• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Keluarga Dan Gaya Belajar Anak Usia Sekolah Di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Keluarga Dan Gaya Belajar Anak Usia Sekolah Di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Keluarga Dan Gaya Belajar Anak Usia Sekolah

Di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung

Indah Permata Nauli Nasution

Skripsi

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya

yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Peran keluarga dan gaya belajar anak

usia sekolah di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung ”.

Skripsi ini terlaksana karena arahan, masukan, dukungan, dan koreksi dari

berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Dedi Adinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati S.Kp, MNS, pembantu Dekan I (satu) Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns, M.Kes sebagai dosen pembimbing saya yang

telah membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini .

4. Bapak Iwan Rusdi, SKp, MNS sebagai dosen penguji I

5. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS sebagai dosen penguji II dan

Selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Bapak Ramli Lubis selaku Lurah Indra Kasih Kecamatan Medan

Tembung.

7. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan USU yang lainnya, yang ikut

(4)

8. Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada orang tua

tercinta Ibunda Hj. Imah Juliati Nasution dan Ayahanda Palid

Nasution, BBA , kakanda tersayang Elvi Choiriah Nasution, S.Pd,

Chairul Miftah Nasution, S.P, Chairunnisa AMK dan Indah Permata

Namora Nasution, S.Pd. Terima kasih atas segala pengorbanan dan

perjuangan kalian, yang telah menjadi motivasi dan dorongan kuat

dalam menggapai kesuksesan ananda, kasih sayang dan doa yang

selalu menyertai dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Dan tak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada Mora

Parlindungan Pasaribu, sahabat-sahabat terbaikku Juliani, Efriza

Fadilah, Astri Haryani, Fadila Agustina, Dian Transiska, Conny

Amelia dan seluruh teman-teman sejawat Fakultas Keperawatan-B

USU 2010, terima kasih atas bantuan dan semangatnya selama ini.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan pihak-pihak yang

membutuhkan. Penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat

membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Medan, Februari 2012

(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Kata Pengantar ... iii

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

Bab 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Keluarga ... 7

2.1.1 Pengertian Keluarga ... 7

2.1.2 Fungsi Keluarga ... 8

2.1.3 Tugas Kesehatan Keluarga ... 9

2.1.4 Peran Keluarga ... 11

2.2 Konsep Belajar ... 14

2.2.1 Pengertian Belajar ... 14

2.2.2 Gaya Belajar ... 15

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar ... 17

2.2.4 Cara Belajar Yang Efektif ... 24

2.2.5 Peran Keluarga Dalam Belajar ... 25

2.3 Anak Usia Sekolah ... 29

Bab 3. Kerangka Konseptual 3.1 Kerangka Konsep ... 31

3.2 Defenisi Operasional ... 31

Bab 4. Metodologi Penelitian 4.1 Desain Penelitian ... 33

4.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 33

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian ... 34

4.5 Instrumen Penelitian ...35

4.6 Pengukuran Validitas-reliabilitas ... 36

4.7 Pengumpulan Data ... 37

(6)

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan

5.1 Hasil Penelitian ... 39 5.2 Pembahasan ... 42

Bab 6 . Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan ... 48 6.2 Saran ... 48

Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran

1 Formulir Persetujuan Peserta Penelitian 2 Instrumen Penelitian

3 Jadwal Penelitan 4 Transaksi Dana 5 Surat Izin Penelitian

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan

karakteristik responden ... 40 2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan

peran keluarga ... 41 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan

(8)

DAFTAR SKEMA

(9)

Judul : Peran Keluarga Dan Gaya Belajar Anak Usia Sekolah

Di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung

Nama Mahasiswa : Indah Permata Nauli Nasution

NIM : 101121027

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2012

Abstrak

Peran keluarga dalam pendidikan anak adalah sebagai penyedia fasilitas belajar, pendidik, pembimbing, model atau teladan hidup. Selain itu, keluarga dapat berpartisipasi dalam mengamati gaya belajar masing-masing anak untuk memberikan kontribusi dalam keberhasilan anak dalam menerima materi pelajaran secara optimal baik gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik karena setiap anak menggunakan gaya belajar yang berbeda-beda untuk membantu mereka dalam menerima pelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran keluarga dan gaya belajar anak usia sekolah di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung dengan menggunakan desain deskriptif.Sampel yang diteliti sebanyak 10% dari populasi (791 orang) yaitu 79 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Instrumen yang digunakan dalam bentuk kuesioner tentang peran keluarga, dan gaya belajar anak usia sekolah.Hasil penelitian tentang peran keluarga menunjukkan bahwa 57 responden (72,2%) telah melakukan peran keluarga dengan baik, sedangkan 22 responden (27,8%) melakukan peran keluarga dengan cukup. Untuk hasil penelitian tentang gaya belajar anak diperoleh bahwa gaya belajar visual sebanyak 41 responden (51,9%), gaya belajar auditorial sebanyak 7 responden (8,9%), gaya belajar kinestetik sebanyak 5 responden (6,3%). Hasil penelitian yang diperoleh bahwa peran keluarga dalam kategori baik dimana keluarga dapat berpartisipasi dan memberikan perhatian dalam proses belajar anak. Rekomendasi diharapkan dapat mengidentifikasi hubungan peran keluarga dan gaya belajar terhadap prestasi belajar.

(10)

Judul : Peran Keluarga Dan Gaya Belajar Anak Usia Sekolah

Di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung

Nama Mahasiswa : Indah Permata Nauli Nasution

NIM : 101121027

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2012

Abstrak

Peran keluarga dalam pendidikan anak adalah sebagai penyedia fasilitas belajar, pendidik, pembimbing, model atau teladan hidup. Selain itu, keluarga dapat berpartisipasi dalam mengamati gaya belajar masing-masing anak untuk memberikan kontribusi dalam keberhasilan anak dalam menerima materi pelajaran secara optimal baik gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik karena setiap anak menggunakan gaya belajar yang berbeda-beda untuk membantu mereka dalam menerima pelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran keluarga dan gaya belajar anak usia sekolah di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung dengan menggunakan desain deskriptif.Sampel yang diteliti sebanyak 10% dari populasi (791 orang) yaitu 79 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Instrumen yang digunakan dalam bentuk kuesioner tentang peran keluarga, dan gaya belajar anak usia sekolah.Hasil penelitian tentang peran keluarga menunjukkan bahwa 57 responden (72,2%) telah melakukan peran keluarga dengan baik, sedangkan 22 responden (27,8%) melakukan peran keluarga dengan cukup. Untuk hasil penelitian tentang gaya belajar anak diperoleh bahwa gaya belajar visual sebanyak 41 responden (51,9%), gaya belajar auditorial sebanyak 7 responden (8,9%), gaya belajar kinestetik sebanyak 5 responden (6,3%). Hasil penelitian yang diperoleh bahwa peran keluarga dalam kategori baik dimana keluarga dapat berpartisipasi dan memberikan perhatian dalam proses belajar anak. Rekomendasi diharapkan dapat mengidentifikasi hubungan peran keluarga dan gaya belajar terhadap prestasi belajar.

