• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Politik Dan Preperensi Partai Politik Dalam Pemilu Tahun 2004: Studi Di Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Komunikasi Politik Dan Preperensi Partai Politik Dalam Pemilu Tahun 2004: Studi Di Kabupaten Karo"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI POLITIK DAN PREPERENSI PARTAI

POLITIK DALAM PEMILU TAHUN 2004 : STUDI DI

KABUPATEN KARO

TESIS

Oleh

TAUFAN AGUNG GINTING

027024025/SP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KOMUNIKASI POLITIK DAN PREPERENSI PARTAI

POLITIK DALAM PEMILU TAHUN 2004: STUDI DI

KABUPATEN KARO

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) dalam Program Studi Pembangunan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

OLEH

TAUFAN AGUNG GINTING

027024025/SP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : KOMUNIKASI POLITIK DAN PREPERENSI PARTAI POLITIK DALAMPEMILU TAHUN 2004 STUDI : KABUPATEN KARO

Nama Mahasiswa : Taufan Agung Ginting Nomor Pokok : 027024025

Program Studi : Studi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Drs. Kariono, M.Si)

Ketua Anggota

(Drs. Henry Sitorus, MA)

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

(4)

Telah diuji pada Tanggal 2 Maret 2009

____________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs.Kariono, M.Si

Anggota : 1. Drs.Henry Sitorus, MA

2. Prof. Dr. Badaruddin, M.Si 3. Drs. Agus Suriadi, M.Si

(5)

PERNYATAAN

KOMUNIKASI POLITIK DAN PREPERENSI PARTAI

POLITIK DALAM PEMILU TAHUN 2004: STUDI DI KABUPATEN KARO

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh grlar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar perpustakaan.

Medan, Maret 2009 Penulis,

(6)

ABSTRAK

Partai politik yang memiliki strategi dan taktik yang mampu memikat hati kalangan pemilih atau kontituennya dapat meningkatkan besaran perolehan suaranya dalam setiap pemilu. Pemilih dalam memberikan suaranya dilandasi oleh preferensinya terhadap parpol maupun calon legeslatif yang dikenalnya. strategi yang lazim dikembangkan untuk pengenalan parpol komunikasi politik dalam bentuk sosialisasi, kampanye dan pendidikan politik. penelitian ini menggambarkan realitas komunikasi politik menjelang pemilu 2004 yang lalu yang menghasilkan DPRD Kabupaten Karo.

Dalam mencapai tujuan penelitian ini, maka data utama penelitian ini diperoleh melalui kajian deskriptif dengan metode survai terhadap 81 orang responden yang terpilih secara purposif di Kecamatan Berastagi dan Kabanjahe. Data sekunder penelitian didukung dari teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

Adapun kesimpulan hasil penelitian ini, yaitu : (1). Bentuk, subtansi dan media komunikasi politik yang dilakukan partai politik beserta pemilu tahun 2004 dalam berbagai bentuk dan saluran, serta media komunikasi berdampak pada konfigurasi partai politik di DPRD Kabupaten Karo, (2). Perubahan perilaku responden dalam memandang citra parpol memiliki hubungan dengan semakin rasionalnya basis pilihannya sebagai kontituen, dimana responden penelitian cenderung menilai program partai politik dan kinerja calon legeslatif sebelum pemilu 2004 sebagai bagian preferensi utamanya. (3). Peranan pesan pemberitaan dan iklan TV berkarakter audio-visual dan hu8bungan interpersonal melalui komunikasi langsung dalam bentuk tatap muka, dialog, dan diskusi serata berbagai bentuk kampanye, ternyata memiliki peran yang signifikan dalam mempengaruhi pengetahuan responden penelitian ini dalam memilih Parpol pada Pemilu 2004.

(7)

ABSTRACT

The political factions with strategi and attractive tactic fow constituents can increase the number of vote in each general election. The constituent to give their vote is based on their preference on political factions or legislative candidate whom they know. The typical strategies developed for introduction of political factions including political communication. Socialization campaign and political education. This research described the reality of political communication toward the 1994 general election ago leading to the regional representative board of Karo District.

To achieve the objective of this research, the prmary data of research was gained through survey descriptive assessment on 81 respondents selected purposivevely in subdistricts of Berastagi and Kabanjahe. The secondary data was support by technic of observation, interview, and documentation study.

This research concluded that : (1). Type, substance, and political communication media used in general election 2004 indicated significant impact on configuration of political factions in regional representative board of Karo district, (2). The change in responden behavior view the political factions image has a correlation with the more rational of election basis as constituent, in which the respondents of research tended to value the programs of political factions and performance of legislative candidates before general election 2004 as their main preference. (3). The role of information dissemination, news, and advertising via TV, audiovisual and interpersonal relation ship via communication and face-to-face dialoque, and discussion of various campaign strategies, really has a significant effect in influenting the respondent’s knowledge of this research in selecting the political faction in general election 2004.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan yang Maha Kuasa, atas Kasih

karunianya, maka penulis dapat menyelesaiak tesis ini untuk memenuhi persyaratan

dalam memperoleh gelar Magister Studi Pembangunan dari Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul tesis ini adalah “KOMUNIKASI POLITIK DAN

PREPERENSI PARTAI POLITIK DALAM PEMILU TAHUN 2004: STUDI DI

KABUPATEN KARO”. Dalam menyelesaikan tesis ini, penulis banyak memperoleh

bantuan dalam wujud ide, moril, dan materil, motivasi baik secara langsung maupun

tidak langsung. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini, penulis menyampaikan

terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A (K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, dan Bapak Drs. Agus Suriadi,

MSi, selaku Ketua dan Sekretaris Program Magíster Studi Pembangunan

Universitas Sumatera Utara, dengan tanggungjawab kepemimpinan dan

pengayomannya, telah menguatkan semangat dan motivasi kepada penulis

(9)

menyelesaikan program Magíster Studi Pembangunan USU. Demikian

halnya, penulis turut menyampaikan penghargaan kepada Bapak Prof.

Subhilhar Ph.D., yang andil memberi motivasi dan meluangkang waktu

untuk berdiskusi dalam menuntaskan pendidikan pascasarjana yang

penulis ikuti.

4. Bapak Drs. Karyono, MSi dan Bapak Drs. Henry Sitorus, MSi, selaku

Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing, yang telah menyediakan waktu

dan pikiran dalam memberikan arahan konsep, metodologi dan

saran-saran demi terpenuhinya tulisan ini sesuai dengan kriteria karya ilmiah

yang dikategorikan tesis Magíster Studi Pembangunan USU.

5. Bapak Prof. Dr. Badaruddin dan Bapak Drs. Agus Suriadi, Msi, selaku

Komisi Pembanding, dimana berbagai masukan dan kritik konstruktif

berguna sebagai bahan utama dalam penyempurnaan tesis ini.

6. Ayahanda terhormat Alm. Simpang Ginting dan Ibunda terkasih Tuhu Br

Bangun, yang telah memberi kasih sayang yang tulus untuk membesarkan,

menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme sebagai bekal

filsafat hidup, politik, dalam berbangsa dan bernegara.

7. Istriku tercinta Alemina Br Bangun, SPd, dan putriku Srikandi Megasari

Br Ginting, dimana berkat kasih sayang, dorongan, motivasi dan

kesabarannya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan studi,

(10)

mohon doa, cinta dan penyertaannya yang indah pada setiap saat hingga

keluarga kita dapat tetap harmonis dan menjadi kesukaan bagi orangtua,

kerabat, masyarakat dan bangsa, serta dapat memuliakan bagi Tuhan.

8. Mertuaku Alm. Alus Bangun, BA, Alm. Kenden Br Surbakti/Rasita Br

Surbakti, yang telah turut memberikan doa yang tulus dan dukungan yang

sangat berarti, sehingga penulis memperoleh tambahan kepercayaan diri

dalam melakoni profesi dan pekerjaan.

9. Bapak Camat Kabanjahe dan Camat Berastagi, yang telah membantu

mengijinkan sehingga data-data penelitian ini dapat dikumpulkan dari

sumber sekunder dan para responden yang merupakan masyarakat yang

dipimpinnya. Demikian pula pada responden yang telah menyediakan

waktu untuk wawancara dan perkenannya memberikan jawaban yang

bermanfaat sebagai data primer penelitian ini.

10.Adinda Dina, Iwan, dan Dadek, yang melayani penulis secara baik ketika

masa kuliah dan tapan penyelesaian akhir untuk urusan administrasi dan

komunikasi, semoga tetap kompak dan selalu memberikan pelayanan

terbaik untuk kemajuan dan jayanya program Studi Pembagunan USU ke

masa depan.

11.Pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan identitasnya secara

(11)

memberikan bantuan yang tak ternilai sumbangsihnya, untuk penyelesaian

studi penulis.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis memohon kritik dan saran

dari para pembaca untuk melengkapi paparan dan uraian dalam setiap bab tesis ini.

