• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kapur Dolomit, Pupuk Kandang, Pupuk TSP, dan Pupuk NPK terhadap Beberapa Jenis Tanaman Reboisasi di Pulau Bintan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kapur Dolomit, Pupuk Kandang, Pupuk TSP, dan Pupuk NPK terhadap Beberapa Jenis Tanaman Reboisasi di Pulau Bintan"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

If

PENGARUH KAPUR DOLOMIT, PUPllK KANDANG, PUPUK TSP, DAN

PUPUK NPK TERIIADAP BEBERAPA JENIS TANAMAN REBOISASI

DI PULAU BINTAN

Olel! :

IIAR[)IAN

E 31.1088

.JURUSAN lVIANAJElVIEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Letak geografis pulau Bintan dikawasan segitiga SIJORl (Singapura Jobor Riau) membuat pulau ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi yaitu menjadi pemasok air bersih kenegara tetangga Singapura .. Dengan demikian pengelolaan sumber daya alamnya perlu diarahkan dalam rangka perbaikan fungsi hidrologi, sehingga pemanenan air bersih dapat terlaksana secara lestari. Usaha perbaikan fungsi hidrologi yang telah dilakukan melalui reboisasi belum berhasil dengan baik karena rendahnya kualitas lahan atau sering disebut lahan kritis dan tidak tepatnya jenis pohon yang

diusahakan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis tanaman yang toleran terhadap kondisi lahan

kritis sehingga cocok ditanam di Pulau Bintan dan mempelajari teknik perbaikan kesuburan tanah yang tepat di Pulau Bintan.

Lokasi penelitian terdapat eli wilayah hutan PT Inhutani IV pada Das Sei Ekang-Anculai Pulau Bintan KepuJauan Riau. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah liibit mahoni (Swietwnia macrophylla), johar (Cassia siamea), angsana (Plerocarplls indicus), kapur dolomit, pupuk kandang, pupuk TSP, dan pupuk NPK.

Ketiga jenis tanaman ditanam pada bulan November 1996, kemudian dipupuk dengan dolomit, pupuk kandang, dan TSP. Penempatan tanaman dan pupuk ini mengikuti rancangan split-plot dengan petak utama terdiri dari kontrol, dolomit, dan pupuk kandang. Sedangkan anak petak terdiri dari kontrol, TSP 100 gr/pohon, dan TSP 200 gr/pohon. Pengaruh perlakuan ini diJihat melalui parameter tinggi dan diameter pada bulan Desember 1997 (wnur 13 bulan).

Selanjutnya pada bulan Desembel' 1997 dilakukan pemupukan NPK sebanyak 100 gr/pohon terhadap mahoni yang ditempatkan pada petak bekas pemupukan TSP 100 gr dan 200 gr sebagai anak petak, dimana pengarulmya dilihat pada bulan luIi 1998 (umur 20 bulan) melalui pertambahan tinggi dan diameter tanaman

(3)

dapat meningkatkan pertambahan tinggi maboni sebesar 18 % terhadap tanaman yang diberi pupuk kandang, sedangkan terhadap kontrol baik kapur dolomit maupun pupuk kandang belum memperlihatkan pengaruimya yang nyata terhadap pertambaban tinggi dan diameter mahoni.

Pengaruh perlakuan anak petak yaitu pemberian pupuk TSP juga nyata terhadap diameter angsana umur 13 bulan, dimana penambaban pupuk TSP telab berhasil memaeu rata-rata diameter angsana sebesar 55 % (dosis 100 gr/pohon) dan 67 % (dosis 200 gr/pohon) dibandingkan kontrol. Pada maboni umur 20 bulan, pupuk NPK menunjukan pengarulmya yang nyata terhadap pertambahan tinggi maboni, dimana pupuk NPK sebanyak 100 gr/pohon dapat meningkatkan rata-rata pertambahan tinggi sebanyak 9 % diballdingkan kontrol. Pengaruh pemberian TSP tidak terlihat pada mahoni dan johar umur 13 bulan disebabkan perbedaan genetik, perbedaan kebutuhan unsur hara, stres air,dan kcmasaman tanah yang tinggi juga tclah mcmperslilit tanarnan dalal11 menycrap unsur hara.

Pemilihan pohon yang sesuai / toleran untuk ditanam di Pulau Bintan dapat ditentukan berdasarkan skoring nilai tcrhadap ketiga jenis tanaman. Beberapa parameter yang digunakan dalam skoring adalah pertumbuhan (tinggi dan diameter), persentase hidup, daya toleransi terhadap kekeringan, dan manfaat dari tanaman yang dieobakan. Hasil skoring menUnjukan bahwa mahoni memiliki nilai 252, sedangkan johar bernilai 227 dan angsana bernilai 224. Dari hasil tersebut terlihat babwa mahoni merupakan tanaman yang sesuai ditanam di Pulau Bintan dibandingkan johar dan !ltgsana.

(4)

SKRIPSI

Sehagai salah salu syaml un/uk l\1empero/eh gelar sorjana kehutanan

Di Faklillas Kehlllal7an lnstitut Pel'tanian Bogar

Oleh:

HARDIAN E 31.1088

(5)

Judui Pcnelitian

Nama Mahasiswa

: Penganlh Kapur Dolomit, Pupuk Kandang, Pupuk TSP, dan Pupuk NPK Terhadap Beberapa Jettis Tanaman Reboisasi Di Pulau Bintrul

: HARDIAN

NomorPokok : E31.1088

Menyeuuui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

/ '

'---. Ddr<tflfah JUluarti, MAgr.

NIP, 131. 289336 NIP. 080.068.433

Mengetahui

NQGNセAGiAZGャャャセオョャsゥュ@ rvIanajemen Hutan

NIP. 131.430.799

(6)

bersaudara keluarga Muhammad Nurdin (Bapak) dan Sadiah (Ibu).

Pada tahun 1988, penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri I Cibalagung Bogor, kemudian melanjutkall kesekolah menengah Tingkat Pertama Negeri VII dan ke Sekolah Menengah Tingkat Atas I Bogor sampai tahun 1994. Pada t.hun itu juga penulis diteIima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN), setahun kemudian tepatnya tahun 1995, penulis memilih memasuki Fakultas Kehutanan Jurusan Manajemen Hutan.

Selama duduk dibangku kuliah, penulis aktif diberbagai organisasi kampus, diantaranya sebagai Ketua Umum Rimbawan Pecinta Alam / Rimpal. (1997-1998), StaffDepartemen Lingkungan Hidup Senat Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB (1996-1997), Staff Infokom Forest Management Student Club / FMSC (1996-1997), Staff Departement Human Research and Development ASEAN Forestry Student Association / AFSA (1997-1998), FungsionaIis Sylva Indonesia (1997-1998), dan Staff Departemen Pengabdian Pada Masyarakat Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi / SMPT IPB (1997-1998). Selain didalam kampus, penulisjuga aktifdi organisasi luar kampus, diantaranya sebagai anggota Indonesia Network for Planting Conservation (Inet-PC) dan sebagai Motivator pada Yayasan ORBIT.

(7)

KATAPENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat ALLAh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB).

Pada kesempatan ini, Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besamya kepada :

1. Ibu Dr. Ulfah JWliarli MAgr. dan Bapak Dl".Ir.Chairil Anwar Siregar MSc. Sebagai dosen pembimbing yang telall memberikan bimbingan,saran,dan masukan kepada penulis.

2. Bapak Ir. Togar L. Tobing, Msc. scbagai dosen penguji wakil dari Jurusan Teknologi Hasil Hutan dan Bapak Ir. Tulul Sunal"minlo scbagai dosen penguji wakil dari Jumsan Konservasi Sumber

Daya Hutan

3. Kcluarga besal' Muhammad Nurdin : napak, Ibu, Hudayal, dan Nuraini alas seribu

do a,

kasih sayang, harapan, seman gat, dan bantuan moril maupun material yang senantiasa dicurahkan dari

mata air kalbu yang paling suci .

4. M. Atim Gumelar dan Mujiasluti, dua sisi mala hati dalam peljalanan hidup dialam bebas.

5. Sahabatku dicomando IcreintH yang Iclah mcmbuat warna baru dalam kanvas lukisan hidup, untuk QQ, Ating, ,Ricky CAlm), Nuzul Amri, Boyot, Ego, Cengo, Aki, kholid, Jaya, Yadi, Husni, Bolu, Icoy, Asep, GG, Budi, Sodak, Indrawan, AA, Inov, Bhakti, Cucu, N-C, komet, 110, Yoyoq, Yayat,

Aji, Ewo,Waluh, oraq, Gamma, Apung.

6. Sahabat-sahabat pemberani di Rimpala, pemberi i1mu dan inspirasi dalam membelah gunung, merajai belantara dan mensyukuri syurga alam dibawah kabut kedamaian, terutama untuk Endah Pramusanti cs, Rieny cs, Reny cs, Hanom Bashari, M.Yayat, Kiwa, Sudrajat, !chin, Ipeng, Migren, Anggoro, Ai, Citra, Assalwa serla seluruh rekan R-O, R-I, R-2, R3, dan R-4.

7. Hasanudin (Ichank), Heru, Taju, Hera, Atim dengan kenangan camp sejarahnya di gedung rakyat 20-21 Mei 1998.

8. Anak-anak yang baik bati di Camp silvie Ivigent, balagadegdog, mahameru, ponytail, Noes Camp, Radar 23, Cimot, PTD, Asrama, atas kebersamaan yang tak terlupakan.

9. RJMPALA, SM-E, FMSC, DKM IbadwTahman, AFSA, Sylva Indonesia, SMPT IPB,.ORBIT, dan Inet-PC atas segala ilmu dan pengalaman yang diberikamlya.

10. Spesial thanks kepada rekan-rekan sependakian gunung-gunung di seluruh Indonesia.

II. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu atas kerjasama dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.

(8)

NOMOR

KATA PENGANTAR ... ..

