng di Sumatera Utara (BPS: 2008).

Berdasarkan perkembangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa usaha

(18)

merupakan salah satu komoditi penting, tidak hanya dalam perdagangan

domestik, tetapi juga internasional. Setiap tahun, terjadi peningkatan luas lahan perkebunan kopi ateng dan produksi kopi ateng serta yang tentu saja akan menarik

lebih banyak tenaga kerja untuk mengolah lahan, menanam, merawat, hingga memanen kopi ateng. Kopi ateng memiliki prospek yang cukup menjanjikan untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat petani khususnya petani

kopi ateng melihat kondisi perdagangan internasional yang menunjukkan masih tingginya permintaan ekspor kopi terutama jenis Ateng hingga saat ini. Namun

kopi arabika hanya 5 % dari produksi total kopi, sehingga kopi jenis ini masih mempunyai peluang yang tinggi, karena kurang lebih 70 % permintaan kopi

duinia adalah untuk Arabika.

Tingginya permintaan ekspor kopi ateng seharusnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani, namun pada kenyataannya tingginya permintaan kopi ateng di pasar internasional, tidak diikuti dengan kesejahteraan petani kopi ateng di

kabupaten Dairi. Masyarakat petani sebagian besar masih jauh dari kategori sejahtera. Hal ini disebabkan harga kopi ateng saat ini masih belum stabil,

langkanya pupuk, dan berbagai kendala lain. Bahkan tidak jarang biaya produksi lebih besar dari pendapatan petani. kondisi ini terjadi pada rata-rata petani kopi

ateng di Dairi.

Dengan latar belakang tersebut, perlu diteliti lebih mendalam mengenai “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kopi Ateng (Studi

(19)

1.2 Perumusan Masalah

Untuk menentukan perumusan masalah terhadap latar belakang penulisan

skripsi ini, penulis membatasi aspek kajian yang akan dianalisis. Untuk analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kopi Ateng (Studi Kasus

Kabupaten Dairi), dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain luas lahan, pengluaran pupuk, dan tenaga kerja. Dengan pembatasan perumusan masalah ini maka aspek yang akan dikaji dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh luas lahan terhadap tingkat produksi kopi ateng di kabupaten Dairi?

2. Bagaimana pengaruh pengeluaran pupuk terhadap tingkat produksi kopi ateng di kabupaten Dairi?

3. Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap tingkat produksi kopi

ateng di kabupaten Dairi?

(20)

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang

kebenarannya masih harus diuji secara empiris dalam penelitian. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis yang diperoleh adalah :

1. Luas lahan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat produksi kopi ateng di kabupaten Dairi, ceteris paribus.

2. Pengeluaran pupuk memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

tingkat produksi kopi ateng di kabupaten Dairi, ceteris paribus.

3. Jumlah tenaga kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

tingkat produksi kopi ateng di kabupaten Dairi, ceteris paribus.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh luas lahan terhadap tingkat produksi kopi ateng di kabupaten Dairi.

2. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh pengeluaran pupuk terhadap

tingkat produksi kopi ateng di kabupaten Dairi.

3. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap

tingkat produksi kopi ateng di kabupaten Dairi.

4. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan usaha perkebunan rakyat, dalam hal ini kopi ateng di kabupaten Dairi.

5. Untuk mengetahui bagaimana kesejahteraan petani kopi ateng di

(21)

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumbangan ilmu pengetahuan ekonomi khususnya di bidang ekonomi pertanian.

2. Sebagai bahan literatur atau referensi dalam melakukan penelitian-penelitiaan di bidang ekonomi yang terkait dengan permasalahan yang

sama.

3. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat, khususnya masyarakat petani untuk mengetahui permasalahan serta penyelesaiannya.

4. Sebagai bahan masukan bagi para pengambil keputusan di masa yang akan datang.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Usaha Tani dan Pertanian

2.1.1 Usaha Tani

Usaha tani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,

perbaikan-perbaikan yang dilakukan di atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah tersebut dan sebagainya.(A.T.Mosher,

1968: hal 57). Usaha tani dapat berupa bercocok tanam atau memelihara ternak.

(23)

Pertanian adalah suatu proses produksi khas yang didasarkan atas proses

pertumbuhan tanaman dan hewan para petani pengatur dan menggiatkan

pertumbuhan tanaman dan hewan itu.

Pertanian menurut Kaslan A tohir :

“ Pertanian adalah suatu usaha yang meliputi bidang-bidang seperti bercocok tanam (pertanian dalam arti sempit), perikanan, peternakan, perkebunan,

kehutanan, pengelolaan hasil bumi dan pemasaran hasil bumi (pertanian dalam arti luas). Dimana zat – zat atau bahan – bahan anorganis dengan bantuan

tumbuhan dan hewan yang bersifat reproduktif dan usaha pelestariannya “

Sedangkan menurut Mubyarto, definisi ilmu ekonomi pertanian adalah

sebagai berikut :

“ Ilmu ekonomi pertanian adalah termasuk dalam kelompok ilmu – ilmu kemasyarakatan yaitu ilmu yang mempelajari perilaku dan upaya serta hubungannya antarmanusia. Dalam hal ini yang dipelajari adalah perilaku petani

dalam kehidupan pertaniannya, dan mencakup juga persoalan ekonomi lainnya yang langsung berhubungan dengan produksi, pemasaran, dan konsumsi petani

atau kelompok petani.”

2.1.3 Pertanian Indonesia

(24)

pengaruh khatulistiwa, ada dua faktor alam lainnya yang ikut memberi corak

pertanian Indonesia. Pertama, bentuknya sebagai kepulauan, dan kedua, topografinya yang bergunung-gunung. Dalam hubungan ini letaknya di antara dua

lautan besar, yaitu lautan Indonesia dan lautan Pasifik serta dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia, juga ikut mempengaruhi iklim Indonesia, terutama perubahan arah angin dari daerah tekanan tinggi ke daerah tekanan rendah.

Bentuk tanah yang bergunung-gunung memungkinkan adanya variasi suhu udara yang berbeda-beda pada suatu daerah tertentu. Pada daerah pegunungan yang

makin tinggi, pengaruh iklim tropik makin berkurang dan digantikan oleh semacam iklim subtropik (setengah panas) dan iklim setengah dingin.