Selajutnya, penulis berharap tesis ini dapat bergunan bagi pengkayaan khasanah

keilmuan Studi Pembangunan. Atas segala perhatian dan bantuan yang telah

diberikan oleh semua kerabat, teman-teman, dan saudara-saudaraku, penulis

menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarrnya. Merdeka!!!

Tuhan Memberkati.

Medan, 2 Maret 2009

Hormat Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR GAMBAR... ix

BAB I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah... 1

1. 2. Perumusan Masalah... 3

1. 3. Tujuan Penelitian... 4

1. 4. Manfaat Penelitian... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Demokrasi dan Pemilu... 6

2.2. Pemilihan Umum yang Demokratis... 9

2.3. Prilaku Pemilih... 11

2.4. Partai Politik... 14

2.5. Fungsi Partai Politik ... 15

2.6. Komunikasi Politik... 18

2.6. Partisipasi Politik... 21

BABIII. METODE PENELITIAN 3. 1. Jenis Penelitian... 24

(13)

3. 3. Populasi dan Sampel Penelitian... 26

3. 4. Teknik Pengumpulan Data... 28

3. 5. Teknik Analisis Data... 29

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 31

4. 1. 1. Sekilas Kabupaten Karo... 31

4. 1. 2. Deskripsi Ringkas Kecamatan Berastagi dan Kabanjahe... 45

4. 2. Karakteristik Responden Penelitian... 49

4. 3. Kepemilikan Dan Akses Responden Terhadap Media Komunikasi…….. 56

4. 4. Partisipasi Reponden Dalam Organisasi Dan Politik... . 58

4. 5. Pengetahuan Responden Tentang Sistem Pemilu……… 61

4. 6. Bentuk Komunikasi Politik... 65

4. 7. Media Komunikasi Politik dan Kesiapan Memilih dalam Pemilu... 69

4. 8. Perubahan Perilaku Pemilih dalam Pemilu 2004... 70

4. 9. Partai Politik Pilihan Responden dalam Pemilu 2004……… 76

4. 10. Media Komunikasi dan Partai Politik Pilihan dalam Pemilu 2004... 79

4. 11. Penilaian Kinerja Parpol dan DPRD Karo Hasil Pemilu 2004... 82

4. 12. Proyeksi Pilihan Pemilih dalam Pemilu 2009 nanti... 86

BAB V. PENUTUP 5. 1. Kesimpulan... 88

5. 2. Saran-saran... 89

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Cakupan Informasi yang Dijaring dalam Penelitian... 26

2. Luas Wilayah, Jumlah Desa, Penduduk, Rumah Tangga per Kecamatan Kabupaten Karo, tahun 2006 dan 2007... 35 3. PDRB Kabupaten Karo menurut Lapangan Usaha atas dasar Harga Berlaku, keadaan tahun 2000-2005. (Jutaan Rupiah)... 40 4. Sebaran Responden berdasarkan Desa/Kelurahan dan Kecamatan…… 50

5. Karakteritik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Status Kawin,dan Agama yang dianut... 50 6. Suku Bangsa Responden………. 52

7. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Tinggal di Lokasi Penelitian……….. 53 8. Komposisi Tingkat Pendidikan Responden Bersadasarkan Kecamatan . 54 9. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan... 55

10. Komposisi Responden Berdasarkan Rata-rata Pendapatan Perbulan... 56

11. Kepemilikan Responden Atas TV dan Radio... 57

12. Prilaku Responden dalam Membaca Koran dan Majalah ... 58

13. Keikutsertaan Responden dalam Organisasi atau Perkumpulan... 59

14. Pengetahuan Responden tentang Tata Cara Pemberian Suara pada Pemilu 2004 lalu………..

63

15. Pentingnya Mengetahui Nama-nama caLon dan Latar Belakang Calon yang Diajukan oleh Partai Politik dalam Pemilihan Anggota DPR dan DPRD Propinsi Sumatera Utara dan DPRD Karo...

(15)

16. Informasi Mengenai Pemilu Tahun 2004, Partai Politik Peserta, Calon Anggota DPR dan DPRD, Calon Anggota DPD, Tata Cara Pencoblosan, Jadwal Pemilu dll...

66

17. Sumber Informasi dan Sosialisasi Mengenai Pemilu tahun 2004... 67

18. Media yang paling efektif menyebarkan informasi tentang Partai Politik peserta Pemilu 2004 lalu ...

68

19. Kesiapan Preferensi Responden Atas Partai Politik dan CALEG DPRD Karo yang akan Dipilih Sebelum sampai ke TPS pada Pemilu 2004 lalu………..

70

20. Alasan Responden Merasa tidak siap dengan Pilihan saat ke TPS pada Pemilu 2004 lalu...

70

21. Faktor yang Menyebabkan Bapak/Ibu memilih Anggota DPRD Kabupaten Karo pada Pemilu tahun 2004 lalu...

72

22. Komposisi Anggota DPRD Karo Periode 2004 – 2009 Berdasarkan Partai Politik dan Daerah Pemilihan Hasil Pemilu Tahun 2004...

73

23. Partai Politik yang dipilih Responden pada Pemilu 2004 lalu... 74

24. Partai Politik yang Dipilih Responden pada Pemilu 2009 nanti………. 75

25. Perolehan Suara Partai Politik di Kecamatan Berastagi dan Kabanjahe dalam Pemilu 2004...

76

26. Partai Politik yang Dipilih Berdasarkan Usia Responden pada Pemilu 2004...

77

27. Partai Politik yang Dipilih Berdasarkan Agama Responden pada Pemilu 2004...

78

28. Partai Politik yang Dipilih Berdasarkan Agama Responden pada Pemilu 2004...

79

29. Hubungan antara Media Komunikasi Politik dengan Partai Politik Pilihan dalam Pemilu 2004...

(16)

30. Symmetric Measures………. 81

31. Jumlah Keputusan DPRD Kabupaten Karo menurut Jenis Keputusan... 82

32. Partai Politik yang dapat Menyelasaikan dan Menangani Masalah Pemberantasan Korupsi...

84

33. Partai politik yang dapat Menyelasaikan dan Menangani Masalah Penanggulangan Krisis Ekonomi...

85

34. Partai politik yang dapat Menyelasaikan dan Menangani Masalah Penegakan Hukum...

85

(17)

ABSTRAK

Partai politik yang memiliki strategi dan taktik yang mampu memikat hati kalangan pemilih atau kontituennya dapat meningkatkan besaran perolehan suaranya dalam setiap pemilu. Pemilih dalam memberikan suaranya dilandasi oleh preferensinya terhadap parpol maupun calon legeslatif yang dikenalnya. strategi yang lazim dikembangkan untuk pengenalan parpol komunikasi politik dalam bentuk sosialisasi, kampanye dan pendidikan politik. penelitian ini menggambarkan realitas komunikasi politik menjelang pemilu 2004 yang lalu yang menghasilkan DPRD Kabupaten Karo.

Dalam mencapai tujuan penelitian ini, maka data utama penelitian ini diperoleh melalui kajian deskriptif dengan metode survai terhadap 81 orang responden yang terpilih secara purposif di Kecamatan Berastagi dan Kabanjahe. Data sekunder penelitian didukung dari teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

Adapun kesimpulan hasil penelitian ini, yaitu : (1). Bentuk, subtansi dan media komunikasi politik yang dilakukan partai politik beserta pemilu tahun 2004 dalam berbagai bentuk dan saluran, serta media komunikasi berdampak pada konfigurasi partai politik di DPRD Kabupaten Karo, (2). Perubahan perilaku responden dalam memandang citra parpol memiliki hubungan dengan semakin rasionalnya basis pilihannya sebagai kontituen, dimana responden penelitian cenderung menilai program partai politik dan kinerja calon legeslatif sebelum pemilu 2004 sebagai bagian preferensi utamanya. (3). Peranan pesan pemberitaan dan iklan TV berkarakter audio-visual dan hu8bungan interpersonal melalui komunikasi langsung dalam bentuk tatap muka, dialog, dan diskusi serata berbagai bentuk kampanye, ternyata memiliki peran yang signifikan dalam mempengaruhi pengetahuan responden penelitian ini dalam memilih Parpol pada Pemilu 2004.

(18)

ABSTRACT

The political factions with strategi and attractive tactic fow constituents can increase the number of vote in each general election. The constituent to give their vote is based on their preference on political factions or legislative candidate whom they know. The typical strategies developed for introduction of political factions including political communication. Socialization campaign and political education. This research described the reality of political communication toward the 1994 general election ago leading to the regional representative board of Karo District.

To achieve the objective of this research, the prmary data of research was gained through survey descriptive assessment on 81 respondents selected purposivevely in subdistricts of Berastagi and Kabanjahe. The secondary data was support by technic of observation, interview, and documentation study.

