Peran Keluarga Dan Gaya Belajar Anak Usia Sekolah
Di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung
Indah Permata Nauli Nasution
Skripsi
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Peran keluarga dan gaya belajar anak
usia sekolah di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung ”.
Skripsi ini terlaksana karena arahan, masukan, dukungan, dan koreksi dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Dedi Adinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati S.Kp, MNS, pembantu Dekan I (satu) Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns, M.Kes sebagai dosen pembimbing saya yang
telah membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini .
4. Bapak Iwan Rusdi, SKp, MNS sebagai dosen penguji I
5. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS sebagai dosen penguji II dan
Selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Bapak Ramli Lubis selaku Lurah Indra Kasih Kecamatan Medan
Tembung.
7. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan USU yang lainnya, yang ikut
8. Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada orang tua
tercinta Ibunda Hj. Imah Juliati Nasution dan Ayahanda Palid
Nasution, BBA , kakanda tersayang Elvi Choiriah Nasution, S.Pd,
Chairul Miftah Nasution, S.P, Chairunnisa AMK dan Indah Permata
Namora Nasution, S.Pd. Terima kasih atas segala pengorbanan dan
perjuangan kalian, yang telah menjadi motivasi dan dorongan kuat
dalam menggapai kesuksesan ananda, kasih sayang dan doa yang
selalu menyertai dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Dan tak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada Mora
Parlindungan Pasaribu, sahabat-sahabat terbaikku Juliani, Efriza
Fadilah, Astri Haryani, Fadila Agustina, Dian Transiska, Conny
Amelia dan seluruh teman-teman sejawat Fakultas Keperawatan-B
USU 2010, terima kasih atas bantuan dan semangatnya selama ini.
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan pihak-pihak yang
membutuhkan. Penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Medan, Februari 2012
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Persetujuan ... ii
Kata Pengantar ... iii
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
Bab 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Keluarga ... 7
2.1.1 Pengertian Keluarga ... 7
2.1.2 Fungsi Keluarga ... 8
2.1.3 Tugas Kesehatan Keluarga ... 9
2.1.4 Peran Keluarga ... 11
2.2 Konsep Belajar ... 14
2.2.1 Pengertian Belajar ... 14
2.2.2 Gaya Belajar ... 15
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar ... 17
2.2.4 Cara Belajar Yang Efektif ... 24
2.2.5 Peran Keluarga Dalam Belajar ... 25
2.3 Anak Usia Sekolah ... 29
Bab 3. Kerangka Konseptual 3.1 Kerangka Konsep ... 31
3.2 Defenisi Operasional ... 31
Bab 4. Metodologi Penelitian 4.1 Desain Penelitian ... 33
4.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 33
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34
4.4 Pertimbangan Etik Penelitian ... 34
4.5 Instrumen Penelitian ...35
4.6 Pengukuran Validitas-reliabilitas ... 36
4.7 Pengumpulan Data ... 37
Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan
5.1 Hasil Penelitian ... 39 5.2 Pembahasan ... 42
Bab 6 . Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan ... 48 6.2 Saran ... 48
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
1 Formulir Persetujuan Peserta Penelitian 2 Instrumen Penelitian
3 Jadwal Penelitan 4 Transaksi Dana 5 Surat Izin Penelitian
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan
karakteristik responden ... 40 2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan
peran keluarga ... 41 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan
DAFTAR SKEMA
Judul : Peran Keluarga Dan Gaya Belajar Anak Usia Sekolah
Di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung
Nama Mahasiswa : Indah Permata Nauli Nasution
NIM : 101121027
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2012
Abstrak
Peran keluarga dalam pendidikan anak adalah sebagai penyedia fasilitas belajar, pendidik, pembimbing, model atau teladan hidup. Selain itu, keluarga dapat berpartisipasi dalam mengamati gaya belajar masing-masing anak untuk memberikan kontribusi dalam keberhasilan anak dalam menerima materi pelajaran secara optimal baik gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik karena setiap anak menggunakan gaya belajar yang berbeda-beda untuk membantu mereka dalam menerima pelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran keluarga dan gaya belajar anak usia sekolah di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung dengan menggunakan desain deskriptif.Sampel yang diteliti sebanyak 10% dari populasi (791 orang) yaitu 79 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Instrumen yang digunakan dalam bentuk kuesioner tentang peran keluarga, dan gaya belajar anak usia sekolah.Hasil penelitian tentang peran keluarga menunjukkan bahwa 57 responden (72,2%) telah melakukan peran keluarga dengan baik, sedangkan 22 responden (27,8%) melakukan peran keluarga dengan cukup. Untuk hasil penelitian tentang gaya belajar anak diperoleh bahwa gaya belajar visual sebanyak 41 responden (51,9%), gaya belajar auditorial sebanyak 7 responden (8,9%), gaya belajar kinestetik sebanyak 5 responden (6,3%). Hasil penelitian yang diperoleh bahwa peran keluarga dalam kategori baik dimana keluarga dapat berpartisipasi dan memberikan perhatian dalam proses belajar anak. Rekomendasi diharapkan dapat mengidentifikasi hubungan peran keluarga dan gaya belajar terhadap prestasi belajar.
Judul : Peran Keluarga Dan Gaya Belajar Anak Usia Sekolah
Di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung
Nama Mahasiswa : Indah Permata Nauli Nasution
NIM : 101121027
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2012
Abstrak
Peran keluarga dalam pendidikan anak adalah sebagai penyedia fasilitas belajar, pendidik, pembimbing, model atau teladan hidup. Selain itu, keluarga dapat berpartisipasi dalam mengamati gaya belajar masing-masing anak untuk memberikan kontribusi dalam keberhasilan anak dalam menerima materi pelajaran secara optimal baik gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik karena setiap anak menggunakan gaya belajar yang berbeda-beda untuk membantu mereka dalam menerima pelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran keluarga dan gaya belajar anak usia sekolah di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung dengan menggunakan desain deskriptif.Sampel yang diteliti sebanyak 10% dari populasi (791 orang) yaitu 79 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Instrumen yang digunakan dalam bentuk kuesioner tentang peran keluarga, dan gaya belajar anak usia sekolah.Hasil penelitian tentang peran keluarga menunjukkan bahwa 57 responden (72,2%) telah melakukan peran keluarga dengan baik, sedangkan 22 responden (27,8%) melakukan peran keluarga dengan cukup. Untuk hasil penelitian tentang gaya belajar anak diperoleh bahwa gaya belajar visual sebanyak 41 responden (51,9%), gaya belajar auditorial sebanyak 7 responden (8,9%), gaya belajar kinestetik sebanyak 5 responden (6,3%). Hasil penelitian yang diperoleh bahwa peran keluarga dalam kategori baik dimana keluarga dapat berpartisipasi dan memberikan perhatian dalam proses belajar anak. Rekomendasi diharapkan dapat mengidentifikasi hubungan peran keluarga dan gaya belajar terhadap prestasi belajar.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sejak dahulu hingga saat ini, pendidikan merupakan suatu hal yang sangat
penting sebagai bagian dari kehidupan setiap orang. Menurut Ki Hajar Dewantara,
pendidikan dimulai dari lahir sampai mati atau dengan istilah “long life
education”. Terdapat tiga lingkungan yang penting artinya bagi pendidikan anak
yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan lingkungan
masyarakat.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Menurut Slameto (2003) ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar yaitu
faktor internal yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar,
sedangkan faktor eksternal berasal dari faktor yang ada diluar individu. Faktor
internal meliputi faktor jasmani, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor
eksternal meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Berdasarkan Undang Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan
keterampilan (Hasbullah, 1999).
Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dalam kehidupan anak
tempat anak belajar dan menyatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga
umumnya anak melakukan interaksi yang intim. Lingkungan keluarga dapat
dikatakan sebagai lingkungan yang utama karena di lingkungan keluarga inilah
anak pertama kali mendapatkan pendidikan dan bimbingan yang sebagian besar
dari kehidupan anak adalah didalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling
banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga ( Hasbullah, 1999).
Menurut penelitian Sandoro (2005) kepedulian orang tua terhadap perilaku
belajar siswa kelas III Sukowati Sragen memberikan manfaat sebesar 75,97%.
Jadi dapat diartikan bahwa untuk memperoleh perilaku belajar yang baik dapat
ditempuh dengan meningkatkan kepedulian orang tua terhadap anak. Dengan
didapatnya data sebesar 12% perilaku belajar anak yang kurang diperlukan
kepedulian orang tua terhadap perilaku belajar agar dapat segera diatasi oleh
orang tua dan anak tidak mengalami kesulitan dalam belajar. Sehingga dapat
memotivasi anak dalam belajar dan berprestasi.
Peran keluarga terhadap pendidikan anak yaitu; 1. penyedia fasilitas belajar,
yaitu dimana keluarga menyediakan tempat dan peralatan belajar, buku dan
alat-alat tulis, jadwal belajar dan kegiatan sehari-hari, buku PR/latihan. 2. Pendidik,
dimana keluarga menjelaskan perlunya menasehati anak agar belajar dengan rajin
dan berprestasi, apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan, menegur bila anak
keluarga membantu memecahkan masalah anak dan membuat keputusan dalam
belajar atau sekolah, menyangkut langkah-langkah apa saja yang ditempuh anak
dalam belajar, memeriksa dan menanyakan nilai yang diperoleh di sekolah.4.
Model atau teladan hidup, dimana keluarga dapat mengatur waktu menonton anak
dan menyuruh anak belajar sesuai jadwal (Slameto, 2003).
Hasil penelitian US Departement Of Education (2002, dalam penelitian
Slameto, 2003) diperoleh bahwa siswa yang mendapat nilai A (setara 9-10)
ternyata 51% ayah dan ibu berperan tinggi, atau 48% hanya ayah saja yang
berperan tinggi, atau hanya 44% ibu saja yang berperan tinggi, dan atau hanya
27% baik ayah maupun ibu yang berperan rendah, sedangkan siswa yang tidak
naik kelas 6% saja yang baik ayah maupun ibu berperan tinggi, atau 9% hanya
ibu saja yang berperan tinggi, dan atau 2% baik ayah maupun ibu yang berperan
rendah. Ditemukan juga oleh Nord (1998) bahwa dikalangan siswa yang
mendapat nilai A (setara 9-10) setengah dari siswa ternyata hanya ayahnya saja
yang berperan tinggi, dan sepertiga siswa ternyata hanya ayahnya berperan
kurang.
Pengalaman belajar yang terjadi dalam keluarga merupakan pengalamaan yang
paling utama dan paling penting bagi anak. Pengalaman belajar yang
menyenangkan, nyaman, dan aman sehingga anak merasa bahwa belajar adalah
hal yang menyenangkan dan membawa manfaat bagi dirinya. Setiap anak
memiliki tahapan perkembangan yang berbeda sehingga keluarga sangat berarti
perhatian, memberi semangat dan dorongan, memfasilitasi, memberi rasa hormat,
mengenalkan apa yang boleh dan tak boleh dilakukan oleh anak (Nugraha, 2011) .
Pada pengalaman belajar seseorang harus mengenal gaya belajar yang dapat
diambil agar dapat belajar lebih cepat dan mudah menyerap dan mengolah
informasi sebagai gaya belajar visual, auditorial, atau kinestetik. Orang yang gaya
belajar visual melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukanya
melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar lewat gerak dan
sentuhan. Walaupun masing-masing orang menggunakan ketiga gaya belajar ini
pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu diantara
ketiganya (Deporter, 2000). Berdasarkan hasil penelitian Budiningsih (2009)
tentang prestasi belajar menunjukkan bahwa prestasi belajar sangat memuaskan
memiliki kecenderungan pada gaya belajar visual (72,5%), auditori (65,7%),
kinestetik (50%), sedangkan visual-auditori (60%).
Selain itu, ada faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar mencakup faktor
fisik, emosional, sosiologi, dan lingkungan. Ada orang yang dapat belajar dengan
pencahayaan yang terang, belajar secara berkelompok atau memerlukan adanya
figur otoriter seperti orang tua, dan sebagian orang memerlukan musik, sedang
yang lain memerlukan ruangan yang sepi untuk berkonsentrasi, dan menyukai
lingkungan yang rapi dan teratur (Deporter, 2000).
Peran keluarga dalam pendidikan anak sebagai penyedia fasilitas belajar,
pendidik, pembimbing, dan model atau teladan hidup. Keluarga harus mengetahui
langkah pertama yang harus dilakukan keluarga ketika mendampingi anak belajar
kebutuhan anak. Sehingga keluarga dapat memotivasi anak dalam belajar.
Keluarga juga harus mengamati gaya belajar pada masing-masing anak karena
setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda untuk membantu mereka
dalam menerima dan mengolah informasi yang diperoleh.
Berdasarkan uraian diatas mengingat pentingnya peran keluarga dan gaya
belajar anak usia sekolah seperti yang telah di sebutkan diatas maka peneliti
tertarik untuk meneliti sejauh mana peran keluarga dan gaya belajar anak usia
sekolah di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung. Selain itu di
daerah ini belum pernah dilakukan penelitian.
1.2Pertanyaan penelitian
1.2.1 Bagaimana peran keluarga pada belajar anak usia sekolah di Kelurahan
Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung ?
1.2.2 Bagaimana gaya belajar pada anak usia sekolah di Kelurahan Indra Kasih
Kecamatan Medan Tembung ?
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengetahui peran keluarga pada anak usia sekolah di Kelurahan Indra
Kasih Kecamatan Medan Tembung.