Pada kenyataannya, tanaman-tanaman pertanian iklim subtropik dan

tanaman iklim sedang seperti teh, kopi, kina,sayur-sayuran dan buah-buahan menjadi komoditi penting dalam perdagangan domestik maupun internasional. Hal itu disebabkan iklim yang mendukung serta penduduk yang sebagian besar

masih bermata pencaharian di sektor pertanian.

2.1.4 Pembagian Bidang-Bidang Pertanian

Pertanian dalam arti luas dan sempit.

Pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana diproduksi bahan makanan utama seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian)

dan tanaman-tanaman holtikultura yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan. Pertanian rakyat diusahakan di tanah, tanah sawah, ladang, dan pekarangan.

(25)

namun sebagian besar pada umumnya hasil pertanian rakyat adalah untuk

keperluan konsumsi keluarga.

Pertanian dalam arti luas mencakup :

• Pertanian rakyat atau disebut pertanian sempit

• Perkebunan (termasuk di dalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan

besar) • Kehutanan

• Peternakan, dan

• Perikanan (perikanan darat dan laut)

2.2 Pembangunan Pertanian

Banyak hal yang harus kita lakukan dalam mengembangkan pertanian pada masa yang akan datang. Kesejahteraan petani dan keluarganya merupakan

tujuan utama yang harus menjadi prioritas dalam melakukan program apapun. Mulai april 1969 kita melaksanakan Repelita yang titik beratnya adalah pada

pembangunan sektor pertanian.

Pembangunan adalah penciptaan sistem dan tata nilai yang lebih baik hingga terjadi keadilan dan tingkat kesejahteraan yang tinggi. Sistem tersebut harus berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan desentralistik. Berdaya

saing berarti pertanian pertanian dapat kita sejajarkan dengan produk pertanian Negara lain, baik jumlah maupun kualitasnya. Berkerakyatan berarti setiap usaha

(26)

memberikan jaminan bagi keberlangsungan pertanian. Sementara desentralisasi

mengandung arti bahwa pembangunan pertanian harus berdasarkan keinginan

petani, sesuai dengan kebutuhannya dan sangat menghargai budaya lokal.

Program pembangunan pertanian pada hakikatnya adalah serangkaian

upaya untuk memfasilitasi, melayani, dan mendorong berkembangnya sistem pertanian dan usaha usaha pertanian yang berdaya saing, berkerakyatan, dan

berkelanjutan. Program pembangunan pertanian di arahkan kepada pencapaian tujuan pembangunan pertanian jangka panjang, yaitu sektor pertanian sebagai andalan pembangunan nasional. Ketangguhan perekonomian nasional dengan

basis agraris sebagaimana Indonesia tidak ada pilihan lain kecuali meningkatkan ketangguhan sektor pertanian. Relevan sekali apabila visi, misi, tujuan, dan

strategi pembangunan pertanian adalah untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat pertanian dalam mendukung perekonomian nasional (Hanani, dkk,

2003: 75)

2.3 Produksi Usaha Tani dan Faktor Produksi

Faktor produksi adalah input yang digunakan untuk menghasilkan

barang-barang dan jasa (Teddy herlambang, 2001: hal 30), atau dalam hal ini, pengertian faktor produksi adalah semua pengorbanan yang diberikan tanaman agar tanaman

tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan produk pertanian yang baik. Faktor produksi memang sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh.

Adapun faktor produksi yang dimaksud adalah :

(27)

Dalam pertanian, faktor produksi tanah mempunyai kedudukan yang

paling penting. Hal ini terbukti dari balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan dengan faktor produksi yang lain. Balas jasa yang diberikan

atas jasa tanah disebut sewa tanah (rent). Tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan suatu pabriknya dari hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan tempat produksi itu keluar. Semakin

luas lahan yang digunakan, maka semakin besar hasil produksi yang

diperoleh dari lahan tersebut.

b. Modal

Modal adalah barang atau uang yang secara bersama-sama dengan

faktor produksi lainnya (tanah atau tenaga kerja) menghasilkan barang-barang baru yaitu dalam hal ini hasil pertanian. Modal dalam pertanian

dapat diwujudkan dalam bentuk pengeluaran pupuk dengan tujuan untuk meningkatkan hasil pertanian.

c. Tenaga kerja

Yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah kapasitas buruh untuk bekerja bukan dalam keahlian yang produktif, melainkan reaksi sosialnya terhadap kesempatan ekonomi dan kesediaannya untuk mengalami

perubahan ekonomi.

(28)

Dalam pengertian sederhana, kemajuan teknologi terjadi karena

ditemukannya cara-cara baru atau perbaikan atas cara-cara lama dalam menangani pekerjaan-pekerjaan tradisional seperti pekerjaan menanam,

membuat pakaian, atau membuat rumah.

2.4 Pengertian Produksi

Ditinjau dari segi ekonomi maka pengertian produksi adalah kombinasi

dan koordinasi material-material dan keluaran-keluaran (input faktor, sumber

daya atau jasa-jasa produksi) dalam pembuatan suatu barang atau jasa (output).

Juga disebutkan bahwa pengertian produksi adalah segala kegiatan dalam rangka menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang atau jasa untuk kegiatan dimana dibutuhkan faktor-faktor produksi yang di dalam ilmu

ekonomi terdiri dari modal, tenaga kerja, dan managemen atau skill.

2.5 Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah abstraksi yang menggambarkan suatu proses

produksi, lebih jelasnya fungsi produksi dapat diartikan sebagai suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor

produksi (input).

Pengertian fungsi produksi merupakan hubungan antara jumlah input yang

diperlukan dan jumlah output yang dihasilkan. Fungsi produksi menentukan output maksimum yang dapat dihasilkan dari sejumlah input tertentu, dalam

(29)

2003: hal 125). Juga disebutkan fungsi produksi merupakan hubungan di antara

faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya (Sadono Sukirno, 1994: hal 193).

Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut :

Q = f (K, L, R, T)

Dimana :

K = Jumlah Stok Modal

L = Jumlah Tenaga Kerja

R = Sumber Daya Alam

T = Teknologi

Atau dalam bentuk matematis sederhana dapat dituliskan sebagai :

Y = f(X1,X2, ………Xn)

Dimana:

Y = hasil produksi fisik

X1…….Xn = faktor-faktor produksi

(30)

Fungsi produksi ini menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Cobb,

C.W. dan Douglas, P. H. pada tahun 1928 melalui artikelnya yang berjudul “A Theory of Production” (Suhartati, T, 2003:104).

Secara matematis fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis dengan persamaan:

Q = AKα Lβ

Keterangan: Q = Output

K = Input Modal

L = Input Tenaga Kerja

A = Parameter Efisiensi/Koefisien Teknologi

a = Elastisitas Input Modal

b = Elastisitas Input Tenaga Kerja

Fungsi produksi Cobb Douglas dapat diperoleh dengan membuat dengan

membuat linear persamaan sehingga menjadi:

LnQ = LnA + αLn + βLnL + ε

Dengan meregres persamaan di atas maka secara mudah akan diperoleh

parameter efisiensi (A) dan elastisitas inputnya. Salah satu kemudahan fungsi produksi Cobb Douglas adalah secara mudah dapat dibuat linear sehingga memudahkan untuk mendapatkannya.

(31)

β

b. Marginal Physical Productivity of Labor (MPl)

1

c. Avarage Productivity of Capital (Apk)

K Q

APk= ... (3)

d. Average Productivity of Labor (APl)

L Q

APl= ... (4)

e. Elasticity Product of Capital (Ek)

K

(32)

L

Dalam fungsi produksi Cobb Douglas ini, penjumlahan elastisitas substitusi menggambarkan return to scale. Artinya apabila α + β = 1 berarti

constan return to scale, bila α + β < 1 berarti decresing return to scale, dan apabila α + β > 1 berarti proses produksi berada dalam keadaan increasing return

to scale. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:

Fungsi produksi Cobb Douglas:

Q = AKα Lβ

Apabila input dinaikkan dua kali lipat maka:

Q2 = A (2K1)α. (2L1) β

(33)

perubahan output sebagai akibat perubahan input. Apabila input (baik K maupun

L) naik sebesar 2 (dua) kali maka output akan naik sebesar 2 (dua) kali pula.

Karena dalam fungsi Cobb Douglas berlaku constant return to scale

maka akan membawa konsekuensi bahwa substitusi antar faktor-faktor produksinya adalah substitusi sempurna, artinya satu input L (tenaga kerja) dapat digantikan dengan satu unit input K (modal). Dengan demikian, fungsi produksi

Cobb Douglas mempunyai bentuk isoquant linear. Yang dapat dilihat dengan jelas dari gambar 2.1

Gambar 2.1. Kurva Isoquant Fungsi Produksi Cobb-Douglas

2.5.2 Teori Produksi

Teori produksi dalam ilmu ekonomi membedakan analisisnya kepada dua

pendekatan berikut :

• Teori produksi dengan satu faktor berubah

• Teori produksi dengan dua faktor berubah

Teori Produksi dengan Satu Faktor Berubah

(34)

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan di

antara tingkat produksi suatu barang dengan dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam

analisis tersebut dimisalkan faktor produksi lainnya dianggap konstan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja.

Hukum Hasil Lebih yang Semakin Berkurang (The Law of Diminishing

Return)

Hukum hasil yang semakin berkurang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari teori produksi. Hukum hasil yang semakin berkurang

menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya (tenaga

kerja) terus menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total

akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat

tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya akan

mencapai nilai negatif. Sifat pertambahan produksi seperti ini menyebabkan

pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya ia mencapai tingkat

yang maksimum dan kemudian menurun.

Dengan demikian hukum hasil lebih yang semakin berkurang dapat

(35)

a. Tahap pertama: produksi total mengalami pertambahan yang semakin

kuat.

b. Tahap kedua : produksi total pertambahannya semakin lambat.

c. Tahap ketiga: produksi total semakin lama semakin berkurang.

TAHAPAN_PRODUKSI.

labor

Gambar 2.2 Hubungan Tenaga Kerja dengan Jumlah Produksi

Hubungan hubungan antara produksi total, produksi rata rata dan produksi marginal dapat digambarkan secara grafik. Dapat ditunjukkan oleh grafik di atas.

Kurva TP adalah kurva produksi total.

TPL

APL

MPL

I II III

(36)

Tahap pertama: Menunjukkan hubungan antara jumlah produksi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produksi suatu barang. TP cekung ke atas apabila tenaga kerja yang digunakan masih sedikit. Hal ini berarti

masih terjadi kekurangan tenaga kerja dibandingkan dengan faktor produksi lain misalnya tanah yang dianggap tetap jumlahnya. Dalam keadaan seperti ini produksi marginal bertambah tinggi,dapat dilihat pada kurva MP yang semakin

menaik.

Tahap II: Lalu dilakukan penambahan tenaga kerja. Pada tahap ini digunakan penambahan tenaga kerja tidak menambah produksi total seperti sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh kurva produksi marginal yang menurun dan kurva produksi total yang semakin cembung ke atas. Produksi marginal akan lebih tinggi daripada

produksi rata rata, yaitu kurva AP akan bergerak ke atas. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi rata rata semakin tinggi. Maka kurva produksi marginal akan memotong kurva produksi rata rata. Sesudah perpotongan tersebut

maka kurva produksi rata rat menurun kebawah yang menggambarkan bahwa produksi rata rata semakin merosot. Perpotongan di antara kurva MP dan kurva

AP menggambarkan permulaan pada tahap kedua. Pada keadaan ini produksi rata rata mencapai tingkat paling tinggi.

Tahap III : Di mulai ketika dilakukan lagi penambahan tenaga kerja. Pada tahap tersebut MP memotong sumbu datar dan sesudahnya kurva tersebut berada di bawah sumbu datar. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi marginal

(37)

Produksi Total, Produksi Rata-Rata dan Produksi Marginal

Produksi Total

Produksi total, yaitu output total dari suatu sistem produksi atau yang

dihasilkan dari penggunaan sejumlah tertentu sumber daya dalam sistem produksi.