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sejak dahulu hingga saat ini, pendidikan merupakan suatu hal yang sangat

penting sebagai bagian dari kehidupan setiap orang. Menurut Ki Hajar Dewantara,

pendidikan dimulai dari lahir sampai mati atau dengan istilah “long life

education”. Terdapat tiga lingkungan yang penting artinya bagi pendidikan anak

yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan lingkungan

masyarakat.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Menurut Slameto (2003) ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar yaitu

faktor internal yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar,

sedangkan faktor eksternal berasal dari faktor yang ada diluar individu. Faktor

internal meliputi faktor jasmani, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor

eksternal meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Berdasarkan Undang Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

(12)

dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan

keterampilan (Hasbullah, 1999).

Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dalam kehidupan anak

tempat anak belajar dan menyatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga

umumnya anak melakukan interaksi yang intim. Lingkungan keluarga dapat

dikatakan sebagai lingkungan yang utama karena di lingkungan keluarga inilah

anak pertama kali mendapatkan pendidikan dan bimbingan yang sebagian besar

dari kehidupan anak adalah didalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling

banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga ( Hasbullah, 1999).

Menurut penelitian Sandoro (2005) kepedulian orang tua terhadap perilaku

belajar siswa kelas III Sukowati Sragen memberikan manfaat sebesar 75,97%.

Jadi dapat diartikan bahwa untuk memperoleh perilaku belajar yang baik dapat

ditempuh dengan meningkatkan kepedulian orang tua terhadap anak. Dengan

didapatnya data sebesar 12% perilaku belajar anak yang kurang diperlukan

kepedulian orang tua terhadap perilaku belajar agar dapat segera diatasi oleh

orang tua dan anak tidak mengalami kesulitan dalam belajar. Sehingga dapat

memotivasi anak dalam belajar dan berprestasi.

Peran keluarga terhadap pendidikan anak yaitu; 1. penyedia fasilitas belajar,

yaitu dimana keluarga menyediakan tempat dan peralatan belajar, buku dan

alat-alat tulis, jadwal belajar dan kegiatan sehari-hari, buku PR/latihan. 2. Pendidik,

dimana keluarga menjelaskan perlunya menasehati anak agar belajar dengan rajin

dan berprestasi, apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan, menegur bila anak

(13)

keluarga membantu memecahkan masalah anak dan membuat keputusan dalam

belajar atau sekolah, menyangkut langkah-langkah apa saja yang ditempuh anak

dalam belajar, memeriksa dan menanyakan nilai yang diperoleh di sekolah.4.

Model atau teladan hidup, dimana keluarga dapat mengatur waktu menonton anak

dan menyuruh anak belajar sesuai jadwal (Slameto, 2003).

Hasil penelitian US Departement Of Education (2002, dalam penelitian

Slameto, 2003) diperoleh bahwa siswa yang mendapat nilai A (setara 9-10)

ternyata 51% ayah dan ibu berperan tinggi, atau 48% hanya ayah saja yang

berperan tinggi, atau hanya 44% ibu saja yang berperan tinggi, dan atau hanya

27% baik ayah maupun ibu yang berperan rendah, sedangkan siswa yang tidak

naik kelas 6% saja yang baik ayah maupun ibu berperan tinggi, atau 9% hanya

ibu saja yang berperan tinggi, dan atau 2% baik ayah maupun ibu yang berperan

rendah. Ditemukan juga oleh Nord (1998) bahwa dikalangan siswa yang

mendapat nilai A (setara 9-10) setengah dari siswa ternyata hanya ayahnya saja

yang berperan tinggi, dan sepertiga siswa ternyata hanya ayahnya berperan

kurang.

Pengalaman belajar yang terjadi dalam keluarga merupakan pengalamaan yang

paling utama dan paling penting bagi anak. Pengalaman belajar yang

menyenangkan, nyaman, dan aman sehingga anak merasa bahwa belajar adalah

hal yang menyenangkan dan membawa manfaat bagi dirinya. Setiap anak

memiliki tahapan perkembangan yang berbeda sehingga keluarga sangat berarti

(14)

perhatian, memberi semangat dan dorongan, memfasilitasi, memberi rasa hormat,

mengenalkan apa yang boleh dan tak boleh dilakukan oleh anak (Nugraha, 2011) .

Pada pengalaman belajar seseorang harus mengenal gaya belajar yang dapat

diambil agar dapat belajar lebih cepat dan mudah menyerap dan mengolah

informasi sebagai gaya belajar visual, auditorial, atau kinestetik. Orang yang gaya

belajar visual melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukanya

melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar lewat gerak dan

sentuhan. Walaupun masing-masing orang menggunakan ketiga gaya belajar ini

pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu diantara

ketiganya (Deporter, 2000). Berdasarkan hasil penelitian Budiningsih (2009)

tentang prestasi belajar menunjukkan bahwa prestasi belajar sangat memuaskan

memiliki kecenderungan pada gaya belajar visual (72,5%), auditori (65,7%),

kinestetik (50%), sedangkan visual-auditori (60%).

Selain itu, ada faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar mencakup faktor

fisik, emosional, sosiologi, dan lingkungan. Ada orang yang dapat belajar dengan

pencahayaan yang terang, belajar secara berkelompok atau memerlukan adanya

figur otoriter seperti orang tua, dan sebagian orang memerlukan musik, sedang

yang lain memerlukan ruangan yang sepi untuk berkonsentrasi, dan menyukai

lingkungan yang rapi dan teratur (Deporter, 2000).

Peran keluarga dalam pendidikan anak sebagai penyedia fasilitas belajar,

pendidik, pembimbing, dan model atau teladan hidup. Keluarga harus mengetahui

langkah pertama yang harus dilakukan keluarga ketika mendampingi anak belajar

(15)

kebutuhan anak. Sehingga keluarga dapat memotivasi anak dalam belajar.

Keluarga juga harus mengamati gaya belajar pada masing-masing anak karena

setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda untuk membantu mereka

dalam menerima dan mengolah informasi yang diperoleh.

Berdasarkan uraian diatas mengingat pentingnya peran keluarga dan gaya

belajar anak usia sekolah seperti yang telah di sebutkan diatas maka peneliti

tertarik untuk meneliti sejauh mana peran keluarga dan gaya belajar anak usia

sekolah di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung. Selain itu di

daerah ini belum pernah dilakukan penelitian.

1.2Pertanyaan penelitian

1.2.1 Bagaimana peran keluarga pada belajar anak usia sekolah di Kelurahan

Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung ?

1.2.2 Bagaimana gaya belajar pada anak usia sekolah di Kelurahan Indra Kasih

Kecamatan Medan Tembung ?

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui peran keluarga pada anak usia sekolah di Kelurahan Indra

Kasih Kecamatan Medan Tembung.

1.3.2 Mengetahui gaya belajar pada anak usia sekolah di Kelurahan Indra

(16)

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakaan sebagai informasi dan tambahan

pengetahuan bagi perawat dalam memahami peran keluarga dan gaya belajar

anak usia sekolah. Sehingga dapat memberikaan informasi dan asuhan

keperawataan yang komprehensif dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan.

1.4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan tambahan

pengetahuan mengenai peran keluarga dan gaya belajar anak usia sekolah

khususnya dalam bidang keperawatan.