DAFT AR lSI ... ii

DAFTAR TABEL... iv

DAFT AR GAMBAR ... v

DAFT AR LAMPlRAN ... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... . B. Tujuan ... . II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mahoni (Swielenia macrophyl/a.King)...... 2

I. Ciri Botanis ... 2

2. Sifat Silvikultur ... 2

B. Johar (Cassia siamea Lamk.) ... 2

1. Ciri Botanis ... 2

2. Sifat Silvikultur ... 3

C. Angsana (PlerocGlpus indicus Willd) ... 3

1. Ciri Botanis ... 3

2. Sifat Silvikultur ... 4

D. Sifat Tanah Oksisol... 4

E. Pengapuran Dolomit ... 5

F. Pupuk Kandang... 5

G. Pupuk TSP dan Pupuk NPK ... . 6

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Lua5... 7

B. Kondisi Fisik... 7

IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 9

B. Bahan dan Alal... 9

C. Teknis Pelaksanaan Reboisasi ... 9

D. Pengukuran Tanan1an... 11

E. Raneangan Pcreobaan dan Allalisa Data... 11

F. Pengujian Statistik ... 12

(9)

V. BASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil... 14

1. Hasil Pengukuran Bulan Desember 1997 ... 14

1.1. Pengarllh Perlakllan Petak Vtama ... 15

1.2. Pengaruh Perlakuan Anak Petak ... 17

2. Hasil Pcngukumll Bulan .fuJi 1998 ... 17

2.1. Pengaruh Perlakuall Petak Vtarna ... 19

2.2. Pcngaruh Pcrlakuan Anak Petak ... 19

3. Hasil Pengukumn Bulan Oktober 1998... 20

B. Pembahasan ... 21

1. Pengaruh Perlakuan Petak Vtama ... 21

1.1. Pengaruh Kapur Dolornit ... 21

1.2. Pengaruh Pupuk Kandang ... 24

2. Pengaruh Perlakuan Anak Petak ... 25

2.1. Pengal1lh Pupuk TSP ... :... 25

2.2. PengalUll Pupuk NPK ... 26

3. Pemilihan Tanaman Yang Sesuai... 27

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 30

B. Saran... 30

DAFTARPUSTAKA... 31

LAMPIRAN ... 33

(10)

Nomor

1. Model Rancangan Percobaall Unluk Setiap Jenis Tanaman... 12 2. Rata-rata Tinggi dan Diameter Ketiga Jcnis Tanaman

Pada Umur 13 Bulan ... 14

3. Rekapitulasi Hasil Anova KCliga Jcnis Tanaman PadaUmur 13 Bulan ... 15 4. Rata-rata Pertambahan Tinggi dan Diameter Mahoni

(Januari 1997-JuliI998)... 18

5. Rekapitulasi Hasil Anova Mahoni Pada Pcrtambahan Tinggi dan Diameter

Bulan Desember 1997-Juli 1998 ... 18

6. Skoring Nilai Pemilihan Tanaman Yang Scstlai Ditanam Di Pulau Bintan ... 28

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

I. Pengaruh Perlakuan Petak Utama Terhadap Pertumbuhan Tinggi

Angsana Umur 13 Bulan ... 16

2. Pengaruh Perlakuan Petak Utama Pada Pertumbuhan Diameter Angsana Umur 13 Bulan ... 16

3. Pengaruh Perlakuan Anak Petak Terhadap Pertumbuhan Diameter Angsana Umur 13 Bulan ... 17

4. Pengaruh Perlakuan Petak Utama Terhadap Pertambahan Tinggi Mahoni (Desember 1997-Juli 1998)... 19

5. Pengaruh Perlakuan Anak Petak Terhadap Pertambahan Tinggi Mahoni (Desember 1997-Juli 1998)... 19

6. Persentase Hidup Masing-masing Jenis Tanaman... 20

7. Persentase Hidup Tanaman Pada Perlakuan Petak Utama ... 20

8. Persentase Hidup Tanaman Perlakuall Anak Petak ... 21

(12)

1. Lay Out Penempatan Pupuk danTanaman Yang Mengikuti Raneangan Split-ploL... 33

2. Tabel Data Hasil Pengukuran Tinggi (em) dan Diameter (mm) Mahoni Pada Bulan Desember 1997 ... 34

3. Tabel Data Hasil Pengukuran Tinggi (em) dan Diameter (mm) Johar Pada Bulan Desember 1997 ... 35

4. Tabel Data Hasil Pengukuran Tinggi (em) dan Diameter (mm) Angsana Pada Bulan Desember 1997 ... 36

5. Tabel Data Hasil Pellgukuran Pertambahan Tinggi (em) dan Diameter (mm) Maboni (Bulan Desember 1997- Juli 1998) ... 37

6. Rata-rata Peltambahan Tinggi (em) Maboni (Desember I 997-Juli 1998) Akibat Pemupukan NPK 100 Gram / pohon ... 38

7. Anova Rata-rata Tinggi Mahoni (Desember 1997) ... :... 38

8. Anova Rata-rata Tinggi Johar (Desember 1997) ... 38

9 . Anova Rata-rata Tinggi Angsana (Bulan Desember 1997) ... 39

10. Anova Rata-rata Diameter Maboni (Desember 1997) ... 39

II. Anova Rata-rata Dianleter Johar (Desember 1997)... 39

12. Anova Rata-rata Diameter Angsana (Desember 1997) ... 40

13. Anova Rata-rata Pertanlbaban Tinggi Mahoni (Desember 1997- Juli 1998) ... 40

14. Uji LSD ... 40

(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pulau Bintan yang terletak dikawasan pengembangan segitiga SIJORI (Singapura, Johor, Riau) memiliki posisi yang sangat penting, khususnya dalam penyediaan air bersih untuk negara tetangga Singapura. Namun kondisi penutupan lahan yang sangat penting untuk fungsi hidrologi Pulau Bintan, saat ini dirasakan kurang optimal dan memprihatinkan. Hal ini disebabkan oleh penambangan bauksit dan pasir yang hingga kini masih berlangsung dan berdampak serius pada kemerosotan sifat fisik tanah, menambah lahan kritis, dengan peningkatan l'\iu erosi baik permukaan maupun massa. Akibatnya terjadi penurunan kwalitas air dan kemerosotan ketersediaan air dimusim kemarau, sehingga fungsi Pulau Bintan sebagai penyedia air menjadi terganggu. Maka usaha pengelolaan sumberdaya alamoya perlu diarahkan dalam rangka memperbaiki fungsi hidrologis kawasan Pulau Bintan (Purwanto, 1993). Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut ialah dengan melakukan program reboisasi. Reboisasi adalah rangkaian kegiatan penanaman atau permudaan pohon-pohonan serta jenis tanaman lain diareal hutan negafa dan areal hutan lain yang berdasarkan rencana tata guna tanah diperuntukkan hutan (Departemen Kehutanan, 1991).

Usaha reboisasi yang telah dilakukan di Pulau Bintan dengan menggunakan jenis-jenis tanaman lokal telah menemui kegagalan, hal ini ditunjukan oleh pertumbuhan tanaman yang kecil dan banyak yang mati. Keadaan ini dikarenakan pemilihan tanaman yang kurang tepat dan kOIldisi lahan yang kritis sehingga tidak memungkinkan tanaman dapat tumbuh dengan baik. Maka pertimbangan terpenting dalam reboisasi adalah pemilihan jenis tanaman yang tepat dan penggunaan teknologi perbaikan kesuburan tanah yang baik .

Pemilihan pohon yang tepat dapat diketahui dengan mencobakan penanaman ketiga jenis tanaman yaitu mahoni (Switenia macrophylla King), johar (Cassia siamea), dan angsana (Pleraca/pus indicus). Ketiga jenis tanaman tersebut diperkirakan dapat tumbuh dengan baik di Pulau Bintan karena di berbagai tempat tanaman-tanaman terse but telah dilaporkan mempunyai kemampuan adaptasi / daya toleransi yang baik terhadap kondisi lohan kritis. Kondisi lahan kritis dapat diperbaiki melalui pemberian pupuk kandang, pengapuran dolomit, pemupukan TSP, dan pemupukan NPK kepada ketiga jenis tanaman. Dimana semua jenis pupuk ini dapat menambah unsur hara, mengurangi tingkat

kemasaman tanah, menambah bahan organik tanah, .mengul'angi unsur-unsur beracun, dan

memperbaiki struktur tanah, sehingga menciptakan suasana yang baik bagi tanaman untuk tumbuh.

B. Tujuan Penelitian

1. Mendapalkan jenis pohon yang toleran dengan kondisi lahan kritis di Pulau Bintan.

(14)

1. Ciri Botanis

Mahoni daun lebar tennasuk pada Divisi Spermatophyta, Sub Divisi Angiospennae, Kelas Dicotyledonae, Ordo Rotales, Famili Meliaceae, dan Genus Swietenia. (Heyne, 1987).

Mahoni mempunyai tajuk berbentuk kubah dengan daun berwarna hijau gelap, rap.t dan menggugurkan daun. Pada tanaman muda tajuknya sempi!. Pada umumnya jenis ini dapat mencapai tinggi 40 m dan diameter lebih dari 100 cm. Bentuk batang silindris agak lengkung berserpih dalam jalur-jalur dengan warna kulit coldat tua (Departemen Pertanian, 1979).

Samingan (1980) menambahkan bahwa mahoni mempunyai cabang dan ranting berwarna

coklat tua, kuncnp besar, tertutup oleh sisik tebal berwama coklat muda dengan ujung terlipat dan sering mengandung resin.

2. SiCat Silvikultur

Iklim yang cocok lmtuk tanaman mahoni sangat bervariasi, lUnumnya yang mempunyai curah hujan tinggi. Di Amerika Tengah mahoni tumbuh didaerah bercurah hujan kira-kira 1500 mm/tahun. Mahoni pada umumnya tumbuh didaerah tropis didataran rendah hingga ketinggian 1000 mdpl. Di Anlerika Tengah mahoni tumbuh pada daerah hingga ketinggian 1500 mdpl (FAO, 1957 dalam Hariswara, 1996).

Tanah yang baik untuk pertumbuhan mahoni adalah tanah yang ringan, porositas tinggi, bersih dari batu, mndah dikerjakan. (Soerjaningrat, 1970).

Tebal solum, pH dan jenis tanah mempakan faktor-faktor yang memiliki rata-rata sumbangan terbesar terhadap parameter pcrlumbllhan tanaman mahoni (Ramdan, I 994)

Departemen Pertanian (1979) menyebUlk.n bahwa mahoni tahan terhadap kekurangan zat asam sehingga dapat ditanam pada tanah yang sewaktu-waktu tergenang air (70 hari).

n.