This research concluded that : (1). Type, substance, and political communication media used in general election 2004 indicated significant impact on configuration of political factions in regional representative board of Karo district, (2). The change in responden behavior view the political factions image has a correlation with the more rational of election basis as constituent, in which the respondents of research tended to value the programs of political factions and performance of legislative candidates before general election 2004 as their main preference. (3). The role of information dissemination, news, and advertising via TV, audiovisual and interpersonal relation ship via communication and face-to-face dialoque, and discussion of various campaign strategies, really has a significant effect in influenting the respondent’s knowledge of this research in selecting the political faction in general election 2004.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah

Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi

sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik

peserta Pemilu mengupayakan strategi dan taktik yang bertujuan untuk memperoleh

jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

calon pemilih agar partainyalah yang dipilih sehingga memenangkan Pemilu dan

menjadi partai politik mayoritas dalam parlemen. Manakala skema ini diparalelkan

dengan perspektif ekonomi politik baru, maka ketepatan memasarkan partai politik

dapat mendatangkan manfaat lebih yang terdeteksi dari besaran suara yang diperoleh

dalam Pemilu. Sejalan dengan pandangan ini, Riswandi (2009: 64) menjelaskan

bahwa partai politik ha rus memilih strategi yang sejalan dengan prinsip market

oriented, dimana suatu partai politik harus dapat membaca pasar, mampu menyusun

rangkain pesan-pesan politik yang dikemas yang menarik bagi para pemilih (voter)

berbasis komunitas, publik dan kepentingan. Dalam konteks ini, partai politik harus

menggeser apa yang merupakan kebutuhan (needs) dan kemauan (wants) kepada

hal-hal yang menyentuh seluruh kebutuhan lapisan masyarakat, yaitu adanya saluran

pendapat, terjaminnya sumber-sumber kehidupan yang mensejahterakan, misalnya

(20)

Bagaimanakah strategi adaptif yang ditempuh partai politik dalam memenuhi

tuntutan orientasi pasar dan publik? Menurut Harun dan Sumarno (2006) dapat

terjawab dari komunikasi politik yang dilakukan oleh partai politik. Memang

propaganda, kampanye, dan sosialisasi politik merupakan kegiatan komunikasi massa

yang biasa dipilih oleh politisi dan memiliki pengaruh terhadap perolehan suara

dalam Pemilu, namun tindakan tersebut akan lebih signifikan hasilnya bila

komunikasi politik ditempuh melalui pendidikan politik dan pemasran partai politik.

Sebaliknya kesadaran masyarakat sebagai pemilik suara (voter) dalam

menyumbangkan suaranya dalam Pemilu mencerminkan tingkat partisipasi politiknya

yang aktif. Menjatuhkan pilihan pada partai politik tertentu, merupakan keputusan

yang dilandasi faktor motivasi yang dapat bersumber dari dalam interpretasi diri

sendiri, dan dapat pula dipengaruhi oleh aktivitas komunikasi politik yang telah

dilakukan oleh partai politik. Pengalaman warga dalam mengakses layanan publik

dapat mempengaruhi pola ekspresi pemilih terhadap identifikasi parpol pilihan atau

berafiliasinya dalam partai politik.

Pemilu legislatif tahun 2004 yang lalu, yang terselenggara tanggal 5 April

2004 dengan sistem proporsional terbuka yang berpedoman pada UU Nomor 12

tahun 2003 merupakan Pemilu yang diselenggarakan untuk menghasilkan DPR,

DPRD Propinsi, DPRD Kabupaten Kota dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD)-RI.

Penilaian pemilih terhadap pola akomodasi kepentingan rakyat terhadap legislatif

(21)

terhadap kecenderungan pilihannya atas parpol peserta Pemilu tahun 2004. Karena

itu, penelitian ini ingin mengetahui bagaimana perilaku pemilih (dan calon pemilih)

serta preferensinya terhadap partai politik yang dipilih pada pemilu 2004 lalu.

Masyarakat Kabupaten Tanah Karo yang terdaftar sebagai pemilih melalui

Sistem P4B (Pendaftaran Pemilih dan Penduduk Berkelanjutan) dipandang memiliki

persepsi yang berbeda dalam mengapresiasi Pemilu 2004. Komunikasi politik yang

dilakukan partai politik dan kandidat legislatif (Caleg) dalam berbagai bentuk dan

saluran, serta media komunikasi mempengaruhi tingkat pemahaman pemilih yang

berada di dua Kabupaten Karto atas makna Pemilu dan persepsinya terhadap partai

politik. Pola komunikasi politik yang dikembangkan oleh partai politik yang berada

di Kabupaten Karo dapat pula mempengaruhi pandangan pemilih dan

kepercayaannya untuk keterwakilan kedaulatannya yang direfeksikan dari partai

politik yang dipilihnya, yang selanjutnya memiliki dampak ikutan terhadap

konfigurasi partai politik yang mendudukkan wakil-wakilnya di DPRD Kabupaten

Karo berdasarkan hasil Pemilu 2004 lalu.

1. 2. Perumusan Masalah

Dari paparan diatas, yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah:

1. Bagaimakah bentuk, metode, dan saluran komunikasi politik yang

dilaksanakan oleh partai politik dalam mempengaruhi konstituen politiknya

(22)

2. Apakah ragam komunikasi politik yang dilakukan oleh partai politik pada

konstituennya mempengaruhi preferensi partai politik yang dipilih masyarakat

Kabupaten Karo dalam Pemilu tahun 2004 lalu?

3. Apakah basis konfigurasi partai politik dalam struktur legislatif Kabupaten

Karo merupakan cerminan dari pola komunikasi politik yang efektif?

1. 3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan teoritik penelitian ini terkait dengan:

1. Untuk menggambarkan bentuk, metode, dan saluran komunikasi partai politik

yang dilaksanakan dalam Pemilu tahun 2004 yang lalu.

2. Untuk menguji pengaruh ragam komunikasi politik terhadap preferensi dan

prilaku pemilih dalam Pemilu tahun 2004 di Kabupaten.

3. Untuk menggambarkan perbedaan elemen basis yang membangun struktur

DPRD Kabupaten Karo periode tahun 2004 - 2009.

1. 4. Manfaat Penelitian

Adapun signifikansi penelitian ini, sebagai:

1. Referensi mengenai fungsi komunikasi politik berbasis evaluasi proses

Pemilu tahun 2004 di tingkat DPRD Kabupaten/Kota, khususnya dokumen

yang menggambarkan kondisi kecenderungan partisipasi politik konstituen di

(23)

2. Data utama mengenai gambaran pandangan dan harapan pemilih serta agenda

lokal dan isu-isu strategis berbasis pemilih dan parpol peserta pemilu dalam

rangka mengartikulasikan kepentingan konstituen untuk diakomodir oleh

DPRD Kabupaten Karo dalam berbagai program dan rencana kebijakan

pemerintah Kabupaten Karo dalam menyongsong Pemilu 2009 nanti.

3. Karya akademik dalam bentuk Tesis penelitian untuk memperoleh gelar

Magister Studi Pembangunan dari Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Konsep Demokrasi dan Pemilu

Demokrasi dan pemilu sering disederhanakan sebagai dua hal yang sama. Ada

klaim bahwa sebuah negara dikatakan demokratis manakala telah dilaksanakannya

pemilu di negara tersebut. Padahal demokrasi tidak identik dengan pemilu, meskipun

keduanya tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Tidak ada demokrasi tanpa

pemilu, tetapi diselenggarakannya pemilu bukanlah indikasi dari demokrasi.

Kata demokrasi yang dalam bahasa Inggrisnya democracy berasal dari bahasa

Perancis democratie yang baru dikenal abad ke 16, yang dirujuk dari bahasa Yunani

(Greek) demokratia yang berasal dari kata demos berarti rakyat (people) dan kratos

berarti tatanan (rule) (Held, 1996: 1).Saat ini, demokrasi identik dengan legitimasi

kehidupan politik modern, walaupun makna demokrasi menunjukkan moden yang

sangat beragamannya dan luas, mulai dari pemerintah bervisi teknokrat sampai pada

konsepsi kehidupan sosial yang ditandai oleh ektensifnya partisipasi politik.

Demokrasi merupakan sebuah konsep yang berarti pemerintahan dimana

kekuasaan tertinggi (atau kedaulatan) ada di tangan rakyat atau sering juga dikatakan

bahwa demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat atau pemerintahan mayoritas.

Salah satu definisi demokrasi yang paling umum, bahwa demokrasi adalah

(25)

dijalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih di bawah

sistem pemilihan bebas. (USIS, tanpa tahun: 4). Dari batasan ini, tampak beberapa

unsur penting ciri demokrasi, di antaranya adanya unsur kekuasan yang dilaksanakan

secara langsung atau melalui perwakilan, kedaulatan di tangan rakyat, sistem

pemilihan yang bebas. Prinsip kedaulatan rakyat dan kebebasan sangat penting dalam

konsepsi tersebut di atas. Selain prinsip-prinsip maka demokrasi juga mengandung

unsur seperangkat praktek dan prosedur dari sebuah proses pelembagaan kebebasan

yang panjang dan berliku (USIS, hal.4-5).