1.4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya

dan untuk menambah referensi tentang peran keluarga dan gaya belajar anak

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga 2.1.1 Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak

belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak

melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang

dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan

menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga

(Duval, 1972 dalam Setiadi 2008). Menurut Slameto (2006) keluarga adalah

lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan

bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan

berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga

merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu

(18)

2.1.2 Fungsi Keluarga

Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalankan

yaitu sebagai berikut :

1 Fungsi biologis adalah fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara, dan

membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga (Mubarak, dkk

2009).

2 Fungsi psikologis adalah memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi

keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan kedewasaan

kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas pada keluarga

(Mubarak, dkk 2009).

3 Fungsi sosialisasi adalah membina sosialisasi pada anak, membentuk

norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan

meneruskan nilai-nilai budaya (Mubarak, dkk 2009). Fungsi sosialisasi adalah

fungsi yang mengembagkan proses interaksi dalam keluarga yang dimulai

sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar

bersosialisasi (Setiawati, 2008).

4 Fungsi ekonomi adalah mencari sumber-sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi

kebutuhan keluarga dimana yang akan datang (Mubarak, dkk 2009). Fungsi

ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh

(19)

5 Fungsi pendidikan adalah menyekolahkan anak untuk memberikaan

pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat

dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa

yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa serta

mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembanganya (Mubarak, dkk 2009).

2.1.3 Tugas Kesehatan Keluarga

Menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga dapat melaksanakan perawatan atau

pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga, yaitu

sebagai berikut :

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan.

Karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Orang tua perlu

mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami oleh

anggota keluarganya. Perubahan sekecil apa pun yang dialami anggota

keluarga, secara tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau

orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat

kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar

perubahanya.

2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan

(20)

anggota keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan sebuah

tindakan. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan

tepat agar masalah kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi atau

teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dalam mengambil

keputusan, maka keluarga dapat meminta bantuan kepada orang lain di

lingkungan tempat tinggalnya.

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Sering kali keluarga mengambil tindakan yang tepat, tetapi jika keluarga

masih merasa mengalami keterbatasan, maka anggota keluarga yang

mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau

perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat

dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga

telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan

pertama.

4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat

Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi bagi

anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki waktu yang

lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karena

itu, kondisi rumah harus dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota

(21)

5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan

kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat memanfaatkan

fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya. Keluarga dapat berkonsultasi

atau meminta bantuan tenaga keperawatan untuk memecahkan masalah

yang dialami anggota keluarganya, sehingga keluarga dapat bebas dari

segala macam penyakit.

2.1.4 Peran Keluarga

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai kedudukanya dalam suatu sistem (Mubarak,dkk. 2009).

Peran merujuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogen,

yang didefinisikan dan diharapkan secara normatif dari seseorang peran dalam

situasi sosial tertentu (Mubarak,dkk. 2009). Peran keluarga adalah tingkah laku

spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran

keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang

berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu

dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok

dan masyarakat (Setiadi, 2008).

Menurut Setiadi (2008) setiap anggota keluarga mempunyai peran

masing-masing. Peran ayah yang sebagai pemimpin keluarga yang mempunyai peran

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman

(22)

sosial tertentu. Peran ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik

anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok

sosial tertentu. Sedangkan peran anak sebagai pelau psikososial sesuai dengan

perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.

Menurut Mubarak, dkk (2009) terdapat dua peran yang mempengaruhi

keluarga yaitu peran formal dan peran informal.

1 Peran Formal

Peran formal keluarga adalah peran-peran keluarga terkait sejumlah

perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran

secara merata kepada para anggotanya seperti cara masyarakat membagi

peran-perannya menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya

suatu sistem. Peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah

dan istri-ibu antara lain sebagai provider atau penyedia, pengatur rumah

tangga perawat anak baik sehat maupun sakit, sosialisasi anak, rekreasi,

memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal, peran terpeutik

(memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan), dan peran sosial.

2 Peran Informal kelurga

Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, hanya untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu atau untuk menjaga

(23)

a. Pendorong memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan

mendorong, memuji, dan menerima kontribusi dari orang lain. Sehingga ia

dapat merangkul orang lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran

mereka penting dan bernilai untuk di dengarkan.

b. Pengharmonisan yaitu berperan menengahi perbedaan yang terdapat

diantara para anggota, penghibur, dan menyatukan kembali perbedaan

pendapat.

c. Inisiator-kontributor yang mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru

atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.

d. Pendamai berarti jika terjadi konflik dalam keluarga maka konflik dapat

diselesaikan dengan jalan musyawarah atau damai.

e. Pencari nafkah yaitu peran yang dijalankan oleh orang tua dalam

memenuhi kebutuhan, baik material maupun non material anggota

keluarganya.

f. Perawaatan keluarga adalah peran yang dijalankan terkait merawat

anggota keluarga jika ada yang sakit.

g. Penghubung keluarga adalah penghubung, biasanya ibu mengirim dan

memonitori kemunikasi dalam keluarga.

h. Poinir keluarga adalah membawa keluarga pindah ke satu wilayah asing

(24)

i. Sahabat, penghibur, dan koordinator yang berarti mengorganisasi dan

merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat

keakraban dan memerangi kepedihan.

j. Pengikut dan sanksi, kecuali dalam beberapa hal, sanksi lebih pasif. Sanksi

hanya mengamati dan tidak melibatkan dirinya.

2.2 Konsep Belajar 2.2.1 . Belajar

Menurut Alimul (2002) belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu

melalui interaksi dengan lingkungan maksudnya adalah terjadi perubahan tingkah

laku, memfokuskan pada interaksi individu dengan lingkungan karena dalam

interaksi akan teruji pengalaman belajar dan ada perubahan sikap dan tingkah

laku. Belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar,

seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan

semua alat indranya dan ditimbulkan atau dirubah melalui praktek dan

pengalaman ( Soemanto, 2006).

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan

belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga

tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak

lain adalah hasil dari belajar. Kita hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita

pelajari. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar

berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk

perbuatan untuk mencapai suatu perbuatan (Soemanto, 2006). Sedangkan menurut

(25)

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamanya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Belajar

merupakan suatu pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang

dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan

latihan (Hamalik, 1983). Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu

dalam interaksi dengan lingkunganya yang menyangkut kognitif, afektif, dan

psikomotorik (Djamarah, 2008).

2.2.2 Gaya Belajar

Gaya belajar adalah suatu cara untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan

di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi untuk menyerap dan

mengelolah informasi dan dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih

mudah dengan gaya belajar sendiri ( Deporter, 2000).

Menurut Rita Dunn banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar

seseorang yang mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis, dan

lingkungan. Ada orang yang dapat belajar dengan efektif bila cahaya yang

digunakan terang, sedangkan sebagian lagi dengan pencahayaan yang suram ada

yang dapat belajar secara berkelompok, sedang yang lain memerlukan figur

otoriter seperti orang tua, dan yang lain merasa bahwa belajar sendiri yang paling

efektif bagi mereka. Sebagian orang lagi memerlukan musik dan lingkungan

(26)

Menurut Soemanto (2006) lingkungan banyak memberikan pengalaman pada

individu. Pengalaman yang diperoleh oleh individu ikut mempengaruhi proses

belajar yang bersangkutan, terutama dalam transfer belajar.