Johar

1. Ciri Botanis

lohar termasuk anggota Famili Leguminosae (Burkill, 1935). lohar merupakan pohon dengan ketinggian sedang, yaitu antara 10-15 m dan garis tengah batang antara 40-50 cm. Daun johar cukup rimblm, daunnya majemuk, berbentuk bundar telur (Anonimous, 1984).

(15)

3

kuning eerah, panjang 2 em. Tangkai sari terpanjang sekitar I em. Setelah beberapa waktu bunga gugur dan polongpun terbentuk. Setiap polong berisi biji antara 20-30 butir.

Bunga johar berbentuk malai, kuntum berwama kuning, berbunga sepanjang tahun

(Anonimous, 1982). 2. SiCat Silvilmltur

Johar tumbuh eepat dibawah sinar matahari penuh (intoleran), dan mempunyai sifat toleran terhadap tanah dangkal dan tanah kurus (Soerianegara dan Indrawan, 1988).

Spesies ini tidak tahan dingin, namun tumbuh baik didaerah tropis yang panas Umumnya merupakan spesies dataran rendah. Turnbuh pada kisaran iklim lebar, hwnid, sub humid, kering dan arid. Namun paling UImUll tumbuh didaerah musim hujan tahunan rata-rata 1000 mm atau

lebih dan musim kering berlangsung 4-5 bulan. Didaerah yang lebih kering (dengan eurah hujan tahunan rata-rata 500-700 mm pohon akan tumbuh pada urnur kedua atau ketiga, jika hanya akar-akamya telah meneapai tanah yang dalam (Anonimous,1982).

Tanaman ini akan turnbuh dengan baik pada daerah dengan tipe curah hujan C dan D dan didaerah dengan ketinggian sampai 800 mdpl (Soerianegara dan Indrawan, 1988).

Pohon akan tumbuh dengan sangat baik pada tanah yang agak subur dan berdrainase baik. Spesies ini dapat pula tumbuh pada tanah-tanah yang mengandung laterit dan batu kapur asalkan drainase tanah tidak terganggu (Anonimous,1980).

Johar tumbull cepal dari biji, biasanya di Malaya berumur pendele dan sering mati sebelurn terbentuk kayu teras (BurkiIl, 1935). Biji yang masih segar tidak memerlukan perlakuan sebelurn ditanam. Sedangkan biji yang tua harus direndam dengan air panas atau larutan asam sulfur, agar kulitnya terkelupas (Anonimous, I 980)

Johar dapat tumbuh ditempat yang banyak terdapat alang-alang dan mempunyai kemampuan wltuk mematikan alang-alang tersebut. Johar sering ditanam sebagai pohon penedub, dapat tumbuh setinggi tiga meter dalam waktu 2 tahun (Burkill,1935).

Johar juga termasuk tanaman reboisasi dan penghijauan dalam rangka pengawetan tanah dan air. Aleamya panjang dan tumbuh cepat pada waktu muda (Depruiemen Pertanian, 1976).

C. ANGSANA 1. Ciri Botanis

Angsana termasuk Famili Papilionaeeae ( Depaliemen Kehutanan, 1991). Nama lain dari angsana adalah angsane (Basemah), kayu merah (Timur), dan sena (Pantai Sumatera Timur) (Heyne, 1987).

(16)

merontok. Bunganya kuning indah dan berbau jeruk. Buahnya bulat pipih dan tipis (Auonimous, 1984).

2. SiCa! Silvilml!ur

Augsana tmubuh dengan baik sampai ketinggian 500 mdpl pada tanah Iiat berpasir, dalam dan gembur atau tanah berbatu-batu. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, jenis ini dapat tumbuh sampai ketinggian 800 mdpl, sedangkan di Jawa Barat kurang dari 600 mdpl (Auonimous,1984).

Augsana mempwlyai sifat tahan cahaya, cepat tumbuh terutama pada waktu muda serta cukup mempwlyai nilai ekonomi maka jenis ini dapat dijadikan tanaman reboisasi dan penghijauan. Angsana dapat tumbuh pada berbagai macam ikIim dengan curah hujan 1900- 2400 mm per tahun.

Biji angsana memerlukan perawatan sebelum ditabur di bedengan tabur, yakni direndam dalam air dingin selama kurang lebih 24 jam. Biji yang akan ditanam diberi perlakuan berupa penyinaran dibawah sinar matahari sampai kering betul. Ciri-ciri biji yang baik dan tua adalah warnanya coklat tua, kulitnya cembung, dan kalau dipijat dengan jari tangan terasa keras (Departemen Kehutanan,1991).

D. Sifa! Tanah Oksisol

Tanah laterit yang sekarang dikenal sebagai oksisol adalah tanah dengan pelapukan lanjut dan mempunyai horison oksik, yaitu horison dengan kandungan mineral rendah, fraksi lempung dengan aktivitas rendah (kurang dari 16 me/lOO gr lempung), banyak mengandung oksida-oksida besi dan oksida alwniniwu. Tanah ini mempunyai batas-batas horison yang tidak jelas (Hardjowigeno, 1987)

Sifat tanah oksisol adalah tanah mempunyai horison oksik yang berarti KPK rendah, mineral lapuk sedikit, tanpa pecahan batu, dan minimal 15 % Iiat (Dam13widjaja, 1988).

Tanah oksisol memiliki kemampuan pertukaran kation yang sangat kecil. Hal ini sebagian disebabkan oleh kurangnya bahan organik dan sebagian oleh sifat hidrat oksida. Mereka wuumnya sangat kekmangan basa dapat teltukar dan kekmangall unsm hara tersedia. Oleh sebab itu tanah darat akan cepat habis kesubmannya jika dikerjakan tidak dengan usaha pencegahan. Tanah ini biasanya memerlukan penutupan berat agar usaha penanaman berhasil baik (Buckman dan Brady, 1982).

Tanah oksisol merupakan tanah mineral masam yang terluas di Indonesia. Kemasaman tanah yang tinggi, keracunan aluminium (AI), dan kekmangan Fosfor (P) telah dilaporkan ュ・イオー。ォセョ@ faktor pembatas utama bagi pertumbuhan tanaman (Sarief, 1986).

(17)

5

E. Pcngapuran Dolomit (CaMg (CO,),)

Pertumbuban tanaman sangat dipengaruhi oleh pH tanah baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada pH rendah Ca, Mg, dan P kurang tersedia sedangkan unsur mikro tersedia, tetapi unsur Al yang meracun sangat tinggi. Tanah yang ber- pH rendah (pH<6) diklasifikasikan sebagai tanah masam. Tanah masan) didunia hampir seluruJUlya terpusat diwilayah tropika basah (Hakim dkk.,

1986).

Kemasaman tanah menunjukan tinggi rendalUlya konsistensi ion H+ didalam tanah dan biasa disebut pH tanah. Masalah tanah masam antara lain adalah kurang tersedianya unsur P ,Ca, Mg, dan Mo dan fiksasi N terhambat, se11a kelebihan unsur AI, Fe, dan Mn sehingga meracun bagi tanaman . Kemasaman yang tinggi (pH rendah) dapat diperbaiki dengan pemberian kapur / pengapuran (Pangudijatno, 1988).

Pengapuran adalah usaha yang dilakukan untuk menurunkan konsentrasi ion hidrogen dalam tanah sehlngga dapat mengurangi kemasaman tanah, mengurangi dan meniadakan keracunan Al (Sarief,1986). Buckman dan Brady (1964) menjelaskan bahwa pengapuran pada tanah masam dapat memperbaiki kesuburan tanah sebab akan menggiatkan kehidupan jasad renik dan unsur hara makro menjadi lebih tersedia bagi tanaman. Absorpsi unsur-unsur Mo, P, dan Mg akan meningkat dengan adanya pengapuran pada tanah masam dan pada waktu yang bersamaan akan menurunkan dengan nyata konsentl'asi Fe, AI, dan Mn yang dalam keadaan sangat masam dapat mencapai konsentrasi yang

bersifat racun bagi tanaman.

Pengapuran berpengaruh baik terhadap agregasi pal1ikel tanah, aerasi, dan perkolasi. Humus

yang berinteraksi dengan kapur akan lebih meningkatkan granulasi dan memperkokoh ikatan antar pmikel tanah (Sarief, 1986).

F. Pupul' Kandang

Bahan organik tanah adalah hasil peruraian tubub bekas jasad hidup (tumbuhan dan hewan)

sehingga menunjukan perbedaan dalam ukuran, bangun, komposisi, dan watak fisik kimiawi dari

aslinya dan telah menyatu dengan jarah-jarah penyusun tanah lainnya. Pemasok utama bahan organik tanah adalah tumbuhan dan hewan. Scrasah tumbuhan dan bangkai hewan yang berada diatas dan didalam tubuh tanah akan segera diserang olch jasad renik pCIIgurai, yang menjadikannya sumber

energi. Jasad renik pengmai ini nantinya akan menjadi pemasok bahan organik jika tclah mati

(Poelwowidodo, 1992). Bahan organik tanah merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah secara fisik, kimia, dan biologi ( Hakim dkk, 1986).

(18)

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari campuran kotoran temak atau hewan dari urine, serta sisa-sisa makanan yang tidak dapat dihabiskan (Sarier, 1986). Pupnk kandang disamping dapat menanlbah unsur hara kedalam tanah juga dapat mempertinggi humus, memperbaiki strnktur tanah dan mendorong kehidupan jasad l'enik tanah. (Hakim dkk.,1986).

Menurut Sariefdkk. (1986) pupnk kandang mempunyai sifat yang lebih baik dari pupnk alam laillllya maupun dari pupnk buatan, sifat baik ini antal'a lain: (1) merupakan humus, berfungsi menjaga atau mempertahankan struktur tanah sehingga tanah mudah diolah dan terisi banyak oksigen, (2) sebagai sumber hara Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsiunl (Ca), Magnesium (Mg), Sulfur (S), Mangan (Mn), Caper (Co), dan Boron (Bo) (3) menaikkan daya menahan air, sehingga air tanah yang mengandtmg bahan-bahan larut akan mudah diserap oleh bulu akar, dan (4) banyak mengandung

mikro organisme.

Hakim dkk (1986) menyal'ankan agar pemberian pupnk kandang harus diikuti dengan pemberian pupuk TSP atau pupuk P buatan laillllya.