Dari prakteknya, maka demokrasi dapat dibedakan atas dua bentuk: langsung

dan tidak langsung (sering disebut ‘demokrasi perwakilan’). Demokrasi langsung

adalah sistem demokrasi yang semua warga biasanya aktif terlibat di dalam

pembuatan keputusan-keputusan atau kebijakan-kebijakan yang dihasilkan oleh

negara; mereka tidak mewakilkan pandangan, pikiran, atau kepentingan mereka pada

orang lain yang mengatas namakan mereka. Demokrasi langsung adalah yang paling

tua atau lebih dikenal sebagai demokrasi masa Yunani kuno atau demokrasi Athena.

Demokrasi model ini biasanya dilaksanakan dalam sebuah negara yang kecil dan

dengan penduduk yang jumlahnya kecil. Sedangkan demokrasi tidak langsung

bersifat lebih umum dan diberlakukan oleh banyak negara modern saat ini. Jumlah

penduduk yang besar dan wilayah negara yang sangat luas menyebabkan lebih

dipilihnya model demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan ini. Dalam

(26)

keputusan atau kebijakan politik, merumuskan undang-undang dan menjalankan

program untuk kepentingan umum atas nama mereka. Warga mewakilkan

kepentingan, aspirasi, pikiran, atau pandangan mereka pada para anggota dewan,

pemimpin atau pejabat yang mereka pilih melalui pemilu. Dengan demikian

kewenangan yang dimiliki oleh penguasa atau pemerintah baik untuk membuat

keputusan atau kebijakan pemerintah dan untuk melaksanakannya diperoleh

berdasarkan persetujuan warganya yang diberikan melalui pemilu.

Pemilu merupakan mekanisme memilih wakil-wakil atau pejabat-pejabat yang

akan mengatas namakan rakyat dalam melaksanakan tugas-tugas mereka. Dengan

kata lain ketika warga memilih wakil-wakil atau pejabat-pejabat untuk mewakili

mereka di dalam pemilu maka warga sekaligus memberikan mandat pada para wakil

dan pejabat tersebut untuk, atas nama rakyat, membuat dan mengambil keputusan

atau kebijakan dan melaksanakan program untuk kepentingan mereka. Untuk

memperoleh wakil atau pejabat yang absah mengatas namakan rakyat maka

pemilihan harus demokratis.

Untuk Indonesia, sejak masa pergolakan politik dalam rangka pencapaian

kemerdekaan, para pendiri negara memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam

menetukan pemikiran politik yang melandasi praktek-praktek kenegaraan dan

demokrasi. Secara historis, pelaksanaan (orde) demokrasi di Indonesia telah

(27)

demokrasi terpimpin (1959-1966), dan demokrasi Pancasila (1966-1997), dan

demokrasi pasca ode baru (1998 – sekarang).

2. 2. Pemilihan Umum yang Demokratis

Beberapa kriteria musti dipenuhi agar pemilu dapat disebut demokratis (USIS,

annotated: 16-17). Pertama, pemilu harus kompetitif. Ini artinya pemilu harus diikuti

oleh beberapa partai politik yang bebas dan otonom. Partai yang berkuasa maupun

partai-partai oposisi memperoleh hak-hak politik yang sama seperti kebebasan

berbicara, mengeluarkan pendapat, berkumpul, bergerak, atau mengkritisi

program-program yang diajukan oleh partai-partai lain. Partai oposisi juga dapat melakukan

kritik secara terbuka mengenai pemerintah, kebijakan-kebijakan yang dijalankan oleh

pemerintah, bahkan mengenai ideologi (partai-partai lain) sekalipun. Kedua, pemilu

harus diselenggarakan secara berkala. Ini artinya pemilihan harus diselenggarakan

secara teratur dengan jarak waktu yang jelas, misalnya setiap empat, lima, atau tujuh

tahun sekali. Pemilihan berkala merupakan sebuah mekanisme lewat mana pejabat

yang terpilih bertanggungjawab pada para pemilihnya dan memperbarui mandat yang

diterimanya pada pemilihan yang lalu. Pemilih dapat memilih kembali pejabat yang

bersangkutan jika cukup puas dengan kerja selama masa jabatannya, tetapi dapat juga

menggantinya dengan kandidat lain yang dianggap lebih mampu, lebih

bertanggungjawab, lebih mewakili kepentingan, suara atau aspirasi mereka. Selain itu

(28)

dapat memperbaiki diri dan mempersiapkan diri lagi untuk bersaing dalam pemilu

berikut. Ketiga, pemilihan haruslah inklusif. Ini artinya tidak boleh ada orang atau

kelompok orang (dengan dasar pengelompokan apapun misalnya ras, suku, jenis

kelamin, lokalitas, kondisi fisik, aliran ideologis, dsb.) yang dapat diabaikan haknya

sebagai pemilih ataupun dipilih. Semua warga negara dari kelompok manapun berhak

untuk ikutserta dalam pemilu sehingga hasil pemilu dapat merefleksikan kondisi

keaneka-ragaman dan perbedaan-perbedaan yang terdapat di dalam masyarakat.

Keempat, pejabat, pemimpin, atau wakil-wakil yang dihasilkan lewat pemilu haruslah

definitif. Ini artinya mereka yang terpilih dalam pemilu memegang kekuasaan yang

sesungguhnya, bukan sekedar lambang atau semata-mata pemimpin atau pejabat

boneka.

Dua hal penting lain tentang pemilihan yang perlu diperhatikan dalam

demokrasi. Pertama, pemilihan mestinya tidak terbatas pada memilih kandidat saja.

Pemilihan dapat juga diselenggarakan untuk memutuskan sebuah kebijakan ataupun

pilihan politik yang krusial atau kontroversial yang dihadapi oleh sebuah

pemerintahan di sebuah negara. Pemilihan dimana pemilih diminta untuk membuat

keputusan sedemikian disebut referendum. Salah satu contoh referendum yang pernah

dilakukan di Timor Timur, dimana rakyat Timor Timur diminta untuk memutuskan

apakah mereka akan tetap bergabung dengan Indonesia atau melepaskan diri lalu

memerdekakan sebagai suatu Negara baru. Kedua, pemilihan yang demokratis

(29)

kelompok-kelompok dapat bersaing secara fair dan terbuka. Yang kalah dapat menerima

kekalahan dengan kerelaan, menerima hasil pemilihan dengan besar hati, dan

mentolerir keberadaan saingannya dalam posisi atau jabatan yang diperebutkan

melalui pemilu. Kelompok yang kalah bisa menjadi oposisi yang setia; dan kesetiaan

mereka ditujukan “… pada keabsahan fundamental negara dan pada proses demokrasi

itu sendiri”. (USIS: 17)

Selanjutnya hasil Pemilu yang demokratis menggambarkan pemenang yang

tidak meniadakan atau menindas kelompok yang dikalahkannya. Kelompok yang

menang harus dapat mentolerir keberadaan dan mengakui peran-peran dari

orang-orang atau kelompok-kelompok yang dikalahkannya. Untuk menciptakan suasana

sedemikian maka pemilu harus dilaksanakan secara bebas, jurdil, dan akuntabel.

Pemilihan umum berkala memungkinkan kelompok-kelompok yang kalah dan yang

menang untuk kembali bersaing memenangkan mandat rakyat untuk memimpin atau

memerintah pada periode berikutnya.

2. 3. Prilaku Pemilih

Beragam fenomena politik dapat dilihat dengan menggunakan pendekatan

tingkah laku (behavioral approach). Pendekatan ini bersumber dari premis yang

menyatakan bahwa persoalan dasar organisasi politik dan pemerintah adalah tingkah

(30)

Salah satu aspek tingkah laku politik itu adalah tingkah laku pemilih, yang

khusus membahas tingkah laku individual warga negara dalam hubungannya dengan

kegiatan pemilihan umum. Persoalan ini menyangkut serangkaian kegiatan untuk

membuat keputusan apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum dan

kalau memutuskan untuk memilih apakah memilih partai atau kandidat X ataukah

partai atau kandidat Y. Persoalan memilih dan tidak memilih merupakan hak seorang

warga negara. Di Indonesia hak memilih dikenal dengan hak pilih aktif yakni hak

yang dimiliki seseorang untuk ikut dalam memberikan suara pada saat pemilihan

umum. Memilih dan tidak memilih juga dapat dikatergorikan sebagai partisipasi

politik sepanjang kegiatan itu dilakukan secara sadar.

Untuk melihat bagaimana sikap masyarakat terhadap suatu partai politik, ataupun

melihat kecenderungan seseorang untuk memilih salah satu partai politik yang ada,

kita dapat melihatnya dari beberapa pendekatan. Adapun pendekatan tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Pendekatan Struktural

Pendekatan ini menekankan bahwa kegiatan memilih terjadi dalam konteks yang

lebih luas, seperti struktur sosial, sistem partai, peraturan pemilu, dan lain-lain. Dasar

struktur sosial yang menjadi sumber pengkotakan politikk dapat berupa kelas sosial

atau perbedaan-perbedaan majikan dengan buruh, desa-kota, bahasa dan

nasionalisme. Partai Republik di Amerika, misalnya, basisnya adalah masyarakat

(31)

2. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan ini melihat kegiatan memilih dalam keterkaitan individual dengan

struktur sosial. Dapat dikatakan pilihan seseorang sangat dipengaruhi beberapa faktor

seperti: demografi, jenis kelamin, kelas sosial, pendidikan, penghasilan, dan lain-lain.