Pada pengalaman belajar ada tiga macam gaya belajar dengan menggunakan

modalitas indra yang mempengaruhinya antara lain (Deporter, 2010) :

1 Visual yaitu dalam belajar dengan menggunakan fungsi indra penglihatan,

yang diciptakan maupun diingat dengan menggunakan gambar, warna.

Seseorang yang visual bercirikan teratur, memperhatikan segala sesuatu,

menjaga penampilan, mengingat dengan menggambar, lebih suka membaca

dari pada dibacakan, dan mengingat apa yang dilihat.

2 Auditorial yaitu dalam belajar dengan jenis bunyi-bunyian dan kata-kata

yang diciptakan maupun diingat. Seseorang yang auditorial bercirikan

berbicara dengan pola berirama, belajar dengan cara mendengarkan,

menggerakkan bibir atau bersuara saat membaca.

3 Kinestetik yaitu belajar dengan menggunakan segala jenis gerak dan

sentuhan. Seseorang yang kinestetik bercirikan menyentuh orang dan berdiri

berdekatan, banyak bergerak, belajar dengan menunjuk tulisan saat

(27)

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat

digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor internal yang ada dalam diri

individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada

diluar individu sebagai berikut:

1. Faktor-faktor internal

Dalam faktor internal terdapat tiga faktor, yaitu: faktor jasmani, faktor

psikologis, faktor kelelahan

a. Faktor jasmani

1) Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagianya

bebas dari penyakit. Kesehatan berpengaruh terhadap belajar. Proses

belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan terganggu, selain itu juga

ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk dan

badanya mudah lelah. Agar seseorang dapat belajar dengan baik harus

mengusahakan kesehatan badanya tetap terjamin dengan cara selalu

memperhatikan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat,

(28)

2) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang

sempurna mengenai tubuh. Siswa yang cacat akan mengalami gangguan

dalam belajarnya. Jika hal ini terjadi, hendknya anak belajar pada lembaga

pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau

mengurangi pengaruh kecacatanya.

b. Faktor psikologis

Pada faktor psikologis ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor

psikologis yang mempengaruhi belajar antara lain:

1) Inteligensi

Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan

untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan

cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang

abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan

cepat. Inteligensi sangat besar pengaruhnya terhadap belajar.

2) Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa

tertuju pada suatu obyek atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin

hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap

bahan yang dipelajarinya, jika bahan yang tidak menjadi perhatian akan

(29)

belajar dengan baik usahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatian

dengan cara mengusahakan pelajaran itu sebagai hobi atau bakatnya.

3) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap memperhatikan dan mengenang

beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus

menerus yang disertai rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan. Sehingga

minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar.

4) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar yang baru akan terealisasi menjadi

kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Jika bahan pelajaran

sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang

belajar dan pastilah selanjutnya akan lebih giat lagi dalam belajarnya.

5) Motif

Motif erat hubunganya dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam proses

belajar harus diperhatikan apa yang dapat mendorong anak agar dapat

belajar dengan baik atau mempunyai motif untuk berfikir dan memusatkan

perhatian, perencanaan dan melaksakan kegiatan yang berhubungan

dengan belajar. Dengan cara memberikan latihan-latihan atau kebiasaan

(30)

6) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang, dimana

alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

Dengan kata lain anak yang sudah siap belum dapat melaksanakan

kecakapannya sebelum belajar. Jadi kemajuan untuk memiliki kecakapan

itu tergantung dari kematangan dan belajar.

7) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respons atau bereaksi.

Kesediaan ini timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan

dengan kematangan yang berarti kesiapan untuk melaksanakanya.

c. Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan

rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah dan timbul

kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat

dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan

untuk menghasilkan sesuatu hilang dan mengerjakan sesuatu dengan

(31)

2 Faktor-Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar, dapat

dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu:

a. Faktor keluarga

Anak yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang

tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah tangga dan

keadaan ekonomi keluarga.

1) Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya sangat besar pengaruhnya terhadap

belajar anak. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan

utama. Orang tua yang kurang memperhatikaan pendidikan anaknya,

misalnya mereka acuh terhadap belajar anaknya, tidak mengatur waaktu

belajarnya, tidak melengkapi alat belajarnya, tidak mau tau bagaimana

kemajuan anak, kesulitan-kesulitan yang dialami anak dan orang tua yang

terlalu memanjakan anak adalah cara yang mendidik yang tidak baik

sehingga anak tidak berhasil dalam belajarnya.

2) Relasi antar anggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang penting adalah relasi orang tua dengan

anaknya. Selain itu relasi dengan saudarnya dan anggotaa keluarga yang

(32)

penuh kasih sayang dan perhatian. Relasi antar anggota keluarga sangat

erat kaitanya dengan cara orang tua mendidik.

3) Suasana rumah

Suasana rumah dimaksudkan dengan situasi atau kejadian-kejadian yang

sering terjadi didalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Agar anak

dapat belajar dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan

tentram sehingga menyebabkan anak betah tinggal dirumah, anak juga

dapat belajar dengan baik . Tetapi jika suasana rumah yang terlalu banyak

penghuninya, suasana rumah yang tegang, ribut, pertengkaran antar

anggota keluarga dapat menyebabkan anak menjadi tidak betah di rumah.

4) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan belajar anak. Anak

yang sedang belajar harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya

makan, pakaian, perlindungan kesehatan, juga membutuhkan fasilitas

belajar seperti ruangan belajar, peralatan menulis. Fasilitas belajar itu

hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Jika anak

hidup dalam keluarga yang miskin maka kebutuhan pokok anak kurang

terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu dan anak belajar anak

terganggu. Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan

anak yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi rendah,

justru menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya

(33)

kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang

dan berfoya-foya, akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatianya

kepada belajar.

5) Pengertian orang tua

Anak belajar perlu perhatian dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak

sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Terkadang

anak merasa tidak bersemangat untuk belajar disinilah orang tua wajib

memberikan pengertian dan mendorongnya, membantu kesulitan yang

dialami anak di sekolah.

6) Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap

anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan

yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

b. Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar,

kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siwa dan siswi, disiplin sekolah,

pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode

(34)

c. Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap

belajar anak. Pengaruh itu terjadi karena anak dalam masyarakat tentang

kegiatan anak dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk

kehidupan masyarakat yang semuanya mempengaruhi belajar (Slameto,

2003).

2.2.4 Cara Belajar Yang Efektif

Menurut Slameto (2003) ada beberapa cara yang digunakan dalam belajar

untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, anatar lain :

1 Perlunya bimbingan

Dalam belajar ketangkasan dan kecakapan dalam belajar berbeda secara

individual. Walaupun demikian kita dapat membantu dengan memberi

petunjuk-petunjuk umum tentang cara belajar yang efisien. Sukses hanya

dapat tercapai dengan usaha keras. Di samping memberi petunjuk-petunjuk

tentang cara-cara belajar sekaligus membimbing dan mengawasi mereka

belajar. Hasilnya lebih baik lagi kalau cara-cara belajar dipraktekkan dalam

tiap pelajaran yang diberikan.