G. Pupu\, TSP dan Pupu\, NPK

Pupnk TSP (Trip\e Super Phosphate) merupakan pupnk sumber fosfor (P) yang sangat larut dalam air (Partohardjono, 1989). Rumus kimia TSP adalah Ca(H,PO,), mengandung P,O, sekitar 46 % (Sarief,1986). Pupnk NPK merupakan pupnk majemuk yang mengandung tiga unsur yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalimn (K), pupuk ini berupa butiran berwama kuning bila kering dan berwarna kuning coklat bila basah (Hardjowigeno, 1987). Unsur-unsur pupuk dalam TSP dan NPK mempunyai peranan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman, peran tersebut antara lain adalah bahwa Nitrogen (N) dalam pupnk NPK merupakan penyusun setiap sel hidup, karenanya terdapat pada seluruh bagian tanaman. Unsur ini juga merupakan bagian dari penyustm enzim dan molekul chlorofil. Fosfor dalam TSP dan NPK aktif dalam mentransfel' energi didalam sel, mengubah karbohidl'at, dan meningkatkan efisiensi kelja chloroplast. Sedangkan Kalium dalalll N PK berperan dalam proses metabolisme dan

mempunyai pengaruh khusus dalam absorpsi hara, pengaturan pernapasan, transpirasi, dan berfungsi

(19)

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak Luas

Lokasi reboisasi secara geografis terletak antara 00° 42' LU - 01°12'LU dan 104° 08' - 104° 31 'BT. Daerah tersebut termasuk Daerah Tingkat II Kabupaten Kepulauan Riau, Propinsi Riau dengan luas lokasi reboisasi 37.000 ha. Sedangkan khusus daerah penelitian luasnya adalah 3 ha terletak di desa Ekang Aneulai Keeamatan Bintan Utara pada wilayah PT. Inhutani IV di DAS Ekang-Anculai.

n.

Kondisi Fisik 1. Iklim

Temperatur rata-rata sepanjang tahun pada lokasi reboisasi relatif konstan yaitu 26° C dengan fluktuasi temperatur harian relatif kecil yaitu berkisar antara 22° C - 31 ° C. Kelembaban udara sepanjang tahun cukup tinggi yaitu 80 %.

Tipe curah hujan berdasarkan Schmidt dan Fergusson (1955) dilokasi reboisasi termasuk tipe eurah hujan A, dimana musim hujan dan musim kemarau tidak jelas. Rata-rata curah hujan bulanan adalab 236 mm! bulan, rata-rata eurah hujan tahunan adalah 2830 mm/tahun. Sedallgkan di DAS Ekang Anculai rata-rata curah hujan tahunannya adalah 2850 mmltahun.

2. Hidrologi

Pola drainase alam dilokasi reboisasi mellgikuti pola dendritik dengall kerapatan medium DAS Ekang Aneulai 1,3. Pada DAS ini terdapat dua sungai utama, yaitu sungai Ekang dengall dua anak sungainya yaitu sungai Kokan dan sungai Pereh, sedangkan sungai Anculai memiliki lima anak sungai yaitu slUlgai Temsang, Butang, Sukanin, Rukep, serta sWlgai Amal. Semua sungai ini bermuara di

teluk Bintan.

Debit rata-rata sungai Ekang adalab 0,955 m'/detik dan sungai Anculai adalah 2,977 m'/detik. 3. Geologi

Sebagian besar pulau Bintan termasuk pada formasi batuan dengan batuan induk pembentuknya adalah granite dan diorite yang terbentuk secara intrusif. Sebagian besar keadaan geologi DAS Ekang-Aneulai didominasi oleh batuan pasir dan batu lumpur. Dibagian tengah DAS memanjang dari utara ke selatan ditemukan jenis batuan granite.

4. Bcntuk wHayah dan kcmiringanlcrcng

(20)
(21)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pulau Bintan, KeplIlauan Riau Indonesia. Waktu penelitian dimulai sejak persiapan tanam pada tahun 1995 dan penanaman pada bulan November 1996, kedua pekerjaan ini dilakukan oleh piliak PT lahutani IV dan Balitbang Kehutanan RI. Pengukuran tanaman dilakukan oleh pihak Balitbang Kehutanan RI pada bulan Desember 1997 dan bulan JlIli 1998, sedangkan penulis sendiri melakukan pengukuran pada bulan Oktober 1998.

B. Bahan Dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit mahoni, bibit johar, dan bibit angsana, sedangkan bahan pupuk yang digunakan adalah kapur dolomit, pupuk kandang, pupuk TSP, dan pupuk NPK. Untuk mendukung kelanearan penelitian ini, maka dibutuhkan peralatan penanaman seperti eangkul, garpu, golok dan sebagainya dan peralatan pengukuran seperti : mistar, phi band, kaliper, galah, dan alat-tulis menulis. Selain itu dibutuhkan juga data-data sekunder mengenai keadaan fisik, kimia, dan biologi Pulau Bintan, seperti data

anallsa

kimia tanah, iklim, ketinggian dan peta.

C. Telmis Pclal{Sananaan Rcboisasi Tanaman

Pekerjaan ini dilaksanakan oleh PT Inhutani IV dan Balitbang Kehutanan RI dengan teknis pelaksanaan sebagai berikut :

a. Pembuatan pondok I{erja (1995)

b. Pembuatan persemaian (1995), meUputi :

I. Pemaneangan patok batas persemaian dengan ukuran patok I Oxl 0 em terbuat dari kayu 2. Pembuatan peta persemaian dengan skala I : 500

3. Pembuatan papan pengenal dengan ukuran 120x 80 em dengan tinggi kaki 170 em 4. Pembuatan papan mutasi bibit dengan ukuran 120 x 200 em

5. Pembersihan lapangan dari semak dan rumput

6. Pembuatanjalan pemeriksaan dengan lebar 75-100 em dibuat setiap 5-10 bedengan 7. Pembuatan saluran air yang terdiri dari saluran induk dan saluran bedengan

8. Pembuatan bak keeambah dari kayu dengan tinggi 15 em lebar 1 meter dan panjang I meier. Bak diisi dengan eampuran tanah hal us, pupuk kandang, dan abu sekam padi dengan perbandingan 3 :2: I atau tanah humus dad hutan dieampur pasir halus dengan perbandingan I: I

9. Pembuatan bedeng sapih dengan tinggi 10-15 em berukuran 5 x I atau 10 x I m dengan jarak antar bedengan 50 em. Naungan dibuat dari kayu atau bambu dengan atap dari daun nipah, ilalang, atau paranet menghadap ketimur dengan tinggi 160-170 em sedangkan yang sebelah barat tingginya 150-160 em

(22)

II. Pengambilan top soil

12. Penaburan benih pada bak tabur

13. Pengisian poly bag yang berukuran 18 x 10 em dengan top soil.

14. Penyapiban bibit

15. Penyiranlan dilakukan 2 x sehari apabila tidak ada hujan dengan menggunakan gembor / sprinkle

16. Penyulaman 17. Penyiangan

18. Pemupukan dilakukan pada saat bibit benunur 1,5 bulan dengan menggwlakan NPK 19. Pemberantasan hama penyakit dengan menggunakan insektisida dan fungisida

20. Pengawasan

c. Pen.naman dilapangan (1996)

Kegiatan reboisasi dilaksanakan dengan teknis pekerjaan sebagai berikut :

1. Pembuatan jalan pemeriksaan 2. Pembuatan arah larikan

3. Penebasanjalur tanaman selebar 1,5 m 4. Pemaneangan ajir denganjarak 2,5 x 2,5 m

5. Pembuatan piringan dan lubang tanam dengan ukuran lubang tanam 60 x 60 em lebar atas, 40 x 40 em lebar bawah dengan kedalanlan 50 em. Sedangkan piringan dibuat selebar 1,5 m

6. Pembuatan papan nama dan papan peringatan dengan ukw'an 80 x 120 x 170 em 7. Pembuatan gubuk kerja dengan ukuran 3 x 2 m untuk setiap 25 ha tanaman 8. Pengangkutan bibit dari lokasi persemaian kelokasi penanaman

9. Distribusi bibit dari tempat pengumpulan kelubang tanaman

10. Penanaman dilakukan pada bulan November 1996, dengan terlebih dahulu membuka poly bag bagian bawah, bib it ditanam dengan batang tegak lwus, leher akar diusahakan rata dengan

pennukaan tanah, kemudian tanah disekitar bibit dipadatkan secukupnya

(23)

11

Penempatan tanaman dan pupuk dalam satu blok I ulangan dapat dilihat pada Lampiran 1. 12. Penyiangan

13. Pendangiran 14. Pengawasan

15. Pembuatan papan nama kegiatan dengan ukuran 80 x 120 x 170 cm yang ditanam sedalam 50 cm

D. Pcugukuran tauaman (1997 dan 1998)

Pengukuran tanaman dilakukan oleh pihak Balitbang Kehutanan Rl pada dua parameter pertumbuhan yaitu tinggi dan diameter, hal ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari pemupukan yang diberikan. Pengukuran dilakukan pada bulan Desember 1997 ( umur 13 bulan) untuk melihat pengaruh pedakuan pemberian kapur dolomit, pupuk kandang, dan pupuk TSP pada ketiga jenis tanaman. Sedangkan untuk melihat pengarub NPK pada mahoni, maka dilakukan pengukuran pada bulan Juli 1998 ( umur 20 bulan ). Tinggi diukur dari bawab tanah hingga kepucuk tanaman

dengan menggunakan mistar 1 meter dibantu galab dan phi band. Sedangkan diameter diukur dengan menggllnakan caliper.

Pada bulan Oktober 1998 penulis melakukan pengukuran persentase hidup dengan memperhatikan pula keadaaan tanaman reboisasi secara keselurllhan dari mulai batang, cabang, dan daun.