3. Pendekatan Ekologis

Pendekatan ini melihat bahwa faktor ekologis seperti daerah berpengaruh

terhadap tingkah laku politik seseorang. Alat analisis yang diperlukan adalah statistik

untuk melihat hubungan pemilih dengan perumahan penduduk, daerah atau keadaan

alam (desa-kota).

4. Pendekatan Psikologi Sosial.

Pendekatan ini melihat faktor psikologis yang melatarbelakangi pilihan

seseorang. Konsep yang ditawarkan adalah identifikasi partai. Konsep ini mengacu

kepada proses pemilihan melalui mana seseorang merasa dekat dengan salah satu

partai. Salah satu variabel yang banyak ditawarkan oleh pendekatan ini adalah

identifikasi partai. Identifikasi partai ini diartikan sebagai perasaan yang dekat dan

rasa memiliki dari seseorang kepada salah satu partai politik.

5. Pendekatan Rasional

Pendekatan ini merupakan pinjaman dari konsep ilmu ekonomi, di mana pilihan

(32)

2. 4. Partai Politik

Partai politik merupakan salah satu kekuatan politik kontemporer yang harus

ada dalam negara yang demokratis dan modern1

Selain itu, Sigmund Neumann (dalam Budiarjo: 1988) membatasi pengertian

partai politik sebagai organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku politik . Peran dan fungsi partai politik dapat

mewarnai penjalanan suatu bangsa. Sebagai organisasi, partai politik yang ideal

mampu memobilisasi dan mengaktifkan rakyat, merupakan perwakilan kepentingan,

memberikan jalan kompromi karena perbedaan prinsip dan pandangan terhadap

imbas keputusan, serta menyediakan sarana suksesi kepemimpinan politik seacra

abash (legitimate) dan damai (Amal, 1988: xi). Pengertian partai politik beragam

yang pada dasarnya didefinisikan oleh ahli politik terkait dengan esensi, fungsi,

ideologi, dan tujuannya. Miriam Budiarjo (1998:16). mendefinisikan partai politik

sebagai suatu kelompok yang terorganisir, yang anggota-anggotanya mempunyai

orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Selain itu, menurut Sukarna (1992:57)

partai politik adalah sekelompok orang-orang yang terorganisasikan didalam suatu

organisasi formal yang bertujuan untuk menguasai negara dan mempertahankan

kedudukan kekuasaan di dalam negara baik dengan cara legal yaitu melalui Pemilu

ataupun dengan cara illegal melalui revolusi atau kudeta (coup d’etat) atau

perampasan kekuasaan.

1

(33)

yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya pada

menguasai kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan

rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan berbeda-beda.

Dengan demikian partai politik merupakan perantara besar yang menghubungkan

kekuatan-kekuatan dan ideologi sosial dengan lembaga-lembaga pemerintahan yang

resmi dan yang mengkaitkannya dengan aksi politik di dalam masyarakat politik yang

lebih luas.

Pengertian partai politik dapat pula mengggambarkan basis sosiologis suatu

partai yaitu ideologi dan kepentingan yang diarahkan pada usaha-usaha untuk

memperoleh kekuasaan, seperti pandangan Mark Hagopian (dalam Amal, 1988) yang

merumuskan partai politik sebagai suatu organisasi yang dibentuk untuk

mempengaruhi bentuk dan karakter kebijaksaan publik dalam kerangka

prinsip-prinsip dan kepentingan ideologis tertentu melalui praktek-praktek kekuasaan secara

langsung atau partisipasi rakyat dalam pemilihan.

2. 5. Fungsi Partai Politik

Pada dasarnya fungsi partai politik berbentuk representasi (perwakilan),

konversi dan agregasi, integrasi (partisipasi, sosialisasi, mobilisasi), persuasi, represi,

rekrutmen, dan pemilihan pemimpin, pertimbangan-pertimbangan dan perumusan

kebijaksanaan, serta kontrol terhadap pemerintah. Representasi merupakan ekspresi

(34)

menggambarkan partai sebagai sarana atau institusi yang dapat mengekspresikan

kepentingan-kepentingan secara langsung dari kelompok, kelas, dan golongan

masyarakat tertentu yang merupakan basis pendukungnya. Tapi yang paling kerap

dilakukan oleh partai di Indonesia sekarang ini partai berperan sebagai perantara

(brokerage) yang terjadi karena adanya beda kepentingan dan pendapat dicapai

secara kompromi.

Konversi dan agregasi merupakan varian dari fungsi representasi dan

perantara. Konversi dan agregasi diartikan manakala partai dapat melakukan

transformasi dari bahan-bahan mentah politik berupa kepentingan dan tuntutan

menjadi kebijaksanaan dan keputusan. Sosialisasi adalah proses, dimana kumpulan

norma-norma, nilai-nilai, pandangan, ideologi dari partai dan sistem politik

ditansmisikan (ditularkan) kepada orang-orang yang lebih muda. Mobilisasi adalah

variasi ekstrem dari sosialisasi, yaitu partai berusaha memasukkan secara cepat

sejumlah besar orang yang sebelumnya berada diluar sistem, termasuk yang apatis,

terasing, tidak tahu-menahu, tidak tertarik, takut, ke dalam sistem untuk

mengamankan kepentingan dan dukungan massa. Partisipasi terletak diantara

sosialisasi dan mobilisasi yang berarti partai terbuka untuk semua pihak sebagai

medium ekspresi kepentingan dan partisipasi untuk memilih pemimpin, menetapkan

kebijaksanaan dan sikap. Keberhasilan sosialisasi merupakan paskakondisi

(35)

Persuasi merupakan kegiatan partai yang dikaitkan dengan pembangunan dan

pengajuan usul-usul kebijaksanaan agar memperoleh dukungan seluas mungkin bagai

kegiatan-kegiatan tersebut. Semua media komunikasi bebas untuk digunakan oleh

semua partai dengan tujuan dapat mengajukan pendapat secara bebas pula. Represi

merupakan kebalikan dari persuasi, dimana partai melalui pemerintah atau secara

langsung mengenakan sanksi kepada anggota atau bukan, mengendalikan asosiasi dan

partai lain, membentuk pikiran dan loyalitas anggota dengan cara tidak mengijinkan

adanya oposisi, dan menghukum pihak oposisi dan pembangkang. Partai yang

cenderung melakukan mobilisasi biasanya berkaitan dengan tindakan represi ini.

Rekrutmen pengertian luas bukan hanya pendaftaran, seleksi dan penetapan anggota

partai termasuk juga latihan (training) dan persiapan untuk kepemimpinan yang

terbuka untuk masyarakat untuk menduduki posisi dalam partai, legislatif dan

pemerintahan.

Fungsi partai lain adalah membuat pertimbangan untuk berbagai perumusan

kebijaksanaan yang dilakukan melalui berbagai kesempatan yang melibatkan partai

politik secara langsung ataupun tidak sehubungan dengan kepentingan dan tuntutan

dari masyarakat, anggota partai maupun partai lainnya. Selain itu, fungsi kontrol

merupakan ukuran sikap partai tersebut manakala merupakan kekuatan politik

terbesar atau bukan yang membangun pemerintahan dan struktur legislatif. Tetapi

bagaimanapun komposisinya dalam pemerintahan dan legislative, seharusnyalah

(36)

yang akhirnya menunjukkan dukungannya terhadap pemilihan pemimpin

pemerintahan dan legislative. Selanjutnya, Miriam Budiarjo (1998) menyatakan

bahwa untuk negara demokratis, bahwa salah satu fungsi partai politik adalah sebagai

sarana komunikasi politik.

2. 6. Komunikasi Politik

Untuk sampai pada definisi komunikasi politik, maka kita harus memahami

terlebih dulu pengertian komunikasi dan politik secara terpisah.

Dalam tataran makro, komunikasi menurut Littlejohn (2002:3) merupakan

sesuatu yang disebarkan, penting, aspek yang kompleks dari hidup manusia.