1.3.2 Mengetahui gaya belajar pada anak usia sekolah di Kelurahan Indra
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakaan sebagai informasi dan tambahan
pengetahuan bagi perawat dalam memahami peran keluarga dan gaya belajar
anak usia sekolah. Sehingga dapat memberikaan informasi dan asuhan
keperawataan yang komprehensif dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.
1.4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan tambahan
pengetahuan mengenai peran keluarga dan gaya belajar anak usia sekolah
khususnya dalam bidang keperawatan.
1.4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya
dan untuk menambah referensi tentang peran keluarga dan gaya belajar anak
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga 2.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak
belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak
melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga
(Duval, 1972 dalam Setiadi 2008). Menurut Slameto (2006) keluarga adalah
lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan
bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan
berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga
merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
2.1.2 Fungsi Keluarga
Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalankan
yaitu sebagai berikut :
1 Fungsi biologis adalah fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara, dan
membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga (Mubarak, dkk
2009).
2 Fungsi psikologis adalah memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi
keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan kedewasaan
kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas pada keluarga
(Mubarak, dkk 2009).
3 Fungsi sosialisasi adalah membina sosialisasi pada anak, membentuk
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan
meneruskan nilai-nilai budaya (Mubarak, dkk 2009). Fungsi sosialisasi adalah
fungsi yang mengembagkan proses interaksi dalam keluarga yang dimulai
sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi (Setiawati, 2008).
4 Fungsi ekonomi adalah mencari sumber-sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dimana yang akan datang (Mubarak, dkk 2009). Fungsi
ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
5 Fungsi pendidikan adalah menyekolahkan anak untuk memberikaan
pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa
yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa serta
mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembanganya (Mubarak, dkk 2009).
2.1.3 Tugas Kesehatan Keluarga
Menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga dapat melaksanakan perawatan atau
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga, yaitu
sebagai berikut :
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan.
Karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Orang tua perlu
mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami oleh
anggota keluarganya. Perubahan sekecil apa pun yang dialami anggota
keluarga, secara tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau
orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat
kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar
perubahanya.
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan
anggota keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan sebuah
tindakan. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan
tepat agar masalah kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi atau
teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dalam mengambil
keputusan, maka keluarga dapat meminta bantuan kepada orang lain di
lingkungan tempat tinggalnya.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Sering kali keluarga mengambil tindakan yang tepat, tetapi jika keluarga
masih merasa mengalami keterbatasan, maka anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau
perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat
dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga
telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan
pertama.
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat
Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi bagi
anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki waktu yang
lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karena
itu, kondisi rumah harus dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan
kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya. Keluarga dapat berkonsultasi
atau meminta bantuan tenaga keperawatan untuk memecahkan masalah
yang dialami anggota keluarganya, sehingga keluarga dapat bebas dari
segala macam penyakit.
2.1.4 Peran Keluarga
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukanya dalam suatu sistem (Mubarak,dkk. 2009).
Peran merujuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogen,
yang didefinisikan dan diharapkan secara normatif dari seseorang peran dalam
situasi sosial tertentu (Mubarak,dkk. 2009). Peran keluarga adalah tingkah laku
spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran
keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu
dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok
dan masyarakat (Setiadi, 2008).
Menurut Setiadi (2008) setiap anggota keluarga mempunyai peran
masing-masing. Peran ayah yang sebagai pemimpin keluarga yang mempunyai peran
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman
sosial tertentu. Peran ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik
anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok
sosial tertentu. Sedangkan peran anak sebagai pelau psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.
Menurut Mubarak, dkk (2009) terdapat dua peran yang mempengaruhi
keluarga yaitu peran formal dan peran informal.
1 Peran Formal
Peran formal keluarga adalah peran-peran keluarga terkait sejumlah
perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran
secara merata kepada para anggotanya seperti cara masyarakat membagi
peran-perannya menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya
suatu sistem. Peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah
dan istri-ibu antara lain sebagai provider atau penyedia, pengatur rumah
tangga perawat anak baik sehat maupun sakit, sosialisasi anak, rekreasi,
memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal, peran terpeutik
(memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan), dan peran sosial.
2 Peran Informal kelurga
Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, hanya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu atau untuk menjaga
a. Pendorong memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan
mendorong, memuji, dan menerima kontribusi dari orang lain. Sehingga ia
dapat merangkul orang lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran
mereka penting dan bernilai untuk di dengarkan.
b. Pengharmonisan yaitu berperan menengahi perbedaan yang terdapat
diantara para anggota, penghibur, dan menyatukan kembali perbedaan
pendapat.
c. Inisiator-kontributor yang mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru
atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.
d. Pendamai berarti jika terjadi konflik dalam keluarga maka konflik dapat
diselesaikan dengan jalan musyawarah atau damai.
e. Pencari nafkah yaitu peran yang dijalankan oleh orang tua dalam
memenuhi kebutuhan, baik material maupun non material anggota
keluarganya.
f. Perawaatan keluarga adalah peran yang dijalankan terkait merawat
anggota keluarga jika ada yang sakit.
g. Penghubung keluarga adalah penghubung, biasanya ibu mengirim dan
memonitori kemunikasi dalam keluarga.
h. Poinir keluarga adalah membawa keluarga pindah ke satu wilayah asing
i. Sahabat, penghibur, dan koordinator yang berarti mengorganisasi dan
merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat
keakraban dan memerangi kepedihan.
j. Pengikut dan sanksi, kecuali dalam beberapa hal, sanksi lebih pasif. Sanksi
hanya mengamati dan tidak melibatkan dirinya.
2.2 Konsep Belajar 2.2.1 . Belajar
Menurut Alimul (2002) belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu
melalui interaksi dengan lingkungan maksudnya adalah terjadi perubahan tingkah
laku, memfokuskan pada interaksi individu dengan lingkungan karena dalam
interaksi akan teruji pengalaman belajar dan ada perubahan sikap dan tingkah
laku. Belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar,
seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan
semua alat indranya dan ditimbulkan atau dirubah melalui praktek dan
pengalaman ( Soemanto, 2006).
Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan
belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga
tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak
lain adalah hasil dari belajar. Kita hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita
pelajari. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar
berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk
perbuatan untuk mencapai suatu perbuatan (Soemanto, 2006). Sedangkan menurut
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamanya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Belajar
merupakan suatu pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
latihan (Hamalik, 1983). Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkunganya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotorik (Djamarah, 2008).
2.2.2 Gaya Belajar
Gaya belajar adalah suatu cara untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan
di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi untuk menyerap dan
mengelolah informasi dan dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih
mudah dengan gaya belajar sendiri ( Deporter, 2000).