Produksi Marginal

Produksi Marginal, yaitu tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan. Produksi marginal (marginal

product) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

MP = L TP

dimana:

MP = Produksi Marjinal (Marginal Product)

∆TP = Pertambahan Produksi Total

∆L = Pertambahan Tenaga Kerja

Produksi Rata-Rata

Produksi rata-rata merupakan produksi yang secara rata-rata dihasilkan

(38)

AP = L TP

dimana :

AP = Produksi Rata-Rata

TP = Total Produksi

L = Tenaga Kerja

Teori Produksi dengan Dua Faktor Berubah

Dalam analisis ini, dimisalkan terdapat dua faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya. Misalnya tenaga kerja dan modal. Misalkan pula bahwa kedua

faktor produksi yang dapat berubah ini faktor yang dapat dipertukarkan penggunaannya ; yaitu tenaga kerja yang dapat menggantikan modal, dan

sebaliknya.

2.6 Hasil Produksi dan Biaya Produksi

2.6.1 Efisiensi Usahatani

Efisiensi produksi merupakan banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Kalau efisiensi fisik ini kita

nilai dengan uang maka akan kita sampai pada efisiensi ekonomi. Pada setiap akhir panen petani akan menghitung berapa hasil bruto produksinya yaitu luas tanah dikalikan hasil per kesatuan luas dan dan nilai dalam uang. Tapi tidak

(39)

dikeluarkannya yaitu harga pupuk dan bibit, biaya pengolahan tanah, upah

menanam, dan memanen yang biasanya dalam bentuk bagi hasil (innatura).

2.6.2 Biaya Produksi

Biaya produksi dapat dibagi dua, yaitu biaya – biaya yang berupa uang tunai, misalnya upah kerja untuk biaya persiapan/penggarapan tanah, termasuk untuk upah ternak, biaya untuk membeli pupuk, pestisida, dan lain-lain serta biaya

In-natura yaitu biaya biaya panen, bagi hasil, sumbangan, dan mungkin juga

pajak-pajak.

1. Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang.

Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya bibit, persiapan dan pengolahan tanah, dan lain lain.

2. Biaya Rata-Rata dan Biaya Marginal

Bagi para perencana ekonomi yang bertugas merumuskan kebijaksanaan harga, misalnya untuk menentukan harga minimum yang harus dijamin untuk

petani, maka sering ditanyakan biaya produksi rata-rata, yaitu hasil bagi biaya produksi total dengan jumlah produksi. (Mubyarto, bab 5: hal 51). Biaya rata-rata

dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :

(40)

Biaya Marginal, yaitu kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk

menambah produksi sebanyak satu unit. Biaya marginal dapat dituliskan dengan

rumus sebagai berikut :

MCn = TCn – TCn-1, dimana :

MCn = biaya marginal produksi ke n,

TCn = biaya total pada waktu jumlah produksi adalah n

TCn-1 = biaya total pada waktu jumlah produksi adalah n-1

Atau dengan rumus :

MCn = Q TC

, dimana :

MCn = biaya marginal produksi ke n

∆TC = pertambahan jumlah biaya total

∆Q = pertambahan jumlah produksi

2.7 Sejarah Perkebunan Kopi di Indonesia

Tanaman kopi bukan tanaman asli Indonesia. Melainkan jenis tanaman

berasal dari benua Afrika (AAK: 1988). Tanaman kopi masuk ke Indonesia pertama kali tahun 1696, bersamaan waktunya dengan digemarinya minuman kopi di kawasan Eropa. Di Jawa, tanaman kopi baru mendapat perhatian pada tahun

(41)

berkembang dan berproduksi dengan baik. Tanaman kopi yang didatangkan ke

Indonesia adalah jenis kopi arabika yang berasal dari Yaman. Pada mulanya, kopi ditanam di sekitar Jakarta. Setelah percobaaan-percobaan di daerah tersebut

hasilnya baik, baru kemudian disebar dan dibagikan kepada para Bupati di Jawa Barat, dan hasilnya pun baik. Hasil-hasil tersebut harus diserahkan kepada VOC dengan harga yang sangat rendah, dengan penyerahan secara paksa. Maka

tanaman yang semula hanya sebagai tanaman percobaan, akhirnya menjadi

tanaman yang dipaksakan kepada petani.

Setelah diketahui bahwa tanaman tersebut hasilnya meningkat, maka

perluasan tanaman terus ditingkatkan, terutama di pulau Jawa. Selanjutnya lebih dipaksakan lagi dengan adanya sistem “Culturstelsel”. Mulai saat itulah banyak

pengusaha yang perkebunan, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tanah-tanah usaha swasta. Sejarah mencatat bahwa untuk pertama kalinya pelelangan kopi asal Jawa di Amsterdam dilakukan tahun 1712 dan sejak itu

pasaran kopi Eropa mengenal baik “Java coffee” (Siswoputranto, 1993 dikutip dalam jurnal Membangkitkan Kembali Peran Komoditas Kopi bagi Perekonomian

Indonesia-(Re-Promoting Role of Coffee Commodity in Indonesian Economy)

oleh Herman).

Pada tahun 1878 timbul serangan penyakit karat daun yang diperkirakan

berasal dari Sri Langka dan menyebar cepat ke seluruh perkebunan kopi di Jawa. Karena sulit diberantas, maka sejak tahun 1900 dikembangkan kopi jenis robusta

(42)

Hindia Belanda (Indonesia) dikenal sebagai penghasil kopi ketiga terbesar setelah

Brazil dan Kolombia. Pengembangan areal kopi terus berlanjut setelah Indonesia merdeka, dan perkembangan yang paling pesat adalah yang terjadi pada periode

1975-1985. Areal perkebunan kopi Indonesia mencapai satu juta hektar pada tahun 1988.

Tabel 2.1

Perkembangan Luas Pertanaman Kopi di Indonesia

Tahun

Sumber : Website Ditjenbun

Perkebunan kopi Indonesia didominasi oleh perkebunan rakyat dengan total areal 1,06 juta ha atau 94,14%, sementara areal perkebunan besar Negara dan

perkebunan besar swasta masing-masing seluas 39,3 ribu ha (3,48%) dan 26,8 ribu ha (2,38%). Areal perkebunan rakyat tersebut dikelola oleh sekitar 2,12 juta

kepala keluarga petani (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2001).