Komunikasi manusia melayani segala sesuatu, merupakan hal yang universal, sebuah

proses interaksi kita dengan orang lain dalam bentuk pesan-pesan dari orang yang

belum pernah kita ketahui, orang hidup, dan penyampai pesan yang dekat maupun

jauh. Theodorson & Theodorson mengartikan batasan komunikasi sebagai kegiatan

transmisi informasi, ide-ide, sikap atau pernyataan emosional dari satu orang atau

kelompok yang disampaikan ke pihak lain, terutama melalui simbol-simbol tertentu

(Ruslan, 2003:89). Jane Pauley (dalam Liliweri: 2004: 7) menyatakan bahwa dalam

definisi komunikasi ada tiga komponen yaitu; (1) transmisi informasi (2) transmisi

pengertian, (3) menggunakan simbol-simbol yang sama. Esensi tematik komunikasi

diantaranya adanya pengirim (communicators) , media saluran (channels),

(37)

hubungan (mutually relationships), dan kadangkala berlanjut pada adaya saling aksi

dalam bentuk kontak fisik, kerjasama dalam tindakan, dan atau sebaliknya efek dari

komunikasi dapat menampakkan proses sosial yang bersifat kompetisi, akomodasi

bahkan konflik.

Dalam tataran mikro, maka komunikasi sesungguhnya merupakan

penggunaan simbol-simbol dalam interaksi sosial. Pemikiran para teoritisi

interaksionisme simbolik mendefinikan simbol sebagai sesuatu yang nilai atau

maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya (Sunarto:

2003:44). Makna atau nilai tersebut tidak berasal dari atau ditentukan oleh sifat-sifat

yang secara instrinsik terdapat didalam bentuk fisik dari sesuatu itu. Menurut

Herberth Blumer (Sunarto: 2003:44) bahwa makna yang dipunyai sesuatu tersebut

berasal atau muncul dari interaksi sosial antara seseorang atau sesamanya.

Dari paparan tersebut diatas dapatlah dipahami bahwa komunikasi sangat

penting dalam kehidupan manusia, terutama dalam interaksinya dengan orang lain

dalam kelompok, komunitas, organisasi, masyarakat dan pergaulan antar etnis dan

bangsa. Komunikasi merupakan pembingkai hubungan antar personal, kelompok dan

jejaring organisasi (networking of organization). Komunikasi merupakan inti utama

yang membangun prilaku individu dalam interaksinya dengan orang lain. Karena itu,

interaksi tidak hanya memperhatikan apa yang dikatakan (verbal communications)

orang lain tetapi apa juga yang dilakukannya. Dalam hal ini, maka komunikasi

(38)

merupakan bentuk komunikasi yang paling klasik dipahami dalam sejarah interaksi

antar individu dan kelompok-kelompok sosial.

Mengartikan politik, sesungguhnya berada pada lingkup kajian yang berfokus

pada kekuasaan, yaitu trias politika (presiden dan kabinet, parlemen, kekuasaan

kehakiman). Selain itu, politik mengandung makna akan hubungan

kekuatan-kekuatan politik dalam bentuk kekuasaan dari institusi-instritusi yang ada, serta

intinya tidak menyimpang dari esensi pemanfaatan dan permainan kekuasaan. Selain

itu, dalam Riswandi (2009: 1-2) digambarkan definisi politik antara lain, bawha

politik adalah relasi yang menghasilkan siapa memperoleh apa, kapan dan

bagaimana. Tambahan, bahwa politik adalah proses pembagian nilai-nilai dan

wewenang, atau cara-cara bagaimana memperoleh kekuasaan, memperagakannya,

dan mempertahankannya. Disamping itu, politik dapat diartikan sebagai kegiatan

mempengaruhi, tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan atau memperluas

tindakan laian, atau kegiatan orang secara kolektif yang mengatur perbuatan mereka

dalam kondisi konflik.

Politik dan komunikasi merupakan dua hal yang dapat saling terkait dalam

suatu pembicaraan tentang kekuasaan, pengaruh, otoritas/wewenang, dan konflik.

Selain itu, mengartikan komunikasi politik, maka esensinya terkait dengan interaksi

sosial dan konflik sosial. Nimno (dalam Riswandi: 2009, 3) merumuskan komunikasi

politik sebagai kegiatan yang bersifat politis atas dasar konsekuensi aktual yang

(39)

politik, media komunikasi politik, dan akibat-akibat komunikasi politik. Kegiatan

komunikasi politik bertujua untuk mengharmoniskan dan menjamin keberlanjutan

sistem politik secara berkesinambungan yang akan mengayomi seluruh elemen dan

anggota sistem politik tersebut. Selain itu Maswadi Rauf (dalam Harun & Sumarno;

2006, 3) menyebutkan bahwa komunikasi sebagai kegiatan politik merupakan

penyampaian pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada

pihak lain, dimana kegiatan komunikasi politik tersebut dapat bersifat empirik

maupun ilmiah. Sedangkan Rusadi Kantaprawira (dalam Harun & Sumarno: 2006, 3)

menyatakan komunikasi politik adalah untuk menghubungkan pikiran politik yang

hidup dalam masyarakat, baik pikira intern golongan, instansi, asosiasi, ataupun

sektor kehidupan politik pemerintah.

2. 7. Partisipasi Politik

Dampak dari adanya komunikasi politik yang efektif adalah adanya partisipasi

politik rakyat yang sering diperhatikan dalam pelaksanaan Pemilihan Umum di

negara-negara demokratis. Karena itu, tingkat partisipasi politik masyarakat di negara

berkembang merupakan masalah yang menarik bagi para ahli politik. Secara umum

definisi partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang yang ikut

serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan

negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah

(40)

Pemilu, menghadiri rapat umum (kampanye), menjadi anggota parpol atau organisasi

social politik yang underbauw partai politik, mengadakan hubungan dengan pejabat

pemerintah atau parlemen yang bertujuan politik.

Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam bukunya No Easy Choice:

Political Participation in Developing Countries menyatakan bahwa: partisipasi

politik adalah kegiatan warganegara yang bertidak sebagai pribadi-pribadi, yang

dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi

bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadic,

secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal, efektif atau tidak efektif

(Budiardjo, 1988:3).

Pemikiran mengenai partisipasi politik bagi negara demokratis berangkat dari

prinsip kedaulatan adalah ditangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan

bersama untuk menetapkaan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk

menentukan orang-orang yang akan menduduki jabatan-jabatan publik dan politis.

Jadi partisipasi politik merupakan pengejawantahan dari penyelenggaraan kekuasaan

politik yang abash oleh masyarakat. Dalam negara demokratis makin banyak

masyarakat mengambil peran makin baik.

Partisipasi dapat berbentuk otonom (autonomous participation) dan

partisipasi yang dimobilisasi (mobilized participation). Pada umumnya orang

beranggapan partisipasi politik dalam bentuk yang positif saja, tetapi Huntington dan

(41)

bentuk kekerasan lain yang bermotif politik juga merupakan bentuk partisipasi.

Namun Verba (Budiardjo: 1998) tidak mau masuk dalam bentuk partisipasi yang

rumit tersebut, akan tetapi membatasi diri pada tindakan-tindakan yang legal.

Metode atau cara berpartisipasi, intensitasnya terkait dengan keterikatan atau

posisi politik yang dimiliki seseorang. Untuk memudahkan kita membedakan cara

berpartisipasi berdasarkan intensitasnya dalam kegiatan politik dapat dilihat dalam

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah studi kasus terhadap sampel yang dipilih sebagai kajian

untuk menggambarkan kondisi populasi yang lebih luas, dimana hubungan antara

sampel dengan total populasi tidak dapat diperkirakan atau ditaksir secara pasti

(Black & Chmapion, 1976: 93-94).

Dari segi tujuan penelitian ini adalah deskriptif, sebagaimana dijelaskan oleh

Vredenbergt (1979: 34), untuk menggambarkan realitas sosial dan pembangunan

yang kompleks dengan menerapkan konsep-konsep teori yang telah dikembangkan

oleh para ilmuan sosial sebelumnya. Realitas sosial yang dipelajari adalah fenomena

preferensi pemilih terhadap partai politik dalam pemilu 2004 di Kabupaten Karo.

3. 2. Kerangka Penelitian

Untuk menggambarkan hubungan antar variabel penelitian ini, dapat dilihat

(43)

Variabel Independen Variabel Antara Variabel Terikat

Gambar 1. Kerangka Berfikir

Secara operasional maka cakupan informasi yang dijaring dalam penelitian ini

sebagaimana gambaran matriks berikut. Komunikasi

Politik

1. Jenis Isi pesan komunikasi politik 2. Metode Komunikasi

Politik 3. Frekuensi

Komunikasi Politik 4. Media komunikasi

politik

Status Sosial Ekonomi (Jenis Kelamin, Agama, Usia, Tempat Tinggal, Pekerjaan, Pendidikan, Status Kawin, Etnis)

Afiliasi dalam Parpol

Pengalaman Pemilu

Preferensi Parpol Pilihan:

(44)

Tabel 1. Cakupan Informasi yang Dijaring dalam Penelitian

Variabel Indikator Variabel

Karakteristik

6. Pekerjaan (1 bulan terakhir)

7. Jumlah anggota keluarga yang memiliki hak pilih 8. Afiliasi partai politik

Pendapat tentang Komunikasi Politik

1. Jenis Isi pesan komunikasi politik 2. Metode Komunikasi Politik 3. Frekuensi Komunikasi Politik 4. Instrumen Komunikasi Politik 5. Media komunikasi politik Preferensi Partai

Politik Pilihan dalam Pemilu 2004

1. Sistem pemilihan anggota legislatif

2. Ideologi atau aliran Parpol (agama, etnis, nasionalis) 3. Program-program Parpol dan cara kampanye

4. Rekruitmen dan karakteristik anggota Parpol 5. Karakteristik calon anggota legislatif

6. Kinerja parlemen dan anggotanya

7. Sektor unggulan yang menjadi pusat perhatian kebijakan legislative terpilih

Perilaku Pemilih di Pemilu 2004

1. Bentuk pemanfaatan hak pilih

2. Karakteristik Partai politik yang dipilih

3. Evaluasi terhadap Konerja Partai politik yang dipilih

3. 3. Populasi, Sampel dan Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk Kabupaten, baik laki-laki

maupun perempuan yang telah memberikan suaranya pada legislatif tahun Pemilu

2004. Sampel penelitian berjumlah 81 orang yang ditetapkan secara purposif.

Responden yang dipilih terdiri dari pengurus Parpol dan masyarakat yang terdaftar

(45)

Unit analisa survai ini adalah individu, bukan rumah tangga (household).