Menurut Rita Dunn banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar
seseorang yang mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis, dan
lingkungan. Ada orang yang dapat belajar dengan efektif bila cahaya yang
digunakan terang, sedangkan sebagian lagi dengan pencahayaan yang suram ada
yang dapat belajar secara berkelompok, sedang yang lain memerlukan figur
otoriter seperti orang tua, dan yang lain merasa bahwa belajar sendiri yang paling
efektif bagi mereka. Sebagian orang lagi memerlukan musik dan lingkungan
Menurut Soemanto (2006) lingkungan banyak memberikan pengalaman pada
individu. Pengalaman yang diperoleh oleh individu ikut mempengaruhi proses
belajar yang bersangkutan, terutama dalam transfer belajar.
Pada pengalaman belajar ada tiga macam gaya belajar dengan menggunakan
modalitas indra yang mempengaruhinya antara lain (Deporter, 2010) :
1 Visual yaitu dalam belajar dengan menggunakan fungsi indra penglihatan,
yang diciptakan maupun diingat dengan menggunakan gambar, warna.
Seseorang yang visual bercirikan teratur, memperhatikan segala sesuatu,
menjaga penampilan, mengingat dengan menggambar, lebih suka membaca
dari pada dibacakan, dan mengingat apa yang dilihat.
2 Auditorial yaitu dalam belajar dengan jenis bunyi-bunyian dan kata-kata
yang diciptakan maupun diingat. Seseorang yang auditorial bercirikan
berbicara dengan pola berirama, belajar dengan cara mendengarkan,
menggerakkan bibir atau bersuara saat membaca.
3 Kinestetik yaitu belajar dengan menggunakan segala jenis gerak dan
sentuhan. Seseorang yang kinestetik bercirikan menyentuh orang dan berdiri
berdekatan, banyak bergerak, belajar dengan menunjuk tulisan saat
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat
digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor internal yang ada dalam diri
individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada
diluar individu sebagai berikut:
1. Faktor-faktor internal
Dalam faktor internal terdapat tiga faktor, yaitu: faktor jasmani, faktor
psikologis, faktor kelelahan
a. Faktor jasmani
1) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagianya
bebas dari penyakit. Kesehatan berpengaruh terhadap belajar. Proses
belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan terganggu, selain itu juga
ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk dan
badanya mudah lelah. Agar seseorang dapat belajar dengan baik harus
mengusahakan kesehatan badanya tetap terjamin dengan cara selalu
memperhatikan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat,
2) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh. Siswa yang cacat akan mengalami gangguan
dalam belajarnya. Jika hal ini terjadi, hendknya anak belajar pada lembaga
pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau
mengurangi pengaruh kecacatanya.
b. Faktor psikologis
Pada faktor psikologis ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar antara lain:
1) Inteligensi
Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan
untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan
cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang
abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan
cepat. Inteligensi sangat besar pengaruhnya terhadap belajar.
2) Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa
tertuju pada suatu obyek atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin
hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap
bahan yang dipelajarinya, jika bahan yang tidak menjadi perhatian akan
belajar dengan baik usahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatian
dengan cara mengusahakan pelajaran itu sebagai hobi atau bakatnya.
3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus
menerus yang disertai rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan. Sehingga
minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar.
4) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar yang baru akan terealisasi menjadi
kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Jika bahan pelajaran
sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang
belajar dan pastilah selanjutnya akan lebih giat lagi dalam belajarnya.
5) Motif
Motif erat hubunganya dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam proses
belajar harus diperhatikan apa yang dapat mendorong anak agar dapat
belajar dengan baik atau mempunyai motif untuk berfikir dan memusatkan
perhatian, perencanaan dan melaksakan kegiatan yang berhubungan
dengan belajar. Dengan cara memberikan latihan-latihan atau kebiasaan
6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang, dimana
alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
Dengan kata lain anak yang sudah siap belum dapat melaksanakan
kecakapannya sebelum belajar. Jadi kemajuan untuk memiliki kecakapan
itu tergantung dari kematangan dan belajar.
7) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respons atau bereaksi.
Kesediaan ini timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan
dengan kematangan yang berarti kesiapan untuk melaksanakanya.
c. Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah dan timbul
kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat
dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan
untuk menghasilkan sesuatu hilang dan mengerjakan sesuatu dengan
2 Faktor-Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar, dapat
dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu:
a. Faktor keluarga
Anak yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang
tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah tangga dan
keadaan ekonomi keluarga.
1) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya sangat besar pengaruhnya terhadap
belajar anak. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan
utama. Orang tua yang kurang memperhatikaan pendidikan anaknya,
misalnya mereka acuh terhadap belajar anaknya, tidak mengatur waaktu
belajarnya, tidak melengkapi alat belajarnya, tidak mau tau bagaimana
kemajuan anak, kesulitan-kesulitan yang dialami anak dan orang tua yang
terlalu memanjakan anak adalah cara yang mendidik yang tidak baik
sehingga anak tidak berhasil dalam belajarnya.
2) Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang penting adalah relasi orang tua dengan
anaknya. Selain itu relasi dengan saudarnya dan anggotaa keluarga yang
penuh kasih sayang dan perhatian. Relasi antar anggota keluarga sangat
erat kaitanya dengan cara orang tua mendidik.
3) Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan dengan situasi atau kejadian-kejadian yang
sering terjadi didalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Agar anak
dapat belajar dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan
tentram sehingga menyebabkan anak betah tinggal dirumah, anak juga
dapat belajar dengan baik . Tetapi jika suasana rumah yang terlalu banyak
penghuninya, suasana rumah yang tegang, ribut, pertengkaran antar
anggota keluarga dapat menyebabkan anak menjadi tidak betah di rumah.
4) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan belajar anak. Anak
yang sedang belajar harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya
makan, pakaian, perlindungan kesehatan, juga membutuhkan fasilitas
belajar seperti ruangan belajar, peralatan menulis. Fasilitas belajar itu
hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Jika anak
hidup dalam keluarga yang miskin maka kebutuhan pokok anak kurang
terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu dan anak belajar anak
terganggu. Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan
anak yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi rendah,
justru menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya
kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang
dan berfoya-foya, akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatianya
kepada belajar.
5) Pengertian orang tua
Anak belajar perlu perhatian dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak
sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Terkadang
anak merasa tidak bersemangat untuk belajar disinilah orang tua wajib
memberikan pengertian dan mendorongnya, membantu kesulitan yang
dialami anak di sekolah.
6) Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap
anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan
yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.
b. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siwa dan siswi, disiplin sekolah,
pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode
c. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap
belajar anak. Pengaruh itu terjadi karena anak dalam masyarakat tentang
kegiatan anak dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk
kehidupan masyarakat yang semuanya mempengaruhi belajar (Slameto,
2003).
2.2.4 Cara Belajar Yang Efektif
Menurut Slameto (2003) ada beberapa cara yang digunakan dalam belajar
untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, anatar lain :
1 Perlunya bimbingan
Dalam belajar ketangkasan dan kecakapan dalam belajar berbeda secara
individual. Walaupun demikian kita dapat membantu dengan memberi
petunjuk-petunjuk umum tentang cara belajar yang efisien. Sukses hanya
dapat tercapai dengan usaha keras. Di samping memberi petunjuk-petunjuk
tentang cara-cara belajar sekaligus membimbing dan mengawasi mereka
belajar. Hasilnya lebih baik lagi kalau cara-cara belajar dipraktekkan dalam
tiap pelajaran yang diberikan.