E. Ranc3ngan Pcrcobaan dun Annlisa Data

Model statistika untuk percobaan tersebut adalah : V ijk = II

+

Kk

+

Ai

+

gik

+

Hj

+

(AH)ij

+

Gijl<; i= I, .... ,a

j= l, .... ,b k= 1, .... ,f

dimana:

Vijk = nilai pengamatan (respon) pada kelompok ke-k yang memperoleh

tarafke-i dari faktor petak utarna (A) dan tarafke-j dari faktor anak petak (B) u = nilai rata-rata sesungguhnya

Kl< = pengruuh aditif dari kelompok ke-k

Ai = pengarub aditif dari taraf ke-i faktor petak utarna

gik = pengaruh galat yang muncul pada tarafke-i dari faktor petak utarna

Hj (AH)ij Gijk

dalam kelompok ke-k (galat petak Ulama I galat a) = pengalUh aditif dari taraf ke-j faktor anak petak

= pengarub interaksi tarafke-i faktor petak utama dan tarafke-j faktor anak petak = pengaIUh galat pada kelornpok ke-k yang rnemperoleh taraf ke-i

(24)

Model rancangan percobaan diatas disajikan pada Tabel 1. berikut ini :

Tabel 1. Model Rancangan Percobaan Untuk Setiap Jenis Tanaman

FAKTOR BLOK FAKTOR ANAK PETAK I PUPUK TSP)

PETAK

o

!!rl ohon 100 !!r/pohon 200 gr/pohon

UTAMA Tinggi Diameter Tinggi Diameter Tinggi Diameter

Ie';;)' Imm) Ie';;)' (mm)

Kontrol A 5 5 5 5

B 5 5 5 5

C 5 5 5 5

Kapur A 5 5 5 5

Dolomit B 5 5 5 5

C 5 5 5 5

Pupuk A 5 5 5 5

Kandang B 5 5 5 5

C 5 5 5 5

Keterallgan : 5= Jumlah pobon yang dmkur pada perlakuan yang sarna F. ])cngujian statistil"

(e';;)' (mm)

5 5

5 5

5 5

5 5

5 5

5 5

5 5

5 5

5 5

Data yang didapat, diolah melalui analisa sidik ragam dengan hipotesa dalam uji F sebagai

berikut :

Ho: Perlakuan tidak berpengaruh terhadap perlumbuhan tanaman

HI : pcrlakuan berpengaruh terhadap pertwllbuhan tanaman

Jika F hitung :

:5

F tabel, terima Ho

:>:

F tabel, terima HI

Apabila basil uji F tersebut menunjukan adanya pengaruh yang nyata dari faktor petak utama

atau faktor anak petak maupun interaksi keduanya maka perlu dilakukan uji beda rata-rata dari

perlakuan dengan menggunakan Uji LSD.

Runms LSD adalah: LSD (0,05)

=

t (0,05 ; galat anak petak) (syi-yj) Syi-yj

=

galat baku wltuk rancangan split-plot dengan rumus

I. (2KTG(a)/l'b) y, untuk beda antara dua nilai rata-rata faktor petak utama 2. (2 KTG (b) Ira) y, tmtuk beda antal'a dua nilai rata-rata faktor anak petak

3. (2KTG (b) I 1') y, untuk beda antara nilai rata-rata faktol' anak petak pada taraf faktor petak utama yang sam a

4. { 2[ (b-I) KTG (b)

+

KTG (a)) } y,

rb

untuk beda antara dua nilai rata-rata faktor petak utama pada taraf faktor anak petak yang sama.

Ketel'angan: a = tal'affaktor petak utama b

=

taraf faktor anak petak

I'

=

taraf ulangan I blok

KTG a = kuadrat tellgab galat faktor petak utama KTG b = kuadrat tengah galat faktor anak petak

[image:24.597.85.549.143.329.2]
(25)

13

Selaitl pengujianlanjutan maka dilakuknn puln pcnghitungan peningkatan perscntase pertumbuhan dan persentase hidup tanaman dengan runlUs sebagai berikut :

I. Peningkatan persentase pertumbuhan = (P2! PI x 100 %) - 100% 2. Persentase hidup tanaman

=

(H2! HI) x 100 %

Keterangnn : P2 = nilai pertumbuhan akibat perlakuan PI = nilai pertumbuhan pada kontrol H2 = jumlah tanaman yang hidup

(26)

A. Hasil

A.!, Hasil Pengukuran Bulan Desember 1997

Hasil pengukuran tinggi dan diameter ketiga jenis tanaman pada bulan Desember 1997/ umur 13 bulan selengkapnya disajikan pada Lampiran 2, 3, dan 4, sedangkan rata-rata tinggi dan diametemya disajikan pada Tabel 2. berikut ini :

Tabcl.2. Rata-rata Tinggi dan Diameter Ketiga Jenis Tanaman Pada Umur 13 Bulan

M FAKTOR FAKTOR ANAK PETAK (l'UPUKTSP) Rata-rata

A PETAK

o

rrr/pohon 100 1!1'/oohon 200 !!r/oohon

-UTAMA Tlnggl Diameter Tlnggl Diameter Tlnggl Diameter TII/ggi Diameter

H

0 (c,;')" (mm) (c';;i (mm) (c';;:; (mm) (enJ (111m)

N Kontrol 54,5 9,48 67,2 12,72 59,93 11,02 60,54 11,07

I Kapur Dolomit 65 12 62,26 16,24 60,87 11,13 62,71 13,02

Pupuk Kandan!! 93 10,19 67,8 9,1 86,46 10,34 82,42 9,87

Rata-fala 70,83 10,56 65,75 12,68 69,08 -10,83 68,55 11,35

FAKTOR FAKTOR ANAK PETAK (PUPUKTSP) Rata-rata

.J PETAK

°

er/pohon 100 er/oohon 200 I!r/pohon

0 UTAMA Tinggi Diameter Tinggi Diameter Tinggi Diameter Tlnggi Diameter

H (c';;) (nllll) (c';;) (mm) (c';;) (mm) (e,;') (mm)

A Kontrol 41,46 8,56 94,93 11,57 61,93 13,17 66,10 II,1

R Kapur Dolomit 43,3 10,36 61,4 10,26 50,3 10,3 51,60 10,38

Pupuk Kandaug 133,8 10,15 127,3 14,72 124,5 10,11 128,5 II,66

Rata-rata 72,85 9,69 94,54 12,18 78,91 II,19 82,1 II,02

A FAKTOR FAKTOR ANAK PETAK (l'UPUKTSP) Rata-rata

N PETAK

o

I:(r/pohon 100 gr/oohon 200 !!r/pohon

G UTAMA Tinggi Diameter Tinggi Diameter Tinggi Diameter Tlngg; Diameter

S (c';;) (mm) (c';;' (mm) . (cm) (mm) (el1l) (111111)

A Kontro1 59,86 10,96 112,9 16,9 92,66 23,06 88,48 16,97

N Kapur Dolomit 40,46 10,39 128,6 13,55 66,53 12,38 78,55 12,1 A Pupul, Kandau!! 178,1 13,36 199,1 23,3 222,5 22,5 199,9 19,72

Rata-rata 92,81 11,57 146,9 17,91 127,3 19,31 122,3 16,26

Tabel 2. menunjukkan bahwa dari ketiga jenis tanaman yang dicobakan temyata angsana menopakan tanaman yang paling cepat pertumbuhannya, dimana rata-rata tinggi dan diametemya lebih besar dari johar dan mahoni, sedangkan mahoni merupakan tanaman yang paling Iambat pertumbuhannya.

[image:26.603.100.543.251.532.2] [image:26.603.99.545.252.533.2]
(27)

15

Pada anak petak, pemberian pupuk TSP sebanyak 100 gr/pohon temyata menghasilkan rata-rata tinggi dan diameter terbesar pada tanaman angsana dan johar apabila dibandingkan dengan tanaman pada petak kontrol dan pada petak 200 gr TSP / pohon.

Dari hasil wawaneara dapat diketahui bahwa pada bulan Desember 1997 johar dan angsana banyak yang mengalami kematian, sedangkan mahoni hanya sediki t yang mati. Walaupun angsana responsif terhadap perlakuan, akan tetapi tanaman yang hidup berada dalarn kondisi yang buruk yaitu hanya memiliki sedikit daun sampai gundul, sedangkan mahoni walaupun pertumbuhannya lambat tetapi berada dalam kondisi yang baik, dengan daun yang banyak dan segar.

Data yang didapat kemudian diolah melalui pengujian statistik sehingga menghasilkan anova yang tersaji pada Lampiran 7 sampai 12. Ringkasan hasil Anova tersebut disajikan pada Tabel 3. berikut ini :

Tabcl3. Rekapitulasi Hasil Anova Ketiga Jenis Tanaman Pada Umur 13 Bulan

Jenis Tanaman

Mahoni Johar

Tinggi Diameter Tinggi Diameter

Fah'lor Petak Utama TN TN TN TN

Faktor Anak Petak TN TN TN TN

Interaksi Faktor Petak Utama TN TN TN TN

dan Faktor anak Petak

Keterangan . TN . Pengaruh perlakuan tIdak nyata pada taraf 5 % • : Pengaruh pedakuan nyata pada taraf 5%

-Angsana

Tinggi Diameter

TN

TN TN

Tabel 3. memperlihatkan bahwa dari ketiga jenis tanarnan yang dicobakan, hanya angsana yang responsif terhadap perlakuan, dimana perlakuan petak utama memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diametemya, sedangkan perlakuan anak petak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameternya saja, interaksi antar perlakuan tidak nyata pada parameter yang diukur untuk semua jenis tanaman. Mahoni dan johar tidak menunjukkan respon yang nyata terhadap perJakuan yang diberikan.

A.I.I. Pcngaruh pcrlakuan petal, utama

[image:27.600.91.507.319.466.2]
(28)

IInggl

tan)

dolomlt Pcrlakuan petak utam.

p.klllldang

Ket : hmuf yang berbeda antara dua perlakuan menunjukkan pengaruh perl.kuan saling berbeda nyata terhadap pertumbuhan tan.man.

Gambar 1. Pengamh Perl.knan Petak Utama Terhadap Pertumbllhan Tinggi Angsana Umm 13 Bulan

GambaI' 1. diatas telah menunjukkan bahwa pupuk kandang merupakan perlakuan yang memberikan rata-rata tinggi terbesar dan berbeda nyata bila dibandingkan kontrol dan dolomit, dimana pupuk kandang telah berhasil meningkatkan rata-rata tinggi angsana sebesar 125 % terhadap kontrol dan 154 % terhadap kapm dolomit.

Walaupun pengaruh kapm dolomit tidak nyata terhadap angsana bila dibandingkan kontrol, akan tetapi angsana yang diberi dolomit memiliki rata-rata tinggi yang lebih kecil dari tanaman kontro!.

!

-i、ゥセHョュI@

Ket : huruf yang berbeda antara dua perlakuan menunjukkan pengaruh perlakllan saling berbeda nyata terhadap pertlUnbuhan tanaman.