Alasannya karena hak memilih adalah hak politik dan keputusan individual, bukan

keputusan kolektif, selaras dengan prinsip pemilu yang salah satu sifatnya adalah

rahasia.

Sesuai dengan tujuan studi ini yang diharapkan dapat menghasilkan

kecenderungan data mengenai preferensi yang mendasari terbentuknya pola prilaku

pemilih dalam Pemilu legislatif 2004, maka akan dikumpulkan data dari 81 orang

responden mewakili penduduk Kabupaten Karo.

Penarikan sampel wilayah penelitian dari 2 Kecamatan yang dipilih dari 13

Kecamatan se-Kabupaten Karo dilakukan secara “multistage sampling”, yang dimulai

dengan menetapkan 1 (satu) Kecamatan yang berkarakteristik urban secara random,

serta 1 Kecamatan yang termasuk kategori rural. Dari kecamatan yang terpilih

ditetapkan masing-masing 3 kelurahan/desa yang dipilih secara random dimana

penduduknya mayoritas berstatus status sosial ekonomi atas, menengah dan bawah.

Sampel setiap desa terpilih dengan purposive sampling.

Selain itu prasyarat penentuan Kecamatan terpilih didasarkan perimbangan

perolehan suara Parpol pada Pemilu tahun 2004. Alasannya adalah agar metode dan

temuan penelitian ini tidak bias, atau didominasi Parpol tertentu sajat. Proporsi

responden akan mempertimbangkan 3 (tiga) karakteristik, yakni; (1) jenis kelamin

atau gender; (2) usia (pemilih dan calon pemilih pemula); dan (3) lapisan SSE (Status

(46)

sedangkan usia maksimal adalah 70 tahun. Pembatasan usia ini didasari alasan

umum, bahwa usia lebih dari 70 tahun dipandang sudah menurun daya ingatnya, dan

mungkin serapan informasi politik yang ia peroleh juga semakin menurun. Lebih dari

itu, rentang usia juga dianggap berperan dalam melihat peta politik Indonesia

mendatang, termasuk mungkin afiliasi Parpol yang dipilih.

3. 4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan teknik survai dengan cara wawancara

berstruktur yaitu tanyajawab melalui tatap muka langsung antara enumerator

(pewawancara) dengan responden dengan menggunakan kuesioner tertutup atau

terstruktur, yang substansinya adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk

mendapatkan data komunikasi politik dan preferensi partai politik pilihan, persepsi

dan harapan responden terhadap legislatif hasil Pemilu tahun 2004 yang lalu. Selain

itu, akan dilakukan pula wawancara mendalam kepada beberapa informan kunci

diantaranya pimpinan partai politik, politisi yang menduduki kursi DPRD Kabupaten

Karo, serta pengamat politik. Selanjutnya dilakukan kajian dokumen terpilih untuk

mendapatkan data-data sekunder dan regulasi yang mengatur sistem pemilu tahun

(47)

3. 5. Teknik Analisa Data

Analisis data yang telah dikumpulkan dan ditabulasi, dianalisis dengan

menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif.

Analisis data kuantitatif dilakukan terhadap data kuantitatif, dan analisis data

kualitatif dilakukan terhadap data kualitatif dan data kuantitatif yang tidak dapat

dianalisis dengan pendekatan kuantitatif.

Analisis deskriptif terhadap variabel-variabel penelitian dilakukan dengan

penggambaran fenomena melalui tabel-tabel frekuensi. Dalam hal ini, abstraksi

temuan penelitian dikerangkakan dengan kecenderungan nilai statistik deskriptif

dengan uji mean, modus, dan median. Tujuan pengujian adalah untuk melihat

kecenderungan persentase dan perbedaan-perbedaannya saja. Dengan demikian

interpretasi bermaksud untuk menggambarkan dasar perbedaan kategori-kategori

yang ada. Analisa data kuantitatif bivariat disajikan dalam bentuk tabel silang. Luaran

data ini akan menunjukkan kecenderungan dan signifikansi hubungan antarvariabel.

Selanjutnya hasil analisis ini menjadi dasar untuk menginterpretasi makna di balik

angka dari data kuantitatif yang ada untuk mengarahkan kelompok kesimpulan

penelitian. Setelah itu dikomparasikan teori dan temuan penelitian serta hasil

penelitian yang sejenis, untuk mendapatkan kesimpulan penelitian dan kesimpulan

teoritis.

Sedangkan analisis kualitatif atas yang dikumpulkan dengan teknik

(48)

memahami secara mendalam fenomena sosial yang membangun fakta-fakta sosial.

Proses pengamatan dilakukan secara saling silang dan kait mengkait, guna

menemukan kesamaan dan perbedaan fenomena sosial dalam bentuk pola-pola

perilaku dan norma-norma sosial yang berlaku dimasyarakat.2

Akhirnya kesimpulan yang diperoleh dengan pendekatan kualitatif ini

di-match-kan dengan kesimpulan analisis kuantitatif untuk menghasilkan kesimpulan

penelitian.

2

(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pada bagian ini, akan digambarkan karakteristik daerah penelitian dari aspek

demografi, pembangunan wilayah, dan kondisi sosial budaya dan ekonominya.

Paparan dimulai dengan menguraikan Kabupaten Karo, yang selanjutnya dilengkapi

dengan ulasan ringkas Kecamatan Berastagi dan Kabanjahe.

4. 1. 1 Sekilas Kabupaten Karo

Kabupaten Karo yang sering dinamai dengan ”Tanah Karo Simalem”

merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama Sumatera Utara dan yang paling

dekat dengan Kota Medan. Daya tarik wisata Kabupaten Karo yang sebagian besar

wilayahnya terpapar dalam kawasan pegunungan Bukit Barisan, dapat dikategorikan

sebagai obyek ekowisata dengan view keindahan alam, udara yang sejuk, dan

diwarnai dengan budaya dan adat istiadat etnis Batak Karo.

Disamping sebagai daerah tujuan wisata, Kabupaten Karo merupakan salah

satu daerah yang memiliki potensi perekonomian dari sektor Pertanian. Wilayah

Kabupaten Karo terletak pada dataran tinggi Bukit Barisan yaitu 400-1600 meter

diatas permukaan laut. Dengan Kabanjahe sebagai ibukota dan Berastagi sebagai

(50)

wilayahnya adalah 2.127,25 Km2 yang berada pada posisi geografis 020 50’ – 030 19’

Lintang Utara dan 970 55’ – 980

Penduduk asli yang mendiami Kabupaten Karo adalah Suku Bangsa Karo,

yang mempunyai adat-istiadat yang terbangun dari tradisi 5 (lima) Marga yang

disebut Merga Silima yaitu Karo-karo, Ginting, Sembiring, Tarigan dan

Perangin-angin. Berdasarkan kelima marga tersebut tersusunlah silsilah dan pola kekerabatan

yang dilabelkan dengan konsep Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh dan Parkade-kadean

Sepuluh Dua Tambah Sada.

38’ Bujur Timur.