2 Kondisi belajar
Belajar yang efektif dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan yang
meningkatkan cara belajar yang efektif perlu memperhatikan beberapa hal
berikut .
a. Kondisi internal
Yang dimaksud kondisi internal yaitu kondisi yang ada dalam diri sendiri
misalnya kesehatan, keamanan, ketentramannya. Anak dapat belajar dengan
baik jika kebutuhan-kebutuhan internalnya terpenuhi. Menurut Maslow ada
tujuh jenjang kebutuhan primer manusia yang harus terpenuhi, yaitu
kebutuhan fisiologi, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan akan
kebersamaan, kebutuhan akan status, kebutuhan self-actualisation,
kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti serta kebutuhan estetik.
b. Kondisi eksternal
Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada diluar diri pribadi manusia,
umpamanya kebersihan rumah dengan ruang belajar bersih dan tidak ada
bau-bauan yang menggangu konsentrasi belajar, penerangan yang cukup
terang, cukup sarana yang diperlukan untuk belajar misalnya alat pelajaran
dan buku-buku, sertaa keadan lingkungan fisik yang lain.
2.2.5 Peran Keluarga Dalam Belajar
Keluarga merupakan satu kesatuan (sistem sosial) yang hidup bersama terdiri
dari ayah dan ibu. Keluarga berperan dalam menyediakan situasi belajar yang
nyaman dan tenang sehingga memotivasi anak untuk belajar. Orang tua juga harus
usahanya untuk belajar. Begitu juga orang tua harus menunjukkan kerjasamanya
dalam mengarahkan cara belajar anak dirumah sehingga orang tua berusaha
memotivasi dan membimbing anak dalam belajar (Hasbullah, 1989). Peran orang
tua dalam pendidikan anak menurut Idris dan Jamal (1992, dalam penelitian
Slameto, 2003) adalah memberikan dasar pendidikan, sikap dan keterampilan
dasar seperti pendidikan agama, budi pengerti, sopan santun, estetika, kasih
sayang, rasa aman, dasar-dasar pembentukan peraturan-peraturan, dan
menanamkan kebiasaan. Selain itu peran keluarga adalah mengajarkan nilai-nilai
dan tingkah laku yang diajarkan di sekolah.
Peran keluarga dalam pendidikan merupakan lembaga pendidikan yang
pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluarga manusia dilahirkan,
berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam
keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi
pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam
keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti
pendidikan selanjutnya di sekolah. Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam
keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya lebih bersifat pembentukan watak
dan budi pekerti, latihan keterampilan dan pendidikan ke sosial, seperti menjaga
kebersihan rumah, dan menjaga kesehatan. Peranan keluarga terutama dalam
penanaman sikap dan nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta
pembinaan bakat dan kepribadian (Ikhsan, 2005).
Peran pada masing-masing anggota keluarga antara lain peran ayah sebagai
rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat
kelompok sosial tertentu. Sedangkan peran ibu sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anak, pelindung keluarga (Setiadi, 2008). Peran orang tua terhadap
perkembangan anaknya adalah memberikan anak kesempatan untuk berkembang,
sebagai guru dengan mengajarkan ketangkasan motorik , menanamkan pedoman
hidup bermasyarakat, sebagai tokoh teladan untuk anaknya, dan sebagai pengawas
dengan memperhatikan, mengamati kelakuan, tingkah laku anak (Singgih, 2002).
Peran yang dapat diberikan oleh keluarga dalam proses belajar anak sehingga
berkembang secara optimal yaitu memberi kasih sayang, perhatian, memberi
semangat dan dorongan, memfasilitasi, memberi rasa hormat, mengenalkan apa
yang boleh dan tak boleh dilakukan oleh anak (Nugraha, 2011).
Menurut Slameto (2003) peran keluarga terhadap pendidikan anak, antara lain :
1 Penyedia fasilitas belajar yaitu dimana keluarga menyediakan tempat dan
peralatan belajar, buku dan alat-alat tulis, jadwal belajar dan kegiatan
sehari-hari, buku konsultasi/PR/latihan.
2 Pendidik, dimana keluarga menjelaskan perlunya dan menasehati agar belajar
dengan rajin dan berprestasi, apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
menegur bila anak lalai tugas dan memberi sanksi jika dipandang perlu.
3 Pembimbing, dimana keluarga membantu memecahkan masalah anak dan
pembuat keputusan dalam belajar atau sekolah, menyangkut langkah-langkah
apa saja yang ditempuh anak dalam belajar, memeriksa dan menanyakan nilai
4 Model atau teladan kehidupan, dimana keluarga dapat mengatur waktu
menonton anak dan menyuruh anak belajar sesuai jadwal.
2.3 Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah adalah dimana anak telah memasuki usia bersekolah.
Anak usia sekolah adalah akhir masa kanak-kanak yang berlangsung dari 6 tahun
sampai anak mencapai kematangan seksual. Yaitu sekitar 13 tahun bagi anak
perempuan dan 14 tahun bagi anak laki-laki (Hurlock, 1999). Tahap ini dimulai
ketika anak pertama telah berusia 6 tahun daan mulai masuk usia sekolah dasar
dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja (Friedman, 1998).
Masa anak-anak berlangsung antara usia 6-12 tahun dengan ciri-ciri utama :
memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya,
keadaan fisik yang memungkinkan anak memasuki dunia permain dan pekerjaan
yang membutuhkan keterampilan jasmani, memiliki dorongan mental untuk
memasuki dunia konsep, logika, dan komunikasi yang luas (Tohirin, 2005). Pada
usia ini aktivitas anak semakin tinggi dan kemampuan motoriknya semakin kuat.
Anak memiliki rasa tanggung jawab dan percaya diri dalam melakukan tugas,
sehingga ketika menghadapi kegagalan sering kali timbul reaksi kemarahan.
Perkembangan kognitif, psikososial, moral, dan spiritual mulai menunjukkan
kematangan pada masa ini anak mencoba belajar mengambil bagian dalam
kelompok dan terjadi perkembangan konsep diri, keterampilan membaca,
berhitung, dan bersosialisasi dengan baik di sekolah (Alimul, 2006). Pada masa
samping kegiatan wajib dari sekolah dan dalam hidup, serta
kegiatan-kegiatan orang tua (Friedman, 1998). Tugas orangtua pada tahap ini adalah untuk
belajar menghadapi pisah dengan anak, atau memberikan anak pergi. Lama
kelamaan hubungan dengan teman sebaya dan kegiatan-kegiatan di luar rumah
akan memainkan peranan yang lebih besar dalam kehidupan anak usia sekolah
tersebut.