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perkebunan kopi paling tidak telah menyediakan kesempatan kerja kepada lebih dari 2 juta kepala keluarga petani

(43)

hingga eksportir. Di samping itu juga tercipta kesempatan kerja pada industri hilir

kopi dan pedagang hasil olahan kopi.

2.7.1 Perkembangan Kopi Arabika di Indonesia

Sebenarnya jenis kopi yang pertama kali dimasukkan ke Indonesia adalah

jenis kopi arabika. Kopi jenis tersebut masuk Indonesia pada tahun 1696. Akan tetapi tanaman tersebut mati karena terserang banjir yang melanda hebat.

Kemudian pada tahun 1699 didatangkan kembali bibit-bibit Arabika yang baru. Untuk pertama kalinya ditanam di daerah sekitar Jakarta dan Jawa Barat. Setelah berhasil baik lalu disebarkan ke seluruh kepulauan Indonesia. Satu abad lebih

jenis kopi ini telah membudaya menjadi tanaman rakyat. Dengan keberhasilan ini, maka pada akhir abad 19 juga dibuka perkebunan kopi di Jawa Timur. Kebun itu

terletak di Malang dan Kediri, setelah itu menjalar lagi sampai daerah Besuki. Dapat dikatakan untuk tahun-tahun 1800 sampai 1900 lebih jenis kopi komersil yang ditanam adalah jenis Arabika(Wahyu Muljana, 1982: 2).

Dalam sejarahnya, Indonesia bahkan pernah menjadi produsen kopi arabika terbesar di dunia, walaupun tidak lama akibat munculnya serangan hama

karat daun. Serangan hama yang disebabkan cendawan hemileia vastatrix tersebut menyerang tanaman kopi di Indonesia sekitar abad ke-19. Dengan adanya penyakit ini maka kopi-kopi jenis Arabika hanya dapat bertahan di daerah-daerah

dataran tinggi, yang lebih dari 1000 m dari atas permukaan laut. Maka dengan demikian terjadilah zona gap yang berarti ada zona dengan jarak vertical 200 M

(44)

dimasukkan varitas Abyssinica (Coffea Arabica Veritas Abyssinica) sedangkan

yang telah ada di Indonesia adalah Arabika yang termasuk Coffea Arabica Veritas

typica.

Kemudian pada tahun 1955/1956, dapatlah dipilih dan setelah melalui

proses penelitian serta penyelidikan terhadap varietas tersebut, ternyata jenis kopi arabika varietas Abyssinica yang berasal dari India dapat tahan dari serangan karat

daun. Selain kuat dari penyakit karat daun, jenis Arabika ini dapat tumbuh di daerah yang tingginya 500 M dari permukaan laut.

Biasanya daerah-daerah yang ditanami jenis kopi Arabika adalah Jawa Timur (dataran tinggi Ijen), Sumatera Utara (Mandailing, Lintong dan

Sidikalang), Aceh (dataran tinggi Gayo), Bali, dan Sulawesi Selatan.

2.7.2 Morfologi Tanaman Kopi Arabika (Ateng)

Untuk mengenal tanaman kopi, dapat dilihat dari berbagai sudut, antara

lain:

• Akar

Perakaran dalam pohon kopi ini relatif dangkal. Dapat dikatakan

bahwa lebih dari 90%, akar-akar kopi ini terdapat di lapisan tanah yang dalamnya hanya antara 0 – 30 cm. Oleh karena itu, tanaman kopi sangat

(45)

tanaman tersebut kelihatan kerdil. Hal itu biasanya terjadi karena

kekurangan air atau kekurangan udara atau bahkan tergenang air.

• Batang dan Cabang

Kopi memperlihatkan dimorfisma dalam pertumbuhan vegetatifnya.

a. Pertumbuhan Ortotropik (tegak)

b. Pertumbuhan Plagiotropik (ke samping)

Batang dan tunas-tunas air atau yang sering disebut dengan nama wiwilan, tumbuhan ortotropik dan plagiotropik, sedangkan cabangnya tumbuh secara plagiotropik. Bagian tanaman yang tumbuh ortotropik dapat menghasilkan

pertumbuhan ortotropik dan plagiotropik dan tak dapat menghasilkan ortotropik. Oleh karena itu, sambungan cabang atau stek cabang tidak dapat tumbuh ke atas,

melainkan tumbuh ke samping.

Pada ketiak daun batang terdapat 2 macam kuncup tunas yaitu :

1. Kuncup tunas primair : a. hanya satu di bagian atas

b. dapat tumbuh menjadi cabang

(46)

2. Kuncup tunas reproduksi : a. berjumlah 4-5 buah, terletak di

bawah kuncup-kuncup primair.b. dapat tumbuh menjadi tunas

reproduksi (tunas air/wiwilan).

Kemudian pada ketiak daun dapat tumbuh tunas reproduksi beberapa

kali,akan tetapi cabang primair hanya terbentuk satu kali. Oleh karena buah terbentuk pada cabang-cabang primair maka cabang ini sangat penting artinya.

Kemudian susunan tunas semacam ini juga terdapat pada ketiak-ketiak daun cabang primair dan dinamakan kuncup tunas sekunder dan kuncup tunas reproduksi. Berbeda dengan kuncup-kuncup tunas pada batang, kuncup-kuncup

ini dapat tumbuh menjadi bunga. Namun pada umumnya pada setiap ruas hanya sekali berbentuk bunga, kecuali pada kopi Ekselsa. Lalu pada cabang-cabang

primair kuat pertumbuhannya, kuncup-kuncup tunas ini sebagian dapat menjadi cabang.

- Kuncup tunas sekunder dapat tumbuh menjadi cabang sekunder

- Kuncup tunas reproduksi dapat tumbuh menjadi cabang reproduksi, cabang cacing, atau cabang balik.

• Daun

Daun kopi ini tumbuh berhadapan dan berpasangan, baik itu yang tumbuh

pada cabang maupun batang. Pada cabang, daun-daun itu berpasangan dan terletak pada satu bidang. Kemudian stomata atau mulut daun ternyata

(47)

intensitas cahaya. Semakin besar intensitas cahaya, makin besar/banyak mulut

daun/stomata. Daun kopi ini akan menjadi lebih lebar, tipis dan lembek apabila

intensitas cahaya terlalu sedikit.