2 Kondisi belajar

Belajar yang efektif dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan yang

(35)

meningkatkan cara belajar yang efektif perlu memperhatikan beberapa hal

berikut .

a. Kondisi internal

Yang dimaksud kondisi internal yaitu kondisi yang ada dalam diri sendiri

misalnya kesehatan, keamanan, ketentramannya. Anak dapat belajar dengan

baik jika kebutuhan-kebutuhan internalnya terpenuhi. Menurut Maslow ada

tujuh jenjang kebutuhan primer manusia yang harus terpenuhi, yaitu

kebutuhan fisiologi, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan akan

kebersamaan, kebutuhan akan status, kebutuhan self-actualisation,

kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti serta kebutuhan estetik.

b. Kondisi eksternal

Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada diluar diri pribadi manusia,

umpamanya kebersihan rumah dengan ruang belajar bersih dan tidak ada

bau-bauan yang menggangu konsentrasi belajar, penerangan yang cukup

terang, cukup sarana yang diperlukan untuk belajar misalnya alat pelajaran

dan buku-buku, sertaa keadan lingkungan fisik yang lain.

2.2.5 Peran Keluarga Dalam Belajar

Keluarga merupakan satu kesatuan (sistem sosial) yang hidup bersama terdiri

dari ayah dan ibu. Keluarga berperan dalam menyediakan situasi belajar yang

nyaman dan tenang sehingga memotivasi anak untuk belajar. Orang tua juga harus

(36)

usahanya untuk belajar. Begitu juga orang tua harus menunjukkan kerjasamanya

dalam mengarahkan cara belajar anak dirumah sehingga orang tua berusaha

memotivasi dan membimbing anak dalam belajar (Hasbullah, 1989). Peran orang

tua dalam pendidikan anak menurut Idris dan Jamal (1992, dalam penelitian

Slameto, 2003) adalah memberikan dasar pendidikan, sikap dan keterampilan

dasar seperti pendidikan agama, budi pengerti, sopan santun, estetika, kasih

sayang, rasa aman, dasar-dasar pembentukan peraturan-peraturan, dan

menanamkan kebiasaan. Selain itu peran keluarga adalah mengajarkan nilai-nilai

dan tingkah laku yang diajarkan di sekolah.

Peran keluarga dalam pendidikan merupakan lembaga pendidikan yang

pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluarga manusia dilahirkan,

berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam

keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi

pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam

keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti

pendidikan selanjutnya di sekolah. Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam

keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya lebih bersifat pembentukan watak

dan budi pekerti, latihan keterampilan dan pendidikan ke sosial, seperti menjaga

kebersihan rumah, dan menjaga kesehatan. Peranan keluarga terutama dalam

penanaman sikap dan nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta

pembinaan bakat dan kepribadian (Ikhsan, 2005).

Peran pada masing-masing anggota keluarga antara lain peran ayah sebagai

(37)

rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat

kelompok sosial tertentu. Sedangkan peran ibu sebagai pengasuh dan pendidik

anak-anak, pelindung keluarga (Setiadi, 2008). Peran orang tua terhadap

perkembangan anaknya adalah memberikan anak kesempatan untuk berkembang,

sebagai guru dengan mengajarkan ketangkasan motorik , menanamkan pedoman

hidup bermasyarakat, sebagai tokoh teladan untuk anaknya, dan sebagai pengawas

dengan memperhatikan, mengamati kelakuan, tingkah laku anak (Singgih, 2002).

Peran yang dapat diberikan oleh keluarga dalam proses belajar anak sehingga

berkembang secara optimal yaitu memberi kasih sayang, perhatian, memberi

semangat dan dorongan, memfasilitasi, memberi rasa hormat, mengenalkan apa

yang boleh dan tak boleh dilakukan oleh anak (Nugraha, 2011).

Menurut Slameto (2003) peran keluarga terhadap pendidikan anak, antara lain :

1 Penyedia fasilitas belajar yaitu dimana keluarga menyediakan tempat dan

peralatan belajar, buku dan alat-alat tulis, jadwal belajar dan kegiatan

sehari-hari, buku konsultasi/PR/latihan.

2 Pendidik, dimana keluarga menjelaskan perlunya dan menasehati agar belajar

dengan rajin dan berprestasi, apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan,

menegur bila anak lalai tugas dan memberi sanksi jika dipandang perlu.

3 Pembimbing, dimana keluarga membantu memecahkan masalah anak dan

pembuat keputusan dalam belajar atau sekolah, menyangkut langkah-langkah

apa saja yang ditempuh anak dalam belajar, memeriksa dan menanyakan nilai

(38)

4 Model atau teladan kehidupan, dimana keluarga dapat mengatur waktu

menonton anak dan menyuruh anak belajar sesuai jadwal.

2.3 Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah adalah dimana anak telah memasuki usia bersekolah.

Anak usia sekolah adalah akhir masa kanak-kanak yang berlangsung dari 6 tahun

sampai anak mencapai kematangan seksual. Yaitu sekitar 13 tahun bagi anak

perempuan dan 14 tahun bagi anak laki-laki (Hurlock, 1999). Tahap ini dimulai

ketika anak pertama telah berusia 6 tahun daan mulai masuk usia sekolah dasar

dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja (Friedman, 1998).

Masa anak-anak berlangsung antara usia 6-12 tahun dengan ciri-ciri utama :

memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya,

keadaan fisik yang memungkinkan anak memasuki dunia permain dan pekerjaan

yang membutuhkan keterampilan jasmani, memiliki dorongan mental untuk

memasuki dunia konsep, logika, dan komunikasi yang luas (Tohirin, 2005). Pada

usia ini aktivitas anak semakin tinggi dan kemampuan motoriknya semakin kuat.

Anak memiliki rasa tanggung jawab dan percaya diri dalam melakukan tugas,

sehingga ketika menghadapi kegagalan sering kali timbul reaksi kemarahan.

Perkembangan kognitif, psikososial, moral, dan spiritual mulai menunjukkan

kematangan pada masa ini anak mencoba belajar mengambil bagian dalam

kelompok dan terjadi perkembangan konsep diri, keterampilan membaca,

berhitung, dan bersosialisasi dengan baik di sekolah (Alimul, 2006). Pada masa

(39)

samping kegiatan wajib dari sekolah dan dalam hidup, serta

kegiatan-kegiatan orang tua (Friedman, 1998). Tugas orangtua pada tahap ini adalah untuk

belajar menghadapi pisah dengan anak, atau memberikan anak pergi. Lama

kelamaan hubungan dengan teman sebaya dan kegiatan-kegiatan di luar rumah

akan memainkan peranan yang lebih besar dalam kehidupan anak usia sekolah

tersebut.

Menurut Tohirin (2005) tugas-tugas perkembangan pada anak usia sekolah

adalah sebagai berikut:

1 Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain, seperti lompat jauh .

2 Membina sikap yang positif terhadap dirinya sendiri sebagai seorang individu

yang sedang berkembang, seperti kesadaran tentang harga diri dan kemampuan

diri.

3 Belajar bergaul dengan teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku

di masyarakat.

4 Belajar memainkan peran sebagai seorang pria (jika ia seorang pria) dan

sebagai wanita (jika ia seorang wanita).