Gambar 2. Pengamh Perlakuan Petak Utama Pada Pertumbuhan Diameter Angsana Umur 13 Bulan

GambaI' 2. diatas memperlihatkan bahwa pupuk kandang mampu meningkatkan rata-rata

diameter angsana sccm"a nyata hila dibandingkan tanaman yang diberi dolomit sebesar 62 %.

[image:28.603.112.355.97.250.2] [image:28.603.101.361.419.581.2]
(29)

17

diameter yang lebih tinggi sebesar 16 % tetapi kedua petak tersebut saling tidak berbeda nyata pengaruhnya. Tanaman yang diberi dolomit temyata memiliki rata-rata diameter yang lebih kecil sebesar 28 % dibandingkan kontrol dimana pengaruhnya berbeda nyata dan 38 % terhadap petak pupuk kandang juga secara nyata perbedaan pengaruhnya.

A.1.2. Pengaruh perlakuan anak petak

Pengruuh perlakuan anak petak terhadap pertumbuhan rata-rata diameter angsana disajikan

pada Gambar 3. berikut.

Rntn-rnw

diameter (lM'Il

20 18

,.

100"

PorIakuan anak petak

200"

Kc( : huruf yang berbeda antum dua perlakuan menunjukkan pengaruh perlakuan saling berbeda nyata terhadap pertumbuhan tanaman.

GambaI' 3. Pengaruh Perlakuan Anak Petak Terhadap Pertumbuhan Diameter Angsana Umur 13 Bulan

Gambar 3. diatas menunjukkan bahwa pemberian pupuk TSP sebanyak 100 gr dan 200 gr memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kontrol, dimana TSP 100 gr mampu meningkatkan pertumbuhan rata-rata diameter angsana sebesar 54 % terhadap kontrol dan TSP 200 gr mampu meningkatkan pertumbuhan rata-rata diameter angsana sebesar 66 %, tambahan dosis hingga 200 gr temyata tidak berbeda nyata pengaruhnya terhadap pertumbuhan rata-rata diameter angsana apabila dibandingkan dengan pemberian dosis sebanyak 100 gr.

A.2. HasH Pengukuran Bulan Juli 1998

[image:29.600.99.417.237.396.2]
(30)

Tabel 4. Rata-rata Pertambahan Tinggi dan Diameter Mahoni (Januari I 997-Juli 1998)

M FAKTOR FAKTOR ANAK PETAK

Rata-rata

A PETAK IPUPUKNPK\

II UTAMA

o

I!r/pohon 100 I!rjl'oholl

0 Tlnggl diサセuiセセ」イ@ Tlnggl i^iiiiuセセ・ャG@

tZZGセヲャ@

dャエャャエャLセセ・イ@

N

tc';;'

DIm エciセ|@ (mOl em (111m

I Konh'ol 3,46 0 3,6 0 3,53 0

Kanur Dolomit 3,53 0 3,98 0 3,75 0

Punul< Kanda,,!! 3 0 3,36 0 3,18 0

Rata-rattl 3,33 0 3,64 0 3,48 0

Dari Tabel 4 diatas maka dapat diketahui bahwapada bulan Juli 1998 mahoni yang diberi NPK sebanyak 100 gr memiliki rata-rata pertambahan tinggi yang lebih besar dibandingkan kontrol, sedangkan diameter mahoni tidak mengalami pertumbtdlan, sehingga memberikan rata-rata yang sama dengan rata-rata diameter pada bulan Januari 1997.

Selanjutnya dilakukan pengujian statistik, dengan hasil anova dapat dilihat pada Lampiran 13. sedangkan ringkasannya disajikan pada tabel 5. berikut ini ;

TabelS. Rekapitulasi Hasil Anova Mahoni Pada Pertambahan Rata-rata Tinggi dan Diameter Bulan Desember 1997-Juli 1998

Mahoni

Perlakuan Tinggi Diameter

Faktor Petak Utama

TN

F aktor Anak Petak

TN

Interaksi Faktor Petak Utama TN TN dan Faktor anak Petak

Keterangan : TN ; Pengaruh perlakuan ttdak nyata pada taraf 5 % • ; Pengaruh perlakuan nyata pada taraf 5%

[image:30.600.93.462.118.224.2]
(31)

A.2.1. Pengarull perlakuan pelak ulama

Rata-rata portambahan

t1nggl (em)

Kontrol Dolomit P.kandang

Porlakuan potak utama

19

Ket : huruf yang berbeda antara dua perlakuan menunjukkan pengaruh periakuan saling berbeda nyata

tcrhndup pCl'tumbuhnn tnnnmnn.

GlImbllr 4. Pengaruh Perlakuan Petak Utallla Tcrhadap l'ertalllbahan Tinggi Mahoni (Dcsclllbcr 1997-.Iuli1998)

GambaI' 4 memperlihatkan pengaruh kapur dolornit yang mcmbuat# tanaman mahoni Icbih

tinggi sccaI'a nyata dibandingkan dcngan mahoni yang diberi pupuk kandang dengan peningkatan

rata-rata pertambahan tinggi sebesar 18 % , sedangkan terhadap kontrol, baik dolomit maupun pupuk kandang belul11 memperlihatkan pengamh yang nyata.

A.2.2. I>engaruh pcrlakunn anal" petak

3.7 ';;,

Cl

c

J!I

..

j:: c

E

セ@

.c

..

..

3.4 .!O

..

.c

3.3

'"

E

f!

3.2

セ@

"-3.1

Kontrol 100 Gr

Perlakuan Anak Petak (Pupuk NPK)

[image:31.595.99.383.118.254.2]

Ket : huruf yang berbeda antara dua perlakuan menunjukkan pengaruh perlakuan saling berbeda nyata terhadap pertumbuhan tanaman.

Gambar 5. Pengamh Perlaknan Anak Petak Terhadap Pertambahan Tinggi Mahoni (Desember 1997- JuliI998)

[image:31.595.97.378.417.578.2]
(32)

A.3. Husil Pcnglllmnm Bulun Oldobcr 1998

Pada bulan Oktober 1998 dilakukan pengamatan terhadap kondisi ketiga jenis tanaman, dengan menghitung pel'sentasc hidup musing-masing tanaman, persentase hid up tanaman pada masing-masing perlakuan petak utama dan anak petak, dan diperhatikan pula tingkat kerusakan tanaman terutama kerusakan daunnya, dimana data-data ini tidak diperoleh pada pengukuran bulan Desember

1997 dan Juli 1998 keeuali hanya melalui wawaneara saja.

Persentase hidup masing-masing tanaman dengan tanpa memperhatikan jenis perlakuannya

disajikan pada Gambar 6. berikut.

Por . . ntau hldup

(%,

Mahoni Johar Angsana Jenis tanaman

Gambar 6. Persentase Hidup Masing-masing Jenis Tanaman

Pada Gambar 6 diatas, terlihat bahwa mahani merupakan tanaman yang paling sedikit

mengalumi kematian (persentase hidup paling tinggi) , sedangkan johar mel'upakan tanaman yang

paling banyak mengalami kematian (persentase hidup paling kecil), angsana juga mengalami banyak kematian sepelii johal'.

Persentase hidup tanaman pada perlakuan petak utama dengan tanpa memperhatikan jenis tanamannya disajikan pada Gambar 7. berikut.

100

80

Porsontuo 60

hidup {O"l 40

20

o

Kontrol Dolomit P.Kandang

Perlakuan petak utama

[image:32.595.85.343.228.356.2] [image:32.595.104.344.511.635.2]
(33)

21

Pada GambaI' 7 dialas tcrlihat bahwa tanHm<l1l pada petak dolomit paling banyak I11cngalami kcmatian (pcrscntasc hidup lcrkccil), scdangkan tanaman pad a petak plipuk kamlang paling scdikit rncllgaia11li kcmutian (pcrscnlasc hidup tcrbcsar).

Perscntasc tanaman pada perlakuan anak petak dcngan tanpa I11cmpcrhatikan .ienis

tanamannya disajikan pad a GambaI' 8. bcrikuL

100

80

P"UllblU hldup 60 {" 40

20

0

TSP 0 TSP 100 TSP 200

[image:33.603.108.365.188.312.2]

Perlakuan anak petak

Gambar 8. Persentase Hidup Tanaman Pada Perlakuan Anak Petak

Gambar 8 menunjukan babwa tanaman pada anak petak pupuk TSP 100 gr banya mengalami sedikit kematian (persentase bidup terbesar), sedangkan pada anak petak pupuk TSP 200 gr memiliki'

pel'sentase hidup yang hampir sam a dengan tanaman pacta kontrol.

B. PcmbahasnD

B.1 PCllgaruh Perlakuan Petak Utama

B.1.l Pengaruh Kapur Dolomit

Peran dolomit menw-ut Brady (1974) ada1ab (1) memperbaiki kemasaman tanah, (2) mensuplai kalsium dan magnesium, (3) mempercepat pelapukan bahan organik, (4) meningkatkan fiksasi nitrogen oleh organisme tanab, (5) memperbaiki sifat fisik tanab dan (6) mengw-angi aktivitas Ul1sur-unsur yang berbabaya dalam tanah.

Selain pengarub langsung pada tanah, kapw- dolomit juga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman secara tidak langsung, terutama untuk jenis tanaman yang kurang toleran terhadap Al atau terhadap kemasaman tanab yang tinggi. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian ketut (1982) dalam hakim (1986) yang telah berhasil membuktikan babwa pemberian kapw- sampai tarafyang cocok dapat meningkatkan produksi padi gogo. Selain itu hakim juga telah berhasil membuktikan bahwa

pemberian kapur telah berhasil meningkatkan produksi jagung sampai enam kali panen.

(34)

kimia, keadaan fisik dan keadaan mikroba tanah yang menguntungkan tanaman. Kondisi yang tercipta oleh kapm dolomit ini memberikan kondisi lingkungan yang baik untuk meningkatkan serapan hara sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi lebih baik.