• Bunga dan Buah

Bunga kopi ini akan terbentuk pada ketiak-ketiak daun dari cabang. Pada

ketiak akan terdapat 3-5 tandan. Untuk itu masing-masing akan terdiri dari 3 sampai 5 bunga. Pada kopi Arabika, umumnya tandannya lebih sedikit. Mahkota bunga berwarna putih, dengan jumlah mahkota 5 daun mahkota. Panjang tangkai

putik Arabika lebih pendek dibandingkan dengan benang sarinya. Dalam hal penyerbukan, kopi Arabika melakukan penyerbukan sendiri (self pollinator).

Penyerbukan pada tanaman kopi biasanya dibawa oleh angin. Pembawaan ini bisa sampai 100 meter dari pohon itu sendiri. Pada umumnya kopi akan mengeluarkan bunga pada umur 3 tahun, dan mulai berbuah pada umur 4tahun. Namun untuk

jenis Arabika bisa lebih cepat dari waktu tersebut, yakni 2,5 tahun. Buah kopi

Arabika akan masak dalam kurun waktu 9-10 bulan.

2.7.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kopi

Tanaman Kopi mempunyai sifat yang sangat khusus, karena masing – masing jenis kopi menghendaki lingkungan yang agak berbeda. Faktor – faktor

lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tanaman kopi antara lain adalah

ketinggian tempat, curah hujan, sinar matahari, angin dan tanah.

(48)

suhu inilah yang berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman kopi.

Hujan merupakan faktor iklim terpenting setelah ketinggian tempat. Faktor ini bisa dilihat dari curah hujannya dan waktu turunnya hujan. Curah hujan akan

berpengaruh terhadap ketersediaan air yang sangat dibutuhkan oleh tanaman kopi, sedangkan waktu jatuhnya hujan terutama berpengaruh terhadap proses pembentukan bunga kopi dan buah kopi. Kopi Robusta dan Arabika sangat peka

terhadap pengaruh ini.

Kopi umumnya tidak menyukai sinar matahari langsung dalam jumlah banyak, tetapi menghendaki sinar matahari yang teratur. Sengatan sinar matahari

langsung dalam jumlah banyak akan meningkatkan penguapan dari tanah maupun daun yang dapat mengganggu keseimbangan proses fotosintesa, terutama pada

musim kemarau. Angin mempunyai pengaruh cukup besar terhadap jenis kopi yang bersifat self steril.

Peranan angin adalah membantu berpindahnya serbuk sari bunga dari

tanaman kopi yang satu ke putik bunga kopi lain yang klon atau jenisnya berbeda sehingga terjadi penyerbukan yang dapat menghasilkan buah. Tanah yang sangat

cocok untuk kopi arabika dan robusta adalah andosol. Tanah rata lebih baik untuk kopi, kelerengan yang terbaik untuk kopi 0 – 8%, tetapi dapat ditanam hingga kelerengan 15 – 30%. Secara umum tanaman kopi menghendaki tanah yang

gembur, subur dan kaya bahan organik. Untuk itu tanah di sekitar tanaman harus sering ditambah dengan pupuk organik agar sistem perakarannya tetap tumbuh

(49)

Beberapa sifat penting kopi Arabika adalah :

1. Menghendaki daerah dengan ketinggian antara 700 - 1700m dpl dan suhu 16 - 20 derajat Celcius.

2. Menghendaki daerah yang mempunyai iklim kering atau bulan kering 3

bulan / tahun secara berturut - turut, yang sesekali mendapat hujan kiriman.

3. Umumnya peka terhadap serangan penyakit HV, terutama bila ditanam di

dataran rendah atau kurang dari 500m dpl.

4. Rata - rata produksi sedang tetapi mempunyai kualitas dan harga yang relatif lebih tinggi dari kopi lainnya.

5. Umumnya buah kopi ini menjadi masak dalam waktu 9 bulan – 10 bulan.

Kopi arabika memiliki banyak varietas. Beberapa varietas kopi arabika antara lain:

Kopi Kolombia (Colombian coffee) - pertama kali diperkenalkan di

Kolombia memiliki rasa dan aroma yang kuat. Kolombia adalah penghasil kopi kedua terbesar di dunia setelah dihasilkan di negara ini

Colombian Milds — Varietas ini termasuk kopi dari Kolombia,

(50)

pegunungan di luar

utar

Ethiopian Harrar — dar

Ethiopian Yirgacheffe — dari daerah di kot

Hawaiian Kona coffee — ditanam di kaki pegunungan

Chief Boki. Ia adalah gubernur

Jamaican Blue Mountain Coffee — dar

ini memiliki harga yang mahal karena kepopulerannnya.

Kopi Jawa (Java coffee) — dari pula

sangatlah terkenal sehingga nama Jawa menjadi nama identitas untuk kopi.

Kenyan — terkenal karena tingkat keasamannya dan rasanya.

Mocha — Kopi dari

Mocha di Yemen. Jangan disalahartikan dengan cara penyajian kopi

dengan coklat.

Santos - dar

menurut s

(51)

nama Suku Asli di Aceh — yang meliputi Kabupaten Aceh Tengah dan

Bener Meriah. Kopi Gayo disebut-sebut sebagai kopi organik terbaik di dunia.

Sulawesi. tempat pengumpulan kopi dari daerah sekitarnya.

pegunungan di Sulawesi tempat tumbuhnya kopi ini. Kopi dari Sulawesi ini memiliki aroma yang kaya, tingkat keasaman yang seimbang (agak

sedikit lebih kuat dari kopi Sumatra) dan memiliki ciri yang multidimensional. Warnanya coklat tua. Kopi ini cocok untuk digoreng hingga warnanya gelap. Karena proses produksinya, kopi ini dapat

mengering secara tidak teratur. Walau demikian biji yang bentuknya tidak teratur ini dapat memperkaya rasanya.

Tanzania Peaberry — ditanam di

"Peaberry" artinya biji kopi ini hanya satu dalam setiap buah. Tidak

seperti layaknya dua dalam satu buah. Ini biasanya tumbuh secara alami

pada 10% dari hasil panen kopi.

arabika berkualitas yang dikenal sebagai Bugishu.