Menurut Tohirin (2005) tugas-tugas perkembangan pada anak usia sekolah
adalah sebagai berikut:
1 Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain, seperti lompat jauh .
2 Membina sikap yang positif terhadap dirinya sendiri sebagai seorang individu
yang sedang berkembang, seperti kesadaran tentang harga diri dan kemampuan
diri.
3 Belajar bergaul dengan teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku
di masyarakat.
4 Belajar memainkan peran sebagai seorang pria (jika ia seorang pria) dan
sebagai wanita (jika ia seorang wanita).
5 Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan berhitung.
6 Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan kehidupan sehari-hari.
7 Mengembangkan kata hati, moral dan skala nilai dengan keyakinan dan
8 Megembangkan sikap objektif baik positif maupun negatif terhadap kelompok
dan lembaga kemasyarakatan.
9 Belajar mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga menjadi
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konsep
car
Skema 1. Kerangka konsep peran keluarga dan gaya belajar
3.2 Definisi Operasional
1 Peran keluarga adalah cara keluarga dalam menjalankan perannya pada
belajar anak usia sekolah di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan
Tembung dengan memberikan peran yang baik dalam pendidikan anak sebagai
penyedia fasilitas belajar, pendidik, pembimbing dan model atau teladan
kehidupan.
Peran keluarga
1 Penyedia fasilitas belajar
2 Pendidik
3 Pembimbing
4 Model atau teladan hidup
Gaya Belajar
• Kurang
• Cukup
• Baik
• Visual
• Auditorial
2. Gaya belajar adalah penilaian keluarga tentang cara anak untuk menyerap
dan mengolah informasi yang tertangkap oleh indra anak usia sekolah dengan
menggunakan segala pengalaman yang telah dimiliki anak yang menekankan
pada semua alat indranya terkait aspek visual, auditorial, dan kinestetik pada
keluarga yang mempunyai anak usia sekolah di Kelurahan Indra Kasih
Kecamatan Medan Tembung.
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu bertujuan
untuk mengetahui peran keluarga dan gaya belajar anak usia sekolah di Kelurahan
Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang
mempunyai anak usia sekolah di Lingkungan 7 Kelurahan Indra Kasih Kecamatan
Medan Tembung dengan jumlah populasi 791 kepala keluarga
4.2.2 Sampel
Berdasarkan populasi di atas, penentuan jumlah sampel dilakukan menurut
Arikunto (2002) yaitu apabila jumlah populasi kurang dari 100, lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah
besar dapat diambil antara 10-15 % . Maka dalam penelitian ini sampel yang
diambil adalah 10 % dari populasi yaitu 79 keluarga.
Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara random
satu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri. Adapun kriteria
sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1 Keluarga (ayah, ibu, kakak, nenek atau yang lain ) yang mempunyai hubungan
darah dan satu rumah dengan anak usia sekolah (6 tahun sampai 12 tahun).
2 Bersedia menjadi responden penelitian.
4.3 Lokasi dan waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan
Tembung. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah dengan pertimbangan bahwa di
Lingkungan 7 Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung ini
memungkinkan untuk mendapatkan sampel yang memadai sesuai dengan kriteria
penelitian dan penelitian ini juga belum pernah dilakukan di daerah tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 10 Oktober 2011.
4.4 Pertimbangan Etik
Dalam melaksanakan penelitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu
memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian
dan prosedur pelaksaan penelitian. Lembar persetujuan diberikan kepada
responden, bila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk
menandatangani lembar persetujuan tersebut. Tetapi jika calon responden tidak
bersedia, maka calon responden berhak menolak dan mengundurkan diri selama
proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak beresiko bagi individu
mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden
pada lembar pengumpulan data, hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan
informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya data tertentu saja yang akan
dilaporkan sebagai hasil penelitian.
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner
yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep teori yang ada
pada tinjauan pustaka. Kuesioner penelitian ini terdiri dari tiga bagian. Pertama,
kuesioner data demografi mencakup data mengenai hubungan dengan anggota
keluarga, pendidikan terakhir, suku, agama, pekerjaan, dan penghasilan keluarga
per bula. Kedua, kuesioner tentang peran keluarga yang terdiri dari dua puluh
pernyataan (nomor 1-20) dengan jawaban tidak pernah (TP) dengan nilai 1,
kadang-kadang (KK) dengan nilai 2, sering (S) dengan nilai 3, sangat sering (SS)
dengan nilai 4. Kuesioner ini terdiri dari lima pernyataan tentang peran keluarga
sebagai penyedia fasilitas belajar (nomor 1-5), lima pernyataan tentang peran
keluarga sebagai pendidik (nomor 6-10), lima pernyataan tentang peran keluarga
sebagai pembimbing (nomor 11-15), dan lima pernyataan tentang peran keluarga
sebagai media atau teladan hidup (nomor 16-20). Ketiga, kuesioner tentang gaya
belajar anak usia sekolah yang terdiri dari 12 pertanyaan. Empat pertanyaan
tentang gaya belajar secara visual (nomor 1-4), empat pertanyaan tentang gaya
belajar secara auditorial (nomor 5-8), empat pertanyaa tentang gaya belajar secara
Penilaian peran keluarga dilakukan dengan menggunakan kuesioner dibagi
dalam tiga kelas, yaitu kurang, cukup, dan baik. Peran keluarga diidentifikasi
dengan 20 pertanyaan dengan nilai tertinggi adalah 4
×
20 dan nilai terendahadalah 1
×
20. Penentuan panjang kelas berdasarkan rumus statistik (Sudjana,1992) :
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Sebelum melakukan pengumpulan data, terlebih dahulu dilakukan uji
validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan oleh Dosen yang ahli dalam
bidang Keperawatan Keluarga Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Uji reliabilitas instrumen ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat
atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsistensi sasaran yang
diukur. Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas yang diperoleh dengan cara
menganalisis data yang dilakukan pada 10 orang. Responden untuk uji reliabilitas
adalah keluarga yang bertempat tinggal di Lingkungan 9 Kelurahan Indra kasih
Kecamatan Medan Tembung. Uji reliabilitas mengenai peran keluarga pada
untuk analisis Cronchbach Alpha. Untuk instrumen baru dikatakan reliabel jika
memiliki reliabilitas lebih dari 0,70 (Polit & Hungler, 1995). Hasil uji reliabilitas
terhadap kuesioner peran keluarga adalah 0,83. Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa instrument yang digunakan dalam penelitian adalah reliabel.
Sedangkan uji reliabilitas untuk gaya belajar dilakukan dengan menggunakan
KR-21 karena instrumen terdiri dari pertanyaan genap.. Hasil uji reliabilitas terhadap
gaya belajar adalah 0,68. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa instrumen
yang digunakan dalam penelitian adalah reliabel.