Pad a tanmnan umur 13 bulan, kapur dolomit ternyata memberikan pengaruh yang tidak diharapkan bagi taDaman (pengaruh negatif). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2, dimana seeara umum ketiga jenis tanaman yang diberi kapur dolomit memiliki tinggi dan diameter yang lebih kecil dibandingkan kontrol. Pengaruh negatif kapur dolomit ini terlihat nyata pada diameter angsana. Tanaman pada petak kapur dolomit juga paling banyak mengaiami kematian dibandingkan tanaman kontrol dan tanaman yang diberi pupuk kandang. Fenomena ini dapat dijelaskan oleh Hakim dkk. (1986) dari reaksi kimia tanah yang menyatakan bahwa apabila kapm diberikan kedalam tanah, maka kemungkinan akan bereaksi dengan air, air mengandung CO2, dan dengan koloid tallah. Selanjutnya

Kussow (1971) da/am Hakim (1986) juga menyatakan bahwa peran kapur dalam menetralisir kemasaman adalah lewat kemampuannya menghasilkan ion OH' dan ion CO/", Kedua ion inilah yang dapat menarik ion Al dan ion H, yang merupakan sumber kemasaman tanah.

Pada tanah dengan pH 5 atau dibawahnya (dilokasi penelilian pH tanah=4,5) makajumlah ion Al lebih banyak dari ion H, ion Al yang merupakan sumber kemasaman potensial merupakan sasaran

utama dari llctralisasi tanah m3sam kal'cna ion ini lebih bel'bahaya dad ion H . Ion yang mampu

menetralisir Al adalah ion QI'I" . Ion OB' ini dihasilkan oleh kapur setelah bereaksi dengan air. Reaksi

kapur dan air dapat dilihat sebagai berikut :

CaCO,

+

H,O

---+

Ca 2+

+

CO,'"

+

OH'

Setclah bercaksi dengan air maka dalam waktu yang relatif lama, ion yang dihasilkan akan bereaksi dengan AI yang teljerap koloid dengan reaksi sebagai berikut :

Misel-AI

+

OH'

---+

Misel

+

Al (OH),

Misel yang dihasilkannya kemudian akan diikat oleh Ca atau Mg (bahan inti kaput" dolomit) atau unsur ham lainnya dengan reaksi sebagai berikut :

Misel + Ca2

+ - . . misel-Ca

Misel-Ca atau misel-Mg selanjutnya dapat diserap tanaman sebagai unsur hara essensial.

Dari reaksi diatas dapat dilihat bahwa, reaksi kapur dengan koloidpun harus melalui reaksi dengan air. Hal ini menunjukkan bahwa air dibutuhkan oleh kapur sebagai syarat agar dapat menetralisasi kemasaman tanah. Padahal menUl1lt Mengel dan Kirkby (1979) da/am Kuswanhadi (1989) air ini dibutuhkan juga oleh tanaman sebagai bahan pelarut, pereaksi kimia , medium pengangkut, senyawa pembentuk protoplasma, bahan baku fotosintesis, penjaga lurgiditas sel dan jaringan, serta mempunyai peranan penting dalam fase pemanjangan pacta proses pertumbuhan. Air merupakan senyawa yang paling besar dibutuhkan olch tanaman.

(35)

23

Indonesia pada umllmnya dilanda gejala Blnino dengan fenomena kebakaran hutan yang dahsyat. Gejala Blnino membuat laju evapotranspirasi sangat tinggi dengan curah hujan sangat rendah. Akibatnya persediaan air dalam tanah semakin lama semakin berkurang, dan tanaman akan mengalami

kekurangan air. Dalam kondisi kekurangan air yang parah maka tanaman akan mengaiami stres air.

Penambahan kapur dolomit akan memyebabkan tanaman semakin mengalami stres air, sehingga pelttlillbuhan tanaman akan terganggll.

Gangguan stres air terhadap pertumbuhan tanaman dijelaskan oleh Mengel dan Kirkby (1979) do/alii Kliswanhadi (1989) yang menyatakan bahwa stres air sangat berpengaruh pada proses

mctabolisme tanaman, mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman atau bahkan mematikan

tanaman bila stres tersebut terlalu beral. Stres air juga dapat mempengaruhi proses-proses fisiologis

seperti pcrkecambahan biji, penyerapan air dan hara, fotosintesis dan pertumbuhan tanaman, respirasi,

translokasi, dan pCl'ubahan-perubahan biokimia dalam seI, meningkatkan sintesis 38am absisik dan

prelin. Kramer (1983) da/alll Hamzah (1998) menyatakan bahwa stres air mengurangi pertwnbuhan tanaman lebih banyak jika dibandingkan dengan kombinasi dad berbagai stres lain seperti suhu abnormal, kondisi fisik dan kimia tanah yang kurang baik serta serangan- ham a penyakit. Dari pemyataan ini maka penambahan dolomit akan menyebabkan stres air pada tanaman bertambah parah. Stres air ini akan mengakibatkan pertwnbuahn dan perkembangan tanaman terganggu bahkan dapat menimbulkan kematian, hal inilah yang terjadi pada angsana dimana pada petak dolomit, diameter

tanamannya lebih kecil secara nyata apabila dibandingkan kontrol. Selain pada angsana, johar dan mahoni (umur 13 bulan) juga mengalami hal yang sarna, dimana rata-rata tinggi dan diameter tanaman yang diberi dolomit selalu lebih kecil dari tanaman kontrol dan tanaman yang diberi pupuk kandang. Selain itu tingkat kematian tanaman pada petak dolomit merupakan tingkat tertinggi ( persentase hidup paling kecil ) bila dibandingkall tanaman kontrol dan tanaman yang diberi pupuk kandang pada ketiga

jenis tanaman.

Pengaruh positif dari kapur dolomit akan terlihat setelah reaksinya dengan air berakhir,

dcngan menghasilkan ion-ion yang akan menetralisir kemasaman tanah. Selanjutnya unsur hara lain

yang dibutuhkan akan mudah terserap oleh tanaman karena tidak terikat lagi oleh Al maupun oleh 1-1, tetupi ini ukan terlihat setelah waktu yang relatif lama, karena sifat dari kapur dolomit itu sendiri yang menur-ut Hakim (1986) lambat bereaksi dan menimbulkan efek residu. Pengaruh positif ini'lah yang

kemudian terlihat pada mahoni setelah berumur 20 bulan, dimana laju pertambahan tinggi mahoni dari

(36)

B.1.2 Pcngarnh Pupuk Kandang

Keberhasilan pupuk kandang dalam meningkatkan tinggi dan diameter angsana disebabkan beberapa hal, diantaranya adalah kandungan unsur hara yang lengkap dari pupuk kandang, meUputi unsur hara makro (N,P,K), unsur hara mikro (Ca, Mg, S, Mn, Co, Bo), dan banyak mengandung mikro organisme. Selain dapat menarnbah unsur hara yang lengkap kedalam tanah, pupuk kandang juga dapat mendorong kehidupan jasad renik, menaikkan daya menahan air, sehingga air tanah yang mengandung bahan-bahan mudah larut akan mudah diserap oleh bulu akaI'. Pupuk ini juga berperan dalam mempertinggi humus, dimana humus ini dapat menjaga atau mempertahankan struktur tanah, sehingga tanah mudah diolah dan terisi banyak oksigen (Sarief, 1986)

Selain itu proses dekomposisi bahan organik dalam pupuk kandang menghasilkan CO, dan asam-asam organik. Gas CO, larut dalam air membentuk asam karbonat yang mampll melapukkan beberapa mineral primer tanah. Asam organik dapat menghasilkan anion yang akan membentuk senyawa komplek yang sukar larut dengan Al dan Fe (Hakim, 1986) Dengan demikian konsentrasi Al dan Fe yang bebas dalam larutan tanah akan berkurang jumlahnya. Pengurangan konsentrasi Al dan Fe membuat ion unsur hara dalam tanah semakin sedikit terikat oleh kedua ion tersebut, berarti bahwa

ion uusur hara semakin banyak tersedia untuk tanaman.

Tisdale (1985) datam Hakim (1986) juga menyatakan fungsi bahan organik yang terdapat dalum pupuk kandang adalah meningkatkan ketersediaan f08fol' bagi tanaman. Hal tersebut disebabkan (I) fosfor yang diikat Al dan Fe dilepaskan kedalam bentuk yang larut oleh aksi asam organik dan pengkclat lain yang dihasilkan selama dekomposisi, (2) asam humat mengurangi kapasitas fiksasi fosfor oleh sesku-oksida, (3) Ca dan Mg Fosfat menjadi larut karena produksi asam karbonat, (4) bahan organ.ik mempengaruhi mineralisasi fosfor organik (5) terjadinya kompleks fosfo hwna!.

Bahan organik dalam pupuk kandang juga memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman. Peran bahan organik ini dinyatakan oleh Brady (1974) bahwa peranan bahan organik dalam menunjang pertumbuhan tanaman berhubungan dengan perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pengaruh terhadap sifat fisik adalah (I) merangsang granulasi, memantapkan agregat, dan memperbaiki struktur tanah, (2) mengurangi pemadatan, (3) memperbaiki aerasi, (4) meningkatkan kemampuan menahan air, dan (5) meningkatkan infiltrasi. Pengarub terhadap sifat kimia adalah (I) sumber unsur hara, (2) mengikat unsur mikro dan kation-kation logam, (3) meningkatkan KTK. Pengamh terhadap sifat biologi adalah sebagai sum bel' energi bagi aktivitas mikro organisme

dalam tanah.

(37)

25

Peranan pupuk kandang tersebut menyebabkan pertumbuhan tinggi dan diameter ketiga jenis tanaman pada umur 13 bulan dapat meningkat. Peningkatan pertumbuhan, secara nyata dapat dilihat pada pertumbuhan tinggi angsana , sedangkan untuk mahoni dan johar pupuk kandang belum mampu memperlihatkan pengaruh yang nyata secara statistik bagi pertumbuhannya, hal ini disebabkan respon tanaman terhadap perlakuan berbeda-beda, tergantung dari sifat genetik masing-masing tanaman.

Keadaan ini juga tidak terlepas dad sifat angsana yang tumbuh ccpat diwaktu mudn (Heyne,1987).

Sifat inilah yang membuat angsana pada waktu muda membutuhkan banyak sekali unsur hara, schingga angsana akan Illcnyerap scbanyak-banyaknya unsur hura yang ada dalam pupuk kandallg dalam rnngka mcmacu pertumbuhannya. Sedangkan mahoni dan johar pcrtumbuhannya tidak scccpat angsana, schingga pad a waktu mudn, johar dan mahoni tidak menycrap UIlSUI' ham scbanyak angsana.