5 Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan berhitung.

6 Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan kehidupan sehari-hari.

7 Mengembangkan kata hati, moral dan skala nilai dengan keyakinan dan

(40)

8 Megembangkan sikap objektif baik positif maupun negatif terhadap kelompok

dan lembaga kemasyarakatan.

9 Belajar mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga menjadi

(41)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep

car

Skema 1. Kerangka konsep peran keluarga dan gaya belajar

3.2 Definisi Operasional

1 Peran keluarga adalah cara keluarga dalam menjalankan perannya pada

belajar anak usia sekolah di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan

Tembung dengan memberikan peran yang baik dalam pendidikan anak sebagai

penyedia fasilitas belajar, pendidik, pembimbing dan model atau teladan

kehidupan.

Peran keluarga

1 Penyedia fasilitas belajar

2 Pendidik

3 Pembimbing

4 Model atau teladan hidup

Gaya Belajar

• Kurang

• Cukup

• Baik

• Visual

• Auditorial

(42)

2. Gaya belajar adalah penilaian keluarga tentang cara anak untuk menyerap

dan mengolah informasi yang tertangkap oleh indra anak usia sekolah dengan

menggunakan segala pengalaman yang telah dimiliki anak yang menekankan

pada semua alat indranya terkait aspek visual, auditorial, dan kinestetik pada

keluarga yang mempunyai anak usia sekolah di Kelurahan Indra Kasih

Kecamatan Medan Tembung.

(43)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu bertujuan

untuk mengetahui peran keluarga dan gaya belajar anak usia sekolah di Kelurahan

Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan (Nursalam, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang

mempunyai anak usia sekolah di Lingkungan 7 Kelurahan Indra Kasih Kecamatan

Medan Tembung dengan jumlah populasi 791 kepala keluarga

4.2.2 Sampel

Berdasarkan populasi di atas, penentuan jumlah sampel dilakukan menurut

Arikunto (2002) yaitu apabila jumlah populasi kurang dari 100, lebih baik

diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah

besar dapat diambil antara 10-15 % . Maka dalam penelitian ini sampel yang

diambil adalah 10 % dari populasi yaitu 79 keluarga.

Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara random

(44)

satu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri. Adapun kriteria

sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1 Keluarga (ayah, ibu, kakak, nenek atau yang lain ) yang mempunyai hubungan

darah dan satu rumah dengan anak usia sekolah (6 tahun sampai 12 tahun).

2 Bersedia menjadi responden penelitian.

4.3 Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan

Tembung. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah dengan pertimbangan bahwa di

Lingkungan 7 Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung ini

memungkinkan untuk mendapatkan sampel yang memadai sesuai dengan kriteria

penelitian dan penelitian ini juga belum pernah dilakukan di daerah tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 10 Oktober 2011.

4.4 Pertimbangan Etik

Dalam melaksanakan penelitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu

memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian

dan prosedur pelaksaan penelitian. Lembar persetujuan diberikan kepada

responden, bila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk

menandatangani lembar persetujuan tersebut. Tetapi jika calon responden tidak

bersedia, maka calon responden berhak menolak dan mengundurkan diri selama

proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak beresiko bagi individu

(45)

mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden

pada lembar pengumpulan data, hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan

informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya data tertentu saja yang akan

dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner

yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep teori yang ada

pada tinjauan pustaka. Kuesioner penelitian ini terdiri dari tiga bagian. Pertama,

kuesioner data demografi mencakup data mengenai hubungan dengan anggota

keluarga, pendidikan terakhir, suku, agama, pekerjaan, dan penghasilan keluarga

per bula. Kedua, kuesioner tentang peran keluarga yang terdiri dari dua puluh

pernyataan (nomor 1-20) dengan jawaban tidak pernah (TP) dengan nilai 1,

kadang-kadang (KK) dengan nilai 2, sering (S) dengan nilai 3, sangat sering (SS)

dengan nilai 4. Kuesioner ini terdiri dari lima pernyataan tentang peran keluarga

sebagai penyedia fasilitas belajar (nomor 1-5), lima pernyataan tentang peran

keluarga sebagai pendidik (nomor 6-10), lima pernyataan tentang peran keluarga

sebagai pembimbing (nomor 11-15), dan lima pernyataan tentang peran keluarga

sebagai media atau teladan hidup (nomor 16-20). Ketiga, kuesioner tentang gaya

belajar anak usia sekolah yang terdiri dari 12 pertanyaan. Empat pertanyaan

tentang gaya belajar secara visual (nomor 1-4), empat pertanyaan tentang gaya

belajar secara auditorial (nomor 5-8), empat pertanyaa tentang gaya belajar secara

(46)

Penilaian peran keluarga dilakukan dengan menggunakan kuesioner dibagi

dalam tiga kelas, yaitu kurang, cukup, dan baik. Peran keluarga diidentifikasi

dengan 20 pertanyaan dengan nilai tertinggi adalah 4

×

20 dan nilai terendah

adalah 1

×

20. Penentuan panjang kelas berdasarkan rumus statistik (Sudjana,

1992) :

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Sebelum melakukan pengumpulan data, terlebih dahulu dilakukan uji

validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan oleh Dosen yang ahli dalam

bidang Keperawatan Keluarga Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Uji reliabilitas instrumen ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat

atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsistensi sasaran yang

diukur. Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas yang diperoleh dengan cara

menganalisis data yang dilakukan pada 10 orang. Responden untuk uji reliabilitas

adalah keluarga yang bertempat tinggal di Lingkungan 9 Kelurahan Indra kasih

Kecamatan Medan Tembung. Uji reliabilitas mengenai peran keluarga pada

(47)

untuk analisis Cronchbach Alpha. Untuk instrumen baru dikatakan reliabel jika

memiliki reliabilitas lebih dari 0,70 (Polit & Hungler, 1995). Hasil uji reliabilitas

terhadap kuesioner peran keluarga adalah 0,83. Sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa instrument yang digunakan dalam penelitian adalah reliabel.

Sedangkan uji reliabilitas untuk gaya belajar dilakukan dengan menggunakan

KR-21 karena instrumen terdiri dari pertanyaan genap.. Hasil uji reliabilitas terhadap

gaya belajar adalah 0,68. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa instrumen

yang digunakan dalam penelitian adalah reliabel.

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah mengikuti langkah-langkah

pengumpulan data yaitu: (1) mengajukan permohonan izin pelaksanaan kepada

institusi pendidikan (Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara), (2) mengirimkan permohonan izin yang diperoleh

kepada kepala Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung, (3) setelah

mendapat izin dari kepala Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung,

peneliti melakukan pengumpulan data penelitian, (4) menjelaskan kepada calon

responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian, (5) calon

responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani lembar persetujuan, (6)

menjelaskan kepada responden tentang prosedur pengisian kuesioner, (7)

responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembar

kuesioner yang diberikan oleh peneliti sesuai dengan petunjuk pada

(48)

kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapanya,

apabila ada yang tidak lengkap diselesaikan di saat itu juga, (9) pengolahan dan

analisa data dilakukan setelah data terkumpul sesuai dengan keperluan.