• Kopi Luwak - salah satu varietas kopi Arabika yang telah dimakan oleh

dan menjadi kopi termahal di dunia.

(52)

Kabupaten Dairi secara geografis terletak diantara 98 0 00'-98 0 30'3T dan

2 0 -3 0 00' LU. Luas wilayah Kabupaten Dairi adalah 1.927,8 Km2. Ibukota Kabupaten Dairi adalah Sidikalang yang secara administratif terdiri dari 15

kecamatan. Sidikalang sebelumnya dikenal sebagai produsen kopi robusta, namun setelah pasar kopi robusta sudah tidak menjamin kehidupan petani akibat rendahnya harga, menyebabkan petani memilih mengganti tanaman kopinya

dengan kopi varietas arabika (ateng). Dengan demikian, saat ini Sidikalang lebih dikenal dengan produsen kopi jenis arabika, yang lebih dikenal dengan kopi

ateng. Dairi merupakan penghasil kopi jenis ateng terbesar di sumatera Utara, yang kemudian disusul oleh Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan. Berikut data

potensi lahan produksi kopi Ateng per kecamatan di Kabupaten Dairi.

Tabel 2.2

Data Potensi Lahan Produksi Kopi Ateng Per Kecamatan di Kabupaten Dairi Tahun 2007.

(53)

13 Gunung Setember 77 - -

14 Pegagan Hilir 158.4 152 173

15 Tanah pinem 439.4 - -

Jumlah 1927,82 9.997 8.945,2

Sumber: BPS 2007

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat, bahwa produsen kopi ateng terbesar adalah kecamatan Sumbul. Hal ini dapat dilihat dari luas lahan dan juga

hasil produksi pertahun dimana kecamatan Sumbul menunjukkan angka yang paling besar (lebih dari 60% dari total produksi kabupaten Dairi). Bisa dikatakan bahwa Sumbul merupakan sentral produksi kopi ateng di kabupaten Dairi, yang

diikuti oleh kecamatan Parbuluan dan Sitinjo.

Perkebunan kopi Ateng di kabupaten Dairi didominasi oleh perkebunan rakyat. Belum ada perkebunan besar milik negara yang khusus menangani kopi

ateng, padahal kopi ateng merupakan salah satu komoditi ekspor yang memiliki potensi cukup besar dalam perdagangan ekspor dunia. Tingginya permintaan

ekspor terhadap kopi jenis ateng dari Dairi belum sebanding dengan hasil produksinya.

2.8 Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang menjadi dasar Penulis untuk menulis

skripsi ini adalah sebagai berikut :

(54)

fungsi Cobb-Douglass, maka tenaga kerja mempunyai pengaruh positif

terhadap produksi kopi dimana setiap penambahan curahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi.

2. Ridwan (2004) dalam jurnal “Analisis Dampak Kebijakan Terhadap Produksi dan Permintaan Kopi” mengatakan bahwa hasil penelitiannya

menunjukkan Produksi kopi Arabica dipengaruhi oleh harga riil kopi

dalam negeri, harga riil teh dalam negeri, luas lahan, upah, dan produksi tahun lalu. Selain itu Peningkatan upah sebesar 20% meningkatkan

produksi kopi naik sebesar 0,775 %. Hal tersebut disebabkan karena dengan peningkatan upah sebesar 20% dapat meningkatkan produktifitas pekerja, serta akan melahirkan inovasi dan teknik produksi yang relative

lebih efisien per tenaga kerja.

3. Muhammad Nurung dalam jurnal “Analisis Respons Penawaran Hasil

Usaha Perkebunan Kopi Rakyat Di Propinsi Bengkulu” mengatakan

bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas lahan kopi menurun. Penyebabnya adalah faktor-faktor produksi kopi, banyak pohon

kopi yang sudah tua dan rendahnya perawatan kebun. Upah tenaga kerja paling respon terhadap luas areal tanam kopi di Bengkulu. Sedang harga

kopi dan harga karet tidak respon. Respon produktivitas lahan kopi juga sangat dipengaruhi oleh upah tenaga kerja dan teknologi. Sedang harga kopi dan luas areal tidak respon terhadap produktivitas. Kemudian

pengembangan luas areal tanam baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang lebih respon terhadap perubahan harga dan upah tenaga

(55)

terjadi perubahan harga kopi atau upah tenaga kerja maka kebijaksanaan

peningkatan penawaran yang lebih baik dilakukan adalah pengembangan

luas areal tanam dibandingkan dengan peningkatan produktivitas lahan.

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam mengumpulkan informasi empiris guna memecahkan masalah dan menguji

hipotesis dari penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di kabupaten Dairi, dengan alasan lokasi tersebut sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian petani (sekitar 90%), dan sebagian besar memiliki kebun kopi ateng. Selain itu, pada umumnya

lahan pertanian yang ada di kabupaten Dairi didominasi oleh perkebunan rakyat, terutama kopi ateng sehingga sangat mendukung untuk dilakukannya penelitian di

daerah tersebut.

(56)

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan, atau hasil

observasi dari para pemilik kebun kopi ateng(rumah tangga) yang berada di wilayah kabupaten Dairi, dengan menggunakan kuisioner yang telah

disiapkan oleh penulis.

2. Data sekunder. Diperoleh dari studi pustaka,buku-buku literatur, jurnal,maupun hasil-hasil publikasi dari instansi terkait yang ada

hubungannya dengan penelitian ini.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah :

1. Observasi, yaitu dengan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti. Dalam hal ini adalah pemilik kebun kopi ateng (rumah tangga

petani) yang bertempat tinggal di kabupaten Dairi.

2. Wawancara, yaitu salah satu teknik pengumpulan data dan informasi

dengan cara menanyakan masalah yang ingin diteliti kepada masyarakat secara langsung.

3. Kuisioner adalah salah satu teknik pengumpulan data dan informasi

dengan cara menyebarkan angket (daftar pertanyaan) kepada responden

yang dijadikan sampel penelitian.

3.4 Populasi dan Sampel

(57)

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa

orang, objek, atau transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk

mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2001: bab 3).