Kuatnya pegangan adat-istiadat dan loyalitas pada leluhur dalam kehidupan

masyarakat Karo, merupakan modal sosial dan filosofi hidup yang menjadi spirit

dalam pembangunan yang orientasinya pada ”sura-sura pusuh peraten” (idaman dan

harapan) untuk pencapaian 3 (tiga) hal pokok, yaitu: Tuah, yag berarti menerima

berkat dari Tuhan Yang Maha Esa, mendapat keturunan, banyak kawan dan sahabat,

cerdas, gigih, disiplin dan menajaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

hidup untuk generasi mendatang; Sangap berarti mendapat rejeki, kemakmuran bagi

pribadi, bagi anggota keluarga, bagi masyarakat, serta generasi yang akan datang;

Mejuah-juah, berarti sehat sejahtera, lahir batin, aman dan damai, bersemangat serta

seimbang dan selaras antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan

(51)

4. 1. 1. 2. Topografi

Kabupaten Karo yang berbatasan di sebelah Utara dengan Kabupaten Langkat

dan Deli Serdang, disebelah Selatan dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir, di

sebelah Timur dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun, serta

sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Tenggara Propinsi Aceh. Luas wilayah

Kabupaten Karo yang terletak pada 2050’ - 3019’ Lintang Utara dan 97055’ – 980

Kabupaten Karo yang beriklim tropis dengan dua musim (hujan dan kemarau)

terkenal sebagai daerah penghasil berbagai buah-buahan dan bunga-bungaan

(agriculture), memiliki penduduk yang sebagian mata pencahariannya adalah pada

sektor pertanian pangan dan holtikultura. Sebagian besar wilayah Kabupaten Karo

merupakan daerah tangkapan hujan yang menjadi Daerah Hulu Sungai (DHS) dan

Daerah Aliran Sungai (DAS) Wampu/Ular, sera SubDAS Sungai Laubiang. Suhu

udara Kabupaten Karo berkisar 16,1

38’

Bujur Timur adalah 212.725 Ha, dimana sebagian besar wilayahnya yaitu 72.737 Ha

(34,19 %) terletak dengan topografi curam 40 derajat, sedangkan lainnya bertopografi

miring antara 15- 40 derajat (41,169 Ha atau 19,35 %), dan pada kondisi datar dan

landai antara 2 – 15 derajat yaitu seluas 98.819 Ha (46,46 %).

0

C s/d 19.90 C, dengan kelembaban udara

keadaan tahun 2005 yaitu rata-rata 85,66 persen, yang simultan dengan musim hujan

yang lamanya 147 hari yaitu pada bulan Agustus sampai Januari dan bulan Maret

(52)

4. 1. 1. 3. Demografi dan Pemerintahan

Kabupaten Karo sejak tahun 2006 telah memiliki 17 Kecamatan (berubah dari

13 Kecamatan) dan 262 desa/kelurahan. Dalam memilih 35 orang anggota DPRD

Kabupaten Karo, pada Pemilu tahun 2004 lalu terbagi dalam 5 Daerah Pemilihan,

yaitu Dapil I: KecamatanLau Baleng, Mardinding, dan Tigabinanga, Dapil II:

Kecamatan Juhar, Kutabuluh, Munte, Payung, Dapil III: Kecamatan Kabanjahe,

Dapil IV: Kecamatan Berastagi dan Simpang Empat, Dapil V: Kecamatan Barus

Jahe, Tigapanah, Merek.

Mengenai jumlah penduduk Kabupaten Karo, untuk keadaan tahun 2006,

telah mencapai 316.207 jiwa yang terunifikasi dalam 85.183 rumah tangga dengan

rata-rata 3,70 jiwa, yang meningkat signifikan dengan laju pertumbuhan 2,19 persen

pertahun dari hasil Sensus tahun 2000 yang tercatat sebanyak 283.713 jiwa.

Sdangkan untuk tahun 2007, maka keadaan penduduk Kabupaten Karo berubah

(53)

Tabel 2. Luas Wilayah, Jumlah Desa, Penduduk, Rumah Tangga per Kecamatan Kabupaten Karo, tahun 2006 dan 2007

Kecamatan Luas Sumber: Diolah dari Kabupaten Karo dalam Angka, tahun 2007 dan 2008.

* Data Kec. Tiganderket masih bergabung dengan KecamatanPayung, Kec. Namanteran dan Merdeka dalam Kec. Simpang Empat, dan Kec. Dolat Rakyat masih bergabung dalam Kec. Tigapanah.

Catatan:

** Data tahun 2007, merupakan hasil proyeksi BPS Kabupaten Karo, karena data dasarnya adalah hasil sensus tahun 2000.

Berdasarkan jenis kelamin, maka penduduk laki-laki berjumlah 157.107 jiwa

dan perempuan berjumlah 159.100 jiwa dengan tingkat rasio jenis kelamin 98,75.

Selanjutnya dikaitkan dengan angka tanggungan (dependency ratio) dari penduduk

usia produktif terhadap penduduk usia dibawah 15 tahun dan diatas 65 tahun berada

(54)

172.862 orang lakik-laki dan 178.506 orang perempuan, dengan rasio jenis kelamin

96,84.

4. 1. 1. 4. Kualifikasi Sumberdaya Manusia dan Infrastruktur Pembangunan

Sektor pendidikan memiliki peranan yang penting dalam peningkatan kualitas

sumber daya manusia Kabupaten Karo. Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan

Statistik Kabupaten Karo, maka untuk keadaan tahun 2005 tercatat sebanyak 289

bangunan SD dengan 1.833 kelas yang menjadi tempat belajar 45.660 siswa dari

2.756 guru. Sementara itu, terdapat 59 SLTP dengan jumlah ruang belajar 556 kelas

yang merupakan tempat bagi 1.532 guru dalam mendidik 17.073 siswa. Selanjutnya

terdapat 32 SMTA yang menjadi tempat menimba ilmu sejumlah 11.782 siswa dari

hasil didikan 1.149 orang tenaga guru.

Dalam bidang kesehatan, maka penduduk yang bermukim di Kabupaten Karo

hingga tahun 2005 telah dapat dilayani oleh 5 unit Rumah Sakit yang berada di

Kaban Jahe, 15 unit Puskesmas dan 166 unit Pustu, serta 80 buah balai pengobatan

umum dan 369 unit Posyandu. Dalam memberikan layanan kesehatan masyarakat,

tenaga medis yang melakukannya terdiri dari 64 Dokter Umum, 15 Dokter spesialis,

32 orang Dokter PTT, 9 orang Dokter Gigi, yang bertugas di hampir semua

(55)

4. 1. 1. 5. Kondisi Sosial Masyarakat Karo

Secara umum, masyarakat Karo pada dewasa ini telah mengalami perubahan

pandangan menyangkut kerjasama dalam masyarakat. Kerjasama tolong-menolong

(resiprositas) memang masih terdapat dalam keluarga batih seperti "ningkih"

(pinjam-meminjam beras/padi) namun dibandingkan dengan situasi pada masa lalu

frekuensinya telah jauh menurun. Di tingkat keluarga luas juga masih ditemukan

"ripe" (sejumlah keluarga secara bersama-sama mengumpulkan uang untuk

membantu keluarga lain dalam ikatan kekerabatan yang sama). Menurut para tokoh

masyarakat, penurunan ini terjadi sebagai akibat lokasi pemukiman anggota kerabat

yang kian menyebar sehingga frekuensi komunikasi menjadi menurun, dan juga

karena ketergantungan terhadap kerabat kian menurun akibat institusi perkreditan

yang kian berkembang dalam masyarakat dan pergaulan yaang semakin meluas.

Namun, dalam hal menyelenggarakan pesta adat tingkat ketergantungan terhadap

sesama kerabat masih cukup tinggi. Hal ini berkaitan dengan pandangan bahwa

eksistensi keluarga dalam peradatan masih ditentukan oleh kekompakan anggota

kerabat.

Etos kerja yang menonjol dalam masyarakat Karo antara lain: 1. Erkemalun

atau meteh mela (budaya malu), 2. Metenget (Teliti), 3. Inget pagin, Kai pe la gelgel

(ingat hari esok). Pola pembagian yang dikenal dalam masyarakat Karo dilakukan

berdasarkan: Umur, Jenis kelamin dan kelompok kerabat (Tutur). Pola Kerjasama

Gambar

Tabel 1. Cakupan Informasi yang Dijaring dalam Penelitian
Tabel 2. Luas Wilayah, Jumlah Desa, Penduduk, Rumah Tangga per Kecamatan Kabupaten Karo, tahun 2006 dan 2007
Tabel 3.  PDRB Kabupaten Karo menurut Lapangan Usaha atas dasar Harga Berlaku, keadaan tahun 2000-2005 (Jutaan Rupiah)
Tabel 4.  Sebaran Responden berdasarkan Desa/Kelurahan dan Kecamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Struktur organisasi proyek secara umum dapat diartikan dua orang atau lebih yang melaksanakan suatu ruang lingkup pekerjaan secara bersama-sama dengan kemampuan

Dari hasil wawancara yang dilakukan dapat dijelaskan bahwa penilaian masyarakat terhadap prinsip-prinsip koperasi dan pelaksanaannya di Koperasi Manunggal Karsa kurang

Activity diagram menggambar kan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing- masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi,

penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ Asuhan Kebidanan pada ibu nifas fisiologis di BPS Mu'arofah Surabaya tahun 2012 ” sebagai salah satu tugas akhir program

(b) menyatakan banyaknya partikel dikalikan dengan energi kinetik dari masing-masing partikel yang tersimpan pada bin posisi arah sumbu -Y, terlihat bahwa pada

"Achieving the first semester of 2015 shows that in the middle of the pressure on revenues, the Company continues to manage project and financial management as well

[r]

[r]