4.8 Analisa Data

Setelah data terkumpul kemudian analisa data dilakukan melalui tahapan

editing untuk mengecek dan memastikan bahwa kuesioner telah diisi oleh

responden sesuai dengan petunjuk. Kemudian dilanjutkan dengan koding dan

memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah dalam

menganalisa data. Selanjutnya peneliti memasukan data ke dalam komputer dan

dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi. Dimana

data peran keluarga dan gaya belajar anak usia sekolah akan disajikan dalam

(49)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Bagian ini menguraikan tentang peran keluarga dan gaya belajar anak usia

sekolah, yang diperoleh melalui pengumpulan dengan menggunakan kuesioner

terhadap 79 orang responden yaitu keluarga yang bertempat tinggal di Kelurahan

Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.

5.1.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil tentang

karakteristik responden yaitu berdasarkan hubungan dengan keluarga, sebanyak

42 responden (53,2%) yaitu ibu. Berdasarkan pendidikan terakhir keluarga yaitu

sebanyak 54 responden (68,4%) adalah berpendidikan SMU. Berdasakan suku

yaitu 47 responden (59,5%) suku jawa, dan 23 responden (29,1%) suku batak.

Berdasarkan agama yaitu sebanyak 63 responden (79,7%) adalah islam dan 12

responden (15,2%) adalah protestan. Berdasarkan pekerjaan yaitu 20 responden

(25,3%) wiraswasta. Berdasarkan penghasilan keluarga yaitu sebanyak 42

rsponden (53,2%) mempunyai penghasilan keluarga

Rp.1.500.000-2.500.000/bulan dan 21 responden (26,6%) mempunyai penghasilan <Rp.

1.500.000 . Hasil penelitian tentang karakteristik responden dapat dilihat pada

(50)

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden

di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung (N=79)

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (n) 1 Hubungan dengan keluarga

(51)

5.1.2 Peran Keluarga

Peran keluarga dalam pendidikan anak antara lain peran keluarga sebagai

penyedia fasilitas belajar, pendidik, pembimbing dan model atau teladan hidup.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran keluarga pada anak usia sekolah

mayoritas responden telah melakukan peran keluarga dengan baik yaitu sebanyak

57 responden (72,2%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan peran keluarga di

Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung (n=79)

Peran Keluarga Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Baik 2 Cukup

57 22

72,2 27,8

5.1.3 Gaya Belajar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya belajar yang paling banyak

digunakan yaitu gaya belajar visual 41 responden (36,7%). Dan yang

menggunakan gaya belajar auditorial 7 responden (8,9%), sedangkan gaya belajar

kinestetik sebanyak 5 responden (6,3%), gaya belajar visual dan auditorial

sebanyak 12 responden (15,2%), gaya belajar visual dan kinestetik sebanyak 4

responden (5,1%), gaya belajar auditoril dan kinestetik sebanyak 2 responden

(2,5%), gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik sebanyak 8 responden

(52)

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan gaya belajar anak di

Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung (n=79)

Gaya Belajar Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Visual 41 51,9

2. Auditorial 7 8,9

3. Kinestetik 5 6,3

4. Visual dan auditorial 12 15,2

5. Visual dan kinestetik 4 5,1

6. Auditorial dan kinestetik 2 2,5

7. Visual, auditorial dan kinestetik.

8 10,1

5.2 Pembahasan

Dalam pembahasan ini peneliti mencoba untuk menjawab pertanyaan

penelitian yaitu bagaimana peran keluarga dan gaya belajar anak usia sekolah di

Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.

5.2.1 Peran Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 57 responden (72,2%)

diperoleh hasil bahwa peran keluarga berada dalam kategori baik. Menurut

penelitian Hasbullah (1999) lingkungan keluarga sebagai lingkungan yang utama

karena di lingkungan inilah anak pertama kali mendapatkan pendidikan dan

bimbingan yang sebagian besar dari kehidupan anak adalah didalam keluarga.

Sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah didalam

keluarga. Cara mendidik dalam keluarga mempengaruhi reaksi anak terhadap

lingkungan. Tingkat pendidikan orang tua akan berpengaruh pada pola pikir dan

(53)

maka akan memperluas dan melengkapi pola berfikir dalam pendidikan anak.

Sehingga dapat mengantarkan anak pada tahap perkembangan sesuai dengan

pertambahan usia dan tugas perkembangan secara optimal (Arysetyono, 2009).

Perhatian yang diberikan oleh keluarga pada anak akan memberikan semangat

terhadap masa depan anak. Sehingga anak dapat memperoleh suatu harapan untuk

mencapai tujuan hidupnya dalam melaksanakan apa yang menjadi keinginanya

(Suraji, 2006 dalam penelitian Wahyuningtias, 2010).

Menurut Sandoro (2005) kepedulian orang tua terhadap perilaku belajar anak

bahwa perilaku belajar yang baik dapat ditempuh dengan meningkatkan

kepedulian orang tua terhadap anak. Peranan orang tua yang sangat tinggi

menentukan pretasi belajar anak, dalam hal ini orang tua yang selalu

memperhatikan pendidikan anak akan memenuhi kebutuhan belajar anak.

Perhatian tersebut dapat berbentuk penyedia fasilitas belajar, bimbingan belajar

dirumah baik secara langsung atau tidak langsung. Orang tua yang memberikan

perhatian tinggi pada kebutuhan pendidikan anak akan mencapai prestasi belajar

yang baik (Tilaar, 1999).

Orang tua harus menyediakan waktu untuk mendampingi anak-anaknya. Pada

waktu yang demikian anak-anak diberikan pengarahan dan nasehat, yang

bertujuan untuk meningkatkan motivasi untuk belajar lebih giat dan lebih

semangat. Menurut penelitian Nugraha (2011) pengalaman belajar yang terjadi

dalam keluarga merupakan pengalaman yang paling utama dan paling penting

(54)

membawa manfaat bagi dirinya. Setiap anak memiliki tahap perkembangan yang

berbeda sehingga keluarga sangat berarti bagi perkembangan anak. Peran yang

dapat diberikan oleh keluarga dalam proses belajar anak sehingga berkembang

secara optimal yaitu memberi kasih sayang, perhatian, memberi semangat dan

dorongan, memfasilitasi, memberi rasa hormat, mengenalkan apa yang boleh dan

tidak boleh dilakukan oleh anak.

Peran keluarga sebagai penyedia fasilitas belajar salah satunya adalah

keluarga membelikkan buku dan alat tulis untuk belajar anak, dan menyediakan

ruangan untuk belajar anak. Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan

belajar anak sehingga kebutuhan anak akan terpenuhi. Anak dapat belajar dengan

baik apabila kebutuhan internal terpenuhi salah satunya adalah kebutuhan

fisiologis yaitu kebutuhan akan makan, minum, tidur, istirahat dan kesehatan

sehingga anak dapat belajar secara optimal. Oleh karena itu pengertian keluarga

dapat memotivasi anak agar belajar dan menanyakan kesulitan yang dialami anak

selama di sekolah (Slameto, 2003).