4.7 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah mengikuti langkah-langkah
pengumpulan data yaitu: (1) mengajukan permohonan izin pelaksanaan kepada
institusi pendidikan (Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara), (2) mengirimkan permohonan izin yang diperoleh
kepada kepala Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung, (3) setelah
mendapat izin dari kepala Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung,
peneliti melakukan pengumpulan data penelitian, (4) menjelaskan kepada calon
responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian, (5) calon
responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani lembar persetujuan, (6)
menjelaskan kepada responden tentang prosedur pengisian kuesioner, (7)
responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembar
kuesioner yang diberikan oleh peneliti sesuai dengan petunjuk pada
kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapanya,
apabila ada yang tidak lengkap diselesaikan di saat itu juga, (9) pengolahan dan
analisa data dilakukan setelah data terkumpul sesuai dengan keperluan.
4.8 Analisa Data
Setelah data terkumpul kemudian analisa data dilakukan melalui tahapan
editing untuk mengecek dan memastikan bahwa kuesioner telah diisi oleh
responden sesuai dengan petunjuk. Kemudian dilanjutkan dengan koding dan
memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah dalam
menganalisa data. Selanjutnya peneliti memasukan data ke dalam komputer dan
dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi. Dimana
data peran keluarga dan gaya belajar anak usia sekolah akan disajikan dalam
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Bagian ini menguraikan tentang peran keluarga dan gaya belajar anak usia
sekolah, yang diperoleh melalui pengumpulan dengan menggunakan kuesioner
terhadap 79 orang responden yaitu keluarga yang bertempat tinggal di Kelurahan
Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.
5.1.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil tentang
karakteristik responden yaitu berdasarkan hubungan dengan keluarga, sebanyak
42 responden (53,2%) yaitu ibu. Berdasarkan pendidikan terakhir keluarga yaitu
sebanyak 54 responden (68,4%) adalah berpendidikan SMU. Berdasakan suku
yaitu 47 responden (59,5%) suku jawa, dan 23 responden (29,1%) suku batak.
Berdasarkan agama yaitu sebanyak 63 responden (79,7%) adalah islam dan 12
responden (15,2%) adalah protestan. Berdasarkan pekerjaan yaitu 20 responden
(25,3%) wiraswasta. Berdasarkan penghasilan keluarga yaitu sebanyak 42
rsponden (53,2%) mempunyai penghasilan keluarga
Rp.1.500.000-2.500.000/bulan dan 21 responden (26,6%) mempunyai penghasilan <Rp.
1.500.000 . Hasil penelitian tentang karakteristik responden dapat dilihat pada
Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden
di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung (N=79)
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (n) 1 Hubungan dengan keluarga
5.1.2 Peran Keluarga
Peran keluarga dalam pendidikan anak antara lain peran keluarga sebagai
penyedia fasilitas belajar, pendidik, pembimbing dan model atau teladan hidup.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran keluarga pada anak usia sekolah
mayoritas responden telah melakukan peran keluarga dengan baik yaitu sebanyak
57 responden (72,2%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan peran keluarga di
Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung (n=79)
Peran Keluarga Frekuensi (n) Persentase (%)
1 Baik 2 Cukup
57 22
72,2 27,8
5.1.3 Gaya Belajar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya belajar yang paling banyak
digunakan yaitu gaya belajar visual 41 responden (36,7%). Dan yang
menggunakan gaya belajar auditorial 7 responden (8,9%), sedangkan gaya belajar
kinestetik sebanyak 5 responden (6,3%), gaya belajar visual dan auditorial
sebanyak 12 responden (15,2%), gaya belajar visual dan kinestetik sebanyak 4
responden (5,1%), gaya belajar auditoril dan kinestetik sebanyak 2 responden
(2,5%), gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik sebanyak 8 responden
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan gaya belajar anak di
Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung (n=79)
Gaya Belajar Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Visual 41 51,9
2. Auditorial 7 8,9
3. Kinestetik 5 6,3
4. Visual dan auditorial 12 15,2
5. Visual dan kinestetik 4 5,1
6. Auditorial dan kinestetik 2 2,5
7. Visual, auditorial dan kinestetik.
8 10,1
5.2 Pembahasan
Dalam pembahasan ini peneliti mencoba untuk menjawab pertanyaan
penelitian yaitu bagaimana peran keluarga dan gaya belajar anak usia sekolah di
Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.
5.2.1 Peran Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 57 responden (72,2%)
diperoleh hasil bahwa peran keluarga berada dalam kategori baik. Menurut
penelitian Hasbullah (1999) lingkungan keluarga sebagai lingkungan yang utama
karena di lingkungan inilah anak pertama kali mendapatkan pendidikan dan
bimbingan yang sebagian besar dari kehidupan anak adalah didalam keluarga.
Sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah didalam
keluarga. Cara mendidik dalam keluarga mempengaruhi reaksi anak terhadap
lingkungan. Tingkat pendidikan orang tua akan berpengaruh pada pola pikir dan
maka akan memperluas dan melengkapi pola berfikir dalam pendidikan anak.
Sehingga dapat mengantarkan anak pada tahap perkembangan sesuai dengan
pertambahan usia dan tugas perkembangan secara optimal (Arysetyono, 2009).
Perhatian yang diberikan oleh keluarga pada anak akan memberikan semangat
terhadap masa depan anak. Sehingga anak dapat memperoleh suatu harapan untuk
mencapai tujuan hidupnya dalam melaksanakan apa yang menjadi keinginanya
(Suraji, 2006 dalam penelitian Wahyuningtias, 2010).
Menurut Sandoro (2005) kepedulian orang tua terhadap perilaku belajar anak
bahwa perilaku belajar yang baik dapat ditempuh dengan meningkatkan
kepedulian orang tua terhadap anak. Peranan orang tua yang sangat tinggi
menentukan pretasi belajar anak, dalam hal ini orang tua yang selalu
memperhatikan pendidikan anak akan memenuhi kebutuhan belajar anak.
Perhatian tersebut dapat berbentuk penyedia fasilitas belajar, bimbingan belajar
dirumah baik secara langsung atau tidak langsung. Orang tua yang memberikan
perhatian tinggi pada kebutuhan pendidikan anak akan mencapai prestasi belajar
yang baik (Tilaar, 1999).
Orang tua harus menyediakan waktu untuk mendampingi anak-anaknya. Pada
waktu yang demikian anak-anak diberikan pengarahan dan nasehat, yang
bertujuan untuk meningkatkan motivasi untuk belajar lebih giat dan lebih
semangat. Menurut penelitian Nugraha (2011) pengalaman belajar yang terjadi
dalam keluarga merupakan pengalaman yang paling utama dan paling penting
membawa manfaat bagi dirinya. Setiap anak memiliki tahap perkembangan yang
berbeda sehingga keluarga sangat berarti bagi perkembangan anak. Peran yang
dapat diberikan oleh keluarga dalam proses belajar anak sehingga berkembang
secara optimal yaitu memberi kasih sayang, perhatian, memberi semangat dan
dorongan, memfasilitasi, memberi rasa hormat, mengenalkan apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan oleh anak.