Selain itu gejala elnino yang mernbuat tanaman mcngaiami stres air dan kcmasaman tanah yang tinggi

lelah Illcnycbabkan tan am an kcsulitan dalam mcnycrap unsur ham paua pupuk kandang yang

dibcrikall. Perbcdaan sifat gcnelik, perbcdaan kebutuhan hara, strcs air dan kcmasaman tallah yang

tinggi lelah mcmbuat mahoni dan johat' angsana pada umur 13 bulan tidak memperlihatkan respon yang nyata tcrhadap pupuk kandang.

Mahoni pada bulan Juli 1998 juga tidak memperlihatkan responnya terhadap pupuk kandang, hal ini disebabkan setelah 20 bulan pemberian pupuk ini, maka unsur hara dalam bahan organik pupuk kandang tersebut telah habis terpakai atau tercuci sehingga tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap mahoni umur 20 bulan.

B.2 Pengaroh Perlalm3n Anal, Petak B.2.1 Pengarub Pupuk TSP

Peningkatan rata-rata diameter angsana akibat pemberian pupuk TSP disebabkan peran dari unsur fosfor (P) yang terkandung dalam TSP. P berfungsi sebagai zat pembangun dan terikat dalam senyawa-senyawa organis sebagai bahan pembentuk. Fosfor terpencar-pencar dalam tubuh tanaman . Semua inti sci mengandung Fosfor . Fosfor juga terdapat dalam senyawa-senyawa fosfat dalam citoplasma. Selain itu P juga merupakan penyusun RNA dan DNA dimana keduanya berperan dalam pembelahan sel tanaman ( Sutejo, 1987 )

Brady (1974 ) juga menambahkan bahwa peranan fosfor dalam pertumbuhan tanaman adalah (I) pembelahan sci, pembentukan lemak (2) Pemecahan karbohidrat, (3) transfer energi, (4) transfer sifat keturunan (5) merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar (6) pembuahan dan produksi biji, (7) mempercepat kematangan tanaman, (8) memperkuat batang dan ketahanan terhadap penyakit.

(38)

produksi gabah kering, selain itu tanaman yang diberi pupuk P akan lebih tahan penyakit (Depdikbud

,1991)

Dari peran P tersebut maka penambahan pupuk TSP sebanyak 100 dan 200gr fpohon dapat

meningkatkan pCl'tambahan diameter angsana seem'a nyata sedangkan untuk mahoni dan johal' pup uk

TSP belum mampu memperlihatkan penganlh yang nyata secara statistik bagi pertumbuhannya, hal ini disebabkan perbedaan sifat genetik, perbedaan kebutuhan hara, stres air dan kemasaman tanah yang tinggi telah membuat mahoni dan johar pada umur 13 bulan tidak memperlihatkan respon yang nyata terhadap pupuk TSP,

Penggunan pupuk TSP sebanyak 100 gr temyata lebih efesien dibandingkan pemakaian dengan dosis 200 gr, Dimana penambahan dosis sebanyak 200 gr temyata memberikan hasil pertumbuhan diameter angsana yang sama secara statistik, Selain itu tanaman pada petak dengan dosis 100 gr memiliki persentase hidup yang lebih tinggi dibandingkan tanaman pada petak dengan dosis 200 gr dan petak kontro!.

B.2.2 Pengal'uh Pupuk NPJ(

Peng3luh pupuk NPK yang terlihat pada mahoni tidak terlepas dari dari fungsi masing-masing unsur dalam pupuk NPK, yaitu unsur Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kalium (K), Unsur-unsur tersebut mempunyai peranan dalarn meningkatkan pertumbuhan tanaman, peran terse but antara lain adalah bahwa Nitrogen merupakan penyusun setiap sel hidup, karenanya terdapat pada selUnlh bagian tanaman. Unsur ini juga merupakan bagian dari penyusun enzim dan molekul chlorofil (Hakim, 1 986) Nitrogen berperan dalanl merangsang peltumbuahn vegetatif yaitu meningkatkan tinggi tanaman dan merangsang tumbuhnya anakan, membuat tanaman lebih bijau dan mempengaruhi proses fotosintesa (Setyawidjaja, 1986) Fosfor aktif dalam mentransfer energi didalam sel, mengubah karbohidrat, dan meningkatkan efisiensi kerja chloroplast (Hakim dkk., 1986) ; memperkuat batang anakan agar tidak mudah roboh dengan cara mempertebal dinding sel (Hardjowigeno, 1987) dan mempengaruhi perkembangan akar (S3I'ief, 1986) Sedangkan Kalium berperan dalam proses metabolisme dan mempunyai pengaruh khusus dalam absorpsi hara, pengaturan pemapasan, transpirasi, dan berfungsi sebagai translokasi karbohidrat (Hakim,1986) ; mempengaruhi proses fotosintesa, penyerapan unsur-tmsur lain dan membantu perkembangan ak3l' (Sarief, 1986)

Berakhimya gejala elnino sejak lanuari 1998 dan banyaknya curah hujan yang turun telah mempermudah mahoni untuk menyerap unsur hara dalam pupuk NPK.

(39)

27

8.3. Pcmililum Tnnuman Yang Scsuni I Tolcflm

Pemilihan tanaman yang eoeok dilcnlukan olch berbag.i faktor yaill! ー」イャャAュ「オィ。セ@ (linggi dall diameter ), persentase hidup, daya toleransi terhadap kondisi yang ada di Pulau Bintan , serta manraal tanaman tcrsebut diwaktu yang akan datang. Masing-masing faktor ini I11cmberikan nilai tertentu kepada setiap jenis tanaman. Tanaman yang memiliki nilai terbesar melUpakan tanaman yang paling cocok ditanam eli Pulau Bintan.

Pertumbuhan tanaman yang pesat akan membuat tanah eepat tertutupi dan terlindungi dari erosi dan laju evaporasi yang tinggi, sehingga jumlah air yang ada dalam taoah tidak akan cepat hilang. Peltumbuhan yang cepat ini juga akan menahan sejumlah air agar terus berada dalam tanah , sehingga diharapkan produksi air bersih yang akan diekspor persediaannya semakin banyak. Daya toleransi tanaman terhadap kondisi yang ada telUtama dapat dilihat dari daya toleransi tanaman terhadap kondisi kekeringan / sires air dan kondisi kemasaman tanah yang tinggi.

Dari segi pertwnbuhan, angsana merupakan tanaman yang paling tinggi dan paling besar diameternya dibandingkan johar dan mahoni umUl' 13 bulan. Akan tetapi kepesatan pertumbuhan ini tidak diiringi oleh penampakan yang baik, sejak gejala elnino melanda Indonesia angsana mengalami sires air yang lebih berat dibandingkan mahoni dan johar. Stres air ini telah membuat angsana yang tinggi dan besar ini tidak memiliki daun dan hampir semua tanaman gundul dengan batang retak" selain itu angsanajuga banyak mengalami kematian. Akibat dari sires air ini terlihatjelas sampai bulan

Oktober 1998 dimana pacta waktu itu tinggi angsana mCl1l1fUn hingga tinggal 20-70 cm. Hal ini

disebabkan, setelah angsana mengalami kekeringan dengan pohon gundul. kemudian lU!'un hujan sejak

awal talmn 1998, daun angsana tidak tumbuh pacta batang dan cabang yang lama tetapi tumbuh pada

tlubus barn sekitar 20-70 em diatas tanah, itupun setelah batang lama ditebas, bila lidak tumbuh daun yang balu, maka tanaman tersebut mati.. Fenomena stl'es air dalam menurwlkan tinggi tanaman dijelaskan oleh Mengel dan Kirkby (1979) cia/alii Kuswanhadi (J 989) bahwa proses perkembangan sIres air dalam tanaman adalah (I) menmunnya perlumbuhan tajuk (2) menunmnya pertumbuhan

dinding sel (3) menurunnya pembelahan sel (4) stomata menutup sehingga transpirasi dan asimilasi

CO, memuun (5) Trallslokasi fotosintat menurun (6) akumulasi pro lin dan gula meningkat dan (7)

tanaman menua dan mati. Kramer (1998) cia/am Hamzah (1998) juga menyatakan bahwa akibat nyata dari stres air adalab berkmangnya ukman tanaman, luas daUll, hasil tanaman dan perkembangan helai daunjuga tertunda.

Keadaan ini menunjukan bahwa angsana tidak toleran terhadap kondisi kekeringan yang ada di Pulau Bintan, demikian juga dengan johar yang memiliki persentase hidup paling kecil dari pada maboni dan angsana. Banyaknya pohon yang mati dan kondisi daun yang buruk menunjukan tanaman angsana dan johar tidak toleran terhadap kondisi kekeringan dan stres air yang ada.

(40)

kondisi stres air, ternyata mahoni masih mampu mempertahankan pembukaan stomata, sehingga pembentukan karbohidrat masih dapat berlangsung dan pertllmbuhan tanaman dapat b

Gambar

Tabel 1. Model Rancangan Percobaan Untuk Setiap Jenis Tanaman
Tabel 2. menunjukkan bahwa dari ketiga jenis tanaman yang dicobakan temyata angsana
Tabel 3. memperlihatkan bahwa dari ketiga jenis tanarnan yang dicobakan, hanya angsana
Gambar 1. Pengamh Perl.knan Petak Utama Terhadap Pertumbllhan Tinggi Angsana Umm 13 Bulan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum Dan Sesudah Pengolahan Limbah Menurut Sistem DEWATS Di RSI Yarsis Surakarta.” Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat

2014.„Pengaruh Macam Dan Kombinasi Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana B.).‟ Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,

Dalam menumbuhkan rasa loyalitas nasabah terhadap jasa pada Bank Mandiri Syariah, pihak bank harus menanamkan rasa empati kepada para calon nasabah dari berbagai macam kalangan

Selain itu, kaedah persampelan ini digunakan bagi mendapatkan data dan maklumat yang dikehendaki dalam menjawab keempat-empat persoalan kajian mengenai amalan

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya, Hudan Majid Ibrahim, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “ ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS PELAYANAN, DAN NILAI PELANGGAN

Tampilan halaman order admin adalah halaman untuk menampilkan data pengiriman, adapaun tampilan pada website adalah terlihat seperti gambar dibawah ini.. Aliy Hafiz II Implementasi

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh kedisiplinan belajar dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar akuntansi pada mata pelajaran

4.2 Pembahasan Penelitian ini ingin mempelajari tentang penggunaan buah pepaya sebagai tanaman salah satu sumber antioksidan yang baik, yang nantinya akan diuji dengan variasi