5.2.2 Gaya belajar

Gaya belajar adalah cara yang dilakukan untuk menyerap informasi dengan

mudah, mengatur dan mengelolah informasi tersebut. Sehingga dapat mengambil

langkah-langkah untuk membantu agar belajar lebih cepat dan mudah (Deporter,

2000). Gaya belajar menurut Kolb (1984, dalam penelitian Dianrafika, 2009)

adalah cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dalam

(55)

konsentrasi maka situasi dan kondisi untuk berkonsentrasi sangat berhubungan

dengan gaya belajar. Apabila setiap individu dapat mengelola pada kondisi apa,

dimana, kapan dan bagaimana gaya belajarnya , maka belajar akan lebih efektif

dan efisien sehingga prestasi belajar lebih tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian tentang gaya belajar bahwa sebanyak 41

responden (51,9%) dengan gaya belajar visual. Anak dengan gaya belajar visual

lebih mudah mengingat dengan hal-hal yang dapat dilihat, anak belajar dengan

variasi warna dan gambar untuk membantu anak dalam menerima dan mengelolah

informasi yang diperoleh anak. Menurut Levie (2004, dalam penelitian Bulkis,

2008) mengatakan bahwa belajar melalui gaya belajar visual memberikan hasil

yang lebih baik untuk mengingat, mengenali dan menghubungkan fakta dengan

konsep. Selain itu menurut Arsyad (2004) mengatakan bahwa peroleh hasil

melalui gaya belajar visual 75%, dari yang didengar 13%, dan melaui indra lainya

12% . Menurut penelitian Balitbang Diknas (2008) mengatakan bahwa kita belajar

melalui yang dibaca sebanyak 10%, 20% dari mendengar, 30% dari yang dilihat,

95% dari mengucapkan apa yang sedang dilakukan dan mengajarkan pada orang

lain.

Menurut Deporter (2000) ada faktor-faktor yang mempengaruhi cara belajar

seseorang. Antara lain faktor fisik, emosional, sosiologis, baik dengan cahaya

yang terang, selain itu ada yang memilih figur otoriter seperti orang tua, guru atau

lebih memilih mengerjakannya sendiri yang paling efektif, menggunakan musik

(56)

Menurut Sugianto (2009) setiap keluarga dapat berpartisipasi dalam

mengamati gaya belajar masing-masing anak. Sehingga memberikan kontribusi

yang besar terhadap keberhasilan anak dalam menerima materi pelajaran secara

optimal. Keluarga dapat melakukan modifikasi gaya belajar anak agar mudah

diterima anak. Menurut Handayani (2004, dalam penelitian Dianrafika, 2009)

bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan keluarga agar anaknya memiliki

prestasi yang baik adalah dengan menemukan gaya belajar anak dan menerima

anak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Menurut Emirina (2009) kemunculan gaya belajar ditentukan oleh stimulus

yang diberikan oleh keluarga pada masing-masing indra anak. Anak yang sejak

kecil terbiasa dibacakan dongeng akan terbiasa untuk mengasa kemampuan

pendengaranya dan cepat merespon ucapan. Sehingga anak akan cenderung pada

gaya belajar auditorial. Sedangkan anak seorang pelukis yang sebagian waktunya

lebih terfokus mengamati detail-detail gambar orang tuanya akan memiliki gaya

belajar visual.

Menurut Deporter (2003) terdapat tiga gaya belajar yaitu gaya belajar visual,

auditorial, kinestetik. Gaya belajar visual belajar melalui apa yang dilihat, gaya

belajar auditorial dengan cara mendengar dan gaya belajar kinestetik belajar

dengan gerak, bekerja, dan menyentuh. Selain ketiga gaya belajar tersebut ada

gaya belajar campuran misalnya visual dan auditorial, visual dan kinestetik atau

gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik Meskipun sebagian besar orang

(57)

hampir setiap orang memiliki kecenderungan utama terhadap salah satu gaya

belajar yang berperan sebagai filter dalam pembelajaran

(58)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran keluarga dalam proses belajar

anak usia sekolah yang paling banyak yaitu peran keluarga dalam kategori baik

(72,2 %).

6.1.2 Penelitian menunjukkan bahwa gaya belajar yang banyak dipilih anak usia

sekolah adalah gaya belajar visual (51,9%).

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Praktek Keperawatan

Diharapkan dalam praktek keperawatan dapat mengetahui peran keluarga dan

gaya belajar anak. Sehingga perlu memberikan penyuluhan dan konseling untuk

meningkatkan peran keluarga sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak dan

asuhan keperawatan yang komrehensif dalam rangka meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan.

6.2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian dapat digunakan pendidikan keperawatan untuk mengetahui

peran keluarga dan gaya belajar anak sehingga dapat meningkatkan keterlibatan

(59)

keperawatan diharapakan dapat memberikan informasi baik dalam bentuk

penyuluhan berupa media cetak seperti leflet.

6.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai masukan bagi peneliti

selanjutnya tentang hubungan peran keluarga dan gaya belajar terhadap prestasi

belajar anak. Penelitian selanjutnya juga perlu melihat faktor-faktor lain yang

mempengaruhi anak untuk membantu mengoptimalkan peran keluarga sesuai

dengan tahap tumbuh kembang anak.

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.

Asdi Mahasatya.

Arysetyono. (2009). Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Pola

Asuh Anak Pada Masyarakat Desa Campurejo Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. November 2011

Budiningsih, Asri. (2005). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi

Mahasatya

Bulkis, l.(2008). Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia Pada Siswa Kelas V SD Pertiwi

Disamakan Makasar.

Pada tanggal 15 Februari 2012

Departemen Pendidikan Nasional Balitbang-Puslitjaknov 2008. Makalah

Pengembangan Model Pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif Untuk pendidikanDasar.http://puslitjaknov.org/data/file/2008/UNESA

Pengembangan Model Pembelajaran Ekspresi.. Dibuka Pada tanggal 8

januari 2012

DePorter, B & Hernacki, M. (2000). Quantum Learning. Bandung: Kaifa.

Dianrafika. (2009). Perbandingan Gaya Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar

Siswa.Diambil pad 12 November2011

Djamarah, S.B. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Emirina.(2009). Gaya Belajar Pada Anak. Diambil pada

Gambar

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden
Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase  berdasarkan peran keluarga di
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan gaya belajar anak di
gambar/simbol.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengolahan data penulis menggunakan Visual Basic 6.0, untuk memudahkan pencatatan agar lebih efektif dan akurat dalam penjualan bunga pada Toko FLOWERS

Madrasah yang tidak mengajukan dana BOS sampai tanggal 04 Agustus 2017, kami anggap menolak Dana.. BOS, dan harus membuat surat pernyataan diketahui

Banyak pengguna bisnis yang menggunakan jasa internet untuk pengembangan usahanya baik sebagai tempat untuk berpromosi maupun mengandakan transaksi di dalam dunia Internet. Hal

IMK dapat kita jadikan sebagai teori dalam membuat aplikasi pembuatan mesin minuman, karena mesin minuman berinteraksi antara komputer dengan manusia. Pada aplikasi ini akan

[r]

[r]

Merekrut orang yang kembali kembali Warga negara China yang telah tinggal dan / atau belajar di luar negeri memungkinkan sebuah organisasi mendapatkan keuntungan dari memiliki

Perubahan paradigma organisasi dan manajemen sebagai dampak revolusi informasi yang diwarnai dengan kondisi persaingan baik dipasar global maupun domestik mempunyai