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti.

Dalam hal ini adalah seluruh masyarakat petani yang memiliki kebun kopi

ateng di kabupeten Dairi.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah sebagian/himpunan bagian dari unit populasi yang

mewakili keseluruhan objek penelitian.

Kriteria pengambilan sampel dilakukan dengan Purposive Sampling.

Purposive Sampling adalah salah satu jenis teknik pengumpulan data

sampling dimana peneliti memilih sampel berdasarkan penilaian terhadap

beberapa karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud penelitian (Kuncoro, 2003: hal 119). Dalam hal ini, penulis mengambil sampel dari beberapa kecamatan yang dianggap dapat mewakili keseluruhan objek

penelitian. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang pemilik kebun

kopi ateng.

3.5 Teknik Analisis Data

(58)

Dalam mengolah data, penulis menggunakan program komputer yaitu

Eviews 5.1, SPSS 15, serta Ms.Excel 2007 untuk mempermudah proses

penginputan data.

3.5.2 Model Analisis Data

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan

variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa atau OLS (Ordinary Least Square) dengan model dasar fungsi produksi Cobb-Douglas,

yaitu persamaan:

Y = A.K α . L β………. (1)

Dengan memecah variable K dan L menjadi lebih spesifik, maka fungsi

produksi menjadi :

Y = f (X 1, X 2, X 3)…..………(2)

Dimana :

Y = Tingkat Produksi (Kg)

X1 = Luas Lahan (Hektar)

X2 = Pengeluaran Pupuk (Rupiah)

(59)

Dengan memasukkan seluruh variabel penelitian ini ke dalam fungsi

Cobb-Douglas, maka menghasilkan fungsi sebagai berikut :

Y = f (X1 β1, X2 β2, X3 β3)………..(3)

Selanjutnya, untuk mendapatkan model penelitian, logaritma digunakan dalam penelitian ini. Untuk menguji pengaruh antara variabel penjelas terhadap tingkat produksi kopi ateng. Adapun spesifikasi model penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Log Y = β0 + β1 log X1 + β2 log X2 +β3logX3+µ……….(4

Dimana :

Y = Tingkat Produksi (Kg)

X1 = Luas Lahan (Hektar)

X2 = Pengeluaran Pupuk (Kg)

X3 = Jumlah Tenaga Kerja (Orang)

β1, β2, β3 = Koefisien Regresi

3.6. Test Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)

3.6.1 Koefisien Determinasi (R2)

(60)

determinasi. Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai dengan

1 satu. Koefisien determinasi bernilai nol berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, sebaliknya nilai koeisien

determinasi 1 berarti suatu kecocokan sempurna dari ketepatan perkiraan model.

3.6.2 Uji t Statistik (Uji Parsial)

Uji t merupakan suatu pengujian apakah masing-masing koefisien regresi

signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel

lainnya konstan. Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : bi = 0

Ha : bi ≠ 0

Dimana b adalah koefisien variabel independen nilai parameter hipotesis,

biasanya b dianggap = 0, artinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Bila t*>t tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan)

terhadap variabel dependen. Nilai t-Hitung dapat diperoleh dengan rumus :

t-hitung = Sbi

b bi ) ( −

dimana:

bi = koefisien variabel independen ke-i

(61)

Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho : βi =0 : Ho diterima (t-hitung*<Ftabel), artinya variabel

independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha : βi≠ 0 : Ha diterima (t-hitung*t>Ftabel), artinya variabel

independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap

variabel dependen.

3.6.3 Uji F statistik (Uji Serentak)

Uji F statistik dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama (serentak) terhadap variabel dependen.

Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan F-hitung dengan F-tabel

pada tingkat kepercayaan tertentu (α) secara bersama-sama mempengaruhi

variable dependen. Nilai F hitung dapat diperoleh dengan rumus :

F-statistik =

k : jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model

(62)

n : jumlah sampel

Untuk pengujian ini dilakukan dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : b1=b2=b3=0 ……….... n=0 (tidak ada pengaruh)

Ha : b1≠b2≠b3≠0 ……… n≠ 0 (ada pengaruh)

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho : β1=β2=β3=0 : Ho diterima (F*<Ftabel), artinya variabel independen

secara serentak tidak berpengaruh nyata terhadap variabel

dependen.

Ha : β1≠β2≠ β3≠ 0 : Ha diterima (F*t>Ftabel), artinya variabel independen

secara serentak berpengaruh nyata terhadap variabel

dependen.

3.7 Uji Asumsi Klasik

3.7.1 Multikolineritas (Multikolinierity)

Gambar

Gambar 2.1. Kurva Isoquant Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Gambar 2.2 Hubungan Tenaga Kerja dengan Jumlah Produksi
Tabel 2.1
Tabel 2.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

2 Pada sistem ini, penjadwalan pekerjaan design grafis dibuat berdasarkan nomor urut pesanan atau job order dan produk jasa yang sudah dipesan dapat dilakukan sesuai dengan

kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi persamaan linear tiga variabel di kelas X IPA SMA Negeri 1 Kepahiang. Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang

Produk Domestik Regional Bruto tidak memiliki pengaruh terhadap penerimaan pajak reklame karena Produk Domestik Regional Bruto merupakan bagian dari indikator makro ekonomi

pelajaran IPS (sejarah) di kelas VIII SMP Negeri 3 Kabupaten Kubu Raya secara umum termasuk dalam kategori “Sangat Baik” dengan jumlah maksimal skor

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh model pembelajaran Novick berbantuan LKPD terhadap kemampuan kognitif peserta didik kelas VIII

Walaupun nampak adanya pendekatan manajemen dalam pemikiran Provus, tetapi tradisi Tyler lebih dominan. Menurut Provus, evaluasi adalah proses: 1) menyetujui berdasarkan

darah yang bersirkulasi, jaringan limfoid, darah yang bersirkulasi, jaringan limfoid, serta organ-organ yang merespon.. serta organ-organ yang merespon material

Hasil penelitian tentang hubungan status pekerja- an usia lanjut dengan kemampuan keluarga merawat usia lanjut di rumah. Usia lanjut yang bekerja 37 orang, sejumlah