Peran keluarga sebagai penyedia fasilitas belajar salah satunya adalah
keluarga membelikkan buku dan alat tulis untuk belajar anak, dan menyediakan
ruangan untuk belajar anak. Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan
belajar anak sehingga kebutuhan anak akan terpenuhi. Anak dapat belajar dengan
baik apabila kebutuhan internal terpenuhi salah satunya adalah kebutuhan
fisiologis yaitu kebutuhan akan makan, minum, tidur, istirahat dan kesehatan
sehingga anak dapat belajar secara optimal. Oleh karena itu pengertian keluarga
dapat memotivasi anak agar belajar dan menanyakan kesulitan yang dialami anak
selama di sekolah (Slameto, 2003).
5.2.2 Gaya belajar
Gaya belajar adalah cara yang dilakukan untuk menyerap informasi dengan
mudah, mengatur dan mengelolah informasi tersebut. Sehingga dapat mengambil
langkah-langkah untuk membantu agar belajar lebih cepat dan mudah (Deporter,
2000). Gaya belajar menurut Kolb (1984, dalam penelitian Dianrafika, 2009)
adalah cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dalam
konsentrasi maka situasi dan kondisi untuk berkonsentrasi sangat berhubungan
dengan gaya belajar. Apabila setiap individu dapat mengelola pada kondisi apa,
dimana, kapan dan bagaimana gaya belajarnya , maka belajar akan lebih efektif
dan efisien sehingga prestasi belajar lebih tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian tentang gaya belajar bahwa sebanyak 41
responden (51,9%) dengan gaya belajar visual. Anak dengan gaya belajar visual
lebih mudah mengingat dengan hal-hal yang dapat dilihat, anak belajar dengan
variasi warna dan gambar untuk membantu anak dalam menerima dan mengelolah
informasi yang diperoleh anak. Menurut Levie (2004, dalam penelitian Bulkis,
2008) mengatakan bahwa belajar melalui gaya belajar visual memberikan hasil
yang lebih baik untuk mengingat, mengenali dan menghubungkan fakta dengan
konsep. Selain itu menurut Arsyad (2004) mengatakan bahwa peroleh hasil
melalui gaya belajar visual 75%, dari yang didengar 13%, dan melaui indra lainya
12% . Menurut penelitian Balitbang Diknas (2008) mengatakan bahwa kita belajar
melalui yang dibaca sebanyak 10%, 20% dari mendengar, 30% dari yang dilihat,
95% dari mengucapkan apa yang sedang dilakukan dan mengajarkan pada orang
lain.
Menurut Deporter (2000) ada faktor-faktor yang mempengaruhi cara belajar
seseorang. Antara lain faktor fisik, emosional, sosiologis, baik dengan cahaya
yang terang, selain itu ada yang memilih figur otoriter seperti orang tua, guru atau
lebih memilih mengerjakannya sendiri yang paling efektif, menggunakan musik
Menurut Sugianto (2009) setiap keluarga dapat berpartisipasi dalam
mengamati gaya belajar masing-masing anak. Sehingga memberikan kontribusi
yang besar terhadap keberhasilan anak dalam menerima materi pelajaran secara
optimal. Keluarga dapat melakukan modifikasi gaya belajar anak agar mudah
diterima anak. Menurut Handayani (2004, dalam penelitian Dianrafika, 2009)
bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan keluarga agar anaknya memiliki
prestasi yang baik adalah dengan menemukan gaya belajar anak dan menerima
anak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Menurut Emirina (2009) kemunculan gaya belajar ditentukan oleh stimulus
yang diberikan oleh keluarga pada masing-masing indra anak. Anak yang sejak
kecil terbiasa dibacakan dongeng akan terbiasa untuk mengasa kemampuan
pendengaranya dan cepat merespon ucapan. Sehingga anak akan cenderung pada
gaya belajar auditorial. Sedangkan anak seorang pelukis yang sebagian waktunya
lebih terfokus mengamati detail-detail gambar orang tuanya akan memiliki gaya
belajar visual.
Menurut Deporter (2003) terdapat tiga gaya belajar yaitu gaya belajar visual,
auditorial, kinestetik. Gaya belajar visual belajar melalui apa yang dilihat, gaya
belajar auditorial dengan cara mendengar dan gaya belajar kinestetik belajar
dengan gerak, bekerja, dan menyentuh. Selain ketiga gaya belajar tersebut ada
gaya belajar campuran misalnya visual dan auditorial, visual dan kinestetik atau
gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik Meskipun sebagian besar orang
hampir setiap orang memiliki kecenderungan utama terhadap salah satu gaya
belajar yang berperan sebagai filter dalam pembelajaran
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran keluarga dalam proses belajar
anak usia sekolah yang paling banyak yaitu peran keluarga dalam kategori baik
(72,2 %).
6.1.2 Penelitian menunjukkan bahwa gaya belajar yang banyak dipilih anak usia
sekolah adalah gaya belajar visual (51,9%).
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Praktek Keperawatan
Diharapkan dalam praktek keperawatan dapat mengetahui peran keluarga dan
gaya belajar anak. Sehingga perlu memberikan penyuluhan dan konseling untuk
meningkatkan peran keluarga sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak dan
asuhan keperawatan yang komrehensif dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.
6.2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian dapat digunakan pendidikan keperawatan untuk mengetahui
peran keluarga dan gaya belajar anak sehingga dapat meningkatkan keterlibatan
keperawatan diharapakan dapat memberikan informasi baik dalam bentuk
penyuluhan berupa media cetak seperti leflet.
6.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai masukan bagi peneliti
selanjutnya tentang hubungan peran keluarga dan gaya belajar terhadap prestasi
belajar anak. Penelitian selanjutnya juga perlu melihat faktor-faktor lain yang
mempengaruhi anak untuk membantu mengoptimalkan peran keluarga sesuai
dengan tahap tumbuh kembang anak.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Asdi Mahasatya.
Arysetyono. (2009). Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Pola
Asuh Anak Pada Masyarakat Desa Campurejo Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. November 2011
Budiningsih, Asri. (2005). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya
Bulkis, l.(2008). Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia Pada Siswa Kelas V SD Pertiwi
Disamakan Makasar.
Pada tanggal 15 Februari 2012
Departemen Pendidikan Nasional Balitbang-Puslitjaknov 2008. Makalah
Pengembangan Model Pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif Untuk pendidikanDasar.http://puslitjaknov.org/data/file/2008/UNESA
Pengembangan Model Pembelajaran Ekspresi.. Dibuka Pada tanggal 8
januari 2012
DePorter, B & Hernacki, M. (2000). Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Dianrafika. (2009). Perbandingan Gaya Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar
Siswa.Diambil pad 12 November2011
Djamarah, S.B. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Emirina.(2009). Gaya Belajar Pada Anak. Diambil pada